Upload
duongbao
View
214
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
97
BAB V
ANALISIS STUDI KASUS DAN KESIMPULAN
5.1 Tahapan penyempurnaan kondisi perusahaan
Proses mencari solusi untuk penyelesaian masalah dalam perusahaan
terus berlanjut setelah ditetapkan Hay Group sebagai konsultan, maka ada
beberapa hal yang akan ditempuh dan hal pertama yang dilakukan oleh pihak
Hay terhadap perusahaan yaitu dengan melakukan climate survei ke
perusahaan, dimana survei dilakukan terhadap pekerja dan manajemen
perusahaan dan keseluruhan proses survei sepenuhnya diserahkan kepada
Pihak Hay Group dengan didampingi beberapa orang personil dari Citra
Tubindo.
Pelaksanaan survei ini beberapa tahap dalam waktu + 2 minggu dan
dilakukan secara transparan bagi pekerja. Survei dilakukan dengan cara
melakukan wawancara dan obrservasi langsung terhadap para pekerja dan
manajemen mengenai kegiatan operasional sehari-hari pekerja dan pendapat
pekerja mengenai pihak manajemen perusahaan. Survei tersebut menemukan
hal yang sangat penting bagi perusahaan, dimana ternyata tingkat kepercayaan
pekerja terhadap perusahaan sangat rendah. Karena adanya anomali perlakuan
98
manajemen di masing-masing plant terhadap pekerja karena tidak ada HR
divisi yang baik, disamping rendahnya kemampuan HRD. Juga tidak adanya
transparansi tentang kebijakan kepegawaian, menyebabkan ketidak percayaan
ini. Langkah selanjutnya yang dilakukan perusahaan terdiri dari 4 tahap,
antara lain :
Tahap 1 : Job Description
Pada tahap ini, melanjutkan kerja dari konsultan (Hay Group)
diperusahaan setelah melakukan survei. Setelah hasil survei dilaporkan
kepada manajemen. Bahkan para pekerja diuntungkan sebab merasa jelas
porsi kerjanya termasuk bobot dari uraian pekerjaan tersebut. Dimana untuk
masing-masing pekerja dapat mengetahui keterangan uraian pekerjaan (job
description) dan bobotnya lewat masing-masing atasanya (manajer). Untuk
format Form Job Description yang dipergunakan perusahaan saat ini dapat
dilihat pada lampiran Form Job Description.
Tahap 2 : Grading
Pada tahap kedua ini, melanjutkan tahap pembentukan Form Job
Description masih sebagai bagian dari sistem remunerasi. Karena segala
sesuatu dilakukan secara transparan oleh semua pihak termasuk pekerja itu
sendiri, maka untuk proses implementasi uraian pekerjaan (job description)
secara tertulis dapat dilakukan dengan lancar dan dapat diterima oleh seluruh
pekerja.
99
Hay menyusun solusi untuk diaplikasikan yaitu dengan melakukan
proses grading untuk sistem remunerasi perusahaan berdasarkan standard
grade yang dimiliki oleh Hay Group dengan langkah awal melakukan
pembentukan uraian pekerjaan (job description) secara tertulis dan rinci untuk
setiap pekerja.
Pembuatan uraian pekerjaan dilakukan dengan menggunakan format
standar Hay Group, setiap aspek pekerjaan dinilai bobotnya sesuai dengan
standard pratices di Hay. Sebelumnya uraian jabatan sudah ada namun tidak
menyeluruh dan tidak konsisten. Kemudian untuk format Form Grading yang
dipergunakan perusahaan sampai saat ini dapat dilihat pada lampiran Form
Grading.
Hasil yang diperoleh
Setelah pelaksanaan beberapa tahap dari sistem remunerasi dalam
perusahaan, maka Hay Group juga menjelaskan bahwa bobot itu merupakan
nilai dari suatu pekerjaan, dimana bobot pekerjaan tersebut akan dimasukkan
kedalam range yang ada untuk menentukan skala gaji pekerja. Uraian
pekerjaan ditentukan berdasarkan fungsi, keahlian dan syarat minimum agar
dapat melakukan pekerjaan tersebut.
Setelah sistem remunerasi (job description dan grading) berjalan
mulai terlihat dampak positif yang terjadi dalam perusahaan dan pekerjanya,
antara lain :
100
1. Pekerja merasa lebih dihargai oleh perusahaan.
2. Pekerja diberikan imbalan (dibayar upah) berdasarkan berat/ringan
pekerjaannya.
3. Perusahaan memiliki standar upah bagi suatu pekerjaan, dimana yang
membedakan antara pekerja baru dan lama adalah pekerja lama telah ada
kesesuaian dengan pekerjaan yang telah dijalani selama ini sehingga telah
ada kenaikan tahunan. (Equal Job = Equal Pay)
4. Iklim dalam perusahaan menjadi lebih sehat.
5. Produktivitas meningkat sehingga mendekati bahkan mencapai target
yang diinginkan.
Tahap 3 : Performance Measurement
Pada tahap ketiga ini departemen sumber daya perusahaan sudah tidak
melibatkan pihak Hay Group sebagai pihak konsultan, maka proses
pembuatan dan penerapan performance measurement dilakukan hanya oleh
departemen sumber daya manusia perusahaan.
Dimana prosesnya adalah sebagai berikut : setelah satu tahun berjalan
penerapan sistem remunerasi (job description dan grading) dalam perusahaan,
maka perusahaan memutuskan bahwa untuk pemberian upah itu didasarkan
atas kinerja dari pekerja tersebut. Namun kembali lagi perusahaan menyadari
bahwa tidak selamanya kinerja seorang pekerja dapat selalu dalam keadaan
101
yang sama/stabil. Maka perusahaan mengambil jalan untuk melakukan
penilaian kinerja seorang pekerja secara bertahap (satu tahun ada 3 kali
penilaian) untuk menentukan pemberian upah dalam satu tahun (kenaikan
upah tahunan). Sehingga secara keseluruhan program tersebut disebut sebagai
performance management.
Program tersebut dilatar belakangi oleh keadaan saat itu dimana belum
adanya sistem yang jelas untuk mengatur kenaikan upah/gaji tiap tahun
termasuk juga di dalamnya promosi setiap saat bagi pekerja yang secara
langsung mempengaruhi perubahan upah/gajinya. Hal ini sudah disadari dan
dipikirkan untuk langkah berikutnya setelah mulai berjalannya sistem
remunerasi (grading tahun 1996) sebagai langkah awal dan langkah
berikutnya penilaian kerja (Performance Measurement).
Dibuat suatu standar form penilaian kerja yang akan dipergunakan
untuk menentukan kenaikan/penyesuaian gaji/upah dalam periode satu tahun.
Setelah Performance Measurement siap untuk diterapkan maka langsung
dikomunikasikan kepada seluruh pekerja melalui masing-masing atasan
mengenai faktor-faktor apa saja yang dinilai dari tiap pekerja tersebut dan
akan disesuaikan dengan standar kerja. Sehingga program ini memberikan
beberapa dampak yang baik, yaitu :
• Pekerja jadi lebih termotivasi dalam bekerja.
• Produktivitas perusahaan meningkat jauh lebih baik.
102
Format standar yang dipergunakan oleh perusahaan saat ini dapat
dilihat pada lampiran Form LPHK. Form penilaian ini merupakan form yang
dipergunakan untuk seluruh pekerja perusahaan dan bukan hanya pekerja saja.
Tahap 4 : Sistem Insentif
Beberapa tahun setelah penerapan sistem remunerasi (termasuk di
dalamnya job description, grading, dan performance measurement) berjalan
dengan baik diperusahaan, maka sudah mulai dirasakan oleh perusahaan akan
perubahan iklim diperusahaan menjadi jauh lebih baik dari sebelumnya.
Dilihat dari berangsur-angsur pulihnya hubungan para pekerja dengan pihak
manajemen, selain itu juga dapat dilihat dengan peningkatan kinerja dari para
pekerja yang dapat dilihat dari peningkatan produktivitasnya.
Kemudian melihat perkembangan usaha dengan adanya banyaknya
permintaan akan produk perusahaan yang memacu perusahaan untuk
meningkatan kapasitas produksi sehingga secara tidak langsung juga ingin
memacu para pekerja untuk dapat bekerja sesuai kapasitas perusahaan yang
ada untuk memenuhi permintaan dari para pelanggan dan dapat mencapai
target yang akan dicapai perusahaan.
Tepatnya pada tahun 2004, dibuat suatu sistem baru yang tidak lain
adalah suatu sistem insentif untuk pekerja dengan tujuan dapat memotivasi
dan meningkatkan kinerja para pekerja tersebut. Sistem insentif tersebut
disebut sebagai jasa produksi, dimana sesuai nama dari sistem tersebut adalah
103
bertujuan untuk meningkatan produktivitas baik pekerja maupun perusahaan.
Sebagai kilas balik bahwa sebenarnya diperusahaan sudah memiliki sistem
insentif sebelumnya, namun sistem insentif itu tidak diukur dengan parameter
produktivitas melainkan hanya dilihat berdasarkan keuntungan yang diraih
perusahaan pada akhir tahun. Sistem insentif ini lebih dikenal dengan nama
bonus, dimana insentif yang diperoleh seorang pekerja tidak sama tergantung
dari bagiannya dalam bekerja, lama bekerja yang akan dijadikan suatu nilai
yang akan dikalikan dengan gaji perbulan dari pekerja tersebut.
Untuk sistem insentif ini akan lebih memperhatikan tiap-tiap pekerja
dan kerjanya sebagai tim dalam satu departemen sehingga kinerjanya akan
terlihat jelas apabila terjadi peningkatan maupun penurunan dalam
produktivitas pekerja tersebut. Menjadi seperti suatu perjalanan panjang
dalam penerapan sistem remunerasi diperusahaan dan sistem insentif ini juga
tetap merupakan salah satu bagian dari sistem remunerasi perusahaan.
Secara mendasar dapat dikatakan bahwa sistem insentif ini memiliki
keterkaitan dengan performance measurement, dimana berdasarkan
performance measurement itu akan menilai seorang pekerja dengan
departemennya sebagai satu tim sudah mencapai target produksi, sehingga
dapat dikatakan sudah melebihi nilai standar yang ditetapkan perusahaan dan
apabila sudah melebihi nilai standar maka nilai lebih itu yang akan dimasukan
kedalam perhitungan sistem insentif.
104
Akan tetapi ada faktor-faktor lain (jumlah kecelakaan kerja, frequency
rate, jumlah kehilangan hari kerja dan jumlah kehilangan barang milik pribadi
maupun perusahaan) yang ikut juga diperhitungan kedalam sistem insentif
tersebut yang secara garis besar terdiri dari faktor penambah dan faktor
pengurang. Sehingga berdasarkan sistem insentif tersebut, maka hasil yang
diperolah oleh si pekerja itu sesuai dengan kerjanya masing-masing (tim) dan
penilain secara individu. perusahaan juga mengadakan evaluasi dari jasa
produksi pertiga bulan (quarterly) atau terbagi dalam 4 quarter dalam satu
tahun.
5.2 Analisa terhadap studi kasus dalam perusahaan
5.2.1 Analisa Sistem Remunerasi (Grading, Job
Description dan Performance Measurement)
Berdasarkan studi kasus diatas, maka dilakukan analisa oleh
penulis dengan menggunakan tools sebagai berikut :
5.2.1.1 Fisbone Diagram studi kasus
Berdasarkan permasalahan yang ada diperusahaan akan ditarik
beberapa hal yang menjadi faktor penyebab timbulnya masalah
tersebut dan apa saja dampak yang ditimbulkan dari faktor-faktor
penyebab tersebut maka penulis akan membuat analisanya
menggunakan fishbone diagram di bawah ini untuk menghasilkan akar
105
dari permasalahan yang dihadapi perusahaan (root cause) dan untuk
dapat melihat apakah dampaknya yang secara langsung berpengaruh
terhadap operasional perusahaan.
Gambar 5.1. Fishbone Diagram Studi kasus Citra Tubindo
Berdasarkan fishbone diagram diatas dapat terlihat bahwa akar
dari permasalahan yang dihadapi perusahaan adalah iklim dalam
106
perusahaan menjadi tidak baik yang dapat menyebabkan hubungan
pekerja secara keseluruhan dengan pihak manajemen juga menjadi
tidak baik.
Sebab akibat muncul masalah dan solusinya
Masalah yang dihadapi perusahan berawal dari kesulitan
pencarian tenaga kerja HR dan pekerja pabrik yang berkompeten pada
perusahaan dan bergabungnya ketiga plant kedalam satu lokasi yang
sama sehingga mulai dirasakan adanya perbedaan aturan dari masing-
masing plant yang menyebabkan gejolak dalam diri pekerja,
diantaranya :
1. Tidak adanya job description secara tertulis dan rinci.
2. Penggajian/pemberian upah dalam hal ini menjadi faktor utama,
karena gaji untuk pekerja dalam ketiga plant tersebut diberikan
tidak berdasarkan bobot jabatan melainkan berdasarkan lamanya
bekerja.
3. Selain itu juga mengenai aturan-aturan yang berlaku antar pekerja
masing-masing HRD tiap plant, seperti absensi, jam kerja dan uang
lembur.
Kemudian berdasarkan peryebab-penyebab masalah diatas,
sehingga mengakibatkan hal-hal sebagai berikut :
107
1. Terjadi mogok atau malas-malasan dalam bekerja, dampak yang
langsung dirasakan perusahaan adalah :
Produktivitas perusahaan lewat ketiga plant menurun drastis
sehingga tidak tercapai target yang diinginkan perusahaan
sejak bergabung tahun 1994.
Kerugian bagi perusahaan dalam nilai yang cukup besar.
2. Hari-hari kerja selalu diwarnai dengan protes/demo pekerja
terhadap pihak manajemen, sehingga berdampak sebagai berikut :
Hubungan antara pekerja dan pihak manajemen menjadi
kurang baik.
Terjadi konflik multidimensi yaitu pekerja merasa dibedakan
dan melakukan protes ke masing-masing pihak manajemen
plant.
Secara keseluruhan terlihat bahwa iklim dari perusahaan
menjadi kurang baik sehingga memberikan dampak langsung terhadap
perusahaan. Untuk menghadapi dan menyelesaikan permasalahan
tersebut, maka pihak manajemen perlu mengambil beberapa tindakan
sebagai solusi, antara lain :
1. Mencari penyelesaian dengan mempekerjakan konsultan dibidang
sumber daya manusia (Hay Group).
108
2. Melakukan pembentukan sistem remunerasi perusahaan (job
description, grading dan performance measurement) terhadap
seluruh pekerjanya (3 plant).
3. Langkah berikutnya dari sistem remunerasi dengan
mengimplementasikan performance measurement sebagai tolak
ukur kinerja seorang pekerja dan membayar hasil kerja pekerja
tersebut lewat nilai kinerja yang dimilikinya.
4. Membuat, menyusun dan mengimplementasikan sistem insentif
untuk para pekerja pabrik (penerapan sistem insentif oleh HR
departemen pada tahun 2004).
5. Membentuk kebijakan/peraturan dan SOP (Standard Operation
Procedure) perusahaan yang berlaku untuk seluruh pekerja.
5.2.1.2 Rasio analisis kinerja perusahaan
Berikut ini penggunaan finansial rasio untuk melihat bahwa
terjadi perubahan dalam perusahaan jika dibandingkan 5 tahun
sebelum dan sesudah diterapkan sistem remunerasi (job description,
grading, performance measurement) dengan menggunakan current
ratio, ROE dan debt to equity rasio, sebagai berikut :
Liqui
meng
ditera
idity, melaku
ghitung Cur
apkan sistem
Gambar 5.2. C
Gambar 5.3. C
0.00
0.50
1.00
1.50
2.00
19
Cu
0.00
2.00
4.00
6.00
1
Cu
ukan penghi
rrent Ratio (
m remuneras
Current ratio se
Current ratio se
991 1992
urrent rati
996 1997
urrent rati
itungan rasio
(selama 5 ta
i).
elama 5 tahun
elama 5 tahun
1993
io tahun 1
1998
io tahun 1
o dari sisi liq
ahun sebelum
sebelum sistem
sesudah sistem
1994 19
1991-1995
1999 20
1996-2000
1
quidity deng
m dan sesud
m remunerasi.
m remunerasi.
95
5
000
0
109
gan
dah
Ga
disim
hutan
deng
besar
peng
Profi
profit
5 tahu
ambar 5.4. Cur
Berdasark
mpulkan bah
ng lancar de
gan tahun 2
r untuk dap
gembangan u
tablility, me
tability deng
un sebelum d
0.02.0
4.00
6.00
C
rrent ratio mul
sistem
kan 3 gra
hwa kemam
ngan aset m
2000 sehing
pat dikonve
usaha.
elakukan pe
gan menghit
dan sesudah
00 0
0
0
1991
1992
1993
Current Ra
lai dari 5 tahun
m remunerasi.
afik curren
mpuan peru
menjadi sema
ga perusaha
ersi sebagai
enghitungan
tung Return
h diterapkan
1994
1995
1996
1997
atio tahun
n sebelum dan
nt rasio
usahaan unt
akin besar ra
aan memilik
i uang kas
n finansial r
on Equity (
sistem remu
1997
1998
1999
2000
n 1991-20
1
5 tahun sesuda
diatas, dap
tuk menutu
asionya semp
ki aset cuk
(cash) unt
rasio dari s
ROE) (selam
unerasi)
2000
000
110
ah
pat
upi
pai
kup
tuk
sisi
ma
G
G
Gambar 5.5. Re
Gambar 5.6. Ret
(0.2000)
(0.1000)
0.0000
0.1000
0.2000
0.3000
1
Retu
0.0000
0.0500
0.1000
0.1500
1
Retu
(0.2000)
(0.1000)
0.0000
0.1000
0.2000
0.3000
Retur
eturn on Equity
turn on Equity
1991 1992
rn on Equ
1996 1997
rn on Equ
rn on Equ
y selama 5 tahu
selama 5 tahun
2 1993
uity tahun
7 1998
uity tahun
uity Tahun
un sebelum sist
n sesudah siste
1994 1
n 1991-19
1999 20
n 1996-20
n 1991 - 2
1
tem remuneras
em remunerasi
1995
995
000
000
000
111
si.
.
Gam
rasio
1994
perus
samp
diper
Debt
finan
meng
ditera
0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
mbar 5.7. Retur
Berdasark
pendapatan
sangat dras
sahaan) kem
ai dengan t
oleh perusah
manageme
cial rasio
ghitung Deb
apkan sistem
Gambar 5.8. D
0000
2000
4000
6000
8000
199
De
rn on Equity se
sistem rem
kan 3 grafik
netto terhad
stis (terjadi m
mudian beran
tahun 2000
haan terhada
ent ratios,
dari sisi
bt Ratio (se
mremunerasi)
Debt Ratio sela
1 1992
ebt Ratio t
lama 5 tahun s
munerasi.
k ROE diata
dap modal t
masalah dal
ngsur-angsur
terlihat pe
ap modal yan
melakukan
debt man
elama 5 tah
)
ama 5 tahun seb
1993
tahun 199
sebelum dan 5 t
as terlihat ba
terjadi penur
lam sumber
r pulih mul
eningkatan a
ng dikeluark
beberapa
nagement r
hun sebelum
belum sistem r
1994 1
91-1995
1
tahun sesudah
ahwa besarn
runan di tah
daya manus
ai tahun 19
atas apa ya
kan.
penghitung
ratios deng
m dan sesud
remunerasi.
995
112
nya
hun
sia
95
ang
gan
gan
dah
Gam
D
memband
perusaha
bahwa a
Gambar 5.9. D
mbar 5.10. Debt
Debt ratio
dingkan hut
an terlihat s
aset perusa
0.0000
0.0500
0.1000
0.1500
0.2000
1
De
0.0000
0.2000
0.4000
0.6000
0.8000
Deb
Debt Ratio sel
t Ratio selama
rem
diatas m
tang yang d
semakin me
ahaan meni
1996 1997
ebt Ratio t
bt Ratio T
lama 5 tahun se
5 tahun sebelu
munerasi.
menunjukkan
dimiliki peru
enurun setia
ingkat yan
7 1998
tahun 199
Tahun 199
esudah sistem r
um dan 5 tahun
n bahwa
usahaan den
ap tahunnya
ng juga m
1999
96-2000
91 - 2000
1
remunerasi.
n sesudah sistem
rasio ya
ngan total as
menunjukk
memperlihatk
2000
113
m
ang
set
kan
kan
114
berkembangnya perusahaan. Sehingga dengan aset besar yang dimiliki
perusahaan (yang ditunjukkan lewat debt ratio) dapat membuat pihak
kreditor untuk dapat memberikan pinjaman terhadap perusahaan.
Analisa berdasarkan finansial rasio
Penurunan perusahaan berdasarkan finansial rasio sampai
dengan tahun 1994 diatas menunjukkan bahwa ini merupakan salah
satu dampak terhadap permasalahan yang dihadapi perusahaan.
Kemudian dapat kita lihat bahwa mulai tahun 1995 (satu tahun setelah
perusahaan mengambil tindakan sehingga terjadi berbagai perbaikan),
maka situasi dan iklim perusahaan berangsur-angsur normal bahkan
mengalami peningkatan cukup signifikan sampai pada tahun 2000
berdasarkan analisa current ratio, ROE dan debt to equity rasio.
Peningkatan yang terjadi dalam perusahaan dari sisi finansial
disebabkan oleh beberapa faktor (seperti : peningkatan order,
penambahan modal usaha) namun dapat diasumsikan bahwa
penerapan sistem remunerasi (perubahan dan perbaikan dari sisi
sumber daya manusia perusahaan) dikatakan sebagai salah satu faktor
pendukung meningkatnya kinerja perusahaan dilihat dari sisi finansial.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa keputusan yang
diambil perusahaan dalam merespon dan menanggapi permasalahan
115
yang sedang dihadapi adalah tepat dengan melakukan perubahan
kebijakan perusahaan terhadap seluruh pekerja diperusahaan lewat
pembentukan sistem remunerasi (job description, grading, dan
performance measurement).
5.2.2 Analisa sistem insentif perusahaan
5.2.2.1 . Fishbone Diagram
Gambar 5.11. Fishbone Diagram situasi setelah sistem remunerasi
116
5.2.2.2 . Sistem insentif perusahaan
Formula dan keterangan detail mengenai sistem insentif yang
ada dan dipergunakan perusahaan dapat dilihat pada Lampiran Jasa
produksi Perusahaan. Berikut ini merupakan faktor-faktor yang
menjadi dasar dalam penghitungan jasa produksi (sistem insentif)
perusahaan, diantaranya :
• Faktor Safety & Security, yang terdiri dari :
Jumlah Kecelakaan (Company Performance)
Dihitung berdasarkan banyaknya jumlah kasus kecelakaan
kerja yang terjadi di lingkungan PT Citra Tubindo Tbk.
• Frequency Rate (Company Performance)
Dihitung berdasarkan jumlah kecelakaan kerja (minor accident,
major accident dan fatal accident) dikalikan faktor 200.000 dibagi
jumlah total jam kerja pekerja.
• Severity Rate (Company Performance)
Dihitung berdasarkan jumlah kehilangan hari kerja (minor
accident, major accident dan fatal accident) dikalikan factor
200.000 dibagi dengan total jam kerja pekerja
• Security Incident (Company Performance)
Dihitung berdasarkan banyaknya kasus/kejadian kehilangan
barang yang terjadi di lingkungan PT Citra Tubindo.
117
• Faktor Quality yang terdiri dari :
Rejection Rate (Company Performace dan Line Performance)
Merupakan persentase product reject (termasuk rework yang
terjadi di bagian HT, Pipe, Coupling, Upsetter dan
accessories).
QMS Violation (Company Performance)
• Faktor Budget Performance yang terdiri dari :
Plant Loading (Company Performance & Line Performance)
Penalty Cost (Company Performance)
• Faktor Plant Performance yang terdiri dari :
Plant Efficiency (Company Performance & Line Performance)
Improvement Production Throughput / IPT
• Faktor Jenis Pekerjaan dan level pekerja, yaitu kontribusi relatif
suatu jenis bidang pekerjaan terhadap bisnis perusahaan .
• Faktor Laporan Penilaian Hasil Kerja, yaitu pencapaian prestasi
setiap tenaga kerja di departemen atau divisinya
• Faktor DQO, yaitu persentase pencapaian sasaran atau target setiap
departemen atau divisi dibandingkan dengan pencapaian sasaran
atau target tahun sebelumnya.
118
• Faktor Merit Demerit System, yaitu suatu persentase pencapaian
relatif yang menyatakan besarnya kontribusi pekerja terhadap
faktor Safety, Quality dan Security di perusahaan.
5.2.2.3 . Hubungan faktor-faktor dasar kompensasi dengan
sistem insentif Perusahaan
Dibawah ini menggambarkan hubungan antara faktor-faktor
yang dipakai sebagai dasar sistem insentif perusahan dengan faktor-
faktor dasar teori kompensasi (faktor internal dan eksternal).
Gambar 5.12. Hubungan Teori faktor-faktor dasar kompensasi dengan sistem insentif perusahaan.
119
5.2.2.4 . Produktivitas pekerja setelah menerapkan sistem
insentif
Pada bagian ini kita akan melihat progress dari penerapan
sistem insentif diperusahaan dengan melihat 4 grafik yang
menjelaskan produktivitas dan jasa produksi perusahaan (sistem
insentif). Untuk detailnya dijelaskan sebagai berikut :
Trend dari Produktivitas Pekerja tahun 2003-2008
Dibawah ini menggambarkan produktivitas berdasarkan data
jumlah pekerjaan yang tersedia (loading), jam kerja (manhours) dan
rasio perbandingan loading dengan manhours atau biasa disebut Man
Power Index (MPI). (Gambar 5.13.)
Gambar 5.13. Trend dari Produktivitas Pekerja tahun 2003-2008
120
Berdasarkan gambar diatas terlihat bahwa sejak tahun 2003
sampai tahun 2008 terjadi peningkatan yang cukup significant dan
sempat mengalami penurunan di tahun 2007 dan 2008 dikarenakan
loading (jumlah pekerjaan) rendah. Sedangkan jumlah jam kerja
(manhours) tetap tinggi meski ada sedikit penurunan.
Index Produktivitas
Dibawah ini menggambarkan index produktivitas berdasarkan
data Man Power Index (MPI) dan Productivity Index (PPI) dari tahun
2004 sampai dengan tahun 2008.
Gambar 5.14. Index Produktivitas (MPI dan PPI) tahun 2004-2008
121
Berdasarkan gambar diatas terlihat bahwa banyaknya output
perjam (MPI) berbanding terbalik dengan banyaknya biaya yang
dikeluarkan per eq ton (PPI). Sehingga dapat dikatakan perjalanan
tahun 2004 sampai tahun 2008 terjadi perubahan significant, yang
tadinya index upah pekerja lebih besar dari output yang dihasilkan
berubah menjadi peningkatan index produksi dan index upah pekerja
jadi lebih rendah. Namun rendahnya index upah pekerja bukan berarti
standar upah diturunkan karena ketentuan upah mengikuti regulasi dari
pemerintah.
Pergerakan parameter produktivitas
Pada gambar dibawah ini melihat pergerakan work hours, labor
cost, loading dan min wages dari tahun 2004 – tahun 2008 :
122
Gambar 5.15. Pergerakan parameter produktivitas (work hours, labor cost, loading,
min wages) tahun 2004-2008
Terlihat jelas berdasarkan gambar diatas bahwa jumlah
pekerjaan (loading) yang meningkat dari tahun ke tahun dan
mengalami penurunan ditahun 2008, yang tidak lain dikarenakan
kurangnya order/permintaan. Kemudian hal lain yang terlihat
meningkat tiap tahunnya adalah upah minimum pekerja yang selalu
disesuaikan dengan regulasi dari pemerintah yang mengikuti keadaan.
Jasa Produksi berbanding dengan Base Salary dan Index
Produktivitas – per kuartal
Gambar dibawah ini melihat perbandingan fluktuasi
perbandingan natara jasa produksi (insentif) dengan Base Salary dan
index produktivitas dihitung perkuartal.
Gambar 5.16. Jasa Produksi berbanding dengan Base Salary dan Index Produktivitas
– per kwartal
123
Berdasarkan gambar diatas terlihat bahwa against base tiap
kuartal hampir sejalan dengan MPI yang dihasilkan. Di kuartal 4 (Q4)
tahun 2005 dan kuartal 1 (Q1) tahun 2008 terjadi penurunan yang
cukup siginificant terhadap Against Base, dikarenakan beberapa hal
sebagai berikut :
• Loading (jumlah pekerjaan) sedikit.
• Terkena pinalti yang cukup besar.
• Kecelakaan kerja yang sering terjadi.
Hal-hal tersebut diatas merupakan faktor-faktor yang turut
diperhitungkan dalam sistem insentif sehingga secara keseluruhan
mengurangi persentase Againt Base yang merupakan perbandingan
antara jasa produksi (insentif) dengan gaji pokok pekerja.
5.2.2.5 . Analisa Tarif insentif perusahaan dengan teori
keadilan kompensasi
Selanjutnya berdasarkan grafik produktivitas dan jasa produksi
perusahaan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa sistem insentif
perusahaan bisa dikatakan berhasil. Kemudian dibawah ini akan
digambarkan analisa pergerakan tarif insentif yang dipergunakan
124
perusahaan (pada waktu past, present dan future). Digambarkan
sebagai berikut :
Gambar 5.17. Analisa tarif insentif perusahaan dengan teori keadilan kompensasi
Alasan-alasan yang menguatkan pergerakan tarif dari dahulu-sekarang
dan masa depan :
Dahulu (kondisi dahulu) No.8
Insentif yang diberikan kepada pekerja pabrik tidak berdasarkan kinerja
melainkan atas dasar keuntungan perusahaan pertahun (bonus tahunan),
namun atas perhitungan yang tidak transparan (hanya HRD yang
mengetahuinya).
Sekarang (kondisi saat ini) No.5 (adil)
125
Memiliki sistem insentif yang jelas dan transparan penghitungannya
(diketahui oleh seluruh pekerja).
Insentif diberikan atas dasar kinerja para pekerja individu dan pekerja
sebagai tim dalam satu departemen.
Para pekerja termotivasi untuk bekerja lebih giat dan perusahaan dapat
mengejar target yang telah ditetapkan.
Apa yang diperoleh pekerja pabrik sesuai dengan apa yang mereka
kerjakan.
Win-win solution bagi pekerja pabrik dan perusahaan (saling
menguntungkan)
Masa depan (rekomendasi) No.3 (adil)
Up date sistem insentif disesuaikan dengan situasi dan kondisi
perusahaan.
Gaji pekerja pabrik sebagai faktor pengali tetap disesuaikan dengan
UMP dari pemerintah.
Kinerja yang terbaik (output yang besar) akan diberikan imbalan
yang sesuai. (Bobot-bobot awal dalam penghitungan insentif
diberikan lebih tinggi agar kerja keras dari pekerja itu akan
memperoleh sesuatu yang layak dan sesuai dengan pekerjaannya,
namun standar untuk pencapaian insentif disesuaikan dengan
kebijakan dari perusahaan agar perusahaan juga bisa mencapai target)
126
5.3 Kesimpulan
Dalam suatu perusahaan yang memiliki banyak komponen di
dalamnya, antara lain : pekerja (manajemen, staff, pekerja biasa), dewan
direksi dan pemilik (owner), semua ini saling berhubungan satu sama lain
sehingga tidak dapat berdiri sendiri. Sehingga perusahaan akan mencapai
target apabila ada kinerja yang optimum dari para pekerjanya dan pekerja lain
di masing-masing departemen.
Dengan demikian apabila hubungan antara perusahaan dan pekerjanya
dapat menghasilkan win-win solution bagi keduanya, maka kelangsungan
perusahaan dan kesejahteraan pekerjanya dapat tetap terjaga. Dengan
demikian pembentukan suatu kebijakan perusahaan terhadap sistem
remunerasi itu sangat baik dan perlu diperhatikan penyesuaiannya terhadap
undang-undang yang berlaku juga situasi perusahaan saat itu.
Di tengah persaingan yang semakin keras dan makin banyaknya
muncul para pesaing baru di bidang yang sama, maka diperlukan suatu nilai
kompetitif suatu perusahaan untuk bisa tetap berada pada posisi bersaing yaitu
dengan menjaga kestabilan hubungan internal perusahaan (pekerja) dan
memperhatikan hubungan dengan external perusahaan (pelanggan, pemasok
dan pemerintah).
127
5.4 Rekomendasi
Berdasarkan analisa diatas terhadap kasus dalam perusahaan maka
dapat diberikan beberapa hal untuk menunjang kemajuan perusahaan, adalah
sebagai berikut :
1. Karena perusaahaan memiliki departemen IT yang memiliki developer
berkompeten, maka dapat diberdayakan untuk pembuatan aplikasi
berbasis web yaitu e-HRM (termasuk di dalamnya sistem remunerasi dan
insentif) yang terintegrasi bagi seluruh pekerja PT. Citra Tubindo Tbk,
baik yang diheadquarter Batam maupun kantor perwakilan Jakarta.
Aplikasi ini dibuat agar dapat dipergunakan untuk departemen HR dan
pekerja yang diluar departemen HR. Sehingga e-HRM diharapkan dapat
mendukung kinerja departemen sumber daya manusia yang tidak lain
adalah untuk perusahaan.
2. Untuk periode tertentu (3-5 tahun) diperlukan sharing/konsultasi
departemen HR dengan konsultan HR yang tepat supaya dapat selalu
memperbaharui sistem remunerasi yang ada (job description, grading,
performance measurement dan sistem insentif) diperusahaan kemudian
agar mendapatkan pencerahan mengenai kecocokan sistem remunerasi
yang ada dengan situasi dan kondisi saat ini.
3. Memperkuat departemen HR dengan mengikuti pelatihan-pelatihan HR
yang sesuai dengan kebutuhan juga dengan melakukan kordinasi dengan
128
serikat pekerja yang ada diperusahaan untuk mengetahui, menerima,
menampung dan mengaplikasikan aspirasi pekerja terhadap perusahaan
agar dapat menciptakan motivasi dalam bekerja.
4. Penghitungan insentif hendaknya dibuat mudah untuk dimengerti dan
dipahami agar si pekerja dapat menghitung sendiri berapa besar
kinerjanya dan berapa besar pula hasil yang dia akan peroleh. (sesuai
dengan teori sifat dasar insentif supaya dapat berhasil diterapkan
diperusahaan dan memperoleh kepuasan bagi para pekerjanya)
5. Melakukan review/evaluasi setiap 6 bulan sekali antara serikat pekerja,
HRD, dewan direksi untuk mengantisipasi terjadinya suatu masalah baru.