7
Tumor Kolorektal Tumor kolorektal dapat dibagi dalam dua kelompok yakni polip kolon dan kanker kolon. Polip adalah tonjolan di atas permukaan mukosa. Polip kolon dibagi dalam 3 tipe yakni neoplasma epitelium, non-neoplasma dan submukosa. Makna klinis yang penting dari polip ada 2 yaitu ada kemungkinan mengalami transformasi menjadi kanker kolorektal dan kedua dengan tindakan pengangkatan polip, kanker kolorektal ini dapat dicegah. Epidemiologi Kanker kolorektal di dunia mencapai urutan ke 4 dalam hal kejadian dengan jumlah pasien laki-laki sedikit lebih banyak dari perempuan. Paling banyak ditemukan di Amerika Utara, Australia, Selandia Baru dan sebagian Eropa. Secara umum didapatkan kejadian kanker kolorektal meningkat tajam setelah usia 50 tahun (di Indonesia cenderung usia lebih muda dengan usia di bawah 40 tahun sebanyak 35%) Etiologi dan Patogenesis Kanker kolorektal timbul melalui interaksi yang kompleks antara faktor genetik dan faktor lingkungan. Faktor genetik mendominasi yang lainnya pada kasus sindrom herediter seperti Familial Adenomatous Polyposis (FAP) dan Hereditary Nonpolyposis Colorectal Cancer (HNPC). Kanker koloorektal yang sporadi muncul setelah melewati rentang masa yang lebih panjang sebagai akibat faktor lingkungan yang menimbulkan perubahan genetik yang berkembang menjadi kanker. Kedua jenis

Tumor Kolorektal

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Tumor Kolorektal

Tumor Kolorektal

Tumor kolorektal dapat dibagi dalam dua kelompok yakni polip kolon dan kanker kolon.

Polip adalah tonjolan di atas permukaan mukosa. Polip kolon dibagi dalam 3 tipe yakni

neoplasma epitelium, non-neoplasma dan submukosa. Makna klinis yang penting dari polip

ada 2 yaitu ada kemungkinan mengalami transformasi menjadi kanker kolorektal dan kedua

dengan tindakan pengangkatan polip, kanker kolorektal ini dapat dicegah.

Epidemiologi

Kanker kolorektal di dunia mencapai urutan ke 4 dalam hal kejadian dengan jumlah pasien

laki-laki sedikit lebih banyak dari perempuan. Paling banyak ditemukan di Amerika Utara,

Australia, Selandia Baru dan sebagian Eropa. Secara umum didapatkan kejadian kanker

kolorektal meningkat tajam setelah usia 50 tahun (di Indonesia cenderung usia lebih muda

dengan usia di bawah 40 tahun sebanyak 35%)

Etiologi dan Patogenesis

Kanker kolorektal timbul melalui interaksi yang kompleks antara faktor genetik dan faktor

lingkungan. Faktor genetik mendominasi yang lainnya pada kasus sindrom herediter seperti

Familial Adenomatous Polyposis (FAP) dan Hereditary Nonpolyposis Colorectal Cancer

(HNPC). Kanker koloorektal yang sporadi muncul setelah melewati rentang masa yang lebih

panjang sebagai akibat faktor lingkungan yang menimbulkan perubahan genetik yang

berkembang menjadi kanker. Kedua jenis kanker kolorektal (herediter vs sporadis) tidak

muncul secara mendadak melainkan melalui proses yang dapat diidentifikasikan pada

mukosa kolon (seperti : displasia adenoma)

Pengaruh lingkungan

Sejumlah bukti menunjukkan bahwa lingkungan berperan penting pada

kejadian kanker kolorektal. Kandungan dari makronutrien dan mikronutrien

berhubungan dengan kanker kolorektal. Penelitian epidemiologi menunjukkan bahwa

lemak hewani, terutama dari sumber daging merah, berpengaruh pada kejadian kanker

kolorektal. Penelitian pada binatang yang diberikan diet lemak tinggi meningkatkan

proliferasi kolonosit dan pembentukan tumor

Faktor Genetik

Page 2: Tumor Kolorektal

Banyak kelainan genetik yang dikaitkan dengan keganasan kolorektal di

antaranya sindrom poliposis (1 %). Selain itu terdapat Hereditary Non-polyposis

Colorectal Cancer (HNPOC atau Sindroma Lynch) sekitar 2-3%. KKR terjadi sebagai

akibat kerusakan genetik pada lokus yang mengontrol pertumbuhan sel. Terdapat 2

mekanisme yang menimbulkan instabilitas genom dan berujung pada kanker

kolorektal yaitu : 1) Instabilitas kromosom (Cromosomal instability atau CIN) 2)

Instabilitas mikrosatelit (microsatellite instability atau MIN)

Manifestasi dan Tanda Klinis

Kebanyakan kasus KKR didiagnosis pada usia sekitar 50 tahun dan umumnya sudah

memasuki sudah memasuki stadium lanjut sehingga prognosis juga buruk. Keluhan yang

paling sering dirasakan pasien KKR di antaranya perubahan pola buang air besar, perdarahan

per anus (hematokezia dan konstipasi).

KKR umumnya berkembang lamban, keluhan dan tanda-tanda fisik timbul sebagai

bagian dari komplikasi seperti obstruksi. Perdarahan invasi lokal kakeksia. Obstruksi kolon

biasanya terjadi di kolon transversum. Kolon desenden dan kolon sigmoid karena ukuran

lumennya lebih kecil daripada bagian kolon yang lebih proksimal.

Obstruksi parsial awalnya ditandai dengan nyeri abdomen. Namun bila obstruksi

terjadi akan menyebabkan nausea, muntah, distensi dan obstipasi.

KKR dapat berdarah sebagai bagian dari tumor yang rapuh dan mengalami ulserasi.

Meskipun perdarahan umumnya tersamar namun hematokesia timbul pada sebagian kasus.

Tumor yang terletak lebih distal umumnya disertai hematokesia atau darah tumor dalam feses

tetapi tumor yang proksimal sering disertai dengan anemia defisiensi bei.

Invasi lokal dari tumor menimbulkan tenesmus, hematuria, ISK berulang dan

obstruksi uretra. Abdomen akut dapat terjadi bilamana tumor tersebut menimbulkan

perforasi. Kadang timbul fistula antara kolon dengan lambung atau usus halus. Asites

maligna dapat terjadi akibat invasi tuor ke lapisan serosa dan sebaran ke peritoneal.

Metastasis jauh ke hati dapat menimbulkan nyeri perut, ikterus, dan hipertensi portal.

Page 3: Tumor Kolorektal

Pendekatan Diagnosis

1. Prosedur diagnosis pada pasien dengan gejala.

Keberadaan kanker kolorektal dapat dikenali dari berbagai tanda seperi : anemia

mikrositik, hematokesia, nyeri perut, BB turun atau perubahan defekasi, oleh sebab

itu perlu segera dilakukan pemeriksaan endoskopi atau radiologi. Temuan darah

samar di fese memperkuat dugaan neoplasia namun bila tidak ada darah sama tidak

dapat menyingkirkan lesi neoplasma.

2. Laboratorium

Umumnya pemeriksaan laboratorium pasien adenoma kolon memberikan hasil

normal. Perdarahan intermitten dan polip yang besar dapat dideteksi melalui darah

samar feses dan anemia defisiensi besi.

3. Pemeriksaan Radiologi

Pemeriksaan enema barium kontras ganda hanya mampu mendeteksi 50% polip kolon

dengan spesifisitas 85%. Bagian rektosigmoid sering sulit untuk divisualisasi

meskipun bila dibaca oleh ahli radiologi senior. Oleh karena itu pemeriksaan

rektosigmoidoskopi masih diperlukan. Bilamana ada lesi yang mencurigakan

pemeriksaan kolonoskopi diperlukan untuk biopsi. Pemeriksaan lumen barium teknik

kontras merupakan alternatif lain untuk kolonoskopi namun sering tidak bisa

mendeteksi lesi berukuran kecil.

Page 4: Tumor Kolorektal

4. Kolonoskopi

Merupakan cara pemeriksaan mukosa kolon yang sangat akurat dan dapat sekaligus

melakukan biopsi. Kolonoskopi merupakan prosedur terbaik pada pasien yang

diperkirakan ada polip kolon dengan sensitivitas 95 % dan spesifisitas 99 %.

5. Evaluasi histologi

6. Penapisan pada pasien tanpa gejala.

Penapisan dilakukan dengan tes darah samar 1 tahun sekali, sigmoidoskopi 5 tahun

sekali, enema barium kontras 5 tahun sekali dan kolonoskopi 10 tahun sekali.

Penatalaksanaan

Perjalanan Alami

Meskipun adenoma kolon merupakan lesi premaligna, namun perjalanan menjadi

adenokarsinoma belum diketahui. Pertumbuhan dan potensi menjadi ganas bervariasi

secara substansial. Rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk perubahan adenoma

menjadi adenokarsinoma adalah 7 tahun.

Pengobatan

Kemoprevensi

Obat antiinflamatori nonsteroid (OAINS) termasuk aspirin dianggap berhubungan

dengan penurunan mortalitas KKR.

Endoskopi dan operasi

Umumnya polip adenoma dapat diangkat dengan tindakan polipektomi. Bila ukuran

<5mm maka pengangkatan cukup dengan biopsi atau elektrokoagulasi bipolar.

Disamping polipektomi, KKR dapat diatasi dengan operasi. Indikasi untuk

hemikolektomi adalah tumor di sekum, kolon asenden dan kolon tranversum tetapi

lesi di fleksura lienalis dan kolon desenden diatasi dengan hemikolektomi kiri.

Terapi ajuvan

Sepertiga pasien yang menjalani operasi kuratif akan mengalami rekurensi.

Kemoterapi ajuvan dimaksudkan untuk menurunkan tingkat rekurensi KKR setelah

operasi. Iritonecan (CPT 11) inhibitor topoisomer dapt memperpanjang masa harapan

hidup.

Prognosis

Page 5: Tumor Kolorektal

Prognosis dari pasien KKR berhubungan dengan dalamnya penetrasi tumor ke

dinding kolon, keterlibatan KGB regional atau metastasis jauh. Semua variabel ini digabung

sehingga dapat ditentukan sistem staging yang awalnya diperhatikan oleh Dukes.

Umumnya rekurensi kanker kolorektal terjadi dalam 4 tahun setelah pembedahan

sehingga harapan hidup rata-rata 5 tahun dapat menjadi indikator kesembuhan.