Upload
trinhthien
View
238
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PENDIDIKAN KARAKTER POLA TAMANSISWA DAN PONDOK
PESANTREN KRAPYAK YOGYAKARTA
TESIS
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Mencapai Gelar Magister
Program Studi Pendidikan Sejarah
Oleh:
Putut Wisnu Kurniawan
S 861102011
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
HALAMAN PENGESAHAN
PEI{DIDIKAN KARAKTER POLA TAMANSISWA DAIT PONDOKPESAI\ITREN KRAPYAK YOGYAKARTA
TESIS
Oleh
Putut Wisnu KurniawtnNIM. 5861102011
Tim Penguji
Jabatan"
Ketua
Sekretaris
AnggotaPenguji
r*raurt*re*,
J-Tanggal
29 -o7 - 2otL
19 -o1 -zotz
15 -07 - 20la
l'g- 07 - zatL
Nama
Prof. Dr. Sri Yutrnini, M.Pd
NIP.-
Prof. Dr. Herman J. Waluyo, M.Pd
NIP. 194403151978041001
Prof. Dr. Husain Haikal, MANrP. 194409091 970 101001
Dr. Hermanu Joebagio, M.Pd
NrP. 19560303198603 1001
Telah dipertahankan di depan
dinyatakan memenuhi syaratPada tanggal 16 Juli 2012
Pascasarjana UNS Ketua Progrr Studi Pendidikan Sejmah
Dr. He u Joebagio, M.Pd
llI
W.tAhmad, Yunus, MS961O7t7198601 101 I NIP. 19 03031986031001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
Putut Wisnu Kurniawan. 2012. S 861102011. Pendidikan Karakter Pola Tamansiswa dan Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta. TESIS. Pembimbing I: Prof. Dr. Husain Haikal, MA, Pembimbing II: Dr. Hermanu Joebagio, M.Pd. Program Studi Pendidikan Sejarah Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.
ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) Pola penerapan pendidikan
karakter, (2) Persepsi pengajar dan siswa terhadap pendidikan karakter dan (3) Aktualisasi nilai karakter pada siswa. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan dan di Madrasah Aliyah Ali Maksum Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta.
Bentuk penelitian ini adalah kualitatif deskriptif dengan strategi studi kasus ganda terpancang. Cuplikan yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling dengan criterion-based selection. Pengumpulan data dilaksanakan dengan observasi langsung, wawancara mendalam, dan pencatatan dokumen. Validasi data dilakukan dengan trianggulasi. Analisis yang digunakan adalah model analisis interaktif, yaitu pengumpulan data, reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan.
Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa (1) Pola penerapan pendidikan karakter di SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan dan MA Ali Maksum menggunakan pola yang hampir sama yaitu melalui kurikulum pembelajaran (terdapat pelajaran yang mengajarkan akhlak atau budi pekerti), kegiatan ekstrakurikuler, budaya sekolah, dan keteladanan guru. Pola lain yang diterapkan di SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan adalah sistem among yaitu metode mendidik yang berjiwa kekeluargaan yang bersendi kepada kemerdekaan dan kodrat alam. Sistem ini diterapkan untuk memberikan siswa kemerdekaan untuk berkembang sesuai dengan kemampuannya dengan pendekatan kekeluargaan. Pola yang lain untuk mengembangkan pendidikan karakter di MA Ali Maksum dengan model asrama (pondok pesantren). (2) Persepsi guru dan siswa mengenai pendidikan karakter akan mempengaruhi dalam penerapannya di sekolah. Persepsi guru dan siswa tentang pendidikan karakter yang muncul di SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan lebih menekankan pada konsep budi pekerti yang diajarkan Ki Hadjar Dewantara, sedangkan di MA Ali Maksum persepsi guru dan siswa lebih menekankan pada karakter Islam. Persepsi tersebut didasari dengan ideologi yang diterapkan di sekolah masing-masing. (3) Keberhasilan pendidikan karakter di sekolah dapat dilihat dari aktualisasi (pengamalan) siswa berupa sikap atau tindakan yang terlihat pada siswa. Aktualisasi yang muncul pada siswa di SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan adalah meliputi toleransi, religius, disiplin, kejujuran, kreatif, kerjasama, komunikatif, peduli, mandiri, cinta tanah air dan tanggung jawab. MA Ali Maksum dengan konsep pondok pesantren mempunyai nilai lebih beragam salah satunya kesabaran, kesederhanaan yang terlihat dalam kegiatan sehari-hari.
Kata Kunci: Pendidikan Karakter, Pola, Tamansiswa dan Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
Putut Wisnu Kurniawan. 2012. S861102011. Character Education Model Tamansiswa and Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta. THESIS. Principal advisor I: Prof. Dr. Husain Haikal, MA, Co-advisor: Dr. Hermanu Joebagio, M.Pd. History Education Post-Graduate Program of Sebelas Maret University Surakarta.
ABSTRACTThe study has goals to investigate (1) the model of character education
implementation, (2) teachers’ and students’ perception toward character education, and (3) actualization of character value to the students. The study was done at SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan and MA Ali Maksum Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta.
The study is descriptive qualitative by double-case study strategy, direct observation, in-depth interviews and recording of documents or archives. Data validity is done by triangulation, is data triangulation, investigator triangulation, methodological triangulation and theoretical triangulation. The analysis used is aninteractive analysis model, namely data collection, data reduction, data presentation,and drawing conclusions.
The result of the study can be concluded that (1) the model of character education implementation used between SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan and MA Ali Maksum is the same model which consits of the school curriculum (there are subjects which learn about manner or good moral), extracurricular activities, school culture, and teachers model of good character. The other model which is implemented at SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan is “among” system; a teaching method which has family characteristics which is based on freedom and their own character. Thissystem is implemented in order to give students a freedom to grow-up base on their skills by family approach. The other model to develop character education at MA Ali Maksum is boarding-school model. (2) The teachers’ and students’ perception toward the character education will influence the system implementation on that school. The teachers’ and students’ perception toward character education which is shown at SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan tends to teach good moral which is taught by Ki Hadjar Dewantara, meanwhile at MA Ali Maksum, it tends to the Islamic character teaching. Those perceptions are based on ideology which is implemented on each school. (3) The result of the character education in the school can be reflected from the students’ actualization on their attitude or act form the students. The actualization or acts which are shown by the students at SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan are a tolerance, a religion, a discipline, an honesty, a creactive, a cooperative, a care, an independence, a nationalist, and a responsibility. Meanwhile, MA Ali Maksum which applies the “pondok pesantren” concept has the higher value such as the a patient and a modesty that are shown from their daily activities.
Key words: Character education, Model, Tamansiswa and Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dewasa ini globalisasi merupakan kenyataan yang dapat mempengaruhi
semua segi kehidupan. Segi batas wilayah sudah tidak menjadi penghalang untuk
mengetahui perkembangan informasi di dunia, salah satunya informasi bidang
pendidikan. Pendidikan menjadi bagian yang penting untuk mengembangkan
peradaban bangsa. Sejumlah peradaban besar tidak lahir dari kegiatan ekonomi dan
politik semata, tetapi juga lahir dari pendidikan. Nilai-nilai pendidikan akan menjadi
dasar peradaban apabila negara mendorong penuh usaha memperbaiki sistem, sarana,
kebijakan yang tepat dan didukung sumber daya manusia yang profesional. Ini yang
menjadi tantangan dunia pendidikan di Indonesia.
Tantangan pendidikan tidak terlepas dengan adanya krisis yang mulai
merusak dunia pendidikan di Indonesia. Menurut Winarno (2007: 4), pendidikan dan
kebudayaan ibarat keping mata uang logam, antar sisi satu dengan sisi yang lain tidak
bisa saling dilepaskan. Pendidikan tanpa kebudayaan menjadi tidak bermakna,
sebaliknya kebudayaan tanpa pendidikan tidak akan berpijak ke bumi.
Berbeda dengan pendapat Winarno, Syarifuddin Jurdi (2010: 29) berpendapat
nilai-nilai pendidikan yang harus diperhatikan adalah untuk membentuk manusia
yang cerdas, berkualitas, kreatif, dan membentuk karakter bangsa yang harus menjadi
perhatian utama negara. Hal itu berbalik karena pendidikan yang dikembangkan
dewasa ini telah terbawa pada kegiatan bisnis yang pada akhirnya hanya pada
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
pencapaian tujuan kapitalisme semata. Biaya dan tuntutan sekolah di zaman sekarang
tidak terlepas dari biaya yang cukup mahal. Tujuan ini tidak sesuai dan sudah
melenceng dengan tujuan pendidikan yang diharapkan menurut Undang-Undang.
UUD 1945 mengamanatkan mengenai pentingnya pendidikan bagi seluruh
warga negara seperti tertuang di dalam Pasal 28 B Ayat (1) bahwa setiap orang
berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak
mendapatkan pendidikan dan mendapatkan manfaat dari ilmu pengetahuan dan
teknologi, seni, dan budaya demi meningkatkan mutu hidupnya demi kesejahteraan
umat manusia, dan Pasal 31 Ayat (1) bahwa setiap warga negara berhak mendapat
pendidikan. Dalam upaya mewujudkan tujuan pembangunan nasional tersebut,
Kemendikbud sebagai penanggungjawab pendidikan nasional mempunyai visi
menciptakan insan Indonesia cerdas dan kompetitif.
Dalam pasal 1 Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) tahun
2003 disebutkan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi
peserta didik untuk memiliki kecerdasan, kepribadian, dan karakter. Dengan
demikian pendidikan tidak hanya membentuk insan cerdas, namun juga
berkepribadian atau berkarakter kuat dan berakhlak mulia yang bernafas nilai-nilai
luhur bangsa dan agama.
Dalam mewujudkan visi pendidikan tersebut Kemendikbud telah menetapkan
misinya yaitu mewujudkan pendidikan yang mampu membangun insan Indonesia
yang cerdas dan kompetitif dengan adil, bermutu, dan relevan untuk kebutuhan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
masyarakat global. Untuk mewujudkannya dibutuhkan mental atau psikologi dan
karakter yang baik.
Masalah bangsa Indonesia sebenarnya terletak pada sistem dan manusia-
manusia penyelenggara sistem tersebut. Untuk itu menurut Tyasno Sudarto, (2007:
29), dibutuhkan sosok pemimpin yang kuat dan berani bertindak berdasarkan
kebenaran. Perbaikan itu hanya mungkin dilakukan salah satunya melalui pendidikan.
Oleh karena itu peran pengajar atau guru menjadi sangat strategis dalam
mendampingi peserta didik supaya tumbuh dan berkembang menjadi insan yang
merdeka jiwa, pikiran, dan jasmaninya.
Pendapat itu sama dengan konsep Ki Hadjar Dewantara, melihat manusia
lebih pada sisi kehidupan psikologinya. Menurutnya manusia memiliki daya jiwa
yaitu cipta, karsa dan karya. Pengembangan manusia seutuhnya menuntut adanya
pengembangan semua daya secara seimbang. Pengembangan yang terlalu
menitikberatkan pada satu daya saja akan menghasilkan ketidakutuhan perkembangan
sebagai manusia. Beliau mengatakan bahwa pendidikan yang menekankan pada
aspek intelektual saja hanya akan menjauhkan peserta didik dari masyarakat.
Jika melihat sejarah bangsa Indonesia, pendidikan karakter sesungguhnya
bukanlah merupakan sesuatu yang baru dalam pendidikan di Indonesia. Ki Hadjar
Dewantara, Hasyim Asyari, Ahmad Dahlan, R.A Kartini, dan Moh. Hatta dulu pernah
menerapkan semangat pendidikan karakter salah satunya berupa keteladanan sebagai
pembentuk nilai-nilai suatu jati diri bangsa. Pada masa itu mereka mengajarkan budi
pekerti, nilai-nilai dan juga semangat cinta tanah air. Hal itu dikarenakan sebagai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
tujuan dan keadaan pada saat itu. Dengan suasana seperti itulah semangat cinta tanah
air dapat berkembang dalam masyarakat.
Melalui sekolah, semangat cinta tanah air, nilai budi pekerti atau pendidikan
karakter dalam setiap proses pembelajaran seharusnya dapat dikembangkan. Dalam
proses pembelajaran jika dijiwai dengan semangat pendidikan karakter, akan menjadi
suatu tempat dan lingkungan yang efektif untuk pembentukan pribadi sehingga
mereka atau siswa bisa berkembang baik dalam bermasyarakat. Menurut Doni
Koesoema (2007: 222), sejak dahulu sekolah memiliki dua tujuan utama dalam
pendidikan mereka, yaitu membentuk manusia yang cerdas dan baik.
Dengan dua keyakinan ini sekolah memiliki tanggungjawab yang besar dalam
pendidikan karakter bagi anak didiknya, terutama melalui disiplin, keteladanan, dan
organisasi sekolah (kebijakan dan kurikulum). Sekolah ataupun lembaga pendidikan
harus mempunyai keberanian untuk menanamkan pemahaman konseptual dan praktik
yang dipandu oleh nilai-nilai luhur yang akan membantu menciptakan masyarakat
yang lebih sehat dan manusiawi.
Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) setiap sekolah
diberikan keleluasaan untuk mengembangkan atau memasukkan pendidikan karakter.
Tentunya dengan adanya otonomi sekolah, usaha mengembangkan kurikulum dan
memasukkan pendidikan karakter akan lebih mudah serta membuat ciri dari masing-
masing sekolah. Dalam pendidikan karakter Kemendikbud mewajibkan memasukan
pendidikan karakter dalam proses pembelajaran. Hal ini bisa dipengaruhi ideologi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
sekolah dan peran para pengajar terutama dalam pengembangan dan penerapan
pendidikan karakter.
Penerapan pendidikan karakter harus diimbangi dengan pemahaman guru
tentang karakter yang baik dan dapat menjadi contoh bagi siswanya. Guru terkadang
belum mampu menjadi teladan bagi siswanya. Lingkungan yang baik dan kondusif
tentunya akan berdampak baik bagi warga sekolah. Sebaliknya, apabila lingkungan
tidak kondusif maka muncul berbagai karakter yang negatif. Misalnya terjadi tawuran
pelajar, kekerasan, dan muncul ketidakadilan serta ketidakjujuran dari siswa adalah
salah satu contoh belum berhasilnya tujuan pendidikan sesuai dengan Pasal 1
Sisdiknas tahun 2003 .
Pendidikan seharusnya bisa mengangkat harkat dan martabat bangsa. Jika
ingin merunut sejarah pendidikan di Indonesia bisa dipastikan akan membantu
mengangkat wajah pendidikan di Indonesia. Beberapa tokoh yang merintis model
pendidikan yang berwajah Indonesia salah satunya Ki Hadjar Dewantara. Pendidikan
ini juga menjadi media mengobarkan semangat perjuangan menuju kemerdekaan
Indonesia (Daoed Joesoef, 2007: 6). Setelah Indonesia merdeka pendidikan
mengemban misi menyiapkan generasi untuk mengisi kemerdekaan.
Pada tahun 2010 melalui Menteri Pendidikan Nasional menekankan
pentingnya pendidikan karakter. Output atau hasil dari pendidikan selama ini masih
jauh dari harapan. Para pendidik yang mestinya mendidik malah harus dididik. Para
pejabat yang semestinya melayani masyarakat malah minta dilayani dan itu sebagian
dari fenomena yang bersumber pada karakter. Selain itu media sebagai tontonan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
masyarakat masih jauh dari identitas bangsa. Hal tersebut berdampak pada
masyarakat secara keseluruhan.
Hancurnya nilai-nilai moral dalam masyarakat yang ditandai dengan
merebaknya kekerasan, ketidakadilan, dan korupsi mengakibatkan lahirnya
pendidikan karakter yang perlu dikembangkan di sekolah ataupun lembaga
pendidikan. Lingkungan sekolah seharusnya bisa menjadi unsur terpenting bagi
pertumbuhan pendidikan karakter. Lembaga pendidikan dapat menciptakan sebuah
pendekatan pendidikan karakter melalui kurikulum, penegakan disiplin, manajemen
kelas, maupun melalui program-program pendidikan yang dirancangnya.
Berbagai macam cara pandang pendidikan budi pekerti, baik itu dianggap
sebagai mata pelajaran khusus, atau tergabung dalam mata pelajaran lain seperti
Pendidikan Agama, Sejarah, PPKn atau Pendidikan Kewarganegaraan menunjukan
bahwa bangsa ini sebenarnya memiliki keprihatinan mendalam tentang pembentukan
karakter bangsa. Situasi ini sesungguhnya menantang untuk kembali dapat
meletakkan dan memahami pendidikan karakter bagi pembentukan kepribadian
bangsa (Doni Koesoema, 2007: 50-51).
Pendidikan karakter dianggap penting dan sudah dimasukkan dalam proses
pembelajaran. Peran lembaga pendidikan dan guru sangat penting demi terciptanya
tujuan yang diharapkan. Dalam hal ini peneliti ingin mengkaji Tamansiswa dan
Pondok Pesantren Krapyak di Yogyakarta karena melihat adanya perbedaan antar
keduanya tentang ideologi atau karakteristik dan tentunya pelaksanaan sistem
pendidikan yang berhubungan dengan pendidikan karakter akan juga berbeda.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
Persepsi pengajar yang mempunyai latar belakang berbeda akan
mempengaruhi pola pendidikan karakter di sekolah. Persepsi inilah yang akan
dikembangkan peneliti dan pola penerapannya. Tamansiswa yang terlihat kuat
pengaruh dari ajaran Ki Hadjar Dewantara mengenai budi pekerti dan nilai-nilai
moral akan berbeda dengan konsep Pondok Pesantren Krapyak di Yogyakarta.
Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta mempunyai cara tersendiri untuk
mengembangkan pendidikan karakter dalam model pembelajarannya. Dengan konsep
pendidikan Islam dan model pondok pesantren akan mempengaruhi pembentukan
karakter di Madrasah Aliyah Ali Maksum Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta.
Topik ini yang akan menjadi kajian penulis untuk diteliti lebih lanjut.
B. Rumusan Masalah
Pentingnya pendidikan karakter yang diterapkan di Tamansiswa dan Pondok
Pesantren Krapyak Yogyakarta dapat dilihat dari latar belakang tersebut. Untuk
memperjelas mengenai pola penerapan pendidikan karakter di Tamansiswa dan
Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta dapat diambil rumusan masalah sebagai
berikut.
1. Bagaimana pola penerapan pendidikan karakter di SMA Taman Madya Ibu
Pawiyatan dan Madrasah Aliyah Ali Maksum Pondok Pesantren Krapyak
Yogyakarta?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
2. Bagaimana persepsi pengajar dan siswa di SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan
dan Madrasah Aliyah Ali Maksum Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta
terhadap pendidikan karakter?
3. Bagaimana aktualisasi atau pengamalan nilai karakter pada siswa di SMA
Taman Madya Ibu Pawiyatan dan Madrasah Aliyah Ali Maksum Pondok
Pesantren Krapyak Yogyakarta?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, peneliti memiliki tujuan penelitian
yang akan dicapai. Tujuan itu antara lain sebagai berikut.
1. Mengetahui pola penerapan pendidikan karakter di SMA Taman Madya Ibu
Pawiyatan dan Madrasah Aliyah Ali Maksum Pondok Pesantren Krapyak
Yogyakarta.
2. Mengetahui persepsi pengajar dan siswa di SMA Taman Madya Ibu
Pawiyatan dan Madrasah Aliyah Ali Maksum Pondok Pesantren Krapyak
Yogyakarta terhadap pendidikan karakter.
3. Mengetahui aktualisasi atau pengamalan nilai karakter pada siswa di SMA
Taman Madya Ibu dan di Madrasah Aliyah Ali Maksum Pondok Pesantren
Krapyak Yogyakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini mempunyai manfaat teoritis dan praktis. Manfaatnya
adalah sebagai berikut.
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan,
khususnya mengenai penerapan pendidikan karakter di SMA Taman Madya Ibu
Pawiyatan dan Madrasah Aliyah Ali Maksum Pondok Pesantren Krapyak
Yogyakarta.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Guru
Sebagai motivasi bagi guru atau pengajar untuk lebih meningkatkan kualitas
pembelajaran khususnya dalam penerapan pendidikan karakter di sekolah atau
pondok pesantren.
b. Bagi Siswa
Sebagai saranan bagi siswa atau santri supaya memperoleh pengetahuan atau
output atau hasil dalam pedidikan karakter yang diterapkan oleh masing-masing
sekolah.
c. Bagi Sekolah
Sebagai upaya peningkatan kualitas sekolah melalui kegiatan pembelajaran
yang humanis yang bermuara pada penerapan pendidikan karakter yang baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Teori
1. Pendidikan Karakter
a) Pengertian Karakter
Orang yang memiliki karakter kuat adalah mereka yang tidak mau dikuasai
oleh sekumpulan kenyataan yang telah ada begitu saja dari asalnya. Sedangkan,
orang yang memiliki karakter lemah adalah orang yang tunduk pada sekumpulan
kondisi yang telah diberikan kepadanya tanpa dapat menguasainya. Orang yang
berkarakter adalah seperti orang yang membangun dan merancang masa depannya
sendiri. Dia tidak mau dikuasai oleh keadaan kodratinya yang menghambat
pertumbuhannya. Sebaliknya, dia menguasai, mengembangkannya demi
kesempurnaan kemanusiaannya, (Doni Koesoema, 2007: 91).
Menurut Mounir yang dikutip Doni Koesoema (2007: 90-91) bahwa
karakter dapat dilihat dari dua hal yaitu pertama sebagai sekumpulan kondisi yang
telah diberikan begitu saja atau telah ada begitu saja, yang lebih kurang
dipaksakan dalam diri kita. Karakter yang demikian dianggap sebagai sesuatu
yang telah ada dari sononya (given). Kedua, karakter juga bisa dipahami sebagai
tingkat kekuatan melalui seorang pribadi mampu menguasai keadaan tersebut.
Karakter yang demikian ini disebutnya sebagai sebuah proses yang dikehendaki
(willed).
10
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
Proses yang terlihat akan memberikan hasil dan menjadi kebiasaan.
Menurut Dwi Budiyanto (2011: 83), karakter merupakan sifat yang tertanam
dalam jiwa manusia, sehingga akan muncul secara spontan jika diperlukan, tanpa
memerlukan pemikiran atau pertimbangan lebih dahulu, serta tidak memerlukan
dorongan dari luar. Karakter juga bersifat spontan dan alami, serta perilaku
tersebut belum cukup apabila tidak sesuai dengan norma moral yang berlaku.
Secara umum menurut Marzuki (2011: 95), karakter merupakan nilai-nilai
perilaku manusia yang universal atau umum yang meliputi seluruh aktifitas
manusia, baik dalam rangka berhubungan dengan Tuhannya, dengan dirinya,
dengan sesama manusia, maupun dengan lingkungannya, yang terwujud dalam
pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma
agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat. Dari konsep karakter inilah
muncul konsep pendidikan karakter (character education).
Secara khusus karakter mempuyai pengertian watak, sifat atau hal-hal yang
memang sangat mendasar yang ada pada diri seseorang. Hal-hal yang sangat
abstrak yang ada pada diri seseorang. Karakter dapat ditemukan dalam sikap-sikap
seseorang, terhadap dirinya, terhadap orang lain, terhadap tugas-tugas yang
dipercayakan padanya dan dalam situasi-situasi lainnya, (Abdul Majid dan Dian
Andayani 2011: 12).
Allport dikutip dalam Ki Fudyartanta (1998: 4) berpendapat bahwa
“…character is personality evaluated, and personality is character devaluated….”
artinya bahwa karakter atau watak adalah kepribadian yang dinilai dan kepribadian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
adalah karakter yang tidak dinilai. Jelasnya bahwa kepribadian yang telah terlibat
dengan nilai-nilai budaya manusia ini maka terbentuklah watak. Konkritnya,
bahwa setiap tingkah laku manusia termasuk penyesuaiannya di dalam masyarakat
pasti berhadapan atau berdasarkan nilai-nilai tertentu. Misalnya seseorang
memberi uang kepada pengemis, seseorang menolong temannya dan sebagainya.
Socrates berpendapat tentang karakter yaitu “…identified virtue with ethical
knowledge (specifically, with knowledge of which things are intrinsically good and
intrinsically evil), and so maintained that the truly virtuous consistently act
virtuously….”, Erik J. (2006: 462). Socrates menjelaskan bahwa kebajikan atau
kebaikan itu berhubungan dengan pengetahuan etika yang dimiliki (khususnya
dengan pengetahuan yang hal-hal yang baik dan jahat), dan mempertahankan
bahwa benar-benar bertindak berbudi pekerti secara konsisten. Artinya perlu ada
pemahaman dari manusia dalam melakukan kebaikan, sehingga mengerti baik dan
buruk serta manusia harus bisa mempertahankan secara tetap.
Pengertian di atas lebih lanjut dijelaskan Thomas Lickona mengenai unsur-
unsur untuk membentuk karakter yang baik. Menurut Thomas Lickona (1991: 51)
sebagai berikut:
Character so conceived has three interrelated parts: moral knowing, moral feeling and moral behavior. Good character consists of knowing the good, desiring the good, and doing the good, habits of the mind, habits of the heart and habits of action. All three are necessary for leading a moral life; all three make up moral maturity. When we think about the kind of character we want to children , it’s clear that we want them to be able to judge what is right, car deeply about what is right, and then do what they believe to be right even in the face of pressure from without and temptation from within.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
Dari penjelasan Thomas Lickona karakter memiliki tiga bagian yang saling
berhubungan yaitu pengetahuan moral, perasaan moral dan perilaku moral.
Karakter yang baik terdiri dari mengetahui moral yang baik terlebih dahulu,
menginginkan orang berbuat baik dan melakukan kebiasaan baik dari pikiran dan
kebiasaan tindakan. Ketiganya diperlukan untuk memimpin sebuah kehidupan
moral serta membentuk kematangan moral ketika berpikir tentang jenis karakter,
pengajar ingin anak-anak jelas bahwa ada keinginan mereka bisa menilai apa yang
benar, kemudian mendalami tentang apa yang benar dan kemudian melakukan apa
yang mereka yakini benar bahkan dalam menghadapi tekanan dari luar dan godaan
dari dalam.
Menurut Thomas Lickona, (2004: 7) tentang karakter yang baik adalah
sebagai berikut.
The content of good character is virtue. Virtues such as honesty, justice, courage, and compassion are dispositions to behave in amorally good way. They are affirmed by societies and religions around the world. Because they are intrinsically good, they have a claim on our conscience. Virtues transcend time and culture (although their cultural expression may vary);justice and kindness, for example, will always and everywhere be virtues, regardless of how many people exhibit them.
Thomas Lickona menekankan isi dari karakter yang baik adalah kebajikan.
Kebajikan dapat dicontohkan dengan sikap kejujuran, keadilan, keberanian dan
belas kasih adalah perilaku atau sikap yang baik. Dijelaskan juga secara
terkandung bahwa dalam masyarakat dan nilai-nilai agama dapat mempengaruhi
karakter, selanjutnya juga dikatakan kebajikan juga dapat muncul melalui budaya.
Karakter baik perlu didukung dengan komponen-komponen, sehingga bisa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
menciptakan nilai-nilai yang baik. Menurut Thomas Lickona (1991: 53) komponen
untuk membentuk karakter yang baik adalah sebagai berikut.
Bagan Komponen Karakter BaikThomas Lickona (1991:53)
Thomas Lickona (1991:56-62), menekankan untuk mendapatkan
pengetahuan yang baik tentang moral perlu adanya kesadaran moral, pengetahuan
nilai-nilai moral, pengambilan sudut pandang, penalaran moral, pengambilan
keputusan dan pengetahuan diri adalah nilai yang dapat membentuk moral. Semua
memberikan sumbangan penting ke sisi penanaman karakter. Hati nurani, harga diri,
empati, mencintai, pengawasan diri yang baik, kerendahan hati ini membentuk sisi
emosional dari diri moral kita. Jadi pengetahuan tentang kebaikan kemudian akan
Moral knowing1. Kesadaran moral2. Mengetahui nilai
moral3. Penentuan sudut
pandang4. Penalaran moral5. Pengambilan
keputusan6. Pengetahuan diri
Moral feeling
1. Hati nurani2. Penghargaan diri3. Empati4. Mencintai kebaikan5. Kontrol diri6. Kerendahan hati
Moral action
1. Kompeten2. Aksi3. Kebiasaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
menimbulkan komitmen atau niat terhadap kebaikan dan akhirnya benar-benar
melakukan tindakan kebaikan.
Dalam penjelasan bagan di atas pendidikan karakter menuju terbentuknya
moral yang baik dalam diri setiap siswa ada tiga tahapan strategi yang harus dilalui
diantaranya adalah sebagai berikut.
1. Moral knowing atau learning to know
Tahapan ini merupakan langkah pertama dalam pendidikan karakter. Dalam
tahapan ini tujuan diorientasikan pada penguasaan pengetahuan tentang nilai-nilai.
Siswa harus mampu membedakan nilai-nilai akhlak mulia dan akhlak tercela serta
nilai-nilai universal, siswa secara logis dan rasional mengerti pentingnya akhak
mulia dan bahaya akhlak tercela dalam kehidupan.
2. Moral loving atau moral feeling
Belajar mencintai dengan melayani orang lain. Belajar mencintai dengan cinta
tanpa syarat. Tahapan ini dimaksudkan untuk menumbuhkan rasa cinta dan rasa
butuh terhadap nilai-nilai akhlak mulia. Dalam tahapan ini yang menjadi sasaran
guru adalah dimensi emosional siswa, hati atau jiwa. Guru menyentuh emosi siswa
sehingga tumbuh kesadaran, keinginan dan kebutuhan.
3. Moral doing atau learning to do
Inilah puncak keberhasilan mata pelajaran akhlak, siswa mempraktikkan nilai-
nilai akhlak mulia itu dalam perilakunya sehari-hari. Siswa menjadi semakin sopan,
ramah, hormat, jujur, penyayang, displin, adil. Contoh atau teladan adalah guru
yang paling baik dalam menanamkan nilai.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
Konsep pendidikan karakter juga disampaikan oleh Ki Hadjar Dewantara,
yaitu karakter adalah budi. Manusia menurut Ki Hadjar Dewantara, (1967: 70),
adalah makhluk yang berbudi, sedangkan budi tidak lain artinya jiwa yang telah
melalui batas kecerdasan yang tertentu, sehingga menunjukkan perbedaan yang
tegas dengan jiwa makhluk lain (hewan). Jiwa manusia merupakan pembeda
kekuatan-kekuatan, yang dikenal dengan sebutan konsep tri sakti. Ketiga kekuatan
itu adalah fikiran, rasa dan kemauan atau cipta, rasa dan karsa.
Tri sakti ini yang disebut Ki Hadjar Dewantara sebagai budi. Setiap manusia
mempunyai sifat budinya masing-masing. Sifat yang tetap dan pasti serta karenanya
disebut watak dan dalam bahasa dipakai perkataan budi pekerti dan itu lebih tegas
karena pekerti berarti tenaga. Budi pekerti berarti mempunyai sifat dari budinya
(batin) sampai pekertinya (lahir).
Karakter dapat dilihat dari tingkah laku ketika orang berinteraksi, yang
memiliki arti psikologis dan etis. Dalam arti psikologis, karakter adalah sifat-sifat
yang demikian nampak dan seolah-olah mewakili pribadinya, sedangkan dalam arti
etis, karakter harus mengenai nilai-nilai yang baik dan menunjukkan sifat-sifat yang
selalu dapat dipercaya, sehingga orang berkarakter itu menunjukkan sifat
mempunyai pendirian teguh, baik, terpuji dan dapat dipercaya. Berkarakter berarti
memiliki prinsip dalam arti moral di mana perbuatannya atau tingkah lakunya dapat
dipertanggungjawabkan dan teguh.
Karakter dijabarkan oleh Ryan dan Bohlin yang dikutip Abdul Majid, (2011:
11), menjelaskan bahwa karakter mengandung tiga unsur pokok, yaitu mengetahui
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
kebaikan (knowing good), mencintai kebaikan (loving the good), dan melakukan
kebaikan (doing the good). Karakter itu harus diketahui, dicintai dan dilakukan.
Unsur-unsur tersebut kemudian dijabarkan sesuai dengan kemampuan masing-
masing lembaga.
Menurut Abdul Mujib (2006: 45), karakter adalah watak, perangai, sifat yang
khas atau sifat yang tetap terus menerus dan kekal yang dapat dijadikan cirri untuk
mengidentifikasikan seseorang. Elemen karakter terdiri atas dorongan-dorongan,
insting, refleks, kebiasaan, kecenderungan, perasaan, emosi, dan minat.
Dengan demikian karakter merupakan ciri khas dari setiap pribadi yang
berkaitan dengan jati diri, hati (batiniyah atau rohaniah), cara berfikir serta cara
berperilaku (sikap dan perbuatan lahiriah) dalam hidup seseorang yang harus
memberikan respon atau jawaban terhadap lingkungan baik keluarga, masyarakat
ataupun negara.
b) Pengertian Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter dimaknai sebagai keseluruhan dinamika rasional antar
pribadi dengan berbagai macam dimensi, baik dari dalam maupun dari luar
dirinya, agar pribadi itu semakin dapat menghayati kebebasannya sehingga ia
dapat semakin bertanggungjawab atas pertumbuhan dirinya sendiri sebagai pribadi
dan perkembangan orang lain dalam hidup mereka, (Sri Haryati, 2011: 5-6).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
Jika dilihat dari kacamata sosiologi dan politis, pendidikan karakter
merupakan kepentingan negara, karena negara berkepentingan agar individu dapat
memiliki persiapan yang matang ketika harus masuk dalam kehidupan politik
masyarakat normal dan wajar tanpa kesulitan. Tanpa persiapan diri untuk menjadi
warga negara yang baik (good citizen), dia akan mengalami kesulitan, tidak
mengerti hak dan kewajibannya sebagai warga negara, sehingga memiliki potensi
menjadi pengganggu dinamika dan kemapanan masyarakat.
Tokoh filsuf Jerman, Johann Herbart mengatakan bahwa tujuan akhir
pendidikan adalah perkembangan moral dan manusia pada dasarnya merupakan
makhluk yang baik, tetapi kalau moral dan pengetahuannya tidak dikembangkan,
mereka akan cenderung membuat kesalahan, (Ari Benawa, 2010: 40-42). Tokoh
pendidikan Indonesia Ki Hadjar Dewantara juga mengungkapkan pendapatnya
tentang pendidikan karakter yaitu “ing ngarsa sung tulada, ing madya mangun
karsa, tut wuri handayani”. Artinya di depan memberi contoh atau teladan, di
tengah ikut berkarya, dan di belakang ikut mendukung.
Pendidikan karakter merupakan sebuah keadaan dinamis stuktur
antropologis individu, yang tidak mau sekedar berhenti atas determinisme
kodratinya, melainkan juga sebuah usaha hidup untuk menjadi semakin integral
mangatasi determinisme alam dalam dirinya demi proses penyempurnaan dirinya
terus-menerus. Karakter sekaligus berupa hasil dan proses dalam diri manusia
yang sifatnya stabil dan dinamis untuk senantiasa berkembang maju mengatasi
kekuarangan dan kelemahan dirinya, (Doni Koesoema, 2007 : 104).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
Dalam penerapannya pendidikan karakter lebih mengutamakan
pertumbuhan moral. Menurut Doni Koesoema, (2007: 136) pemikiran pendidikan
karakter merupakan satu keutuhan yang tidak dapat dipisahkan. Penanaman nilai
dalam diri siswa dan pembaharuan tata kehidupan bersama yang lebih menghargai
kebebasan perseorangan merupakan dua wajah pendidikan karakter dalam
lembaga pendidikan.
Pendidikan dan pengajaran sangat lekat dengan karakter. Menurut Ki
Fudyartanta, (2010: 283) pendidikan adalah suatu upaya untuk membantu
pertumbuhan dan perkembangan peserta didik untuk meningkatkan kualitas
perilakunya ke arah yang lebih baik dan lebih maju. Jadi secara tersirat pendidikan
itu telah bermuatan untuk menanamkan kesadaran terhadap semua nilai-nilai
kebaikan dan keburukan, sehingga diharapkan para lulusannya meningkat perilaku
baiknya dari waktu ke waktu dan perilaku yang buruk berkurang.
Menurut Samsuri (2011: 8) pendidikan karakter hendaknya mencakup
aspek pembentukan kepribadian yang membuat dimensi nilai-nilai kebajikan
universal dan kesadaran kultural dimana norma-norma kehidupan itu tumbuh dan
berkembang. Pendidikan karakter mampu membuat kesadaran individu untuk
berperilaku dalam kehidupan sosial atau masyarakat.
Dalam kehidupan masyarakat Mastuhu (2003: 136) berpendapat bahwa
pendidikan bisa mengembangkan human dignity yaitu harkat dan martabat
manusia atau humaniziny human yaitu memanusiakan manusia sehingga benar-
benar mampu menjadi khalifah di muka bumi. Sifat menghargai, toleransi dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
mampu menjadi teladan baik merupakan ciri dari konsep yang diusung dari
pendidikan karakter.
Yudi Latief yang dikutip Sabar Budi Raharjo (2010: 232) berpendapat
pendidikan karakter adalah suatu payung istilah yang menjelaskan berbagai aspek
pengajaran dan pembelajaran bagi perkembangan sosial. Lebih lanjut
dikemukakan bahwa pendidikan karakter adalah suatu pendekatan holistik yang
menghubungkan dimensi moral dengan ranah sosial dan sipil dari kehidupan
peserta didik.
Dalam pengertian makna pendidikan karakter di sekolah, semua komponen
(stakeholders) harus dilibatkan, termasuk komponen-komponen pendidikan itu
sendiri, yaitu isi kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian, kualitas hubungan,
penanganan atau pengelolaan mata pelajaran, pengelolaan sekolah, pelaksanaan
aktivitas atau kegiatan ko-kurikuler, pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan,
dan etos kerja seluruh warga dan lingkungan sekolah.
Terlepas dari berbagai kekurangan dalam praktik pendidikan di Indonesia,
apabila dilihat dari standar nasional pendidikan yang menjadi acuan
pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), dan penerapan
pembelajaran serta penilaian di sekolah, tujuan pendidikan di SMP sebenarnya
dapat dicapai dengan baik. Pembinaan karakter juga termasuk dalam materi yang
harus diajarkan dan dikuasai serta direalisasikan oleh peserta didik dalam
kehidupan sehari-hari. Permasalahannya, pendidikan karakter di sekolah selama
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
ini baru menyentuh pada tingkatan pengenalan norma atau nilai-nilai, dan belum
pada tingkatan internalisasi dan tindakan nyata dalam kehidupan sehari-hari.
Lebih lanjut, Maksudin (2012: 4) menambahkan pendidikan karakter
adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang
meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan dan tindakan untuk
melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik kepada Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri,
sesama, lingkungan maupun kebangsaan. Pendidikan karakter merupakan suatu
penanaman dan pengembangan nilai-nilai dalam diri peserta didik yang tidak harus
merupakan satu program atau pelajaran secara khusus.
Pendidikan karakter di sekolah bisa efektif dan berjalan dengan baik
apabila ada komponen yang menjadi bagian dalam sekolah. Menurut Risworth
Kidder yang dikutip Abdul Majid (2011: 37-38), ada tujuh kualitas yang
diperlukan dalam pendidikan karakter, yaitu empowered, effective, extended into
community, embedded, engaged, epistemological dan evaluative.
1. Empowered (pemberdayaan). Guru harus mampu memberdayakan dirinya
untuk mengajarkan pendidikan karakter dengan dimulai dari dirinya sendiri.
2. Effective, proses pendidikan harus dilaksanakan dengan efektif.
3. Extended into community, komunitas harus membantu dan mendukung
sekolah dalam menanamkan nilai-nilai.
4. Embedded, integrasikan seluruh nilai ke dalam kurikulum dan seluruh
rangkaian proses pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
5. Engaged, melibatkan komunitas dan menampilkan topik-topik yang cukup
esensial.
6. Epistemological, harus ada koherensi antara cara berfikir makna etik dengan
upaya yang dilakukan untuk membantu siswa menerapkannya secara benar.
7. Evaluative, menurut Kidder terdapat lima hal yang harus diwujudkan dalam
menilai manusia berkarakter, yaitu: (a) diawali dengan kesadaran etik; (b)
adanya kepercayaan diri untuk berpikir dan membuat keputusan tentang etik;
(c) mempunyai kapasitas untuk menampilkan kepercayaan diri secara praktis
dalam kehidupan; (d) mempunyai kapasitas dalam menggunakan
pengalaman praktis tersebut dalam sebuah komunitas; (e) mempunyai
kapasitas untuk menjadi agen perubahan dalam merealisasikan ide-ide etik
dan menciptakan suasana yang berbeda.
Berdasarkan hal tersebut Dasim Budimansyah dalam Abdul Majid (2011:
109-110) berpendapat bahwa program pendidikan karakter perlu dikembangkan
dengan mendasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut.
1. Berkelanjutan mengandung makna bahwa proses pengembangan nilai-nilai
karakter bangsa merupakan sebuah proses panjang dimulai dari awal
peserta didik masuk sampai selesai dari suatu satuan pendidikan. Sejatinya,
proses tersebut dimulai dari kelas 1 SD atau tahun pertama dan
berlangsung paling tidak sampai kelas 9 atau kelas terakhir SMP.
Pendidikan karakter bangsa di SMA adalah kelanjutan dari proses yang
telah terjadi selama 9 tahun.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
2. Melalui semua mata pelajaran, pengembangan diri dan budaya satuan
pendidikan mensyaratkan bahwa proses pengembangan nilai-nilai karakter
bangsa dilakukan melalui kegiatan kurikuler setiap mata pelajaran,
kurikuler dan ekstra kurikuler. Pembinaan karakter melalui kegiatan
kurikuler mata pelajaran pendidikan Pendidikan Kewarganegaraan dan
Pendidikan Agama harus sampai melahirkan dampak instruksional
(instructional effect) dan dampak pengiring (nurturant effect), sedangkan
bagi mata pelajaran lain cukup melahirkan dampak pengiring.
3. Nilai tidak diajarkan, tetapi dikembangkan (value is neither cought nour
taught, it is learned) mengandung makna bahwa materi nilai-nilai dan
karakter bangsa bukanlah bahan ajar biasa. Tidak semata-mata dapat
ditangkap sendiri dan diajarkan, tetapi lebih jauh diinternalisasi melalui
proses belajar. Artinya adalah nilai-nilai tersebut tidak dijadikan pokok
bahasan yang dikemukakan seperti halnya ketika mengajarkan suatu
konsep, teori dan prosedur ataupun fakta seperti dalam mata pelajaran
tertentu.
4. Proses pendidikan dilakukan peserta didik secara aktif dan menyenangkan.
Prinsip ini menyatakan bahwa proses pendidikan karakter dilakukan oleh
peserta didik bukan guru. Guru menerapkan prinsip tut wuri handayani
dalam setiap perilaku yang ditunjukkan peserta didik. Prinsip ini juga
menyatakan bahwa proses pendidikan dilakukan dalam suasana belajar
yang menimbulkan rasa senang dan tidak indoktrinatif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
Prinsip tersebut hampir sama dengan pendapat Thomas Lickona. Menurut
Lickona yang dikutip Maksudin (2012: 4), terdapat 11 prinsip agar pendidikan
karakter berjalan efektif yaitu (1) kembangkan nilai-nilai etika inti dan nilai-nilai
kinerja pendukungnya sebagai pondasi karakter yang baik, (2) definisikan karakter
secara komprehensif yang mencakup pikiran, perasaan dan perilaku, (3) gunakan
pendekatan yang komprehensif, disengaja dan proaktif dalam pengembangan
karakter, (4) ciptakan komunitas sekolah yang penuh perhatian, (5) beri siswa
kesempatan untuk melakukan tindakan moral, (6) buat kurikulum akademik yang
bermakna dan menantang yang menghormati semua peserta didik,
mengembangkan karakter, dan membantu siswa untuk berhasil, (7) usahakan
mendorong motivasi diri siswa.
Selanjutnnya (8) libatkan staf sekolah sebagai komunitas pembelajaran dan
moral yang berbagi tanggungjawab dalam pendidikan karakter dan upaya untuk
mematuhi nilai-nilai untuk membimbing peserta didik, (9) tumbuhkan
kebersamaan dalam kepemimpinan moral dan dukungan jangka panjang bagi
inisiatif pendidikan karakter, (10) libatkan keluarga dan anggota masyarakat
sebagai mitra dalam upaya pembangunan karakter, (11) evaluasi karakter sekolah,
fungsi staf sekolah sebagai pendidik karakter dan sejauh mana siswa mengamalkan
karakter yang baik.
Dalam pendidikan karakter penting sekali dikembangkan nilai-nilai seperti
kejujuran, kepedulian, keadilan, tanggungjawab dan rasa hormat terhadap diri dan
orang lain bersama dengan nilai-nilai kinerja pendukungnya seperti ketekunan,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
etos kerja yang tinggi, dan kegigihan sebagi basis gerakan karakter yang baik.
Sekolah harus berkomitmen untuk mengembangkan karakter peserta didik
berdasarkan nilai-nilai dimaksud, mendefinisikannya dalam bentuk perilaku yang
dapat diamati dalam kehidupan sekolah sehari-hari, mencontohkan nilai-nilai itu
dan menggunakannya sebagai dasar dalam hubungan antar manusia dengan
mengaplikasikan di sekolah dan masyarakat.
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut pendidikan karakter adalah
penanaman dan pengembangan nilai-nilai baik dalam diri peserta didik secara
umum dan harus ada program pendukung baik dalam proses pembelajaran atau di
luar proses tersebut.
2. Pendidikan Sekolah Tamansiswa
a) Pemikiran Ki Hadjar Dewantara Tentang Pendidikan
Ki Hadjar Dewantara mengatakan bahwa pendidikan ialah usaha
kebudayaan yang bermaksud memberi bimbingan dalam hidup tumbuhnya jiwa
raga anak agar dalam kodrat pribadinya serta pengaruh lingkunganannya,
mereka memperoleh kemajuan lahir batin menuju ke arah adab kemanusiaan (Ki
Suratman, 1987: 12). Sedang yang dimaksud adab kemanusiaan adalah
tingkatan tertinggi yang dapat dicapai oleh manusia yang berkembang selama
hidupnya. Artinya dalam upaya mencapai kepribadian seseorang atau karakter
seseorang, maka adab kemanusiaan adalah tingkat yang tertinggi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
Pendidikan dan pengajaran sebenarnya suatu upaya untuk membantu
pertumbuhan dan perkembangan peserta didik untuk meningkatkan kualitas
perilakunya kearah yang lebih baik dan lebih maju. Jadi secara implisit pendidikan
itu telah bermuatan untuk menanamkan kesadaran terhadap semua nilai-nilai
kebaikan dan keburukan, sehingga diharapkan para lulusannya meningkat perilaku
baiknya.
Corak pendidikan menurut Ki Hadjar Dewantara haruslah bersifat
nasional. Artinya secara nasional pendidikan harus memiliki corak yang sama
dengan tidak mengabaikan budaya lokal. Bangsa Indonesia yang terdiri dari
banyak suku, ras, dan agama hendaknya memiliki kesamaan corak dalam
mengembangkan karakter anak bangsanya.
Pendidikan yang dicita-citakan oleh Ki Hadjar Dewantara adalah
Pendidikan Nasional. Hal ini bisa diartikan bahwa perjuangan kemerdekaan
bangsa harus didasari jiwa merdeka dan jiwa nasional dari bangsa itu. Hanya
orang-orang yang berjiwa merdeka saja yang sanggup berjuang menuntut dan
selanjutnya mempertahankan kemerdekaan. Syaratnya ialah Pendidikan
Nasional, dan pendidikan merdeka pada anak-anak yang akan dapat memberi
bekal kuat untuk membangun karakter bangsa.
Cara mendidik menurut Ki Hadjar Dewantara disebutnya sebagai
“peralatan pendidikan”. Menurut Ki Hadjar Dewantara cara mendidik itu
amat banyak, tetapi terdapat beberapa cara yang patut diperhatikan, yaitu:
a. Memberi contoh (voorbeelt)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
b. Pembiasaan (pakulinan, gewoontevorming)
c. Pengajaran (wulang-wuruk)
d. Laku (zelfbeheersching)
e. Pengalaman lahir dan batin (nglakoni, ngrasa) (Ki Hadjar Dewantara,
1977: 28).
Ki Hadjar Dewantara sebagai seorang pendidik mengemukakan betapa
pentingnya tiga pusat pendidikan ialah alam atau lingkungan keluarga, alam
perguruan dan alam pemuda (Darsiti Soeratman, 1989: 6). Setiap pusat
mempunyai tugas sendiri-sendiri tapi mempunyai tujuan yang sama. Sistem
pendidikan dengan menggunakan pendekatan tiga pusat tersebut dinamakan
Tripusat. Menurut Darsiti Soeratman, (1989: 7) tugas dari Tripusat atau tiga pusat
pendidikan itu adalah sebagai berikut.
1. Alam keluarga, pusat pendidikan yang pertama dan yang terpenting. Tugasnya
mendidik budi pekerti dan laku sosial,
2. Alam perguruan, pusat pendidikan yang berkewajiban mengusahakan
kecerdasan pikiran dan memberikan ilmu pengetahuan,
3. Alam pemuda, membantu pendidikan baik menuju kepada kecerdasan jiwa
maupun budi pekerti.
Daoed Joesoef (2007: 6) mengatakan bahwa Ki Hadjar Dewantara
mengadopsi sistem pendidikannya ke tanah air ini dengan konsepnya education is
part of culture, jadi yang diajarkan adalah culture atau kebudayaan. Tentu
kebudayaan bukan dalam arti seni pertunjukan ketoprak atau ludruk. Sistem
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
pendidikan Indonesia yang ideal adalah yang menghamba pada pertumbuhan dan
perkembangan anak didik sebagai warga negara Indonesia, oleh karena itu
pendidikan tidak dapat dilepaskan dengan pemikiran mendalam soal kebudayaan
bangsanya.
Kebudayaan adalah roh pendidikan dan menjadi ruang tempat proses demi
proses pendidikan itu terjadi. Kebudayaan akan mengantar bangsa Indonesia pada
dua arus utama, yakni pembangunan dan tuntutan peningkatan martabat manusia.
Dalam konteks ini pendekatan pembangunan pendidikan hanya akan berhasil jika
selalu ditempatkan dalam kerangka sitemik dan bukan ensiklopedik. Pada zaman
sekarang ini sangat sulit mengajarkan setiap hal berdasarkan pendekatan
fragmentaris belaka. Sebaliknya pendidikan seharusnya lebih diarahkan pada
metodologi umum yang dapat membantu anak didik dalam mengorganisasi
pengetahuan yang diperoleh selama mengikuti kegiatan.
b) Sekolah Tamansiswa
Tamansiswa merupakan suatu badan perjuangan yang berjiwa nasional yaitu
dengan ditandai suatu pergerakan sosial yang menggunakan kebudayaan sendiri
sebagai dasar perjuangannya. Tamansiswa tidak hanya menghendaki pembentukan
intelek saja, tetapi juga dan terutama pendidikan dalam arti pemeliharaan dan
latihan susila, (Darsiti Soeratman, 1989: 96).
Menurut Ki Soeratman (1982: 11), Tamansiswa adalah untuk mendidik agar
anak didik menjadi manusia merdeka, manusia yang berjiwa merdeka. Maksudnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
adalah supaya ciptanya merdeka (pikiran), rasanya merdeka (batin) dan karsanya
merdeka (karsa mendorong perbuatan-tenaga). Manusia merdeka merupakan tujuan
Tamansiswa dan sekaligus menjadi salah satu ciri pendidikan Tamansiswa yaitu
pendidikan merdeka.
Ki Soeratman juga menyebutkan bahwa nasionalisme yang ada di dalam
Tamansiswa adalah nasionalisme kultural yang selaras dengan kebutuhan
masyarakat, maka cara memberikan pendidikan kebangsaan itu dilakukan melalui
etik, sejarah kebudayaan, pelajaran bahasa, kesenian termasuk antara lain
permainan, nyanyian, tarian dan musik serta kepemudaan.
Dalam pengertian lain Tamansiswa sering disebut sebuah peguruan.
Perguruan merupakan tempat tinggal guru dan juga tempat guru mendidik murid-
muridnya (Pranata, 1959: 57). Istilah perguruan ini sengaja diambil untuk
membedakannya dari kata sekolah yang pada masa itu merupakan tempat yang
dalam perguruan muncul rasa kekeluargaan. Hubungan batin antara murid dengan
guru dan murid dengan murid akan lebih erat.
Tugas Tamansiswa adalah membina manusia-manusia merdeka, serta asas
kebangsaannya, yang di Eropa dalam abad ke-19 dicerminkan oleh aliran
liberalisme, mendapat ruang yang istimewa dalam semangat nasionalisme yang
sedang berkobar-kobar dalam masyarakat Indonesia (Pranata, 1959: 58). Semangat
nasionalisme inilah yang menjadi daya tarik orang-orang untuk masuk ke
Tamansiswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
Suharman (2005: 95) berpendapat bahwa setiap perguruan Tamansiswa dan
setiap pamong mempunyai kebebasan untuk mencari dan mencoba menemukan dan
menentukan sendiri teknik mendidik yang sesuai dengan garis kodrat pribadi
masing-masing dengan keadaan setempat yang berbeda-beda, dengan ketentuan
tidak mengingkari atau menyalahi asas dan tujuan Tamansiswa.
3. Pendidikan Pondok Pesantren
a) Konsep Pendidikan Islam
Islamisasi pengetahuan menurut Mujamil Qomar (2005: 223) adalah
merupakan respon terhadap keadaan pengetahuan yang tersekulerkan,
terdikotomikan, dan terbaratkan, sehingga mengarah pada deislamisasi. Dengan kata
lain islamisasi pengetahuan adalah bermaksud mengembalikan pengetahuan ke
dalam pengaruh nilai-nilai Islam, sebagaimana yang terjadi pada zaman kejayaan
Islam.
Sistem pendidikan Islam ditawarkan sebagai alternatif bagi umat Islam ini
merupakan koreksi selama ini terhadap sistem pendidikan yang berkembang dan
yang pernah ada. Tidak menutup kemungkinan sistem pendidikan barat dapat
diadaptasi tetapi tetap mengikuti petunjuk-petunjuk Islam. Dengan demikian
identitas, karakter dan kemandirian sistem pendidikan Islam merupakan pola-pola
dasar dari Islam yang dikembangkan untuk merangkai sistem pendidikan Islam itu
sendiri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
Sisi lain dari konsep pendidikan Islam menurut Murray adalah sebagai berikut.
One useful way to perceive educational trends in Indonesia, as well as in other Islamic societies, is from the vantage point of four goals on which an instructional system can focus. These are the goals (1) of producing good people (social/moral education); (2) of producing skilled communicators (basic education in reading, writing, speaking, listening, calculating); (3)of developing well-informed people who understand the physical and social universe (liberal or general education); and (4) of producing efficient worker (vocational education), (Thomas Murray, 1988: 897).
Menurut Murray, salah satu cara yang berguna untuk melihat gaya pendidikan
di Indonesia, serta dalam masyarakat Islam lainnya adalah dari sudut pandang
empat gol atau empat tujuan di mana sebuah sistem instruksional dapat fokus.
Tujuannya antara lain, (1) menghasilkan yang baik orang (pendidikan sosial atau
moral), (2) menghasilkan komunikator yang terampil (pendidikan dasar dalam
membaca, menulis, berbicara, mendengarkan, menghitung), (3) dari berkembang
baik informasi orang-orang yang memahami fisik dan sosial semesta (liberal atau
pendidikan umum), dan (4) pekerja yang efisien menghasilkan (pendidikan
kejuruan).
Dalam penjelasan Murray ingin menjelaskan model pendidikan di Indonesia
yang di dalamnya mempunyai tujuan menjadi manusia yang bermoral, mempunyai
pemahaman kognitif yang baik, tidak tertinggal dan mempunyai ketrampilan. Model
pendidikan yang diharapkan bukan hanya sekedar penguatan pemahaman kognitif
saja, melainkan juga mengembangkan moral dan ketrampilan.
Al Ghazali dengan hadist Rasulullah mengatakan, bahwa semua orang akan
rusak kecuali orang yang berfikir (terpelajar), yang terpelajar akan rusak kecuali
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
yang mengamalkan pengetahuannya, yang mengamalkan akan rusak kecuali yang
menggunakan ketulusan. Maka Zamakhsyari Dhofier (1984: 21) mengatakan tujuan
pendidikan Islam adalah memberikan moral, menghaluskan budi pekerti,
meningkatkan nilai-nilai kemanusiaan untuk mendekatkan diri kepada Allah.
Muhaimin (2002: 38) dalam konteks historik-sosiologik, pendidikan Islam
pernah dimaknai sebagai pendidikan atau pengajaran keagamaan atau keislaman
dalam rangka tarbiah al-muslimin (mendidik orang-orang Islam) untuk melengkapi
dan membedakan dengan pendidikan sekuler (non keagamaan atau non keislaman).
Misalnya adanya sistem pendidikan madrasah diniyah (sekolah agama sore hari)
yang didirikan sebagai wahana penggalian, kajian dan penguasaan ilmu-ilmu
keagamaan serta pengalaman ajaran agama Islam bagi para peserta didik muslim
yang pada pagi harinya menempuh pendidikan yang didirikan oleh pemerintah
kolonial Sistem pendidikan Islam semacam itu sampai sekarang ini masih tumbuh
dan berkembang.
Pendidikan merupakan persoalan hidup dan kehidupan dan seluruh proses
hidup dan kehidupan manusia adalah proses pendidikan maka pendidikan Islam
pada dasarnya hendak mengembangkan pandangan hidup Islami, yang diharapkan
tercermin dalam sikap hidup dan ketrampilan hidup orang Islam, (Muhaimin, 2002:
39).
Selanjutnya menurut Jalaludin, (2001: 76) pendidikan Islam sebagai usaha
untuk membimbing dan mengembangkan potensi manusia secara optimal agar dapat
digunakan dalam memerankan dirinya sebagai pengabdi Allah yang setia. Jadi bisa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
disimpulkan bahwa nilai-nilai yang ditanamkan dalam pendidikan Islam bukan
hanya berhenti pada munculnya perilaku untuk berbuat baik saja, tetapi pendidikan
Islam haruslah didasarkan pada kesadaran ketuhanan yang kuat.
Pendidikan karakter dalam Islam memiliki keunikan dan perbedaan dengan
pendidikan karakter di dunia Barat. Menurut Abdul Majid perbedaan- perbedaan
tersebut mencakup penekanan terhadap prinsip-prinsip agama, aturan dan hukum
dalam memperkuat moralitas dan penekanan pada pahala di akhirat sebagai
motivasi berperilaku moral. Inti dari perbedaan-perbedaan tersebut adalah
keberadaan wahyu Ilahi sebagai sumber dan rambu-rambu dalam pendidikan
karakter Islam, (2011: 58).
b) Pengertian Pondok Pesantren
Pesantren merupakan bagian dari infrastruktur masyarakat yang secara makro
telah berperan menyadarkan komunitas masyarakat yang mempunyai idealisme,
kemampuan intelektual, dan perilaku mulia (al-akhlaq al-karimah) guna menata dan
membangun karakter bangsa yang paripurna.
Definisi singkat istilah pondok adalah tempat sederhana yang merupakan
tempat tinggal kiai bersama para santrinya (Hasbullah, 1999: 142). Di Jawa,
besarnya pondok tergantung pada jumlah santrinya. Adanya pondok yang sangat
kecil dengan jumlah santri kurang dari seratus sampai pondok yang memiliki tanah
yang luas dengan jumlah santri lebih dari tiga ribu. Tanpa memperhatikan berapa
jumlah santri, asrama santri wanita selalu dipisahkan dengan asrama santri laki-laki.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
Komplek sebuah pesantren memiliki gedung-gedung selain dari asrama santri
dan rumah kiai, termasuk perumahan kiai, gedung madrasah, lapangan olahraga,
kantin, koperasi, lahan pertanian dan atau lahan pertenakan. Kadang-kadang
bangunan pondok didirikan sendiri oleh kiai dan kadang-kadang oleh penduduk
desa yang bekerja sama untuk mengumpulkan dana yang dibutuhkan.
Kata pondok pesantren sendiri merupakan gabungan antara kata pondok dan
pesantren. Pondok pesantren merupakan suatu lembaga pendidikan agama Islam
tumbuh serta diakui masyarakat sekitar, dengan sistem asrama (kompleks) dimana
santri-santri menerima pendidikan agama melalui sistem pengajian atau madrasah
yang sepenuhnya berada dibawah kedaulatan dari leadership seseorang atau
beberapa orang kiai dengan ciri-ciri khas yang bersifat karismatik serta independen
dalam segala hal.
Marwan dalam Achmad Patoni (2007: 91) juga berpendapat bahwa pondok
pesantren berarti suatu lembaga pendidikan dan pengajaran agama Islam yang pada
umumnya pendidikan dan pengajaran tersebut diberikan dengan cara bandongan
dan sorogan dimana kiai mengajar santri berdasarkan kitab-kitab yang tertulis
dalam bahasa Arab oleh ulama-ulama besar sejak abad pertengahan, sedang santri
tinggal di pondok atau asrama.
Metode sorogan merupakan suatu metode pengajaran yang bersifat individual,
dimana santri belajar secara langsung dan berhadapan dengan kiai. dalam metode
ini yang dilakukan santri adalah mereka membawa kitab tertentu kepada sang kiai
dan membacanya dihadapan kiai. Selanjutnya, kiai mendengarkan bacaan santri dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
kalau dirasa perlu Dia membenarkan apa yang dibaca santri bila terjadi kesalahan.
Berbeda dengan sistem sorogan, sistem bandongan merupakan metode pengajaran
dimana kiai menghadapi santri secara klasikal yang masing-masing santri
memegang kitab yang sama. Kiai membacakan, menerjemahkan dan menerangkan
teks-teks Arab gundul (tanpa harakat), sedangkan santri menyimak.
Pendapat lain sebuah lembaga yang bernama pondok pesantren adalah suatu
komunitas tersendiri, di dalamnya hidup bersama-sama sejumlah orang yang dengan
komitmen hati dan keikhlasan atau kerelaan mengikat diri dengan kiai, tuan guru,
buya, ajengan atau nama lainnya untuk hidup bersama dengan standar moral
tertentu, membentuk budaya tersendiri. Sebuah komunitas disebut pondok pesantren
minimal ada kiai, masjid, asrama (pondok), pengajian kitab kuning atau naskah
salaf tentang ilmu-ilmu keislaman, (Achmad Patoni, 2007: 92).
Berdasarkan perspektif keterbukaan terhadap perubahan yang terjadi pondok
pesantren dibagi menjadi salafi dan khalafi. Salafi tetap mengajarkan kitab-kitab
Islam klasik sebagai inti pengajarannya. Pondok pesantren khalafi telah
memasukkan pelajaran umum dalam madrasah yang dikembangkannya atau
membuka tipe-tipe sekolah umum dilingkungan pondok pesantren.
Dari sisi pendidikan yang dikembangkan ada tiga tipe pondok pesantren.
Pertama, memiliki santri yang belajar dan tinggal bersama kiai, kurikulum
tergantung kiai dan pengajuan secara individual. Kedua, memiliki madrasah,
kurikulum tertentu, pengajaran bersifat aplikasi, kiai memberikan pelajaran secara
umum dalam rentang waktu tertentu, santri bertempat tinggal di asrama untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
mempelajari pengetahuan umum dan agama. Ketiga, hanya berupa asrama, santri
belajar di sekolah, madrasah, bahkan perguruan tinggi, sementara kiai sebagai
pengawas dan pembina mental.
Menurut Mohammad Iskandar (2001: 91) pesantren pada dasarnya merupakan
asrama pendidikan Islam tradisional di mana para siswanya tinggal bersama dan
belajar di bawah bimbingan seorang atau lebih guru yang dikenal dengan sebutan
kiai atau ajegan. Unsur-unsur pesantren adalah masjid, pondok atau kobong, santri,
pelajaran kitab-kitab Islam klasik yang sekarang dikenal dengan sebutan kitab-kitab
kuning dan kiai. Biasanya letak asrama atau pondokan para santri tidak berjauhan
dengan masjid dan rumah kiai.
Menurut Sumarsono Mustoko (1986: 65) para santri yaitu murid-murid yang
belajar, diasramakan dalam suatu kompleks yang dinamakan pondok. Pondok
tersebut dapat dibangun atas biaya guru yang bersangkutan ataupun atas biaya
bersama dari masyarakat desa pemeluk agama Islam. Pesantren tersebut disamping
berfungsi sebagai pondok juga dapat digunakan bersama untuk diusahakan antara
para guru dan santri.
Zamakhsari Dhofier (1985: 51-52) membagi santri menjadi dua tipe. Pertama,
santri mukim adalah murid-murid yang berasal dari daerah yang jauh dan menetap
dalam kelompok. Santri mukim yang paling lama tinggal disebuah pesantren
biasanya merupakan satu kelompok tersendiri yang memegang tanggungjawab
mengajar santri-santri muda tentang kitab-kitab dasar dan menengah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
Kedua adalah santri kalong, yaitu murid-murid yang berasal dari desa-desa
sekeliling pesantren, yang biasanya tidak menetap dalam pesantren. Untuk
mengikuti pelajaran di pesantren mereka pulang-pergi dari rumahnya sendiri.
Biasanya pada pesantren kecil santri kalong lebih banyak, sedangkan dalam
pesantren besar santri mukim lebih banyak jumlahnya.
Salah satu niat pondok selain dari yang dimaksudkan sebagai tempat asrama
para santri adalah sebagai tempat latihan bagi santri untuk mengembangkan
ketrampilan kemandiriannya agar mereka siap hidup mandiri dalam masyarakat
sesudah tamat dari pesantren. Santri harus memasak sendiri, mencuci pakaian
sendiri dan diberi tugas seperti memelihara lingkungan pondok, (Dhofier, 1985:45).
Orang tua membawa anaknya ke pondok pesantren untuk dua tujuan, yaitu
untuk belajar dan tinggal di pesantren lebih murah serta juga dimata orang tua bisa
memberi latihan disiplin (Pradjarta Dirdjosanjoto. 1999: 150). Kemandirian,
kesetiakawanan, disiplin merupakan harapan hasil dari pendidikan di pondok
pesantren. Harapan lain adalah supaya anak mereka bisa lebih mendalami dan
menghayati nilai-nilai islam. Pendidikan yang murah dan harapan mulia menjadi
daya tarik orang tua untuk menyekolahkan anaknya ke pondok pesantren.
Pesantren berfungsi sebagai lembaga pendidikan, lembaga sosial dan
penyiaran agama. Abuddin Nata (2001: 112) berpendapat sebagai lembaga
pendidikan, pesantren menyelenggarakan pendidikan formal (madrasah, sekolah
umum dan perguruan tinggi) dan pendidikan nonformal yang secara khusus
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
mengajarkan agama yang sangat kuat dipengaruhi oleh pikiran-pikiran ulama fikih,
hadis, tafsir, tauhid dan tasawuf.
Ronald Lukens (2010: 9) berpendapat tentang pendidikan di pesantren
khususnya dalam kurikulum dan yang dikembangkan adalah sebagai berikut.
The curriculum found in contemporary pesantren can be devided into four basic areas: religious education (ngaji), character development, vocational skills training and general education. The first three types of instruction are rigidly gender segregated. At some pesantren general education may be co-educational following the example of the government schools, thougt this has proven to be somewhat problematic. Religious education involves studying texts, which include the Qur’an, Hadith and the classical texts which include commentaries on scripute, expositions on mystic.
Ronald Lukens berpendapat bahwa kurikulum ditemukan di pesantren
kontemporer dapat dibagi menjadi empat bidang dasar antara lain pendidikan agama
(ngaji), pengembangan karakter, pelatihan ketrampilan kejuruan dan pendidikan
umum. Pada beberapa pendidikan dipesantren mengikuti contoh pendidikan pada
umumnya di sekolah-sekolah. Dalam pendidikan agama memasukan pelajaran teks
yang meliputi Al Qur’an, hadist dan teks klasik.
Sebagai lembaga sosial, pesantren menampung anak-anak dari segala lapisan
masyarakat muslim, tanpa membedakan tingkat sosial ekonomi mereka. Sementara
itu setiap hari menerima tamu yang datang dari masyarakat. Mereka datang untuk
bersilaturahim, berkonsultasi, memohon doa, meminta nasihat dan sebagainya.
Sebagai penyiaran agama Islam, masjid pesantren sering dipakai untuk majelis
taklim (pengajian), diskusi keagamaan dan berdakwah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
Sesuai dengan fungsinya pesantren memiliki prinsip-prinsip utama dalam
menjalankan pendidikannya. Menurut Abuddin Nata (2001: 113) ada dua belas
prinsip yang seharusnya dipegang teguh pesantren yaitu (1) theocentric (2) sukarela
dalam pengabdian; (3) kearifan; (4) kesederhanaan; (5) kolektivitas; (6) mengatur
kegiatan bersama; (7) kebebasan terpimpin; (8) kemandirian; (9) pesantren adalah
tempat untuk mencari ilmu dan mengabdi; (10) mengamalkan ajaran agama; (11)
belajar di pesantren bukan mencari ijazah; (12) restu kiai artinya semua perbuatan
yang dilakukan setiap warga pesantren bergantung pada kerelaan dan doa kiai.
Jadi bisa disimpulkan bahwa pondok pesantren adalah sebuah tempat tinggal
santri atau asrama santri yang digunakan dalam proses belajar agama, sosial,
pendidikan dan sebagai pengembangan minat dan bakat santri.
c) Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta
Yayasan Ali Maksum dalam sejarah berdirinya tidak terlepas dari sejarah
Pondok Pesantren Krapayak Yogyakarta dan al-maghfurlah KH. Ali Maksum.
Pondok Pesantren Krapyak didirikan tahun 1910 oleh al-maghfurlah KH. M.
Moenawwir, merupakan salah satu pesantren di Indonesia yang telah dikenal luas di
berbagai kalangan. Hal tersebut disebabkan karena Pondok Pesantren Krapyak
Yogyakarta telah mampu menunjukan perannya dalam membina umat, menyiapkan
kader-kader bangsa yang memiliki kesatuan wawasan dan kedalaman ilmu dengan
landasan keimanan dan ketakwaan yang baik, Tim Yayasan Pondok Pesantren Ali
Maksum (2011: 5).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
Arif Subhan (2003: 76) menyatakan bahwa Pondok Pesantren Krapyak
Yogyakarta dikenal sebagai pesantren Al Quran sehingga mempunyai
ketergantungan yang cukup tinggi terhadap KH. Munawir. Ketika tokoh ini tiada,
sementara dikalangan anggota keluarga tidak ada yang memiliki kemampuan setara,
maka reputasi pesantren mulai menurun. Dalam kondisi tersebut Ali Maksum tiba di
Krapyak dengan mempertahankan ciri yang dikenal pesantren Al Quran. Ali
Maksum mempertahankan ciri khas itu dan menambah sistem madrasah di
lingkungan pesantren.
Dengan adanya madrasah tidak mengurangi tradisi pondok pesantren yang
sudah berjalan. Justru akan membentuk kepribadian dengan banyak faktor yang
brepengaruh pada santri seperti faktor lingkungan dan keteladanan. Sekarang
Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta berkembang cukup pesat. Madrasah dari
tingkat paling bawah sampai tingkat tinggi ada dalam Pondok Pesantren Krapyak
Yogyakarta.
B. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan dari Miftahuddin, Grendi Hendrastomo dan Sudrajat
yang berjudul Implementasi Pendidikan Karakter di Pondok Pesantren Krapyak
Yogyakarta: Menggali Nilai-Nilai Moderasi Untuk Aksi Berbangsa dan Bernegara.
Dalam penelitian ini dijelaskan implementasi pendidikan karakter di Pondok
Pesantren Krapyak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
Penelitian relevan lainnya salah satunya oleh Suharman, dengan judul Nilai-
Nilai Kebangsaaan dalam Ajaran Tamansiswa dan Aktualisasinya di Bidang
Pendidikan (Studi Kasus di SMA Taman Madya Yogyakarta). Penelitian ini
menekankan pada pembentukan karakter dalam nilai-nilai kebangsaan di SMA
Taman Madya Ibu Pawiyatan Yogyakarta. Dari dua penelitian tersebut penulis akan
membahas pola pendidikan karakter yang terdapat di Tamansiswa dan Pondok
Pesantren Krapyak, sehingga terdapat perbedaan dalam pengkajiannya.
C. Kerangka Berpikir
Pendidikan karakter dibutuhkan untuk menumbuhkan moral atau karakter
yang ada dalam lembaga pendidikan. Oleh karena itu dibutuhkan pemahaman
tentang pentingnya penerapan dan evaluasi dari pendidikan karakter. Pola
pendidikan karakter di setiap lembaga pendidikan mempunyai ciri yang berbeda.
Hal itu bisa dilihat dalam lembaga pendidikan Tamansiswa yaitu di SMA Taman
Madya Ibu Pawiyatan dan Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta yaitu di
Madrasah Aliyah Ali Maksum.
Pola pembetukan karakter yang diterapkan mempunyai pengaruh yang
berbeda dan berkembang dengan ideologinya. Persepsi yang baik tentang
pendidikan karakter akan mempermudah penerapan pendidikan karakter di sekolah.
Siswa mempunyai respon dalam pola pengembangan pendidikan karakter dengan
aktualisasi (pengamalan) dan persepsinya terhadap pembelajaran yang terdapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
disekolah masing-masing. Harapannya semua proses tersebut mempunyai
keselarasan dengan tujuan pendidikan nasional.
Bagan Kerangka Pikir
Grand Desain Pendidikan Karakter Bangsa
Budaya sekolah
Pola pendidikan karakter di Tamansiswa
Pola pendidikan karakter di Pondok Pesantren Krapyak
Respon dan aktualisasi (pengamalan) nilai karakter pada
siswa
Tujuan Pendidikan Nasional
Persepsi pengajar dan siswa tentang pendidikan karakter
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu
1. Tempat Penelitian
Tempat dalam penelitian ini adalah di wilayah Yogyakarta. Objek penelitian
yang diambil di SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan dan Madrasah Aliyah Ali
Maksum Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta.
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian ini direncanakan dan dilaksanakan pada bulan November
2011 – Juni 2012. Adapun rincian waktu penelitian akan direncanakan sebagai
berikut.
B. Bentuk dan Strategi Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif deskriptif. Jenis
penelitian ini akan lebih memperjelas informasi kualitatif dengan deskripsi yang
teliti, lebih bernuansa dan melihat aspek manusia secara lebih berisi atau
substansial. Strategi yang dipilih adalah studi kasus ganda terpancang. Penelitian
yang akan diteliti mempunyai sasaran (lokasi studi) lebih dari satu yang mempunyai
perbedaan karakteristik dan sudah diarahkan atau ditentukan oleh peneliti.
43
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
C. Data dan Sumber Data
Dalam penelitian ini sumber data yang digunakan adalah informan, tempat
dan peristiwa, dokumen atau arsip yang berhubungan SMA Taman Madya Ibu
Pawiyatan dan Madrasah Aliyah Ali Maksum Pondok Pesantren Krapyak
Yogyakarta. Data dan sumber data yang akan diteliti adalah sebagai berikut.
1. Informan atau nara sumber, yang terdiri dari pengelola sekolah, pengajar
serta siswa atau peserta didik baik di SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan dan
Madrasah Aliyah Ali Maksum Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta.
2. Tempat dan aktivitas dalam pembelajaran adalah perpustakaan, ruang kelas
dan lingkungan sekolah di SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan dan Madrasah
Aliyah Ali Maksum Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta.
3. Dokumen dan arsip terkait dengan Tamansiswa dan Pondok Pesantren
Krapyak Yogyakarta.
D. Teknik Sampling
Penelitian kualitatif cenderung menggunakan teknik cuplikan yang bersifat
selektif dengan menggunakan pertimbangan berdasarkan konsep teoritis yang
digunakan, keingintahuan pribadi peneliti, karakteristik empirisnya dan lain-lainnya.
Oleh karena itu cuplikan yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive
sampling (cuplikan) dengan criterion-based selection sebagaimana yang
dikemukakan oleh Goetz dan LeCompte (dalam Sutopo, 2006: 229).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
Purposive sampling digunakan untuk pertimbangan dapat memilih informan
secara selektif dengan mempertimbangkan kemampuan yang dimiliki tentang pola
pendidikan karakter di Tamansiswa dan Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta.
Adapun informan yang direncanakan adalah pengelola sekolah, pengajar dan siswa
yang terdapat di SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan dan Madrasah Aliyah Ali
Maksum Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta.
Pada cuplikan yang bersifat internal diharapkan dapat mewakili informasi
bukan populasinya. Dalam teknik cuplikan informan yang kecil bisa menjelaskan
informasi tertentu secara lengkap dan benar daripada banyak informan dan nara
sumber tetapi kurang mengetahui dan memahami informasi yang sebenarnya.
Sampling dalam penelitian kualitatif sifatnya internal mengarah kepada
kemungkinan generalisasi teoritis. Dengan menerapkan strategi tersebut diharapkan
mendapatkan data yang akurat dan reliable sehingga penelitian ini dapat berhasil
memuaskan.
E. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mengumpulkan data dalam kegiatan penelitian diperlukan cara-cara
atau teknik pengumpulan data tertentu. Sesuai dengan bentuk penelitian kualitatif
deskriptif, maka teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
1. Observasi Langsung
Pada penelitian ini observasi yang digunakan adalah observasi langsung
dengan partisipasi aktif. Dalam observasi ini peneliti ikut dalam apa yang dilakukan
nara sumber, tetapi tidak terlibat dalam semua kegiatannya. Observasi dilakukan
dengan cara formal dan informal.
2. Wawancara Mendalam (in-depthinterviewing)
Wawancara adalah percakapan tertentu, percakapan itu dilakukan oleh dua
pihak yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang
diwawancarai (interviwee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Moleong,
2005: 186). Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara
mendalam.
Dengan menggunakan wawancara ini maka peneliti peneliti dapat
mengajukan pertanyaan secara terfokus sehingga informasi yang bisa dikumpulkan
terfokus dan semakin rinci atau mendalam. Kelonggaran dan kelenturan inilah yang
akan mampu mengorek informasi dan kejujuran informan terkait dengan penerapan
pola pendidikan karakter di Tamansiswa dan Pondok Pesantren Krapyak.
Wawancara ini akan dilakukan pada semua informan yang terdiri dari Kepala
Sekolah atau Pengurus Yayasan, Guru atau pengajar dan murid.
3. Mencatat Dokumen (content analysis)
Teknik ini dilakukan untuk mengumpulkan data yang bersumber dari
dokumen dan arsip yang berkaitan dengan penerapan pola pendidikan karakter di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan dan Madrasah Aliyah Ali Maksum Pondok
Pesantren Krapyak Yogyakarta.
F. Validitas Data
Untuk menjamin kebenaran data yang dikumpulkan perlu dilakukan
validitas data. Secara umum dalam penelitian kualitatif teknik pengembangan
validitas data yang digunakan adalah teknik trianggulasi. Dalam penelitian ini
teknik trianggulasi yang digunakan adalah trianggulasi data (data trianggulation),
trianggulasi peneliti (investigator triangulation), trianggulasi metode
(methodological trianggulation) dan trianggulasi teori (theoretical trianggulation).
1. Trianggulasi data (data trianggulation)
Trianggulasi data atau sumber adalah teknik trianggulasi yang dilakukan
dengan mengumpulkan data sejenis dari beberapa sumber data yang berbeda. Dalam
penelitian ini data tentang kompetensi guru, pembelajaran sejarah, kendala-kendala
yang dihadapi oleh guru, kompetensi siswa dan hasil yang dicapai oleh siswa yang
dapat digali dari sumber data yang berbeda berupa informan/ narasumber, peristiwa/
aktivitas dan arsip/ dokumen.
2. Trianggulasi peneliti (investigator triangulation)
Menurut Sutopo (2006: 96) yang dimaksud dengan Trianggulasi peneliti
adalah hasil penelitian baik data atau pun simpulan mengenai bagian tertentu atau
keseluruhannya bisa diuji validitasnya dari beberapa peneliti terhadap semua
informasi yang berhasil digali dan dikumpulkan yang berupa catatan, dan bahkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
sampai dengan simpulan-simpulan sementara, diharapkan bisa terjadi pertemuan
pendapat yang pada akhirnya bisa lebih memantabkan hasil akhir penelitian.
3. Trianggulasi metode (methodological trianggulation)
Trianggulasi metode adalah teknik trianggulasi yang dilakukan dengan
mengumpulkan data sejenis dengan menggunakan metode yang berbeda. Data
sejenis yang dikumpulkan dengan metode yang berbeda dibandingkan dan ditarik
simpulan data yang lebih kuat validitasnya (Sutopo, 2006: 95). Dalam penelitian ini
data tentang kompetensi guru, pembelajaran sejarah, kendala-kendala yang dihadapi
oleh guru, kompetensi siswa dan hasil yang dicapai oleh siswa yang dikumpulkan
melalui observasi langsung dibandingkan dengan hasil wawancara dan mencatat
dokumen.
4. Triangulasi teori (theoretical triangulation)
Dalam trianggulasi teori peneliti dengan menggunakan perspektif lebih dari
satu teori dalam membahas permasalahan yang dikaji. Dalam hal ini peneliti bisa
membahas informasinya dengan teori-teori dari disiplin ilmu yang berbeda atau bisa
dengan perspektif teori-teori yang berbeda tetapi masih dalam satu disiplin ilmu.
G. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian kualitatif proses analisis dilakukan sejak awal bersamaan
dengan proses pengumpulan data. Teknik analisis dalam penelitian ini bersifat
induktif yaitu teknik analisis yang tidak dimaksudkan untuk membuktikan suatu
prediksi atau hipotesis penelitian, tetapi simpulan dan teori yang dihasilkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
berbentuk dari data yang dikumpulkan. Sifat analisis induktif menekankan
pentingnya apa yang sebenarnya terjadi di lapangan yang bersifat khusus
berdasarkan karakteristik konteksnya. Dalam penelitian ini analisis induktif yang
digunakan adalah teknik analisis interaktif, yaitu setiap data yang diperoleh dari
lapangan selalu dinteraksikan atau dibandingkan dengan unit data yang lain
(Sutopo, 2006: 107).
Dalam proses analisis interaktif terdapat tiga komponen yang harus
dipahami oleh para peneliti yaitu (1) pengumpulan data, (2) reduksi data, (3) sajian
data (4) penarikan simpulan/ verifikasi.
1. Pengumpulan data
Dalam analisis data peneliti harus mengumpulkan data yang telah didapat
sebelum direduksi. Data yang dikumpulkan bisa dari data lapangan (fieldnotes)
termasuk data dari informan dan teori-teori yang berhubungan dengan tema yang
diambil peneliti.
2. Reduksi data (data reduction)
Reduksi data merupakan proses pemilihan, pemfokusan, penyederhanaan
data kasar yang ada dalam fieldnotes (catatan lapangan). Dalam proses reduksi data
peneliti berusaha menggolongkan, menajamkan, mengarahkan dan membuang data
lapangan yang tidak diperlukan. Selama pengumpulan data berlangsung, reduksi
data dilakukan dengan membuat ringkasan isi dari catatan daya yang diperoleh
dilapangan. Dalam menyusun ringkasan tersebut peneliti membuat coding,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
memusatkan tema, menentukan batas-batas permasalahan, dan juga menulis memo.
Proses reduksi ini berlangsung sampai laporan akhir penelitian disusun.
3. Sajian data (data display)
Sajian data merupakan rakitan organisasi informasi, deskripsi dalam bentuk
narasi lengkap sehingga simpulan penelitian dapat dilakukan. Sajian data disusun
berdasarkan pokok-pokok yang terdapat reduksi data dan disajikan dengan
menggunakan kalimat dan bahasa yang digunakan secara logis dan sistematis
sehingga mudah dipahami. Sajian data selain dalam bentuk narasi kalimat, juga
meliputi berbagai jenis matriks, gambar atau skema, jaringan kerja, agenda atau
kegiatan, dan tabel sebagai pendukung narasinya.
4. Penarikan simpulan/ verifikasi (conclusion drawing/ verifying)
Sejak tahap awal pengumpulan data, peneliti harus sudah mulai memahami
makna dari berbagai hal yang ditemukan, pernyataan-pernyataan, konfigurasi-
konfigurasi yang mungkin, alur sebab akibat dari berbagai porsi. Selanjutnya setelah
verifikasi dilakukan penarikan simpulan.
Untuk lebih jelas, proses model analisis interaktif dapat digambarkan dengan
skema sebagai berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
Gambar Model Analisis Interaktif
Sumber: (Sutopo, 2006: 120)
Pengumpulan Data
Reduksi data Sajian data
Penarikan simpulan/ verifikasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Diskripsi Lokasi Penelitian
a. Deskripsi SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan Yogyakarta
SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan terletak di jalan Tamansiswa No. 25 d,
Yogyakarta. Sekolah ini masuk dalam kecamatan Mergangsan dan masuk dalam
kota Yogyakarta. SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan terletak dalam komplek
Tamansiswa Ibu Pawiyatan, yaitu tepatnya dibelakang Taman Dewasa (SMP) dan
Taman Muda (SD) Ibu Pawiyatan. Letak dari yayasan Tamansiswa Ibu Pawiyatan
sebelah samping kiri kira-kira 100 meter dari SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan,
(catatan lapangan nomor 12).
Bagi pendatang baru dan belum hafal daerah Yogyakarta, maka untuk ke
SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan bisa ditempuh dengan naik bis dan kereta. Naik
bis bisa turun di Terminal Giwangan dan selanjutnya naik bis Trans Jogja jalur 4A,
kemudian turun di halte jalan Kusumanegaran. Setelah itu cukup jalan kaki ke SMA
Taman Madya atau bisa naik becak karena jarak antara halte Trans Jogja dan
sekolah cukup dekat. Tarif naik bis Trans Jogja cukup membayar Rp. 3000 untuk
sekali jalan.
Cara lain berkunjung ke SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan bisa ditempuh
dengan naik Kobutri 17 dan turun di depan Tamansiswa. Bagi pendatang dari luar
daerah bisa menggunakan kereta. Lebih mudahnya turun di Stasiun Tugu, kemudian
52
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
naik bis Trans Jogja jalur 4A dan turun di halte Kusumanegaran. Naik becak atau
jalan kaki untuk menuju ke SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan.
SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan berdiri tahun 1941. Status dari SMA
Taman Madya Ibu Pawiyatan sudah Terakreditasi A. Hal ini membuat kualitas
sekolah ini cukup bagus. Dalam fasilitas fisik di SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan
mempunyai 38 jenis ruang. Ruang tersebut terdiri dari ruang kelas belajar, ruang
guru, ruang kepala sekolah, ruang administrasi, ruang perpustakaan, ruang kantin
dan ruang laboratorium serta ruang aula yang dapat digunakan sebagai
pengembangan siswa dalam menunjang proses pembelajaran. Ruang-ruang tersebut
kondisinya masih cukup bagus.
Ruang yang cukup banyak dan luas ternyata tidak diimbangi dengan jumlah
siswanya yang cukup sedikit. Akhir-akhir ini SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan
mengalami penurunan peserta didik yang cukup drastis. Pada tahun akademik
2011/2012 hanya terdapat 6 kelas. Kelas X terdapat 2 kelas, kelas XI terdapat 2
kelas dan kelas XII juga terdapat 2 kelas, (catatan lapangan nomor 12).
Dalam upaya mendukung kegiatan belajar mengajar SMA Taman Madya Ibu
Pawiyatan menyediakan sarana dan prasarana berupa gedung dan aula serta ruang
laboratorium. Laboratorium yang digunakan adalah laboratorium IPA, bahasa dan
komputer serta perpustakaan. Dalam bidang olahraga sekolah juga menyediakan
lapangan olahraga meliputi lapangan sepak bola, lapangan basket, lapangan bola
voli dan lapangan badminton. Lapangan sepak bola berada di depan sekolah,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
sedangkan lapangan basket, lapangan voli dan lapangan badminton berada dalam
sekolah.
Dalam menjalankan ibadah terutama umat Islam disediakan Mushola untuk
membina sikap ibadah kepada Tuhan Yang Maha Esa. Disediakan juga kantin untuk
pamong, siswa dan karyawan SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan. Untuk
mengembangkan minat baca disediakan perpustakaan sekolah. Tempat parkir cukup
luas dan dijaga oleh Satpam untuk keamanan dan kedisiplinan sekolah. Sarana yang
cukup memadai ini menunjukkan bahwa SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan
Yogyakarta secara fisik termasuk sekolah yang ideal. Artinya apabila sarana ini
dimaksimalkan atau dimanfaatkan dengan baik maka dapat menunjang aktivitas
siswa dengan optimal.
SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan merupakan sekolah yang mempunyai
Sumber Daya Manusia (SDM) tenaga pendidik yang cukup baik. Guru di
Tamansiswa biasanya disebut dengan pamong. Jumlah pamong yang ada di SMA
Taman Madya Ibu Pawiyatan berjumlah 33 tenaga pendidik. Sebagian pamong aktif
dalam pengembangan keilmuan, workshop, aktif dalam kegiatan Musyawarah Guru
Mata Pelajaran (MGMP) serta ada yang menempuh studi lanjut (S2). Dari 33
pamong tersebut terdapat 4 pamong lulusan dari S2, terdapat 28 pamong lulusan S1
(sarjana) dan 1 pamong lulusan Diploma (D3). Adapun pamong yang sudah
diangkat PNS berjumlah 3 orang, sedangkan yang guru tetap yayasan sebanyak 9
orang dan guru tidak tetap sebanyak 21 orang. Untuk mendukung kegiatan sekolah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
maka dibantu 8 karyawan, (Dokumen Profil SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan
2012: 2).
SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan Yogyakarta mempunyai visi, misi dan
tujuan sebagai langkah strategis untuk mengembangkan mutu pendidikan di
sekolah. Menurut kurikulum SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan Yogyakarta tahun
2011-2012 visi sekolah yaitu berwawasan kebangsaan, unggul dalam IPTEK
berlandasan mutu religius untuk mewujudkan manusia berbudi pekerti luhur. Untuk
mewujudkan visi tersebut maka SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan Yogyakarta
mempunyai misi antara lain sebagai berikut.
a. Menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif dalam upaya
meningkatkan mutu pembelajaran.
b. Menumbuh kembangkan semangat keunggulan dan bernalar sehat kepada para
peserta didik, guru dan karyawan sehingga berkemauan kuat untuk terus maju.
c. Meningkatkan komitmen seluruh tenaga kependidikan terhadap tugas pokok
dan fungsinya.
d. Mengembangkan teknologi informasi dan komunikasi dalam pembelajaran
dan administrasi sekolah.
e. Meningkatkan kualitas dan kuantitas sarana pendidikan, Sumber Daya
Manusia (SDM) dalam upaya peningkatan mutu.
Selain visi dan misi, SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan Yogyakarta
mempunyai tujuan pendidikan yang menjadi harapan untuk mengembangkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
peserta didik. Adapun tujuan pendidikan SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan
Yogyakarta adalah sebagai berikut.
a. Mempersiapkan peserta didik yang bertaqwa kepada Allah Tuhan Yang Maha
Esa dan berakhlak mulia.
b. Menanamkan sikap saling menghargai seni budaya dari berbagai daerah pada
peserta didik untuk menciptakan persatuan bangsa.
c. Mempersiapkan peserta didik agar menjadi manusia yang berkepribadian,
cerdas, berkualitas, dan berprestasi dalam bidang olahraga dan seni.
d. Membekali peserta didik agar memiliki keterampilan teknologi informasi dan
komunikasi serta mampu mengembangkan diri secara mandiri.
e. Menanamkan peserta didik sikap ulet dan gigih dalm berkompetisi,
beradaptasi dengan lingkungan dan mengembangkan sikap sportifitas.
f. Membekali peserta didik dengan ilmu pengetahuan dan teknologi agar mampu
bersaing dan melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi atau masuk dunia kerja,
(Dokumen Kurikulum SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan, 2012: 6).
Untuk mendukung visi, misi dan tujuan pendidikan SMA Taman Madya Ibu
Pawiyatan membuat kegiatan pengembangan diri atau kegiatan ekstrakurikuler.
Kegiatan ini dilaksanakan diluar jam kelas. Kegiatan pengembangan diri dalam
stuktur kurikulum dilaksanakan 2 jam pelajaran, tetapi dalam pelaksanaannya lebih
dari 2 jam pembelajaran karena kegiatan tersebut dilaksanakan diluar jam
pembelajaran sekolah. Kegiatan pengembangan diri dalam SMA Taman Madya Ibu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
Pawiyatan Yogyakarta meliputi seni karawitan seni theater, seni lukis, seni musik,
olahraga basket, sepak bola, pencak silat, dan seni tari.
Dalam kurikulum SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan terdapat tiga pelajaran
muatan lokal yaitu pendidikan ketamansiswaan, pendidikan budi pekerti dan
pelajaran bahasa sastra dan budaya Jawa. Setiap pelajaran tersebut mempunyai
alokasi waktu 1 jam pembelajaran setiap minggunya, baik di kelas X, kelas XI dan
kelas XII.
b. Diskripsi Madrasah Aliyah Ali Maksum Pondok Pesantren Krapyak
Yogyakarta
Madrasah Aliyah Ali Maksum terletak di dusun Krapyak, desa
Panggungharjo, Kecamatan Sewon, Kabupaten Bantul, Propinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta. Sebelah utara berbatasan dengan tapat batas kotamadya Yogyakarta
dan Kabupaten Bantul. Lokasi Madrasah Aliyah Ali Maksum berada di jalan K.H.
Ali Maksum. Dusun Krapyak adalah salah satu dusun yang cukup maju
dibandingkan dengan dusun-dusun lain yang berada di Desa Panggungharjo.
Kemajuan tersebut tidak lepas dari berbagai faktor. Salah satunya adalah letak
geografis yang cukup mendukung, yakni dekat dengan daerah perkotaan dan
lembaga-lembaga pendidikan. Dengan demikian dapat mempengaruhi pola pikir
masyarakat, sosial, budaya dan status ekonominya. Daerah Dusun Krapyak
mayoritas penduduknya beragama Islam.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
Bagi yang ingin berkunjung ke Pondok Pesantren Krapyak jika melalui bis,
bisa turun di Terminal Giwangan, selanjutnya naik angkutan kota Kobutri jalur 16.
Turun di daerah depan kompleks Pondok Pesantren Krapyak dan kemudian jalan
kaki menuju ke MA Ali Maksum Pondok Pesantren Krapyak. Secara geografis jarak
Dusun Krapyak dengan Kantor Desa Panggungharjo sekitar 1,5 kilometer, jarak
dengan Kecamatan Kota sekitar 2,5 kilometer dan dengan Kantor Kabupaten 8
kilometer serta dengan Kantor Propinsi berjarak 3 kilometer. Dengan letak geografis
cukup strategis, Dusun Krapyak cukup dikenal oleh masyarakat di Yogyakarta dan
sekitarnya. Fakta pendukung lainnya adalah terdapat lembaga-lembaga pendidikan
baik keagamaan (pondok pesantren) maupun umum yaitu Sekolah Dasar (SD) dan
Sekolah Menengah Pertama (SMP).
Madrasah Aliyah Ali Maksum berdiri tahun 1962. Kepemimpinan di
Madrasah Aliyah mengalami 4 periodesasi yaitu periode K.H. Ali Maksum, periode
Drs. K.H. Muhammad Hasbullah Abdus Syakur, SH, periode Drs. K.H. Asyhari
Abdullah Tamrin, M.Pd.I dan sekarang periode Dr. H. Hilmy Muhammad, MA.
Dalam 4 periode yang telah dijalankan Madrasah Aliyah Ali Maksum mengalami
perkembangan, baik secara kualitas maupun kuantitas.
Lingkungan sekitar MA Ali Maksum sangat berdekatan dengan rumah kiai
atau bahkan pengajar. Rumah K.H. Attabik Ali yaitu putra K.H. Ali Maksum dan
sekarang menjadi Ketua Yayasan Ali Maksum sekaligus menjadi pengasuh Pondok
Pesantren Krapyak berada di barat depan pintu gerbang asrama putri. Putra dan putri
K.H. Ali Maksum tinggal di komplek Madrasah Aliyah Ali Maksum.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
Terdapat bangunan yang menarik di sebelah selatan pondok pesantren
Krapyak yaitu bangunan Gedung Menjangan. Gedung ini dinamakan Gedung
Menjangan karena di sekitar gedung dulunya adalah hutan belantara dan gedung ini
digunakan oleh para pangeran dan keluarga kerajaan Ngayogyakarta Hadiningrat
sebagai tempat berburu menjangan. Gedung ini kemudian dijadikan sebagai
lambang logo Yayasan Ali Maksum.
Secara umum kondisi pergedungan (fisik) di Madrasah Aliyah Ali Maksum
memadai. Gedung yang dimiliki adalah berlantai satu, berlantai dua dan berlantai
empat. Semuanya dignakan untuk sarana belajar dan sarana perkantoran. Gedung
Madrasah Aliyah Ali Maksum Pondok Pesantren Krapyak yang dipakai untuk
kegiatan belajar mengajar ada dalam empat lokasi. Gedung (sarana belajar) khusus
putri yang berada di komplek terdiri dari 8 lokal, sedangkan khusus putra ada 10
lokal.
Gedung atau ruang kelas yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar
sebanyak 20 buah. Gedung perkantoran meliputi ruang kepala madrasah, ruang
wakil kepala madrasah, ruang Tata Usaha (TU), ruang guru berada dalam satu
komplek sedangkan ruang perpustakaan sementara berada di komplek Madrasah
Diniyah karena untuk sementara baru dibangun perpustakaan baru, (catatan
lapangan nomor 1).
Madrasah Aliyah Ali Maksum Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta adalah
salah satu unit di bidang pendidikan formal dalam lingkungan Pondok Pesantren
Krapyak Yogyakarta dan bertanggungjawab kepada Kepala Kantor Wilayah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
Departemen Agama bagian Kepala Bidang Perguruan Agama Islam. Sebagaimana
lazimnya penyelenggaraan pendidikan formal, maka Madrasah Aliyah Yayasan Ali
Maksum mempunyai visi dan misi adalah sebagai berikut.
Sebagai lembaga pendidikan formal, Madrasah Aliyah Ali Maksum
mempunyai visi yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan jati
diri manusia Indonesia seutuhnya, manusia yang beriman dan bertaqwa kepada
Allah Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, sehat jasmani dan rohani,
berkepribadian mantap dan mandiri, serta memiliki rasa tanggungjawab keagamaan,
kemasyarakatan dan kebangsaan.
Misi dari Madrasah Aliyah Ali MAksum Krapyak Yogyakarta sebagai suatu
lembaga pendidikan formal adalah sebagai berikut.
a) Mampu mengaplikasikan diri menjadi Madrasah Aliyah unggulan.
b) Mempersiapkan para siswa untuk melanjutkan pada jenjang pendidikan
tinggi baik negeri maupun dalam negeri.
c) Menyiapkan siswa agar mampun mengembangkan diri sejalan dengan
perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yang dijiwai dengan
nilai-nilai Islam.
d) Menyiapkan siswa agar mendapat bekal ilmu pengetahuan agama Islam yang
memadai sesuai dengan tradisi ilmu kepesantrenan.
e) Mampu mempersiapkan alumninya berkiprah di masyarakat sebagai panutan
yang mempunyai jiwa pengabdian dan mampu menjawab tantangan zaman
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
f) Peningkatan sumber daya manusia baik kualitas maupun kuantitas internal
maupun eksternal.
g) Peningkatan pelayanan masyarakat baik mental spiritual maupun kehidupan
sosial.
h) Menyiapkan dan melatih siswa agar trampil berbahasa asing (bahasa Arab
dan Inggris) baik lisan maupun tulisan. (Dokumen Buku Pedoman MA Ali
Maksum, 2011: 9-10).
Dalam bidang pendidikan dan pengajaran MA Ali Maksum mempunyai
kurikulum, waktu belajar dan program belajar. Kurikulum yang diterapkan di MA
Ali Maksum yaitu menggunakan pola kurikulum Departemen Pendidikan Nasional,
Departemen Agama dan kurikulum kepesantrenan dengan waktu belajar mulai jam
07.00 sampai 21.30 WIB. Melalui berbagai macam kajian dan bimbingan, para
siswa diberi kesempatan dan kebebasan memilih program yang ada, yaitu program
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), program Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dan
Program Ilmu Keagamaan. Semuanya dibimbing dan diarahkan oleh tenaga
pendidik yang sesuai dengan bidangnya. Madrasah Aliyah Yayasan Ali Maksum
mempunyai 67 pendidik (guru). Guru PNS yang diperbantukan tetap sejumlah 13
guru, guru tetap yayasan sejumlah 17 pendidik (guru) dan guru tidak tetap sejumlah
37 orang.
Siswa MA Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta ini dikenal juga dengan
istilah santri. Dengan demikian mereka mempunyai dua status, yaitu sebagai siswa
sekaligus sebagai santri, karena selain mengikuti pelajaran sekolah, mereka juga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
mengikuti kegiatan-kegiatan pondok pesantren yakni kajian kitab kuning, seperti
kitab tafsir, fikih, hadist, tasawuf, akhlak dan sebagainya. Sebagian besar santri
bertempat tinggal (bermukim) di asrama pondok pesantren karena kebanyakan dari
mereka berasal dari luar Yogyakarta.
Para santri atau siswa dalam kesehariannya di MA Pondok Pesantren
Krapyak didukung kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan ekstrakurikuler ini bertujuan
agar siswa lebih memperkaya dan memperluas wawasan, mendorong pembinaan
nilai dan sikap, serta memungkinkan penerapan lebih lanjut pengetahuan yang telah
dipelajari dari berbagai mata pelajaran dalam kurikulum, baik program inti maupun
program khusus. Adapun bentuk kegiatan ekstrakurikuler di MA Ali Maksum
adalah pencak silat LPSNU Pagar Nusa, komputer, Kelompok Ilmiah Remaja
(KIR), seni baca Al Qur’an, seni kaligrafi, tata boga dan Palang Merah Remaja
(PMR).
2. Sajian Data
a. Pola Penerapan Pendidikan Karakter
Pembangunan karakter bangsa harus diaktualisasikan atau diamalkan secara
nyata dalam bentuk aksi nasional dalam rangka memantapkan landasan spiritual,
moral, dan etika pembangunan bangsa sebagai upaya untuk menjaga jati diri bangsa
serta memperkukuh persatuan dan kesatuan bangsa. Pembangunan karakter bangsa
harus dilakukan melalui pendekatan sistematik dan integratif salah satunya melalui
satuan pendidikan. Satuan pendidikan mempunyai potensi yang sangat besar dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
membentuk karakter siswa. Dalam pembentukan karakter, masing-masing sekolah
mempunyai pola tersendiri untuk menciptakan manusia yang berakhlak mulia atau
yang berbudi pekerti luhur. Berikut adalah pola yang ditemukan dalam SMA Taman
Madya Ibu Pawiyatan dan Madrasah Aliyah Ali Maksum Pondok Pesantren
Krapyak Yogyakarta.
1) Pola Penerapan Pendidikan Karakter di SMA Taman Madya Ibu
Pawiyatan Yogyakarta
SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan merupakan sekolah yang sangat
potensial untuk pengembangan pendidikan karakter. Dari beberapa pendapat pola
penerapan pendidikan karakter di SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan bisa
dilaksanakan dalam kegiatan ekstrakurikuler, proses kegiatan belajar mengajar,
budaya sekolah, lingkungan yang kondusif dan keteladanan pamong ataupun
pelajaran-pelajaran yang bisa memberikan pemahaman dan dorongan untuk berbuat
baik. Hal tersebut salah satunya disampaikan oleh Ki Amin Priyanta yang
berpendapat:
Ada pelajaran ketamansiswaan, pelajaran budi pekerti luhur, pelajaran agama dan semua pelajaran juga mengajarkan pendidikan karakter. Kalau yang lebih khusus memang budi pekerti, ketamansiswaan dan agama. Selain itu kegiatan yang mendukung adalah kegiatan ekstrakurikuler. (Catatan lapangan nomor 13).
Dari pernyataan di atas dijelaskan bahwa pola pendidikan karakter yang
diterapkan di SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan bisa melalui pelajaran
ketamansiswaan, pelajaran budi pekerti luhur dan pelajaran agama. Lebih lanjut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
dijelaskan bahwa semua pelajaran juga berpotensi bisa mengajarkan karakter. Untuk
pelajaran ketamansiswaan dan budi pekerti lebih menekankan kepada pembentukan
karakter. Konsep ajaran Ki Hadjar Dewantara menjadi dasar pengembangan
pelajaran tersebut.
Kegiatan ekstrakurikuler yang diselanggarakan di sekolah juga dapat
mengembangkan karakter siswa. Kegiatan tersebut meliputi Persatuan Pelajar
Tamansiswa (PPTS), seni karawitan, seni teater, seni lukis, seni musik, olahraga
basket, olahraga sepak bola, pencak silat dan seni tari. Dengan kegiatan
ekstrakurikuler yang beragam diharapkan siswa dapat memilih secara bebas sesuai
dengan minat dan bakatnya. Dalam kegiatan tersebut karakter siswa bisa
diaktualisasikan atau diamalkan melalui tindakan atau sikap.
Pendapat lain mengenai pola pedidikan karakter juga disampaikan oleh Ki
Murni yang berpendapat sebagai berikut.
Hubungannya dengan pendidikan karakter di Tamansiswa mengedepankan kemerdekaan. Pamong dituntut untuk memberikan teladan dan menjadi contoh yang baik bagi para siswa. (Catatan lapangan nomor 15).
Ki Murni menjelaskan bahwa di Tamansiswa menekankan kepada
kemerdekaan kepada siswa. Pamong mempunyai peran untuk bisa memberikan
teladan dan harus bisa menjadi contoh yang baik untuk para siswa. Hal tersebut
tidak terlepas dari sistem among yang diterapkan di Taman siswa. Dengan sistem
among diharapkan bisa mendorong siswa untuk bisa menemukan jati dirinya dan
berbudi pekerti luhur. Peran pamong seharusnya bisa sebagai memberi teladan (ing
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
ngarsa sung tulada) dan mampu memberi motivasi (ing madya mangun karsa),
serta mampu memberi dorongan (tut wuri handayani).
Pernyataan Ki Murni berhubungan dengan pendapat Nyi Endang. Nyi
Endang memaparkan:
Bersikap laku among yaitu selalu menjadi teladan (ing ngarsa sung tuladha), selalu membangun semangat (ing madya mangun karsa) dan selalu memberi kesempatan berkreatifitas secara demokratis (tut wuri handayani). (Catatan lapangan nomor 17).
Berdasarkan keterangan di atas didapatkan gambaran pentingnya pamong
dalam proses pembelajaran. Sistem among akan berjalan dengan baik apabila
pamong bisa menempatkan dirinya sebagai teladan (ing ngarsa sung tuladha),
selalu membangun semangat (ing madya mangun karsa) dan selalu memberi
kesempatan berkreatifitas secara demokratis (tut wuri handayani).
Dalam proses pembelajaran Ki Ribut mempunyai sudut pandang lain untuk
memasukkan nilai-nilai budi pekerti kepada siswa. Ki Ribut selaku pamong
pelajaran Agama Islam berpendapat sebagai berikut.
Dalam penerapanya pendidikan karakter disisipkan dalam setiap kompetensi dasar. Dalam pelajaran Agama Islam nilai-nilai perlu disampaikan karena dalam agama Islam terkandung banyak nasehat yang harus diberikan kepada siswa. (Catatan lapangan nomor 14).
Pamong memegang kendali proses pembelajaran dalam kelas. Setiap
kompetensi diharapkan mampu memberikan inspirasi, motivasi untuk meningkatkan
belajar dan membentuk karakter siswa. Pelajaran Agama Islam merupakan pelajaran
yang strategis untuk bisa memasukkan pendidikan karakter kepada siswa. Dalam
pelajaran Agama Islam banyak nasehat-nasehat dan keyakinan yang harus
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
disampaikan kepada siswa. Dalam keberhasilan itu tergantung dari pamong yang
bersangkutan apakah mampu untuk memberikan pendidikan nilai dalam kelas.
Salah satu metode yang diterapkan Tamansiswa adalah memasukkan
pendidikan karakter melalui kebijakan kurikulum. Menurut kurikulum di SMA
Taman Madya Ibu Pawiyatan memasukkan pelajaran budi pekerti dan
ketamansiswaan. Secara umum pendidikan ketamansiswaan merupakan mata
pelajaran yang wajib diberikan kepada seluruh peserta didik sebagai bekal agar
mereka mengetahui dan dapat meneruskan apa yang menjadi ajaran Ki Hadjar
Dewantara. Untuk pendidikan budi pekerti penting diajarkan dalam Tamansiswa
karena dalam rangka membentengi diri dari pengaruh budaya luar yang tidak sesuai
dengan budaya luhur bangsa Indonesia dan membentuk manusia yang berbudi
pekerti luhur. Menurut Ibu Sri Sukamti berpendapat sebagai berikut.
Pelajaran budi pekerti memberikan konsep psikologi dan tata krama dengan menyerap tradisi Jawa ataupun ajaran Ki Hadjar Dewantara. Misalnya ajaran Tri N dari Ki Hadjar Dewantara yaitu niteni, niroke dan nambahi atau mengingat, menirukan dan menambahkan. (Catatan lapangan nomor 16).
Berdasarkan pemaparan di atas, pelajaran budi pekerti memberikan
pemahaman psikologi dan tata karma yang berkaitan erat dengan tradisi Jawa dan
ajaran Ki Hadjar Dewantara. Konsep budaya lokal ini akan memberikan
pemahaman siswa dalam bersikap dalam lingkungan sekolah, keluarga dan
masyarakat. Dalam pembelajaran Ibu Sri Sukamti selalu menggunakan pendekatan
psikologi kepada muridnya. Harapannya siswa mampu mendapatkan konsep-konsep
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
dasar untuk bersikap baik. Salah satu konsep dari ajaran Ki Hadjar Dewantara
adalah niteni, niroke dan nambahi atau mengingat, menirukan dan menambahkan.
Dalam pelajaran misalnya, siswa diajarkan untuk bisa mengingat hal-hal
yang baik, kemudian mereka tirukan dalam kehidupannya. Setelah itu, mereka
tambahkan atau tingkatkan sesuai dengan kemampuannya. Konsep ini sangat baik
untuk pemahaman dan mendorong siswa untuk menerapkan konsep yang diajarkan
Ki Hadjar Dewantara.
Kegiatan sekolah baik dalam pembelajaran atau di luar jam pembelajaran
memberikan sedikit gambaran bahwa SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan
mempunyai langkah atau pola yang matang dalam mengembangkan pendidikan
karakter di sekolah. Konsep yang sudah menyatu dengan tujuan pendidikan dapat
diintegrasikan dalam sebuah kegiatan pembelajaran di dalam kelas atau di luar
kelas.
2) Pola Pendidikan Karakter di Madrasah Aliyah Ali Maksum Pondok
Pesantren Krapyak
Madrasah Aliyah Ali Maksum merupakan sekolah berbasis pesantren yang
mempunyai hubungan erat dengan agama Islam. Sekolah ini merupakan lembaga
pendidikan setingkat SMA. Dalam penerapan pendidikan, tidak jauh berbeda
dengan sekolah atau SMA pada umumnya. Pembeda Madrasah Aliyah Ali Maksum
dengan sekolah lain adalah dengan dimasukkannya nilai-nilai agama Islam dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
pelajaran serta kegiatan diintegrasikan dengan pendidikan atau kegiatan di pondok
pesantren. Seperti yang diungkapkan Ibu Suryani sebagai berikut.
Kalau di Madrasah Aliyah Ali Maksum ditekankan pada pelajaran akidah akhlak dan akhlak taklim serta pelajaran pendidikan kewarganegaraan. Akan tetapi pendidikan karakter sekarang lebih dikembangkan dan bisa dimasukkan kepada semua pelajaran yang diajarkan. Misalnya dalam pembelajaran dalam madrasah, guru membuka salam dalam pelajaran terdapat nilai-nilai religius. (Catatan lapangan 2).
Dalam penjelasan di atas dapat digambarkan bahwa pendidikan karakter yang
dikembangkan Madrasah Aliyah Ali Maksum ditekankan kepada pelajaran akidah
akhlak dan akhlak taklim serta pelajaran pendidikan kewarganegaraan. Lebih lanjut
menurut Ibu Nani menjelaskan, seharusnya pendidikan karakter itu dapat
dimasukkan dalam semua pelajaran dan tidak tergantung ketiga pelajaran tersebut.
Misalnya, dengan guru membuka pelajaran mengucapkan salam sebelum dan
sesudah pelajaran dapat menyampaikan nilai-nilai yang religius kepada siswa.
Dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sudah dilengkapi dengan
penilaian kognitif, afektif, dan psikomotorik. Setiap pengajar juga mempunyai
lembar observasi atau pengamatan tentang akhlak mulia sehingga pengajar bisa
menilai sikap siswa dalam proses pembelajaran. Apabila siswa mempunyai nilai
tinggi akan tetapi akhlaknya rendah maka akan dipertimbangkan siswa tersebut bisa
lulus dan atau tidak.
Pelajaran akidah akhlak, akhlak taklim merupakan sebuah pelajaran yang
tergabung dalam kurikulum di MA Ali Maksum. Tujuan dimasukkannya pelajaran
tersebut adalah untuk membentuk akhlak mulia dalam diri siswa sesuai dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
landasan dasar agama Islam. Pernyataan ini berkaitan dengan pendapat Bapak
Asyhari Abta selaku kepala MA Ali Maksum. Pendapat Bapak Asyhari sebagai
berikut.
Disamping pelajaran yang mendukung pendidikan karakter, Kitab Kuning yang diajarkan seperti akhlak taklim yaitu etika guru terhadap murid, etika terhadap ilmu dan sebagainya. Contohnya ketika membawa kitab itu diletakkan yang baik dan tempat yang tinggi. Dengan sikap seperti itu kita bisa menghargai ilmu. (Catatan lapangan nomor 9).
Kitab kuning merupakan kitab yang dipelajari santri di madrasah yang
memuat ajaran-ajaran Islam. Biasanya kertas-kertas pada kitab yang dikaji sudah
lama usianya akan berubah menjadi kuning, oleh karenanya istilah kitab kuning ini
muncul. Pengajaran kitab-kitab Islam klasik merupakan salah satu cara yang
ditempuh oleh pesantren untuk membekali para calon ulama atau pemuka agama
akan keilmuan Islam yang kelak akan diserukan atau ditransfer kepada masyarakat.
Dalam kitab kuning juga didalamnya terdapat etika-etika Islam. Salah satu yang
diajarkan adalah akhlak taklim yaitu berisi etika guru kepada siswa. Contoh yang
bisa dilihat dalam kegiatan sehari-hari adalah ketika santri membawa kitab, santri
selalu menempatkannya dalam tempat yang baik dan tinggi. Dengan sikap ini santri
diharapkan bisa menghargai ilmu.
Kegiatan di pondok pesantren mempunyai potensi untuk mengembangkan
pendidikan karakter. Hal tersebut disampaikan oleh saudara Suhendar selaku
pembimbing dan pengajar di Pondok Pesantren Krapyak. Saudara Suhendar
berpendapat sebagai berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
Untuk pergaulan dibatasi. Anak dilarang membawa alat komunikasi, membawa kendaraan, alat komunikasi, laptop dan melihat televisi dibatasi yaitu hanya malam jumat. Tapi, dari pihak pondok pesantren memberikan solusi. Hal ini untuk melatih santri untuk mandiri, tanggungjawab, sederhana dan sebagainya. Secara umum pondok pesantren itu mengarahkan santri untuk mempunyai akhlak yang baik, apalagi pada zaman sekarang. (Catatan lapangan nomor 8).
Dari pernyataan di atas bisa diterjemahkan bahwa pengembangan karakter
siswa juga terintegrasi dengan kegiatan di pondok pesantren. Setelah pulang sekolah
maka siswa atau santri wajib mengikuti kegiatan pondok pesantren, (lihat tabel 4
dalam pembahasan, hlm: 111). Untuk membatasi pergaulan siswa maka dibuat
larangan seperti dilarang membawa kendaraan, laptop, alat komunikasi dan melihat
televisi. Tujuannnya adalah untuk melatih siswa atau santri untuk bersikap mandiri,
disiplin, tanggungjawab dan sederhana.
Pembiasaan atau pembudayaan tersebut akan membentuk karakter-karakter
yang tidak menggantungkan hidupnya dengan teknologi. Pembatasan ini bukan
untuk mempersulit siswa, akan tetapi membelajarkan siswa untuk hidup mandiri,
tanggungjawab, dan sederhana. Dengan pola inilah diharapkan siswa mampu
membatasi dirinya untuk berperilaku di lingkungan sekolah dan masyarakat sebagai
upaya pembelajaran bagi siswa.
Sudut pandang yang lain adalah adanya hubungan baik yang terjalin antara
guru dan siswa. Bapak Asyhari berpendapat “…di pondok pesantren yang menjadi
kunci adalah mengharapkan ridho guru. Budaya menghormati guru atau kiai sangat
erat sekali….” (Catatan lapangan nomor 9). Dari pendapat tersebut bisa
digambarkan bahwa salah satu kunci keberhasilan adalah dengan keteladanan. Di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
MA Ali Maksum guru atau kiai sangat dihormati siswa. Adanya sikap siswa
menghormati dan patuh kepada guru merupakan sebuah budaya atau pembiasaan di
Pondok Pesantren Krapyak. Salah satu bentuk penghormatannya adalah siswa
mencium tangan kiai ketika bertemu dan mengikuti amalan atau ajaran yang
diajarkan oleh guru atau kiai.
Bapak Nandar mempunyai perspektif yang berbeda mengenai pola penerapan
pendidikan karakter di MA Ali Maksum. Bapak Nandar berpendapat:
Pendidikan karakter merupakan kesatuan dalam pendidikan. Oleh karenanya dibentuk tata tertib untuk mendukung pembentukan karakter yang baik. Guru BK sebagai pendamping siswa atau santri untuk menaati tata tertib yang ada di madrasah. (Catatan lapangan nomor 4).
Tata tertib merupakan suatu kesatuan yang tidak terpisahkan dalam sekolah.
Tata tertib dibuat dengan harapan untuk membatasi siswa dalam melakukan
tindakan-tindakan yang tidak terpuji. Peran guru Bimbingan Konseling (BK) salah
satunya adalah sebagai koordinator sekaligus pendamping dan memberi pengarahan
kepada siswa atau santri untuk selalu menaati tata tertib yang diterapkan di
madrasah. Apabila ada pelanggaran maka sudah ada hukuman untuk membuat siswa
jera atas perbuatannya.
Berkaitan dengan tata tertib setiap siswa dibagikan buku pedoman yang berisi
tentang tata tertib sekolah, jenis-jenis pelanggaran beserta hukumannya. Sosialisasi
awal ini diharapkan dapat memberikan pemahaman kepada siswa untuk bisa lebih
teratur dan tertib dalam sekolah. Dengan langkah ini setidaknya ada antisipasi yang
diberikan dari sekolah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
Pola lain yang bisa membentuk karakter siswa adalah melalui kegiatan
ekstrakurikuler. Lebih lanjut Bapak Nandar berpendapat karakter bisa muncul dari
kegiatan ekstrakurikuler. Menurutnya, “…pembentukan karakter bisa juga muncul
dalam kegiatan ekstrakurikuler salah satunya KIR, sepak bola, dan pembentukan
karakter yang paling kuat terdapat di pondok pesantrennya….” (catatan lapangan
nomor 4).
Menurut Bapak Nandar kegiatan ekstrakurikuler merupakan sarana untuk
mengembangkan karakter pada siswa. Kegiatan ekstrakurikuler di Madrasah Aliyah
Ali Masksum bisa membantu siswa untuk mengembangkan minatnya. Dengan
mengikuti kegiatan tersebut siswa bisa berekspresi tanpa adanya suatu tekanan.
Banyak jenis kegiatan ekstrakurikuler yang bisa dikembangkan atau mempunyai
potensi karakter yang bisa dikembangkan anak.
Lebih lanjut dijelaskan bahwa budaya dan kegiatan yang dilaksanakan di
pondok pesantren bisa membentuk karakter siswa. MA Ali Maksum Pondok
Pesantren Krapyak menggunakan model penggabungan pembelajaran antara
kegiatan di madrasah dengan kegiatan di pondok pesantren. Kegiatan di pondok
pesantren terjadwal sebelum dan sesudah siswa belajar di madrasah. Kegiatan ini
terprogram dan wajib diikuti oleh semua siswa. Setiap kegiatan mempunyai nilai-
nilai yang bisa dikembangkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
b. Persepsi Pengajar dan Siswa Mengenai Pendidikan Karakter
Kebutuhan anak bangsa untuk memperoleh pendidikan karakter semakin
penting, mengingat akhir-akhir ini banyak tuntutan kepada sekolah untuk
mamasukkan pendidikan karakter. Dalam pelakasanaannya perlu didukung oleh
semua komponen sekolah, salah satunya pengajar dan siswa. Sebagai praktisi
pendidikan setiap guru seharusnya dapat memahami pendidikan karakter, karena
kurikulum merupakan sumber acuan penyelenggaraan pendidikan maupun
pembelajaran. Persepsi guru tentang pendidikan karakter merupakan salah satu
aspek yang akan ikut mewarnai proses pembelajaran.
Proses pembelajaran juga tidak terlepas dari peran siswa sebagai subyek
yang dipengaruhi. Siswa juga perlu memberikan persepsinya terhadap pola karakter
yang berjalan di sekolah. Dalam membahas pendidikan karakter di sekolah, berikut
adalah berbagai pandangan yang dikemukakan oleh pengajar dan siswa khususnya
di SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan dan Madrasah Aliyah Ali Maksum Pondok
Pesantren Krapyak Yogyakarta.
1) Persepsi Pengajar dan Siswa tentang Pendidikan Karakter di SMA Taman
Madya Ibu Pawiyatan Yogyakarta
Pemahaman pengajar terhadap pendidikan karakter sangat dipengaruhi oleh
persepsi yang dimiliki oleh masing-masing guru. Artinya, seberapa baik
pemahaman guru terhadap pendidikan karakter akan kembali kepada guru tersebut
untuk menerapkan yang diketahuinya. Semakin baik persepsi guru terhadap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
pendidikan karakter, maka dapat diperkirakan semakin baik pula penyampaian atau
penerapan pendidikan karakter itu dilaksanakan di dalam kelas.
Proses penerapan pendidikan karakter juga tidak terlepas dari siswa.
Pemahaman siswa diperlukan untuk mengetahui lebih jelas terkait pola penerapan
pendidikan karakter yang sudah berjalan. Dari hasil temuan di lapangan melalui
wawancara mendalam dan observasi di lapangan dapat dikatakan bahwa pada
dasarnya para pengajar di SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan Yogyakarta
mempunyai persepsi yang cukup bagus mengenai pendidikan karakter. Hal itu bisa
tercermin dari pernyataan-pernyataan yang dikemukakan ketika peneliti
mewawancarainya. Selain itu, bisa juga dilihat dari tindakan-tindakan ketika guru
berada di dalam dan di luar kelas.
Terkait dengan pengertian pendidikan karakter, Nyi Endang selaku pamong
ketamansiswaan menyatakan bahwa pendidikan karakter relevan dengan pelajaran
ketamansiswaan dan budi pekerti. Beliau berpendapat “…pendidikan karakter
adalah cara berpikir, cara memilih yang baik, benar, adil serta indah dan cara
menetapkan keinginan yang diwujudkan dalam sikap dan tingkah laku sehari-
hari….” (catatan lapangan nomor 17).
Menurut pendapat di atas disebutkan bahwa pendidikan karakter merupakan
universal, mencakup cipta, rasa dan karsa seperti yang diungkapkan oleh Ki
Soeratman. Ki Soeratman mengungkapkan Tamansiswa adalah untuk mendidik agar
anak didik menjadi manusia merdeka, manusia yang berjiwa merdeka. Maksudnya
adalah agar supaya ciptanya merdeka (pikiran), rasanya merdeka (batin) dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
karsanya merdeka (karsa mendorong perbuatan). Manusia merdeka merupakan
tujuan Tamansiswa dan sekaligus menjadi salah satu ciri pendidikan Tamansiswa
yaitu pendidikan merdeka.
Dalam kurikulum pendidikan sekarang guru atau pamong dituntut untuk
memasukkan pendidikan karakter kepada peserta didik. Hal ini selaras dengan pasal
1 Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) tahun 2003
menyebutkan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi
peserta didik untuk memiliki kecerdasan, kepribadian, dan akhlak mulia. Dengan
demikian pendidikan tidak hanya membentuk insan cerdas, namun juga
berkepribadian atau berkarakter kuat dan berakhlak mulia yang bernafas nilai-nilai
luhur bangsa dan agama.
Untuk membentuk karakter yang cerdas, berkarakter kuat dan berakhlak
mulia sekolah Tamansiswa mempunyai cara yang sudah dikembangkan dalam
sekolahnya. Pendidikan karakter yang dikembangkan di sekolah Tamansiswa
khususnya di SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan mempunyai ciri khas yang
berbeda dengan sekolah lain. Konsep pendidikan karakter sudah berjalan sejak lama
di Tamansiswa dengan konsep dari ajaran Ki Hadjar Dewantara. Pendidikan
karakter yang dimaksud di sini adalah budi pekerti luhur. Pelajaran budi pekerti
luhur sudah diajarkan sejak lama ketika Tamansiswa muncul. Hal tersebut senada
dengan pendapat dari pamong SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan Ki Amin Priyanta
selaku juga Waka kurikulum berpendapat sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
Pendidikan karakter sudah muncul sejak lama. Sebelum pemerintah mengeluarkan pendidikan karakter, SMA Taman Madya Ibu Pawiyatansebenarnya sudah melakukan proses pendidikan karakter. (Catatan lapangan nomor 13).
Pelajaran ketamansiswaan, budi pekerti dan agama menjadi sebuah konsep
untuk membentuk karakter siswa di SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan, tetapi
semua pelajaran seharusnya bisa dimanfaatkan untuk menyampaikan nilai-nilai.
Ketamansiswaan, budi pekerti yang diajarkan di sekolah mempunyai konsep untuk
bisa membentuk karakter siswa. Hal inilah yang disebutkan oleh Ki Amin bahwa
pendidikan karakter sudah diterapkan sejak lama di SMA Taman Madya Ibu
Pawiyatan. Dalam pelajaran tersebut ajaran Ki Hadjar Dewantara disampaikan.
Ajaran Ki Hadjar Dewantara sekarang masih relevan digunakan pada zaman
sekarang. Hal itu seperti yang dituturkan oleh pamong pelajaran budi pekerti Nyi Sri
Sukamti, yaitu sebagai berikut.
Pendidikan karakter itu merupakan cerminan sikap dan perilaku. Dalam pelajaran budi pekerti mempunyai tujuan supaya peserta didik mempunyai budi pekerti yang baik di sekolah, di rumah, dan di masyarakat. (Catatan lapangan nomor 16).
Dalam proses pembelajaran budi pekerti lebih lanjut dijelaskan bahwa
sebagian besar ajaran-ajaran dari Ki Hadjar Dewantara diberikan dengan
pendekatan ilmu psikologi dan metode yang menarik. Dengan cara ini maka dalam
proses pembelajaran dapat merangsang siswa untuk mengerti dan harapannya bisa
dipahami dan diterapkan siswa dalam kehidupan sehari-hari. Konsep nilai budi
pekerti bukan hanya diberikan dalam pelajaran budi pekerti, melainkan juga
disampaikan dalam pelajaran ketamansiswaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
Manfaat pelajaran budi pekerti juga dirasakan oleh siswa. Hal ini seperti
yang disampaikan oleh Agung salah satu siswa di SMA Taman Madya Ibu
Pawiyatan. Kesan Agung terhadap pelajaran ketamansiswaan membuat siswa bisa
merubah sikap yang dahulunya kurang baik menjadi lebih baik. Hal ini bisa
dirasakan karena pada pelajaran ini disampaikan nasehat-nasehat dan teori-teori dari
Ki Hadjar Dewantara. Pelajaran budi pekerti sering diajarkan kerja sama kelompok,
komunikasi dan toleransi, (catatan lapangan nomor 18).
Pelajaran ketamansiswaan mempunyai nilai strategis untuk menyampaikan
pendidikan karakter kepada siswa. Dengan pelajaran ini peserta didik diharapkan
bisa meneladani pahlawan bangsa, khususnya Ki Hadjar Dewantara. Berikut
relevansi antara pendidikan karakter dan pelajaran ketamansiswaan.
Ketamansiswaan adalah salah satu mata pelajaran pendidikan budi pekerti ala Tamansiswa. Pendidikan ini diberikan di semua jenis jenjang dan satuan pendidikan yang diselenggarakan Tamansiswa. Dengan pelajaran Ketamansiswaan diharapkan para peserta didik mampu berpikir dan bertindak sesuai dengan konsepsi Tamansiswa yang isinya adalah konsepsi Ki Hadjar Dewantara. Selain itu tujuan pelajaran ini untuk membentuk jiwa-jiwa kepemimpinan. Dengan adanya pendidikan karakter sangat berhubungan sekali dengan pelajaran ketamansiswaan, karena dalam pelajaran ketamansiswaan terdapat ajaran budi pekerti.(Catatan lapangan nomor 17).
Dari keterangan di atas, bahwa pelajaran ketamansiswaan merupakan
pelajaran untuk membentuk moral yang baik dengan meneladani pahlawan bangsa
terutama Ki Hadjar Dewantara dengan konsep ajarannya. Dengan meneladani
pahlawan bangsa harapannya bisa menjadikan siswa Tamansiswa mempunyai jiwa
kepemimpinan yang baik dan berperilaku menjadi teladan (ing ngarsa sung
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
tuladha), selalu membangun semangat (ing madya mangun karsa) dan selalu
memberi kesempatan berkreatifitas secara demokratis (tut wuri handayani).
Tamansiswa akan memberikan orientasi tentang ketamansiswaan dengan
harapan siswa mampu meneruskan dan menjadi kader Tamansiswa dengan
mengetahui dan mengamalkan konsep-konsep atau ajaran Tamansiswa. Dengan
mengajarkannya di dalam kelas akan mempermudah orientasi kepada siswa di SMA
Taman Madya Ibu Pawiyatan. Hal tersebut senada dengan pernyataan Galih. Siswa
kelas XII IPA ini berpendapat sebagai berikut.
Tentang pelajaran ketamansiswaan adalah pelajaran yang bisa mengenalkan ajaran Ki Hadjar Dewantara dan sejarahnya. Ini menjadi pelajaran yang baru karena belum pernah ia dapatkan di sekolah lain. Pelajaran budi pekerti ini memberikan pengertian kepada siswa tentang tata krama dan sopan santun terhadap sesama dan orang tua ataupun pamong. Dengan belajar pelajaran ketamansiswaan dan budi pekerti siswa bisa mengerti tentang ajaran Ki Hadjar Dewantara dan penerapannya. Jadi doktrin Ki Hadjar Dewantara dalam kedua pelajaran ini yaitu ketamansiswaan dan budi pekerti sangat kuat lah. (Catatan lapangan nomor 19).
Pelajaran ketamansiswaan dan budi pekerti merupakan pelajaran muatan
lokal dari Tamansiswa. Pelajaran Tamansiswa mengajarkan tentang sejarah dan
ajaran Ki Hadjar Dewantara, sedangkan pelajaran budi pekerti lebih khusus kepada
ajaran hidup seperti tata karma, sopan santun yang diambil juga dari konsep Ki
Hadjar Dewantara. Bisa dikatakan doktrin Ki Hadjar Dewantara sangat kuat dalam
kedua pelajaran tersebut.
Hal senada juga disampaikan oleh Tri Wahyudi selaku siswa kelas XI IPA.
Menurut Tri Wahyudi pelajaran ketamansiswaan dan budi pekerti intinya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
mengajarkan sikap dan perilaku yang baik. Selain itu juga dikuatkan dengan konsep
teori terutama konsep ajaran Ki Hadjar Dewantara, sehingga memudahkan siswa
untuk memahami dan mengaplikasikan karakter, (catatan lapangan nomor 21).
Berdasarkan hasil wawancara serta observasi pendidikan karakter juga
berhubungan dengan pelajaran agama. Pelajaran agama mempunyai kedudukan
sama pentingnya dengan pelajaran yang lain terutama dalam mendidik dan
mendorong siswa untuk berakhlak mulia. Pernyataan ini senada dengan pendapat
Ki Ribut selaku pengampu pelajaran Pendidikan Agama Islam. Beliau berpendapat
sebagai “…pendidikan karakter itu terkait erat dengan pembelajaran pendidikan
Islam terutama dalam pelajaran akhlak….” (Catatan lapangan nomor 14).
Ki Ribut ingin menekankan bahwa pendidikan karakter itu sangat berkaitan
dengan pelajaran pendidikan Agama Islam. Dalam pelajaran Pendidikan Agama
Islam, siswa diajarkan untuk selalu mempunyai sifat akhlak mulia. Meneladani dan
meyakini ajaran Islam sebagai landasan untuk bersikap dan bersosialisasi dengan
masyarakat. Pendekatan agama ini merupakan bagian penting dalam membentuk
karakter siswa.
Keterangan di atas dapat memberikan bahwa pelajaran budi pekerti,
ketamansiswaan dan agama merupakan sarana untuk membentuk karakter siswa di
SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan, walaupun tidak menutup pelajaran yang lain
untuk memasukkan atau menyisipkan pendidikan karakter dalam proses
pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
2) Persepsi Pengajar di Madrasah Aliyah Ali Maksum Pondok Pesantren
Krapyak
Pendidikan karakter sebagai sebuah pedagogi yang menempatkan individu
yang terlibat dalam dunia pendidikan sebagai pelaku utama dalam pengembangan
pendidikan karakter. Pelaku ini menjadi agen penafsir, penghayat dan sekaligus
pelaksana untuk mengembangkan pendidikan karakter di sekolah. Peran guru atau
pengajar sebagai agen tersebut sangat penting untuk mendidik dan mengajarkan
kepada siswa di sekolah. Adanya tuntutan untuk memasukkan pendidikan karakter
di pelajaran akan berpengaruh dari kualitas pengajar memahami pendidikan
karakter.
Dalam persepsi pengajar dan siswa di MA Ali Maksum mempunyai
pandangan yang beragam mengenai pendidikan karakter. Menurut Bapak Asyhari
Abta selaku kepala Madrasah menerangkan:
Pendidikan itu sendiri sudah mengandung karakter. Mendidik berarti juga sudah merupakan karakter. Kalau di pondok pesantren pendidikan,karakter sudah terwujud sejak lama, karena di pondok pesantren mengajarkan ilmu yang manfaat. Ilmu yang manfaat untuk sesama manusia. (Catatan lapangan nomor 9).
Berdasarkan pernyataan di atas, pendidikan itu sendiri sejatinya sudah
mengandung karakter, karena dalam pendidikan sudah terdapat unsur mendidik
yang berarti bagian untuk membentuk karakter. Pendidikan karakter di pondok
pesantren sudah dilaksanakan sejak lama. Hal itu karena kiai atau guru selalu
mengajarkan ilmu-ilmu agama baik sifatnya berhubungan dengan Allah dan sesama
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
manusia. Dengan konsep pondok pesantren keduanya bisa langsung dipraktekkan
dalam kehidupan sehari-hari.
Hal senada juga disampaikan oleh siswa MA Ali Maksum kelas X yang
bernama Ahmad Riqza Alufarul Umam. Siswa atau santri wajib menghormati guru
atau pengajarnya di Madrasah Aliyah Ali Maksum. Lebih lanjut Riqza berpendapat
sebagai berikut.
Guru disini sebagai ustad juga. Guru atau ustad disini bukan hanya transfer ilmu tetapi juga transfer nilai. Selain mendapat pengetahuan ilmu, siswa juga mendapat pengetahuan nilai, agama dan juga bisa langsung dipraktekkan. (Catatan lapangan nomor 7).
Dari keterangan di atas bisa didapat gambaran bahwa pendidikan karakter
berhubungan dengan pendidikan. Dalam proses pendidikan pengajar sangat
berpengaruh dalam pembentukan karakter. MA Ali Maksum sebagian besar
pengajarnya mempunyai kemampuan ilmu agama yang cukup baik, sehingga akan
berpengaruh dalam proses pembelajaran. Siswa bukan hanya mendapat pengetahuan
ilmu umum, melainkan mendapat ilmu agama dan nilai-nilai.
Dalam lingkungan yang terkondisikan dengan baik, maka santri akan mudah
mempraktekkan ilmu agama dalam kehidupan sehari-hari. Dalam kehidupan sehari-
hari juga muncul kedekatan antara pengajar dengan santri. Santri kalau bertemu
dengan kiai selalu rendah hati (tawadu’). Salah satunya yang terlihat adalah siswa
atau santri selalu mengucapkan salam dan mencium tangan guru atau kiai ketika
bertemu walaupun diluar sekolah, (catatan lapangan nomor 6).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
Dalam madrasah pendidikan karakter yang dikembangkan bisa diterapkan di
semua mata pelajaran tanpa kecuali. Hal itu diwajibkan karena MA Ali Maksum
mempunyai ideologi sekolah bukan hanya untuk mengajarkan pengetahuan sosial
ataupun alam seperti sekolah lain, tetapi untuk menanamkan ajaran-ajaran Islam.
Dalam mata pelajaran terdapat mata pelajaran yang berbeda dengan sekolah lain.
MA Ali Maksum melaksanakan 26 mata pelajaran yang harus ditempuh siswanya.
Salah satunya untuk mengembangkan pendidikan karakter di MA Ali Maksum
dimasukkan pelajaran akidah akhlak, akhlak taklim, pendidikan kewarganegaraan.
Pendidikan karakter adalah program yang diadakan pemerintah, kalau di Madrasah Aliyah Ali Maksum ditekankan pada di pelajaran akidah akhlak, akhlak taklim dan akhlak serta pelajaran Pendidikan Kewarganegarakan. Akan tetapi pendidikan karakter sekarang lebih dikembangkan dan bisa dimasukkan kepada semua pelajaran yang diajarkan. (Catatan lapangan nomor 2).
Hal serupa juga disampaikan guru atau pengajar sejarah di MA Ali Maksum.
Pendidikan karakter bisa dikembangkan dalam pelajaran sejarah, terutama dalam
tema-tema yang mengandung tema kepahlawanan, nasionalisme dan sebagainya.
Adapun persepsi bapak Hardi selaku guru sejarah mengenai relevansi pendidikan
karakter dengan pelajaran sejarah adalah sebagai berikut.
Dalam pembelajaran sejarah nilai-nilai karakter bisa muncul karena tema-tema dalam pembelajaran berhubungan dengan karakter, misalnya nasionalisme, karakter patriotisme, karakter rela berkorban dan sebagainya. Hal ini perlu disampaikan dalam pembelajaran sejarah dengan menyampaikan hikmah atau refleksi dalam pembelajaran. (Catatan lapangan nomor 5).
Dari hasil wawancara tersebut bisa memberi gambaran bahwa pelajaran
sejarah mempunyai nilai strategis untuk mengembangkan pendidikan karakter.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
Pelajaran sejarah bisa membentuk rasa nasionalisme, rela berkorban, patriotisme
dengan mempelajari sejarah para tokoh pahlawan nasional atau peristiwa yang
relevan dengan karakter yang positif. Perlu kecermatan dari setiap pengajar untuk
memasukkan karakter-karakter tersebut guna memupuk wawasan kebangsaan di
MA Ali Maksum. Lebih lanjut dijelaskan:
Pelajaran Pkn sekarang itu justru banyak mempelajari tentang tata negara dan pelajaran Pancasilanya malah sedikit misalnya menghargai, menghormati dan saling mencintai itu tidak ada. Maka saya menghubungkan antara dalil-dalil Al Quran dengan tema pembelajaran. Siswa justru lebih pintar dan bisa menangkap serta menghubungkan antara tema dengan dalil-dalil Al Quran. (Catatan lapangan nomor 2).
Dari penjelasan di atas, pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (Pkn) lebih
banyak mempelajari tentang Undang-Undang, konstitusi, Pancasila dan sedikit yang
mempelajari mengenai tema-tema tentang nilai-nilai karakter seperti sikap saling
menolong, tenggang rasa, cinta tanah air dan sebagainya. Sebagai guru Pkn maka
salah satu yang diambil adalah menghubngkan tema-tema tersebut dengan Al
Qur’an dan hasilnya justru siswa lebih tertarik dan pandai menjelaskan.
Dari perspektif lain, persepsi bapak Nandar selaku pengajar atau guru
Bimbingan Konseling berpendapat bahwa pendidikan karakter merupakan suatu
kesatuan dalam pendidikan. Pembentukan karakter harus diikuti dengan adanya tata
tertib dan pengawalan tata tertib tersebut. Hal ini sebagai upaya untuk
meningkatkan kedisiplinan para santri. Pengawalan dan sistem kontrol inilah salah
satu fungsi guru Bimbingan Konseling (BK) di MA Ali Maksum.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
c. Aktualisasi (Pengamalan) Nilai Karakter Pada Siswa
Aktualisasi nilai-nilai karakter pada siswa bisa dilihat dari kegiatan sehari-hari
baik di dalam kelas ataupun di luar jam pelajaran. Aktualisasi diri merupakan
motivasi untuk mengembangkan potensi diri secara penuh sebagai manusia. Untuk
mengetahui perkembangan potensi itu dilihat dari sikap atau perilaku yang muncul
dari siswa. Sikap yang muncul merupakan contoh hasil keberhasilan dari penerapan
pendidikan karakter di sekolah. Aktualisasi nilai karakter pada siswa bisa dilihat
dari observasi di lapangan dan wawancara.
1) Aktualisasi (Pengamalan) Nilai Karakter Pada Siswa SMA Taman Madya
Ibu Pawiyatan
SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan mempunyai pola yang baik dalam
mengembangkan pendidikan karakter. Landasan dan ideologi yang kuat dari
sekolah menjadi program dan tujuan membentuk manusia yang berbudi pekerti
luhur. Untuk mengukur siswa berbudi pekerti luhur atau tidak perlu contoh sikap
dilapangan. Dari hasil wawancara dari siswa kegiatan di sekolah bisa membentuk
karakter mereka. Galih Seto menjelaskan:
Di dalam organisasi ini siswa diajarkan untuk menjadi pemimpin dan belajar bersosialisasi. Selain itu lewat kegiatan ekstrakurikuler juga bisa membentuk karakter siswa, misalnya ekstra seni, theater, band, KIR dan sebagainya. (Catatan lapangan nomor 19).
Berdasarkan keterangan Galih, organisasi mengajarkannya nilai-nilai
kepemimpinan. Kepemimpinan bisa muncul dari organisasi ini bisa meliputi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
Persatuan Pelajar Tamansiswa (PPTS). Kegiatan yang lain seperti seni, theater,
band, KIR juga bisa membentuk jiwa-jiwa. Kegiatan olahraga akan lebih
menekankan kepada nilai sportifitas dan kerja keras, sedangkan kegiatan seni akan
menekankan kepada kerjasama dan komunikatif, (lihat tabel 2 dalam pembahasan
hlm: 102).
Agung Tri Prayogo mempunyai pendapat lain mengenai aktualisasi di
sekolahnya. Pernyataan dari Agung Tri Prayoga juga senada dengan hasil observasi
yang dilakukan peneliti. Nilai-nilai religius muncul dalam sekolah. Agung Tri
Prayoga menerangkan, "…pada waktu istrirahat teman-teman ada juga yang
melakukan shalat berjamaah, biasanya muncul dari kesadaran sendiri mas….”
(catatan lapangan nomor 18).
Nilai-nilai religius muncul dalam kegiatan ibadah shalat dhuhur yang
dilakukan oleh siswa SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan. Dalam observasi juga
terdapat pelaksanaan shalat dhuhur berjamaah yang dilakukan siswa. Dalam
kesempatan itu siswa yang datang di mushola tidak terlihat banyak. Adanya
mushola akan memudahkan mereka untuk shalat jamaah. Hal ini menunjukkan
bahwa siswa di Tamansiswa sebagian mempunyai nilai-nilai yang religius salah satu
buktinya dengan dilaksanakannya shalat dhuhur berjamaah.
Nilai-nilai toleransi juga sudah berkembang dalam sekolah. Hal ini
disampaikan oleh Tri Wahyudi. Ia berpendapat sebagai berikut.
Terdapat perbedaan antara salah satunya ia memberi contoh kalau di Muhammadiyah dalam mengucapkan salam dengan Assalamualaikum
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
Wr.Wb., sedangkan kalau di Tamansiswa kita hanya mengucapkan kata salam . (Catatan lapangan nomor 21).
Tri Wahyudi adalah siswa yang mempunyai latar belakang SD dan SMP di
Muhammadiyah. Dia terbiasa mengucapkan Assalamualaikum Wr. Wb. ketika
bertemu dan bertegur sapa sewaktu masih di sekolah sebelumnya. Hal tersebut
dikarenakan semua siswa adalah muslim. Ketika di SMA Taman Madya Ibu
Pawiyatan Ia beradaptasi dengan budaya yang baru. Tri Wahyudi diajarkan
mengucapkan “salam” ketika bertemu dan bertegur sapa dengan teman dan pamong.
Hal tersebut sebagai tanda toleransi dan menghargai keyakinan kepada kepada
semua warga sekolah. Perwujudan salam ini untuk mengikat persaudaraan dan
kesatuan bangsa.
2) Aktualisasi (Pengamalan) Nilai Karakter Pada Siswa Madrasah Aliyah Ali
Maksum Pondok Pesantren Krapyak
Dalam kaitannya dengan kehidupan sehari-hari para santri hidup dalam
sebuah kegiatan yang rutin dari pagi sampai malam. Ketika peneliti mewawancarai
nilai-nilai apa yang bisa didapat mereka dalam kegiatan sehari-hari mereka cukup
menguasai dan cermat menjelaskannya. Berikut petikan pendapat dari salah satu
santri putri.
Kegiatan asrama putri tidak jauh berbeda dengan asrama laki-laki. Setiap jam 4 membaca Al Quran sambil menunggu shalat shubuh berjamaah, setelah shalat Shubuh kita nyetor hafalan. Jam 7 sekolah dan setengah 4 sekolah. Setelah itu jam 15.30 istirahat dan biasanya digunakan untuk sorogan. Kemudian habis Maghrib ngaji tartil dan setelah isya’ juga ngaji dan dilanjutkan musyawarah. Dari kegiatan itu saya mendapatkan banyak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
ilmu tentang agama yang tidak didapat di sekolah lain, bisa bersosialisasi dan kemandirian. (Catatan lapangan nomor 11).
Dari petikan pendapat di atas bisa digambarkan kegiatan sehari-hari di
asrama putri yang cukup padat. Kegiatan keseharian yang dilakukan oleh para santri
bisa membentuk karakter mereka. Kegiatan dalam konsep pondok pesantren akan
membuat santri mudah diarahkan dan diawasi. Kegiatan yang penuh dengan
kegiatan positif akan membuat karakter bagi santri yaitu kemandirian dan menjadi
manusia yang sosial.
Kegiatan setelah sekolah para santri diwajibkan mengikuti kegiatan pondok
pesantren yang penuh dengan kegiatan rohani, (lihat tabel 4 dalam pembahasan hlm:
111). Pernyataan dari saudari Silfiana tadi juga tidak jauh berbeda dengan Nur
Arifah. Ketika ditanya mengenai hal apa yang didapat selama ini Nur Arifah
berpendapat sebagai berikut.
Setelah 3 tahun lebih saya mendapat ilmu agama dan diajarkan bersosialisasi dengan santri lain. Kalau ada masalah dengan santri lain maka saya bisa menyelesaikan sendiri. (Catatan lapangan nomor 10).
Selanjutnya mereka juga setuju jika mata pelajaran akidah akhlak dan akhlak
taklim bisa membentuk karakter para santri. Nur Arifah dan Silfiana yang
merupakan santri putri kelas X E mengungkapkan secara bergantian mengenai isi
pelajaran dari akidah akhlak dan akhlak taklim.
Akidah akhlak mengajarkan keyakinan kepada Allah, akhlak taqlim adalah tata cara santri berperilaku kepada santri, santri kepada guru dan berperilaku keseharian. Sedangkan akhlak tasawuf hanya untuk jurusan agama. (Catatan lapangan nomor 10).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
Nur Arifah dan Silfiana selanjutkan menjelaskan bahwa ada hubungan antara
pelajaran akidah akhlak dan akhlak taklim dengan pendidikan karakter. Pelajaran
tersebut mengajarkan kepada siswa atau santri untuk menjaga akhlak baik kepada
Allah dan sesama manusia. Pelajaran akidah akhlak dan akhlak taklim bersumber
pada ajaran Islam, sehingga akhlak Islam diharapkan bisa diterapkan para santri.
Hal tersebut dikatakan oleh Ahmad Riqza, siswa kelas X A. Ia berpendapat sebagai
berikut.
Solidaritas sangat kuat di asrama, ketika ada teman yang sakit, maka semua teman ikut membantu, misalnya mengambilkan makanan dan minuman. Kalau belum ada perkembangan dilaporkan ke pembimbing dan dibawa ke klinik. (Catatan lapangan nomor 7).
Dari penjelasan tersebut solidaritas dan kebersamaan sangat terasa,
khususnya dalam asrama. Mereka hidup selalu bersama setiap hari dari bangun
tidur sampai hendak tidur. Hal inilah yang menjadikan nilai-nilai solidaritas dan
kebersamaan muncul dalam setiap santri Pondok Pesantren Krapyak. Aktualisasi
lainnya juga muncul dalam asrama khususnya dalam tanggungjawab pengelolaan
kamar. Kamar di asrama berisi sekitar 8 sampai 10 santri. Ahmad Nur Ishlah
berpendapat:
Di asrama putra ada penanggungjawabnya setiap kamar. Ketua kamar bertugas mengartur kerapian, kebersian dan mengingatkan setiap kegiatan. (catatan lapangan nomor 22).
Berdasarkan pendapat Ahmad Nur Ishlah bisa diketahui bahwa dalam
asrama atau kamar mempunyai potensi yang besar untuk membentuk karakter yang
baik. Terdapat koordinasi dalam sebuah asrama yaitu terdapat Struktur kecil dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
setiap kamar. Terdapat ketua kamar yang menjadi koordinator untuk kerapian,
kebersihan dan berlangsungnya kegiatan di asrama.
Siswa dalam kegiatan sehari-hari dituntut untuk mandiri, menjaga
kebersihan bersama dan saling mengingatkan dalam setiap hal, misalnya saling
mengingatkan ketika shalat, ngaji dan sebagainya. Nilai-nilai kemandirian,
kebersamaan inilah yang menjadi bagian terpenting dalam setiap aktivitas para
santri. Peran ketua kamar juga akan membentuk jiwa kepemimpinan dan
tanggungjawab bagi santri. Hal tersebut akan menjadi pembelajaran dan bekal bagi
santri-santri di MA Ali Maksum.
B. Pokok-Pokok Temuan Penelitian
Berdasarkan sajian data yang telah dipaparkan di atas, maka dalam penelitian
ini dapat diperoleh pokok-pokok temuan antara lain sebagai berikut.
1. SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan mempunyai potensi yang besar dalam
pengembangan pendidikan karakter di sekolah. Pendapat pamong dan siswa
mengungkapkan bahwa pola penerapan pendidikan karakter di SMA Taman
Madya Ibu Pawiyatan meliputi proses kegiatan belajar mengajar, kegiatan
ekstrakurikuler, sistem among (keteladanan pamong), dan muatan pelajaran
muatan lokal (ketamansiswaan dan budi pekerti). Berdasarkan observasi atau
pengamatan di lapangan kegiatan ekstrakurikuler belum berjalan dengan
maksimal, karena murid yang terbatas sehingga ada beberapa kegiatan
ekstrakurikuler yang tidak berjalan. Selain kegiatan belajar mengajar, kegiatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
ekstrakurikuler, di MA Ali Maksum berlaku sistem pondok pesantren yang
tergabung dalam madrasah. Kegiatan yang diselenggarakan cukup beragam,
padat dan dilakukan dalam pengawasan yang cukup ketat, maka akan
membentuk karakter siswa.
2. SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan mempunyai siswa yang cukup sedikit
sehingga dalam program pembelajaran lebih cenderung mudah dikondisikan
dan diatur. Dalam pelaksanaannya siswa di SMA Taman Madya cukup pasif
menanggapi pertanyaan dari pamong. Dalam proses pembelajaran siswa
cenderung pasif. Madrasah Aliyah Ali Maksum Pondok Pesantren Krapyak
merupakan sekolah yang terintegrasi dengan pondok pesantren Krapyak.
Dengan kegiatan yang padat akan berdampak kepada siswa. Kegiatan yang
mulai dari jam 03.30 pagi sampai jam 21.30 membuat siswa lelah. Dampak
yang terlihat adalah para siswa ngantuk dan pasif dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran di kelas.
3. Persepsi pengajar (pamong) mengenai pendidikan karakter di SMA Taman
Madya Ibu Pawiyatan sebagian besar telah memahami secara baik. Hal ini
bisa diperoleh gambaran ketika diwawancarai narasumber mampu
menjelaskan dan menghubungkan antara pendidikan karakter dengan
pelajaran yang diampu. Hasil temuan yang serupa juga terdapat di MA Ali
Maksum. Pengajar di MA Ali Maksum lebih cenderung menekankan
pendidikan karakter itu sama dengan akhlak mulia yang sudah diterapkan di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
madrasah. Persepsi pengajar di MA Ali Maksum belum terlihat dari hasil
wawancara yang sudah dilaksanakan.
4. Persepsi siswa di SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan dan MA Ali Maksum
mengenai pola pendidikan karakter lebih bersifat ke evaluasi dari program
kegiatan yang sudah berlangsung dan pandangan mereka terkait kegiatan yang
bisa membentuk karakter yang baik. Ada korelasi antara siswa yang ikut
organisasi dengan siswa yang pasif mengikuti organisasi. Dari beberapa
informan dapat diketahui siswa yang aktif dalam organisasi atau
ekstrakurikuler lebih aktif, menguasai dan cermat menjawab pertanyaan.
Untuk persepsi siswa di MA Ali Maksum peneliti mendapatkan gambaran
bahwa karakter religius, kemandirian, kebersamaan dan jiwa sosial yang
mereka dapat di MA Ali Maksum Pondok Pesantren Krapyak. Mereka
menganggap pengajar sekaligus kiai dan orang tua di madrasah. Siswa di
SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan diperoleh temuan bahwa siswa menguasai
konsep ajaran dari Tamansiswa atau Ki Hadjar Dewantara. Dalam aktualisasi
(pengamalan) yang dapat dilihat, siswa sudah memunculkan nilai-nilai
karakter yang baik, akan tetapi perlu ditingkatkan mengingat ajaran yang
disampaikan begitu kental dengan ajaran budi pekerti. Berbeda dengan di MA
Ali Maksum, aktualisasi (pengamalan) yang muncul adalah nilai-nilai
keislaman yang lebih dominan.
5. Dalam mengoptimalkan aktualisasi (pengamalan) nilai-nilai karakter pada
siswa di SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan, perlu didukung semua
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
komponen sekolah, keluarga dan masyarakat atau lingkungan, sehingga nilai-
nilai yang sudah ditanamkan di sekolah dapat berlanjut dengan baik. Tidak
banyak ruang dan waktu untuk melihat sikap siswa, sehingga sedikit kegiatan
yang dapat diamati. Aktualisasi di MA Ali Maksum banyak ditemui dalam
kegiatan di luar proses pembelajaran terutama dalam kegiatan di asrama
Pondok Pesantren, misalnya kegiatan musyawarah, kegiatan ekstrakurikuler,
kegiatan sehari-hari, model pembelajaran di asrama. Kegiatan yang
dilaksanakan penuh dengan kegiatan positif dan lebih banyak bersifat
pemahaman dan aplikasi ilmu Islam. Dalam SMA Taman Madya Ibu
Pawiyatan hanya sebatas dalam kegiatan rutinitas sekolah dan kegiatan
ekstrakurikuler.
C. Pembahasan Hasil Penelitian
1. Pola Pendidikan Karakter
Pada dasarnya penerapan pendidikan karakter bisa dilaksanakan di semua
sektor, salah satunya melalui pendidikan. Satuan pendidikan merupakan wahana
pembinaan dan pengembangan karakter yang sangat strategis. Dalam sekolah,
pendidikan karakter dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan yang
terintegrasi dalam semua mata pelajaran, pengembangan budaya satuan pendidikan,
pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler, contoh keteladanan serta pembiasaan perilaku
dalam kehidupan di lingkungan satuan pendidikan. Pembangunan karakter melalui
satuan pendidikan dilakukan mulai dari pendidikan usia dini sampai pendidikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
tinggi. Berikut adalah pola penerapan pendidikan karakter di SMA Taman Madya
Ibu Pawiyatan dan Madrasah Aliyah Ali Maksum Pondok Pesantren Krapyak
Yogyakarta.
a. Pola Pendidikan Karakter di SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan
Yogyakarta
SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan merupakan sekolah yang sangat
potensial untuk pengembangan pendidikan karakter. Pola penerapan pendidikan
karakter bisa dilaksanakan dalam kegiatan ekstrakurikuler, proses kegiatan belajar
mengajar, lingkungan yang kondusif dan keteladanan pamong (guru) ataupun
pelajaran-pelajaran yang bisa memberikan pemahaman dan dorongan untuk berbuat
baik.
Pendidikan karakter di sekolah lebih banyak berurusan dengan penanaman
nilai-nilai budi pekerti luhur. Untuk mencapai pertumbuhan integral dalam
pendidikan karakter, perlu dipertimbangkan berbagai macam pola yang membantu
terwujudnya pendidikan karakter yang efektif. Pola ini bisa menjadi unsur-unsur
yang sangat penting bagi pendidikan karakter di sekolah. Unsur-unsur tersebut
antara lain landasan sekolah, penanaman karakter, keteladanan dan pengembangan
karakter.
1) Landasan sekolah
Pendidikan karakter menghimpun banyak kumpulan nilai-nilai yang
dianggap penting bagi pelaksanaan dan realisasi visi lembaga pendidikan. Lembaga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
pendidikan harus mampu menentukan perilaku standar yang menjadi prioritas khas
lembaga tersebut. Tamansiswa merupakan sebuah lembaga pendidikan yang
mempunyai visi besar. Visi besar dari yayasan Tamansiswa adalah sebagai
perjuangan kebudayaan dan pembangunan masyarakat yang menggunakan
pendidikan dalam arti luas yaitu membangun masyarakat tertib, damai dan salam
bahagia.
Misi Tamansiswa lebih rinci lagi yaitu untuk mewujudkan masyarakat tertib,
damai, salam bahagia, melestarikan, dan mengembalikan kebudayaan nasional
Indonesia serta mencerdaskan kehidupan bangsa dengan mempertajam daya, cipta
dan karsa, (catatan lapangan nomor 15). Hidup tertib yang dimaksud adalah hidup
teratur, tertata dan disiplin, sedangkan hidup damai adalah hidup yang tentram,
saling menghargai dan menghormati perbedaan dan saling tidak menjatuhkan.
Hidup salam bahagia adalah hidup yang merasa tercukupi lahir dan batinnya.
Dalam lingkup tersebut Tamansiswa ingin melestarikan dan mengembalikan
kebudayaan nasional Indonesia dengan memasukkan nilai-nilai budaya nasional
sebagai alat pemersatu bangsa. Tamansiswa ingin membentuk siswa yang
nasionalis, yang mencintai kedamaian dengan mempertajam daya, cipta dan karsa
untuk membangun masyarakat Indonesia yang tertib, damai dan bahagia. Konsep ini
tidak lepas dari ajaran Ki Hadjar Dewantara yang menjadi dasar gerakan
Tamansiswa.
Visi dan misi tersebut menjadi landasan dasar bagi sekolah-sekolah
Tamansiswa untuk dikembangkan. Visi dan misi sekolah merupakan sebuah dasar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
dalam tujuan pendidikan khususnya di sekolah. Tamansiswa adalah payung dari
SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan. Dalam SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan
Yogyakarta mempunyai visi dan tujuan sebagai langkah strategis untuk
mengembangkan mutu pendidikan di sekolah. Visinya yaitu menciptakan sekolah
berwawasan kebangsaan, unggul dalam IPTEK berlandasan mutu religius untuk
mewujudkan manusia berbudi pekerti luhur.
Dalam visi sekolah tersebut, disebutkan bahwa salah satu tujuan di SMA
Taman Madya Ibu Pawiyatan adalah untuk mewujudkan manusia berbudi pekerti
luhur. Hal tersebut menunjukkan bahwa visi pendidikan karakter di dalam sekolah
sudah ada. Melalui visi tersebut sekolah mempunyai dasar acuan, pembuatan
program dan pendekatan pendidikan karakter yang diterapkan di sekolah masing-
masing.
Setiap sekolah terkadang mempunyai latar belakang yang berbeda. SMA
Taman Madya Ibu Pawiyatan merupakan sekolah yang mempunyai sejarah bersama
Ki Hadjar Dewantara. Dalam pengembangan dan konsep pemikiran Ki Hadjar
Dewantara melekat dalam ajaran Tamansiswa. Konsep dan ajaran tersebut
dikembangkan dan dimasukkan dalam kurikulum pendidikan Tamansiswa. Hal ini
bertujuan untuk membentuk karakter siswa dan dapat meneladani perjuangan Ki
Hadjar Dewantara.
2) Penanaman karakter
Salah satu unsur penting dalam pendidikan karakter adalah mengajarkan
nilai-nilai budi pekerti luhur, sehingga anak didik memiliki gagasan konseptual
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
tentang nilai-nilai pemandu perilaku yang bisa dikembangkan dalam
mengembangkan karakter pribadinya. Karakter dapat diajarkan salah satunya
melalui perancangan kurikulum. Dalam mengajarkan karakter di SMA Taman
Madya Ibu Pawiyatan mempunyai ciri tersendiri untuk mengajarkan karakter.
Kurikulum yang diterapkan sekolah ini mempunyai dasar konsep yang matang dan
baik dalam mengajarkan karakter.
Bertitik dari pentingnya penanaman nilai budi pekerti atau pendidikan
karakter dalam sekolah, dalam kurikulum pendidikan SMA Taman Madya Ibu
Pawiyatan terdapat mata pelajaran yang membedakan dengan sekolah-sekolah lain.
Mata pelajaran ini memberikan ciri khusus dalam sistem pendidikan di Tamansiswa
khususnya SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan Yogyakarta. Mata pelajaran ini
bernama ketamansiswaan dan pendidikan budi pekerti. Mata pelajaran ini diberikan
kepada siswa dengan tujuan untuk menghasilkan manusia yang berbudi pekerti
luhur.
Pendidikan ketamansiswaan merupakan mata pelajaran yang wajib diberikan
kepada seluruh peserta didik sebagai bekal agar mereka mengetahui dan dapat
meneruskan apa yang menjadi ajaran Ki Hadjar Dewantara. Untuk pendidikan budi
pekerti penting diajarkan dalam Tamansiswa karena dalam rangka membentengi diri
dari pengaruh budaya luar yang tidak sesuai dengan budaya luhur bangsa Indonesia
dan membentuk manusia yang berbudi pekerti luhur. Hal tersebut berarti
Tamansiswa ingin melestarikan budaya lokal sebagai pemersatu bangsa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
Secara implisit, kedua mata pelajaran ini mempunyai unsur pengetahuan
sejarah dan nilai-nilai moral yang kental. Mata pelajaran ini mempunyai peranan
yang cukup substansial dalam menerapkan pendidikan karakter di sekolah
disamping mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (Pkn), pendidikan agama
atau pelajaran lainnya. Melalui pelajaran ketamansiswaan dan budi pekerti ini
diharapkan siswa mampu memahami, menghayati, dan mengamalkan nilai-nilai
perjuangan tokoh nasional khususnya Ki Hadjar Dewantara dan ajarannya dalam
kehidupan sehari-hari.
Beberapa konsep ajaran Ki Hadjar Dewantara adalah neng, ning, nung, nang
yang artinya orang yang merdeka dalam memecahkan masalah dengan cara neng
berarti meneng (diam), ning berarti hening, nung berarti merenung dan nang berarti
wenang yaitu dilaksanakan dengan keyakinan. Hal ini berarti dalam menyelesaikan
masalah kita harus diam dan hening, kemudian merenungkan kesalahan dan
selanjutnya mengambil keputusan atau sikap untuk ke depan.
Konsep lainnya misalnya “suci tata ngesti tunggal” artinya orang yang
merdeka berpedoman dengan ikhlas, rela berkorban, disiplin untuk mencapai
persatuan dan kesatuan. Dalam konsep kepemimpinan dibutuhkan teladan (ing
ngarsa sung tuladha), selalu membangun semangat (ing madya mangun karsa) dan
selalu memberi kesempatan berkreatifitas secara demokratis (tut wuri handayani).
Dalam hal keteladanan siswa juga diajarkan niteni, niroke dan nambahi atau
mengingat, menirukan dan menambahkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
Mata pelajaran ketamansiswaan dan budi pekerti yang dikembangkan di
Tamansiswa akhirnya menjadi salah satu faktor penting untuk mewujudkan misinya
mempersiapkan peserta didik yang bertakwa kepada Allah Tuhan Yang Maha Esa
dan berakhlak mulia. Selain pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (Pkn) dan
Pendidikan Agama, Pelajaran ketamansiswaan dan budi pekerti menjadi kunci
pembentukan karakter di SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan. Adanya muatan
ajaran dan sejarah atau pengetahuan tentang Ki Hadjar Dewantara, maka diharapkan
siswa mampu menjadi manusia yang mempunyai karakter atau moral yang baik,
nasionalis dan mampu menjadi pemimpin, baik bagi dirinya sendiri maupun orang
lain.
Pemberian mata pelajaran ketamansiswaan dan budi pekerti pada dasarnya
merupakan penerapan pendidikan nilai atau pendidikan karakter di sekolah. Upaya
nilai di sini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran sejarah, menanamkan rasa
nasionalisme, membentuk kepribadian melalui proses integrasi dan internalisasi
nilai-nilai konsep ajaran Ki Hadjar Dewantara. Ketersediaan buku atau referensi
mengenai Tamansiswa, Ki Hadjar Dewantara dan buku penunjang lainnya serta
metode pengajaran penting dalam menumbuhkan proses penghayatan siswa
mengenai nilai-nilai tetentu yang akan disampaikan.
Fungsi penanaman karakter ini adalah tahap untuk menanamkan nilai-nilai
dasar dalam rangka pembentukan sikap mental dan perilaku sesuai nilai-nilai
karakter yang dikehendaki. Apabila penanaman ini disampaikan dengan baik maka
akan tumbuh karakter-karakter baik dalam diri siswa. Siswa akan lebih mengetahui
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99
mana yang akan dilakukan dan mana yang harus dihindari dalam setiap masalah
yang diahadapi dalam masyarakat.
3) Keteladanan
Keteladanan memang menjadi salah satu hal klasik bagi berhasilnya
pendidikan karakter. Salah satu kunci keberhasilan program pengembangan karakter
pada satuan pendidikan adalah keteladanan dari para pendidik dan tenaga
kependidikan. Keteladanan bukan sekedar sebagai contoh bagi peserta didik,
melainkan juga sebagai penguat moral bagi peserta didik dalam bersikap dan
berperilaku. Oleh karena itu, penerapan keteladanan di lingkungan satuan
pendidikan (sekolah) menjadi salah satu syarat dalam pengembangan karakter
peserta didik.
Ki Hadjar Dewantara secara pribadi telah menjadi teladan bagi Tamansiswa.
hal tersebut dibuktikan dalam konsep-konsep ataupun ajarannya yang masih
digunakan dan diajarkan oleh Yayasan Tamansiswa. Ki Hadjar punya pengaruh dan
sekaligus penggagas berdirinya Tamansiswa, sehingga konsep dan ajarannya
menjadi acuan dalam Tamansiswa.
Guru mempunyai makna dalam bahasa Jawa digugu lan ditiru yang
sesungguhnya menjadi jiwa bagi pendidikan karakter itu sendiri. Indikasinya adalah
adanya keteladanan dalam pendidikan karakter adalah terdapat model peran dalam
diri insan pendidik. Selain itu secara formal ada sebuah pelaksanaan atau perilaku
yang bisa diteladani oleh siswa, sehingga mereka dapat memahami nilai-nilai itu
bukan jauh dari hidup atau lingkungan siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
100
Pada tahap pola penerapan pendidikan karakter dikembangkan pengalaman
belajar dan proses pembelajaran yang bermuara pada pembentukan karakter dalam
diri peserta didik. Dalam proses pembelajaran, pengajar dan siswa idealnya
menginginkan sebuah proses pembelajaran yang berlangsung dengan kondusif,
efektif dan efisien. Pengajar dan siswa seharusnya bisa menjalin komunikasi dan
menempatkan posisinya sehingga proses pembelajaran sesuai dengan yang
diharapkan. Pengajar seharusnya bisa bertindak sebagai motivator, fasilitator dan
evaluator. Siswa juga harus dapat menempatkan dirinya sebagai peserta didik yang
aktif, responsif dan dinamis dalam mengikuti proses pembelajaran.
Tamansiswa selalu mengupayakan agar anak-anak yang dididik mempunyai
watak kepemimpinan dan berpengetahuan luas untuk mengembangkan budaya
nasional, oleh karena itu Tamansiswa memasukkan metode kepemimpinan. Metode
kepemimpinan yang dimaksud adalah seorang pamong atau guru harus mampu
memberi teladan (ing ngarsa sung tulada) dan mampu memberi motivasi (ing
madya mangun karsa), serta mampu memberi dorongan (tut wuri handayani).
Strategi ini diambil untuk membentuk pelopor dan kepemimpinan harus
dikembangkan kepada siswa melalui media pendidikan. Berikut adalah beberapa
keteladanan pengajar yang terlihat di SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
101
Tabel 1Keteladanan Pengajar SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan Yogyakarta dan
Nilai Karakter yang dikembangkan
Kegiatan Nilai yang dikembangkan
Pengajar berpakaian bersih dan rapi Kedisiplinan
Pengajar mudah bergaul dengan siswa Komunikatif, bersahabat
Pengajar selalu menegur siswa bila ada yang salah
Komunikatif, peduli, kepemimpinan
Pengajar selalu mengucapkan salam ketika bertemu dengan warga sekolah
Komunikatif, toleransi
Pengajar sopan dan santun Toleransi, peduli, kepemimpinan
Pengajar membuka pelajaran dengan doa Religius
Dalam pelaksanaan pendidikan, Ki Hadjar Dewantara menggunakan
“Sistem Among” sebagai perwujudan konsepsi beliau dalam menempatkan anak
sebagai sentral atau pusat dari proses pendidikan. Dalam Sistem Among, maka
setiap pamong atau guru sebagai pemimpin dalam proses pendidikan diwajibkan
bersikap ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, dan tutwuri
handayani.
Pelaksanaan sistem among di SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan terlihat
dalam proses pembelajaran. Pengamatan yang didapat dari observasi terlihat
pamong secara bertahap dan sering mengampiri siswa untuk menanyakan dan
melayani tentang kesulitan yang dihadapi oleh siswa. Dalam observasi bisa diamati
juga peran pamong di luar kelas cukup bersahabat dengan muridnya, misalnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
102
dengan bertegur sapa dan salam. Tidak jarang pamong sering menegur siswa yang
tidak disiplin dalam berpakaian, terlambat dan berbuat gaduh. (Catatan lapangan
nomor 20).
Tabel di atas adalah contoh keteladanan dari para pamong di sekolah.
Harapannya dengan contoh-contoh tersebut dapat memberikan teladan yang baik
dan siswa dapat meniru dari teladan tersebut. Dalam proses pembelajaran, pamong
sering menghampiri siswa dan menanyakan kesulitan yang dihadapi siswa. Dengan
kondisi siswa yang sedikit, maka akan membuat proses belajar mudah dikendalikan
oleh pamong. Dalam kelas dapat digambarkan bahwa proses pembelajaran terkesan
menyenangkan dan tidak ada tekanan dari pamong, (catatan lapangan nomor 24).
Secara umum pamong di SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan sama dengan guru di
sekolah lainnya.
Keteladanan dipandang sebagai model efektif untuk menumbukan sikap
positif dalam membangun karakter bangsa, karena melemahnya karakter pemuda
misalnya sebagai aset masa depan Indonesia salah satu sebabnya karena krisis
keteladanan. Maka, para pemimpin bangsa harus mampu mengimplementasikan
ajaran budi pekerti luhur dan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Dan semua itu
menjadi tanggung jawab bersama semua komponen bangsa. Dalam ruang lingkup
kecil (sekolah), guru atau pamong yang menjadi tokoh utama dalam penanaman dan
memberikan teladan kepada muridnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
103
4) Pengembangan karakter
Unsur lain yang sangat penting bagi pendidikan karakter adalah bukti
dilaksanakannya prioritas pendidikan karakter. Pelaksanaan dapat digambarkan
dalam aktualisasi siswa salah satunya melalui kegiatan di sekolah atau kegiatan
ekstrakurikuler. Pola pengembangan karakter lainnya adalah melalui kegiatan
ekstrakurikuler sekolah. Kegiatan ekstrakurikuler akan menjadi simulasi kecil
praktik penerapan sikap yang baik.
Dalam SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan Yogyakarta terdapat beragam
kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan ini secara langsung atau tidak langsung akan
membentuk karakter siswa. Setiap kegiatan ekstrakurikuler yang ditawarkan sekolah
mempunyai potensi untuk mengembangkan nilai-nilai karakter tertentu. Dalam
pelaksanaan wawancara bisa diketahui siswa yang aktif, misalnya dalam organisasi
Persatuan Pelajar Tamansiswa (PPTS) lebih aktif dan komunikatif dalam menjawab
pertanyaan daripada siswa yang tidak ikut organisasi, (catatan lapangan nomor 19).
PPTS di sekolah lain biasa disebut dengan OSIS. Selain PPTS, kegiatan
ekstrakurikuler yang lain juga memberikan peluang untuk dikembangkan nilai-nilai
karakter baik. Berikut nama kegiatan dan potensi yang bisa dikembangkan.
Tabel 2Kegiatan Ektrakurikuler SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan Yogyakarta dan
Nilai Karakter yang Dikembangkan
Kegiatan Ekstrakurikuler Nilai yang dikembangkan
PPTS (Persatuan Pelajar Tamansiswa)
kepemimpinan, kerja sama, komunikatif, tanggungjawab, peduli
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
104
Seni karawitan kerja sama, kreatif, komunikatif, cinta tanah airSeni lukis kreatif, disiplinSeni music kreatif, kerja samaOlahraga basket sportifitas, menghargai, disiplinOlahraga sepak bola sportifitas, menghargai, disiplinPencak silat disiplin, toleransi, kerja kerasSeni tari kreatif, disiplin, cinta tanah air
Keterlibatan siswa dalam kegiatan ektrakurikuler akan membentuk karakter
yang beragam sesuai dengan kegiatan yang mereka ikuti. Pola ini selaras dengan
tujuan pendidikan SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan yaitu untuk mempersiapkan
peserta didik agar menjadi manusia yang berkepribadian, cerdas, berkualitas, dan
berprestasi dalam bidang olahraga dan seni. Kegiatan ekstrakurikuler yang
dikembangkan beberapa ada yang mengarah dalam seni budaya. Kegiatan seni
karawitan, seni lukis dan seni tari upaya dari sekolah untuk mempertahankan
budaya nasional, sehingga akan membentuk rasa cinta tanah air, kerja sama, kreatif
dan kedisiplinan kepada siswa.
Kegiatan yang diterapkan selaras dengan visi Yayasan Tamansiswa yang
juga sebagai badan perjuangan dan pembangunan masyarakat artinya pandangan ke
depan yayasan ini sebagai badan perjuangan kebudayaan dan pembangunan
masyarakat. Sekolah juga sebagai agen perjuangan kebudayaan, hal itu disebutkan
dalam tujuan SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan yaitu sikap saling menghargai seni
budaya dari berbagai darah pada peserta didik untuk menciptakan persatuan bangsa.
Jadi, SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan sangat mendukung pelestarian kebudayaan
nasional.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
105
Pengembangan pendidikan karakter di sekolah seharusnya bukan hanya
melalui kegiatan belajar mengajar melainkan dapat melalui kegiatan-kegiatan yang
mempunyai potensi membentuk karakter siswa. Kegiatan tersebut merupakan
kegiatan rutin atau budaya sekolah yang menjadi ciri setiap sekolah. Kegiatan
tersebut antara lain sebagai berikut.
Tabel 3Kegiatan Rutin SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan Yogyakarta dan Nilai
Karakter yang Dikembangkan Kegiatan Nilai yang dikembangkan
1. Kegiatan pembelajaran a. Berdoa atau mengucap salam
sebelum dan setelah pelajaran berakhir
Religius, toleransi
b. Membuat catatan peserta didik Kedisiplinanc. Pengecekan kerapian atribut
siswa oleh pamongDisplin, kepemimpinan
d. Kegiatan belajar mengajar Komunikatif, kepemimpinane. Memberikan tugas Tanggungjawab f. Memberikan refleksi Peduli, kreatif, kepemimpinan
2. Kegiatan Mingguana. Upacara bendera setiap hari
seninCinta tanah air, kedisiplinan
b. Kegiatan kerja bakti (insidental) Cinta lingkungan, peduli3. Kegiatan Tahunan
a. Peringatan hari besar nasional Cinta tanah air, nasionalisme
Dari kegiatan di atas maka dapat digambarkan bahwa kegiatan rutin
mempunyai potensi yang baik untuk pengembangan karakter pada siswa. Karakter
dapat terbentuk baik dalam proses pembelajaran atau di luar proses pembelajaran.
Dalam proses pembelajaran, penyampaian nilai-nilai itu dapat tersalurkan dengan
baik apabila pamong dapat menghubungkan tema pembelajaran dengan nilai yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
106
akan disampaikan kepada siswa. Hal ini terkadang mengalami kendala dikarenakan
pamong terjebak fokus dengan temanya sehingga tidak tersampaikan nilai-nilai
karakter yang diharapkan.
Dalam kegiatan mingguan seperti upacara bendera dan kerja bakti juga bisa
membentuk karakter siswa. Jadi semua kegiatan bisa membentuk karakter siswa
apabila didukung oleh pamong dan pola yang sudah ada. Agar nilai-nilai itu terjaga
dan kondisi lingkungan yang baik maka tata tertib sekolah merupakan salah satu
langkah strategis untuk mengantisipasi dan menanggulangi siswa-siswa yang
bermasalah. Menurut Komensky, kedisplinan merupakan proses pengajaran,
pelatihan, seni mendidik, dan materi kedisplinan dalam sekolah. Kedisiplinan juga
merupakan sarana, norma, metode yang disesuaikan untuk mencapai tujuan objektif
tertentu. Siswa harus mengambil sikap dalam menyesuaikan tata tertib yang
berlaku. Dapat disimpulkan bahwa tata tertib merupakan penekanan yang diberikan
sekolah kepada siswa untuk menyesuaikan dan sebagai pembentukan diri supaya
berperilaku baik.
Pola yang terbentuk di SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan sudah
mengerucut dalam pembentukan budi pekerti luhur pada siswa. Hal ini ditandai
dengan masuknya pelajaran budi pekerti dan ketamansiswaan dalam kurikulum dan
didukung dengan kegiatan-kegiatan yang berpotensi dalam membentuk karakter
siswa. Tujuan ini sesuai dengan pengertian Tamansiswa menurut Darsiti Soeratman,
yaitu Tamansiswa merupakan suatu badan perjuangan yang berjiwa nasional yaitu
dengan ditandai suatu pergerakan sosial yang menggunakan kebudayaan sendiri
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
107
sebagai dasar perjuangannya. Tamansiswa tidak hanya menghendaki pembentukan
intelek saja, tetapi juga dan terutama pendidikan dalam arti pemeliharaan dan
latihan susila.
Penekanan dari pernyataan di atas adalah bahwa tujuan Tamansiswa bukan
hanya sekedar membentuk manusia yang intelek saja, melainkan juga sebagai
tempat belajar mengembangkan susila atau budi pekerti yang baik. Dasar
nasionalisme dan budaya juga sudah diaplikasikan dalam SMA Taman Madya Ibu
Pawiyatan berupa kegiatan baik di ekstrakurikuler maupun dalam proses kegiatan
rutin di sekolah.
Menurut Thomas Lickona, untuk mendapatkan karakter yang baik harus
melalui penanaman moral yang baik (moral knowing), kemudian mencintai
kebaikan (moral feeling), dan melakukan kebaikan (moral action). Pengertian
tersebut berarti pendidikan karakter bukan hanya sekedar mengajarkan karakter
kepada siswa atau anak, melainkan pendidikan karakter juga menanamkan
kebiasaan (habituation) yang baik sehingga siswa bisa mengetahui, merasakan dan
mau melakukan kebaikan.
Dari empat unsur tersebut SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan sudah
melaksanakan konsep dari Thomas Lickona. Dalam pengembangan penanaman
moral di masukkan mata pelajaran budi pekerti, ketamansiswaan di samping
pelajaran lainnya yang mendukung pengembangan karakter di sekolah. Dengan
adanya pelajaran tersebut maka siswa diharapkan dapat mencintai dan kemudian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
108
mau melakukan kebaikan sebagai aktualisasi atau pengamalan siswa dalam kegiatan
sehari-hari.
b. Pola Pendidikan Karakter di Madrasah Aliyah Ali Maksum Pondok
Pesantren Krapyak Yogyakarta
Madrasah Aliyah Ali Maksum merupakan sekolah berbasis pesantren yang
mempunyai hubungan erat hubungannya dengan agama Islam. Sekolah ini
merupakan lembaga pendidikan setingkat dengan SMA. Dalam penerapan
pendidikan, tidak jauh berbeda dengan SMA lain. Pembeda dari sekolah lain adalah
dimasukkannya nilai-nilai Islam dan pelajaran serta kegiatan diintegrasikan dengan
pendidikan atau kegiatan di pondok pesantren.
Kurikulum yang diajarkan dalam madrasah di lembaga ini ada dua, yaitu
kurikulum dari pemerintah dan kurikulum pesantren. Adanya dua kurikulum
tersebut bermaksud untuk mengembalikan pesantren sebagai pengembangan ilmu
umum dan Islam. Kurikulum yang sudah berlangsung cenderung memberi
penekanan pada kajian Al Qur’an, hadist dan penguasaan bahasa Arab serta
pembinaan perilaku akhlak mulia.
1) Landasan sekolah
Dalam penyelenggaraannya MA Ali Maksum mempunyai maksud dan
tujuan yaitu untuk mencerdaskan kehidupan masyarakat melalui pembinaan dan
pengembangan pondok pesantren serta mendidik dan membina masyarakat untuk
menjadi manusia yang bertaqwa dan berkepribadian, trampil, dan menguasai ilmu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
109
pengetahuan dan teknologi, sehingga mampu menunaikan tugas dan kewajibannya
dalam beragama, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, ‘ala ahlissunnah wal
jama’ah.
Tujuan tersebut mencakup dan menjelaskan pentingnya pendidikan karakter
dalam MA Ali Maksum. Dalam tujuan dicantumkan salah satu tujuan sekolah
adalah mendidik dan membina masyarakat untuk menjadi manusia yang bertakwa
dan berkepribadian. Hal tersebut menegaskan pembentukan karakter di madrasah
cenderung menggunakan pendekatan agama Islam. Konsep integrasi madrasah dan
pondok pesantren akan mempermudah siswa mengaktualisasikan dirinya dalam
setiap kegiatan.
Dalam Madrasah Aliyah Ali Maksum mempunyai latar belakang yang
berbeda dengan SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan. Berdirinya MA Ali Maksum
tidak terlepas dari K.H.M. Moenawir dan K.H. Ali Maksum. Kedua tokoh tersebut
merupakan seorang yang religius dan mempunyai wawasan yang baik tentang
Islam. Kedua tokoh tersebut sangat berpengaruh dalam proses berdirinya Pondok
Pesantren Krapyak. Konsep pesantren dan madrasah digabungkan sehingga
menjadikan sekolah tersebut mempunyai nilai-nilai keagamaan Islam yang baik.
Menurut Mastuhu dengan adanya pengadopsian kurikulum sekolah dan
pendidikan umum oleh pesantren maka terjadi pergeseran penggunaan sumber
belajar. Sumber belajar yang digunakan para santri bukan hanya sebatas kitab
kuning, melainkan buku-buku pengetahuan lain atau buku kontemporer sehingga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
110
siswa dapat mempunyai wawasan yang luas dalam memandang suatu masalah dari
berbagai perspektif atau sudut pandang.
2) Penanaman karakter
MA Ali Maksum juga mempunyai pelajaran yang bisa membentuk karakter
siswa. Penguatan pendidikan karakter di MA Ali Maksum dalam kurikulum
diterapkan pelajaran pendidikan akhlak yang terdiri dari akidah akhlak, akhlak
taklim dan akhlak tasawuf. Akidah akhlak mempelajari tentang hubungan antara
manusia dan Allah, sedangkan akhlak taklim lebih menekankan hubungan sesama
manusia dan akhlak tassawuf adalah tata cara untuk mendekatkan diri dengan Allah,
(catatan lapangan nomor 11). Ketiga pelajaran tersebut merupakan satu kesatuan
yang saling melengkapi atas dasar ilmu Islam. Konsep pelajaran ini di dasari dengan
kitab Al Quran, hadist dan fikih. Pelajaran ini yang menonjol membentuk karakter
siswa selain pelajaran pendidikan kewarganegaraan dan pelajaran lainnya.
Secara umum ilmu akhlak adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku yang
seharusnya dikerjakan atau ditinggalkan seseorang. Dengan pelajaran akidah
akhlak, akhlak taklim dan akhlak tasawuf, siswa diajarkan mengenai kewajiban
manusia terhadap Allah dan manusia, dapat meneladani kisah-kisah para Nabi atau
tokoh Islam dan bisa memberikan pemahaman untuk membiasakan akhlak terpuji
serta menghindari perbuatan-perbuatan yang tercela. Contoh yang diajarkan dalam
pelajaran tersebut adalah kewajiban manusia terhadap Allah dan Rasul-Nya,
kewajiban terhadap diri sendiri, orang tua dan keluarga dan kewajiban terhadap
sesama muslim dan sesama manusia.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
111
Dalam Al Qur’an juga dijelaskan pada surat Al Ahzab (33), ayat 21 yang
berisi “Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri tauladan yang baik
bagimu, yaitu bagi orang-orang yang mengharapkan rahmat dari Allah dan
(kedatangan) hari akhir dan dia banyak mengingat Allah”. Rasulullah dijadikan
tauladan yang paling sempurna untuk umat muslim, sehingga segala sikap dan
tindakannya menjadi panutan bagi umatnya.
Untuk mempermudah pemahaman siswa maka diceritakan kisah dari
teladan-teladan Rasulullah dan para sahabat. Teladan Rasulullah dan para sahabat
menjadi dasar yang patut dicontoh, karena dalam diri Rasulullah dan sahabat
banyak akhlak mulia yang menjadi teladan bagi umat manusia. Hal tersebut akan
membuat mengerti bahwa manusia diciptakan Allah dan dijadikan khalifah
(penguasa dan wakil Allah) di bumi semata-mata untuk beribadah kepadaNya.
Sebagai khalifah manusia harus selalu menjaga dan merawat alam semesta
dan taat dan bertakwa kepada Allah. Kisah-kisah yang tercela juga disampaikan
sehingga terjadi perbandingan antara yang baik dan buru. Hal ini akan
menginspirasi dan bisa diambil hikmah dalam setiap pembelajaran yang diajarkan.
Moral knowing ini yang menjadi salah satu penanaman karakter yang diterapkan
dalam sekolah. Harapannya siswa bukan hanya sekedar memahami tetapi
menerapkan pemahaman tersebut menjadi aksi yang nyata dalam kehidupan sehari-
hari.
Menurut Anita Lie yang dikutip Sri Judiani (2010: 281), pendidikan karakter
tidak merupakan mata pelajaran yang berdiri sendiri, tetapi harus diintegrasikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
112
dalam kurikulum yang sudah ada, yaitu dengan mengimplementasikannya dalam
mata pelajaran dan keseharian peserta didik. Jadi bisa diartikan bahwa penanaman
pendidikan karakter bukan melalui mata pelajaran akhlak, melainkan semua
pelajaran dan kegiatan keseharian siswa.
Dalam kegiatan sehari-hari di pondok pesantren, siswa dituntut untuk
senantiasa hidup dengan mandiri dan teratur. Kemandirian itu muncul ketika mereka
diharuskan bisa mengatur dan mengurusi dirinya sendiri. Dengan sistem pondok
mereka hidup dengan kesederhanaan dan kebersamaan. Mereka hidup dengan
teratur sesuai dengan jadwal yang ditentukan oleh sekolah dan pondok. Kehidupan
inilah yang akan membentuk karakter siswa. Berikut adalah jadwal kegiatan siswa
di madrasah dan pondok pesantren.
Tabel 4Jadwal Kegiatan Harian Santri
Waktu Kegiatan Karakter yang dikembangkan
03.30-04.30 Bangun (persiapan shalat Shubuh) wudhu/mandi
Kedisiplinan, religius, tanggungjawab
Menyesuaiakan Shalat Shubuh berjamaah Religius, disiplin, tanggung jawab
Setelah Shalat Shubuh
Pengajian Al Quran, bandongan, sorogan
Religius, kedisiplinan, tanggungjawab
07.15-15.30 Kegiatan belajar mengajar di madrasah Menyesuaikan15.30-16.30 Istirahat, kegiatan ekstrakurikuler Menyesuaikan16.30-18.00 Pengajian Religius
Menyesuaikan Shalat Magrib berjamah Religius, tanggung jawab
Setelah shalat Magrib
Pengajian Al Quran Pengajian bandonganPengajian sorogan
Religius, tanggungjawab,
kedisiplinan
20.00-21.30 Musyawarah kelas, matrikulasi, Kerja sama,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
113
bimbingan belajar kedisiplinan, toleransi
21.30-22.15 Kegiatan asrama Kerjasama, toleransi, komunikatif
22.30 ke atas Istirahat malam atau tidur Menyesuaikan
Tabel 5Jadwal Mingguan (Malam Jumat dan Jumat Pagi)
Waktu Kegiatan Karakter yang dikembangkan
Setelah shalat Magrib Tahlil dan doaLatihan ceramah dan pidato
Religius, kepemimpinan, tanggung jawab
Setelah shalat Shubuh MuqoddamanKerja bakti dan olahraga
Religius Peduli lingkungan,
disiplin
Tabel 6Jadwal Bulanan (Selapanan)
Waktu Kegiatan Karakter yang dikembangkan
Malam Sabtu Wage Semaan Al Quran ReligiusTanggal 17/18 Upacara bendera Cinta tanah air, disiplinAkhir bulan Muhadharoh
(Arab/Inggris)Komunikatif
Tabel 7Jadwal Kegiatan Tahunan
Waktu Kegiatan Karakter yang dikembangkan
1 Muharrom Tahun Baru Hijriah Religius12 Rabiul Awwal Maulud Nabi Muhammad Religius 10 Jumadil Awwal Haul Almarhum K.H Ali
MaksumReligius
11 Jumadil Akhir Haul Almarhum K.H M Munawwir
Religius
27 Rajab Isra Mi’raj Religius 17 Agustus HUT Kemerdekaan RI Cinta tanah air
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
114
Jadwal rutin yang diterapkan di MA Aliyah Ali Maksum mempunyai nilai
yang bisa dikembangkan. Jiwa dan sikap siswa akan menyesuaikan karakter yang
ditetapkan oleh madrasah. Pembiasaan ini sangat efektif karena madrasah sebagai
tempat pengembangan moral knowing, moral feeling dan moral action. Mereka
diberikan pemahaman, diajarkan dan dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
Penyelenggaraan kegiatan di madrasah dan di pondok pesantran akan
mempermudah proses aktualisasi nilai karakter pada siswa. Siswa selain
mendapatkan ilmu juga dapat mengaktualisasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Lingkungan yang kondusif dan homogen akan memudahkan siswa untuk cepat
berkembang.
Pembelajaran pondok pesantren juga mengenal metode pembelajaran
sorogan dan bandongan. Pola pembelajaran sorogan dan bandongan di pondok
pesantren juga dapat membentuk karakter siswa. Metode sorogan menitikberatkan
pada kemampuan perseorangan atau santri dengan pengawasan dari kiai atau santri
senior. Dalam pelaksanaan metode sorogan, santri diminta membaca kitab di depan
kiai. Kiai menyimak dan menegur apabila ada kesalahan bacaan. Kegiatan ini akan
membawa kesan tersendiri kepada para santri. Komunikasi yang terjalin akan
membawa kedekatan dengan santri dan kiai.
Metode bandongan juga disebut metode wetonan. Bandongan dilakukan kiai
dalam kelas atau ruangan yang cukup luas. Kiai membacakan dan mengkaji kitab
kuning atau kitab Al Qur’an dan para santri menyimak. Dalam pola ini sebenanya
tidak jauh berbeda dengan pembelajaran klasikal pada umunya. Hanya saja dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
115
pola ini santri bisa memperdalam nilai-nilai atau pengetahuan Islam. Santri di
madrasah dituntut untuk dapat menguasai Al Qur’an, hadis, dan sunah karena
setelah mereka lulus nanti, mereka akan mengamalkan dan menyampaikannya
kepada masyarakat luas.
Sebelum terjun ke masyarakat para santri harus sudah mampu mengelola
dirinya sendiri. Kegiatan pondok pesantren akan membantu mereka untuk
berkembang. Kebersamaan selama 24 jam membuat santri lebih mudah bergaul dan
akrab dengan lingkungan sekitar. Berbaur dalam kebersamaan akan berdampak
besar dalam pembentukan karakter santri, terutama pada pembentukan sikap
toleransi, dan adaptasi lingkungan. Adanya aturan pembatasan kepada santri untuk
membawa fasilitas sendiri juga akan berdampak pada karakter. Santri yang biasanya
membawa motor, mobil setelah di pesantren harus jalan kaki atau naik sepeda,
santri yang di rumah memakai HP, laptop dan menonton televisi, setelah di pondok
harus meninggalkan kemewahan tersebut. Jika melanggar maka mereka harus
mendapat hukuman sesuai dengan aturan yang ditetapkan. Kemandirian,
kesederhanaan dan proteksi terhadap pengaruh luar menjadi alasan aturan tersebut
diberlakukan.
Setiap siswa mempunyai buku pedoman santri yang secara sengaja
dibagikan kepada santri. Harapannya mereka mengerti tata krama, aturan
berpakaian, perijinan, jenis pelanggaran dan hukumannya. Selain itu buku tersebut
juga berisi tentang jadwal kegiatan dari pagi sampai malam hari. Hal ini berarti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
116
sosialisasi sejak awal sudah diberikan oleh madrasah, sehingga santri bisa
memahami dan bisa menjalankan tata tertib dengan baik.
Pembentukan school cultur dilingkungan sekolah dapat mendukung
peningkatan kualitas iman dan takwa siswa, selain edukatif dan Ilmiah. Dengan
dukungan yang utuh maka untuk mewujudkan manusia yang berkarakter itu akan
lebih mudah, karena suasana kehidupan antara siswa dengan sesamanya, siswa
dengan guru, siswa dengan lingkungannya dapat terlihat. Banyak kegiatan dan
interaksi dengan orang lain akan mempercepat proses pembentukan karakter.
3) Keteladanan
Dalam Madrasah Aliyah Ali Maksum keteladanan pengajar dan kiai bisa
membentuk dan mempengaruhi karakter siswa. Keduanya mempunyai peran yang
saling melengkapi, karena sebagian pengajar juga kiai di pondok pesantren. Latar
belakang dari pengajar di Madrasah Aliyah Ali Maksum cukup baik. Sebagian juga
terdapat lulusan dari luar negeri terutama dari Mesir, sehingga cukup menguasai
ilmu Agama Islam.
Latar belakang Islam yang kuat akan mempengaruhi siswa dalam bersikap.
Sikap yang dicerminkan harus menunjukkan ciri seorang muslim yang taat kepada
Allah Swt. Mereka diajarkan pengetahuan agama di madrasah, sehingga siswa tidak
memandang pengajar sebagai guru saja, melainkan sebagai kiai yang menguasai
agama Islam yang baik.
Keteladanan menjadi kunci dalam kehidupan di pondok pesantren. Salah
satu keteladanan yang terlihat adalah sebagian besar dari pengajar dan kiai ikut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
117
shalat berjamaah dalam Masjid. Selain kiai dan pengajar, peran musyrif atau
pembimbing mempunyai pengaruh yang besar dalam mendidik santri. Pembimbing
di pondok mampu menjadi kakak sekaligus keluarga dalam lingkungan asrama,
menjadi panutan dan mampu mengkoordinasi siswa binaannya dengan
bertanggungjawab atas setiap tindakan siswanya.
Keteladan pembimbing dan pengajar juga berperan efektif dalam
pembentukan karakter siswa. Sikap yang dicontohkan akan memepengaruhi
perilaku siswa. Berikut contoh keteladanan para pengajar yang terlihat dalam
keseharian di MA Ali Maksum.
Tabel 8Keteladanan Pengajar MA Ali Maksum Pondok Pesantren Krapyak
Yogyakarta dan Nilai Karakter yang Dikembangkan
Sikap Nilai yang dikembangkan
Pengajar berpakaian muslim, bersih dan rapi Kedisiplinan, kebersihan, religiusPengajar datang tepat waktu KedisiplinanPengajar selalu menegur siswa bila ada yang salah
Komunikatif, peduli, kepemimpinan
Pengajar selalu mengucapkan salam ketika bertemu dengan warga sekolah
Komunikatif, toleransi
Pengajar sopan dan santun Toleransi, kepemimpinanPengajar datang untuk shalat dhuhur berjamaah
Tanggung jawab, religius
Dari tabel di atas terlihat beberapa keteladanan yang terlihat dari para
pengajar di MA Ali Maksum. Keteladanan yang terlihat cukup memberikan
pengaruh terhadap siswa. Apabila pengajar memakai pakaian yang bersih dan rapi,
maka akan mendorong siswa untuk berbuat hal yang serupa. Teladan yang lain
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
118
misalnya pengajar datang tepat waktu, sehingga akan memberikan motivasi bagi
siswa untuk datang tidak terlambat. Hal tersebut akan menjadi teladan bagi siswa
dalam nilai-nilai kedislipinan dan kebersihan dalam berpakaian.
Jadi mendidik karakter di sekolah harus dibutuhkan sosok yang menjadi
model yang sering dijumpai dalam lingkungannya. Semakin dekat model pada
peserta didik, maka semakin efektif dan cepat penyerapan pendidikan karakter di
sekolah. Keteladanan perlu menjadi bagian dari sikap guru di sekolah karena
karakter merupakan perilaku, bukan sekedar pengetahuan, sehingga harus
diteladankan bukan hanya diajarkan.
Pembinaan melalui pendampingan sangat penting bagi pembentukan
karakter siswa, karena seringkali permasalahan yang dialami siswa akan
mengganggu dalam proses belajar. Pembimbing harus cukup cakap dan seharusnya
bisa memahami permasalahan siswa. Pembimbing di pondok adalah orang pilihan
dengan kriteria mempunyai keilmuan agama Islam yang baik, bersedia tinggal di
asrama, masih muda dan belum menikah. Dengan kriteria tersebut diharapkan
mampu mendampingi adik-adiknya.
Peran pembimbing sama seperti wali kelas di madrasah, sehingga mengerti
dan bertanggungjawab terhadap perkembangan siswa binaannya baik dalam
tindakan maupun keilmuan agamanya. Pembimbing juga berfungsi sebagai kontrol
bagi siswa. Kontrol ibadah, akademik dan akhlak diperhatikan pembimbing. Setiap
pembimbing mempunyai lembar penilaian dan dilaporkan kepada orang tua siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
119
dan pengasuh secara berkala. Lembar penilaian ini untuk mengetahui juga
perkembangan siswa baik dari nilai akademik, akhlak dan ibadahnya.
Peran musyrif dalam asrama sebagai pengganti keluarga di madrasah. Siswa
terbiasa mengadu, bergaul dan berdiskusi dengan musyrif atau pembimbing.
Pembimbing seperti kakak mereka dan mudah berkomunikasi dikarenakan umur
yang tidak terlalu dengan siswa. Semua pembimbing belum menikah dan
kebanyakan alumni dari Pondok Pesantren Krapyak. Dengan suasana seperti itu
maka siswa akan mudah diarahkan dan dibentuk karakternya.
Dalam proses pembelajaran di madrasah, pengajar cenderung lebih banyak
menggunakan metode ceramah, tetapi juga ada yang menggunakan metode lain
yang lebih menarik. Dalam menggunakan metode ceramah akan memberikan
peluang pengajar memasukkan konsep pendidikan karakter dalam proses
pembelajaran. Dalam proses pembelajaran terlihat nilai karakter Islami yang kuat,
karena nilai-nilai Islam sering dimunculkan pengajar dalam kelas.
4) Pengembangan karakter
Pengembangan karakter di MA Ali Maksum dapat melalui kegiatan
ekstrakurikuler sekolah. Kegiatan ekstrakurikuler merupakan kegiatan satuan
pendidikan yang bersifat umum dan tidak terkait langsung pada suatu mata
pelajaran tertentu. Berikut adalah kegiatan ekstrakurikuler yang dikembangkan di
MA Ali Maksum dan potensi yang dapat dikembangkan dari setiap kegiatan
tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
120
Tabel 9Kegiatan Ektrakurikuler MA Ali Maksum Pondok Pesantren Krapyak
Yogyakarta dan Nilai Karakter yang Dikembangkan
Ekstrakurikuler Nilai yang dikembangkan
Pencak Silat LPSNU Pagar Nusa Disiplin, toleransi, kerja kerasKelompok Ilmiah Remaja (KIR) Komunikatif, rasa ingin tahu, jujurSeni Baca Al Qur’an Kreatif, disiplin, religiusSeni Kaligrafi Kreatif, komunikatif Tata Boga Sportifitas, mandiri, disiplinOlahraga sepak bola Sportifitas, disiplinPalang Merah Remaja Disiplin, toleransi, kerja kerasADC (Ali Maksum Debating Society) Kepemimpinan, komunikatifKomputer Kreatif, ketelitian
Kegiatan ekstrakurikuler yang dilaksanakan melalui kegiatan keagamaan,
olahraga dan seni dalam bentuk pembelajaran, pelatihan, kompetisi atau festival
akan berfungsi terutama untuk penanaman atau pembentukan sikap, perilaku, dan
kepribadian siswa agar menjadi manusia berkarakter. Dari hasil temuan kegiatan
ekstrakurikuler lebih cenderung diarahkan untuk penguatan religius dalam diri siswa
atau peserta didik.
Kegiatan ekstrakurikuler sebagian besar berhubungan dengan bagian
kesiswaan yang dikoordinasikan dengan wakil kepala sekolah bagian kesiswaan.
Untuk lebih efektif dan terarah maka setiap kegiatan dibina oleh seorang yang
mempunyai keahlian dan kesesuaian ilmunya. Harapannya dengan dikembangkan
kegiatan ekstrakurikuler dapat terpupuk karakter-karakter yang melekat pada setiap
kegiatan tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
121
Pengembangan karakter bisa juga melalui kegiatan rutin di sekolah.
Kegiatan rutin di sekolah seperti upacara bendera, kerja bakti dan kegiatan lainnya
akan membentuk karakter siswa. Pembiasaan dan budaya sekolah yang
digambarkan sebagai kegiatan rutin sekolah merupakan contoh usaha sekolah dalam
menerapkan pendidikan karakter. Melalui pendekatan kegiatan inilah siswa akan
lebih mudah bersosialisasi dengan guru atau siswa lainnya.
Lembaga pendidikan harus mampu membuat verifikasi sejauh mana karakter
yang dituntutkan dapat dilaksanakan di lapangan. Misalnya, sikap sekolah terhadap
pelanggaran atau sanksi yang dilanggar siswa harus ditindak tegas. Tata tertib yang
diterapkan akan membatasi perilaku siswa untuk berbuat negatif. Setiap guru di MA
Ali Maksum berhak memberikan surat pernyataan dengan siswa agar tidak
mengulangi perbuatannya. Surat pernyataan itu juga dilengkapi dengan materai
sehingga membuat anak tidak mengulangi kembali. Pelanggaran dan hukuman yang
diberikan akan memberikan efek jera bagi siswa untuk berbuat tidak baik.
Menurut Zamakhsyari Dhofier, tujuan pendidikan Islam adalah memberikan
moral, menghaluskan budi pekerti, meningkatkan nilai-nilai kemanusiaan untuk
mendekatkan diri kepada Allah. Tujuan tersebut sesuai dengan realitas program
yang telah dijalankan Madrasah Aliyah Ali Maksum. Pola penerapan karakter yang
diterapkan melalui proses pembelajaran di madrasah dan kegiatan atau budaya
pondok pesantren yang penuh dengan nilai-nilai kemanusiaan untuk mendekatkan
diri kepada Allah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
122
Keterkaitan antara takwa dan akhlak itu sejajar dengan keterkaitan antara
iman dan amal, antara hubungan antara Allah (habl min Allah) dan hubungan
dengan manusia (habl min al-nas). Pelajaran akhlak yang diajarkan di madrasah
akan membantu siswa untuk memahami nilai-nilai tingkah laku manusia, baik
tingkah laku yang berhubungan dengan Allah yaitu dengan melakukan ibadah,
berhubungan dengan sesamanya yaitu dalam hal berhubungan dengan kegiatan
sosial dan berhubungan dengan lingkungan yaitu makhluk atau benda lain ciptaan
Allah. Dengan pemahaman yang baik maka respon karakter yang diberikan akan
semakin baik berupa sikap atau tindakan.
2. Persepsi Pengajar dan Siswa Mengenai Pendidikan Karakter
Guru merupakan salah faktor terpenting dalam proses penerapan pendidikan
karakter di sekolah. Guru mempunyai tugas sebagai seorang pendidik dan menjadi
pengganti orang tua di sekolah. Guru dapat dikatakan sebagai agen kebaikan atau
agen perubahan, karena dengan posisi yang strategis guru bisa mengarahkan dan
membentuk karakter siswa. Hal inilah yang menjadi salah satu alasan guru harus
mempunyai persepsi yang baik tentang pendidikan karakter. Dengan persepsi atau
pandangan yang baik maka akan mudah dalam pelaksanaan pendidikan karakter di
kelas. Berikut adalah persepsi pengajar (guru) dan siswa SMA Taman Madya Ibu
Pawiyatan dan MA Ali Maksum tentang pendidikan karakter.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
123
a. Persepsi Pengajar dan Siswa Mengenai Pendididikan Karakter di SMA
Taman Madya Ibu Pawiyatan
Upaya untuk melihat tingkat pemahaman atau persepsi pamong dan siswa
terhadap pendidikan karakter diharapkan untuk dapat mengetahui sejauh mana
pamong atau siswa memahami pendidikan karakter yang sudah berjalan di sekolah.
Beragam jawaban muncul dari para pamong dan siswa. Dalam keragaman itu ada
inti kesamaan pandangan mengenai hunungan pendidikan karakter dengan konsep
ajaran dari Ki Hadjar Dewantara. Pendidikan karakter identik dan cukup relevan
dengan ajaran Ki Hadjar Dewantara karena ajaran Ki Hadjar Dewantara sebagian
besar juga mengajarkan pada budi pekerti dan nilai-nilai hidup. Hal tersebut
menjadi nilai lebih dari sekolah di Tamansiswa khususnya di SMA Taman Madya
Ibu Pawiyatan.
Pada waktu wawancara dengan pamong maupun siswa di SMA Taman Madya
Ibu Pawiyatan sebagian cukup menguasai apa arti dan hakekat pendidikan karakter.
Sebagian besar dari pamong yang diwawancarai mampu menghubungkan antara
mata pelajaran yang diampu dengan pendidikan karakter. Mereka sadar bahwa
pendidikan karakter sangat dibutuhkan dalam proses pendidikan di sekolah.
Sehubungan ada sebagian pamong yang telah baik menunjukkan komitmen dan
persepsinya mengenai profesinya, sejarah sekolah dan pemahaman mereka terhadap
pendidikan karakter.
Pemahaman siswa lebih ditekankan kepada kehidupan, keaktifan dan kegiatan
yang menunjang pendidikan karakter di sekolah. Mereka yang aktif dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
124
organisasi mempunyai pengetahuan yang cukup baik dari yang tidak aktif dalam
organisasi. Mereka hafal betul dengan konsep-konsep yang diajarkan Ki Hadjar
Dewantara. Bagi siswa, nilai-nilai karakter akan mudah dipahami ketika dalam
pelajaran ketamansiswaan dan budi pekerti serta kegiatan ekstrakurikuler berjalan
dengan baik.
Pelajaran ketamansiswaan dan budi pekerti memberikan mereka sebuah
wawasan nilai kehidupan melalui ajaran atau konsep-konsep Ki Hadjar Dewantara.
Dengan adanya pemahaman maka akan berpengaruh kuat dalam kehidupan sehari-
hari. Pengaruh yang lain adalah kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan ini akan
membentuk kepemimpinan dan jiwa-jiwa yang positif dikarenakan adanya potensi
karakter yang baik di setiap kegiatan ekstrakurikuler.
Persepsi atau pemahaman pamong dan siswa seharusnya sudah diperoleh di
lingkungan Tamansiswa. Tamansiswa sendiri mengajarkan nilai budi pekerti dengan
konsep Ki Hadjar Dewantara sehingga ketika muncul pendidikan karakter yang
dicanangkan pemerintah, semua komponen di Tamansiswa sudah siap dengan pola
pendidikan karakter. Dampaknya para pamong dan siswa sebagian besar
mempunyai persepsi yang cukup bagus. Dengan persepsi yang bagus sebagai modal
bahwa moral knowing sudah melekat dalam masing-masing individu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
125
b. Persepsi Pengajar dan Siswa Mengenai Pendidikan Karakter di Madrasah
Aliyah Ali Maksum Pondok Pesantren Krapyak
Guru dalam Madrasah Aliyah Ali Maksum mempunyai persepsi yang cukup
kuat tentang pendidikan karakter. Pendidikan karakter yang dijelaskan sebagian dari
guru madrasah selalu dikaitkan dengan nilai-nilai Islam. Pendidikan karakter erat
dengan akhlak yang baik. Akhlak yang baik merupakan salah satu ciri orang yang
mukmin (orang yang beriman). Hal tersebut merupakan tugas Madrasah Aliyah Ali
Maksum yang ingin membentuk manusia-manusia yang mempunyai keselarasan
antara akal dan spiritualitas. Dalam Islam tidak ada disiplin ilmu yang terpisah dari
etika Islam. Nilai-nilai agama tidak berhenti pada proses ritual saja, melainkan
proses aktualisasi di masyarakat luas. Dengan landasan dan keimanan yang kuat
maka akan menjadi pondasi yang kokoh untuk membentuk karakter.
Guru atau pengajar dalam MA Ali Maksum selain menguasai ilmu pendidikan
sesuai dengan pelajarannya juga sebagian besar menguasai ilmu Islam. Hal ini bisa
dilihat dari beberapa guru atau pengajar alumni dari Pondok Pesantren Krapyak dan
juga ada yang kuliah di Mesir. Persepsi dan pemahaman yang baik terhadap Islam
akan mempengaruhi cara berinteraksi dengan siswa di sekolah. Dengan latar
belakang tersebut maka persepsi guru terhadap pendidikan karakter selalu dikaitkan
dengan ajaran Islam.
Persepsi akan mempengaruhi cara dan penerapan dalam proses pembelajaran.
Sebagian besar guru di MA Ali Maksum mempunyai pemahaman yang baik dengan
pendidikan karakter, akan tetapi ada juga yang belum memahami pendidikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
126
karakter. Hal ini diakibatkan kurang adanya sosialisasi dan kesadaran pribadi untuk
memahami tentang pendidikan karakter yang dilaksanakan pemerintah atau instansi
terkait.
Budaya yang dikembangkan sekolah dapat mempengaruhi pola pikir siswa.
Dalam madrasah siswa akan terbiasa dengan suasana-suasana Islam, sehingga
pemahaman mereka tentang nilai-nilai Islam sangat baik. Hal tersebut menjadi
kelebihan tersendiri bagi siswa di MA Ali Maksum karena selain mereka dapat
memahami pelajaran umum, mereka juga baik dalam penguasaan dan pemahaman
keilmuan agama Islam.
Penguasaan ilmu pengetahuan dan ketakwaan menjadi parameter untuk selalu
menjadi nilai lebih dalam sebuah lembaga pendidikan. Konsep pesantren
mengadopsi sistem pendidikan umum dan secara bersamaan dan mengarahkan
orientasi kepada peserta didik atau santri untuk dapat menguasai keilmuan umum
dan agama. Dari segi tersebut maka setiap pengajar di madrasah dituntut untuk
mengarahkan belajar peserta didik ke arah belajar untuk beriman dan bertakwa
kepada Allah.
Siswa juga akan senang apabila pelajaran dikaitkan dengan nilai-nilai religius
Islam. Hal tersebut terkadang dapat dijumpai pada pengajar yang dapat mengaitkan
tema pelajarannya dengan nilai-nilai Islam. Dalam hal itulah para pengajar juga
sering disebut ustad. Keberadaan inilah yang menjadikan pengajar atau guru di MA
Ali Maksum sangat dihormati oleh siswanya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
127
Menurut Thomas Lickona, untuk mendapatkan karakter baik maka perlu
adanya komponen moral knowing, moral feeling dan moral action. Moral knowing
yang dimaksud adalah pemahaman mengenai pendidikan karakter itu sendiri.
Apabila persepsi baik guru dan siswa mengenai pendidikan karakter baik, maka
akan mendukung proses implementasi atau penerapan pendidikan karakter yang
diharapkan. Nilai yang akan disalurkan juga tergantung sesuai dengan persepsi
masing-masing. Apabila semua komponen mempunyai visi dan misi dan didukung
oleh persepsi guru terhadap orientasi sekolah, maka siswa akan terbentuk sesuai
yang diharapkan.
3. Aktualisasi (Pengamalan) Nilai-Nilai Karakter Pada Siswa di SMA Taman
Madya Ibu Pawiyatan dan Madrasah Aliyah Ali Maksum Pondok
Pesantren Krapyak Yogyakarta
Pendidikan karakter merupakan suatu proses pendidikan yang
menghubungkan dimensi moral dengan ranah sosial dalam kehidupan siswa sebagai
pondasi dasar terbentuknya generasi yang mempunyai karakter yang baik. Sekolah
merupakan tempat yang efektif sebagai pembentukan karakter individu sehingga
mereka dapat tumbuh dan berkembang dengan baik dalam lingkungannya.
Lingkungan sekolah dapat menjadi tempat pendidikan yang baik bagi pertumbuhan
karakter siswa. Pendidikan karakter akan lebih cepat berkembang apabila semua
komponen dan kegiatan sekolah dapat diintegrasikan dalam program pembentukan
karakter atau budi pekerti yang baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
128
Lembaga pendidikan merupakan salah satu wahana untuk menanamkan
pengertian nilai-nilai moral, membentuk dan melatih siswa dalam berperilaku yang
baik. Sekolah juga sebagai wahana bagi praksis pendidikan nilai. Dalam sekolah
diharapkan siswa belajar mengaktualisasikan nilai-nilai yang telah mereka dapatkan.
Keberhasilan pendidikan karakter di sekolah dapat dilihat dari aktualisasi siswa
berupa sikap atau tindakan yang terlihat, bukan hanya sekedar pemahaman teoritis
saja.
Aktualisasi dalam diri siswa berupa perwujudan tindakan dan sikap inilah
yang menjadi salah satu acuan keberhasilan pendidikan karakter yang diterapkan di
sekolah. Kurang lebih terdapat 18 nilai pendidikan karakter yang bisa
dikembangkan di sekolah. Nilai-nilai tersebut antara lain religius, jujur, toleransi,
disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat
kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat atau komunikatif, cinta
damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial dan tanggung jawab. Dari
nilai-nilai tersebut bisa berkembang lagi sesuai dengan kondisi dan tujuan sekolah
masing-masing.
Berkaitan dalam penerapan pendidikan karakter di SMA Taman Madya Ibu
Pawiyatan dan Madrasah Aliyah Ali Maksum, aktualisasi yang muncul beragam.
Model dan konsep sekolah yang berbeda akan membuat pengaktualisasian dalam
sikap siswa yang berbeda. SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan tidak menggunakan
sistem pondok atau asrama, sedangkan MA Ali Maksum melaksanakan sistem
pondok atau asrama.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
129
Pola penerapan pendidikan karakter, persepsi guru dan budaya sekolah akan
mempengaruhi aktualisasi nilai karakter pada siswa di sekolah. Dalam SMA Taman
Madya Ibu Pawiyatan sikap atau karakter siswa yang terlihat meliputi toleransi,
religius, disiplin, kejujuran, kreatif, kerjasama, komunikatif, peduli dan cinta tanah
air . Nilai-nilai tersebut bisa terlihat dalam kegiatan siswa baik di dalam kelas atau
di luar kelas.
1) Toleransi
Toleransi merupakan sikap mampu menghargai perbedaan suku, gender,
budaya dan agama. Pada dasarnya SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan adalah
sekolah yang siswanya terdiri dari beragam agama, budaya dan latar belakang. Hal
ini bisa dilihat dari asal daerah siswa yang cukup beragam. Ada yang berasal dari
Papua, dari Sunda dan dari Jawa. Terkait dengan agama yang dianut siswa juga
beragam.
Mayoritas agama yang dipeluk siswa di SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan
adalah Islam, tetapi juga ada yang beragama Kristen dan Katolik. Kaitannya dengan
toleransi, sekolah ini mengajarkan ketika siswa bertemu dengan pamong maka
mereka berjabat tangan dan mengucapkan kata “salam”. Kata salam ini bersifat
netral dan sarat dengan makna toleransi. Selain itu dalam kegiatan agama misalnya
peringatan Idul Adha, semua siswa dilibatkan untuk menjadi panitia kurban,
termasuk siswa beragama Kristen dan Katolik. Toleransi agama sudah mulai
muncul dan dikembangkan dalam kehidupan di sekolah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
130
Toleransi di MA Ali Maksum ditunjukkan pada kegiatan sehari-hari di
asrama. Dalam kegiatan musyawarah sikap toleransi bisa muncul. Mereka dilatih
untuk bisa menghargai dan menghormati pendapat orang lain. Sikap toleransi juga
muncul ketika mereka harus tidur dan berbagi bersama teman-temannya dalam satu
kamar. Setiap kamar diisi 8-10 santri dengan sistem acak yang terdiri dari kelas X,
XI dan XII, maka sikap toleransi yang muncul adalah tidak mengganggu ketika
santri lain sedang beristirahat dan belajar. Kegiatan lain seperti antri untuk mandi,
antri makan dan bergantian mencuci merupakan bagian dari sikap toleransi yang
dikembangkan di pondok pesantren.
2) Religius
Religius merupakan sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan
ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain dan
hidup rukun dengan pemeluk agama lain. Siswa di SMA Taman Madya Ibu
Pawiyatan memiliki sifat religius yang cukup bagus. Sikap religius merupakan sikap
siswa mampu beribadah dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari aktivitas ibadah
siswa, termasuk guru dan karyawan.
Untuk siswa yang beragama Islam pada jam istirahat kedua siswa melakukan
ibadah shalat dzuhur berjamaah, walaupun tidak diikuti semua siswa. Dalam shalat
dhuhur biasanya didampingi oleh pamong sekolah. Untuk pelajaran agama, SMA
Taman Madya Ibu Pawiyatan menyediakan pamong sesuai dengan kebutuhan
keyakinan siswa. Dalam pengamatan tersebut bisa dilihat bahwa nilai-nilai
religiusitas juga dikembangkan oleh sekolah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
131
Hasil observasi dan wawancara bisa digambarkan bahwa santri di Madrasah
Aliyah Ali Maksum sangat erat dengan suasana dan sikap religius (Islam). Dalam
hal berpakaian, para santri putra memakai songkok atau kopiah, kemeja dan
terkadang memakai sarung, sedangkan santri putri memakai jilbab atau kerudung
serta atau memakai pakaian muslimah. Dalam hal menjalankan ibadah shalat lima
waktu mereka mengutamakan jamaah di Masjid dekat madrasah. Dalam kesempatan
waktu luang banyak dijumpai dari mereka yang sedang membaca Al Qur’an di
ruang asrama atau di Masjid. Hal tersebut merupakan bahwa siswa gemar membaca
kitab-kitab Islam.
Sebagai contoh lain mereka mengerti bahwa umat Islam wajib shalat lima
waktu, akan tetapi mereka mengerti keutamaan dari shalat yaitu berjamaah di
Masjid. Mereka sadar bahwa dengan shalat berjamaah maka akan mendapatkan nilai
lebih dari Allah. Contoh tersebut menggambarkan bahwa ada nilai lebih ketika
mengetahui dasar dan ajaran Islam secara utuh, sehingga amal yang dilaksanakan
dapat maksimal dan bermanfaat baik bagi dirinya ataupun orang lain.
Kagiatan setelah sekolah kebanyakan dimanfaatkan dengan kegiatan untuk
membaca dan menghafal kitab. Suasana Islam sangat kental dalam aktivitas di
madrasah ataupun di asrama Pondok Pesantren Krapyak. Dalam kegiatan tersebut
maka dapat diketahui bahwa nilai-nilai religius di MA Ali Maksum mudah
diaktualisasikan karena lingkungan dan budaya Islam yang cukup baik. Sikap
religius sangat erat dengan ketakwaan sehingga para siswa sadar karena dalam
setiap kegiatan mereka selalu diawasi dan dilihat oleh Allah. Inilah yang menjadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
132
kelebihan manusia ketika manusia bertakwa kepada Allah, maka manusia tersebut
akan berhati-hati dalam setiap perkataan dan perbuatannya.
3) Disiplin
Kedisiplinan merupakan prioritas dalam menegakkan tata tertib yang ada di
sekolah. Permasalahan kedisplinan juga akan berpengaruh dalam kegiatan belajar
mengajar. Dalam segi kedisiplinan siswa SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan sudah
cukup baik. Salah satu contoh yang dapat dilihat ketika bel masuk, maka siswa
masuk kelas dengan tertib. Hal ini bisa dilihat dari tingkat pelanggaran yang sedikit.
Murid yang sedikit akan mempengaruhi tindakan dan perilaku siswa. Siswa yang
tidak banyak juga akan mudah dikoordinasi dan dipantau oleh pamong. Dengan
demikian, siswa cenderung mematuhi tata tertib sekolah. Kedisiplinan juga
diperlihatkan pamong dalam mengajar. Pamong sudah siap sebelum jam mengajar.
Pembiasaan dan sikap seperti ini akan membentuk kedisplinan siswa.
Disiplin di MA Ali Maksum bisa ditunjukkan dalam sekolah dan di asrama.
Sifat disiplin tercermin pada santri bisa dilihat dalam mengerjakan shalat wajib yang
tepat waktu. Setiap datang waktu shalat para santri bergegas mengambil air wudhu
dan menuju ke masjid yang tak jauh dari madrasah atau sekolah untuk
melaksanakan shalat berjamaah. Hal tersebut merupakan kedisplinan dalam hal
religius. Kedisplinan yang lain muncul ketika kegiatan di pondok pesantren. Para
santri menghadiri kegiatan dengan tepat waktu. Untuk kedisiplinan di madrasah
sendiri sudah cukup baik. Peran pengurus atau pembimbing pesantren di sini cukup
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
133
penting untuk mengingatkan santri yang malas atau tertidur. Budaya saling
mengingatkan ini yang bisa membentuk sikap kedisiplinan siswa.
4) Jujur
Kejujuran adalah sebuah pernyataan dengan mengatakan yang sebenarnya.
Hal ini bisa dilihat dalam proses wawancara yang dilakukan kepada siswa. Ketika
diwawancarai muncul sikap terbuka dan jujur dari siswa. Mereka mau mengatakan
kelemahan dan pelanggaran-pelanggaran yang pernah dilakukan ketika di sekolah.
Kritikan juga sering muncul kepada pamong dan sekolah terutama dalam proses
belajar mengajar. Sikap jujur sudah menjadi bagian dari sebagian siswa di
Tamansiswa.
Secara umum hal yang sama juga ditunjukkan di MA Ali Maksum. Dalam
bersosialisasi dengan santri lain terkadang kegiatan pinjam meminjam sering terjadi
antara santri dengan temannya. Dengan ijin meminjam barang milik orang lain dan
mengembalikannya merupakan perbuatan jujur. Hal tersebut sering terjadi karena
tidak semua santri memiliki barang yang dipunyai temannya. Kejujuran juga bisa
muncul dalam kegiatan olahraga. Olahraga sikap sportifitas harus dijunjung tinggi
dan di dalam sikap tersebut salah satunya terdapat sikap jujur atau tidak curang
dalam bertanding.
5) Komunikatif dan Bersahabat
Komunikatif merupakan sebuah sikap yang mudah untuk diajak
berkomunikasi dengan orang lain. Sikap ini ditunjukkan para siswa ketika bertemu
dengan seseorang. Mereka selalu mengucapkan “salam” ketika bertemu dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
134
pamong atau tamu yang datang ke sekolah. Mereka sering tegur sapa dengan orang
yang ditemuinya walaupun orang itu asing. Dalam kegiatan wawancara mereka
menunjukkan sikap yang cukup bersahabat. Hal tersebut menunjukkan bahwa siswa
di SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan mempunyai sikap komunikatif dan
bersahabat.
Sikap serupa ditunjukkan di MA Ali Maksum. Sikap bersahabat dan akrab
ditunjukkan ketika observasi di asrama. Diketahui dalam lingkungan madrasah
mereka terkesan pemalu, akan tetapi ketika di asrama mereka sangat ramah dan
sering bercanda dengan temannya. Sikap komunikatif juga terlihat dalam kegiatan
musyawarah. Mereka dilatih untuk berkomunikasi dengan baik. Selain itu kegiatan
musyawarah akan membentuk nilai demokratis. Persahabatan antara santri dan
pembimbing seperti adik dan kakak. Mereka saling menghormati dan menghargai.
6) Kreatif dan Kerjasama
Kreatif merupakan berpikir dan melakukan sesuatu untuk mengasilkan cara
atau hasil baru dari sesuatu yang dimiliki. SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan
mempunyai beragam kegiatan ekstrakurikuler yang melatih kekompakan dan
kreatifitas. Contoh kegiatannya misalnya seni karawitan, seni lukis dan seni teather.
Dalam kegiatan yang bercorak seni tersebut membutuhkan kerjasama karena tidak
akan bisa berdiri sendiri. Selain itu dalam pementasan butuh ide-ide yang kreatif
supaya karya yang disajikan menarik.
Sikap ini dimiliki siswa ketika mengikuti kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan
yang bisa membentuk karakter siswa untuk kreatif adalah Seni Hadrah, Kelompok
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
135
Ilmiah Remaja (KIR), seni kaligrafi dan tata boga serta tata busana. Mereka
diajarkan kegiatan-kegiatan tersebut selain utuk melatih kreatifitas juga
meningkatkan skill siswa sesuai dengan minatnya. Beberapa karya busana dari
siswa juga dijual dan dipamerkan di toko yang dikelola Pondok Pesantren Krapyak
dekat kompleks asrama MA Ali Maksum.
7) Peduli
Sikap peduli merupakan sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi
bantuan kepada orang lain. Sikap peduli yang dimiliki siswa SMA Taman Madya
Ibu Pawiyatan salah satunya melalui kegiatan kerja bakti. Kerja bakti merupakan
proses pembelajaran kepada siswa untuk menunjukkan kecintaan dan kepedulian
terhadap orang lain dan lingkungan. Setiap minggunya biasanya siswa SMA Taman
Madya Ibu Pawiyatan mengadakan kegiatan kerja bakti untuk membersihkan
lingkungan sekitar sekolah.
Sikap peduli yang terlihat dalam siswa Madrasah Aliyah Ali Maksum melalui
kegiatan kerja bakti dan kegiatan di asrama. Kegiatan kerja bakti dilakukan untuk
menumbuhkan rasa peduli kepada linggkungan, sedangkan kegiatan di asrama
menumbuhkan peduli dengan sesama teman. Ketika ada teman yang sakit maka
teman yang lain ikut membantu merawat. Contoh lain apabila ada siswa yang
mengalami kesulitan dalam belajar maka dibantu oleh temannya. Hal itu terlihat
dalam asrama.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
136
8) Cinta tanah air
Sikap cinta tanah air merupakan cara berfikir, bertindak dan berbuat yang
menunjukkan kesetiaan dan penghargaan yang tinggi terhadap bangsa. Sebagai
siswa sikap ini bisa ditunjukkan melalui kegiatan upacara bendera. Dalam upacara
bendera siswa, serangkaian kegiatan seperti menghormati bendera merah putih,
menyanyikan lagu Indonesia Raya, membacakan UUD 1945 dan Pancasila
harapannya dapat memupuk rasa cinta tanah air dan kebangsaan.
Dalam pelaksanaannya upacara di SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan dan
MA Ali Maksum berbeda. Kalau di SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan
dilaksanakan rutin setiap hari senin, sedangkan di MA Ali Maksum dilaksanakan
sebulan sekali yaitu pada tanggal 17. Tata cara dan pelaksanaannya tidak jauh
berbeda dengan sekolah yang lainnya, hanya kalau di MA Ali Maksum petugas dan
peserta upacaranya diatur dan dipisahkan antara laki-laki dan perempuan. Dari
kegiatan itulah jiwa cinta tanah air bisa masuk dalam siswa di madrasah. Melalui
kegiatan ekstrakurikuler seperti seni karawitan, seni musik dan penggunaan bahasa
lokal termasuk sikap cinta tanah air.
9) Mandiri
Kemandirian menjadi bagaian dari kehidupan sehari-hari santri di MA Ali
Maksum. Sikap kemandirian bisa dilihat ketika mereka harus menjalani kehidupan
sendiri. Mereka bisa memanajemen waktu mereka sendiri dalam kegiatan yang
cukup padat. Seperti anak kost, mereka mencuci piring, gelas dan menyetrika
pakaian sendiri. Kebiasaan ini akan terbentuk ketika mereka akan hidup
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
137
dilingkungan yang berbeda dan jauh dari perhatian orang tua. Mereka juga dituntut
untuk bisa menyelesaikan masalah mereka sendiri. Sikap mandiri yang ditunjukkan
siswa SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan lebih terlihat kepada penugasan yang
diberikan pamong kepada siswa. Selebihnya sulit melihat kemandirian siswa
dikarenakan waktu sebagian besar dihabiskan siswa di rumah bersama keluarga dan
lingkungannya.
10) Tanggung jawab
Dalam sikap tanggung jawab siswa di SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan
lebih kepada pengerjaan tugas di rumah yang diberikan pamong dan tanggung
jawab dalam palaksanaan kegiatan sekolah misalnya upacara bendera. Meraka
dengan tanggung jawab bertugas sebagai petugas upacara bendera sesuai dengan
kepercayaannya. Sikap tanggung jawab lainnya adalah dengan menjaga lingkungan
dengan kerja bakti dan piket kelas yang sudah terjadwal. Untuk tanggung jawab
mereka terhadap Allah, siswa terlihat melakukan ibadah shalat dhuhur berjamaah di
sekolah.
Secara umum sikap tanggung jawab di MA Ali Maksum sama dengan SMA
Taman Madya Ibu Pawiyatan. Tanggung-jawab adalah sikap seseorang untuk
melaksanakan tugas dan kewajibannya terhadap diri sendiri, masyarakat
lingkungan, negara dan agama (Tuhan Yang Maha Esa). Hal-hal dilaksanakan santri
dengan tanggung jawab mereka sebagai manusia yang hidup mandiri. Mereka
mengerjakan kewajiban sekolah dengan mengumpukan tugas, masuk sekolah dan
sebagainya. Dalam lingkungan pondok pesantren yaitu mereka harus tanggung
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
138
jawab misalnya tanggung jawab terhadap kebersihan kamar, jadwal piket dan
tanggung jawab terhadap penugasan seperti hafalan dan amalan lainnya. Dalam sisi
agama, mereka menjalankan ibadah agama seperti shalat, membaca kitab,
melakukan ibadah sunnah yang dilakukan setiap hari merupakan tanggung jawab
mereka terhadap Allah.
Nilai-nilai di atas merupakan contoh aktualisasi nilai-nilai karakter pada siswa
di SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan dan MA Ali Maksum. Nilai-nilai karakter
tersebut bisa muncul dari budaya sekolah, keteladanan dan dorongan dari sekolah.
Nilai budi pekerti luhur atau akhlak mulia seharusnya bukan hanya diajarkan di
sekolah melainkan harus dilaksanakan dalam setiap kesempatan. Lingkungan yang
baik maka akan membentuk karakter yang baik juga.
Ada beberapa nilai karakter yang muncul dalam kegiatan sehari-hari di
Pondok Pesantren Krapyak yang tidak terdapat dalam SMA Taman Madya Ibu
Pawiyatan. Siswa di madrasah dikondisikan dengan lingkungan pondok pesantren,
sehingga nilai karakter yang terlihat cukup banyak. Siswa di pondok pesantren akan
mudah karena didukung oleh lingkungan dan fasilitas, sehingga memudahkan untuk
melihat kebiasaan siswa. Hal yang berbeda di SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan,
siswa banyak menghabiskan waktunya dirumah sehingga sudah menjadi
tanggungjawab dari orang tua.
Nilai-nilai karakter lain yang terlihat dari kegiatan Pondok Pesantren adalah
sikap sederhana siswa. Kesederhanan ini bisa dilihat dari santri bisa menyesuaikan
kondisi di madrasah dan pondok pesantren yang terbatas. Mereka tidur bersama
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
139
sekitar 7-10 santri lainnya dengan luas kamar kurang lebih 4 x 6 meter untuk santri
putra. Fasilitas yang terdapat di kamar cukup sederhana yaitu almari dan alas untuk
tidur. Hal lain yang bisa dilihat adalah penampilan dari santri. Kebanyakan dari
mereka berpakaian sederhana dengan menonjolkan ciri khas Islam. Pola makan dan
gaya hidup juga terlihat cukup sederhana. Dalam kehidupan keseharian santri
dilarang membawa alat komunikasi, laptop dan alat transportasi seperti motor
kecuali sepeda. Ada aturan yang membuat mereka harus meninggalkan sesuatu yang
menjadi kebutuhan pokok anak muda atau remaja sekarang.
Kehidupan keseharian di pondok pesantren tidak lepas dari komunitas santri.
Walaupun homogen tetapi tetap ada perbedaan latar belakang daerah asal dan
budaya. Madrasah Aliyah Ali Maksum mayoritas berasal dari luar kota Yogyakarta,
bahkan cukup banyak dari luar Jawa. Sikap toleransi sangat terlihat ketika mereka
bersama untuk saling berkumpul dan bersama. Kegiatan asrama dan lokalisasi
tempat meyebabkan adanya kedekatan persahabatan yang kuat. Mereka tidur,
makan, sekolah, susah, bahagia bersama. Mereka saling berbagi dan membantu
untuk menyelesaikan masalah, baik masalah sekolah, pondok ataupun masalah
lainnya. Selain itu mereka sering dilibatkan dalam kepanitiaan di kegiatan Pondok
Pesantren. Dengan kepanitian ini hubungan mereka semakin dekat.
Kesabaran merupakan suatu sikap ketenangan hati dan berupaya menahan diri
dalam menghadapi cobaan. Sikap sabar menjadi salah satu sifat yang dimiliki santri
di Madrasah Aliyah Ali Maksum. Kesabaran santri di Madrasah Aliyah Ali
Maksum sangat terlihat ketika praktik dalam kesehariannya. Dalam kesehariannya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
140
santri harus antri baik untuk memperoleh jatah makan, mandi, buang air besar atau
untuk sekedar mencuci ataupun menyetrika. Dengan kesabaran inilah para santri
dapat beradaptasi dan sekaligus bertahan untuk menjadi santri. Kalau mereka tidak
mempunyai kesabaran maka mereka akan gagal melanjutkan sekolah di Madrasah
Aliyah Ali Maksum.
Aktualisasi yang terlihat di atas merupakan hasil pengamatan dan wawancara
yang di sekolah. Sikap atau tindakan yang terlihat merupakan hasil dari penanaman
nilai-nilai tersebut dan pembiasaan berupa budaya serta pola yang diterapkan di
sekolah. Sikap inilah yang akan memberikan nilai lebih dalam sekolah apabila bisa
membentuk peserta didik menjadi cerdas dan mempunyai budi pekerti (akhlak)
yang baik.
Semakin banyak dan beragam karakter baik yang terlihat dalam siswa maka
keberhasilan sekolah untuk menanamkan pendidikan karakter berhasil, sebaliknya
apabila karakter tidak terlihat maka penanaman pendidikan karakter di sekolah
tersebut perlu di evaluasi kembali. Dalam aktualisasi diri siswa, SMA Taman
Madya Ibu Pawiyatan dan Madrasah Aliyah Ali Maksum sudah muncul karakter-
karakter yang diharapkan. Perlu evaluasi kembali supaya nilai-nilai karakter yang
baik muncul lebih beragam dan bermanfaat.
Menurut Kementrian Pendidikan Nasional pendidikan karakter pada intinya
bertujuan membentuk bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral,
bertoleransi, bergotong-royong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis, berorientasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
141
ilmu pengetahuan dan teknologi yang semuanya dijiwai oleh iman dan takwa
kepada Tuhan yang Maha Esa berdasarkan Pancasila.
Kebijakan pendidikan harus berujung untuk membentuk karakter warga
negara Indonesia yang baik. Karakter pribadi-pribadi akan berakumulasi menjadi
karakter masyarakat dan pada akhirnya menjadi karakter bangsa. Menurut grand
desain pendidikan karakter, untuk kemajuan Negara Republik Indonesia diperlukan
karakter yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong
royong, patriotik, dinamis, berbudaya, dan berorientasi IPTEK berdasarkan
Pancasila dan dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Karakter
yang berlandaskan falsafah Pancasila artinya setiap aspek karakter harus dijiwai
kelima sila Pancasila secara utuh dan komprehensif yang dapat dijelaskan sebagai
berikut.
Ber-Ketuhanan Yang Maha Esa adalah bentuk kesadaran dan perilaku iman
dan takwa serta akhlak mulia sebagai karakteristik pribadi bangsa Indonesia.
Karakter ber-Ketuhanan Yang Maha Esa seseorang tercermin antara lain hormat dan
bekerja sama antara pemeluk agama dan penganut kepercayaan, saling menghormati
kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya, tidak
memaksakan agama dan kepercayaannya kepada orang lain. Bersumber dari agama
berarti masyarakat Indonesia, oleh karena itu kehidupan individu, masyarakat dan
berbangsa selalu didasari pada ajaran agama dan kepercayaannya.
Di SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan dan MA Ali Maksum nilai-nilai
religius dikembangkan di sekolah masing-masing. Kedua sekolah tersebut sama-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
142
sama memasukkan agama sebagai sumber pembentukan karakter. Hal itu terbukti
dari pengajaran dan aktualisasi yang terlihat di dalam sekolah. SMA Taman Madya
Ibu Pawiyatan mempunyai siswa yang beragam agamanya. Dalam aktualisasinya
siswa dalam sekolah yang terlihat adalah bagi siswa muslim melaksanakan ibadah
shalat dhuhur secara berjamaah. Siswa yang beragama lain juga diberi kesempatan
untuk belajar dengan menyediakan pamong dan fasilitas yang diperlukan. Sikap
patuh dalam melaksanakan ajaran agama merupakan salah satu keberhasilan sekolah
dalam mengembangkan nilai-nilai religius dalam sekolah.
Sama halnya dengan di MA Ali Maksum, nilai-nilai religius sangat terlihat.
Sekolah yang mempunyai basis siswa muslim dan berlandaskan pendidikan Islam
akan mempunyai bentukan karakter yang berbeda. Secara budaya, ajaran dan
keteladanan Islami sangat kental di madrasah. Salah satu kelebihan di MA Ali
Maksum adalah madrasah memfasilitasi kegiatan siswa, sehingga siswa langsung
bisa praktek dalam kehidupan sehari-hari. Siswa mudah ditemui di Masjid dan
mereka melaksanakan shalat berjamaah, membaca kitab, mengikuti kajian (sorogan
dan bandongan), dan kegiatan lainnya. Nuansa dan penampilan siswa juga sudah
menunjukkan identitas agamanya.
Pengamalan yang lain adalah sikap dan perilaku menjunjung tinggi
kemanusian yang adil dan beradab diwujudkan dalam perilaku hormat menghormati
antarwarga negara sebagai karakteristik pribadi bangsa Indonesia. Karakter
kemanusiaan seseorang tercermin antara lain dalam pengakuan atas persamaan
derajat, hak, dan kewajiban, saling mencintai, tenggang rasa, tidak semena-mena
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
143
terhadap orang lain, gemar melakukan kegiatan kemanusiaan, menjunjung tinggi
nilai kemanusiaan, berani membela kebenaran dan keadilan, merasakan dirinya
sebagai bagian dari seluruh umat manusia serta mengembangkan sikap hormat-
menghormati.
SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan mempunyai konsep sistem among dalam
pelaksaan pendidikan. Sistem among dalam penerapannya menempatkan manusia
sebagai subyek dan obyek anta sesama. Dalam hal ini hubungan antara siswa dan
pamong diharapkan dapat memanusiakan manusia, saling menghargai dan saling
menghormati. Oleh karena itu di SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan budaya
toleransi sangat terasa sekali.
MA Ali Maksum juga menjunjung tinggi nilai kemanusian melalui proses
pendampingan yang dilakukan di asrama pondok pesantren. Mereka diajarkan untuk
saling mencintai, menghormati, dan toleransi selama belajar di Pondok Pesantren
Krapyak. Mereka diajarkan untuk bersosialisasi dan beradaptasi dengan
lingkungannya. Dalam kondisi inilah ada nilai kebersamaan sehingga nilai-nilai
kemanusiaan muncul dikarenakan mereka merasa dirinya bagian dari komunitas
yang lain.
Dalam persatuan dan kesatuan bangsa komitmen dan sikap yang selalu
mengutamakan persatuan dan kesatuan Indonesia di atas kepentingan pribadi,
kelompok, dan golongan merupakan karakteristik pribadi bangsa Indonesia.
Karakter kebangsaan seseorang tecermin dalam sikap menempatkan persatuan,
kesatuan, kepentingan, dan keselamatan bangsa di atas kepentingan pribadi atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
144
golongan, rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara, bangga sebagai
bangsa Indonesia yang bertanah air Indonesia serta menunjung tinggi bahasa
Indonesia, memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa yang ber-
Bhinneka Tunggal Ika.
Karakter kebangsaan juga dimiliki oleh siswa di SMA Taman Madya Ibu
Pawiyatan dan MA Ali Maksum salah satunya melalui kegiatan upacara bendera.
SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan setiap hari Senin dan peringatan hari Nasional.
Suasana yang berbeda dilaksanakan MA Ali Maksum. Dalam pelaksanaan upacara
bendera dilaksanakan setiap tanggal 17 setiap bulannya. Intensitas pelaksanaan di
MA Ali Maksum memang lebih sedikit, akan tetapi minimal ada nilai kebangsaan
yang dikembangkan dalam sekolah yang bernuansa Islam. Dalam berkomunikasi
sehari-hari terutama dalam kegiatan formal semua siswa ataupun guru
menggunakan bahasa Indonesia sebagai bentuk rasa persatuan dan kesatuan bangsa
Indonesia.
Sikap dan perilaku demokratis yang dilandasi nilai dan semangat kerakyatan
yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan dan perwakilan
merupakan karakteristik pribadi warga negara Indonesia. Karakter kerakyatan
seseorang tecermin dalam perilaku yang mengutamakan kepentingan masyarakat
dan negara, tidak memaksakan kehendak kepada orang lain, mengutamakan
musyawarah untuk mufakat dalam mengambil keputusan untuk kepentingan
bersama, beritikad baik dan bertanggung jawab dalam melaksanakan keputusan
bersama, menggunakan akal sehat dan nurani luhur dalam melakukan musyawarah,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
145
berani mengambil keputusan yang secara moral dapat dipertanggungjawabkan
kepada Tuhan Yang Maha Esa serta nilai-nilai kebenaran dan keadilan.
Karakter kerakyatan di SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan tercermin pada
kegiatan ektrakurikuler, khususnya dalam Persatuan Pelajar Tamansiswa (PPTS).
PPTS mempunyai banyak program dan sebelum dilaksanakan para siswa melakukan
rapat kepanitiaan. Hal tersebut selain membentuk jiwa kepemimpinan, kerja sama
juga melatih siswa untuk tidak memaksakan kepentingan sendiri, oleh karena itu
biasanya orang yang aktif organisasi mempunyai karakter yang lebih beragam dari
pada orang yang tidak aktif. Melalui organisasi mereka dilatih, diajarkan dan
sekaligus dapat mengaktualisasikan atau mengamalkan dirinya dalam bersosialisasi
dengan orang lain.
Untuk mewujudkan karakter kerakyatan maka dalam menyelesaikan
permasalahan mengutamakan musyawarah. Hal tersebut sudah terjadwal dalam
kegiatan pondok pesantren. Dalam musyawarah di damping oleh musyrif sebagai
penengah dan pemimpin dalam forum. Musyawarah mengajarkan siswa untuk
menghargai pendapat orang lain, bertanggung jawab dan berani mengambil
keputusan.
Komitmen dan sikap untuk mewujudkan keadilan dan kesejahteraan
merupakan karakteristik pribadi bangsa Indonesia. Karakter berkeadilan sosial
seseorang tecermin antara lain dalam perbuatan yang mencerminkan sikap dan
suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan, sikap adil, menjaga keharmonisan
antara hak dan kewajiban, hormat terhadap hak-hak orang lain, suka menolong
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
146
orang lain, menjauhi sikap pemerasan terhadap orang lain, tidak boros, tidak
bergaya hidup mewah, suka bekerja keras, menghargai karya orang lain.
Suasana kekeluargaan dan sikap menghormati merupakan bagian dari
kehidupan di SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan dan MA Ali Maksum. Sistem
among dalam bahasa Jawa berarti ngemong atau berarti mengasuh anak. Anak
dianggap sebagai keluarga sehingga dalam pelaksanaannya pamong dituntut untuk
bersikap bijak dalam menghadapi muridnya. Hal tersebut bisa dilihat dalam proses
pembelajaran. Pamong cukup memperhatikan dan terkadang menanyakan kesulitan-
kesulitan yang dihadapi siswanya. Proses kegiatan tersebut mengajarkan juga akan
rasa tolong menolong, keadilan dan menjaga keharmonisan antara hak dan
kewajiban.
Hal yang tidak jauh berbeda juga diterapkan dalam MA Ali Maksum. Sistem
pembinaan juga dilaksanakan melalui pendampingan oleh musyrif. Musyrif atau
pembimbing sudah dianggap sebagai keluarga bagi para siswa sebagai pengganti
orang tua di asrama. Dalam kegiatan asrama inilah arahan-arahan diberikan untuk
melaksanakan hak dan kewajibannya. Dari kedua metode tersebut akan
memunculkan karakter-karakter yang dapat mengajarkan siswa untuk berkarakter
berkeadilan sosial dalam lingkungannya.
Karakter individu yang dijiwai oleh sila-sila Pancasila pada masing-masing
bagian tersebut tercermin dalam kehidupan di SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan
dan MA Ali Maksum. Cakupan dari semua proses yang diterapkan di sekolah
harapannya bisa menjadi tujuan pendidikan nasional. Tujuan pendidikan nasional
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
147
adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman, dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi negara yang demokratis serta
bertanggung jawab serta kesesuaian dengan kekhasan, kondisi dan potensi daerah,
satuan pendidikan dan peserta didik.
Dalam tujuan pendidikan nasional ditekankan sikap akhlak mulia bisa
dikembangkan di lembaga pendidikan dengan ciri, kekhasan dan potensinya sendiri.
Sekolah diberikan ruang untuk memprioritaskan nilai-nilai yang akan
dikembangkan. Dengan nilai-nilai yang terlihat dalam SMA Taman Madya Ibu
Pawiyatan dan MA Ali Maksum bisa menghasilkan kader-kader yang cerdas dan
berakhlak mulia. Sifat-sifat inilah yang akan merubah Indonesia ke depan lebih baik
lagi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
148
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan temuan di lapangan serta pembahasan hasil penelitian, maka
dapat dihasilkan suatu kesimpulan yaitu sebagai berikut:
1. Pola penerapan pendidikan karakter di SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan dan
Madrasah Aliyah Ali Maksum Pondok Pesantren Krapyak menggunkan pola
yang hampir sama yaitu melalui kurikulum pembelajaran (terdapat pelajaran
yang mengajarkan akhlak atau budi pekerti), budaya sekolah, kegiatan
estrakurikuler, dan keteladanan guru. Pola lain yang diterapkan di SMA Taman
Madya Ibu Pawiyatan adalah sistem among yaitu metode mendidik yang
berjiwa kekeluargaan yang bersendi kepada kemerdekaan dan kodrat alam. Pola
tersebut berpijak dari ajaran Ki Hadjar Dewantara sehingga sekolah di
Tamansiswa mempunyai sifat nasionalisme yang tinggi dengan pendekatan
budaya. Pola pendidikan karakter yang diterapkan di Madrasah Aliyah Ali
Maksum dalam dengan model asrama (pondok pesantren). Nilai-nilai Islam
menjadi acuan sehingga sekolah ditujukan untuk cenderung membentuk
karakter Islam.
2. Persepsi atau pandangan guru dan siswa mengenai pendidikan karakter akan
mempengaruhi dalam penerapannya di sekolah. Persepsi yang baik akan
memudahkan guru untuk melaksanakan dan menyadarkan bahwa guru bukan
sekedar menyampaikan pengetahuan umum tetapi juga menyampaikan nilai-
148
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
149
nilai karakter yang baik. Persepsi pengajar dan siswa di SMA Taman Madya
Ibu Pawiyatan dan MA Ali Maksum cukup baik. Persepsi guru dan siswa
tentang pendidikan karakter yang muncul di SMA Taman Madya Ibu
Pawiyatan lebih menekankan pada konsep budi pekerti yang diajarkan Ki
Hadjar Dewantara, sedangkan di Madrasah Aliyah Ali Maksum persepsi guru
dan siswa lebih menekankan pada karakter Islam. Persepsi tersebut didasari
dengan ideologi yang diterapkan di sekolah masing-masing.
3. Keberhasilan pendidikan karakter di sekolah dapat dilihat dari aktualisasi
(pengamalan) siswa berupa sikap atau tindakan yang terlihat pada siswa.
Aktualisasi atau pengamalan yang muncul pada siswa di SMA Taman Madya
Ibu Pawiyatan dan MA Ali Maksum secara umum sama yaitu meliputi
toleransi, religius, disiplin, kejujuran, kreatif, kerjasama, komunikatif, peduli,
tanggung jawab, cinta tanah air dan mandiri. MA Ali Maksum dengan konsep
pondok pesantren mempunyai nilai lebih beragam. Dengan adanya waktu dan
kebersamaan serta pengawasan dari sekolah akan menghasilkan siswa-siswa
yang berkarakter. Salah satu contohnya kesabaran, kesederhanaan, tolong
menolong yang terlihat dalam kegiatan sehari-hari. Aktualisasi tersebut terlihat
dari kegiatan sehari-hari.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
150
B. Implikasi
Pola yang dikembangkan dan diterapkan di SMA Taman Madya Ibu
Pawiyatan dan Madrasah Aliyah Ali Maksum hampir sama yaitu melalui
keteladanan, kegiatan ekstrakurikuler, budaya sekolah dan dalam proses
pembelajaran, akan tetapi konsep dasar yang diajarkan berbeda. SMA Taman
Madya Ibu Pawiyatan lebih cenderung kepada konsep ajaran Ki Hadjar Dewantara
sehingga karakter nasionalis dan pengembangan budaya lebih menonjol. Berbeda
dengan Madrasah Aliyah Ali Maksum yang lebih bersifat Islam. Dengan pola dan
penerapan yang menjadi ciri masing-masing sekolah, maka akan membentuk
karakter siswa sesuai dengan cara dan ajaran sekolah masing-masing. Siswa di
SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan mempunyai sifat nasionalis yang baik,
sedangkan siswa di MA Ali Maksum mempunyai sifat religius atau keagamaan
Islam yang baik.
Persepsi yang muncul mengenai pendidikan juga tidak jauh dari konsep
dasar ajaran masing-masing sekolah. Persepsi guru dan siswa sebagian besar sudah
cukup baik tentang pendidikan karakter, akan tetapi dalam pelaksanaan proses
pembelajaran di kelas masih belum optimal. Guru belum bisa memanfaatkan ruang
tersebut untuk memasukkan nilai-nilai kepada siswa. Dampaknya moral knowing
yang didapatkan siswa belum optimal. Hal tersebut akan berpengaruh pada proses
aktualisasi nilai-nilai karakter pada siswa.
Aktualisasi atau pengamalan yang muncul beragam dari siswa di SMA
Taman Madya Ibu Pawiyatan dan Madrasah Aliyah Ali Maksum. Aktualisasi bisa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
151
dilihat dalam kegiatan sehari-hari. Dalam proses pembelajaran aktualisasi yang
muncul belum terlihat dalam siswa. Metode pembelajaran yang variatif atu beragam
belum dilaksanakan beberapa guru di kedua sekolah tersebut, sehingga guru perlu
memaksimalkan proses pembelajaran di kelas.
C. Saran
1. Kepada pemerintah, khususnya Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan untuk
menerbitkan buku pedoman petunjuk pelaksanaan pendidikan karakter sampai
hal teknis, supaya memudahkan pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah.
2. Kepada sekolah
a. Untuk di SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan perlu dikembangkan dan
ditambah jam untuk pelajaran budi pekerti dan ketamansiswaan.
b. Untuk di Pondok Pesantren Ali Maksum dalam kurikulumnya perlu
dikembangkan untuk memberi peluang sosialisasi dalam kehidupan
masyarakat.
3. Kepada guru
a. Untuk SMA Taman Madya Ibu Pawiyatan peran guru dalam proses
pembelajaran lebih dioptimalkan lagi, karena peran guru sangat strategis
dalam pembentukan karakter. Guru hendaknya bukan hanya sekedar
mentransfer atau menyalurkan ilmu saja melainkan juga penting
mengajarkan nilai-nilai akhlak mulia atau budi pekerti kepada siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
152
b. Untuk di MA Ali Maksum perlu hendaknya menggunakan metode
pembelajaran yang beragam dan inovatif dalam pembelajaran. Metode
pembelajaran menarik akan membuat pelajaran menarik, sehingga
mengurangi kepenatan siswa.