24
Pemeriksaan Penunjang Sistem Respirasi MAKALAH oleh Kelompok 1 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

Pemeriksaan Penunjang Sistem Respirasi

  • Upload
    niken

  • View
    870

  • Download
    169

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Pemeriksaan diagnostik adalah penilaian klinis tentang respon individu, keluarga, dan komunikan terhadap suatu masalah kesehatan. Melalui pemeriksaan ini dapat mengetahui masalah respon klien terhadap status kesehatan atau penyakit

Citation preview

Page 1: Pemeriksaan Penunjang Sistem Respirasi

Pemeriksaan Penunjang Sistem Respirasi

MAKALAH

oleh

Kelompok 1

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANUNIVERSITAS JEMBER

2015

Page 2: Pemeriksaan Penunjang Sistem Respirasi

Pemeriksaan Penunjang Sistem Respirasi

MAKALAH

Oleh

Dutya Intan Larasati 142310101100

Candra Widhi Kurnia S 142310101116

Nanda Ema Avista 142310101120

Rommyatun Zainiyah 142310101126

Koyyimatus Solehah 142310101146

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANUNIVERSITAS JEMBER

2015

Page 3: Pemeriksaan Penunjang Sistem Respirasi

PRAKATA

Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Pemeriksaan Diagnostik pada Sistem Respirasi” dengan tepat waktu. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Klinik IIB.

Penyusunan makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terimakasih kepada.1. Ns. Ratna Sari Hardiani, Skep., M.Kep selaku dosen PJMK mata kuliah

Kepearwatan Klinik IIB.2. Teman-teman mahasiswa Universitas Jember, yang telah membantu, memberi

dorongan dan semangat.3. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Kami juga menerima segala kritik dan saran dari semua pihak demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menambah pengetahuan pembaca.

Jember, September 2015

Penyusun

Page 4: Pemeriksaan Penunjang Sistem Respirasi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL............................................................................... i

HALAMAN JUDUL.................................................................................. ii

PRAKATA.................................................................................................. iii

DAFTAR ISI............................................................................................... iv

BAB 1. PENDAHULUAN......................................................................... 1

1.1 Latar Belakang.....................................................................

1.2 Tujuan Penulisan..................................................................

1.3 Implikasi Keperawatan..................................................................

BAB 2. PEMBAHASAN............................................................................

2.1 Definisi Pemeriksaan Diagnostik.....................................................

2.2 Jenis Pemeriksaan Diagnostik pada Sistem Respirasi.....................

BAB 3. PENUTUP.....................................................................................

3.1 Kesimpulan........................................................................................

3.2 Saran..................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................

Page 5: Pemeriksaan Penunjang Sistem Respirasi

Bab 1. Pendahuluan

1.1 Latar belakang

Pemeriksaan diagnostik adalah penilaian klinis tentang respon individu,

keluarga, dan komunikan terhadap suatu masalah kesehatan. Melalui pemeriksaan

ini dapat mengetahui masalah respon klien terhadap status kesehatan atau

penyakit. Prosedur diagnostik membantu dalam pengkajian klien dengan

gangguan pernapasan penting untuk mengklarifikasi kapan pemeriksaan

diagnostik diperlukan, sehingga tindakan yang dilakukan pada pasien akan lebih

terarah dan berguna. Selain itu dimaksudkan untuk tidak merugikan klien karena

harus mengeluarkan biaya untuk hal-hal yang sebenarnya dapat dihindari.

Pemeriksaan diagnostik ini tidak mudah dilakukan. Karena membutuhkan

ketelitian saat melakukannya. Kesalahan yang biasanya terjadi, yaitu kesalahan

pengumpulan data, kesalahan dalam interpretasi dan analisis data, kesalahan

dalam pengelompokan data, kesalahan dalam pernyataan diagnostik.

1.2 Tujuan

1.2.1 Untuk mengetahui tentang pemeriksaan diagnostik;

1.2.2 untuk mengetahui jenis pemeriksan diagnostik.

1.2.3 Implikasi Keperawatan

Page 6: Pemeriksaan Penunjang Sistem Respirasi

BAB 2.KAJIAN TEORI

2.1 Definisi Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan diagnostik adalah penilaian klinis tentang respon individu,

keluarga dan komunikan terhadap suatu masalah kesehatan dan proses kehidupan

aktual maupun potensial. Hasil suatu pemeriksaan laboratorium sangat penting

dalam membantu diagnosa, memantau perjalanan penyakit serta menentukan

prognosa.

2.2 Jenis Pemeriksaan Diagnostik pada Sistem Respirasi

2.2.1 PEMERIKSAAN RADIOLOGI

Dada  (toraks) merupakan bagian ideal untuk pemeriksaan

radiologi.Parenkim paru- paru yang berisi udara memberikan resistensi yang kecil

terhadap jalannya sinar x, sehingga parenkim memberikan bayangan yang sangat

memancar. Bagian yang lebih padat udara akan sukar ditembus sinar x,sehingga

bayangannya lebih padat. Benda yang lebih padat akan memberikan kesan

berwarna lebih putih dari pada bagian yang berbentuk udara jika dilihat pada

lembar hasil radiologi dada.

Klien pada umumnya sudah terbiasa dengan pemeriksaan radiologi

rutin.Namun belakangan ini, terdapat suatu peningkatan kesadaran tentang

pemajanan berlebihan terhadap radiasi. Hendaknya klien diberikan penjelasan

yang lengkap tentang tipe pemeriksaan yang akan dilakukan dan manfaatnya

dalam hubungannya dengan risiko akibat pemajanan terhadap radiasi.

Pemeriksaan radiologi memberikan informasi mengenai :

1.      Status sangkar iga, termasuk tulang rusuk, pleura, dan kontur diafragma dan jalan

napas atas.

2.      Ukuran, kontur, dan posisi mediastinum dan hilus paru, termasuk jantung, aorta,

nodus limfe, dan percabangan bronchial.

3.      Tekstur dan tingkat penyebaran udara dari parenkim paru.

4.      Ukuran, bentuk, jumlah, dan lokasi lesi pulmonal, termasuk kavitasi, area

fibrosis,dandaerahkonsolidasi.

Page 7: Pemeriksaan Penunjang Sistem Respirasi

Pemeriksaan ronsen atau radiologi dada diindikasikan untuk :

1.      Mendeteksi perubahan paru yang disebabkan oleh proses patologis, seperti tumor,

inflamasi, fraktur, akumulasi cairan atau udara.

2.      Menentukan terapi yang sesuai.

3.      Mengevaluasi kesangkilan pengobatan.

4.      Menetapkan posisi selang dan kateter.

5.      Memberikan gambaran tentang suatu proses progresif dari penyakit paru.

Pemeriksaan ronsen dada sebaiknya dilakukan di bagian radiologi.Pemeriksaan

sinar-X standar lebih dipilih dengan posisi berdiri, meskipun posisi duduk atau

berbaring dapat dilakukan. Pemajanan standar untuk pemeriksaan ini adalah

1.      Posterio-anterior (PA)-sinar-X menjalar melalui punggung ke bagian depan tubuh

2.      Lateral-sinar-X menembus bagian samping tubuh (biasanya sebelah kiri)

Selain pemeriksaan standar mungkin diperlukan juga pemajanan spesifik untuk

melihat bagian-bagian spesifik dada. Pemajanan tersebut termasuk :

1.      Oblique-film sinar-X diarahkan miring dengan sudut spesifik

2.      Lordotis-film sinar-X dimiringkan dengan sudut 45 derajat dari bawah        untuk

melihat kedua apeks paru

3.      Dekubitus- film sinar-X diambil dengan posisi pasien berbaring miring (kiri atau

kanan) untuk memperlihatkan cairan bebas dalam dada.

Prosedur

Pemeriksaan ronsen dada dilakukan dengan posisi berdiri atau duduk tegak

menghadap film sinar-X.Hantaran gelobang sinar-X ditembuskan dari arah

posterior (posisi PA).Radiograf biasanya diambil saat inspirasi penuh, yang

menyebabkan diafragma bergerak ke arah bawah.Radiograf yang diambil saat

ekspirasi kadang dilakukan untuk mengetahui tingkat gerakan diafragma atau

untuk membantu dalam pengkajian dan diagnosa pneumotoraks.

Perawatan praprosedur

Page 8: Pemeriksaan Penunjang Sistem Respirasi

Jelaskan klien tentang pemeriksaan ini.Pemeriksaan ini tidak menimbulkan nyeri

dan pemajanan pada radiasi adalah minimal.Klien harus melepaskan semua

perhiasan dan pakaian dalamnya lalu mengenakan gaun.Kaji status kehamilan

klien (untuk klien wanita); wanita hamil seharusnya tidak boleh terpajan pada

radiasi.

Jenis gangguan-gangguan yang ada pemeriksaan radiologi:

a)   Kanker laring

b)   Pneumonia

c)   TB paru

d)  Abses paru

e)   Bronchitis kronik

f)    Enfisema paru

g)   Asma     

2.2.2 PEMERIKSAAN SPUTUM

Pemeriksaan sputum bersifat mikroskopis dan penting untuk diagnosis etiologi

berbagai penyakitpernapasan. Pemeriksaan mikroskopis dapat menjelaskan

organisme penyebab penyakit  pada berbagai pneumonia

bacterial,tuberkulosa,serta berbagai infeksi jamur. Pemeriksaan etiologi eksfoliatif

pada sputum dapat membantu diagnosis karsinoma paru-paru.Waktu terbaik

pengumpulan sputum adalah setelah bangun tidur karena sekresi abnormal

bronkus cendrung berkumpul pada waktu tidur.

Pemeriksaan sputum biasanya diperlukan jika diduga adanya penyakit

paru.Membran mukosa saluran pernapasan berespons terhadap inflamasi dengan

meningkatkan keluaran sekresi yang sering mengandung organisme

penyebab.Perhatikan dan catat volume, konsistensi, warna dan bau sputum.

Pemeriksaan sputum mencakup pemeriksaan :1. Pewarnaan Gram, biasanya pemeriksaan ini memberikan cukup informasi tentang

organisme yang cukup untuk menegakan diagnosis presumtif.

Page 9: Pemeriksaan Penunjang Sistem Respirasi

2.         Kultur sputum mengidentifikasi organisme spesifik untuk menegakkan diagnosa

defmitif. Untuk keperluan pemeriksaan ini, sputum harus dikumpulkan sebelum

dilakukan terapi antibiotik dan setelahnya untuk menentukan kemanjuran terapi.

3.          Sensitivitas berfungsi sebagai pedoman terapi antibiotik dengan mengidentifikasi

antibiotik yang mencegah pertumbuhan organisme yang terdapat dalam sputum.

Untuk pemeriksaan ini sputum dikumpulkan sebelum pemberian antibiotik.

Pemeriksaan kulturdan sensitivitas biasanya diinstruksikan bersamaan.

4.         Basil tahan asam (BTA) menentukan adanya mikobakterium tuberkulosis, yang

setelah dilakukan pewarnaan bakteri ini tidak mengalami perubahan warna oleh

alkohol asam.

5.         Sitologi membantu dalam mengidentifikasi karsinoma paru. Sputum mengandung

runtuhan sel dari percabangan trakheobronkhial; sehingga mungkin saja terdapat

sel-sel malignan. Sel-sel malignan menunjukkan adanya karsinoma, tidak

terdapatnya sel ini bukan berarti tidak adanya tumor atau tumor yang terdapat

tidak meruntuhkan sel.

6.         Tes kuantitatif adalah pengumpulan sputum selama 24 sampai 72jam.

Pengumpulan sputum

Sebaiknya klien diinformasikan tentang pemeriksaan ini sehingga akan dapat

dikumpulkan sputum yang benar-benar sesuai untuk pemeriksaan ini. Instruksikan

pasien untuk mengumpulkan hanya sputum yang berasal dari dalam paru-paru.

(Karena sering kali jika klien tidak dijelaskan demikian, klien akan

mengumpulkan saliva dan bukan sputum). Sputum yang timbul pagi hari biasanya

adalah sputum yang paling banyak mengandung organisme produktif.Biasanya

dibutuhkan sekitar 4 ml sputum untuk suatu pemeriksaan laboratorium.

Implikasi keperawatan untuk pengumpulan sputum termasuk:

1.      Klien yang kesulitan dalam pembentukan sputum atau mereka yang sangat

banyak membentuk sputum dapat mengalami dehidrasi, perbanyak asupan cairan

klien.

2.      Kumpulkan sputum sebelum makan dan hindari kemungkinan muntah karena

batuk.

Page 10: Pemeriksaan Penunjang Sistem Respirasi

3.      Instruksikan klien untuk berkumur dengan air sebelum mengumpulkan spesimen

untuk mengurangi kontaminasi sputum.

4.      Instruksikan klien untuk mengingatkan dokter segera setelah spesimen terkumpul

sehingga spesimen tersebut dapat dikirim ke laboratorium secepatnya.

Jenis gangguan-gangguan yang ada pemeriksaan sputum:

a)      Pneumonia

b)      TB paru

c)      Abses paru

d)     Asma

2.2.3 BRONKOSKOPI

Merupakan teknik yang  memungkinkan visualisasi langsung trakea dan cabang-

cabang utamanya. Cara ini paling sering digunakan untuk memastikan diagnostik,

tetapi dapat juga dilakukan untuk membuang benda asing.Setelah

bronkoskopi,pasien tidak boleh makan atau minum- minuman selama 2-3 jam

sampai timbul refleks muntah.Jika tidak, pasien mungkin akan mengalami aspirasi

ke dalam trakeobronkhial.

Pemeriksaan bronkhoskopi dilakukan dengan memasukkan bronkhoskop ke

dalam trakhea dan bronkhi.Dengan menggunakan bronkoskop yang kaku atau

lentur, laring, trakhea, dan bronkhi dapat diamati.Pemeriksaan diagnostik

bronkoskopi termasuk pengamatan cabang trakheobronkhial, terhadap

abnormalitas, biopsi jaringan, dan aspirasi sputum untuk bahan

pemeriksaan.Bronkhoskopi digunakan untuk membantu dalam mendiagnosis

kanker paru.

Bronkhoskopi mungkin dilakukan untuk tujuan diagnostik atau tujuan

terapeutik.Tujuan diagnostik mencakup pemeriksaan jaringan, evaluasi lanjut

tumor untuk memungkinkan bedah reseksi, pengumpulan spesimen jaringan untuk

keperluan diagnosa, dan evaluasi tempat perdarahan. Sementara bronkhoskopi

terapeutik dilakukan untuk tujuan mengangkat benda asing, mengangkat sekresi

Page 11: Pemeriksaan Penunjang Sistem Respirasi

yang kental dan banyak, pengobatan atelektasis pascaoperatif, dan

menghancurkan dan  mengangkat lesi.

Perawatan praprosedur

Jelaskan prosedur pada klien dan keluarga dan dapatkan izin tindakan dari klien.

Instruksikan klien untuk tidak makan dan minum 6 jam sebelum pemeriksaan.

Informasikan pada klien bahwa tenggoroknya mungkin akan sakit setelah

bronkhoskopi, dan mungkin terjadi kesulitan menelan pada awal setelah

pemeriksaan. Klien diberikan anestesi lokal dan sedasi intravena untuk menekan

refleks batuk, dan menghilangkan ansietas.Pemeriksaan membutuhkan waktu 30

sampai 45 menit.Selama prosedur klien berbaring terletang dengan kepala

hiperekstensi. Perawat memantau tanda vital,berbicara pada atau menenangkan

klien, dan membantu dokter sesuai kebutuhan.

Perawatan pascaprosedur

Setelah prosedur, tanda vital dipantau per protokol institusi.Amati klien terhadap

tanda distres pernapasan, termasuk dispnea, perubahan frekuensi pernapasan,

peng-gunaan otot aksesori pernapasan, dan perubahan bunyi napas. Tidak ada

pemberian apapun melalui mulut sampai refleks batuk dan menelan kembali pulih,

yang biasanya sekitar 1 sampai 2 jam setelah prosedur. Bila klien sudah dapat

menelan, berikan sehirup air.Bunyi napas dipantau selama 24 jam.Adanya bunyi

napas tambahan atau asimetris harus dilaporkan pada dokter.Dapat terjadi

pneumotoraks setelah bronkoskopi.

Tujuan bronkoskopi diagnostic adalah:

A.       Untuk memeriksa jaringan atau mengumpulkan sekresi

B.        Untuk menentukan lokasi dan keluasan proses patologi dan untuk mendapatkan

contoh jaringan guna menegakkan diagnosis

C.        Menentukan apakah suatu tumor dapat direkresi atau tidak melalui tindakan

bedah

D.       Untuk mendiagnosa tempat pendarahan

Jenis gangguan-gangguan yang ada pemeriksaan bronkoskopi:

Page 12: Pemeriksaan Penunjang Sistem Respirasi

a)         Kanker laring    : langsung dibawah anastesi umum yaitu metoda primer untuk

mengevaluasi laring. Pertumbuhan tumor dapat mengenai ketiga area dan

penampilannya dapat beragam.                       

b)         Pneumonia        : sputum dapat dikumpulkan melalui bronkoskopi serat optic

pada pasien yang tidak dapat mengeluarkan sputum atau mengalami pneumonia

setelah minum antibiotic atau ketika dirawat di RS.

c)         Abses paru

2.2.4 ANALISA GAS DARAHPengukuran pH darah dan tekanan oksigen dan karbondioksida harus dilakukan

saat menangani pasien dengan masalah pernapasan dan dalam menyesuaikan

terapi oksigen yang diperlukan.Tekanan darah arteri menunjukan derajat

oksigenasi darah dan tekanan karbondioksida arteri, menunjukan keadekuatan

alveolar.

Pemeriksaan gas darah arteri membantu dalam mengkaji tingkat dimana paru-paru

mampu untuk memberikan oksigen yang adekuat dan membuang karbondioksida

serta tingkat dimana ginjal mampu untuk menyerap kembali atau mengekskresi

ion-ion bikarbonat  untuk mempertahankan pH darah yang normal.Analisa gas

darah serial juga merupakan indicator sensitive tentang apakah paru mengalami

kerusakan setelah terjadi trauma dada.Gas-gas darah arterididapatkan melalui

fungsi arteri didapatkan melalui fungsi arteri pada arteri radialis, brachialis atau

femoralis atau melalui kateter arteri indwelling.

Jenis  gangguan-gangguan yang ada pemeriksaan Analisa Gas Darah(AGD):

a)      Bronchitis krnik          =Dapat menunjukan Hipoksia dengan Hiperkapnia

b)      Enfisema  Paru            = - Mengkaji fungsi ventilasidan pertukaran gas pulmonary

 - Menunjukan hipoksia ringan dengan hiperkapnia

c)      Asma                           = Menunjukan hipoksik selama serangan akut

d)     Embolisme paru          = Menunjukan hipoksia dan hiperkapmia

Page 13: Pemeriksaan Penunjang Sistem Respirasi

Tabel  nilai normal Gas Darah Arteri.

Tes Rentang normal

dewasa

Interpretasi

Po2

PCO2

pH

HCO3-

80-100 mmHg

35-45 mmHg

7.35-7,45

21-28 MLq/L

       Meningkat = menandakan

pemberian o2 yang berlebihan

       Menurun    = mengindikasikan

penyakit CAL, bronchitis kronis,

Ca bronchus dan paru-paru, cystic

fibrosis, RDS, anemia, ateletaksis

atau penyebab lain yang

menyebabkan hipoksia.

       Meningkat = mengindikasikan

kemungkinanCAL , pneumonia,

efek anastesi dan penggunaan

opioid(asidosis respiratori)

       Menurun = mengindikasikan

hiperventilasi atau alkalosis

respiratori

       Meningkat = menandakan alkalosis

metabolism atau respiratori.

       Menurun = menandakan asidosis

metabolism atau respiratori

       Meningkat = mengindikasikan

kemungkinan asidosis respiratori

sebagai kompensasi awal dari

alkalosis metabolism

Page 14: Pemeriksaan Penunjang Sistem Respirasi

SaO2 95-100%

       Menurun = mengindikasikan

kemungkinan alkalosis respiratori

sebagai kompensasi awal dari

asidosis metabolism

       Menurun = mengindikasikan

kerusakan kemampuan hemoglobin

untuk mengantarkan O2 kejaringan

Referensi :     - ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN PERNAPASAn PENERBIT: SALEMBA MEDIKA- KEPERAWATAN MEDICAL BEDAH, VOL.2 EDISI 8

4. ASUHAN KEPERAWATAN

Page 15: Pemeriksaan Penunjang Sistem Respirasi

4.1 Pengkajian Pasien Gangguan Pulmonal

4.1.1  Riwayat Kesehatan

Sebelum melakukan pengkajian fisik, maka perawat perlu

mengumpulkan data riwayat kesehatan. Perawat perlu mengkaji tanda-tanda

distress pernafasan akut sebelum mengajukan pertanyaan-pertanyaan. Tanda-

tanda distress pernafasan antara lain pasien payah, gelisah, tidak dapat mengikuti

percakapan dan pernafasan gaduh. Bila mendapat pasien seperti ini, segera beri

bantuan bila mungkin lakukan wawancara dengan keluarga untuk mengetahui

masalah/riwayat kesehatan sekarang dan sewaktu pasien sudah tenang,

pengumpulan riwayat kesehatan lengkap dapat dilakukan.

Pengumpulan data riwayat kesehatan dimulai dengan mengamati factor-

faktor umum yang mempengaruhi fungsi pernafasan, seperti usia, jenis kelamin,

dan keadaan lingkungan tempat tinggal pasien. Kemudian ajukan pertanyaan yang

berkaitan dengan masalah pernafasan. Data riwayat kesehatan yang dikumpulkan

meliputi : keadaan kesehatan sekarang, kesehatan dulu, kesehatan keluarga,

system fisiologis, perkembangan, pola pemeliharaan kesehatan, serta pola

berhubungan peran (morton, 1996).

Pertanyaan dasar yang berkaitan dengan keadaan kesehatan sekarang

antara lain meliputi pertanyaan tentang keadaan pernapasan (napas pendek), nyeri

dada, batuk, sputum. Pertanyaan untuk mengetahui keadaan kesehatan dulu

meliputi jenis gangguan kesehatan yang baru saja dialami, cidera dan

pembedahan. Untuk mengetahui keadaan kesehatan keluarga dapat diajukan

pertanyaan misalnya adakah anggota keluarga yang menderita empisema, asma,

alergi dan tuberkulosa.

Karena system pernapasan berkaitan dengan system-sistem yang lain

maka untuk pasien yang mengalami gangguan pernafasan perlu diberi pertanyaan

mengenai keadaan system yang lain yang mungkin menunjukkan gejala yang

berkaitan dengan masalah utama, misalnya demam, menggigil, lemah, keringat

dingin malam hari merupakan gejala yang berkaitan dengan tuberkulosa.

Status perkembangan juga merupakan factor yang harus menjadi

pertimbangan dalam mengumpulkan data riwayat kesehatan. Misalnya ibu yang

Page 16: Pemeriksaan Penunjang Sistem Respirasi

melahirkan bayi premature perlu ditanya apakah sewaktu hamil mempunyai

masalah-masalah resiko dan apakah usia kehamilan cukup. Ini penting karena bayi

premature dapat memiliki gangguan perkembangan system pernafasan sewaktu

lahir. Pada usia lanjut perlu ditanya apakah  ada perubahan pola nafas, cepat lelah

sewaktu naik tangga, sulit bernafas sewaktu berbaring, atau apakah bila flu

sembuhnya lama. Ini penting diajukan karena pasien usia lanjut mudah mengalami

gangguan pernafasan karena adanya keterbatasan dinding dada dan kelemahan

otot pernafasan. Perubahan system imunitas juga menyebabkan usia lanjut mudah

mengalami flu dan infeksi

Data pola pemeliharaan kesehatan diperoleh dengan memberi pertanyaan

pada pasien tentang pekerjaan, obat yang tersedia di rumah, pola tidur-istirahat

dan stress.

Untuk mengetahui pola peranan-kekerabatan maka pasien ditanya

adakah pengaruh dari gangguan/penyakitnya terhadap dirinya dan keluarga, serta

apakah gangguan yang dialami mempunyai pengaruh terhadap peran sebagai

istri/suami, dan dalam melakukan hubungan seksual.

Referensi: Priharjo, Robert. 1996. Pengkajian Fisik Keperawatan. Jakarta :

Penerbit Buku Kedokteran EGC

Setiawati, Santun. 2007. Panduan Praktis Pengkajian FisikKeperawatan.

Jakarta : Trans Info Medika.