TUGAS PROSES DAN DOKUMENTASI KEPERAWATAN
DOKUMENTASI PADA POPULASI KHUSUS: GANGGUAN
PSIKOSOSIAL, JIWA, KELUARGA DAN KOMUNITAS
DISUSUN OLEH:
Kelompok: 1
1) Ni Kadek Ariyastuti P07120214007
2) Putu Epriliani P07120214010
3) I Gusti Ayu Cintya Adianti P07120214012
4) Ni Putu Novia Indah Lestari P07120214016
5) Kadek Poni Marjayanti P07120214026
DIV KEPERAWATAN
TINGKAT 1 SEMESTER II
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
TAHUN 2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat rahmat dan tuntunan-Nyalah penulis dapat menyelesaikan karya tulis
ilmiah ini tepat pada waktunya. Karya tulis ini dibuat sebagai laporan tugas
dokumentasi keperawatan dan merupakan salah satu bentuk usaha penulis untuk
menambah wawasan mengenai dokumentasi keperawatan pada pupulasi khusus.
Dalam penyusunan karya tulis ini penulis banyak mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan banyak terimakasih.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini jauh dari sempurna. Mengingat
banyaknya kekurangan yang penulis miliki, baik dari segi isi, penyajian maupun
penulisan itu sendiri. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan pendapat,
saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan karya tulis ini. Semoga
karya tulis ini dapat menjadi inspirasi dan memberikan manfaat bagi kita semua.
Denpasar, 15 Mei 2015
Penulis
Page 2 of 71
2
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................................... 1
KATA PENGANTAR .................................................................................. 2
DAFTAR ISI ................................................................................................. 3
BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………...... 4
1.1 Latar Belakang Masalah ......................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah .................................................................. 5
1.3 Tujuan Penulisan .................................................................... 5
1.4 Manfaat Penulisan .................................................................. 5
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................. 6
2.1 Dokumentasi Gangguan Psikososial dan Jiwa....................... 6
2.2 Dokumentasi Keluarga dan Komunitas.................................. 33
BAB III PENUTUP....................................................................................... 69
3.1 Simpulan.................................................................................. 69
3.2 Saran........................................................................................ 70
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 71
Page 3 of 71
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Memberikan pelayanan kesehatan, perawat tiak akan terlepas oleh
berbagai bantuan dan kerjasama semua pihak. Pihak yang koperatif, sangat
membantu perawat dalam melakukan asuhan dan dokumentasi
keperawatan.Salah satu pihak yang berperan penting dalam proses
keperawatan adalah keluarga. Keluarga unit terkecil dalam masyarakat
merupakan klien keperawatan atau si penerima asuhan keperawatan. Keluarga
berperan dalam menentukan cara asuhan yang diperlukan anggota keluarga
yang sakit. Keberhasilan keperawatan di rumah sakit dapat menjadi sia – sia
jika tidak dilanjutkan oleh keluarga di rumah. Secara empiris dapat dikatakan
bahwa kesehatan anggota keluarga dan kualitas kehidupan keluarga sangat
berhubungan atau sangat signifikan.
Keluarga menempati posisi di antara individu dan masyarakat,
sehingga dengan memberikan pelayanan kesehatan kepada keluarga, perawat
mendapat dua keuntungan sekaligus. Keuntungan pertama adalah memenuhi
kebutuhan individu, dan keuntungan kedua adalah memenuhi kebutuhan
masyarakat. Dalam pemberian pelayanan kesehatan, perawat harus
memperhatikan nilai – nilai dan budaya keluarga, sehingga keluarga dapat
menerima.
Selain keperawatan keluarga, penting juga dokumentasi pada pasien
dengan gangguan jiwa dan psikososial. Pasien ini mengalami masalah
kejiwaan dan gangguan pola pikir serta bertindak yang wajar. Mereka
memerlukan banyak sentuhan dan perhatian dari orang-orang sekitarnya
dalam proses penyembuhan serta dukungan dan motivasi untuk memulihkan
kondisinya. Terutama pada pasien yang mengalami gangguan penyalahgunaan
NAPZA, hal ini akan sangat membutuhkan bantuan dan kerjasama semua
pihak agar pasien dapat pulih dengan cepat dari kondisinya.
Page 4 of 71
4
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut.
1) Bagaimanakah dokumentasi pada populasi khusus gangguan
psikososial dan kesehatan jiwa?
2) Bagaimanakah dokumentasi pada populasi khusus keluarga dan
komunitas?
1.3 Tujuan Penulisan
Berdasarka latar belakang dan rumusan masalah tersebut, maka dapat
diketahui tujuan penulisan sebagai berikut.
1) Untuk mengetahui dokumentasi pada populasi khusus gangguan
psikososial dan kesehatan jiwa
2) Untuk mengetahui dokumentasi pada populasi khusus keluarga dan
komunitas
1.4 Manfaat Penulisan
Penulisan makalah ini sangat bermanfaat bagi penulis, karena dapat
menambah wawasan dan pengetahuan dalam mata kuliah dokumentasi
keperawatan, khususnya dalam materi dokumentasi pada populasi khusus:
gangguan psikososial dan kesehatan jiwa, serta populasi khusus pada keluarga
dan komunitas.
Page 5 of 71
5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Gangguan Psikososial dan Kesehatan Jiwa
1. Dokumentasi Keperawatan pada Psikososial
Secara sederhana psikososial merupakan singkatan dari dua kata yaitu psiko
dan sosial, dimana arti dari psiko merupakan psikis yaitu adalah keadaan kondisi
kejiwaan seseorang, dan sosial merupakan tempat dimana individu hidup dan
beraktivitas dengan individu lainnya atau dengan kata lain tatanan kehidupan dalam
masyarakat, kedua hal ini saling mempengaruhi individu dalam kehidupannya, yaitu
jika individu dalam sisi kejiwaan tidak baik atau tertanggu maka akan mempengaruhi
dirinya maupun lingkungan sosialnya demikian juga sebaliknya jika lingkungan
sosialnya tertanggu maka akan mempengaruhi kondisi pribadi individu tersebut.
Psikososial adalah relasi atau interaksi antara faktor-faktor sosial dan
psikologi. Psikososial bisa juga diartikan dengan relasi antara kondisi sosial dan
mental. Dokumentasi keperawaratan adalah suatu sistem pencatatan dan pelaporan
informasi tentang status kesehatan klien serta semua kegiatan asuhan keperawatan
yang dilakukan oleh perawat (Potter dan Perry, 1984). Dokumentasi keperawatan
adalah pengumpulan, penyimpanan dan desiminasi informasi guna mempertahankan
sejumlah fakta yang penting secara terus menerus pada suatu waktu terhadap
sejumlah kejadian (F.T Fisch Bach, 1991).
Keperawatan kesehatan jiwa adalah proses interpersonal yang berupaya untuk
meningkatkan dan mempertahankan perilaku yang mengkontribusikan pada fungsi
yang terintegrasi. Pasien atau sistem klien dapat berupa individu, keluarga, kelompok,
organisasi atau komunitas ( Stuart Sundeen, 1995). Keperawatan kesehatan mental
dan psikiatri adalah suatu bidang spesialisasi praktik keperawatan yang menerapkan
teori perilaku manusia sebagai ilmunya dan penggunaan diri sendiri secara terapeutik
sebagai kiatnya (ANA, 1995). Faktor-faktoir yang dapat mempengaruhi ada yang
datang dari dalam sendiri perawat (intrinsik) dan ada yang datang dari luar diri
(ektrinsik). Faktor instrinsik dapat berupa ; motivasi, pengetahuan dan kebutuhan.
Motivasi atau dorongan merupakan suatu usaha untuk memenuhi kebutuhan yang
harus terpuaskan (Heri Purwanto, 1999).
A. Dokumentasi Keperawatan Psikososial
Meliputi :
1. Dimensia (pikun patologis)
Demensia merupakan suatu kehilangan fungsi intelektual yang luas, akibat
dari penyakit organik difus, hemisfer serebri (demensia kortikal) atau struktur sub
kortikal (demensia sub kortikal) misalnya, penyakit parkinson dan huntungton.
Merosotnya fungsi intelektual ini cukup berat sehingga mengganggu fungsi sosial
atau pekerjaan.
2. Skizofrenia (gangguan jiwa )
Skizofrenia menggambarkan suatu kondisi psikotik yang kadang-kadang
ditandai dengan apatis tidak mempunyai hasrat asosial. Klien mengalami gangguan
pada pikiran persepsi dan perilaku. Pengalaman subjektif dari pikiran yang
mengganggu dimanispestasikan pada gangguan bentuk konsep yang sewaktu-waktu
mengarah kesalah mengartikan kenyataan, delusi dan halusinasi. Perubahan dalam
perasaan ambivalen, perasaan kontriksi atau tidak sesuai, dan hilangnya empati
kepada orang lain. Perilaku dapat berupa menarik diri, regresif atau aneh.
3. Depresi
Depresi adalah suatu gangguan alam perasaan yang ditandai
dengan Perasaan sedih yang berlebihan dan berkepanjangan. Depresi adalah suatu
perasaan berduka abortif, yang menggunakan mekanisme represi, supresi, denial dan
disosiasi. Gejala penyakit harus berlangsung hilang timbul, selama setidaknya dua
tahun atau lebih. Sering muncul untuk pertama kali, pada usia akhir 20an atau 30an.
Prevalensi selama hidup dan mulainya berangsur-angsur sering pada orang yang
mempunyai prediposisi untuk depresi, yaitu: kehilangan besar pada masa kanak-
kanak, baru saja mengalami kehilangan, stres kronik, dan kerentanan psikiatrik.
4. Maniak
5. Alkoholisme
Alkohol adalah suatu obat depresan sistem saraf pusat yang biasa di gunakan
dalam masyarakat kita karena berbagai alasan ( mis. Untuk meningkatkan cita rasa
makanan, mendorong relaksasi dan kesenangan saat berkumpul dengan teman-teman,
merayakan sesuatu, dan sebagai salah satu bagian dari upacara keagamaan). Secara
terapetik, alkohol banyak terkandung dalam obat yang jual bebas/ diresepkan.
Alkohol tidak dapat berbahaya, bahkan alkohol akan menyenangkan, dan kadang
menguntungkan jika digunakan secara bertanggung jawab dan tidak berlebihan.
6. Kecemasan
7. Anorexia – Nervosa
Page 7 of 71
7
Anoreksia merupakan salah satu sindrom yang amat khas mengenai gangguan
somatik yang penyebabnya berasal dari faktor psikis. Anoreksia nerfosa merupakan
gangguan perilaku yamng berkaitan dengan penolakan makan. Ia dapat merupakan
penderita gangguan neurotik atau psikotik ataupun sebagai sindrom tersendiri yang
disebut dengan istlah anoreksia idiopatik atau anoreksia esensial.
8. Autisme
Autisme pada anak adalah suatu keadaan yang mengalami masalah
komunikasi dan perilaku yang berat serta ketidak mampuan berhubungan dengan
orang lain secara normal, walaupun dengan stimulasi eksternal. (Direktorat Kes. Jiwa
Jakarta 1995).
9. Gangguang kepribadian
Kepribadian adalah suatu gaya prilaku yang menetap dan secara khas dapat
dikenali pada setiap individu. Gangguan kepribadian merupakan suatu ciri
kepribadian yang menetap, kronis dan dapat terjadi hampir semua keadaan,
menyimpang secara jelas dari norma-norma budaya dan menyebabkan fungsi
kehidupan yang buruk.
10. Penyimpangan Sexual
Gangguan ini sering kali merupakan hal pertama yang menarik perhatian para
Dokter umum. Tiga katagori yang khas adalah:
a. Disfungsi psikososial, Inhibisi dalam keinginan seksual atau penampilan
sikopsikologis.
b. Parapilia, perangsanagn seksual terhadap stimulus yang menyimpang.
c. Gangguan identitas gender, pasien merasa sebagai jenis kelamin yang
berlawanan.
B. Perawatan Psikososial
1. Pendokumentasian
Perawat memberikan perawata psikososial yang diperlukan dan jarang
menghitung waktu dan energi yang telah mereka habiskan untuk memberikan
perawatan tersebut. Intervensi psikososial sama pentingnya dengan praktik
keperawatan yang lain seperti mengkaji, memberi perawatan fisik, memneri obat dan
mengajari pasien
Pendokumentasian perawatan psikososial tidak perlu terlalau panjang atau
menguras tenaga. Jost memberi saran untuk mengenali dan mendokumentasikan
Page 8 of 71
8
intervensi psikososial
1. Masukkan pernyatan singkat tentang tema utama percakapan
2. Catat petunjuk non verbal dan prilaku pasien yang menonjol, seperti
meremas-remas tangan
3. Gunakan pernyataan objektif untuk menggambarkan prikaku pasien
4. Nyatakan dengan singkat metode intervensi dengan menggunakan kata-
kata deskriptif
5. Dokumentasikan respon pasien yang sifatnya segera terhadap intrervensi,
ingat bahwa respons tersebut tidak berubah dalam emosi atau prilaku,
tetapi sudah cukup bahwa pasien mampu mengungkapkan perasaannya.
C. Tujuan Proses Pendokumentasian Psikososial
1. Memberikan asuhan sesuai kebutuhan dan masalah klian sehungga mutu
pelayanan keperawatan optimal. Merupakan tantangan yang unik karena masalah
kesehatan jiwa mungkin tidak dapat dilihat langsung seperti masalah fisik,
memperlihatkan gejala yang berbeda dan muncul oleh berbagai penyebab. Banyak
klien tidak dapat menceritakan masalahnya bahkan mungkin menceritakan hal yang
berbeda atau kontradiksi. Proses keperawatan merupakan sarana/wahana kerjasama
perawat dengan klien, yang umumnya pada tahap awal peran perawat lebih besar dari
pada peran klien, namun pada proses akhirnya diharapkan peran klien lebih besar
daripada peran perawat, sehingga kemandirian klien dapat dicapai (Keliat, 1998).
2. Hubungan saling percaya antara perawat dan klien merupakan dasar
utama dalam melakukan asuhan keperawatan pada gangguan jiwa.
D. Manfaat proses keperawatan dapat disimpulkan sebagai berikut
Ø Manfaat bagi perawat
1. Peningkatan otonomi, percaya diri dalam memberikan asuhan
keperawatan.
2. Tersedianya pola pikir/kerja yang logis, ilmiah, sistematis dan
terorganisasi.
3. Pendokumentasian dalam proses keperawatan memperlihatkan perawat
bertanggung jawab dan bertanggung gugat.
4. Peningkatan kepuasan kerja.
5. Sarana/wahana desiminasi IPTEK keperawatan.
Page 9 of 71
9
6. Pengembangan karier, melalui pola pikir penelitian
Ø Manfaat bagi klien
1. Asuhan yang diterima bermutu dan dipertanggungjawabkan secara
ilmiah.
2. Terhindar dari malpraktik.
E. Bentuk Proses Dokumentasi Keperawatan Psikososial
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses keperawatan,
yang terdiri atas pengumpulan data dan perumusan kebutuhan atau masalah klien.
Data yang dikumpulkan meliputi data biologis, psikologis, sosial, dan spiritual.
Pengelompokan data pada pengkajian kesehatan jiwa dapat pula berupa faktor
predisposisi, faktor presipitasi, penilaian terhadap stressor, sumber koping dan
kemampuan koping yang dimiliki klien (Stuart dan Sundeen 1995, dikutip : Keliat,
1998). Cara lain dapat berfokus pada lima dimensi yaitu Fisik, emosional, intelektual,
sosial dan spiritual. Untuk dapat menjaring data dikembangkan formulir pengkajian
dan petunjuk teknis pengkajian agar mudah dalam pengkajian. Adapun isi pengkajian
meliputi : Identitas klien, keluhan utama/alasan masuk, faktor predisposisi, aspek
pisik/biologis, aspek psikologis, status mental, kebutuhan persiapan pulang,
mekanisme koping, masalah psikososial dan lingkungan, pengetahuan dan aspek
medik. Data yang diperoleh dapat dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu data
obyektif dan data subyektif. Selanjutnya perawat dapat menyimpulkan kebutuhan
atau masalah klien, sebagai berikut :
a. Tidak ada masalah tetapi ada kebutuhan :
1. Klien tidak memerlukan peningkatan kesehatan, klien hanya memerlukan
pemeliharaan kesehatan dan memerlukan follow up secara periodik karena
tidak ada masalah serta klien telah mempunyai pengetahuan untuk
antisipasi masalah.
2. Klien memerlukan peningkatan kesehatan berupa prevensi dan promosi
sebagai program antisipasi terhadap masalah
b. Ada masalah dengan kemungkinan :
a. Risiko terjadi masalah karena sudah ada faktor yang dapat menimbulkan
masalah.
b. Aktual terjadi masalah disertai data pendukung. Umumnya sejumlah
Page 10 of 71
10
masalah klien saling berhubungan dan dapat digambarkan sebagai pohon
masalah (Fasid, 1993 dan INJF, 1996, dikutip : Keliat, 1998). Agar
penentuan pohon masalah dapat dipahami dengan jelas, penting untuk
diperhatikan tiga komponen yang terdapat pada pohon masalah yaitu :
penyebab (causa) masalah utama (core problem) dan effect (akibat).
Masalah utama adalah prioritas masalah klien dari beberapa masalah yang
dimiliki klien. Penyebab adalah salah satu dari beberapa masalah klien
yang merupakan penyebab masalah utama. Akibat adalah salah satu dari
beberapa masalah klien yang merupakan efek/akibat dari masalah utama.
a. Faktor predisposisi
Respon psikologis pada penyakit fisik dipengaruhi beberapa faktor yang
terkait dengan pengalaman masa lalu dan sistem pendukung klien, yaitu :
1. Pengetahuan tentang penyakit
Kurang informasi atau salah pengertian dapat meningkatkan ansietas yang
akan mempengaruhi pemulihan
2. Pengalaman lalu tentang penyakit
Harapan pemulihan penyakit, tergantung pada pengalaman langsung dan tidak
langsung terhadap penyakit baik yang posistif maupun negative
3. Persepsi dan pandangan terhadap diri
Sikap positif terhadap diri sendiri dan pengembangan keterampilan
menggunakan koping adaptif akan membantu kemampuan individu
menghadapi penyakitnya.
4. Keuletan
Keuletan merupakan kekuatan individu untuk mengembalikan aspek
psikososial pada keadaan adaptif yang terdiri dari kekuatan ego, keintiman
sosial dan sumber daya yang ada.
b. Faktor predisposisi
Faktor pencetus adalah hal utama yang digunakan dalam penetapan gejala
atau diagnosis penyakit. Aspek yang dapat mempengaruhi beratnya pengalaman
stress adalah :
1. Peralihan sehat ke sakit
Terjadinya serangan penyakit yang mendadak atau tidak diduga dapat
menimbulkan stress. Proses terjadinya penyakit yang lama akan memberi
kesempatan pada klien untuk mepersiapkan diri menerima penyakit.
Page 11 of 71
11
2. Prognosis penyakit
Beberapa diagnosis seperti AIDS dan kanker yang dianggap fatal dan
diagnosa yang tidak fatal tetapi sulit untuk diobati seperti kecacatan yang
tidak terduga akan menimbulkan stress.
3. Tindakan pengobatan
Tindakan operasi dan pengobatan jangka panjang seperti dialisis akan
menambah stress
· Respon orang berarti/ terdekat
· Respons orang yang dicintai dan berarti bagi klien akan membantu
pemulihan. Sebaliknya jika orang yang dicintai memberi respons
emosional yang datar atau tanpa emosi dapat emningkatkan stres
pada klien.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah penilaian atau kesimpulan yang diambil dari
pengkajian (Gabie, dikutip oleh Carpenito, 1993). - Diagnosa keperawatan adalah
masalah kesehatan aktual atau potensial dan berdasarkan pendidikan dan
pengalamannya perawat mampu mengatasinya, (Gordon, dikutip oleh Carpenito,
1983) - Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang respon aktual atau
potensial dari individu, keluarga atau masyarakat terhadap masalah kesehatan/proses
kehidupan (Carpenito, 1995) - Diagnosa keperawatan adalah identifikasi atau
penilaian terhadap respon klien baik aktual maupun potensial. (Stuart dan Sundeen,
1995). Diagnosa keperawatan dapat dirumuskan PE (Problem, Etiologi) keduanya
ada hubungan sebab akibat dan rumusan PES (Problem, Etiologi, Simptom atau
gejala sebagai data penunjang). Adapun tipe-tipe diagnosanya yaitu : Diagnosa
aktual, diagnosa resiko tinggi, diagnosa mungkin dan masalah kolaboratif.
3. Rancana Asuhan Keperawatan
Keperawatan Rencana tindakan keperawatan terdiri dari tiga aspek yaitu
tujuan umum, tujuan khusus dan rencana tindakan keperawatan. Tujuan umum
memfokuskan kepada penyelesaian masalah (P) dari diagnosa tertentu, tujuan umum
dapat dicapai jika serangkaian tujuan khusus telah dicapai. Tujuan khusus berfokus
pada penyelesaian etiologi (E) dari diagnosa tertantu. Tujuan khusus merupakan
rumusan kemampuan klien yang perlu dicapai atau dimiliki klien. Umumnya
Page 12 of 71
12
kemampuan pada tujuan khusus dapat dibagi menjadi tiga aspek (Stuart dan Sundeen,
1995) yaitu kemampuan kognitif yang diperlukan untuk menyelesaikan etiologi dari
diagnosa keperawatan, kemampuan psikomotor yang diperlukan agar etiologi dapat
selesai dan kemampuan afektif agar klien precaya akan kemampuan menyelesaikan
masalah. Kata kerja yang digunakan untuk menuliskan tujuan ini harus berfokus pada
perilaku.
2. Dokumentasi Askep Gangguan Jiwa
Proses keperawatan pada klien dengan masalah kesehatan jiwa merupakan
tantangan yang unik karena masalah kesehatan jiwa mungkin tidak dapat dilihat
langsung seperti pada masalah kesehatan fisik, memperlihatkan gejala yang berbeda
dan muncul oleh berbagai penyebab. Proses keperawatan merupakan sarana/wahana
kerjasama perawat dengan klien, yang umumnya pada tahap awal peran perawat lebih
besar dari pada peran klien, namun pada proses akhirnya diharapkan peran klien lebih
besar daripada peran perawat, sehingga kemandirian klien dapat dicapai (Keliat,
1998).
1. Manfaat proses keperawatan dapat disimpulkan sebagai berikut:
- Manfaat bagi perawat:
Peningkatan otonomi, percaya diri dalam memberikan asuhan
keperawatan. Tersedianya pola pikir/kerja yang logis, ilmiah, sistematis dan
terorganisasi. Pendokumentasian dalam proses keperawatan memperlihatkan
perawat bertanggung jawab dan bertanggung gugat. Peningkatan kepuasan
kerja. Sarana/wahana desiminasi IPTEK keperawatan. Pengembangan karier,
melalui pola pikir penelitian
- Manfaat bagi klien:
Asuhan yang diterima bermutu dan dipertanggungjawabkan secara
ilmiah. Terhindar dari malpraktik.
A. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses keperawatan,
yang terdiri atas pengumpulan data dan perumusan kebutuhan atau masalah klien.
Data yang dikumpulkan meliputi data biologis, psikologis, sosial, dan spiritual.
Pengelompokan data pada pengkajian kesehatan jiwa dapat pula berupa faktor
predisposisi, faktor presipitasi, penilaian terhadap stressor, sumber koping dan
kemampuan koping yang dimiliki klien (Stuart dan Sundeen 1995, dikutip : Keliat,
Page 13 of 71
13
1998).
Cara lain dapat berfokus pada lima dimensi yaitu Fisik, emosional,
intelektual, sosial dan spiritual. Untuk dapat menjaring data dikembangkan formulir
pengkajian dan petunjuk teknis pengkajian agar mudah dalam pengkajian. Adapun isi
pengkajian meliputi : Identitas klien, keluhan utama/alasan masuk, faktor
predisposisi, aspek pisik/biologis, aspek psikologis, status mental, kebutuhan
persiapan pulang, mekanisme koping, masalah psikososial dan lingkungan,
pengetahuan dan aspek medik.
Data yang diperoleh dapat dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu data
obyektif dan data subyektif. Selanjutnya perawat dapat menyimpulkan kebutuhan
atau masalah klien, sebagai berikut :
1) Tidak ada masalah tetapi ada kebutuhan :
Klien tidak memerlukan peningkatan kesehatan, klien hanya
memerlukan pemeliharaan kesehatan dan memerlukan follow up secara
periodik karena tidak ada masalah serta klien telah mempunyai
pengetahuan untuk antisipasi masalah. Klien memerlukan peningkatan
kesehatan berupa prevensi dan promosi sebagai program antisipasi
terhadap masalah
2) Ada masalah dengan kemungkinan :
Risiko terjadi masalah karena sudah ada faktor yang dapat
menimbulkan masalah. Aktual terjadi masalah disertai data pendukung.
Umumnya sejumlah masalah klien saling berhubungan dan dapat
digambarkan sebagai pohon masalah (Fasid, 1993 dan INJF, 1996, dikutip
: Keliat, 1998).
Agar penentuan pohon masalah dapat dipahami dengan jelas, penting
untuk diperhatikan tiga komponen yang terdapat pada pohon masalah
yaitu : penyebab (causa) masalah utama (core problem) dan effect
(akibat). Masalah utama adalah prioritas masalah klien dari beberapa
masalah yang dimiliki klien. Penyebab adalah salah satu dari beberapa
masalah klien yang merupakan penyebab masalah utama. Akibat adalah
salah satu dari beberapa masalah klien yang merupakan efek/akibat dari
masalah utama.
B. Diagnosa Keperawatan
Pengertian diagnosa keperawatan yang dikemukakan oleh beberapa ahli sebagai
Page 14 of 71
14
berikut :
a. Diagnosa keperawatan adalah penilaian atau kesimpulan yang diambil dari
pengkajian (Gabie, dikutip oleh Carpenito, 1993).
b. Diagnosa keperawatan adalah masalah kesehatan aktual atau potensial dan
berdasarkan pendidikan dan pengalamannya perawat mampu
mengatasinya, (Gordon, dikutip oleh Carpenito, 1983)
c. Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang respon aktual atau
potensial dari individu, keluarga atau masyarakat terhadap masalah
kesehatan/proses kehidupan (Carpenito, 1995)
d. Diagnosa keperawatan adalah identifikasi atau penilaian terhadap respon
klien baik aktual maupun potensial. (Stuart dan Sundeen, 1995).
Diagnosa keperawatan dapat dirumuskan PE (Problem, Etiologi)
keduanya ada hubungan sebab akibat dan rumusan PES (Problem,
Etiologi, Simptom atau gejala sebagai data penunjang).
Adapun tipe-tipe diagnosanya yaitu : Diagnosa aktual, diagnosa resiko tinggi,
diagnosa mungkin dan masalah kolaboratif.
C. Rencana Tindakan
Keperawatan Rencana tindakan keperawatan terdiri dari tiga aspek
yaitu tujuan umum, tujuan khusus dan rencana tindakan keperawatan. Tujuan
umum memfokuskan kepada penyelesaian masalah (P) dari diagnosa tertentu,
tujuan umum dapat dicapai jika serangkaian tujuan khusus telah dicapai.
Tujuan khusus berfokus pada penyelesaian etiologi (E) dari diagnosa tertantu.
Tujuan khusus merupakan rumusan kemampuan klien yang perlu dicapai atau
dimiliki klien.
Umumnya kemampuan pada tujuan khusus dapat dibagi menjadi tiga
aspek (Stuart dan Sundeen, 1995) yaitu kemampuan kognitif yang diperlukan
untuk menyelesaikan etiologi dari diagnosa keperawatan, kemampuan
psikomotor yang diperlukan agar etiologi dapat selesai dan kemampuan
afektif agar klien precaya akan kemampuan menyelesaikan masalah. Kata
kerja yang digunakan untuk menuliskan tujuan ini harus berfokus pada
perilaku. Tabel kata kerja untuk tujuan:
D. Implementasi
Tindakan Keperawatan Implementasi tindakan keperawatan
disesuaikan dengan rencana tindakan keperawatan. Sebelum melaksanakan
Page 15 of 71
15
tindakan yang sudah direncanakan, perawat perlu menvalidasi dengan singkat
apakah rencana tindakan masih sesuai dan dibutuhkan klien sesuai dengan
kondisinya saat ini (here and now).
Perawat juga menilai diri sendiri, apakah mempunyai kemampuan
interpersonal, intelektual, teknikel, sesuai dengan tindakan yang akan
dilaksanakan. Dinilai kembali apakah aman bagi klien. Lakukan kontrak
dengan klien yang diharapkan. Dokumentasikan semua tindakan yang
dikerjakan dan respon klien.
E. Evaluasi Tindakan Keperawatan
Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari
tindakan keperawatan kepada klien. Evaluasi dilakukan terus menerus pada
respoons klien terhadap tindakan keperawatan yang dilaksanakan. Evaluasi
dibagi menjadi dua yaitu evaluasi proses atau formatif dilakukan setiap selesai
melaksanakan tindakan, evaluasi hasil atau sumatif dilakukan dengan
membandingkan respon klien pada tujuan khusus dan tujuan umum yang telah
ditentukan.
Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP,
sebagai pola pikir:
S = Respon subyektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan.
O = Respon obyektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan.
A = Analisa ulang atas data subyektif dan obyektif atau muncul untuk
menyimpulkan apakah masalah baru atau ada data yang kontradiksi dengan
masalah yang ada.
P = Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisa pada respon
klien.
Rencana tindak lanjut dapat berupa :
Rencana teruskan, jika masalah tidak berubah. Rencana dimodifikasi
jika masalah tetap, semua tindakan sudah dijalankan tetapi hasil belum
memuaskan. Rencana dibatalkan jika ditemukan masalah baru dan bertolak
belakang dengan masalah yang ada serta diagnosa lama dibatalkan. Rencana
atau diagnosa selesai jika tujuan sudah tercapai dan yang diperlukan adalah
memelihara dan mempertahankan kondisi yang baru.
Page 16 of 71
16
Klien dan keluarga perlu dilibatkan dalam evaluasi agar dapat melihat
perubahan dan berupaya mempertahankan dan memelihara. Pada evaluasi
sangat diperlukan reinforcement untuk menguatkan perubahan yang positif.
Klien dan keluarga juga dimotivasi untuk melakukan self reinforcement.
PETUNJUK TEKNIK PENGISIAN LEMBAR DOKUMENTASI YANG
MENGACU PADA MODEL PIE
1. Lembar dokumentasi asuhan keperawatan :
a. Pengisian nama, umur, jenis kelamin, dan tanggal, no register.
b. Tiap lembar data diisi problem intervensi dan evaluasi
2. Pada kolom problem ditambahkan data subyektif dan obyektif.
3. Pada kolom intervensi, intervensi langsung terhadap penyelesaian
masalah dengan intervensi dan no masalah klien yang relevan dicatat
yang dibuat oleh PP.
4. Pada kolom evaluasi dicatat keadaan klien sebagai pengaruh dari
intervensi yang diidentifikasi dengan tanda “E” ( Evaluasi ) dan no
masalah, berisi 6 jam, shift jaga ( pagi, sore, malam ) dan paraf
perawat.
5. Setiap masalah yang diidentifikasi dievaluasi minimal setiap 8 jam
( setiap pergantian shift.
PETUNJUK TEKNIS PENGISIAN FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN
KESEHATAN JIWA
Setiap melakukan pengkajian, tulis tempat klien dirawat dan tanggal dirawat.
I. Identitas
1. Perawat yang merawat klien melakukan perkenalan dan kontrak
dengan Klien tentang : nama perawat, nama klien, panggilan perawat,
panggilan klien, tujuan, waktu, tempat pertemuan, topik yang akan
dibicarakan.
2. Usia dan No RM Lihat RM
3. Mahasiswa menuliskan sumber data yang didapat.
II. Alasan Masuk Tanyakan kepada klien / keluarga:
1. Apa yang menyebabkan klien / keluarga datang ke Rumah Sakit
saat ini ?
2. Apa yang sudah dilakukan oleh keluarga mengatasi masalah ini ?
3. Bagaimana hasilnya ?
Page 17 of 71
17
III. Faktor Predisposisi
1. Tanyakan kepada Klien / keluarga apakah klien pernah mengalami
gangguan jiwa dimasa lalu, bila ya beri tanda " V " pada kotak " ya "
dan bila tidak beri tanda "V" pada kotak " tidak ".
2. Apabila pada poin 1 " ya " maka tanyakan bagaimana hasil
pengobatan sebelumnya apabila dia dapat beradaptasi di masyarakat
tanpa gejala - gejala gangguan jiwa maka beri tanda " V " pada kotak "
berhasil " apabila dia dapat beradaptasi tapi masih ada gejala - gejala
sisa maka beri tanda " V " pada kotak " kurang berhasil " apabila tidah
ada kemajuan atau gejala - gejala bertambah atau menetap maka beri
tanda " V " pada kotak " tidak berhasil ".
3. Tanyakan pada klien apakah klien pernah melakukan dan atau
mengalami dan atau menyaksikan penganiayaan fisik, seksual,
penolakan dari lingkungan, kekerasan dalam keluarga dan tindakan
kriminal, beri tanda " V " sesuai dengan penjelasan klien / keluarga
apakah klien sebagai pelaku dan atau korban, dan atau saksi, maka
beri tanda " V " pada kotak pertama, isi usia saat kejadian pada kotak
ke dua. Jika klien pernah sebagai pelaku dan korban dan saksi ( 2 atau
lebih ) tuliskan pada penjelasan. a. Beri penjelasan secara singkat dan
jelas tentang kejadian yang dialami klien terkait No. 1,2,3. b. Masalah
keperawatan ditulis sesuai dengan data.
4. Tanyakan kepada klien / keluarga apakah ada anggota keluarga
Iainnya yang mengalami gangguan jiwa, jika ada beri tanda " V " pada
kotak " ya " dan jika tidak beri tanda " V " pada kotak " tidak ".
Apabila ada anggota keluarga lama yang mengalami gangguan jiwa
maka tanyakan bagaimana hubungan klien dengan anggota keluarga
tersebut. Tanyakan apa gejala yang dialami serta riwayat pengobatan
dan perawatan yang pernah diberikan pada anggota keluarga tersebut.
5. Tanyakan kepada klien/keluarga tentang pengalaman yang tidak
menyenangkan (kegagalan, kehilangan/ perpisahan/ kematian, trauma
selama tumbuh kembang) Yang pernah dialami klien pada masa lalu.
IV. Fisik Pengkajian fisik difokuskan pada sistem dan fungsi organ;
1. Ukur dan observasi tanda-tanda vital : tekanan darah, nadi, suhu,
pernapasan klien.
Page 18 of 71
18
2. Ukur tinggi badan dan berat badan klien.
3. Tanyakan kepada klien/keluarga, apakah ada keluhan fisik yang
dirasakan oleh klien, bila ada beri tanda " V " di kotak " ya " dan bila "
tidak " beri tanda " V " pada kotak tidak.
4. Kaji Iebih lanjut sistem dan fungsi organ dan jelaskan sesuai dengan
keluhan yang ada.
5. Masalah keperawatan ditulis sesuai dengan data yang ada.
V. Psikososial
1. Genogram
a. Buatlah genogram minimal tiga gcncrasi yang dapat
menggambarkan hubungan klien dan keluarga.
b. Jelaskan masalah yang terkait dengan komunikasi,
pengambilan keputusan dan pola asuh.
c. Masalah keperawatan ditulis sesuai dengan data.
2. Konsep diri
a. Gambaran diri · Tanyakan persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian
tubuh yang disukai dan tidak disukai.
b. Identitas diri, tanyakan tentang · Status dan posisi klien sebelum
dirawat. · Kepuasan klien terhadap status dan posisinya (sekolah,
tempat kerja, keompok). · Kepuasan klien sebagai
laki-Iaki/perempuan.
c. Peran: Tanyakan, · Tugas/ peran yang diemban dalam
keluarga/kelompok/ masyarakat · Kemampuan klien dalam
melaksanakan tugas/ peran tersebut
d. Ideal diri : Tanyakan, · Harapan terhadap tubuh, posisi, status,
tugas/peran. · Harapan klien terhadap lingkungan (keluarga, sekolah,
tempat kerja, masyarakat) · Harapan klien terhadap penyakitnya
e. Harga diri : Tanyakan, · Hubungan klien dengan orang lain sesuai
dengan kondisi no.2 a, b, c,d. · Penilaian/ penghargaan orang lain
terhadap diri dan kehidupannya.
f. Masalah keperawatan ditulis sesuai dengan data.
3. Hubungan sosial
a. Tanyakan pada klien siapa orang yang berarti dalam
kehidupannya, tempat mengadu, tempat bicara, minta
Page 19 of 71
19
bantuan atau sokongan.
b. Tanyakan pada klien kelompok apa saja yang diikuti dalarn
masyarakat.
c. Tanyakan pada klien sejauh mana ia terlibat dalam
kelompok dimasyarakat.
d. Masalah keperawatan ditulis sesuai dengan data
4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan : Tanyakan tentang: · Pandangan dan
keyakinan, terhadap gangguan jiwa sesuai dengan norma
budaya dan agama yang dianut. · Pandangan masyarakat
setempat tentang gangguan jiwa.
b. Kegiatan ibadah : Tanyakan: · Kegiatan ibadah dirumah
secara individu dan kelompok. · Pendapat klien/ keluarga
tentang kegiatan ibadah.
c. Masalah keperawatan ditulis sesuai dengan data
VI. Status Mental Beri tanda " V " pada kotak sesuai dengan keadaan klien
boleh lebih dari satu
1. Penampilan. Data ini didapatkan melalui hasil observasi perawat /
keluarga Penampilan tidak rapih jika dari ujung rambut sampai ujung kaki
ada yang tidak rapih. Misalnya : rambut acak-acakan, kancing baju tidak
tepat, resleting tidak dikunci, baju terbalik, baju tidak diganti-ganti.
a. Penggunaan pakaian tidak sesuai misalnya : pakaian dalam, dipakai
diluar baju.
b. Cara berpakaian tidak seperti biasanya jika. penggunaan pakaian
tidak tepat (waktu, tempat, identitas, situasi/ kondisi).
c. Jelaskann hal-hal yang ditampilkan klien dan kondisi lain yang tidak
tercantum. e. Masalah keperawatan ditulis sesuai dengan data.
2. Pembicaraan
a. Amati pembicaraan yang ditemukan pada klien, apakah cepat, keras,
gagap, membisu, apatis dan atau lambat
b. Bila pembicaraan berpindah-pindah dari satu kalimat ke kalimat lain
yang tak ada kaitannya beri tanda " V " pada kotak inkoheren.
c. Jelaskan hal-hal yang tidak tercantum.
d. Masalah keperawatan ditulis sesuai dengan data.
Page 20 of 71
20
3. Aktivitas motorik Data ini didapatkan melalui hasil observasi perawat/
keluarga.
a. Lesu, tegang, gelisah sudah jelas.
b. Agitasi = gerakan motorik yang menunjukkan kegelisahan,
c. Tik = gerakan-gerakan kecil pada otot muka yang tidak terkontrol.
d. Grimasen = gerakan otot muka yang berubah-ubah yang tidak dapat
Dikontrol klien.
e. Tremor = jari- jari yang tampak gemetar ketika klien menjulurkan
tangan dan merentangkan jari-jari.
f. Kompulsif = kegiatan yang dilakukan berulang-ulang dan seperti
berulang kali mencuci tangan, mencuci muka, mandi, mengeringkan
tangan dan sebagainya.
g. Jelaskan aktivitas yang ditampilkan klien dan kondisi lain yang tidak
tercantum. i. Masalah keperawatan ditulis sesuai dengan data.
4. Alam perasaan.
Data ini didapatkan melalui hasil observasi perawat / keluarga.
a. Sedih, putus asa, gembira yang berlebihan sudah jelas
b. Ketakutan = objek yang ditakuti sudah jelas.
c. Khawatir = objeknya belum jelas.
d. Jelaskan kondisi klien yang tidak tercantum.
e. Masalah keperawatan ditulis sesuai data.
5. Afek
Data ini didapatkan melalui hasil observasi perawat/keluarga.
a. Datar = tidak ada perubahan roman muka pada saat ada stimulus yang
b. menyenangkan atau menyedihkan.
c. Tumpul = hanya bereaksi bila ada stimulus emosi yang kuat.
d. Labil = emosi yang cepat berubah-ubah.
e. Tidak sesuai = emosi yang tidak sesuai atau bertentangan dengan
stimulus yang ada.
f. Jelaskan hal-hal yang tidak tercantum.
g. Masalah keperawatan ditulis sesuai dengan data.
6. lnteraksi selama wawancara
Data ini didapatkan melalui hasil wawancara dan observasi perawat dan
keluarga
Page 21 of 71
21
a. Bermusuhan, tidak kooperatif, mudah tersinggung sudah jelas.
b. Kontak mata kurang - tidak mau menatap lawan bicara.
c. Defensif - selalu berusaha mempertahankan pendapat dan
kebenaran dirinya.
d. Curiga - menunjukan sikap/ perasaan tidak percaya pada orang lain
e. Jelaskan hal-hal yang tidak tercantum.
f. Masalah keperawatan sesuai dengan data.
7. Persepsi.
a. Jenis-jenis halusinasi sudah jelas, kecuali penghidu sama dengan
penciuman.
b. Jelaskan isi halusinasi, frekuensi, gejala yang tampak pada saat klien
berhalusinasi.
c. Masalah keperawatan sesuai dengan data
8. Proses pikir
Data diperoleh dari observasi dan saat wawancara
a. Sirkumstansial : pembicaraan yang berbelit-belit tapi sampai pada
tujuan pembicaraan.
b. Tangensial : pembicaraan yang berbelit-belit tapi tidak sampai pada
tujuan.
c. Kehilangan asosiasi : pembicaraan tak ada hubungan antara satu
kalimat dengan kalitnat lainnya, dan klien tidak menyadarinya.
d. Flight of ideas : pembicaraan.yang meloncat dari satu topik ke topik
lainnya, masih ada hubungan yang tidak logis dan tidak sampai pada
tujuan.
e. Bloking : pembicaraan terhenti tiba-tiba tanpa gangguan eksternal
kemudian dilanjutkan kembali.
f. Perseverasi : pembicaraan yang diulang berkali-kali.
g. Jelaskan apa yang dikatakan oleh klien pada saat wawancara.
h. Masalah keperawatan sesuai dengan data.
9. lsi pikir.
Data didapatkan melalui wawancara.
a. Obsesi : pikiran yang selalu muncul walaupun klien berusaha
menghilangkannya.
b. Phobia : ketakutan yang phatologis/ tidak logis terhadap objek/ situasi
Page 22 of 71
22
tertentu.
c. Hipokondria : keyakinan terhadap adanya gangguan organ dalam
tubuh yang sebenarnya tidak ada.
d. Depersonalisasi : perasaan klien yang asing terhadap diri sendiri,
orang atau lingkungan.
e. Ide yang terkait : keyakinan klien terhadap kejadian yang terjadi
lingkungan yang bermakna dan terkait pada dirinya.
f. Pikiran magis : keyakinan klien tentang kemampuannya melakukan
hal-hal yang mustahil/ diluar kemampuannya.
g. Waham. · Agama : keyakinan klien terhadap suatu agama secara
berlebihan dan diucapkan secara berulang tetapt tidak sesuai dengan
kenyataan. · Somatik : klien mempunyai keyakinan tentang tubuhnya
dan dikatakan secara berulang yang tidak sesuai dengan kenyataan. ·
Kebesaran : klien mempunyai keyakinan yang berlebihan terhadap
kemampuannya yang disampaikan secara berulang yang tidak sesuai
dengan kenyataan. · Curiga : klien mempunyai keyakinan bahwa ada
seseorang atau kelompok yang berusaha merugikan atau mencederai
dirinya yang disampaikan secara berulang dan tidak sesuai dengan
kenyataan. · Nihilistik : klien yakin bahwa dirinya sudah tidak ada di
dunia/ meninggal yang dinyatakan secara berulang yang tidak sesuai
dengan kenyataan. Waham yang bizar · Sisip pikir : klien yakin ada
ide pikiran orang lain yang disisipkan didalam pikiran yang
disampaikan secara berulang dan tidak sesuai dengan kenyataan. · siar
pikir : klien yakin bahwa orang lain mengetahui apa yang dia pikirkan
walaupun dia tidak menyatakan kepada orang tersebut yang
dinyatakan secara berulang dan tidak sesuai dengan kenyataan. ·
Kontrol pikir : klien yakin pikirannya dikontrol oleh kekuatan dari
luar.
h. Jelaskan apa yang dikatakan oleh klien pada saat wawancara.
i. Masalah keperawatan sesuai dengan data.
10. Tingkat kesadaran
Data tentang bingung dan sedasi diperoleh melalui wawancara dan
observasi, stupor diperoleh melalui observasi, orientasi klien (waktu,
tempat, orang) diperoleh melalui wawancara
Page 23 of 71
23
a. Bingung . tampak bingung dan kacau.
b. Sedasi : mengatakan merasa melayang-layang antara sadar/ tidak
sadar.
c. Stupor : gangguan motorik seperti kekakuan, gcrakan-gerakan yang
diulang, anggota tubuh klien dapat dikatakan dalam sikap canggung
dan dipertahankan klien, tapi klien mengerti semua yang terjadi
dilingkungan.
d. Orientasi waktu, tempat, orang jelas
e. Jelaskan data objektif dan subjektif yang terkait hal-hal diatas.
f. Masalah keperawatan sesuai dengan data.
g. Jelaskan apa yang dikatakan oleh klien pada saat wawancara
11. Memori.
Data diperoleh melalui wawancara
a. Gangguan daya ingat jangka panjang : tidak dapat mengingat kejadian
yang terjadi lebih dari satu bulan
b. Gangguan daya ingat jangka pendek : tidak dapat mengingat kejadian
yang terjadi dalam minggu terakhir.
c. Gangguan daya ingat saat ini : tidak dapat mengingat kejadian yang
baru saja terjadi.
d. Konfabulasi : pembicaraan tidak sesuai dengan kenyataan dengan
memasukan cerita yang tidak benar untuk menutupi gangguan daya
ingatnya.
e. Jelaskan sesuai dengan data terkait.
f. Masalah keperawatan sesuai dengan data
12. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Data diperoleh melalui wawancara
a. Mudah dialihkan : perhatian klien mudah berganti dari satu objek ke
objek lain.
b. Tidak mampu berkonsentrasi : klien selalu minta agar pertanyaan
diulang/ tidakdapat menjelaskan kembali pembicaraan.
c. Tidak mampu berhitung : tidak dapat melakukan penambahan/
pengurangan pada benda-benda nyata.
d. Jelaskan sesuai dengan data terkait.
e. Masalah keperawatan sesuai data.
Page 24 of 71
24
13. Kemampuan penilaian
a. Gangguan kemampuan penilaian ringan: dapat mengambil keputusan
yang sederhana dengan bantuan orang lain. Contoh : berikan
kesempatan pada klien untuk memilih mandi dulu sebelum makan atau
makan dulu sebelum mandi. Jika diberi penjelasan, klien dapat
mengambil keputusan.
b. Gangguan kemampuan penilaian bermakna : tidak mampu mengambil
keputusan walaupun dibantu orang lain. Contoh : berikan kesempatan
pada klien untuk memilih mandi dulu sebelum makan atau makan dulu
sebelum mandi. Jika diberi penjelasan klien masih tidak mampu
mengambil keputusan.
c. Jelaskan sesuai dengan data terkait.
d. Masalah keperawatan sesuai dengan data.
14. Daya tilik diri
Data diperoleh melalui wawancara
a. Mengingkari penyakit yang diderita : tidak menyadari gejala penyakit
(perubahan fisik, emosi) pada dirinya dan merasa tidak perlu
pertolongan
b. Menyalahkan hal-hal diluar dirinya : menyalahkan orang lain/
lingkungan yang menyebabkan kondisi saat orang lain/ lingkungan
yang menyebabkan kondisi saat ini.
c. Jelaskan dengan data terkait.
d. Masalah keperawatan sesuai dengan data
VII. Kebutuhan Persiapan Pulang
1. Makan
a. Observasi dan tanyakan tentang frekuensi, jumlah, variasi, macam
(suka/ tidak suka/ pantang) dan cara makan.
b. Observasi kemampuan klien dalam menyiapkan dan membersihkan
alat makan.
2. BAB/BAK, Observasi kemampuan klien untuk BAB / BAK. - Pergi,
menggunakan dan membersihkan WC - Membersihkan diri dan merapikan
pakaian
3. Mandi
a. Observasi dan tanyakan tentang frekuensi, cara mandi, menyikat gigi,
Page 25 of 71
25
cuci rambut, gunting kuku, cukur (kumis, jenggot dan rambut)
b. Observasi kebersihan tubuh dan bau badan.
4. Berpakaian
a. Observasi kemampuan klien dalam mengambil, memilih dan
mengenakan pakaian dan alas kaki.
b. Observasi penampilan dandanan klien.
c. Tanyakan dan observasi frekuensi ganti pakaian.
d. Nilai kemampuan yang harus dimiliki klien: mengambil, memilih dan
mengenakan pakaian.
5. lstirahat dan tidur Observasi dan tanyakan tentang:
- Lama dan waktu tidur siang / tidur malam
- Persiapan sebelum tidur seperti: menyikat gigi, cuci kaki dan berdoa.
- Kegiatan sesudah tidur, seperti: merapikan tempat tidur, mandi/ cuci
muka dan menyikat gigi.
6. Penggunaan obat Observasi dan tanyakan kepada klien dan keluarga
tentang: - Penggunaan obat: frekuensi, jenis, dosis, waktu dan cara. -
Reaksi obat.
7. Pemeliharaan kesehatan Tanyakan kepada klien dan keluarga tentang: -
Apa, bagaimana, kapan dan kemana, perawatan dan pengobatan lanjut. -
Siapa saja sistem pendukung yang dimiliki (keluarga, teman, institusi dan
lembaga pelayanan kesehatan) dan cara penggunaannya.
8. Kegiatan di dalam rumah Tanyakan kemampuan klien dalam: -
Merencanakan, mengolah dan menyajikan makanan - Merapikan rumah
(kamar tidur, dapur, menyapu, mengepel). - Mencuci pakaian sendiri -
Mengatur kebutuhan biaya sehari-hari
9. Kegiatan di luar rumah Tanyakan kemampuan klien - Belanja untuk
keperluan sehari-hari - Dalam melakukan perjalanan mandiri dengan jalan
kaki, menggunakan kendaraan pribadi, kendaraan umum) - Kegiatan lain
yang dilakukan klien di luar rumah (bayar listrik/ telpon/ air, kantor pos
dan bank).
VIII. Mekanisme Koping
Data didapat melalui wawancara pada klien atau keluarganya. Beri tanda
"V" pada kotak koping yang dimiliki klien, baik adaptif maupun
maladaptif.
Page 26 of 71
26
CONTOH ASKEP DENGAN GANGGUAN PSIKOSOSIAL
DAN KESEHATAN JIWA
(Pasien dengan Penyalahgunaan Napza)
A. Pengkajian
1. Kaji situasi kondisi penggunaan zat
Kapan zat digunakan
Kapan zat menjadi lebih sering digunakan/mulai menjadi masalah
Kapan zat dikurangi/dihentikan, sekalipun hanya sementara
2. Kaji risiko yang berkaitan dengan penggunaan zat
Berbagi peralatan suntik
Perilaku seks yang tidak nyaman
Menyetir sambil mabuk
Riwayat over dosis
Riwayat serangan (kejang) selama putus zat
3. Kaji pola penggunaan
Waktu penggunaan dalam sehari (pada waktu menyiapkan makan malam)
Penggunaan selama seminggu
Tipe situasi (setelah berdebat atau bersantai di depan TV)
Lokasi (timbul keinginan untuk menggunakan NAPZA setelah berjalan
melalui rumah bandar)
Kehadiran atau bertemu dengan orang-orang tertentu (mantan pacar, teman
pakai)
Adanya pikiran-pikiran tertentu (“Ah, sekali nggak bakal ngerusak” atau
“Saya udah nggak tahan lagi nih, saya harus make”)
Adanya emosi-emosi tertentu (cemas atau bosan)
Adanya faktor-faktor pencetus (jika capek, labil, lapar, tidak dapat tidur atau
stres yang berkepanjangan)
4. Kaji hal baik/buruk tentang penggunaan zat maupun tentang kondisi bila tidak
menggunakan.
B. Diagnosa Keperawatan
Koping individu tidak efektif: belum mampu mengatasi keinginan menggunakan zat
Page 27 of 71
27
C. Tindakan Keperawatan
Strategi Pertemuan 1- Klien: 1) mendiskusikan dampak penggunaan NAPZA bagi
kesehatan, cara meningkatkan motivasi berhenti, dan cara mengontrol keinginan. 2)
melatih cara meningkatkan motivasi dan cara mengontrol keinginan. 3) membuat
jadwal latihan
Latihan SP 1-Klien
Orientasi
“Selamat pagi Dik, perkenalkan saya suster M”.
“Nama adik siapa?”
“Lebih senang dipanggil apa”
“Bagaimana keadaan kamu pagi ini?”
“Kalau A tidak keberatan, selama 20 menit kedepan kita akan bercakap-cakap tentang kesehatan A?”
“Bagaimana kalau kita bercakap-cakap di teras depan ruangan A?”
Kerja
“Apa yang biasa A pakai sebelum masuk ke pusat rehabilitasi ini?” “Ganja?” “Apakah ada keluhan
dengan kesehatan A?”
“Bagaimana hubungan A dengan teman-teman A?”
“Bagaimana dengan sekolah A?”
“Sejak kapan A menggunakan ganja?”
“Pada situasi yang bagaimana timbul keinginan A menghisap ganja?”
“Apa saja akibat yang A rasakan kalau menghisap ganja?”
“Apakah A ingin berhenti?” “Bagus!”
“Berapa kali A mencoba berhenti?”
“Bagaimana perasaan A ketika tidak menghisap ganja?”
“Apa yang menyebabkan A memakai ganja lagi?”
“Baiklah kalau begitu, Suster akan jelaskan akibat kesehatan yang dapat terjadi.. “Yang mana yang
sudah A alami?”
“Jadi A ingin coba berhenti?”
“Sekarang mari kita bicarakan apa-apa saja yang masih dapat dibanggakan dari A, kita mulai dari: *
Diri A:
“Coba A lihat aspek positif yang masih A miliki.”
“Betul A masih sangat muda, punya pendidikan, sehat, dan masa depan yang cerah sedang menunggu
kamu, bagus sekali.” * Keluarga A:
“A masih punya ayah, ibu, dan saudara-saudara kamu yang begitu perhatian dengan kamu”.
“Ternyata banyak sekali hal positif yang ada pada A”
“Sekarang bagaimana kalau A berlatih mensyukuri hal positif yang ada pada A” “Katakan saya masih
muda, saya harus berhenti!”
“Bagaimana kalau kita teruskan diskusi tentang cara-cara menghindari penggunaan ganja.”
Page 28 of 71
28
“Ada beberapa cara yaitu: 1. Hindari teman-teman A yang menawarkan ganja 2. Kunjungi teman-
teman yang tidak menggunakan 3. Bicara pada teman-teman yang berhasil berhenti 4. Kalau pergi
keluar dari rumah sebaiknya ditemani keluarga
“Selain itu lakukan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat.” “Apa contohnya A?” “Bagus!” “Mari kita
buat jadwal kegiatannya.”
Terminasi
“Bagaimana perasaan A setelah bercakap-cakap?” “Bagus sekali.”
“Nah, suster mau tanya lagi:
“Coba A sebutkan kembali hal-hal positif yang masih A miliki!” “Bagus sekali” “Yang mana yang
mau dilatih?”
“Saya bisa berhenti.” (Afirmasi).
“Sekarang coba sebutkan kembali cara menghindari penggunaan ganja!” “Benar” “Yang mana yang
mau dilatih”
“Nah, masukkan dalam jadwal latihannya dan dicoba”
“Besok pagi suster akan datang kembali, kita akan diskusikan lagi hasil latihannya dan kita latih cara
yang lain.”
“Bagaimana A”
“Baiklah kalau begitu besok jam 11.00 kita ketemu ya.”
“Sampai jumpa”
Beberapa hal yang harus diperhatikan oleh perawat untuk membantu klien mengatasi
craving/nagih (keinginan untuk menggunakan kembali NAPZA) adalah sebagai
berikut: 1) identifikasi rasa nagih muncul, 2) ingat diri sendiri, rasa nagih normal
muncul saat kita berhenti, 3) ingatlah rasa nagih seperti kucing lapar, semakin lapar,
semakin diberi makan semakin sering muncul, 4) cari seseorang yang dapat
mengalihkan dari rasa nagih, 5) coba menyibukkan diri saat rasa nagih datang, 6)
tundalah penggunaan sampai beberapa saat, 7) bicaralah pada seseorang yang dapat
mendukung, 8) lakukan sesuatu yang dapat membuat rileks dan nyaman, 9) kunjungi
teman-teman yang tidak menggunakan narkoba, 10) tontonlah video, ke bioskop atau
dengar musik yang dapat membuat rileks, 11) dukunglah usaha anda untuk berhenti
sekalipun sering berakhir dengan menggunakan lagi, 12) bicara pada teman-teman
yang berhasil berhenti, dan 13) bicaralah pada teman-teman tentang bagaimana
mereka menikmati hidup atau rilekslah untuk dapat banyak ide.
Menurut Keliat dkk. (2006), tujuan tindakan keperawatan untuk keluarga adalah
sebagai berikut:
1) Keluarga dapat mengenal masalah ketidakmampuan anggota keluarganya
Page 29 of 71
29
berhenti menggunakan NAPZA
2) Keluarga dapat meningkatkan motivasi klien untuk berhenti
3) Keluarga dapat menjelaskan cara merawat klien NAPZA
4) Keluarga dapat mengidentifikasi kondisi pasien yang perlu dirujuk
Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan pada keluarga anatara lain:
1) Diskusikan tentang masalah yang dialami keluarga dalam merawat klien
2) Diskusikan bersama keluarga tentang penyalahgunaan/ketergantungan zat (tanda,
gejala, penyebab, akibat) dan tahapan penyembuhan klien (pencegahan,
pengobatan, dan rehabilitasi).
3) Diskusikan tentang kondisi klien yang perlu segera dirujuk seperti: intoksikasi
berat, misalnya penurunan kesadaran, jalan sempoyongan, gangguan penglihatan
(persepsi), kehilangan pengendalian diri, curiga yang berlebihan, melakukan
kekerasan sampai menyerang orang lain. Kondisi lain dari klien yang perlu
mendapat perhatian keluarga adalah gejala putus zat seperti nyeri (sakau), mual
sampai muntah, diare, tidak dapat tidur, gelisah, tangan gemetar, cemas yang
berlebihan, depresi (murung yang berkepanjangan).
4) Diskusikan dan latih keluarga merawat klien NAPZA dengan cara: menganjurkan
keluarga meningkatkan motivasi klien untuk berhenti atau menghindari sikap-
sikap yang dapat mendorong klien untuk memakai NAPZA lagi (misalnya
menuduh klien sembarangan atau terus menerus mencurigai klien memakai lagi);
mengajarkan keluarga mengenal ciri-ciri klien memakai NAPZA lagi (misalnya
memaksa minta uang, ketahuan berbohong, ada tanda dan gejala intoksikasi);
ajarkan keluarga untuk membantu klien menghindar atau mengalihkan perhatian
dari keinginan untuk memakai NAPZA lagi; anjurkan keluarga memberikan
pujian bila klien dapat berhenti walaupun 1 hari, 1 minggu atau 1 bulan; dan
anjurkan keluarga mengawasi klien minum obat.
D. Evaluasi
Evaluasi yang diharapkan dari klien adalah sebagai berikut:
1. Klien mengetahui dampak NAPZA
2. Klien mampu melakukan cara meningkatkan motivasi untuk berhenti
menggunakan NAPZA
3. Klien mampu mengontrol kemampuan keinginan menggunakan NAPZA
kembali
Page 30 of 71
30
4. Klien dapat menyelesaikan masalahnya dengan koping yang adaptif
5. Klien dapat menerapkan cara hidup yang sehat
6. Klien mematuhi program pengobatan
Evaluasi yang diharapkan dari keluarga adalah sebagai berikut:
1. Keluarga mengetahui masalah yang dialami klien
2. Keluarga mengetahui tentang NAPZA
3. Keluarga mengetahui tahapan proses penyembuhan klien
4. Keluarga berpartisipasi dalam merawat klien
5. Keluarga memberikan motivasi pada klien untuk sembuh
6. Keluarga mengawasi klien dalam minum obat
Dokumentasi Asuhan Keperawatan
CATATAN KEPERAWATAN
Nama Klien : AY
Nama Ruang : Anggrek
No. RM : 02-02-7788
Tanggal : 08-08-2008
Data:
AY (20 tahun) mahasiswa salah satu PTS di kota Medan sudah 2 tahun terakhir ini menggunakan
shabu-shabu. Sebelum menggunakan shabu-shabu, klien mengkonsumsi ectasy. Keluarga sudah 2 kali
membawa AY ke panti rehabilitasi untuk mendapat pengobatan. Biasanya setelah menjalani
rehabilitasi klien berhenti menggunakan shabu-shabu. Akan tetapi waktunya tidak lama, paling lama 6
bulan. Ini kali ketiga klien dirawat di panti rehabilitasi. Klien mengatakan sudah berusaha untuk
menghentikan kebiasaan mengkonsumsi shabu-shabu. Tetapi keinginan itu tidak bertahan lama karena
dia sering ketemu dan berkumpul bersama teman-teman pemakai NAPZA. Klien sulit untuk menolak
ajakan teman-temannya.
Diagnosa Keperawatan:
Koping individu tidak efektif: belum mampu mengatasi keinginan menggunakan zat
Tindakan Keperawatan:
1. Mendiskusikan tentang dampak penggunaan NAPZA bagi kesehatan
2. Mendiskusikan tentang cara meningkatkan motivasi untuk berhenti
3. Mendiskusikan tentang cara menghindar dari teman-teman pemakai NAPZA
4. Mendiskusikan tentang cara penyelesaian masalah secara sehat
Page 31 of 71
31
5. Mendiskusikan tentang gaya hidup yang sehat
6. Melatih cara untuk menghindar dan mengontrol keinginan menggunakan NAPZA
kembali
7. Melatih cara menyelesaikan masalah: dicurigai/dituduh menggunakan NAPZA
kembali oleh keluarga/sekolah/pekerjaan
Evaluasi:
S: Klien berjanji akan menghindari teman-temannya yang masih menggunakan NAPZA
O: Klien tampak tidak mau menemui teman kelompoknya ketika berkunjung untuk menjenguknya di
panti rehabilitasi
A: Keinginan untuk menggunakan kembali NAPZA terkadang muncul
P: Menganjurkan klien untuk menambah kegiatan yang bersifat positif seperti aktif dalam kegiatan
ibadah di panti rehabilitasi, olahraga melanjutkan kembali membuat jadwal kegiatan klien
Tanda tangan:
Nama Perawat:
2.2 Keluarga dan Komunitas
1. Konsep Dasar
A. Keperawatan kesehatan keluarga.
Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung
karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka
hidup dalam suatu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan di dalam
peranannya masing- masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu
kebudayaan. (Salvicion G Bailon dan Aracelis Maglaya 1989).
Alasan keluarga sebagai unit pelayanan perawatan (Freeman) adalah
keluarga sebagai unit utama dari masyarakat dan merupakan lembaga yang
menyangkut kehidupan masyarakat, keluarga sebagai kelompok dapat
menimbulkan, mencegah, mengabaikan atau memperbaiki masalah-masalah
kesehatan dalam kelompoknya sendiri, masalah kesehatan dalam keluarga
saling berkaitan, penyakit pada salah satu anggota keluarga akan
mempengaruhi seluruh keluarga tersebut, keluarga merupakan perantara yang
efektif dan mudah untuk berbagai usaha-usaha kesehatan masyarakat, perawat
dapat menjangkau masyarakat hanya melalui keluarga, dalam memelihara
pasien sebagai individu keluarga tetap berperan dalam pengambil keputusan
dalam pemeliharaannya, keluarga merupakan lingkungan yang serasi untuk
Page 32 of 71
32
mengembangkan potensi tiap individu dalam keluarga. Sedangkan tujuan
perawatan kesehatan keluarga adalah memungkinkan keluarga untuk
mengelola masalah kesehatan dan mempertahankan fungsi keluarga dan
melindungi serta memperkuat pelayanan masyarakat tentang perawatan
kesehatan.
B. Type-type keluarga :
a. Keluarga inti (Nuclear family) yaitu keluarga yang terdiri dari ayah, ibu,
dan anak-anak.
b. Keluarga besar (Exstended family) yaitu keluarga inti ditambah dengan
sanak saudara, misalnya nenek, kakek, keponakan, saudara sepupu, paman,
bibi dan sebagainya.
c. Keluarga berantai (serial family) yaitu keluarga yang terdiri dari wanita
dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan satu keluarga
inti.
d. Keluarga duda/janda (single family) yaitu keluarga yang terjadi karena
perceraian atau kematian.
e. Keluarga berkomposisi (Composite) yaitu keluarga yang perkawinannya
berpoligami dan hidup secara bersama.
f. Keluarga kabitas (Cahabitation) yaitu dua orang menjadi satu tanpa
pernikahan tetapi membentuk suatu keluarga.
2. Tanggung Jawab Perawat
Perawat yang melakukan pelayanan keperawatan di rumah mempunyai tanggung
jawab yang meliputi:
1. Memberikan pelayanan secara langsung
Pelayanan keperawatan dapat meliputi pengakajian fisik atau psikososial,
menunjukkan pemberian tindakan secara trampil dan memberikan intervensi.
Kerjasama dari klien dan keluarga serta pemberi perawatan utama di keluarga
dalam perencanaan sangaat penting untuk menjaga kesinambungan perawatan
selama perawat tidak ada di rumah. Perawat hanya memberikan perawata
dalam waktu yang terbatas. Perawatan yang dilakukan di rumah lebih
merupakan tanggung jawab dari keluarga dari pada perawat. Oleh karena itu
pendidikan kesehatan menjadi intervensi yang utama dalam perawatan di
rumah.
Page 33 of 71
33
2. Dokumentasi
Pendokumentasian yang dilakukan selama perawatan di rumah sangat penting
untuk melihat kemajuan keluarga dalam mengatasi masalah kesehatan yang
dialaminya.
3. Koordinasi antara pelayanan dan manajemen kasus
Perawat bertanggung jawab untuk mengkoordinasikan para professional lain
dalam memberikan pelayanan kepada keluarga. Focus peran perawat yang
yang menjadi manajer kasus adalah kemampuan untuk mengkaji kebutuhan,
menentukan prioritas kebutuhan, mengidentifikasi cara untuk mememuhi
kebutuhan tersebut dan mengimplementasikan rencana yang disusun.
4. Menentukan frekuensi dan lama perawatan
Frekuensi kunjungan adalah kekerapan kunjungan yang dilakukan selama
periode waktu tertentut sedangkan lama perawatan adalah lamanya waktu
perawatan yang dilakukan di rumah.
5. Advocacy
Tanggung jawab sebagai penasehat bagi klien yang dimaksud di sini adalah
peran perawat sebagai penasehat terutama yang berhubungan dengan masalah
pembayaran yang terkait dengan pelayanan yang diberikan.
3. Dokumentasi Asuhan Keperawatan Keluarga
A. Pengkajian
Pengkajian adalah suatu tahapan dimana seorang perawat mengambil
data secara terus menerus terhadap anggota keluarga yang dibinanya.
Sumber informasi dari tahapan pengkajian daoat menggunakan metode :
1. Wawancara keluarga
2. Observasi fasilitas rumah
3. Pemeriksaan fisik terhadap anggota keluarga (head to toe)
4. Data sekunder, misalnya hasil laboratorium, hasil X-ray, PAP Smear dan
sebagainya.
Hal-hal yang perlu dikaji dalam keluarga adalah :
1. Data Umum
I. Pengkajian terhadap data umum keluarga meliputi :
a. Nama kepala keluarga (KK)
b. Alamat dan telepon
Page 34 of 71
34
c. Pekerjaan kepala keluarga
d. Pendidikan kepala keluarga
e. Komposisi keluarga dan genogram
f. Tipe keluarga
Menjelaskan mengenai jenis tipe keluarga beserta masalah-masalah
yang terjadi dengan jenis tipe keluarga tersebut.
g. Suku bangsa
Mengkaji asal suku bangsa keluarga tersebut serta mengidentifikasi
budaya suku bangsa tersebut terkait dengan kesehatan
h. Agama
Mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta kepercayaan yang
dapat mempengaruhi kesehatan.
i. Status sosial ekonomi keluarga
Status sosial ekonomi keluarga ditentukan oleh pendapatan baik dari
kepala keluarga maupun anggota keluarga lainnya. Selain itu status
sosial ekonomi keluarga ditentukan pula oleh kebutuhan-kebutuhan
yang dikeluarkan oleh keluarga serta barangn-barang yang dimiliki
oleh keluarga.
j. Aktivitas rekreasi keluarga
Rekreasi keluarga tidak hanya dilihat kapan saja keluarga pergi
bersama-sama untuk mengunjungi tempat rekreasi tertentu namun
dengan menonton TV dan mendengarkan radio juga merupakan
aktivitas rekreasi.
2. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga
a. Tahap perkembangan keluarga saat ini
Tahap perkembangan keluarga ditentukan dengan anak tertua dari
keluarga inti.
b. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Menjelaskan mengenai tugas perkembangan yang belum terpenuhi
oleh keluarga serta kendala mengapa tugas perkembangan tersebut
belum terpenuhi.
c. Riwayat keluarga inti
Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga inti, yang
meliputi riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan masing-
Page 35 of 71
35
masing anggota keluarga, perhatian terhadap pencegahan penyakit
(status imunisasi), sumber pelayanan kesehatan yang biasa digunakan
keluarga serta pengalaman-pengalaman terhadap pelayanan kesehatan.
d. Riwayat keluarga sebelumnya
Dijelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga dari pihak
suami dan istri.
3. Pengkajian Lingkungan
a. Karakteristik rumah
Karakteristik rumah diidentifikasi dengan melihat luas rumah, type
rumah, jumlah ruangan, jumlah jendela, jarak septic tank dengan
sumber air, sumber air minum yang digunakan serta denah rumah.
b. Karakteristik tetangga dan komunitas RW
Menjelaskan mengenai karakteristik tetangga dan komunitas setempat
yang meliputi kebiasaan, lingkungan fisik, aturan/kesepakatan
penduduk setempat, budaya setempat yang mempengaruhi kesehatan.
c. mobolitas geografis keluarga
Mobilitas geografis keluarga ditentukan dengan kebiasaan keluarga
berpindah tempat.
d. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Menjelaskan mengenai waktu yang digunakan keluarga untuk
berkumpul serta perkumpulan keluarga yang ada dan sejauh mana
interaksi keluarga dengan masyarakat.
e. Sistem pendukung keluarga
Yang termasuk dalam sistem pendukung keluarga adalah jumlah
anggota keluarga yang sehat, fasilitas-fasilitas yang dimiliki keluarga
untuk menunjang kesehatan. Fasilitas mencakup fasilitas fisik, fasilitas
psikologis atau dukungan dari anggota keluarga dan fasilitas sosial
atau dukungan dari masyarakat setempat.
4. Struktur Keluarga
a. Pola komunikasi keluarga
Menjelaskan mengenai cara berkomunikasi antar anggota keluarga
b. Struktur kekuatan keluarga
Kemampuan anggota keluarga mengendalikan dan mempengaruhi
orang lain untuk mengubah perilaku.
Page 36 of 71
36
c. Struktur peran
Menjelaskan peran dari masing-masing anggota keluarga baik secara
formal maupun informal.
d. Nilai atau norma keluarga
Menjelaskan mengenai nilai dan norma yang dianut oleh keluarga
yang berhubungan dengan kesehatan.
5. Fungsi Keluarga
a. Fungsi afektif
Hal yang perlu dikaji adalah gambaran diri anggota keluarga, perasaan
memiliki dan dimiliki dalam keluarga, dukungan keluarga terhadap
anggota keluarga lainnya, bagaiman kehangatan tercipta pada anggota
keluarga dan bagaimana keluarga mengembangkan sikap saling
menghargai.
b. Fungsi sosialisasi
Hal yang perlu dikaji adalah bagaiman interaksi atau hubungan dalam
keluarga, sejauh mana anggota keluarga belajar disiplin, norma,
budaya dan perilaku.
c. Fungsi perawatan kesehatan
Menjelaskan sejauh mana keluarga menyediakan makanan, pakaian,
perlindungan serta merawat anggota keluarga yang sakit. Sejauh mana
pengetahuan keluarga mengenai sehat sakit. Kesanggupan keluarga
dalam melaksanakan perawatan kesehatan dapat dilihat dari
kemampuan keluarga dalam melaksanakan 5 tugas kesehatan keluarga,
yaitu : keluarga mampu mengenal masalah kesehatan, mengambil
keputusan untuk melakukan tindakan, melakukan perawatan tarhadap
anggota keluarga yang sakit, menciptakan lingkungan yang dapat
meningkatkan kesehatan dan kleluarga mampu memanfaatkan fasilitas
kesehatan yang terdapat di lingkungan setempat.
Hal-hal yang perlu dikaji untuk mengetahui sejauh mana keluarga
melakukan pemenuhan tugas perawatan keluarga adalah :
1. Untuk mengetahui kemampuan keluarga mengenal masalah
kesehatan, yang perlu dikaji adalah sejauhmana keluarga
memahami fakta-fakta dari masalah kesehatan yang meliputi: pen
Page 37 of 71
37
gertian, tanda dan gejala, faktor penyebab dan yang
mempengaruhinya serta persepsi keluarga terhadap masalah.
2. Untuk mengetahui kemampuan keluarga mengambil keputusan
mengenai tindakan kesehatan yang tepat, hal yang perlu dikaji
adalah ;
Sejauhmana kemampuan keluarga mengerti mengenai sifat
dan luasnya masalah
Apakah masalah kesehatan dirasakan oleh keluarga
Apakah keluarga merasa menyerah terhadap masalah yang
dialami
Apakah keluarga merasa takut akan akibat dari penyakit
Apakah keluarga mempunyai sikap negatif terhadap masalah
kesehatan.
Apakah keluarga dapat menjangkau fasilitas kesehatan yang
ada.
Apakah keluarga kurang percaya terhadap tenaga kesehatan.
Apakah keluarga mendapat informasi yang salah terhadap
tindakan dalam mengatasi masalah.
3. Mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga merawat anggota
keluarga yang sakit, termasuk kemampuan memelihara
lingkungan dan menggunakan sumber/fasilitas kesehatan yang ada
di masyarakat, yang perlu dikaji adalah ;
Apakah keluarga mengetahui sifat dan perkembangnan
perawatan yang dibutuhkan untuk menanggulangi masalah
kesehatan/penyakit.
Apakah keluarga mempunyai sumber daya dan fasilitas yang
diperlukan untuk perawatan.
Keterampilan keluarga mengenai macam perawatan yang
diperlukan memadai.
Apakah keluarga mempunyai pandangan negatif terhadap
perawatan yang diperlukan
Adakah konflik individu dan perilaku mementingkan diri
sendiri dalam keluarga
Page 38 of 71
38
Apakah keluarga kurang dapat memelihara keuntungan dalam
memelihara lingkungan dimasa mendatang.
Apakah keluarga mempunyai upaya penuingkatan kesehatan
dan pencegahan penyakit
Apakah keluarga sadar akan pentingnya fasilitas kesehatan dan
bagaimana pandangan keluarga akan fasilitas tersebut.
Apakah keluarga merasa takut akan akibat dari tindakan
(diagnostik, pengobatan dan rehabilitasi).
Bagaimana falsafah hidup keluarga berkaitan dengan upaya
perawatan dan pencegahan.
d. Fungsi reproduksi
Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi reproduksi keluarga adalah :
1. Berapa jumlah anak
2. Bagaimana keluarga merencanakan jumlah anggota keluarga
3. Metode apa yang digunakan keluarga dalam upaya mengendalikan
jumlah anggota keluarga.
e. Fungsi ekonomi
Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi ekonomi keluarga adalah :
1. Sejauhmana keluarga memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan
papan
2. Sejauhmana keluarga memanfaatkan sumber yang ada di
masyarakat sdalam upaya peningkatan status kesehatan keluarga.
6. Stress dan Koping Keluarga
a. Stressor jangka pendek dan panjang
Stressor jangka pendek yaitu stressor yang dialami keluarga yang
memerlukan penyelesaian dalam waktu kurang dari 6 bulan.
Stressor jangka panjang yaitu stressor yang dialami keluarga yang
memerlukan penyelesaian dalam waktu lebih dari 6 bulan.
b. Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/stressor
Hal yang perlu dikaji adalah sejauhmana keluarga berespon terhadap
situasi/stressor.
c. Strategi koping yang digunakan
Strategi koping yang digunakan keluarga bila menghadapi
permasalahan.
Page 39 of 71
39
d. Strategi adaptasi disfungsional
e. Strategi adaptasi disfungsional yang digunakan keluarga bila
menghadapi permasalahan
7. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan terhadap semua anggota keluarga. Metode
yang digunakan pada pemeriksaan fisik tidak berbeda dengan pemeriksaan
fisik di klinik.
8. Harapan Keluarga
Pada akhir pengkajian, perawat menanyakan harapan keluarga terhadap
petugas kesehatan yang ada.
B. Perumusan Diagnosa Keperawatan Keluarga
Diagnosa keperawatan adalah cara mengidentikasi, memfokuskan dan
mengatasi kebutuhan spesifik pasien serta respon terhadap masalah actual dan
resiko tinggi. Labil diagnosa keperawatan memberi format untuk mengekspresikan
bagian identifikasi masalah dari proses keperawatan.
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang respons individu,
keluarga, atau komunitas terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang
actual dan potensial. Diagnosa keperawatan memberikan dasar pemilihan
intervensi keperawatan untuk mencapai hasil yang menjadi tanggung gugat
perawat. Terdapat beberapa langkah yang tercakup dalam identifikasi masalah.
Diagnosa keperawatan keluarga dirumuskan berdasarkan data yang didapat
pada pengkajian yang terdiri dari masalah keperawatan yang akan berhubungan
dengan etiologi yang berasal dari pengkajian fungsi perawatan keluarga.
Tahap dalam diagnosa keperawatan keluarga
1. Analisa data
Kegiatan yang dilakukan :
1. Menetapkan masalah kesehatan keluarga
2. Menetapkan prioritas masalah kesehatan yang akan dipecahkan, dengan
mempertimbangkan :
a. Sifat masalah
b. Kemungkinan masalah dapat diatasi
c. Potensi pencegahannya
d. Persepsi keluarga terhadap masalah
Page 40 of 71
40
2. Perumusan Masalah
Diagnosa keperawatan pada perumusan masalah mengacu pada PES
dimana untuk problem dapat digunakan rumusan NANDA.
Contoh Analisa Data :
Data (sign- symptom) Masalah (P) Penyebab (E)
Data subyek
Pak KR terkena Bronkhitis
kronik sejak 2 tahun
Sejak 6 bulan kumat shg di
rumah saja
Data obyektif
Lingkungan rumah kurang sehat :
barang bertumpuk-tumpuk ,kotor
, ventilasi kurang dll
Hasil pemeriksaan fisik :
…………………..
Resiko serangan
berulang pada p.kr
Lingkungan yang tidak
adekuat
Tipologi dari diagnosa keperawatan keluarga terdiri dari :
1. Aktual (terjadi defisit/gangguan kesehatan)
2. Resiko (ancaman kesehatan)
3. Keadaan sejahtera (wellness)
Contoh duiagnosa keperawatan keluarga ;
- Diagnosa Keperawatan Keluarga Aktual
Contoh 1
a. Gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan pada balita (Anak M), keluarga
Bapak R berhubungan dengan ketidaktahuan keluarga mengenal masalah
kekurangan nutrisi.
b. Gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan pada balita (Anak M), keluarga
Bapak R berhubungan dengan ketidakmauan keluarga mengambil
keputusan/tindakan untuk mengatasi masalah kekurangan nutrisi.
c. Gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan pada balita (Anak M), keluarga
Bapak R berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat
anggota keluarga dangan masalah kekurangan nutrisi.
Pada contoh diatas, yang menjadi etiologi (tugas keluarga) mengandung 3
Page 41 of 71
41
unsur yaitu ketidaktahuan (tidak mengenal masalah), ketidak mauan
mengambil keputusan dan ketidak mampuan merawat, maka dari 3 diagnosa
tersebut cukup hanya menentukan 1 (satu) diagnosa yaitu diagnosa yg ketiga,
akan tetapi dalam metrumuskan tujuan dan intervensi harus melibatkan ketiga
etiologi tersebut
Contoh 2
Perubahan peran dalam keluarga (bapak S) berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga mengenal masalah peran suami
Contoh 3
Keterbatasan pergerakan pada lanjut usia (ibu A) keluarga bapak B
berhubungan dengan ketidakmampuan merawat anggota keluarga dengan
keterbatasan gerak (rematik).
- Diagnosa Keperawatan Keluarga Resiko (ancaman)
Sudah ada data yang menunjangtapi belum terjadi gangguan, misalnya
lingkungan rumah kurang bersih, pola makan yang tidak adekuat, stimulasi
tumbuh kembang yang tidak adekuat, dan sebagainya.
Contoh
a. Resiko terjadi konflik pada keluarga bapak B berhubungan dengan
ketidaktahuan keluarga mengenal masalah komunikasi
b. Resiko gangguan perkembangan pada Balita (Anak S) keluarga bapak B
berhubungan dengan ketidakmauan keluarga mellakukan stimulasi
terhadap Balita.
- Diagnosa Keperawatan Keluarga Sejahtera/Potensial
Suatu keadaan dimana keluarga dalam keadaan sejahtera sehingga kesehatan
keluarga dapat ditingkatkan . Khusus untuk diagnosa keperawatan potensial
(sejahtera) boleh tidak menggunakan etiologi.
Contoh
a. Potensial terjadinya kesejahteraan pada ibu hamil (Ibu M) keluarga bapak
R
b. Potensial peningkatan status kesehatan pada bayi (Anak L) keluarga
bapak R
c. Potensial peningkatan status kesehatan pada pasangan baru menikah
keluarga bapak R
3. Menentukan Prioritas Masalah Keperawatan Keluarga
Page 42 of 71
42
Cara membuat skor penentuan prioritas masalah keperawatan keluarga :
NO KRITERIA SKOR BOBOT
1 Sifat masalah
Aktual (Tidak/kurang sehat)
Ancaman kesehatan
Keadaan sejahtera
3
2
1
1
2 Kemungkinan masalah dapat diubah
Mudah
Sebagian
Tidak dapat
2
1
0
2
3 Potensi masalah untuk dicegah
Tinggi
Sedang
Rendah
3
2
1
1
4 Menonjolnya masalah
Masalah berat, harus segera ditangani
Ada masalah, tetapi tidak perlu segera
ditangani
Masalah tidak dirasakan
2
1
0
1
Skoring
Skor
x Bobot
Angka tertinggi
Catatan : Skor dihitung bersama dengan keluarga
A. Faktor yang dapat mempengaruhi penentuan prioritas
1. Kriteria 1
Sifat masalah ; bobot yang lebih berat diberikan pada tidak/kurang sehat
karena yang pertama memerlukan tindakan segera dan biasanya disadari
dan dirasakan oleh keluarga
2. Kriteria 2
Kemungkinan masalah dapat diubah, perawat perlu memperhatikan
terjangkaunya faktor-faktor sebagai berikut :
Page 43 of 71
43
Pengetahuan yang ada sekarang, teknologi dan tindakan untuk
menangani masalah
Sumber daya keluarga dalam bentuk fisik, keuangan dan tenaga
Sumber daya perawat dalam bentuk pengetahuan, keterampilan dan
waktu.
Sumber daya masyarakat dalam bentuk fadsilitas, organisasi dalam
masyarakat dan dukungan masyarakat
3. Kriteria 3
Potensi masalah dapat dicegah, faktor-faktor yang perlu diperhatikan :
Kepelikan dari masalah yang berhubungan dengan penyakit atau
masalah
Lamanya masalah, yang berhubungan dengan jangka waktu
masalah itu ada
Tindakan yang sedang dijalankan adalah tindakan-tindakan yang
tepat dalam memperbaiki masalah.
Adanya kelompok ‘high risk” atau kelompok yang sangat peka
menambah potensi untuk mencegah masalah.
4. Kriteria 4
Menonjolnya masalah, perawat perlu menilai persepsi atau bagaimana
keluarga melihat masalah kesehatan tersebut. Nilai skor tertinggi yang
terlebih dahulu dilakukan intervensi keperawatan keluarga.
Skoring Penentuan Prioritas DX Keperawatan Keluarga
Prioritas Masalah Dx kep Skor
1 Resiko Jatuh Lansia Di
Klg Bapak Rr Bd.
Ketidakmamp[Uan
Menyediakan Lingk.
Aman
3 1/3
2 2 ½
3 dst 2 , DST
C. Perencanaan Keperawatan Keluarga
Perencanaan keperawatan keluarga terdiri dari penetapan tujuan, yang
Page 44 of 71
44
mencakup tujuan umum dan tujuan khusus serta dilengkapi dengan kriteria dan
standar. Kriteria dan standar merupakan pernyataan spesifik tentang hasil yang
diharapkan dari setiap tindakan keperawatan berdasarkan tujuan khusus yang
ditetapkan.
Contoh Rencana Keperawatan Keluarga:
Nama KK : KR
Alamat : kd. Jajang
No Diagnosa
Keperawatan
Keluarga
Tujuan Kriteria Evaluasi
Rencana
Intervensi
Umum Khusus Kriteria Standar
1
Pengetahuan
Sikap
Psikomotor
Pengetahuan :
keluarga dapat
menyebutkan.....
Sikap :
klg mampu
memutuskan
u/menyediakan
sarana yg aman
…
Psikomotor :
keluarga
memodifikasi
lingkungan
sehat
D. Implementasi
Tindakan yang dilakukan oleh perawat kepada keluarga berdasarkan perencanaan
mengenai diagnosa yang telah dibuat sebelumnya. Tindakan keperawatan
terhadap keluarga mencakup hal-hal dibawah ini ;
1. Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai masalah dan
kebutuhan kesehatan dengan cara :
a. Memberikan informasi
b. Mengidentifikasi kebutuhan dan harapan tentang kesehatan
c. Mendorong sikap emosi yang sehat terhadap masalah
Page 45 of 71
45
2. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat dengan
cara :
a. Mengidentifikasi konsekwensi tidak melakukan tindakan
b. Mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki keluarga
c. Mendiskusikan tentang konsekwensi tiap tindakan
3. Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang sakit
dengan cara
a. Mendemonstrasikan cara perawatan
b. Menggunakan alat dan fasilitas yang ada di rumah
c. Mengawasi keluarga melakukan perawatan
4. Membantu keluarga untuk menemukan cara bagaimana membuat lingkungan
menjadi sehat, dengan cara ;
a. Menemukan sumber-sumber yang dapat digunakan keluarga
b. Melakukan perubahan lingkungan dengan seoptimal mungkin
5. Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada
dengan cara :
a. Memperkenalkan fasilitas kesehatan yang ada di lingkungan keluarga
b. Membantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada
Tabel Implementasi Keperawatan Keluarga:
Tanggal dan waktu No dx Implementasi
27 Agustus 2012 1 …………..
E. Evaluasi
Sesuai rencana tindakan yang telah diberikan, dilakukan penilaian untuk
menilai keberhasilannya. Bila tidak / belum berhasil perlu disusun rencana baru
yang sesuai. Semua tindakan keperawatan mungkin tidak dapat dilakukan dalam
satu kali kunjungan ke keluarga. Unyuk itu dapat dilakukan secara bertahap
sesuai dengan waktu dan kesediaan keluarga. Evaluasi disusun dengan
menggunakan SOAP secara operasional.
S : Hal-hal yang dikemukakan oleh keluarga secara
subjektif setelah dilakukan intervensi keperawatan. Misal : Keluarga
mengatakan nyerinya berkurang.
Page 46 of 71
46
O : Hal-hal yang ditemui oleh perawat secara objektif
setelah dilakukan intervensi keperawatan. Misal : BB naik 1 kg dalam 1
bulan.
A : Analisa dari hasil yang telah dicapai dengan mengacu
kepada tujuan terkait dengan diagnosa keperawatan.
P : Perencanaan yang akan datang setelah melihat respon
dari keluarga pada tahap evaluasi.
Tahapan evaluasi dapat dilakukan secara formatif dan sumatif. Evaluasi
formatif dilakukan selama proses asuhan keperawatan, sedangkan
evaluasi sumatif adalah evaluasi akhir.
Format Pelaksanaan Asuhan Keperawatan Keluarga
No Diagnosa Keperawatan
Keluarga
Tujuan
Khusus
Tanggal Implementasi Evaluasi
Page 47 of 71
47
CONTOH KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK GATOT PURWANTO
RT 2 RW III KELURAHAN WIYUNG
Pengkajian (Tanggal. 08 November 2002)
A. Data Umum
1. Nama KK : Gatot Purwanto
2. Umur : 33 th.
3. Alamat : RT 2 RW III Kel. Wiyung.
4. Pendidikan : SLTP
5. Pekerjaan : Pegawai Swasta
6. Agama : Islam
7. Komposisi Keluarga :
No
.Nama Sex Umur
Hub.
Dg.
KK
Pendd AgamaPe-
kerjaan
Status
kes
1. Gatot Purwanto L 33 th. KK SLTP Islam PS Sehat
2. Sumilah P 32 th. Istri SLTP Islam URT Sehat
3. Inuna P 9 th Anak Kls.3 Islam - Sehat
4. Budiman L 1 th. Anak - Islam - Sehat
5. Sugino L 65 th Bapa
k
SD Islam - Gatal-
gatal
6. Lukiah P 62 th Ibu SD Islam Jualan Lansia
Genogram
8. Tipe keluarga : Extended family
Yang terdiri dari Ayah, ibu dan dua anak, ditambah kedua orang tua dari
ibu Sumilah.
9. Kewargaan negara / suku bangsa : Indonesia / Jawa.
10. Agama : Islam.
11. Status social ekonomi keluarga :
Penghasilan keluarga adalah : antara Rp. 250.000,- sampai Rp. 500.000,-
perbulan yang diperoleh dari hasil jualan ibunya dan subsidi dari beberapa
anaknya. Menurut pengakuan keluarga penghasilan yang ada cukup untuk
memenuhi keperluan sehari-hari
12. Aktivitas rekreasi keluarga :
Kegiatan yang dilakukan keluarga untuk rekreasi nonton TV di rumah.
Kadang-kadang kumpul-kumpul dengan sanak saudara atau tetangga
dekatnya..
B. Riwayat Perkembangan Keluarga
1. Tahap perkembangan saat ini : Keluarga dengan anak prasekolah, sekolah
dan ada umur lanjut usia.
2. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi:
Tidak ada tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi.
Sedangkan tugas keluarga yang belum dapat dicapai adalah dalam
merawat kesehatan keluarga, dimana terdapat orang tua lanjut usia
yang ,mengalami ganguuan kesehatan yaitu penderita mengalami gatal-
gatal dan sampai sekarang kondisinya masih sakit.
3. Riwayat kesehatan keluarga
Bu Lukiah mengatakan bahwa suaminya Bapak Sigiono sejak 3 tahun
yang lalu menderita gatal-gatal dan sampai sekarang belum sembuh-
sembuh padahal sudah berobat sampai ke RSUD Sutomo Surabaya. Klien
mengalami allergi daging ayam.
4. Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya (yang lalu)
3 bulan yang lalu ibu lumkiah pernah dioperasi RSUD Dr.Sutomo
Surabaya dengan penyakit tumor kandungan tetapi sekarang sudah
membaik.
C. Keadaan Lingkungan
1. Karakteristik Rumah
Luas rumah yang ditempati + 55 m2 (5 m x 11 m), terdiri dari 1 ruang
tamu, 2 kamar tidur, 1 ruang keluarga, 1 ruang dapur dan 1 kamar mandi
dan didepan ada teras rumah. Bangunan rumah berbentuk rumah jawa
yang dimodifikasi. Lantai rumah terbuat dari tegel dengan keadaan kurang
bersih dan penataan alat / probot rumah tangga yang kurang rapi,
penerangan dan ventilasi kurang Sumber air minum menggunakan PAM,
sedangkan untuk keperluan cuci dan mandi diambil dari sumur tetangga.
WC menggunakan septic tank yang terletak disamping rumah.
Page 49 of 71
49
Kmr.mandi Dapur
Kmr. tidur
Kmr. makan
Kmr. tidur R. keluarga
Ruang tamu
Teras Rumah
Gb. Denah Rumah Keluarga binaan
2. Karakteristik tetangga dan komunitas RW
Tetangga sebelah kanan kiri rumah adalah saudara sendiri sehingga
mereka selalu berkumpul dalam waktu luang maupun membicarakan
keperluan masalah keluarga yang ringan-ringan.
3. Mobilitas keluarga
Saat ini ( Sejak 1 bulan yang lalu ) KK, isteri dan kedua anaknya sudah
pergi ke Batam untuk tinggal sementara guna mencari penghasilan, di
Batam keluarga mengontrak rumah dan setiap 3 bulan kembali ke Wiyung
kemudian berangkat lagi. Saat di tinggal, kedua orang tua keluarga hanya
tinggal berdua dalam satu rumah tersebut tetapi rumah disampingnya
adalah rumah anaknya yang lain juga yang sudag berkeluarga. Setiap hari
ibunya menjaga kios yang ada didepan rumahnya.dan Alhamdulillah anak
dan orangn tuanya saling membantu dalam memenuhi kebutuhan sehari-
hari.
4. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyrakat
Saat berada di kampung, keluarga termasuk anggota masyarakat yang
aktif dalam mengikuti kegiatan masyarakat, kecuali kedua orang tuanya
yang sudah lanjur usia namun masih aktif jalan, kepasar dan keliling-
keliling tetangga.
5. Sistem pendukung keluarga
Page 50 of 71
U
50
Disaat hidup berdua, kedua orang tuanya di rawat oleh anaknya yang lain
yang tinggal disamping rumahnya dan terlihat anaknya cukup rukun
dengan orang tuanya.
D. Struktur Keluarga
1. Pola komunikasi keluarga
Keluarga mengatakan, komunikasi selalu dilakukan untuk minta
pertimbangan dan menyelesaikan masalah yang dihadapi.
2. Struktur peran keluarga
a. Bapak Gatot Purwanto sebagai kepala keluarga berperan sebagai
pencari nafkah dan pengambil keputusan utama dalam
keluarga.walaupun sering keluar daerah, keputusan akhir akan
dimusyawarahkan dulu dengan saudar yang ada disebelah.
b. Bu Sumilah sebagai ibu rumah tangga bertanggung jawab dalam
membimbing dan mendidik anak-anak serta mengatur rumah maupun
kedua orang tuanya namun saat ini sudah ikut suaminya ke Batam.
c. Pak Sugino yang sudah tidak bekerja, kesehariannya membantu
mengawasi anak-anak. Peran yang lebih penting adalah sebagai orang
yang bisa dimintai pertimbangan untuk mengambil keputusan dan saat
ini menderita gata-gatal karena allergi salah satu makanan.
d. Bu Lukiah yang sudah termasuk lansia tetapi masih senang berjualan
dikios yang ada didepan rumahnya sambil diawasi oleh anaknya yang
juga tinggal disamping rumahnya.
Walaupun bapak Gatot dan keluarganya sudah keluar daerah namun uang
untuk keperluan sehari-hari untuk bapak dan ibunya tetap dikirim dibantu
oleh mbah Lukiah yang sambil jualan dikiosnya dan bantua dari anaknya
yang lain yang tinggal disamping rumahnya.
3. Nilai dan norma keluarga
Nilai dan norma yang berlaku dalam keluarga menyesuaikan dengan nilai
dalam agama yang dianutnya serta norma masyarakat disekitarnya.
Keluarga ini menganggap bahwa sakit yang diderita Bu Lukiah dan bapak
Sugino adalah penyakitnya orang tua yang biasa terjadi. Tapi upaya untuk
mengendalikan dan mencegah kekambuhan tetap dilakukan dengan
mengatur makanan dan segera periksa ke Puskesmas bila dirasakan ada
gangguan kesehatannya.
Page 51 of 71
51
E. Fungsi Keluarga
1. Fungsi afeksi
Menurut keterangan keluarga, dalam kehidupan sehari-harinya mereka
selalu damai dan saling menjaga kepentingan bersama. Seperti misalnya
Ibu Lukiah yang diberi kesempatan untuk berjualan dikios yang ada
disamping rumahnya dengan alasan agar orang tuanya tersebut ada
kegiatan, ibu lukiah menjalaninya dengan senang hati dan tak ditemuai
kesulitan yang berarti.
2. Fungsi sosial
Keluarga selalu mengajarkan dan menanamkan perilaku sosial yang baik.
Seperti memenuhi kebutuhan pendidikan, kalua ada kegiatan
kemasyarakatan, keluarga selalu ikut didalamnya.
3. Fungsi perawatan kesehatan.
Dalam hal kesehatan keluarga tidak tahu tentang pengaturan perabot dan
[erlengkapan rumah tangga akan membantu dalam proses pencegahan
penyakit kulit seperti gatal-gatal. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan
tidak teraturnya keluarga dalam mengatu dan menata rumahnya terutama
pakaian yang digantung / disimpan disembarang tempat dan perabot
lainnya yang tidak tertata dengan rapi.
4. Fungsi reproduksi
Menurut adiknya yang tinggal di samping rumahnya, Ibu sumilah sudah
melaksanakan program KB yaitu suntik. Sementara kakek dan neneknya
sudah didah proktif lagi.
5. Fungsi ekonomi
Pendapatan utama keluarga ini adalah dari pendapatan Pak Gatot
Purwanto yang ditambah dengan hasil jualan ( dikios ) Bu Lukiah dan
bantuan dari anaknya yang tinggal disamping rumahnya. Menurut
pengakuan keluarga penghasilan tiap bulan cukup untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari saja.
F. Stress dan Koping Keluarga
1. Stressor yang dimiliki
Saat ini kakek Sugiono sedang mengalami gangguan kesehatan yaitu
sering menderita gatal-gatal pada seluruh badannya, sudah berobat ke
Page 52 of 71
52
Puskesmas dan Rumah Sakit namun belum membawa hasil yang
maksimal karema gatal-gatal selalu kambuh lagi. Menurut pengakuan
keluarga, gatal-gatal pada kakek Sugiono akan kambuh setelah makan
daging / telur namun kepastiannya keluarga tidak tahu. Dengan adanya
gatal-gatal yang sering kambuh pada kakek Sugiono ini, Keluarga merasa
heran dan sedikit cemas karena tidak sembuh-sembuh dan sangat
mengharapkan untuk sembuh total.
2. Kemampuan keluarga berespon terhadap stressor
Untuk menghindari kekambuhan gatal tersebut, keluarga membatasi untuk
makan daging / telur, dan kalau sudah gatal-gatal keluarga ke Puskesmas.
3. Strategi koping yang digunakan
Keluarga berhati-hati dalam memilih makanan.
4. Strategi adaptasi disfungsional
Kakek selalu diberi persiapan uang untuk ke Puskesmas, kalau kalau
terjadi kekambuhan gatalnya.
G. Pemeriksaan Fisik
Melakukan pemeriksaan fisik pada setiap anggota keluarga terutama yang
diidentifikasi sebagai klien atau sasaran pelayanan asuhan keperawatan
keluarga.
1) Pemeriksaan fisik umum:
Keadaan umum Mbah Lukiah : Nampak sudah mulai lemah karena
memasuki umur lansia, Penampilan mulai terlihat skiposis (bungkuk) ,
kebersihan baju maupun celana agak kotor dan kusut.makan dan minum
masih dalam batas normal,
Tanda-tanda vital :
Tekanan darah : 140 / 90 mmHg.
Respirasi : 24 x/mnt
Suhu : 36,2 0C
TB : 155 cm
BB : 42 Kg.
2) Pemeriksaan fisik khusus:
Kepala dan leher
Pada pemeriksaan kepala , tidak terdapat adanya benjolan, bentuk
Page 53 of 71
53
kepala normal.
Leher : Pada leher tidak nampak adanya peningkatan tekanan vena
jugularis dan arteri carotis, nyeri saat dilakukan penekanan pada
daerah oksipital.
Mata : Konjungtiva tidak terlihat anemis, kelopak mata tidak
terdapat udema, kornea tampak warna putih, penglihatan masih baik.
Hidung : tidak ada kelaianan yang ditemukan.
Mulut : bibir tidak kering dan tidak terlihat tanda – tanda sianosis.
Dada : Pergerakan dada terlihat saat inspirasi, Suara jantung S1 dan
S2 tunggal, tidak terdapat palpitasi, suara mur – mur tidak ada ronchi
(-), wheezing (-), nafas cuping hidung (-).
Abdomen : Pada pemeriksaan abdomen tidak didapatkan adanya
pembesaran hepar, tidak kembung, pergerakan peristaltik usus baik,
ada bekas luka operasi yang sudah menjadi sikatrik.
Ektrimitas :Pada ekstrimitas atas dan bawah tidak terdapat udema,
tidak terjadi kelumpuhan, dari ke-4 ektrimitas mampu menggerakan
persendian, mampu mengangkat dan melipat persendian secara
sempurna.
H. Harapan Keluarga
Keluarga Kakek Sugiono berharap anggota keluarga dapat berperan masing-
masing tanpa ada yang mengalami gangguan kesehatannya. Sehingga semua
bisa berjalan lancar tanpa hambatan. Penyaki gatal nya dapat sembuh total dan
mbah lukiah bisa berjualan dengan lancar.
Analisa Data
Data Masalah (P) Penyebab (E)
Data subyektif :
Keluarga menceriatakan
bahwa mbah Sugino sering
kekambuhan gatal-gatalnya
dan gejala tersebut muncul
setelah memakan daging
ayam / telur.
Sering berobat kepuskesmas
Resiko tinggi kekambuhan
berulang pentakit Mbah
Sugini ( Gatal-gatal )
Ketidak mampuan keluarga
mengenal hal-hal yang
berkaitan dengan penyakit
allergi.
Page 54 of 71
54
dengan penyakit yang sama
yaitu gatal-gatal.
Data Obyektif :
Saat petugas berkunjung
kerumah, terlihat mbah
Sugino menggaruk-garukan
badannya, terlihat
garukannya sampai
memerah.
Tanda-tanda vital :
Tekanan darah : 140/100
mmHg.
Respirasi : 20 x/mnt
Suhu : 36,1 0C
---------------------------------------
--
Data subyektif :
Keluarga mengatakan
dirumah ini banyak
nyamukdan kami tidak bisa
menata rumah dengan baik/
teratur karena sudah umur
tua.
Data obyektif
Saat Petugas berkunjung
kerumah, terlihat perabot
rumah tangga ( Baju, celana,
kain dan sebagainya)
penempatannya tidak
teratur., dimana-mana ada
gantungan pakaian, setelah
diangkat gantungan baju
terlihat nyamuk
berterbangan
---------------------------------------
----------------------------------
---
Resiko Terkena penyakit
malaria.
----------------------------------
--
Resiko terjadinya
kecelakaan lansia.
----------------------------------
---
Ketidak mampuan keluarga
dalam menciptakan
lingkungan rumah yg dapat
menghambat
perkembangbiakan vektor
(Nyamuk).
----------------------------------
--
Kondisi fisik yang sudah
menurun ( Lansia )
Page 55 of 71
55
---
Data subyektif.
-keluarga mengatakan “ Kami
sudah tua, kondisi sudah lemah
dan tak kuat lagi untuk bekerja
yang berat-berat.
Data obyektif :
Hasil pendataan didapatkan :
usia sudah masuk kategori
lansia, kondisi fisik terlihat
sudah lemah, suda mulai ada
tanda-tanda skiposis
( bungkuk )
Rumusan diagnosa keperawatan
1. Resiko tinggi kekambuhan berulang pentakit Mbah Sugini ( Gatal-gatal ) s/d.
Ketidak mampuan keluarga
mengenal hal-hal yang berkaitan dengan penyakit allergi.
2. Resiko Terkena penyakit malaria. Ketidak mampuan keluarga dalam menciptakan
lingkungan rumah yg dapat menghambat perkembangbiakan vektor (Nyamuk).
3. Resiko terjadinya kecelakaan lansia Kondisi fisik yang sudah menurun ( Lansia )
Skoring perioritas masalah
1. Resiko tinggi kekambuhan berulang pentakit Mbah Sugini ( Gatal-gatal ) s/d.
Ketidak mampuan keluarga
mengenal hal-hal yang berkaitan dengan penyakit allergi.
No Kriteria Skala Bobot Skoring Pembenaran
Page 56 of 71
56
1. a. Sifat masalah:
Tidak/kurang sehat
b. Kemungkinan
masalah dapat
diubah:
Hanya sebagian
c.Potensial masalah
untuk dicegah:
Tinggi
d. Menonjolnya
masalah:
Masalah berat, harus
segera ditangani
3
1
2
2
1
2
1
1
Total
3/3x1=1
1/2x2= 1
2/2x1=1
1. 2/2x
1=1
4
a.Ketidak tahuan keluarga
tentang masalah penyakit
allergi merupakan bahaya
terhadap kondisi klien.
b. Kondisi klien yang
sudah memasukiki usia
lansia,sehingga sangat
terbatas kemampuannya
untuk mengatasi / mencegah
allergi.
c.Penyakit allergi
memungkinkan untuk dicegah
dengan menghindari faktor
resiko penyebab dan
mengatur makanan setiap
hari. ( keluarga mau diajak
kerjasama /kooperatif )
d.Bila tidak segera ditanganni
maka akan terjadi komplikasi
sekunderr seperti infeksi
karena badan digaruk atau
menggangu istirahat.
2. Resiko Terkena penyakit malaria. Ketidak mampuan keluarga dalam menciptakan
lingkungan rumah yg dapat menghambat perkembangbiakan vektor (Nyamuk).
No Kriteria Skala Bobot Skoring Pembenaran
Page 57 of 71
57
1. a. Sifat masalah:
Ancaman kesehatan
b. Kemungkinan
masalah dapat
diubah: mudah
c.Potensial masalah
untuk dicegah:
Cukup
d. Menonjolnya
masalah:
Masalah berat, harus
segera ditangani.
2
2
2
2
1
2
1
1
Total
2/3x1=2/
3
2/2x2= 2
2/3x1=2/
3
2. 2/2x
1=1
4 1/3
a. Kurang gizi pada anak, bila
melakukan tindakan yang
salah atau tidak dilakukan
tindakan akan memperberat
kondisi.
b. Respon keluarga mau
menerima pendidikan
kesehatan sehingga keluarga
berusaha dengan sadar
memperbaiki gizi anaknya.
c.Kurang gizi dapat diatasi
dengan memberikan makanan
yang cukup gizi dengan
variasi/modifikasi untuk
meningkatkan selera.
Bila tidak segera ditangani maka
akan terjadi komplikasi lebih
lanjut, seperti, daya tahan tubuh
rendah, perkembangan
terhambat.
3. Resiko terjadinya kecelakaan lansia Kondisi fisik yang sudah menurun ( Lansia )
Page 58 of 71
58
No Kriteria Skala Bobot Skoring Pembenaran
1. e. Sifat masalah:
Ancaman kesehatan
f. Kemungkinan
masalah dapat
diubah: mudah
g. Potensial masalah
untuk dicegah:
Cukup
h. Menonjolnya
masalah:
Masalah ada, tapi tak
perlu penanganan
segera.
2
2
2
1
1
2
1
1
Total
2/3x1=2/
3
2/2x2= 2
2/3x1=2/
3
3.
4. ½ x
1
5. =1/2
4 ,00
a. Dengan kondisi fisik yang
sudah menurun pada lansia
akan memudahkan untuk
terjadinya kecelakaan baik
didalam rumah maupun diluar
rumah.
b. Dengan penataan lingkungan
perubahan yang teratur akan
dapat menghindari
kecelakaan, klien memaklumi
hal tersebut.
c.Kecelakaan dapat dicegah
dengan membatasi bepergian
keluar rumah dan menata
halaman rumah dengan baik.
Bila tidak segera ditangani maka
akan terjadi komplikasi lebih
lanjut, seperti, daya tahan tubuh
rendah, perkembangan
terhambat.
Berdasarkan rumusan prioritas di atas, maka dapat diketahui prioritas permasalahan
Page 59 of 71
59
pada Keluarga Bapak Gatot Purwanto adalah sebagai berikut:
1. Resiko Terkena penyakit malaria. Ketidak mampuan keluarga dalam menciptakan
lingkungan rumah yg dapat menghambat perkembangbiakan vektor (Nyamuk).
Dengan skoor 4 1/3
2. Resiko tinggi kekambuhan berulang pentakit Mbah Sugini ( Gatal-gatal ) s/d.
Ketidak mampuan keluarga mengenal hal-hal yang berkaitan dengan penyakit
allergi. Dengan skoor 4
3. Resiko terjadinya kecelakaan lansia Kondisi fisik yang sudah menurun ( Lansia )
Dengan skoor 4
Page 60 of 71
60
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
No.Dx Tujuan Kriteria Standar Intervensi
Diag.
No.1.
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan tidak terjadi
tertularnya penyakit malaria /
DHF pada keluarga Gatot
Purwanto.
-Verbal
(pengetahuan)
-Afekti ( tingkah
laku )
Keluarga dapat menyebutkan tanda-
tanda dan gejala penyakit Malaria
Keluarga dapat mengidentifikasi
penyebab terjadinya malaria
Keluarga dapat memutuskan tindakan
yang harus dilakukan untuk
memutuskan rantai perkembangan
vektor (nyamuk) seperti mengatur
alat / perabot rumah tangga dengan
baik.
Keluarga dapat menjelaskan hal-hal
yg dapat mencegah terjadinya
malaria.
Keluarga mampu menata alat/
perabot rumah tangga dengan baik.
1. Kaji pengetahuan keluarga tentang
penyakit malaria dan faktor-faktoe yang
mempebagauhinya.
2. Diskusikan dengan keluarga tentang
pengertian, penyebab,tanda-tanda dan cara
pencegahan peny. malaria
3. Diskusikan alternatif yang dapat dilakukan
untuk mencegah tertularnya penyakit
malaria seperti : menata alat / perabot
rumah dg.baik.
4. Berikan kesempatan keluarga menanyakan
penjelasan yang telah diberikan setiap kali
diskusi.
5. berikan penjelasan ulang bila ada
penjelasan yang belum dimengerti.
6. Evaluasi secara singkat terhadap topik
yang didiskusikan dengan keluarga.
7. Berikan pujian terhadap kemampuan yang
Page 61 of 71
61
diungkapkan keluarga setiap kali diskusi.
Diag.
No. 2
Diag.
No.3
Setelah 1 bulan dalam perawatan
petugas , penyakit gatal-gatal
yang muncul pada bapak Sugino
akan hilang.
Setelah 1 miggu dalam
perawatan, kecelakaan untuk
lansia tidak terjadi.
-Verbal
(pengetahuan)
-Afektif ( tingkah
laku)
-Verbal
(pengetahuan)
-Afektif ( tingkah
laku)
Keluarga dapat menyebutkan
pengertian, tanda, gejala, cara
pencegahan dan cara untuk
mengatasinya penyakit gatal-gatal.
Keluarga dapat mengidentifikasi
penyebab gatal-gatal.
Keluarga dapat mengambil keputusan
untuk melakukan upaya pencegahan
terhadap penyakit gatal-gatalnya.
Kekanbuhan penyakit gatal-gatalnya
tidak terjadi lagi.
Keluarga dapat menyebutkan
masalah yang berkaitan dengan
kecelakaan lansia.
Keluarga dapat mengidentifikasi
penyebab terjadinya kecelakaan pada
1. Kaji riwayat kesehatan Bapak Sugino
sebelumnya.
2. Kaji makanan kesukaan bpk Sugino
3. Diskusikan dengan keluarga tentang
masalah yang berkaitan dengan gatal /
allergi.
4. Ajak bapak Sugino untuk berkonsutasi
dengan dokter puskesmas
5. Ajari kebersihan linkungan tempat tinggal.
1. Diskusikan dgn.keluarga ttg.hal-hal yang
berkaitan dg. Kecelakaan lansia
4. Diskusikan dengan keluarga tentang
penyebab terjadinya kecelakaan pada
Page 62 of 71
62
lanjut usia.
Keluarga dapat memutuskan tindakan
yang harus dilakukan untuk
mencegah terjadinya kecelakaan pada
lanjut usia.
Keluarga mampu menata alat/
perabot rumah tangga dengan
baik.agar dapat menghindari
kecelakaan akibat alat rumah tangga.
lansia.
5. Diskusikan alternatif yang dapat dilakukan
untuk mencegah terjadinya kecelakaan
pada lansia.
6. berikan penjelasan ulang bila ada
penjelasan yang belum dimengerti.
7. Evaluasi secara singkat terhadap topik
yang didiskusikan dengan keluarga.
8. Berikan pujian terhadap kemampuan yang
diungkapkan keluarga setiap kali diskusi.
Page 63 of 71
63
PELAKSANAAN DAN EVALUASI
NoDiagnosa
KeperawatanTujuan Khusus
Tangga
lImplementasi Evaluasi
Page 64 of 71
64
1 1. Resiko
Terkena
penyakit
malaria.
Ketidak
mampuan
keluarga dalam
menciptakan
lingkungan
rumah yg
dapat
menghambat
perkembangbia
kan vektor
(Nyamuk).
Dengan skoor
4 1/3
Keluarga dapat menyebutkan
tanda-tanda dan gejala
penyakit Malaria
Keluarga dapat
mengidentifikasi penyebab
terjadinya malaria
Keluarga dapat memutuskan
tindakan yang harus dilakukan
untuk memutuskan rantai
perkembangan vektor
(nyamuk) seperti mengatur
alat / perabot rumah tangga
dengan baik.
Keluarga dapat menjelaskan
hal-hal yg dapat mencegah
terjadinya malaria.
Keluarga mampu menata alat/
perabot rumah tangga dengan
baik.
7 Nov
2002
1. Mengkaji pengetahuan keluarga tentang penyakit
malaria dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
( menanyakan apa itu penyakit malaria, bagaimana
cara penularannya dan bagaimana cara
pencegahannya )
2. Mendiskusikan bersama keluarga tentang pengertian,
penyebab,tanda-tanda dan cara pencegahan peny.
Malaria.
3. Mendiskusikan alternatif yang dapat dilakukan untuk
mencegah tertularnya penyakit malaria seperti :
menata alat / perabot rumah dg.baik.
4. Memberikan kesempatan kepada keluarga untuk
menanyakan kembali tentang penjelasan yang telah
diberikan setiap kali diskusi.
5. Memberikan penjelasan ulang beberapa penjelasan
yang belum dimengerti, seperti cara pencegahan dan
jenis obat yang diminum.
6. Mengevaluasi secara singkat terhadap topik yang
didiskusikan dengan keluarga.
7. Memberikan pujian terhadap kemampuan yang
diungkapkan keluarga setiap kali diskusi.
12 November 2002.
Data Subyektif.
- Dengan bahasa yang
sederhana, keluarga mampu
menyampaikan kembali
tentang apa yang telah
diajarkan seperti pengertian
penyakit malaria, faktor
penyebab, cara mengatasinya
dan cara pencegahanannya.
- Ibu mengatakan “ sudah
merapikan alat – alat rumah
tangga pada tempat masing-
masing.
Data Obyektif.
- Terdengar saat
menyampaikan kembali apa
yang telah disampaikan
petugas, klien
mampu mengulanginya
walaupun dalam bahasa yang Page 65 of 71
65
sederhana.
- Saat berkunjung, petugas
dapat melihat suasana
dirumah sudah rapi seperti
baju-baju tidak bergantu ngan
lagi disembarang tempat
- Pada tempat-tempat tertentu
yang gelap ( dalam kamar )
masih terlihat nyamuk
walaupun tidakbanyak.
Assesment.
- Tujuan tercapai sebagian.
Planning
- Rencana tindakan tetap
diteruskan.
Page 66 of 71
66
2. Resiko
tinggi
kekambuhan
berulang
pentakit Mbah
Sugini ( Gatal-
gatal ) s/d.
Ketidak
mampuan
keluarga
mengenal hal-
hal yang
berkaitan
dengan
penyakit
allergi. Dengan
skoor 4
1.Keluarga dapat menyebutkan
pengertian, tanda, gejala, cara
pencegahan dan cara untuk
mengatasinya penyakit gatal-
gatal.
2.Keluarga dapat mengidentifikasi
penyebab gatal-gatal.
3.Keluarga dapat mengambil
keputusan untuk melakukan
upaya pencegahan terhadap
penyakit gatal-gatalnya.
4.Kekanbuhan penyakit gatal-
gatalnya tidak terjadi lagi.
7 Nov
2002
1. Saat berkunjung, melakukan pengkaji riwayat
kesehatan Bapak Sugino sebelumnya.seperti : sudah
berapa lama gatalnya, allergi apa, dsb.
2. Menanyakan dan menkaji makanan kesukaan bpk
Sugino.
3. Mendiskusikan dengan keluarga tentang masalah
yang berkaitan dengan gatal / allergi, seperti :
penyebab, faktor yg mempengaruhi, cara mengatasi,
kebersihan lingkungan perumahan, dsb.
4. Menganjurkan sekaligus mengajak bapak Sugino
untuk berkonsutasi dengan dokter di puskesmas.
5. Mengajajari kebersihan lingkungan tempat tinggal,
seperti cara menata alat rumah tangga, pakaian, dsb.
Data Subyektif.
-Dengan bahasa yang sederhana ,
Keluarga mampu menyebutkan
pengertian, tanda, gejala, cara
pencegahan dan cara untuk
mengatasinya penyakit gatal-
gatal seperti yang disampaikan
petugas.
Data Obyektif.
-Saat ditanya oleh petugas,
keluarga Keluarga sangat
kooperatif untuk melakukan
upaya pencegahan terhadap
penyakit gatal-gatalnya, seperti
menjaga makanan, menjaga
kebersihan dan sudah berobat
kepuskesmas wiyung.
-.Kekanbuhan penyakit gatal-
gatalnya masih terjadi, tetapi
sudah tidak sesering sebelumnya.Page 67 of 71
67
Catatan :
1. Untuk diagnosa ke 3 dan 4 , sudah dilaksanakan bersamaan dengan
Diag. 1 dan 2 tetapi tidak di dokumentasikan. Karena diwajibkan sampai
Tahap evaluasi hanya 1 diagnosa.
Page 68 of 71
68
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Berdasarkan hasil pembahasan tersebut, maka dapat disimpulkan sebagai
berikut. Secara sederhana psikososial merupakan singkatan dari dua kata yaitu psiko
dan sosial, dimana arti dari psiko merupakan psikis yaitu adalah keadaan kondisi
kejiwaan seseorang, dan sosial merupakan tempat dimana individu hidup dan
beraktivitas dengan individu lainnya atau dengan kata lain tatanan kehidupan dalam
masyarakat, kedua hal ini saling mempengaruhi individu dalam kehidupannya, yaitu
jika individu dalam sisi kejiwaan tidak baik atau tertanggu maka akan mempengaruhi
dirinya maupun lingkungan sosialnya demikian juga sebaliknya jika lingkungan
sosialnya tertanggu maka akan mempengaruhi kondisi pribadi individu tersebut.
Proses keperawatan pada klien dengan masalah kesehatan jiwa merupakan
tantangan yang unik karena masalah kesehatan jiwa mungkin tidak dapat dilihat
langsung seperti pada masalah kesehatan fisik, memperlihatkan gejala yang berbeda
dan muncul oleh berbagai penyebab. Proses keperawatan merupakan sarana/wahana
kerjasama perawat dengan klien, yang umumnya pada tahap awal peran perawat lebih
besar dari pada peran klien, namun pada proses akhirnya diharapkan peran klien lebih
besar daripada peran perawat, sehingga kemandirian klien dapat dicapai (Keliat,
1998).
Dalam pemberian tindakan keperawatan dan pencapaian kemandirian klien,
peran keluarga sangat penting. Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang
tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan
mereka hidup dalam suatu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan di dalam
peranannya masing- masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu
kebudayaan. (Salvicion G Bailon dan Aracelis Maglaya 1989).Alasan keluarga
sebagai unit pelayanan perawatan (Freeman) adalah keluarga sebagai unit utama dari
masyarakat dan merupakan lembaga yang menyangkut kehidupan masyarakat,
keluarga sebagai kelompok dapat menimbulkan, mencegah, mengabaikan atau
Page 69 of 71
69
memperbaiki masalah-masalah kesehatan dalam kelompoknya sendiri, masalah
kesehatan dalam keluarga saling berkaitan, penyakit pada salah satu anggota keluarga
akan mempengaruhi seluruh keluarga tersebut, sehingga keluarga sangat berperan
dalam setiap tindakan kesehatan dan keoperawatan yang diberikan pada paen, serta
keluarga juga menjadi sasaran dalam promosi dan pelayanan kesehatan itu sendiri.
3.2 Saran
Melalui penulisan makalah ini, disarankan kepada pembaca dan mahasiswa
keperawatan sebagai berikut.
1. Kepada mahasiswa keperawatan agar dapat memahami materi
dokumentasi pada populasi khusus, sebagaimana yang dibahas dalam
makalah ini dengan baik, sebagai acuan dalam pembuatan dokumentasi
slanjutnya, dan pada praktik keperawatan nantinya.
2. Kepada pembaca, agar dapat memahami tulisan ini dengan baik, serta
dapat memahami konsep-konsep penting yang ditunjukkan dalam
penulisan makalah ini.
Page 70 of 71
70
DAFTAR PUSTAKA
Alzam, Faisal. 2008. Askep Keluarga. Diakses melalui http://myflazer.blogspot.com
pada tanggal 13 Mei 2015 pukul 14.00 WITA.
Anonim, (2003). Penyalahgunaan dan Ketergantungan NAZA (Narkotika, Alkohol,
dan Zat Adiktif). Jakarta: FK-UI
Anonim. 2010. Konsep Keluarga. Diakses melalui http://askep-askeb.cz.cc pada
tanggal 13 Mei 2015 pukul 14.20 WITA.
Depkes.(2001). Pedoman Praktis Mengenai Penyalahgunaan NAPZA Bagi Petugas
Puskesmas. Dapat diakses di http://dinkesjatim.go.id/erita-detail.html pada
tanggal 13 Mei 2015 pukul 14.10 WITA.
Friedman, Marilyn. 1998. Keperawatan Keluarga: Teori dan Praktik. Jakarta: EGC.
Hawari, D. (1990). Penyalahgunaan dan Ketergantungan NAZA (Narkotika, Alkohol,
dan Zat Adiktif). Jakarta: FK-UI
Joewana, S. (2004). Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan Zat
Psikoaktif. Jakarta: EGC.
Kanisius. Hidayat, A.A.A. (2006). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia: Aplikasi,
Konsep, dan Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba.
Keliat, B.A. (1994). Gangguan konsep diri. Jakarta: EGC
Keliat, B.A. dkk (2005). Modul Basic Course Community Health Nursing. Tidak
dipublikasikan. Jakarta: FIK UI
Page 71 of 71
71
Recommended