23
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Implementasi Hukum 1) Implementasi Menurut Nurdin Usman dalam bukunya yang berjudul Konteks Implementasi Berbasis Kurikulum mengemukakan pendapatnya mengenai implementasi atau pelaksanaan sebagai berikut : “Implementasi adalah bermuara pada aktivitas, aksi, tindakan, atau adanya mekanisme suatu sistem. Implementasi bukan sekedar aktivitas, tetapi suatu kegiatan yang terencana dan untuk mencapai tujuan kegiatan”. Menurut Guntur Setiawan dalam bukunya yang berjudul Implementasi Dalam Birokrasi Pembangunan mengemukakan pendapatnya mengenai implementasi atau pelaksanaan sebagai berikut : “Implementasi adalah perluasan aktivitas yang saling menyesuaikan proses interaksi antara tujuan dan tindakan untuk mencapainya serta memerlukan jaringan pelaksana, birokrasi yang efektif”. 8 Pengertian-pengertian di atas memperlihatkan bahwa kata implementasi bermuara pada aktivitas, adanya aksi, tindakan, atau mekanisme suatu sistem. Ungkapan mekanisme mengandung arti bahwa implementasi bukan sekadar aktivitas, tetapi suatu kegiatan yang terencana dan dilakukan secara sungguh- sungguh berdasarkan acuan norma tertentu untuk mencapai tujuan kegiatan. 9 8 Prima Wijaya , 20 Oktober 2012, Pengertian Implementasi Menurut Narasumber (Online), http://konsulatlaros.blogspot.com/2012/10/pengertian-implementasi-menurut.html, di akses 18 Juli 2013 9 Muhamad Albar, Tahun 2011-2012, Pengertian Implementasi menurut Para Ahli (Online), http://www.jualbeliforum.com/pendidikan/215357-pengertian-implementasi-menurut-para-ahli.html, diakses 18 Juli 2012

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Implementasi Hukum 1 ...eprints.ung.ac.id/603/3/2013-2-74201-271409036-bab2-10012014015545.pdf · hukum dan budaya hukum, seperti hukum adat; ketiga,

Embed Size (px)

Citation preview

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Implementasi Hukum

1) Implementasi

Menurut Nurdin Usman dalam bukunya yang berjudul Konteks

Implementasi Berbasis Kurikulum mengemukakan pendapatnya mengenai

implementasi atau pelaksanaan sebagai berikut :

“Implementasi adalah bermuara pada aktivitas, aksi, tindakan, atau adanya

mekanisme suatu sistem. Implementasi bukan sekedar aktivitas, tetapi suatu

kegiatan yang terencana dan untuk mencapai tujuan kegiatan”.

Menurut Guntur Setiawan dalam bukunya yang berjudul Implementasi

Dalam Birokrasi Pembangunan mengemukakan pendapatnya mengenai

implementasi atau pelaksanaan sebagai berikut :

“Implementasi adalah perluasan aktivitas yang saling menyesuaikan proses

interaksi antara tujuan dan tindakan untuk mencapainya serta memerlukan

jaringan pelaksana, birokrasi yang efektif”.8

Pengertian-pengertian di atas memperlihatkan bahwa kata implementasi

bermuara pada aktivitas, adanya aksi, tindakan, atau mekanisme suatu sistem.

Ungkapan mekanisme mengandung arti bahwa implementasi bukan sekadar

aktivitas, tetapi suatu kegiatan yang terencana dan dilakukan secara sungguh-

sungguh berdasarkan acuan norma tertentu untuk mencapai tujuan kegiatan.9

8

Prima Wijaya , 20 Oktober 2012, Pengertian Implementasi Menurut Narasumber (Online),

http://konsulatlaros.blogspot.com/2012/10/pengertian-implementasi-menurut.html, di akses 18 Juli 2013 9

Muhamad Albar, Tahun 2011-2012, Pengertian Implementasi menurut Para Ahli (Online),

http://www.jualbeliforum.com/pendidikan/215357-pengertian-implementasi-menurut-para-ahli.html, diakses 18 Juli 2012

9

2) Hukum

Hukum dalam arti luas meliputi keseluruhan aturan normatif yang

mengatur dan menjadi pedoman perilaku dalam kehidupan bermasyarakat dan

bernegara dengan didukung oleh sistem sanksi tertentu terhadap setiap

pentimpangan terhadapnya.10

Lebih lanjut, hukum dibagi menjadi empat kelompok pengertian hukum;

pertama hukum yang dibuat oleh institusi kenegaraan, dapat kita sebut Hukum

Negara. Misalnya undang-undang dan yurisprudensi; kedua, hukum yang dibuat

oleh dinamika kehidupan masyarakat atau yang berkembang dalam kesadaran

hukum dan budaya hukum, seperti hukum adat; ketiga, hukum yang dibuat atau

terbentuk sebagai bagian dari perkembangan pemikiran didunia ilmu hukum,

biasanya disebut doktrin. Misalnya teori hukum fiqh mazhab Syafii yang

diberlakukan sebagai hukum bagi umat Islam di Indonesia. Terakhir, hukum

yang berkembang dalam praktek dunia usaha dan melibatkan peranan para

profesional dibidang hukum, dapat kita sebut praktek. Misalnya perkembangan

praktek hukum kontrak perdagangan.11

Berbicara Implementasi hukum berarti berbicara mengenai pelaksanaan

hukum itu sendiri dimana hukum diciptakan untuk dilaksanakan. Hukum tidak

bisa lagi disebut sebagai hukum, apabila tidak pernah dilaksanakan. Pelaksanaan

hukum selalu melibatkan manusia dan tingkah lakunya. Lembaga kepolisian

diberi tugas untuk menangani pelanggaran hukum, kejaksaan disusun dengan

tujuan untuk mempersiapkan pemeriksaan perkara di depan sidang pengadilan.

10

Jimly Asshiddiqie, Hukum Tata Negara dan Pilar-Pilar Demokrasi, Konstitusi Priss, Jakarta, 2006, h. 3 11

Jimly Asshiddiqie, ibid, h. 4

10

Menurut Chambliss dan Seidman yang dikutip oleh Satjipto Rahardjo, ada 2

faktor yang menentukan tugas pengadilan, yaitu:

1. Tujuan yang hendak dicapai oleh penyelesaian sengketa itu.

2. Tingkat pelapisan yang terdapat di dalam masyarakat.

Masyarakat yang sederhana cenderung untuk memakai pola penyelesaian

berupa perukunan. Sedangkan masyarakat yang tinggi cenderung menggunakan

penerapan peraturan atau sanksi.

Penyelesaian konflik atau sengketa menurut Marwan Mas ada 2, yaitu:

1. Penyelesaian secara litigasi: dilakukan melalui pengadilan

2. Penyelesaian secara nonlitigasi: dilakukan di luar pengadilan yang terbagi

atas 4 jenis, yaitu:

- Perdamaian (settlement), dilakukan sendiri oleh pihak-pihak

bersengketa.

- Mediasi (mediation), pra pihak dengan menggunakan jasa pihak ketiga

(tidak formal) mediator.

- Konsiliasi (conciliation), para pihak dengan menggunakan pihak ketiga

yang ditunjuk secara formal (ditunjuk oleh MA)

- Arbitrase (arbitration), para pihak dengan menggunakan pihak ketiga

yang ditunjuk secara formal (UU) dan kedudukannya mandiri.12

12Nabilla afinannisa, 27 Desember 2012, Penegakan Hukum, Kesadaran Hukum, dan Pelaksanaan Hukum (online),

http://vinabilla.blogspot.com/2012/12/penegakan-hukum-kesadaran-hukum-dan.html, diakses 21 Juli 2013

11

B. Peraturan Pemerintah dan Peraturan Disiplin Anggota POLRI

1) Peraturan Pemerintah

Peraturan pemerintah merupakan salah satu sumber hukum, Istilah

sumber hukum memiliki makna yang variatif ditentukan dari mana sudut

pandang, kecenderungan dan latar belakang keilmuan orang yang memberi

makna. (Pertanyaan menegenai sumber-sumber hukum tidak dapat dijawab

dengan sederhana, karena pengetian sumber hukum ini digunakanan dalam

beberapa arti). Pernyataan tersebut melihat realitas, bahwa sumber hukum dapat

dimaknai dari berbagai sudut pandang. 13

Peraturan Pemerintah adalah Peraturan Perundang undangan yang

ditetapkan oleh Presiden untuk menjalankan Undang-Undang sebagaimana

mestinya. Peraturan Pemerintah dan peraturan lain yang kedudukannya berada

dibawah undang-undang merupakan peraturan pelaksanaan, artinya sebagai

tindak lanjut dan implementasi dari undang-undang. Peraturan Pemerintah

memuat aturan-aturan yang bersifat umum, yang dikeluarkan oleh Presiden

untuk melaksanakan undang-undang.14

Berdasarkan Undang-Undangan No. 12 Tahun 2011 pada Pasal 7

menyebutkan, bahwa hirarki peraturan perundang-undangan di Indonesia,

sebagai berikut:

a) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

b) Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat

c) Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang;

13

Sadjijono, op.cit, h. 26 14

Sadjijono, ibid, h. 36

12

d) Peraturan Pemerintah;

e) Peraturan Presiden;

f) Peraturan Daerah Provinsi; dan

g) Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.15

2) Kedisiplinan

Kedisiplinan adalah sikap seseorang yang secara sukarela menaati semua

peraturan dan norma-norma sosial yang berlaku, kedisiplinan merupakan fungsi

operatif keenan dari manajemen sumber daya manusia. Kedisiplinan merupakan

fungsi operatif sumber daya manusia yang terpenting karena semakin baik

disiplin, semakin tinggi prestasi kerja yang dapat dicapai seseorang. Tanpa

disiplin yang baik, sulit bagi organisasi mencapai hasil yang optimal.

Kedisiplinan harus ditegakkan dalam suatu organisasi, karena tanpa

dukungan disiplin yang baik, maka sulit untuk suatu organisasi untuk

mewujudkan tujuannya. Jadi, kedisiplinan adalah kunci keberhasilan dalam

mencapai tujuan, dan dalam pelaksanaannya ada banyak indikator yang

mempengaruhi tingkat kedisiplinan anggota dalam suatu organisasi, diantaranya

ialah tujuan dan kemampuan, keteladanan pimpinan, balas jasa, keadilan,

waskat, sanksi hukuman, ketegasan dan hubungan kemanusiaan.16

3) Peraturan Disiplin Anggota POLRI

“Peraturan Disiplin Anggota POLRI adalah serangkaian norma untuk

membina, menegakkan disiplin dan memelihara tata tertib kehidupan anggota

POLRI”. Disini dikatakan bahwa Peraturan Disiplin Anggota POLRI adalah

15

Lihat dalam Undang-Undang No 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan 16

Abdurrahmat Fathoni, Organisasi dan Manajemen Sumber Daya Manusia, Rineka Cipta, Jakarta, 2009, h. 172

13

norma yang memuat tentang bagaimana seharusnya anggota POLRI berbuat dan

bertindak, baik dalam menjalankan tugas-tugas kepolisian maupun dalam

kehidupannya dilingkungan masyarakat, artinya ketentuan yang digunakan

pedoman berperilaku setiap anggota POLRI.17

Didalam Peraturan Disiplin Anggota POLRI sebagaimana diatur dalam

Peraturan Pemerintah No. 2 Tahun 2003, memuat substansi pokok yang

menegaskan suatu kewajiban (keharusan) yang juga dapat disebut sebagai

perintah (gebod), yakni sesuatu yang harus dijalankan oleh setiap anggota

POLRI, dan membuat larangan-larangan (verbod), yakni sesuatu yang tidak

boleh dilakukan. Apabila anggota POLRI tidak menjalankan suatu kewajiban

hukum yang diharuskan dan melakukan suatau perbuatan yang dilarang, maka

masuk kategori melakukan pelanggaran disiplin. Bagi anggota POLRI yang

melakukan pelanggaran disiplin dimaksud, diancam dengan sanksi hukuman,

yakni hukuman disiplin.18

C. Penegakan Hukum

Penegakan hukum adalah kegiatan menyerasikan hubungan nilai-nilai

yang terjabarkan didalam kaidah-kaidah yang mantap dan mengejawantah dan

sikap tindak sebagai rangkaian penjabaran nilai tahap akhir, untuk menciptakan,

memelihara, dan mempertahankan kedamaian pergaulan hidup.19

Penegakan

Hukum selalu melibatkan manusia didalamnya dan melibatkan juga tingkah laku

manusia. Hukum tidak dapat tegak dengan sendirinya, artinya hukum tidak

17

Sadjijono, op.cit, h. 201 18

Sadjijono, ibid, h. 203 19

Soerjono Soekanto, op.cit, h. 5

14

mampu mewujudkan sendiri janji-janji serta kehendak-kehendak yang tercantum

dalam peraturan-peraturan hukum. Janji dan kehendak tersebut, misalnya untuk

memberikan hak kepada seseorang, memberikan perlindungan kepada seseorang,

menegakan pidana terhadap seorang yang memenuhi persyaratan tertentu dan

sebagainya.20

Pada hakekatnya hukum mengandung ide atau konsep-konsep yang dapat

digolongkan sebagai suatu yang abstrak. Ke dalam kelompok yang abstrak

termasuk ide tentang keadilan, kepastian hukum dan kemanfaatan sosial. Apabila

berbicara tentang penegakan hukum, maka pada hakekatnya berbicara tentang

penegakan ide-ide serta konsep-konsep yang nota bene adalah abstrak tersebut.21

Untuk mewujudkan hukum sebagai ide-ide ternyata dibutuhkan suatu

organisasi yang cukup kompleks. Negara harus campur tangan dalam perwujudan

hukum yang abstrak ternyata harus mengadakan bebagai macam badan untuk

keperluan tersebut. Kita tidak mengenal adanya Jawatan Hukum atau Kantor

Hukum, melainkan: Pengadilan, Kejaksaan, Kepolisian, Pemasyarakatan dan juga

Badan Peraturan Perundang-undangan. Badan-badan yang tampak berdiri sendiri-

sendri tersebut pada hakekatnya mengenban tugas yang sama, yaitu mewujudakan

hukum dan menegakkan hukum dalam masyarakat.22

Diantara organisasi penegakan hukum, pekerjaan kepolisian adalah yang

paling menarik. Hal tersebut menjadi menarik, karena didalamnya banyak

dijumpai keterlibatan manusia sebagai pengambil keputusan. Polisi pada

20

Satjipto Rahardjo, Penegakan Hukum (suatu tinjauan sosiologis), Genta Publishing, Yogyakarta, 2009, h. 1 21

Satjipto Rahardjo, ibid, h.12 22

Satjipto Rahardjo, ibid, h.14

15

hakekatnya dapat dilihat sebagai hukum yang hidup, karena ditangan polisi

tersebut hukum mengalami perwujudannya. Apabila hukum bertujuan untuk

menciptakan ketertiban dalam masyarakat, diantaranya dengan melawan

kejahatan. Polisi yang akan menentukan secara konkret apa yang disebut sebagai

penegak ketertiban, siapa-siapa yang harus ditundukan, siapa-siapa yang harus

dilindungi dan seterusnya. Oleh karena sifat pekerjaannya tersebut, polisi banyak

berhubungan dengan masyarakat dan mnanggung resiko mendapat sorotan yang

tajam dari masyarakat yang dilayaninya.23

D. Kepolisian

1) Pengertian Polisi

Dilihat dari sisi historis, istilah polisi di Indonesia tampaknya mengikuti

dan menggunakan istilah “politie” di Belanda. Hal ini sebgai akibat dan

pengaruh dari bangunan sistem hukum Belanda yang banyak dianut di Negara

Indonesia.24

Definisi “Politie” menurut Van Vollenhoven tersebut dapat

dipahami, bahwa“Politie”mengandung arti sebagai organ dan fungsi, yakni

organ pemerintah dengan tugas mengawasi, jika perlu menggunakan paksaan

supaya yang diperintah menjalankan dan tidak melakukan larangan-larangan

perintah. Van Vollenhoven memasukan polisi kedalam salah satu unsur

pemerintah dalam arti luas, yakni badan pelaksana (executive-bestuur),badan

perundang-undangan, badan peradilan dan badan kepolisian. Badan pemerintah

termasuk didalamnya kepolisian bertugas membuat (orde en rust) dan

23

Satjipto Rahardjo, ibid, h.111 24

Sadjijono, ibid, h. 2

16

mempertahankan hukum, dengan katalain menjaga ketertiban dan ketentraman

dan menyelanggarakan kepentingan umum.25

Menurut Charles Reith dalam bukunya The Blind Eye of History, bahwa

“Police in the English language came to mean any kind of planning for

improving or ordering communal existence” yang maknanya polisi sebagai tiap-

tiap usaha untuk memperbaiki untuk menertibkan tata susunan kehidupan

masyarakat. Lebih lanjut Momo Kelene mengambil terjemahan dari Polizeirecht

mengatakan, bahwa istilah Polisi mempunyai dua arti, yakni polisi dalam arti

formal yang mencakup penjelasan tentang organisasi dan kedudukan suatu

instansi kepolisian, dan kedua dalam arti materil, yakni memberikan jawaban-

jawaban terhadap persoalan-persoalan tugas dan wewenang dalam rangka

menghadapi bahaya atau gangguan keamanan dan ketertiban, baik dalam rangka

kewenangan kepolisian umum melalui ketentuan-ketentuan yang diatur dalam

peraturan perundang-undangan.26

2) Tugas dan Wewenang Kepolisian

a) Tugas Pokok Kepolisian

Tugas pokok Kepolisian Negara Republik Indonesia diatur dalam

Pasal 13 Undang-undang No. 2 Tahun 2002 tertang POLRI. Tugas pokok

Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah memelihara keamanan dan

ketertiban masyarakat, menegakkan hukum, memberikan perlindungan,

pengayoman, dan pelayan kepada masyarakat. Rumusan tugas pokok tersebut

bukan merupkaan urutan prioritas, ketiga-tiganya sama penting, sedangkan

25

Sadjijono, Seri Hukum Kepolisian POLRI dan Good Governance, Laksbang Mediatama, 2008, h. 50-51 26

Sadjijono,op.cit, h. 3

17

dalam pelaksanaannya tugas pokok mana yang akan dikedepankan sangat

tergantung pada situasi masyarakat dan lingkungan yang dihadapi karena

pada dasarnya ketiga tugas pokok tersebut dilaksanakan secara simultan dan

dapat dikombinasikan. Disamping itu, dalam pelaksanaan tugas ini harus

bedasarkan norma hukum, mengindahkan norma agama, kesopanan, dan

kesusilaan, serta menjunjung tinggi hak asasi manusia.27

Beranjak dari ketiga tugas pokok Kepolisian Negara Republik

Indonesia diatas, tumpuan negara, bangsa dan masyarakat terletak

sepenuhnya dipundak kepolisian. Ketiga tugas pokok tersebut akan menguji

kemampuan kepolisian apakah dapat mengembannya, namun tidak dapat

dibungkiri, tugas pokok tersebut sengat merepotkan kepolisian disebabkan

beberapa faktor antara lain:

1. Terbatasnya anggota Kepolisian Republik Indonesia

2. Minimnya sarana pendukung yang menopang kepolisian dalam

menjalankan tugasnya

3. Sumber daya manusia yang masih relatif kurang

4. Minimnya anggaran yang diberikan kepada kepolisian.28

b) Wewenang Kepolisian

Dalam konsep negara hukum, bahwa wewenang pemerintah berasal

dari peraturan perundang-undangan, artinya suatu wewenang yang bersumber

dari peraturan perundang-undangan, sehingga didalam negara hukum asas

27

C.S.T Kansil dan Christine S.T Kansil, Pokok-Pokok Etika Profesi Hukum, Pradnya Paramita, Jakarta, Catatan Ketiga

2006, h. 136 28

Supriadi, ibid, h. 134

18

legalitas menjadi salah satu prinsip utama yang dijadikan dasar dalam

penyelenggaraan pemerintahan terutama bagi negara-negara hukum yang

menganut “civil law system” (Eropa Kontinental). Dengan demikian setiap

penyelenggaraan pemerintah harus memiliki legitimasi, yaitu kewenagan

yang diberikan oleh undang-undang.29

Secara teoritik wewenang yang bersumber dari peraturan perundang-

undangan tersebut diperoleh dari tiga cara, yaitu atribusi, delegasi dan

mandar. Menurut H.D van Wijk/Willem Konijnenbelt definisi wewenang

tersebut, sengai berikut:

1 Atribusi adalah pemberian wewenang pemerintah oleh pembuat undang-

undang kepada organ pemerintah. Artinya wewenang atribusi diperoleh

dari peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang wewenang

pemerintahan.

2 Delegasi adalah pelimpahan wewenang pemerintahan dari satu organ

pemerintahan kepada organ pemerintahan lainnya.

3 Mandat terjadi ketika organ pemerintahan mengizinkan kewenangannya

dijalankan oleh organ lain atas namanya.30

c) Polisi Sebagai Penegak hukum

Ruang lingkup dari istilah penegak hukum adalah luas sekali, oleh

karena mencakup mereka yang secara langsung dan secara tidak langsung

berkecimpung di bidang penegakan hukum. Namun disini yang dimaksud

29

Sadjijono, ibid, h. 115 30

Sadjijono, ibid, h. 116

19

dengan penegak hukum akan dibatasi pada yang berkecimpung dalam bidang

pengakan hukum.31

Secara sosiologis, maka penegak hukum tersebut mempunyai

kedudukan (status) dan peranan (role). Kedudukan (social) merupakan posisi

tertentu di dalam struktur kemasyarakatan, yang mungkin tinggi, sedang-

sedang saja atau rendah. Kedudukan tersebut sebenarnya merupakan suatu

wadah, yang isinya adalah hak-hak dan kewajiban-kewajiban tadi yang

merupakan peranan. Suatu hak sebenarnya merupakan wewenang untuk

berbuat atau tidak berbuat, sedangkan kewajiban adalah beban atau tugas.

Suatu peranan tertentu, dapat dijabarkan ke dalam unsur-unsur, sebagai

berikut:

1 Peranan yang ideal (ideal role)

2 Peranan yang seharusnya (expected role)

3 Peranan yang dianggap oleh diri sendiri (perceived role)

4 Peranan yang sebenarnya dilakukan (actual role)

Kiranya dapat dipahami, bahwa peranan ideal dan peranan seharusnya

datang dari pihak (atau pihak-pihak) lain, sedangkan peranan yang dianggap

oleh diri sendiri serta peranan yang seebenarnya dilakukan berasal dari diri

pribadi.32

Peranan yang seharusnya dari kalangan penegak hukum tertentu, telah

dirumuskan di dalam beberapa undang-undang. Disamping itu, di dalam

31

Soerjono Soekonto, op. cit, h. 19 32

Soerjono Soekonto, ibid, h. 20

20

undang-undang tersebut juga dirumuskan perihal peranan yang ideal. 33

Peranan

yang ideal dan diharuskan khususnya dalam kepolisian adalah dalam Undang-

Undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia:

1. Peranan Ideal

Pasal 4 yang isinya adalah

”Kepolisian Negara Republik Indonesia bertujuan untuk mewujudkan

keamanan dalam negeri yang meliputi terpeliharanya keamanan dan

ketertiban masyarakat, tertib dan tegaknya hukum, terselenggaranya

perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat, serta

terbinanya ketenteraman masyarakat dengan menjunjung tinggi hak asasi

manusia.”

2. Peranan yang seharusnya

Pasal 2 yang isinya adalah

“Fungsi kepolisian adalah salah satu fungsi pemerintahan negara di bidang

pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat, penegakan hukum,

perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat”.

Pasal 14 ayat 1 yang isinya adalah

Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13,

Kepolisian Negara Republik Indonesia bertugas :

(a) Melaksanakan pengaturan, penjagaan, pengawalan, dan patroli terhadap

kegiatan masyarakat dan pemerintah sesuai kebutuhan;

33

Soerjono Soekonto, ibid, h. 23

21

(b) Menyelenggarakan segala kegiatan dalam menjamin keamanan,

ketertiban, dan kelancaran lalu lintas di jalan;

(c) Membina masyarakat untuk meningkatkan partisipasi masyarakat,

kesadaran hukum masyarakat serta ketaatan warga masyarakat terhadap

hukum dan peraturan perundang-undangan;

(d) Turut serta dalam pembinaan hukum nasional;

(e) Memelihara ketertiban dan menjamin keamanan umum;

(f) Melakukan koordinasi, pengawasan, dan pembinaan teknis terhadap

kepolisian khusus, penyidik pegawai negeri sipil, dan bentuk-bentuk

pengamanan swakarsa;

(g) Melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap semua tindak pidana

sesuai dengan hukum acara pidana dan peraturan perundang-undangan

lainnya;

(h) Menyelenggarakan identifikasi kepolisian, kedokteran kepolisian,

laboratorium forensik dan psikologi kepolisian untuk kepentingan tugas

kepolisian;

(i) Melindungi keselamatan jiwa raga, harta benda, masyarakat, dan

lingkungan hidup dari gangguan ketertiban dan/atau bencana termasuk

memberikan bantuan dan pertolongan dengan menjunjung tinggi hak asasi

manusia;

(j) Melayani kepentingan warga masyarakat untuk sementara sebelum

ditangani oleh instansi dan/atau pihak yang berwenang;

22

(k) Memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan kepentingannya

dalam lingkup tugas kepolisian; serta

(l) Melaksanakan tugas lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan.34

E. Fungsi Kepolisian dan Good Governance

1) Fungsi Kepolisian

Fungsi kepolisian di Indonesia adalah tugas dan wewenang Kepolisian

secara umum, yakni salah satu fungsi pemerintahan negara dibidang

pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat, penegakan hukum,

perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat, dengan tujuan

untuk mewujudkan keamanan dalam negeri yang meliputi terpeliharanya

keamanan dan ketertiban masyarakat, tertib dan tegaknya hukum,

terselenggaranya perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat,

serta terbinanya ketentraman masayarakat dengan menjunjung tinggi hak asasi

manusia.35

Hal ini sejalan dengan sumpah atau janji sebagai anggota Kepolisan

Negara Republik Indonesia yakni:

“ Demi Allah, saya bersumpah/ beerjanji:

Bahwa aya, untuk diangkat menjadi anggota Kepolisian Negara Republik

Indonesia, akan setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila, Undang-

Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Tri Brata, Catur,

Prasetya, dan Negara Kesatuan Repblik Indonesia serta Pemerintah yang

sah; bahwa saya akan menaati segala peraturan perundang-undangan

34

Lihat dalam Undang-Undang No 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia 35

Kelik Pramudya dan Ananto Widiatmoko, Pedoman Etika Profesi Aparat Hukum, Pustaka Yudisitisia, Yogyakarta,

2010, h. 53

23

yang berlaku dan melaksanakan kedinasan di Kepolian Negara Republik

Indonesia yang dipercayakan kepada saya dengan penuh pengabdian,

kesadaran, dan tanggung jawab;

bahwa saya, akan senatiasa menjunjung tinggi kehormatan negara,

pemerintah, dan martabat anggota Kepolisian Negara Republik

Indonesia, serta akan senantiasa mengutamakan keepentingan

masyarakat, bangsa, dan negara daripada kepentingan saya sendiri,

seseorang atau golongan;

bahwa saya, akan memegang rahasia sesuatu yang menurut sifatnya atau

menurut peerintah harus saya rahasiakan;

bahwa saya akan bekerja dengan jujur, tertib, cermat dan bersemangat

untuk kepentingan bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan

tidak akan menerima pemberian berupa hadiah dan/atau janji-janji baik

langsung maupun tidak langsung yang ada kaitannya dengan pekerjaan

saya.”36

2) Good Governance

Good governance dimakanai secara beragam oleh banyak individu

maupun lembaga. Bank Dunia member batasan Good Governance sebagai

pelayanan publik yang efisien, sistem peradilan nyang dapat diandalkan, serta

pemerintahan yang bertanggung jawab pada publiknya. Komunitas Eropa

merumuskan Good Governance sebagai pengelolaan kebijakan social ekonomi

yang masuk akal, pengambilan keputusan yang deemokratis, transpransi

36

Kelik Pramudya dan Ananto Widiatmoko, ibid, h. 63-64

24

pemerintah dan pertanggungjawaban finansial yang memadai, penciptaan

lingkungan yang bersahabat dengan pasar bagi pembangunan, langkah-langkah

untuk memerangi korupsi, penghargaan terhadap aturan hukum, penghargaan

terhadap HAM, kebebasan pers dan ekspresi.

Sedangkan UNDP member pengertian Good Governance sebagai sebuah

consensus yang dicapai oleh pemerintah, warga negara dan sektor swasta bagi

penyelenggaraan pemerintah dalam sebuah negara. Hal ini merupakan sebuah

dialog yang melibatkan seluruh partisipan, sehingga setiap orang merasa terlibat

dalam urusan pemerintahan. Secara tegas, UNDP mengidentifikasi enam

karasteristik Good Governance yakni, partisipatif, transparan dan bertanggung

jawab, efektif dan berkeadilan, mempromosikan supremasi hukum, memastikan

bahwa prioritas sosial, ekonomi, dan politik didasarkan pada koseptual dalam

masyarakat, dan memastikan bahwa suara penduduk miskin dan rentan

didengarkan dalam proses pembuatan keputusan.37

3) Kepolisian NRI dan Good Governance

Salah satu hal yang mendasar keterkaitan Kepolisian Negara Republik

Indonesia dengan good governance adalah melekatnya fungsi kepolisan sebagai

alat negara yang menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat bertugas

melindungi, mengayomi, malayani masyarakat serta menegakan hukum dan

sebagai salah satu fungsi pemerintahan negara dibidang pemeliharaan keamanan

37

Trubus Rahardiansah, Sistem Pemerintahan Indonesia: Teori dan Praktik dalam Prespektif Politik dan Hukum,

Universitas Trisakti, Jakarta, 2012, h. 423-424

25

dan ketertiban masyarakat, penegakan hukum, perlindungan, pengayoman dan

pelayan kepada masyarakat.38

Kepolisian Negara Republik Indonesia dikaitkan dengan makna,

karasteristik dan indikator-indikator good governance, maka memiliki

keterkaitan yang sangat erat. Karena tugas dan wewenang kepolisian berhadapan

langsung dengan masyarakat dalam rangka pemberian perlindungan,

pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat.39 Oleh karena itu dalam

menjalankan tugas dan wewenangnya harus berlandaskan pada etika dan moral

hukum, bahakan menjadi komitmen dalam batin dan nurani bagi setiap insan

polisi, sehingga penyelenggara fungsi, tugas dan wewenang kepolisian bisa

bersih dan baik. Dengan demikian akan terwujud konsep good police sebagai

prasyarat menuju good governance.40

F. Kaidah Disiplin POLRI

1) Kode Etik Kepolisian

Kepolisian Negara Republi Indonesia tunduk dan patuh pada Undang-

Undang Nomor 2 tahun 2002 definisi kepolisian yang tercantum dalam Pasal 1

butir 1 yang berbunyi:

“ Kepolisian segala hal yang ihwal yang berkaitan dengan fungsi dan

kelembagaan Polisi sesuai dengan peraturan perundang-undangan”41

Juga memegang teguh prinsip-prinsip yang terkandung dalam kode etik

kepolisian. Kode etik ini merupakan pedoman yang bersifat khusus, karena

38

Sadjijono,Seri Hukum Kepolisian POLRI dan Good Governance,ibid, h. 287 39

Sadjijono, Seri Hukum Kepolisian POLRI dan Good Governance ,ibid, h. 295 40

Sadjijono, Seri Hukum Kepolisian POLRI dan Good Governance,ibid, h. 296 41

Lihat dalam Undang-Undang No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia

26

mengandung makna dan filosofi yang sangat mendalam bagi kepolisian itu

sendiri. Menurut Liliana Tedjosaputro, didalam pedoman pengamalan Bhakti

Dharma Waspada, pedoman pengamalan seorang polisi adalah Rastra

Sewakottama, Nagara Janottama, Yana Anucasana Dharma.42

Kode etik profesi polisi yang berlaku sekarang berdasarkan pada peraturan

Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia No. Pol: 7 Tahun2006. Kode etik

profesi POLRI merupakan kristalisasi nilai-nilai Tri Bratayang dilandasi dan

dijiwai oleh Pancasila seta mencerminkan jati diri setiap anggota POLRI dalam

wujud komitmen moral. Kode etik tersebut mencakup empat etika, yaitu etika

kepribadian, etika kenegaraan, etika kelembagaan, dan etika dalam hubungan

dengan masyarakat.43

2) Kewajiban Anggota POLRI

Adapaun kewajiban-kewajiban tertentu dalam bertindak yang harus

dipatuhi dan dijalankan oleh setiap anggota POLRI, antara lain:

(a) Setiap anggota POLRI setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila,

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, setia dan

taat pada Negara, dan Pemerintah;

(b) Mengutamakan kepentingan Negara diatas kepentingan pribadi dan

golongan serta menghindari segala sesuatu yang dapat merugikan

kepentingan Negara;

(c) Menjunjung tinggi kehormatan dan martabat Negara, Pemerintah dan

Kepolisian Negara Republik Indonesia;

42

Supriadi, op.cit, h. 140 43

Kelik Pramudya dan Ananto Widiatmoko, op.cit, h,64

27

(d) Menyimpan rahasia Negara dan/atau rahasia jabatan dengan sebaik-

baiknya;

(e) Hormat-menghormati antar pemeluk agama;

(f) Menjunjung tinggi hak asasi manusia;

(g) Menaati peraturan perundang-undangan yang berlaku, baik yang

berhubungan dengan tugas kedinasan maupun yang berlaku secara umum;

(h) Melaporkan kepada atasannya apabila mengetahui ada hal yang dapat

membahyakan dan/ atau merugikan negara/ pemerintah;

(i) Bersikap dan bertingkahlaku sopan santun terhadap masyarakat;

(j) Berpakaian rapi dan pantas.44

Kewajiban-kewajiban diatas sebagai norma dasar yang harus dilakukan

oleh setiap anggota POLRI, kewajiban untuk menjalankan sesuatu mengandung

makna kesahrusan yang apabila tidak dijalankan akan masuk kategori melanggar.

Namun menjadi sebaliknya dengan larangan (verbod), norma larangan akan

dikategorikan melanggar hukum apabila sengaja berbuat, menjalankan atau

melakukan. Dapat juga dikatakan sebagai perbuatan melanggar hukum disiplin,

jika melakukan sesuatu perbuatan, namun justru perbuatan yang dilakukan

tersebut bertentangan dengan suatu norma kewajiban hukum. Hukum disiplin

POLRI menghendaki kewajiban ini menjadi suatu sikap biasa, artinya dilakukan

dengan sadar tanpa paksaan dan muncul dari keadaran pribadi, sehingga menjadi

44

Lihat Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2003 tentang Peraturan Disiplin Anggota Kepolisia Republik

Indonesia

28

kebiasaan dalam kehidupan kedinasan maupun diluar kedinasan bagi anggota

POLRI.45

3) Larangan-Larangan Bagi Anggota POLRI

Beberapa larangan yang harus tidak boleh dilakukan oleh setiap anggota

POLRI menurut Peraturan Disiplin Anggota POLRI dirumuskan, sebagai

berikut:

(a) Membocorkan rahasia operasi kepolisian;

(b) Meninggalkan wilayah tugas tanpa izin pimpinan;

(c) Menghindarkan tanggung jawab dinas;

(d) Menggunakan fasilitas negara untuk kepentingan pribadi;

(e) Menguasai barang milik dinas yang bukan diperuntukkan baginya;

(f) Mengontrakkan/menyewakan rumah dinas;

(g) Menguasai rumah dinas lebih dari 1 (satu) unit;

(h) Mengalihkan rumah dinas kepada yang tidak berhak;

(i) Menggunakan barang bukti untuk kepentingan pribadi;

(j) Berpihak dalam perkara pidana yang sedang ditangani;

(k) Memanipulasi perkara;

(l) Membuat opini negatif tentang rekan sekerja, pimpinan, dan/atau kesatuan;

(m) Mengurusi, mensponsori, dan/atau mempengaruhi petugas dengan pangkat

dan jabatannya dalam penerimaan calon anggota Kepolisian Negara

Republik Indonesia;

45

Sadjijono, log.cit, h. 205

29

(n) Mempengaruhi proses penyidikan untuk kepentingan pribadi sehingga

mengubah arah kebenaran materil perkara;

(o) Melakukan upaya paksa penyidikan yang bukan kewenangannya;

(p) Melakukan tindakan yang dapat mengakibatkan, menghalangi, atau

mempersulit salah satu pihak yang dilayaninya sehingga mengakibatkan

kerugian bagi pihak yang dilayani;

(q) Menyalahgunakan wewenang;

(r) Menghambat kelancaran pelaksanaan tugas kedinasan;

(s) Bertindak sewenang-wenang terhadap bawahan;

(t) Menyalahgunakan barang, uang, atau surat berharga milik dinas;

(u) Memiliki, menjual, membeli, menggadaikan, menyewakan, meminjamkan,

atau menghilangkan barang, dokumen, atau surat berharga milik dinas

secara tidak sah;

(v) Memasuki tempat yang dapat mencemarkan kehormatan atau martabat

kepolisian negara republik indonesia, kecuali karena tugasnya;

(w) Melakukan pungutan tidak sah dalam bentuk apa pun untuk kepentingan

pribadi, golongan, atau pihak lain;

(x) Memakai perhiasan secara berlebihan pada saat berpakaian dinas kepolisian

negara republik indonesia.46

Cukup luas cakupan norma larangan dalam Peraturan Disiplin Anggota

POLRI, namun sangat terkait hubungan internal, meskipun ada beberapa norma

yang melarang perbuatan dengan masyarakat, seperti: Melakukan tindakan yang

46

Lihat Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2003 tentang Peraturan Disiplin Anggota Kepolisian Republik

Indonesia

30

dapat mengakibatkan, menghalangi, atau mempersulit salah satu pihak yang

dilayaninya sehingga mengakibatkan kerugian bagi pihak yang dilayani; dan

melakukan pungutan tidak sah dalam bentuk apapun untuk kepentingan pribadi,

golongan, atau pihak lain. Namun demikian norma atau kaidah dimaksud sudah

cukup memberikan rambu-rambu tindakan setiap anggota POLRI, walaupun

disisi lain masih perlu penekanan terkait dengan sikap arogansi kewenangan

yang kurang berorientasi pada kewenangan yang diberikan tersebut.47

Dalam hal ini penyelewengan diatas dapat melanggar etika dan profesi

hukum, karena polisi merupakan penegak hukum, dimana etika dan profesi

hukum merupakan ilmu tentang kesusilaan, tentang apa yang baik dan buruk,

yang patut dikerjakan seseorang dalam jabatanya sebagai pelaksana hukum dari

hukum yang berlaku dalam suatu Negara. Dan etika dan profesi polisi terdapat

dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2002 Tentang

Kepolisian Negara Republik Indonesia.48

47

Sadjijono, op.cit, h. 208 48

C.S.T. Kansil dan Christine S.T. Kantil, Pokok-pokok Etika dan Profesi Hukum, PT Pradnya Paramita, Jakarta, cetakan

ke tiga 2006, h. 9