9
ASKEP LIMFADENITIS A. Pengkajian 1. Pengkajian : selain nama klien, juga orangtua; asal kota dan daerah, jumlah keluarga. 2. Keluhan : penyebab klien sampai dibawa ke rumah sakit. 3. Riwayat penyakit sekarang : Tanda dan gejala klinis TB serta terdapat benjolan/bisul pada tempat-tempat kelenjar seperti : leher, inguinal, axilla dan sub mandibula. 4. Riwayat penyakit dahulu : a. Pernah sakit batuk yang lama dan benjolan bisul pada leher serta tempat kelenjar yang lainnya seperti amandel atau adanya infeksi gigi dan gusi, dan sudah diberi pengobatan antibiotik tidak sembuh-sembuh? b. Pernah berobat tapi tidak sembuh? c. Pernah berobat tapi tidak teratur? d. Riwayat kontak dengan penderita TBC. e. Daya tahan yang menurun. f. Riwayat imunisasi/vaksinasi. g. Riwayat pengobatan. 5. Riwayat sosial ekonomi dan lingkungan. a. Riwayat keluarga: biasanya keluarga ada yang mempunyai penyakit yang sama. b. Aspek psikososial: merasa dikucilkan, tidak dapat berkomunikasi dengan bebas, menarik diri. c. Biasanya pada keluarga yang kurang mampu: masalah berhubungan dengan kondisi ekonomi, untuk sembuh perlu waktu yang lama dan biaya yang banyak, tidak bersemangat dan putus harapan. d. Lingkungan: Lingkungan kurang sehat (polusi, limbah), pemukiman yang padat, ventilasi rumah yang kurang, jumlah anggota keluarga yang banyak. 6. Pola fungsi kesehatan a. Pola persepsi sehat dan penatalaksanaan kesehatan Keadaan umum: alergi, kebiasaan, imunisasi.

ASKEP LIMFADENITIS

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ASKEP LIMFADENITIS

ASKEP LIMFADENITIS

A. Pengkajian1. Pengkajian : selain nama klien, juga orangtua; asal kota dan daerah, jumlah keluarga.2. Keluhan : penyebab klien sampai dibawa ke rumah sakit.3. Riwayat penyakit sekarang : Tanda dan gejala klinis TB serta terdapat benjolan/bisul

pada tempat-tempat kelenjar seperti : leher, inguinal, axilla dan sub mandibula.4. Riwayat penyakit dahulu :

a. Pernah sakit batuk yang lama dan benjolan bisul pada leher serta tempat kelenjar yang lainnya seperti amandel atau adanya infeksi gigi dan gusi, dan sudah diberi pengobatan antibiotik tidak sembuh-sembuh?

b. Pernah berobat tapi tidak sembuh?c. Pernah berobat tapi tidak teratur?d. Riwayat kontak dengan penderita TBC.e. Daya tahan yang menurun.f. Riwayat imunisasi/vaksinasi.g. Riwayat pengobatan.

5. Riwayat sosial ekonomi dan lingkungan.a. Riwayat keluarga: biasanya keluarga ada yang mempunyai penyakit yang sama.b. Aspek psikososial: merasa dikucilkan, tidak dapat berkomunikasi dengan bebas,

menarik diri.c. Biasanya pada keluarga yang kurang mampu: masalah berhubungan dengan kondisi

ekonomi, untuk sembuh perlu waktu yang lama dan biaya yang banyak, tidak bersemangat dan putus harapan.

d. Lingkungan: Lingkungan kurang sehat (polusi, limbah), pemukiman yang padat, ventilasi rumah yang kurang, jumlah anggota keluarga yang banyak.

6. Pola fungsi kesehatana. Pola persepsi sehat dan penatalaksanaan kesehatan

Keadaan umum: alergi, kebiasaan, imunisasi.b. Pola nutrisi-metabolik.

Anoreksia, mual, tidak enak diperut,  berat badan turun, turgor kulit jelek, kulit kering dan kehilangan lemak sub kutan, sulit dan sakit menelan, turgor kulit jelek.

c. Pola EliminasiPerubahan karakteristik feses dan urine, nyeri tekan pada kuadran kanan atas dan hepatomegali, nyeri tekan pada kuadran kiri atas dan splenomegali.

d. Pola aktivitas latihanSesak nafas, fatique, tachicardia,aktifitas berat timbul sesak nafas (nafas pendek).

e. Pola tidur dan istirahat: iritable, sulit tidur, berkeringat pada malam hari.f. Pola kognitif perceptual

Kadang terdapat nyeri tekan pada nodul limfa, nyeri tulang umum, takut, masalah finansial, umumnya dari keluarga tidak mampu.

Page 2: ASKEP LIMFADENITIS

g. Pola persepsi diri: tidak percaya diri, pasif, kadang pemarah.h. Pola peran-hubungan: menjadi ketergantungan terhadap orang lain / tidak mandiri.

i. Pola seksualitas/reproduktif

j. Pola koping-toleransi stres: menarik diri, pasif.

7. Pemeriksaan fisik :    pemeriksaan yang dilakukan terhadap fisik pasien yang berkaitan dengan penyakit yang diderita oleh pasien untuk melakukan pengambilan data-data kesehatan pasien serta untuk mengambil langkah yang tepat dalam pemberian terapi lebih lanjut.a. Demam: suhu 40-410C hilang timbul.b. Batuk: terjadi karena adanya iritasi pada bronkus; batuk ini membuang/

mengeluarkan produksi radang, dimulai dari batuk kering sampai batuk purulen (menghasilkan sputum).

c. Sesak nafas: terjadi bila sudah lanjut, dimana infiltrasi radang sampai setengah paru.d. Nyeri dada: ini jarang ditemukan, nyeri timbul bila infiltrasi radang sampai ke pleura.e. Malaise: ditemukan berupa anoreksia, berat badan menurun, sakit kepala, nyeri otot

dan kering diwaktu malam hari.f. Pada tahap dini sulit diketahui.g. Ronchi basah, kasar dan nyaring.h. Hipersonor/timpani bila terdapat kavitas yang cukup dan pada auskultasi memberi

suara limforik.i. Atropi dan retraksi interkostal pada keadaan lanjut dan fibrosis.j. Adanya Pembesaran kelenjar biasanya multipel.k. Benjolan/pembesaran kelenjar pada leher (servikal), axilla, inguinal dan sub

mandibula.l. Kadang terjadi abses

8. Pemeriksaan penunjang : pemeriksaan laboratorium yang dilakukan terhadap sampel yang telah diambil dari pasien yang berguna sebagai data penunjang untuk membantu menentukan terapi yang diberikan kepada pasien.a. Ultrasonografi (USG)

USG merupakan salah satu teknik yang dapat dipakai untuk mengetahui ukuran, bentuk, dan gambaran mikronodular.

b. BiopsyBiopsi dapat dilakukan dengan mengambil sel keluar melalui jarum atau dengan operasi menghapus satu atau lebih kelenjar getah bening. Sel-sel atau kelenjar getah bening akan dibawa ke lab dan diuji. Biopsi dilakukan terutama bila terdapat tanda dan gejala yang mengarahkan kepada keganasan.

c. KulturKultur (contoh dikirim ke laboratorium dan diletakkan pada kultur medium yang membiarkan mikroorganisme untuk berkembang) kemungkinan diperlukan untuk memastikan diagnosa dan untuk mengidentifikasikan organisme penyebab infeksi.

Page 3: ASKEP LIMFADENITIS

d. CT-ScanCT Scan adalah mesin x-ray yang menggunakan komputer untuk mengambil gambar tubuh Anda untuk mengetahui apa yang mungkin menyebabkan limfadenitis Anda. Sebelum mengambil gambar, Anda mungkin akan diberi pewarna melalui intravena di pembuluh darah Anda agar dapat melihat gambar dengan jelas. CT Scan dapat mendeteksi pembesaran kelenjar getah bening servikalis dengan diameter 5 mm atau lebih.

e. MRIMagnetic resonance imaging (MRI) digunakan untuk melihat dalam tubuh Anda. Dokter dapat menggunakan gambar ini untuk mencari penyebab limfadenitis.

B. Analisis Data1. Lokasi pembesaran kelenjar getah bening

Pembesaran kelenjar getah bening pada dua sisi leher secara mendadak biasanya disebabkan oleh infeksi virus saluran pernapasan bagian atas. Pada infeksi oleh penyakit kawasaki umumnya pembesaran Kelenjar Getah Bening hanya satu sisi saja. Apabila berlangsung lama (kronik) dapat disebabkan infeksi oleh mikobakterium, toksoplasma, ebstein barr virus atau citomegalovirus

2. Gejala-gejala penyerta (symptoms)Demam, nyeri tenggorok dan batuk mengarahkan kepada penyebab infeksi saluran pernapasan bagian atas. Demam, keringat malam dan penurunan berat badan mengarahkan kepada infeksi tuberkulosis atau keganasan. Demam yang tidak jelas penyebabnya, rasa lelah dan nyeri sendi meningkatkan kemungkinan oleh penyakit kolagen atau penyakit serum (serum sickness), ditambah riwayat obat-obatan.

3. Riwayat PenyakitAdanya peradangan tonsil (amandel) sebelumnya mengarahkan kepada infeksi oleh streptokokus. Adanya infeksi gigi dan gusi dapat mengarahkan kepada infeksi bakteri anaerob.

C. Diagnosa Keperawatan1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan adanya faktor resiko :

a. Berkurangnya keefektifan permukaan paru, atelektasisb. Kerusakan membran alveolar kapilerc. Sekret yang kentald. Edema bronchial

2. Resiko infeksi dan penyebaran infeksi berhubungan dengan :a. Daya tahan tubuh menurun, fungsi silia menurun, sekret yang menetapb. Kerusakan jaringan akibat infeksi yang menyebarc. Malnutrisid. Terkontaminasi oleh lingkungane. Kurang pengetahuan tentang infeksi kuman

Page 4: ASKEP LIMFADENITIS

3. Kurangnya pengetahuan keluarga tentang kondisi, pengobatan, pencegahan, berhubungan dengan :a. Tidak ada yang menerangkanb. Interpretasi yang salah, tidak akuratc. Informasi yang didapat tidak lengkapd. Terbatasnya pengetahuan / kognitif

4. Perubahan kebutuhan nutrisi, kurang dari kebutuhan berhubungan dengan :a. Kelelahanb. Batuk yang sering, adanya produksi sputumc. Dyspnoed. Anoreksiae. Penurunan kemampuan finansial (keluarga).

D. Rencana Asuhan Keperawatan1. Diagnosa I

a. Kaji dyspnoe, takipnoe, bunyi pernafasan abnormal. Meningkatnya respirasi, keterbatasan ekspansi dada dan fatique: TB paru dapat menyebabkan meluasnya jangkauan dalam paru-paru yang berasal dari bronchopneumonia yang meluas menjadi inflamasi, nekrosis, pleural efusion dan meluasnya fibrosis dengan gejala-gejala respirasi distress.

b. Evaluasi perubahan tingkat kesadaran, catat tanda-tanda sianosis dan perubahan kulit, selaput mukosa dan warna kuku: akumulasi sekret dapat mengganggu oksigenasi di organ vital dan jaringan.

c. Demontrasikan/anjurkan untuk mengeluarkan nafas dengan bibir disiutkan, terutama pada klien dengan fibrosis atau kerusakan parenkhim: meningkatnya resistensi aliran udara untuk mencegah kolapsnya jalan nafas dan mengurangi residu dari paru-paru.

d. Anjurkan untuk bedrest/mengurangi aktivitas: mengurangi konsumsi oksigen pada periode respirasi.

e. Kolaborasi monitor BGA: menurunnya oksigen, saturasi atau meningkatnya karbon dioksida menunjukkan perlunya penanganan yang lebih adekuat atau perubahan therapi.

f. Kolaborasi pemberian oksigen tambahan: membantu mengoreksi hipoksemia yang secara sekunder mengurangi ventilasi dan menurunnya tegangan paru.

2. Diagnosa IIa. Identifikasi orang-orang yang beresiko untuk terjadinya infeksi seperti anggota

keluarga, teman, orang dalam satu perkumpulan: memberitahukan kepada mereka untuk mempersiapkan diri untuk mendapatkan terapi pencegahan.

b. Anjurkan klien menampung dahaknya jika batuk: kebiasaan ini untuk mencegah terjadinya penularan infeksi.

c. Gunakan masker setap melakukan tindakan: untuk mengurangi resiko penyebaran infeksi

d. Monitor temperatur: febris merupakan indikasi terjadinya infeksi.

Page 5: ASKEP LIMFADENITIS

e. Ditekankan untuk tidak menghentikan terapi yang dijalani: periode menular dapat terjadi hanya 2 – 3 hari setelah permulaan kemoterapi tetapi dalam keadaan sudah terjadi kavitas atau penyakit sudah berlanjut sampai tiga bulan.

f. Kolaborasi dalam pemberian terapi.g. Kolaborasi monitor sputum: penumpukan sputum yang berlebihan dapat

menimbulkan infeksi.3. Diagnosa III

a. Kaji kemampuan belajar klien (misalnya; tingkat kecemasan, perhatian, kelelahan, tingkat partisipasi, lingkungan yang memungkinkan klien untuk belajar, seberapa banyak yang telah diketahui, media yang tepat dan siapa yang dipercaya): kemampuan belajar berkaitan dengan keadaan emosi dan kesiapan fisik. Keberhasilan tergantung pada sebatasmana kemampuan klien.

b. Identifikasi tanda-tanda yang dapat dilaporkan pada dokter (misalnya; hemoptisis, nyeri dada, demam, kesulitan nafas, kehilangan pendengaran, vertigo): mengindikasikan perkembangan penyakit atau efek samping dari pengobatan yang membutuhkan evaluasi secepatnya.

c. Menekankan pentingnya asupan diet TKTP (tinggi kalori tinggi protein) dan intake cairan yang adekuat: mencukupi kebutuhan metabolik, mengurangi kelelahan, intake cairan yang memadai membantu mengencerkan dahak.

d. Berikan informasi yang spesifik dalam bentuk tulisan untuk klien dan keluarga (misalnya; jadwal minum obat. Informasi tertulis dapat mengingatkan klien tentang informasi yang telah diberikan. Pengulangan informasi dapat membantu mengingatkan klien): menjelaskan dosis obat, frekwensi, tindakan yang diharapkan dan perlunya therapi dalam jangka waktu lama. Mengulangi penyuluhan mengenai potensial interaksi antara obat yang diminum dengan obat / subtansi lain.

e. Peningkatan partisipasi klien dan keluarga untuk mematuhi aturan terapi dan mencegah terjadinya putus obat. Jelaskan tentang efek samping dari pengobatan yang mungkin timbul (misalnya; ulut kering, konstipasi, gangguan penglihatan, sakit kepala, peningkatan tekanan darah: dapat mencegah keraguan terhadap pengobatan dan meningkatkan kemampuan klien untuk menjalani terapi.

4. Diagnosa IVa. Kaji dan komunikasikan status nutrisi klien dan keluarga seperti yang dianjurkan

(misalnya; catat turgor kulit, timbang berat badan, integritas mukosa mulut,

kemampuan dan ketidakmampuan menelan, adanya bising usus, riwayat nausea,

vomiting atau diare: digunakan untuk mendefinisikan tingkat masalah dan intervensi.

b. Kaji pola diet klien yang disukai/tidak disukai: membantu intervensi kebutuhan yang

spesifik, meningkatkan intake diet klien.

c. Monitor intake dan output secara periodik: mengukur keefektifan nutrisi dan cairan.

Page 6: ASKEP LIMFADENITIS

d. Catat adanya anoreksia, nausea, vomiting, dan tetapkan jika ada hubungannya

dengan medikasi. Monitor volume, frekwensi, konsistensi BAB: dapat menentukan

jenis diet dan mengidentifikasi pemecahan masalah untuk meningkatkan intake

nutrisi.

e. Anjurkan bedrest: membantu menghemat energi khususnya terjadinya metabolik saat

demam.

f. Lakukan perawatan oral sebelum dan sesudah terapi respirasi: mengurangi rasa yang

tidak enak dari sputum atau obat-obat yang digunakan untuk pengobatan yang dapat

merangsang vomiting.