Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/8017/1/Siti... · pada materi sifat-sifat bangun datar dan bangun ruang

Embed Size (px)

Citation preview

  • PENGARUH PENERAPAN GENIUS LEARNING STRATEGY

    TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA

    (Studi Eksperimen di MI Negeri 16 kelas V Cipayung Jakarta Timur)

    Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat

    dalam menyelesaikan kuliahjenjang Strata I

    11111 11111 .....

    Ull I Universitas Islam t:-ieqeri

    SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

    dari : r:.:.:.:.:cT .. .: .. Tg!. : .. lJ .. D. .. : .. \:?.A ... "91 No. lmluk : 0.1.-:0. .. :-. .Q.:1.:::.9.::(.J:.\ ..... .

    Disusun Oleh:

    Nama : Siti Aisyah

    NIJ\11: 102017023958

    . ................ ., ........................... .

    JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

    FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA

    1429 H./2008 M.

  • PERPUSTA!

  • LEMBAR PENGESAHAN

    Skripsi be1judul "Pengaruh Penerapan Genius Learning Strategy Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa (Studi Eksperimen di MI Negeri 16 kelas V Cipaynng Jakarta Timur)" diajukan kepada Fakultas ILmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN SyarifHidayatullah Jakarta, dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqosah pada tanggal I 0 Desember 2008 di hadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana SI (S. Pd) dalam bidang Pendidikan Matematika.

    Panitia Ujian Munaqosah

    Ketua Jurusan Pendidikan Matematika

    Maifalinda Fatra, M.Pd NIP: 150 277 129

    Sekretaris Jurusan Pend. Matematika

    Otong Suhyanto, M.Si NIP: 150 293 239

    Penguji I

    R. Bambang Aryan S., M.Pd. NIP: 131 974 684

    Penguji II

    Otong Suhyanto, M.Si NIP: 150 293 239

    Mengetahui: Dekan,

    'I )I

    Tanggal

    2.3-/2.-D8 .............

    2.3 -fl. -08

    Jakarta, 2008

    Tandt Tangan

    ;\l,\p ~

  • SURAT P~RNYATAAN KARYA ILMIAH

    Yang bertanda tangan di bawah ini:

    Nama

    NIM

    : SITI AISY AH

    : 102017023958

    Jurusan/Semester

    Angkatan

    : Penc!idikan Matematika I Xlll (Tigabelas)

    : 2002

    Alam at : JI. SMU 64 Rt 007/03 No, 26 Cipaym1g Jakarta Timur

    13840

    MENYATAKANDENGANSESUNGGUHNYA Bahwa skripsi yang berjudul Pengaruh Genius Learning Strategy

    Terhadap Hasil Belajar Matematika Sisw" {t11.di Eksperimen di MI Negeri

    16 Kelas V Cipaynng Jakarta Timnr) adalah benar basil karya sendiri di bawah

    bimbingan dose'.l:

    Dosen Pembimbing I

    Nama : Dr. Kadir, M.Pd

    NIP : 150 265 632

    Dosen Jurusan : Pendidikan Matematilrn

    Dosen Pembimbing II

    Nama

    NIP

    Dosen Jurusan

    : Ora. Muhlisrarini, M.Pd.

    : 150 293 220

    : Pendidikan Matematika

    Surat pemyataan ini saya buat dengan sesunggulmya dan saya siap menerima

    segala konsekuensinya apabila temyata skripsi ini bukan hasil karya sendiri.

    Jakarta, Oktober 2008

    SITIAISYAH 'l\IIM: 102011023958

  • ABSTRAK

    Siti Aisyah, Pengaruh Penerapan Genius Learning Strategy Terhadap Hasil Belajar Matematika Siawa (Studi Eksperimen di Ml Negeri 16 Kelas V Cipaynng Jakarta Timur), Jurusan Pendidikan Matematika, Fakultas limo Tarbiyah dan Keguruan (FITK), Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Olltober 2008.

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh Genius Learning Strategy terhadap hasil belajar matematika siswa khususnya pada materi sifat-sifat bangun datar dan bangun ruang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Quasi Eksperimen, dengan mengambil sampel yang dikelompokkan menjadi da, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok eksperimen diberikan perlakuan dengan menggunakan strategi Genius Learning pada setiap pembelajaran sedangkan kelompok kontrol hanya diberikan pembelajaran secara konvensional. Kedua kelompok akan diberikan tes yang samajika materi/pokok bahasan telah selesai dipelajari.

    Berdasarkan hasil temuan peneliti dan pengujian hipotesis menggunakau Uji t dengan taraf signifikansi a = 0,05, menunjukkan bahwa hasil belajar matematika siswa yang diberi strategi Genius Learning secara signifikan lebih tinggi dari pada hasil belajar siswa yang diberikan pembelajaran secara konvensional. Hasil belajar matematika tersebut diperlihatkan oleh nilai rata-rata kelompok siswa yang diberi strategi Genius Learning yaitu sebesar 57,09 sedangkan nilai rata-rata pada kelompok siswa yang diajar secara konvensional sebesar 50,37. SeJain itu juga dapat dilihat dari perbedaan hasil belajar pada kelas eksperimen yang memperoleh nilai tertinggi sebesar 84 dan nilai terendah sebesar 32, s,ecJangJcan pada kelompok kontrol nilai tertinggi sebesar 76 dan nilai terendah 24. Dengan demikian, dapat disfrnpulkan bahwa terdapat pengaruh penerapan Genius Learning Strategy terhadap hasil belajar matematika siswa

    Berdasarkan hasil penelitian ini, disarankan kepada guru agar dapat mempertimbangkan penggunaan strategi Genius Learning dalam pembelajaran matematika karena temyata strategi Genius Learning Strategy mempunyai pengaruh yang signifikan terhdap hasil belajar matematika siswa

  • Assalamu 'alaikum Wr. Wb.

    KATA PEKGANTAR '.l\ -0 '.l\ "'111

    ~.j' LJA"o.j< ?"""'

    Alhamdulillahirabbil'alamin, untaian puji serta syukur kehadirat Allah

    SWT atas segala limpahan karunia, inayah dan hidayah-Nya kepada penulis

    sehingga akhirnya dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam semoga

    senantiasa tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW, juga kepada keluarga,

    para sahabat, serta para pengikutnya yang telah menunjukkan jalan kebenaran dan

    kesabaran kepada manusia untuk mencapai ridha-Nya.

    Dengan penuh kerendahan hati dan keinsyafan diri, penulis menyadari

    bahwa skripsi ini tidak akan terjadi tanpa bantuan pihak-pihak lain baik secara

    langsung maupun tidak langsung dalam bentuk moril maupun materiil. Ucapan

    terima kasih yang sedalam-dalamnya penulis sampaikan kepada semua pihak yang

    membantu, khususnya kepada::

    l. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan

    Keguruan UlN Jakarta yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk

    dapat menyelesaikan skripsi ini.

    2. !bu Maifalinda Fatra, M.Pd., Ketua Jurusan Pendidikan Matematika yang

    telah memberikan bimbingan, petunjuk, arahan dan dalam penulisan skripsi

    ini.

    3. Bapak Otong Suhyanto, M.Si., Sekretaris Jurusan Pendidikan Matematika dan

    Dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan bimbingan, petunjuk,

    arahan dan dalam penulisan skripsi ini.

    4. Bapak Dr. Kadir, M.Pd., sebagai Dosen Pembimbing I yang telah meluangkan

    waktu untuk membimbing penulis dan dengan sabar serta ikhlas memberikan

    bimbingan, nasehat, dan dorongan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat

    diselesaikan dengan baik.

  • 5. !bu Dra. Muhlisrarini, M.Pd., sebagai Dose.i Pembimbing II yang telah

    membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, dan dengan ketulusan,

    keikhlasan dan kesabarannya pulalah dalam memberikan bimbingan, saran,

    masukan, perbaikan dan pengarahannya sehingga penulisan skripsi ini dapat

    diselesaikan.

    6. Bapak dan !bu Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, khususnya para

    Dosen Jurusan Pendidikan Matematika, yang telah memberikan banyak

    pengetahuan kepada penulis.

    7. Para staf perpustakaan, Perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

    dan Perpustakaan Utama UIN Jakarta yang telah membantu penulis dalam

    menyelesaikan skripsi ini.

    8. Bapak Drs. H. Imam Santosa (Kepala Madrasah Intidaiyah Negeri 16

    Cipayung Jakarta Timur) dan Bapak Irwanto, S.Pd (Guru Matematika kelas V

    (Lima) Madrasah lbtidaiyah Negeri 16 Cipayung Jakarta Timur), yang telah

    memperkenankan penulis untuk penelitian dan memfasilitasi yang dibutuhkan

    penulis dalam melaksanakan penelitian ini.

    9. Keluarga tercinta, Ayahanda H. M. Shaleh dan Ibunda Hj. Eno (Alm), yang

    selalu mendoakan dan memberikan motivasi dengan tulus dan ikhlas kepada

    penulis untuk bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu dan selalu mengajari

    penulis untuk selalu berlaku jujur. Kakak-kakak tercinta Drs. Acih Nasir,

    Rodemah, S.Ag., Asmah, Asmih, Asmin, S.Ag., Arsih Saidah, S.Ag., D.

    Ubaedillah S.Ag., Asman, Asma!, Ahmad Sanusi, Rosidah, ST., dan saudara-

    saudaraku, Anita, Ida Farida dan Muhuji Amin yang selalu mewamai hari-hari

    penulis dengan tangis, canda dan tawa, terima kasih banyak atas do'a tulus

    dan ikhlas untuk tetap semangat dalam mengejar dan meraih cita-cita dan

    selalu memberikan motivasi untuk menyelesaikan skripsi ini, semoga

    kebersamaan kita akan abadi di dunia dan di akhirat. Amin.

    IO. Sahabat terbaikku, Euis Sri Purwanti, Sri Lestari, Muhammad Arifin dan

    Zuriyah yang selalu menemani penulis dalam keadaan suka maupun duka dan

    selalu memberikan semangat untuk dapat menyelesaikan skripsi ini.

  • 11. Mas lqin, yang selalu menemani penulis dalam keadaan suka dan duka,

    memberikan perhatian dan motivasi yang sangat berarti, serta dengan tulus

    dan ikhlas memberikan bantuan baik moril maupun materiil. Terima kasih

    karena telah memberikan sesuatu yang sangat berharga bagi penulis.

    12. Kakak Seniorku, Ahmad Romli yang selalu memberikan nasehat, dorongan

    dan motivasi untuk dapat menyelesaikan skripsi ini. Dan terima kasih karena

    telah memberikan pelajaran yang sangat berarti dalam hidup penulis.

    13. Sahabat seperjuangan angkatan 2001 dan 2002 Jurusan Pendidikan

    Matematika, khususnya Faris, Iik, Ikhsan, Aef, Andri, Nurul, Rika, Yulia,

    Ratna, Ka'Nur, Tia, Sri dan Ika. Terimakasih banyak atas perhatian dan

    motivasi yang sangat berarti. Semoga selalu kompak dan sukses buat kita

    semua. Amin.

    Penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang tidak di

    sebutkan satu persatu hingga skripsi ini bisa diselesaikan. Semoga bantuan yang

    telah di berikan menjadi amal shaleh yang memperberat timbangan kebaikan kita

    di akhirat kelak. Pintu kritik, saran dan ide terkait skripsi ini, akan selalu penulis

    buka dengan penuh suka cita.

    Wassalamu 'alaikum Wr. Wb.

    Jakarta, Oktober 2008

    Penulis

  • HALAMAN JUDUL

    ABTRAKS

    DAFTARISI

    KAT A PEN GANT AR .........................................................

    DAFT AR ISi .............................................................................................. iv

    DAFTAR TABEL....................................................................................... vi

    DAFTAR GAMBAR ........................................... vii

    DAFT AR LAMP IRAN .................................... viii

    BAB I : PENDAHULUAN .......................... 1

    A. Latar Belakang Masalah .................................................... ... I

    B. Identifikasi Masalah .............................................................. 7

    C. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah....................... 7

    D. Tujuan Penelitian .................................................................. 8

    E. Kegunaan Hasil Penelitian..................................................... 8

    BAB Il : PENYUSUNAN KERANGKA TEORITIK DAN

    PENGAJUAN HIPOTESIS ....................... 9

    A. Deskripsi Teoritik .................................................................. 9

    I. Hasil Bela jar Matematika....... .......................................... 9

    a. Pengertian Matematika....... ... .. .... ....... ... . . .. . ... .. . . .. . .. . ..... 9

    b. Pengertian Belajar........................................................ 11

    c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi

    Belajar ......................................................................... 13

    d. Has ii Belajar matematika .......... .. ..... .... ... ... . .......... .... ... 15

    2. Pengertian Strategi Pembelajaran ..................................... 16

    3. Genius Learning Strategy................................................ 18

    4. Musik dalam Pembelajaran.............................................. 39

    5. Brain Gym ........... .. ................ .. . .. .... ..... .. ..... ... . ... .. .. .. .. ...... 40

    6. Pembelajaran Matematika di SD...................................... 41

    B. Kerangka Berfikir .......... .... ...... .......... ...... ... ..... .. .. .. ... ... . .. ... . .. 4 2

    C~ p . ff . p 1 . . - enga1uan 1potes1s ene 1!tan..... ..... .......... ..... .............. 43

  • BAB III : METODOLOGI PENELITIAN ............................................. 45

    A. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................. 45

    B. Metode dan Disain Penelitian ............................................... 45

    C. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel............................. 46

    D. Tehnik Pengumpulan Data ...................... ., .... .,....................... 44

    E. Instrumen Penelitian ............................................................. 47

    I. Validitas .......................................................................... 47

    2. Reabilitas......................................................................... 47

    3. Tingkat Kesukaran........................................................... 48

    4. Daya Beda Soal ............................................................... 49

    F. Tehnik Analisis Data............................................................. 49

    I. Analisis Data Menggunakan Student Deskriptif .............. 49

    2. Analisis Inferensial .......................................................... 50

    3. Pengujian Hipotesis ......................................................... 51

    BAB IV : HASiL PENELITIAN .............................................................. 52

    A. Deskripsi Data ...................................................................... 52

    1. Deskripsi Data Hasil Belajar Matematika dengan Strategi

    Genius Learning.............................................................. 52

    2. Deskripsi Data Hasil Belajar Matematika dengan

    Pembelajaran Konvensional ............................................ 53

    3. Rangkuman Data............................................................. 55

    B. Pengujian Prasyarat Analisis.................................................. 56

    I. Uji Normalitas ..................... ............................................ 56

    2. Uji Homogenitas.............................................................. 57

    C. Pengujian Hipotesis ............................................................. 57

    D. Analisis dan Interpretasi data................................................. 58

    BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN ................................................. 60

    A. Kesimpulan ................ ..... .. .. ......... ... . ......... .. . .. ... .. .. ... ..... .... ... 60

    B. Saran ..................................................................................... 60

    DAFfAR PUSTAKA ................................................................................ 61

    LAMPIRAN -LAMPIRAN .......................................................... "'........... 63

  • DAFTAR TABEL

    Tabel 2.1 Perbedaan Pembelajaran antara Strategi Genius learning dengan

    Pembelajaran Konvensional ........................................................ 38

    Tabel 3.1 Rancangan Penelitian .................................................................. 45

    Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Matematika Siswa yang

    Dia jar dengan Strategi Genius Leaming ...................................... 52

    Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Matematika Siswa yang

    Diajar Secara Konvensional ........................................................ 54

    Tabel 4.3 Rekapitulasi Data Statistika KelasEksperimen dan

    Kelas Kontrol .............................................................................. 55

    Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas Dengan Menggunakan Uji Lilliefors ......... 56

    Tabel 4.5 Hasil Uji Homogenitas Dengan Menggunakan Uji Fisher ............ 57

    Tabel 4.6 Hasil Uji Hipotesis Dengan Menggunakan Uji -!. ........................ 57

  • Gambar4.l

    Gambar4.2

    DAFTAR GAMBAR

    Grafik Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Matematika yang

    Diajar Dengan Strategi Genius Learning............................ 53

    Grafik Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Matematika yang

    Diajar Secara Konvensional............... ................................. 54

  • Lampiran 1

    Lampiran2

    Lampiran 3

    Lampiran 4

    Lampiran 5

    Lampiran 6

    Lampiran 7

    Lampiran 8

    Lampiran 9

    Lampiran IO

    DAFTAR LAMPIRAN

    Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen.......... 63

    Kisi-kisi Instrumen ................................................................ 88

    Instrumen Uji Coba ............................................................... 89

    Kunci Jawaban Instrumen Uji Coba....................................... 95

    Uji Validitas Soal .................................................................. 96

    Uji Reliabilitas Soal............................................................... 98

    Daya Beda Soal ..................................................................... 99

    Tingkat Kesukaran Tes Hasil Belajar ..................................... IOO

    Instrumen Akhir Penelitian .................................................... I 0 I

    Skor Hasil Belajar Matematika Kelas Eksperinen dan

    Ke las Kontrol ........................................................................ 106

    Lampiran I I Deskripsi Data Statistika Kelompok Eksperimen ................... 108

    Lampiran 12 Deskripsi Data Statistika Kelompok Kontrol ......................... 11 I

    Lampiran 13 Perhitungan Uji Normalitas Kelompok Eksperimen ............... 114

    Lampiran 14 Perhitungan Uji Normalitas Kelompok Kontrol ..................... 115

    Lampiran 15 Perhitungan Uji Homogenitas ................................................ 116

    Lampiran I6 Perhitungan Uji Hipotesis ...................................................... Il7

    Lampiran 17 Nilai-nilai r Product Moment.. ............................................... 120

    Lampiran 18 Tabel 2 .................................................................................. I21

    Lampiran 19 Nilai Kritis L Untuk Uji Lilliefors ......................................... 122

    Lampiran 20 Nilai-nilai Untuk Distribusi F ................................................ 123

    Lampiran 21 Nilai-nilai Dalam Distribusi ( ................................................. 125

  • BABI

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, telah membawa

    perubahan yang sangat signifikan terhadap pelbagai dimensi kehidupan

    manusia, baik dari segi ekonomi, sosial budaya maupun dunia pendidikan.

    Secara substansial dalam dunia pendidikan, globalisasi juga telah

    menimbulkan perubahan-perubahan penting seperti perubahan dalam bidang

    teknologi informasi dan komunikasi.

    Kemajuan dalam bidang teknologi informasi dan komunikasi

    mendorong terjadinya perubahan-perubahan dalam pembelajaran. Guru atau

    tenaga pengajar kini tidak lagi merupakan satu-satunya nara sumber dalam

    proses pembelajaran. Teknologi komunikasi dan informasi yang kini ada dan

    juga akan terus berkembang memungkinkan peserta didik untuk mengakses

    sendiri beragam sumber belajar. Karena itu, jika guru atau tenaga pengajar

    tetap ingin memainkan peran sentral dalam proses-proses pembelajaran,

    mereka harus melakukan perubahan-perubahan atau setidaknya penyesuaian

    paradigma, strategi, pendekatan dan teknologi pembelajaran,-Jikatidak; guru

    atau tenaga pengajar akan kehilangan makna kehadiran dalam proses-proses

    pembelajaran.

    Di samping itu, yang juga tidak kalah penting untuk diperhatikan

    adalah bagaimana cara atau strategi belajar mengajar dapat memperhatikan

    keragaman anak didik. Hal tersebut dilakukan demi tercapainya tujuan

    pendidikan. Karena melalui pendidikan, manusia memperoleh ilmu

    pengetahuan yang dapat dijadikan tuntunan dalam kehidupannya dan dengan

    ilmu pengetahuan manusia memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat.

    Sebagaimana Firman Allah dalam Surat Al-Mujadilah ayat 11.

  • 2

    0_,t:~ ~ :&\j p.JS _;i~H i)_,i .j..;i)lj ~ i;._:1; .j..;i)I :&\ efl-( :i.l~l.;...J I ) " : ~

    Artinya: "Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman dan

    berilmu diantara kalian beberapa derajat"

    Senada dengan itu, Nabi Muhammad SAW bersabda dalam hadits

    riwayat Bukhari dan Muslim

    '\JW w. .:il)i.J.o_.i r-kl4 '\JW y..\11.:il)i.J.o_.i r-kl4 ~!.,.:ill .:ii) 04 r-Wi~

    Artinya: "Barang siapa yang menghendaki kehidupan dur.ia maka

    hendaknya ia memiliki ilmu dan barang siapa yang menghendaki kehidupan

    akhirat maka hendaknya ia memiliki ilmu dan barang siapa yang

    menghendaki kedua-duanya maka hendaknya ia pun harus memiliki ilmu ".

    Pendidikan yang di dalamnya terdapat proses belajar mengajar

    mempunyai tujuan yang jelas. Tujuan sebagai arah dari proses belajar

    mengajar pada hakikatnya adalah rumusan tingkah laku yang diharapkan dapat

    dikuasai oleh siswa setelah menerima atau menempuh pengalaman

    belajarnya. 1

    Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.2

    Terdapat beberapa ha! yang penting untuk dikritisi dari konsep

    pendidikan menurut undang-undang tersebut. Pertama, pendidikan adalah

    usaha sadar yang terencana, ha! ini berarti proses pendidikan di sekolah

    bukanlah proses yang dilaksanakan secara asal-asalan, akan tetapi proses yang

    1 Nana Sudjana, Peni/aian Hasi/ Ptoses Belajat Mengqjar, (Bandung: PT. Remaja Rosda Kary a, 200 I), h. 2

    2 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2007), Ce!. 2, h.2

  • 3

    bertujuan sehingga segala sesuatu yang dilakukan guru dan siswa diarahkan

    pada pencapaian tujuan. Kedua, proses pendidikan yang terencana itu

    diarahkan untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran, ha! itu

    berarti pendidikan tidak boleh mengesampingkan proses belajar dan tidak

    semata-mata berusaha untuk mencapai hasil belajar. Antara proses dan hasil

    belajar harus seimbang, sehingga dapat membentuk manusia yang

    berkembang secara utuh. Ketiga, suasana belajar dan pembelajaran itu

    diarahkan agar peserta didik dapat mengembangkan potensi dirinya, ini berarti

    proses pendidikan harus berorientasi kepada siswa (student active learning).

    Tugas pendidikan adalah mengembangkan potensi yang dimiliki anak didik,

    bukan menjejalkan materi pelajaran atau memaksa anak mengtiafal data dan

    fakta. Keempat, akhir proses pendidikan adalah kemampuan anak memiliki

    kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadiao, kecerdasan,

    akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa,

    dan negara. Hal ini berarti proses pendidikan berujung pada pembentukan

    sikap, pengembengan kecerdasan atau intelektual, serta pengembangan

    keterampilan anak sesuai dengan kebutuhan.

    Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan

    pendidikan adalah mengembangkan potensi anak didik untuk menciptakan

    manusia yang berkualitas, cerdas intelektualnya, terampil, berakhlak mulia,

    serta bertakwa kepada Tuhan YME., sebagaimana tertera dalam Undang-

    Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bab II

    pasal 3 yang berbunyi:

    Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, serta berilmu, cakap, kreatif, mandiri,, dan menjadi warga yang demokratis serta bertanggungjawab.3

    3 UU RI No. 20 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta: Sinar Grafika, 2007), Cet. 7, h.5

  • 4

    Pandangan mengajar yang hanya sebatas menyampaikan ilmu

    pengetahuan dianggap sudah tidak sesuai lagi dengan keadaan. Minimal ada

    tiga alasan penting. Alasan inilah yang kemudian menuntut perlu terjadinya

    perubahan paradigma mengajar, dari mengajar hanya sebatas menyampaikan

    materi pelajaran kepada mengajar sebagai proses mengatur lingkungan, yaitu:4

    I. Siswa bukan orang dewasa dalam bentuk mini, tetapi mereka adalah

    organisme yang sedang berkembang. Untuk itu, dibutuhkan orang dewasa

    yang dapat mengarahkan dan membimbing mereka agar tumbuh dan

    berkembang secara optimal. Guru bukan hanya dituntut untuk lebih aktif

    mencari informasi yang dibutuhkan, akan tetapi ia juga hams mampu

    meyeleksi berbagai informasi, sehimgga dapat menunjukkan pada siswa

    informasi yang dianggap penting untuk kehidupan mereka. Guru tidak lagi

    memosisikan diri sebagai sumber belajar yang bertugas menyampaikan

    informasi, tetapi hams berperan sebagai pengelola sumber belajar untuk

    dimanfaatkan siswa itu sendiri.

    2. Ledakan ilmu pengetahuan mengakibatkan kecenderungan setiap orang

    tidak mungkin dapat menguasai setiap cabang keilmuan. Begitu hebatnya

    perkembangan ilmu biologi, ilmu ekonomi, hukum, dan lain sebagainya.

    Apa yang

  • 5

    potensi seperti yang dikembangkan oleb aliran kognitif holistik. Potensi

    itulab yang akan menentukan perilaku manusia.

    Dalam setiap proses pembelajaran, selalu akan ada tiga komponen

    penting yang saling terkait satu sama lain. Tiga komponan penting itu adalab:

    Kurikulum yaitu materi yang akan diajarkan, proses yaitu bagaimana materi

    diajarkan dan produk yaitu basil dari proses pembelajaran5

    Ketiga aspek ini sama pentingnya karena merupakan satu kesatuan

    yang membentuk lingkungan pembelajaran. Satu kesenjangan yang selama ini

    dirasakan dan alami adalab kurangnya pendekatan yang benar dan efektif

    dalam menjalankan proses pembelajaran. Pembelajaran yang selama ini

    dilakukan banya terpaku pada materi dan basil pembelajaran, padahal dalam

    suatu pembelajaran dibutuhkan suatu proses tersendiri untuk bisa

    menjembatani antara kurikulum dan basil pembelajaran.

    Strategi atau metode adalah komponen yang juga mempunyai fimgsi

    yang sangat menentukan. Keberbasilan pencapaian tujuan sangat ditentukan

    oleb komponen ini. Bagaimanapun lengkap dan jelasnya komponen lain, tanpa

    dapat diimlementasikan melalui strategi yang tepat, maka komponen-

    komponen tersebut tidak akan memiliki makna dalam proses pencapaian

    tujuan. Oleb karena itu setiap guru perlu memabami secara baik peran dan

    fungsi metode dan strategi dalam pelaksanaan proses pembelajaran.

    Bila kita mengamati proses pem~elajaran yang terjadi di dalam kelas,

    akan terlibat dengan jelas bahwa metode kuno atau konvensional yang telah

    digunakan selama ini adalab metode yang tidak menghargai harkat kita

    sebagai manusia seutubnya. Seorang manusia tidak hanya terdiri dari tubuh

    fisik saja, akan tetapi manusia terdiri dari badan dan batin. Batin sendiri terdiri

    dari empat komponen yaitu pikiran, ingatan, perasaan dan kesadaran. 6 Agar

    proses pembelajaran bisa berhasil dengan maksimal, maka harus

    mengakomodasi kedua aspek ini, yaitu badan dan batin.

    ' Adi W. Gunawan, Genius Learning Strategy, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2006) Cet.3, h.I

    6 Adi W. Gunawan, Genius LearningStrategy ................... h.4

  • 6

    Matematika sebagai salah satu mata pelajaran yang telah diajarkan dari

    jenjang pendidikan yang paling rendah sampai perguruan tinggi, matematika

    merupakan pelajaran yang banyak mengarah pada asfek kognitif. Karena

    dalam belajar matematika tersebut dibutuhkan pemikiran kritis, sistematis,

    logis, kreatif dan kemauan bekerjasama yang efektif.

    Banyak orang yang menganggap matematika sebagai bidang studi

    yang paling sulit. Meskipun demikian, semua orang harus mempelajarinya

    karena merupakan sarana untuk memecahkan masalah kehidupan sehari-hari.

    Matematika sering kali menjadi mata pelajaran yang menakutkan. Sehingga

    jangankan meningkatkan kualitas output pendidikan matematika, mengubah

    pandangan matematika sebagai ha! yang sulit juga tak mudah untuk

    dihasilkan.

    Rasa takut dan khawatir ini bisa berasal dari suasana kelas dan keadaan

    sekolah yang tidak kondusif, rasa takut terhadap sikap dan perilaku guru, rasa

    takut akan hukuman, rasa takut akan kegagalan, rasa takut mendapat malu,

    rasa takut dimarahi dan rasa takut mendapatkan hukuman fisik. Untuk

    menghilangkan rasa takut pada diri anak didik perlu adanya suatu pendekatan

    pembelajaran yang membuat proses pembelajaran menjadi efisien, efektif, dan

    menyenangkan.

    Genius Learning atau lebih tepat disebut sebagai Holistic Learning

    adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan suatu rangkaian pendekatan

    praktis untuk meningkatkan basil proses belajar mengajar.7 Pendekatan yang

    digunakan dalam Genius Learning membantu anak didik untuk bisa mengerti

    kekuatan dan kelebihan mereka masing-masing. Anak didik akan memahami

    proses belajar yang benar. Mereka akan belajar yang benar, sesuai dengan

    kepribadian dan keunikan mereka masing-masing.

    Berdasarkan pertimbangan di atas, maka penulis tertarik untuk

    melakukan penelitian dengan mengambil judul "Pengaruh Penerapan

    Ge11ius Learning Strategy Ter/1adap Hasil Be/ajar matematika Siswa"

    7 Adi W. Gunawan, Genius learning Strategy... ... ... ... .. . ... ... h.2

  • 7

    B. Identifikasi Masalah

    Masalah-masalah yang dapat diidentifikasi berdasarkan latar belakang

    masalah di atas antara lain:

    I. Masalah apa saja yang dapat mengbambat tercapainya hasil belajar

    matematika siswa?

    2. Usaha apa saja yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah belajar

    matematika siswa?

    3. Adakah pengaruh penerapan strategi Genius Learning terhadap hasil

    belajar matematika siswa?

    C. Pembatasan dan Perumusan Masalah

    Untuk memfokuskan pembahasan dalam skripsi ini, peneliti

    membatasi masalah yang dibahas sebagai berikut:

    I. Strategi Belajar Genius (Genius Learning Strategy)

    Genius Learning Strategy adalah strategi yang digunakan untuk

    meningkatkan hasil proses pembelajaran. Strategi ini merupakan strategi

    yang berasal dari berbagai disiplin ilmu seperti pengetahuan tentang cara

    kerja otak, cara kerja memori, motivasi, konsep diri, kepribadian, gaya

    belajar, multiple intelligence, dan teknik belajar lainnya. Strategi ini akan

    digunakan dalam setiap pertemuan dalam pembelajaran matematika di

    sekolah.

    2. Hasil Belajar

    Hasil belajar yang dimaksud adalah hasil belajar matematika siswa

    pada materi sifat-sifat bangun ruang dan bangun datar yang diajarkan pada

    siswa kelas V Sekolah Dasar

    Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: "Apakah

    terdapat pengaruh penerapan Genius Learning Strategy terhadap hasil

    belajar matematika siswa?"

  • 8

    D. Tujuan Penelitian

    Tujuan dari penelitian ini adalah untuk:

    I. Mendapatkan informasi tentang penerapan strategi Genius Learning.

    2. Mengetahui hasil belajar matematika siswa dengan menggunakan strategi

    Genius Learning.

    3. Mengetahui apakah tcrdapat pengaruh strategi Genius Learning terhadap

    hasil belajar matematika siswa.

    E. Kegunaan Hasil Penelitian

    Penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk:

    1. Bagi peneliti

    Penelitian ini sebagai sarana dalam menyumbangkan pemikiran-pemikiran

    yang berarti dari peneliti, yang diharapkan dapat dipergunakan dalam

    proses pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

    2. Bagi Siswa

    Penelitian ini diharapkan dapat mendorong siswa untuk memahami dirinya

    sendiri dan mengembangkan potensi yang ada dalam diri mereka. serta

    mendorong siswa untuk belajar lebih kreatif.

    3. Bagi Guru dan Sekolah

    Penelitian ini sebagai bahan masukan bagi sekolah untuk dapat

    dikembangkan dalam proses pembelajaran sehingga dapat meningkatkan

    prestasi belajar siswa.

    4. Bagi Masyarakat

    Penelitian ini diharapkan dapat membantu putra-putri dalam

    mengembangkan potensi diri mereka untuk kemajuan hidupnya serta

    mendorong putra-putri mereka untuk berkreatifitas dalam belajar untuk

    mencapai prestasi

  • BAB II

    PENYUSUNAN KERANGKA TEORETIK DAN

    PENGAJUAN HIPOTESIS

    A. Deskripsi Teoretik

    1. Hasil Belajar Matematika

    a. Pengertian Matematika

    Istilah matematika berasal dari perkataan latin mathematica, yang

    mulanya diambil dari perkataan Yunani, mathematike, yang berarti

    "relating to learning'. Perkataan itu mempunyai akar kata mathema yang

    berarti pengetahuan atau ilmu (knowledge, science). Perkataan

    mathematike berhubungan sangat erat dengan sebuah kata lainnya yang

    serupa, yaitu mathanein yang berarti belajar (berpiki

  • JO

    Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa matematika

    adalah pengetahuan tentang fakta-fakta kuantitatif dan masalah tentang

    ruang dan bentuk, dan merupakan pengetahuan tentang penalaran logik yang

    berhubungan dengan bilangan dan merupakan logika dan pola berpikir,

    Sebenamya banyak muncul definisi atau pengertian matematika yang

    beraneka ragam, karena matematika tidak bisa didefinisikan berdasarkan

    pada satu segi saja, akan tetapi matematika dapat ditinjau dari segala sudut,

    dan matematika itu sendiri bisa memasuki seluruh segi kehidupan manusia,

    dari yang paling sederhana sampai kepada yang paling kompleks. Atau

    dengan kata lain tidak terdapat satu definisi matematika yang tunggal dan

    disepakati oleh semua tokoh atau pakar matematika. Walaupun diberikan

    dengan panjang lebar secara tertulis atau secara lisan penjelasannya, tidak

    akan memberikan jaawaban secara utuh yang dapat dipahami secara

    menyeluruh tentang apa matematika itu. Seperti apa yang dmcapkan oleh

    Courant dan Robbin bahwa untuk dapat mengetahui apa matematika itu

    sebenamya, seseorang harus mempelajari, mengkaji, dan mengerjakannya.

    Termasuk pengkajian sejauh timbulnya matematika dan perkembangannya.5

    Walaupun matematika tidak memiliki definisi tunggal yang

    disepakati, tetapi matematika memiliki ciri-ciri khusus atau karakteristik

    yang dapat merangkum matematika secara umum. Sebagaimana yang

    dipaparkan oleh Erman Suherman bahwa matematika memiliki ciri-ciri atau

    karakteristik: 6

    !. Memiliki objek kajian yang abstrak; Objek dasar matematika yang

    dipelajari adalah abstrak, yang meliputi fakta, konsep, operasi ataupun

    relasi, dan prinsip.

    2. Bertumpu pada kesepakatan; Dalam matematika, kesepakatan

    merupakan tumpuan yang amat penting. Kesepakatan yang amat

    mendasar adalah aksioma dan konsep primitif.

    5 H. Ennan Suhennan Ar, et. al., Strategi Pembe/ajaran Matematika Kontemporer ... ...... h. !8 6 R.Soedjadi, Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia Konststasi Masa depan, (Jakarta:

    Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Depdiknas, 2000), h.13-18

  • 11

    3. Berpola pikir deduktif; Dalam matematika sebagai "ilmu" hanya

    diterima pola pikir deduktif yaitu pemikiran "yang berpangkal dari ha!

    yang bersifat umum diterapkan atau diarahkan kepada ha! yang bersifat

    khusus".

    4. Memiliki simbol yang kosong dari arti; Dalam matematika terlihat

    banyak sekali simbol yang digunakan, baik berupa huruf ataupun bukan

    huruf yang dapat membentuk suatu model matematika. Simbol-simbol

    yang digunakan dalam model matematika tersebut belum tentu

    bermakna atau berarti bilangan. Huruf dan tanda dalam model

    matematika masih kosong arti, terserah kepada yang akan

    memanfaatkan model itu.

    5. Memperhatikan semesta pembicaraan; Sehubungan dengan kosongnya

    arti simbol-simbol dan tanda-tanda dalam matematika, menunjukkan

    dengan jelas bahwa dalam menggunakan matematika diperlukan

    kejelasan dalam lingkup pembicaraan apa model itu dipakai. Lingkup

    pembicaraan itulah yang disebut semesta pembicaran.

    6. Konsisten dalam sistemnya; Dalam matematika memiliki banyak

    sistem. Ada sistem yang mempunyai kaitan satu sama lain, tetapi ada

    sistem yang dapat dipandang terlepas satu sama lain. Di dalam masing-

    masing sistem dan strukturnya berlaku ketaatazasan atau konsistensi. Ini

    juga dikatakan bahwa dalam setiap sistem dan strukturnya tidak boleh

    terdapat kontradiksi.

    b. Pengertian Belajar

    Belajar dianggap sebagai proses perubahan perilaku sebagai akibat

    dari pengalaman dan latihan. Hilgard mengungkapkan: "Learning is the

    process by wich an activity originates or changed through training

    procedures (wether in the laboratory or in the naural environment) as

    distinguished from changes by factors not atributable to training." Bagi

    Hilgard, belajar itu adalah proses perubahan melalui kegiatan atau prosedur

  • 12

    latihan, baik latihan di dalam laboratorium mapun dalam lingkungan

    alamiah.7

    Chaplin dalam Dictionary of Psychology membatasi belajar dengan

    dua rumusan. Rumusan pertama, belajar adalah perolehan perubahan

    tingkah laku yang relatif menetap sebagai akibat dari pengalaman. Rumusan

    kedua, belajar adalah proses memperoleh respon-respon sebagai akibat dari

    adanya latihan khusus. 8

    Wittig dalam bukunya Psychology of Leaming mendefinisikan,

    belajar ialah perubahan yang relatif menetap yang terjadi dalam segala

    macam/ keseluruhan tingkah laku suatu organisme sebagai hasil

    pengalaman.9

    Berdasarkan definisi-definisi yang telah diuraikan, secara umum

    belajar dapat dipahami sebagai proses perubahan tingkah laku yang relatif

    menetap sebagai hasil dari pengalaman.

    Menurut Gagne, dalam belajar matematika ada dua objek yang dapat diperoleh siswa, yaitu objek langsung dan objek tak langsung. Objek tak langsuni; antara lain kemampuan menyelidiki dan memecahkan masalah, belajar mandiri, bersikap positif terhadap matematika, dan tahu bagaimana semestinya belajar. Sedangkan objek langsung berupa fakta, keterampilan, konsep dan aturan.10

    Fakta adalah objek matematika seperti lambang bilangan, sudut dan

    notasi-notasi matematika lainnya. Keterampilan berupa kemampuan

    memberikan jawaban dengan tepat dan cepat. Konsep adalah ide abstrak

    yang memungkinkan kita dapat mengelompokkan objek ke dalam contoh

    dan non contoh. Aturan adalah objek yang paling abstrak yang dapat berupa

    sifat atu teorema.

    Jerome Bruner menyatakan bahwa" matematika akan lebih berhasil

    jika proses pengajaran diarahkan kepada konsep-konsep dan struktur-

    7 Dr. Wina Sanjaya, M.Pd., Strategi Pen1belajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2007), Cet. 2, h. 110

    8 Muhibbin Syah, Psikiolgi Pendidikan Suatu Pendekatan Rant , (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 1995), h. 89

    9 Muhibbin Syah, Psikio/gi Pendidikan Suatu Pendekatan Rant ............. h. 90 10 H. Erman Suherman Ar, et. al., Strategi Pembe/ajaran Matematika Kontemporer ... ..... h. 33

  • 13

    str.iktur yang terbuat dalam pokok bahasan yang diajarkan, disamping

    hubungan yang terkait antara konsep-konsep dan struktur-struktur.". 11

    Dengan mengenal konsep dan struktur yang tercakup dalam bahan

    yang sedang dibicarakan, anak akan memahami materi yang harus dikuasai.

    Dalam proses belajar, anak juga sebaiknya diberi kesempatan untuk

    memanipulasi benda-benda (alat peraga), supaya mereka melihat langsung

    bagaimana keteraturan dan pola terstruktur yang terdapat dalam benda yang

    diperhatikannya itu. Dengan demikian, mereka dapat mengaktifkan dirinya

    secara penuh.

    Pembelajaran matematika pada jenjang pendidikan dasar dan

    menengah bertujuan untuk memberikan penekanan pada penataan nalar dan

    pembentukan sikap siswa , juga memberikan penekanan pada keterampilan

    dalam penerapan matematika, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun

    membantu mempelajari ilmu pengetahuan lainnya

    c. Faktor-faktor yang mempengarnhi belajar

    Muhibbin Syah mengemukakan bahwa secara global faktor-faktor

    yang mempengaruhi belajar siswa dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:

    faktor internal siswa, faktor eksternal siswa, dan faktor pendekatan belajar. 12

    I) Faktor internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan/ kondisijasmani

    dan rohani siswa.

    Faktor internal ini meliputi dua aspek yaitu fisiologis dan psikologis.

    Aspek fisiologis meliputi kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan

    otot) yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-

    sendinya yang dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa

    dalam mengikuti pelajaran. Kondisi organ-organ khusus siswa, seperti

    tingkat kesehatan indera pendengaran dan indera penglihatan, juga

    sangat mempengaruhi kemampuan siswa dalam menyerap informasi dan

    pengetahuan, khususnya yang disajikan di dalam kelas. Aspek psikologis

    11 H. Erman Suherman Ar, et. al.. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer ... ..... h.43

    12 Muhibbin Syah, Psikiolgi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru ... .......... h. 132

  • 14

    juga dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas siswa. Faktor psikologis

    diantaranya:

    a) Inteligensi siswa, diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik untuk

    mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan cara yang tepat.

    b) Sikap (attitude) siswa, yaitu gejala internal yang berdimensi afektif

    berupa kecanderungan untuk mereaksi atau merespon (response

    tendency) dengan cara yang relatif tetap terhadap objek orang dan

    sebagainya baik secara positif atau negatif.

    c) Bakat (aptitude) siswa adalah kemampuan potesial yang dimiliki

    seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa akan datang. Pada

    perkembangan selanjutnya, bakat diartikan sebagai kemampuan

    individu untuk melakukan tugas tertentu tanpa banyak bergantung

    pada upaya pendidikan dan latihan.

    d) Minat (interest) siswa, berarti kecenderungan dan kegairahan yang

    tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu.

    e) Motivasi siswa, adalah keadaan internal organiqme (baik manusia

    ataupun hewan) yang mendoronnya untuk berbuat sesuatu.

    2) Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan di

    sekitar siswa. Faktor ekstrenal ini terdiri atas dua macam, yakni: faktor

    lingkungan sosial dan faktor lingkungan non sosial.

    Faktor lingkungan sosial siswa seperti para guru, staf administrasi,

    teman-teman sekelas, masyarakat, tetangga, dan teman-teman

    sepermainan siswa dapat mempengaruhi semangat dan aktivitas belajar

    siswa. Lingkungan sosial yang lebih banyak mempengaruhi kegiatan

    belajar ialah orang tua dan keluarga siswa itu sendiri.

    Faktor-faktor yang termasuk lingkungan non sosial ialah gedung sekolah

    dan letaknya, rumah tempat tinggal sekeluarga siswa dan letaknya, alat-

    alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan siswa.

    Faktor-faktor ini dipandang turut menentukan tingkat keberhasilan siswa

    belajar.

  • 15

    3) Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya

    belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa

    untuk melakukan kegiatan pembelaaran materi-materi pelajaran.

    d. Basil Belajar Matematika

    Jika belajar diartikan sebagai suatu proses perubahan tingkah laku,

    mal;.a perubahan tingkah laku yang diharapkan disebut hasil belajar. Hal ini

    sesuai dengan ungkapan Alisuf Sabri bahwa, hasil belajar adalah perubahan

    tingkah laku sebagai akibat pengalaman/latihan, perubahan tersebut dapat

    berupa perilaku yang baru atau memperbaiki perilaku yang sudah ada,

    perubahan tingkah laku itu juga harus relatif menetap bukan perubahan yang

    bersifat sementara13

    Howard Kingsley membagi tiga macam hasil belajar, yaitu

    keterampilan dan kebiasaan, pengetahuan dan pengertian, sikap dan cita-

    cita. Sedangkan Gagne membagi lima kategori hasil belajar yaitu informasi

    verbal, keterampilan i;-;.~~lektual, strategi kognitif, sikap dan keterampilan

    motoris. 14

    Dalam sistem pendidikan nasional, rumusan tujuan pendidikan

    menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara

    garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yaitu ranah afektif, ranah

    kognitif dan ranah psikomotoris.

    Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang

    terdiri dari pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis,

    dan evaluasi. Ranah afektif berkenaan dengansikap yang terdiri dari

    penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, orgaisasi, dan internalisasi.

    Ranah psikomotoris berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan

    kemampuan bertindak yang terdiri dari gerakan refkeks, keterampilan

    gerakan dasar, kemampuan perceptual, keharmonisan atau ketepatan,

    13 H.M.Alisuf Sabri, Psiko/ogi Pendidikon Berdasarkon Kuriku/um Nasional, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 2007), Cet. 3, h.55

    14 Nana Sudjana, Penilaian Hasi/ Proses Be/ajar Mengajar, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2001), Cet. 7, h. 22

  • 16

    gerakan keterampilan kompleks, gerakan ekspresif dan interperatif. Ketiga

    ranah tersebut menjadi objek penilaian basil belajar.15

    Berdasarkan uraian di atas, basil belajar merupakan perubahan

    tingkah laku yang diperoleb melalui usaha (pengalaman) dengan mendengar,

    memperbatikan, mengamati, memikirkan, merasakan, mengbayati dan

    sebagainya atau dengan Iatihan (melatib, menirukan).

    Perubaban tingkah laku sebagai basil belajar bagi individu

    merupakan kemampuan barn dalam bidang kognitif, afektif dan

    psikomotorik, yaitu kemampuan yang betul-betul diperoleb atau sebagai

    kemampuan barn basil perbaikan/peningkatan dari kemampuan sebelumnya.

    Dan kemampuan basil belajar itu sifatnya relatif menetap tidak segera

    I en yap.

    Matematika sebagai bahan pelajaran yang objek kajiannya berupa

    fakta, konsep, operasi dan prinsip yang kesemuanya adalah abstrak. Hasil

    belajar matematika siawa adalab basil yang diperoleb setelab siswa

    melakukan suatu kegiatan belajar matematika dalam satu waktu tertentu

    dimana basil belajar tersebut dapat diukur melalui tes yang mengukur

    kompetensi dasar pada ranah kognitif, afektif dan psikomotorik sebagai titik

    tolak pengukuran keberbasilan siswa dalam belajar. Hasil belajar siswa

    sebagian besar dinilai oleb guru pada ranab kognitif.

    2. Pengertian Strategi Pembelajaran

    Dalam konteks pengajaran, strategi dimaksudkan sebagai daya upaya

    guru dalam menciptakan suatu sistem lingkungan yang memungkinkan

    terjadinya proses mengajar, agar tujuan pembelajaran yang telab dirumuskan

    dapat tercapai.

    Menurut Nana Sudjana dalam bukunya Dasar-dasar Proses Be/ajar

    Mengajar, babwa strategi mengajar merupakan tindakan guru dalam

    melaksanakan rencana mengajar, artinya usaha guru dalam menggunakan

    15 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Be/ajar Mengajar ......... ...... h. 22-23

  • 17

    beberapa variabel pengajaran seperti tujuan, bahan, metode dan alat serta

    evaluasi, agar dapat mempengaruhi siswa mencapai tujuan yang telah

    ditetapkan.16

    Kemp menjelaskan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan

    pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran

    dapat dicapai secara efektif dan efisien. Dick dan Carey juga menyebutkan

    bahwa strategi pembelajaran itu adalah suatu set materi dan prosedur

    pembelajaran yang digunakan secara bersama-sama untuk menimbulkan basil

    belajar pada siswa.17

    Menurut Newman dan Logan sebagaimana dikutip Abu Ahmadi dan Joko Tri Prasetya strategi meliputi empat masalah yaitu: 18

    I. Mengidentifikasi serta menetapkan spesifikasi dan kualifikasi perubahan tingkah laku dan kepribadian peserta didik sesuai dengan tujuan yang diharapkan.

    2. Memilih sistem pendekl

  • 18

    diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang terhadap proses pembelajaran.

    Istilah pendekatan merujuk kepada pandangan tentang terjadinya suatu proses

    yang sifatnya masih sangat umum. Oleh karena itu, strategi dan metode

    pembelajaran yang digunakan dapat bersumber atau tergantung dari

    pendekatan tertentu.

    Selain strategi, metode, dan pendekatan pembelajaran, terdapat juga

    istilah lain yang kadang-kadang sulit dibedakan, yaitu teknik dan taktik

    mengajar. Teknik dan taktik mengajar merupakan penjabaran dari metode

    pembelajaran. Teknik adalah cara yang dilakukan seseorang dalam rangka

    mengimplementasikan suatu metode. Sedangkan taktik adalah gaya seseorang

    dalam melaksanakan suatu teknik atau metode tertentu. Dengan demikian,

    taktik sifatnya lebih individual.

    Dari penjelasan di atas, maka dapat ditentukan bahwa suatu strategi

    pembelajaran yang diterapkan guru akan tergantung pada pendekatan yang

    digunakan; sedangkan bagaimana menjalankan strategi itu dapat ditetapkan

    berbagai metode pembelajaran. Dalam upaya menjalankan metode

    pembelajaran guru dapat menentukan teknik yang dianggap relevan dengan

    metode, dan penggunaan teknik itu setiap guru memiliki taktik yang mungkin

    berbeda antara guru yang satu dengan yang lain.

    3. Genius Learning Strategy

    Manusia merupakan makhluk yang paling jenius di dunia. Hal tersebut

    dibuktikan dengan kemajuan teknologi yang berhasil diciptakan dan

    dikembangkan oleh manusia. Manusia bisa menciptakan itu semua karena

    kesempurnaan pada dirinya yang tidak dimiliki oleh makhluk lain. Allah

    SWT. Berfinnan dalam Al-Qur'an:

    ~

  • 19

    Artinya: "Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia (Allah) memberi kamu pendengaran, penglihatan, dan hati agar kamu bersyukur. " (Surat An-Nahl : 78)

    Ayat tersebut menjelaskan bahwa Allah SWT. menciptakan manusia

    dengan memberikan suatu kesempumaan yaitu memiliki indra , hati dan aka!.

    Akal pikiran merupakan kemampan dasar (potensi) manusia yang dapat

    dijadikan modal dasar dalam proses pendidikan sehingga manusia dapat

    berkembang dengan baik. Sedangkan indra manusia sebagai alat-alat pokok

    untuk memperoleh ilmu pengetahuan sehingga dapat digunakan demi

    kemajuan hidupnya.

    Adi W. Gunawan menggunakan istilah Genius Learning Strategy untuk menjelaskan suatu rangkaian pendekatan praktis dalam upaya meningkatkan basil pembelajaran. Upaya peningkatan ini dicapai dengan menggunakan pengetahuan yang berasal dari berbagai disiplin ilmu seperti pengetahuan tentang cara kerja otak, cara kerja memori, neuro-linguistic programming, motivasi, konsep diri, kepribadian, emosi, perasaan, pikiran, metakognisi, gaya belajar, multiple intelligence atau kecerdasan jamak, teknik memori, teknik membaca, teknik mencatat, dan teknik belajar lainnya.19

    Dasar Genius Learning adalah metode accelerated learning atau cara

    belajar yang dipercepat. Di luar negeri, metode ini dikenal dengan beragam

    nama, seperti Accelerated Learning, Quantum Learning, Quantum Teaching,

    Quantum Teaching, Super Learning, Efficient and Effective Learning. Pada

    intinya, tujuan berbagai metode ini sama, yaitu bagaimana membuat proses

    pembelajaran menjadi efisien, efektif, dan menyenangkan.

    Metode Genius Learning telah memasukkan dan mempertimbangkan

    kondisi masyarakat Indonesia secara umum, kebudayaan bangsa yang sangat

    beragam, kondisi sosial dan ekonomi, sistem pendidikan nasional dan tujuan

    pendidikan yang utama, yaitu untuk menyiapkan anak untuk bisa menjalani

    hidup dengan berhasil setelah mereka meninggalkan sekolah format.20

    19 Adi W. Gunawan, Genius Learning Strategy (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2006), Cet. 3, h. 2-3

    20 Adi W. Gunawan, Genius Learning Strategy ..................... h. 3

  • 20

    Presuposisi atau asumsi dasar yang dipak?i dalam mendefinisikan

    kecerdasan dalam metode Genius Learning adalah sebagai berikut: 21

    a. Setiap orang dilahirkan jenius. Setiap orang dilahirkan dengan kombinasi

    kecerdasan yang beragam. Karena perbedaan dan pengalaman hidup, maka

    timbul perbedaan dalam domir.asi dan tingkat perkembangan kecerdasan

    yang dimiliki

    b. Kecerdasan adalah suatu fenomena yang unik. Ada banyak cara di mana

    seseorang melihat dan mengerti dunia di sekelilingnya dan cara

    mengungkapkan pengertian yang ia dapatkan

    c. Konsep diri seseorang berbanding lurus dengan potensi yang ia gali dan

    kembangkan. Semakin baik konsep diri yang berhasil dibangun, semakin

    baik pula kemampuan memaksimalkan penggunaan potensi yang ia miliki.

    d. IQ tinggi sangat membantu keberhasilan akademik namun bukan satu-

    satunya faktor utama.

    e. Guru dapat mempengaruhi dan meningkatkan kecerdasan anak didik.

    f. Kecerdasan berkembang secara bertahap.

    g. Berpikir dapat diajarkan.

    Berangkat dari pemahaman barn akan cara kerja otak dan memori,

    maka Genius Learning menekankan satu prinsip utama dalam proses

    pembelajarannya. Genius Learning mempunyai sembilan prinsip, yaitu: 22

    a. Otak akan berkembang secara maksimal dalam lingkungan yang kaya

    akan stimulus multi sensori dan tantangan berpikir.

    b. Besamya pengharapan/ekspektasi berbanding lurus dengan basil yang

    dicapai. Otak selalu berusaha mencari dan menciptakan arti dari suatu

    pembelajaran. Motivasi akan meningkat saat murid menetapkan tujuan

    pembelajaran yang positif dan bersifat pribadi.

    21 Adi W. Gunawan, Genius Learning Strategy..................... h. 7-8 22 Adi W. Gunawan, Genius LearningStrategy ..................... h. 9-10

  • 21

    c. Lingkungan belajar yang aman adalah lingkunge.n belajar yang

    memberikan tantangan tinggi namun dengan tingkat ancaman yang

    rendah.

    d. Otak sangat membutuhkan umpan batik yang bersifat segera dan

    mempunyai banyak pilihan.

    e. Musik membantu proses pembelajaran dengan tiga cara. Pertama, musik

    membantu untuk men-charge otak. Kedua, musik membantu merilekskan

    otak sehingga otak siap belajar. Dan ketiga, musik dapat digunakan untuk

    membawa informasi yang ingin dimasukkan ke dalam memori.

    f. Ada berbagai alur dan jenis memori yang berbeda yang ada pada otak.

    Dengan menggunakan teknik dan strategi khusus, kemampuan untuk

    mengingat dapat ditingkatkan.

    g. Kondisi fisik dan emosi sating berkaitan dan tidak dapat dipisahkan.

    Untuk mencapai hasil pembelajaran yang maksimal, kedua kondisi ini

    harus benar-benar diperhatikan.

    h. Setiap otak adalah unik dengan kapasitas pengembangan yang berbeda

    berdasarkan pada pengalaman pribadi. Ada bebarapa jenis kecerdasan, dan

    kecerdasan tersebut dapat dikembangkan dengan proses pengajaran dan

    pembelajaran yang sesuai.

    i. Walaupun terdapat perbedaan fungsi otak kiri dan otak kanan, nam un

    kedua belah hemisfer ini bisa bekerja sama dalam mengolah suatu

    informasi.

    Berbagai disiplin ilmu pengetahuan yang digunakan dalam Genius

    Leaming Strategy, yaitu:

    a. Konsep diri

    Konsep diri adalah konsep seseorang dalam mengenali dri mereka

    sendiri. Selama seseorang memiliki konsep diri yang salah, maka dia akan

    sulit sekali untuk berhasil. Dalam setiap upaya untuk mengubah dan

  • 22

    meningkatkan diri, yang pertama kali harus diubah adalah k:msep diri.

    Konsep diri merupakan pondasi utama keberhasilan proses pembelajaran.

    Konsep diri terdiri dari terdiri dari tiga komponen utama yang

    saling mempengaruhi, yaitu:

    I) Diri Ideal (Self-Ideal)

    Diri yang ideal menentukan sebagian besar arah hidup seseorang,

    menentukan arah perkembangan diri dan pertumbuhan karakter serta

    kepribadian. Diri yang ideal merupakan gabungan dari semua kualitas

    serta ciri kepribadian orang yang sangat kita kagumi dan sangat kita

    inginkan jika kita menjadi seperti orang itu. Dalam konteks

    pendidikan, diri ideal yang sering ditetapkan orang tua bagi anak

    mereka adalah anak harus mendapat nilai sempuma (100 atau A)

    dalam setiap uj ian.

    2) Citra Diri (Self-Image)

    Citra diri adalah cara kita melihat diri kita sendiri dan berpikir

    mengenai diri kita saat ini/sekarang. Misalnya bila seseorang melihat

    dirinya sebagai orang yang percaya diri, tenang, dan mampu belajar

    dengan baik, maka setiap kali belajar akan akan merasa percaya diri,

    tenang, dan mampu. Ia akan berprestasi dan mendapatkan hasil yang

    luar biasa. Jika temyata karena suatu ha! tidak berhasil, ia akan

    mengabaikan kegagalan itu dan menganggap itu hanyalah suatu

    kondisi yang bersifat sementara karena nantinya pasti akan berhasil.

    Perubahan atau peningkatan konsep diri yang paling cepat akan terjadi

    bila kita mengubah citra diri kita.

    3) Harga Diri (Self-Esteem)

    Harga diri didefmisikan sebagai kecanderungan untuk memandang diri

    sendiri sebagai pribadi yang mampu dan memiliki daya upaya dalam

    menghadapi tantangan-tantangan hidup yang mendasar dan layak

  • 23

    untuk hidup bahagia. Harga diri bisa didefinisikan sebagai sebcrapa

    suka seseorang terhadap dirinya sendiri. Harga diri akan menentukan

    semangat, antusiasme dan motivasi diri. Harga diri adalah penentu

    prestasi dan keberhasilan, orang denganharga diri

    b. Cara Kerja Otak

    Menurut beberapa ahli, otak manusia terdiri dari dua bagian, yaitu

    otak kanan dan otak kiri. Masing-masing belahan otak memiliki

    spesialisasi dan kemampuan-kemampuan tertentu.

    Proses berpikir otak kiri bersifat logis, skuensial, linier, dan

    rasional. Cara berpikimya sesuai untuk tugas-tugas teratur ekspresi verbal,

    menulis, membaca, asosiasi auditorial, menempatkaan detail dan fakta,

    fenotik serta simbolis. Cara kerja otak kanan bersifat acak, tidak teratur,

    intuitif, dan holistic. Cara berpikimya sesuai dengan cara-cara untuk

    mengetahui yang bersifat nonverbal seperti perasaan dan emosi, kesadaran

    yang berkenaan dengan perasaan, kesadaran spasial, pengenalan bentuk

    dan pola, musik, seni, kepekaan wama, kreatifitas, dan visualisasi.

    Selama ini kita beranggapan bahwa otak kiri adalah otak yang

    bersifat logika dan otak kanan berkaitan erat dengan kreativitas. Hasil

    penelitian terakhir membuktikan bahwa pandangan ini salah. Otak kiri

    dapat menjadi otak yang kreatif. Hal ini dibuktikan dengan hasil karya

    Edward De Bono yang mencetuskan Lateral Thinking (berpikir lateral)

    pada tahun 1970.23

    Orang bisa menjadi sangat kreatif dengan menggunakan otak

    kirinya. Penyelesaian masalah dengan pendekatan atau metode berurutan

    dan dengan menggunakan otak kiri temyata memberikan solusi yang sama

    kreatifnya seperti bila menggunakan otak kanan.

    Pandangan umum lainnya yaitu musisi atau seniman adalah orang

    yang menggunakan otak kanannya, temyata kurang tepat. Seniman atau

    23 Adi. W. Gunawan, Born to be a Genius, (Jakarta: Pt Gramedia Puataka Utama, 2005), h. 27

  • 24

    pelukis dalam melakukan kegiatan melukis teryata juga banyak melibatkan

    otak kiri mereka. Memang benar bahwa ide-ide kreatif mereka berasal dari

    otak kanan, tetapi memilih wama, melukis bentuk gambar yang simetris,

    memilih warna, dan memilih bahan baku lainnya ternyata mengikuti suatu

    urutan logika dimana itu semua merupakan kegiatan otak kiri.

    Demikian juga musisi. Ahli musik bila mendengarkan musik akan

    memproses musik itu dengan otak kiri, karena yang pertama kali

    dilakukan adalah menganalisa musik tersebut. Sedangkan orang awam bila

    mendengarkan musik akan langsung menggunakan otak kanannya.

    Sebenarnya manusia tidak bisa bila hanya menggunakan satu

    belahan otak saja pada saat berpikir atau mengerjakan sesuatu .. Belajar

    yang hanya memanfaatkan otak kiri, misalnya dengan memaksa anak

    untuk berpikir logis dan rasional akan membuat anak dalam posisi "kering

    dan hampa". Oleh karena itu, be I ajar berpikir logis dan rasional perlu

    didukung oleh pergerakan otak kanan, misalnya dengan memasukkan

    unsur-unsur yang bisa mernpengaruhi emosi, yaitu unsur estetika melalui

    proses belajar yang menyenangkan dan menggairahkan. Jadi, untuk bisa

    mencapai basil pembelajaran yang maksimal, harus mengoptimalkan

    penggunaan kedua belahan otak, yaitu otak kiri dan otak kanan secara

    seimbang.

    Pendapat lain tentang otak adalah teori Otak Trinue. Menurut teori

    Otak Trinue, otak manusia terdiri dari 3 bagian, yaitu otak reptil, system

    limbik, dan neokortek. 24

    Otak reptil adalah otak paling sederhana. Tugas utama otak ini

    adalah mempertahankan diri. Otak ini menguasai fungsi otomatis seperti

    degupan jantung dan sistem peredaran darah. di sinilah pusat perilaku

    naluriah yang cenderung mengikuti contoh dan rutinitas secara membuta.

    Otak reptil diyakini sebagai otak hewan yang berfungsi untuk mengejar

    24 Dr. Wina Sanjaya, M.Pd., Strategi Pembe/ajaran ..................... h. 107

  • 25

    kekuasaan. Ia akan berbuat apa saja demi mencapai tujuan yang

    diinginkannya termasuk untuk mempertahankan diri.

    Sistem limbik adalah otak tengah yang memainkan peranan besar

    dalam hubungan manusia dan dalam emosi. Fungsi otak ini bersifat sosial

    dan emosional. Di otak ini juga mengandung sarana untuk mengingat

    jangka panjang.

    Neokortek adalah otak paling tinggi tingkatannya. Otak ini

    memiliki fungsi tingkat tinggi, misalnya mengembangkan kemampuan

    berbahasa, berpikir abstrak, memecahkan masalah, merencanakan ke

    depan, dan berkreasi. Otak ini membuat manusia berbeda dengan makhluk

    lain ciptaan Tuhan.

    Proses pendidikan mestinya mengembangkan setiap bagian otak.

    Jika proses pembelajaran mampu mancapai otak neokortek, maka otak

    reptil dan sistem limbik akan berkembang; namun demikian pembelajaran

    yang hanya menyentuh otak limbik apalagi otak reptil belum tentu

    neokortek akan terkembangkan. Dengan demikian, pembelajaran

    seharusnya mengembangkan kemampuan-kemampuan yang berhubungan

    dengan fungsi neokortek, melalui pengembangan berbahasa, memecahkan

    masalah, dan membangun kreasi.

    c. Cara kerja memori

    Riset terkini di bidang memori menunjukkan bahwa manusia

    memiliki lebih dari satu jenis memori. Masing-masing memori memiliki

    mekanisme penyimpanan informasi yang unik dan terhubung satu sama

    lainnya. Jenis-jenis memori itu antara Iain:25

    I) Memorijangka pendekllmmediate memory

    Memori jangka pendek berguna menampung informasi yang

    masuk ke pikiran kita. Rentang waktu maksimal untuk menyimpan

    informasi di memori ini sangat singkat yaitu sekitar 15-30 detik.

    25 Adi W. Gunawan, Adi W. Gunawan, Genius LearningStrategy ..................... h.73-78

  • 26

    Memori ini hanya berfungsi sebagai tempat penampungan sementara

    untuk informasi yang akan diolah. Namun bila melakukan cukup

    banyak pengulangan, kemungkinan besar informasi akan masuk ke

    memori kerja.

    2) Memori kerja!Working memory

    Jenis memori ini dapat menyimpan informasi selama mulai dari

    beberapa menit hingga beberapa jam dan memberikan kita waktu yang

    cukup untuk bisa secara sadar memproses, melakukan refleksi, dan

    melaksanakan suatu kegiatan berpikir.

    Jenis memori ini sering digunakan oleh murid saat melakukan

    cara belajar SKS (sistem kebut semalam). Walaupun cara ini dapat

    membantu meningkatkan nilai murid, namun tidak bagus untuk

    pembentukan memori jangka panjang karena informasi yang

    dimasukkan ke dalam memori kerja tidak mempunyai arti yang

    penting bagi muricl, informasi ini hany dibutuhkan untuk mengerjakan

    tes.

    3) Memori jangka panjang

    Memori jangka partjang adalah kemampuan untuk menyimpan

    informasi secara permanen untuk rentang waktu mulai beberapa bulan,

    tahun, bahkan sampai seumur hidup. Namun demikian, terdapat

    beberapa faktor yang dapat mempengaruhi penyimpanan informasi di

    memorijangka panjang.

    Faktor pertama, informasi yang memiliki nilai penting untuk

    keselamatan hidup. Faktor ini pasti akan segera disimpan di memori

    jangka partjang sehingga daya ingat seseorang akan sangat tinggi.

    Factor kedua yang mempengaruhi memori jangka panjang adalah jika

    informasi atau pengalaman tersebut mempunyai muatan emosi yang

    kuat. Semakin kuat muatan emosi yang terkandung dalam suatu

  • 27

    informasi, akan semakin kuat kemungkinan informasi itu terekam di

    memorijangka panjang.

    Di kelas, elemen keselamatan hidup dan emosi sangat sulit

    ditemukan. Dalam kondisi ini, kmungkinan informasi disimpan di

    memori jangka panjang sangat mungkin terjadi bila proses

    pembelajaran bersifat masuk aka! dan juga mempunyai arti bagi murid.

    Masuk aka/ maksudnya murid dapat memahami materi pelajaran

    dengan menghubungkan materi itu dengan pengalaman yang telah

    dialami murid sebelumnya. Sedangkan kata berarti maksudnya materi

    pelajaran mempunyai relevansi terhadap diri murid.

    Saat memori kerja memutuskan bahwa suatu informmasi tidak

    masuk aka! atau tidak mempunyai arti, maka kemungkinan informasi

    ini disimpan di memorijangka panjang menjadi sangat kecil.

    4) Memori perantara

    Saat memorJ dikeluarkan dari memori jangka pendek dan

    memori kerja, karena telah diproses dan tidak dibutuhkan lagi, seolah-

    oleh kita telah lupa dan informasi itu telah hilang. Sebenamya

    informasi itu tidak hilang, tetapi masuk ke suatu tempat penampungan

    sementara yaitu memori perantara. Pada sat tidur, semua informasi

    yang ada di memori perantara ditransfer ke memori jangka panjang.

    d. Teknik memori

    Teknik memori adalah tenik memasukkan informasi ke dalam otak

    yang sesuai dengan cara kerja otak. Karena metode yang digunakan

    sejalan dengan cara otak beroperasi dan berfimgsi maka ha! itu akan

    meningkatkan efektivitas dan efisiensi otak dalam menyerap dan

    menyimpan nformasi. Otak akan sangat suka dengan ha! yang bersifat:

    tidak masuk aka!, seksi, penuh wama, multi sesnori, lucu, melibatkan

    emosi, melibatkan irama atau musik, tindakan aktif, gambar tiga dimensi

  • r F'[~;~~USTAKAi\N UTAM.A ~JN SYAHID JA~(ARTA

    28

    darr hidup/aktif, menggunakan asosiasi, imajinasi, humor, simbol, serta

    nomor dan urutan.

    e. Motivasi

    Kata motivasi digunakan untuk menggambarkan suatu dorongan,

    kebutuhan atau keinginan untuk melakukan sesuatu yang khusus atau

    um um.

    Mc Donald merumuskan bahwa, motivasi adalah suatu perubahan

    energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya

    perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan.26 Motivasi dianggap penting

    dalam upaya belajar dan pembelajaran dilihat dari segi fungsi dan nilainya

    atau manfuatnya. Fungsi motivasi yaitu:

    1) mendorong timbulnya tingkah laku atau perbuatan

    2) sebagai pengarah, artinya mengarahkan perbuatan untul: mencapai

    tujuan yang diinginkan

    3) sebagai penggerak, artinya menggerakkan tingkah laku seseorang.27

    Guru bertanggung jawab melaksanakan system pembelajaran agar

    berhasil dengan baik. Keberhasilan ini bergantung pada upaya guru

    membangkitkan motivasi belajar siswanya.

    f Gaya be/ajar

    Gaya belajar adalah cara yang lebih disukai seseorang dalam

    melakukan kegiatan bepikir, memproses dan mengerti suatu informasi.

    Pendekatan gaya belajar yang paling popular dan sering digunakan

    saat ini ada tiga, yaitu:

    1) Pendekatan berdasarkan preferensi sensori: visual, auditori dan

    kinestetik

    26 Dr. Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelqjaran ,(Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2007), Cet.6,h. 106

    27 Dr. Oemar Hamalik, Kuriku/um dan Pembelajaran ... .................. h. 108

  • 29

    2) Profil kecerdasan, dikembangkan oleh Howard Gardner. Menurut

    Gardner, manusia mempmiyai delapan kecerdasan yaitu: linguistic,

    logika/ matematika, interpersonal, intrapersonal, musik, naturalis,

    spasial dan kinestik.

    3) Preferensi kognitif, dikembangkan oleh Dr. Anthony Gregorc. Gregorc

    membagi kemampuan mental meajadi empat kategori yaitu konkret-

    sekuensial, abstrak-sekuensial, konkret-acak dan abstrak-acak. 28

    Pendekatan yang digunakan dalam Genius Learning adalah

    pendekatan preferensi sensori dan profil kecerdasan (multiple

    intelligence).

    g. Gaya Mengajar

    Proses pembelajaran merupakan proses dua arah, untuk bisa

    mengajar dengan efektif, yang harus diperhatikan yaitu:

    I) Perencanaan

    Dalam tahap perencanaan, yang hams diperhatikan adalah murid

    karena yang kita inginkan adalah murid bisa belajar dan mengerti apa

    yang disampaikan. Jika seorang guru mengajar, bukan berarti murid

    akan belajar. Seorang guru hams mengetahui kondisi pikiran muricl,

    suasana kelas, apa yang murid ketahui tentang materi yang akan

    diajarkan, manfaat materi bagi murid, dan lain sebagainya.

    2) Catatan materi dan alur penyajian

    Agar penyampaian materi berjalan dengan baik, sebaiknya seorang

    guru melakukan hak-hal berikut:

    a) Membuat mind-map atau peta pikiran yang berisi poin-poin

    penting dan hal-hal yang berhubungan dengan materi.

    28 Adi W. Gunawan, Genius Learning Strategy ...................... , h. 142

  • 30

    b) Membuat suatu penjelasan yang lebih detail pada selembar kertas

    atau pada kertas seukuran kartu dan membayangkan diri sedang

    berbicara di depan kelas.

    c) Membuat suatu out-line atau gambaran umum pada selembar

    kertas yang cukup besar yang dapat ditempelkan di tembok kelas

    3) Mengenali gaya belajar sendiri

    Pada saat kita belajar, kita akan menggunakan gaya belajar dominant

    kita, begitu juga pada saat mengajar. Padahal tidak semua murid

    mempunyai gaya belajar yang sama dengan kita. Sebagai seorang

    guru, kita harus bisa mengenali gaya belajar kita, juga mengenali gaya

    belajar murid.

    4) Pemilihan kata-kata yang tepat

    Pemilihan kata kelihatannya sepele. Namun dalm proses komunikasi di

    kelas, guru memainkan peran yang cukup besar. Semakin hati-hati dan

    tepat memilih kata yaug digunakan, akan semakin efektif pesan yang

    sampai ke murid

    5) Pembukaan yang berkesan

    Pembukaan yang baik memiliki banyak tujuan dan keuntungan, antara

    lain mengarahkan pikiran muricl, melakukan peniajauan umum

    terhadap materi yang akan dipelajari, meningkatkan motivasi,

    membangkitkan semangat belajar, memberikan inspirasi dan

    membangun hubungan dengan murid.

    Selain poin-poin di atas, guru juga hams mendapatkan rasa hormat

    dari murim melalui upaya sadar dalam bentuk tindakan, perhatian,

    penghargaan, kasih sayang, rasa hormat yang harus ditunjukkan oleh guru

    kepada muridnya. Guru juga harus berpenampilan yang mewakili sikap,

    kepercayaan diri, nilai hidup dan kepribadian serta karakter diri.

  • 31

    Oulu guru dipandang sebagai sumber informasi utama. Kini,

    karena sedemikian mudahnya murid mendapatkan informasi maka guru

    seharusnya berperan sebagai fasilitator dan kasalitator dalam proses

    pendidikan.

    Peran guru sebagai fasilitator adalah memfasilitasi proses

    pembelajaran yang berlangsung di kelas. Dalam ha! in, muridlah yang

    berperan aktif dalam proses pembelajaran. Sedangkan peran guru sebagai

    kasalitator adalah guru membantu anak didik dalam menentukan kekuatan,

    talenta dan kelebihan mereka. Guru bertindak sebagi pembimbing,

    membatu mengarahkan dan mengembangkan aspek kepribadian, karakter

    dan emosi, serta aspek intelektual murid.

    h. Collaborative Learning

    Proses belajar secara kolaborasi bukan sekedar bekerja sma dalam

    suatu kelompok, tetapi penekanannya lebih kepada suatu proses

    pembelajaran yang melibatkan proses komunikasi secara utuh dan adil di

    dalam kelas.

    Ada lima eleman penting yang harus ada dalam Collaborative

    Learning:

    a. Interdependen yang positif (perasaan kebersamaan).

    b. Interaksiface- to- face atau tatap muka yang saling mendukung.

    c. Tanggungjawab individu dan kelompok.

    d. Kemampuan berkomunikasi antarpribadi dan komunikasi dalam suatu

    kelompok kecil.

    e. Pemrosesan secara kelompok .

    Hal-ha! yang harus diperhatikan dalam melakukan proses

    pembelajaran secara kolaboratif yaitu:

  • 32

    a. Pengelompokan yang dilakukan dengan menggunakan acuan level

    kemampuan.

    b. Jumlah anggota kelompok harus diusahakan sedikit. Jumlah yang

    paling efektif adalah bila dalam satu kelompok berisi 3, 4 dan

    maksimal 5 orang murid.

    c. Collaborative Learning harus diterapkan secara konsisten dan

    sistematik, tetapi tidak boleh digunakan secara berlebihan.

    Keuntungan menggunakan Collaborative Learning yaitu:

    a. Melatih rasa peduli, perhatian dan kere!aan untuk berbagi.

    b. Meningkatkan rasa penghargaan terhadap orang lain.

    c. Melatih kecerdasan emosional.

    d. Mengutamakan kepentingan kelompok dibandingkan keperrtingan

    pribadi.

    e. Mengasah kecerdasan.

    f. Melatih kemampuan bekerja sama.

    g. Melatih kemampuan mendengarkan pendapat orang lain.

    h. Manajemen konflik.

    i. Kemampuan komunikasi.

    j. Murid tidak malu bertaya kepada temannya sendiri.

    k. Kecepatan dan hasil belajar meningkat pesat.

    I. Peningkatan daya ingat terhadap materi yang dipelajari.

    m. Meningkatkan motivasi dan suasana belajar.

    Adapun sisi negatif yang mungkin muncul dalam Collaborative

    Learning yaitu:

    a. Murid yang lebih pintar, bila belum mengetri tujuan yang

    sesungguhnya dari prosess ini, akan merasa sangat dirugikan karena

    harus repot-repot membantu temannya.

  • 33

    b. Murid yang pintar juga akan merasa keberatan karena nilai yang ia

    peroleh ditentukan oleh prestasi atau pencapaian kelompoknya.

    c. Bila kerja sama tidak dapat dilaksanakan dengan baik, maka yang akan

    bekerja hanyalah beberapa murid yang pintar dan aktif saja.

    i. Multiple Intelligence

    Menurut Gardner kecerdasan bukanlah sesuatu yang bersifat tetap.

    Kecerdasan akan lebih tepat kalau digambarkan sebagai suatu kumpulan

    kemampuan atau keterampilan yang dapat ditumbuhkan dan

    dikembangkan. 29

    Howard Gardner mendefinisikan kecerdasan sebagai:

    I) Kemampuan untuk memecahkan suatu masalah.

    2) Kemampuan untuk menciptakan masalah baru untuk dipecahkan.

    3) Kemampuan untuk menciptakan sesuatu atau menawarkan suatu pelayanan yang berharga dalam suatu kebudayaan masyarakat.30

    Gardner memetakan lingkup kemempuan manusia yang luas

    menjadi delapan kategori yang komprehensif atau delapan "kecerdasan

    dasar"31 , yaitu:

    I) Kecerdasan Linguistik, yaitu kemampuan menggunakan kata secara

    efektif, baik secara lisan maupun tertulis. Kecerdasan ini meliputi

    kemampuan dalam bidang bahasa.

    2) Kecerdasan Matematis-Logis, yaitu kemampuan menggunakan angka

    dengan baik dan melakukan penalaran dengan benar. Kecardasan ini

    meliputi kepekaan pada pola dan hubungan logis, pemyataan dan dalil,

    fungsi logis dan abstraksi-abstraksi lain.

    3) Kecerdasan Spasial, yaitu kecerdasan yang meliputi kepekaan pada

    wama, garis, bentuk, ruang dan hubungan antarunsur tersebut, juga

    29 Adi W. Gunawan, Genius Learning Strategy, ..................... h. 229 30 Adi W. Gunawan, Born To Be a Genius, ...................... h. 106 31 Thomas Annstrong, Sekolah Para Juara; Menerapkan Multiple Intelligences di Dunia

    Pendidikan, (Bandung: Kaifa, 2003), Cet. 2, h. 2

  • 34

    meliputi kemampuan membayangkan, mempresentasikan ide secara

    visual atau spasial.

    4) Kecerdasan Kinestetis-Jasmani, yaitu keahlian menggunakan seluruh

    tubuh untuk mengekspresikan ide atau perasaan dan keterampilan

    menggunakan tangan untuk menciptakan atau mengubah sesuatu.

    Kecerdasan ini meliputi kemampuan-kemampuan fisik yang spesifik.

    5) Kecerdasan Musikal, yaitu kemampuan menangani bentuk-bentuk

    musical, dengan cara mempersepsi, membedakan, mengubah, dan

    mengekspresikan. Kecerdasan ini meliputi kepekaan pada irama, pola

    titinada atau melodi, dan warna nada atau warna nada suatu lagu.

    6) Kacerdasan Interpersonal, yaitu kemampuan memersepsi dan

    membedakan suasana hati, maksud, motivasi, serta perasaan orang lain

    7) Kecerdasan Intrapersonal, yaitu kemampuan memahami diri sendiri

    dan bertindak berdasarkan pemahaman tersebut.

    8) Kecerdasan Naturalis, yaitu keahlian mengenali dan mengategorikan

    spesies-flora dan fauna-di lingkungan sekitar. Kecerdasan ini meliputi

    kepekaan pada fenomena alam lainnya.

    Apabila semua kecerdasan tersebut ditumbuhkan, dikembangkan,

    dan dilibatkan dalam proses pembelajaran, maka akan sangat

    meningkatkan efektivitas dan hasil pembelajaran.

    Adapun lingkaran sukses pembelajaran Genius Learning terdiri

    dari: suasana kondusif, hubungkan, gambaran besar, tetapkan tujuan,

    pemasukan informasi, aktivasi, demonstrasi, dan ulangi (review) dan

    jangkarkan.32

    32 Adi W. Gunawan.2006. Genius Learning Strategy, .................. h. 334

  • 35

    a. Suasana Kondusif

    Inti dari Genius Leaming adalah strategi pembelajaran yang

    membangun dan mengembangkan lingkungan pembelajaran yang positif

    dan kondusif. Tanpa lingkungan yang mendukung, strategi apa pun yang

    diterapkan di dalam kelas akan sia-sia.

    Murid hams terbebas dari rasa takut dan tekanan psikologis.

    Untuk menciptakan suasana awal yang kondusif, dapat menggunakan

    musik dan Brain Gym. Hal itu dilakukan agar murid berada dalam kondisi

    fisik yang nyaman dan mendukung. Kondisi yang kondusif merupakan

    syarat mutlak demi tercapainya hasil yang maksimal.

    b. Hubungkan

    Setiap proses pembelajaran dimulai dengan memastikan bahwa

    apa yang akan diajarkan pada murid saat ini selalu dapat dihubungkan

    dengan apa yang telah diketahui oleh murid, baik itu melalui pengalaman

    murid itu maupun melalui proses pembelajaran yang telah berlangsung

    sebelumnya, dan berhubungan juga dengan apa yang akan dialami murid

    pada masa yang akan datang.

    Murid diminta untuk menghubungkan (memikirkan) materi yang

    akan mereka pelajari saat ini dengan apa yang telah mereka ketahui

    sebelumnya. Selain itu, murid perlu mengerti aplikasi dari apa yang ia

    pelajari ke dalam kehidupan sehari-hari.

    Proses menghubungkan akan sangat efektif dan kuat

    pengaruhnya jika berhasil melibatkan emosi. Guru hams bisa melakukan

    aktivitas yang melibatkan murid baik secara fisik maupun secara mental

    dan emosional.

  • 36

    c. Gambaran besar

    Sebelum proses pembelajaran dimulai, guru hams memberikan

    gambaran besar (big picture) dari keseluruhan materi untuk lebih

    membantu menyiapkan pikiran murid dalam menyerap materi yang

    diajarkan.

    Memberi gambaran besar berfungsi sebagai perintah pikiran

    untuk menciptakan "folder". Folder ini akan diisi dengan informasi yang

    sejalan pada saat proses pemasukan informasi.

    d. Tetapkan tujuan

    Menetapkan tujuan maksudnya adalah bahwa basil apa yang

    akan dicapai pada akhir sesi setiap pembelajaran hams dijelaskan dan

    dinyatakan kepada murid. Hasil yang akan dicapai dapat dijelaskan

    langsung kepada seluruh kelas, per kelompok atau kepada murid secara

    pribadi.

    e. Pemasukan informasi

    Informasi yang akan diajarkan hams disampaikan dengan

    melibatkan berbagai gaya belajar.metode penyampaian harus bisa

    mengakomodasi gaya belajar visual, auditori dan kinestetik. Pada tahap

    ini, memori jangka panjang akan dapat diakses apabila proses pemasukan

    informasi bersifat unik dan menarik. Strategi yang digunakan hams sesuai

    dengan situasi pada saat pembelajaran, misalnya active concert,

    menggunakan poster, menggunakan pendekatan mendengar secara aktif

    memberikan waktu untuk melakukan refkeksi, asimilasi, dan review atau

    pengulangan.

  • 37

    f. Aktivasi

    Saat murid menerima informasi melalui proses pembelajaran,

    informasi ini masih bersifat pasif. Murid masih belum merasa memiliki

    informasi yang ia terima karena proses penyampaian berlangsung satu

    arah, yaitu dari guru ke murid. Untuk lebih meyakinkan bahwa murid

    benar-benar telah mengerti dan untuk menimbulkan perasaan di hati murid

    bahwa informasi yang telah diajarkan adalah benar-benar milik mereka,

    maka guru perlu melakukan aktivasi.

    Proses aktivasi merupakan proses yang membawa murid kepada

    satu tingkat pemahaman yang lebih dalam terhadap materi yang diajarkan.

    g. Demonstrasi

    Tahap ini sebenamya sama dengan proses guru menguji

    pemahaman murid dengan memberikan ujian. Hanya bedanya, dalam

    Genius Learning, guru langsung menguji pemahaman murid pada setiap

    selesai pembelajaran. Hal ini bertujuan agar guru benar-benar mengetahui

    sampai di mana pemahaman murid dan sekaligus mcrupakan saat yang

    sangat tepat untuk melakukan umpan balik/ feedback.

    Pada tahap ini jika murid melakukan demonstrasi, maka berarti

    murid menunjukkan dan membuktikan bahwa mereka telah mengerti apa

    yang dipelajari. Demonstrasi meliputi praktek langsung, membuat tes dan

    mengerti jawabannya, mengajar, mengerti aplikasi pengetahuan yang telah

    diajarkan dalam kehidupan sehari-hari. Memberikan umpan balik yang

    bersifat segera, mendidik serta membangun dan mendorong murid untuk

    melakukan pemikiran lebih lanjut atas proses yang digunakan dalam

    pembelajaran.

  • 38

    h. Tinjau Ulang d.m jangkarkan

    Pada akhir setiap sesi, sebaiknya melakukan pengulangan dan

    penjangkaran, sekaligus membuat kesimpulan dari apa yang telah

    dipelajari. Hal ini bermanfaat untuk meningkatkan daya ingat dan

    meningkatkan efektivitas dari proses pembelajaran.

    Berdasarkan uraian di atas, terdapat perbedaan karakteristik

    pembelajaran antara strategi Genius Leaming dengan pembelajaran

    Konvensional. Perbedaan tersebut dapat dilihat pada Tabet 2.1.

    Tabet 2.1

    Perbedaan pembelajaran antara Strategi Genius Leaming dan pembelajaran Konvensional

    Genius Leaming Strategy Pembelajaran Konvensional

    Pendahuluan Pendahuluan

    a. Apersepsi: Salam, menanyakan a. Apersepsi: Salam, mengabser

    keadaan siswa, mengabsen, brain siswa

    gym diiringi musik, mereview b. Motivasi: Menyampaikan

    materi sebelumnya

    b. Motivasi: menyampaikan manfaat

    materi pembelajaran, memberikan

    gambaran besar materi,

    menetapkan tujuan

    Kegiatan Inti

    a. Melakukan kegiatan pembelajaran

    dengan Collaborative Leaming,

    active concert, passive concert

    atau dengan menggunakan poster.

    b. Siswa mengerjakan latihan soal

    manfaat materi pelajaran

    Kegiatan Inti

    a. Melakukan kegiatan

    pembelajaran dengan metode

    ceramah atau ekspositori

    b. Siswa mengerjakan latihar

    so al

  • diiringi dengan musik

    c. Rileksasi, dengan mendengarkan

    musik atau melakukan brain gym

    diiringi musik

    d. Aktivasi atau demonstrasi

    Penutup

    a. Menyimpulkan kembali materi,

    c. Membahas soal

    Penutup

    dan memberikan PR a. Menyimpulkan materi

    b. Rileksasi, dengan melakukan brain b. Memberikan PR

    gym atau mendengarkan musik

    4. Musik dalam Pembelajaran

    39

    Mengenalkan dan memasukkan musik ke dalam kurikulum sejak

    usia dini tidak hanya akan meningkatkan apresiasi anak terhadap musik,

    tetapi juga meningkatkan kecerdasan musiknya. Keuntungan lain adalah

    membantu meningkatkan anak dalam bidang matematika, membaca dan

    sains.

    Keuntungan mengunakan musik dalam proses pembelajaran yaitu:

    I. membuat murid rileks dan mengurangi stres

    2. mengurangi masalah disiplin

    3. merangsang kreatifitas dan kemampuan berpikir

    4. membantu kreativitas dengan membawa otak pada gelombang tertentu

    5. merangsang minat baca, keterampilan motrik dan perbendaharaan kata

    6. sangat efektif untuk proses pembelajaran yang melibatkan pikiran

    sadar maupun pikiran bawah sadar

  • 40

    Untuk bisa tercipta suasam. yang mendukung proses pembelajaran,

    otak perlu mendapat rangsangan yang sesuai sehingga otak dapat dengan

    mudah menyerap dan mengerti informasi dan mengembangkan

    keterampilan berpikir. Musik, khususnya musik Baroque, dapat membantu

    otak untuk beroperasi secara seimbang, baik secara intelektual maupun

    secara imajinatif.

    5. Brain Gym

    Brain gym merupakan hasil kerja dari Paul E. Dennison dan Gail

    E. Dennison. Dennison mendasari penemuannya pada pengertian bahwa

    terdapat keterkaitan yang sangat erat antara perkembangan tubuh,

    penguasaan bahasa, dan prestasi akademik.33 Brain gym sangat baik

    dilakukan pada awal proses pembelajaran, terlebih lagi bila diiringi dengan

    lagu atau musik yang bersifat riang dan gembira, brain gym juga bisa

    dilakukan untuk menyegarkan fisik dan pik:iran murid setelah menjalani

    proses pembelajaran yuang membutuhkan konsentrasi tinggi yang

    mengakibatkan kelelahan pada otak.