18
LAPORAN DISKUSI KELOMPOK PEMERIKSAAN PENUNJANG MODUL 4. BIOPSI, SITOLOGI DAN FNAB SEMESTER III TAHUN AKADE MIK 2013/2014  DISUSUN OLEH KELOMPOK 6: 1. STEPHANIE MARCELINA 2012.07.0.0003 2. REXY RENALDY LOTONG 2012.07.0.0016 3. MELINDA TANADI  2012.07.0.0027 4. ALBERT SUSANTO HANDOYO  2012.07.0.0043 5. AJENG HANUN WINNY K  2012.07.0.0047 6. WISNU KUNCORO 2012.07.0.0050 7. REZA NUR ALFANSYAH 2012.07.0.0057 8. HENRY SEBASTIAN 2012.07.0.0065 9. SAFINA MAJDINA 2012.07.0.0066 10. SHEILLA MASITHA DEWIPUSPA 2012.07.0.0079 11. SAFIRA JUNIETA ANANDA  2012.07.0.0088 12. PARAMITIA DEVI OKTAVIANI  2012.07.0.0087  FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI  UNIVERSITAS HANG TUAH  SURABAYA 2013 

PEMERIKSAAN PENUNJANG KELOMPOK 6

Embed Size (px)

DESCRIPTION

PEMERIKSAAN PENUNJANG RM

Citation preview

LAPORAN DISKUSI KELOMPOK PEMERIKSAAN PENUNJANG MODUL 4. BIOPSI, SITOLOGI DAN FNAB

SEMESTER IIITAHUN AKADEMIK 2013/2014

DISUSUN OLEH KELOMPOK 6:1. STEPHANIE MARCELINA2012.07.0.00032. REXY RENALDY LOTONG2012.07.0.00163. MELINDA TANADI2012.07.0.00274. ALBERT SUSANTO HANDOYO2012.07.0.00435. AJENG HANUN WINNY K 2012.07.0.00476. WISNU KUNCORO 2012.07.0.00507. REZA NUR ALFANSYAH 2012.07.0.00578. HENRY SEBASTIAN2012.07.0.00659. SAFINA MAJDINA 2012.07.0.006610. SHEILLA MASITHA DEWIPUSPA 2012.07.0.007911. SAFIRA JUNIETA ANANDA 2012.07.0.008812. PARAMITIA DEVI OKTAVIANI 2012.07.0.0087

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGIUNIVERSITAS HANG TUAHSURABAYA2013Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah BIOPSI, SITOLOGI DAN FNAB ini dengan tepat waktu.

Makalah ini berisikan tentang pedoman dan arahan dalam menentukan macam pemeriksaan penunjang BIOPSI, SITOLOGI DAN FNAB yang dibutuhkan dalam menentukan keganasan suatu diagnosis tumor.. Diharapkan Makalah ini dapat memberikan informasi yang berguna bagi pembaca.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata kami sampaikan terima kasih kepada Fasilitator yang telah membantu kami berdiskusi, dan semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Kiranya berkat Tuhan Yang Maha Esa akan menyertai kita semua. Amin.

Surabaya, 21 Desember 2013

Penyusun

Daftar Isi

Kata Pengantar ...................................................................................................................... iiDaftar Isi ................................................................................................................................ iiiBab I Pendahuluan1.1 Latar Belakang.11.2 Jabaran Pemicu11.3 Peta Konsep21.4 Batasan Topik 2Bab II Tinjauan Pustaka2.1 FNAB2.1.1 Definisi FNAB32.1.2 Indikasi 32.1.3 Kelebihan dan kekurangan32.1.4 Prosedur32.1.5 Pengiriman 42.2 Sitologi2.2.1 Definisi52.2.2 Klasifikasi52.2.3 Interpretasi72.2.4 Kelebihan dan kekurangan92.3 Biopsi2.3.1 Definisi 102.3.2 Macam-macam102.3.3 Prosedur112.3.4 Interpretasi112.4 Radiografi pada kasus11 2.5 Interpretasi HPA13Bab III Penutup3.1 Kesimpulan14Daftar Pustaka15

15

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangBiopsi adalah pengambilan sejumlah kecil jaringan dari tubuh manusia untuk pemeriksaan patologis mikroskopik. Dilakukan apabila terdapat benjolan pada bagian tubuh yang tidak diketahui penyebabnya. Banyak kondisi yang dapat didiagnosis dengan biopsi, misalnya peradangan dalam organ dalam seperti hati, ginjal, yang dapat dilihat dari sampel biopsi. Kita dapat mengetahui tingkat keganasan yang terjadi tetapi tidak semudah itu, terkadang ganas tidaknya tumor masih belum dapat dipastikan.FNAB adalah suatu tindakan biopsi tumor atau benjolan yang dilakukan dengan jarum halus 25G berdiameter 0,5 mm atau lebih kecil, untuk mengambil contoh jaringan lalu memeriksanya dibawah mikroskop secara sitologi. Dengan FNAB diperoleh diagnosis tumor apakah jinak atau ganas, tanpa harus melakukan sayatan atau mengiris jaringan, sehingga keraguan seorang penderita apakah dirinya menderita kanker atau tidak segera terjawab dengan cepat dan akurat. FNAB juga sangat dianjurkan pada penderita tumor atau kanker dengan keadaan umum lemah, sehingga dapat ditegakkan diagnosisnya segera dengan resiko yang rendah, dimana pemeriksaan ini biasanya tidak memberatkan kondisi pasien.

1.2 Jabaran Pemicu Penderita wanita usia 45 tahun datang dengan keluhan adanya pembesaran pada leher bagian samping kiri dekat telinga yang timbul sejak 6 bulan yang lalu dan tidak sakit. Oleh karena penderita takut benjolan bertambah besar maka penderita datang ke dokter untuk dilakukan pengobatan. Untuk dapat menegakkan diagnosis maka dokter gigi harus melakuan pemeriksaan penunjang guna menentukan diagnosis pasti.

1.3 Peta Konsep

1.4 Batasan Topik1. FNABa. Definisic. Kelebihan dan Kekurangane. Pengirimanb. Indikasid. Prosedur2. Sitologia. Definisic. Interpretasib. Klasifikasid. Kelebihan dan Kekurangan3. Biopsia. Definisic. Prosedurb. Macamd. Interpretasi4. Radiografi pada kasus5. Interpretasi HPA

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 FNAB2.1.1 DefinisiFNAB adalah prosedur khusus yang digunakan untuk memperoleh sel,jaringan dan cairan dengan menggunakan jarum berukuran kecil dengan tujuan untuk diagnosis baik yang teraba maupun tidak teraba. Bagian anatomi yang paling umum diperiksa yaitu payudara, kelenjar tiroid, kelenjar saliva, kelenjar limfe, lesi jaringan lunak, hati dan pankreas (Nina Dhurandhar,dkk ,2003).

2.1.2 Indikasia. Preaperatif biopsi aspirasi pada tumor sangkaan maligna operable tujuannya adalah untuk diagnosis dan menentukan pada tindakan bedah selanjutnya. Sebagai contoh tumor payudara & kelenjar tiroid.b. Maligna inoperable biopsi aspirasi merupakan diagnosis konfirmotif.c. Diagnosis konfirmatif tumor rekuren & metastatis.d. Membedakan tumor kistik, solid & peradangan.e. Mengambil spesimen untuk kultur & penelitian. (Nina Dhurandhar,dkk, 2003).

2.1.3 Kelebihan dan kekurangana. KelebihanFNAB merupakan pemeriksaan yang paling sederhana, mudah, dan cepat, serta dapat dipercaya untuk menegakkan diagnosis tumor atau massa yang berasal dari kelenjar getah bening. FNAB dapat dikerjakan pada pasien rawat jalan dengan morbiditas minimal, sehingga tidak perlu dilakukan perawatan inap. Disamping itu, FNAB dapat membedakan tumor jinak atau ganas (Norahmawati E, 2013).

b. KekuranganFNAB juga memiliki keterbatasan yang diantaranya jangkauan sitologi FNAB sangat terbatas, luas invasi tumor tidak dapat ditentukan, dpat terjadi negate palsu, subtipe kanker tidak selalu dapat diidentifikasi, harus ada kerjasama klinis dan patologis, dan akurasinya lebih rendah dibandingan dengan biopsi. Dibutuhkan pengalaman dan keahlian yang cukup untuk dapat mediagnosa dengan tepat karena terdapat banyak kemiripan morfologi gambaran sitologi tumor jinak atau ganas (Norahmawati E, 2013).

2.1.4 ProsedurAlat dan Bahan :a. Syringe holderb. Disposable 10-ml plastic syringes c. Disposable 25- or 27- gauge needles 1 inches longd. Glass slides, 1,0 mm e. Alcohol prep spongesf. Botol berisi alkohol untuk fiksasi sementara hasil apusang. Sarung tangan h. Tabung pengirimani. Formulir berisikan data (nama pasien, tanggal pengambilan, nomor klinis, lokasi biopsy)(Revianti S, Prananingrum W, Andriani D, 2013)

Tata laksana :a. Sebelum dilakukan FNAB, pasien harus mendapatkan penjelasan secara lengkapb. Dilakukan palpasi pada lesi dengan hati-hati pada bagian yang terinfeksi c. FNAB dilakukan dengan pasien dalam posisi terlentang d. Pasien diminta tidak menelan, berbicara/bergerak selama prosedur FNAB dilakukane. Aspirasi dilakukan 2-4 kali dengan menggunakan jarum halus yang di masukkan ke dalam kulit/ mukosa untuk mengambil spesimen f. Spesimen aspirat diteteskan pada gelas obyek, dengan menggunakan gelas obyek yang lain maka aspirat ditekan secara halus dan dibuat hapusan dengan menggerakkan obyek glass penekan ke satu arah sekali sajag. Lakukan fiksasih. Dikenal 2 macam fiksasi hapusan, yaitu:1. Fikasasi basah, dengan memasukkan hapusan langsung ke dalam alcohol 95% selagi masik basah. Cara fikasasi pertama ini digunakan untuk pewarnaan papanicolou/HE (Hematoksilin Eosin).2. Fiksasi kering, sediaan dikeringkan di udara secepatnya, biasanya dibantu dengan hair dryer. Cara fiksasi kering ini digunakan untuk pewarnaan giemsa/ Diffquick.(Revianti S, Prananingrum W, Andriani D, 2013)

2.1.5 PengirimanSampel dikirim ke laboratorium Patologi Anatomi , atau pengiriman dimulai dari persiapan kaca objek untuk pengiriman ke laboratorium sitologi disertai dengan formulir permintaaan yang memuat diagnosis sementara, riwayatan pengobatan dengan antimikroba , informasi klinis seperti umur, jenis kelamin , riwayat serta diagram spesimen dan gambaran klinis lesi. Disertai juga surat rujukan. contohnya :

Surabaya,19 Desember 2013

kepada ythlab. Patologi AnatomiRSAL Dr. RamelanSurabaya

Bersama ini kami kirimkan spesimen hasil FNAB pada kelenjar parotis pasien :

Nama pasien :Usia :Jenis kelamin :Alamat :Dengan pemeriksaan klinis di dapatkan benjolan pada kelenjar parotis , warna sama dengan jaringan sekitar, single , permukaan tidak rata , batas jelas dan tidak nyeri, dengan diagnosis sementara tumor kelenjar parotis.Mohon pemeriksaan lebih lanjut di bidang sejawat dan mohon sedikit kabar.

2.2 SITOLOGI2.2.1 DefinisiSitologi berasal dari kata "cytos" dan "logos" yang berarti ilmu yang mempelajari sitologi / sifat kimiawi sel / bagian2 sel. Pemeriksaan sitologi didefinisikan sebagai pemeriksaan mikroskopis sel yang dikikis dari permukaan lesi dengan memplajari karakteristiknya. Peran pemeriksaan sitologi dalam kaitan keganasan adalah mendiagnosis awal serta membantu ketepatan hasil diagnosis akhir. Pemeriksaan sitologi merupakan salahsatu pemeriksaan laboratorik yang dapat digunakan untuk pemeriksaan penyaring dari berbagai lesi termasuk diagnosis awal keganasan (Janti Sudiono, 2008).

2.2.2 Klasifikasi1) kelas 1 (normal)a. sel sel belum mengalami perubahan / normalb. perlu observasi

2. Kelas II (atypical)a. ditemukan sel sel dengan sedikit perubhan atypia tetapi belum ada perubahan keganasan.

3. Kelas III (interminate)a. gambaran menunjukan antara kanker dan belum kanker.b. sel sel dengan perubahan atypia lbh banyak ditemukan tetapi belum jelas adanya keganasanc. kemungkinan lesi adalah prakanker / karsinoma in situ, biopsi dilanjutkan.

4. Kelas IV (suggestive of cancer)a. ditemukan sejumlah kecil sel yang telah menunjukan perubahan ganas.b. sejumlah besar sel telah mnunjukan perubahan keganasan.c. biopsi harus dilakukan.

5. Kelas V (positive of cancer)a. nampak sel sel yang jelas ganasb. biopsi harus dilakukan.c. Conclusive for cancer.(Revianti S, Prananingrum W, Andriani D, 2013)

2.2.3 InterpretasiDasar Interpretasi1. Morfologi epitel skuamosaMukosa rongga mulut dilapisi atau ditutupi oleh epitel berlapis pipih atau epitel gepeng tanpa penandukan (non cornified stratified squamous ephithelium).susuna sel epitel skuamose normal terdiri atas :1. Sel lapisan superfisial (sel superficialis)Adalah sel yang berasal dari lapisan stratum korneum secara histologi yang etrdiri atas dua macam sel :a. Sel epitel superficialis basophil inti besarb. Sel epitel superficialis asidofil inti piknotika) Sel besar dengan bentukpoligona;, penampang sel biasanya antara 35-45 umb) Sitoplasma rata, halus, transparent, eusinofilik berwarna merah mudahc) Inti yang piknotok, sering Nampak fragmen kecil yang melekat pada materi inti2. Sel lapisan intermedier (sel intermediet)a) Besarnya lebih kurang saa dengan sel superficial atau sedikit lebih kecilb) Berbentuk polygonal atau bulat panjangc) Sitoplasma biasanya basofilik atau kadang eosinofilik dan Nampak lebih kentald) Inti lebih besar (ukuran 8 mikron), bulat atau bulat panjang, belum piknotik, padat basofil, dan warna agak gelap dengan batas dinding yang jelas, khromosenter dan khromatin dapat terlihat. Inti semacam ini biasanya disebut sebagai inti vesikulere) Variasi fisiologik dari sel superficial dan intermedia ialah pembentukan mutiara tanduk, dimana sel tersusun konsentris seperti irisan bawang.3. Sel parabasal 4. Sel lapisan basala) Sel basal internab) Sel basal externa(Revianti S, Prananingrum W, Andriani D, 2013)

2. Sel-sel lain yang dapat ditemukan pada sediaan apusan / sitologi1. Sel superficial tanpa inti ( fragmen keratin )2. Sel-sel radanga) Radangb) Infeksic) Perubahan akibat radang yang tidak spesifik dapat diketahui melalui hasil hasil pemeriksaan sitologid) Secara sitologi tanda-tanda yang nyata akibat radang adalah banyaknya sel radang, terutama sel PMN yang menutupi sel epitel atau sebagai latar belakang sediaan (pada radang akut) dan atau sel histiosit, sel limfosit, dan sel plasma ( pada radang kronis)e) Tanda-tanda radang yang terjadi pada sel epitelnya sendiri yaitu :Perubahan degenerasi pada sel berupa :a. Pembengkakan inti selb. Halo perinuklear yang kecilc. Hilagnya ketajaman pola kromatin inti karena proses kariopiknotik, karioeksis, dan kariolisisd. Sitoplasma bervakuolisasi, sitolisis, debris atau kondensasi eosinofilik.e. Pada sediaan apusan sel-sel yang terinfeks yang sering dijumpai adalah metaplastik bervakuolisasi.(Revianti S, Prananingrum W, Andriani D, 2013)

2.2.4 Kelebihan dan kekurangan1.Kelebihan pemeriksaan sitologi Mudah Murah Cepat Sederhana Pendarahan sedikit, bahkan tanpa rasa nyeri pada pasien. Dapat dilakukan pada beberapa pasien dalam waktu singkat. Dapat dilakukan sebagai tindakan massal. Untuk screening lesi yang derajat keganasannya tinggi tidak menimbulkan stimulasi metastase. Efektif untuk diagnosis tumor saluran pencernaan, paru, saluran air kemih, dan lambung. Dapat memberikan hasil positif meskipun pada pemeriksaan langsung dan palpasi tidak menunjukkan kelainan. Karsinoma dapat terdiagnosis meskipun masih dalam stadium in situ.(Janti Sudiono, 2008).

2. Kekurangan pemeriksaan sitologi Diagnosa sitologi hanya berdasar perubahan sitoplasma dan inti sel Perubahan yang terjadi harus dipastikan bukan akibat kesalahan teknis Hanya dapat untuk mendeteksi lesi yang letaknya di permukaan mukosa mulut Hanya untuk lesi yang yang tidak tertutup keratin tebal Tidak efektif untuk digunakan pada lesi nonulseratif dan hiperkeratotik karena sel-sel abnormal masih tertutup oleh lapisan keratin Hasil pemeriksaan sitologi yang mengindikasikan keganasan masih perlu dikonfirmasi dengan biopsi Sering kali bahan yang terambil tidak representatif(Janti Sudiono, 2008).2.3 BIOPSI2.3.1 DefinisiBiopsi adalah salah satu cara pemeriksaan patologi anatomi yang dapat digunakan untuk menegakkan diagnosis pasti suatu lesi, khususnya yang dicurigai sebagai suatu keganasan (Janti Sudiono, 2008).

2.3.2 Macam1. Biopsi brusha. Teknik biopsi brush membantu menentukan apakah sebuah lesi mukosa mulut dengan gambaran klinis yang tampak tidak berbahaya memerlukan biopsi pembedahan.b. Biopsi brush diindikasikan untuk lesi yang tampak mencurigakanc. Biopsi brush digunakan untuk mendeteksi kelainan epitel di permukaan yang secara klinis tidak tampak atau pun lesi yang dicurigai sebagai lesi prakanker atau kanker.d. Biopsi brush merupakan prosedur biopsi sederhana, cepat, tepat, menggunakan sikat yang dirancang khusus, sehingga mampu mengambil sel pada seluruh lapisan epitel Tanpa menggunakan anestesi. (Janti Sudiono, 2008)2. Biopsi insisia. Merupakan suatu Teknik biopsi yang mengambil sebagaian Dari jaringan lesi dengan mengikutsertakan jaringan normal di sekitarnyab. Indikasi: 1. Lesi yang besar (diameter lebih dari 1 cm) dengan karakteristik yang berbeda antara area satu dengan lainnya.2. Lesi yang bersifat multiple atau mencakup lokasi yang berbeda.3. Perlu menetukan diagnosis sebelum melakukan tindakan perawatan.4. Jika eksisi menyeluruh tidak dapat dilakukan, mengingat ukuran lesi atau karena factor lainnya, seperti: lokasi lesi mempunyai resiko tinggi. (Janti Sudiono, 2008)c. Kontraindikasi biopsi insisi:1. Lesi berpigmen melanin karena akan lebih cepat menyebar.2. Lesi keunguan bersisi darah, karena dapat menyebabkan perdarahan yang membahayakan.3. Lesi kelenjar saliva, biopsi dapat menyebabkan mudahnya terjadi rekurensi pasca bedah.4. Keganasan yang terlihat jelas secara klinis. (Janti Sudiono, 2008)3. Biopsi eksisia. Merupakan Teknik biopsi yang mengambil seluruh jaringan lesib. Indikasi : untuk memastikan diagnosa klinis yang sudah dibuat, untuk Ukuran lesi < 1cm sehingga seluruh jaringan dapat di ambil (Janti Sudiono, 2008).4. Biopsi punchUmumnya digunakan di bidang dermatologi untuk mengambil sampel kulit. Sesudah dianestesi, dilakukan pengambilan jaringan dengan diameter 3-4 mm dengan alat punch kemudian dijahit (Janti Sudiono, 2008).5. Biopsi aspirasiMerupakan pengambilan jaringan dengan alat khusus. Imdikasinya untuk semua lesi yang diperkirakan berisi chairman dan setiap lesi dalam tulang sebelum pembedahan dilakukan (Janti Sudiono, 2008).(Janti Sudiono, 2008).

2.3.3 Prosedur1. Lakukan pengulasan permukaan lesi dengan zat antiseptic2. Lakukan anastesi local. Pada biopsy jaringan lunak, suntikan anastesi dilakukan pada bagian tepi lesi3. Kemudian lakukan pemotongan jaringan dari tepi lesi. Irisan berbentuk elips pada permukaan dan bertemu membentuk huruf V atau irisan segitiga4. Forcep digunakan untuk memegang jaringan biopsy5. Jaringan biopsy kemudian dipisahkan dari dasarnya6. Bila diperlukan dapat dilakukan penjahitan sesudahnya7. Masukkan jaringan biopsy pada tabung kaca berisikan larutan formalin

2.3.4 InterpretasiData klinis harus dipertimbangkan dalam penilaian jaringan biopsi. Dalam penilaian jaringan biopsi ada 2 tingkatan yang berbeda: a. Penilaian perubahan histopatologis yang terjadi.b. Analisis perubahan-perubahan ini berdasarkan keadaan klinis dan morfologis.Laporan hasil pemeriksaan biopsi dikembalikan kepada dokter gigi. Laporan tersebut berisi penjelasan mikroskopis dari specimen dan diagnosis mikroskopis yang diambil berdasarkan riwayat kesehatan. Tepi spesimen biopsi juga perlu diamati dengan teliti untuk melihat apakah penyakit telah meluas ke luar daerah biopsi. Tepi yang bebas dari sel abnormal atau negatif, berarti tidak ditemukan penyakit pada tepi spesimen biopsi. Tepi positif berarti ditemukan penyakit dan membutuhkan perawatan tambahan. (Janti Sudiono, 2008)

2.4 RADIOGRAFI PADA KASUSa. CT ScanCT Scan adalah suatu prosedur yang digunakan untuk mendapatkan gambaran dari berbagai sudut kecil dari tulang tengkorak dan otak. Berat badan klien merupakan suatu hal yang harus dipertimbangkan. Berat badan klien yang dapat dilakukan pemeriksaan CT Scan adalah klien dengan berat badan dibawah 145 kg. Hal ini dipertimbangkan dengan tingkat kekuatan scanner. Sebelum dilakukan pemeriksaan CT scan pada klien, harus dilakukan test apakah klien mempunyai kesanggupan untuk diam tanpa mengadakan perubahan selama 20-25 menit, karena hal ini berhubungan dengan lamanya pemeriksaan yang dibutuhkan.

Adapun tujuan penggunaan ct-scan, yaitu :1. Menemukan patologi otak dan medula spinalis dengan teknik scanning2.Menilai kondisi pembuluh darah misalnya pada penyakit jantung koroner, emboli paru, pembesaran pembuluh darah aorta dan berbagai kelainan pembuluh darah lainnya3. Menilai tumor atau kanker misalnya penyebaran kanker, letak kanker dan jenis kanker4. Kasus trauma/cidera misalnta trauma kepala, trauma tulang belakang dan trauma lainnya pada kecelakaan.5. Menilai organ dalam, misalnya pada stroke, gangguan organ pencernaan dll6. Membantu proses biopsy jaringan atau proses drainase/pengeluaran cairan yang menumpuk di tubuh. Disini ct-scan berperan sebaga mata dokter untuk melihat lokasi yang tepat untuk melakukan tindakan7. Alat bantu pmeriksaan bila hasik yang dicapai dengan pemerksaan radiologi lainnya kurang memuaskan atau ada kondisi yang tidak memungkinkan anda melakukan pemeriksaan selain ct-scan

b. MRIMerupakan pemeriksaan standar untuk evaluasi jaringan lunak seperti otak, tulang belakang, nasofaring, saluran bilier, kandungan, payudara, prostat serta oto-otot. Pemeriksaan ini menggunakan medan magnet sehingga tidak terdapat paparan radiasi.MRI merupakan metode yang rutin dipakai dalam diagnosis medis karena hasilnya yang sangat akurat. Alat MRI memiliki kemampuan membuat gambaran potongan coronal, sagital, aksial dan oblik tanpa banyak memanipulasi tubuh pasien. Ada beberapa kelebihan dari MRI, antara lain:a. MRI lebih unggul untuk mendeteksi beberapa kelainan pada jaringan lunakb. Mampu member gambaran detail anatomi dengan lebih jelasc. Mampu melakukan pemeriksaan fungsional seperti pemeriksaan difusi, perfusi dan spektroskopi.d. Mampu membuat gambaran potongan melintang, tegak, dan miring tanpa merubah posisi pasien.e. MRI tidak menggunakan radiasi pengion

2.5 INTERPRETASI HPA

1. Tumor terdiri dari proliferasi baik komponen sel epitelial maupun mesenkimal dan gambarannya sangat bervariasi dari kasus perkasusnya.1. Komponen epitelial misalnya dapat menunjukkan gambaran sel-sel yang tersusun dalam bentuk deretan, pulau-pulau maupun tersusun mirip duktus, atau masa dari sel yang luas.1. Komponen epitelial tersebut terdiri dari sel-sel yang bulat bentuknya, polihedral, memanjang maupun berbentuk stelate.1. Kadang-kadang ditemui sel-sel yang mirip tulang rawan diduga berasal dari modikasi sel-sel myoepitel.1. Sedangkan komponen mesenkimal terdiri dari jaringan ikat brous yang dapat tersususun padat, atau disertai hyalinisasi, maupun tersusun kendor atau miksomatik atau disebut sebagai bagian yang terdin dari jaringan miksomatoid.1. Mengingat gambaran tumor yang sangat bervariasi tersebut maka dapat saja tenadi komponen epithelial maupun mesenkimalnya mendominasi gambaran mikroskopik daripada tumornya.1. Pola gambaran mikroskopik yang sangat bervariasi dari kasus perkasusnya, dapat pula terjadi pada berbagai tempat / regio dari tumor yang sama pada penderita yang sama.Diagnosis: Pleomork adenoma

BAB IIIPENUTUP

3.1 KesimpulanPenggunaan teknik FNAB, Sitologi dan biopsy harus didasarkan dengan tujuan dokter. Sebelum pelaksanaan teknik tersebut, dokter harus mengetahui dasar-dasar seluruh teknik tersebut ,elibuti prosedur, indikasi, kelebihan dan kekurangan serta lainnya. Dengan mengetahui jelas tentang semua itu, maka dokter dapat mengetahui langkah yang akan dilakukan terhadap pasien.Pada kasus tumor kelenjar parotis dalam jabaran pemicu, untuk mengetahui keganasan pada tumor tersebut dilakukan indikasi dgn teknik FNAB yg memiliki kelebihan cepat, aman, simple, dan bisa dilakukan kapanpun dan pada siapapun tanpa harus melakukan anastesi. Setelah pengambilan sampel akan dikirim ke lab. PA untuk mendapatkan pemeriksaan sitologi. Cara pengiriman dimulai dari persiapan bahannya disertai dengan formulir permintaan yang memuat diagnosis sementara, riwayat pengobatan dengan antimikroba, informasi klinis seperti nama, umur, jenis kelamin, riwayat serta diagram spesimen dan gambaran klinis lesi (ukuran, tempat, warna, konsistensi dan mobilitas). Bentuk perawatan harus disesuaikan dari hasil sitologi yg harus memperhatikan sitodiagnosis. Perawatan dapat dilakukan dengan bedah eksisi dan perawatan lain seperti radiasi, radiotherapy, dan kemotherapy.

DAFTAR PUSTAKA

1. Norahmawati E, 2013. Fine Needle Aspiration Biopsy Has Important Role and High Accuracy as Preoperative Diagnostic Method for Bone Tumors. Available @url : http://www.jkb.ub.ac.id/index.php/jkb/article/viewFile/181/178 2. Nina Dhurandhar et al , 2003. Fine Needle Aspiration Biopsy (FNAB) Techniques; Approved GuidelineSecond Edition.Available access url : http://www.clsi.org/source/orders/free/gp20-a2.pdf3. Revianti S, Prananingrum W, Andriani D, 2013. Modul Praktikum Pemeriksaan Penunjang Biopsi-Sitologi-FNAB, Surabaya. FKG UHT.4. Sudiono, Janti, 2008. Pemeriksaan Patologi Untuk Diagnosis Neoplasma Mulut, Jakarta. EGC.