Upload
ladyshanet
View
222
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
8/4/2019 Preskas Hepatitis Jadi
1/40
PRESENTASI KASUS
BAB I
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. A
Umur : 38 Tahun.
Jenis kelamin : Laki Laki
Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil
Alamat : Bekasi
No RM : 141087
Ruang Rawat : Wijaya Kusuma
Tanggal masuk RS : 4 Mei 2011
Tanggal keluar RS : 11 Mei 2011
II. ANAMNESIS
Keluhan Utama :
Neri perut di sebelah kanan atas
Keluhan Tambahan :
Mual dan muntah
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke IGD RS. MRM pada tanggal 4 Mei 2011 dengan keluhan
nyeri pada perut sebelah kanan atas sejak 3 minggu yang lalu dan semakin bertambahnyeri pada 1 hari SMRS. Nyeri tersebut dirasakan semakin memberat, berlangsung
terus menerus dan semakin terasa nyeri bila ditekan. Pasien juga berkata bahwa
bagian perut di sebelah kanan atas terasa semakin menonjol dan membesar.
Pasien juga merasakan mual dan muntah sejak 2 hari yang lalu. Muntah
tersebut berisi air dan makanan, tidak ada darah, tidak menyemprot, frekuensi 2 3
kali/ hari. Selain itu pasien juga merasakan nyeri kepala. Nyeri kepala tersebut
dirasakan diseluruh bagian kepala, nyeri seperti tertekan, dan tidak ada keluhan
pusing berputar. Pasien juga berkata bahwa matanya menjadi berwarna kekuningan.
1
8/4/2019 Preskas Hepatitis Jadi
2/40
PRESENTASI KASUSPasien pernah memiliki riwayat BAB berwarna putih pada 2 minggu yang
lalu, tetapi sekarang BAB pasien sudah kembali normal. BAK pasien juga masih
dalam batas normal. Pasien tidak terdapat demam, tidak terdapat berat badan pasien
yang menurun secara drastis, tidak ada riwayat minum OAT, riwayat memakai
narkoba disangkal, riwayat bergonta ganti pasangan disangkal, riwayat minum
minuman beralkohol.
Riwayat penyakit dahulu :
- Riwayat DM : disangkal
- Riwayat asma : disangkal
- Riwayat penyakit jantung : disangkal
- Riwayat hipertensi : disangkal
- Riwayat minum OAT : disangkal
- Riwayat penyakit maag : disangkal
- Riwayat alergi : disangkal
Riwayat penyakit keluarga :
- Riwayat penyakit jantung : disangkal
- Riwayat hipertensi : disangkal
- Riwayat DM : disangkal
- Riwayat penyakit TBC : disangkal
- Riwayat hepatitis : disangkal
III.PEMERIKSAAN FISIK
TANDA VITAL
Tekanan darah: 130 / 70 mmHg.
Nadi : 84 kali / menit, reguler, isi cukup.
Suhu : 37,2 C
Pernapasan : 20 kali / menit, reguler.
UMUM
Keadaan umum : tampak sakit sedang
Kesadaran : compos mentis
2
8/4/2019 Preskas Hepatitis Jadi
3/40
PRESENTASI KASUS
KULIT
Warna : coklat
Suhu Raba : hangat
KEPALA
Bentuk : normocephal
Rambut : rambut lurus, hitam, tidak mudah dicabut.
Nyeri tekan : nyeri tekan (-)
MATAExopthalmus/Enopthalmus : tidak ada kelainan
Kelopak : tidak ada kelainan
Konjungtiva : conjungtiva anemis -/-, hiperemis -/-
Sklera : sklera Ikterik +/+, hiperemis -/-
Kornea : jernih pada kedua mata kanan dan kiri
Pupil : isokor, refleks cahaya +/+
TELINGA
Lubang : lubang telinga lapang, simetris, tidak tampak kelainan
Cairan : cairan (-/-)
Nyeri tekan : nyeri tekan (-/-)
MULUT
Bibir : merah
Gigi-geligi : tidak dilakukan pemeriksaan
Gusi : tidak ditemukan tanda tanda radang
Faring : hiperemis (-)
Lidah : lidah tidak kotor.
LEHER
KGB : pembesaran KGB (-)
Kelj. Gondok : tidak ada pembesaran
3
8/4/2019 Preskas Hepatitis Jadi
4/40
PRESENTASI KASUSTrakhea : letak ditengah, tidak ada defiasi.
Tekanan Vena : tidak ada peningkatan
Kaku kuduk : tidak ada
Tumor : tidak ada
DADA
Bentuk : datar, simetris, tidak ada kelainan
Pemb. Darah : tidak ada kelainan
Buah Dada : tidak ada kelainan
JANTUNG
Inspeksi : iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : iktus kordis tidak teraba
Perkusi : batas pinggang jantung : sela iga 2 garis parasternal kiri.
batas kanan : sela iga 4 garis parasternal kanan.
batas kiri : sela iga 5 garis Midclavicula kiri.
Auskultasi : bunyi jantung I II murni, reguler, murmur (-), gallop (-).
PARU-PARU
Inspeksi : pergerakan hemithorax kiri dan kanan simetris dalam keadaan statis
dan dinamis
Palpasi : fremitus taktil dan vokal sama pada lapang paru kanan dan kiri
Perkusi : sonor pada seluruh lapang paru kanan dan kiri
Auskultasi : suara nafas vesikular pada lapang paru kanan dan kiri, rhonki -/-,
wheezing -/-.
ABDOMEN
Inspeksi : buncit, simetris, sikatriks (-), spider nervi (-)
Palpasi : lemas, nyeri tekan (+) pada hipokondrium kanan
Perkusi : tympani, nyeri ketuk (-), shifting dullness (-), undulasi(-)
Auskultasi : bising usus (+) normal
Hepar : teraba pembesaran 4 jari di bawah arcus costa, 2 jari di bawah
4
8/4/2019 Preskas Hepatitis Jadi
5/40
PRESENTASI KASUSprocessus xiphoideus, konsistensi keras, permukaan rata, tepi tajam,
nyeri tekan (+)
Lien : tidak teraba pembesaran
Lingkar Perut : 102,5 cm
EXTREMITAS
Superior : akral hangat, edema -/-, sianosis -/-, palmar eritem -/-
Inferior : akral hangat, edema -/-, sianosis -/-
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium
Darah Perifer Lengkap (05 05 2011)
Hb : 12 g/dl
Ht : 38 %
Leukosit : 5.900 / uL
Basofil :
Eosinofil : 2 %
Batang :
Segmen : 75 %
Limfosit : 23 %
Monosit :
Trombosit : 153.000 / uL
LED : 70 mm
Hasil Laboratorium (05 05 2011)
Bilirubin total : 4,58 mg/dL
Direk : 2,35 mg/dL
Indirek : 2,23 mg/dL
5
8/4/2019 Preskas Hepatitis Jadi
6/40
PRESENTASI KASUSProtein total : 7,9 g/dL
Albumin : 3,6 g/dL
Globulin : 4,3g/dL
SGOT : 100 U/L
SGPT : 54 U/L
GDN : 105 mg/dL
GD 2 jam PP : 100 mg/dL
Urine Lengkap
Warna : kuning
Kejernihan : jernih
Eritrosit :
Leukosit : 1 2 /Lpb
PH : asam
V. DIAGNOSA KERJA
Susp. Hepatitis B kronik
VI. DIAGNOSA BANDING
Nonalkoholic steatohepatitis
Sirosis Hepatis
Hepatocellular carcinoma
VII. RENCANA PEMERIKSAAN
Cek HBsAg
Cek profil lipid (kolesterol total, HDL, LDL, trigeliserida)
Cek ulang SGOT/SGPT, bilirubin total/ indirek/ direk.
Alkali fosfatase
Alfa-fetoprotein
6
8/4/2019 Preskas Hepatitis Jadi
7/40
PRESENTASI KASUS USG Abdomen
CT scan abdomen
Biopsi hati
VIII. PENATALAKSANAAN
Diet : rendah lemak
IVFD = RL : Aminofusin Hepar = 1 : 1 / 12 jam per kolf
Ceftriaxon 1 x 2 gram
Ranitidin 2 x 1 ampul
Hepa Q 3 x1 tab
IX. PROGNOSA
Quo ad vitam : Dubia ad bonam.
Quo ad fungsionam : Dubia.
Quo ad sanationam : Dubia.
7
8/4/2019 Preskas Hepatitis Jadi
8/40
PRESENTASI KASUS
CATATAN KEMAJUAN DAN INSTRUKSI DOKTER
Tanggal 5-5-2011
S : nyeri perut (+) di sebelah kanan atas, mual (+), muntah (+) berisi makanan.
O: KU: Tampak sakit sedang Kesadaran: Compos mentis
TD : 140/90 mmHg Pernapasan : 20 x/ menit
Nadi : 82 x/ menit Suhu : 37,2 0 C
Status Generalis
Mata : CA -/- , SI +/+THT : Dbn
Leher : Pembesaran KGB (-)
Cor : BJ I-II normal, murmur (-), gallop (-)
Pulmo : Vesikular +/+, rhonki -/-, wheezing -/-
Abdomen : Buncit, lemas, NT (+) di hipokondrium kanan, BU (+) normal
Hati : teraba teraba pembesaran 4 jari di bawah arcus costa, 2 jari di
bawah processus xiphoideus, konsistensi keras, permukaan rata, tepi
tajam, nyeri tekan (+)
Lien : tidak teraba
Lingkar perut: 102,5 cm
Ekstremitas : akral hangat,edema (-), sianosis
A: Susp. Hepatitis B kronik dd/ NASH
P: Diet : rendah lemak
IVFD = RL : Aminofusin Hepar = 1 : 1 /12 jam per kolf
Ceftriaxon 1 x 2 gram
Ranitidin 2 x 1 ampul
Hepa Q 3 x1 tab
Primperan 3 x 1 cc
Farmacrol 3 x 1 C
Tanggal 6-5-2011
S : nyeri perut (+) di sebelah kanan atas, mual (+), muntah (-)
O: KU: Tampak sakit sedang Kesadaran: Compos mentis
TD : 160/100 mmHg Pernapasan : 20 x/ menit
Nadi : 84 x/ menit Suhu : 37 0 C
Status Generalis
Mata : CA -/- , SI +/+
THT : Dbn
Leher : Pembesaran KGB (-)
Cor : BJ I-II normal, murmur (-), gallop (-)
Pulmo : Vesikular +/+, rhonki -/-, wheezing -/-
8
8/4/2019 Preskas Hepatitis Jadi
9/40
PRESENTASI KASUSAbdomen : Buncit, lemas, NT (+) di hipokondrium kanan, BU (+) normal
Hati : teraba teraba pembesaran 4 jari di bawah arcus costa, 2 jari di
bawah processus xiphoideus, konsistensi keras, permukaan rata, tepi
tajam, nyeri tekan (+)
Lien : tidak teraba
Lingkar perut: 102,5 cmEkstremitas : akral hangat,edema (-), sianosis
A: Susp. Hepatitis B kronik dd/ NASH
P: Diet : rendah lemak
IVFD = RL : Aminofusin Hepar = 1 : 1 /12 jam per kolf
Ceftriaxon 1 x 2 gram
Ranitidin 2 x 1 ampul
Hepa Q 3 x1 tab
Primperan 3 x 1 cc
Farmacrol 3 x 1 CCarpiaton 1 x 25 mg
Tanggal 7-5-2011
S : nyeri perut (+) di sebelah kanan atas, mual (+), perut kembung (+).
O: KU: Tampak sakit sedang Kesadaran: Compos mentis
TD : 150/90 mmHg Pernapasan : 20 x/ menit
Nadi : 82 x/ menit Suhu : 37 0 C
Status Generalis
Mata : CA -/- , SI +/+
THT : Dbn
Leher : Pembesaran KGB (-)
Cor : BJ I-II normal, murmur (-), gallop (-)
Pulmo : Vesikular +/+, rhonki -/-, wheezing -/-
Abdomen : Buncit, lemas, NT (+) di hipokondrium kanan, BU (+) normal
Hati : teraba teraba pembesaran 4 jari di bawah arcus costa, 2 jari di
bawah processus xiphoideus, konsistensi keras, permukaan rata, tepi
tajam, nyeri tekan (+)
Lien : tidak terabaLingkar perut: 102,5 cm
Ekstremitas : akral hangat,edema (-), sianosis
A: Susp. Hepatitis B kronik dd/ NASH
P: Diet : rendah lemak
IVFD = RL : Aminofusin Hepar = 1 : 1 /12 jam per kolf
Ceftriaxon 1 x 2 gram
Ranitidin 2 x 1 ampul
Hepa Q 3 x1 tab
Primperan 3 x 1 ccFarmacrol 3 x 1 C
9
8/4/2019 Preskas Hepatitis Jadi
10/40
PRESENTASI KASUSCarpiaton 1 x 25 mg
Tanggal 8-5-2011
S : nyeri perut (+) di sebelah kanan atas, mual (+), muntah (-), perut kembung sudah
berkurang.
O: KU: Tampak sakit sedang Kesadaran: Compos mentisTD : 130/90 mmHg Pernapasan : 18 x/ menit
Nadi : 84 x/ menit Suhu : 37 0 C
Status Generalis
Mata : CA -/- , SI +/+
THT : Dbn
Leher : Pembesaran KGB (-)
Cor : BJ I-II normal, murmur (-), gallop (-)
Pulmo : Vesikular +/+, rhonki -/-, wheezing -/-
Abdomen : Buncit, lemas, NT (+) di hipokondrium kanan, BU (+) normal
Hati : teraba teraba pembesaran 4 jari di bawah arcus costa, 2 jari di
bawah processus xiphoideus, konsistensi keras, permukaan rata, tepitajam, nyeri tekan (+)
Lien : tidak teraba
Lingkar perut: 102,5 cm
Ekstremitas : akral hangat,edema (-), sianosis
A: Susp. Hepatitis B kronik dd/ NASH
P: Diet : rendah lemak
IVFD = RL : Aminofusin Hepar = 1 : 1 /12 jam per kolf
Ceftriaxon 1 x 2 gram
Ranitidin 2 x 1 ampul
Hepa Q 3 x1 tab
Primperan 3 x 1 cc
Farmacrol 3 x 1 C
Carpiaton 1 x 25 mg
Tanggal 9-5-2011
S : nyeri perut (+) di sebelah kanan atas sudah berkurang, mual (-), muntah (-).
O: KU: Tampak sakit sedang Kesadaran: Compos mentis
TD : 140/90 mmHg Pernapasan : 20 x/ menit
Nadi : 80 x/ menit Suhu : 37 0 C
Status Generalis
Mata : CA -/- , SI +/+
THT : Dbn
Leher : Pembesaran KGB (-)
Cor : BJ I-II normal, murmur (-), gallop (-)
Pulmo : Vesikular +/+, rhonki -/-, wheezing -/-
Abdomen : Buncit, lemas, NT (+) di hipokondrium kanan, BU (+) normal
10
8/4/2019 Preskas Hepatitis Jadi
11/40
PRESENTASI KASUSHati : teraba teraba pembesaran 4 jari di bawah arcus costa, 2 jari di
bawah processus xiphoideus, konsistensi keras, permukaan rata, tepi
tajam, nyeri tekan (+)
Lien : tidak teraba
Lingkar perut: 102,5 cm
Ekstremitas : akral hangat,edema (-), sianosis
A: Susp. Hepatitis B kronik dd/ NASH
P: Diet : rendah lemak
Hepa Q 3 x1 tab
Ranitidin 3 x 1 tab
Farmacrol 3 x 1 C
Carpiaton 1 x 25 mg
Hasil LaboratoriumHb : 12,1 g/dL
Ht : 38 %
Leukosit : 5.400 /uL
Trombosit : 168.000 /uL
Bilirubin total : 5,13 mg/dL
Direk : 2,92 mg/dL
Indirek : 3,21 mg/dL
SGOT : 116 U/L
SGPT : 28 U/L
Tanggal 10-5-2011
S : nyeri perut (+) di sebelah kanan atas sudah berkurang, mual (-), muntah (-).
O: KU: Tampak sakit sedang Kesadaran: Compos mentis
TD : 130/90 mmHg Pernapasan : 18 x/ menit
Nadi : 84 x/ menit Suhu : 37 0 C
Status Generalis
Mata : CA -/- , SI +/+
THT : DbnLeher : Pembesaran KGB (-)
Cor : BJ I-II normal, murmur (-), gallop (-)
Pulmo : Vesikular +/+, rhonki -/-, wheezing -/-
Abdomen : Buncit, lemas, NT (+) di hipokondrium kanan, BU (+) normal
Hati : teraba teraba pembesaran 4 jari di bawah arcus costa, 2 jari di
bawah processus xiphoideus, konsistensi keras, permukaan rata, tepi
tajam, nyeri tekan (+)
Lien : tidak teraba
Lingkar perut: 102,5 cm
Ekstremitas : akral hangat,edema (-), sianosis
A: Hepatitis B kronik dd/ NASH
11
8/4/2019 Preskas Hepatitis Jadi
12/40
PRESENTASI KASUS
P: Diet : rendah lemak
Hepa Q 3 x1 tab
Ranitidin 3 x 1 tab
Farmacrol 3 x 1 C
Carpiaton 1 x 25 mgPropanolol 2 x 10 mg
Hasil Laboratorium
Hb : 11,3 g/dL
Ht : 36 %
Leukosit : 5500 /ul
Basofil :
Eosinofil : 2 %
Batang : 2 %Segmen : 72 %
Limfosit : 24 %
Monosit :
Trombosit : 163.000 /ul
Protein total : 6,1 g/dL
Albumin : 3,3 g/dL
Globulin : 2,8 d/dL
Alkali Fosfatase: 6,5 U/L
Ureum : 17 mg/dL
Creatinin : 0,73 mg/dL
GDS : 76 mg/dL
HBsAg : + (positif)
Urin Lengkap
Warna : kuning
Kejernihan : jernih
Eritrosit :
Leukosit : 2 4 /LbpUrobilinogen : +
Protein :
Ph : asam
Tanggal 11-5-2011
S : nyeri perut (+) di sebelah kanan atas sudah berkurang, mual (-), muntah (-).
O: KU: Tampak sakit sedang Kesadaran: Compos mentis
TD : 140/90 mmHg Pernapasan : 20 x/ menit
Nadi : 82 x/ menit Suhu : 37 0 C
Status GeneralisMata : CA -/- , SI +/+
12
8/4/2019 Preskas Hepatitis Jadi
13/40
PRESENTASI KASUSTHT : Dbn
Leher : Pembesaran KGB (-)
Cor : BJ I-II normal, murmur (-), gallop (-)
Pulmo : Vesikular +/+, rhonki -/-, wheezing -/-
Abdomen : Buncit, lemas, NT (+) di hipokondrium kanan, BU (+) normal
Hati : teraba teraba pembesaran 4 jari di bawah arcus costa, 2 jari dibawah processus xiphoideus, konsistensi keras, permukaan rata, tepi
tajam, nyeri tekan (+)
Lien : tidak teraba
Lingkar perut: 102,5 cm
Ekstremitas : akral hangat,edema (-), sianosis
A: Hepatitis B kronik dd/ NASH
P: Diet : rendah lemak
Hepa Q 3 x1 tab
Ranitidin 3 x 1 tabFarmacrol 3 x 1 C
Carpiaton 1 x 25 mg
Propanolol 2 x 20 mg
13
8/4/2019 Preskas Hepatitis Jadi
14/40
PRESENTASI KASUS
BAB II
PEMBAHASAN
Pada anamnesis pasien ini ditemukan adanya keluhan nyeri pada perut sebelah kanan
atas sejak 3 minggu yang lalu dan semakin bertambah nyeri pada 1 hari SMRS. Nyeri
tersebut dirasakan semakin memberat, berlangsung terus menerus dan semakin terasa nyeri
bila ditekan. Pasien juga berkata bahwa bagian perut di sebelah kanan atas terasa semakin
menonjol dan membesar.
Pasien juga merasakan mual dan muntah sejak 2 hari yang lalu. Muntah tersebut berisi
air dan makanan, tidak ada darah, tidak menyemprot, frekuensi 2 3 kali/ hari. Selain itu
pasien juga merasakan nyeri kepala. Nyeri kepala tersebut dirasakan diseluruh bagian kepala,
nyeri seperti tertekan, dan tidak ada keluhan pusing berputar. Pasien juga berkata bahwa
matanya menjadi berwarna kekuningan.
Pasien pernah memiliki riwayat BAB berwarna putih pada 2 minggu yang lalu, tetapi
sekarang BAB pasien sudah kembali normal. BAK pasien juga masih dalam batas normal.Pasien tidak terdapat demam, tidak ada riwayat minum OAT, riwayat memakai narkoba
disangkal, riwayat bergonta ganti pasangan disangkal, riwayat minum minuman
beralkohol disangkal.
Pada pemeriksaan fisik pada pasien ini ditemukan sklera ikterik, nyeri tekan (+) pada
hipokondrium kanan, pada pemeriksaan hepar teraba pembesaran 4 jari di bawah arcus costa,
2 jari di bawah processus xiphoideus, konsistensi keras, permukaan rata, tepi tajam, nyeri
tekan (+).
Pada pemeriksaan penunjang didapatkan bilirubin total: 4,58 mg/dL, direk : 2,35
mg/dL , indirek : 2,23 mg/dL, protein total : 7,9 g/dL, albumin : 3,6 g/dL, globulin :
4,3g/dL, SGOT : 100 U/L , SGPT : 54 U/L, HBsAg positif. Dari anamnesis, pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan penunjang maka pasien ini didiagnosa sebagai Hepatitis B kronik.
Komplikasi hepatitis virus yang paling sering dijumpai adalah perjalanan penyakit
yang panjang hingga 4 sampai 8 bulan, keadaan ini dikenal sebagai hepatitis kronik persisten,
dan terjadi pada 5% hingga 10% pasien. Akan tetapi meskipun kronik persisten dan terjadi
14
8/4/2019 Preskas Hepatitis Jadi
15/40
PRESENTASI KASUSpada 5 % hingga 10% pasien. Meskipun terlambat, pasien pasien hepatitis kronik persisten
akan sembuh kembali.
Pasien hepatitis virus sekitar 5% akan mengalami kekambuhan setelah serangan awal.
Kekambuahan biasanya dihubungkan dengan kebiasaan minum alkohol dan aktivitas fisik
yang berlebihan. Ikterus biasanya tidak terlalu nyata dan tes fungsi hati tidak memperlihatkan
kelainan dalalm derajat yang sama. Tirah baring biasanya akan segera di ikuti penyembuhan
yang tidak sempurna.
Akhirnya suatu komplikasi lanjut dari hepatitis yang cukup bermakna adalah
perkembangan carcinoma hepatoselular, kendatipun tidak sering ditemukan, selain itu juga
adanya kanker hati yang primer. Dua faktor penyebab utama yang berkaitan dengan
patogenesisnya adalah infeksi virus hepatitis B kronik dan sirosis terakit dengan virus
hepatitis C dan infeksi kronik telah dikaitkan pula dengan kanker hati.
15
8/4/2019 Preskas Hepatitis Jadi
16/40
PRESENTASI KASUS
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. DEFINISI
Hepatitis B adalah infeksi yang terjadi pada hati yang disebabkan oleh virus hepatitis
B (VHB). Penyakit ini bisa menjadi akut atau kronis dan dapat pula menyebabkan radang,
gagal ginjal, sirosis hati, dan kematian. Hepatitis B akut adalah inflamasi akibat infeksi virus
hepatitis B yang berlangsung selama < 6 bulan. (Sudigdo Sastroasmoro, 2007; Ramza
Shiddiq, 2011 )
Penyakit hepatitis adalah peradangan hati yang akut karena suatu infeksi atau
keracunan. Hepatitis B merupakan penyakit yang banyak ditemukan di dunia dan dianggap
sebagai persoalan kesehatan masyarakat yang harus diselesaikan. Hal ini karena selain
prevelensinya tinggi, virus hepatitis B dapat menimbulkan problema pasca akut bahkan dapat
terjadi cirrhosis hepatitis dan carcinoma hepatocellulerprimer. (Ramza Shiddiq, 2011)
2.2. ANATOMI DAN FISIOLOGI HATI
2.2.1. ANATOMI HATI
16
8/4/2019 Preskas Hepatitis Jadi
17/40
PRESENTASI KASUSHepar merupakan kelenjar yang terbesar dalam tubuh manusia. Hepar pada manusia
terletak pada bagian atas cavum abdominis, di bawah diafragma, di kedua sisi kuadran
atas dan sebagian besar terdapat pada sebelah kanan. Berat hati sekitar 1200 1600
gram. Permukaan atas terletak bersentuhan di bawah diafragma, permukaan bawah
terletak bersentuhan di atas organ-organ abdomen. Hepar difiksasi secara erat oleh
tekanan intraabdominal dan dibungkus oleh peritoneum kecuali di daerah posterior-
superior yang berdekatan dengan v.cava inferior dan mengadakan kontak langsung
dengan diafragma. Bagian yang tidak diliputi oleh peritoneum disebut bare area.
Terdapat refleksi peritoneum dari dinding abdomen anterior, diafragma dan organ-organ
abdomen ke hepar berupa ligamen. (www.doctorology.net, 2010)
Macam-macam ligamennya:
1. Ligamentum falciformis : menghubungkan hepar ke dinding anterior abdomen dan
terletak di antara umbilicus dan diafragma.
2. Ligamentum teres hepatis = round ligament : merupakan bagian bawah lig.
falciformis ; merupakan sisa-sisa peninggalan v.umbilicalis yang telah menetap.
3. Ligamentum gastrohepatica dan ligamentum hepatoduodenalis : merupakan bagian
dari omentum minus yang terbentang dari curvatura minor lambung dan duodenum
sebelah proximal ke hepar. Di dalam ligamentum ini terdapat a.hepatica, v.porta dan
ductus choledocus communis. Ligamen hepatoduodenale turut membentuk tepi
anterior dari Foramen Wislow.
4. Ligamentum coronaria snterior kiri dan kanan dan ligamentum coronaria posterior kiri
dan kanan : merupakan refleksi peritoneum terbentang dari diafragma ke hepar.
5. Ligamentum triangularis kiri dan kanan : merupakan fusi dari ligamentum coronaria
anterior dan posterior dan tepi lateral kiri kanan dari hepar.
Secara anatomis, organ hepar terletak di hipochondrium kanan dan epigastrium.
Hepar dikelilingi oleh cavum toraks dan bahkan pada orang normal tidak dapat dipalpasi (bila
teraba berarti ada pembesaran hepar). Permukaan lobus kanan dapat mencapai sela iga 4/ 5
tepat di bawah aerola mammae. Lig falciformis membagi hepar secara topografisbukan
secara anatomis yaitu lobus kanan yang besar dan lobus kiri (Gambar.1).
(www.doctorology.net, 2010)
Secara mikroskopis, hepar dibungkus oleh simpai yg tebal, terdiri dari serabut
kolagen dan jaringan elastis yang disebut Kapsul Glisson. Simpai ini akan masuk ke dalam
parenkim hepar mengikuti pembuluh darah getah bening dan duktus biliaris. Massa dari
17
http://www.doctorology.net/http://www.doctorology.net/http://www.doctorology.net/http://www.doctorology.net/8/4/2019 Preskas Hepatitis Jadi
18/40
PRESENTASI KASUShepar seperti spons yg terdiri dari sel-sel yg disusun di dalam lempengan-lempengan/ plate
dimana akan masuk ke dalamnya sistem pembuluh kapiler yang disebut sinusoid. Sinusoid-
sinusoid tersebut berbeda dengan kapiler-kapiler di bagian tubuh yang lain, oleh karena
lapisan endotel yang meliputinya terediri dari sel-sel fagosit yang disebut sel kupfer. Sel
kupfer lebih permeabel yang artinya mudah dilalui oleh sel-sel makro dibandingkan kapiler-
kapiler yang lain. Lempengan sel-sel hepar tersebut tebalnya 1 sel dan punya hubungan erat
dengan sinusoid. Pada pemantauan selanjutnya nampak parenkim tersusun dalam lobuli-
lobuli. Di tengah-tengah lobuli terdapat 1 vena sentralisyang merupakan cabang dari vena-
vena hepatika (vena yang menyalurkan darah keluar dari hepar). Di bagian tepi di antara
lobuli-lobuli terhadap tumpukan jaringan ikat yang disebut traktus portalis/ TRIAD yaitu
traktus portalis yang mengandung cabang-cabang v.porta, a.hepatika, ductus biliaris
(Gambar. 2). Cabang dari vena porta dan a.hepatika akan mengeluarkan isinya langsung ke
dalam sinusoid setelah banyak percabangan sistem bilier dimulai dari canaliculi biliaris yang
halus yang terletak di antara sel-sel hepar dan bahkan turut membentuk dinding sel.
Canaliculi akan mengeluarkan isinya ke dalam intralobularis, dibawa ke dalam empedu yg
lebih besar , air keluar dari saluran empedu menuju kandung empedu.
(www.doctorology.net, 2010)
18
http://www.doctorology.net/http://www.doctorology.net/8/4/2019 Preskas Hepatitis Jadi
19/40
PRESENTASI KASUS
Gambar 1. Anatomi Hepar
Sumber : (John, et al, 2006)
Gambar 2. Gambaran mikroskopis hepar
Sumber : (Lauralee Sherwood, 2006)
2.2.2. FISIOLOGI HATI
Hati merupakan pusat dari metabolisme seluruh tubuh, merupakan sumber energi
tubuh sebanyak 20% serta menggunakan 20 25% oksigen darah. Ada beberapa fungsi hati
yaitu : (www.doctorology.net, 2010)
19
http://www.doctorology.net/http://www.doctorology.net/8/4/2019 Preskas Hepatitis Jadi
20/40
PRESENTASI KASUSFungsi hati sebagai metabolisme karbohidrat
Pembentukan, perubahan dan pemecahan karbohidrat, lemak dan protein saling berkaitan
satu sama lain. Hati mengubah pentosa dan heksosa yang diserap dari usus halus menjadi
glikogen, mekanisme ini disebut glikogenesis. Glikogen lalu ditimbun di dalam hati
kemudian hati akan memecahkan glikogen menjadi glukosa. Proses pemecahan glikogen
mejadi glukosa disebut glikogenolisis. Karena proses-proses ini, hati merupakan sumber
utama glukosa dalam tubuh. Selanjutnya hati mengubah glukosa melalui heksosa
monophosphat shunt dan terbentuklah pentosa. Pembentukan pentosa mempunyai
beberapa tujuan: menghasilkan energi, biosintesis dari nukleotida, nucleic acid dan ATP,
dan membentuk/ biosintesis senyawa 3 karbon (3C) yaitu piruvic acid (asam piruvat
diperlukan dalam siklus krebs).
Fungsi hati sebagai metabolisme lemak
Hati tidak hanya membentuk/ mensintesis lemak tapi sekaligus mengadakan katabolisis
asam lemak Asam lemak dipecah menjadi beberapa komponen :
1. Senyawa 4 karbon Keton Bodies
2. Senyawa 2 karbon Active Actate (dipecah menjadi asam lemak dan gliserol)
3. Pembentukan cholesterol
4. Pembentukan dan pemecahan fosfolipid
Hati merupakan pembentukan utama, sintesis, esterifikasi dan ekskresi kholesterol.
Dimana serum cholesterol menjadi standar pemeriksaan metabolisme lipid.
Fungsi hati sebagai metabolisme protein
Hati mensintesis banyak macam protein dari asam amino. dengan proses deaminasi. Hati
juga mensintesis gula dari asam lemak dan asam amino. Dengan proses transaminasi, hati
memproduksi asam amino dari bahan-bahan non nitrogen. Hati merupakan satu-satunya
organ yg membentuk plasma albumin dan - globulin dan organ utama bagi produksi
urea. Urea merupakan end productmetabolisme protein - globulin selain dibentuk di
dalam hati, juga dibentuk di limpa dan sumsum tulang globulin hanya dibentuk di
dalam hati.albumin mengandung 584 asam amino dengan BM 66.000
Fungsi hati sehubungan dengan pembekuan darah
Hati merupakan organ penting bagi sintesis protein-protein yang berkaitan dengan
koagulasi darah, misalnya: membentuk fibrinogen, protrombin, faktor V, VII, IX, X.
Benda asing menusuk kena pembuluh darah yang beraksi adalah faktor ekstrinsi, bila
ada hubungan dengan katup jantung yang beraksi adalah faktor intrinsik. Fibrin harus
20
8/4/2019 Preskas Hepatitis Jadi
21/40
PRESENTASI KASUSisomer biar kuat pembekuannya dan ditambah dengan faktor XIII, sedangakan Vit K
dibutuhkan untuk pembentukan protrombin dan beberapa faktor koagulasi.
Fungsi hati sebagai metabolisme vitamin
Semua vitamin disimpan di dalam hati khususnya vitamin A, D, E, K
Fungsi hati sebagai detoksikasi
Hati adalah pusat detoksikasi tubuh. Proses detoksikasi terjadi pada proses oksidasi,
reduksi, metilasi, esterifikasi dan konjugasi terhadap berbagai macam bahan seperti zat
racun, obat over dosis.
Fungsi hati sebagai fagositosis dan imunitas
Sel kupfer merupakan saringan penting bakteri, pigmen dan berbagai bahan melalui
proses fagositosis. Selain itu sel kupfer juga ikut memproduksi - globulin sebagai imun
livers mechanism.
Fungsi hemodinamik
Hati menerima 25% dari cardiac output, aliran darah hati yang normal 1500 cc/ menit
atau 1000 1800 cc/ menit. Darah yang mengalir di dalam a.hepatica 25% dan di dalam
v.porta 75% dari seluruh aliran darah ke hati. Aliran darah ke hepar dipengaruhi oleh
faktor mekanis, pengaruh persarafan dan hormonal, aliran ini berubah cepat pada waktu
exercise, terik matahari, syok. Hepar merupakan organ penting untuk mempertahankan
aliran darah.
21
8/4/2019 Preskas Hepatitis Jadi
22/40
PRESENTASI KASUS
Gambar 3. Fisiologi Hepar
Sumber : (John, et al, 2006)
2.3. ETIOLOGI
Hepatitis B disebabkan oleh virus Hepatitis B (VHB). Virus ini pertama kali
ditemukan oleh Blumberg tahun 1965 dan dikenal dengan nama antigen Australia yang
termasuk DNA virus. Virus hepatitis B berupa partikel dua lapis berukuran 42 nm yang
disebut dengan Partikel Dane (Gambar. 4). Lapisan luar terdiri atas antigen HBsAg yang
membungkus partikel inti (core). Pada partikel inti terdapat hepatitis B core antigen (HBcAg)
dan hepatitis B antigen (HBeAg). Antigen permukaan (HBsAg) terdiri atas lipoprotein dan
menurut sifat imunologiknya protein virus hepatitis B dibagi menjadi 4 subtipe yaitu adw,
adr, ayw, dan ayr. Subtype ini secara epidemiologis penting karena menyebabkan perbedaan
geografik dan rasial dalam penyebaranya. (Ramza Shiddiq, 2011)
22
8/4/2019 Preskas Hepatitis Jadi
23/40
PRESENTASI KASUS
Gambar 4. Virus Hepatitis B
Sumber: (www.wikidoc.org, 2007)
2.4. PATOFISIOLOGI
Virus hepatitis B (VHB) masuk ke dalam tubuh secara parenteral. Dari peredaran
darah partikel Dane masuk ke dalam hati dan terjadi proses replikasi virus. Selanjutnya sel
sel hati akan memproduksi dan mensekresi partikel Dane utuh, partikel HBsAg bentuk bulat
dan tubuler, dan HBeAg yang tidak ikut membentuk partikel virus. VHB merangsang respon
imun tubuh, yang pertama kali dirangsang adalah respon imun nonspesifik (innate immune
response) karena dapat terangsang dalam waktu pendek, dalam beberapa menit sampai
beberapa jam. Proses eliminasi nonspesifik ini terjadi tanpa restriksi HLA, yaitu dengan
memanfaatkan sel sel NK dan NK T. (Aru W. Sudoyo, 2007)
Untuk proses eradikasi VHB lebih lanjut diperlukan respon imun spesifik, yitu dengan
mengaktifasi sel limfosit T dan sel limfosit B. Aktivasi sel T CD8+ terjadi setelah kontak
reseptor sel T tersebut dengan kompleks peptida VHB MHC kelas I yang ada pada
permukaan dinding sel hati dan pada permukaan dindingAntigen Preenting Cell(APC) dan
dibantu rangsangan sel T CD4+ yang sebelumnya sudah mengalami kontak dengan kompleks
peptida VHB MHC kelas II pada dinding APC. Peptida VHB yang ditampilkan pada
permukaan dinding sel hati dan menjadi antigen sasaran respon imun adalah peptida kapsid
yaitu HbcAg atau HbeAg. Sel CD8+ selanjutnya akan mengeliminasi virus yang ada di dalam
sel hati ang terinfeksi. Proses eliminasi tersebut bisa terjadi dalam bentuk nekrosis hati yang
akan menyebabkan meningkatnya ALT atau mekanisme sitolitik. Disamping itu dapat juga
terjadi eliminasi virus intrasel tanpa kerusakan sel hati yang terinfeksi melalui aktivitas
Interferon gamma dan Tissue Necrotic Factor (TNF) alfa yang dihasilkan oleh sel T CD8+(mekanisme nonsitolitik). (Aru W. Sudoyo, 2007)
Aktivasi sel limfosit B dengan bantuan sel T CD 4+ akan menyebabkan produksi
antibodi antara lain anti HBs, anti HBc dan anti HBe. Fungsi anti HBs adalah
netralisasi partikel VHB bebas dan mencegah masuknya virus ke dalam sel. Dengan
demikian anti HBs akan mencegah penyebaran virus dari sel ke sel. Infeksi kronik VHB
bukan disebabkan gangguan produksi anti HBs. Bukti pada pasien Hepatitis B kronik
ternyata dapat ditemukan adanya anti HBs yang tidak bisa dideteksi dengan metode
23
http://www.wikidoc.org/http://www.wikidoc.org/8/4/2019 Preskas Hepatitis Jadi
24/40
PRESENTASI KASUSpemeriksaan biasa karena anti HBs bersembunyi dalam kompleks dengan HbsAg. (Aru W.
Sudoyo, 2007)
Bila proses eliminasi virus berlangsung efisien maka infeksi VHB dapat diakhiri,
sedangkan bila proses tersebut kurang efisien maka terjadi infeksi VHB yang menetap.
Proses eliminasi VHB oleh respon imun yang tidak efisien dapat disebabkan oleh faktor virus
ataupun faktor pejamu. Faktor virus antara lain: terjadinya imunotoleransi terhadap produk
VHB, hambatan terhadap CTL yang berfungsi melakukan lisis sel sel terinfeksi, terjadinya
mutan VHB yang tidak memproduksi HBeAg, integrasi genom VHB dalam genom sel hati.
Faktor pejamu antara lain: faktor genetik, kurangnya produksi IFN, adanya antibodi terhadap
antigen nukleokapsid, kelainan fungsi limfosit, respon antiidiotipe, faktor kelamin atau
hormonal. . (Aru W. Sudoyo, 2007)
Salah satu peran imunotoleransi terhadap produk HBV dalam persistensi HBV adalah
mekasnisme persistensi infeksi VHB pada neonatus yang dilahirkan oleh ibu HBsAg dan
HBeAg positif. Diduga persistensi tersebut disebabkan adanya imunotoleransi terhadap
HBeAg yang masuk ke dalam tubuh janin melalui invasi VHB, sedangkan persistensi pada
usia dewasa diduga disebabkan oleh kelelahan sel T karena tingginya konsentrasi partikel
virus. Persistensi infeksi VHB dapat disebabkan karena mutasi pada daerah precore dari
DNA yang menyebabkan tidak dapat diproduksinya HBeAg. Tidak adanya HBeAg pada
mutan tersebut akan menghambat eliminasi sel yang terinfeksi VHB. . (Aru W. Sudoyo,
2007)
Sumber dan Cara Penularan
a.Sumber Penularan Virus Hepatitis B
Sumber penularan berupa darah, saliva, kontak dengan mukosa penderita
virus, feses, dan urine, pisau cukur, selimut, alat makan, alat kedokteran yang
terkontaminasi virus hepatitis B. (Ramza Shiddiq, 2011)
b.Cara penularan Virus Hepatitis B
Penularan virus hepatitis B melalui berbagai cara yaitu parenternal dimana
terjadi penembusan kulit atau mukosa misalnya melalui tusuk jarum atau benda yang
susah tercemar virus Hepatitis B dan pembuatan tattoo, kemudian secara non
parenteral yaitu karena persentuhan yang erat dengan benda yang tercemar virus
hepatitis B. secara epidemiologi penularan infeksi virus hepatitis B dari Ibu yang
24
8/4/2019 Preskas Hepatitis Jadi
25/40
PRESENTASI KASUSHBsAg positif kepada anak dilahirkan yang terjadi selama masa perinatal, dan secara
horizontal yaitu penularan infeksi virus Hepatitis B dari seseorang pengidap virus
kepada orang lain disekitarnya, misalnya melalui hubungan seksual. (Ramza Shiddiq,
2011)
Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Hepatitis B
Faktor faktor yang mempengaruhi penyakit Hepatitis B dapat dibagi menjadi :
(Ramza Shiddiq, 2011)
a.FaktorHost(Pejamu)
Faktor host adalah semua faktor yang terdapat pada diri manusia yang dapat
mempengaruhi timbul serta perjalanan penyakit Hepatitis B yang meliputi:
1)Umur, dimana penyakit Hepatitis B dapat menyerang semua golongan umur. Paling
sering bayi dan anak (25,45%). Resiko untuk menjadi kronis menurun dengan
bertambahnya umur, dimana bayi pada 90% menjadi kronis, pada anak usia sekolah
23 46% dan pada orang dewasa 3 10% .
2)Jenis Kelamin, wanita tiga kali lebih sering terinfeksi Hepatitis B dibanding pria.
3)Mekanisme pertahanan tubuh, bayi baru lahir atau bayi dua bulan pertama setelah
lahir sering terinfeksi Hepatitis B, terutama pada bayi yang belum mendapat imunisasi
Hepatitis B. Hal ini karena sistem imun belum berkembang sempurna.
4) Kebiasaan hidup, dimana sebagian besar penularan pada masa remaja disebabkan
karena aktivitas seksual dan gaya hidup seperti homoseksual, pecandu obat narkotika
suntikan, pemakaiantattoo, dan pemakaian akupuntur.
5) Pekerjaan, kelompok resiko tinggi untuk mendapatkan infeksi Hepatitis B adalah
dokter, dokter bedah, dokter gigi, perawat, bidan, petugas kamar operasi, petugas
laboratorium dimana pekerjaan mereka sehari hari kontak dengan penderita dan
material manusia (darah, tinja, air kemih).
b.Faktor Agent
Penyebab Hepatitis B adalah Virus Hepatitis B (VHB). Berdasarkan sifat
imunologik protein pada HBsAg, virus dibagi menjadi 4 subtipe yaitu adw, adr, ayw
dan ayr yang menyebabkan perbedaan geografi dalam penyebaranya. Subtype adw
terjadi di Eropa, Amerika dan Australia. Subtipe ayw terjadi di Afrika Utara dan
Selatan. Subtipe ayw dan adr terjadi di Malaysia, Thailand, Indonesia. Sedangkan
subtipe adr terjadi di jepang dan China. (Ramza Shiddiq, 2011)
c.Faktor Lingkungan
25
8/4/2019 Preskas Hepatitis Jadi
26/40
PRESENTASI KASUSFaktor lingkungan merupakan keseluruhan kondisi dan pengaruh luar yang
mempengaruhi perkembangan hepatitis B, yang termasuk faktor lingkungan adalah
lingkungan dengan sanitasi jelek daerah dengan prevelensi virus hepatitis B (VHB)
tinggi, daerah unit pembedahan, daerah unit laboratorium, daerah bank darah, daerah
tempat pembersihan, daerah dialias dan transplantasi, daerah unit penyakit dalam.
(Ramza Shiddiq, 2011)
2.5. GEJALA KLINIS
Gambaran klinis hepatitis virus sangat bervariasi mulai dari infeksi asimtomatik tanpa
kuning sampai yang sangat berat yaitu hepatitis fulminans yang dapat menimbulkan kematian
hanya dalam beberapa hari. Gejala hepatitis akut terbagi dalam 4 tahap: (Aru W. Sudoyo,
2007)
Fase Inkubasi
Merupakan waktu antara masuknya virus dan timbulnya gejala atau ikterus. Fase
ini berbeda beda lamanya untuk tiap virus hepatitis. Panjang fase ini tergantung
pada dosis inokulum yang ditularkan dan jalur penularan, makin besar dosis
inokulum, makin pendek fase inkubasi ini.
Fase Prodormal (pra ikterik)
Fase diantara timbulnya keluhan keluhan pertama dan timbulnya gejala ikterus.
Awitannya dapat singkat atau insidious ditandai dengan malaise umum, mialgia,
atralgia, mudah lelah, gejala saluran napas atas dan anoreksia. Mual, muntah dan
anoreksia berhubungan dengan perubahan penghidu dan rasa kecap. Diare atau
konstipasi dapat terjadi. Serum sickness dapat muncul pada hepatitis B akut pada
awal infeksi. Nyeri abdomen biasanya ringan dan menetap di kuadran kanan atas
atau epigatrium, kadang diperberat dengan aktivitas akan tetapi jarang
menimbulkan kolesistisis.
Fase Ikterus
Ikterus muncul setelah 5 10 hari, tetapi dapat juga muncul bersamaan
denganmunculnya gejala. Pada banyak kasus fase ini tidak terdeteksi. Setelah
timbul ikterus jarang terjadi perburukan gejala prodormal, tetapi justru akan
terjadi perbaikan klinis yang nyata.
26
8/4/2019 Preskas Hepatitis Jadi
27/40
PRESENTASI KASUS Fase konvalesen
Diawali dengan menghilangnya ikterus dan keluhan lain, tetapi hepatomegali dna
abnormalitas fungsi hati tetap ada. Muncul persaaan sudah lebih sehat dan
kembalinya nafsu makan.keadaan akt biasanya akan membaik dalam 2 3mingggu. Pada hepatitis A perbaikan klinis dan laboratorium lengkap terjadi
dalam 9 minggu dan 16 minggu dalam hepatitis B. Pada 5 10 % kasus
perjalanan klinisnya mungkin lebih sulit ditangani, hanya < 1 % yang menjadi
fulminan.
Berdasarkan gejala klinis dan petunjuk serologis, manifestasi klinis hepatitis B
dibangi 2 yaitu : (Ramza Shiddiq, 2011)
1. Hepatitis B akut yaitu manifestasi infeksi virus hepatitis B terhadap individu yang sistem
imunologinya matur sehingga berakhir dengan hilangnya virus hepatitis B dari tubuh kropes.
Hepatitis B akut terdiri atas 3 yaitu :
a. Hepatitis B akut yang khas
b. Hepatitis Fulminan
c. Hepatitis Subklinik
2. Hepatitis B kronis yaitu manifestasi infeksi virus hepatitis B terhadap individu dengan
sistem imunologi kurang sempurna sehingga mekanisme, untuk menghilangkan VHB tidak
efektif dan terjadi koeksistensi dengan VHB.
a). Hepatitis B akut yang khas
Bentuk hepatitis ini meliputi 95 % penderita dengan gambaran ikterus yang jelas. Gejala
klinis terdiri atas 3 fase yaitu :
1. Fase Praikterik (prodromal)
Gejala non spesifik, permulaan penyakit tidak jelas, demam tinggi, anoreksia, mual,
nyeri didaerah hati disertai perubahan warna air kemih menjadi gelap. Pemeriksaan
laboratorium mulai tampak kelainan hati (kadar bilirubin serum, SGOT dan SGPT, Fosfatose
alkali, meningkat).
2. Fase lkterik
Gejala demam dan gastrointestinal tambah hebat disertai hepatomegali dan
splenomegali. timbulnya ikterus makin hebat dengan puncak pada minggu kedua setelah
timbul ikterus, gejala menurun dan pemeriksaan laboratorium tes fungsi hati abnormal.
27
8/4/2019 Preskas Hepatitis Jadi
28/40
PRESENTASI KASUS
3. Fase Penyembuhan
Fase ini ditandai dengan menurunnya kadar enzim aminotransferase. pembesaran hati
masih ada tetapi tidak terasa nyeri, pemeriksaan laboratorium menjadi normal.
b). Hepatitis Fulminan
Bentuk ini sekitar 1 % dengan gambaran sakit berat dan sebagian besar mempunyai
prognosa buruk dalam 7-10 hari, lima puluh persen akan berakhir dengan kematian.
Adakalanya penderita belum menunjukkan gejala ikterus yang berat, tetapi pemeriksaan
SGOT memberikan hasil yang tinggi pada pemeriksaan fisik hati menjadi lebih kecil,
kesadaran cepat menurun hingga koma, mual dan muntah yang hebat disertai gelisah, dapat
terjadi gagal ginjal akut dengan anuria dan uremia. (Ramza Shiddiq, 2011)
c). Hepatitis Kronik
Kira-kira 5-10% penderita hepatitis B akut akan mengalami Hepatitis B kronik.
Hepatitis ini terjadi jika setelah 6 bulan tidak menunjukkan perbaikan yang mantap. (Ramza
Shiddiq, 2011)
2.6. DIAGNOSIS
a. Anamnesis
Gejala non spesifik (prodromal) yaitu anoreksia, mual, muntah dan demam. Dalam
beberapa hari-minggu timbul ikterus, tinja pucat dan urin yang berwarna gelap. Saat ini,
gejala prodromal berkurang. Perlu ditanyakan riwayat kontak dengan penderita hepatitis
sebelumnya dan riwayat pemakaian obat-obat hepatotoksik. (www.totalkesehatananda.com,
2008)
b. Pemeriksaan fisik
Kulit, sklera ikterik, nyeri tekan di daerah hati, hepatomegali, perhatikan tepi,
permukaan, dan konsistensinya. (www.totalkesehatananda.com, 2008)
c. Pemeriksaan penunjang
1. Darah tepi : dapat ditemukan pansitopenia: infeksi virus, eosinofilia : infestasi
cacing, leukositosis : infeksi bakteri.
2. Urin : bilirubin urin
3. Biokimia :
28
http://www.totalkesehatananda.com/http://www.totalkesehatananda.com/http://www.totalkesehatananda.com/http://www.totalkesehatananda.com/http://www.totalkesehatananda.com/8/4/2019 Preskas Hepatitis Jadi
29/40
PRESENTASI KASUSa. Serum bilirubin direk dan indirek
b. ALT (SGPT) dan AST (SGOT)
c. Albumin, globulin
d. Koagulasi : faal hemostasis terutama waktu protrombin
4. Petanda serologis :
Hepatitis B didiagnosis dari hasil-hasil tes-tes darah spesifik virus hepatitis B
(serologi) yang mencerminkan beragam komponen-komponen virus hepatitis B.
(www.totalkesehatananda.com, 2008)
HBsAg dan anti-HBs
Diagnosis infeksi hepatitis B dibuat terutama dengan mendeteksi hepatitis
B surface antigen (HBsAg) dalam darah. Kehadiran HBsAg berarti bahwa ada
infeksi virus hepatitis B aktif dan ketidakhadiran HBsAg berarti tidak ada infekis
virus hepatitis B aktif. Menyusul suatu paparan pada virus hepatitis B, HBsAg
menjadi terdeteksi dalam darah dalam waktu empat minggu. Pada inidividu-
individu yang sembuh dari infeksi virus hepatitis B akut, eliminasi atau
pembersihan dari HBsAg terjadi dalam waktu empat bulan setelah timbulnya
gejala-gejala. Infeksi virus hepatitis B kronis didefinisikan sebagai HBsAg yang
menetap lebih dari enam bulan. (www.totalkesehatananda.com, 2008)
Setelah HBsAg dieliminasi dari tubuh, antibodi-antibodi terhadap HBsAg
(anti-HBs) biasanya timbul. Anti-HBs ini menyediakan kekebalan pada infeksi
virus hepatitis B yang berikutnya. Sama juga, individu-individu yang telah
berhasil divaksinasi terhadap virus hepatitis B mempunyai anti-HBs yang dapat
diukur dalam darah. (www.totalkesehatananda.com, 2008)
Anti-HBc
Hepatitis B core antigen hanya dapat ditemukan dalam hati dan tidak dapat
terdeteksi dalam darah. Kehadiran dari jumlah-jumlah yang besar dari hepatitis B
core antigen dalam hati mengindikasikan suatu reproduksi virus yang sedang
berlangsung. Ini berarti bahwa virusnya aktif. Antibodi terhadap hepatitis B core
antigen, dikenal sebagai antibodi hepatitis B core (anti-HBc), bagaimanapun,
terdeteksi dalam darah. Sebagai suatu kenyataan, dua tipe dari antibodi-antibodi
anti-HBc (IgM dan IgG) dihasilkan. (www.totalkesehatananda.com, 2008)
IgM anti-HBc adalah suatu penanda/indikator (marker/indicator) untuk
infeksi hepatitis B akut. IgM anti-HBc ditemukan dalam darah selama infeksi akut
29
http://www.totalkesehatananda.com/http://www.totalkesehatananda.com/http://www.totalkesehatananda.com/http://www.totalkesehatananda.com/http://www.totalkesehatananda.com/http://www.totalkesehatananda.com/http://www.totalkesehatananda.com/http://www.totalkesehatananda.com/http://www.totalkesehatananda.com/http://www.totalkesehatananda.com/8/4/2019 Preskas Hepatitis Jadi
30/40
PRESENTASI KASUSdan berlangsung sampai enam bulan setelah timbulanya gejala-gejala. IgG anti-
HBc berkembang selama perjalanan infeksi virus hepatitis B akut dan menetap
seumur hidup, tidak perduli apakah individunya sembuh atau mengembangkan
infeksi kronis. Sesuai dengan itu, hanya tipe IgM dari anti-HBc dapat digunakan
secara spesifik untuk mendiagnosis suatu infeksi virus hepatitis B akut. Selain itu,
menentukan hanya total anti-HBc (tanpa memisahkan kedua komponennya)
adalah sangat tidak bermanfaat. (www.totalkesehatananda.com, 2008)
HBeAg, anti-HBe, dan mutasi-mutasi pre-core
Hepatitis B e antigen (HBeAg) dan antibodi-antibodinya, anti HBe, adalah
penanda-penanda (markers) yang bermanfaat untuk menentukan kemungkinan
penularan virus oleh seseorang yang menderita infeksi virus hepatitis B kronis.
Mendeteksi keduanya HBeAg dan anti-HBe dalam darah biasanya adalah
eksklusif satu sama lain. Sesuai dengan itu, kehadiran HBeAg berarti aktivitas
virus yang sedang berlangsung dan kemampuan menularkan pada yang lainnya,
sedangkan kehadiran anti-HBe menandakan suatu keadaan yang lebih tidak aktif
dari virus dan risiko penularan yang lebih kecil. (www.totalkesehatananda.com,
2008)
Pada beberapa individu-individu yang terinfeksi dengan virus hepatitis B,
material genetik untuk virus telah menjalankan suatu perubahan struktur yang
tertentu, disebut suatu mutasi pre-core. Mutasi ini berakibat pada suatu
ketidakmampuan virus hepatitis B untuk menghasilkan HBeAg, meskipun
virusnya reproduksi/replikasi secara aktif. Ini berarti bahwa meskipun tidak ada
HBeAg yang terdeteksi dalam darah dari orang-orang dengan mutasi, virus
hepatitis B masih tetap aktif pada orang-orang ini dan mereka dapat menularkan
pada yang lain-lainnya. (www.totalkesehatananda.com, 2008)
Hepatitis B virus DNA
Penanda yang paling spesifik dari reproduksi/replikasi virus hepatitis B
adalah pengukuran dari hepatitis B virus DNA dalam darah. Anda ingat bahwa
DNA adalah material genetik dari virus hepatitis B. Tingkat-tingkat yang
tinggi dari hepatitis B virus DNA mengindikasikan suatu reproduksi/replikasi
virus dan aktivitas virus yang sedang berlangsung. Tingkat-tingkat hepatitis B
virus DNA yang rendah atau tidak terdeteksi dikaitkan dengan fase/tahap
30
http://www.totalkesehatananda.com/http://www.totalkesehatananda.com/http://www.totalkesehatananda.com/http://www.totalkesehatananda.com/http://www.totalkesehatananda.com/http://www.totalkesehatananda.com/http://www.totalkesehatananda.com/http://www.totalkesehatananda.com/8/4/2019 Preskas Hepatitis Jadi
31/40
PRESENTASI KASUSinfeksi virus hepatitis B yang tidak aktif. Beberapa tes-tes laboratorium yang
berbeda (assays) tersedia untuk mengukur hepatitis B virus DNA.
(www.totalkesehatananda.com, 2008)
PCR (polymerase chain reaction) adalah metode (assay) yang paling
sensitif untuk menentukan tingkat hepatitis B virus DNA. Ini berarti bahwa
PCR adalah metode yang terbaik untuk mendeteksi jumlah-jumlah yang
sangat kecil dari penanda virus hepatitis B. Metode ini bekerja dengan
memperbesar material yang sedang diukur sampai semilyar kali untuk
mendeteksinya. Metode PCR, oleh karenanya, dapat mengukur sekecil 50
sampai 100 kopi (partikel-partikel) dari virus hepatitis B per mililiter darah.
Tes ini, bagaimanapun, sebenarnya terlalu sensitif untuk penggunaan
diagnosis yang praktis. (www.totalkesehatananda.com, 2008)
Tujuan mengukur hepatitis B virus DNA biasanya adalah untuk
menentukan apakah infeksi virus hepatitis B aktif atau tidak aktif (diam).
Perbedaan ini dapat dibuat berdasarkan jumlah hepatitis B virus DNA dalam
darah. Tingkat-tngkat yang tinggi dari DNA mengindikasikan suatu infeksi
yang aktif, dimana tingkat-tingkat yang rendah mengindikasikan suatu infeksi
yang tidak aktif (tidur). Jadi, pasien-pasien denga penyakit yang tidur (tidak
aktif) mempunyai kira-kira satu juta partikel-partikel virus per mililiter darah,
sedangkan pasien-pasien dengan penyakit yang aktif mempunyai beberapa
milyar partikel-partikel per mililiter. Oleh karenanya, siapa saja yang HBsAg
positif, bahkan jika infeksi virus hepatitis B tidak aktif, akan mempunyai
tingkat-tingkat hepatitis B virus DNA yang dapat terdeteksi dengan metode
PCR karena ia begitu sensitif. (www.totalkesehatananda.com, 2008)
Untuk tujuan-tujuan praktis, hepatitis B virus DNA dapat diukur
menggunakan suatu metode yang disebut metode hybridization, yang adalah
suatu tes yang lebih kuang sensitif daripada PCR. Tidak seperti metode PCR,
metode hybridization mengukur material virus tanpa pembesaran. Sesuai
dengan itu, tes ini dapat mendeteksi hepatitis B virus DNA hany ketika banyak
partikel-partikel virus hadir dalam darah, berarti bahwa infeksinya aktif.
Dengan kata lain, dari sudut pandang yang praktis, jika hepatitis B virus DNA
terdeteksi dengan suatu metode hybridization, ini berarti bahwa infeksi virus
hepatitis B adalah aktif. (www.totalkesehatananda.com, 2008)
31
http://www.totalkesehatananda.com/http://www.totalkesehatananda.com/http://www.totalkesehatananda.com/http://www.totalkesehatananda.com/http://www.totalkesehatananda.com/http://www.totalkesehatananda.com/http://www.totalkesehatananda.com/http://www.totalkesehatananda.com/http://www.totalkesehatananda.com/http://www.totalkesehatananda.com/8/4/2019 Preskas Hepatitis Jadi
32/40
PRESENTASI KASUS
Tabel 1: Interpretasi tes-tes darah (serologi) virus hepatitis B
Sumber: (www.totalkesehatananda.com, 2008)
HBsAgAnti-
HBs
Anti-
Hbc
(total)
Anti-
HBc
IgM
HBeAgAnti-
HBe
HBV
DNAInterpretasi
+ - + + + + +Tahap awal infeksi
akut
+ - + + - + -Tahap Kemudian
infeksi akut
- - + + - + -Tahap kemudian
infeksi akut
- + + - - - -Kesembuhan dengan
kekebalan
- + - - - - - Vaksinasi yang sukses
+ - + - + - +Infeksi kronis dengan
reproduksi aktif
+ - + - - + -Infeksi kronis dalam
tahap tidak aktif
+ - + - - + +Infeksi kronis dengan
reproduksi aktif
- - + - -+ atau
--
Kesembuhan, Hasil
positif palsu, atau
infeksi kronis
32
http://www.totalkesehatananda.com/http://www.totalkesehatananda.com/http://www.totalkesehatananda.com/8/4/2019 Preskas Hepatitis Jadi
33/40
PRESENTASI KASUS5. USG hati dan saluran empedu : Apakah terdapat kista duktus koledokus, batu
saluran empedu, kolesistitis ; parenkim hati, besar limpa.
Gambar 5. Gambaran Serologi dari Hepatitis B Akut
Sumber: (Kasper H, et al, 2006)
33
8/4/2019 Preskas Hepatitis Jadi
34/40
PRESENTASI KASUS
Gambar 6. Gambaran Serologi dari Hepatitis B kronik
Sumber: (Kasper H, et al, 2006)
2.7. PENATALAKSANAAN
Infeksi yang sembuh spontan
1. Rawat jalan, kecuali pasien dengan mual atau anoreksia berat yang akan
menyebabkan dehidrasi.
2. Mempertahankan asupan kalori dan cairan yang adekuat
Tidak ada rekomendasi diet khusus
Makan pagi dengan porsi yang cukup besar merupakan makanan yang paling
baik ditoleransi
Menghindari konsumsi alkohol selama fase akut
3. Aktifitas fisik yang berlebihan dan berkepanjangan harus dihindari.
4. Pembatasan aktivitas sehari hari tergantung dari derjat kelelahan dan malaise
5. Peran lamivudine atau adenovir pada hepatitis B akut masih belum jelas.
Kortikosteroid tidak bermanfaat.
6. Obat obat yang tidak perlu harus dihentikan. (Aru W. Sudoyo, 2007)
Gagal hati akut
1. Perawatan di rumah sakit
Segera setelah diagnosis ditegakan
Penanganan terbaik dapat dilakukan pada rumah sakit yang menyediakan
program transplantasi hati.
2. Belum ada terapi yan terbukti efektif
3. Tujuan
Sementara menunggu perbaikan infeksi spontan dan perbaikan fungsi hati
dilakukan monitoring kontinu dan terapi suportif
Pengenalan dirir dan terapi terhadap komplikasi yang mengancam nyawa
34
8/4/2019 Preskas Hepatitis Jadi
35/40
PRESENTASI KASUS Mempertahankan fungsi vital
Persiapan transplantasi bila tidak terdapat perbaikan
4. Angka survival mencapai 65 75 % bila dilakukan transplantasi dini. (Aru W.
Sudoyo, 2007)
Hepatitis Kolestastasis
1. Perjalanan penyakit dapat dipersingkat dengan pemberian jangka pendek prednison
atau asam ursodioksikolat. Hasil penelitian masih belum tersedia.
2. Pruritus dapat dikontrol dengan kolestiramin. (Aru W. Sudoyo, 2007)
Heptitis Relaps
Penanganan serupa dengan hepatitis sembuh spontan. (Aru W. Sudoyo, 2007)
Hepatitis B Kronik
Tujuan utama dari pengobatan hepatitis B kronik adalah untuk menekan secara
permanen HBV sehingga dapat mengurangi patogenitas virus hepatitis. Tujuan jangka
pendek adalah untuk menghilangka HBV DNA (disertai dengan serokonversi pada pasien
kronik HBeAg positif menjadi anti HBe), normalisasi ALT dan mengurangi inflamasi hati,
sedangkan tujuan jangka panjangnya diharapkan dapat mencegah terjadinya dekompensasi
hati, perkembangan kearah sirosis dan kanker hati ( hepatoselular karsinoma). Berdasarkan
panduan terbaru dari APASL 2008 terapi dapat dilakukan bila ALT > 2ULN ( upper limit
normal ) dengan HBV DNA > 100.000 kopi/ml untuk pasien HBeAg positif hepatitis B
kronik dan HBV DNA > 10.000 kopi/ml untuk pasien HBeAg negatif hepatitis B kronik. Dan
perlu dicurigai pasien dengan ALT normal tetapi HBV DNA tinggi(terutama pasien dengan
usia > 40 tahun), pasien ini harus dilakukan biopsy untuk menilai derajat kerusakan hati, bila
hasil biopsy menunjukkan adanya fibrosis (F2/F3/F4) maka sebaiknya diterapi. Pengobatan
hepatitis B kronik biasanya long therm (jangka panjang), walaupun demikian, bedasarkan
panduan APASL 2008, terapi pada pasien HBeAg positif dapat dihentikan jika HBeAg
serokonversi disertai dengan 2 kali pemeriksaan HBV DNA negatif berturut-turut berselang 6
bulan. Tidak ada panduan yang baku tentang kapan diberhentikannya terapi pada pasien
HBeAg negatif, tetapi berdasarkan panduan APASL 2008, terapi dipertimbangkan untuk
diberhentikan bila 3 kali berturut-turut pemerikasaan HBV DNA selang 6 bulan negatif.
35
8/4/2019 Preskas Hepatitis Jadi
36/40
PRESENTASI KASUSSaat ini ada 6 obat yang dapat digunakan untuk terapi hepatitis B kronik yaitu
immunomodulator (konvensional dan pegilated interferon), lamivudin, adefovir, entecavir,
dan yang terbaru telbivudine.
Interferon (IFN_)
Bekerja sebagai imunomodulator, antiproliferatif, dan antiviral. IFN adalah obat
pertama yang digunakan untuk terapi hepatitis B kronik. Yang beredar saat ini adalah
interferon alfa 2a dan 2b, serta pegilasi alfa 2a dan 2b. IFN berikatan dengan reseptor pada
membran sel untuk menghasilkan protein yang berfungsi sebagai pertahanan sel terhadap
virus hepatitis B. IFN mengaktivasi makrofag, sel natural killer(NK), sel sitokin dan limfosit
T sitotoksik serta memodulasi pembentukan antibody yang akan meningkatkan respon imun
host untuk melawan virus hepatitis B. HBeAg serokonversi dan HBsAg loss pada pasien
HBeAg positif hepatitis B kronik mencapai 33 % dan 7.8 % setelah 16 minggu pengobatan
dibandingkan 12 % dan 1.8% pada kontrol. Sedangkan HBV DNA tak terdeteksi hanya
mencapai 50 % pada pasien HBeAg positif. Relaps sering ditemukan pada pasien HBeAg
negatif walaupun HBV DNA sudah tak terdeteksi. Genotip hepatitis B dapat digunakan untuk
memprediksi respon peg-IFN alfa 2b, dimana HBeAg loss dan HBsAg loss lebih tinggi pada
genotip A dan B dibanding genotip C dan D. Terapi IFN biasanya disertai efek samping flu-
like symptom, neutropenia, trombositopenia.
Lamivudine (LDV)
Bekerja dengan memutuskan sintesis DNA virus dan menghambat reverse
transcriptase. LDV memiliki resistensi yang tinggi baik pada pasien HBeAg positif maupun
HBeAg negatif. Resistensi LDV pada mutasi YMDD M204I/V. Pada tahun ke 4, resistensi
LDV mencapai 70%
Adefovir(ADV)
Bekerja dengan menghambat polymerase HBV berkompetisi langsung dengan
substrat endogen deoksiadenosin trifosfat sehingga rantai DNA virus hepatitis B terhenti.
Kekuatan supresi virus HBV DNA ADV lebih rendah dibanding LDV. ADV dapat
digunakan sebagai terapi pengganti pada LDV resisten, walaupun demikian resistensi tetap
terjadi pada ADV sebesar 30% setelah 5 tahun terapi. Neprotoksik adalah efek samping dari
penggunaan ADV.
36
8/4/2019 Preskas Hepatitis Jadi
37/40
PRESENTASI KASUSEntecavir(ETV)
Bekerja menghambat replikasi virus pada jalurpriming, sintesis strain negatif, dan
sintesis positif. Tidak ada resistensi pada tahun kedua, tetapi bagaimanapun resistensi
meningkat leboih dari 35% pada penggunaan LDV resisten. Perlu diwaspadai penggunaan
ETV pada pasien yang koinfeksi dengan HIV, penelitian membuktikan terjadi mutasi pada
M184V pada virus HIV, sehingga pasien hanya dapat digunakan pada pasien yang tidak
koinfeksi dengan HIV.
Telbivudine (LdT)
Merupakan analog timidin dan spesifik terhadap hepadnavirus. LdT spesifik dan
selektif menghambat HBV second-strand DNA syntesis danpolymerase DNA. Supresi virus
HBV DNA pada LdT secara siknifikanlebih tinggi dibanding LDV(60 vs 40). Pada fase 2,
LdT dapat mereduksi hingga 6.5 log dari level HBV DNA dengan profile keamanan yang
baik
Dalam terapi pasien hepatitis B kronik, pemeriksaan HBV DNA pada 6 bulan pertama
adalah penting, karena dapat memprediksi hasil terapi kedepan, data dari telbivudine, bahwa
pasien hepatitis B kronik yang pada 6 bulan pertama mencapai HBV DNA tak terdeteksi
ternyata setelah tahun ke-2 pengobatan memberikan HBeAg serkonversi sebesar 46%, HBV
DNA tak terdeteksi sebesar 78 % pada pasien HBeAg positif, dan 79 % pada pasien HBeAg
negatif, 81% normalisasi ALT, serta resistensi sebesar 2% dan 4% pada HBeAg negatif dan
HBeAg positif.
2.8. PENCEGAHAN
Upaya pencegahan merupakan hal terpenting karena merupakan upaya yang paling
cost effective. Secara garis besar, upaya preventif dibagi dua yaitu upaya yang bersifat
umum dan upaya yang lebih spesifik (imunisasi VHB). (Poernomo Budi, 2006)
Kebijakan preventif umum
1. Uji tapis donor darah dengan uji diagnostik yang sensitif.
2. Sterilisasi instrumen secara adekuat akurat. Alat dialisis digunakan secara
individual. Untuk pasien dengan VHB disediakan mesin tersendiri. Jarum disposable
dibuang ke tempat khusus yang tidak tembus jarum.
37
8/4/2019 Preskas Hepatitis Jadi
38/40
PRESENTASI KASUS3. Tenaga medis senantiasa mempergunakan sarung tangan.
4. Perilaku seksual yang aman.
5. Penyuluhan agar para penyalah-gunaan obat tidak memakai jarum secara bergantian.
6. Mencegah kontak mikrolesi, menghindar dari pemakaian alat yang dapat menularkan
VHB (sikat gigi, sisir), berhati hati dalam menangani luka terbuka.
7. Skrining ibu hamil pada awal dan pada trimester ke 3 kehamilan, terutama ibu yang
berisiko terinfeksi VHB. Ibu hamil dengan VHB (+) ditangani terpadu. Segera setelah
lahir bayi diimunisasi aktif dan pasif terhadap VHB.
8. Skrining populasi resiko tinggi tertular VHB (lahir di daerah hiperendemis,
homoseksual, heteroseksual, pasangan seks berganti ganti, tenaga medis, pasien
dialisis, keluarga dari penderita VHB kronis, kontak seksual dengan penderita VHB)
Kebijakan Preventif Khusus
Imunisasi Pasif
Hepatitis B immune globuline (HBIg) dibuat dari plasmaa yang mengandung anti HBs
titer tinggi (> 100.000 IU/ml) sehingga dapat memberikan proteksi secara tepat meskipun
hanya utnuk jangka waktu yang terbatas (3 6 bulan). Pada orang dewasa, HBIg diberikan
dalam waktu 48 jam pasca paparan VHB. Pada bayi dari ibu pengidap VHB, HBIg diberikan
bersamaan dengan vaksin VHB di sisi tubuh berbeda dalam waktu 12 jam setelah lahir.
Kebijakan ini terbukti efektif (85 95%) dalam mencegah infeksi VHB dan mencegah
kronisitas (19 20 %) sedangkan dengan vaksin VHB saja memiliki tingkat efektivitas 75 %.
Bila HbsAg ibu baru diketahui beberapa hari kemudian, HBIg dapat diberikan bila usia bayi
7 hari. (Poernomo Budi, 2006)
HBIg tidak dianjurkan utnuk diberikan sebagai upaya pencegahan pra paparan.
HBIg hanya diberikan pada kondisi pasca paparan (profilaksis pasca paparan) pada mereka
yang terpapar VHB melalui jarum/ penyuntikan, tertelan atau terciprat darah ke mukosa atau
ke mata, atau kontak dengan penderita VHB kronis. Namun demikian, efektivitasnya akan
menurun bila diberikan 3 hari setelah paparan. Umumnya, HBIg diberikan bersama vaksin
HBV sehingga selain memberikan proteksi secara cepat, kombinasi ini juga memberikan
proteksi jangka panjang. (Poernomo Budi, 2006)
38
8/4/2019 Preskas Hepatitis Jadi
39/40
PRESENTASI KASUSImunisasi Aktif
Tujuannya adalah memotong jalur transmisi melalui program imunisasi bayi baru lahir dan
kelompok tinggi resiko tertular VHB. Tujuan akhirnya adalah:
1. Menyelamatkan nyawa pasien.
2. Menurunkan resiko karsinoma hepatoseluler akibat VHB.
3. Eradikasi virus.
Pada negara dengan prevalensi tinggi, immunisasi diberikan pada bayi yang lahir dari
ibu HBsAg positif, sedang pada negara yang prevalensi rendah immunisasi diberikan pada
orang yang mempunyai resiko besar tertular. Vaksin hepatitis diberikan secara intra muskular
sebanyak 3 kali dan memberikan perlindungan selama 2 tahun. (Ramza Shiddiq, 2011)
Program pemberian sebagai berikut:
Dewasa:Setiap kali diberikan 20 g IM yang diberikan sebagai dosis awal, kemudian
diulangi setelah 1 bulan dan berikutnya setelah 6 bulan.
Anak :Diberikan dengan dosis 10 g IM sebagai dosis awal , kemudian diulangi setelah 1
bulan dan berikutnya setelah 6 bulan. (Ramza Shiddiq, 2011)
2.9. KOMPLIKASI
Komplikasi hepatitis virus yang paling sering dijumpai adalah perjalanan penyakit
yang panjang hingga 4 sampai 8 bulan, keadaan ini dikenal sebagai hepatitis kronik persisten,
dan terjadi pada 5% hingga 10% pasien. Akan tetapi meskipun kronik persisten dan terjadi
pada 5 % hingga 10% pasien. Meskipun terlambat, pasien pasien hepatitis kronik persisten
akan sembuh kembali. (Ramza Shiddiq, 2011)
Pasien hepatitis virus sekitar 5% akan mengalami kekambuhan setelah serangan awal.
Kekambuahan biasanya dihubungkan dengan kebiasaan minum alkohol dan aktivitas fisik
yang berlebihan. Ikterus biasanya tidak terlalu nyata dan tes fungsi hati tidak memperlihatkan
kelainan dalalm derajat yang sama. Tirah baring biasanya akan segera di ikuti penyembuhan
yang tidak sempurna. (Ramza Shiddiq, 2011)
Akhirnya suatu komplikasi lanjut dari hepatitis yang cukup bermakna adalah
perkembangan carcinoma hepatoselular, kendatipun tidak sering ditemukan, selain itu juga
adanya kanker hati yang primer. Dua faktor penyebab utama yang berkaitan dengan
patogenesisnya adalah infeksi virus hepatitis B kronik dan sirosis terakit dengan virus
hepatitis C dan infeksi kronik telah dikaitkan pula dengan kanker hati. (Ramza Shiddiq,
2011)
39
8/4/2019 Preskas Hepatitis Jadi
40/40
PRESENTASI KASUS
2.10. PROGNOSIS
Dengan penanggulangan yang cepat dan tepat, prognosisnya baik dan tidak perlu
menyebabkan kematian. Pada sebagian kasus penyakit berjalan ringan dengan perbaikan
biokimiawi terjadi secara spontan dalam 1 3 tahun. Pada sebagian kasus lainnya, hepatitis
kronik persisten dan kronk aktif berubah menjadi keadaan yang lebih serius, bahkan berlanjut
menjadi sirosis. Secara keseluruhan, walaupun terdapat kelainan biokimiawi, pasien tetap
asimtomatik dan jarang terjadi kegagalan hati. (Ramza Shiddiq, 2011)
Infeksi Hepatitis B dikatakan mempunyai mortalitas tinggi. Pada suatu survey dari
1.675 kasus dalam satu kelompok, ternyata satu dari delapan pasien yang menderita hepatitis
karena tranfusi (B dan C) meninggal.. Di seluruh dunia ada satu diantara tiga yang menderita
penyakit hepatitis B meninggal dunia. (Ramza Shiddiq, 2011)
DAFTAR PUSTAKA
1. Aru W. Sudoyo. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi I. Jakarta: FKUI; 2007.
2. Anonim. Hepatitis B. 2008. [cited 2011 Mei 15]. Avaliable from:
http://www.totalkesehatananda.com/hepatitisb1.html
3. Ramza Shiddiq. Hepatitis B. 2011. [cited 2011 Mei 15]. Avaliable from:
http://ramzashiddiq.blogspot.com/2011/02/hepatitis-b.html
4. Sudigdo Sastroasmoro. Panduan Pelayanan Medis Departemen Penyakit Dalam.
Jakarta: RSCM; 2007.
5. Benvie. Anatomi Hati. 2010. [cited 2011 Mei 15]. Avaliable from:
http://doctorology.net/wp-content/uploads/2010/05/anatomi-hepar.html
6. John, et al. Netters Atlas of human Physiology. 2006
7. Lauralee Sherwood. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta: EGC; 2006.
8. Poernomo Budi Setiawan. Panduan Tatalaksana Infeksi Hepatitis B Kronik. Jakarta:
Perhimpunan Peneliti Hati Indonesia. 2006
http://www.totalkesehatananda.com/hepatitisb1.htmlhttp://ramzashiddiq.blogspot.com/2011/02/hepatitis-b.htmlhttp://doctorology.net/wp-content/uploads/2010/05/anatomi-hepar.htmlhttp://www.totalkesehatananda.com/hepatitisb1.htmlhttp://ramzashiddiq.blogspot.com/2011/02/hepatitis-b.htmlhttp://doctorology.net/wp-content/uploads/2010/05/anatomi-hepar.html