111
PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KITAB “ADABUL ‘ALIM WAL MUTA’ALIM” KARYA K.H HASYIM ASY’ARI S K R I P S I Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Disusun oleh Fitriyanti Wahyuni 111 13 088 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK) INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2017

PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KITAB “ADABUL …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1901/1/SKRIPSI FULL... · Degradasi moral ditandai oleh mundurnya sikap santun, ramah, serta jiwa

  • Upload
    lexuyen

  • View
    244

  • Download
    4

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KITAB “ADABUL …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1901/1/SKRIPSI FULL... · Degradasi moral ditandai oleh mundurnya sikap santun, ramah, serta jiwa

PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KITAB “ADABUL

‘ALIM WAL MUTA’ALIM” KARYA

K.H HASYIM ASY’ARI

S K R I P S I

Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat

guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Disusun oleh

Fitriyanti Wahyuni

111 13 088

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

2017

Page 2: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KITAB “ADABUL …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1901/1/SKRIPSI FULL... · Degradasi moral ditandai oleh mundurnya sikap santun, ramah, serta jiwa

ii

Page 3: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KITAB “ADABUL …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1901/1/SKRIPSI FULL... · Degradasi moral ditandai oleh mundurnya sikap santun, ramah, serta jiwa

iii

DEKLARASI

Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, peneliti menyatakan bahwa

skripsi ini tidak berisi materi yang pernah ditulis oleh orang lain atau pernah

diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang

lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan

rujukan.

Apabila di kemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran

orang lain di luar referensi yang peneliti cantumkan, maka peneliti sanggup

mempertanggung jawabkan kembali keaslian skripsi ini di hadapan sidang

munaqosah skripsi.

Demikian deklarasi ini dibuat oleh penulis untuk dapat dimaklumi.

Salatiga, 24 Juli 2017

Penulis

Fitriyanti Wahyuni

111 13 088

Page 4: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KITAB “ADABUL …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1901/1/SKRIPSI FULL... · Degradasi moral ditandai oleh mundurnya sikap santun, ramah, serta jiwa

iv

Page 5: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KITAB “ADABUL …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1901/1/SKRIPSI FULL... · Degradasi moral ditandai oleh mundurnya sikap santun, ramah, serta jiwa

v

Mufiq, S. Ag., M. Phil.

Dosen IAIN Salatiga

Nota Pembimbing

Lamp : 4 Eksemplar

Hal : Naskah Skripsi

Saudari : Fitriyanti Wahyuni

Kepada

Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah dan

Ilmu Keguruan IAIN Salatiga

di Salatiga

Assalamu'alaikum. Wr. Wb.

Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka

bersama ini, kami kirimkan naskah skripsi saudara :

Nama : Fitriyanti Wahyuni

NIM : 111 13 088

Fakultas / Progdi : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan / Pendidikan Agama

Islam (PAI)

Judul : PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KITAB

“ADABUL ‘ALIM WAL MUTA’ALIM” KARYA

K.H HASYIM ASY’ARI

Dengan ini kami mohon skripsi Saudara tersebut di atas supaya segera

dimunaqosyahkan. Demikian agar menjadi perhatian.

Wassalamu'alaikum, Wr, Wb.

Salatiga, 24 Juli 2017

Pembimbing

ufiq, S. Ag., M. Phil.

NIP.19690617 199603 1 004

KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA

Page 6: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KITAB “ADABUL …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1901/1/SKRIPSI FULL... · Degradasi moral ditandai oleh mundurnya sikap santun, ramah, serta jiwa

vi

INSTITUT AGAMNA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)

Jl. Lingkar Salatiga Km. 2 Tel. (0298) 6031364 Salatiga 50716 Website : tarbiyah.iainsalatiga.ac.id E-mail : [email protected]

_______________________________________________________________________________

SKRIPSI

PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KITAB

“ADABUL ‘ALIM WAL MUTA’ALIM” KARYA

K.H HASYIM ASY’ARI

Disusun oleh:

FITRIYANTI WAHYUNI

NIM: 111 13 088

Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Pendidikan

Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri

(IAIN) Salatiga, pada tanggal 29 Agustus 2017 dan telah dinyatakan memenuhi

syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Susunan Panitia Penguji

Ketua Penguji : Imam Mas Arum, M.Pd.

Sekretaris Penguji : Mufiq, S,Ag., M.Phil.

Penguji I : Siti Rukhayati, M.Ag.

Penguji II : Drs. Ahmad Sultoni, M.Pd.

Salatiga, 29 Agustus 2017

Dekan Fakultas Tarbiyah dan

Ilmu Keguruan (FTIK)

Suwardi, M.Pd.

NIP. 19670121 199903 1 002

Page 7: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KITAB “ADABUL …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1901/1/SKRIPSI FULL... · Degradasi moral ditandai oleh mundurnya sikap santun, ramah, serta jiwa

vii

MOTTO

“Sebaik-baik kamu yaitu yang paling baik keadaan akhlakny

“Dunia itu adalah sebagai satu hiasan, dan sebaik-baik

hiasan dunia itu adalah

wanita yang baik

(Shalihah)”

Page 8: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KITAB “ADABUL …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1901/1/SKRIPSI FULL... · Degradasi moral ditandai oleh mundurnya sikap santun, ramah, serta jiwa

viii

PERSEMBAHAN

“Sebagai Ungkapan Rasa Syukurku dan tanda Bakti Kepada Kedua

Orang Tuaku”

Tugas Akhir ini saya persembahkan kepada

Pertama

Kedua orang tuaku tercinta Ibundaku “Wasiyah” dan Ayahandaku

“Mujiran” yang senantiasa membimbing, mendorong, mendukung dengan

penuh kesabaran, keikhlasan, kegigihan dan tidak henti-hentinya

mendo’akan anak-anaknya supaya menjadi orang yang sholih, solihah

bermanfaat bagi Agama, Nusa dan Bangsa Amin Yaa Robbal alamiin

Taklupa kepada Adik-adiku tercinta dan yangku sayang Ahmmad

Sayfullah dan Syamsul Arifin

Ke-dua

Kiyai saya KH. Abdul Rosyyid al-Hamid, Alm KH. Zumri RWS, Ibu

Nyai Hj Siti Basiro, Ibu Nyai Hj Latifah Guru-guruku, Ustad ustazah

Pondok pesantren Sabilull Huda, dan Pondok pesantren Al-Falah yang

selalu mendo’akan dan memberi nasehat-nasehatnya yang sangat

bermanfaat untuk saya

Ke-tiga

Penyemangatku Kang Mas Muhammad Zubaidi yang selalu

mendo’akan, memberi semangat, memberi nasehat-nasehatnya dan

teman-temanku seperjuangan di pondok Al-Falah angkatan 2013 (mb Risa

Rosiana, mb Novita Intan) yang ikut serta memberi dorongan, semangat

dan do’anya dalam menyelesaikan tugas akhir ini

Ke-empat

Yang terakhir Almamaterku FTIK (Fakultas tarbiyah dan ilmu

keguruan) S1 Pendidikan Agama Islam Institut Agama Islam Negri

(IAIN) Salatiga

Page 9: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KITAB “ADABUL …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1901/1/SKRIPSI FULL... · Degradasi moral ditandai oleh mundurnya sikap santun, ramah, serta jiwa

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat, hidayah dan taufiqnya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini. Sholawat serta salam kami haturkan kepada junjungan

kita Nabi Agung Muhammad SAW yang telah menuntun umatnya ke jalan

kebenaran dan keadilan.

Skripsi ini penulis susun dalam rangka memenuhi tugas dan melengkapi

syarat guna untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan. Adapun jugul skripsi ini

adalah “PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KITAB “ADABUL ‘ALIM WAL

MUTA’ALIM” KARYA K.H HASYIM ASYARI”.

Penulisan skripsi ini tidak lepas dari berbagai pihak yang telah

memberikan dukungan moril maupun materi. Dengan penuh kerendahan hati,

penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga

2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

IAIN Salatiga.

3. Bapak Mufiq, S.Ag., M.Phil., selaku Dosen Pembimbing yang telah berkenan

secara ikhlas dan sabar meluangakan waktu serta mencurahkan pikiran dan

tenaganya memberi bimbingan dan pengarahan yang sangat berguna sejak

awal proses penyusunan dan penulisan hingga terselesaikannya skripsi ini.

4. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag. selaku Kajur Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

IAIN Salatiga.

5. Ibu Maslikhah, M.Si. selaku dosen pembimbing akademik.

6. Seluruh anggota tim penguji skripsi yang telah meluangkan waktunya untuk

menilai kelayakan dan menguji skripsi dalam rangka menyelesaikan studi

Pendidikan Agama Islam di Institut Agama Islam Negeri (IAIN Salatiga).

Page 10: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KITAB “ADABUL …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1901/1/SKRIPSI FULL... · Degradasi moral ditandai oleh mundurnya sikap santun, ramah, serta jiwa

x

Page 11: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KITAB “ADABUL …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1901/1/SKRIPSI FULL... · Degradasi moral ditandai oleh mundurnya sikap santun, ramah, serta jiwa

xi

ABSTRAK

Wahyuni, Fitriyanti. 2017. Pendidikan Karakter Dalam Kitab Adabul ‘Alim Wal

Muta’alim Karya K.H.Hasyim Asy’ari. Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan

Ilmu Keguruan. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Institut Agama

Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Mufiq, S.Ag, M. Phil.

Kata Kunci: Pendidikan Karakter menurut K.H Hasyim Asy’ari

Penelitian ini membahas tentang pendidikan karakter menurut K.H

Hasyim Asy’ari. Fokus Penelitian yang akan dikaji adalah: 1. Bagaimana

pendidikan karakter Perspektif K.H Hasyim Asy’ari; 2. Bagaimana relevansi

Pendidikan Karakter Perspektif K.H Hasyim Asy’ari dalam konteks kekinian.

Penelitian ini menggunakan pendekatan library research yaitu suatu

penelitian kepustakaan murni. Dengan demikian pengumpulan data dalam

penelitian ini adalah dengan menggunakan metode dokumentasi yang mencari

data mengenai hal-hal atau variabel-variabel yang berupa catatan seperti buku-

buku, majalah, dokumen, artikel, perkataan-perkataan, notulen harian, catatan

rapat dan sebagainya. Penulis menggunakan teknik analisis dekduktif induktif

dengan cara menemukan pola, tema tertentu dan mencarihubungan yang logis

antara pemikiran tersebut. Kemudian mengklasifikasikan pemikiran sang tokoh

sehingga dapat dirumuskan dalam pendidikan karakter yang sesuai. Langkah

terakhir yaitu merumuskan hasil penelitian yang dilakukan penulis.

Hasil penelitian bahwa pendidikan karakter dalam kitab Adabul ‘Alim Wal

Muta’alim karya K.H Hasyim Asy’ari bisa dilihat dalam integritas/ integral

terbukti sesuai dengan kondisi sekarang ini. Pemikiran-pemikiran K.H Hasyim

Asy’ari yang telah dituangkan dalam kitabnya yang tidak terlepas dari praktek

pendidikan yang dialaminya. Seperti ketika hendak membaca atau hendak menulis

buku atau kitab beliau selalu bersuci dan mengawalinya dengan membaca

basmalah. Kebiasaan beliau pada saat itu masih terlaksana pada saat ini seperti,

sebelum memulai pembelajaran setiap sekolah membuka pembelajaran dengan

membaca do’a, membaca surat-surat pendek dan membaca asmaul husna.

Pendidikan karakter dilakukan dengan cara memasukkan pelajaran PKN, Akidah

Ahlak dan sebagainya. Pendidikan karakter ini dinyatakan dalam publikasi pusat

kurikulum yang berfungsi mengembangkan potensi dasar Agama, memperkuat

dan membangun perilaku bangsa yang multikultural, meningkatkan peradaban

bangsa yang kompetitif. Agar tercapainya generasi bangsa Indonesia yang

berakhlakul karimah yang menjadikan generasi masa depan unggul, inovatif,

kreatif, mandiri sesuai dengan kemajuan zaman.

Page 12: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KITAB “ADABUL …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1901/1/SKRIPSI FULL... · Degradasi moral ditandai oleh mundurnya sikap santun, ramah, serta jiwa

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................. i

HALAMAN BERLOGO .......................................................................... ii

HALAMAN DEKLARASI ....................................................................... iii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN................................................. iv

HALAMAN NOTA PEMBIMBING ........................................................ v

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................... vi

MOTTO..................................................................................................... vii

PERSEMBAHAN ..................................................................................... viii

KATA PENGANTAR .............................................................................. x

ABSTRAK ................................................................................................ xiii

DAFTAR ISI ........ ................................................................................... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xvii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ................................................ 1

B. Fokus Masalah .............................................................. 5

C. Tujuan Penelitian .......................................................... 5

D. Kegunaan Penelitian ..................................................... 6

E. Metode Penelitian ......................................................... 7

1. Library Research................................................... 7

2. Teknik Analisis Data........................................... 7

F. Telaah Pustaka .............................................................. 8

G. Sistematika Penulisan ................................................... 10

Page 13: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KITAB “ADABUL …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1901/1/SKRIPSI FULL... · Degradasi moral ditandai oleh mundurnya sikap santun, ramah, serta jiwa

xiii

BAB II BIOGRAFI K. H HASYIM ASY’ARI

A. Riwayat Hidup K.H Hasyim Asy’ari ............................ 13

B. Pendidikan K.H Hasyim Asy’ari ................................... 18

C. Mendirikan Pesantren Tebuireng....................... ............ 24

D. Pemikiran K.H Hasyim Asy’ari

Dalam Bidang Pendidikan............................................. 31

E. Nasehat-Nasehat K.H Hasyim Asy’ari........................... 37

1. Tentang Pendidikan................................................ 37

2. Tentang Akhlaq...................................................... 40

3. Tentang Kesuksesan Murid.................................... 42

F. Karya-Karya K.H Hasyim Asy’ari.................................... 44

BAB III PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KITAB

“ADABUL ‘ALIM WAL MUTA’ALIM” KARYA

K.H HASYIM ASY’ARI

A. Pendidikan Karakter Secara Umum................................. 47

B. Pandangan K.H Hasyim Asy’ari tentang

Pendidikan Karakter........................................................ 56

1. Etika yang harus dimiliki oleh pelajar

terhadap dirinya sendiri............................................ 60

2. Etika pelajar terhadap gurunya................................. 61

3. Etika pelajar dalam proses pembelajaran dan

apa yang harus dilakukan di hadapan guru serta

tujuan belajar........................................................... 62

4. Etika alim (guru)untuk dirinya sendiri..................... 63

5. Etika seorang guru terhadap pelajarannya............... 65

6. Etika seorang alim terhadap para muridnya............. 66

Page 14: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KITAB “ADABUL …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1901/1/SKRIPSI FULL... · Degradasi moral ditandai oleh mundurnya sikap santun, ramah, serta jiwa

xiv

7. Etika terhadap kitab................................................. 66

BAB IV RELEVANSI PEMIKIRAN PENDIDIKAN KARAKTER

K.H HASYIM ASY’ARI

A. Relevansi Pemikiran....................................................... 73

B. Tujuan Pendidikan Karakter........................................... 81

C. Nilai-Nilai Karakter........................................................ 83

D. Pentingnya Pendidikan Karakter.................................... 84

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan...................................................................... 86

B. Saran................................................................................ 89

DAFTAR

LAMPIRAN

Page 15: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KITAB “ADABUL …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1901/1/SKRIPSI FULL... · Degradasi moral ditandai oleh mundurnya sikap santun, ramah, serta jiwa

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Era informasi dan pengetahuan yang ditandai oleh penempatan

teknologi informasi dan pengetahuan intelektual sebagai modal utama

dalam berbagai bidang kehidupan, teryata, di sisi lain memberikan dampak

negatif terhadap pertumbuhan karakter bangsa. Semakin hari degradasi

moral, sikap dan perilaku semakin terasa di berbagai kalangan masyarakat.

Ada kecenderungan bahwa watak atau karakter anggota masyarakat

Indonesia mengalami kemunduran.

Degradasi moral ditandai oleh mundurnya sikap santun, ramah, serta

jiwa kebhinnekaan, kebersamaan, dan kegotongroyongan dalam

masyarakat Indonesia. Di samping itu, perilaku anarkisme dan ketidak

jujuran marak di kalangan peserta didik, termasuk mahasiswa. Di sisi lain

banyak terjadi penyalahgunaan wewenang oleh para pejabat negara

sehingga korupsi semakin merajalela di hampir semua instansi pemerintah.

Perilaku seperti itu menunjukkan bahwa bangsa ini telah terbelit oleh

rendahnya moral, akhlak, atau karakter (Zuchdi, 2011:2).

Rendahnya karakter bangsa ini menjadikan perhatian semua pihak.

Kepedulian pada karakter telah dirumuskan pada fungsi dan tujuan

pendidikan bagi masa depan bangsa ini. Pasal 3 Undang-Undang Nomer

20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan.

Page 16: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KITAB “ADABUL …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1901/1/SKRIPSI FULL... · Degradasi moral ditandai oleh mundurnya sikap santun, ramah, serta jiwa

2

Suatu bangsa pasti tidak ingin menjadi bangsa yang tertinggal atau

terbelakang. Berbagai upaya dilakukan pemerintah untuk kemajuan

bangsanaya. Guna untuk menghadapi kecanggihan teknologi dan

komunikasi yang terus berkembang, perbaikan sumber daya manusi yang

cerdas, terampil, mandiri, dan berakhlak mulia (Wiyani, 2013:20).

Tidak ada yang menyangkal bahwa karakter merupakan aspek yang

penting untuk kesuksesan manusia dimasa depan. Karakter yang kuat akan

membentuk mental yang kuat. Sedangkan mental yang kuat akan

melahirkan sepirit yang kuat, pantang menyerah, berani mengarungi

proses yang panjang, serta menerjang arus badai yang bergelombang dan

berbahaya. Karakter yang kuat merupakan prasyarat untuk menjadi

seorang pemenang dalam medan kompetisi.

Pentingnya karakter yang kuat. Jika karakter bangsa ini lemah maka

bangsa Indonesia dijadikan budak negara-negara maju yang pandai dalam

bidang pengetahuan dan teknologi, mampu membuat trobosan progresif di

segala bidang. Negara ini akan semakin tertindas di dalam dan luar Negeri,

menjadi buruh di negara sendiri, yang akhirnya dijajah sumber daya alam

dan manusianya secara eksploitatif dan tidak manusiawi.

Pendidikan karakter dapat dijadikan tolak ukur bagi kemajuan dan

kualitas kehidupan suatu bangsa. Sehingga dapat dikatakan bahwa

kemajuan bangsa atau negara dapat dicapai dengan salah satunya melalui

pembaharuan serta penataan pendidikan yang baik. Jadi, kedudukan

pendidikan karakter mempunyai peran penting dalam menciptakan

Page 17: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KITAB “ADABUL …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1901/1/SKRIPSI FULL... · Degradasi moral ditandai oleh mundurnya sikap santun, ramah, serta jiwa

3

masyarakat yang cerdas, pandai, berjiwa demokritis serta berkarakter

mulia.

Dasar hukum pendidikan karakter:

1. Undang-Undang Dasar 1945.

2. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional.

3. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar

Nasional Pendidikan (Asmani,2013:41).

Pendidikan karakter, menurut Ratna Megawangi (2004:95),

“Sebuah usaha untuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil

keputusan dengan bijak dan mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-

hari, sehingga mereka dapat memberikan kontribusi yang positif kepada

lingkungannya”.

Menurut pandangan di atas pendidikan karakter dapat dipahami bahwa

suatu usaha masyarakat untuk membina dirinya menjadi peribadi yang

baik serta memiliki ilmu yang luas. Agar mereka mampu menyesuaikan

diri dengan cita-cita masyarakat dalam pembangunan bangsa dan negara.

Dalam referensi Islam, nilai yang sangat terkenal dan melekat yang

mencerminkan akhlak atau perilaku yang luar biasa tercermin pada Nabi

Muhammad Saw, yaitu: Sidik, Amanah, Fatonah, Tablik. Tentu dipahami

bahwa empat nilai ini merupakan esensi, bukan seluruhnya. Karena Nabi

Muhammad juga terkenal dengan karakter kesabarannya, ketangguhannya,

dan berbagai karakter lain (Permana, dkk, 2011: 11).

Page 18: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KITAB “ADABUL …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1901/1/SKRIPSI FULL... · Degradasi moral ditandai oleh mundurnya sikap santun, ramah, serta jiwa

4

Pada dasarnya pendidikan karakter dimulai dari hal yang terkecil

dalam mewujudkannya. Melalui bimbingan akhlak sebagai modal utama.

Sebagaimana yang telah difirmankan oleh Allah dalam surat An-Nahl

Artinya:

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran

yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya

Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari

jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat

petunjuk”(Q.S An-Nahl 125).

Nabi Muhammad diutus kebumi oleh Allah SWT untuk

menyempurnakan ahlak. Beliau berkata:

Dari Abu Dzar Jundub bin Junadah dan Abu Abdurrahman Mu’adzib

bin Jabal ra., keduanya berkata, Rosulullah saw. Bersabda:

“Bertakwalah kamu kepada Allah dimanapun kamu berada. Iringilah

kesalahanmu dengan berbuat baik, niscaya kebaikan itu menghapusnya.

Dan pergaulilah manusia dengan akhlak terpuji”(H.R Tirmidzi).

Ketakwaan kepada Allah SWT dapat menjadi penghalang antara kita

dengan siksa Allah SWT, ini dilakukan dengan jalan melaksanakan

perintahnya dan menjauhi semua larangannya. Allah SWT menyuruh

segenap manusia untuk menyembah-Nya semata dan tidak menyekutukan-

Nya.

Page 19: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KITAB “ADABUL …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1901/1/SKRIPSI FULL... · Degradasi moral ditandai oleh mundurnya sikap santun, ramah, serta jiwa

5

Hasyim Asy’ari adalah salah satu tokoh atau pemikir Islam klasik di

Indonesia membawa pemikiran tentang kemajuan. Merekalah yang disebut

kaum pembaharu yang telah dinantikan. Tujuannya tidak hanya menentang

pengaruh barat dari segi sosial dan budaya tetapi juga menghimbau agar

mereka kembali pada dasar-dasar pokok Islam melalui pendidikan

karakter. Sebagaimana pendidikan karakter dalam kitab “Adabul ‘Alim

Wal Muta’Alim” karya K.H Hasyim Asyari. Perjalanan pendidikan harus

melalui peroses yang pada akhirnya akan bermuara pada tumbuhnya

kreatifitas dan inovasi. Berdasarkn dari berbagai realitas seperti yang telah

dijabarkan di atas, penulis ingin melakukan penelitian mengenai

pendidikan karakter dengan judul “Pendidikan Karakter Dalam Kitab

“Adabul ‘Alim Wal Muta’Alim” Karya K.H Hasyim Asy’ari”.

B. Fokus Masalah

Dari latar belakang yang telah diuraikan, maka dalam penelitian ini

fokus masalahnya sebagai berikut:

1. Bagaimana Pendidikan Karakter Dalam Kitab “Adabul ‘Alim Wal

Muta’Alim” Karya K.H Hasyim Asyari?

2. Bagaimana relevansi Pendidikan Karakter Dalam Kitab “Adabul ‘Alim

Wal Muta’Alim” Karya K.H Hasyim Asyari dalam konteks kekinian?

C. Tujuan penelitian

Dengan adanya fokus masalah di atas penelitian yang berjudul

“Pendidikan Karakter Dalam Kitab Adabul ‘Alim Wal Muta’Alim Karya

Page 20: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KITAB “ADABUL …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1901/1/SKRIPSI FULL... · Degradasi moral ditandai oleh mundurnya sikap santun, ramah, serta jiwa

6

K.H Hasyim Asyari” maka tujuan penulis melakukan penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui Pendidikan Karakter Dalam Kitab “Adabul ‘Alim

Wal Muta’Alim” Karya K.H Hasyim Asyari.

2. Untuk mengetahui relevansi Pendidikan Karakter Dalam Kitab

“Adabul ‘Alim Wal Muta’Alim” Karya K.H Hasyim Asyari dalam

konteks kekinian.

D. Kegunaan Penelitian

Dalam penelitian ini diharapkan dapat membawa manfaat baik secara

teoritik maupun praktik.

1. Teoritik dalam arti: Sebagai salah satu sumbangan pemikiran untuk

pengembangan ilmu pengetahuan pendidikan Indonesia secara umum

dan khususnya dalam bidang pendidikan Islam.

2. Secara praktis dalam arti: Memberikan informasi ulang kepada praktisi

tentang pendidikan karakter Dalam Kitab “Adabul ‘Alim Wal

Muta’Alim” Karya K.H Hasyim Asyari.

a. Untuk dijadikan sebagai rujukan dalam pelaksanaan pendidikan

Karakter di sekolah.

b. Untuk dijadikan bahan penyusunan kurikulum pendidikan Islam

yang berkarakter.

E. Metode Penelitian

Jenis penelitian ini adalah studi perspektif tokoh. Dalam penelitian ini

tokoh yang dijadikan sentral studi adalah K.H Hasyim Asyari. Penelitian

Page 21: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KITAB “ADABUL …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1901/1/SKRIPSI FULL... · Degradasi moral ditandai oleh mundurnya sikap santun, ramah, serta jiwa

7

ini termasuk penelitian literatur yang berfokus pada referensi buku.

Penelitian literatur lebih difokuskan kepada setudi kepustakaan. Adapun

pengertian metode dalam penelitian ini adalah suatu cara untuk

memperoleh bahan-bahan penopang dalam penelitian. Dalam penulisan

skripsi penulis menggunakan metode:

1. Library Research

Untuk memperoleh data yang valid dalam penelitian ini, penulis

menggunakan library research yaitu penelitian perpustakaan, dengan

metode ini peneliti mengambil langkah-langkah sebagai berikut:

a. Mengumpulkan buku yang ada relevansinya dengan kajian

permasalahan.

b. Mengidentifikasikan semua permasalahan yang berkaitan dengan

penelitian.

c. Menarik suatu kesimpulan sebagai hasil kesimpulan suatu penelitian

tentang pokok permasalahan (Komaruddin, 1988:145).

2. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan penulis dalam penulisan skripsi

ini adalah:

a. Deduktif

Metode deduktif adalah metode berfikir dari pengetahuan yang

bersifat umum dan bertitik tolak dari pengetahuan itu kita hendak

menilai suatu kejadian yang khusus (Sutrisno Hadi, 1981:42). Dengan

cara mengumpulkan data dalam permasalahan umum kemudian

Page 22: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KITAB “ADABUL …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1901/1/SKRIPSI FULL... · Degradasi moral ditandai oleh mundurnya sikap santun, ramah, serta jiwa

8

mengerucut pada peroses pengambilan kesimpulan yang bersifat

khusus.

b. Induktif

Metode induktif adalah metode berfikir yang berangkat dari fakta-

fakta peristiwa khusus yang bersifat umum (Sutrisno Hadi, 1981:42).

Metode ini digunakan untuk membahas tentang sejumlah data

pendidikan karakter dalam kitab “Adabul ‘Alim Wal Muta’Alim”

karya K.H Hasyim Asyari.

F. Telaah Pustaka

K.H Hasyim Asyari ini merupakan pendiri (NU) Nahdlatul Ulama.

Kepemimpinanya sangatlah penting didalam tubuh Nahdlatul Ulama tidak

hanya itu beliau sosok yang dikenal aktif dalam menggulirkan gagasannya

tentang gerakan pendidikan maupun dakwah sekaligus entrepreneur yang

cukup sukses. Di ranah pendidikan K.H Hasyim Asyari terkenal sebagai

seorang yang tenang, sabar dan tidak keburu nafsu. Ia selalu menghadapi

segala persoalan dengan dada yang lapang, tidak terseret perasaan. Itulah

sebabnya, ia mampu memecahkan masalah-masalah yang berat dalam

situasai yang sulit, dengan hasil yang tepat dan memuaskan (Santoso,

2007:19). Sistem pendidikan yang dibangun yang berorentasi pada

pendidikan ala santri deangan menggunakan sistem pendidikan klasikal.

Adapun buku yang telah terbit mengenai beliau diantaranya:

1. Ditulis oleh Zaenuri Siroj dan Nur Hadi, dengan judul “Adabul ‘Alim

Wal Muta’allim”. Ditetbitkan oleh CV Megah Jaya pada tahun 2009.

Page 23: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KITAB “ADABUL …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1901/1/SKRIPSI FULL... · Degradasi moral ditandai oleh mundurnya sikap santun, ramah, serta jiwa

9

2. Ditulis oleh Ai-Madyuni, dengan judul “Sang Kiai Tiga Generasi”.

Diterbitkan oleh Pustaka Al-Khumul pada tahun 2013.

3. Ditulis oleh Mukani, dengan judul “Biografi dan Nasehat

Hadratussyaikh KH.M. Hasyim Asy’ari”. Diterbitkan oleh Pustaka

Tebuireng pada tahun 2015.

4. Ditulis oleh Masyamsul Huda, dengan judul “Guru Sejati K.H Hasyim

Asyari pendiri pesantren Tebu Ireng yang mengakhiri era kejayaan

Kebo Ireng dan Kebo Kecak”. Diterbitkan oleh Tim Pustaka Inspirasi

pada tahun 2014.

5. Ditulis oleh M. Sanusi, dengan judul “Kebiasaan-Kebiasaan Inspiratif

K.H Hasyim Asyari”. Diterbitkan oleh DIVA Press (Anggota IKAPI)

pada tahun 2013 di Jogjakarta.

6. Ditulis oleh Fuad Jabali and Ismatu Ropi, dengan judul “Hasyim

Asyari Religious Thought and Political Activities” (1871-1947).

Diterbitkan oleh Logos Wacana Ilmu pada tahun 2000 Jakarta Selatan.

7. Ditulis oleh Santoso, dengan judul “Manusia di panggung sejarah

pemikiran dan gerakan tokoh-tokoh Islam”. Diterbitkan oleh SEGAR

ARSY pada tahun 2007 di Bandung.

8. Ditulis oleh Muhammad Mojlum Kham, dengan judul “100 Muslim

Paling Berpengaruh Sepanjang Sejarah”. Diterbitkan oleh PT Mizan

Publika pada tahun 2012 Jagjakarta-Jakarta Selatan.

Page 24: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KITAB “ADABUL …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1901/1/SKRIPSI FULL... · Degradasi moral ditandai oleh mundurnya sikap santun, ramah, serta jiwa

10

9. Ditulis oleh Mahfudz, dengan judul “BIOGRAFI 5 RAIS’AM NU”.

Diterbitkan oleh PUSTAKA PELAJAR pada tahun 1995 di

Yogyakarta.

10. Ditulis oleh Muhamad Sobari, dengan judul “NU DAN

KEINDONESIAAN”. Diterbitkan oleh PT Gramedia Pustaka Utama

pada tahun 2010 Jakarta.

11. Ditulis oleh KH. Abdurrahman Navis, Muhammad Idrus Ramli dan

Faris Khoirul Anam, dengan judul “Risalah Ahlussunnah Wal-

Jama’ah”. Diterbitkan oleh Kalista pada tahun 2012 Jawa Timur

(surabaya).

Dari beberapa sumber di atas, sejumlah pengamatan penulis masih ada

kekurangan yang membahas tentang pendidikan karakter perspektif K.H

Hasyim Asyari. Harapan penulis pemikiran yang akan disampaikan ini

dapat melengkapi informasi yang ada sebelumnya dan menambah wacana.

G. Sistematika Penulisan Skripsi

Dalam penyusunan skripsi, secara menyeluruh terdapat lima Bab

untuk membahas Pendidikan Karakter Dalam Kitab “Adabul ‘Alim Wal

Muta’Alim” Karya KH. Hasyim Asyari. Sistem penulisan skripsi untuk

mempermudah jalan pikiran dalam memahami secara keseluruhan isi

skripsi. Sistematika penulisan disusun sebagai berikut:

BAB I: Pendahuluan. Dalam bab ini penulis menjabarkan mengenai

pokok permasalahan yang terdiri: Latar Belakang Masalah, Fokus

Page 25: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KITAB “ADABUL …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1901/1/SKRIPSI FULL... · Degradasi moral ditandai oleh mundurnya sikap santun, ramah, serta jiwa

11

Masalah, Tujuan Penelitian, Telaah Pustaka, dan Sistematika Penulisan

Skripsi.

BAB II: Biografi K.H. Hasyim Asyari. Dalam bab ini memuat

beberapa pembahasan seperti halnya tentang, Riwayat Hidup, Setting

Sosial Politik, Karya-karya K.H Hasyim Asyari.

BAB III: Pendidikan Karakter Dalam Kitab “Adabul ‘Alim Wal

Muta’Alim” Karya K.H Hasyim Asyari. Dalam bab ini penulis

memaparkan pemikiran beliau yang merupakan inti dari skripsi ini. Maka

penulis mencoba memberikan penjelasan mengenai pengertian pendidikan

karakter, tujuan pendidikan karakter, dan dasar pendidikan karakter.

BAB IV: Pembahasan. Dalam bab ini penulis menelaah pendidikan

karakter K.H Hasyim Asyari secara analisis. Selanjutnya dicari

relevansinya dengan konteks kekinian dan implikasinya dalam pendidikan

karakter di Indonesia.

BAB V: Penutup. Dalam bab ini berisi tentang kesimpulan, saran-

saran dan penutup.

Page 26: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KITAB “ADABUL …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1901/1/SKRIPSI FULL... · Degradasi moral ditandai oleh mundurnya sikap santun, ramah, serta jiwa

12

BAB II

BIOGRAFI K.H HASYIM ASY’ARI

Hasyim Asy’ari merupakan orang yang istimewa di setiap langkahnya

sangat disegani oleh masyarakat. Beliau adalah tokoh pejuang yang tidak

kenal menyerah. Seorang pemimpin yang telah menuntun menjadi seorang

yang kritis terhadap dunia pendidikan. Dari hasil pemikiran ini

menghasilkan berbagai gagasan tentang pembaharuan yang meliputi

masalah politik, sosial, budaya dan pendidikan. Tak hanya itu, beliau

dikenal sebagai pejuang pendidik sejati yang membawa pembaharuan

dalam kebudayaan Indonesia (Santoso,2007:36-37).

Beliau juga sebagai pengajar, ilmu agama yang dibawa beliau sangat

mempengaruhi para peserta didik. Hasyim Asy’ari juga sangat disegani

masyarakat luas karena kesederhanaannya, beliau tidak segan bergaul pada

masyarakat awam, tetangga, orang-orang yang lebih tua, golongan priyayi,

tokoh-tokoh agama. Beliau juga tidak segan untuk tukar pendapat. Dalam

bergaul beliau tidak memandang derajat apapun. Termasuk orang-orang

yang sudah mempunyai jabatan tinggi dipemerintahan. Kesederhanaan

hidupnya membuat beliau mempunyai teman-teman yang semisi dan sevisi

dalam dunia pendidikan. Pergerakan beliau pun mempunyai hasil yang

cukup baik dalam perputaran roda pemerintahan. Segala rintangan dan

halangan tak mengurangi usaha untuk mengatasi tanpa memperhatikan

betapa beratnya. Sampai akhirnya beliau pun bisa mengatasinya.

Page 27: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KITAB “ADABUL …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1901/1/SKRIPSI FULL... · Degradasi moral ditandai oleh mundurnya sikap santun, ramah, serta jiwa

13

Organisasi yang didirikan beliau mempunyai tanggapan positif di

masyarakat (Sanusi,2013:264-266).

Untuk mengetahui keseluruhan tentang K.H. Hasyim Asy’ari penulis

mengajak pembaca untuk membahas bersama mengenai beliau:

A. Riwayat Hidup K.H Hasyim Asy’ari

K.H. M. Hasyim Asy’ari lahir di Gedang, Jombang, Jawa Timur, hari

selasa keliwon, Dzulhijah 1287 H, bertepatan dengan 14 Februari 1871 M

(Madyuni,2013:2).

K.H Hasyim Asy’ari lahir dari pasangan kyai Asy’ari dan Nyai

Halimah. Nama lengkap kyai Hasyim adalah Muhammad Hasyim bin

Asy’ari bin ‘Abdul Wahid bin ‘Abdul Halim (Pangeran Benowo) bin

‘Abdurrahman (Jojo Tingkir atau Mas Karebet atau Sultan Hadiwijaya)

bin ‘Abdullah bin ‘Abdul Aziz bin ‘Abdul Fattah bin Maulana Ishaq bin

Ainul Yaqin, yang lebih populer sunan Giri (Mukani,2015:4).

K.H Hasyim Asy’ari adalah ketiga dari 11 bersaudara. Ayahnya

bernama Kyai Asy’ari pemimpin pesantren keras Jombang, dari jalur ayah

nasab Kyai Hasyim bersambung kepada Maulana Ishak. Hingga Imam

Ja’far Shadiq bin Muhammad Al-Bakir. Sedangkan Ibunya bernama Nyai

Halimah, putri kyai Usman pendiri dan pengasuh pesantren Gedung Jawa

Timur. Kyai Usman juga merupakan seorang pemimpin Thariqah ternama

pada akhir abad ke- 19 M. Dari garis ibu, kiyai Hasyim merupakan

keturunan ke delapan dari Jaka Tingkir (Sultan Panjang) (Mukani,2015:6).

Page 28: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KITAB “ADABUL …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1901/1/SKRIPSI FULL... · Degradasi moral ditandai oleh mundurnya sikap santun, ramah, serta jiwa

14

Silsilah Nasab yaitu: menurut silsilah melalui sunan Giri (Raden Ainul

Yaqin) K.H Hasyim Asy’ari memiliki garis keturunan sampai dengan

Rasulullah dengan urutan sebagai berikut:

1. Sunan Giri (Raden Ainul Yaqin)

2. Abdurrohman / Jaka Tingkir (Sultan Panjang)

3. Abdul Halim (Pangeran Benowo)

4. Abdurrohman (Pangeran Samhud Bagda)

5. Abdul Halim

6. Abdul Wahid

7. Abu Sarwan

8. K.H Asy’ari (Jombang)

9. K.H Hasyim Asy’ari (Jombang) (Madyuni,2013:2-3).

Menurut catatan Sa’adah Ba Alawi Hadramaud, silsilah dari Sunan

Giri (Raden Ainul Yaqin) merupakan keturunan Rasulullah sebagai

berikut:

1. Husain bin Ali

2. Ali Zainal Abidin

3. Muhammad al-Baqir

4. Ja’far ash-Sadiq

5. Ali al-Uraidh

6. Muhammad an- Naqib

7. Isa ar-Rumi

8. Ahmad al-Muhajir

Page 29: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KITAB “ADABUL …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1901/1/SKRIPSI FULL... · Degradasi moral ditandai oleh mundurnya sikap santun, ramah, serta jiwa

15

9. Ubaidullah

10. Alwi Awwal

11. Muhammad Sahibus Saumiah

12. Alwi ats-Tsani

13. Ali Khali’ Qasam

14. Muhammad Shahib Mirbath

15. Alwi Ammi Al-Faqih

16. Abdul Malik (Ahmad Khan)

17. Abdullah (al-Azhamat) Khan

18. Ahmad Syah Jalal (Jalaluddin Khan)

19. Jamaluddin Akbar al Husaini (Maulana Akbar)

20. Maulana Ishaq

21. Dan ‘Ainul Yaqin (Sunan Giri) (Madyuni,2013:3).

Semasa kecil, K.H Hasyim Asyari sudah memperlihatkan tanda-tanda

keulamaanya. Terdidik dan besar dari keluarga ulama yang tinggal di

pesantren, membuat Hasyim Asy’ari kecil tidak canggung memerankan

sosok kyai, yang kelak menjadi poros ketokohannya.

Tanda-tanda keulamaan Hasyim Asy’ari tidak hanya terlihat saat dia

berkelana dari pesantren satu ke pesantren lainnya, tetapi sudah terlihat

saat beliau berusia sangat muda, usia 13 tahun. Bahkan tanda-tanda

keulamaannya sudah terlihat saat beliau masih dalam kandungan ibunya,

Nyai Halimah (Sanusi,2013:172).

Page 30: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KITAB “ADABUL …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1901/1/SKRIPSI FULL... · Degradasi moral ditandai oleh mundurnya sikap santun, ramah, serta jiwa

16

Menurut Ishom Hadzik (2000) dalam K.H Hasyim Asy’ari: Figur

Ulamak dan Pejung Sejati, Nyai Halimah dikenal sebagai wanita yang taat

beribadah. Beliau berpuasa selama tiga tahun berturut-turut. Puasa pertama

diniatkan untuk dirinya sendiri, puasa tahun kedua diniatkan untuk anak

dan cucunya, puasa tahun ketiga diniatkan untuk santrinya agar mereka

senantiasa dilindungi Allah Swt. dan sukses dalam menjalani hidup

(Sanusi,2013:172-173).

Saat mengandung Nyai Halimah bermimpi pada suatu malam, bulan

jatuh dari langit dan hinggap di kandungannya. Tentu saja, mimpi tersebut

merupakan sebuah pertanda yang sangat baik, bahwa anak yang akan

dilahirkan merupakan sosok yang istimewa di kemudian hari mempunyai

kecerdasan, talenta, dan bimbingan dari Allah Swt. Hasyim Asy’ari berada

dalam kandungan ibunya kurang lebih 14 bulan(Sanusi:2013,172-173).

Keyakinan terhadap keistimewaan Hasyim Asy’ari terbukti

dikemudian hari. Tidak perlu menunggu dewasa, pada usia 13 tahun.

Hasyim sudah menunjukkan talentanya. Di usia ketika anak-anak lainnya

masih senang bermain, Hasyim sudah terbiasa mengajar murit-muritnya,

menggantikan, ayahnya, K.H Asy’ari.

Saat itu, Ayahnya adalah pendiri sekaligus pengasuh pondok

pesantren keras. Pesantren ini terletak di Jombang Selatan. Pesantren ini

terletak di Desa Keras, maka dinamai pesantren keras. Pesantren ini

didirikan pada tahun 1876, yang tanahnya merupakan hibah dari kepala

desa setempat (Sanusi,2013:173).

Page 31: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KITAB “ADABUL …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1901/1/SKRIPSI FULL... · Degradasi moral ditandai oleh mundurnya sikap santun, ramah, serta jiwa

17

Di pesantren inilah, Hasyim tumbuh dan berkembang dari kecil

hingga dewasa. Pada saat usia sangat belia, Hasyim sudah belajar ilmu-

ilmu agama kepada ayahnya.

Pada usia 13 tahun itulah, Hasyim sudah memperlihatkan kualitasnya

sebagai pribadi yang istimewa. Beliau mengajar murid-murid ayahnya

dengan keseriusan yang jarang diperlihatkan seorang anak seusia dirinya.

Kebiasaan itu dilakukan hingga beliau berumur 15 tahun. Terbukti,

ayahnya tidak salah membebani tugas mengajar kepada anak berumur13

tahun karena nantinya anak itu menjadi guru dari semua orang

(Santoso,2007:21).

Baru berumur 21 tahun, beliau dinikahkan dengan dengan Chadidjah,

salah satu putri Kyai Ya’qub. Tidak lama setelah menikah, Hasyim

bersama istrinya berangkat ke Mekah guna menunaikan ibadah haji. Tujuh

bulan di sana, Hasyim kembali ke tanah air, sesudah istri dan anaknya

meninggal.

Tahun 1893, beliau berangkat lagi ke tanah suci. Sejak itulah beliau

menetap di Mekah selama 7 tahun dan berguru pada Syaikh Ahmad Khatib

Minangkabau, Syaikh Mahfudz At-Tarmasi, Syaikh Said Yamani, Syaikh

Rahmaullah, Syaikh Sholeh Saqqaf, dan Sayyid Husein Al Habsyi. Tahun

1899 pulang ke tanah air, Hasyim mengajar di pesantren milik kakeknya,

Kyai Usman (Mahfudz,1995:3).

Page 32: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KITAB “ADABUL …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1901/1/SKRIPSI FULL... · Degradasi moral ditandai oleh mundurnya sikap santun, ramah, serta jiwa

18

B. Pendidikan K.H Hasyim Asy’ari

Sejak anak-anak kemauan keras dalam diri Hasyim Asy’ari untuk

selalu belajar telah membentuk kebesaran namanya. Hal ini ditunjukkan

dengan pola pengasuhan dari lingkungan keluarga yang sangat kental

dengan nuansa pesantren. Sampai dengan umur 5 tahun (Mukani,2015:9).

Beliau tumbuh dan dididik dengan baik oleh orang tuanya, yaitu

dengan mengajarkan Al-Qur’an dan berbagai buku agama hingga beliau

mencapai kedewasaannya. K.H Hasyim Asyari belajar dasar-dasar agama

dari ayah dan kakeknya, Kyai Utsman yang juga Pemimpin Pesantren

Nggedang di Jombang (Siroj dan Hadi,2009:1).

Saat masih dalam masa pendidikan kakek dan ayah, Hasyim Asy’ari

banyak belajar tentang dasar-dasar ushuluddin, fiqih, tafsir, hadits bahasa

arab dan sebagainya. Bakat kepemimpinan dan kecerdasan Hasyim

memang sudah nampak. Di antara teman sepermainannya, ia kerap tampil

sebagai pemimpin. Dalam usia 13 tahun, ia sudah membantu ayahnya

mengajar santri-santri yang lebih besar, lebih senior ketimbang dirinya.

Dengan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, tepatnya pada tahun

1876. Usia 15 tahun, beliau berkelana meninggalkan kedua orang tuanya

untuk “thalabul ‘ilmi” di beberapa pondok pesantren yang terkenal,

dengan keterbatasan fasilitas pada masa beliau. Termasuk harus jalan kaki

hingga sampai di Pesantren Wonorejo, Jombang. Mula-mula beliau

menjadi santri di pondok pesantren Sona dan Siwalan (keduanya berada

dikota Sidoarjo), pondok Langitan Tuban, kemudian pindah ke pondok

Page 33: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KITAB “ADABUL …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1901/1/SKRIPSI FULL... · Degradasi moral ditandai oleh mundurnya sikap santun, ramah, serta jiwa

19

Bangkalan Madura di mana Shibul Karomah Syekh Khalil (yang

dipercaya Wali Allah), kemudian beliau melakukan perjalanan ke Kota

Mekah dan sekitarnya. Kemudian, beliau bermukim beberapa tahun dan

belajar kepada ulama’ terkenal setempat. Beliau belajar ilmu agama

kepada Syekh Muhammad Nawawi al-Bantany, Syekh Khatib al-

Minangkabawi, dan Syeh Syu’aib bin Abdurrohman. Saat menuntut ilmu,

menurut Ahmad Muhibbin Zuhri, Hasyim menerapkan filosofi Jawa yaitu:

luru ilmu kanti lelaku dan santri kelana. Kedua filosofi itu

menggambarkan bahwa mencari ilmu harus mengutamakan proses yang

dijalani, bukan mengfokuskan diri kepada hasil yang diperoleh. Jika proses

mencari ilmu dilalui dengan mematuhi rambu-rambu (laku-laku) tertentu,

maka ilmu yang diperoleh akan memiliki nilai lebih (barokah) dan

manfaat (Mukani,2015:9).

Beliau belajar berbagai ilmu agama yaitu; masalah Kutub al-Hadis al-

Nabawiy beliau berguru kepada Sayyid ‘Abbas al-Maliky al-Hsaniy dan

untuk ulum al-syar’iyyah, adab dan sosial beliau berguru kepada Syekh

Muhammad Mahfudz bin abdulloh al-Tirmasiy. Hasyim Asy’ari memang

berpindah-pindah dalam menuntut ilmu karena beliau mencari ilmu yang

dicari secara khash dari pesantren yang didatangi. Kondisi ini, menurut

Zamakhsyari Dhofier, disebabkan masing-masing pesantren memang

memiliki ciri khas dalam pelajaran ilmu agama yang diberikan. Dari

semua itulah, beliau dapat banyak pengetahuan, baik berupa ma’qul

maupun manqul (Mukadi,2015:11).

Page 34: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KITAB “ADABUL …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1901/1/SKRIPSI FULL... · Degradasi moral ditandai oleh mundurnya sikap santun, ramah, serta jiwa

20

Hasyim Asy’ari pindah ke Pesantren Wonokoyo di Probolinggo

selama tiga tahun kemudian meneruskan rihlah ilmiyah ke Pesantren

Langitan di Tuban. Kemudian pindah lagi ke Pesantren Tenggilis di

Surabaya kemudian meneruskan perjalanan ke Pesantren Kademangan

Bangkalan Madura. Saat itu pesantren diasuh syaikhona Kholil bin Abdul

Latif.

Dari tokoh ini Hasyim Asyari menimba ilmu selama tiga tahun

tentang fiqih, akhlaq, tata bahasa dan tata Arab. Saikhona Khalil berperan

besar saat pendirinan NU, karena Hasyim memohon restu terlebih dulu

dari tokoh ini. Syaikhona Khalil dianggap sebagai waliyulloh dan

mahaguru para kyai di pulau jawa dan madura. Meski demikian syaikhona

Kholill tidak sungkan berguru ke Hasyim Asyari pada bidang hadis di

Pesantren Tebuireng.

Di pesantren ini, Hasyim Asyari tinggal selama tiga tahun. Segala

ilmu yang diperoleh Hasyim Asy’ari teryata belum memuaskan hasrat

ingin tahu yang kemudian mendorong dirinya untuk melajutkan rihlah

ilmiyahnya Kembali. Pada tahun 1891, Hasyim lalu balik ke pulau jawa,

tepatnya ke Pesantren Siwalan Panji di Buduran Sidoarjo yang diasuh oleh

Kyai Ya’qub (Mukani,2015:12).

Di Pesantren Panji, Hasyim lebih banyak menggunakan waktu untuk

memperdalam pengetahuan yang dimiliki di bidang fiqih, tafsir, hadits,

tauhid dan sastra Arab selama tiga tahun. Ketekunan dan kecerdasan yang

dimiliki Hasyim diamati secara seksama oleh Kyai Ya’qub. Kelebihan

Page 35: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KITAB “ADABUL …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1901/1/SKRIPSI FULL... · Degradasi moral ditandai oleh mundurnya sikap santun, ramah, serta jiwa

21

dalam hal ini yang mendorong Kyai Ya’qub berkehendak untuk

menjadikan Hasyim Asyari sebagai calon menantu. Dinikahkan dengan

putrinya bernama Khadijah (Madyuni,2013:4-5).

Setelah menikah, satu tahun berikutnya Hasyim bersama istri dan

mertua berangkat ke Mekah untuk melaksanakan ibadah haji, Hasyim

menetap di Mekah. Belum genap tujuh bulan di Mekkah, istri Hasyim

Asy’ari wafat setelah melahirkan putra pertama, Abdullah.

Belum hilang kesedihan ditinggal Khadijah, bayi pertama Hasyim

bernama Abdullah ikut meninggal dunia dalam usia 40 hari. Dua peristiwa

ini mengganggu konsentrasi Hasyim dalam menimba ilmu di Mekkah.

Lalu Kyai Ya’qub mengajak pulang terlebih dahulu ke Indonesia untuk

beberapa waktu guna menenangkan pikiran (Mukani,2015:7).

Dikarenakan semangat menimba ilmu masih sangat tinggi dalam

dirinya, pada tahun 1893 Hasyim Asy’ari berangkat kembali bersama

adiknya, Anis. Hasyim kembali ke Mekkah untuk menimba ilmu setelah

dinasehati Kyai Ya’qub. Kemungkinan besar, menurut Ahmad Muhibbin

Zuhri, anjuran guru sekaligus mertua didasarkan adat saat itu bahwa

seorang ulama belum dikatakkan cukup ilmunya jika belum mengaji di

Mekkah selama bertahun-tahun.

Pada keberangkatan kedua ini, Hasyim Asy’ari lebih lama menetap di

Mekkah karena selalu teringat pesan dan harapan al marhumah Khadijjah.

Istri pertama ini mengharap agar Hasyim menjadi orang pandai yang

mampu memimpin masyarakat. Pada masa ini Hasyim kembali berduka

Page 36: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KITAB “ADABUL …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1901/1/SKRIPSI FULL... · Degradasi moral ditandai oleh mundurnya sikap santun, ramah, serta jiwa

22

karena harus ditinggal wafat adiknya. Anis ini yang setia menemani dalam

menimba ilmu selama di Arab Saudi.

Hari-hari Hasyim Asy’ari lebih banyak dimanfaatkan untuk mengaji

beberapa ilmu yang diajarkan oleh para ahlinya di Makkah. Di samping

juga berupaya memperkuat emosi dengan cara memperbanyak wirid dan

do’a di Masjid Haram maupun di Gua Hira’ yang berada di atas bukit

Jabal Nur. Hasyim selalu membawa buku-buku bacaan dan Al Qur’an

untuk dikaji selama menetap di tempat itu. Ketika hari Jum’at pagi,

Hasyim turun untuk melaksanakan Shalat Jum’at di kota Mekkah.

Menurut Zamkhsyari Dhofier, Hsyim Asy’ari berhasil menela’ah

dengan seksama banyak literatur yang valid di bawah bimbingan para

syaikh di Makkah. Guru-guru Hasyim Asy’ari di Arab Saudi sangat

banyak.

Selam 7 tahun Hasyim Asy’ari menetap di Makkah untuk menimba

ilmu yang diliputi dengan semangat yang membara. Dengan memiliki

prestasi belajar yang menonjol, menurut Zuhairi Misrawi, membuat

Hasyim Asy’ari memproleh kepercayaan untuk mengajar di Masjidil

Haram.

Beberapa ulama terkenal dari berbagai negara pernah belajar kepada

Hasyim Asy’ari. Di antaranya adalah Syaikh Sa’dullah al-Maymani

seorang mufti di Bombai di India, Syaikh Umar Hamdan yang ahli hadits

di Mekkah, al-Syihab Ahmad bin Abdullah dari Syiria, KH. Abdul Wahab

Page 37: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KITAB “ADABUL …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1901/1/SKRIPSI FULL... · Degradasi moral ditandai oleh mundurnya sikap santun, ramah, serta jiwa

23

Hasbullah Tambak beras, KH. R.Asnawi Kudus, KH. Bisyri Syansuri

Denanyar, KH.Dahlan Kudus dan KH. Saleh Tayu.

Fakta ini menunjukkan bahwa ulama asal diri sebagai ulama yang

pantas untuk membagikan ilmu ke Indonesia pada masa lalu bukan hanya

sekedar “murid” para ulama di Timur Tengah dan dunia islam. Namun

mereka juga sebagai “guru” karena kedalaman ilmunya mendapatkan

penghormatan yang sangat banyak. Nama ulama dari Nusantara pun

dicatat dengan tinta emas (Santosa,2007:36-37).

Setelah menyelesaikan belajarnya di Tanah Suci, beliau kembali ke

Indonesia. Hasyim Asy’ari telah berhasil menunjukkan diri sebagai

seorang ulama yang pantas untuk membagikan ilmu kepada orang lain.

Hasyim Asy’ari merasa berutang jasa besar karena Mekkah telah

menjadikannya sebagai salah satu ulama yang mumpuni.

Sesampainya di Indonesia pada tahun 1883 M, berdasarkan catatan

Gunsei kambu Jepang, Hasyim Asy’ari kembali lagi ke rumah orang tua

di Pesantren keras untuk mengajarkan berbagai ilmu yang diperoleh di

Mekkah. Di samping juga mengajar di Pesantren mertuanya di Kemuning

Kediri dan Pesantren kakeknya di Gedang Jombang.

Dengan memiliki latar belakang sebagai orang ‘alim, memiliki bakat

yang baik dalam mencari ilmu dan pengalaman dalam mengajar yang

cukup panjang, Hasyim Asy’ari menjadi guru terkenal di Jombang.

Didorong sejarah perjuangan ayah dan kakek yang berdakwah dengan

mendirikan pesantren, Hasyim Asy’ari membangun pondok pesantren

Page 38: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KITAB “ADABUL …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1901/1/SKRIPSI FULL... · Degradasi moral ditandai oleh mundurnya sikap santun, ramah, serta jiwa

24

Tebu Ireng (Jombang), Pada tanggal 26 Rabi’ul Awwal 1317 H. Beliau

juga mendirikan madrasah Salafiyyah Syafi’iyyah di pondoknya dan

memegang seluruh proses belajar mengajar di sana (Mukani,2015:18).

Kyai Hasyim bukan saja kyai ternama, melainkan juga seorang petani

dan pedagang yang sukses. Tanahnya puluhan hektar, dua hari dalam

seminggu, kyai Hasyim istirahat tidak mengajar. Saat itulah beliau

memeriksa sawah-sawahnya, pergi ke Surabaya berdagang kuda, besi dan

menjual hasil pertaniannya. Dari situlah beliau menghidupi keluarga dan

pesantrennya (Sanusi,2013:245-248).

C. Mendirikan Pesantren Tebuireng

Pada awalnya, menurut Abdul Basitth Adnan, niatan Hasyim Asy’ari

untuk mendirikan pesantren ini mendapat tantangan keras dari keluarga.

Ini dikarenakan lokasi Tebuireng sangat dekat dengan pabrik gula Tjoekir

yang identik deangan dunia hitam dan kejahatan. Pendirian Pesantren

menjadi tahap awal dan memberikan kesempatan bagi Hasyim Asyari

untuk mengamalkan ilmu, bukan hanya untuk diri sendiri, melainkan juga

masyarakat Jawa dan Nusantara (Mukani,2015:17).

Untuk mendirikan pesatren sendiri Hasyim Asy’ari membeli sebidang

tanah dari seorang dalang wayang kulit di Tebuireng bernama Saiban. Di

atasnya didirikan bangunan sederhana dari bambu (Jawa: tratak) yang

terdiri dari dua bagian. Satu bagian untuk tempat tinggal Hasyim Asy’ari

bersama keluarganya. Bagian satunya lagi untuk keperluan para santri.

Page 39: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KITAB “ADABUL …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1901/1/SKRIPSI FULL... · Degradasi moral ditandai oleh mundurnya sikap santun, ramah, serta jiwa

25

Baik untuk tempat tinggal, shalat, mengaji dan sebagainya

(Madyuni,2013:12).

Selama kurang lebih dua setengah tahun Hasyim Asy’ari tinggal

bersama keluarga dan delapan santri yang ikut dari pesantren keras.

Mereka harus berjuang untuk menjaga keberadaan Pesantren Tebuireng

dari segala serangan dari Tokoh-Tokoh “dunia hitam” baik berupa seranga

fisik, fitnah, gangguan dan sebagainya.

Dunia Tebuireng saat itu, mengutip Masyamsul Huda, terkenal dengan

segala kemaksiyatan. Seperti perjudian, perampokan, pelacuran,

pencurian, narkoba, minuman kersa dan sebagainya. Ini akibat yang belum

terbiasanya penduduk pribumi dalam menghabiskan gaji yang terlalu

tinggi dari pemerintah Belanda setelah bekerja di pabrik gula Tjoekir.

Pesantren Tebuireng didirikan pada tanggal 26 Rabi’ul Awal 1317

Hijriyah atau 1899 M dan diakui Belanda pada tanggal 6 Februari 1907 M.

Dalam waktu tiga bulan, telah mampu memiliki 28 santri

(Mukani,2015:18-19).

Keberhasilan ini merupakan puncak dari kegigihan Hasyim Asy’ari

dalam berjuang tidak mengenal lelah. Di samping itu, kegigihan akhlaq

yang ditunjukkan Hasyim Asy’ari merupakan daya tarik tersendiri dalam

menaklukkan kerasnya mental masyarakat Tebuireng saat itu. Kesabaran

Hasyim Asy’ari dalam mewujudkan cita-cita, termasuk tidak

menggunakan kekerasan dalam berdakwah, telah menjadikan masyarakat

menjadi insyaf dan menghentikan aksinya.

Page 40: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KITAB “ADABUL …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1901/1/SKRIPSI FULL... · Degradasi moral ditandai oleh mundurnya sikap santun, ramah, serta jiwa

26

Hasyim Asy’ari tidak pernah membalas dengan kekerasan terhadap

berbagai kekerasan dari masyarakat sekitar. Termasuk teror dan intimidasi

yang dilakukan setiap malam hari. Sebagai antisipasi, Hasyim meminta

bantuan teman-temannya dari Cirebon Jawa Barat yang ahli pencak silat.

Yaitu Kyai Saleh Bendakerep, Kyai Abdullah Pangurungan, Kyai Samsuri

Wanantara dan Kyai Abdul Djalil Buntet (Mukani,215:19).

Selam delapan bulan, Hasyim dan para santri belajar pencak silat dari

para pendekar ini dan terbukti berhasil. Pada waktu selanjutnya, para santri

Tebuireng sudah berani mengadakan patroli malam hari. Ini menyebabkan

daerah sekitar Tebuireng menjadi tenang dan aman.

Para perusuh dan pengacau lambat laun menyingkir dari Tebuireng.

Menurut Imron Arifin, fakta ini mengakibatkan pengaruh Pesantren

Tebuireng terhadap budaya masyarakat sekitar juga semakin meningkat.

Kemajuan pesat yang ditunjukkan Pesantren Tebuireng ini teryata

ditanggapi negatif oleh penjajah Belanda. Hal ini dikarenakan banyak

alumni Pesantren yang menjadi Tokoh agama di masyarakat. Juga

memiliki jaringan kuat dengan K.H Hasyim Asy’ari. Di khawatirkan hal

ini akan menjadi “bom waktu” yang akan meledak sewaktu-waktu dan

akhirnya akan mengancam Belanda di pulau Jawa.

Berbagai ancaman dan intimidasi dilakukan Belanda agar Hasyim

Asy’ari menghentikan kegiatan dalam melahirkan para ulama. Termasuk

mengirim surat teguran, menuduh Pesantren Tebuireng sebagai markas

Page 41: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KITAB “ADABUL …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1901/1/SKRIPSI FULL... · Degradasi moral ditandai oleh mundurnya sikap santun, ramah, serta jiwa

27

pengacau yang melakukan teror maupun dengan cara menggempur secara

langsung bangunan Pesantren Tebuireng (Mukani,2015:20).

Tentara Belanda datang ke lokasi Pesantren dan dengan membabi

buta, menghancurkan semua bangunan yang ada. Membakar banyak

refrensi atau kitab-kitab kuning yang digunakan untuk mengaji dan bahkan

menghajar penghuni Pesantren Tebuireng yang masih ada.

Peristiwa yang terjadi pada tahun 1913 ini, menurut Choirul Anam,

tetap tidak mampu menyurutkan semangat Hasyim Asy’ari dalam

melanjutkan kegiatan. Namun justru semakin mendorong para santri untuk

lebih giat dalam berjuang dan semakin menunjukan bahwa Belanda

memang pemerintahan yang tidak menghendaki adanya perkembangan

Islam di daerah jajahannya.

Dalam periode perkembangannya, Pesantren Tebuireng telah

mengalami berbagai perubahan, meskipun tokoh sentral di pesantren

tersebut masih Hasyim Asy’ari. Sikap terbuka terhadap perubahan dalam

memimpin lembaga pendidikan yang ditunjukkan Hasyim Asy’ari ini

merupakan pengaruh dari keadaan di Jazira Arab saat Hasyim Asy’ari

menimba ilmu di sana, yang ramai dengan kebangkitan semangat

nasionalisme.

Sebagai bukti, menurut Karel A. Steenbrink, Hasyim Asy’ari setuju

terhadap gagasan K.H. Ma’shum ‘Ali, santri sekaligus menantu, yang

mengenalkan sistem madrasah di Pesantren. Gagasan ini diharapkan

mampu meningkatkan kualitas lulusan Pesantren melalui pemantauan

Page 42: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KITAB “ADABUL …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1901/1/SKRIPSI FULL... · Degradasi moral ditandai oleh mundurnya sikap santun, ramah, serta jiwa

28

terhadap kehadiran santri dalam mengikuti proses belajar mengajar yang

dilakukan kiyai, termasuk melakukan perbaikan manajemen. Contoh lain

adalah dimasukkannya pelajaran umum di madrasah, seperti matematika,

geografi, sejarah, menulis huruf latin dan bahasa Belanda

(Mukani,2015:22).

Hal ini merupakan “lompatan tersendiri” dari Pesantren Tebuireng

dan kemajuan yang terlalu moderen untuk jamannya. Pada masa awal, ide

ini di respon negatif oleh para orang tua santri. Bahkan banyak yang

memulangkan kembali anaknya, karena khawatir pemikiran anak-anak

mereka diracuni oleh ilmu-ilmunya orang kafir Belanda.

Namun keputusan ini baru dirasakan ketika Jepang menjajah

Indonesia, karena surat menyurat saat itu harus menggunakan bahasa latin.

Di samping itu, banyak alumni Pesantren Tebuireng yang menjadi anggota

Sangi Kai, sebagai dewan penasehat untuk Daerah Karesidenan, karena

mereka telah di bekali ilmu pengetahuan agama dan pandai dalam

menggunakan bahasa melayu.

Meski demikian, Hasyim Asy’ari seorang yang selektif terhadap

gagasan perubahan yang diusulkan oleh orang-orang terdekat. Ide KH.A.

Wahid Hasyim, putra sulung, adalah membatasi pengajaran buku-buku

berbahasa Arab yang ditulis pada masa klasik (kutubus salaf) di Pesantren

Tebuireng. Ini dilakukan mengingat santri tidak harus menjadi kiyai dan

mempelajari agama Islam bisa dari buku-buku berbahasa Indonesia. Usul

ini, menurut Aboebkar Atjeh, ditolak oleh KH. Hasyim Asy’ari karena di

Page 43: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KITAB “ADABUL …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1901/1/SKRIPSI FULL... · Degradasi moral ditandai oleh mundurnya sikap santun, ramah, serta jiwa

29

khawatirkan perubahan secara radikal tersebut akan memunculkan

kekacauan di antara sesama pemimpin pesantren.

Hasyim Asy’ari menyetujui usul pendirian perpustakaan. Tidak hanya

menyimpan kutubus salaf, namun juga berlangganan majalah dan surat

kabar umum. Seperti Panji Islam, Islam Bergerak, Dewan Islam, Adil,

Nurul Islam, Berita Nahdhatul Ulama, Al- Munawarah, Panji Pustaka,

Pujangga Baru, Pustaka Timur, Panjebar Semangat, dan sebagainya

(Mukani,2015:23).

Pengabdian Pesantren Tebuireng kepada dunia pendidikan, terutama

pada periode kepemimpinan Hasyim Asy’ari, telah melahirkan ribuan

alaumni. Pesantren Tebuireng telah menjelma menjadi “sumber penghasil”

para pemimpin Pesantren di pulau Jawa dan Madura. Dari jumlah 200

alumni menjelang akhir 1910-an dan 2000 alumni pada tahun 1920-an,

tepat pada tahun 1942-an, pesantren Tebuireng telah melahirkan tidak

kurang 20.000 orang kyai yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia.

Para alumni tersebut, lanjut Zuhairi Misrawi, tepat menjadikan

Pesantren Tebuireng sebagai “kiblat” dalam mengembangkan diri. Hasyim

Asy’ari tetap menjadi figur sentral dalam setiap pergerakan saat itu.

Di antara alumni tersebut adalah KH. Abdul Wahab Hasbullah

Tambak beras, KH. Bisri Syamsuri Denanyar, KH. Manaf Abdul Karim

Lirboyo, KH. Abbas Buntet Cirebon, KH. As’ad Syamsul Arifin Sukorejo

Situbondo, KH. Ma’shum Ali Seblak Jombang, KH. ‘Adlan Ali Cukir

Jombang, KH. Saifuddin Zuhri, KH. Masjkur Singosari Malang,

Page 44: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KITAB “ADABUL …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1901/1/SKRIPSI FULL... · Degradasi moral ditandai oleh mundurnya sikap santun, ramah, serta jiwa

30

KH.Abdul Muchit Muzadi yang menjadi mustasyar PBNU dan sebagainya

(Mukani,2015:24).

Dukungan penuh dari keluarga merupakan salah satu faktor penting

keberhasilan Hasyim Asy’ari dalam mengelola Pesantren Tebuireng. Baik

ayah, maupun kakek moyang. Ini dimungkinkan karena menjadi seorang

ulama tidak mudah.

Pada masa lalu, seorang ulama harus mampu melahirkan ulama-ulama

yang lain. Di antaranya, dengan mendirikan pondok pesantren dan

mendidik putra-putrinya dengan pendidikan keagamaan yang baik. Hasyim

Asy’ari adalah salah satu potret nyata dari tradisi keulamaan Nusantara

yang latar belakang keluarga ulamanya telah mendorong untuk menjadi

seorang ulama besar di kemudian hari.

Gelar keulamaan Hsyim Asy’ari sendiri semakin dikokohkan saat

guru yang sangat dihormati yaitu syaikhona khalil, datang kepesantren

Tebuireng untuk belajar tentang hadis. Kedatangan beliau yang Kharis

matik itu seolah semakin mengukuhkan bahwa Hasyim Asy’ari kini sudah

menjadi gurunya dalam bidang hadis.

Syaikhona Khalil meski ahli dalam bidang tata bahasa Arab, sengaja

datang ke Pesantren Tebuireng untuk menambah wawasan dalam bidang

hadis. Terutama setelah mendengar kabar dari banyak orang yang pulang

haji bahwa Hasyim Asy’ari telah menjadi ulama yang kedalaman

ilmunya tidak diragukan lagi, hususnya dalam bidang hadis

(Mukani,2015:25).

Page 45: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KITAB “ADABUL …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1901/1/SKRIPSI FULL... · Degradasi moral ditandai oleh mundurnya sikap santun, ramah, serta jiwa

31

Setelah Hasyim Asy’ari wafat pada 1947, kepemimpinan Pesantren

Tebuireng diserahkan kepada putra sulung, KH Abdul Wahid Hasyim

(1947-1950). Dalam Profil Pesantren Tebuireng, pengasuh pondok

Pesantren Tebuireng berikutnya berturut-turut adalah KH. Abdul Karim

Hasyim (1950-1951), KH Achmad Baidhawi Asro (1951-1952), KH.

Abdul Kholik Hasyim (1953-1965), KH. Muhammad Yusuf Hasyim

(1965-2006) dan KH. Salahudin Wahid (2006-sekarang)

(Mukani,2015:25-26).

D. Pemikiran KH. Hasyim Asy’ari Dalam Bidang Pendidikan

Tepat pada tanggal 26 Rab’ Al-Awwal 1317 H. Berepatan pada

tanggal 6 Februari 1906 M, Hasyim Asy’ari mendirikan Pondok Pesantren

Tebuireng. Oleh karena kegigihannya dan keikhlasannya dalam

mensosialisasikan ilmu pengetahuan, dalam beberapa tahun kemudian

Pesantren relatif ramai dan terkenal (Madyuni,2013:28).

Menurut Abu bakar Atjeh yang dikutip oleh editor buku Rais’ Am

Nahdlatul Ulama hal. 153 bahwa KH. Hasyim Asy’ari mengusulkan

pengajaran di pesantren diganti dari sistem bandongan menjadi sistem

tutorial yang di bawah komando kyai-kyai NU.

Kemudian menurut buku 20 Tahun Indonesia Merdeka VII yang di

terbitkan Departemen Penerangan, hal tersebut menunjukkan betapa

penuhnya perhatian ulma besar tersebut akan nasib perjuangan bangsa dan

negara. Karena situasi bangsa di bawah kekuasaan penjajah belanda, di

Page 46: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KITAB “ADABUL …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1901/1/SKRIPSI FULL... · Degradasi moral ditandai oleh mundurnya sikap santun, ramah, serta jiwa

32

samping mengajar, ia turut memikirkan dan memperjuangkan kemerdeka.

Keluar masuk penjara pun menjadi resiko (Madyuni,2013:29).

Pada masa itu, beliau mengeluarkan dua fatwa yang terkenal dalam

sejarah. Pertama: perang melawan Belanda adalah jihad, hukumnya wajib

bagi setiap orang (fardhu ain). Kedua: melarang kaum muslimin beribadah

haji menumpang kapal-kapal Belanda (Santosa,2007:37).

Pada masa penjajahan Jepang beliau pernah ditahan bersama KH.

Mahfudz Siddiq, karena menolak Seikrei, sistematis dengan tujuan untuk

mengembangkan inisiatif dan keperibadian para santri. Namun hal ini

ditolak oleh ayahnya, Asy’ari dengan alasan akan menimbulkan konflik di

kalangan kyai sinior.

Pada tahun 1916-1934 Hasyim Asy’ari membuka sistem pengajaran

berjenjang. Ada tujuh jenjang kelas dan dibagi ke dalam dua tingkatan.

Tahun pertama dan tahun kedua dinamakan siffir awal dan siffir tsani yaitu

masa persiapan untuk memasuki masa lima tahun jenjang berikutnya. Pada

siffir awal dan siffir tsani itu diajarkan bahasa Arab sebagai landasan

penting pembedah khazanah pengetahuan Islam. Kurikulum madrasah

mulai ditambah dengan pelajaran-pelajaran bahasa Indonesia (Melayu),

matematika dan ilmu bumi, dan tahun 1926 ditambah lagi dengan mata

pelajaran bahasa Belanda dan Sejarah(Madyuni,2013:30).

Kyai Hasyim Asy’ari terkenal sebagai ulama yang mampu melakukan

penyaringan secara ketat terhadap sekian banyak tradisi keagamaan yang

dianggapnya tidak memiliki dasar-dasar dalam hadis dan beliau sangat

Page 47: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KITAB “ADABUL …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1901/1/SKRIPSI FULL... · Degradasi moral ditandai oleh mundurnya sikap santun, ramah, serta jiwa

33

teliti dalam mengamati perkembangan tradisi ketarekatan di Pulau Jawa,

yang nilai-nilainya telah menyimpang dari kebenaran ajaran Islam.

Menurut Kyai Hasyim Asy’ari, beliau tetap mempertahankan ajaran-

ajaran madzhab untuk menafsirkan Al-Qur’an dan Hadis dan pentingnya

peraktek tarikat (Madyuni,2013:30).

Sebagaimana diketahui dalam sejarah pendidikan Islam tradisional,

khususnya di Jawa, peranan Kyai Hasyim Asy’ari yang kemudian terkenal

dengan sebutan Hadratu Asy-Syaikh (guru besar di lingkungan pesantren),

sangat besar dalam pembentukan kader-kader ulama pimpinan pesantren.

Banyak pesantren besar yang terkenal terutama yang berkembang di Jawa

Timur dan Jawa Tengah, di kembangkan oleh para kyai hasil didikan kyai

Hasyim Asy’ari.

Beliau menyebutkan bahwa tujuan utama ilmu pengetahuan adalah

mengamalkan. Hal itu dimaksutkan agar ilmu yang dimiliki menghasilkan

manfaat sebagai bekal untuk kehidupan akhirat kelak. Terdapat dua hal

yang harus diperhatikan dalam menuntut ilmu, yaitu: pertama, bagi murid

hendaknya berniat suci dalam menuntut ilmu, jangan sekali-kali berniat

untuk hal-hal duniawi dan jangan melecehkannya atau menyepelekannya.

Kedua, bagi guru dalam mengajarkan ilmu hendaknya meluruskan niatnya

terlebih dahulu, tidak mengharapkan materi semata. Agaknya pemikiran

beliau tentang hal tersebut di atas, dipengaruhi oleh pandanganya akan

masalah sufisme (tasawuf) yaitu salah satu persyaratan bagi siapa saja

Page 48: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KITAB “ADABUL …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1901/1/SKRIPSI FULL... · Degradasi moral ditandai oleh mundurnya sikap santun, ramah, serta jiwa

34

yang mengikuti jalan sufi menurut beliau adalah “niat yang baik dan lurus”

(Madyuni,2013:31).

Salah satu karya monumental KH Hasyim Asy’ari yang berbicara

tentang pendidikan adalah kitab Adabul ‘Alim Wal Muta’allim yang

dicetak pertama kali pada tahun 1415 H. Sebagaimana umumnya kitab

kuning, pembahasan terhadap masalah pendidikan lebih ditekankan pada

masalah pendidikan etika. Meski demikian tidak menafikan beberapa

aspek pendidikan lainnya. Keahliannya dalam bidang hadis ikut pula

mewarnai isi kitab tersebut (Madyuni,2013:31).

Belajar, menurut KH. Hasyim Asy’ari merupakan ibadah untuk

mencari ridha Allah, yang mengantarkan manusia untuk memperoleh

kebahagiaan dunia dan akhirat. Karenanya belajar harus diniatkan untuk

mengembangkan dan melestarikan nilai-nilai Islam, bukan hanya untuk

sekedar menghilangkan kebodohan. Pendidikan hendaknya mampu

mengantarkan umat manusia menuju kemaslahatan. Menuju kebahagiaan

dunia dan akhirat.

Menurut Kiyai KH. Hasyim Asy’ari ada dua puluh etika yang harus di

punyai oleh seorang guru:

pertama: selalu berusaha mendekatkan diri kepada Allah.

Kedua: mempunyai rasa takut kepada Allah, takut atau Khouf.

Ketiga: mempunyai sikap tenang dalam segala hal.

Keempat: berhati-hati atau wara dalam perkataan maupun dalam

perbuatan.

Page 49: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KITAB “ADABUL …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1901/1/SKRIPSI FULL... · Degradasi moral ditandai oleh mundurnya sikap santun, ramah, serta jiwa

35

Kelima: tawadhu, tawadhu adalah dalam pengertian tidak sombong, dapat

juga dapat dikatakan rendah hati.

Keenam: khusyuk dalam segala ibadahnya.

Ketujuh: selalu berpedoman kepada hukum Allah dalam segala hal.

Kedelapan: tidak hanya menggunakan ilmunya untuk tujuan duniawi

semata.

Kesembilan: tidak rendah diri terhadap pemuja dunia.

Kesepuluh: zuhud dalam segala hal.

Kesebelas: menghindari pekerjaan yang menjatuhkan martabat.

Kedua belas: menghindari tempat-tempat yang dapat menimbulkan

ma’siyat.

Ketiga belas: selalu menghidupkan syiar Islam.

Keempat belas: menegakkan sunah Rosull.

Kelima belas: menjaga hal-hal yang sangat di anjurkan.

Keenam belas: bergaul dengan sesama manusia secara ramah,

melestarikan nilai-nilai kebajikan dan norma-norma islam kepada generasi

penerus umat, dan penerus bangsa (Madyuni,2013:32).

Catatan menarik dan perlu dikedepankan dalam membahas pemikiran

dan pandangan yang ditawarkan oleh KH. Hasyim Asy’ari adalah etika

dalam pendidikan dimana guru harus membiasakan menulis, mengarang

dan meringkas, yang pada masanya jarang dijumpai. Dan hal ini beliau

buktikan dengan banyaknya kitab hasil karangan atau tulisan beliau.

Page 50: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KITAB “ADABUL …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1901/1/SKRIPSI FULL... · Degradasi moral ditandai oleh mundurnya sikap santun, ramah, serta jiwa

36

Betapa majunya pemikiran beliau di bandingkan dengan tokoh-tokoh

lain pada zamannya, bahkan beberapa tahun sesudahnya. Dan pemikiran

ini diangkat kembali oleh pemikiran pendidikan pada zaman sekarang,

yaitu Harun Nasution, yang mengatakan hendaknya para dosen-dosen di

Perguruan Tinggi Islam khususnya agar untuk membiasakan untuk

menulis (Madyuni,2013:33).

Selain mumpuni dalam bidang agama, Kyai Hasyim Asy’ari juga ahli

dalam mengatur kurikulum pesantren, mengatur strategi pengajaran,

memutuskan permasalahan-permasalahan aktual kemasyarakatan, dan

mengarang kitab. Pada tahun 1919, ketika masyarakat dilanda informasi

tentang koperasi sebagai bentuk kerja sama ekonomi, kyai tidak berdiam

diri. Beliau aktif bermuamalah dan mencarai solusi alternatif dalam

pengembangan umat, dengan berdasarkan kitab-kitab Islam kelasik. Beliau

membentuk badan semacam koperasi yang bernama Syirkatul Inan Li

Murabathati Ahli al- Tujjar.

Dengan memiliki dua puluh etika tersebut diharapkan para guru

menjadi pendidik yang baik, mendidik yang mampu menjadi teladan anak

didik. Di sisi lain, ketika pendidik mempunyai etika, maka yang

terdidikpun akan menjadi anak yang terdidik beretika. Karena keteladanan

mempunyai peran penting dalam mendidik akhlak anak

(Madyuni,2013:33-34).

Page 51: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KITAB “ADABUL …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1901/1/SKRIPSI FULL... · Degradasi moral ditandai oleh mundurnya sikap santun, ramah, serta jiwa

37

E. Nasehat-Nasehat KH. Hasyim Asy’ari

1. Tentang pendidikan

Inti pendidikan adalah menolong orang yang tidak tahu dan

membetulkan orang yang melakukan kesalahan. (Adabul ‘Alim,80)

Saat ilmu tidak dicari untuk kepentingan agama, tunggulah

kehancurannya.(Risalah Aswaja, 26)

Sedikit sekali orang mendapatkan ilmu secara sempurna kecuali

orang-orang yang memiliki sifat faqir, qana’ah dan berpaling dari

mencari dunia dan harta benda yang fana’ ini. (Adabu ‘Alim,83)

Mengutip dari kitab Nata’ij al-Afkar al-Qudsiyyah, bahwa siapa saja

yang ingin selamat di dunia dan akhirat, ketika mencari guru hendaknya

mencari guru yang memiliki sifat, (1) paham sifat-sifat Allah dan para

Rasul beserta dalilnya, baik’ aqly maupun naqly, (2) paham guru harus

sama dengan paham ahlussunnah wal jama’ah, (3) harus mengetahui

segala hukum Islam atau fiqh, baik yang menyangkut dzahir seperti

bersuci, atau yang berkenaan dengan batin, seperti syukur dan tawakkal,

(4) harus mengerjakan perintah-perintah Allah dan menjauhi segala

larangan, terutama yang dapat melunturkan sifat adil, karena setiap guru

harus memiliki sifat adil. (Risalah fi al-Aqa’id, 28-29)

Kewajiban seorang yang ingin menjadi guru, sebaiknya seorang murid

yang akan mengambil guru hendaknya guru itu memenuhi empat syarat,

(1) mengetahui sifat-sifat wajib, sifat-sifat mustahil dan sifat jaiz Allah,

dengan dalil aqli dan dalil naqli, (2) keyakinan guru harus sesuai dengan

Page 52: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KITAB “ADABUL …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1901/1/SKRIPSI FULL... · Degradasi moral ditandai oleh mundurnya sikap santun, ramah, serta jiwa

38

ahli kebenaran yang bermadzhab empat, (3) guru harus alim dengan

hukum-hukum Allah, baik bathiniyyah maupun badaniyyah serta

lembutnya cobaan dalam beramal, (4) guru itu harus mengamalkan

ilmunya, memenuhi norma ilahi, yang haram harus dijauhi, yang wajib dan

sunah harus dijalani serta tidak merusak sesuatu yang dapat merusak sikap

adilnya. (al-Durar al-Muntatsirah, 46-47)

Etika yang baik perlu dipelajari seoarang pelajar ketika sedang belajar,

demikian juga guru perlu mengetahui etika ketika sedang mengajar,

(Adabul ‘Alim, 11).

Ulama adalah orang yang dalam diri mereka ada rasa takut kepada

Allah adalah sebaik-baik mahluk. Ulama juga harus mengamalkan

ilmunya, karena mereka memiliki keperibadian yang baik, selalu

menjauhkan diri dari perbuatan maksiat dan berbuat apa saja untuk

memperoleh ridha Allah. (adabul ‘Alim,13)

Puncak suatu ilmu adalah amal, karena amal merupakan implementasi

dari ilmu itu. Pemanfaatan ilmu dalam kehidupan sehari-hari merupakan

buah ilmu itu, sekaligus sebagai bekal kita kelak untuk menghadap Allah.

(Adabul ‘Alim, 14)

Sebaik-baik pemberian yang diberikan kepada manusia adalah akal,

sedangkan sejelek-jelek musibah yang diterima manusia adalah

kebodohan. (Adabul ‘Alim, 19)

Page 53: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KITAB “ADABUL …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1901/1/SKRIPSI FULL... · Degradasi moral ditandai oleh mundurnya sikap santun, ramah, serta jiwa

39

Sesungguhnya ilmu adalah pelindung dan perisai dari tipu daya setan,

sebagai benteng dari tipu daya orang yang hasud, dengki dan sekaligus

sebagai petumjuk akal. (Adabul ‘Alim,19)

Hidupnya ulama adalah rahmat bagi umat. Kematian ulama dalam

Islam akan menyebabkan Islam menjadi terguncang, karena keseimbangan

sosial masyarakat Islam menjadi goyah. (Adabul ‘Alim, 21)

Mencari ilmu bukan digunakan untuk mencari keuntungan duniawi

(materialistik), baik untuk mencari jabatan, mengumpulkan harta bennda

ataupun berlomba-lomba memperbanyak pengikut dan murid. (Adabul

‘Alim, 22)

Ketika tujuan itu menjadi cacat, maka niat orang yang mencari ilmu

itu juga menjadi rusak. Hal ini karena memakai ilmu sebagai perantara

mencari kemewahan dunia yang bersifat sementara, baik untuk

mengumpulkan harta benda atau mencari jabatan. Pahala mencari ilmunya

benar-benar telah sirna dan amal perbuatannya juga menjadi hilang,

sehingga akhirnya menjadi orang yang sangat merugi. (Adabul ‘Alim, 24)

Yang mampu memberikan kebahagiaan dan usia yang panjang pada

diri manusia dan ketenangan hanya jika dia mampu membersihkan dirinya

dari kebodohan ilmu dan berpegang teguh pada ilmu itu dengan kuat serta

tidak melupakan untuk mengamalkan ilmu itu. (Adabul ‘Alim, 46)

Janganlah beranggapan bahwa memperoleh buku-buku atau

mengoleksi buku-buku yang bannyak akan menjamin pada pemahaman

seperti banyak dilakukan oleh murid jaman sekarang. (Adabul ‘Alim,96)

Page 54: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KITAB “ADABUL …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1901/1/SKRIPSI FULL... · Degradasi moral ditandai oleh mundurnya sikap santun, ramah, serta jiwa

40

Hendaknya memakai sopan santun dalam meletakkan sebuah buku

sebagai bentuk penghormatan pada ilmu, kemuliaan atau pengarangnya

serta keagungannya. (Adabul ‘Alim, 97) (Mukani,2015:49-84).

2. Tentang Akhlaq

Sehatnya hati adalah terhindar dari sifat berlebihan dan sifat sombong.

(Adabul ‘Alim, 26)

Ada empat perkara yang tidak akan merendahkan posisi orang yang

mulia jika melakukannya meskipun seorang raja, yaitu berdiri untuk

melayani orang tuanya, ber-khidmah kepada guru yang mendidiknya,

bertanya sesuatu yang tidak diketahuinya dan melayani tamu. (Adabul

‘Alim,40-41)

Salah satu cara mengobati penyakit pikiran adalah dengan

berkeyakinan bahwa iri adalah suatu perbuatan yang berlawanan deangan

kehendak Allah, karena semua sudah ditetapkan Allah terutama kepada

orang yang di-iri-kan juga bahwa iri itu hanya akan membuat sulit dan

rusaknya hati semata. (Adabul ‘Alim, 64)

Akan datang suatu zaman saat manusia berorentasi hanya kepada

perut kemuliaan hanya diukur dari harta benda, wanita dijadikan kiblat

dan uang dijadikan agama. Mereka ini adalah sejelek-jeleknya makhluk

Allah. (Risalah Aswajah,28)

Saat orang jujur dicap sebagai pengkhianat dan pengkhianat dicap

sebagai orang jujur, maka berarti kiamat sudah sangat dekat. (Risalah

Aswajah,25)

Page 55: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KITAB “ADABUL …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1901/1/SKRIPSI FULL... · Degradasi moral ditandai oleh mundurnya sikap santun, ramah, serta jiwa

41

Nasehat adalah sebuah kata yang mengungkapkan sejumlah

keinginan baik terhadap sasaran nasehat dan tidaklah mungkin

mengungkapkan semua itu dengan satu kata yang dapat mencakup

semuanya. Baik itu kepada Allah, kitab-Nya, rasul-Nya, pemimpin kaum

muslimin dan kaum awam. (al-Nur al-Mubin, 10)

Tanda orang baik beruntung itu memiliki sifat-sifat beriman, amal

saleh, memberi nasehat kebenaran dan memberi nasehat kesabaran,

menjalani kebaikan dan menjauhi maksiat, sabar dalam menghadapi

cobaan dan bahaya. (al- Durar al Muntatsirah,51)

Akhir dari jalan menuju Allah adalah taubat dari segala dosa dan hal-

hal terlarang yang bisa dilakukan, dengan jalan (1) melanggengkan

keadaan suci (2) melaksanakan shalat fardhu di awal waktu secara

berjama’ah, (3) melanggengkan shalat Dhuha delapan rakaat dan empat

rakaat antara shalat Mahrib dan shalat Isyak, (4) berpuasa sunnah di hari

Senen dan Kamis, (5) Shalat sunah di waktu malam hari, (6) membaca Al-

Qur’an (7) memperbanyak membaca istighfar dan shalawat atas atas Nabi

Muhammad Saw, (8) melanggengkan dzikir. (al-Maqashid,35)

Silaturrahmi harus dijalankan dengan baik kepada saudara-saudara

yang masih berhubungan darah, baik laki-laki maupun perempuan,

terutama saudara yang lebih tua. (al- Tibyan, 9)

Perbedaan pendapat yang terjadi tentang hukum suatu masalah

hendaknya tidak dijadikan alasan untuk memutus tali silaturahim. (al-

Tibyan, 16)

Page 56: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KITAB “ADABUL …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1901/1/SKRIPSI FULL... · Degradasi moral ditandai oleh mundurnya sikap santun, ramah, serta jiwa

42

Sesungguhnya seluruh kebaikan itu berasal dari tiga perkara, yaitu

membenarkan ke-Esa-an Allah serta mempelajarinya secara global,

menguatkan diri secara lahir dan batin dengan ajaran syariat yang mulia

dan memohon pertolongan untuk melaksanakan keduanya dengan bersifat

wira’i dan riyadhah, dengan menjauh dari keramaian manusia yang

negatif, meminimalkan makan, mengurangi perkataan, dan mengurangi

tidur. (Risalah fil al-Masa’il al-Tsalatsah, 38) (Mukani,2015:49-52).

3. Tentang Kesuksesan Murid

Murid harus mensucikan hatinya dari segala sesuatu yang memiliki

unsur menipu, kekotoran hati, rasa dendam, dengki, keyakinan yang tidak

baik. Ini dilakukan agar mempermudah dalam peroses penerimaan ilmu,

penghapalan ilmu dan juga pemahaman makna-makna yang sulit dan yang

tersirat. (Adabul ‘Alim, 24)

Murid wajib berhati-hati dalam mengambil ilmu, jangan mengambil

ilmu bukan dari ahlinya. (Risalah Aswajah, 17)

Gunakan masa mudamu untuk menuntut ilmu. Gunakan waktumu

sebaik-baiknya, jangan tertipu dengan menunda-nunda belajar dan terlalu

banyak berangna-angan (thulul amal), karena perjalanan umur manusia

seperti berputarnya waktu, yang tidak mungkin diganti, ditukar, apalagi

dikembalikan. (Adabul ‘Alim,25)

Murid hendaknya qana’ah dengan penuh keikhlasan hati terhadap

segala hal yang diterima, baik dalam hal bekal ataupun pakaian. Satukan

Page 57: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KITAB “ADABUL …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1901/1/SKRIPSI FULL... · Degradasi moral ditandai oleh mundurnya sikap santun, ramah, serta jiwa

43

hati agar tidak terpecah akibat berbagai macam angan agar sumber hikmah

bisa masuk mengalir ke dalam hati.(Adabul ‘Alim, 25)

Murid hendaknya mencari teman bermain yang bertaqwa kepada

Allah, wira’i, bersih hatinya, banyak berbuat kebaikan, sedikit berbuat

kejelekan, memiliki harga diri yang baik, sedikit berselisih pada orang lain

dan mengingatkan jika murid lupa berbuat salah. (Adabul ‘Alim, 28)

Seorang murid sudah harus seyogyanya berpandangan bahwa guru

adalah sosok yang agung dan terhormat serta memiliki derajat yang mulia

dan tinggi. Ini harus dilakukan murid agar ilmu yang diperoleh

bermanfaat. (Adabul ‘Alim, 30)

Dalam suatu pertemuan pembelajaran, seorang murid harus memakai

budi pekerti yang baik, selalu menghormati sahabat, memuliakan

pemimpin, pejabat dan teman sejawat, karena dengan ini berarti murid

sudah menghormati gurunya dan menghormati majlis pembelajaran itu.

(Adabul ‘Alim,35)

Silahkan murid bertanya kepada guru tentang berbagai hal yang belum

dipahami. Pakailah bahasa yang sopan dengan sebaik mungkin. Gunakan

waktu pembelajaran sebaik mungkin untuk meminta penjelasan guru.

Adabul ‘Alim,36-37)

Murid sebaiknya tidak membandingkan antar guru, tidak

menunjukkan pemahamannya tentang suatu hal, tidak menyela penjelasan

guru dan tetap berkonsentrasi terhadap penjelasan guru. (Adabul ‘Alim, 38)

Page 58: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KITAB “ADABUL …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1901/1/SKRIPSI FULL... · Degradasi moral ditandai oleh mundurnya sikap santun, ramah, serta jiwa

44

Murid yang sejati akan memiliki cita-cita yang tinggi, sehingga tidak

akan merasa cukup dengan ilmu yang sedikit, karena kalau bisa mencari

ilmu sebanyak mungkin. Murid tidak boleh merasa cukup hanya pada apa

yang diwariskan oleh para Nabi, karena hanya sedikit, sehingga murid

tidak sombong dan bodoh. (Adabul ‘Alim, 48)

Sebelum membaca kitab, murid hendaknya membaca ta’awudz,

basmalah, hamdalah, dan shalawat kepada Nabi Muhammad Saw,

keluarganya, para sahabatnya, kemudian mendoakan gurunya, dirinya

sendiri dan kaum muslimin, meminta rahmat Allah untuk pengarang kitab

yang sedang di baca. (Adabul ‘Alim, 52)

Murid harus semangat dan optimis akan berhasil di masa mendatang,

yang diwujudkan dengan kegiatan yang positif dan bermanfaat serta

menghindari keresahan yang mengganggu. (Adabul ‘Alim, 53)

Murid hendaknya menyebar luaskan kedamaian, menunjukkan sikap

kasih sayang dan penghormatan serta menjaga hak yang dimiliki oleh

teman, saudara baik seagama atau seaktivitas (Adabul ‘Alim, 54)

(Mukani,2015:84-93).

F. Karya-Karya KH. Hasyim Asy’ari

KH. Hasyim Asy’ari dikenal tidak semata sebagai pendiri jam’iya

Nahdlatul Ulama. Lebih dari itu, Rais Akbar PBNU ini juga memiliki

beberapa kitab yang tersimpan dengan rapi dan telah dikondifikasi secara

apik khususnya oleh sang cucu, alm KH. Ishom Hadzik

(Madyuni,2013:24).

Page 59: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KITAB “ADABUL …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1901/1/SKRIPSI FULL... · Degradasi moral ditandai oleh mundurnya sikap santun, ramah, serta jiwa

45

Tidak diragukan lagi bahwa Syekh Hasyim Asy’ari mempunyai

banyak ilmu dan ahli dalam berbagai bidangnya sehingga beliau menjadi

panutan bagi para ulama pada zamannya maupun setelahnya. Berdasarkan

keluasan dan kedalaman ilmunya, beliau telah membuat banyak buku, di

antaranya:

1. Adaabul al-‘Alim Wa al-Muta’allim, yang menerangkan hal-hal

yang dibutuhkan para pencari ilmu dan para pengajar dalam proses

belajar dan mengajar.

2. Ziyaadatu Ta’liiqaat

3. Al- Tanbiihaat al-Waajibaat

4. Al-Risaalah al-jaami’ah, yang menjelaskan keadaan kematian dan

tanda-tanda hari kiamat dan disertai pemahaman Hadits mengenai

masalah tersebut.

5. Al- Nur al Mubiin fi Mahabbati Sayyidi al- Nursaliin, yang

menerangkan arti dari cinta kepada Rasulluah SAW dan tata cara

mengikutinya serta meneladani beliau dalam kehidupan.

6. Hasyiyiah ‘Ala Fathi al-Rahman dan di sertai syarah Risalati al-

Waliy Ruslaani karangan Syekh al-Islam Zakariyyah al-Anshariy.

7. Al-Durar al-Munqatsirah fil al-Masa’il al-Ti’i ‘Asyarah,

menjelaskan masalah Thariqah dan Kewalian dan segala sesuatu.

8. Al-Tibyan fi al Nahyiy ‘an Muqaathi’ati al-Arham wa al-Aqaarib

wa al-ikhwan, yang menjelaskan pentingnya menyambung

Page 60: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KITAB “ADABUL …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1901/1/SKRIPSI FULL... · Degradasi moral ditandai oleh mundurnya sikap santun, ramah, serta jiwa

46

persaudaraan dan akibat yang akan diterima jika memutuskan

persaudaraan.

9. Al-Risalah al-Tauhidiyyah, ini adalah buku kecil yang

menerangkan perihal aqidah ahlu al-sunnah wa al-jama’ah.

10. Al-Qalaa’id, yang menerangkan seputar tata cara berakidah. Dan

lain sebagainya, yang kesemuanya merupakan hasil karya yang

bagus dan sangat bermanfaat. Ini semua mengindikasikan bahwa

beliau adalah kyai produktif dan memiliki kedalaman ilmu (Siroj

dan Hadi,2009:1-2).

Page 61: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KITAB “ADABUL …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1901/1/SKRIPSI FULL... · Degradasi moral ditandai oleh mundurnya sikap santun, ramah, serta jiwa

47

BAB III

PENDIDIKAN KARAKTER PERSPEKTIF

K.H. HASYIM ASY’ARI

A. PENDIDIKAN KARAKTER SECARA UMUM

Mengupas masalah pendidikan karakter merupakan suatu pembahasan

yang menarik, karena pemahaman pemikiran tentang makna pendidikan

karakter sendiri sangat beragam. Kita berbicara tentang pendidikan

karakter secara umum. Pendidikan karakter ini hendaknya ditempatkan

pada skala prioritas dalam membangun bangsa. Mereka hendaknya

dididik agar menjadi anak bangsa yang berakhlakul karimah. Untuk

menjadikan generasi masa depan yang unggul, inovatif, kreatif, mandiri

sesuai dengan kemajuan zaman (Nizar,2002:107).

Banyak pendapat yang berlainan tentang pendidikan. Salah satu

diantaranya menerangkan bahwa pendidikan adalah hasil peradaban suatu

bangsa yang dikembangkan atas dasar pandangan hidup bangsa yang

berfungsi sebagai filsafat pendidikan, suatu cita-cita atau tujuan yang

menjadi motif; cara suatu bangsa berfikir dan berkelakuan, yang dilakukan

turun temurun dari generasi ke generasi. Cara ini menunjukkan tingkat

kemajuan, peradaban suatu generasi, juga menjadi satu kenyataan bahwa

dalam perkembangannya manusia selalu menuju ke arah peningkatan

nilai-nilai kehidupan dan membina kehidupan yang lebih sempurna

(Suwarno,2006:19).

Page 62: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KITAB “ADABUL …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1901/1/SKRIPSI FULL... · Degradasi moral ditandai oleh mundurnya sikap santun, ramah, serta jiwa

48

Menurut George F. Kneller, pendidikan memiliki arti luas dan sempit.

Dalam arti luas, pendidikan diartikan sebagai tindakan atau pengalaman

yang mempengaruhi perkembangan jiwa, watak, ataupun kemampuan fisik

individu. Dalam arti sempit, pendidikan adalah suatu proses

mentransformasikan pengetahuan, nilai-nilai, dan keterampilan dari

generasi ke generasi yang dilakukan oleh masyarakat melalui lembaga-

lembaga pendidikan (Suwarno,2006:20).

Banyaknya faktor yang menyebabkan runtuhnya bangsa Indonesia

pada saat ini. Diantaranya adalah faktor pendidikan. Kita tentu sadar

bahwa pendidikan merupakan mekanisme institusional yang akan

mengakselereasi pembinaan karakter bangsa dan juga berfungsi sebagai

arena mencapai tiga hal prinsipal dalam pembinaan karakter bangsa. tiga

hal prinsipal tersebut (menurut Rajasa, 2007) adalah:

1. Pendidikan sebagai arena untuk re-aktivasi karakter luhur bangsa

Indonesia. Secara historis bangsa Indonesia adalanh bangsa yang

memiliki karakter kepahlawanan, nasionalisme, sifat heroik, semangat

kerja keras serta berani menghadapi tantangan. Kerajaan-kerajaan

Nusantara di masa lampau adalah sebagai bukti keberhasilan

pembangunan karakter yang mencetak tatanan masyarakat maju,

berbudaya dan berpengaruh.

2. Pendidikan sebagai sarana untuk membangkitkan suatu karakter

bangsa yang dapat mengakselerasikan pembangunan sekaligus

Page 63: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KITAB “ADABUL …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1901/1/SKRIPSI FULL... · Degradasi moral ditandai oleh mundurnya sikap santun, ramah, serta jiwa

49

memobilisasi potensi domestik untuk meningkatkan daya saing

bangsa.

3. Pendidikan sebagai sarana untuk menginternalisasi kedua aspek diatas

yakni re-aktivasi sukses budaya masa lampau dan karakter inovatif

serta kompetitif, ke dalam segenap sendi-sendi kehidupan bangsa dan

program pemerintah (Muslica,2011:2-3).

Mendidik dikatakan membudayakan manusia, mendidik juga dikatan

memanusiakan anak manusia. Anak manusia akan menjadi manusia hanya

bila ia menerima pendidikan. Anak manusia bila di besarkaan oleh seekor

binatang di tengah hutan akan bertingkah seperti binatang sebab tingkah

laku binatang itulah yang sempat ia tiru. Dalam hal seperti ini jelaslah ia

tidak menjadi manusia baik ditinjau dari segi penampilan maupun dari segi

kejiwaan. Oleh sebab itu, untuk membuat anak manusia menjadi anak

manusia yang mutlak diperlukan pendidikan (Pidarta,1997:4).

Ketika bangsa Indonesia bersepaka memproklamasikan kemerdekaan

Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, para bapak pendiri bangsa

menyadari paling tidak ada tiga tantangan besar yang harus dihadapai.

Pertama, adalah mendirikan Negara yang bersatu dan berdaulat, kedua

adalah membangun bangsa, dan ketiga adalah membangun karakter.

Ketiga hal tersebut secara jelas tampak dalam konsep Negara Bangsa dan

pembangunan karakter Bangsa. Pada implementasinya kemudian upaya

mendirikan Negara relatif lebih cepat jika dibandingkan dengan upaya

untuk membangun bangsa dan membangun karakter. Kedua hal terakhir

Page 64: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KITAB “ADABUL …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1901/1/SKRIPSI FULL... · Degradasi moral ditandai oleh mundurnya sikap santun, ramah, serta jiwa

50

itu terbukti harus diupayakan terus menerus, tidak boleh putus di

sepanjang sejarah kehidupan kebangsaan Indonesia (Samani dan

Hariyanto,2011:1).

Karakter dimaknai sebagai cara berpikir dan berperilaku yang khas

tiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkungan

keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara. Individu yang berkarakter baik

adalah individu yang dapat membuat keputusan dan siap

bertanggungjawab setiap akibat dari keputusannya. Karakter dapat

dianggap sebagai nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan

Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan

kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan

perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya,

adat istiadat, dan estetika. Karakter adalah perilaku yang tampak dalam

kehidupan sehari-hari baik dalam bersikap maupun dalam bertindak

(Samani dan Hariyanto,2011:42).

Berkaitan dengan dirasakan semakin mendesaknya implementasi

pendidikan karakter di Indonesia, Pusat Kurikulum Badan Penelitian dan

Pengembangan Kementrian Pendidikan Nasional dalam publikasinya

berjudul Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Karakter (2011) menyatakan

bahwa pendidikan karakter pada intinya bertujuan membentuk bangsa

yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran,

bergotong royong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis, berorentasi

ilmu pengetahuan dan teknologi yang semuanya dijiwai oleh iman dan

Page 65: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KITAB “ADABUL …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1901/1/SKRIPSI FULL... · Degradasi moral ditandai oleh mundurnya sikap santun, ramah, serta jiwa

51

taqwa kepada Tuhan yang Maha Esa berdasarkan Pancasila (Samani dan

Hariyanto,2011:9).

Pembentukan karakter merupakan salah satu tujuan pendidikan

nasional. Dalam UU Sisdiknas tahun 2003 diyatakan bahwa tujuan

pendidikan nasional antara lain mengembangkan potensi peserta didik

untuk memiliki kecerdasan, kepribadian, dan akhlak mulia. Pendidikan

karakter ini sebaiknya dimulai dari dalam keluarga karena anak mulai

beinteraksi dengan orang lain pertama kali terjadi dalam lingkungan

keluarga. Pendidikan karakter sebaiknya diterapkan sejak usia kanak-

kanak atau yang biasa disebut para ahli psikologi sebagai usia emas

(golden age) karena usia ini terbukti sangat menentukan kemampuan anak

dalam mengembangkan potensinya (Muhadjir dan Nurgiantoro,2011:31).

Sejak awal kemerdekaan, bangsa Indonesia sudah bertekad untuk

menjadikan pembangunan karakter bangsa sebagai bahan penting dan

tidak dipisahkan dari pembangunan nasional. Secara eksplisit pendidikan

karakter (watak) adalah amanat Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasonal yang pada pasal 3 menegaskan bahwa

“Peandidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

membentuk watak serta peradapan bangsa yang bermartabat dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi

peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada

Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,

mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung

Page 66: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KITAB “ADABUL …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1901/1/SKRIPSI FULL... · Degradasi moral ditandai oleh mundurnya sikap santun, ramah, serta jiwa

52

jawab. Potensi peserta didik yang akan dikembangkan seperti beriman dan

bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, kreatif ,

mandiri, menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawaab

pada hakikatnya dekat dengan makna karakter. Potensi tersebut harus

menjadi landasan implementasi pendidikan karakterdi Indonesia (Samani

dan Hariyanto,2011:26-27).

Dalam publikasi Pusat Kurikulum diyatakan bahwa pendidikan

karakter berfungsi (1) mengembangkan potensi dasar agar berhati baik,

berpikiran baik, dan berperilaku baik; (2) memperkuat dan membangun

perilaku bangsa yang multikultural; (3) meningkatkan peradapan bangsa

yang kompetitif dalam pergaulan dunia. Dalam kaitan itu telah di

identifikasi sejumlah nilai pembentuk karakter yang merupakan hasil

kajian empirik pusat kurikulum. Nilai-nilai yang bersumber dari agama,

Pancasila, budaya, dan tujuan pendidikan nasional tersebut adalah: (1)

Religius, Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran

agama yang dianutnya, toleransi terhadap pelaksanaan ibadah agamaa lain,

dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain. (2) Jujur, Perilaku yang

disadarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu

dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan. (3) Toleransi,

Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis,

pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya. (4)

Disiplin, Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada

berbagai ketentuan dan peraturan. (5) Kerja Keras, Tindakan yang

Page 67: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KITAB “ADABUL …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1901/1/SKRIPSI FULL... · Degradasi moral ditandai oleh mundurnya sikap santun, ramah, serta jiwa

53

menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan

peraturan. (6) Kreatif, Berpikir dan melakukan sesuatu untuk

menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki. (7)

Mandiri, Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain

dalam menyelesaikan tugas-tugas. (8) Demokratis, Cara berpikir, bersikap,

dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang

lain. (9) Rasa Ingin Tahu, Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk

mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya,

dilihat dan didengar. (10) Semangat Kebangsaan, Cara berpikir, bertindak,

dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara diatas

kepentingan diri dan kelompok. (11) Cinta Tanah Air, Cara berpikir,

bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan

negara diatas kepentingan diri dan kelompok. (12) Menghargai Prestasi,

Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu

yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati

keberhasilan orang lain. (13) Bersahabat/Komunikatif, Sikap dan tindakan

yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi

masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.

(14) Cinta Damai, Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk

menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta

menghormati keberhasilan orang lain. (15) Gemar Membaca, Kebiasaan

menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan

kebajikan bagi dirinya. (16) Peduli Lingkungan, Sikap dan tindakan yang

Page 68: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KITAB “ADABUL …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1901/1/SKRIPSI FULL... · Degradasi moral ditandai oleh mundurnya sikap santun, ramah, serta jiwa

54

selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya,

dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam

yang sudah terjadi. (17) Peduli Sosial, Sikap dan tindakan yang selalu

ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang

membutuhkan. (18) Tanggung Jawab, Sikap dan perilaku seseorang untuk

melaksanakan tugas dan kewajibannya yang seharusnya dia lakukan,

terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial, dan budaya),

negara dan Tuhan Yang Maha Esa. (Samani dan Hariyanto,2011:9).

Sebagai bangsa Indonesia yang meliliki peradaban yang mulia (baca:

masyarakat madani) dan peduli dengan pendidikan bangsa, sudah

seyogyanya kita berusaha untuk menjadikan nilai-nilai karakter mulia itu

tumbuh dan bersemi kembali menyertai sikap dan perilaku bangsa, mulai

dari pemimpin tertinggi hingga rakyat jelata. Salah satu upaya kearah itu

adalah melakukan pembinaan karakter di semua aspek kehidupan

masyarakat, terutama melalui institusi pendidikan (Zuchdi,2013:13).

Dalam kamus bahasa Inggris-Indonesia karakter berasal dari kata

character yang berarti watak, karakter atau sifat (Echols,1996:107). Dalam

kamus bahasa Indonesia, “karakter” diartikan dengan tabiat, sifat-sifat

kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan

yang lainnya. Orang berkarakter berarti orang yang berkeperibadian,

berperilaku, bersifat, bertabiat, atau berwatak. Dengan makna seperti ini

berarti karakter indentik dengan keperibadian atau akhlak. Keperibadian

merupakan ciri atau karakteristik atau sifat khas dari diri seseorang yang

Page 69: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KITAB “ADABUL …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1901/1/SKRIPSI FULL... · Degradasi moral ditandai oleh mundurnya sikap santun, ramah, serta jiwa

55

bersumber dari bentuk-bentuk yang diterima dari lingkungan, misalnya

keluarga, dan bawaan sejak kecil (Muhajir dan Nurgiyantoro,2011:27).

Dari pengertian di atas dapat di pahami bahwa karakter identik dengan

akhlak, sehingga karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang

universal yang meliputi seluruh aktivitas manusia, baik denga

berhubungan dengan Tuhannya, dengan dirinya, dengan sesama manusia,

maupun dengan lingkungannya, yang berdasarka dengan norma-norma

agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat. Dari konsep karakter

ini muncul konsep pendidikan karakter (character education)

(Zuchdi,2013:16-17).

Dari keseluruhan ini dalam pendidikan karakter sesungguhnya

Hasyim Asy’ari sangat paham tentang pendidikan karakter dalam negara

Indonesia. Dengan adanya pandangan, pelaksanaan pendidikan karakter

yang hanya dipahami sebagai proses pewarisan adat dan sosialisasi

perilaku individu maupun sosial yang telah menjadi model baku dalam

masyarakat. Kondisi yang demikian menyebabkan pelaksanaan pendidikan

karaakter berjalan searah dan tidak bersifat dialogis. Padahal pengembanga

Religius, Jujur, Toleransi, Disiplin, Kerja Keras, Kreatif, Mandiri,

Demokratis, Rasa Ingin Tahu, Semangat kebangsaan, Cinta Tanah Air,

Menghargai Prestasi, Bersahabat, Cinta Damai, Gemar Membaca, Peduli

Lingkungan, Peduli Sosial, dan Tanggung Jawab merupakan cara strategis

untuk mencapai pendidikan karakter yang tinggi (Samani dan

Hariyanto,2011:52).

Page 70: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KITAB “ADABUL …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1901/1/SKRIPSI FULL... · Degradasi moral ditandai oleh mundurnya sikap santun, ramah, serta jiwa

56

Pendidikan yang ditawarkan oleh Hasyim Asy’ari adalah pendidikan

yang berbasis karakter yang sedang di gembar gemborkan oleh Mentri

Pendidikan saat ini untuk dijadikan sebagai acuan dalam pembentukan

karakter peserta didik. Itu artinya pemikiran pendidikan organisasi Islam

terbesar di duni ini telah melampaui zamannya. Pokok-pokok pemikiran

pendidikan karakter Hasyim Asy’ari, dapat dengan jelas di ketahui dalam

kitabnya “Adabul ‘Alim wal Muta’allim”. Jombang Turats, 1415 H”.

(Madyuni,2013:31).

Masalah pendidikan di negeri ini, selain kurikulum, metode juga

menjadi sorotan. Ini dapat dipahami karena metode memang lebih penting

dari kurikulum. Namun metode juga sangat tergantung pelaksanaannya

pada guru, sebab guru lebih penting dari metode itu sendiri. Namun, roh

seorang guru lebih bermakna dari jasadnya sendiri, karena metode

secanggih apapun, jika berada pada guru yang tidak bersemangat akan

nihil hasilnya. Prinsip keterkaitan antar kurikulum, metode dan guru, telah

disadari pentingnya oleh Hasyim Asy’ari dan para ulama-ulama muktabar

yang terjun langsung mengurus lembaga pendidikan (Madyuni,2013:30).

B. PANDANGAN KH. HASYIM ASY’ARI TENTANG PENDIDIKAN

KARAKTER

Pembahasan yang sangat menarik, karena pandangan pemikiran

tentang pendidikan karakter sendiri beragam. Berbagai sumber ini kita bisa

mencari pandangan tentang pendidikan karakter yang sudah berkembang

dan yang sudah diterapkan.

Page 71: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KITAB “ADABUL …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1901/1/SKRIPSI FULL... · Degradasi moral ditandai oleh mundurnya sikap santun, ramah, serta jiwa

57

Sebelum memasuki pembahasan mengenai pandangan KH. Hasyim

Asy’ari terhadap pendidikan karakter, perlunya sedikit menengok sejarah

panjang yang melatar belakangi terbentuknya ide dan gagasan dari para

pejuang, guru bangsa kita. Kegelisaan para tokoh semisal KH. Hasyim

Asy’ari dan lainnya merupakan bentuk jawaban dari ketidak puasan

terhadap kondisi bangsa yang terjajah. Dunia karakter juga ternyata di

racuni oleh penjajah demi kepentingan pribadi dan kelangsungan hidup

mereka dibumi pertiwi. Berangkat dari keprihatinan itulah yang

mendorong perjuangan melalui pendidikan karakter, menjadikan perhatian

serius pada tokoh-tokoh pejuang bangsa. Karena dengan pendidikan

karakter bangsa ini bisa maju terbebas dari cengkraman kaum

imperialisme (Sucipto,2010:103-104).

Dalam pandangan KH. Hasyim Asy’ari, pembentukan karakter

merupakan suatu keniscayaan dalam dunia pendidikan, karena dengan

karakter peserta dapat menuntut ilmu dengan baik. Hasyim Asy’ari

mengutip sebuah kisah bahwa ketika imam Syafi’i pernah ditanya

seseorang, “sejauh mana perhatianmu terhadap karakter?” beliau lalu

menjawab, “setiap kali telingaku menyimak suatu pengajaran budi pekerti

meski hanya satu huruf maka seluruh organ tubukku akan ikut merasakan

(mendengarkan) seolah-olah setiap orang memiliki alat pendengaran

(telinga). Demikian perumpamaan hasrat kecintaanku terhadap pengajaran

budi pekerti”. Beliau lantas ditanya lagi,” lalu bagaimanakah usaha-usah

dalam mencari karakter itu?” beliau menjawab, “Aku akan senantiasa

Page 72: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KITAB “ADABUL …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1901/1/SKRIPSI FULL... · Degradasi moral ditandai oleh mundurnya sikap santun, ramah, serta jiwa

58

mencarinya laksana seorang ibu yang mencari anak satu-satunya yang

hilang”. Maka dalam bukunya itu, Hasyim Asy’ari menuliskan kesimpulan

kaitannya dengan masalah karakter ini bahwa sebagian ulama

menjelaskan konsekuensi dari pernyataan tauhid yang telah diikrarkan oleh

seseorang adalaah mengharuskan beriman kepada Allah (dengan

membenarkan dan menyakini Allah tanpa sedikit pun keraguan). Karena

apabila ia tidak memiliki keimanan itu, tauhidnya dianggap tidak sah.

Demikian pula keimanan jika keimanan tidak dibarengi dengan

pengamalan syariat (hukum-hukum Islam) dengan baik maka

sesungguhnya ia belum memiliki keimanan dan tauhid yang benar. Begitu

pula dengan pengamalan syariat, apabila ia mengamalkannya tanpa

dilandasi karakter maka pada hakikatnya ia belum mengamalkan syariat

dan belum dianggap beriman serta bertauhid kepada Allah SWT.

Berdasarkan beberapa hadis Rosulullah dan keterangan ulama di atas,

kiranya tidak perlu kita ragukan lagi betapa luhurnya kedudukan karakter

di dalam ajaran agama Islam. Karena tanpa karakter dan perilaku yang

terpuji maka apa pun amal ibadah yang dilakukan seseorang tidak akan

diterima di sisi Allah SWT sebagai satu amal kebaikan, baik menyangkut

amal qalbiyah (hati), badaniyah (badan), qauliyah (ucapan), maupun

fi’liyah (perbuatan). Dengan demikian, dapat kita maklumi bahwa salah

satu indikator amal ibadah seseorang diterima atau tidak disisi Allah

adalah melalui sejauhmana aspek karakter disertakan dalam setiap amal

perbuatan yang dilakukan (Sanusi,2013:196-197).

Page 73: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KITAB “ADABUL …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1901/1/SKRIPSI FULL... · Degradasi moral ditandai oleh mundurnya sikap santun, ramah, serta jiwa

59

Melihat gagasan-gagasan yang ditawarkan di atas, nampak jelas

nuansa kesufian dalam diri Hasyim Asy’ari. Hal ini tidaklah

mengherankan sebab dalam perilaku kehidupannya beliau memang lebih

cenderung pada kehidupan sufi. Dengan ilmu tasawuf dan hadis yang

dikuasainya, sangat mewarnai gagasan pemikiran keagamaan dan juga

dalam bidang pendidikan. Beliau adalah sufi yang tidak hanya sibuk

dengan zikir dan fikir, tapi masuk berbaur dengan masyarakat untuk

membebaskan umat dari belenggu kebodohan. Ada beberapa catatan

menarik dari gagasan-gagasan Hasyim Asy’ari terkait dengan integritas

seorang guru, seperti seorang guru haruslah membiasakan diri menulis,

mengarang, dan meringkas. Hasyiam Asy’ari memandang bahwa perlu

adanya tulisan dan karangan, sebab media tulisan itulah ilmu yang dimiliki

seseorang akan terabadikan dan akan banyak memberi manfaat pada orang

yang datang setelahnya, atau pada generasi mendatang, di samping dirinya

akan dikenang sepanjang masa (Sanusi,2013:222-226).

Tapi harus diakui bahwa gagasan Hasyim Asy’ari di atas tidak

terlepas dari praktik pendidikan yang telah dialaminya selama hidupnya,

yang telah mengabadikan dirinya dalam dunia pendidikan. Inilah yang

menjadi kekuatan tersendiri dalam mengeluarkan gagasan-gagasan.

Sampai-sampai hal-hal yang sepele seperti cara menegur dan menyikapi

anak yang terlambat masuk kelas juga diangkatnya.

Jelas, hal ini hanya wujud dari para praktisi pendidikan yang paham

betul dunia pendidikan, yang sangat sulit disentuh oleh para penggagas

Page 74: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KITAB “ADABUL …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1901/1/SKRIPSI FULL... · Degradasi moral ditandai oleh mundurnya sikap santun, ramah, serta jiwa

60

dan pengamat pendidikan yang hanya duduk di kursi kantor. Belum lagi

pada penampilan, baik fisik maupun sikap, semua disajikan secara detail.

Dengan mengaplikasikan pemikiran pendidikan KH. Hasyim Asy’ari di

atas, dengan haqqul yaqin, pendidikan karakter yang minus teladan akan

terealisasi dengan sendirinya (https://kmnu.or.id/konten-108-pendidikan-

adab-menurut-kh-hasyim-asyari diakses, Sabtu, 6 Maret 2017 jam 13.53).

Hasyim Asy’ari dalam kitab “Adabul ‘Alim wal Muta’allim”,

menawarkan tentang

1. “Etika yang harus dimiliki oleh pelajar terhadap dirinya sendiri”,

pembahasan pada bab ini ada 10 materi kajian, sebagai mana berikut

ini:

a. seorang pelajar hendaknya menyucikan hatinya dari segala

kedustaan, kotoran hati, prasangka buruk, iri hati, aqidah yang

sesat dan ahlak yang buruk.

b. Membaguskan niat dalam mencari ilmu, yaitu mencari ilmu

bertujuan semata mata untuk mencari ridho Allah SWT,

mengamalkan ilmu yang dimiliki, menghidupkan syari’at islam

dan beribadah taqarrub kepada Allah’Azza wa Jalla.

c. Bergegas mencari ilmu ketika masih muda dan setiap kali ada

kesempatan. Belajar jangan mudah tergoda bujukan nafsu yang

suka menunda-nunda dan berkhayal saja, karena setiap waktu

yang sudah berlalu tidak bisa diganti lagi.

Page 75: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KITAB “ADABUL …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1901/1/SKRIPSI FULL... · Degradasi moral ditandai oleh mundurnya sikap santun, ramah, serta jiwa

61

d. Seorang pelajar hendaknya bersikap qona’ah (menerima apa

adanya) terhadap makanan maupun pakaian yang dimiliki.

e. Seorang pelajar harus mengatur waktu siang dan malamnya, serta

memanfaatkan sisa-sisa usianya dengan baik karena usia yang

sudah terlewati tidak ada gunanya lagi.

f. Seorang pelajar hendaknya mengurangi makan dan minum karena

kekenyangan bisa membuatnya malas beribadah dan membuat

tubuhnya merasa berat melakukan aktivitas.

g. Seorang pelajar hendaknya memilih sikap wira’i dan hati-hati

dalam segala tingkah lakunya.

h. Seorang pelajar lebih baik mengurangi makan makanan yang bisa

menyebabkan kebodohan dan melemahkan kinerja panca indra.

i. Seorang pelajar hendaknya mengurangi waktu tidurnya selama

tidak berdampak buruk kepada kondisi tubuh dan akalnya.

j. Meninggalkan pergaulan, pergaulan yang lebih banyak menyita

waktu untuk bermain-main dan tidak banyak mengasah pikiran

pelajaran (Siroj dan Hadi,2009:16-19).

2. “Etika pelajar terhadap gurunya”, di dalam pembahasan bab ini,

terdapat 12 macam etika pelajar terhadap gurunya, diantaranya

sebagai berikut:

a. Sepatutnya seorang pelajar terlebih dahulu mempertimbangkan

dan meminta petunjuk kepada Allah SWT, agar dipilihkan guru

yang tepat sehingga ia dapat belajar dengan baik dari guru

Page 76: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KITAB “ADABUL …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1901/1/SKRIPSI FULL... · Degradasi moral ditandai oleh mundurnya sikap santun, ramah, serta jiwa

62

tersebut serta dapat menyerap pelajaran akhlakul karimah dan

adab darinya.

b. Pelajar hendaknya memilih guru yang memiliki pandangan yang

sempurna terhadap ilmu syar’i, bukan seorang yang belajar hanya

dari buku dan tak pernah berkumpul dengan para cendekiawan.

Imam Syafi’i berkata: “Barang siapa belajar (fiqh) dari buku,

maka ia telah menyia-nyiakan hukum.”

c. Pelajar yang baik akan selalu menjalankan perintah gurunya,

tidak menentang pendapat dan peraturan-peraturannya.

d. Memandang guru dengan penuh kekaguman dan rasa hormat

ta’dzim, berkeyakinan bahwa gurunya memiliki derajat yang

sempurna.

e. Mengerti akan hak gurunya dan tidak melupakan keutamaanya,

mendo’akan guru baik ketika masih hidup ataupun telah

meninggal dunia (Siroj dan Hadi,2009:20-21).

3. “Etika pelajar dalam proses pembelajaran dan apa yang harus

dilakukan di hadapan guru serta tujuan belajar”, di dalam bab ini

ada 13 macam etika sebagai berikut:

a. Mengawali belajar dari hal-hal pokok yang terdiri empat macam

cabang ilmu, yaitu: pengetahuan tentang Dzat Allah, pengetahuan

tentang sifat-sifat Allah, mempelajari ilmu fiqih, dengan cara

mempelajari hal-hal yang lebih meningkatkan ketaatan kepada

Allah, seperti toharoh, shalat, dan puasa.

Page 77: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KITAB “ADABUL …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1901/1/SKRIPSI FULL... · Degradasi moral ditandai oleh mundurnya sikap santun, ramah, serta jiwa

63

b. Mempelajari Al-Qur’an dengan sungguh-sungguh menyakini

kebenarannya, serta giat dalam memahami tafsir dan segala

macam ilmu yang berhubungan dengan Al Qur’an.

c. Jangan terlalu cepat berkecimpung ke dalam argumen dan isu-isu

yang diperselisihkan, karena hal itu bisa membingungkan hati dan

pikiran.

d. Meminta guru atau orang yang dipercaya untuk mengoreksi buku

yang dipelajari sebelum menghafalnya, dan setelah selesai

menghafal, kemudian dengan rutin diulang-ulang.

e. Bersegera dalam menghadiri majlis ilmu, apalagi majlis ilmu

hadits (Siroj dan Hadi,2009:29-31).

4. “ Etika alim (guru) untuk dirinya sendiri”, dalam pembahasan ini

ada 10 etika alim untuk dirinya sendiri yaitu:

a. Seorang alim memperbanyak muraqabah kepada Allah (dalam

pengawasan Allah) baik dalam keadaan rahasia maupun terang

terangan.

b. Tetap takut kepada Allah dalam segala aktivitasnya, geraknya,

diamnya, perkataanya, dan perbuatannya. Karena dia adalah

orang yang dipercaya atas sesuatu yang dititipkan kepadanya

berbagai macam ilmu, hikmah, dan rasa takut kepada Allah dan

meninggalkannya adalah khianat. Allah SWT.

Page 78: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KITAB “ADABUL …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1901/1/SKRIPSI FULL... · Degradasi moral ditandai oleh mundurnya sikap santun, ramah, serta jiwa

64

Berfirman dalam surah Al-An’am: 27

Artinya:

“janganlah kamu menghianati Allah dan Rasu (Muhammad) dan

(juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang

dipercayakan kepadmu, sedang kamu mengetahui (QS.AL-An’am:27)

c. Bersikap tenang.

d. Bersikap Wira’i.

e. Bersikap tawadhu’.

f. Khusyu’ karena Allah, Umar RA berkata: belajarlah kamu

sekalian ilmu dan belajarlah bersamanya ketenangan dan

kewibawaan.

g. Dalam segala hal bergantung kepada Allah SWT.

h. Menjadikan ilmunya sebagai tangga (sarana) yang dibuat sarana

ke beberapa tujuan duniawi.

i. Tidak mengagungkan anaknya orang yang terbuai oleh kehidupan

dunia, berjalan kepada mereka dan berdiri di depan mereka

kecuali jika adanya maslahah ini mengurangi mafsadah

(kerusakan), apalagi dia pergi ke tempat orang belajar darinya dan

walaupun dia adalah orang yang tinggi pangkatnya.

j. Orang yang alim berakhlak dengan berzuhud dari keduniaan dan

menyedikitkannya sebagaimana yang dia butuhkan, dan itu tidak

membahayakan bagi dirinya dan keluarganya, yakni hidup

sederhana dan menerima apa adanya (Siroj dan Hadi,2009:34-37).

Page 79: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KITAB “ADABUL …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1901/1/SKRIPSI FULL... · Degradasi moral ditandai oleh mundurnya sikap santun, ramah, serta jiwa

65

5. “Etika seorang guru terhadap pelajarannya”, ketika seorang alim

mengajar (menghadiri majelis) pelajaran, maka sebaiknya suci dari

hadats, kotoran, dalam keadaan bersih, memakai wangi-wangi, dan

memakai pakaian yang paling bagus serta sesuai dengan

perkembangan mode pada zamannya, ini bertujuan untuk

mengagungkan ilmu, menghormati syari’ah dan olehnya belajar

berniat untuk mendekatkan diri kepada Allah, menyebarkan ilmu,

menghidupkan agama Islam, menyampaikan hukum-hukum Allah

SWT.

Ketika sudah sampai di dalam majelis mengucapkan salam

kepada orang yang hadir, duduk dengan menghadap kiblat (jika

memungkinkan), duduk yang berwibawa, tenang, rendah hati.

Jika dalam pelajaran terdapat banyak pelajaran maka

mendahulukan pelajaran yang paling mulia, yang paling penting

kemudian yang penting, yakni mendahulukan tafsir Qur’an, kemudian

hadits, ushuluddin, usul fiqih, kitab-kitab madzhab, nahwu, dan

diakhiri pelajaran-pelajaran yang memberi faedah, serta dapat

menyucikan hati.

Tidak berbicara dengan suara keras jika tidak diperlukan dan

tidak dengan suara yang pelan jika tidak dapat menghasilkan apa yang

dimaksudkan, yang penting suara itu tidak melampaui batas dan

hadirin dapat mendengarnya dengan sempurna (Siroj dan

Hadi,2009:48-50).

Page 80: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KITAB “ADABUL …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1901/1/SKRIPSI FULL... · Degradasi moral ditandai oleh mundurnya sikap santun, ramah, serta jiwa

66

6. “Etika seorang alim terhadap para muridnya”,

a. Seorang guru mengajarkan murid-muridnya dengan niat dan

tujuan untuk menyebarkan ilmu, mensyiarkan ajaran syariat,

melestarikan hal-hal yang benar dan melenyapkan hal-hal yang

batil, menjaga dan melestarikan keharmonisan umat dengan ilmu

yang mereka bekali.

b. Seorang guru tidak boleh menghentikan pengajarannya terhadap

murid yang tidak mempunyai ketulusan niat, sesungguhnya

ketulusan niat dimaksudkan keberkahan ilmu, sebagaian ulama

salaf berkat: “kita mencari ilmu karena selain Allah, maka ilmu

mencegah sesuatu kecuali karena Allah.

c. Seorang guru dalam memberikan materi dengan perkataan yang

baik dan mudah dipahami.

d. Seorang guru berjuang sekuat tenaga dalam mengajar dan

memberi pemahaman kepada muridnya dengan mencurahkan

kekuatannya dan menggunakan diksi yang mudah dipahami

dengan tidak memperbanyak keterangan yang dapat

membingungkan murid (Siroj dan Hadi,2009:56-58).

7. “Etika terhadap kitab sebagai sarana mendapatkan ilmu dan

sesuatu yang berhubungan dengan cara mendapatkannya dan

etika meletakkan kitab dan menulisnya”.

Page 81: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KITAB “ADABUL …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1901/1/SKRIPSI FULL... · Degradasi moral ditandai oleh mundurnya sikap santun, ramah, serta jiwa

67

a. Sepatutnya seseorang yang haus ilmu berusaha mendapatkan

kitab yang di pelajari semaksimal mungkin, diantaranya dengan

membelinya, menyewa atau meminjam.

b. Disunahkan meminjam buku kepada orang yang tidak

mempunyai rekor buruk, dari orang yang tidak mempunyai buruk

pula.

c. Ketika seorang santri menulis (menyalin) atau muthala’ah kitab

jangan diletakkan di atas bumi, melainkan membuat sesuatau

yang bisa menyelamatkan buku dari kerusakan jilidannya, dan

ketika meletakkan kitab dalam keadaan bertumpuk maka

diletakkan di atas meja, atau sejenisnya diusahakan selamat dari

sesuatu hal yang bisa menjatuhinya.

d. Ketika meminjam atau meminjamkan kitab sebelumnya diteliti

awal, tengah, dan akhirnya, diteliti pula urutan babnya dan

kupasannya.

e. Ketika menulis atau menyalin kitab-kitab yang berkaitan dengan

ilmu syariat, sebaiknya dalam keadaan suci, menghadap kiblat,

bersih pakaian dan badannya, menggunakan tinta yang suci

mengawali tulisan dengan (Siroj dan

Hadi,2009:66-68).

Page 82: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KITAB “ADABUL …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1901/1/SKRIPSI FULL... · Degradasi moral ditandai oleh mundurnya sikap santun, ramah, serta jiwa

68

BAB IV

RELEVANSI PEMIKIRAN PENDIDIKAN KARAKTER

K.H HASYIM ASY’ARI

K.H Hasyim Asy’ari sering kali diceburkan dalam persoalan sosial

politik. Hal ini dapat dipahami bahwa sebagian dari sejarah kehidupan K.H

Hasyim Asy’ari juga dihabiskan untuk merebut kedaulatan bangsa Indonesia

melawan hegemoni kolonial Belanda dan Jepang. Lebih-lebih organisasi yang

didirikannya, Nahdatul Ulama, pada masa itu cukup aktif melakukan usaha-

usaha sosial politik (Madyuni,2013:14).

Pada saat itu bangsa Indonesia berada pada kekuasaan kolonial

Belanda yang berujung pada penindasan, keterbatasan dan kebodohan tak

terkecuali bagi masyarakat Islam. Keberadaan lembaga pendidikan pun masih

dianggap kurang memadai untuk mengangkat derajat kaum muslimin dari

keterpurukan, masih dianggap dampak dari penjajahan yang tidak kunjung

usai. Untuk menyelamatkan umat dari penjajahan fisik Belanda dan

penjajahan syirik, takhayul, bid’ah, khurafat, kemiskinan dan kebodohan

adalah melalui sarana kependidikan. Pendidikan ditujukan untuk

mempertinggi budi pekerti, akhlak, dan kepandaian bergaul ditambah dengan

adat istiadat. Pada tanggal 16 Rajab 1344 H/ 31 Januari 1926 M. Organisasi

NU resmi didirikan, dengan nama Nahdhatul Ulama’, artinya kebangkitan

ulama. Kyai Hasyim dipercaya sebagai Rais Akbar pertama. Kelak, jam’iyah

ini menjadi organisasi dengan anggota terbesar di Indonesia, bahkan di Asia

(Madyuni,2013:14).

Kyai Hasyim terkenal sebagai ulama yang mampu melakukan

penyaringan secara ketat terhadap sekian banyak tradisi keagamaan yang

Page 83: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KITAB “ADABUL …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1901/1/SKRIPSI FULL... · Degradasi moral ditandai oleh mundurnya sikap santun, ramah, serta jiwa

69

dianggapnya tidak memiliki dasar-dasar dalam hadis dan ia sangat teliti

dalam mengamati perkembagan tradisi ketarekatan di pulau Jawa, yang nilai-

nilainya telah menyimpang dari kebenaran ajaran Islam. Menurut kyai

Hasyim ia tetap mempertahankan ajaran-ajaran mazhab untuk menafsirkan al-

Qur’an dan hadis dan pentingnya praktek tarikat (Madyuni,2013:30).

Pendidikan karakterpun perlu dikembangkan atau diperkokoh

sedemikian rupa karena merupakan konsekuensi logis dari keberadaan

(eksistensi) serta hakikat manusia sebagai mahluk sosial dan mahluk

berbudaya. Sebagai mahluk sosial dan mahluk berbudaya, manusia berada

pada jaringan interaksi interdependensi dengan sesama manusia yang diatur

dalam pola-pola jaringan norma yang dijabarkan dari nilai yang hidup serta

beroperasi di satu kelompok masyarakat (Muslich,2011:138).

Pendidikan karakter tidak bisa lepas dari sistem nilai yang dimiliki

oleh masyarakat serta proses internalisasi nilai untuk melestarikan sistem

nilai tersebut. Proses internalisasi nilai itu sendiri pada dasarnya adalah salah

satu aspek dari substansi proses pendidikan dalam arti luas. Dengan

demikian, pendidikan karakter merupakan proses pendidikan yang dapat

berlangsung di keluarga (bagian dari sisi pola asuh), di masyarakat (bagian

dari interaksi sosial), dan di sekolah (bagian dari pendidikan formal). Dengan

cara demikian, pendidikan karakter akan dapat menumbuhkan sikap serta

perilaku sehari-hari yang mencerminkan sistem nilai yang hidup di

suatumasyarakat. Bahkan, pendidikan karakter juga merupakan

Page 84: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KITAB “ADABUL …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1901/1/SKRIPSI FULL... · Degradasi moral ditandai oleh mundurnya sikap santun, ramah, serta jiwa

70

pengembangan budaya dan nilai-nilai luhur budaya bangsa

(Muslicah,2011:138).

Berbagai permasalahan bangsa dan negara akan teratasi bila SDM

yang ada benar-benar berkualitas dan mampu berpikir secara maksimal sesuai

dengan bidang keahlian masing-masing. Sebenarnya tidak sedikit SDM di

negara kita yang berkualitas, namun belum banyak memberikan kontribusi

terhadap kemajuan bangsa dan negara secara menyeluruh. Di sisi lain, tidak

sedikit juga SDM kita yang berkualitas diberdayakan pihak asing sehingga

menambah kemakmuran bangsa dan negara lain. Ini terjadi akibat rendahnya

kesadaran bangsa kita akan nilai-nilai nasionalisme dan sudah banyak terbius

oleh nilai-nilai individualisme, materialisme, bahkan hedonisme.

Inilah permasalahan karakter yang melanda sebagai besar bangsa kita.

Masih banyak karakter (negatif) lain yang sekarang berkembang bahkan

menjadi budaya ditengah-tengah masyarakat kita yang semakin memperparah

problem bangsa dan bernegara. Karena itulah, tahun lalu presiden kembali

mengajak seluruh rakyat Indonesia untuk bersama-sama membangun

kembali budaya dan karakter luhur bangsa yang sudah memudar. Nilai-nilai

karakter mulia yang dimiliki bangsa dan negara Indonesia sejak berabat-abat

dan sekarang sudah terkikis harus dibangun kembali terutama melalui

pendidikan (Zuchdi,2011:466).

K.H Hasyim Asy’ari memiliki tekat yang luar biasa untuk

memperjuangkan dan menanamkan nilai-nilai karakter kepada rakyatnya. Hal

Page 85: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KITAB “ADABUL …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1901/1/SKRIPSI FULL... · Degradasi moral ditandai oleh mundurnya sikap santun, ramah, serta jiwa

71

ini dijalankan oleh K.H Hasyim Asy’ari, karena ia tidak mau bahwa

rakyatnya mengikuti pendidikan yang dijalankan oleh pemerintah penjajah.

Pandangan K.H Hasyim Asy’ari mengenai pendidikan karakter yang

demikian itu selalu diulangi dalam tulisan-tulisannya. Dan pemikiran

mengenai pendidikan yang mau memberi perhatian kepada pendidikan

karakter itu tetaplah merupakan suatu pandangan yang relevan pada masa ini,

sekalipun pemikiran K.H Hasyim Asy’ari ini berasal dari jaman penjajahan ,

enampuluh tahun yang lalu. Bukan itu saja, bahkan pemikiran K.H Hasyim

Asy’ari mengenai pendidikan karakter pada umumnya tetaplah aktual untuk

jaman ini. Dan dapatlah dikatakan bahwa pandangan K.H Hasyim Asy’ari itu

merupakan suatu keindahan lama yang selalu baru dan segar. Pandangan K.H

Hasyim Asy’ari dapatlah dipakai sebagai cermin, dan apa yang didengungkan

olehnya tidaklah kalah dengan pemikiran-pemikiran pendidikan karakter pada

masa ini. Bahkan yang dikemukakan oleh K.H Hasyim Asy’ari enampuluh

tahun yang lalu, juga dikemukakan oleh tokoh-tokoh pendidikan karakter

jaman sekarang ini dengan kata-kata dan rumusan yang berbeda

(Sardy,1985:46-47).

Dalam dunia yang serba maju, yang ditandai dengan oleh majunya

teknologi dan kemajuan sains di segala bidang dan seginya, kiranya tidak ada

jeleknya kalau kita menengok ke belakang dan berguru pada tokoh pendidik

kita, K.H Hasyim Asy’ari. Sebab bagaimana pun juga K.H Hasyim Asy’ari

sebagai tokoh pendidikan Indonesia, mau mengangkat derajat rakyat yang

biasanya dianggap bodoh dan dijajah. Pendidikan karakter yang dijalankan

Page 86: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KITAB “ADABUL …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1901/1/SKRIPSI FULL... · Degradasi moral ditandai oleh mundurnya sikap santun, ramah, serta jiwa

72

oleh K.H Hasyim Asy’ari benar-benar mau menampilkan kekhasannya

sendiri (Sardy,1985:48).

Kalau kita mengamati fenomena pendidikan karakter yang ada di

Indonesia dan kemudian menghubungkannya dengan pemikiran K.H Hasyim

Asy’ari itu masih relevan juga pada jaman sekarang ini. Pemikiran yang sama

ternyata diberi perhatian oleh pemerintah, dan para mentri pendidikan pun

tidak jarang yang menekankan masalah pendidikan karakter. Salah satu

menteri pendidikan Republik Indonesia yang begitu besar menaruh perhatian

yang dicanangkan oleh K.H Hasyim Asy’ari (Sardy,1985:84).

Pemikiran K.H Hasyim Asy’ari itu haruslah dilihat dalam konteks

sejarah pergerakan nasional yang mencita-citakan kemerdekaan Indonesia

dari tangan penjajah. Bila pemikiran K.H Hasyim Asy’ari itu ditempatkan

dalam konteks sejarahnya, maka kita dapat menghargai bahwa K.H Hasyim

Asy’ari itu benar-benar merupakan seorang tokoh yang tangguh dan berani

melawan arus yang diciptakan oleh penjajah. Walaupun demikian, pemikiran

K.H Hasyim Asy’ari itu juga melampaui jamannya juga, bahkan hingga kini

pemikiran K.H Hasyim Asy’ari itu masih terasa segar, dan merupakan suatu

keindahan lama yang selalu baru. Hal ini dapat kita rasakan kalau kita

membaca karya-karya K.H Hasyim Asy’ari sendiri beserta berbagai pendapat

dan pemikiran tentangnya.

Page 87: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KITAB “ADABUL …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1901/1/SKRIPSI FULL... · Degradasi moral ditandai oleh mundurnya sikap santun, ramah, serta jiwa

73

A. Relevansi Pendidikan

Relevansi pemikiran K. H. Hasyim Asy’ari terhadap pendidikan

sekarang nampak pada munculnya berbagai lembaga yang dinaungi panji-

panji islam atau lebih dikenal dengan sebutan Pondok Pesantren. Pesantren

sampai sekarang masih menjadi satu-satunya lembaga yang diharapkan

mampu melahirkan sosok ulama yang berkualitas, dalam arti mendalam

pengetahuan agamanya, agung moralitasnya dan besar dedikasi sosialnya.

Walaupun banyak corak dan warna profesi santri setelah belajar dari

pesantren, namun figur kyai masih dianggap sebagai bentuk paling ideal,

apalagi ditengah krisis ulama sekarang ini (Mukani,2015:20).

K.H Ilyas Rukyat (al-Maghfurlah) mengatakan, munculnya figur

santri sebagai seorang ulama masih menjadi harapan besar pesantren. Label

kyai tidak bisa diberikan oleh pesantren, tapi oleh masyarakat setelah melihat

ilmu, karakter, dan perjuangannya ditengah masyarakat. Santri tersebut

mampu menyampaikan gagasan-gagasan besar dengan bahasa sederhana yang

bisa dipahami dan dilaksanakan masyarakat luas.

Modernisasi kehidupan yang menyentuh semua aspek kehidupan

akibat revolusi ilmu pengetahuan dan teknologi meniscayakan semua pihak

untuk meresponnya secara aktif dan kontekstual. Masalah-masalah

kontemporer yang datang silih berganti menuntut partisipasi aktif pesantren

untuk ikut memberikan kontribusi maksimal agar mampu memandu gerak

dinamika sejarah dengan nilai-nilai sucinya. Seorang kyai atau santri dituntut

untuk aktif mengikuti perkembangan informasi dan melakukan revitalisasi

Page 88: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KITAB “ADABUL …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1901/1/SKRIPSI FULL... · Degradasi moral ditandai oleh mundurnya sikap santun, ramah, serta jiwa

74

tradisi intelektualnya untuk merumuskan jawaban-jawaban sederhana yang

aplikatif bagi aneka macam problem kontemporer tersebut. Disinilah letak

relevansi dan aktualitas pesantren ditengah moderasi kehidupan

(Mukani,2015:32).

Kalau pesantren tidak mampu merespons masalah kontemporer

dengan khazanah intelektualnya, maka krisis keilmuan pesantren akan

berimbas pada krisis identitas santri dalam menatap masa depannya. Krisis

identitas ini akan menurunkan kepercayaan diri santri dalam mengarungi

masa depannya. Efeknya, semangat santri dalam mengkaji khazanah

intelektual dan wacana kontemporer sebagai modal aktualisasi diri di tengah

kehidupan sosial menjadi rendah (Mukani,2015:47).

Memang harus diakui, saat ini, alumni pesantren yang mampu muncul

sebagai seorang kyai berkualitas baik dalam ilmu, karakter, dan dedikasi

sosialnya sedikit jumlahnya. Modernisasi pesantren mempengaruhi visi

seorang santri dalam melihat masa depannya. Banyak dari mereka yang

berkeinginan menjadi seorang birokrat, kaum professional, intelektual, dan

wirausahawan. Ragam profesi yang mereka sandang ini menunjukkan

elastisitas dan fleksibelitas pesantren dalam membentuk generasi masa depan

bangsa. Namun, fenomena kelangkaan ulama menjadi masalah serius yang

menarik diperbincangkan. Identitas pesantren sebagai lembaga tafaqquh

fiddin (pendalaman ilmu agama) dipertanyakan banyak pihak.

Menurut KH. MA. Sahal Mahfudh, semangat santri dalam mengkaji

dan mengembangkan ilmu sekarang jauh dibanding santri zaman dulu.

Page 89: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KITAB “ADABUL …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1901/1/SKRIPSI FULL... · Degradasi moral ditandai oleh mundurnya sikap santun, ramah, serta jiwa

75

Sehingga pesantren sekarang semakin sulit melahirkan ulama besar.

Menurutnya, figur santri yang mendalam pemahaman aqidah dan syari’ah

masih menjadi figur ideal di tengah goncangan pemikiran keislaman yang

pasif sekarang ini. Di sinilah tantangan besar pesantren, bagaimana

memadukan visi melahirkan seorang kyai yang berkualitas di satu sisi dan

mengakomodir modernisasi tanpa kehilangan identitasnya sebagai lembaga

tafaqquh fiddin di sisi yang lain (Mukani,2015:56).

Inilah masalah serius yang harus segera ditanggulangi. Karena

kebutuhan akan lahirnya ulama masa depan yang berkualitas sudah sangat

mendesak supaya kehidupan dunia modern tidak berjalan tanpa kontrol.

Akhirnya, kita berharap pesantren mampu menjawab kritik pedas selama ini

tentang kelangkaan ulama yang berkualitas tinggi, bukan sekedar ulama

biasa. Yang perlu diyakini, pesantren mampu melakukan tugas sucinya ini

dengan kerja keras menuju keridloan Allah Swt (Madyuni,2015:74).

Pendidikan merupakan hal terpenting pada setiap orang karena dengan

pendidikan orang bisa mencapai kualitas dalam hidupnya. Dan dengan

pendidikan pula kita bisa menciptakan manusia manusia yang berakhlak baik

dan cerdas. Dan kini pendidikan dari tahun ke tahun selalu mengalami

perubahan. Banyak perubahan dari zaman dahulu hinga zaman sekarang dan

sebagai contohnya, tujuan utama dari pendidikan sekarang bukanlah demi

orang tua, nilai yang tinggi, diri sendiri ataupun guru namun saat ini yang

ingin dicapai dari sekolah ialah mendapat manfaat yang bisa dipergunakan

dalam kehidupan sehari-hari (Mangunpranoto,1976:15).

Page 90: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KITAB “ADABUL …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1901/1/SKRIPSI FULL... · Degradasi moral ditandai oleh mundurnya sikap santun, ramah, serta jiwa

76

Pendidikan karakter menurut K.H Hasyim Asy’ari harus berbasis

tauhid. Hal itu terjadi karena pada saat itu bangsa Indonesia berada dalam

kekuasaan kolonial bangsa, yang berujung pada penindasan, keterbatasan dan

kebodoha tak terkecuali bagi masyarakat Islam. Keberadaan lembaga

pendidikan pun masih dianggap kurang memadai untuk mengangkat derajat

kaum muslimin dari keterpurukan, masih dianggap dampak dari penjajah

yang tidak kunjung usai. Pendidikan Barat dulu masih sangat terbatas.

Pembelajaran masih menggunakan sistem belajar di rumah. Pendidikan

ditujukan untuk mempertinggi budi pekerti, akhlak, dan kepandaian bergaul

ditambah dengan adat istiadat.

Pendidikan karakter bangsa ini bisa maju dan terbebas dari

cengkraman kaum imperialisme. Untuk membangun pendidikan karakter

umat manusia, khususnya di negara Indonesia. Langkah awal yang digagas

adalah gigih membina angkatan muda untuk turut bersama-sama

melaksanakan pembangunan pendidikan karakter yang berbasis tauhid.

Adapun karya Hasyim Asy’ari yang merupakan jawaban atas berbagai

problematika masyarakat, misalnya, ketika umat Islam banyak yang belum

paham persoalan tauhid atau akidah, Hasyim Asy’ari lalu menyusun kitab

tentang tauhid atau akidah, di antaranya Al-Qalaidi fi Bayani ma Yajib mina

al-Aqaid, Ar-Risalah al-Tauhidiyah, Risalah Ahli Sunnah Wal Jama’ah, al-

Risalah fi al-Tasawwuf, dan lain sebagainya (Sanusi,2013:227).

Dalam bukunya, K.H Hasyim Asy’ari menuliskan kesimpulan

kaitannya dengan masalah karakter ini bahwa sebagian ulama menjelaskan

Page 91: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KITAB “ADABUL …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1901/1/SKRIPSI FULL... · Degradasi moral ditandai oleh mundurnya sikap santun, ramah, serta jiwa

77

konsekuensi dari pernyataan tauhid yang telah diikrarkan oleh seseorang

adalah mengharuskan beriman kepada Allah (dengan membenarkan dan

menyakini Allah tanpa sedikit pun keraguan). Karena apabila ia tidak

memiliki keimanan itu, tauhidnya dianggap tidak sah. Demikian pula

keimanan jika keimanan tidak dibarengi dengan pengamalan syariat (hukum-

hukum Islam) dengan baik maka sesungguhnya ia belum memiliki keimanan

dan tauhid yang benar. Begitu pula dengan pengamalan syariat, apabila ia

mengamalkannya tanpa dilandasi karakter maka pada hakikatnya ia belum

mengamalkan syariat dan belum dianggap beriman serta bertauhid kepada

Allah SWT. Berdasarkan beberapa hadis Rosulullah dan keterangan ulama,

kiranya tidak perlu kita ragukan lagi betapa luhurnya kedudukan karakter di

dalam ajaran agama Islam. Karena tanpa karakter dan perilaku yang terpuji

maka apa pun amal ibadah yang dilakukan seseorang tidak akan diterima di

sisi Allah SWT sebagai satu amal kebaikan, baik menyangkut amal qalbiyah

(hati), badaniyah (badan), qauliyah (ucapan), maupun fi’liyah (perbuatan).

Dengan demikian, dapat kita maklumi bahwa salah satu indikator amal

ibadah seseorang diterima atau tidak disisi Allah adalah melalui sejauhmana

aspek karakter disertakan dalam setiap amal perbuatan yang dilakukan.

Ada beberapa catatan menarik dari pemikiran Hasyim Asy’ari terkait

dengan integritas seorang guru, seperti seorang guru haruslah membiasakan

diri menulis, mengarang, dan meringkas. Hasyiam Asy’ari memandang

bahwa perlu adanya tulisan dan karangan, sebab media tulisan itulah ilmu

yang dimiliki seseorang akan terabadikan dan akan banyak memberi manfaat

Page 92: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KITAB “ADABUL …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1901/1/SKRIPSI FULL... · Degradasi moral ditandai oleh mundurnya sikap santun, ramah, serta jiwa

78

pada orang yang datang setelahnya, atau pada generasi mendatang. K.H

Hasyim Asy’ari adalah pendiri sekaligus sosok yang paling banyak

melahirkan karya, terdapat 15 judul kitab yang ia tulis dalam bahasa Arab,

yang kesemuanya terangkum dalam satu kitab yang berjudul Irsyadus Sari.

Muhammad Asad Syibah (1994) menegaskan bahwa perpustakaan

pribadi kyai Hasyim merupakan perpustakaan yang paling kaya, baik dalam

bentuk buku maupun manuskrip. Buku yang tersedia tidak hanya dalam

bahasa Indonesia, tetapi juga dalam bahasa Jawa, Melayu, Arab, bahkan

asing. Perpustakaan ini hampir sama besarnya dengan perpustakaan Lembaga

Penelitian Islam yang berada di Jakarta (Sanusi,2013:226).

Pemikiran Hasyim Asy’ari ini tidak terlupakan sampai sekarang, saat

ini guru untuk naik pangkat untuk mendapatkan sertifikasi maka guru harus

memiliki karya yang dinilai. Inilah yang menjadi kekuatan tersendiri bagi

pemikiran Hasyim Asy’ari. Sekalipun pemikiran Hasyim Asy’ari ini berasal

dari jaman penjajahan, enam puluh tahun yang lalu, namun pemikirannya

tetaplah aktual untuk jaman ini.

Sampai hal-hal yang sepele seperti cara menegur dan menyikapi anak

yang terlambat masuk kelas juga diangkat oleh K.H Hasyim Asy’ari.

Pada zaman sekarang, hal ini hanya wujud dari para praktisi

pendidikan yang paham betul dunia pendidikan, yang sangat sulit disentuh

oleh para penggagas dan pengamat pendidikan yang hanya duduk di kursi

kantor. Belum lagi pada penampilan, baik fisik maupun sikap, semua

disajikan secara detail. Dengan mengaplikasikan pemikiran pendidikan KH.

Page 93: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KITAB “ADABUL …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1901/1/SKRIPSI FULL... · Degradasi moral ditandai oleh mundurnya sikap santun, ramah, serta jiwa

79

Hasyim Asy’ari di atas, dengan haqqul yaqin, pendidikan karakter yang

minus teladan akan terealisasi dengan sendirinya. (https://kmnu.or.id/konten-

108-pendidikan-adab-menurut-kh-hasyim-asyari diakses, Sabtu, 6 Maret

2017 jam 13.53).

Banyak perubahan dari zaman dahulu hingga zaman sekarang,

modernisasi kehidupan yang menyentuh semua aspek kehidupan akibat

revolusi ilmu pengetahuan dan teknologi meniscayakan semua pihak untuk

meresponnya secara aktif dan kontekstual. Masalah-masalah kontemporer

yang datang silih berganti menuntut K.H Hasyi Asy’ari menuangkan

pemikirannya dalam kitabnya “Adabul ‘Alim wal Muta’alim” tentang:

1. Etika pelajar terhadap dirinya sendiri.

2. Etika pelajar terhadap gurunya.

3. Etika pelajar dalam proses pembelajaran.

4. Etika guru untuk dirinya sendiri.

5. Etika seorang guru terhadap pelajarannya.

6. Etika seorang guru terhadap para muridnya.

7. Etika terhadap kitab, etika meletakkan kitab dan menulisnya

Pemikiran-pemikiran K.H Hasyim Asy’ari yang telah dituangkan

dalam kitabnya tidak terlepas dari praktik pendidikan yang telah dialami

selama hidupnya. Seperti, K.H Hasyim Asy’ari ketika hendak membaca atau

hendak menulis buku, biasanya selalu bersuci mengawalinya dengan

basmalah. Bagi K.H Hasyim Asy’ari, setiap ilmu adalah nur atau cahaya

Allah Swt. karenanya, ia selalu menyempatkan diri untuk bersuci terlebih

Page 94: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KITAB “ADABUL …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1901/1/SKRIPSI FULL... · Degradasi moral ditandai oleh mundurnya sikap santun, ramah, serta jiwa

80

dahulu dan menggunakan etika agar ilmu yang dipelajarinya bisa bermanfaat

dan berkah (Sanusi,2013:230).

Kebiasaan yang dilakukan K.H Hasyi Asy’ari, pada saat itu masih

terlaksana sampai saat ini misalnya, sebelum memulai pembelajaran setiap

sekolah membuka pembelajaran dengan membaca do’a, membaca surat-surat

pendek dan membaca Asmaul husna.

Di atas kami sudah mencoba mengemukakan pokok pikiran K.H

Hasyi Asy’ari, pemikiran pendidikan karakter dan relevansi pemikiran

tersebut pada zaman kini. Kupasan itu hanyalah merupakan sebagian kecil

dari bentangan luas pemikiran K.H Hasyim Asy’ari. Atau dengan kata lain

tulisan tersebut baru merupakan suatu pengantar untuk memasuki filsafat

pendidikan karakter yang dicanangkan oleh K.H Hasyim Asy’ari. Bagaimana

pun harus diakui bahwa K.H Hasyim Asy’ari adalah tokoh besar, dan pejuang

yang senantiasa memikirkan kepentingan bangsanya.

Pemikiran K.H Hasyim Asy’ari itu haruslah dilihat dalam konteks

sejarah pergerakan nasional yang mencita-citakan kemerdekaan Indonesia

dari tangan penjajah. Bila pemikiran Hasyim Asy’ari itu ditempatkan dalam

konteks sejarahnya, maka kita dapat menghargai bahwa Hasyi Asy’ari itu

benar-benar merupakan seorang tokoh yang tangguh dan berani melawan arus

yang diciptakan oleh penjajah. Walaupun demikian, pemikiran Hasyim

Asy’ari itu juga melampaui jamannya, bahkan hingga kini pemikiran Hasyim

Asy’ari masih terasa segar, dan merupakan keindahan lama yang selalu baru.

Page 95: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KITAB “ADABUL …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1901/1/SKRIPSI FULL... · Degradasi moral ditandai oleh mundurnya sikap santun, ramah, serta jiwa

81

Hal ini dapat kita rasakan jika kita membaca karya-karya Hasyim Asy’ari

beserta berbagai pendapat dan pemikiran tentangnya (Sardy,1985:87).

B. Tujuan Pendidikan Karakter

Dalam pendidikan karakter, dari zaman Nabi sampai sekarang dan

yang akan datang. Tujuan pendidikan secara umum manusu hidup adalah

untuk mencapai kebahagiaan hidup didunia dan akhirat. Di tengah

kebobrokan dan kebangkrutan moral bangsa, maraknya tindak kekerasan,

inkoherensi politisi atas retorika politik, dan prilaku keseharian yang tanpa

peduli sesama, pendidikan karakter yang menekankan dimensi etis religius

menjadi relevan untuk diterapkan. Maka dari itu pentingnya tujuan pendidik

karakter menurut K.H Hasyim Asy’ari yang menekankan tentang pendidikan

karakter (Mu’arif,2013:40).

Dalam pandangan K.H Hasyim Asy’ari pembentukan karakter

merupakan suatu keniscayaan dalam dunia pendidikan, karena dengan

karakter peserta dapat menuntut ilmu dengan baik.

Tujuan utama pendidikan yaitu mengembangkan pengetahuan, sikap,

dan keterampilan secara simultan dan seimbang. Dunia pendidikan kita telah

memberikan porsi yang sangat besar untuk pengetahuan, pengembangan

sikap nilai dan perilaku dalam pembelajarannya. Dunia pendidikan sangat

memperhatikan mata-mata pelajaran yang berkaitan dengan pembentukan

karakter bangsa. Pelajaran-pelajaran yang mengembangkan karakter bangsa

seperti Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKN), Pendidikan

Agama, Ilmu Pengetahuan Sosial (Muslich,2011:17).

Page 96: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KITAB “ADABUL …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1901/1/SKRIPSI FULL... · Degradasi moral ditandai oleh mundurnya sikap santun, ramah, serta jiwa

82

Menurut Foerster, pencetus pendidikan karakter dan pedagog Jerman,

ada empat ciri dasar dalam pendidikan karakter:

1. Keteraturan interior di mana setiap tindakan diukur berdasarkan

hierarki nilai. Nilai menjadi pedoman normatif setiap tindakan.

2. Koherensi yang memberi keberanian, membuat seseorang teguh

pada prinsip, tidak mudah terombang ambing pada situasi baru.

3. Otonomi, seseorang menginternalisasikan aturan dari luar sampai

menjadi nilai-nilai bagi pribadi.

4. Keteguhan dan kesetiaan, merupakan daya tahan seseorang guna

menginginkan apa yang dipandang baik, dan kesetiaan merupakan

dasar bagi penghormatan atas komitmen yang dipilih.

Secara ideal tujuan pendidikan memiliki orentasi yang

mengharminikan tiga hal sekaligus, yaitu; teknis, humanistik, dan induktif.

Tujuan teknis adalah pendidikan di orentasikan kepada kemahiran dan

keahlian. Tujuan humanistik adalah sikap disiplin, penundukan kepada

tuntunan-tuntunan objektif bagai mana mengelolah partisipasi dan integrasi

didalam pergaulan sosial, dan pemanfaatan secara maksimal semua potensi

manusia secara individual dan sosial. Sedangkan tujuan induktif adalah

bagaimana membangun sistem pendidikan karakter yang ada

(Tholkhah,2004:4).

Perlu dipahami bahwa karakter yang baik mencakup pengertian,

kepedulian, dan tindakan berdasarkan nilai-nilai etika inti. Karenanya,

pendekatan holistik dalam pendidikan karakter berupaya untuk

Page 97: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KITAB “ADABUL …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1901/1/SKRIPSI FULL... · Degradasi moral ditandai oleh mundurnya sikap santun, ramah, serta jiwa

83

mengembangkan keseluruhan aspek kognitif, emosional, dan perilaku dari

kehidupan moral (Muslich,2011:130).

C. Nilai-Nilai Karakter

Pada masa Orde Baru, saat kebudayaan masih dikelola oleh

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan di bawah otoritas Direktoral

Jendral Kebudayaan, telah diterbitkan buku saku Pedoman Penanaman Budi

Pekerti Luhur (1997). Penyusun buku saku tersebut adalah Prof.Dr.Edi

Sedyawati, Direktur Jendreral Kebudayaan pada saat itu. Dalam buku itu

ditegaskan bahwa budi pekerti dapat dikatakan identik dengan morality

(moralitas). Ditegaskan bahwa sesungguhnya pengertian budi pekerti yang

paling hakiki adalah perilaku. Dalam kaitannya sikap dan perilaku budi

pekerti mengandung lima jangkauan sebagai berikut:

1. Sikap dan prilaku dalam hubungannya dengan Tuhan.

2. Sikap dan prilaku dalam hubungannya dengan diri sendiri.

3. Sikap dan prilaku dalam hubungannya dengan keluarga.

4. Sikap dan prilaku dalam hubungannya dengan masyarakat dan

bangsa,dan

5. Sikap dan prilaku dalam hubungannya dengan alam sekitar

(Samani dan Hariyanto,2011:46).

K.H Hasyim Asy’ari memiliki tekat yang luar biasa untuk

memperjuangkan dan menanamkan nilai-nilai karakter kepada rakyatnya.

Pandangan K.H Hasyim Asy’ari mengenai pendidikan karakter yang

demikian itu selalu diulangi dalam tulisan-tulisannya, wujud dari pemikiran

Page 98: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KITAB “ADABUL …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1901/1/SKRIPSI FULL... · Degradasi moral ditandai oleh mundurnya sikap santun, ramah, serta jiwa

84

K.H Hasyim Asy’ari dituangkan dalam kitabnya “Adabul ‘Alim wal

Muta’allim” menawarkan tentang etika.

Dalam kaitan implementasi nilai-nilai dan proses-proses tersebut,

pendidikan bagi anak dilaksanakan dengan maksud memfasilitasi mereka

untuk menjadi orang yang memiliki kualitas, moral, kewarga negaraan,

kebaikan, kesantunan, rasa hormat, kesehatan, sikap kritis, keberhasilan,

kebiasaan, insan yang kehadirannya dapat diterima dalam masyarakat. Dalam

pendidikan karakter diinginkan terbentuknya anak yang mampu menilai apa

yang baik, memelihara secara tulus apa yang dikatakan baik, dan

mewujudkan apa yang diyakini baik walaupun dalam situasi terkekan (penuh

tekanan dari luar) dan penuh godaan yang muncul dari dalam hati sendiri

(Samani dan Hariyanto,2011:50).

D. Pentingnya Pendidikan karakter

Melihat kondisi riil bangsa Indonesia yang belum solid, kukuh, dan

terbelah-belah, maka sebagai suatu bangsa yang merdeka dan berdaulat, perlu

terus mengupayakan terciptanya warga dan bangsa Indonesia yang

berkarakter dan berbudaya. Bangsa Indonesia yang memiliki kejelasan dan

kebanggaan identitas diri merupakan impian dan cita-cita bangsa

(Zuchdi,2011:67).

Bangsa Indonesia yang berkarakter dan berbudaya ditunjukkan

dengan perilaku yang berakar dengan agama yang diyakini, budaya yang

melatar belakangi, dan keluhuran tujuan yang dicita-citakan. Dengan

demikian individu yang berkarakter seharunya ditunjukkan dengan prilaku

Page 99: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KITAB “ADABUL …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1901/1/SKRIPSI FULL... · Degradasi moral ditandai oleh mundurnya sikap santun, ramah, serta jiwa

85

unik sesuai dengan karakteristik kepribadian, nilai-nilai agama yang dianut,

dan kondisinya dimana mereka berada. Dalam konteks sebagai warga

Indonesia, maka individu itu seharusnya menjunjung tinggi nilai-nilai ke

Indonesiaan dengan tetap menjunjung tinggi nilai-nilai Pancasila, UUD 1945,

Bhinneka Tunggal Ika, dan NKRI (Zuchdi,2011:68).

Menyadari akan luasnya cakupan pendidikan karakter, yaitu aspek

kognitif, efektif, sehingga menjadikan individu sebagai pribadi dan warga

negara yang baik, maka sekolah maupun universitas bertanggung jawab

penuh memberikan bantuan terhadap peserta didik dalam menguasai nilai-

nilai moralitas dan kebangsaan, sehingga menjadi warga negara yang baik

(Zuchdi,2011:70).

Page 100: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KITAB “ADABUL …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1901/1/SKRIPSI FULL... · Degradasi moral ditandai oleh mundurnya sikap santun, ramah, serta jiwa

86

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari uraian tentang “Pendidikan Karakter dalam kitab Adabul ‘Alim

wal Muta’alim karya K.H Hasyim Asy’ari” maka dapat disimpulkan sebagai

berikut:

1. Pemikiran K.H Hasyim Asy’ari tentang pendidikan karakter sebagai suatu

usaha dalam memperlihatkan sistem pendidikan, dengan karakter peserta

dapat menuntut ilmu dengan baik. Hasyim Asy’ari menuliskan

kesimpulan kaitannya dengan masalah karakter ini bahwa sebagian ulama

menjelaskan konsekuensi dari pernyataan tauhid yang telah diikrarkan

oleh seseorang adalah mengharuskan beriman kepada Allah (dengan

membenarkan dan menyakini Allah tanpa sedikit pun keraguan). Karena

apabila ia tidak memiliki keimanan itu, tauhidnya dianggap tidak sah.

Demikian pula keimanan jika keimanan tidak dibarengi dengan

pengamalan syariat (hukum-hukum Islam) dengan baik maka

sesungguhnya ia belum memiliki keimanan dan tauhid yang benar.

Begitu pula dengan pengamalan syariat, apabila ia mengamalkannya

tanpa dilandasi karakter maka pada hakikatnya ia belum mengamalkan

syariat dan belum dianggap beriman serta bertauhid kepada Allah SWT.

Pokok-pokok pemikiran pendidikan karakter Hasyim Asy’ari, dapat

dengan jelas di ketahui dalam kitabnya “Adabul ‘Alim wal Muta’allim”,

yang menerangkan tentang:

Page 101: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KITAB “ADABUL …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1901/1/SKRIPSI FULL... · Degradasi moral ditandai oleh mundurnya sikap santun, ramah, serta jiwa

87

a. Etika pelajar terhadap dirinya sendiri.

b. Etika pelajar terhadap gurunya.

c. Etika pelajar dalam proses pembelajaran.

d. Etika guru untuk dirinya sendiri.

e. Etika seorang guru terhadap pelajarannya.

f. Etika seorang guru terhadap para muridnya.

g. Etika terhadap kitab, etika meletakkan kitab dan menulisnya.

2. Relevansi pemikiran K. H. Hasyim Asy’ari terhadap pendidikan sekarang,

terkait dengan integritas seorang guru, seperti seorang guru haruslah

membiasakan diri menulis, mengarang, dan meringkas. Hasyiam Asy’ari

memandang bahwa perlu adanya tulisan dan karangan, sebab media

tulisan itulah ilmu yang dimiliki seseorang akan terabadikan dan akan

banyak memberi manfaat pada orang yang datang setelahnya, atau pada

generasi mendatang. Dalam hal ini beliau buktikan dengan banyaknya

kitab-kitab hasil karangan dan tulisam-tulisan beliau. Bagi beliau, setiap

ilmu adalah nur atau cahaya karenanya, beliau selalu bersuci terlebih

dahulu, membaca do’a dan menggunakan etika ketika akan belajar.

Kebiasaan yang dilakukan beliau, pada saat itu masih terlaksana sampai

saat ini semisal, sebelum memulai pembelajaran setiap sekolah membuka

pembelajaran dengan membaca do’a, membaca surat-surat pendek dan

membaca asmaul husna.

Page 102: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KITAB “ADABUL …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1901/1/SKRIPSI FULL... · Degradasi moral ditandai oleh mundurnya sikap santun, ramah, serta jiwa

88

B. Saran

Dengan selesainya penulisan skripsi ini penulis berharap dapat

memberikan tambahan wawasan tambahan pengetahuan tentang pendidikan

karakter kepada:

1. Bagi para pengajar dan penglola sekolah, supaya memiliki tujuan dan

dasar yang jelas dalam mendidik siswa-siswinya.

2. Bagi masyarakat pada umumnya, supaya mencintai sekolahan yang

dijadikan sebagai acuan dalam pembentukan pendidikan karakter yang

berfungsi (1) mengembangkan potensi dasar agar berhati baik,

berpikiran baik, dan berperilaku baik; (2) memperkuat dan

membangun perilaku bangsa yang multikultural; (3) meningkatkan

peradapan bangsa yang kompetitif dalam pergaulan dunia.

Page 103: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KITAB “ADABUL …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1901/1/SKRIPSI FULL... · Degradasi moral ditandai oleh mundurnya sikap santun, ramah, serta jiwa

89

DAFTAR PUSTAKA

Asmani, Ma’mur, Jamal. 2013. Buku Panduan Internalisasi Pendidikan Karakter

di Sekolah. Yogyakarta: DIVA Press.

Ali, M. 1987. Penelitian Kependidikan: Prosedur dan Strategi. Bandung: PN,

Angkasa.

Amin Ahmad. 1992. Ilmu Akhlak (ahlak). Jakarta: Bulan Bintang.

Asmaran AS.1992. Pengantar Setudi Akhlak. Jakarta: PT. Raja Wali Grafindo

Persada.

Afandi. Muhammad Sidik. Skripsi Penerapan Pendidikan Karakter dalam

Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di SMA N 1 Tengaran

Tahun Ajaran 2012/2013.

Hadi, Sutersno. Metodologi Research Jilid I. Yogyakarta: Fakultas Pisikologi

UGM.

Hamka. 1992. Akhlakul Karimah. Jakarta: Pustaka Panjimas.

Madyuni. 2013. Sang Kiai Tiga Generasi. Tebuireng Jombang: Pustaka Al-

Khumul.

Muka. 2015. Biografi dan Nasihat Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari.

Jombang Jawa Timur: Pustaka Tebuireng.

Majid, Abdul dan Dian Andayani. 2013. Pendidikan Karakter Perspektif Islam,

Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Megawangi, Ratna. 2004. Pendidikan Karakter “Solusiyang Tepat Membangun

Bangsa”. Jakar: BM. MIGAS.

Muhadjir, Noeng dan Nurgiyantoro Burhan. 2011. Pendidikan Karakter dalam

Perspektif Teori dan Praktik. Yogyakarta: UNY Press, Yogyakarta.

Muslich, Mansur. 2011. Pendidikan Karakter Menjawab Tntangan Krisis

Multidimensional. Jakarta: Bumi Aksara.

Munir, Abdullah. 2011. Pendidikan Karakter Membangun Karakter Anak Sejak

dari Rumah. Yogyakarta: PT Pustaka Insan Madani.

Muhadjir, Noeng dan Nugiantoro. Burhan. 2011. Pendidikan Karakter dalam

Perspektif Teori dan Praktik. Yogyakarta: UNY Press, Yogyakarta.

Nizar, Samsul. 2002. Filsafat Pendidikan Islam Pendekatan Historis, Teoritis dan

Praktis. Jakarta: Ciputat Press.

Pidarta, Made. 1997. Landasan Kependidikan. Jakarta: PT.Rimeka Cipta.

Samani, Muchlas dan Hariyanto. Konsep Islam (PAI) di SMA N I Tengaran Tahun

Ajaran 2012/2013.

Suwarno, Wiji. 2006. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Jogjakarta: AR-Ruzz.

Siroj, Zoenuri dan Hadi. Nur. 2006. Adabul ‘Alim Wal Muta’alim, CV Megah

Jaya.

Sucipto, Hery. 2010. K.H Hasyim Asy’ari Pendiri Nahdatul Ulamak. Jakarta: Best

Media Utama.

Sanusi, Muhammad. 2013. Kebiasaan-kebiasaan Inspiratif K.H Hasyim Asy’ari

dan K.H Ahmad Dahlan. Jogjakarta: Diva Press.

Santosa, Kholido. 2007. Manusia di Panggung Sejarah. Bandung: SEGA ARSY

Samani, Muchlas dan Hariyanto. 2011. Pendidikan Karakter. Bandung: PT

REMAJA ROSDAKARYA.

Page 104: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KITAB “ADABUL …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1901/1/SKRIPSI FULL... · Degradasi moral ditandai oleh mundurnya sikap santun, ramah, serta jiwa

90

Sardy, Martin. 1985. Pendidikan Manusia. Bandung: Kotak Pos 272.

Wiyan, Ardy, Novan. 2013. Membumikan Pendidikan Karakter di SD.

Yogyakarta: AR-Ruzz Media.

Zuchdi Darmiyati. 2011. Pendidikan Karakter dalam Persepektif Teori dan

Praktik. Yogyakarta: UNY Press.

Page 105: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KITAB “ADABUL …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1901/1/SKRIPSI FULL... · Degradasi moral ditandai oleh mundurnya sikap santun, ramah, serta jiwa

91

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. Data Pribadi

Nama : FITRIYANTI WAHYUNI

Tempat/Tanggal Lahir : Kencana Mulia 6 Februari 1994

Agama : Islam

Warga Negara : Indonesia

Alamat : Dusun 1 RT/RW 007/003 Desa, Kencana

Mulia Kecamatan, Rambang (Sum-Sel)

B. RIWAYAT PENDIDIKAN

1. MI Nurul Barkah Betung : Lulus Tahun 2007

2. MTs YPI Sabilul Huda : Lulus Tahun 2010

3. MA Sabilul Huda : Lulus Tahun 2013

4. IAIN Salatiga : Lulus Tahun 2017

C. DATA ORAANG YUA

1. Nama Ayah : Bapak Mujiran

2. Nama Ibu : Ibu Wasiyah

3. Alamat : Dusun 1 RT/RW 007/003 Desa, Kencana Mulia

Kecamatan, Rambang (Sum-Sel)

Salatiga, 24 Juli 2017

Penulis

Fitriyanti Wahyuni

111 13 088

Page 106: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KITAB “ADABUL …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1901/1/SKRIPSI FULL... · Degradasi moral ditandai oleh mundurnya sikap santun, ramah, serta jiwa

92

Lembar konsultasi Skripsi

Page 107: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KITAB “ADABUL …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1901/1/SKRIPSI FULL... · Degradasi moral ditandai oleh mundurnya sikap santun, ramah, serta jiwa

93

Page 108: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KITAB “ADABUL …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1901/1/SKRIPSI FULL... · Degradasi moral ditandai oleh mundurnya sikap santun, ramah, serta jiwa

94

Page 109: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KITAB “ADABUL …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1901/1/SKRIPSI FULL... · Degradasi moral ditandai oleh mundurnya sikap santun, ramah, serta jiwa

95

Page 110: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KITAB “ADABUL …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1901/1/SKRIPSI FULL... · Degradasi moral ditandai oleh mundurnya sikap santun, ramah, serta jiwa

96

Page 111: PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KITAB “ADABUL …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1901/1/SKRIPSI FULL... · Degradasi moral ditandai oleh mundurnya sikap santun, ramah, serta jiwa

97