23
BAB I PENDAHULUAN Ada banyak antipsikotik yang dikenal di masyarakat dan juga di kalangan dunia kedokteran. Antipsikotik digunakan untuk mengatasi gejala akibat gangguan mental yang berat seperti pada pasien skizofrenia, gangguan delusional, gangguan afektif berat, dan gangguan psikotik organik . Antipsikotik itu sendiri terbagi menjadi 2 macam, yaitu antipsikotik tipikal dan atipikal. Obat antipsikotik tipikal yang sering digunakan salah satunya adalah Chlorpromazine (CPZ). Chlorpromazine (CPZ) merupakan antipsikotik tipikal dari golongan phenothiazine. Chlorpromazine atau yang sering disingkat dengan CPZ yang dalam penggunaan klinisnya telah digambarkan sebagai kemajuan terbesar dalam perawatan kejiwaan, yang secara dramatis mampu meningkatkan prognosis pasien di rumah sakit jiwa di seluruh dunia. (1,2) Chlorpromazine (CPZ) merupakan antipsikotik tipikal pertama, sehingga banyak ditemukan berbagai efek samping

referat jiwa : efek samping CPZ

Embed Size (px)

DESCRIPTION

hajar

Citation preview

Page 1: referat jiwa : efek samping CPZ

BAB I

PENDAHULUAN

Ada banyak antipsikotik yang dikenal di masyarakat dan juga di kalangan dunia

kedokteran. Antipsikotik digunakan untuk mengatasi gejala akibat gangguan mental yang

berat seperti pada pasien skizofrenia, gangguan delusional, gangguan afektif berat, dan

gangguan psikotik organik . Antipsikotik itu sendiri terbagi menjadi 2 macam, yaitu

antipsikotik tipikal dan atipikal. Obat antipsikotik tipikal yang sering digunakan salah satunya

adalah Chlorpromazine (CPZ). Chlorpromazine (CPZ) merupakan antipsikotik tipikal dari

golongan phenothiazine. Chlorpromazine atau yang sering disingkat dengan CPZ yang

dalam penggunaan klinisnya telah digambarkan sebagai kemajuan terbesar dalam perawatan

kejiwaan, yang secara dramatis mampu meningkatkan prognosis pasien di rumah sakit jiwa di

seluruh dunia. (1,2)

Chlorpromazine (CPZ) merupakan antipsikotik tipikal pertama, sehingga banyak

ditemukan berbagai efek samping selama pemakaian obat ini. Sehingga, dalam beberapa

tahun terakhir, Chlorpromazine (CPZ) sebagian besar telah digantikan oleh obat yang lebih

baru yaitu antipsikotik atipikal, yang biasanya tertoleransi secara lebih baik, dan

penggunaannya sekarang terbatas pada indikasi yang lebih sedikit. Pada pasien akut,

Chlorpromazine (CPZ) sering diberikan dalam bentuk sirup karena memiliki onset lebih

cepat. (6)

CPZ digolongkan kedalam derivat fenotiazin dan termasuk kedalam rantai aliphatic

yang mempunyai sediaan obat 25 mg- 100 mg dengan dosisi anjuran 150 mg- 600 mg

perhari.Namun pada ibu hamil dosis bisa diturunkan sampai 5 mg/ 4-6 jam sehari.(9)

Page 2: referat jiwa : efek samping CPZ

Chlorpromazine (CPZ) adalah 2-klor N (diametil-aminopropil)-fenotiazin yang khas

untuk antipsikotik potensi rendah. Obat ini memiliki mekanisme kerja yang memblokade

dopamine pada reseptor pasca sinaptik neuron di otak,khususnya di sistem limbic dan sistem

ekstrapiramidal ( dopamine D2 reseptor antagonist ) sehingga efektif untuk gejala positif

skizoprenia. (4)

CPZ mempunyai cara kerja dengan memblok reseptor D2 khususnya di mesolimbik

dopamine pathways, oleh karena itu sering disebut juga dengan antagonis reseptor dopamin

(ARD) . Kerja dari CPZ ini menurunkan hiperaktivitas dopamine dijalur mesolimbik

sehingga menyebabkan gejala positif menurun tetapi ternyata tidak hanya memblok reseptor

D2 di mesolimbik tetapi juga di tempat lain seperti dijalur mesokortikal, nigrostriatal, dan

tuberoinfundibular.(5)

Apabila CPZ memblok reseptor D2 dijalur mesokortikal, dapat memperberat gejala

negatif dan gejala kognitif disebabkan penurunan dopamin di jalur tersebut. Jika hal ini

terjadi, maka merupakan sebuah tantangan terapi, karena blokade reseptor dopamin di jalur

ini secara teoritis akan menyebabkan memburuknya gejala negatif dan kognitif.(5)

Blokade reseptor D2 di nigrostriatal dapat menyebabkan timbulnya gangguan dalam

mobilitas seperti pada parkinson, bila pemakaian secara kronik dapat menyebabkan gangguan

pergerakan hiperkinetik (tardive dyskinesia). Jalur nigrostriatal dopamin, sebagai bagian dari

sistem saraf ekstrapiramidal, mengontrol movements atau pergerakan.(5)

Blokade reseptor D2 di tuberoinfundibular oleh CPZ menyebabkan peningkatan kadar

prolaktin sehingga dapat terjadi disfungsi seksual dan peningkat berat badan. Fungsi normal

jalur dopamin tuberoinfundibular menghambat pelepasan prolaktin. Pada wanita postpartum,

aktivitas di jalur ini menurun, sehingga memungkinkan laktasi.(5)

Page 3: referat jiwa : efek samping CPZ

CPZ selain menyebabkan terjadinya blokade reseptor D2 pada keempat jalur dopamine,

juga menyebabkan terjadinya blokade reseptor kolinergik muskarinik sehingga timbul efek

samping antikolinergik berupa mulut kering, pandangan kabur, konstipasi dan kognitif

tumpul. Reseptor histamin (H1) juga terblok sehingga timbul efek samping mengantuk dan

meningkatkan berat bdan. Selain itu antipsikotik juga memblok reseptor alfa1 adrenergik

sehingga dapat menimbulkan efek samping pada kardiovaskuler berupa hipotensi ortostatic,

mengantuk, pusing, dan tekanan darah menurun.(5)

Page 4: referat jiwa : efek samping CPZ

BAB II

EFEK SAMPING CHLORPROMAZINE

Efek farmakologik dari Chlorpromazine (CPZ) meliputi efek pada susunan sarah

pusat,sistem otonom dan Endokrin. Efek ini terjadi karena Chlorpromazine (CPZ)

menghambat berbagai reseptor diantanya dopamin,α-adrenergik,muskarinik,histamin H1 dan

reseptor serotonin 5HT2 dengan afinitas yang berbeda Kesemua sifat ini menimbulkan

banyak efek samping selama pemakaian Chlorpromazine (CPZ). (4)

Efek samping yang diakibatkan terdapat pada berbagai keadaan :

A. Efek Samping Non neurologis

1. Efek pada jantung

Antipsikotik potensi rendah lebih bersifat kardiotoksik dibandingkan

dengan antipsikotik potensi tinggi. Chlorpromazine menyebabkan

perpanjangan interval QT dan PR, penumpulan gelombang T, dan depresi

segmen ST. CPZ, khususnya memiliki efek yang nyata pada gelombang T dan

disertai dengan aritmia malignan, seperti torsade de pointes yang sangat

mematikan. Selain itu kematian mendadak juga disebabkan karena timbulnya

takikardia ventrikuler atau fibrilasi ventrikuler. (1,4)

2. Hipotensi ortostatik (postural)

Hipotensi ortostatik (postural) terjadi akibat penghambatan adrenergic

yang paling sering disebabkan oleh antipsikotik potensi rendah, khususnya

chlorpromazine dan thioridazine. Keadaan ini terjadi selama beberapa hari

Page 5: referat jiwa : efek samping CPZ

pertama terapi dan memiliki toleransi yang cepat yaitu sekitar 2-3 bulan.

Bahaya utama dari hipotensi ortostatik adalah adanya kemungkinan pasien

terjatuh, pingsan, dan mencederai dirinya. (1,4)

Jika menggunakan antipsikotik potensi rendah intramuscular (IM),

tekanan darah pasien harus diperiksa sebelum dan setelah pemberian dosis

pertama dalam beberapa hari pertama terapi. Bila diperlukan edukasi tentang

efek kemungkinan terjatuh dan pingsan akan sangat membantu pasien

sehingga pasien akan lebih berhati-hati. Bila hipotensi terjadi pada pasien

yang mendapatkan medikasi, gejala biasanya dapat ditangani dengan

membaringkan pasien dengan kaki lebih tinggi dibandingkan kepala. Ekspansi

volume dengan cairan sangat membantu. Pemberian epinefrin

dikontraindikasikan karena dapat memperburuk hipotensi. Metaraminol dan

norepinefrin sebagai agen pressor adrenergic α-1 murni adalah obat terpilih.

Untuk antipsikosis dosis dapat diturunkan atau diganti dengan obat yang tidak

menghambat adrenergic. (1,4)

3. Efek hematologis

Gangguan hematologis yang membahayakan yang dapat terjadi akibat

pemakaian antipsikotik tipikal seperti chlorpromazine, thioridazine dan pada

hampir semua antipsikotik adalah agranulositosis. Agranulositosis adalah

suatu kumpulan gejala yang ditandai dengan penurunan bermakna jumlah

granulosit yang beredar, neutropeni berat yang menimbulkan lesi-lesi di

tenggorokan, selaput lendir lain, saluran cerna dan kulit. Pada kebanyakan

Page 6: referat jiwa : efek samping CPZ

kasus, gejala ini disebabkan oleh sensitasi terhadap obat-obatan, zat kimia,

radiasi yang mempengaruhi sumsum tulang dan menekan granulopoiesis.(1,4)

Agranulositosis paling sering terjadi selama tiga bulan pertama terapi

dengan insidensi sekitar 5 dari 10.000 pasien yang diobati dengan antipsikotik.

Jika pasien melaporkan adanya suatu nyeri tenggorokan atau demam, hitung

darah lengkap harus segera dilakukan untuk memeriksa kemungkinan

terjadinya agranulositosis. Jika indeks darah rendah, antipsikotik harus segera

dihentikan. Angka mortalitas dari komplikasi setinggi 30%. Purpura

trombositopenia, anemia hemolitik, atau pansitopenia kadang-kadang dapat

terjadi pada pasien yang diobati dengan antipsikotik. (1,4)

4. Efek Antikolinergik Perifer

Efek kolinergik perifer sangat sering ditemukan, terdiri dari mulut dan

hidung kering, hidung tersumbat, pandangan kabur, konstipasi, retensi urin,

dan midriasis. Beberapa pasien juga mengalami mual dan muntah. Obat

antipsikotik tipikal seperti chlorpromazine, thioridazine, dan trifluoperazine

adalah antikolinergik yang poten.(1,4)

Mulut kering merupakan efek yang mengganggu beberapa pasien dan

dapat mempengaruhi kepatuhan terapi. Pasien dapat dianjurkan sering

membilas mulutnya dengan air dan tidak mengunyah permen karet atau

permen yang mengandung gula, karena hal tersebut dapat menyebabkan

infeksi jamur pada mulut dan peningkatan insidensi karies gigi. Konstipasi

harus diobati dengan perbanyak olahraga, cairan, diet tinggi serat, serta

preparat laksatif biasa, tetapi kondisi ini masih dapat berkembang menjadi

Page 7: referat jiwa : efek samping CPZ

ileus paralitik. Pada kasus tersebut diperlukan penurunan dosis atau

penggantian dengan obat yang kurang antikolinergik. Pilocarpine mungkin

berguna pada beberapa pasien dengan retensi urin. (1,4)

5. Efek Dermatologis

Dermatitis alergik dan fotosensitivitas dapat terjadi pada sejumlah

kecil pasien, paling sering terjadi pada mereka yang menggunakan

antipsikotik tipikal potensi rendah, khusunya chlorpromazine. Berbagai

erupsi kulit seperti urtikaria, makulopapular, peteki, dan erupsi edematous

telah dilaporkan. Erupsi terjadi pada awal terapi, biasanya dalam minggu

pertama dan menghilang dengan spontan. Reaksi fotosensitivitas yang

menyerupai proses terbakar matahari (sunburn) yang parah juga terjadi pada

beberapa pasien yang menggunakan chlorpromazine. Pasien harus

diperingatkan tentang efek tersebut, yaitu agar tidak berada dibawah sinar

matahari lebih dari 30-60 menit, dan harus menggunakan tabir surya.

Penggunaan chlorpromazine juga disertai beberapa kasus diskolorasi biru-

kelabu pada kulit pada daerah yang terpapar dengan sinar matahari. (1,4)

6. Efek pada rangka

CPZ dapat menimbulkan relaksasi otot rangka yang berada dalam

keadaan spastik.(4,8,9)

Page 8: referat jiwa : efek samping CPZ

7. Efek pada Endokrin

CPZ dan beberapa antipsikosis lainnya mempunyai efek samping

terhadap sistem reproduksi. Pada wanita dapat terjadi

amenorea,galaktorea,dan peningkatan libido. Sedangkan pada pria dilaporkan

adanya penurunan libido dan ginekomastia. Efek ini terjadi karena efek

sekunder dari hambatan reseptor dompamin yang menyebabkan

hiperprolaktinemia. (1,4,8,9)

8. Efek pada Mata

Chlorpromazine berhubungan dengan pigmentasi mata yang relatif

ringan, ditandai oleh deposit granular coklat keputihan yang terpusat di lensa

anterior dan kornea posterior yang dapat timbul bila pasien mengingesti 1-3 kg

chlorpromazine selama hidupnya. Deposit dapat berkembang menjadi granula

putih opak dan coklat kekuningan. Keadaan ini hampir tidak mempengaruhi

penglihatan pasien. (1,7,8,9)

B. Efek Samping Neurologis

1. Efek Epileptogenik

Pemberian antipsikotik ternyata menyebabkan perlambatan dan

peningkatan sinkronisasi EEG. Efek tersebut merupakan mekanisme

dimana antipsikotik menurunkan ambang kejang. Chlorpromazine dan

antipsikotik potensi rendah lain diperkirakan lebih epileptogenik

dibandingkan obat potensi tinggi. (1,4,5)

Page 9: referat jiwa : efek samping CPZ

2. Sedasi

Sedasi terutama merupakan akibat dari penghambatan reseptor

dopamine tipe-1. Chlorpromazine adalah antipsikotik yang paling

menimbulkan sedasi. Memberikan dosis antipsikotik harian sebelum

tidur biasanya menghilangkan masalah dari sedasi, dan toleransi untuk

efek merugikan tersebut dapat terjadi. (1,4,6)

C. Sistem Susunan Saraf Pusat

1. Reaksi Ekstrapiramidal

Distonia

Gejala distonia, kontraksi abnormal berkepanjangan kelompok

otot, dapat terjadi pada individu yang rentat selama beberapa hari

pertama pengobatan. Gejala distonia meliputi : spasme otot leher,

kadang-kadang berkembang menjadi sesak tenggorokan, kesulitan

menelan, kesulitan bernapas, dan atau pembengkakan di

lidah.Sementara gejala-gejala ini dapat terjadi pada dosis rendah, efek

samping tersebut dapat terjadi lebih sering dan lebih parah dengan

potensi tinggi dan pada dosis tinggi obat antipsiotik generasi pertama.

Peningkatan risiko distonia akut diamati lebih sering terjadi pada laki-

laki dan kelompok usia muda.(1,2,3)

Page 10: referat jiwa : efek samping CPZ

Kegelisahan Motorik

Gejala dapat termasuk agitasi atau jitteriness dan kadang-

kadang insomnia. Gejala ini seringkali menghilang secara spontan.

Gejala ini mungkin mirip dengan gejala neurotik atau psikotik asli.

Dosis tidak boleh ditingkatkan sampai efek samping ini telah surut.

Jika gejala ini menjadi sangat mengganggu, biasanya gejala tersebut

dikendalikan dengan pengurangan dosis atau mengubah obat yang

dikonsumsi dengan golongan lainnya. Pengobatan dengan agen anti-

parkinsonian, benzodiazepin, atau propanolol dapat membantu.(1,2,3)

Pseudo-Parkinsonisme

Gejala termasuk seperti wajah topeng, hipersalivasi, tremor,

gerakan pillrolling, cogwheel rigidity ( kekakuan yang hilang timbul ),

dan gaya berjalan seperti menyeret. Dalam kebanyakan kasus, gejala-

gejala ini mudah dikontrol apabila diberikan juga agen anti-

parkinsonism secara bersamaan. Akan tetapi perlu diperhatikan bahwa

agen anti Parkinson hanya boleh digunakan jika diperlukan.

Umumnya, terapi dijalankan selama 2-3 minggu dalam satu bulan.

Setelah waktu ini, pasien harus dievaluasi untuk menentukan apakah

pasien tersebut masih membutuhkan pengobatan lanjutan atau tidak.

Untuk menghindari atau mengurangi efek samping ini, kadang-kadang

dosis CPZ harus diturunkan atau dihentikan.(3,6,7)

Tardive Diskinesia

Page 11: referat jiwa : efek samping CPZ

Sama seperti semua agen antipsikotik, tardive diskinesia

mungkin muncul pada beberapa pasien dengan terapi jangka panjang

atau mungkin muncul setelah terapi obat dihentikan. Sindrom ini juga

dapat muncul setelah masa pengobatan yang relative singkat pada

dosis rendah,meskipun lebih jarang. Meskipun prevalensinya cukup

tinggi pada pasien lanjut usia, terutama wanita lansia, adalah mustahil

untuk mengandalkan perkiraan prevalensi untuk memprediksi di awal

pengobatan antipsikotik pada pasien yang mungkin akan mengalami

efek samping tersebut. Gejala yang kuat dan pada beberapa pasien

tampaknya ireversibel. Sindrom ini ditandai dengan gerakan ritmik tak

terkendali pada wajah, mulut, lidah, atau rahang ( misalnya penonjolan

pada lidah, mengisap pipi, mengerutkan mulut, atau gerakan

mengunyah ). Kadang-kadang dapat diserti dengan gerakan tak

terkendali dari ekstremitas.(2,3,7)

2. Efek menurunkan fungsi kognitif

Dilobus frontal,dopamin mengontrol arus informasidari daerah lain diotak. Pada

pemakaian obat CPZ terjadi blok dopamin dilobus frontal sehingga terjadi Gangguan

dompamin diotak sehingga menyebabkan penurunan fungsi neurokognitif. Terutama

memori,perhatian,dan pemecahan masalah. (9)

Page 12: referat jiwa : efek samping CPZ

BAB III

KESIMPULAN

Ada banyak antipsikotik yang dikenal di masyarakat dan juga di kalangan dunia

kedokteran. Antipsikotik digunakan untuk mengatasi gejala akibat gangguan mental yang

berat seperti pada pasien skizofrenia, gangguan delusional, gangguan afektif berat, dan

gangguan psikotik organik . Antipsikotik itu sendiri terbagi menjadi 2 macam, yaitu

antipsikotik tipikal dan atipikal. Obat antipsikotik tipikal yang sering digunakan salah satunya

adalah Chlorpromazine (CPZ). Chlorpromazine (CPZ) merupakan antipsikotik tipikal dari

golongan phenothiazine. Chlorpromazine atau yang sering disingkat dengan CPZ yang

dalam penggunaan klinisnya telah digambarkan sebagai kemajuan terbesar dalam perawatan

kejiwaan, yang secara dramatis mampu meningkatkan prognosis pasien di rumah sakit jiwa di

seluruh dunia.

Chlorpromazine (CPZ) adalah 2-klor N (diametil-aminopropil)-fenotiazin yang khas

untuk antipsikotik potensi rendah. Obat ini memiliki mekanisme kerja yang memblokade

dopamine pada reseptor pasca sinaptik neuron di otak,khususnya di sistem limbic dan sistem

ekstrapiramidal ( dopamine D2 reseptor antagonist ) sehingga efektif untuk gejala positif

skizoprenia.

CPZ mempunyai cara kerja dengan memblok reseptor D2 khususnya di mesolimbik

dopamine pathways, oleh karena itu sering disebut juga dengan antagonis reseptor dopamin

(ARD) . Kerja dari CPZ ini menurunkan hiperaktivitas dopamine dijalur mesolimbik

Page 13: referat jiwa : efek samping CPZ

sehingga menyebabkan gejala positif menurun tetapi ternyata tidak hanya memblok reseptor

D2 di mesolimbik tetapi juga di tempat lain seperti dijalur mesokortikal, nigrostriatal, dan

tuberoinfundibular.

Apabila CPZ memblok reseptor D2 dijalur mesokortikal, dapat memperberat gejala

negatif dan gejala kognitif disebabkan penurunan dopamin di jalur tersebut. Jika hal ini

terjadi, maka merupakan sebuah tantangan terapi, karena blokade reseptor dopamin di jalur

ini secara teoritis akan menyebabkan memburuknya gejala negatif dan kognitif.

Blokade reseptor D2 di nigrostriatal dapat menyebabkan timbulnya gangguan dalam

mobilitas seperti pada parkinson, bila pemakaian secara kronik dapat menyebabkan gangguan

pergerakan hiperkinetik (tardive dyskinesia). Jalur nigrostriatal dopamin, sebagai bagian dari

sistem saraf ekstrapiramidal, mengontrol movements atau pergerakan.

Blokade reseptor D2 di tuberoinfundibular oleh CPZ menyebabkan peningkatan kadar

prolaktin sehingga dapat terjadi disfungsi seksual dan peningkat berat badan. Fungsi normal

jalur dopamin tuberoinfundibular menghambat pelepasan prolaktin. Pada wanita postpartum,

aktivitas di jalur ini menurun, sehingga memungkinkan laktasi.

CPZ selain menyebabkan terjadinya blokade reseptor D2 pada keempat jalur

dopamine, juga menyebabkan terjadinya blokade reseptor kolinergik muskarinik sehingga

timbul efek samping antikolinergik berupa mulut kering, pandangan kabur, konstipasi dan

kognitif tumpul. Reseptor histamin (H1) juga terblok sehingga timbul efek samping

mengantuk dan meningkatkan berat bdan. Selain itu antipsikotik juga memblok reseptor alfa1

adrenergik sehingga dapat menimbulkan efek samping pada kardiovaskuler berupa hipotensi

ortostatic, mengantuk, pusing, dan tekanan darah menurun.

Page 14: referat jiwa : efek samping CPZ

Kesemua sifat dan CPZ memblokade keempat jalur dopamine membuat CPZ

mempuanya beberapa efek samping :

1. Efek samping Non Neuroligis meliputi : efek pada jantung (perpanjangan interval

QT dan PR, penumpulan gelombang T, dan depresi segmen Styang bisa

menyebabkan kematian mendadak) ,hipotensi Ortostatik,efek Hematologis

(agranulositosis) ,efek anti kolinergik perifer (dari mulut dan hidung kering,

hidung tersumbat, pandangan kabur, konstipasi, retensi urin, dan midriasis.

Beberapa pasien juga mengalami mual dan muntah),efek dermatologis (Berbagai

erupsi kulit seperti urtikaria, makulopapular, peteki, dan erupsi edematous),efek

pada rangka (CPZ dapat menimbulkan relaksasi otot rangka yang berada dalam

keadaan spastik),efek pada endokrin ( Pada wanita dapat terjadi

amenorea,galaktorea,dan peningkatan libido. Sedangkan pada pria dilaporkan

adanya penurunan libido dan ginekomastia. Efek ini terjadi karena efek sekunder

dari hambatan reseptor dompamin yang menyebabkan hiperprolaktinemia),dan

efek pada mata (deposit granular coklat keputihan yang terpusat di lensa anterior

dan kornea posterior)

2. Efek samping Neurologis meliputi : efek epileptogenik (menyebabkan

perlambatan dan peningkatan sinkronisasi EEG) dan efek Sedasi

3. Efek pada sususan saraf pusat yang terjadi adalah ekstra piramidal sindrom

(Distonia,keglisahan motorik,psedou parkinsonisme,dan tardive dyskinesia),dan

penurunan fungsi kognitif.

Page 15: referat jiwa : efek samping CPZ

Dikarenakan oleh banyaknya efek samping yang dapat ditimbulkan pada pasien yang

mengkonsumsi chlorpromazine, maka pemberian obat ini harus diawasi dan diatur sesuai

dengan dosis yang diperlukan oleh pasien.

DAFTAR PUSTAKA

1. Sadock, Benjamin James and sadock, Virginia Alcott. Dopamine Receptor

Antagonists : Typical Antipsycotic. Kaplan & sadock's Synopsis of Psychiatry :

Behavioral Sciences / Clinical Psychiatry. 10th Edition. s.l. : Lippincott Williams &

Wilkins, 2007.

2. Maslim, Rusdi. Penggunaan Klinis Obat Psikotropik ( Psychotropic Medication ).

Edisi Ketiga.

3. Guniswarna,Sulistai G,: Setia Budi,Rianto,; Suyatna,; Frans D,;

Purwantsyastuti,; Nafrialdi : Farmakologi Terapi Edisi 5. Jakarta : Bagian

Farmakologi-Universitas Indonesia,2000

4. Maramis,willy F ,dan maramis,albert A. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. 2 .

Surabaya : Air Langga University press,2009

5. Sinaga Rudyanto benhard, Skizofrenia dan Diagnosa banding : Fakultas kedokteran

Universitas Indonesia.2000

6. www .scribd.com [Online] http://www.sribd.com/doc/51292520/obat-

obatantipsikotik2

Page 16: referat jiwa : efek samping CPZ

7. www.scibd.com [ Online] http://www.sribd.com/doc/61975557/antipiskositik-tipikal

8. Drug.com staff :

http://www.drugs.com/sfx/chlorpromazine-side-effects.html

9. Kristi Monson, PharmD.:

http://schizophrenia.emedtv.com/chlorpromazine/side-effects-ofchlorpromazine.html