5/24/2018 Tes Pendengaran
1/5
Tes PendengaranA. Tes Pendengaran
Tes pendengaran adalah suatu cara menguji fungsi pendengaran seseorang yang
dimulai dari tes sederhana hingga tes canggih.
Tujuan tes pendengaran :
1. Menentukan pendengaran seseorang normal atau tidak.
2. Men en tu k an d e ra ja t k ek u ran g an p en d en g aran .
3. Menentukan lokalisasi penyebab gangguan pendengaran
B. JenisJenis Tes Pendengaran
1. Tes Pendengaran Konvensional
1) Tes bisik
Tes bisik adalah suatu tes pendengaran dengan memberikan suara bisik berupa
kata-kata ke telinga penderita pada jarak tertentu. Hasilnya berupa jarak pendengaran, yaitu
jarak antara pemeriksa dengan penderita dimana suara bisik masih dapat terdengar.
2) Tes Bisik Modifikasi
Tes bisik modifikasi merupakan hasil perubahan tertentu dari tes bisik. Tes bisik
modifikasi digunakan sebagai skrining pendengaran dari kelompok orang
berpendengaran normal dengan kelompok orang berp enden garan ab normal da ri
sejumlah besa r populasi. Misaln ya tes kesehatan pada penerimaan CPNS.
3) Tes Garpu Tala
Test ini menggunakan seperangkat garpu tala yang terdiri dari 5 garpu tala darinada c dengan
frekwensi 2048 Hz,1024 Hz, 512Hz,256 Hz dan 128 Hz. Keuntungan test garpu tala ialah
dapat diperoleh dengan cepat gambarankeadaan pendengaran penderita. Kekurangannya ialah
tidak dapat ditentukanbesarnya intensitas bunyi karena tergantung cara menyentuhkan garpu
talayaitu makin keras sentuhan garpu tala makin keras pula intensitas yangdidengar. Sentuhan
garpu tala harus lunak tetapi masih dapat didengar olehtelinga normal.
5/24/2018 Tes Pendengaran
2/5
Gambar 1. Tes Garpu Tala
Macam - macam tes garpu tala :a. Tes Batas Atas & Batas Bawah
Tes batas atas dan batas bawah merupakan tes garpu tala yang bertujuan menentukan
frekuensi garpu tala yang dapat didengar penderita melalui hantaran udara pada intensitas
ambang normal
b. Tes Rinne
Tes Rinne merupakan tes garpu tala yang brtujuan membandingkan kemampuan pendengaran
memalui hantaran tulang dan hantaran udara pada satu telinga pasien.
c. Tes Weber
Tes weber ,erupakan tes garpu tala yang bertujuan membandingkan kemampuan pendengaran
melalui hantaran tulang antara kedua telinga.
d. Tes Schwabach
Tes schwabach merupakan tes garpu tala yang bertujuan membandingkan kemampuan
pendengaran pasien dengan pendengaran pemeriksa melalui hantaran tulang.
4) Tes Audiometri Nada Murni
Audiometri nada murni adalah tes dasar untuk mengetahui ada tidaknya gangguan
pendengaran. Selama tes, orang yang dites akan mendengar nada murni yang diberikan pada
frekwensi yang berbeda melalui sebuah headphone atau ear phone. Intensitas nada berangsur-
angsur dikurangi sampai ambang dengar, titik dimana suara terkecil yang dapat didengar
akan diketahui. Hasilnya ditunjukkan dalam desibel (dB) dan dimasukkan ke bentuk
audiogram.
http://4.bp.blogspot.com/-acrafq22JRo/T4EkLMMQKQI/AAAAAAAAADs/C19Ktoa51B0/s1600/test+rinne.jpg5/24/2018 Tes Pendengaran
3/5
2. Tes Pendengaran Non Konvensional
1) Tes Timpanometri
Timpanometri dilakukan untuk mengetahui keadaan di telinga tengah. Misalnya, apakah ada
cairan, gangguan rangkaian tulang pendengaran (ossicular chain), kekakuan gendang telinga
atau bahkan gendang telinga terlalu lentur.
Alat yang digunakan dalam pemeriksaan timpanometri adalah timpanometer.
Gambar 2. Tes Timpanometri
Timpanogram adalah suatu penyajian berbentuk grafik dari kelenturan relatif sistem timpano
osikular sementara tekanan udara di liang telinga diubah-ubah. Kelenturan maksimal
diperoleh pada tekanan udara normal, dan berkurang jika tekanan udara ditingkatkan atau
diturunkan. Individu dengan pendengaran normal atau dengan gangguan sensorineural akan
memperlihatkan sistem timpano osikular yang normal.
Gambaran hasil timpanometri tersebut adalah:
tipe A mengindikasikan bahwa kondisi telinga tengah normal.
tipe B terdapat cairan di telinga tengah.
tipe C terdapat gangguan fungsi tuba eustachius.
tipe AD terdapat gangguan rangkaian tulang pendengaran.
tipe AS terdapat kekakuan pada tulang pendengaran (otosklerosis)
2) Tes BERA (Brainsteem Evoked Response Audiometry)
http://1.bp.blogspot.com/-BSYfVQSpTcI/T4Ekc8YSl4I/AAAAAAAAAD0/J9I9SpisnXk/s1600/tympanometry1.jpg5/24/2018 Tes Pendengaran
4/5
Tes BERA ini dapat menilai fungsi pendengaran bayi atau anak yang tidak kooperatif, yang
tidak dapat diperiksa dengan cara konvensional. Reaksi yang timbul sepanjang jaras-jaras
saraf pendengaran dapat dideteksi berdasarkan waktu yang dibutuhkan (satuan milidetik)
mulai dari saat pemberian impuls sampai menimbulkan reaksi dalam bentuk gelombang.
Gelombang yang terjadi sebenarnya ada 7 buah, namun yang penting dicatat adalah
gelombang I, III dan V.
Pemeriksaan BERA yang lengkap dapat memberikan informasi mengenai:
a. Masa latensi absolut gelombang I, III, V pada intensitas yang berbeda
b. interpeak latency intervalsyaitu dari gelombang I -III, I-V, III-V
c. Beda masa laten absolut telinga kanan dan kiri (interaural latency)
d. Perubahan masa latensi gelombang apabila intensitasnya diturunkan (latency intencity
function)
e. Perubahan masa latensi gelombang dengan perubahan kecepatan stimulus
f. Rasio amplitudo gelombang (absolute dan relative)
3) Auditory Steady State Response (ASSR)
Pemeriksaan elektrofisiologis lain untuk menilai AEP adalah Auditory Steady State
Response (ASSR), atau kadang-kadang dikenal juga sebagai Steady-State Evoked Potential
(SSEP). ASSR adalah salah satu metode pemeriksaan terbaru yang dapat digunakan oleh para
audiologis untuk menentukan prediksi ambang pendengaran pada anak-anak.
Tujuan ASSR adalah untuk membuat estimasi audiogram statistik yang akurat. Pada
respons dari ABR diukur dalam microvolts, sedangkan pada ASSR diukur dalam nanovolts.
Pada dasarnya, cara pemeriksaan pada tes ASSR ini sama dengan pemeriksaan pada BERA.
Yang membedakan adalah frekuensi yang diperiksa serta gambaran hasil tes. Hasil tes BERA
gambarannya berupa gelombang-gelombang sedangkan hasil tes ASSR berupa audiogram.
http://3.bp.blogspot.com/-PffoooqB5Xg/T4EkoN0ebXI/AAAAAAAAAD8/kZ-fftzGrEc/s1600/bera.jpg5/24/2018 Tes Pendengaran
5/5
Biasanya, jika dalam pemeriksaan BERA tidak ditemukan gelombang V di intensitas 80 dB,
maka disarankan untuk melakukan tes ASSR untuk mengetahui berapa derajat gangguan
pendengaran bayi atau anak.
Hasil tes ASSR ini sangat penting digunakan dalam pemilihan dan pengaturan alat
bantu dengar, terutama pada alat bantu dengar digital programmable. Ketepatan gain atau
amplifikasi yang diberikan harus sesuai dengan hasil tes ASSR dan hasil tes pendengaran
subyektif yang mendukung, yaitu Free Field Test.
4) Tes OAE (Otoacoustic Emission)
Pemeriksaan OAE untuk menilai apakah koklea berfungsi normal merupakan pemeriksaan
objektif , mudah, otomatis, non infansif, tidak terganting perilaku anak, cepat, sensivitas dan
spesifitas mendekati 100 %. Kelemahannya dipengaruhi oleh bising lingkungan, kondisi
telinga luar dan luar, kegagalannya pada 24 jam kelahiran pertama cukup tinggi, serta alat
relative mahal.
5) Pemeriksaan ABR (Auditory Brainstem Response)Pemeriksaan ABR untuk menilai apakah saraf pendengaran dan batang otak berfungsi normal
merupakan pemeriksaan yang objektif, mudah, non invansif, tidak tergantung perilaku anakyang di pengaruhi, dan tidak dipengaruhi kondisi telinga luar dan telinga tengah.
Kelemahannya dipengaruhi oleh bising lingkungan, waktu pemeriksaan relative lama,
membutuhkan sedasi dan tenaga ahli serta harga alat relative mahal.