Sejarah Singkat Kerajaan Sumedang Larang

Embed Size (px)

Citation preview

SEJARAH KERAJAAN SUMEDANG LARANG Masa Sebelum Islam Dalam kisah Nabi Nuh AS ditemukan nama pada waktu kecil bernama baginda Syah, kemudian mempunyai putera Baginda Asram, beliau beputera Babar Buana, menurunkan putera Maha Patih, berputera Arga Larang, mempunyai putera Bantul Gantangan, mempunyai putera Sayar. Sayar berputera Radjaksana, menurunkan putera Prabu Komala. Prabu Komala mempunyai dua orang putera yaitu Prabu Permana dan Prabu Guru Adji Putih. (putnot 1). Prabu Guru Adji Putih (900-950 M) Pada usia 20 tahun Prabu Guru Adji Putih ditugaskan oleh ayahnya untuk mengamalkan ilmu yang ia peroleh ketika belajar pada seorang resi. Maklum sejak kecil beliau tidak benyak tinggal di istana, beliau lebih banyak tinggal di padepokan. Ketika mengadakan perjalanan, tibalah beliau di sebuah dusun yang bernama Kampung Muara, tak jauh dari kali Cimanuk. Disitu, beliau mendirikan padepokan, mengamalkan ilmunya dengan merekrut tokoh-tokoh masyarakat setempat. Pada tahun 900 Masehi beliau mendirikan kerajaan dengan nama Kerajaan Tembong Agung (Tembong = tampak, Agung = tinggi). Sebagai pusat pemerintahannya yaitu di Kampung Muara Desa Lewihideng Kecamatan Darmaraja. Dalam perkembangan selanjutnya, kerajaan ini meminta bantuan dan menjalin hubungan dengan kerajaan Galuh. Untu lebih mempererat hunbungan kedua kerajaan tersebut, Prabu Guru Adji Putih menikah dengan Nyi Mas Dewi Nawang Wulan (putnot 2) Dari perkawinan dengan Nyi Mas nawang Wulan, Prabu Guru Adji Putih dikaruniai empat orang putera yaitu : Prabu Tadjimalela, Prabu Sokawana, Prabu Harisdarma dan Prabu Langlang Buana Setelah dirasa cukup bertahta, kerajaan Tembong Agung diserahkan oleh Prabu Guru Adji Putih diserahkan kepada Prabu Tadjimalela. Kemudian Prabu Adji Putih menetap di Cipeuet dan menjadi seorang Resi. Prabu Tadjimalela (950-980 M) (putnot 3) Pada masa Tadjimalela, kerajaan Tembong Agung diganti menjadi Hibar Buana yang berarti alam tempat temaran cahaya (Hibar = temaran cahaya, Buana = alam). Dalam beberapa tahun saja, Prabu Tadjimalela mampu memperluas kekuasaannya hingga ke Limbangan dan Malangbong Garut. Suatu hari Prabu Tadjimalela melakukan tafakur, bermaksud memperoleh bisikan dari sang pencipta agar kerajaannya menjadi besar. Saat bertafakur di Gunung sanghiyang itu, beliau melihat cahaya yang menyialaukan, tanpa disengaja beliau berkata Ingsun medangan yang artinya aku melihat cahaya di tempat yang mulia. Ungkapan itulah yang akhirnya mengilhami perubahan nama kerajaan menjadi Sumedang Larang. Su dari kata Insun yang artinya aku, medang artinya cahaya, larang artinya suatu tempat mulia yang penuh larangan atau pantangan Pramu Tadjimalela melepas keperjakaannya dengan menikahi Nyi Mas Putri Galuh Pakuan. Dari hasil pernikahannya dengan puteri dari galuh, Prabu Tadjimalela memperolah

tiga orang putera, dua orang kembar yaitu Prabu Lembu Agung dan Prabu Gajah Agung. Sedangkan putera beliau yang ragil bernama Sunan Ulun. Setelah melepaskan mahkotanya, Prabu Tadjimalela menjadi resi di daerah Gunung Lingga hingga akhir hayatnya. Di Gunung Lingga itulah beliau melahirkan pandanganpnadangan budaya Kasumedangan dengan istilah Ilmu Kasumedangan. Prabu Lembu Agung (980-982 M) Masa pemerintahan Lembu Agung adalah masa pemerintahan tersingkat, hal ini dikarenakan beliau lebih suka menyepi. Tahta kerajaan beliau serahkan kepada adik kembarnya yaitu Prabu Gajah Agung, sementara beliau menjadi resi . Prabu Lembu Agung setelah turun tahta tinggal di Gunung Sanghiyang. Ketika menjadi resi di Gunung Sanghiyang itulah beliau menciptakan dan mengembangkan ilmu Kadarmarajaan hingga wafat menjemputnya. Makamnya kemudian dipindahkan ke Asnata Gede desa Cipaku Darmaraja. Prabu Gajah Agung (982-1000 M) Karena alasan geopolitis, pada awal masa pemerintahannya, Prabu gajah Agung memindahkan kerajaannya dari Leuwihideng ke Ciguling. Beliau bergelar Prabu Pagulingan. Pada masa itu, status kerajaan berada dibawah atap kerajaan Sunda. Setelah menikah dengan puteri Sunda, Prabu Pagulingan memperoleh satu orang putera dan satu orang puteri.. Lahir pertama seorang puteri bernama Ratu Istri Raja Mantri. Ia dipersunting oleh Prabu Siliwangi Munding Wangi (ratu Dewata). Pernikahan dengan Prabu Siliwangi, Ratu Istri Raja Mantri mempunyai putera Layang Kusumah. Layang Kusumah mempunyai putera Limasenjayakusumah, mempunyai putera Sunan Cipancar, mempunyai putera Sunan Cipicung, mempunyai putera Sunan Demang Ariawinata (Bupati Limbangan, menurunkan kiayai dan menak di Limbangan dan Malangbong Garut) Adik kandung Ratu Istri Raja Mantri seorang pria. Ia diberi nama Sunan Guling. Ia menjadi raja menggantikan ayahnya. Setelah dewasa ia menikah dengan puteri dari kerajaan Padjajaran dan mempunyai putera bernama Sunan Tuakan. Sunan Tuakan memerintah kerajaan tahun 1000-1200 M. Setelah beliau, yang memerintah kerajaan adah puterinya, yaitu Nyi Mas Ratu Tuakan (1200-1450 M). Nyi Mas Tuakan dipersunting oleh Sunan Corendra putera Sunan Parung Guru Gantangan. Hasil perkawinannya dengan Sunan Corendra, Nyi Mas Ratu Tuakan memperoleh seorang puteri yang cantik nan ayu bernama Nyi Mas Ratu Dewata. Ia kemudian dikawinkan dengan Pangeran Santeri dari Cirebon.

1. Benang Merah Sejarah Sumedang Larang 2. Karena kecantikannya Nyi Mas Nawang Wulan bergelar Ronggeng Sadunya 3. Tadji = tajam, Malela = selendang