1
PTSD (Post Traumatic Stress Disorder)
Oleh Anggi Pratiwi, 0906564044
Fakultas Ilmu Keperawatan UI
Keperawatan Dewasa IV Kelas C
I. Tinjauan Teori
A. Definisi
PTSD atau Post Traumatic Stress Disorder adalah Gangguan kejiwaan
pada seseorang yang dialami dan berkembang setelah pengalaman traumatik, atau
menyaksikan suatu kejadian yang mengancam jiwa, mencederai luka, atau
ancaman terhadap integritas dari tubuh, biasanya diiringi dengan ketidakmampuan
seseorang untuk beradaptasi (klikdokter.com). Pengertian lain dari PTSD (Post
Traumatic Stress Disorder) adalah kecemasan patologis yang umumnya terjadi
setelah seseorang mengalami atau menyaksikan trauma berat yang mengancam
secara fisik dan jiwa orang tersebut. Pengalaman traumatic ini dapat berupa:
1. Trauma yang disebabkan oleh bencana seperti bencana alam (gempa bumi,
banjir, topan), kecelakan, kebakaran, menyaksikan kecelakaan atau bunuh
diri, kematian anggota keluarga atau sahabat secara mendadak.
2. Trauma yang disebabkan individu menjadi korban dari interperpersonal
attack seperti: korban dari penyimpangan atau pelecehan seksual,
penyerangan atau penyiksaan fisik, peristiwa kriminal (perampokan
dengan kekerasan), penculikan, menyaksikan perisiwa penembakan atau
tertembak oleh orang lain.
3. Trauma yang terjadi akibat perang atau konflik bersenjata seperti: tentara
yang mengalami kondisi perang, warga sipil yang menjadi korban perang
atau yang diserang, korban terorisme atau pengeboman, korban
penyiksaan (tawanan perang), sandera, orang yang menyaksikan atau
mengalami kekerasan.
2
4. Trauma yang disebabkan oleh penyakit berat yang diderita individu seperti
kanker, rheumatoid arthritis, jantung, diabetes, renal failure, multiple
sclerosis, AIDS dan penyakit lain yang mengancam jiwa penderitanya.
B. Etiologi
1. Psikodinamika
Ego klien telah mengalami trauma berat, sering dirasakan sebagai ancaman
terhadap integritas fisik atau konsep diri. Hal ini menyebabkan ansietas berat yang
tidak dapat dikendalikan oleh ego dan dimanifestasikan dalam bentuk perilaku
simtomatik. Karena ego menjadi rentan, superego dapat menghukum dan
menyebabkan individu merasa bersalah terhadap kejadian traumatik tersebut. Id
dapat menjadi domianan, menyebabkan perilaku impulsif tidak terkendali.
2. Biologis
Dari hasil penelitin, abnormalitas dalam penyimpanan, pelepasan, dan
eliminasi katekolamin yang memengaruhi fungsi otak di daerah lokus seruleus,
amigdala dan hipokampus. Hipersensitivitas pada lokus seruleus dapat
menyebabkan seseorang tidak dapat belajar. Amigdala sebagai penyimpan
memori. Hipokampus menimbulkan koheren naratif serta lokasi waktu dan ruang.
Hiperaktivitas dalam amigdala dapat menghambat otak membuat hubungan
perasaan dalam memorinya sehingga menyebabkan memori disimpan dalam
bentuk mimpi buruk, kilas balik, dan gejala-gejala fisik lain.
3. Dinamika Keluarga
Tipe pendidikan formal, kehidupan keluarga, dan gaya hidup merupakan
perkiraan yang signifikan terjadinya PTSD. Keberhasilan dalam pendidikan yang
di bawah rata-rata, perilaku orang tua yang negatif, dan kemiskinan orang tua
merupakan prediktor perkembangan PTSD.
3
C. Gejala
Klien dengan PTSD dapat saja tidak menunjukkan gejala-gejala khas
PTSD secara kontinu dan dalam kurun waktu yang tentu. Gejala dapat timbul
sewaktu-waktu bergantung pada stimuli yang diterima klien. Gejala PTSD,
meskipun tidak spesifik, meliputi indikasi yang khas. Terdapat tiga tipe gejala,
flight, fight, dan freeze. Ansietas dan penghindaran merupakan gejala flight.
Meningkatnya amarah dan perilaku kekerasan merupakan gelaja fight, sedangkan
kekebasan, disasosiasi, dan alterasi dalam persepsi diri merupakan karakteristik
freeze (APA, 2000). Tiga tipe gejala yang sering terjadi pada PTSD adalah
1. Pengulangan pengalaman trauma, ditunjukkan dengan:
selalu teringat akan peristiwa yang menyedihkan yang telah
dialami
flashback (merasa seolah-olah peristiwa yang menyedihkan
terulang kembali)
nightmares (mimpi buruk tentang kejadian-kejadian yang
membuatnya sedih)
reaksi emosional dan fisik yang berlebihan karena dipicu oleh
kenangan akan peristiwa yang menyedihkan.
2. Penghindaran dan emosional yang dangkal, ditunjukkan dengan:
menghindari aktivitas, tempat, berpikir, merasakan, atau
percakapan yang berhubungan dengan trauma.
kehilangan minat terhadap semua hal
perasaan terasing dari orang lain
emosi yang dangkal.
3. Sensitifitas yang meningkat, ditunjukkan dengan:
susah tidur
mudah marah/tidak dapat mengendalikan marah
susah berkonsentrasi
kewaspadaan yang berlebih
respon yang berlebihan atas segala sesuatu
4
D. Akibat
Gangguan stress pascatraumatik ternyata dapat mengakibatkan sejumlah
gangguan fisik, kognitif,emosi,behavior (perilaku),dan sosial.
1. Gejala gangguan fisik:
pusing,
gangguan pencernaan,
sesak napas,
tidak bisa tidur,
kehilangan selera makan,
impotensi, dan sejenisnya.
2. Gangguan kognitif:
gangguan pikiran seperti disorientasi,
mengingkari kenyataan,
linglung,
melamun berkepanjangan,
lupa,
terus menerus dibayangi ingatan yang tak diinginkan,
tidak fokus dan tidak konsentrasi.
tidak mampu menganalisa dan merencanakan hal-hal yang
sederhana,
tidak mampu mengambil keputusan.
3. Gangguan emosi :
halusinasi dan depresi (suatu keadaan yang menekan,
berbahaya, dan memerlukan perawatan aktif yang dini),
mimpi buruk,
marah,
merasa bersalah,
malu,
5
kesedihan yang berlarut-larut,
kecemasan dan ketakutan.
4. Gangguan perilaku :
menurunnya aktivitas fisik, seperti gerakan tubuh yang
minimal. Contoh, duduk berjam-jam dan perilaku repetitif
(berulang-ulang).
5. Gangguan sosial:
memisahkan diri dari lingkungan,
menyepi,
agresif,
prasangka,
konflik dengan lingkungan,
merasa ditolak atau sebaliknya sangat dominan.
II. Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian Keperawatan
Berikut merupakan beberapa kriteria pengkajian yang dapat dilihat
perawat dalam mengkaji klien dengan PTSD.
Data Subjektif dan Objektif
Data Subjektif
Nama Klien: Ny. A
Usia: 30 tahun
Keluhan:
selalu terkenang anaknya yang telah meninggal akibat bencana
banjir
tidak mau melihat foto anaknya
6
sering terbangun di malam hari
nafsu makan menurun
malas beraktivitas
Data Objektif
tidak dapat tidur
sering menangis
kadang berteriak-teriak (“air…air…!”)
sering melamun
Aktivitas atau istirahat
gangguan tidur
mimpi buruk
hipersomnia
mudah letih
keletihan kronis
Sirkulasi
denyut jantung meningkat
palpitasi
tekanan darah meningkat
terasa panas
Integritas ego
derajat ansietas bervariasi dengan gejala yang berlangsung berhari-hari,
berminggu-minggu, berbulan-bulan
gangguan stres akut => terjadi 2 hari – 4 minggu dalam 4 minggu
peristiwa traumatik
PTSD akut => gejala kurang dari 3 bulan
PTSD kronik => gejala lebih dari 3 bulan
7
Melambat => awitan sedikitnya 6 bulan setelah peristiwa traumatik
kesulitan mencari bantuan atau menggerakkan sumber personal
(menceritakan pengalaman pada anggota keluarga/teman)
perasaan bersalah, tidak berdaya, isolasi
perasaan malu terhadap ketidakberdayaan sendiri; demoralisasi
perasaan tentang masa depan yang suram atau memendek
Neurosensori
gangguan kognitif => sulit berkonsentrasi
kewaspadaan tinggi
ketakutan berlebihan
ingatan persisten atau berbicara terus tentang suatu kejadian
pengendalian keinginan yang buruk dengan ledakan perilaku yang agresif
tidak dapat diprediksi atau memunculkan perasaan (marah, dendam,benci,
sakit hati)
perubahan perilaku (murung, pesimistik, berpikir yang menyedihkan,
iritabel), tidak mempunyai kepercayaan diri, afek depresi, merasa tidak
nyata, kehidupan bisnis tidak dipedulikan lagi
ketegangan otot, gemetar, kegelisahan motorik
Nyeri atau ketidaknyamanan
nyeri fisik karena cedera mungkin diperberat melebihi keparahan cedera
Pernapasan
frekuensi pernapasan meningkat
dispneu
Keamanan
marah yang meledak-ledak
perilaku kekerasan terhadap lingkungan atau individu lain
8
gagasan bunuh diri
Seksualitas
hilangnya gairah
impotensi
ketidakmampuan mencapai orgasme
Interaksi sosial
menghindari oarang/tempat/kegiatan yang menimbulakan ingatan tentang
trauma, penurunan responsif, mati rasa secara psikis, pemisahan
emosi/mengasingkan diri dari orang lain
hilangnya minat secara nyata pada kegiatan yang signifikan, termasuk
pekerjaan
pembatasan rentang afek, tidak ada respon emosi
Pengajaran atau pembelajaran
terjadinya PTSD sering kali didahului atau disertai adanya
penyakit/penganiayaan fisik
penyalahgunaan alkohol atau obat-obat lain
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang dapat ditarik yaitu ketidaksiapan dan
ketidakmampuan meningkatkan koping berhubungan dengan PTSD.
C. Rencana dan Intervensi Keperawatan
Memberi lingkungan yang aman dan nyaman bagi klien/orang lain.
Rasional: dengan meningkatkan rasa aman klien dapat membantu klien
untuk lebih tenang dan lebih mudah diajak berinteraksi.
Membantu klien meningkatkan harga diri dan kembali memperoleh
perasaan pengendalian terhadap perasaan/tindakan. Rasional:
9
meninggalnya anak klien dapat membuat klien merasa tidak berdaya
karena tidak mampu melindungi anaknya sehingga klien perlu dibantu
untuk meningkatkan harga dirinya dan pengendalian diri. Kedua hal
tersebut sangat penting untuk dapat membebaskan klien dari trauma
yang dialami.
Mendorong pengembangan perilaku asertif, bukan perilaku agresif.
Meningkatkan pemahaman bahwa apa yang terjadi pada situasi
sekarang secara signifikan dapat disebabkan oleh tindakannya sendiri.
Rasional: dengan menyadarkan klien bahwa keadaannya saat ini labil
dan merusak kesehatan klien, klien dapat tergerak untuk berubah.
Membantu klien dan keluarga untuk belajar cara yang sehat untuk
menghadapi/beradaptasi secara realistik terhadap perubahan dan
kejadian yang telah berlalu. Rasional: dengan melibatkan keluarga
dalam intervensi klien dapat memiliki sistem pendukung koping
sehingga klien dapat beradaptasi lebih baik dengan perubahan yang
terjadi.
D. Intervensi Keperawatan
1. Menyediakan lingkungan yang tenang, aman, dan nyaman bagi
klien.
2. Memenuhi kebutuhan dasar (kd) klien dengan fokus pada rasa
lapar, kelelahan, kedinginan, dan rasa kesepian klien.
3. Membangun rasa percaya antara klien dan perawat dengan
menunjukkan perilaku yang positif, konsisten, jujur, dan perilaku
non-judgemental.
4. Berkomunikasi dengan jelas dan singkat.
5. Membantu klien memahami bahwa gejala yang ditunjukkannya
merupakan hal respon yang wajar atau umum terhadap stressor
(Lange [et al] dalam Fagan & Freme, 2004).
6. Mempersiapkan klien untuk pulang dan kembali ke masyarakat.
E. Evaluasi dan Dokumentasi Keperawatan
Respon klien terhadap intervensi yang diberikan
10
Bantu klien mengenali hasil dari terapi
Tujuan pemulangan klien
Tujuan Pemulangan
Meningkatkan citra diri
Perasaan/reaksi individu diakui, diekspresikan dan dihadapi secara sesuai
Meminimalkan komplikasi fisik
Merencanakan/membuat perubahan gaya hidup yang sesuai
Melaksanakan rencana untuk memenuhi kebutuhan setelah pulang
DAFTAR PUSTAKA
Anonym. (5 Juli 2010). Post-traumatic stress syndrome.
http://www.klikdokter.com/medisaz/read/2010/07/05/167/post-traumatic-
stress-sindrom-. (diakses pada 14 Oktober 2010 pukul 14.04 WIB).
APA. (2000). Diagnostic and statistical manual of mental disorders. 4th edition
(DSM-IV). Washington, D.C.: American Psychiatric Association (APA).
Fagan, N., & Freme, K. (2004). Find out how to help a disturbed patient cope
during real or perceived threats.1
http://findarticles.com/p/articles/mi_qa3689/is_200402/ai_n9386332/
pg_3/?tag=content;col1. (diunduh pada 14 Oktober 2010 pukul 14.04
WIB).
1 Nancy Fagan dan Kathleen Freme staf perawat di Baystate Medical Center in Springfield, Mass.
Recommended