20
- 1 - Vol. VI, No. 07/I/P3DI/April/2014 H U K U M Info Singkat © 2009, Pusat Pengkajian, Pengolahan Data dan Informasi (P3DI) Sekretariat Jenderal DPR RI www.dpr.go.id ISSN 2088-2351 Kajian Singkat terhadap Isu-Isu Terkini TINJAUAN YURIDIS PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL Trias Palupi Kurnianingrum*) Abstrak Kebijakan program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) mulai diberlakukan sejak Januari 2014, tetapi pelaksanaannya dirasakan masih menuai persoalan di masyarakat, diantaranya persoalan kewajiban pembayaran iuran (premi). Adanya keharusan untuk membayar premi menjadikan jaminan kesehatan ini sama seperti produk asuransi pada umumnya. Perbedaannya, JKN ini mengharuskan setiap warga negara menjadi peserta. Hal inilah yang dirasakan membebani masyarakat, terutama untuk masyarakat miskin yang tidak tercantum dalam data pengguna BPJS. Oleh karena itu perlu adanya sosialisasi sebagai bentuk upaya pemenuhan perlindungan konsumen agar masyarakat sebagai pengguna jasa layanan memahami hak dan kewajiban mereka sebagai peserta JKN. Pendahuluan Perlindungan sosial yang diselenggarakan oleh negara dalam menjamin warga negaranya untuk memenuhi jaminan kesehatan pada dasarnya telah diatur secara jelas di dalam Pasal 25 ayat (1) Deklarasi PBB Tahun 1948 tentang Hak Asasi Manusia dan Resolusi World Health Assembly (WHA) Tahun 2005. Deklarasi tersebut menyatakan bahwa setiap negara perlu mengembangkan skema Universal Health Coverage (UHC) melalui mekanisme asuransi kesehatan sosial untuk menjamin pembiayaan kesehatan yang berkelanjutan. Lebih lanjut penerapan jaminan sosial ini perlu diakomodasi dalam Pasal 28H ayat (3) dan Pasal 34 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD Tahun 1945). Pasal 28H ayat (3) UUD Tahun 1945 menyatakan bahwa setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia yang bermartabat. Untuk itu dalam rangka memberikan jaminan sosial kepada setiap warga negara, pemerintah menganggap perlu mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat sesuai dengan amanat Pasal 34 ayat (2) UUD Tahun 1945. Pasal 34 ayat (2) UUD Tahun 1945 menyatakan bahwa negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan. Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat setinggi- tingginya, sebagaimana tujuan pembangunan *) Peneliti Muda Bidang Hukum pada Pusat Pengkajian Pengolahan Data dan Informasi (P3DI), Setjen DPR RI. Email: [email protected].

Vol.VI No.07 I P3DI APRIL 2014

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Tinjauan Yuridis Pelaksanaan JKN (Trias Palupi)Kasus Satinah dan Diplomasi TKI (Sita Hidriyah)UN Tahun 2014 (Yulia Indahri)Fluktuasi Neraca Perdagangan (Restu Mangeswari)Efektivitas Kampanye PIleg 2014 (Debora Sanur)

Citation preview

  • - 1 -

    Vol. VI, No. 07/I/P3DI/April/2014H U K U M

    Info Singkat 2009, Pusat Pengkajian, Pengolahan Data dan Informasi (P3DI) Sekretariat Jenderal DPR RIwww.dpr.go.idISSN 2088-2351

    Kajian Singkat terhadap Isu-Isu Terkini

    TINJAUAN YURIDIS PELAKSANAAN

    JAMINAN KESEHATAN NASIONALTrias Palupi Kurnianingrum*)

    Abstrak

    Kebijakan program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) mulai diberlakukan sejak Januari 2014, tetapi pelaksanaannya dirasakan masih menuai persoalan di masyarakat, diantaranya persoalan kewajiban pembayaran iuran (premi). Adanya keharusan untuk membayar premi menjadikan jaminan kesehatan ini sama seperti produk asuransi pada umumnya. Perbedaannya, JKN ini mengharuskan setiap warga negara menjadi peserta. Hal inilah yang dirasakan membebani masyarakat, terutama untuk masyarakat miskin yang tidak tercantum dalam data pengguna BPJS. Oleh karena itu perlu adanya sosialisasi sebagai bentuk upaya pemenuhan perlindungan konsumen agar masyarakat sebagai pengguna jasa layanan memahami hak dan kewajiban mereka sebagai peserta JKN.

    Pendahuluan Perlindungan sosial yang

    diselenggarakan oleh negara dalam menjamin warga negaranya untuk memenuhi jaminan kesehatan pada dasarnya telah diatur secara jelas di dalam Pasal 25 ayat (1) Deklarasi PBB Tahun 1948 tentang Hak Asasi Manusia dan Resolusi World Health Assembly (WHA) Tahun 2005. Deklarasi tersebut menyatakan bahwa setiap negara perlu mengembangkan skema Universal Health Coverage (UHC) melalui mekanisme asuransi kesehatan sosial untuk menjamin pembiayaan kesehatan yang berkelanjutan. Lebih lanjut penerapan jaminan sosial ini perlu diakomodasi dalam Pasal 28H ayat (3) dan Pasal 34 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD Tahun 1945).

    Pasal 28H ayat (3) UUD Tahun 1945 menyatakan bahwa setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia yang bermartabat. Untuk itu dalam rangka memberikan jaminan sosial kepada setiap warga negara, pemerintah menganggap perlu mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat sesuai dengan amanat Pasal 34 ayat (2) UUD Tahun 1945. Pasal 34 ayat (2) UUD Tahun 1945 menyatakan bahwa negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan. Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat setinggi-tingginya, sebagaimana tujuan pembangunan

    *) Peneliti Muda Bidang Hukum pada Pusat Pengkajian Pengolahan Data dan Informasi (P3DI), Setjen DPR RI. Email: [email protected].

  • - 2 -

    kesehatan. Sejak tanggal 1 Januari 2014, Pemerintah

    Indonesia telah menerapkan JKN dalam sistem jaminan sosial nasional bagi seluruh rakyatnya secara bertahap hingga 1 Januari 2019. JKN ini merupakan pola pembiayaan yang bersifat wajib. Artinya pada tanggal 1 Januari 2019 seluruh masyarakat Indonesia (tanpa terkecuali) harus sudah menjadi peserta. Adanya penerapan JKN ini, diharapkan tidak ada lagi masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat miskin yang tidak berobat ke fasilitas pelayanan kesehatan ketika sakit karena tidak memiliki biaya.

    Namun demikian, penerapan JKN ini dianggap sarat pro dan kontra di kalangan masyarakat. Masyarakat yang pro sangat menyambut kebijakan pemerintah tersebut, mengingat JKN merupakan suatu program pemerintah dengan tujuan untuk memberikan jaminan kesehatan menyeluruh bagi seluruh rakyat untuk dapat hidup sehat, produktif, dan sejahtera. Akan tetapi, di sisi lain penerapan JKN justru menimbulkan polemik tersendiri di kalangan masyarakat, mulai dari persoalan teknis sampai kepada hal-hal yang sistematis.

    Kewajiban Pembayaran (Premi)Beberapa polemik tersebut, misalnya

    Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) tidak mengganti seluruh klaim kesehatan seperti fasilitas sebelumnya seperti Jamkesmas, Jamkesda, maupun Kartu Jakarta Sehat. Diberlakukannya JKN tersebut, berimbas pada dihapuskannya jaminan persalinan (jampersal), turunnya mutu pelayanan baik dari segi pemeriksaan hingga pemberian obat maupun pelaksanaan rawat inap. Pelayanan Puskesmas dan klinik yang ditunjuk sebagai penyedia JKN juga belum memadai. Program JKN ini mengharuskan masyarakat untuk membayar premi atau iuran kepada BPJS. Berdasarkan Pasal 1 angka 13 PP No. 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan (PP Jaminan Kesehatan), yang dimaksud dengan iuran jaminan kesehatan adalah sejumlah uang yang dibayarkan secara teratur oleh peserta, pemberi kerja dan/atau pemerintah untuk program jaminan kesehatan.

    Penegasan untuk membayar sejumlah iuran jaminan kesehatan telah diatur secara jelas di dalam Pasal 17 ayat (1) UU No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (UU SJSN), yang berbunyi setiap peserta wajib membayar iuran yang besarnya ditetapkan berdasarkan persentase dari upah atau suatu jumlah

    nominal tertentu. Selanjutnya Pasal 17 ayat (2) UU SJSN menyatakan bahwa setiap pemberi kerja wajib memungut iuran dari pekerjanya, menambahkan iuran yang menjadi kewajibannya dan membayarkan iuran tersebut kepada BPJS secara berkala.

    Pasal 17 ayat (3) UU SJSN menyatakan bahwa besarnya iuran ditetapkan untuk setiap jenis program secara berkala sesuai dengan perkembangan sosial, ekonomi dan kebutuhan dasar hidup yang layak. Lebih lanjut keharusan membayar iuran juga dinyatakan secara tegas dalam Pasal 11 ayat (4) PP Jaminan Kesehatan, yang menyatakan bahwa setiap orang bukan pekerja wajib mendaftarkan dirinya dan anggota keluarganya sebagai peserta jaminan kesehatan kepada BPJS Kesehatan dengan membayar iuran.

    Keharusan membayar iuran merupakan bagian dari penerapan prinsip asuransi sosial dan prinsip ekuitas dalam jaminan kesehatan. Pasal 19 ayat (1) UU SJSN menegaskan bahwa jaminan kesehatan diselenggarakan secara nasional berdasarkan prinsip asuransi sosial dan prinsip ekuitas. Lebih lanjut yang dimaksud prinsip asuransi sosial menurut Pasal 1 angka 3 UU SJSN, adalah mekanisme pengumpulan dana yang bersifat wajib yang berasal dari iuran guna memberikan perlindungan atas resiko sosial ekonomi yang menimpa peserta dan/atau anggota keluarganya. Sementara prinsip ekuitas dimaknai bahwa setiap peserta yang membayar iuran akan mendapat pelayanan kesehatan sebanding dengan iuran yang dibayarkan.

    Hal inilah yang menjadi polemik di masyarakat, karena dianggap membebani masyarakat, khususnya bagi masyarakat miskin yang tidak mampu membayar premi secara rutin. Bahkan apabila terlambat membayar premi tersebut, peserta tidak akan diberikan layanan sebagaimana mestinya dan dapat dikenai denda administrative sebesar 2% per bulan dari total iuran yang tertunggak sesuai dengan ketentuan Pasal 17 ayat (4) PP Jaminan Kesehatan. Polemik ini semakin menguat ketika dihadapkan dengan amanat UUD Tahun 1945 bahwa jaminan sosial seperti jaminan kesehatan merupakan suatu tanggung jawab negara tanpa diskriminasi sehingga memungkinkan pengembangan diri secara utuh sebagai manusia yang bermartabat.

  • - 3 -

    JKN dan Aspek PerlindunganKonsumen

    Pelaksanaan JKN pada dasarnya merupakan amanat UU SJSN dan UU No. 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (UU BPJS), dimana jaminan kesehatan adalah jaminan berupa perlindungan kesehatan agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah. Secara sederhana JKN yang dikembangkan oleh pemerintah merupakan bagian dari SJSN yang diselenggarakan dengan menggunakan mekanisme asuransi kesehatan sosial yang bersifat wajib (mandatory) berdasarkan UU SJSN. Oleh karenanya semua penduduk Indonesia wajib menjadi peserta jaminan kesehatan yang dikelola oleh BPJS termasuk orang asing yang telah bekerja paling singkat selama enam bulan di Indonesia dan telah membayar premi.

    UU SJSN secara fundamental telah mengubah kewajiban negara dalam memberikan jaminan kesehatan menjadi kewajiban rakyat. Hak rakyat diubah menjadi kewajiban rakyat. Konsekuensinya, rakyat kehilangan haknya untuk mendapatkan jaminan kesehatan yang seharusnya dipenuhi oleh negara. Hal ini tidak sesuai dengan ketentuan Pasal 28H ayat (3) dan Pasal 34 ayat (2) UUD Tahun 1945 yang mengamanahkan jaminan social, jaminan kesehatan,sebagai hak warga negara yang menjadi kewajiban negara untuk mewujudkannya.

    JKN merupakan pola pembiayaan pra-upaya, artinya pembiayaan kesehatan yang dikeluarkan sebelum atau tidak dalam kondisi sakit. Pola pembiayaan pra-upaya menganut prinsip jumlah besar dan perangkuman risiko. Supaya risiko dapat disebarkan secara luas dan direduksi secara efektif, maka pola pembiayaan ini membutuhkan jumlah besar peserta. Oleh karena itu, dalam pelaksanaannya, jaminan kesehatan nasional mewajibkan seluruh penduduk Indonesia menjadi peserta agar prinsip jumlah besar tersebut dapat dipenuhi. Secara sederhana JKN dapat diartikan mirip dengan model asuransi pada umumnya, yang tujuan dasarnya dengan cara pengalihan resiko, dimana peserta asuransi juga diwajibkan untuk membayar iuran setiap bulan. Hal ini sejalan dengan ketentuan Pasal 2 huruf a UU No. 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian, yang menyatakan bahwa usaha asuransi yaitu jasa keuangan dengan menghimpun

    dana masyarakat melalui pengumpulan premi asuransi memberikan perlindungan kepada anggota masyarakat pemakai jasa asuransi terhadap kemungkinan timbulnya kerugian karena suatu peristiwa yang tidak pasti atau terhadap hidup atau meninggalnya seseorang.

    Besaran premi sendiri berbeda-beda tergantung fasilitas yang dijanjikan oleh perusahaan asuransi komersial. Semakin tinggi iuran (premi) yang dibayarkan maka semakin bagus kelas pelayanan kesehatan yang akan diperoleh peserta. Perbedaannya, kepesertaan asuransi lainnya hanya bersifat sukarela sementara JKN ini bersifat wajib bagi seluruh rakyat Indonesia. Inilah yang dirasakan sangat membebani masyarakat, khususnya bagi masyarakat miskin yang tidak mampu membayar premi bulanan sehingga tidak tertanggung dalam data pengguna BPJS, disamping sanksi administratif berupa denda keterlambatan pembayaran premi. Hal ini tidak sesuai dengan ketentuan Pasal 4 huruf g UU No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (UU Perlindungan Konsumen), dimana konsumen berhak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif.

    Meskipun di dalam ketentuan Pasal 17 ayat (4) UU SJSN, menjelaskan bahwa iuran untuk orang miskin akan dibayar oleh Pemerintah (selanjutnya mereka disebut sebagai Penerima Bantuan Iuran), hak tersebut tidak langsung diberikan kepada rakyat, tetapi dibayarkan kepada pihak ketiga, yakni dalam hal ini BPJS, sehingga realitasnya, karena uang tersebut diambil dari pajak, rakyat diwajibkan membiayai layanan kesehatan diri mereka dan sesama rakyat lainnya. Pendek kata tidak ada yang gratis untuk rakyat. Justru rakyat wajib membayar iuran, baik sakit maupun tidak, dipakai maupun tidak dipakai, mereka tetap harus membayar iuran premi bulanan. Oleh karena itu perlu adanya sosialisasi menyeluruh kepada masyarakat, mengingat kedudukan masyarakat sebagai konsumen pengguna jasa JKN berhak untuk mendapatkan informasi yang benar, jelas, dan jujur sesuai dengan ketentuan Pasal 4 huruf c UU Perlindungan Konsumen.

  • - 4 -

    Penutup Prinsip pemberlakuan JKN hampir

    sama dengan sistem asuransi pada umumnya yang mendasarkan prinsip pengalihan resiko dengan membebankan pembayaran premi (iuran) pada peserta. Pelaksanaan JKN perlu mendapatkan perhatian banyak pihak, perlu adanya sosialisasi kepada masyarakat khususnya terkait ketentuan premi dan klaim pembayaran biaya perawatan kesehatan yang hanya diberlakukan bagi orang yang memiliki kartu JKN. Pemberian informasi secara benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa menjadi suatu bentuk upaya pemenuhan perlindungan konsumen, mengingat masyarakat peserta JKN pada akhirnya adalah pengguna jasa layanan tersebut sehingga patut untuk dilindungi.

    Rujukan1. Undang-Undang Dasar Negara Republik

    Indonesia Tahun 1945.2. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992

    tentang Usaha Perasuransian.3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999

    tentang Perlindungan Konsumen.4. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004

    tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional.5. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011

    tentang Badan Pelaksana Jaminan Sosial.6. Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun

    2013 tentang Jaminan Kesehatan,7. A.Z. Muttaqin, "Mengurai Benang Kusut

    SJSN dan JKN", http://www.arrahmah.com/ news/2014/02/16/ mengurai-benang-kusut-sjsn-dan-jkn.html, diakses tanggal 1 April 2014.

    8. "Implementasi Sistem Jaminan Sosial", http://tutut-rusdy.blogspot.com/2012/07/ implementasi-sistem-jaminan-sosial.html, diakses Selasa 1 April 2014.

    9. "Rakyat Tolak Jaminan Kesehatan", http://hizbut-tahrir.or.id/2014/02/05/hip-purbalingga-edis-4-rakyat-tolak-jaminan-kesehatan-nasional-bpjs/, diakses tanggal 1 April 2014.

    10. "Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) Cara Lain Memalak Rakyat", http://hizbut-tahrir.or.id/2013/12/31/jaminan-k e s e h a t a n - n a s i o n a l - j k n - c a r a - l a i n -memalak-rakyat/, diakses tanggal 2 April 2014.

    11. "Polemik Jaminan Kesehatan Nasional", http://theindonesianinstitute.com/polemik-jaminan-kesehatan-nasional/, diakses tanggal 3 April 2014.

  • - 5 -

    Vol. VI, No. 07/I/P3DI/April/2014HUBUNGAN INTERNASIONAL

    Info Singkat 2009, Pusat Pengkajian, Pengolahan Data dan Informasi (P3DI) Sekretariat Jenderal DPR RIwww.dpr.go.idISSN 2088-2351

    Kajian Singkat terhadap Isu-Isu Terkini

    KASUS SATINAH DAN DIPLOMASI TENAGA KERJA INDONESIA

    Sita Hidriyah*)

    Abstrak

    Satinah binti Jumadi seorang Tenaga Kerja Indonesia (TKI) divonis bersalah oleh pengadilan Arab Saudi dengan dakwaan membunuh majikannya pada tahun 2011 dan terancam hukuman pancung. Pemerintah Indonesia berusaha keras mengupayakan pembatalan hukuman tersebut. Namun sesuai dengan aturan hukum di Arab Saudi, pengampunan dari keluarga korban merupakan kunci yang penting agar Satinah dapat terlepas dari hukuman pancung tersebut.

    PendahuluanPermasalahan TKI masih menjadi

    pekerjaan rumah bagi Pemerintah Indonesia. Kurangnya kesempatan kerja di dalam negeri menjadi daya tarik bagi para TKI untuk bekerja di luar negeri. Tidak jarang para TKI di luar negeri mendapat perlakuan buruk seperti yang dialami Satinah. Ia terancam hukuman pancung di Arab Saudi setelah divonis bersalah oleh pengadilan Arab Saudi karena membunuh dan mencuri uang sebanyak 37.900 riyal milik majikannya. Putusan hukuman mati dengan cara dipancung telah ditetapkan pada tahun 2011 lalu oleh pengadilan di Arab Saudi. Untuk pengampunan Satinah, pihak keluarga korban meminta diyat (denda yang harus dibayar karena melukai atau membunuh sebagai ganti rugi kematian) senilai Rp 21 miliar. Pemerintah

    Indonesia telah mengupayakan sejumlah langkah untuk menyelesaikan permasalahan tersebut.

    Kronologis Kasus SatinahSatinah merupakan satu dari sekitar

    1,4 juta TKI yang bekerja di Arab Saudi. Satinah berangkat ke Arab Saudi menjadi TKI setelah September 2006 mendaftar melalui Perusahaan PT Djamin Harapan Abadi. Ia pun bekerja sebagai pembantu rumah tangga di Arab Saudi. Pada tanggal 18 September 2007 dalam upaya membela diri dari tindakan penganiayaan terhadap dirinya, terjadi insiden pembunuhan terhadap majikannya. Satinah dalam posisi kepala dibenturkan ke tembok, memukul majikannya dengan penggulung roti yang menyebabkan sang majikan meninggal

    *) Peneliti Muda bidang Masalah-masalah Hubungan Internasional pada Pusat Pengkajian, Pengolahan Data dan Informasi (P3DI) Setjen DPR RI. Email: [email protected]

  • - 6 -

    dunia. Satinah kemudian menyerahkan diri ke polisi. Di kantor polisi tersebut, Satinah diberi kesempatan untuk mengabari keluarganya bahwa dirinya tengah didera masalah tanpa mengabarkan apa duduk permasalahannya. Sejak tahun 2007 pihak keluarga tidak pernah lagi mendapat kabar tentang keberadaan dirinya. Baru pada tahun 2008, keluarga baru mendapat kabar bahwa Satinah berada di penjara. Di tahun 2009 Satinah mengabarkan kepada keluarga bahwa dirinya berada di penjara karena dituduh membunuh majikan perempuannya dan sudah menjalani persidangan. Selama dua tahun menjalani proses persidangan, Satinah tidak mendapat pendampingan sama sekali dari pengacara maupun pihak KBRI.

    Pada tanggal 13 Oktober 2009, kakak kandung Satinah mendatangi Direktorat Pelindungan WNI dan Badan Hukum Kementerian Luar Negeri Indonesia Kemenlu)namun laporan tersebut tidak mendapat tanggapan. Selama rentang waktu dua tahun itu, kedua pihak terus berkomunikasi dengan Kemenlu tetapi jawabannya selalu tidak memuaskan. Pada tanggal 26 September 2011, keluarga bersama Migrant Care kembali melapor kepada Kemenlu. Di tahun 2011 dengan ramainya pemberitaan kasus Satinah di media massa, pemerintah mulai memperhatikan permasalahan hukum yang dihadapi Satinah. Pemerintah bergerak cepat membentuk Satgas penanganan TKI yang terancam hukuman mati. Kemenlu mendatangi keluarga Satinah di Semarang, Jawa Tengah dengan tujuan memberikan informasi penanganan kasus Satinah melalui surat pada 13 Oktober 2011. Informasi penting yang disampaikan Kemenlu kepada keluarga Satinah di antaranya pihak pemerintah berupaya melakukan negosiasi dengan keluarga majikan Satinah supaya Satinah bisa terbebas dari hukuman mati.

    Upaya Diplomasi Pemerintah Upaya negosiasi Pemerintah Indonesia

    dengan keluarga majikan Satinah terus dilakukan dalam rangka membebaskan Satinah dari hukuman pancung. Dengan fasilitas dari pemerintah Arab Saudi, keluarga majikan Satinah akhirnya bersedia memaafkan dan meminta diyat sebesar 500 ribu riyal atau sekitar Rp 1,25 miliar. Nilai diyat kemudian berkembang menjadi 7 juta riyal atau sekitar Rp 21 miliar. Pembayaran diyat tersebut sudah tertunda hingga empat kali. Pembayaran diyat terakhir seharusnya dibayarkan pada

    Desember 2012, kemudian diperpanjang hingga Desember 2013, lalu ditunda sampai dengan Februari 2014, dan terakhir menjadi 3 April 2014. Saat ini negosiasi secara total telah memasuki tahap kelima.

    Negara Arab Saudi merupakan salah satu negara yang menegakan syariah Islam secara ketat, termasuk penerapan hukuman pancung terhadap terdakwa pembunuhan dan amputasi anggota tubuh bagi pelaku pencurian. Hal ini merupakan bagian dari penerapan hukum Qisas yang berarti pembalasan (memberi hukuman yang setimpal). Dalam kasus pembunuhan, hukum qisas memberikan hak kepada keluarga korban untuk meminta hukuman mati untuk pelaku pembunuhan. Namun demikian, hukuman ini dapat digugurkan selama korban dan keluarga atau walinya memaafkan pelaku. Keluarga korban dapat meminta diyat atau denda sejumlah barang atau uang sebagai pengganti hukum qisas karena telah memberikan ampunan kepada pelaku pembunuhan. Penerapan hukuman mati yang berlaku di Arab Saudi diberlakukan untuk seorang pembunuh, pemerkosa, penyelundup narkoba, perampokan bersenjata dan pengguna narkoba. Di tahun 2011 sampai dengan 2012, Pemerintah Arab Saudi telah melakukan eksekusi terhadap 82 orang pelaku kejahatan baik pembunuhan maupun pencurian. Sementara pada tahun 2013, Arab Saudi telah mengeksekusi 47 pelaku kejahatan pembunuhan.

    Satinah bukan merupakan TKI pertama yang mendapatkan vonis hukuman pancung di Arab Saudi. Sebelum Satinah, di tahun 2011 lalu Darsem binti Dawud terbebas dari hukuman pancung setelah pemerintah membayar diyat sebesar Rp 4,7 miliar sebagai kompensasi dari hukuman yang diterimanya. Pada tahun 2010 TKI Ruyati harus menjalani hukuman pancung karena keluarga korban pembunuhannya menolak pembayaran memberikan ampunan. Pengampunan dari pihak keluarga merupakan kunci penting agar TKI atau WNI kita di sana dapat bebas dari hukuman mati. Di luar Arab Saudi pemerintah juga berhasil membebaskan Wilfrida Soik, TKI di Malaysia dari hukuman mati berdasarkan sidang Hakim Mahkamah Tinggi Kotabharu, Kelantan.

    Pemerintah Indonesia secara resmi telah mengirimkan surat permohonan penundaan pembayaran diyat TKI Satinah yang jatuh tanggal 3 April 2014. Selain berkirim surat, pemerintah juga mengirimkan tim dari Kemenlu untuk melobi keluarga agar bersedia menerima perpanjangan tenggang waktu

  • - 7 -

    pembayaran diyat. Tim ini juga ditugaskan melobi para tokoh masyarakat maupun pemerintah di Arab Saudi. Tim ini berupaya kembali mendekati pihak keluarga, mendekati para tokoh-tokoh masyarakat di Arab Saudi, juga aparat pemerintah untuk melobi serta melakukan upaya-upaya koordinasi agar eksekusi pembayaran diyat paling tidak bisa ditunda. Terkait besaran diyat yang dinilai tinggi Rp 25-26 miliar, sudah ada kesepakatan antara Pemerintah Indonesia dengan Arab Saudi. Namun, tim Kemenlu dari Indonesia juga diminta melakukan koordinasi terkait skema besaran diyat ini kepada Saudi sehingga ada skema baru yang disepakati antara Indonesia dengan Saudi terkait diyat ini.

    Menkopolhukam Djoko Suyanto menerangkan bahwa pemerintah Indonesia telah menyepakati apa yang menjadi tuntutan keluarga korban. Pemerintah Indonesia akhirnya menyanggupi pembayaran diyat Satinah kepada keluarga korban sebesar 7 juta riyal atau sekitar Rp 21 milyar. Tim Pemerintah Indonesia yang dipimpin mantan Menteri Agama yang juga mantan Ketua Satgas TKI Maftuh Basyuni berhasil menyelamatkan Satinah dari hukuman pancung di Arab Saudi. Pembayaran dilakukan pada Kamis 3 April 2014 di hadapan Gubernur Provinsi Gasim. Sebanyak 5 juta riyal langsung didepositokan di pengadilan setempat. Sisanya akan dibayarkan di kemudian hari. Uang diyat tersebut di antaranya 3 juta riyal berasal dari APBN, sedangkan sisanya berasal dari donatur di Indonesia, Arab Saudi, dan asosiasi pengerah tenaga kerja. Selanjutnya pemerintah berencana melakukan sejumlah upaya perbaikan dalam permasalahan TKI, di antaranya membentuk badan yang dapat menggalang dana dan memberi kesempatan bagi masyarakat apabila ingin menyumbang pembayaran diyat agar lebih terkontrol.

    Masyarakat Indonesia umumnya menyambut baik atas upaya pembebasan Satinah dari ancaman hukuman mati. Namun hal yang disesalkan adalah munculnya fenomena euforia aksi pembebasan Satinah yang semakin besar, sehingga dikhawatirkan jika nilai diyat akan dinaikan kembali oleh keluarga korban. Euforia juga dikhawatirkan dapat menimbulkan adanya intervensi-intervensi yang akan mempersulit pembebasan Satinah ditengah hubungan bilateral Indonesia dan Arab Saudi yang kondusif.

    Penutup Kasus TKI Satinah yang divonis hukuman

    mati di Arab Saudi menjadi pelajaran untuk WNI yang bekerja atau bertugas di luar negeri, agar berhati-hati dan mematuhi hukum yang berlaku di negara tersebut. Hal ini menjadi pembelajaran bagi semua khususnya bagi TKI, baik dalam tugas atau pekerjaan lainnya. Setiap WNI harus mematuhi hukum baik yang berlaku di negara kita atau negara lain. Karena apabila ada satu hal yang melanggar hukum dan diputuskan dalam hukum tetap maka menjadi suatu hal yang sulit dihindari.

    DPR mendesak pemerintah melalui Kemenlu untuk lebih pro-aktif menyelesaikan permasalahan TKI di masa mendatang. Perlu ada perubahan persepsi yang selama ini terbentuk bahwa hanya Indonesia yang membutuhkan Arab Saudi. Padahal, 15 persen penghasilan Saudi diperoleh dari jemaah haji dan umroh asal Indonesia. Kasus Satinah menunjukan masih belum maksimalnya pengawasan KBRI terhadap nasib dan permasalahan yang dihadapi TKI di luar negeri. Diplomasi Indonesia mengenai TKI perlu dilakukan secara lebih maksimal. Indonesia perlu meningkatkan kemampuan diplomasi dalam masalah TKI sehingga memiliki posisi tawar yang kuat dengan pemerintah negara tempat tujuan para TKI. Diplomasi tenaga kerja yang tangguh dapat menjadi faktor penekan ketika berunding mendesak perlakuan yang adil di negara tujuan, maupun ketika bernegosiasi memperjuangkan TKI yang bermasalah. Pemerintah Indonesia harus mampu mendesak kesepakatan yang dapat menjamin keberadaan serta keselamatan TKI di luar negeri. Misalnya dengan mendorong diberlakukan hukuman di tanah air bagi para TKI yang melakukan tindak kriminal di luar negeri.

    DPR harus mendesak pemerintah untuk juga melakukan sosialisasi masalah hukum di negara tujuan agar para TKI mampu terhindar dari masalah hukum. Pembekalan masalah hukum dan pendampingan bagi TKI yang terjerat masalah hukum di negara tujuan harus segera ditingkatkan. DPR juga harus mendesak pemerintah untuk segera membuat badan atau mekanisme kerja yang cepat dan tepat dalam penggalangan bantuan masyarakat untuk kepentingan diyat. Selain itu, tantangan yang harus disikapi pemerintah adalah upaya nyata dalam mengelola pembangunan ekonomi nasional yang dapat menciptakan lapangan kerja sehingga mengurangi daya dorong bagi warga negara sebagai TKI.

  • - 8 -

    Rujukan 1. Keluarga Majikan Satinah Bersedia

    Terima Diyat 5 Juta Riyal, Republika, 29 Maret 2014.

    2. Keluarga Satinah: Kami Masih Menunggu Kabar Kemenlu, Kompas, 3 April 2014.

    3. SBY Urged to Save Satinah, The Jakarta Post, 27 Maret 2014.

    4. Keluarga Satinah Bersyukur Denda Dikurangi, http://www.tempo.co/read/news/2014/03/31/058566651/Keluarga-Satinah-Bersyukur-Denda-Dikurangi, diakses tanggal 3 April 2014.

    5. Government Upbeat $1.88m diyat Can Save Satinah, The Jakarta Post, 4 April 2014.

    6. Diyat Satinah Dibayar Rp 21 Miliar, Media Indonesia, 4 April 2014.

    7. Kasus TKI Satinah Menjadi Pelajaran Penting, http://rri.co.id/index.php/b e r i t a / 9 5 2 8 0 / K a s u s - T K I - S a t i n a h -Menjadi-Pelajaran-Penting, diakses tanggal 4 April 2014.

    8. Pemerintah Sepakat Bayar Diyat, http://www.indopos.co.id/2014/04/pemerintah-sepakat-bayar-diyat.html, diakses tanggal 4 April 2014.

    9. Negosiasi Diyat Satinah Alot, Media Indonesia, 3 April 2014.

  • - 9 -

    Vol. VI, No. 07/I/P3DI/April/2014KESEJAHTERAAN SOSIAL

    Info Singkat 2009, Pusat Pengkajian, Pengolahan Data dan Informasi (P3DI) Sekretariat Jenderal DPR RIwww.dpr.go.idISSN 2088-2351

    Kajian Singkat terhadap Isu-Isu Terkini

    UJIAN NASIONAL TAHUN 2014Yulia Indahri*)

    Abstrak

    Ujian Nasional (UN) kembali dilaksanakan di tahun 2014 ini. UN yang bertujuan memetakan kompetensi siswa dari tiap daerah di Indonesia semoga saja kali ini tidak mengundang kontroversi. Isu-isu seperti kebocoran, kecurangan, dan ketidakadilan masih kerap terjadi pada UN terdahulu. Salah satu wacana yang muncul dalam rangka meningkatkan kualitas penyelenggaraan UN adalah dengan menjadikan UN terintegrasi dengan perguruan tinggi walaupun belum menjadi syarat masuk ke perguruan tinggi.

    PendahuluanTahun ini Kementerian Pendidikan

    dan Kebudayaan (Kemendikbud) kembali menggelar Ujian Nasional (UN). UN bertujuan mengetahui pencapaian standar nasional pendidikan dan memetakan kompetensi siswa dari tiap daerah di Indonesia dengan komposisi yang sama seperti tahun sebelumnya, yaitu 60 persen nilai UN berbanding 40 persen nilai sekolah.

    UN tahun 2014 ini akan diikuti oleh 6.939.605 siswa yang terbagi dalam tingkat SMP/MTs dan SMPLB, SMA/MA dan SMALB, SMK/MAK, Paket B/Wustha, serta Paket C, seperti terlihat pada Tabel 1. Jadwal UN untuk tingkat SMA/MA, SMK/MAK, dan SMALB dilaksanakan pada 14-16 April 2014.

    Tabel 1. Siswa Peserta Ujian Nasional 2014

    No Tingkat Jumlah1. SMP/MTs dan SMPLB 3.779.3592. SMA/MA dan SMALB 1.644.3523. SMK/MAK 1.184.7444. Paket B/Wustha 128.6235. Paket C 202.527

    Total 6.939.605Sumber: Kompas, 13 Maret 2014.

    Sedangkan untuk UN SMP, MTs, dan SMPLB dilaksanakan pada tanggal 5-8 Mei 2014. Jadwal selengkapnya dapat dilihat dalam Tabel 2.

    *) Peneliti Muda Studi Masyarakat dan Sosiologi Perkotaan pada Pusat Pengkajian Pengolahan Data dan Informasi (P3DI) Setjen DPR RI, Email: [email protected].

  • - 10 -

    Tabel 2. Jadwal Ujian Nasional Tahun 2013/2014

    Tingkat Pelaksanaan Ket.SMA/MA, SMK/MAK, dan SMALB

    1416 Apr 20142224 Apr 2014 susulan

    Program Paket C(IPA/IPS/Kejuruan)

    1416 Apr 2014 Periode I1922 Agt 2014 Periode II

    SMP, MTs, dan SMPLB

    58 Mei 20141216 Mei 2014 susulan

    Paket B/Wustha 57 Mei 2014 Periode I1921 Agustus 2014 Periode II

    Sumber: Kompas, 3 Maret 2014.

    Sebagai salah satu kegiatan evaluasi tingkat nasional, UN dilaksanakan untuk menentukan kelulusan sebelum melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Kriteria kelulusan siswa peserta UN tahun ini masih sama dengan tahun sebelumnya, yaitu: pertama, siswa harus menyelesaikan seluruh program pembelajaran; kedua, siswa memperoleh nilai minimal baik pada penilaian akhir untuk seluruh mata pelajaran; ketiga, siswa lulus Ujian Sekolah/Madrasah/Pendidikan Keseteraan (S/M/PK); dan terakhir, siswa lulus UN.

    UN dimulai sejak tahun 2005 dengan berlandaskan pada beberapa peraturan perundang-undangan. Pertama, Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 58 ayat (2), yang menyatakan bahwa Evaluasi peserta didik, satuan pendidikan, dan program pendidikan dilakukan oleh lembaga mandiri secara berkala, menyeluruh, transparan, dan sistemik untuk menilai pencapaian standar nasional. Kedua, Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Pasal 63 ayat (1), Pasal 66 ayat (1) dan ayat (2), Pasal 66 ayat (3), Pasal 68, Pasal 69 ayat (1), (2), dan (3) yang mengatur pelaksanaan evaluasi belajar secara komprehensif, objektif, dan terstandar. Ketiga, Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 59 Tahun 2013 tentang Kriteria Kelulusan Peserta Didik dari Satuan Pendidikan dan Penyelenggaraan Ujian Sekolah/Madrasah/Pendidikan Kesetaraan dan UN. Sebagai sebuah peristiwa penting dalam lingkup nasional, tidak berlebihan jika pelaksanaan UN tahun ini telah mendapatkan anggaran sebesar 545 miliar rupiah.

    UN dan Pemetaan SiswaAnalisis terhadap hasil UN, melalui

    enam mata pelajaran (bidang studi) di

    masing-masing jurusan, diharapkan dapat menggambarkan mata pelajaran apa saja yang unggul dikuasai oleh siswa. Sehingga turut pula diketahui mata pelajaran apa saja yang perlu ditingkatkan mutunya dan mata pelajaran apa saja yang telah sesuai standar atau bahkan melebihi standar. Data tersebut juga dapat memberikan gambaran tingkat kompetensi siswa secara nasional per mata pelajaran.

    Pemetaan kompetensi kemampuan dilakukan melalui soal-soal UN yang menggabungkan berbagai unsur suatu pelajaran. Misalnya soal matematika meliputi soal geometri, logika, dan aljabar. Dari nilai rata-rata ujian tersebut dapat diketahui unsur mana yang belum dikuasai peserta didik.

    Langkah selanjutnya dari pemetaan siswa adalah pemetaan per sekolah hingga per wilayah. Akhirnya akan diketahui wilayah mana saja yang memerlukan pembinaan mutu pendidikan, baik dari sisi tenaga pengajar maupun sarana dan prasarana sekolah. Pada gilirannya peningkatan mutu pendidikan akan lebih terencana dengan baik karena telah dilakukan pemetaan kondisi.

    Selain analisis secara deduktif dari penyelenggaraan UN yang dilakukan Pemerintah, ada juga usulan agar UN dijadikan akhir dari upaya penyetaraan kualitas pendidikan yang diterima para siswa peserta UN. Namun prasyarat yang harus dipenuhi terlebih dahulu adalah perbaikan kualitas pendidikan di Indonesia secara intensif. Evaluasi mutu pendidikan dimulai pada tingkat lokal oleh pihak sekolah dan mengerucut sampai pada tingkat nasional. Simulasi-simulasi ujian dapat dilakukan di daerah-daerah dengan memulai dari standar soal paling mudah sampai pada standar nasional. Dari hasil evaluasi tersebut barulah kualitas pendidikan di Indonesia dapat dipetakan untuk kemudian ditetapkan sebagai standar nasional kualitas pendidikan yang disosialisasikan secara intensif ke seluruh sekolah di Indonesia.

    Upaya Perbaikan PelaksanaanBerbagai perbaikan terus dilakukan

    berdasarkan evaluasi selama sembilan tahun pelaksanaan UN. Salah satu perubahan mendasar yang menyertai penyelenggaraan UN sebagai faktor penentu kelulusan adalah komposisi nilai sekolah. Sebelumnya, nilai akhir untuk menentukan kelulusan, selain nilai UN, nilai sekolah menggunakan komposisi 60 persen nilai rata-rata rapor, dan 40 persen nilai ujian sekolah. Untuk tahun 2014 ini, nilai sekolah terdiri dari 70 persen nilai rata-rata rapor dan 30 persen nilai ujian sekolah.

  • - 11 -

    Artinya, faktor kelulusan tidak sepenuhnya berdasarkan hasil UN, melainkan nilai harian siswa.

    Pada tahun-tahun mendatang akan terus diupayakan agar nilai ujian sekolah maupun nilai UN memiliki komposisi yang sama dalam menentukan kelulusan siswa. Peningkatan persentase nilai sekolah akan berdampak baik untuk mengantisipasi pihak sekolah yang berupaya melakukan manipulasi nilai ujian sekolah. Rapor dapat lebih menunjukkan kemampuan siswa karena merupakan hasil penilaian berkelanjutan dari kelas I s.d. III. Sementara nilai ujian sekolah diperoleh berdasarkan penilaian saat melakukan ujian tersebut.

    Sebagai rintisan dari wacana beberapa tahun sebelumnya, UN tahun ini untuk tingkat SMA/MA diusahakan terintegrasi dengan perguruan tinggi. Keterlibatan perguruan tinggi dimulai dari sumbang saran untuk komposisi soal di dalam naskah ujian, pengawasan proses pencetakan naskah, hingga pengawasan pada pelaksanaan UN. Sebanyak 25 persen naskah soal UN hampir mirip dengan naskah soal masuk perguruan tinggi. Jika siswa mampu mengerjakan soal yang hampir mirip tersebut, siswa diharapkan dapat masuk universitas negeri yang diiharapkan. Nantinya, hasil UN juga dapat menjadi bahan pertimbangan untuk seleksi masuk perguruan tinggi negeri.

    Pencetakan Naskah UNPada tahun 2013, lembaga bantuan

    hukum (LBH) Jakarta mencatat 11 kekacauan besar terjadi pada penyelenggaraan UN untuk jenjang SMA. Kekacauan tersebut meliputi penundaan ujian nasional di 11 provinsi, keterlambatan paket soal, kekurangan lembar soal dan lembar jawaban, paket mata pelajaran tertukar, mutu kertas yang buruk, soal ujian nasional tercecer, tidak bisa mengikuti karena berhadapan dengan hukum, sekolah tidak kebagian soal dan lembar jawaban, materi ujian tak sesuai jadwal, problem UN untuk siswa berkebutuhan khusus, serta pengiriman soal salah daerah. Dapat dikatakan permasalahan di atas mayoritas bersumber dari permasalahan seputar naskah UN, mulai dari pencetakan, pendistribusian, sampai penggunaan.

    Salah satu permasalahan yang terus menjadi sorotan selama beberapa tahun belakangan adalah kecurangan yang dilakukan siswa, kepala sekolah, bahkan guru. Tahun sebelumnya, dengan 20 paket soal, ditemukan juga kunci jawaban yang sudah beredar sebelum UN berlangsung dengan jumlah yang sama. Beralasan jika tahun ini muncul

    kekhawatiran dengan 160 paket soal akan ada 160 paket jawaban yang bocor sebelum waktu pelaksanaan.

    Oleh karena itu untuk tahun 2014, Kemendikbud berupaya keras mengantisipasi permasalahan naskah UN dengan menyelesaikan pencetakan naskah UN SMA jauh-jauh hari sebelumnya, yaitu pada 22 Maret 2014. Waktu untuk mencetak naskah UN diperpanjang, dari sebelumnya hanya tiga minggu menjadi empat minggu. Jadwal waktu mulai mencetak juga dimajukan satu minggu lebih awal.

    Pengawasan secara online selama proses pencetakan juga dilakukan melalui aplikasi yang ada di telepon genggam pejabat Kemendikbud. Aplikasi tersebut menampilkan jumlah naskah UN yang telah dicetak setiap hari untuk memenuhi kebetuhan naskah siswa di 34 provinsi di Indonesia. Pemanfaatan teknologi tersebut dapat mengurangi gelar inspeksi mendadak (sidak) yang sebelumnya dilakukan untuk memantau jalannya proses pencetakan naskah UN.

    Pencetakan naskah UN dilakukan oleh lima percetakan yang diberi mandat. Kelima percetakan itu merupakan pemenang lelang yang digelar Kemendikbud. Kelimanya berlokasi di Bogor, Bandung, Semarang, Surabaya, dan Sidoarjo. Mereka mendistribusikan naskah soal ke seluruh provinsi di Indonesia yang dibagi menjadi delapan regional seperti terlihat pada Tabel 3.

    Tabel 3. Pembagian Regional Lokasi UN Reg. Provinsi

    I Sumatera Utara, Aceh, Riau, Kepulauan Riau, dan Sumatera Barat.

    II Sumatera Selatan, Bangka Belitung, Lampung, dan Bengkulu.

    III DKI, Banten, Kalbar, Jambi, Kalimantan Tengah, Papua, Papua Barat, Maluku Utara, dan Maluku.

    IV Jawa BaratV Jawa Tengah dan YogyakartaVI Jawa Timur Kalimantan Selatan, Kalimantan

    Timur, dan Kalimantan Utara.VII Bali, NTT dan NTBVIII Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, Sulawesi

    Tenggara, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, dan Gorontalo.

    Sumber: Kompas, 15 Maret 2014.

    Lima percetakan dengan delapan regional yang tergabung dalam pencetakan naskah UN menyebabkan paket soal UN 2014 menjadi berjumlah 160 paket. Perhitungannya adalah

  • - 12 -

    setiap regional menyiapkan 20 paket, dengan paket-paket soal yang tidak sama antara satu regional dengan regional lain. Angka yang cukup besar jika dibandingkan dengan tahun 2013 yang hanya berjumlah 20 paket soal UN atau tahun 2012 yang hanya lima paket.

    Jadwal telah disusun untuk pendistribusian mulai dari tanggal 23 Maret dan sampai ke ibu kota provinsi pada 30 Maret s.d. 1 April 2014. Sejak 1 s.d. 12 April, semua soal UN sudah berada di ibukota propinsi untuk kemudian disalurkan ke kabupaten/kota. Selama berada di ibukota propinsi, naskah UN disimpan di gudang yang dikawal oleh perguruan tinggi, LPMP, Dinas Pendidikan, dan Kepolisian. Dipastikan pada 14 April, semua naskah UN telah sampai ke masing-masing SMA, SMK, dan Madrasah Aliyah. Sedangkan untuk SMP, naskah saat ini masih dalam proses pencetakan. Paling lambat 15 April naskah UN SMP sederajat mulai dikirimkan ke provinsi, untuk kemudian disalurkan juga ke kabupaten/kota.

    Ujian Sekolah/Madrasah tingkatSekolah Dasar

    Seperti dijanjikan oleh Kemendikbud pada tahun lalu, maka untuk tahun ini tidak ada lagi UN untuk siswa Sekolah Dasar (SD). Akan tetapi, dalam upaya evaluasi, Ujian Sekolah/Madrasah (USM) tetap diselenggarakan sebagai tolok ukur untuk dapat menempuh jenjang berikutnya, yakni SMP. Jika nilai USM yang diperoleh rendah, maka siswa tidak dapat masuk ke sekolah favorit yang dituju.

    Perbedaan antara UN SD dengan USM adalah UN SD dibuat dengan dikoordinasikan oleh pemerintah secara nasional sedangkan USM dikoordinasikan oleh provinsi. Namun, kisi-kisi soal masih didesain secara nasional. Kelulusan siswa akan diserahkan sepenuhnya kepada tingkat satuan pendidikan, dalam hal ini adalah pihak sekolah. Pemerintah pusat akan menitip 25 persen soal pada masing-masing tiga mata pelajaran, yakni Bahasa Indonesia, Matematika dan Sains. Alokasi tersebut diperlukan untuk memetakan kompetensi lulusan SD secara nasional.

    Tidak lagi dilaksanakannya UN SD sebenarnya terkait dengan pendidikan dasar sembilan tahun yang dicanangkan pemerintah. SD dan SMP merupakan satu kesatuan pendidikan yang berkesinambungan, yaitu pendidikan dasar. Pelaksanaan USM juga merupakan pengalihfungsian UN SD. Walaupun berbeda pembuatan, fungsi USM masih tetap sama dengan UN.

    PenutupPro-kontra penyelenggaraan UN patut

    dihargai. Namun, sangat disayangkan ketika penyelenggaraan UN ditarik keluar dari upaya untuk mengetahui hasil penyelenggaraan pendidikan secara nasional. UN tetap diperlukan untuk mengukur kompetensi siswa pada akhir masa belajar di satuan pendidikan berdasarkan standar nasional. Kesadaran bersama inilah yang diperlukan agar mutu pendidikan tidak menjadi korban.

    Peran DPR-RI melalui Komisi X tetap diperlukan apalagi hingga saat ini Panitia Kerja UN Komisi X masih tetap aktif mengawasi jalannya perencanaan UN. Penerapan sanksi baik administratif, hukum, dan sosial perlu diberlakukan bagi siswa, oknum, dan penyelenggara yang melakukan pelanggaran dalam pelaksanaan UN. DPR-RI melalui Komisi X harus terus mengawal penyelenggaraan evaluasi tingkat nasional ini. Seperti pada tahun-tahun sebelumnya, semoga kali ini DPR-RI masih berkesempatan untuk melakukan pengawasan langsung ke lapangan pada saat UN berlangsung. Rujukan:1. Bagaimana Siswa Bisa Lulus? Ini

    Kriterianya!, http://edukasi.kompas.com/read/2014/03/15/1236564/, diakses 7 April 2014.

    2. Balitbang: Pencetakan Naskah UN Bisa Dimonitor secara "Online", http://edukasi.kompas.com/read/2014/03/15/1141423/, diakses 7 April 2014.

    3. Mendorong UN yang Jujur, http://edukasi.kompas.com/read/2014/03/14/0951191/, diakses 7 April 2014.

    4. Panitia UN 2014 Siapkan 160 Paket Soal, http://kampus.okezone.com/read/2014/02/19/560/943258/, diakses 9 April 2014.

    5. Semua Soal Ujian Nasional Sudah Tercetak, http://kampus.okezone.com/read/2014/03/22/560/959266/, diakses 9 April 2014.

    6. Tahun Ini, Ujian Nasional Diikuti 6.939.605 Pelajar, http://edukasi.kompas.com/read/2014/03/13/1510185/, diakses 9 April 2014.

    7. Tak Ada Ujian Nasional untuk Siswa SD, Ini Penggantinya!, http://edukasi.kompas.com/read/2014/03/15/0959086/, diakses 7 April 2014.

    8. UN Terintegrasi dengan Seleksi Perguruan Tinggi, http://edukasi.kompas.com/read/2014/03/15/1226131/, diakses 7 April 2014.

  • - 13 -

    Vol. VI, No. 07/I/P3DI/April/2014EKONOMI DAN KEBIJAKAN PUBLIK

    Info Singkat 2009, Pusat Pengkajian, Pengolahan Data dan Informasi (P3DI) Sekretariat Jenderal DPR RIwww.dpr.go.idISSN 2088-2351

    Kajian Singkat terhadap Isu-Isu Terkini

    FLUKTUASI NERACAPERDAGANGAN

    Dewi Restu Mangeswuri*)

    Abstrak

    Laporan BPS mengenai surplus neraca perdagangan bulan Februari 2014 telah memicu sentimen positif terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2014, setelah sebelumnya mengalami defisit yang cukup besar. Surplus neraca ini terutama dipengaruhi oleh meningkatnya surplus neraca perdagangan nonmigas, menurunnya defisit neraca perdagangan migas, serta penguatan nilai rupiah. BI optimis surplus ini akan berlanjut meskipun sebagian pihak menilai hal ini hanya belangsung jangka pendek. Indonesia membutuhkan surplus yang berkelanjutan (sustainable) dan karena itulah kiranya perlu dilakukan reformasi ekonomi secara struktural. Di samping itu, ekonomi nasional juga memerlukan perbaikan daya saing melalui peningkatan produktifitas, perbaikan infrastruktur dan sejumlah aspek lainnya.

    PendahuluanBank Indonesia optimistis neraca

    perdagangan Indonesia (NPI) selama tahun 2014 akan positif. Hal ini menanggapi laporan Badan Pusat Statistik pada tanggal 1 April 2014 bahwa NPI surplus sebesar 0,79 miliar dolar AS pada bulan Februari 2014. Sebelumnya pada bulan Januari NPI mencatat defisit sebesar 0,45 miliar dolar AS. Surplus ini juga berlanjut ke bulan Maret sesuai dengan prediksi BI. Ke depan, neraca perdagangan diharapkan terus positif sejalan dengan pemulihan perekonomian global dan kenaikan harga komoditas ekspor. Berita surplus perdagangan tersebut memicu sentimen positif di pasar modal dan pasar valas. Pada tanggal 1 April 2014, IHSG di BEI mengalami kenaikan 105,65 poin atau 2,2 persen ke level 4.873,93,

    sedangkan rupiah di pasar spot menguat dari Rp11.345 ke level Rp11.299 per dolar AS. Dengan perkembangan ini, menurut Direktur Departemen Komunikasi BI Peter Jacobs, Bank Indonesia berkeyakinan bahwa defisit transaksi berjalan secara keseluruhan pada tahun 2014 dapat ditekan di bawah 3 persen dari produk domestik bruto (PDB).

    Selama tahun 2013 NPI mengalami tekanan yang cukup berat. Tekanan yang selama ini terjadi bukan hanya akibat impor migas tetapi juga karena pertumbuhan cepat kelas menengah yang memicu permintaan cukup tinggi. Lonjakan permintaan produk konsumtif tentu tidak dapat dipenuhi oleh produksi dalam negeri sehingga mau tidak mau harus diimpor. Oleh karena itu, tidak mengherankan bila impor produk barang konsumsi juga tinggi.

    *) Peneliti Muda bidang Ekonomi Kebijakan Publik pada Pusat Pengkajian, Pengolahan Data dan Informasi (P3DI) Setjen DPR RI.Email: [email protected].

  • - 14 -

    Walaupun ancaman tersebut cukup mengkhawatirkan, perkiraan dan analisis BI menyatakan bahwa neraca perdagangan Februari yang mengalami surplus cukup besar, sekitar 700 juta dolar AS bakal berlanjut pada Maret. Surplus neraca perdagangan pada Februari 2014 dipengaruhi oleh meningkatnya surplus neraca perdagangan nonmigas. Ekspor nonmigas mulai membaik, di mana penurunannya di bulan Februari 2014 tercatat hanya sebesar 0,5 persen mark to market (mtm) jauh lebih rendah dibanding penurunan pada Januari 2014 yang sebesar 11,60 persen mtm. Perbaikan ekspor nonmigas pada Februari 2014 terutama dipengaruhi ekspor komoditas minyak nabati dan batubara yang kembali mengalami pertumbuhan positif masing-masing sebesar 26,1 persen mtm dan 2,1 persen mtm, sedangkan ekspor produk karet, mesin dan peralatan mekanik, serta produk kimia menurun.

    Fluktuasi Neraca Perdagangan Neraca Perdagangan (balance of trade)

    adalah selisih antara nilai ekspor dengan nilai impor. Defisit neraca perdagangan akan berpengaruh besar terhadap defisit neraca berjalan seperti yang terjadi pada perkonomian Indonesia belakangan ini. Defisit neraca berjalan mengindikasikan adanya ketidakseimbangan eksternal, dan apabila jumlahnya terlalu besar dan berlangsung terus-menerus akan mengakibatkan terjadinya currency crisis. Currency crisis yang berdampak pada penurunan tajam nilai mata uang domestik (depresiasi yang hebat) akan berdampak pada krisis ekonomi secara keseluruhan. Sementara itu, penurunan nilai mata uang domestik akan memperberat beban pembayaran utang luar negeri yang berdenomisasi mata uang asing.

    pemberlakukan undang-undang pelarangan ekspor mineral dan batu bara mentah. Pada Februari 2014, kembali mengalami surplus, hal ini tentunya akan memberikan dampak positif bagi upaya penurunan defisit transaksi berjalan ke level yang lebih sehat. Sebagaimana diketahui bahwa per kuartal IV-2013, defisit transaksi berjalan Indonesia tercatat 4,02 miliar dolar AS atau 1,98 persen dari PDB, sedangkan, akumulasi defisit sepanjang tahun 2013 mencapai 28,3 miliar dolar AS atau 3,26 persen dari PDB.

    Surplus neraca perdagangan pada Februari 2014 dipengaruhi oleh beberapa hal. Pertama, meningkatnya surplus neraca perdagangan nonmigas. Naiknya harga beberapa komoditi ekspor unggulan mengakibatkan keuntungan bagi Indonesia. Peningkatan terbesar ekspor nonmigas Februari 2014 terhadap Januari 2014 terjadi pada lemak dan minyak hewan/nabati sebesar 375,4 juta dolar AS (26,10 persen), sedangkan penurunan terbesar terjadi pada mesin-mesin/pesawat mekanik sebesar 146,4 juta dolar AS (24,39 persen). Terdapat dua komoditas utama yang meningkat baik dari harga jual maupun permintaan, yakni coklat dan minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO). Sedangkan komoditas yang mengalami penurunan adalah karet, emas, aluminium, kedelai, gandum, daging, gula dan lain sebagainya. Penguatan rupiah juga mempengaruhi peningkatan nilai ekspor.

    Kedua, turunnya angka defisit neraca perdagangan migas. Defisit neraca perdagangan migas turun dari 1,05 miliar dolar AS pada Januari 2014 menjadi 0,80 miliar dolar AS pada Februari 2014. Perkembangan ini terutama dipengaruhi ekspor migas yang tumbuh 6,34 persen mtm karena kenaikan lifting minyak pada Februari 2014 yang mencapai 838 ribu barel per hari. Sementara itu, impor migas turun 2,61 persen mtm, dipengaruhi oleh turunnya impor hasil minyak sebesar 11,56 persen mtm pada Februari 2014.

    Ketiga, Pengaruh penguatan rupiah terutama terhadap dolar yang terbukti berpengaruh cukup signifikan terhadap neraca perdagangan. Bagaimana pun, pengaruh penguatan ini sifatnya hanya jangka pendek karena mekanisme pasar eksternal.

    Sebagian pihak menyatakan bahwa surplus yang dialami Indonesia ini sifat hanya jangka pendek sekitar satu sampai dua tahun. Indonesia membutuhkan surplus yang berkelanjutan bukan yang terjadi akibat fluktuasi harga dan kurs mata uang. Hal ini menguatkan penilaian bahwa kebijakan yang

    Grafik 1. Neraca perdagangan (US$ Miliar)

    sumber: diolah dari data BPS

    Pada kwartal IV tahun 2013, NPI mengalami surplus, dan pada Januari 2014 kembali defisit. Defisit ini ditenggarai terjadi akibat tren musiman awal tahun dan

  • - 15 -

    diambil pemerintah dan BI belum cukup untuk mendorong ekspor dan membendung import.

    Penyebab utama defisit yang selama ini terjadi adalah meningkatnya jumlah konsumsi terutama konsumsi bahan bakar minyak (BBM) yang tidak didukung oleh penguatan produktifitas dan infrastruktur. Nilai impor BBM dan gas terus meningkat. Surplus ekspor nonmigas tidak lagi mampu menutupi defisit migas yang terus meningkat tersebut. Hal ini diperburuk lagi oleh pemberlakuan kebijakan larangan ekspor mineral dan tambang mentah, yang secara signifikan telah mengurangi pendapatan devisa dari sektor tersebut. Selain itu, tekanan terhadap defisit transaksi berjalan juga bersumber dari neraca jasa yang selalu defisit. Oleh karena itu, pemerintah harus mampu meningkatkan kapasitas di dalam negeri, khususnya reasuransi dan jasa transportasi kapal yang selama ini harus dibayar ke perusahaan luar negeri.

    Faktor-faktor yang mempengaruhi keseimbangan neraca berjalan tidak cukup hanya dicermati melalui posisi anggaran dari pihak-pihak pelaku ekonomi saja melainkan perlu dicermati pula berdasarkan faktor-faktor lain seperti laju pertumbuhan hutang luar negeri, pertumbuhan ekonomi domestik, pertumbuhan ekonomi luar negeri, laju inflasi, kurs mata uang dan lain sebagainya. Dengan mengetahui hubungan dan pengaruh faktor-faktor penentu neraca berjalan dapat diambil langkah-langkah kebijakan untuk mencapai keseimbangan eksternal.

    Upaya Menekan Defisit Neraca Perdagangan

    Pemerintah sedang berupaya keras agar defisit transaksi berjalan bisa mencapai level 2,5 persen dari PDB pada akhir 2014. Surplus pada Februari 2014 masih dipengaruhi oleh fluktuasi harga komoditas. Fundamen industri yang lebih kuat diperlukan supaya surplus bisa berlanjut dan tidak terlalu terpengaruh oleh harga global. Indonesia harus mengubah pola produksi dan konsumsi. Sebagian besar konsumsi Indonesia dipenuhi oleh produk import, seperti impor minyak. Supaya surplus bisa sustainable maka perlu dilakukan peralihan konsumsi BBM kepada gas atau bahan bakar biodiesel. Pemanfaatan panas bumi sebagai sumber energi juga perlu ditingkatkan. Potensi yang dimiliki Indonesia sangat besar dan bisa digunakan untuk menekan konsumsi BBM.

    Upaya peralihan dari bahan bakar minyak membutuhkan investasi yang besar dan jangka waktu yang panjang. Untuk jangka

    pendek, yang bisa dilakukan pemerintah adalah menekan konsumsi. Salah satu cara untuk menekan konsumsi adalah dengan menaikkan harga. Minyak merupakan komponen impor terbesar. Oleh karena itu, menaikkan harga BBM dengan pengalihan subsidi merupakan cara yang paling praktis. Dengan demikian, konsumsi minyak dapat ditekan, biaya subsidi BBM dapat dialihkan pada sektor lain yang tepat sasaran dan memiliki manfaat jangka panjang seperti sektor pendidikan, kesehatan dan infrastruktur serta biaya pengembangan bahan bakar nonminyak.

    Tidak hanya impor minyak, impor kebutuhan pokok juga memberikan andil yang besar terhadap defisit neraca perdagangan. Undang-undang perdagangan memperbolehkan pemerintah melakukan intervensi ketika harga kebutuhan pokok mengalami kenaikan. Namun cara yang ditempuh pemerintah dalam melakukan intervensi terhadap harga dinilai salah. Direktur Eksekutif Indonesia for Global Justice (IGJ), Riza Damanik, menilai cara yang perlu diambil pemerintah dengan cara membenahi sektor pertanian dan industri terlebih dahulu berikut produktivitasnya bukan dengan cara mendatangkan produk impor.

    Pemerintah dan BI perlu menciptakan kebijakan lanjutan yang mampu memperbaiki defisit transaksi berjalan dan neraca pembayaran. Ekspor harus didorong dan impor dikurangi, khususnya barang-barang yang tidak mendesak. Sebenarnya pemerintah telah melakukan hal ini tetapi kebijakan tersebut hanya bersifat sementara. Dana Moneter Internasional (IMF) mengimbau Indonesia untuk melakukan reformasi struktural guna memperbaiki ekonomi yang terguncang. Hal serupa dilontarkan oleh Bank Pembangunan Asia (ADB). Dari aspek ekspor misalnya, Indonesia harus aktif mencari pasar baru di luar pasar pasar konvensional seperti AS, Eropa, dan Jepang. Tiongkok, India, dan negara-negara Timur Tengah adalah pasar ekspor yang sangat prospektif.

    Country Director ADB, Adrian Ruthernberg, memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini sedikit menurun menjadi 5,7 persen, lalu meningkat menjadi 6 persen tahun depan. Prediksi ini didasarkan pada asumsi bahwa pemilihan umum lancar dan pemerintah memperbaiki iklim investasi. Upaya reformasi ekonomi lain selain penurunan subsidi BBM menurut ADB adalah mendorong investasi swasta dan inovasi teknologi. Efek akhir dari reformasi ini akan menciptakan daya saing dan kesetaraan dalam pertumbuhan nasional. Upaya reformasi

  • - 16 -

    ekonomi ini mungkin akan sedikit berdampak pada perlambatan pertumbuhan ekonomi jangka pendek akan tetapi hal tersebut akan menciptakan stabilitas ekonomi dalam jangka panjang.

    PenutupSelama tahun 2013, NPI mengalami

    tekanan yang cukup berat meskipun pada kwartal IV mengalami surplus. Defisit neraca perdagangan ini terjadi akibat tingginya tingkat konsumsi yang tidak ditopang oleh stabilitas produktifitas dan infrastruktur. Sehingga untuk memenuhinya pemerintah harus melakukan impor. Nilai impor yang tinggi tidak mampu diimbangi oleh ekspor. Meskipun sejak Februari 2014 neraca perdagangan mengalami surplus setelah defisit yang cukup besar di bulan sebelumnya, hal ini tidak mengindikasikan perbaikan neraca perdagangan dalam jangka panjang karena penyebabnya bersifat sementara.

    Selain melalui cara menekan tingkat konsumsi barang impor dan mendorong ekspor, pemerintah perlu melakukan perbaikan struktur ekonomi yang mampu menekan impor dan mendorong ekspor secara berkelanjutan untuk jangka panjang. Salah satu cara untuk menekan konsumsi adalah melalui kenaikkan harga. Salah satu komoditas impor terbesar Indonesia adalah minyak, Pemerintah perlu menaikkan harga BBM dengan menurunkan subsidi dan mengalokasikannya ke sektor-sektor yang mendorong stabilitas ekonomi jangka panjang. Selain itu pemerintah perlu melakukan reformasi ekonomi untuk memperkuat struktur perekonomian sehingga perekonomian nasional tidak lagi tergantung pada impor dan nilai ekspor dapat ditingkatkan. DPR perlu mendorong pemerintah untuk mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang mampu menjaga stabilitas neraca perdagangan yang pada akhirnya akan menciptakan stabilitas ekonomi yang berkelanjutan.

    Rujukan1. BI harapkan tren neraca perdagangan

    terus positif, http://www.antaranews.com/berita/427213/bi-harapkan-tren-neraca-perdagangan-terus-positif, diakses tanggal 2 April 2014.

    2. BI Optimistis Neraca Perdagangan Akan Terus Positif, Kompas, Rabu, 2 April 2014.

    3. Inflasi Terus Melandai, Bi Wapadai Dampak El Nino, Kompas, 2 April 2014.

    4. Keliru, Pemerintah Intervensi Harga Lewat Impor", Neraca, 3 April 2014.

    5. Neraca Perdagangan Indonesia Februari 2014 Kembali Surplus, Departemen Komunikasi Bank Indonesia, 1 April 2014.

    6. Pengendalian Defisit, ADB Dorong Pemerintah Perkuat Reformasi Struktural, Koran Tempo, 2 April 2014.

    7. Selamatkan Neraca Perdagangan, Neraca, 1 April 2014

    8. Surplus Dagan Jangka Pendek, Republika, 3 April 2014.

    9. Lau, Evan, Ahmad Zubaidi Baharumshah & Stilianos Fountas. 2003. On the Sustainability of Current Account Deficits: Evidence from Four ASEAN Countries. Journal of Asian Economics, Vol.14, Issue 3, pp. 465-487.

  • - 17 -

    Vol. VI, No. 07/I/P3DI/April/2014PEMERINTAHAN DALAM NEGERI

    Info Singkat 2009, Pusat Pengkajian, Pengolahan Data dan Informasi (P3DI) Sekretariat Jenderal DPR RIwww.dpr.go.idISSN 2088-2351

    Kajian Singkat terhadap Isu-Isu Terkini

    EFEKTIVITAS KAMPANYEPEMILU LEGISLATIF 2014

    Debora Sanur L*)

    Abstrak

    Kampanye pemilihan legislatif 2014 lebih banyak terjadi di media sosial daripada dalam bentuk rapat umum secara terbuka. Hal tersebut merupakan bukti bahwa masyarakat Indonesia sudah berubah. Perubahan bentuk kampanye dari cara konvensional seperti turun ke jalan, pengumpukan massa, berubah menjadi cara komunikasi yang lebih intensif di media sosial. Partai pun perlu menyadari perubahan-perubahan ini karena cara-cara klasik yang mulai tidak efektif, dan hanya akan mengeluarkan banyak biaya tetapi tidak memberi efek yang signifikan. Walaupun demikian, kampanye dalam media sosial juga menimbulkan fenomena pelanggaran baru di mana semakin meningkatnya black campaign atau kampanye hitam.

    PendahuluanKampanye merupakan satu dari 11

    tahapan Pemilu Anggota DPR, DPRD dan DPD sebagaimana tertuang dalam pasal 4 ayat 2 huruf g Undang Undang Nomor 8 Tahun 2012. Menurut PKPU Nomor 15 Tahun 2013 Kampanye Pemilu adalah kegiatan peserta Pemilu untuk meyakinkan para pemilih dengan menawarkan visi, misi dan program peserta Pemilu yang dilakukan dengan prinsip efisien, ramah lingkungan, akuntabel, nondiskriminasi dan tanpa kekerasan. Sedangkan tujuan kampanye adalah sebagai: Sarana partisipasi politik warga negara Kewajiban peserta Pemilu dalam

    memberikan pendidikan politik Membangun komitmen antara warga negara

    dengan peserta pemilu Menawarkan visi, misi dan program kepada

    Pemilih

    Menyampaikan informasi lain untuk meyakinkan pemilih dan mendapatkan dukungan sebesar-besarnya

    Ada beberapa isi kampanye secara umum di antaranya kampanye yang berisi tentang isu-isu kebijakan pemerintah saat itu dan digabungkan dengan ide utama kampanye calon yang disertai dengan menyebutkan suatu jargon agar mudah diingat oleh para pemilih. Namun demikian, yang sering terjadi adalah bahwa isu-isu kampanye partai politik (parpol) belum menyentuh hal-hal substansi permasalahan yang dihadapi bangsa. Sebaliknya isu-isu kampanye masih berkisar pada isu-isu normatif.

    Pada dasarnya, kampanye merupakan sarana pendidikan politik sekaligus mengikat komitmen politik antarwarga negara dengan peserta Pemilu. Oleh karenanya, kampanye menjadi penting dalam rangka untuk memenuhi

    *) Peneliti Muda bidang Politik Dalam Negeri pada Pusat Pengkajian Pengolahan Data dan Informasi (P3DI) Setjen DPR RI.Email: [email protected]

  • - 18 -

    hak masyarakat dalam memperoleh informasi yang memadai tentang peserta Pemilu dan para calegnya. Kampanye pun harus dilakukan dengan prinsip efisien, ramah lingkungan, akuntabel, nondiskriminasi dan tanpa kekerasan. Ada beberapa jenis kampanye yang biasa digunakan yaitu: pertemuan tatap muka, penyebaran bahan kampanye, pemasangan alat peraga, iklan di media massa, rapat umum dan kegiatan lainnya yang tidak melanggar larangan kampanye dan peraturan yang berlaku seperti halnya di media sosial. Berikut jadwal kampanye 20141. 11 Januari 2014 - 05 April 2014 : Pelaksanaan

    Kampanye.2. 25 April 2014 - 25 Mei 2014 : Audit Dana

    Kampanye.3. 16 Maret 2014 hingga 5 April 2014:

    Kampanye rapat umum Pemilu 20144. 06 April 2014/ - 08 April 2014: Masa

    Tenang.5. 09 April 2014: Pemungutan dan

    Penghitungan Suara.

    Selama berlangsung, kampanye Pemilu Legislatif 2014 dinilai berlangsung relatif aman, bahkan tergolong sepi. Namun demikian, walaupun tidak tampak hingar-bingar dengan kampanye terbuka, di dunia maya kampanye partai politik, calon presiden maupun calon anggota legislatif sangat ramai. Sepinya kampanye kali ini, menurut Direktur Eksekutif Lima Indonesia Ray Rangkuti karena kampanye terbuka dengan pengerahan massa kini memang sudah tidak diminati lagi seiring dengan banyaknya fasilitas media sosial. Di tengah kesadaran pemilih yang meningkat, ditambah dengan fasilitas media sosial yang menjamur, pemilih pemula khususnya, sudah tidak mau lagi berpanas-panas maupun berhujan-hujanan untuk menghadiri panggung kampanye.

    Pemilih pemula yang berjumlah 25-30 persen dari total pemilih, merupakan target utama dari kampanye media sosial. Pemilih tersebut sudah enggan untuk menghapal wajah, nama, nomor urut, dapil, dan parpol dari taburan baliho, dan spanduk. Partai pun perlu menyadari perubahan-perubahan ini karena cara klasik yang mulai tidak efektif, dan hanya akan mengeluarkan banyak biaya tapi tidak memberi efek yang signifikan untuk pendulangan suara. Selain itu, model kampanye dengan mengandalkan pengerahan massa pun hanya menyisakan euforia sesaat.

    Walaupun demikian, tidak semua masyarakat bisa dijangkau dengan media sosial. Televisi masih menjadi media yang paling banyak dikonsumsi masyarakat. Bahkan dari hasil monitoring Yose Rizal, pendiri situs politicalwave.com, diketahui bahwa capres dan partai yang paling banyak menghiasi layar televisi bukanlah capres yang paling populer di

    media sosial. Oleh sebab itu, selain media sosial, dan televisi, model kampanye dengan cara tatap muka, dialog yang intens, silaturahmi yang terus menerus tetap disuka masyarakat, dan nampaknya hal ini akan terus menjadi model kampanye di masa depan.

    Kampanye Pemilu 2014Menurut Lilleker dan Negrine (2000),

    kampanye politik adalah periode yang diberikan oleh panitia pemilu kepada semua kontestan, baik parpol maupun perseorangan, untuk memaparkan program-program kerja dan mempengaruhi opini publik sekaligus memobilisasi masyarakat agar memberikan suara kepada mereka sewaktu pencoblosan. Kampanye dilihat sebagai suatu aktivitas pengumpulan massa, parade, orasi politik, pemasangan atribut (umbul-umbul, poster, spanduk) dan pengiklanan partai. Masing-masing peserta diwajibkan mengikuti aturan-aturan resmi selama periode kampanye ini.

    Menurut Ray Rangkuti, kampanye di Indonesia dikenal istilah kampanye hitam dan kampanye negatif. Kampanye hitam, yaitu menggunakan argumentasi yang tidak didasari pada fakta dan realitas. Sedangkan kampanye negatif politisi menggunakan strategi menyerang dengan didasari fakta dan realitas. Namun demikian, masyarakat tidak perlu antipati dengan caleg yang menerapkan strategi kampanye negatif karena hal ini diperlukan untuk melihat rekam jejak kandidat secara utuh dan faktual. Misalnya, ketika seorang calon dalam kampanyenya membeberkan jika lawan politiknya telah melakukan korupsi, asalkan tuduhan korupsi tersebut sesuai fakta dan realitas.

    Menurut Machiavelis, black campaign adalah cara kerja tim kampanye yang tidak populer dan menggunakan semua cara untuk mencapai tujuan. Black campaign bisa berupa rayuan yang merusak, sindiran atau rumor yang tersebar mengenai sasaran kepada para kandidat atau calon kepada masyarakat agar menimbulkan pemahaman yang dianggap kurang baik, terutama dalam hal kebijakan publik. Strategi ini umumnya dilakukan oleh calon yang secara akal sehat merasa kekurangan materi yang kuat untuk menyerang salah satu kandidat atau calon lain dengan menonjolkan pada permainan emosi para pemilih agar pada akhirnya dapat meninggalkan kandidat atau calon pilihannya.

    Dinamika Kampanye 2014Potensi pemicu konflik selama masa

    kampanye di antaranya adalah terjadinya bentrokan antarmassa pendukung parpol/caleg saat kampanye rapat umum. Adanya tindakan saling merusak alat peraga kampanye antarmassa/simpatisan parpol dan caleg. Politik

  • - 19 -

    uang, intimidasi dan tindak kekerasan. Saling serang melalui media massa dan media sosial, hingga penggunaan fasilitas negara oleh partai tertentu untuk kepentingan kampanye. Oleh sebab itu untuk mengantisipasi hal tersebut KPU mempersiapkan adanya pengaturan zona dan jadwal kampanye rapat umum, serta pengaturan zona, jumlah dan jenis alat peraga kampanya parpol dan caleg. KPU juga melakukan koordinasi yang intensif antara penyelenggara dan peserta Pemilu, meminta dukungan Polri untuk pengamanan kegiatan kampanye rapat umum, melakukan pendidikan politik yang intensif kepada masyarakat. Serta meminta komitmen penyelenggara dan parpol untuk Pemilu yang bersih, jujur dan adil.

    Masa kampanye yang diberikan kepada peserta pemilu 2014 lebih panjang dibanding pemilu lalu. Pemilu kali ini mencapai 15 bulan, di mana kampanye sudah dapat dilakukan oleh parpol peserta pemilu setelah tiga hari ditetapkan sah oleh KPU. Namun demikian kampanye semakin terasa saat telah dibukanya masa kampanye Pemilu 2014. Terlebih setelah masa kampanye rapat umum yang dibuka dengan diadakannya Deklarasi Kampanye Berintegritas dengan tema 'Suara untuk Indonesia' di Lapangan Monas, pada tanggal 15 Maret 2014. Dalam deklarasi tersebut para pimpinan parpol melakukan pembacaan dan penandatanganan tentang kesiapan untuk menciptakan Pemilu yang aman, tertib, damai, berkualitas dan berintegritas. Selain itu, deklarasi tersebut juga berisi pernyataan kesiapan parpol untuk mewujudkan Pemilu yang jujur dan adil.

    Pelanggaran KampanyePelanggaran kampanye yang sering terjadi

    biasanya bersifat administratif dan berbentuk pelanggaran tindak pidana pemilu. Pelanggaran administrasi adalah pelanggaran tata cara dan mekanisme pemilu yang diatur di Undang-Undang. Sementara pelanggaran tindak pidana pemilu adalah semua tindak pidana yang diatur dalam UU Nomor 8 Tahun 2012 tentang Pemilu. Tindak pidana pemilu akan ditangani oleh Polri setelah sebelumnya dilakukan pendalaman oleh Bawaslu. Contoh pelanggaran tindak pidana pemilu di antaranya adalah politik uang dan kampanye di luar jadwal. Sedangkan terkait pelanggaran di media sosial, Bawaslu sulit mengontrol media sosial karena belum ada cara yang efektif.

    Hasil survei LSI menunjukkan sebanyak 85,3 persen publik menyatakan lebih sering mendengar kampanye negatif pada Pemilu 2014 dibandingkan Pemilu 2009. Sanksi yang bisa diberikan terhadap orang yang terbukti melakukan black campaign, biasanya adalah sanksi administrasi berupa larangan kampanye.

    Black campaign pun hanya dinyatakan sebagai pelanggaran perdata pemilu. Padahal bisa saja kalau ada pihak yang mengadukan black campaign ke kepolisian dan Bawaslu, yang seperti ini bisa dikategorikan pidana pemilu, sehingga kalau terbukti bersalah, yang bersangkutan bisa dipenjara.

    Efektifitas Kampanye Pemilu Legislatif 2014

    Bila dilihat dari jenis kampanye, dalam hal kampanye terbuka, kampanye model ini biasanya hanya berupa komunikasi satu arah, hanya ceramah monolog selama beberapa menit dan memperbanyak hiburan, padahal seharusnya kampanye terbuka ini bisa dilakukan sebagai sarana untuk komunikasi dua arah. Strategi untuk menjalin komunikasi dua arah adalah cara tepat untuk mengupayakan praktik kampanye yang lebih berkualitas. Bangun hubungan dekat dan tidak mengambil jarak dengan pemilihnya. Dimana para juru kampanye partai maupun caleg dapat turun dan melakukan dialog dengan masyarakat pemilih yang datang, sehingga calon tersebut bisa mendengar suara masyarakat, terutama terkait dengan visi, misi, dan program partai.

    Sementara itu kampanye dalam media sosial seperti Facebook dan Twitter, media sosial ini mampu menjadi media dialog antara caleg maupun parpol dengan konstituennya. Media sosial telah menjadi sebuah konsep yang matang dan siap digunakan oleh para politisi maupun produk politik lainnya, karena pemegang jabatan politik sangat tergantung terhadap persepsi konstituen sehingga menjaga akurasi informasi dan kedekatan informasi terhadap publik akan menjaga citra politiknya. Relasi pesan dengan pemilih bisa langsung tanpa terfilter, bahkan debat dengan oposisi bisa dilakukan melalui media sosial untuk memberikan gambaran kepada konstituen tentnag kebijakan siapa yang paling berpihak dan relevan. Media sosial bahkan jauh lebih prioritas daripada website kandidat. Website cenderung bersifat pasif dan menunggu pengunjung, dimana feedback-nya juga tidak bisa langsung diterima oleh konstituen. Oleh sebab itu, untuk kedepannya, bila melakukan kampanye dengan menggunakan media sosial para politisi dan pejabat publik juga harus dapat mengelola tim manajemen khusus yang bertugas untuk mengendalikan jalannya kampanye di media sosial. Karena, selain sebagai media komunikasi, media sosial cukup efektif untuk menghalau isu negatif dan sensitif, tanpa harus menunggu konferensi pers para politisi bisa langsung memposting jawabannya dan di publikasikan kepada publik. Saat ini memang media sosial memang masih belum dioptimalkan penggunaannya oleh para politisi maupun

  • - 20 -

    pejabat, namun tidak menutup kemungkinan kedepannya sosial media akan menjadi gerbang utama kampanye kandidat.

    Melihat fenomena banyaknya figur yang mengoptimalkan media sosial sebagai medium kampanye, membuat para pejabat tersebut tampak sebagai sosok elite yang merakyat karena mau berinteraksi dengan masyarakat bawah. Media sosial merupakan medium informasi yang sangat transparan, dan mampu memberikan informasi terbaru bahkan bersifat pribadi kepada publik yang mengikuti trending sang politisi, dimana hal tersebut terkadang terlambat di tangkap oleh para jurnalis dan awak media.

    PenutupKampanye merupakan tahapan yang sangat

    penting dan strategis bagi peserta Pemilu untuk menyampaikan visi, misi dan program partainya kepada para pemilih dalam rangka memenuhi hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang memadai tentang peserta Pemilu dan para calegnya. Pemilu 2014 adalah pemilu keempat bangsa Indonesia di era reformasi sehingga sudah seharusnya sistem Pemilu mampu menghasilkan pemimpin berlegitimasi kuat dari masyarakat. Oleh sebab itu, dalam kampanyenya, parpol juga harus mampu untuk menawarkan visi, misi dan program pada masyarakat dalam upaya mencerdaskan masyarakat. Kampanye tidak sekadar bagaimana parpol berjuang dalam meloloskan kandidat partainya saja, tetapi bagaimana strategi perjuangan partai tersebut dalam menyikapi berbagai persoalan bangsa dan memperbaiki kesejahteraan rakyat. Strategi partai dalam menyikapi berbagai persoalan ini yang harus semakin dikemukakan dalam kampanye-kampanye pemilu kedepannya.

    Kampanye rapat umum yang saat ini terlihat lebih sepi telah beralih pada kampanye dalam media sosial seperti Facebook dan Twitter, dimana media sosial mampu menjadi media dialog antara caleg maupun parpol dengan konstituennya. Hal ini merupakan fenomena baru di Indonesia yang akan terus berkembang. Namun demikian, yang perlu diperhatikan ialah bahwa media sosial juga membuat semakin maraknya terjadi kampanye hitam yang dapat semakin merusak tatanan politik dan demokrasi di Indonesia. Oleh sebab itu, KPU dan Bawaslu harus berperan lebih baik dalam memberi dorongan maupun melakukan pengawasan dengan cara merangkul komunitas pengguna media sosial untuk menyukseskan Pemilu melalui sosialisasi dan edukasi kepemiluan dan demokrasi, serta mendorong para pengguna media sosial untuk tetap mengembangkan etika dalam perbincangan di dunia maya melalui sosialisasi dan edukasi yang lebih intensif dan kreatif.

    Rujukan1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 2. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 3. Peraturan KPU Nomor 15 Tahun 20134. "Kampanye Terbuka Kurang Diminati Tanda

    Masyarakat Sudah Berubah", http://www.tribunnews.com/pemilu-2014/2014/04/06/kampanye-terbuka-kurang-diminati-tanda-masyarakat-sudah-berubah, diakses tanggal 6 April 2014.

    5. "Jadwal Pelaksanaan Pemilu Legislatif 2014", ht tp://www.kampanyeonl ine .com/pol i t ik-indonesia/jadwal-pelaksanaan-pemilu-legislatif-2014, diakses tanggal 6 April 2014.

    6. "Kampanye Pemilu 2014 Ramai di Media Sosial", http://www.tribunnews.com/pemilu-2014/2014/04/02/kampanye-pemilu-2014-ramai-di-media-sosial, diakses tanggal 6 April 2014.

    7. "Masa Tenang Pemilu Kampanye di Media", http://rri.co.id/index.php/berita/96262/Masa-Tenang-Pemilu-Kampanye-Di-Media-#.U0EbKM69Gho, diakses tanggal 6 April 2014.

    8. "KPU Masa Kampanye Pemilu Saat Ini Lebih Panjang", http://www.tribunnews.com/pemilu-2014/2013/11/22/kpu-masa-kampanye-pemilu-saat-ini-lebih-panjang, diakses tanggal 6 April 2014.

    9. "Kampanye Rapat Umum Pemilu 2014 Resmi Dimulai", http://www.republika.co.id/berita/nasional/politik/14/03/17/n2kisd-kampanye-rapat-umum-pemilu-2014-resmi-dimulai, diakses tanggal 6 April 2014.

    10. "Jangan Cuma Kampanye Monolog", http://www.republika.co.id/berita/pemilu/berita-pemilu/14/03/17/n2kfsa-jangan-cuma-kampanye-monolog, diakses tanggal 6 April 2014.

    11. "Fenomena Black Campaign sebagai Wujud dari Kebobrokan Marketing Politik dalam Kampanye", http://www.immcnews.com/media-monitoring/kutipan-media/212-fenomena-black-campaign-sebagai-wujud-dari-kebobrokan-marketing-politik-dalam-kampanye, diakses tanggal 6 April 2014.

    12. "Memaksimalkan Sosial Media sebagai Media Kampanye Politik", http://akawebs.net/article/117965/memaksimalkan-sosial-media-s e b a g a i - m e d i a - k a m p a n y e - p o l i t i k . h t m l # .U0ErVM69Gho, diakses tanggal 6 April 2014.

    13. "Kian Pudarnya Pamor Partai Politik", http://www. immcnews.com/media-monitor ing/analisis/57-analisis-monitoring-pemberitaan-parpol-28-september-4-oktober-2013/198-analisis-monitoring pemberitaan-parpol-28-september-4-oktober-2013-kian-pudarnya-pamor-partai-politik, diakses tanggal 6 April 2014.

    14. "Kampanye Hitam Hiasi Pemilu 2014", http://w w w . r m o l . c o / r e a d / 2 0 1 3 / 0 2 / 2 6 / 9 9 9 7 3 /Kampanye-Hitam-Hiasi-Pemilu-2014-, diakses tanggal 6 April 2014.

    15. "Rilis Survei Kampanye Negatif dan Pemenang Pemilu", http://www.tribunnews.com/images/regional/view/1099762/rilis-survei-kampanye-negatif-dan-pemenang-pemilu#.U0Esr869Gho, diakses tanggal 6 April 2014.