Upload
zhyra-kim-hyun-mi
View
151
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Analisis vegetasi adalah suatu cara mempelajari susunan dan atau komposisi
vegetasi secara bentuk (struktur) vegetasi dari :nasyarakat tumbuh-tumbuhan. Unsur
struktur vegetasi adalah bentuk pertumbuhan, stratifikasi dan penutupan tajuk.
Untuk keperluan analisis vegetasi diperlukan data-data jenis, diameter dan tinggi
untuk menentukan indeks nilai penting dari penyusun komunitas hutan tersebut.
Dengan analisis vegetasi dapat diperoleh informasi kuantitatif tentang struktur dan
komposisi suatu komunitas tumbuhan (Greig-Smith, 1983).
Analisis vegetasi adalah cara mempelajari susunan (komposisi jenis) dan bentuk
(struktur) vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan. Analisis vegetasi dapat
digunakan untuk mempelajari susunan dan bentuk vegetasi atau masyarakat tumbuh-
tumbuhan: 1) Mempelajari tegakan hutan, yaitu pohon dan permudaannya. 2)
Mempelajari tegakan tumbuhan bawah, yang dimaksud tumbuhan bawah adalah
suatu jenis vegetasi dasar yang terdapat di bawah tegakan hutan kecuali permudaan
pohon hutan, padang rumput/alang-alang dan vegetasi semak belukar.
Dari segi floristis ekologis pengambilan sampling dengan cara “random
sampling” hanya mungkin digunakan apabila lapangan dan vegetasinya homogen,
misalnya padang rumput dan hutan tanaman. Pada umumnya untuk keperluan
penelitian ekologi hutan lebih tepat dipakai “systematic sampling”, bahkan
“purposive sampling” pun boleh digunakan pada keadaan tertentu. Luas daerah
contoh vegetasi yang akan diambil datanya sangat bervariasi untuk setiap bentuk
vegetasi mulai dari 1 dm2 sampai 100 m2. Suatu syarat untuk daerah pengambilan
contoh haruslah representatif bagi seluruh vegetasi yang dianalisis. Keadaan ini
dapat dikembalikan kepada sifat umum suatu vegetasi yaitu vegetasi berupa
komunitas tumbuhan yang dibentuk oleh populasi-populasi. Jadi peranan individu
suatu jenis tumbuhan sangat penting. Sifat komunitas akan ditentukan oleh keadaan
individu-individu tadi, dengan demikian untuk melihat suatu komunitas sama
dengan memperhatikan individu-individu atau populasinya dari seluruh jenis
tumbuhan yang ada secara keseluruhan. Ini berarti bahwa daerah pengambilan
contoh itu representatif bila didalamnya terdapat semua atau sebagian besar dari
jenis tumbuhan pembentuk komunitas tersebut (Soemarto, 2001).
Dengan demikian pada suatu daerah vegetasi umumnya akan terdapat suatu
luas tertentu, dan daerah tadi sudah memperlihatkan kekhususan dari vegetasi secara
keseluruhan.yang disebut luas minimum (Odum, 1998).
1. Rumusan masalah
Bagaimana kesuburan jenis individu tertentu di Coban Rondo dalam
perkembangannya sebagai reaksi terhadap lingkungan?
Bagaimana rhytmis dalam kehidupan tumbuhan tertentu disana terkait
dengan musim?
Vegetasi atau tumbuhan apa saja yang mendominasi pada praktikum
kemarin?
Apakah jenis tumbuhan yang mendominasi suatu vegetasi pada praktikum
kemarin ?
o Bagaimana bentuk cuplikan dan sistem analisis vegetasi dengan
menggunakan metode kuadrat dan metode garis.
o Bagaimana menggunakan variabel kerimbunan, kerapatan, dan
frekuensi dengan cara yang berbeda dengan metode kuadrat dan
metode garis.
Bagaimana menganalisis vegetasi dengan parameter kerapatan, dominasi,
dan frekkuensi jenis tumbuhan menggunakan metode kwarter (metode tanpa
plot)
1. Tujuan
o Untuk mengetahui rhytmis di dalam suatu kehidupan tumbuhan
tergantung dari musim ( karena setiap tumbuhan berbeda dalam
setiap musimnya).
o Untuk mengetahui derajat kesuburan dari suatu jenis tumbuhan dalam
perkembangannya, sebagai reaksi terhadap lingkungan.
o Untuk mengetahui jenis tumbuhan yang mendominasi atau menutupi
dalam sebuah vegetasi.
o Untuk mengetahui jenis-jenis pohon dan hutan yang ada di Coban
Rondo.
o Untuk mengetahui bentuk cuplikan dan sistem analisis vegetasi
dengan menggunakan metode kuadrat dan metode garis.
o Untuk dapat menggunakan variabel kerimbunan, kerapatan, dan
frekuensi dengan cara yang berbeda dengan metode kuadrat dan
metode garis.
Untuk menganalisis vegetasi dengan parameter kerapatan, dominasi, dan
frekkuensi jenis tumbuhan menggunakan metode kwarter (metode tanpa
plot)
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Vitalitas, Perioditas dan Stratifikasi
2.1.1 Vitalitas
Didalam suatu objek vegetasi terdapat bermacam-macam vegetasi yang
hidup
diantaranya tumbuhan di mana dalam tumbuahan musiman dan tumbuhan
tahunan.
Tumbuhan musiman, segera akan tumbuh apabila hujan turun umumnya relatif
pendek, tetapi bijinya tahan lama. Sedangkan untuk tumbuhan menahun dengan
ciri-cirinya:
Berdaun kecil dan berdaun lebar
Terdiri dari kecambah, tumbuhan muda, tumbuhan dewasa, dan tumbuhan
tua.
Ada yang terdiri dari bunga, buah, dan biji.
Vitalitas bertujuan untuk mengetahui derajat kesuburan dari suatu jenis
tanaman dalam perkembangannya, sebagai reaksi dengan lingkungan. Hal ini
dapat di lakukan
dengan lengkap tidaknya siklus hidup dari spesies tadi di dalam vegetasi. Salah
satu cara dalam menggambarkan vitalitas ini adalah memperhatikan empat
keadaan
sehubungan dengan siklus hidupnya, yaitu: adanya kecambah, adanya tumbuhan
muda, adanya tumbuhan dewasa, dan adanya tumbuhan tua. (Harun, 1993)
2.1.2 Perioditas
Perioditas ini menyatakan keadaan“Rhytmis” di dalam suatu kehidupan
tumbuhan. Keadaan ini dinyatakan dengan keadaan adanya daun, buah, bunga
dan biji (Rahardjanto, 2004).
2.1.3 Stratifikasi
Stratifikasi merupakan lapisan-lapisan secara vertikal yang di bentuk oleh
keadaan bentuk atau (life from) angota-angota komonitas tersebut, yang di pakai
sebagai dasar biasanya ketinggian dari pohon tersebut (Guritno, 1995)
2.2 Luas Minimum, Jumlah Minimum dan Penyebaran Percontohan
Untuk memahami luas,metode manapun yang di pakai untuk
menggambarkan suatu vegetasi yang penting adalah harus di sesuaikan dengan
tujuan luas atau sempitnya suatu area yang diamati (Anwar,1995)
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi jumlah spesies di dalam suatu daerah
adalah
1. Iklim
Fluktuasi iklim yang musiman merupakan faktor penting dalam membagi
keragaman spesies. Suhu maksimum yang ekstrim, persediaan air, dan
sebagainya yang menimbulkan kemacetan ekologis (bottleck) yang membatasi
jumlah spesies yang dapat hidup secara tetap di suatu daerah.
2. Keragaman Habitat
Habitat dengan daerah yang beragam dapat menampung spesies yang
keragamannya lebih besar di bandingkan habitat yang lebih seragam.
3. Ukuran
Daerah yang luas dapat menampung lebih besar spesies di bandingkan
dengan daerah yang sempit. Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa
hubungan antara luas dan keragaman spesies secara kasaradalah kuantitatif.
Rumus umumnya adalah jika luas daerah 10 x lebih besar dari daerah lain maka
daerah itu akan mempunyai spesies yang dua kali lebih besar (Harun, 1993).
2.3 Metode Kuadrat dan Metode Garis
2.3.1 Metode Kuadrat
Bentuk Cuplikan
Bentuk sampel dapat berupa segi empat atau lingkaran dengan luas
tertentu. Hal ini tergantung pada bentuk vegetasi. Berdasarkan metode pantauan
luas minimum akan dapat di tentukan luas kuadrat yang di perlukan untuk setiap
bentuk vegetasi tadi. Untuk setiap plot yang di sebarkan di lakukan perhitungan
terhadap variabel-variabel kerapatan, kerimbunan dan frekuensi. Variabel
kerimbunan dan kerapatan di tentukan berdasarkan luas kerapatan. Dari spesies
yang di temukan dari sejumlah kuadrat yang di buat (Rahardjanto, 2001).
Sistim analisis
1. kerapatan, ditentukan berdasarkan jumlah individu suatu populasi jenis
tumbuhan didalam area cuplikan. Pada beberapa keadaan kesulitan dalam
melakukan batasan individu tumbuhan, kerapatan dapat ditentukan dengan cara
pengelompokan berdasarkan kreteria tertentu.
2. Kerimbunan, ditentukan berdasarkan penutupan oleh populasi jenis tumbuhan.
Apabila dalam menentukan kerapatan di jabarkan dalam bentuk kelas kerapatan,
maka untuk perimbunannyapun lebih baik di gunakan kelas keribunan.
3. Frekuensi, di tentukan berdasarkan kerapatan dari jenis tumbuhan di jumpai
dlam sejumlah area cuplikan (n) di bandingkan dengan seluruh atau total
area cuplikan yang dibuat (N) biasa dalam persen (%).
Metode kuadrat menggunakan petak contoh yang berupa segi empat atau
lingkaran yang menggambarkan luas area tertentu. Luasnya bisa bervariasi sesuai
dengan bentuk vegetasi atau ditentukan dahulu luas minimumnya. Untuk analisis
yang menggunakan metode ini dilakukan perhitungan terhadap variabel-variabel
kerapatan, kerimbunan, dan frekuensi (Surasana, 1990).
Kelimpahan setiap spesies individu atau jenis struktur biasanya dinyatakan
sebagai suatu persen jumlah total spesies yang ada dalam komunitas, dan dengan
demikian merupakan pengukuran yang relatif. Secara bersama-sama, kelimpahan
dan frekuensi adalah sangat penting dalam menentukan struktur komunitas
(Michael, 1994).
Tabel skala nilai kelas kerapatan dan kerimbunan (dominansi) menurut Misra dan
Puri (1954), Braun Blanquet (1932).
Kelas Kerapatan Kerimbunan 5 Rapat sekali (dominan): tumbuhan sangat banyak
dan selalu terlihat disekeliling plot. Menutupi 100% - 76% luas plot 4 Rapat
(kodominan): terdapat dua atau lebih spesies yang dominan. Menutupi 75% -
51% luas plot 3 Agak jarang: tumbuhan masih terlihat dari tengah plot. Menutupi
50% - 26% luas plot
2 Sedikit: dapat dicrai sambil berjalan tanpa mengganggu tumbuhan lain.
Menutupi 25% - 0,5% luas plot 1 Sangat jarang: hanya dapat ditemukan dengan
jalan mencari diantara tumbuhan lain. Menutupi < 0,5% luas plot. Keragaman
spesies dapat diambil untuk menanadai jumlah spesies dalam suatu daerah
tertentu atau sebagai jumlah spesies diantara jumlah total individu dari seluruh
spesies yang ada. Hubungan ini dapat dinyatakan secara numerik sebagai indeks
keragaman atau indeks nilai penting. Jumlah spesies dalam suatu komunitas
adalah penting dari segi ekologi karena keragaman spesies tampaknya bertambah
bila komunitas menjadi makin stabil (Michael, 1994).
Nilai penting merupakan suatu harga yang didapatkan dari penjumlahan nilai relatif dari sejumlah variabel yang telah diukur (kerapatan relatif, kerimbunan relatif, dan frekuensi relatif). Jika disusun dalam bentuk rumus maka akan diperoleh: Nilai Penting = Kr + Dr + Fr Harga relatif ini dapat dicari dengan perbandingan antara harga suatu variabel yang didapat dari suatu jenis terhadap nilai total dari variabel itu untuk seluruh jenis yang didapat, dikalikan 100% dalam tabel. Jenis-
jenis tumbuhan disusun berdasarkan urutan harga nilai penting, dari yang terbesar sampai yang terkecil. Dan dua jenis tumbuhan yang memiliki harga nilai penting terbesar dapat digunakan untuk menentukan penamaan untuk vegetasi tersebut (Surasana, 1990).
Muller (1974) membagi struktur vegetasi menjadi lima berdasarkan tingkatannya, yaitu: fisiognomi vegetasi, struktur biomassa, struktur bentuk hidup, struktur floristik, struktur tegakan. Struktur suatu vegetasi terdiri dari individu-individu yang membentuk tegakan di dalam suatu ruang. Komunitas tumbuhan terdiri dari sekelompok tumbuh-¬tumbuhan yang masing-masing individu mempertahankan sifatnya (Danserau - Dombois, 1974)l.Menurut Kershaw (1973), struktur vegetasi terdiri dari 3 komponen, yaitu:1. Struktur vegetasi berupa vegetasi secara vertikal yang merupakan diagram profil yang melukiskan lapisan pohon, tiang, sapihan, semai dan herba penyusun vegetasi.2. Sebaran, horisotal jenis-jenis penyusun yang menggambarkan letak dari suatu individu terhadap individu lain.
3. Kelimpahan (abudance) setiap jenis dalam suatu komunitas.
Kelimpahan jenis ditentukan, berdasarkan besarnya frekuensi, kerapatan dan dominasi setiap jenis. Penguasaan suatu jenis terhadap jenis-jenis lain ditentukan berdasarkan Indeks Nilai Penting, volume, biomassa, persentase penutupan tajuk, luas bidang dasar atau banyaknya individu dan kerapatan (Soerianegara,1998).
2.3.2 Metode Garis
Selain metode kuadran kita juga bisa menggunakan metode garis untuk
menganalisis vegetasi. Panjang sample berupa garis, untuk vegetasi hutan dapat
lebih dari 50 meter, semak belukar sepanjang minimal 1 meter cuplikan berupa
garis, untuk vegetasi sangat di pengaruhi oleh kekompleksitasan dari hutan
tersebut
Metode garis merupakan suatu metode yang menggunakan cuplikan
berupa garis. Penggunaan metode ini pada vegetasi hutan sangat bergantung pada
kompleksitas hutan tersebut. Dalam hal ini, apabila vegetasi sederhana maka
garis yang digunakan akan semakin pendek. Untuk hutan, biasanya panjang garis
yang digunakan sekitar 50 m-100 m. sedangkan untuk vegetasi semak belukar,
garis yang digunakan cukup 5 m-10 m. Apabila metode ini digunakan pada
vegetasi yang lebih sederhana, maka garis yang digunakan cukup 1 m (Syafei,
1990).
Pada metode garis ini, system analisis melalui variable-variabel kerapatan,
kerimbunan, dan frekuensi yang selanjutnya menentukan INP (indeks nilai
penting) yang akan digunakan untuk memberi nama sebuah vegetasi. Kerapatan
dinyatakan sebagai jumlah individu sejenis yang terlewati oleh garis. Kerimbunan
ditentukan berdasar panjang garis yang tertutup oleh individu tumbuhan, dan
dapat merupakan prosentase perbandingan panjang penutupan garis yang terlewat
oleh individu tumbuhan terhadap garis yang dibuat (Syafei, 1990). Frekuensi
diperoleh berdasarkan kekerapan suatu spesies yang ditemukan pada setiap garis
yang disebar (Rohman, 2001).
2.4 Metode Tanpa Plot (Intersepsi Titik)
Metode intersepsi titik merupakan suatu metode analisis vegetasi dengan
menggunakan cuplikan berupa titik. Pada metode ini tumbuhan yang dapat dianalisis
hanya satu tumbuhan yang benar-benar terletak pada titik-titik yang disebar atau
yang diproyeksikan mengenai titik-titik tersebut. Dalam menggunakan metode ini
variable-variabel yang digunakan adalah kerapatan, dominansi, dan frekuensi
(Rohman, 2001).
Kelimpahan setiap spesies individu atau jenis struktur biasanya dinyatakan
sebagai suatu persen jumlah total spesises yang ada dalam komunitas, dan dengan
demikian merupakan pengukuran yang relatife. Dari nilai relative ini, akan diperoleh
sebuah nilai yang merupak INP. Nilai ini digunakan sebagai dasar pemberian nama
suatu vegetasi yang diamati.Secara bersama-sama, kelimpahan dan frekuensi adalah
sangat penting dalam menentukan struktur komunitas (Michael, 1994).
Analisa vegetasi dengan metode kuarter (metode tanpa plot) merupakan
analisa vegetasi yang mana dalam pelaksanaannya tidak menggunakan plot atau area
sebagai alat bantu. Akan tetapi cuplikan yang digunakan hanya berupa titik sehingga
sering juga metode tanpa plot. Hal ini karena pada metode ini tidak menggambarkan
luas area tertentu, sama halnya dengan metode kuadrat yaitu dalam memperoleh
nilai penting harus terlebih dahulu dihitung kerapatan, dominasi, dan frekuensinnya.
Metode ini sering dipakai untuk vegetasi berbentuk hutan atau vegetasi kompleks
lainnya.
BAB III
PROSEDUR KERJA
3.1
3.2 Luas Minimum, Jumlah Minimum, dan Penyebaran Percontoh
3.2.1 Alat dan Bahan semula
Pasak ukuran 1 meter @ 12 buah
Tali raffia
Alat tulis
Kertas millimeter blok
3.2.3 Cara Kerja
a. menentukan luas minimum
Menyiapkan empat pasak dan talia raffia, mengikat tali raffia pada tiap pasak
sehingga membentuk bujur sangkar dengan ukuran (5x5) m2. Mencatat semua
jenis tumbuhan yang berada dalam kuadrat tersebut.
Memperluas kuadrat yang telah dibuat 2x semula menjadi (5X10) m2.
Mencatat kembali penambahan jenis tumbuhan pada ukuran yang telah
diperluas lagi.
Melakukan penambahan luas dengan cara yang sama yaitu menjadi (10x10)
m2, (20x20) m2,... dan seterusnya sampai tidak ada penambahan jenis
tumbuhan baru.
Membuat grafik luas minimum.
2. Penentuan jumlah minimum
Menyebarkan secara acak 3 kuadrat berukuran 1x1 meter, mencatat jumlah
jenis tumbuhan dari ketiga kuadrat tadi.
Menyebarkan lagi tiga kuadrat berikutnya dengan ukuran tetap masing-
masing 1x1 m, dan mencatat kembali jumlah jenis tumbuhannya.
Melakukan hal yang sama berkali-kali sampai 5 kali pengamatan masing-
masing membuat 3 kuadrat.
Menyusun seri kuadrat tadi berdasarkan jumlah jenis dari jumlah sedikit ke
jumlah yang banyak tanpa memperhatikan mana yang lebih dulu diambil.
Membuat grafik jumlah minimum.
BAB IV
DATA PENGAMATAN
4.1 Vitalitas, Perioditas, dan Stratifikasi
Tabel1. Vitalitas
No Nama Pohon Kelengkapan (ada/tidak tumbuhan muda,tua dan dewasa)
1 Cemara _
2 Pinus _
3 Pohon A Tumbuhan muda
4 Pohon B _
5 Pohon C _
Tabel 2. Perioditas
No Nama Pohon Daun Bunga Buah Biji
1 Cemara √ - - -
2 Pinus √ √ - -
3 Pohon A √ - - -
4 Pohon B √ - - -
5 Pohon C √ - - -
Tabel 3. Stratifikasi
No Nama Pohon Tinggi Pohon (cm)
Dbh (cm)
Semai Pancang Tiang Pohon
1 Cemara 250 10 √
2 Pinus 700 13 √
3 Pohon A 157 2 √
4 Pohon B 3000 124 √
5 Pohon C 650 15 √
4.2 Luas Minimum, Jumlah Minimum dan Penyebaran Percontohan
Table luas minimum
no Nama spesies Luas plot
1x1 2x2 3x3 4x4 5x5
1 Cemara √ √ √ √ √
2 Pinus √ √ √ √ √
3 Pohon A √ √ √ √ √
4 Pohon B √ √ √ √ √
5 Pohon C √ √ √ √ √
Table jumlah minimum
No Seri 1 Seri 2 Seri 3
P1 P2 P3 pi P2 P3 P1 P2
1 Rumput teki √ √ √ √ √ √ √ √
2 Kelincir √ √ √ √ √
3 Ilalang √ √ √ √ √
4 Tumbuhan A √ √ √ √ √
5 Tumbuhan B √ √ √ √ √
Jumlah total 3 2 5 3 3 4 5 3
4.3. Pengamatan Metode Garis
Garis ke-1
No Spesies Segmen I Segmen II Segmen III Segmen IV Segmen IV
∑ Cov ∑ Cov ∑ Cov ∑ Cov ∑ Cov ∑
1 Rumput teki 2 12 5 30 3 18 1 6 2 12 13
2 Klencir 9 36 3 12 5 20 2 8 3 12 22
Garis ke-2
No Spesies Segmen I Segmen II Segmen III Segmen IV Segmen IV
∑ Cov ∑ Cov ∑ Cov ∑ Cov ∑ Cov ∑
1 Rumput teki 20 60 3 18 5 30 8 48 2 12 38
2 Klencir 10 40 2 8 4 16 2 8 3 12 21
Garis ke-3
No Spesies Segmen I Segmen II Segmen III Segmen IV Segmen IV
∑ Cov ∑ Cov ∑ Cov ∑ Cov ∑ Cov ∑
1 Rumput teki 15 60 5 30 3 18 1 6 4 24 28
2 Klencir 7 28 6 24 2 8 - - 3 12 16
Garis ke-4
No Spesies Segmen I Segmen II Segmen III Segmen IV Segmen IV
∑ Cov ∑ Cov ∑ Cov ∑ Cov ∑ Cov ∑
Rumput teki 20 120 1 6 8 48 3 18 10 60 42
Klencir 7 28 3 12 5 20 2 8 2 8 19
Garis ke-5
No Spesies Segmen I Segmen II Segmen III Segmen IV Segmen IV
∑ Cov ∑ Cov ∑ Cov ∑ Cov ∑ Cov ∑
Rumput teki 21 126 7 42 3 18 5 30 6 36 42
Klencir 8 32 5 20 2 8 2 8 3 12 20
Tabel NP (Nilai Penting)
No Jenis Tumbuhan NP%
1 Rumput teki 0,0026
2 Klencir 0,00236
4.4 Pengamatan metode Kuadrat
No Spesies Plot 1 Plot 2 Plot 3 Plot 4 Plot5 Total
∑ Cov ∑ Cov ∑ Cov ∑ Cov ∑ Cov ∑ Cov
1 Rumput teki 9 36 12 48 41 164 10 40 9 36 81 324
2 Tnm klencir 50 200 60 240 55 220 40 160 45 180 250 1000
3 Ilalang 30 120 40 160 7 28 20 80 15 60 112 448
4 Urang aring 22 88 4 16 11 44 11 44 13 52 61 244
5 P. Elephanus 19 76 70 280 9 36 43 172 54 216 195 975
Tabel.I.I NP ( Nilai Penting)
No Jenis Tumbuhan NP%
1 Rumput teki 9,606
2 Tanaman klencir 29,649
3 Ilalang 13,282
4 Urang aring 7,234
5 Pseudo elephanus 23,126
BAB V
PERHITUNGAN
4.1 Perhitungan Metode Garis
Kabs rumput teki = 150 : 50 = 3
Kabs Kelincir = 98 : 50 = 1.96
Dabs rumput teki = 888 : 1315 = 0.68
Dabs kelincir = 427 : 1315 = 0.325
Fabs rumput teki = 25 : 25 = 1
Fabs kelincir = 24 : 25 = 0.96
Krelatif rumput teki = 3 : 5.22 = 0.57
Krelatif kelincir = 1.96 : 5.22 = 0.37
Drelatif rumput teki = 0.68 : 1.005 = 0.67
Drelatif kelincir = 0.325 : 1.005 = 0.32
Frelatif rumput teki = 1 : 1.96= 0.51
Frelatif kelincir = 0.96 : 1.96 = 0.49
NP = Kr +Dr+Fr
NP A (Rumput teki) = Kr A+DrA+FrA
= 0.57+0.67+0.51 = 1.75
NP B (Kelincir) = Kr B +Dr B +Fr B
= 0.37+0.32+0.49 = 1.18
4.2. Perhitungan metode kuadrat
Dabs rumput teki = 81: 50 = 1.62
Dabs kelincir = 250 : 50 = 5
Dabs ilalang = 112 : 50 = 2.24
Dabs urang- arring = 61 : 50 = 1.22
Dabs p. elephanus = 195 : 50 = 3.9
Fabs rumput teki = 5 : 5 = 1
Fabs kelincir = 5 : 5 = 1
Fabs ilalang = 5 : 5 = 1
Fabs urang-aring = 5 : 5 = 1
Fabs p.elephanus = 5 : 5 = 1
Jumlah total semua jenis = 1.62 + 5 + 2.24 + 1.22 + 3.9
= 13.98
Jumlah total semua jenis = 1 + 1 + 1 + 1 + 1
= 5
Drelatif rumput teki = 1.62 : 13,98 x 100% = 11.58%
Drelatif kelincir = 5 : 13.98 x 100% = 35.76%
Drelatif ilalang = 2.24 : 13.98 x 100% = 16.02
Drelatif urang-aring = 1.22 : 13.98 x 100%= 8.72%
Drelatif p. elephanus = 3.9 : 13.98 x 100% = 27,8%
Frelatif rumput teki = 1 : 5 x 100% = 20%
Frelatif kelincir = 1 : 5 x 100% = 20%
Frelatif ilalang = 1 : 5 x 100% = 20%
Frelatif urang-aring = 1 : 5 x 100% = 20%
Frelatif p. elephagus = 1 : 5 x 100% = 20%
NP X =
NP Rumput teki = 11.58% + 20% = 31.58%
NP Kelincir = 35.76% + 20% = 55,76%
NP Ilalang = 16.02% + 20% = 36.02%
NP Urang-Aring = 8,72% + 20% = 28.72%
NP P. elephagus = 27.8% + 20% = 47.8%
BAB VI
PEMBAHASAN
6.1 Vitalitas, Perioditas dan Stratifikasi
Pada praktikum vitalitas, perioditas, dan stratifikasi ini di lakukan di Coban
Rondo. Pada pratikum mengenai vitalitas dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya
kecambah, tumbuhan muda,tumbuhan dewasa, dan tumbuhan tua disekitar pohon
yang kita amati. Hal ini dilakukan untuk menentukan jenis pohon apakah yang
umum terdapat pada hutan ini. Hal ini pual bias digunakan sebagai gambaran jenis
hutan apakah Coban Rondo, Hutan masa lampau, masa sekarang atau masa depan.
Sesuai dengan hasil pengamatan dari segi vitalitas,perioditas dan startifiasi
dapat disimpulkan bahwa jenis hutan ini adalah hutan masa sekarang.
6.2 Luas Minimum dan Jumlah Minimum
Untuk metode jumlah minimum setelah di buat plot dengan ukuran 5 x 5 m2
secara acak yang masih di dalam luas area tertentu lalu didalamnya dibuat plot
1x1 meter. Pada plot kecil ini dihitung spesies tanaman apa saja yang di dapati
didalamnya, lalu setelah itu pebesar menjadi 2x2 dan catat kembali hasilnya.
Perbesaran plot dihentikan sampai ada jenis tanaman yang sama pada perbesaran
plot baru dengan plot sebelumnya. Secara garis besar kami dapatkan 5 jenis tanaman
yang berbeda yaitu rumput teki, kelincir, ilalang, tumbuhan A, dan tumbuhan.
Metode lingkungan merupakan metode yang cepat, tepat dan sederhana.
Metode ini digunakan untuk menentukan komposisi komunitas, frekuensi spesies
dan kisaran kondisi. Dengan metode ini 20-30 transek dalam kebanyakan kondisi
digunakan tiap baris, jumlah titik inilah yang memuat spesies tertentu merupakan
angka presentase. (Rasyid, 1993).
6.3 Metode Garis
Pada percobaan dengan menggunakan metode garis, dilakukan dengan menyebarkan
5 garis yang masing-masing sepanjang 6 meter dan dibagi menjadi 1 meter.
Melewatkan garis tersebut pada titik pusat kelompok vegetasi dan pengamatan
dilakukan. Invenarisasi jenis vegetasi dengan menghitung kerapatan, dominansi,
frekuensi serta indeks nilai penting.
Pada percobaan yang telah dilakukan untuk metode garis telah diketahui bahwa
terdapat 2 jenis vegetasi yang dilewati 5 garis. Pada masing-masing garis terdapat
spesies yang sama yaitu kelincir dan rumput teki. Dari kedua vegetasi tersebut
rumput teki memiliki nilai penting terbesar dari pada rumput kelincir, sehingga
kelincir merupakan tumbuhan yang dominan dan memiliki nilai penting tertinggi
dibandingkan tumbuhan lainnya sehingga dapat dijadikan tolak ukur dalam
pemberian nama suatu vegetasi.
6.4 Metode Kuadrat
Percobaan dengan menggunakan metode kuadrat hampir sama dengan
metode garis. Dalam metode kuadrat, suatu vegetasi dianalisa dengan parameter
dominansi dan frekuensi. Dominansi terbagi menjadi dominansi absolut dan
dominansi relatif. Dominansi absolut diperoleh melalui pembagian antara jumlah
titik yang tersentuh oleh jenis tertentu dibagi dengan jumlah titik total. Sedangkan
dominansi relatif diperoleh dari pembagian antara dominansi absolut jenis tertentu
dengan jumlah total dari dominansi absolut semua jenis dikalikan 100 persen. Sama
halnya dengan dominansi, frekuensi terbagi menjadi frekuensi absolut dan frekuensi
relatif. Frekuensi absolute diperoleh melalui pembagian antara jumlah seri yang
mengandung jenis tertentu dengan jumlah seluruh seri. Sedangkan frekuensi relatif
diperoleh dari pembagian antara frekuensi absolute jenis tertentu dengan jumlah
total frekuensi absolute semua jenis dikalikan 100 persen.
Dari data pengamatan dan perhitungan antara dominansi absolut, frekuensi
absolute, dominansi relatif serta frekuensi relatif dapat diketahui bahwa nilai penting
dari jenis-jenis tumbuhan yang ditemukan yang terbesar adalah nilai penting pada
tanaman kelincir dan terendah pada yrang-aring. Hal ini dapat menunjukkan bahwa
tanaman kelincir dapat berkembang dan tumbuh dengan baik pada lingkungan ini.
Dengan demikian bahwa dengan metode kuadrat (intersepsi titik) ini dapat diketahui
bahwa tanaman kelincir merupakan tumbuhan yang dominan dan memiliki nilai
penting tertinggi dibandingkan tumbuhan lainnya sehingga dapat dijadikan tolak
ukur dalam pemberian nama suatu vegetasi.
BAB VII
KESIMPULAN
Dari beberapa uraian diatas dapat ditarik beberapa kesimpulan :
1. Metode intersepsi titik merupakan suatu metode analisis vegetasi dengan
menggunakan cuplikan berupa titik.
2. Dalam metode intersepsi titik, variabel-variabel yang digunakan adalah
dominansi dan frekuensi.
3. Tanaman kelincir merupakan tumbuhan yang dominan dan memiliki nilai
penting tertinggi dibandingkan tumbuhan lainnya sehingga dapat dijadikan
tolak ukur dalam pemberian nama suatu vegetasi.
4. Pada metode garis rumput teki merupakan tumbuhan yang dominan dan
memiliki nilai penting tertinggi dibandingkan tumbuhan lainnya sehingga
dapat dijadikan tolak ukur dalam pemberian nama suatu vegetasi.
5. Pada pengamatan luas minimum ditemukan 5 jenis tumbuhan yang
ditemukan pada setiap plot, tumbuhan ini adalah pinus, cemara, pohon A,
Pohon B, dan pohon C. sedangkan pada tabel jumlah minimum ditemukan 5
jenis tumbuhan yaitu rumput teki, kelincir, ilalang, tumbuhan A, dan
tumbuhan B. rumput teki mendominasi pada luas minimum ini.
6. Pada tabel vitalitas tumbuhan pada semua pohon tidak ditemukan apa-apa
kecuali pada pohon A ditemukan tumbuhan muda. Pada pengamatan
perioditas, semua jenis pohon yang ditemukan tidak lengkap. Pada semua
pohon hanya ditemukan daun, kecuali pohon pinus ditemukan daun dan
bunganya.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, 1995, BiologiLingkungan. Ganexa exact. Bandung.
Guritno, 1995. Analisa Pertumbuhan Tanaman. Rajawali Press. Jakarta
Harun, 1993. Ekologi Tumbuhan. Bina Pustaka. Jakarta.
Horizon, 1969. Absorbtion of organicmumen soil science 50 hal 436-483
Haddy. 1986. Fisiologi Tumbuhan. Malang: UMM Press.
Lovelles, A.R. 1989. Prinsip-Prinsip Biologi Tumbuhan Untuk Daerah Tropis.
Gramedia: Jakarta
Michael, P. 1995. Metode Ekologi untuk Penyelidikan Ladang dan Laboratorium. Jakarta: UI Press.
Rohman, Fatchur.dkk. 2001. Petunjuk Praktikum Ekologi Tumbuhan. Malang: JICA.
Syafei, Eden Surasana. 1990. Pengantar Ekologi Tumbuhan. Bandung: ITB.
Rasyid. 1993. Ekologi Tanaman. Malang: UMM Press.
Rahardjanto Abdul Kadir, 2005. Buku Petunjuk Pratikum Ekologi Tumbuhan.
UMM Press. Malang
Resosoedarmo, soedjiran. 1984. Pengantar Ekologi. Bandung: PT Remaka
Rosdakarya
Surasana, syafeieden. 1990. Pengantar Ekologi Tumbuhan. Bandung: FMIPA
Biologu ITB
Santoso. 1994. Ekologi Umum. Malang: UMM Press.