46
LAPORAN PRAKTIKUM SISTEM PRODUKSI DISUSUN OLEH: ROHMAD PUTRA ATIM SUSILO (411306092) RISKY AJI MAULANA (411306147) HAJAR HAFID (411306067) PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA 2016

Laporan praktikum sistem produksi

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Laporan praktikum sistem produksi

LAPORAN

PRAKTIKUM SISTEM PRODUKSI

DISUSUN OLEH:

ROHMAD PUTRA ATIM SUSILO (411306092)

RISKY AJI MAULANA (411306147)

HAJAR HAFID (411306067)

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA

2016

Page 2: Laporan praktikum sistem produksi

Universitas 17 Agustus 1945, Surabaya, 2016 Laporan Praktikum Sistem Produksi

i

RINGKASAN

Dalam laporan ini yang dibahas adalah proses pembuatan Cake dan Cup Cake.

Dengan adanya proses pembuatan Cake dan Cup Cake ini, kita dapat mencari tahu berapa

harga pokok produksinya, dengan menghitung jumlah bahan baku, waktu proses produksi,

jumlah tenaga kerja, biaya tenaga kerja, sampai dengan biaya overhead. Selain menghitung

semua biaya produksi, kami juga melakukan peramalan dengan menggunakan metode

moving average, dan Metode Single Exponential Smoothing (α = 0,9).

Metode moving average merupakan teknik peramalan berdasarkan rata-rata bergerak

dari nilai-nilai masa lalu. Sedangkan metode single exponential smoothing merupakan

teknik forecasting yang sederhana, tetapi telah menggunakan suatu penimbang dengan

besaran antara 0 hingga 1.

Dalam perhitungan kebutuhan tenaga kerja kita dapat mengetahui jumlah tenaga

kerja dengan cara membagikan jumlah waktu yang dibutuhkan dibagi dengan data jam kerja.

Setelah itu kita menghitung perencanaan produksi dengan menggunakan metode

Transportasi.

Dalam bab 4 kita menghitung jumlah pesanan dengan menggunakan Model EOQ,

Perhitungan Waktu antar pemesanan kita menghitung dengan rumus t = Q / D dan untuk

perhitungan biaya persediaan kita menggunakan model TIC.

Dalam laporan ini kita juga menghitung Harga Pokok Produksi dan proyeksi laba

yang diperoleh.

Page 3: Laporan praktikum sistem produksi

Universitas 17 Agustus 1945, Surabaya, 2016 Laporan Praktikum Sistem Produksi

ii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah dan puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas selesainya

“LAPORAN PRAKTIKUM SISTEM PRODUKSI”. Tanpa rida dan kasih sayang serta

petunjuk dari-Nya mustahil laporan ini dapat dirampungkan.

Disusunnya Laporan Resmi Praktikum Sistem Produksi ini adalah sebagai bukti

kami telah menyelesaikan praktikum Sistem Produksi. Dimana menyelesaikan praktikum

Sistem Produksi merupakan salah satu syarat menyelesaikan tahapan perkuliahan pada

Jurusan Teknik Industri, Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya.

Pada kesempatan ini tidak lupa kami ucapkan banyak terima kasih kepada Ibu

Ir. Siti Mundari, MT selaku dosen pembimbing atas bantuannya dalam membimbing

penyusunan laporan ini.

Penyusun sudah berupayah semaksimal mungkin untuk dapat menyajikan laporan ini

agar bisa benar-benar memadai, mudah dipahami dan dapat diterima oleh Dosen

pembimbing dan para pembaca. Sesuai dengan kata pepatah “tiada gading yang tidak retak”,

kami mengharapkan saran dan kritik, khususnya dari Dosen pembimbing. Dan Saya

memohon maaf jika ada kesalahan pada penulisan ataupun penafsiran dari maksud yang

sebenarnya.

Surabaya, 7 Desember 2016

Page 4: Laporan praktikum sistem produksi

Universitas 17 Agustus 1945, Surabaya, 2016 Laporan Praktikum Sistem Produksi

iii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

RINGKASAN ...................................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... ii

DAFTAR ISI ..................................................................................................................... iii

BAB I OPERATION PROCESS CHART (OPC)

1.1 Landasan Teori ................................................................................................... 1

1.1.1 Definisi OPC .............................................................................................. 1

1.1.2 Prinsip-prinsip Pentusunan OPC .............................................................. 2

1.2 Jawaban Tugas Setelah Praktikum ..................................................................... 3

1.2.1 Produk Jadi ............................................................................................... 3

1.2.2 OPC Produk Cake ..................................................................................... 4

1.2.3 OPC Produk CupCakae ............................................................................. 5

BAB 2 PERAMALAN (FORECASTING)

2.1 Landasan Teori ................................................................................................... 6

2.1.2 Peramalan/Forcasting Sistem Output ........................................................ 6

2.1.2 Metode Kualitatif ...................................................................................... 6

2.1.3 Model Kuantitatif ....................................................................................... 7

2.1.4 Langkah-langkah Peramalan ..................................................................... 7

2.2 Jawaban Tugas Setelah Praktikum ...................................................................... 7

2.2.1 Data Permintaan Produk ........................................................................... 8

2.2.2 Scatter Diagram Data Historis Permintaan Produk .................................... 8

2.2.3 Peramalan (forecasting) Data Historis dengan Software WinQSB .......... 9

2.2.4 Pemilihan Metode Peramalan Dari Uji Verifikasi ................................... 14

BAB 3 PERENCANAAN KEBUTUHAN TENAGA KERJA DAN PERENCANAAN

PRODUKSI

3.1 Landasan Teori .................................................................................................. 16

3.1.1 Perencanaan Kebutuhan Tenaga Kerja ...................................................... 16

3.1.2 Perencanaan Produksi ................................................................................ 17

3.1.3 Jadwal Induk Produksi .............................................................................. 15

Page 5: Laporan praktikum sistem produksi

Universitas 17 Agustus 1945, Surabaya, 2016 Laporan Praktikum Sistem Produksi

iv

3.2 Jawaban Tugas Setelah Praktikum .................................................................... 13

3.2.1 Data yang Diketahui .................................................................................. 19

3.2.2 jumlah Tenaga Kerja yang Dibutuhkan ..................................................... 20

3.2.3 Perencanaan Produksi ................................................................................ 21

3.2.4 Jadwal Induk Produksi Selama 6 Minggu ................................................. 24

BAB 4 MENGHITUNG KEBUTUHAN DAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU ROTI

4.1 Landasan Teori ................................................................................................. 26

4.2 Jawaban Tugas Setelah Praktikum ................................................................... 29

4.2.1 Struktur Produk ........................................................................................ 29

4.2.2 Data yang Diperoleh ................................................................................. 30

4.2.3 Jadwal Induk Produksi ............................................................................. 31

4.2.4 Perhitungan Waktu Antar Pemesanan yang Optimal ............................... 31

4.2.5 Perhitungan Total Biaya Persediaan Dalam Satu Periode ........................ 31

4.2.6 Perhitungan Jumlah Pesanan yang Paling Ekonomis ............................... 32

BAB 5 PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI

5.1 Landasan Teori ................................................................................................. 34

5.1.1 Tujuan Penentuan Harga Pokok Produksi ................................................ 34

5.1.2 Perhitungan Jumlah Pesanan yang Paling Ekonomis ............................... 34

5.1.3 Metode Penentuan Harga Pokok Produksi ............................................... 36

5.2 Jawaban Tugas Setelah Praktikum ................................................................... 36

5.2.1 Data yang Diperlukan ............................................................................... 36

5.2.2 Harga Pokok Penjualan ............................................................................ 38

5.2.3 Proyeksi Laba ........................................................................................... 39

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan ....................................................................................................... 40

6.2 Saran .................................................................................................................. 41

Page 6: Laporan praktikum sistem produksi

Universitas 17 Agustus 1945, Surabaya, 2016 Laporan Praktikum Sistem Produksi

1

BAB I

OPERATING PROCESS CHART (OPC)

1.1. LANDASAN TEORI

1.1.1. Definisi OPC

Peta proses operasi adalah peta kerja yang yang mencoba menggambarkan

urutan kerja dengan jalan membagi pekerjaan tersebut menjadi elemen-elemen

operasi secara detail. Tahapan proses operasi kerja harus diuraikan secara logis dan

sistematis. Keseluruhan operasi kerja dapat digambarkan dari awal (raw material)

sampai menjadi produk akhir (finished goods product), sehingga analisis perbaikan

dari masing-masing operasi kerja secara individual maupun urutan-urutannya secara

keseluruhan akan dapat dilakukan. Peta operasi ini umumnya digunakan untuk

menganalisis operasi-operasi kerja yang memakan waktu beberapa menit per siklus

kerjanya (Sritomo, 1992).

Peta proses operasi memiliki beberapa kegunanaan dan informasi-informasi

yang bisa dicatat melalui peta proses operasi. Kegunaan peta proses operasi adalah

sebagai berikut (Sutalaksana, 1979):

a. Bisa mengetahui kebutuhan akan mesin dan penganggarannya.

b. Bisa memperkirakan kebutuhan akan bahan baku (dengan menghitung

efisiensi di tiap operasi/pemeriksaan).

c. Sebagai alat untuk menentukan tata letak pabrik.

d. Sebagai alat untuk menentukan perbaikan cara kerja yang sedang dipakai.

e. Sebagai alat untuk latihan kerja. Dll

Peta-peta kerja yang biasa digunakan pada perusahaan dikembangkan oleh

Gilberth yang dibuat untuk membuat suatu peta kerja. Adapun lambang-lambang

yang umum digunakan adalah sebagai berikut (Sutalaksana, 1979).

OPERASI

Suatu kegiatan operasi terjadi apabila benda kerja mengalami

perubahan sifat baik fisik maupun kimiawi. Kegiatan operasi ini juga

menggambarkan kegiatan mengambil informasi maupun memberikan

informasi pada suatu keadaan.

Page 7: Laporan praktikum sistem produksi

Universitas 17 Agustus 1945, Surabaya, 2016 Laporan Praktikum Sistem Produksi

2

PEMERIKSAAN

Suatu kegiatan pemeriksaan terjadi apabila benda kerja atau

peralatan mengalami pemeriksaan baik untuk segi kualitas maupun

kuantitas. Lambang ini digunakan jika melakukan pemeriksaan terhadap

suatu objek atau membandingkan obyek tertentu dengan suatu standar.

TRANSPORTASI

Suatu kegiatan transportasi terjadi apabila benda kerja, pekerja, dan

perlengkapan mengalami perpindahan tempat yang bukan merupakan

bagian dari suatu operasi. Suatu pergerakan yang merupakan bagian dari

operasi atau disebabkan oleh pekerja pada tempat bekerja sewaktu operasi

atau pemeriksaan berlangsung bukanlah merupakan transportasi.

MENUNGGU

Proses menunggu terjadi apabila benda kerja, pekerja, dan

perlengkapan tidak mengalami kegiatan apa-apa selain menunggu (biasanya

sebentar). Kejadian ini menunjukan bahwa suatu objek ditinggalkan untuk

sementara tanpa pencatatan sampai diperlukan kembali.

PENYIMPANAN

Proses penyimpanan terjadi apabila benda kerja disimpan pada

jangka waktu yang cukup lama. Jika benda kerja tersebut diambil kembali,

biasanya memerlukan prosedur perizinan tertentu. Lambang ini digunakan

untuk menyatakan suatu obyek yang mengalami penyimpanan permanen.

AKTIVITAS GABUNGAN

Lambang yang satu ini menunjukkan sebuah aktivitas gabungan.

Kegiatan yang terjadi apabila antara aktivitas operasi dan pemeriksaan

dilakukan kebersamaan atau dilakukan pada suatu tempat kerja.

1.1.3. Prinsip-prinsip Penyusunan OPC

1. Pada baris paling atas terdapat kepala peta “Oeration Process Chart”, dan

identifikasi lain: nam objek yang dipetakan, nama pembuat peta, tanggal

dipetakan, cara lama atau cara sekarang, nomor peta dan nomor gambar.

Page 8: Laporan praktikum sistem produksi

Universitas 17 Agustus 1945, Surabaya, 2016 Laporan Praktikum Sistem Produksi

3

2. Material yang akan diproses diletakkan di atas garis horizontal, untuk

menunjukkan bahwa material tersebut masuk kedalam proses.

3. Lambang-lambang ditempatkan dalam arah vertikal, yang menunjukkan

terjadinya perubahan proses.

4. Penomoran terhadap suatu kegiatan operasi diberikan secara berurutan,

sesuai dengan urutsn operasi yang dibutuhkan untuk pembuatan produk

tersebut, atau sesuai dengan proses yang terjadi.

Penomoran terhadap suatu kegiatan inspeksidiberikan secara tersendiri

dan prinsipnya sama dengan penomoran untuk kegiatan operasi.

5. Pada bagian bawah OPC dibuat ringkasan yang memuat informasi:

jumlah operasi, jumlah inpeksi, serta jumlah waktu yang diperlukan.

1.2 JAWABAN TUGAS SETELAH PRAKTIKUM

1.2.1 Produk Jadi

Gambar. Produk Cake

Gambar. Produk Cup Cake

Page 9: Laporan praktikum sistem produksi

Universitas 17 Agustus 1945, Surabaya, 2016 Laporan Praktikum Sistem Produksi

4

1.2.2 OPC Produk Cake

OPC PEMBUATAN “CAKE”

O - 1

I - 1

O - 2

I - 2

O - 3

I - 3O - 4O - 5

O - 6

I - 4

O - 7

I - 5

O - 10O - 8

I - 6

O - 9

I - 7

O - 12

TEPUNG TERIGUSUSU BUBUKGULATELURVANILIOVALETMENTEGA

O - 11

I - 8

O - 13

I - 9

O - 14

I - 10

O - 15

I - 11

O - 16

O - 17

I - 12

O - 18

S

Loyang

Pengukuan

(Timbangan)

Pengukuan

(Sendok

Makan)

Pengukuan

(Timbangan)

Pengukuan

(Timbangan)

Mencairkan

(Di Panaskan)

Di Biarkan

Hingga Dingin

Pencampuran

(Di Aduk)

MenyiapkanMenyiapkanPengukuan

(Sendok Teh)

Pencampuran

Bahan Hingga

Berwarna Putih

(Di Mixer)

Pencampuran

(Di Aduk)

Pencampuran

(Di Aduk)

Tuangkan adonan ke

Loyang yang sudah di

olesi Mentega dan

Tepung Terigu

Masukan adonan dan

oven pada suhu

tertentu

(Microwave / Oven)

Di Biarkan

Hingga Dingin

Proses

Pemotongan

(Pisau)

Membungkus Semua

kue hasil pemotongan

(Bungkus Plastik)

Bungkus

Plastik

0,51"0,49" 0,5"0,12"0,10"0,4"0,46"

0,22"2,07" 13,37"

1,55" 3,23"

1,32"

1,30"

35"

5,27"

5,15"

2,01"

RINGKASAN

NO LAMBANG KEGIATAN JUMLAH WAKTU

1 Operasi 6 11,12

2 Pemeriksaan 0 0

3 Operasi & Inspeksi 12 61,95

4 Penyimpanan 1

Jumlah 19 73,07

Page 10: Laporan praktikum sistem produksi

Universitas 17 Agustus 1945, Surabaya, 2016 Laporan Praktikum Sistem Produksi

5

O - 1

I - 1

O - 2

I - 2

O - 4

I - 4O - 5O - 6

O - 7

I - 5

O - 8

I - 6

O - 11O - 9

I - 7

O - 10

I - 8

O - 13

TEPUNG TERIGUSUSU BUBUKGULATELURVANILIOVALETMENTEGA

O - 12

I - 9

O - 14

I - 10

O - 17

I - 13

S

Cup Kertas

Pengukuan

(Timbangan)

Pengukuan

(Sendok

Makan)

Pengukuan

(Timbangan)

Pengukuan

(Timbangan)

Mencairkan

(Di Panaskan)

Di Biarkan

Hingga Dingin

Pencampuran

(Di Aduk)

MenyiapkanMenyiapkanPengukuan

(Sendok Teh)

Pencampuran

Bahan Hingga

Berwarna Putih

(Di Mixer)

Pencampuran

(Di Aduk)

Pencampuran

(Di Aduk)

Tuangkan adonan ke

Cup Kertas satu per

satu sesuai takaran

dan tata pada loyang

Masukan adonan ke

oven pada suhu

tertentu

(Microwave / Oven)

0,25"0,30" 0,5"0,37"0,10"0,11"0,45"

0,28"2,12" 12"

1,55" 2,21"

1,11"

25"

O - 3

I - 3

COKLAT BUBUK

Pengukuan

(Sendok

Makan)

Loyang

O –

I - 12

Beri chocochip per

cup

O –

I - 11

0,23"

Chocochip

3,09"

0,45"

1.2.3 OPC Produk Cup Cake

OPC PEMBUATAN “CUP CAKE”

RINGKASAN

NO LAMBANG KEGIATAN JUMLAH WAKTU

1 Operasi 4 4,14

2 Pemeriksaan 0 0

3 Operasi & Inspeksi 13 44,72

4 Penyimpanan 1

Jumlah 19 48,86

Page 11: Laporan praktikum sistem produksi

Universitas 17 Agustus 1945, Surabaya, 2016 Laporan Praktikum Sistem Produksi

6

BAB II

PERAMALAN (FORECASTING)

2.1. LANDASAN TEORI

Peramalan merupakan bagian awal dari suatu proses pengambilan suatu keputusan.

Sebelum melakukan peramalan harus diketahui terlebih dahulu apa sebenarnya persoalan

dalam pengambilan keputusan itu.

Peramalan adalah pemikiran terhadap suatu besaran, misalnya permintaan terhadap

satu atau beberapa produk pada periode yang akan datang. Pada hakekatnya peramalan

hanya merupakan suatu perkiraan(guess), tetapi dengan menggunakan teknik-teknik

tertentu, maka peramalan menjadi lebih sekedar perkiraan. Peramalan dapat dikatakan

perkiraan yang ilmiah (educated guess).

Sebagai suatu aktivitas dalam suatu organisasi, peramalan diharapkan dapat

memberikan informasi yang sesuai dengan pemasaran, finance, produksi, dimassa

mendatang dan hal – hal lain yang memerlukannya untuk tujuan – tujuan lainnya.

1.1 Peramalan/Forecasting Sistem Output

Dari sudut pandang manajer produksi apa yang diproduksi apa yang

diperlukan untuk perencanaan dimasa datang adalah forecast demand ( Peramalan

Permintaan), bukannya penjualan dimasa datang.

Demand berkaitan dengan persamaan yang diterima dari konsumen,

sedangkan penjualan menyatakan pengiriman yang dilakukan.

Demand kadang – kadang dapat berbeda dengan jumlah dengan penjualan

akibat keterbatasan kapasitas atau ketidaktetapan pengiriman akibat keterlibatan

produk.

Secara umum metode-metode (model) peramalan dapat dikelompokkan

kedalam 2 kelompok utama yaitu :

Metode Kualitatif

Metode Kuantitatif

1.1.1 Metode Kualitatif

Beberapa model peramalan yang digolongkan sebagai model kualitatif adalah

A. Dugaan Manajemen (Manajemen Estimate)

Dimana peramalan semata mata berdasarkan pertimbangan

manajemen, umumnya oleh manajemen senior. Teknik ini akan

Page 12: Laporan praktikum sistem produksi

Universitas 17 Agustus 1945, Surabaya, 2016 Laporan Praktikum Sistem Produksi

7

digunakan dalam situasi diman atidak ada alternatif lain dari model

peramalan yang dapat diterapkan.

B. Riset Pasar

Merupakan peramalan berdasarkan hasil-hasil dan survei pasar yang

dilakukan oleh tenaga-tenag pemasaran.

C. Metode kelompok Terstruktur

Misal : Metode Delphi, dll.

Metode Delphi merupakan teknik peramalan berdasaarkan proses

konvergensi dari opini beberapa orang atau ahli secara interaktif tanpa

menyebutkan identitas.

1.1.2 Model Kuantitatif

Model kuantitatif dapat digolongkan menjadi :

A. Model kuantitatif intrinsik, sering disebut sebagai model-model deret

waktu (time serie model ).

Contoh :

Rata-rata bergerak (Moving average)

Exponential Smoothing

Proyeksi Kecenderungan

B. Model Kuantitayif ekstrinsik, sering disebut sebagai model kausal, dan

yang lebih populer adalah model-model regresi.

1.2 Langkah-langkah peramalan

Pada dasarnya terdapat sembilan langkah-langkah yang harus diperhatikan

untuk menjamin efektifitas dan efisiensi dari sistem peramalan dalam manajemen

permintaan, yaitu:

1. Menentukan tujuan dari peramalan

2. Memilih item independent demand yang akan diramalkan.

3. Menentukn horizon waktu dari peramalan ( jangka pendek, menengah, atau

panjang)

4. Memilih model-model peramalan

5. Memperoleh data yang dibutuhkan untuk melakukan peramalan

6. Validasi model peramalan

7. Membuat peramalan

Page 13: Laporan praktikum sistem produksi

Universitas 17 Agustus 1945, Surabaya, 2016 Laporan Praktikum Sistem Produksi

8

8. Implementasi hasil – hasil peramalan

9. Memantau keandalan hasil peramalan

2.2. JAWABAN TUGAS SETELAH PRAKTIKUM

2.2.1 2.2.1 Data Permintaan Produk

Data Permintaan Produk (Satuan Unit) Selama 12 minggu terakhir adalah

sebagai berikut :

A. Data permintaan produk : CAKE

Minggu 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Demand 1060 1100 1180 1050 1150 1000 1120 1060 1180 1020 1120 1100

B. Data permintaan produk : CUPCAKE

Minggu 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Demand 1070 1120 1050 1090 1050 1150 1080 1110 1070 1110 1130 1080

2.2.2 Scatter diagram data historis permintaan produk

A. Produk CAKE

980

1000

1020

1040

1060

1080

1100

1120

1140

1160

1180

1200

0 2 4 6 8 10 12 14

Scatter Diagram Data Historis Permintaan Produk

" CAKE"

Data Permintaan

Page 14: Laporan praktikum sistem produksi

Universitas 17 Agustus 1945, Surabaya, 2016 Laporan Praktikum Sistem Produksi

9

1040

1060

1080

1100

1120

1140

1160

0 2 4 6 8 10 12 14

Scatter Diagram Data Historis Permintaan

Produk

Data Permintaan

B. Produk CUPCAKE

2.2.3 Peramalan (Forecasting) data historis menggunakan software Win QSB

A. Produk CAKE

1. Peramalan dengan Metode Moving Average 3 mingguan

Page 15: Laporan praktikum sistem produksi

Universitas 17 Agustus 1945, Surabaya, 2016 Laporan Praktikum Sistem Produksi

10

Verifikasi hasil peramalan metode Moving Average 3 mingguan dengan

Tracking Signal.

2. Peramalan dengan Metode Single Exponential Smoothing (α = 0,9) pada

produk CAKE

Dalam Metode Single Exponential Smoothing digunakan nilai α = 0,9.

Pemilihan nilai α = 0,9 ini karena dari diagram Scatter diketahui bahwa pola

historis dari data aktual permintaan produk CAKE sangat bergejolak atau tidak

stabil dari waktu ke waktu sehingga dipilihlah nilai α yang mendekati satu yaitu

0,9. Berikut merupakan hasil forecasting menggunakan Win QSB

-1,00-0,45

-1,96-1,36

-2,02

-0,09

-1,40-1,04 -1,26

-5

-4

-3

-2

-1

0

1

2

3

4

5

1 2 3 4 5 6 7 8 9

Tracking Signal dari Metode Peramalan MA(3)

UCL = +4 Tracking Signal LCL = -4

Page 16: Laporan praktikum sistem produksi

Universitas 17 Agustus 1945, Surabaya, 2016 Laporan Praktikum Sistem Produksi

11

Verifikasi hasil peramalan metode Single Exponential Smoothing (α = 0,9)

dengan Tracking Signal.

1,00

2,00

-0,02

1,05

-0,58

0,530,02

1,26

-0,32

0,55 0,47

-5

-4

-3

-2

-1

0

1

2

3

4

5

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

Tracking Signal dari Metode Peramalan Single Exponential

Smoothing (α=0,9)

UCL = +4 Tracking Signal LCL = -4

Page 17: Laporan praktikum sistem produksi

Universitas 17 Agustus 1945, Surabaya, 2016 Laporan Praktikum Sistem Produksi

12

1,00

-1,14

1,35 1,161,80 0,48

1,20

2,201,55

-5

-4

-3

-2

-1

0

1

2

3

4

5

1 2 3 4 5 6 7 8 9

Tracking Signal dari Metode Peramalan MA(3)

UCL = +4 Tracking Signal LCL = -4

B. Produk CUPCAKE

1. Peramalan dengan Metode Moving Average 3 mingguan

Verifikasi hasil peramalan metode Moving Average 3 mingguan dengan

Tracking Signal.

Page 18: Laporan praktikum sistem produksi

Universitas 17 Agustus 1945, Surabaya, 2016 Laporan Praktikum Sistem Produksi

13

2. Peramalan dengan Metode Single Exponential Smoothing (α = 0,9) pada

produk CUPCAKE

Dalam Metode Single Exponential Smoothing digunakan nilai α = 0,9.

Pemilihan nilai α = 0,9 ini karena dari diagram Scatter diketahui bahwa pola

historis dari data aktual permintaan pada produk CUPCAKE sangat bergejolak

\atau tidak stabil dari waktu ke waktu sehingga dipilihlah nilai α yang

mendekati satu yaitu 0,9. Berikut merupakan hasil forecasting menggunakan

Win QSB

Verifikasi hasil peramalan metode Single Exponential Smoothing (α = 0,9)

dengan Tracking Signal.

Page 19: Laporan praktikum sistem produksi

Universitas 17 Agustus 1945, Surabaya, 2016 Laporan Praktikum Sistem Produksi

14

2.2.4 Pemilihan metode peramalan dari uji verifikasi

1. Produk Cake

Dari uji Verifikasi hasil peramalan dari 2 metode yaitu metode

Moving Average 3 mingguan dan metode Single Exponential Smoothing (α

= 0,9) denggan Tracking Signal, dapat disimpulakan bahwa metode yang

dipilih untuk melakukan peramalan yaitu metode Single Exponential

Smoothing (α = 0,9), karena penyebaran tracking signal dari metode ini lebih

merata serta tidak melewati batas control atas (UCL = +4) dan batas control

bahwa (LCL = -4).

Berdasarkan uji verifikasi yang telah dilakukan maka peramalan

untuk 6 minggu mendatang yaitu :

Minggu 1 2 3 4 5 6

Demand 1102 1102 1102 1102 1102 1102

1,00

-0,310,33

-0,45

1,35

0,270,75

0,03

0,781,33

0,30

-5

-4

-3

-2

-1

0

1

2

3

4

5

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

Tracking Signal dari Metode Peramalan Single Exponential

Smoothing (α=0,9)

UCL = +4 Tracking Signal LCL = -4

Page 20: Laporan praktikum sistem produksi

Universitas 17 Agustus 1945, Surabaya, 2016 Laporan Praktikum Sistem Produksi

15

2. Produk Cup Cake

Dari uji Verifikasi hasil peramalan dari 2 metode yaitu metode

Moving Average 3 mingguan dan metode Single Exponential Smoothing (α

= 0,9) denggan Tracking Signal, dapat disimpulakan bahwa metode yang

dipilih untuk melakukan peramalan yaitu metode Single Exponential

Smoothing (α = 0,9), karena penyebaran tracking signal dari metode ini lebih

merata serta tidak melewati batas control atas (UCL = +4) dan batas control

bahwa (LCL = -4).

Berdasarkan uji verifikasi yang telah dilakukan maka peramalan

untuk 6 minggu mendatang yaitu :

Minggu 1 2 3 4 5 6

Demand 1085 1085 1085 1085 1085 1085

Page 21: Laporan praktikum sistem produksi

Universitas 17 Agustus 1945, Surabaya, 2016 Laporan Praktikum Sistem Produksi

16

BAB 3

PERENCANAAN KEBUTUHAN TENAGA KERJA DAN

PERENCANAAN PRODUKSI

3.1. LANDASAN TEORI

3.1.1 Perencanaan Kebutuhan Tenaga Kerja

Pengaturan kebutuhan tenaga kerja merupakan salah satu perencanaan jangka

menengah yang menjadi bagian dari perencanaan produksi agregat atau aggregate

planning. Jumlah tenaga kerja ditentukan (varying workforce size) sesuai dengan

kebutuhan produksi dalam memenuhi permintaan yang berubah dalam menerapkan

chase demand strategy. Sistem produksi dengan kapasitas produksi yang tergantung

pada manusia sebagai penggerak utamanya memerlukan perencanaan yang tepat pada

pengaturan jumlah tenaga kerja. Perencanaan kebutuhan tenaga kerja fleksibel

disesuaikan kebutuhan produksi berdasarkan peramalan permintaan yang akan

dilayani. Prinsip chase demand strategy menambahkan jumlah tenaga kerja

(manpower hire) saat kebutuhan produksi tinggi dan mengurangi jumlah tenaga kerja

(manpower layoff) saat kebutuhan produksi rendah.

Perencanaan kebutuhan jumlah tenaga kerja pada perencanaan produksi agregat

umumnya dihitung berdasarkan total waktu kebutuhan produksi yang

mengkonversikan peramalan permintaan produk dalam satuan “jam-orang” (manhour)

yang kemudian dibagi dengan kapasitas waktu kerja perorang yang tersedia dalam

satuan “jam”. Perhitungan tersebut dipergunakan apabila pada lantai produksi tidak

terdapat penugasan atau pembagian kerja dan diasumsikan setiap tenaga kerja tidak

mempunyai kemampuan khusus yang berbeda dan dapat melakukan pekerjaan mulai

operasi pertama hingga terakhir. Pada lantai produksi yang mempergunakan

pembagian kerja, maka seringkali penghitungan jumlah tenaga kerja tersebut ternyata

masih belum mencukupi terutama di operasi bottleneck.

Penerapan teknik shojinka dalam perencanaan kebutuhan tenaga kerja

diharapkan dapat melakukan efisiensi pemberdayaan tenaga kerja namun tetap

mempertimbangkan penugasan atau pembagian kerja. Pada sistem produksi flow shop

di mana aliran material hanya satu macam, maka perencanaan kebutuhan tenaga kerja

mempergunakan teknik shojinka diawali dengan melakukan pembagian kerja atau

penugasan mempergunakan analisa keseimbangan lini/lintasan produksi terlebih

Page 22: Laporan praktikum sistem produksi

Universitas 17 Agustus 1945, Surabaya, 2016 Laporan Praktikum Sistem Produksi

17

dahulu (Rahman, 2011). Pada sistem produksi job shop di mana aliran material lebih

dari satu macam, perencanaan kebutuhan tenaga kerja mempergunakan teknik

shojinka perlu mempertimbangkan pembagian kerja dengan cara yang berbeda.

3.1.2 Perencanaan Produksi

Perencanaan produksi agregat memberikan ketentuan kapasitas dan persediaan

yang diperhatikan dalam perencanaan jangka menengah dan jangka panjang yang

dapat menjadi masukan dalam perencanaan finansial, perencanaan pemasaran dan

perencanaan produksi yang lebih rinci (Narasimhan, 1995). Perencanaan produksi

agregat membantu pengendalian produksi untuk menjadi dasar penjadwalan induk

produksi. Tujuan dari perencanaan produksi agregat adalah utilisasi sumber daya

manusia dan peralatan dengan lebih produktif.

Perencanaan agregat merupakan perencanaan yang mengatur sumber daya

secara bruto untuk memenuhi total permintaan dari semua item produk yang

mempergunakan sumber daya atau fasilitas secara bersama (Bedworth, 1987).

Terdapat dua strategi murni utama dalam perencanaan produksi agregat, yaitu strategi

mengikuti permintaan (chase demand strategy) dan strategi produksi konstan (level

production strategy). Dari masing – masing strategi terdapat beberapa teknik

perencanaan. Perencanaan produksi agregat dapat disusun dengan memadukan

beberapa teknik perencanaan dari salah satu strategi murni atau keduanya.

Strategi yang memadukan kedua strategi murni biasa disebut dengan hybrid

strategy. Pada strategi produksi konstan terdapat beberapa teknik perencanaan. Teknik

perencanaan pertama dengan mengendalikan persediaan, di mana produksi akan

menambah tingkat persediaan pada saat permintaan rendah, dan persediaan akan

dipergunakan pada saat permintaan tinggi. Teknik yang kedua dengan

mempergunakan subkontrak, di mana produksi tetap konstan sesuai permintaan rata-

rata, namun apabila terjadi kekurangan maka dipenuhi dengan melakukan subkontrak

kepada mitra outsourcing. Teknik yang ketiga dengan mempengaruhi pasar

(influencing demand), di mana melakukan negosiasi untuk menunda pengiriman

(backorder) saat permintaan tinggi, dan memberikan penawaran menarik saat

permintaan rendah.

Pada strategi mengikuti permintaan juga terdapat beberapa teknik perencanaan.

Teknik perencanaan pertama dengan mengatur jam kerja, di mana diperbolehkan

bekerja tidak penuh waktu (undertime) pada saat permintaan rendah dan akan

memberlakukan bekerja lembur (overtime) pada saat permintaan tinggi. Teknik yang

Page 23: Laporan praktikum sistem produksi

Universitas 17 Agustus 1945, Surabaya, 2016 Laporan Praktikum Sistem Produksi

18

kedua dengan mengatur sumber daya atau tenaga kerja, di mana akan menambah

tenaga kerja saat permintaan tinggi, namun akan mengurangi tenaga kerja saat

permintaan rendah. Terdapat beberapa metode untuk menyusun perencanaan produksi

agregat, yaitu dengan mempergunakan metode heuristik transportasi atau tabel,

dengan mempergunakan metode optimasi programa linier atau programa dinamis.

Data yang diperlukan untuk membuat perencanaan Agregat :

a. Data peramalan permintaan

b. Waktu standart dari unit produk

c. Kapasitas maksimal untuk reguler dan over time

d. Biaya reguler, biaya over time, biaya simpan.

3.1.3 Jadwal Induk Produksi

Jadwal produksi induk atau dalam bahasa asing disebut juga dengan master

production schedule (MPS) merupakan suatu set pernyataan tentang produk akhir

dimana termasuk parts pengganti dan suku cadang dari suatu perusahaan industri

manufaktur yang merencanakan memproduksi output berkaitan dengan kuantitas dan

periode waktu tertentu]. Jadwal Induk Produksi (JIP) merupakan gambaran dari

periode-periode perencanaan dimana suatu permintaan termasuk peramalan, rencana

peramalan, persediaan akhir serta kuantitas yang dijanjikan tersedia (available to

promise). Jadwal induk produksi disusun berdasarkan perencanaan produksi agregat

dan merupakan kunci penghubung dalam rantai perencanaan dan pengendalian

produksi.

Jadwal Induk Produksi (JIP) ini berkaitan dengan pemasaran, rencana distribusi,

perencanaan produksi dan perencanaan kapasitas jadwal induk produksi ini merupakan

rencana induk atau master dimana akan dijadikan suatu pedoman utama dalam

pengerjaan, kebijakan persediaan, kebijakan finansial, pembebanan tenaga kerja,

penjadwalan mesin, kebijakan alternative, subkontrak dan lain-lain. Pembuatan dari

Jadwal induk produksi ini sendiri relative sulit , karena pemesanan bersifat tidak pasti

. Jadwal induk produksi merupakan suatu rencana yang tertulis yang menunjukkan apa

dan berapa banyak setiap produk atau barang yang jadi yang akan dibuat dalam setiap

periodenya untuk beberapa periode yang akan datang . Aktivitas-aktivitas pada

penjadwalan induk produksi (master production schedulling, MPS) pada dasarnya

berkaitan dengan bagaimana menyusun dan memperbaharui jadwal produksi induk

(master production schedule = MPS), memproses transaksi dari MPS, memelihara

Page 24: Laporan praktikum sistem produksi

Universitas 17 Agustus 1945, Surabaya, 2016 Laporan Praktikum Sistem Produksi

19

catatan MPS, mengevaluasi efektifitas dari MPS dan memberikan laporan evaluasi

dalam periode waktu yang teratur untuk keperluan umpan-balik dan tinjauan ulang.

Tugas dan tanggung jawab profesional dari penyusunan jadwal produksi induk

(JIP) adalah membuat perubahan-perubahan pada catatan jadwal induk produksi,

mendisagregasikan suatu rencana produksi untuk menciptakan jadwal induk produksi,

menjamin bahwa keputusan-keputusan produksi yang ada dalam JIP itu telah sesuai

dengan rencana produksi, dan yang terpenting adalah mengkomunikasikan hal-hal

utama dalam JIP itu kepada bagian-bagian lain yang terkait dalam perusahaan.

3.2. JAWABAN TUGAS SETELAH PRAKTIKUM

3.2.1 Data Yang Diketahui

1. Data Peramalan

o Produk Cake

o Produk Cup Cake

2. Satu Minggu = 6 Hari Kerja

3. Satu Hari = 8 Jam

4. Data Biaya Produksi = 1. Biaya Produksi Reguler = Rp. 20.000,-/ jam-orang

2. Biaya Produksi Lembur = Rp. 30.000,-/ jam-orang

5. Tabel Waktu Operasi Setiap Produk

Minggu 1 2 3 4 5 6

Demand 1102 1102 1102 1102 1102 1102

Minggu 1 2 3 4 5 6

Demand 1085 1085 1085 1085 1085 1085

Operasi Produk Cake Produk Cup Cake

1 2,58 1.01

2 3,62 2.12

3 13.37 12.59

4 0.22 1.28

5 3.23 2.21

6 1.32 1.11

7 1.30 3.09

8 35.00 0.45

9 12.43 25.00

Total 73.07 48.86

Page 25: Laporan praktikum sistem produksi

Universitas 17 Agustus 1945, Surabaya, 2016 Laporan Praktikum Sistem Produksi

20

3.2.2 Jumlah Tenaga Kerja Yang Dibutuhkan

Dari 9 operasi untuk dapat memproduksi 1 unit produk Cake membutuhkan

waktu 73.07 menit, dan untuk memproduksi 1 unit produk Cup Cake membutuhkan

waktu 48.86 menit. Perhitungan kebutuhan waktu proses adalah sebagai berikut :

1. Waktu Proses 1 unit Produk Cake (produk yang diproduksi 16 unit)

𝑇𝐶𝑎𝑘𝑒 = ∑ 𝑃𝑖.𝑗

𝐽

𝐽=1

. 𝑡𝑖.𝑗 = 73.07 𝑀𝑒𝑛𝑖𝑡

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 / 𝑢𝑛𝑖𝑡 = 73.07

16= 4,57 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 / 𝑢𝑛𝑖𝑡

2. Waktu Proses 1 unit Produk Cup Cake (produk yang diproduksi 14 unit)

𝑇𝐶𝑢𝑝 𝐶𝑎𝑘𝑒 = ∑ 𝑃𝑖.𝑗

𝐽

𝐽=1

. 𝑡𝑖.𝑗 = 48.86 𝑀𝑒𝑛𝑖𝑡

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 / 𝑢𝑛𝑖𝑡 =48,86

14= 3,49 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 / 𝑢𝑛𝑖𝑡

A. Total kebutuhan waktu proses untuk semua produk dengan memperhatikan

permintaan adalah sebagai berikut :

Rumus yang digunakan

𝑇𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = ∑ 𝐷𝑖

𝐽

𝐽=1

. 𝑇𝑖

Minggu

Produk Cake Produk Cup Cake

Waktu operasi

x peramalan

permintaan

(menit)

Waktu

yang

dibutuhk

an

(menit)

Waktu

yang

dibutuhk

an (jam) Peramalan

Permintaa

n

Waktu

operasi /

unit (menit)

Peramalan

Permintaa

n

Waktu

operasi /

unit (menit)

Cake Cup

Cake

1 1102 4,57 1085 3,49 5.037 3.787 8.824 148

2 1102 4,57 1085 3,49 5.037 3.787 8.824 148

3 1102 4,57 1085 3,49 5.037 3.787 8.824 148

4 1102 4,57 1085 3,49 5.037 3.787 8.824 148

5 1102 4,57 1085 3,49 5.037 3.787 8.824 148

6 1102 4,57 1085 3,49 5.037 3.787 8.824 148

Total waktu (menit) 52.944 888

Page 26: Laporan praktikum sistem produksi

Universitas 17 Agustus 1945, Surabaya, 2016 Laporan Praktikum Sistem Produksi

21

B. Adapun data-data jam kerja reguler yang tersedia adalah :

1 hari= 8 jam kerja , 1 jam = 60 menit

Minggu Jumlah Hari Waktu yang tersedia (menit)

1 6 6 x 8 x 60 = 2880

2 6 6 x 8 x 60 = 2880

3 6 6 x 8 x 60 = 2880

4 6 6 x 8 x 60 = 2880

5 6 6 x 8 x 60 = 2880

6 6 6 x 8 x 60 = 2880

Total Waktu (menit) 17280

C. Penentuan kebutuhan tenaga kerja dengan 6 hari kerja per minggu, 8 jam per

hari diperoleh berdasarkan perhitungan sebagai berikut :

𝑁 =𝑇𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙

𝑑𝑎𝑦𝑠 𝑥 ℎ𝑜𝑢𝑟𝑠 𝑥 𝑚𝑖𝑛𝑢𝑡𝑒𝑠 (𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙)

= 52.944

17.280

= 3,06

3.2.3 Perencanaan Produksi

- Menghitung Kapasitas Produksi

Kapasitas 4 orang (RT)

Periode Total permintaan Kapasitas RT

1 2187 4 x 8 x 6 = 192

2 2187 4 x 8 x 6 = 192

3 2187 4 x 8 x 6 = 192

4 2187 4 x 8 x 6 = 192

5 2187 4 x 8 x 6 = 192

6 2187 4 x 8 x 6 = 192

3 RT + 1

OT

4 RT

Page 27: Laporan praktikum sistem produksi

Universitas 17 Agustus 1945, Surabaya, 2016 Laporan Praktikum Sistem Produksi

22

- Menghitung kapasitas 3 orang (RT + OT)

Periode Total permintaan Kapasitas RT Kapasitas OT

1 2187 3 x 8 x 6 = 144 1/2 x RT = 72

2 2187 3 x 8 x 6 = 144 1/2 x RT = 72

3 2187 3 x 8 x 6 = 144 1/2 x RT = 72

4 2187 3 x 8 x 6 = 144 1/2 x RT = 72

5 2187 3 x 8 x 6 = 144 1/2 x RT = 72

6 2187 3 x 8 x 6 = 144 1/2 x RT = 72

- Data Alternatif Produksi :

Alternatif Produksi Biaya

Reguler Rp. 20.000

Lembur Rp. 30.000

Inventory Rp. 1.000/unit/periode

Page 28: Laporan praktikum sistem produksi

Universitas 17 Agustus 1945, Surabaya, 2016 Laporan Praktikum Sistem Produksi

23

144

TUJUAN

SUMBER

RT = 144

OT = 72 RT = 144

OT = 72

RT = 144

OT = 72

RT = 144

OT = 72

RT = 144

OT = 72

RT = 144

OT = 72

2

2

144

2

144

2

144

2

144

2

144

- Perencanaan Produksi Tanpa Backorder dan subkontrak dengan 3 orang (RT

+ OT)

Minggu Kapasitas

Tidak

Terpakai

Kapasitas

Tersedia 1 2 3 4 5 6

Minggu Persediaan 0 1000 2000 3000 4000 5000

1 RT 20.000 21.000 22.000 23.000 24.000 25.000 -

216 OT 30.000 31.000 32.000 33.000 34.000 35.000 70

2 RT 20.000 21.000 22.000 23.000 24.000 -

216 OT 30.000 31.000 32.000 33.000 34.000 70

3 RT 20.000 21.000 22.000 23.000 - 216

OT 30.000 31.000 32.000 33.000 70

4 RT 20.000 21.000 22.000 - 216

OT 30.000 31.000 32.000 70

5 RT 20.000 21.000 - 216

OT 30.000 31.000 70

6 RT 20.000 - 216

OT 30.000 70

Permintaan 148 148 148 148 148 148 420 1.296

Total Cost : {(144 x 20.000) + (2 x 30.000)} + {(144 x 20.000) + (2 x 30.000)} + {(144

x 20.000) + (2 x 30.000)} + {(144 x 20.000) + (2 x 30.000)} + {(144 x

20.000) + (2 x 30.000)} + {(144 x 20.000) + (2 x 30.000)} = Rp.

17.640.000,-

Page 29: Laporan praktikum sistem produksi

Universitas 17 Agustus 1945, Surabaya, 2016 Laporan Praktikum Sistem Produksi

24

148

TUJUAN

SUMBER

RT = 192 RT = 192 RT = 192 RT = 192 RT = 192 RT = 192

148

148

148

148

148

- Perencanaan Produksi Tanpa Backorder dan subkontrak dengan 4 orang (RT)

Minggu Kapasitas

Tidak

Terpakai

Kapasitas

Tersedia

1 2 3 4 5 6

Minggu Persediaan 0 1000 2000 3000 4000 5000

1 RT 20.000 21.000 22.000 23.000 24.000 25.000 44 192

2 RT 20.000 21.000 22.000 23.000 24.000 44 192

3 RT 20.000 21.000 22.000 23.000 44 192

4 RT 20.000 21.000 22.000 44 192

5 RT 20.000 21.000 44 192

6 RT 20.000 44 192

Permintaan 148 148 148 148 148 148 264 1152

Total Cost : (148 x 20.000) + (148 x 20.000) + (148 x 20.000) + (148 x 20.000) +

(148 x 20.000) + (148 x 20.000) = Rp. 17.760.000,-

Sehingga, dari perhitungan biaya produksi menggunakan 3 orang tenaga kerja dengan 1

Overtime diketahui Rp. 17.640.000,-dan Total Biaya dengan menggunakan 4 Tenaga kerja

tanpa overtime didapatkan Rp. 17.760.000,-, karena total biaya menggunakan tenaga kerja

4 orang lebih kecil sehingga tenaga kerja yang digunakan yaitu 4 orang.

Rencana Produksi Agregat Hasil Transportasi Land

Minggu 1 2 3 4 5 6

Rencana Produksi 148 148 148 148 148 148

Page 30: Laporan praktikum sistem produksi

Universitas 17 Agustus 1945, Surabaya, 2016 Laporan Praktikum Sistem Produksi

25

3.2.4 Jadwal Induk Produksi selama 6 minggu

Teknik disagregasi yang digunakan adalah metode Cut & Fit. Berikut ini

akan diperlihatkan tahapan disagregasi dari rencana produksi agregat :

Data waktu proses produk cake dan cup cake selama seminggu / jam

No Cake Cup Cake

1 4,57 3,49

2 4,57 3,49

3 4,57 3,49

4 4,57 3,49

5 4,57 3,49

6 4,57 3,49

Total 27,42 20,94

Total 48,36

Berdasarkan data peramalan maka persentase tiap tipe adalah sebagai berikut :

% Produk Cake =∑ 𝒘𝒂𝒌𝒕𝒖 𝒑𝒓𝒐𝒔𝒆𝒔 𝒔𝒆𝒕𝒊𝒂𝒑 𝒑𝒓𝒐𝒅𝒖𝒌

∑ 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑝𝑟𝑜𝑠𝑒𝑠 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 𝑐𝑎𝑘𝑒 𝑑𝑎𝑛 𝑐𝑢𝑝 𝑐𝑎𝑘𝑒×𝟏𝟎𝟎%

=27,45

48,36×𝟏𝟎𝟎% = 𝟓𝟔, 𝟕𝟕%

% Produk Cup Cake =∑ 𝒘𝒂𝒌𝒕𝒖 𝒑𝒓𝒐𝒔𝒆𝒔

∑ 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑝𝑟𝑜𝑠𝑒𝑠 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 𝑐𝑎𝑘𝑒 𝑑𝑎𝑛 𝑐𝑢𝑝 𝑐𝑎𝑘𝑒×𝟏𝟎𝟎%

=20,94

𝟒𝟖,𝟑𝟔×𝟏𝟎𝟎% = 𝟒𝟑, 𝟑𝟎%

Produksi untuk tiap satuan agregrat

Hasil Agregat

Minggu 1 2 3 4 5 6

Rencana Produksi 148 148 148 148 148 148

Page 31: Laporan praktikum sistem produksi

Universitas 17 Agustus 1945, Surabaya, 2016 Laporan Praktikum Sistem Produksi

26

Rumus :

Item = Hasil Agregat x % waktu proses

Perhitungan pada periode 1:

Produk Cake = 148 x 0,5677 x 60 / 4,57

= 1103,10 1104

Produk Cup Cake = 148 x 0,4330 x 60 / 3,49

= 1102,73 1102

Sehingga kita bisa mengetahui JIP dari hasil Disagregasi untuk permintaan produk

Cake dan Cup Cake per minggu adalah sebagai berikut :

Minggu 1 2 3 4 5 6

Cake 1104 1104 1104 1104 1104 1104

Cup Cake 1102 1102 1102 1102 1102 1102

Produksi Tiap Item Dalam Satuan Unit

Minggu 1 2 3 4 5 6

Cake 1104 1104 1104 1104 1104 1104

Cup Cake 1102 1102 1102 1102 1102 1102

Page 32: Laporan praktikum sistem produksi

Universitas 17 Agustus 1945, Surabaya, 2016 Laporan Praktikum Sistem Produksi

27

BAB 4

MENGHITUNG KEBUTUHAN DAN PERSEDIAAN BAHAN

BAKU ROTI

4.1. LANDASAN TEORI

Setiap perusahaan apakah itu perusahaan perdagangan atau pabrik serta perusahaan

jasa selalu mengadakan persediaan, karena itu persediaan sangat penting, tanpa adanya

persediaan para pengusaha yang mempunyai perusahaan – perusahaan tersebut akan

dihadapkan pada resiko – resiko yang dihadapi, misalnya; pada sewaktu-waktu perusahaan

tidak dapat memenuhi keinginan pelanggan yang memerlukan atau meminta barang atau jasa

yang dihasilkan. Hal tersebut dapat terjadi karena disetiap perusahaan tidak selamanya

barang-barang atau jasa-jasa tersedia setiap saat, yang berarti pengusaha akan kehilangan

kesempatan memperoleh keuntungan yang seharusnya di dapatkan.

Biaya-biaya yang timbul akibat adanya persediaan

Biaya-biaya yang timbul akibat adanya persediaan menurut Assauri, Sofjan (1999:

72) dalam buku ”Manajemen Produksi” adalah:

1. Biaya pemesanan (Ordering Cost)

Biaya pemesanan ini adalah biaya-biaya yang dikeluarkan berkenaan dengan

pemesanan barang-barang atau bahan-bahan dari penjual, sejak dari pesanan (order)

dibuat dan dikirim ke penjual, sampai barang-barang atau bahanbahan tersebut

dikirim dan diserahkan serta diinspeksi digudang. Yang termasuk dalam biaya ini

adalah semua biaya yang dikeluarkan dalam rangka mengadakan pemesanan bahan

tersebut.

2. Biaya yang terjadi dari adanya persediaan (Inventory Carrying Cost) Biaya-biaya

yang diperlukan berkenaan dengan adanya persediaan yang meliputi seluruh

pengeluaran yang dikeluarkan perusahaan sebagai akibat adanya sejumlah

persediaan. Yang termasuk dalam biaya ini adalah semua biaya yang timbul karena

barang disimpan yaitu biaya pergudangan.

3. Biaya kekurangan persediaan (Out of Stock Cost)

Biaya ini meliputi biaya yang timbul sebagai akibat terjadinya persediaan yang lebih

kecil daripada jumlah yang diperlukan seperti kerugiaan/biayabiaya tambahan yang

diperlukan karena pelanggan memesan suatu barang sedangkan bahan yang

dibutuhkan tidak tersedia.

Page 33: Laporan praktikum sistem produksi

Universitas 17 Agustus 1945, Surabaya, 2016 Laporan Praktikum Sistem Produksi

28

4. Biaya-biaya yang berhubungan dengan kapasitas (Capacity Associated Costs) Biaya-

biaya tersebut terdiri atas biaya kerja lembur, biaya latihan, dan biaya

pemberhentiaan kerja. Biaya ini terjadi karena adanya penambahan atau

pengurangan kapasitas, atau bila terlalu banyak atau sedikit kapasitas yang

digunakan pada suatu waktu tertentu.

Biaya sistem persediaan adalah semua pengeluaran dan kerugian yang timbul sebagai

akibat adanya persediaan.

Biaya sistem persediaan :

1. Biaya pembelian ( Purchasing cost )

Biaya pembelian adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli barang.

2. Biaya pengadaan ( Procurement cost )

Biaya pengadaan dibedakan menjadi 2 :

a. Biaya pemesanan ( Ordering cost ), bila barang yang diperlukan diperoleh

dari pihak luar(supplier).

yaitu semua pengeluaran yang timbul untuk mendatangkan barang dari luar, yang

meliputi: biaya untuk menentukan pemasok, pengetikan pesanan , pengiriman,

angkutan, penerimaan dll

b. Biaya pembuatan ( set up cost )

yaitu semua pengeluaran yang timbul dalam mempersiapkan produksi suatu

barang, yang meliputi : biaya penyusunan peralatan produksi, menyetel mesin,

mempersiapakan gambar kerja dll

3. Biaya penyimpanan (Holding cost/Carring cost )

Semua biaya atau pengeluaran yang timbul akibat menyimpan barang.

Biaya penyimpanan terdiri dari :

a. Biaya memiliki persediaan (biaya modal)

b. Biaya gudang

c. Biaya kerusakan / Penyusutan

d. Biaya kadaluarsa

e. Biaya asuransi

f. Biaya administrasi dan pemindahan

4. Biaya kekurangan Persediaan ( Shortage cost )

Bila perusahaan kehabisan barang pada saat ada permintaan. Keadaan ini akan

menimbulkan suatu kerugian.

Page 34: Laporan praktikum sistem produksi

Universitas 17 Agustus 1945, Surabaya, 2016 Laporan Praktikum Sistem Produksi

29

Metode pengendalian persediaan

1. Metode pengendalian tradisionil

2. Metode perencanaan kebutuhan material (MRP)

3. Metode Kanban

Kuantitas Pemesanan Ekonomis (EOQ)

Economic Order Quantity (EOQ) merupakan salah satu model manajemen

persediaan, model EOQ digunakan untuk menentukan kuantitas pesanan persediaan yang

dapat meminimalkan biaya penyimpanan dan biaya pemesanan persediaan. Economic Order

Quantity (EOQ) adalah jumlah kuantitas barang yang dapat diperoleh dengan biaya yang

minimal, atau sering dikatakan sebagai jumlah pembelian yang optimal.

Dalam kegiatan normal Model Economic Order Quantity memiliki beberapa

karakteristik antara lain :

a. Jumlah barang yang dipesan pada setiap pemesanan selalu konstan.

b. Permintaan konsumen, biaya pemesanan, biaya transportasi dan waktu antara

pemesanan barang sampai barang tersebut dikirim dapat diketahui secara pasti,

dan bersifat konstan.

c. Harga per unit barang adalah konstan dan tidak mempengaruhi jumlah barang

yang akan dipesan nantinya, dengan asumsi ini maka harga beli menjadi tidak

relevan untuk menghitung EOQ, karena ditakutkan pada nantinya harga barang

akan ikut dipertimbangkan dalam pemesanan barang.

d. Pada saat pemesanan barang, tidak terjadi kehabisan barang atau back order yang

menyebabkan perhitungan menjadi tidak tepat. Oleh karena itu, manajemen

harus menjaga jumlah pemesanan agar tidak terjadi kehabisan barang.

e. Pada saat penentuan jumlah pemesanan barang kita tidak boleh

mempertimbangkan biaya kualitas barang.

f. biaya penyimpanan per unit pertahun konstan.

Besarnya EOQ dapat ditentukan dengan berbagai cara, menurut Hansen dan Mowen

(2005:472) Economic Order Quantityakan menentukan jumlah pesanan persediaan yang

meminimumkan biaya pemesanan dan biaya penyimpanan.

Rumus EOQ :

𝐸𝑂𝑄 = √2. 𝑘. 𝐷

Page 35: Laporan praktikum sistem produksi

Universitas 17 Agustus 1945, Surabaya, 2016 Laporan Praktikum Sistem Produksi

30

TC = Total biaya pemesanan dan biaya penyimpanan

D = Jumlah (dalam unit) yang dibutuhkan selama satu periode tertentu,

misalnya satu tahun.

S = Biaya pesanan setiap kali pesan.

C = Harga pembelian per unit yang dibayar.

I = Biaya penyimpanan dan pemeliharaan digudang dinyatakan dalam

persentase dari nilai rata-rata dalam rupiah dari persediaan.

H = Biaya Penyimpanan per unit barang per tahun (Rp/unit/tahun)

Dengan adanya hal diatas, maka persediaan pengaman merupakan suatu sarana

pencegah terjadinya kekurangan persediaan. Persediaan pengaman yang paling optimal

adalah jumlah yang menghasilkan biaya paling rendah dalam suatu periode.

4.2. JAWABAN TUGAS SETELAH PRAKTIKUM

4.2.1 Struktur Produk

1. Produk Cake

2. Produk Cup Cake

Cup Cake (1)

Ovalet (1sdt)Susu Bubuk

(1sdm)

Coklat Bubuk

(1sdm)Chocochips (3biji)Vanilli (2pcs)

Level 0

Level 1Gula Pasir (150gr) Mentega (100gr) Telur (4btr)Tepung Terigu

(150gr)

Cake (1)

Ovalet (1sdt)Susu Bubuk

(1sdm)Vanilli (2pcs)

Level 0

Level 1Gula Pasir (150gr) Mentega (100gr) Telur (4btr)Tepung Terigu

(150gr)

Page 36: Laporan praktikum sistem produksi

Universitas 17 Agustus 1945, Surabaya, 2016 Laporan Praktikum Sistem Produksi

31

4.2.2 Data Yang Diperlukan

Data yang digunakan dalam penentuan kebutuhan dan persediaan bahan baku

yaitu antara lain :

1. Kebutuhan Biaya Bahan Baku selama satu minggu yaitu

A.Berikut rincian biaya bahan baku per 16 produk cake.

Bahan baku Kebutuhan per

produk

Harga per satuan

(Rp)

Harga per

kebutuhan (Rp)

Tepung 150 gram 10.000/kg 1.500

Gula pasir 150 gram 16.000/kg 2.400

Mentega 100 gram 8.000/250gr 2.000

Telur 4 butir 1.350/butir 5.400

Vanilli 2pcs 3.000/bks 1.000

Ovalet 1sdt( 5cc/5ml) 10.500/75gr 630

Susu Bubuk 1sdm(15cc/15ml ) 40.000/500gr 1.080

Plastic 12 pcs 100 1200

Total biaya bahan baku 1 produk cake 15.210

Total biaya bahan baku per-potong (16 potong/cake) 950,625

B.Berikut rincian biaya bahan baku per 14 produk cup cake.

Bahan baku Kebutuhan per

produk

Harga per satuan

(Rp)

Harga per

kebutuhan (Rp)

Tepung 150 gram 10.000/kg 1.500

Gula pasir 150 gram 16.000/kg 2.400

Mentega 100 gram 8.000/250gr 2.000

Telur 4 butir 1.350/butir 5.400

Vanilli 2pcs 3.000/bks 1.000

Ovalet 1sdt( 5cc/5ml) 10.500/75gr 630

Susu Bubuk 1sdm(15cc/15ml ) 40.000/500gr 1.080

Chocohips 5 butir (10 gram) 14.500/250gr 580

Cup 12 buah 100 1200

Coklat Bubuk 1sdm(15cc/15ml) 45.000/500gr 1.215

Total biaya bahan baku 14 cup-cake 17.005

Page 37: Laporan praktikum sistem produksi

Universitas 17 Agustus 1945, Surabaya, 2016 Laporan Praktikum Sistem Produksi

32

4.2.2 Perhitungan jumlah pesanan yang paling ekonomis

Dalam melakukan perhitungan jumlah pesanan dilakukan menggunakan Model

EOQ. Berikut merupakan perhitungan dengan Model EOQ :

1. Produk Cake

a. Mengghitung Holding Cost persediaan produk yaitu dengan cara :

h = Biaya Penyimpanan (f) x Harga per unit (b)

Menghitung EOQ dengan rumus :

𝐸𝑂𝑄 = √2. 𝑘. 𝐷

2. Produk Cup Cake

a. Mengghitung Holding Cost persediaan produk yaitu dengan cara :

h = Biaya Penyimpanan (f) x Harga per unit (b)

Menghitung EOQ dengan rumus :

𝐸𝑂𝑄 = √2. 𝑘. 𝐷

4.2.3 Perhitungan waktu antar pemesanan yang optimal

1. Produk Cake

- 𝑡 = 𝑄

𝐷 x 6 hari

2. Produk Cup Cake

- 𝑡 = 𝑄

𝐷 x 6 hari

4.2.4 Perhitungan total biaya persediaan dalam satu periode

Perhitungan Total biaya persediaan digunakan model yaitu TIC :

1. Produk Cake

TIC = √2. 𝐷. 𝑘. ℎ

2. Produk Cup Cake

TIC = √2. 𝐷. 𝑘. ℎ

Page 38: Laporan praktikum sistem produksi

Universitas 17 Agustus 1945, Surabaya, 2016 Laporan Praktikum Sistem Produksi

33

4.2.2 Perhitungan jumlah pesanan yang paling ekonomis

Bahan

baku

Kebutuhan

per 1 kali

proses

Kebutuhan per 1

kali proses = 14

unit Produk Cup

Cake

Kebutuhan

per 1 kali

proses = 16

potong cake

Harga per

satuan

(Rp)

Kebutuhan BB

(Cake 1102

unit dan Cup

Cake 1085

unit)

Biaya

sekali

pesan

(Rp)

Holding

Cost

(Rp)

EOQ

(unit)

Lead

Time

(day)

TIC

(Rp)

Tepung 150 gram 10,71 9,37 10000 23,22 1000 2000 4,82 1,00 9636,99

Gula pasir 150 gram 10,71 9,37 16000 23,22 1000 3200 3,81 1,00 12189,93

Mentega 100 gram 7,14 6,25 8000 15,84 1000 1600 4,45 1,00 7120,43

Telur 4 butir

(250gram) 17,86 15,625 1350

37,98 1000 270 16,77 1,00 4528,85

Vanilli 2pcs (5 gram) 0,36 0,31 3000 1,82 1000 600 2,46 1,00 1477,91

Ovalet 1sdt( 5gram) 0,36 0,31 10500 1,82 1000 2100 1,32 1,00 2764,92

Susu

Bubuk 1sdm(15gram ) 1,07 0,93 40000

3,29 1000 8000 0,91 1,00 7255,98

Chocohips 5 butir (10

gram) 0,71 0,25 14500

2,15 1000 2900 1,22 1,00 3529,35

Plastik 1 pcs 0,00 16 100 18,72 1000 20 865,26

Cup 14 buah 14,00 0 100 16,51 1000 20 40,64 1,00 812,72

Coklat

Bubuk 1sdm(15gram) 1,07 0 45000

2,27 1000 9000 0,71 1,00 6386,15

Total 56568,50

Page 39: Laporan praktikum sistem produksi

Universitas 17 Agustus 1945, Surabaya, 2016 Laporan Praktikum Sistem Produksi

34

BAB 5

PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI

5.1. LANDASAN TEORI

Harga pokok produksi adalah semua biaya yang telah dikorbankan dalam proses

produksi atau kegiatan mengubah bahan baku menjadi produk selesai yang meliputi biaya

bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik.

Pengertian harga pokok produk menurut Ikatan Akuntan Indonesia adalah: Harga

pokok barang yang diproduksi meliputi semua biaya bahan langsung yang dipakai, upah

langsung serta biaya produksi tidak langsung, dengan perhitungan saldo awal dan saldo akhir

barang dalam pengolahan.

Dapat disimpulkan bahwa harga pokok produksi merupakan semua biaya yang telah

dikorbankan dalam proses produksi atau kegiatan mengubah bahan menjadi produk jadi

yang meliputi baiya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik.

Biaya- biaya yang tidak berhubungan dengan unit yang masuk dalam penentuan harga pokok

produksi merupakan biaya non produksi.

5.1.1 Tujuan Penentuan Harga Pokok Produksi

Tujuan penentuan harga pokok produksi menurut Mulyadi adalah untuk:

1. Menentukan harga jual produk.

2. Memantau realisasi biaya produksi

3. Menghitung laba rugi periodik

4. Menentukan harga pokok persediaan produk jadi dan produk dalam

proses yang disajikan dalam neraca.

5.1.3 Elemen Biaya dalam perhitungan HPP

1. Biaya Bahan

Bahan merupakan istilah yang digunakan untuk menyebutkan barang-

barang yang diolah dalam proses produksi menjadi produk selesai. Bahan

yang diolah dibedakan menjadi bahan baku dan bahan pembantu atau bahan

penolong. Bahan baku adalah bahan yang dapat diidentifikasikan secara

langsung dengan produk yang dihasilkannya, nilainya relatif besar dan

umumnya sifat bahan baku masih melekat pada produk yang dihasilkan.

Bahan pembantu atau bahan penolong yaitu bahan yang berfungsi sebagai

pembantu atau pelengkap dalam pengolahan bahan baku menjadi produk

Page 40: Laporan praktikum sistem produksi

Universitas 17 Agustus 1945, Surabaya, 2016 Laporan Praktikum Sistem Produksi

35

selesai dan nilainya relative kecil. Nilai bahan baku yang digunakan dalam

proses produksi dinamakan dengan biaya bahan baku, sedangkan nilai bahan

pembantu atau bahan penolong yang digunakan dalam proses produksi

disebut dengan biaya bahan pembantu atau biaya bahan penolong.

2. Biaya Tenaga Kerja Langsung

Pembayaran kompensasi kepada tenaga kerja perusahaan pada

dasarnya dikelompokan dalam pengeluaran gaji dan upah. Gaji digunakan

untuk menyebutkan kopensasi yang dibayarkan secara regular dalam jumlah

relatif tetap dan biasanya dibayar kepada tenaga yang memberi jasa

manajerial dan klerikal kepada perusahaan. Upah digunakan untuk menyebut

kompensasi yang dibayar berdasakan jam kerja, hari kerja, atau berdasarkan

unit produksi atau jasa tertentu.

Biaya tenaga kerja pada fungsi produksi lebih lanjut diklasifikasikan

kedalam biaya tenaga kerja langsung dan tenaga kerja tidak langsung. Biaya

tenaga kerja langsung adalah jumlah upah yang dibayarkan tenaga kerja yang

secara langsung menangani proses pengolahan bahan baku menjadi produk

selesai dan dapat ditelusuri secara langsung kepada produk selesai. Contoh

upah tukang potong dan serut kayu dalam pembuatan mebel, tukang jahit,

border, pembuatan pola dalam pembuatan pakaian, tukang linting rokok

dalam pabrik rokok, dan operator mesin jika menggunakan mesin. Sedangkan

biaya tenaga kerja tidak langsung adalah jumlah upah yang dibayarkan

kepada tenaga kerja yang secara tidak langsung menangani pengolaan bahan.

3. Biaya Overhead Pabrik

Biaya overhead pabrik (BOP) adalah biaya produksi selain bahan baku

dan biaya tenaga kerja langsung. Biaya overhead pabrik didefinisikan sebagai

bahan tidak langsung, buruh tidak langsung, dan biaya-biaya lainnya yang

tidak secara mudah diidentifikasikan atau dibebankan langsung pada suatu

pekerjaan, hasil produksi, atau tujuan biaya akhir tertentu seperti

kontrakkontrak pemerintah. Istilah lain yang dipakai untuk overhead pabrik

adalah beban pabrik, biaya pabrikase, biaya pabrikase tidak langsung (Carter

dan Usry, 2006: 411).

Biaya overhead pabrik dapat dikelompokkan menjadi beberapa

elemen sebagai berikut (Mulyadi, 1993):

1. Biaya Bahan Penolong

Page 41: Laporan praktikum sistem produksi

Universitas 17 Agustus 1945, Surabaya, 2016 Laporan Praktikum Sistem Produksi

36

2. Biaya Reparasi dan Pemeliharaan

3. Biaya Tenaga Kerja tidak Langsung

4. Biaya yang timbul sebagai akibat penilaian aktiva tetap

5. Biaya yang timbul sebagai akibat berlalunya waktu

6. Biaya overhead pabrik lain yang secara langsung memerlukan

pengeluaran uang tunai

5.1.2 Metode Penentuan Harga Pokok Produksi

Metode penentuan harga pokok produksi merupakan cara untuk memasukan

unsur-unsur biaya ke dalam harga pokok produksi. Dalam menentukan harga

pokok produksi dikenal dua pendekatan yaitu pendekatan full costing atau

metode harga pokok penuh dan pendekatan variable costing atau metode haraga

pokok variabel.

5.2. JAWABAN TUGAS SETELAH PRAKTIKUM

5.2.1 Data Yang Diperlukan

Untuk perhitungan Harga pokok produksi, Harga Pokok Penjualan dan Proyeksi

laba, digunakan data produksi produk yaitu antara lain :

1. Biaya Bahan Baku

A.Berikut rincian biaya bahan baku per produk cake: (1ml=0.9 gram)

Bahan baku Kebutuhan per

produk

Harga per satuan

(Rp)

Harga per

kebutuhan (Rp)

Tepung 150 gram 10.000/kg 1.500

Gula pasir 150 gram 16.000/kg 2.400

Mentega 100 gram 8.000/250gr 2.000

Telur 4 butir 1.350/butir 5.400

Vanilli 2pcs 3.000/bks 1.000

Ovalet 1sdt( 5cc/5ml) 10.500/75gr 630

Susu Bubuk 1sdm(15cc/15ml ) 40.000/500gr 1.080

Plastic 12 pcs 100 1200

Total biaya bahan baku 1 produk cake 15.210

Total biaya bahan baku per-potong (16 potong/cake) 950,625

Page 42: Laporan praktikum sistem produksi

Universitas 17 Agustus 1945, Surabaya, 2016 Laporan Praktikum Sistem Produksi

37

Dari data minggu ke 1, jumlah produk cake yang dibuat berjumlah 1102 kue

maka biaya bahan baku yang dikeluarkan selama minggu ke 1 sebesar Rp 960

x 1102 = Rp 1.057.920,-

B.Berikut rincian biaya bahan baku per 14 produk cup cake: (1ml=0.9

gram)

Bahan baku Kebutuhan per

produk

Harga per satuan

(Rp)

Harga per

kebutuhan (Rp)

Tepung 150 gram 10.000/kg 1.500

Gula pasir 150 gram 16.000/kg 2.400

Mentega 100 gram 8.000/250gr 2.000

Telur 4 butir 1.350/butir 5.400

Vanilli 2pcs 3.000/bks 1.000

Ovalet 1sdt( 5cc/5ml) 10.500/75gr 630

Susu Bubuk 1sdm(15cc/15ml ) 40.000/500gr 1.080

Chocohips 5 butir (10 gram) 14.500/250gr 580

Cup 12 buah 100 1200

Coklat Bubuk 1sdm(15cc/15ml) 45.000/500gr 1.215

Total biaya bahan baku 14 cup-cake 17.005

Total biaya bahan baku / cup cake 1215

Dari data minggu ke 1, jumlah produk cup-cake yang dibuat berjumlah 1085

cup-cake maka biaya bahan baku yang dikeluarkan selama minggu ke 1

sebesar Rp 1.215 x 1085 = Rp 1.318.275,-

2. Biaya Tenaga Kerja (Asumsi : Cake dan Cup-Cake sama)

Sesuai ketentuan Data pendukung praktikum sispro dapat diketahui biaya

tenaga kerja sebesar Rp 20.000 per jam-orang dan biaya over time sebesar

Rp30.000,- per jam-orang. Dalam satu minggu terdapat 6 hari kerja. Dan

dalam 1 hari kerja terdapat 8 jam kerja. Maka jumlah biaya tenaga kerja untuk

produksi cake dan cup cake per minggu sebagai berikut :

Page 43: Laporan praktikum sistem produksi

Universitas 17 Agustus 1945, Surabaya, 2016 Laporan Praktikum Sistem Produksi

38

Keterangan : 84 jam untuk cake dan 64 jam untuk cup cake didapatkan dari

waktu operasi tiap unit x hasil peramalan / 60 menit

Maka biaya tenaga kerja (Cake) = Rp 20.000/jam-orang x 84 jam

= Rp 1.680.000,-/minggu

Maka biaya tenaga kerja (Cup Cake)= Rp 20.000/jam-orang x 64 jam

= Rp 1.280.000,-/minggu

3. Biaya Overhead (Asumsi : Cake dan Cup-Cake sama)

Keterangan Biaya Overhead/bulan Biaya Overhead/minggu

Penyusutan mesin 150.000 37.500

Perawatan Peralatan 100.000 25.000

Listrik 200.000 50.000

Air 100.000 25.000

Toatal 137.500,-

Maka Harga pokok produksi untuk tiap-tiap produk sebagai berikut:

A. Produk Cake

Harga pokok produksi = Biaya Bahan Baku + Biaya Tenaga kerja + Biaya

Overhead

= Rp 1.057.920,- + Rp 1.680.000,- + Rp 137.500,-

1102

= Rp 2.700,-

B. Produk Cup-Cake

Harga pokok produksi = Biaya Bahan Baku + Biaya Tenaga kerja + Biaya

Overhead

= Rp 1.318.275,- + Rp 1.280.000,- + Rp 137.500,-

1085

= Rp 2.600,-

Page 44: Laporan praktikum sistem produksi

Universitas 17 Agustus 1945, Surabaya, 2016 Laporan Praktikum Sistem Produksi

39

5.2.3 Harga Pokok Penjualan

Untuk menentukan harga pokok penjualan yang pertama dilakukan adalah

menentukan harga jual produk per unit. Dalam menentukan harga jual ini kami

memproyeksikan laba sebesar 5 % dari biaya produksi.

A. Harga Jual potongan cake = Biaya produksi per unit + persentase mark up

= Rp 2.700,- + ( Rp 2.700 x 5%)

= Rp. 2.835,-

Jadi harga jual tiap cake dibulatkan Rp 3.000,-

B. Harga Jual per cup-cake = (Biaya produksi per unit + persentase mark up)

= Rp 2.600,- + (Rp 2.600,- x 5%)

= Rp. 2.730

Jadi harga jual tiap cup cake: Rp 3.000,-

5.2.4 Proyeksi Laba

Dalam melakukan perhitungan proyeksi laba per unit dilakukan dengan cara

mengurangkan hasil penjualana dengan harga pokok penjualan. Berikut merupakan

perhitungan proyeksi laba yang dihasilkan :

A. Produk Cake

Laba = (Harga Pokok Penjualan) - Harga Pokok Produksi

= (Rp 3.000 - Rp 2.700)

= Rp. 300,-

Jadi, dapat diketahui laba yang didapatkan dari penjualan setiap unit produk Cake

yaitu Rp 300,- sehingga laba yang didapatkan setiap minggunya Rp. 300 x 1102 =

Rp. 330.600

B. Produk Cup Cake

Laba =(Harga Pokok Penjualan) - Harga Pokok Produksi

= (Rp 3.000 - Rp 2.600,-)

= Rp 400,-

Jadi, dapat diketahui laba yang didapatkan dari penjualan setiap unit produk Cake

yaitu Rp 400,- sehingga laba yang didapatkan setiap minggunya Rp. 400 x 1085 =

Rp. 434.000

Page 45: Laporan praktikum sistem produksi

Universitas 17 Agustus 1945, Surabaya, 2016 Laporan Praktikum Sistem Produksi

40

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. KESIMPULAN

Dari laporan praktikum Sispro ini kesimpulan yang dapat di ambil yaitu :

1. Dalam pembuatan OPC di dapat bahwa total waktu pembuatan produk Cake yaitu

73.07 menit dan waktu pembuatan Cup Cake 48.86 menit.

2. Dari peramalan yang dilakukan pada dua produk yaitu produk Cake dan Cup Cake

kita dapat mengetahui bahwa peramalan yang dilakukan menggunakan metode

Moving Average dan metode Single Eksponensial Smoothing

3. Produksi Tiap Item Dalam Satuan Unit

Minggu 1 2 3 4 5 6

Cake 157 157 157 157 157 157

Cup Cake 206 206 206 206 206 206

4. Dari perhitungan jumlah pesanan paling ekonomis kita dapat mengetahui total

biaya persediaan yaitu Rp. 56.569 /unit untuk kedua produk Cake dan Cup Cake

5. Dari perhitungan HPP kita dapat mengetahui jika harga jual untuk produk cake

yaitu Rp. 3.000 dan Harga Jual untuk produk Cup Cake yaitu Rp. 3.000, dengan

memperoleh laba untuk produk cake Rp. 330.600 / minggunya dan laba produk

cup cake yaitu Rp. 434.00 / minggunya.

Page 46: Laporan praktikum sistem produksi

Universitas 17 Agustus 1945, Surabaya, 2016 Laporan Praktikum Sistem Produksi

41

6.2. SARAN

Untuk pelaksanaan praktikum Sistem Produksi ini terdapat berbagai kendala

dalam pelaksanaannya dan perlu untuk diperbaiki lagi kedepannya. Untuk itu saya

memberikan saran kepada pelaksana praktikum Sistem Produksi ini untuk dijadikan

sebagai bahan evaluasi untuk pelaksanaan praktikum berikutnya yaitu :

1. Menyediakan module yang didalamnya terdapat langkah – langkah yang jelas

dan runtun. Karena pada module saat ini terdapat langkah – langkah yang

kurang jelas pada penjelasan tiap gambar.

2. Untuk asisten lab agar lebih detail dalam menjelaskan pada saat praktikum

agar para peserta dapat lebih jelas memahami tentang materi yang

dipraktekan. Dan dapat menjelaskan secara terperinci apa yang telah

dipraktekan kepada dosen pembimbing.

3. Data – data dalam perhitungan per bab lebih di perhatikan lagi karena saat ini

data yang dipakai dari lab kurang jelas dan sangat tidak membantu praktikan.

4. Format laporannya lebih mendetail susunannya.

5. Fasilitas untuk praktikum lebih ditingkatkan lagi.