22
PROPOSAL PENELITIAN STUDI KASUS FENOMENOLOGI MAHASISWA MENGENAI PROSES PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA DAN ETIKA SEMASA PERKULIAHAN TERHADAP PEMINIMALISIR PERILAKU FRAUD DI DUNIA KERJA (Studi Kasus Mahasiswa Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya) Tugas Terstruktur Diajukan Sebagai Salah Satu Ujian Akhir Semester Mata kuliah Forensic Accounting and Fraud Examination Disusun Oleh: Emilio Feryawan Ariesta 0910230011 JURUSAN AKUNTANSI

Proposal Penelitian Fraud Uas

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Proposal Penelitian Fraud Uas

PROPOSAL PENELITIAN

STUDI KASUS FENOMENOLOGI MAHASISWA MENGENAI PROSES

PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA DAN ETIKA SEMASA

PERKULIAHAN TERHADAP PEMINIMALISIR PERILAKU FRAUD DI

DUNIA KERJA

(Studi Kasus Mahasiswa Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Brawijaya)

Tugas Terstruktur Diajukan Sebagai Salah Satu Ujian Akhir Semester Mata kuliah

Forensic Accounting and Fraud Examination

Disusun Oleh:

Emilio Feryawan Ariesta

0910230011

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

2012

Page 2: Proposal Penelitian Fraud Uas

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Secara harfiah fraud didefenisikan sebagai kecurangan, namun pengertian ini

telah dikembangkan lebih lanjut sehingga mempunyai cakupan yang luas. Black’s Law

Dictionary Fraud menguraikan pengertian fraud mencakup segala macam yang dapat

dipikirkan manusia, dan yang diupayakan oleh seseorang, untuk mendapatkan

keuntungan dari orang lain dengan saran yang salah atau pemaksaan kebenaran, dan

mencakup semua cara yang tidak terduga, penuh siasat. Licik, tersembunyi, dan setiap

cara yang tidak jujur yang menyebabkan orang lain tertipu. Secara singkat dapat

dikatakan bahwa fraud adalah perbuatan curang (cheating) yang berkaitan dengan

sejumlah uang atau properti.

Dewasa ini fraud atau kecurangan sendiri merupakan permasalahan yang penting

bagi setiap instansi atau perusahaan yang ada. Fraud dapat mengakibatkan dampak yang

sangat besar, diantaranya yaitu dapat merugikan pihak yang bersangkutan, misalnya saja

dalam sebuah perusahaan terdapat manajer yang melakukan tindakan fraud misalnya saja

korupsi akan asset perusahaan. Hal ini tentu saja dapat merugikan suatu perusahaan yang

kehilangan asetnya.

Terdapat beberapa motivasi penyebab seseorang melakukan tindakan fraud atau

kecurangan. Pada umumnya fraud terjadi karena tiga hal yang mendasarinya terjadi

secara bersama, yaitu:

Insentif atau tekanan untuk melakukan fraud

Peluang untuk melakukan fraud

Sikap atau rasionalisasi untuk membenarkan tindakan fraud.

Page 3: Proposal Penelitian Fraud Uas

Ketiga faktor tersebut digambarkan dalam segitiga fraud (Fraud Triangle)

berikut:

a. Opportunity biasanya muncul sebagai akibat lemahnya pengendalian inernal di

organisasi tersebut. Terbukanya kesempatan ini juga dapat menggoda individu

atau kelompok yang sebelumnya tidak memiliki motif untk melakukan fraud.

b. Pressure atau motivasi pada sesorang atau individu akan memebuat mereka

mencari kesempatan melakukan fraud, beberapa contoh pressure dapat timbul

karena masalah keuangan pribadi, Sifat-sifat buruk seperti berjudi, narkoba,

berhutang berlebihan dan tenggat waktu dan target kerja yang tidak realistis.

c. Rationalization terjadi karena seseorang mencari pembenaran atas aktifitasnya

yang mengandung fraud. Pada umumnya para pelaku fraud meyakini atau merasa

bahwa tindakannya bukan merupakan suatu kecurangan tetapi adalah suatu yang

memang merupakan haknya, bahkan kadang pelaku merasa telah berjasa karena

telah berbuat banyak untuk organisasi. Dalam beberapa kasus lainnya terdapat

pula kondisi dimana pelaku tergoda untuk melakukan fraud karena merasa rekan

kerjanya juga melakukan hal yang sama dan tidak menerima sanksi atas tindakan

fraud tersebut.

Page 4: Proposal Penelitian Fraud Uas

Terdapat empat faktor pendorong seseorang untuk melakukan kecurangan, yang

disebut juga dengan teori GONE, yaitu Greed (keserakahan), Opportunity (kesempatan),

Need (kebutuhan), Exposure (pengungkapan).

Faktor Greed dan Need merupakan faktor yang berhubungan dengan individu pelaku

kecurangan (disebut juga faktor individual). Sedangkan faktor Opportunity dan Exposure

merupakan faktor yang berhubungan dengan organisasi sebagai korban perbuatan

kecurangan (disebut juga faktor generik/umum).

1. Faktor generic

- Kesempatan (opportunity) untuk melakukan kecurangan tergantung pada

kedudukan pelaku terhadap objek kecurangan. Kesempatan untuk

melakukan kecurangan selalu ada pada setiap kedudukan. Namun, ada

yang mempunyai kesempatan besar dan ada yang kecil. Secara umum

manajemen suatu organisasi/perusahaan mempunyai kesempatan yang

lebih besar untuk melakukan kecurangan daripada karyawan;

- Pengungkapan (exposure) suatu kecurangan belum menjamin tidak

terulangnya kecurangan tersebut baik oleh pelaku yang sama maupun

oleh pelaku yang lain. Oleh karena itu, setiap pelaku kecurangan

seharusnya dikenakan sanksi apabila perbuatannya terungkap.

2. Faktor individu

- Moral, faktor ini berhubungan dengan keserakahan (greed).

- Motivasi, faktor ini berhubungan dengan kebutuhan (need), yang lebih

cenderung berhubungan dengan pandangan/pikiran dan keperluan

pegawai/pejabat yang terkait dengan aset yang dimiliki

perusahaan/instansi/organisasi tempat ia bekerja. Selain itu tekanan

(pressure) yang dihadapi dalam bekerja dapat menyebabkan orang yang

jujur mempunyai motif untuk melakukan kecurangan.

Fraud (Kecurangan) yang dilakukan oleh manajemen umumnya lebih sulit

ditemukan dibandingkan dengan yang dilakukan oleh karyawan. Oleh karena itu, perlu

diketahui gejala yang menunjukkan adanya kecurangan tersebut, adapun gejala tersebut

adalah:

Page 5: Proposal Penelitian Fraud Uas

1. Gejala kecurangan pada manajemen

a. Ketidakcocokan diantara manajemen puncak;

b. Moral dan motivasi karyawan rendah;

c. Departemen akuntansi kekurangan staf;

d. Tingkat komplain yang tinggi terhadap organisasi/perusahaan dari pihak

konsumen, pemasok, atau badan otoritas;

e. Kekurangan kas secara tidak teratur dan tidak terantisipasi;

f. Penjualan/laba menurun sementara itu utang dan piutang dagang

meningkat;

g. Perusahaan mengambil kredit sampai batas maksimal untuk jangka

waktu yang lama;

h. Terdapat kelebihan persediaan yang signifikan;

i. Terdapat peningkatan jumlah ayat jurnal penyesuaian pada akhir tahun

buku.

2. Gejala kecurangan pada karyawan/pegawai

a. Pembuatan ayat jurnal penyesuaian tanpa otorisasi manajemen dan tanpa

perincian/penjelasan pendukung;

b. Pengeluaran tanpa dokumen pendukung;

c. Pencatatan yang salah/tidak akurat pada buku jurnal/besar;

d. Penghancuran, penghilangan, pengrusakan dokumen pendukung

pembayaran;

e. Kekurangan barang yang diterima;

f. Kemahalan harga barang yang dibeli;

g. Faktur ganda;

h. Penggantian mutu barang.

Di Negara kita sendiri yaitu Indonesia, terdapat suatu kasus yang tak kunjumg

hentinya dilakukan, dimana perbuatan tersebut banyak menyebabkan kerugian di pihak-

pihak yang merasa dirugikan khususnya Negara. Kasus tersebut biasa dikenal KKN

(Korupsi,Kolusi, Nepotisme). Ketiga hal tersebut merupakan suatu tindakan kecurangan

atau fraud.

Korupsi selalu terjadi dalam suatu konteks sosial yang membentuk konsep diri dan

definisi situasi seseorang yang ketika terjadi proses soaial akan mendorng berbagai

kecenderungan muncul sejalan dengan kebiasaan yang ada baik yang terbuka maupun

Page 6: Proposal Penelitian Fraud Uas

tertutup. Korupsi cenderung terjadi secara tertutup dan kalaupun terbuka selalu ada upaya

untuk menutupinya. Menurut Wang An Shih tokoh besar Cina yang hidup pada aban 11,

korupasi terjadi karena buruknya hukum dan buruknya manusia. Yang pertama terkait

dengan atribut kelembagaan (institutional attributes) dan yang kedua dengan atribut

masyarakat (societal attributes), dan secara lebih rinci Alatas (1983) menyebutkan

faktor-faktor penyebab terjadinya korupsi adalah :

1) Ketiadaan atau kelemahan kepemimpinan dalam posisi posisi kunci yangg

mampu memberikan ilham dan mempengaruhi tingkah laku yang menjinakan

korupsi

2) Kelemahan pengajaran pengajaran agama dan etika

3) Kolonialisme

4) Kurangnya pendidikan

5) Kemiskinan

6) Tiadanya tindak hukum yang keras

7) Kelangkaan lingkungan yang subur untuk prilaku anti korupsi

8) Struktur pemerintahan

9) Perubahan radikal

10) Keadaan masyarakat

Penyebab penyebab tersebut ada yang bersifat kelembagaan, ekonomi, sosial dan

individual serta ada yang bersifat mandiri dan yang bersifat kausal, namun demikian hal

yang dapat dicatat adalah bahwa menghilangkan penyebab secara parsial akan suit untuk

menjamin korupsi akan hilang, paling tidak hanya mengurangi tingkat

kemerajalealaannya dalam kehidupan bangsa.

Suatu perusahaan atau bebrapa instansi banyak cara untuk mencegah terjadinya

fraud,misalnya saja terdapat beberapa cara sebagai berikut :

1) ciptakan kontrol internal yang bagus

2) membangun rintangan bagi terjadinya kolusi

3) pengawasan personel

4) buat jalur khusus pelaporan fraud (tips hotline).

5) Secanggih apa pun fraud dilakukan, sering kali fraud bisa ditemukan melalui tips.

Ketika seorang personel merasakan bahwa rekan kerjanya atau pihak lain

Page 7: Proposal Penelitian Fraud Uas

memiliki cara yang sangat mudah untuk melaporkan terjadinya fraud, hal ini akan

mengurangi niat melakukan fraud itu sendiri. Takut dilaporkan!

6) menciptakan ekspektasi atas hukuman

7) proactive fraud auditing.

8) penciptaan budaya kejujuran, keterbukaan, program bantuan kepada personel,

dan usaha-usaha menghilangkan kesempatan para personel melakukan fraud

Tetapi semua cara tersebut masih belum bisa unuk menjadikan seseorang untuk

melakukan tindakakan kecurangan. Karena suatu sifat buruk seseorang sulit untuk

dirubah yang dimana suatu tindakan kecurangan merupakan rasionalisasi yang dipandang

sesorang atau merupakan hal yang biasa. Di Indonesia sendiri survey yang diakukan ke

masyarakat mengenai tindakan korupsi merupakan hal yang biasa terjadi, oleh karena itu

fraud sudah merupakan kebiasaan yang ada di masyarakat. Hal inilah yang menyebabkan

perilaku fraud banyak terjadi baik di sebuah perusahaan, instansi, maupun lingkungan

masyarakat.

Cara yang paling efektif untuk mengatasi tindakan atas perilaku fraud adalah

dimana dilatih akan hal kejujuran sejak dini. Menurut beberapa penelitian tindakan

kecurangan apabila sudah terjadi sejak dini akan berpengaruh pada perilaku fraud di masa

yang akan datang. Survei yang dilakukan oleh Fortune, majalah bisnis terkemuka di

Amerika Serikat (Fortune, April 1992; Obi, 1992). Hasil survey Fortune yang memotret

perilaku pelajar, mahasiswa, alumnus perguruan tinggi, dan juga para manajer menarik

untuk dicermati. Di lingkungan pendidikan menengah (setingkat SMU) menunjukkan

bahwa 70-80% responden melakukan cheating (ngrepek, menjiplak, dan sejenisnya),

sedangkan di lingkungan perguruan tinggi angka tersebut lebih rendah yaitu antara 40-

50%. Tidak ketinggalan bahwa 12-24% lulusannya menulis informasi yang tidak benar

dalam resume/curriculum vitae mereka. Temuan dari survei ini paralel dengan hasil

studi yang dilakukan Ludigdo (1998) yang memperoleh gambaran bahwa kematangan

pribadi seseorang berpengaruh terhadap persepsi etisnya . Maka hal ini akan merupakan

suatu kebiasaan yang akan ia lakukan di kemudian hari.

Maka dari perlunya pendidikan mengenai agama dan etika dan berperilaku jujur

semasa sekolah dan kuliah merupakan hal penting untuk memeberikan kesadaran

mengenai tindakan frau dan menjadikan salah satu solusi untuk peminimalisir tindakan

fraud di dunia kerja.

Page 8: Proposal Penelitian Fraud Uas

Persoalan yang dihadapi disini adalah, bagaimana proses pembelajaran mengenai

pendidikan agama dan etika semasa kuliah, dan bagaimana pandangan mahasiswa

mengenai pembelajaran pendidikan agama dan etika semasa kuliah sebagai peminimalisir

perilaku fraud?. Oleh karena masalah masalah tersebut penulis mengangkat judul – study

kasus fenomenologi mahasiswa mengenai proses pembelajaran pendidikan agama dan

etika semsa perkuliahan terhadap peminimalisir perilaku fraud di dunia kerja.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah :

1) Bagaimana pola pikir atau pandangan mahasiswa pendidikan agama dan

etika terhadap peminimalisir perilaku atau tindakan fraud di dunia kerja ?

2) Bagaimana proses pembelajaran penddidikan agama dan etika yang

diterima mahasiswa selama perkuliahan?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana proses pembelajaran

pendidikan agama dan etika semasa perkuliahan terhadap peminimalisir perilaku fraud di

dunia kerja menurut pandangan mahasiswa? Dan apakah proses pembelajaran tersebut

sudah sesuai atau tidak?

Page 9: Proposal Penelitian Fraud Uas

BAB II

METODE PENELITIAN

2.1 Perspektif Pendekatan Penelitian

Metode penelitian merupakan cara ilmiah yang digunakan untuk mendapatkan

data dengan tujuan tertentu. Cara ilmiah berarti suatu kegiatan yang dilandasi oleh

metode keilmuan.Metode keilmuan merupakan gabungan antara pendekatan rasional dan

empiris.Pendekatan rasional memberikan kerangka berpikir yang koheren dan

logis.Sedangkan pendekatan empiris memberikan kerangka pengujian dalam memastikan

suatu kebenaran. Jujun S. Suriasumantri (dikutip dari Sugiyono, 1998: 1)

Menurut Mayer (1984:110), mengatakan bahwa rancangan penelitian adalah

sebuah rencana menyeluruh tentang tahapan (sequence) kerja yang dipakai dalam

mencapai tujuan penelitian. Sementara Selltiz (1976:90), mendefinisikan rancangan

penelitian sebagai suatu pengelolaan sumber daya dalam mengumpulkan dan

menganalisa data yang bertujuan untuk menggabungkan data-data yang relevan dengan

tujuan penelitian.

Penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan

menggunakan metode fenomenologi. Edmund Hursserl (1859-1938) mengatakan bahwa

fenomenologi diartikan sebagai:

1. Pengalaman subjektif atau pengalaman fenomenologikal

2. Suatu studi tentang kesadaran dari prespektif pokok dari seseorang

Istilah ‘fenomenologi’ sering digunakan sebagai anggapan umum untuk menunjuk pada

pengalaman subjektif dari berbagai jenis tipe subjek yang ditemui.Dalam arti yang lebih

khusus, istilah ini mengacu pada penelitian terdisiplin tentang kesadaran dari perspektiv

pertama seseorang.Sebagai sesuatu disiplin ilmu.

Fenomenologi merupakan pandangan berpikir yang menekankan pada focus

kepada pengalaman-pengalaman subjektif manusia dan interpretasi-interpretasi dunia.

Dalam hal ini, para fenomenologis ingin memahami bagaimana dunia muncul kepada

orang lain.

Ada beberapa ciri pokok fenomenologi yang dilakukan oleh peneliti fenomenologi yaitu:

1. Fenomenologis cenderung mempertentangkannya dengan ‘naturalisme’ yaitu

yang disebut objektivisme dan positivism, yang telah berkembang sejak zaman

Renaisans dalam ilmu pengetahuan dan teknologi.

Page 10: Proposal Penelitian Fraud Uas

2. Secara pasti, fenomenologis cenderung memastikan kognisi yang mengacu pada

apa yang dinamakan oleh Hursserl, ‘Evidenz’ yang dalam hal ini merupakan

kesadaran tentang sesuatu benda itu sendiri secara jelas dan berbeda dengan yang

lainya, dan mencakupi untuk sesuatu dari segi itu.

3. Fenomenologis cenderung percaya bahwa bukan hanya sesuatu benda yang ada

dalam dunia alam dan dunia.

Dalam hal ini, Peneliti berusaha menghimpun data dalam keadaan yang

sewajarnya, dan dalam pandangan fenomenologi berusaha memahami arti dari sebuah

peristiwa dan keterkaitanya terhadap orang-orang yang berada dalam situasi-situasi

tertentu.

2.2 Ruang Lingkup/Fokus Penelitian

Pada fokus penelitian ini tidak terlepas dari tujuan penelitian, yaitu mengetahui

bagaimana pemikiran mahasiswa Universitas brawijaya terhadap proses pembelajaran

pendidikan agama dan etika terhadap peminimalisir perilaku fraud di dunia kerja, sebab

tujuan penelitian ini yang menjadi acuan pokok, tetapi fokus dapat berkembang atau

berubah sesuai dengan sifat pendekatan kualitatif yang fleksibel mengikuti pola empirik

dengan pengertian hasil akhir pengumpulan data lapangan adalah yang mampu

mencerminkan kondisi yang sebenarnya.

Dengan demikian penetapan focus penelitian tidak lepas dari konsep, yaitu harus

membatasi diri kepada individu yang benar-benar terkait dengan masalah yang terkait

dengan masalah yang diteliti, pendalaman terhadap alasan-alasan mengapa orang

berpikir, berpandangan, berpendapat terhadap tindakan mereka. Oleh karena itu peneliti

memfokuskan penelitian pada mahasiswa Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi

Universitas Brawijaya pada angkatan 2009 dan 2010.

Fokus penelitian adalah merupakan batasan yang diperlukan dalam perancangan

kegiatan penelitian yang akan dilakukan. Pemikiran mengenai bagaimana cara mereka

menilai proses pembelajaran pendidikan agama dan etika semasa kuliah terhadap dampak

peminimalisir perilaku atau tindakan fraud di dunia kerja.

2.3 Pemilihan Informan

Menurut Webster’s New Collegiate Dictionary, yang dimaksud informan adalah

seorang pembicara asli yang berbicara dengan mengulang-ulang kata, frasa dan kalimat

dalam bahasa atau dialeknya sebagai model imitasi dan sumber informasi. Bekerja

dengan informan dimulai dari ketidaktahuan (Spradley.1997:35).

Page 11: Proposal Penelitian Fraud Uas

Peneliti memilih informan, yaitu mahasiswa Jurusan akuntansi Fakultas Ekonomi

dan Bisnis Universitas Brawijaya Malang tahun atau angkatan 2009 dan 2010. Dalam

penelitian ini informan yang telah ditentukan menjadi sampel sebanyak 7 (tujuh) orang

dengan perincian :

1. 4 (Empat) orang mahasiswa dari tahun atau angkatan 2009

2. 3 (Tiga) orang mahasiswa dari tahun atau angkatan 2010

Subyek informan lainnya didasarkan kebutuhan pada saat pengumpulan data di

lapangan. Kebutuhan yang dimaksud adalah ketika pengumpulan data dilakukan secara

lebih mendalam dan hanya subyek penelitian tertentulah yang dapat memberikan

datanya, karena penelitian ini ingin menggali informasi sebanyak-banyaknya.Usia dan

jenis kelamin bukan merupakan dasar penentuan subyek penelitian.

2.4 Pengumpulan Data dan Pengolahan Data

Data adalah bahan keterangan tentang sesuatu obyek penelitian yang lebih

menekankan pada aspek materi, segala sesuatu yang hanya berhubungan dengan

keterangan tentang suatu fakta yang ditemui peneliti di daerah penelitian (Bungin, 2001:

123).

Data dalam penelitian terdiri dari data primer dan data sekunder.

a) Data primer, yaitu data yang diperoleh oleh informan secara langsung dengan

cara observasi dan wawancara. Teknik pengumpulan data yang dipergunakan

adalah observasi dan indepth interview. Menurut Ritzer (1992: 74), observasi

biasanya digunakan terutama untuk mengamati tingkah laku yang aktual. Dalam

hal ini tipe observasi yang dipergunakan adalah tipe ‘participant as observer’

yaitu memberitahukan maksud peneliti kepada kelompok yang diteliti.

Wawancara mendalami (indepth interview) akan dilakukan kepada sejumlah

Mahasiswa jurusan akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Brawijaya. Wawancara mencakup cara yang dipergunakan kalau seseorang untuk

suatu tugas tertentu mencoba mendapatkan keterangan atau pendirian secara lisan

dari seorang responden, dengan bercakap-cakap berhadapan dengan orang itu

(Koentjaraningrat, 1977: 129). Wawancara bertujuan untuk mengumpulkan

keterangan tentang subyek penelitian serta pendirian-pendirian mereka yang

merupakan pembantu utama metode observasi (Koentjaraningrat, 1977: 162).

b) Data sekunder, yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung. Data ini

diperoleh dari studi kepustakaan, yaitu metode pengumpulan data dengan melihat

Page 12: Proposal Penelitian Fraud Uas

beberapa literatur, antara lain catatan, buku, hubungannya dengan penelitian

tersebut.

Data hasil wawancara, observasi dan dokumen.Pengumpulan data dianggap

selesai jika informasi lebih lanjut yang diperoleh tidak memberikan informasi tambahan

yang berarti. Dalam penelitian kualitatif ini peneliti akan menggunkan metode wawancara

tak berstruktur/terbuka. Menurut Mulyana (2002: 181) wawancara tak berstruktur bersifat

luwes, susunan pertanyaannya dan susunan kata-kata dalam setiap pertanyaan dapat

diubah pada saat wawancara, disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi saat wawancara.

Ada 3 (tiga) karakteristik wawancara tak berstruktur/terbuka yaitu:

1. memungkinkan informan menggunakan cara-cara unik mendefinisikan

pendapatnya

2. mengasumsikan bahwa tidak ada urutan tetapi pertanyaan yang sesuai untuk

semua responden/informan

3. memungkinkan informan membicarakan isu-isu penting yang tidak terjadwal

(Denzin dalam Mulyana, 2002: 182).

Dipilihnya metode wawancara dalam penelitian in dimaksudkan untuk:

1. memperoleh keterangan yang sedalam-dalamnya tengtang bagaimana ppemikiran

mahasiswa jurusan akuntansi Universitas brawijaya terhadap minat dan tujuan

bidang profesi akuntan.

2. memperoleh informasi dengan cepat dan langsung dari informan

3. memperoleh jawaban yang valid berdasarkan mimik, emosi informan saat

memberikan informasi/pendapat

Peneliti Subjek Penelitian

Wawancara secara mendalam

Informasi/Data

Page 13: Proposal Penelitian Fraud Uas

4. memperoleh jawaban yang akurat karena apabila ada salah penafsiran dari

informan, peneliti bisa langsung memperbaiki/meluruskan yang dimaksud oleh

peneliti.

Sesudah penelitian lapangan, data-data yang sudah dikumpulkan dan

diklasifikasikan, dianalisis kembali.Hal ini dilakukan dengan tujuan agar seleksi data

terus berlangsung, sehingga tingkat validitas data-data yang diperlukan semakin baik.

3.5 Analisis Data

Analisis adalah proses menyusun data agar dapat ditafsirkan. Menyusunzdata

berarti menggolongkannya dalam pola, tema atau katagori (Nasution, 1988: 126).

Data hanya akan bermakna jika dianalisis secara akurat dan seksama untuk diberi

makna. Dalam analisis data, peneliti dilibatkan sedemikian rupa agar kesimpulan dan

keputusan dapat dirumuskan secara baik dan benar. Analisis data merupakan proses

pencandraan/discription dan penyusunan transkrip interview serta material lain yang telah

terkumpul. Maksudnya agar peneliti dapat menyempurnakan pemahaman terhadap data

tersebut untuk kemudian menyajikannya kepada orang lain dengan lebih jelas tentang apa

yang telah ditemukan atau dapatkan dari lapangan (Danim, 2002: 210).

Analisis kualitatif merupakan suatu analisis yang digunakan untuk membahas dan

menerangkan hasil penelitian mengenai berbagai gejala atau kasus yang dapat diuraikan

dengan menggunakan kata-kata yang tidak dapat diukur dengan angka-angka tetapi

memerlukan penjabaran uraian yang jelas.Data yang diperoleh hanya bersifat

memberikan keterangan dan penjelasan. Analisis data kualitatif sebenarnya bertumpu

pada strategi deskriptif kualitatif dimulai dari analisis berbagai data yang terhimpun dari

suatu penelitian, pengklasifikasian data kemudian bergerak ke arah pembentukan

kesimpulan seperti dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Sumber : Bungin, 2002: 290

Data

Data

Data

Klasifikasi Data

Kesimpulan

Page 14: Proposal Penelitian Fraud Uas

Dari penjelassan di atas analisis data pada penelitian ini menggunakan sumber

data atau informasi dari hasil wawancara informan yaitu mahasiswa jurusan akuntansi

Universitas Brawijaya dari angkatan 2007 sampai 2011 dan mengklasifikasikan data

tersebut hingga di dapat kesimpulan dan dilakukan analisis serta pembahasan.

Page 15: Proposal Penelitian Fraud Uas

Daftar Pustaka

Andrian Simbolon, Harry. 2010. Mengupas Seluk Beluk Fraud dan Cara Mengatasinya. <

http://akuntansibisnis.wordpress.com/2010/12/22/mengupas-seluk-beluk-fraud-

dan-cara-mengatasinya/>

Helmi,sofyan. 2011. Bagaimana mencegah fraud ? < http://sofyanhelmi-

rocketmail.blogspot.com/2011/12/bagaimana-strategi-atau-cara-mencegah.html>

Irianto, Gugus. 2003. “Skandal Korporasi dan Akuntan “.Lintasan Ekonomi, Vol. XX

No. 2. Halaman 4.

Moleong, Lexy J. 2005. Metode Penelitian Kualitatif. Remaja Rusdakarya.

Mudjiati, Johanna. 2008. “Studi Pengaruh Penggunaan Sistem Informasi Terhadap

Kinerja Karyawan Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro”, Semarang,

Hlm :39-51

Suharsuptra, Uhar. 2012. Budaya Korupsi dan Pendidikan. <

http://uharsputra.wordpress.com/artikel/budaya-korupsi-dan-pendidikan/>