26
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tentang Malpraktik Istilah malpraktik bisa dibilang sudah tidak asing lagi di telinga masyarakat Indonesia. Media informasi, baik cetak maupun elektronik, banyak kali meliput masalah ini. Hal ini akan berdampak buruk terhadap dunia kesehatan di Indonesia. Para tenaga medis dituntut untuk melaksanakan kewajiban dan tugas profesinya dengan hati hati dan penuh tanggung jawab. Akan tetapi, yang namanya manusia suatu waktu dapat melakukan kesalahan baik sengaja maupun tidak sengaja. Hal inilah yang mengarah ke ruang lingkup malpraktik. Dari berbagai sumber yang penulis baca, malpraktik adalah kelalaian tenaga medis untuk menggunakan tingkat keterampilan dan ilmu pengetahuan yang lazim digunakan dalam mengobati pasien. Kelalaian yang dimaksud adalah sikap kurang hati hati, melakukan tindakan kesehatan di bawah standar pelayanan medik. Kelalaian ini bukanlah suatu pelanggaran hukum jika kelalaian tersebut tidak sampai membawa kerugian kepada orang lain dan orang tersebut dapat menerimanya. Akan tetapi jika kelalaian tersebut mengakibatkan kerugian materi, mencelakakan bahkan merenggut nyawa orang lain, maka hal ini biasa dikatakan malpraktik. Disimpulkan bahwa malpraktik adalah kelalaian dengan kategori berat dan pelayanan kedokteran di bawah standar. Malpraktek merupakan istilah yang sangat umum sifatnya dan tidak selalu berkonotasi yuridis. Secara harfiah “mal” mempunyai arti “salah” sedangkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tentang …eprints.ung.ac.id/848/6/2013-2-74201-271409147-bab... · seseorang dokter atau tenaga keperawatan (perawat dan bidan) untuk ... Berlakunya

  • Upload
    doliem

  • View
    215

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tentang …eprints.ung.ac.id/848/6/2013-2-74201-271409147-bab... · seseorang dokter atau tenaga keperawatan (perawat dan bidan) untuk ... Berlakunya

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Tentang Malpraktik

Istilah malpraktik bisa dibilang sudah tidak asing lagi di telinga

masyarakat Indonesia. Media informasi, baik cetak maupun elektronik, banyak

kali meliput masalah ini. Hal ini akan berdampak buruk terhadap dunia kesehatan

di Indonesia. Para tenaga medis dituntut untuk melaksanakan kewajiban dan tugas

profesinya dengan hati – hati dan penuh tanggung jawab. Akan tetapi, yang

namanya manusia suatu waktu dapat melakukan kesalahan baik sengaja maupun

tidak sengaja. Hal inilah yang mengarah ke ruang lingkup malpraktik. Dari

berbagai sumber yang penulis baca, malpraktik adalah kelalaian tenaga medis

untuk menggunakan tingkat keterampilan dan ilmu pengetahuan yang lazim

digunakan dalam mengobati pasien. Kelalaian yang dimaksud adalah sikap kurang

hati – hati, melakukan tindakan kesehatan di bawah standar pelayanan medik.

Kelalaian ini bukanlah suatu pelanggaran hukum jika kelalaian tersebut tidak

sampai membawa kerugian kepada orang lain dan orang tersebut dapat

menerimanya. Akan tetapi jika kelalaian tersebut mengakibatkan kerugian materi,

mencelakakan bahkan merenggut nyawa orang lain, maka hal ini biasa dikatakan

malpraktik. Disimpulkan bahwa malpraktik adalah kelalaian dengan kategori

berat dan pelayanan kedokteran di bawah standar.

Malpraktek merupakan istilah yang sangat umum sifatnya dan tidak selalu

berkonotasi yuridis. Secara harfiah “mal” mempunyai arti “salah” sedangkan

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tentang …eprints.ung.ac.id/848/6/2013-2-74201-271409147-bab... · seseorang dokter atau tenaga keperawatan (perawat dan bidan) untuk ... Berlakunya

9

“praktek” mempunyai arti “pelaksanaan” atau “tindakan”, sehingga malpraktek

berarti “pelaksanaan atau tindakan yang salah”. Meskipun arti harfiahnya

demikian tetapi kebanyakan istilah tersebut dipergunakan untuk menyatakan

adanya tindakan yang salah dalam rangka pelaksanaan suatu profesi.

Sedangkan difinisi malpraktek profesi kesehatan adalah “kelalaian dari

seseorang dokter atau tenaga keperawatan (perawat dan bidan) untuk

mempergunakan tingkat kepandaian dan ilmu pengetahuan dalam mengobati dan

merawat pasien, yang lazim dipergunakan terhadap pasien atau orang yang terluka

menurut ukuran dilingkungan yang sama” (Valentin v. La Society de Bienfaisance

Mutuelle de Los Angelos, California, 1956).

Berlakunya norma etika dan norma hukum dalam profesi bidan. Di dalam

setiap profesi termasuk profesi tenaga bidan berlaku norma etika dan norma

hukum. Oleh sebab itu apabila timbul dugaan adanya kesalahan praktek sudah

seharusnyalah diukur atau dilihat dari sudut pandang kedua norma tersebut.

Kesalahan dari sudut pandang etika disebut ethical malpractice dan dari

sudut pandang hukum disebut yuridical malpractice. Hal ini perlu difahami

mengingat dalam profesi tenaga bidan berlaku norma etika dan norma hukum,

sehingga apabila ada kesalahan praktek perlu dilihat domain apa yang dilanggar.

Karena antara etika dan hukum ada perbedaan-perbedaan yang mendasar

menyangkut substansi, otoritas, tujuan dan sangsi, maka ukuran normatif yang

dipakai untuk menentukan adanya ethica malpractice atau yuridical malpractice

dengan sendirinya juga berbeda. Yang jelas tidak setiap ethical malpractice

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tentang …eprints.ung.ac.id/848/6/2013-2-74201-271409147-bab... · seseorang dokter atau tenaga keperawatan (perawat dan bidan) untuk ... Berlakunya

10

merupakan yuridical malpractice akan tetapi semua bentuk yuridical malpractice

pasti merupakan ethical malpractice (Lord Chief Justice, 1893)1.

Menurut Ari Yunanto,Cs2, menyebutkan istilah malpraktik dengan

malapraktik yang diartikan dengan : “praktik kedokteran yang salah, tidak

tepat,menyalahi undang-undang atau kode etik.” Istilah ini umumnya digunakan

terhadap sikap tindak dari para dokter, pengacara, dan akuntan. Kegagalan untuk

memberikan pelayanan profesional dan melakukannya pada ukuran tingkat

keterampilan dan kepandaian yang wajar oleh teman sejawat rata-rata dari

profesinya didalam masyarakat, hingga mengakibatkan luka, kehilangan, atau

kerugian pada penerima layanan yang mempercayai mereka, termasuk didalamnya

adalah sikap tindak profesi yang salah,kurang keterampilan yang tidak wajar,

menyalahi kewjiban profesi atau hukum, praktik yang sangat buruk,ilegal,atau

sikap tindak amoral.

Henry Campell black memberikan definisi malpraktik sebagai berikut

Malpractice is professional person such a physician, dentist, vetenarian,

malpractice may be the result of skill or fidelity in the performance of

professional duties, intentionally wrong doing or illegal or unethical practice (

malpraktik adalah kesalahan dalam menjalankan profesi sebagai dokter, dokter

gigi, dokter hewan. Malpraktik adalah akibat dari sikap tidak peduli, kelalaian

atau kurang keterampilan, kurang hati – hati dalam melaksanakan tugas profesi,

berupa pelanggaran yang disengaja, pelanggaran hukum atau pelanggaran etika3.

1 http://dimensilmu.blogspot.com/2012/11/pengertian-malpraktek.html

2 Ari Yunanto,Cs., 2009. Hukum Pidana Malpraktik Medik”.ANDI.Yogyakarta.hal.27

3 Ibid. hal.28

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tentang …eprints.ung.ac.id/848/6/2013-2-74201-271409147-bab... · seseorang dokter atau tenaga keperawatan (perawat dan bidan) untuk ... Berlakunya

11

Veronika menyatakan bahwa istilah malpraktik berasal dari malpractic

yang pada hakikatnya adalah kesalahan dalam menjalankan profesi yang timbul

sebagai akibat adanya kewajiban-kewajiban yang harus dilakukan dokter. J.

Guwandi menyebutkan bahwa malpraktik adalah istilah yang mempunyai

konotasi buruk, bersifat stigmatis, menyalahkan4. Praktik buruk dari seseorang

yang memegang suatu profesi dalam arti umum seperti dokter, ahli hukum,

akuntan, dokter gigi, dokter hewan, dan sebagainya . Apabila ditujukan kepada

profesi medik maka akan disebut malpraktik medik.

Malpraktek adalah praktek kedokteran yang salah atau tidak sesuai dengan

standar profesi atau standar prosedur operasional. Untuk malpraktek dokter dapat

dikenai hukum kriminal dan hukum sipil. Malpraktek kedokteran kini terdiri dari

4 hal :

(1) Tanggung jawab kriminal;

(2) Malpraktik secara etik;

(3) Tanggung jawab sipil, dan;

(4) Tanggung jawab publik(5).

Malpraktek secara Umum, seperti disebutkan di atas, teori tentang

kelalaian melibatkan lima elemen :

(1) tugas yang mestinya dikerjakan;

(2) tugas yang dilalaikan;

(3) kerugian yang ditimbulkan;

(4) Penyebabnya, dan;

4 Ibid. Hal. 2 8

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tentang …eprints.ung.ac.id/848/6/2013-2-74201-271409147-bab... · seseorang dokter atau tenaga keperawatan (perawat dan bidan) untuk ... Berlakunya

12

(5) Antisipasi yang dilakukan.

Pada saat tuntutan malpraktek diajukan, akan menjadi sebuah tugas bagi

sang pemohon perkara (pasien maupun anggota keluarganya) untuk mencari

sendiri bukti yang mendukung tuntutannya tersebut. Hal ini akan terus dilakukan

oleh pemohon sampai perkara tersebut menjadi sebuah kasus yang prima fasie

dengan bukti–bukti yang cukup dihadirkan di depan pengadilan dan di hadapan

juri yang memungkinkan hakim memberikan putusan secara seksama berdasar

bukti itu sendiri. Setelah bukti tersebut diajukan oleh pemohon, maka bukti yang

dibawa pemohon tersebut akan dihadapkan kepada orang yang disangkakan.

Tertuduh (dokter atau rumah sakit) lalu memberikan bukti–bukti yang

menyanggah tuduhan yang dikenakan kepadanya.

Sanggahan yang dikemukakan oleh tertuduh (dokter) terhadap kasusnya

itu tidaklah cukup. Namun, terdapat sanggahan – sanggahan yang dapat diterima

yang dapat membuatnya lepas dari tanggung jawabnya tersebut. Hal ini termasuk

(1) resiko perawatan yang dilakukan telah diketahui oleh pemohon dan ia

setuju untuk tetap melanjutkan perawatan (resiko diketahui dengan

informed consent / surat tanda persetujuan tindakan);

(2) Pemohon memiliki andil pada terjadinya luka atau sakitnya itu sendiri

dengan tidak mematuhi instruksi dokter atau melanggar pantangan –

pantangan yang ada, atau;

(3) Bahwa luka atau kerugian disebabkan oleh pihak ketiga dan bukan

merupakan dampak dari instruksi yang diberikan dokter. Penegakkan

diagnosis tanpa bantuan pemeriksaan penunjang yang tersedia dapat

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tentang …eprints.ung.ac.id/848/6/2013-2-74201-271409147-bab... · seseorang dokter atau tenaga keperawatan (perawat dan bidan) untuk ... Berlakunya

13

membawa kesalahan. Hal ini dianggap sebagai kelalaian dokter dalam

melakukan sesuatu yang mestinya ia lakukan contohnya saat dokter lalai

dalam menjalankan tugas yang akhirnya menyebabkan kerugian pada

pasien.

Hal ini merupakan dasar dan alasan yang penting dalam kaitan terhadap

standar praktik kedokteran yang berlaku. Pengadilan akan memberikan pengertian

terhadap hal tersebut. Kegagalan dalam menggunakan standar dan uji diagnostik

yang tersedia pada kenyataannya merupakan sebuah praktik kedokteran yang

substandar. Di lain pihak, penggunaan standar dan uji diagnostik yang berlebihan

pada masa mendatang harus diwaspadai. Sebelum hal ini terjadi lebih lanjut, maka

badan hukum mulai menyelidiki tagihan – tagihan yang diberikan rumah sakit,

dokter dan penyedia layanan kesehatan lain dengan lebih seksama. Penyelidikan

seksama diberikan terhadap prosedur – prosedur yang tidak dapat dibenarkan

secara medis, namun dikerjakan secara hati – hati baik sehingga dapat

membedakan hal tersebut dari tindakan yang melecehkan tanggung jawab

medikolegal. Tagihan yang tidak lazim, pembayaran tagihan yang berlebihan dan

persetujuan dokter – pasien yang tidak lazim dapat menjadi dasar bagi

diusulkannya peraturan – peraturan yang lebih baik di masa depan. Nampaknya

kelanjutan praktik kedokteran yang bersifat defensif akan segera menjadi bahan

perdebatan dan diskusi yang menarik serta dapat dilakukan koreksi terhadap hal

tersebut.

Menurut Hubert W. Smith tindakan malpraktek meliputi 4D, yaitu (a)

duty, (b) adanya penyimpangan dalam pelaksanaan tugas (dereliction), (c)

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tentang …eprints.ung.ac.id/848/6/2013-2-74201-271409147-bab... · seseorang dokter atau tenaga keperawatan (perawat dan bidan) untuk ... Berlakunya

14

penyimpangan akan mengakibatkan kerusakan (direct caution), (d) sang dokter

akan menyebabkan kerusakan (damage).

Malpraktek kriminal terjadi ketika seorang dokter yang menangani sebuah

kasus telah melanggar undang-undang hukum pidana. Malpraktik dianggap

sebagai tindakan kriminal dan termasuk perbuatan yang dapat diancam hukuman.

Hal ini dilakukan oleh Pemerintah untuk melindungi masyarakat secara umum.

Perbuatan ini termasuk ketidakjujuran, kesalahan dalam rekam medis,

penggunaan ilegal obat – obat narkotika, pelanggaran dalam sumpah dokter,

perawatan yang lalai, dan tindakan pelecehan seksual pada pasien yang sakit

secara mental maupun pasien yang dirawat di bangsal psikiatri atau pasien yang

tidak sadar karena efek obat anestesi.Peraturan hukum mengenai tindak kriminal

memang tidak memiliki batasan antara tenaga profesional dan anggota masyarakat

lain. Jika perawatan dan tata laksana yang dilakukan dokter dianggap

mengabaikan atau tidak bertanggung jawab, tidak baik, tidak dapat dipercaya dan

keadaan - keadaan yang tidak menghargai nyawa dan keselamatan pasien maka

hal itu pantas untuk menerima hukuman. Dan jika kematian menjadi akibat dari

tindak malpraktik yang dilakukan, dokter tersebut dapat dikenakan tuduhan tindak

kriminal pembunuhan.

Tujuannya memiliki maksud yang baik namun secara tidak langsung hal

ini menjadi berlebihan. Seorang dokter dilatih untuk membuat keputusan medis

yang sesuai dan tidak boleh mengenyampingkan pendidikan dan latihan yang

telah dilaluinya serta tidak boleh membuat keputusan yang tidak bertanggung

jawab tanpa mempertimbangkan dampaknya. Dokter juga tidak boleh melakukan

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tentang …eprints.ung.ac.id/848/6/2013-2-74201-271409147-bab... · seseorang dokter atau tenaga keperawatan (perawat dan bidan) untuk ... Berlakunya

15

tindakan buruk atau ilegal yang tidak bertanggung jawab dan tidak boleh

mengabaikan tugas profesionalnya kepada pasien. Dia juga harus selalu peduli

terhadap kesehatan pasien.

Criminal malpractice sebenarnya tidak banyak dijumpai. Misalnya

melakukan pembedahan dengan niat membunuh pasiennya atau adanya dokter

yang sengaja melakukan pembedahan pada pasiennya tanpa indikasi medik,

(appendektomi, histerektomi dan sebagainya), yang sebenarnya tidak perlu

dilakukan, jadi semata-mata untuk mengeruk keuntungan pribadi. Memang dalam

masyarakat yang menjadi materialistis, hedonistis dan konsumtif, dimana

kalangan dokter turut terimbas, malpraktek diatas dapat meluas.

Civil Malpractice adalah tipe malpraktek dimana dokter karena

pengobatannya dapat mengakibatkan pasien meninggal atau luka tetapi dalam

waktu yang sama tidak melanggar hukum pidana. Sementara Negara tidak dapat

menuntut secara pidana, tetapi pasien atau keluarganya dapat menggugat dokter

secara perdata untuk mendapatkan uang sebagai ganti rugi. Tanggung jawab

dokter tersebut tidak berkurang meskipun pasien tersebut kaya atau tidak mampu

membayar. Misalnya seorang dokter yang menyebabkan pasien luka atau

meningggal akibat pemakaian metode pengobatan yang sama sekali tidak benar

dan berbahaya tetapi sulit dibuktikan pelangggaran pidananya, maka pasien atau

keluarganya dapat menggugat perdata.

Pada civil malpractice, tanggung gugat dapat bersifat individual atau

korporasi. Dengan prinsip ini maka rumah sakit dapat bertanggung gugat atas

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tentang …eprints.ung.ac.id/848/6/2013-2-74201-271409147-bab... · seseorang dokter atau tenaga keperawatan (perawat dan bidan) untuk ... Berlakunya

16

kesalahan yang dilakukan oleh dokter-dokternya asalkan dapat dibuktikan bahwa

tindakan dokter itu dalam rangka melaksanakan kewajiban rumah sakit.

Malpraktik secara Etik, Kombinasi antara interaksi profesional dan

aktivitas tenaga pendukungnya serta hal yang sama akan mempengaruhi anggota

komunitas profesional lain dan menjadi perhatian penting dalam lingkup etika

medis. Panduan dan standar etika yang ada terkait dengan profesi yang dijalaninya

itu sendiri. Panduan dan standar profesi tersebut mengarah pada terjadinya inklusi

atau eksklusi orang – orang yang terlibat dalam profesi tersebut. Kelalaian dalam

menjalani panduan dan standar etika yang ada secara umum tidak memiliki

dampak terhadap dokter dalam hubungannya dengan pasien. Namun, hal ini akan

mempengaruhi keputusan dokter dalam memberikan tata laksana yang baik. Hal

tersebut dapat menghasilkan reaksi yang kontroversial dan menimbulkan kerugian

baik kepada dokter, maupun kepada pasien karena dokter telah melalaikan standar

etika yang ada. Tindakan tidak profesional yang dilakukan dengan mengabaikan

standar etika yang ada umumnya hanya berurusan dengan komite disiplin dari

profesi tersebut. Hukuman yang diberikan termasuk pelarangan tindakan praktik

untuk sementara dan pada kasus yang tertentu dapat dilakukan tindakan

pencabutan izin praktek.

Malpraktik medik menurut Safitri Hariani yang mengutip dari pendapat

Vorstman dan Hector Treub dan juga atas rumusan komisi annsprakelijkheid dari

KNMG (IDI-nya Belanda), adalah :”Seorang dokter melakukan kesalahan profesi

jika ia tidak melakukan pemeriksaan, tidak mendiagnosis, tidak melakukan

sesuatu , atau tidak membiarkan sesuatu yang oleh dokter yang baik pada

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tentang …eprints.ung.ac.id/848/6/2013-2-74201-271409147-bab... · seseorang dokter atau tenaga keperawatan (perawat dan bidan) untuk ... Berlakunya

17

umumnya dan dengan situasi kondisi yang sama, akan melakukan pemeriksaan

dan diagnosis serta melakukan atau membiarkan suatu tersebut.

2.2 Kategori Malpraktek

Untuk malpraktek hukum atau yuridical malpractice dibagi dalam 3

kategori sesuai bidang hukum yang dilanggar, yakni Criminal malpractice, Civil

malpractice dan Administrative malpractice.

1. Criminal malpractice

Perbuatan seseorang dapat dimasukkan dalam kategori criminal

malpractice manakala perbuatan tersebut memenuhi rumusan delik pidana

yakni :

a. Perbuatan tersebut (positive act maupun negative act) merupakan

perbuatan tercela.

b. Dilakukan dengan sikap batin yang salah (mens rea) yang berupa

kesengajaan (intensional), kecerobohan (reklessness) atau kealpaan

(negligence).

c. Criminal malpractice yang bersifat sengaja (intensional) misalnya

melakukan euthanasia (pasal 344 KUHP), membuka rahasia jabatan

(pasal 332 KUHP), membuat surat keterangan palsu (pasal 263

KUHP), melakukan aborsi tanpa indikasi medis pasal 299 KUHP).

d. Criminal malpractice yang bersifat ceroboh (recklessness) misalnya

melakukan tindakan medis tanpa persetujuan pasien informed consent.

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tentang …eprints.ung.ac.id/848/6/2013-2-74201-271409147-bab... · seseorang dokter atau tenaga keperawatan (perawat dan bidan) untuk ... Berlakunya

18

e. Criminal malpractice yang bersifat negligence (lalai) misalnya kurang

hati-hati mengakibatkan luka, cacat atau meninggalnya pasien.

Pertanggung jawaban didepan hukum pada criminal malpractice adalah

bersifat individual/personal dan oleh sebab itu tidak dapat dialihkan kepada orang

lain atau kepada rumah sakit/sarana kesehatan.

2. Civil malpractice

Seorang tenaga kesehatan akan disebut melakukan civil malpractice

apabila tidak melaksanakan kewajiban atau tidak memberikan prestasinya

sebagaimana yang telah disepakati (ingkar janji). Tindakan tenaga kesehatan yang

dapat dikategorikan civil malpractice antara lain:

a. Tidak melakukan apa yang menurut kesepakatannya wajib dilakukan.

b. Melakukan apa yang menurut kesepakatannya wajib dilakukan tetapi

terlambat melakukannya.

c. Melakukan apa yang menurut kesepakatannya wajib dilakukan tetapi

tidak sempurna.

d. Melakukan apa yang menurut kesepakatannya tidak seharusnya

dilakukan.

Pertanggung jawaban civil malpractice dapat bersifat individual atau

korporasi dan dapat pula dialihkan pihak lain berdasarkan principle of vicarius

liability. Dengan prinsip ini maka rumah sakit/sarana kesehatan dapat

bertanggung gugat atas kesalahan yang dilakukan karyawannya (tenaga

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tentang …eprints.ung.ac.id/848/6/2013-2-74201-271409147-bab... · seseorang dokter atau tenaga keperawatan (perawat dan bidan) untuk ... Berlakunya

19

kesehatan) selama tenaga kesehatan tersebut dalam rangka melaksanakan tugas

kewajibannya.

3. Administrative malpractice

Seorang dokter dikatakan telah melakukan administrative malpractice

manakala tenaga dokter tersebut telah melanggar hukum administrasi. Perlu

diketahui bahwa dalam melakukan police power, pemerintah mempunyai

kewenangan menerbitkan berbagai ketentuan di bidang kesehatan, misalnya

tentang persyaratan bagi seorang dokter untuk menjalankan profesinya (Surat Ijin

Kerja, Surat Ijin Praktek). Apabila aturan tersebut dilanggar maka tenaga

kesehatan yang bersangkutan dapat dipersalahkan melanggar hukum

administrasi5.

2.3 Pola Dasar Hubungan antara Dokter dan Pasien

Mulyohadi Ali menybutkan bahwa pasien ( klien pelayanan medik )

adalah orang yang memerlukan pertolongan dokter karena penyakitnya, dan

dokter adalah orang yang dimintai pertolongan karena kemampuan profesinya

dianggap mampu mengobati penyakit. Hubungan terjadi ketika dokter bersedia

menerima klien itu sebagai pasien6.

Ketika hubungan dokter–pasien itu disertai dengan permintaan dokter

untuk mendapatkan imbalan jasa dari klien ( pasien ) dan klien ( pasien ) bersedia

memenuhinya maka terjadilah hubungan yang disebut sebagai hubungan

kontraktual. Dalam hubungan kontraktual terdapat kewajiban dan hak dari kedua

5 <http://astaqauliyah.com/2006/12/etika-kedokteran-indonesia-dan-penanganan-

pelanggaran-etika-di-indonesia/>. (28 November 2013) 6 Bahder Johan Nasution, 2005.Hukum Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta.hal.28

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tentang …eprints.ung.ac.id/848/6/2013-2-74201-271409147-bab... · seseorang dokter atau tenaga keperawatan (perawat dan bidan) untuk ... Berlakunya

20

belah pihak yang harus dihormati, serta tanggung jawab jika ada yang tidak

memenuhi kesepakatan tersebut. Karena sifat hubungan yang tidak seimbang

tersebut maka faktor kepercayaan memegang peran penting.

Hubungan dokter–pasien umumnya tidak setara. Ada kesenjangan diantara

keduanya dalam berbagai aspek. Biasanya pasien berada di pihak yang lemah,

yang oleh karena itu ia perlu mendapat perlindungan. Karena posisinya sebagai

pihak yang lebih kuat dalam berbagai hal, dokter perlu diberi kode etik sehingga

tidak tergoda untuk melakukan tindakan yang merugikan pasien dan

menguntungkan diri sendiri. Perlindungan bagi pasien dan rambu – rambu untuk

dokter dibina antara lain oleh :

1. Hati nurani dan moral;

2. Etika medis;

3. Disiplin profesi;

4. Hukum.

Moral dan etika medis adalah rambu – rambu paling tua untuk menjaga

hubungan antara dokter dan pasien dalam berbagai dimensi di atas, agar

berlangung dalam batas–batas yang dianggap wajar dan baik. Hukum sebagai

rambu – rambu, menyusul jauh kemudian.

Sebenarnya pola dasar hubungan dokter dan pasien, terutama berdasarkan

keadaan sosial budaya dan penyakit pasien, menurut Szas dan hollender ( 1956 ),

dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu :

1. Activity – Passivity

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tentang …eprints.ung.ac.id/848/6/2013-2-74201-271409147-bab... · seseorang dokter atau tenaga keperawatan (perawat dan bidan) untuk ... Berlakunya

21

Pola hubungan ini terjadi pada pasien yang keselamatan jiwanya terancam,

atau sedang tidak sadar, atau menderita gangguan mental berat,. Pola terapi terjadi

dalam keadaan pasien tidak berdaya.

2. Guidance – Cooperation

Hubungan membimbing kerja sama, seperti halnya hubungan

antara orang tua dengan remaja. Pola ini terjadi bila keadaan penyakit

pasien tidak terlalu berat, misalnya penyakit infeksi baru atau penykit akut

lainnya. Meskipun sakit, pasien tetap sadar dan memiliki perasaan serta

kemauan sendiri. Ia berusaha mencari pertolongan pengobatan dan

bersedia bekerja sama. Walaupun dokter mengetahui lebih banyak, ia tidak

mata – mata menjalankan wewenangnya, namun mengharapkan kerja

sama pasien yang diwujudkan dengan menuruti nasihat dan anjuran

dokter.

3. Mutual Participation

Filosofi dasar dari pola pendekatan ini adalah berdasarkan

pemikiran bahwa setiap manusia memiliki martabat dan hak yang sama.

Pola ini terjadi pada mereka yang ingin memelihara kesehatan dengan

melakukan medical chek up atau pada pasien yang menderita penyakit

kroni seperti hipertensi atau diabetes melitus. Pasien secara sadar dan aktif

berperan dalam pengobatan terhadap dirinya sendiri.

2. 4 Profesi dan Dasar – Dasar Moral Etika Kedokteran

Menurut Daldiyono yang disebut profesi adalah suatu bidang atau

jenis pekerjaan yang memerlukan pendidikan khusus. Tidak semua jenis

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tentang …eprints.ung.ac.id/848/6/2013-2-74201-271409147-bab... · seseorang dokter atau tenaga keperawatan (perawat dan bidan) untuk ... Berlakunya

22

pekerjaan dapat disebut profesi. Saat ini sering terjadi kerancuan atau salah

kaprah, bahwa semua jenie pekerjaan disebut profesi. Padahal suatu profesi

memiliki berbagai ciri spisifik, yaitu ;

1. Ada bidang ilmu tertentu yang jelas dan tegas yang dipelajari,

misalnya profesi kedokteran yang melaksanakan ilmu kedokteran;

2. Ada sejarahnya dan dapat diketahui pendahulu atau pionirnya;

3. Adanya suatu ikatan profesi yang bersifat independen dan berhak

mengatur anggotanya;

4. Bersifat melayani dengan mementingkan yang dilayani ( altruism )

yang diatur dalam kode etik.

Kata moral dan etika secara etimologi berasal dari kata yang sama

namun dari dua bahasa yang berbeda. Moral berasal dari kata latin moralis,

mos, moris yang berarti adat, istiadat, kebiasaan, cara, tingkah laku, kelakuan.

Mores berarti adat istiadat, kelakuan, tabiat, watak, akhlak, cara hidup. Etika

berasal dari kata Yunani ethikos, ethos yang juga berarti adat, kebiasaan,

praktik. Namun dalam perkembangan selanjutnya, kedua kata itu mendapat

arti yang berbeda, sekalipun masih tetap terkait erat. Kedua – duanya terkait

dengan sistem nilai, sikap, tingkah laku, dan perbuatan manusia. Kedua

istilah itu menyiratkan hubungan antara hati nurani dan penilaian ( judgement

) dengan kegiatan praktis seseorang.

Asas etik merupakan kepercayaan atau aturan umum yang mendasar

yang dikembangkan dari sistem etik. Dari dasar etik tersebut disusun kode

etik profesi, termasuk dalam hal ini profesi kedokteran, yang meskipun

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tentang …eprints.ung.ac.id/848/6/2013-2-74201-271409147-bab... · seseorang dokter atau tenaga keperawatan (perawat dan bidan) untuk ... Berlakunya

23

terdapat perbedaan aliran dan pandangan hidup serta adanya perubahan tata

nilai kehidupan masyarakat cara global, tetapi dasar etika profesi kedokteran

yang diturunkan sejak zaman Hippocrates : “ Kesehatan penderita senantiasa

akan saya utamakan “ tetap merupakan asas yang tidak pernah berubah, dan

merupakan rangkaian kata yang mempersatukan para dokter di dunia.

Dasar tersebut dapat dijabarkan menjadi 6 asas etik yang bersifat

universal, yang juga tidak akan berubah dalam etik profesi kedokteran yaitu :

1. Asas menghormati otonomi pasien ( principle of respect to the

pateint’s autonomy )

Pasien mempunyai kebebasan untuk mengetahui apa yang akan

dilakukan oleh dokter serta memutuskan apa yang terbaik bagi dirinya

sendiri sehingga kepadanya perlu diberikan informasi yang cukup.

Pasien berhak untuk dihormati pendapat dan keputusannya, dan tidak

boleh dipaksa. Untuk itu maka perlu adanya informed consent.

2. Asas kejujuran ( principle of veracity )

Dokter hendaknya mengatakan hal yang sebenarnya secara

jujur, serta akibat / resiko yang dapat terjadi. Informasi yang diberikan

hendaknya disesuaikan dengan tingkat pendidikan pasien. Selain jujur

kepada pasien, dokter juga harus jujur kepada diri sendiri.

3. Asas tidak merugikan ( principle of non – maleficence )

Dokter yang berpedoman primum non nocere ( first of all do no

harm), tidak melakukan tindakan yang tidak perlu, dan mengutamakan

tindakan yang tidak merugikan pasien, serta mengupayakan resiko fisik,

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tentang …eprints.ung.ac.id/848/6/2013-2-74201-271409147-bab... · seseorang dokter atau tenaga keperawatan (perawat dan bidan) untuk ... Berlakunya

24

resiko psikologi, marupakan resiko sosial akibat tindakan tersebut

seminimal mungkin.

4. Asas manfaat ( principle of beneficence )

Semua tindakan dokter yang dilakukan terhadap pasien harus

bermanfaat bagi pasien guna mengurangi penderitaan atau

memperpanjang hidupnya. Untuk itu dokter wajib membuat rencana

perawatan/tindakan yang berlandaskan pada pengetahuan yang sahih

dan dapat berlaku secara umum. Kesejahteraan pasien perlu mendapat

perhatian yang utama. Resiko yang mungkin timbul dikurangi sampai

seminimal mungkin. Sementara manfaatnya harus semakimal mungkin

bagi pasien.

5. Asas kerahasiaan ( principle of confidentiality )

Dokter harus menghormati kerahasiaan pasein, meskipun pasien

tersebut setelah meninggal dunia.

6. Asas keadilan ( principle of justice )

Dokter harus berlaku adil, tidak memandang kedudukan atau

kepangkatan, tidak memandang kekayaan, dan tidak berat sebelah

dalam merawat pasien.

Dari asas etik tersebut kemudian disusun peraturan kode etik

kedokteran yang menjadi landasan bagi setiap dokter untuk mengambil

keputusan etik dalam melakukan tugas profesinya sebagai seorang

dokter.

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tentang …eprints.ung.ac.id/848/6/2013-2-74201-271409147-bab... · seseorang dokter atau tenaga keperawatan (perawat dan bidan) untuk ... Berlakunya

25

2. 5 Hak dan Kewajiban Dokter – Pasien

2. 5.1 Hak Pasien

Dahulu hubungan antara dokter dan pasien bersifat

paternalitik, dimana pasien lalu mengikuti apa yang dilakukan dokter

tanpa bertanya apapun. Sekarang dokter adalah partner pasien dan

keduanya memiliki kedudukan yang sama secara hukum. Cara umum

pasien berhak atas pelayanan yang manusiawi dan perawatan yang

bermutu7.

Pasal 52 dan pasal 53 Undang – undang No. 29 Tahun 2004

tentang praktik kedokteran mengatur tentang hak dan kewajiban pasien

dalam hubungannya dengan kontrak terapeutik, dimana pasien

mempunyai hak dan kewajiban tertentu. Pada Pasal 52, tentang hak

pasien, disebutkan bahwa dalam menerima pelayanan pada praktik

kedokteran, pasien mempunyai hak :

1. Mendapatkan penjelasan secara lengkap tentanng tindakan medik

sebagaimana di maksud dalam pasal 45 ayat (3) ;

2. Meminta pendapat dokter atau dokter gigi lain ;

3. Mendapatkan pelayanann sesuai dengan kebutuhan medik ;

4. Menolak tindakan medik ;

5. Mendapatkan isi rekap medik ;

Dalmy Iskandar menyebutkan rincian hak pasien yang antara

lain adalah sebagai berikut :

7 Ta’adi, 2012. Hukum Kesehatan “Sanksi & Motivasi Bagi Perawat”.EGC.Yogyakarta.hal.23

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tentang …eprints.ung.ac.id/848/6/2013-2-74201-271409147-bab... · seseorang dokter atau tenaga keperawatan (perawat dan bidan) untuk ... Berlakunya

26

1. Hak memperoleh pelayanan kesehatan yang manusiawi sesuai

standar profesi ;

2. Hak memperoleh penjelasan tentang diagnosis dan terapi dari

dokter yang bertanggung jawab terhadap perawatannya ;

3. Menolak keikutsertaan dalam penlitian kedoktran ;

4. Kerahasiaan atas catatan medisnya ;

5. Hak untuk dirujuk kalau diperlukan ;

6. Hak memproleh penjelasan tentang penlitian kliniknya ;

7. Hak memproleh perawatan lanjutan dengan informasi tentang

nama/alamat dokter selanjutnya ;

8. Hak berhubungan dengan keluarga, rohaniwan, dan sebagainya ;

9. Hak mendapatkan penjelasan tentang perincian rekening

( perawatan, obat, pemriksaan laboratorium, rontgen, USG, biaya

kamar bedah, imbalan jasa, dan sebagainya ) ;

10. Hak memperoleh penjelasan tentanng peraturan – peraturan rumah

sakit ;

11. Hak menarik diri dari kontrak terapeutik.

2.5.2 Kewajiban Pasien

Mengenai kewajiban pasien, undang – Undang No. 29 Tahun

2004 Tentang praktik kedokteran. Kedokteran pasal 53 menyebutkan

bahwa pasien, dalam menerima pelayanan pada praktik kedokteran

mempunyai kewajiban sebagai berikut:

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tentang …eprints.ung.ac.id/848/6/2013-2-74201-271409147-bab... · seseorang dokter atau tenaga keperawatan (perawat dan bidan) untuk ... Berlakunya

27

1. Memberikan informasi yang lengkap dan jujur tentang masalah

kesehatannnya ;

2. Mematuhi nasehat dan petunjuk dokter atau dokter gigi lain ;

3. Mematuhi ketentuan yang berlaku di sarana pelayanan kesehatan, dan;

4. Memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diterimanya.

Dalmy Iskandar menyebutkan rincian kewajiban pasien sebagai berikut :

1. Memberikan informasi yang benar, berupa keterangan mengenai

keluhan utama, keluhan tambahan, riwayat penyakit. Pada saat

dilakukan pemeriksaan fisik, jika ada keluhan, pasien harus

menyampaikannya agar dokter dapat lebih tepat dalam

menegakkan diagnosisnya ;

2. Mematuhi petunjuk atau nasehat dokter dalam proses

penyembuhan ataupun dalam upaya penegakkan diagnosis ;

3. Menghormati kerahasiaan diri dan kewajiban tenaga kesehatan

untuk mnyimpan rahasia kedokteran serta kesendiriannya

(privacy);

4. Memberikan imbalan terhadap jasa–jasa profesional yang telah

diberikan oleh tenaga kesehatan ;

5. Memberikan ganti rugi apabila tindakan – tindakan pasien

merugikan tenaga kesehatan ;

6. Berterus terang apabila timbul masalah ( dalam hubungan tenaga

kesehatan dan rumah sakit, baik yang langsung maupun tidak

langsung ) .

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tentang …eprints.ung.ac.id/848/6/2013-2-74201-271409147-bab... · seseorang dokter atau tenaga keperawatan (perawat dan bidan) untuk ... Berlakunya

28

2. 5. 3. Hak dan Kewajiban Dokter

2. 5. 3.1 Hak Dokter

Pasal 50 Undang – Undang No. 29 tahun 2004 tentang praktik

kedokteran menyebutkan hak dokter dalam menjalankan tugas profesinya

yaitu ;

1. Memperoleh perlindungan hukum sepanjang melakasanakan

tugas sesuai dengan standar profesi dan standar prosedur

oprasional. Dalam hal ini dokter yang melakukan praktik

sesuai dengan standar tidak dapat disalahkan dan

bertanggung jawab secara hukum atas kerugian atau cidera

yang diderita pasien karena kerugian dan cidera tersebut

bukan diakibatkan oleh kesalahan atau kelalaian dokter. Perlu

diketahui bahwa kerugian atau cidera yang dialami pasien

dapat saja terjadi karena perjalanan penyakitnya sendiri atau

resiko medis yang dapat diterima dan telah disetujui pasien

dalam informed concent.

2. Melakukan praktik kedokteran sesuai standar profesi dan

standar prosedur oprasional. Dokter diberi hak untuk

menolak permintaan pasien atau keluarganya yang

dianggapnya melanggar standar profesi atau standar prosedur

oprasional.

3. Memproleh informasi yang jujur dan lengkap dari pasien atau

keluarganya. Dokter tidak hanya memerlukan informasi

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tentang …eprints.ung.ac.id/848/6/2013-2-74201-271409147-bab... · seseorang dokter atau tenaga keperawatan (perawat dan bidan) untuk ... Berlakunya

29

kesehatan dari pasien, melainkan juga informasi pendukung

yang berkaitan dengan identitas pasien dan faktor – faktor

kontribusi yang berpengaruh terhadap terjadinya penyakit

dan penyembuhan penyakit.

4. Menerima imbalan jasa. Hak atas imbalan jasa adalah hak

yang timbul sebagai akibat hubungan dokter dengan pasien,

yang pemenuhannya merupakan kewajiban pasien. Dalam

keadaan darurat atau dalam kondisi tertentu, pasien tetap

dapat dilayani dokter tanpa mempertimbangkan aspek

financial8.

Dokter memiliki hak yang berasal dari hak asasi manusia seperti :

1. Hak atas privasinya;

2. Hak untuk diperlakukan secara layak;

3. Hak untuk beristirahat;

4. Hak untuk secara bebas memilih pekerjaan;

5. Hak untuk terbebas dari intervensi, ancaman dan kekerasan, dan

lain – lain waktu menolong pasien;

2. 5. 3.2. Kewajiban Dokter

Pasal 51 tentang kewajiban dokter dalam undang – undang

yang sama menyebutkan bahwa dokter dalam melaksanakan praktik

kedokteran mempunyai kewajiban untuk :

8 Bahder J. Nasution. 2005. Hukum Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta. Hal.31

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tentang …eprints.ung.ac.id/848/6/2013-2-74201-271409147-bab... · seseorang dokter atau tenaga keperawatan (perawat dan bidan) untuk ... Berlakunya

30

1. Memberikan pelayanan medis sesuai dengan standar profesi dan

standar oprasional;

2. Merujuk ke dokter yang mempunyai keahlian atau kemampuan

yang lebih baik apabila tidak mampu melakukan suatu

pemeriksaan atau pengobatan;

3. Merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang pasien,

bahkan setelah pasien itu meninggal dunia;

4. Melakukan pertolongan darurat atas dasar perikemanusiaan,

kecuali bila ia yakin ada orang lain yang bertugas dan mampu

melakukannya;

5. Menambah ilmu pengtahuan dan mengikuti perkembangan ilmu

kedokteran.

Kewajiban dokter terhadap pasien menurut Leenen meliputi

beberapa hal, antara lain :

1. Kewajiban yang timbul dari sifat pelayanan medis, dimana

dokter harus bertindak sesuai dengan standar profesi medis atau

menjalankan praktik kedokterannya secara lege artis;

2. Kewajiban untuk menghormati hak – hak pasien yang bersumber

dari hak asasi dalam bidang kesehatan;

3. Kewajiban yang berhubungan dengan fungsi sosial pemeliharaan

kesehatan.

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tentang …eprints.ung.ac.id/848/6/2013-2-74201-271409147-bab... · seseorang dokter atau tenaga keperawatan (perawat dan bidan) untuk ... Berlakunya

31

2.6 Tinjauan Tentang Resiko Medik

Untuk setiap manfaat yang kita dapatkan selalu ada resiko yang harus

dihadapi. Satu – satunya jalan untuk menghindari resiko adalah dengan tidak

berbuat sama sekali. Oleh karena itu, untuk mencegah terjadinya resiko yang

tidak diharapkan, seorang profesional harus selalu berfikir cermat dan

bertindak hati-hati agar dapat mengantisipasi resiko yang mungkin terjadi.

Perbuatan malpraktik medik akan berdampak luas secara yuridis, baik dalam

hukum pidana, perdata dan hukum administras9.

Untuk hasil yang tidak diharapkan terjadi didalam praktik kedokteran

sebenarnya dapat disebabkan oleh beberapa kemungkinan, yaitu:

1. Hasil dari suatu perjalanan penyakit atau komplikasi penyakit yang tidak

ada hubungannya dengan tindakan medik yang dilakukan dokter.

2. Hasil dari suatu resiko yang tidak dapat dihindari, yaitu :

a. Resiko yang tidak dapat diketahui sebelumnya. Resiko seperti ini

dimungkinkan didalam ilmu kedoktran oleh karena sifat ilmu yang

empiris dan sifat tubuh manusia yang sangat berfariasi serta rentan

terhadap pengaruh eksternal. Sebagai contoh adalah syok anafilaktik.

b. Resiko yang telah diketahui sebelumnya tetapi dianggap dapat

diterima, dan telah diinformasikan kepada pasien dan telah disetujui

oleh pasien untuk dilakukan, yaitu :

1. Resiko yang sederajat probabilitas dan keparahannya cukup kecil,

dapat diantisipasi, diperhitungkan, atau dapat dikendalikan,

9 Ari Yunanto, 2009. Hukum Pidana Malpraktik Medik. Andi. Yogyakarta. Hal.42

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tentang …eprints.ung.ac.id/848/6/2013-2-74201-271409147-bab... · seseorang dokter atau tenaga keperawatan (perawat dan bidan) untuk ... Berlakunya

32

misalnya efek samping obat, pendarahan, dan infeksi pada

pembedahan,dan lain-lain.

2. Resiko yang derajat probabilitas dan keparahannya besar pada

keadaan tertentu, yaitu apabila tindakan medik yang beresiko

tersebut harus dilakukan karena merupakan satu-satunya cara yang

harus ditempuh, terutama dalam keadaan gawat darurat.

World medical association statement on medical malpractice, yang

diadaptasi dari world medical assmbly marbela – Spain, September 1992, yang

dikutip oleh Herkutanto, menyebutkan bahwa resiko medik atau yang lajim

dibuat sebagai untoward result adalah “suatu kejadian luka / resiko yang

terjadi bagi akibat dari tindakan medik yang oleh karena suatu hal yang tidak

dapat diperkirakan sebelumnya dan bukan akibat dari ketidakmampuan atau

ketidaktahuan, untuk hal ini secara hukum dokter tidak dapat dimintai

pertanggungjawabannya. Tiap tindakan medik lalu mengandung resiko, sekecil

apapun tindakannya tetap saja dapat menimbulakan resiko yang baru, sehingga

pasien menderita kerugian / cilaka. Dalam hal terjadi resiko, baik yang dapat

diprediksi maupun yang tidak dapat diprediksi, maka dokter tidak dapat

dimintakan pertanggungjawabannya.

Dalam ilmu hukum terdapat adagium volontie non fit injura atau

asumpsion of risk. Maksud adagium tersebut adalah apabila seseorang

menempatkan dirinya ke dalam suatu bahaya yang sudah ia ketahui, maka ia

tidak dapat menuntut pertanggungjawaban pada orang lain apabila resiko itu

benar-benar terjadi. Tidak dapat menuntut pertanggungjawaban seseorang

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tentang …eprints.ung.ac.id/848/6/2013-2-74201-271409147-bab... · seseorang dokter atau tenaga keperawatan (perawat dan bidan) untuk ... Berlakunya

33

karena resiko terjadi bukan karena kasalahan baik sengaja maupun kelalaian.

Apabila resiko muncul pada saat palayanan medis, maka pasien tidak dapat

menuntut pertanggungjawaban pidana pada seorang tenaga medik.