Upload
why1328
View
55
Download
3
Embed Size (px)
DESCRIPTION
fs
Citation preview
FROZEN SHOULDER SYNDROME
PENDAHULUAN
Ditengah masyarakat sering dijumpai pasien dengan kelumpuhan separuh badan yang
dapat mengakibatkan terganggunya aktifitas bahu, hal ini membuat penderita semakin sulit
berbuat sesuatu dalam keluarganya, dan pada umumnya hidup dengan bantuan orang lain,
sehingga terkadang timbul rasa benci pada diri sendiri dan rasa rendah diri di dalam keluarga
akibat ketergantungan hidup dengan orang lain.
Pada dasarnya gangguan keterbatasan sendi bahu ini dapat disebabkan oleh berbagai
macam penyebab, salah satu di antaranya adalah akibat kelumpuhan separuh badan. Kondisi
frozen shoulder akibat kelumpuhan separuh badan ini selain membutuhkan obat-obatan, juga
tidak kalah pentingnya adalah pengobatan fisioterapi terutama dengan menggunakan
modalitas exercise therapy, sebab sampai saat ini tidak ada obat yang dapat mengatasi
gangguan gerak dan kekakuan sendi kecuali dengan exercise therapy yang tepat.
1
ANATOMI DAN FISIOLOGI TERAPAN
1) Shoulder Joint
Gerakan-gerakan yang terjadi di gelang bahu dimungkinkan oleh sejumlah sendi yang saling
berhubungan erat, misalnya sendi kostovertebral atas, sendi akromioklavikular, sendi
sternoklavikular, permukaan pergeseran skapulotorakal dan sendi glenohumeral atau sendi
bahu. Gangguan gerakan di dalam sendi bahu sering mempunyai konsekuensi untuk sendi-
sendi yang lain di gelang bahu dan sebaliknya.Sendi bahu dibentuk oleh kepala tulang
humerus dan mangkok sendi, disebut cavitas glenoidalis. Sendi ini menghasilkan gerakan
fungsional sehari-hari seperti menyisir, menggaruk kepala, mengambil dompet dan
sebagainya atas kerja sama yang harmonis dan simultan dengan sendi-sendi lainnya. Cavitas
glenoidalis sebagai mangkok sendi bentuknya agak cekung tempat melekatnya kepala tulang
humerus dengan diameter cavitas glenoidalis yang pendek kira-kira hanya mencakup
sepertiga bagian dan kepala tulang sendinya yang agak besar, keadaan ini otomatis membuat
sendi tersebut tidak stabil namun paling luas gerakannya. Beberapa karakteristik daripada
sendi bahu, yaitu:
1. Perbandingan antara permukaan mangkok sendinya dengan kepala sendinya tidak sebanding.
2. Kapsul sendinya relatif lemah.3. Otot-otot pembungkus sendinya relatif lemah, seperti otot supraspinatus, infrapinatus,
teresminor dan subscapularis.4. Gerakannya paling luas.5. Stabilitas sendinya relatif kurang stabil.
Dengan melihat keadaan sendi tersebut, maka sendi bahu lebih mudah mengalami
gangguanfungsi dibandingkan dengan sendi lainnya
2) Kapsul Sendi
Kapsul sendi terdiri atas 2 lapisan (Haagenars),
(a) Kapsul Sinovial (lapisan bagian dalam) dengan karakteristik mempunyai jaringan
fibrokolagen agak lunak dan tidak memiliki saraf reseptor dan pembuluh darah. Fungsinya
menghasilkan cairan sinovial sendi dan sebagai transformator makanan ke tulang rawan
2
sendi. Bila ada gangguan pada sendi yang ringan saja, maka yang pertama kali mengalami
gangguan fungsi adalah kapsul sinovial, tetapi karena kapsul tersebut tidak memiliki reseptor
nyeri, maka kita tidak merasa nyeri apabila ada gangguan, misalnya pada artrosis sendi.
(b) Kapsul Fibrosa Karakteristiknya berupa jaringan fibrous keras dan memiliki saraf
reseptor dan pembuluhdarah. Fungsinya memelihara posisi dan stabititas sendi, memelihara
regenerasi kapsul sendi.Kita dapat merasakan posisi sendi dan merasakan nyeri bila
rangsangan tersebut sudahsampai di kapsul fibrosa.
3) Kartilago
Kartilago atau ujung tulang rawan sendi berfungsi sebagai bantalan sendi, sehingga tidak
nyeri sewaktu penderita berjalan. Namun demikian pada gerakan tertentu sendi dapat
nyeriakibat gangguan yang dikenal dengan degenerasi kartilago (Weiss,1979)
DEFINISI
Frozen shoulder atau adhesive capsulitis mempunyai beberapa sebutan seperti
scapulohumeral periarthritis of duplay atau disebut juga sebagai “check rein shoulder”.
Adhesive capsulitis adalah suatu keadaan yang mempunyai karakteristik berupa nyeri dan
kekakuan yang disebabkan oleh kelainan intrinsik dan ekstrinsik sendi bahu. Kekakuan
tersebut menimbulkan keterbatasan gerak segara arah baik gerakan aktif maupun pasif, dan
sering dialami oleh orang berusia 40-60 tahun dan lebih sering pada perempuan. Nyeri secara
berangsur-angsur bertambah berat dan pasien sering tidak dapat tidur pada sisi yang terkena.
Gejala klinis dari frozen shoulder adalah nyeri pada sendi bahu, berkurangnya LGS pada
sendi bahu sehingga menyebabkan terjadi penururunan kapasitas fungsional bahu dalam
aktivitas pasien sehari-hari. Keadaan ini pertama kali dikenali oleh Putnam dan kemudian
oleh Codman.
Frozen shoulder dibagi dalam 3 tahapan, yaitu :
3
a. Pain (Freezing) : ditandai dengan adanya nyeri hebat bahkan saat istirahat, gerak
sendi bahu menjadi terbatas selama 2-3 minggu dan masa akut ini berakhir ampai
10-36 minggu.
b. Stiffness (Frozen) : ditandai dengan rasa nyeri saat bergerak, kekakuan atau
perlengketan yang nyata dan keterbatasan gerak dari glenohumeral yang di ikuti
oleh keterbatasan gerak scapula. Fase ini berakhir 4-12 bulan.
c. Recovery (Thawing) : pada fase ini tidak ditemukan adanya rasa nyeri dan tidak
ada synovitis tetapi terdapat keterbatasan gerak karena perlengketan yang nyata.
Fase ini berakhir 6-24 bulan atau lebih.
Adapun berbagai macam gangguan yang ditimbulkan dari frozen shoulder adalah sebagai
berikut :
1. Impairment.
Pada kasus frozen shoulder akibat capsulitis adhesiva permasalahan yang ditimbulkan antara
lain adanya nyeri pada bahu, keterbatasan lingkup gerak sendi dan penurunan kekuatan otot
di sekitar bahu.
2. Functional limitation.
Masalah-masalah yang sering ditemui pada kondisi-kondisi frozen shoulder adalah
keterbatasan gerak dan nyeri, oleh karena itu dalam keseharian sering ditemukan keluhan-
keluhan seperti tidak mampu untuk menggosok punggung saat mandi, menyisir rambut,
kesulitan dalam berpakaian, mengambil dompet dari saku belakang kesulitan memakai breast
holder (BH) bagi wanita dan gerakan-gerakan lain yang melibatkan sendi bahu.
3. Participation restriction.
Pasien yang mengalami frozen shoulderakan menemukan hambatan untuk melakukan
aktifitas sosial masyarakat karena keadaannya, hal ini menyebabkan pasien tersebut tidak
percaya diri dan merasa kurang berguna dalam masyarakat, tapi pada umumnya frozen
shoulder jarang menimbulkan disability atau kecacatan.
KLASIFIKASI
4
Frozen shoulder dibagi 2 Klasifikasi,yaitu :
a. Primer/ idiopetik frozen shoulder
Yaitu frozen yang tidak diketahui penyebabnya. Frozen shoulder lebih banyak terjadi pada
wanita dari pada pria dan biasanya terjadi usia lebih dari 41 tahun. Biasanya terjadi pada
lengan yang tidak digunakan dan lebih memungkinkan terjadi pada orang-orang yang
melakukan pekerjaan dengan gerakan bahu yang lama dan berulang.
b Sekunder frozen shoulder
Yaitu frozen yang diikuti trauma yang berarati pada bahu misal fraktur, dislokasi, luka baker
yang berat, meskipun cedera ini mungkin sudah terjadi beberapa tahun sebelumnya.
ETIOLOGI
Penyebab frozen shoulder tidak diketahui, diduga penyakit ini merupakan respon auto
immobization terhadap hasil – hasil rusaknya jaringan lokal. Meskipun penyebab utamanya
idiopatik, banyak yang menjadi predisposisi frozen shoulder, selain dugaan adanya respon
auto immobilisasi seperti yang dijelaskan di atas ada juga faktor predisposisi lainnya yaitu
usia, trauma berulang (repetitive injury), diabetes mellitus, kelumpuhan, pasca operasi
payudara atau dada dan infark miokardia, dari dalam sendi glenohumeral
(tendonitis bicipitalis, infalamasi rotator cuff, fracture) atau kelainan ekstra articular (cervical
spondylisis, angina pectoris). De Palma (1973) melaporkan bahwa setiap hambatan yang
menghalangi gerak scapulohumeral/ scapulothoraxic menyebabkan inaktifitas dari otot
sehingga merupakan predisposisi terjadinya ‘frozen shoulder’
Etiologi dari frozen shoulder masih belum diketahui dengan pasti.
Adapun faktor predisposisinya antara lain periode immobilisasi yang lama, akibat
trauma, over use, cidera atau operasi pada sendi, hyperthyroidisme, penyakit
kardiovaskuler, clinical depressiondan Parkinson (AAOS, 2000).
Menurut American Academy Of Orthopedic Surgeon (2000), teori yang mendasari terjadinya
frozen shoulder adalah sebagai berikut :
5
1. Teori hormonal
Pada umumnya frozen shoulder terjadi 60 % pada wanita bersamaan dengan datangnya
menopause.
2. Teori genetik
Beberapa studi mempunyai komponen genetik dari frozen shoulder, contohnya ada beberapa
kasus dimana kembar indentik pasti menderita pada saat yang sama.
3. Teori auto immun
diduga penyakit ini merupakan respon auto immun terhadap hasil-hasil rusaknya jaringan
lokal.
4.Teori postur
Banyak studi yang belum diyakini bahwa berdiri lama dan postur tegap menyebabkan
pemendekkan pada salah satu ligamen bahu.
Walaupun banyak peneliti sependapat bahwa immobilisasi merupakan faktor penting dari
penyebab frozen shoulder sendi glenohumeral. Ada beberapa kondisi predisposisi yang lain,
pertama usia pasien. Adhesive capsulitis tidak terjadi pada usia muda, tetapi sering pada usia
pertengahan. Kedua, refleks spasme otot penting dalam perubahan fibroticprimer.
PATOLOGI
Patologinya dikarakteristikan dengan adanya kekakuan kapsul sendi oleh jaringan fibrous
yang padat dan selular. Berdasarkan susunan intra articular adhesion,
penebalan sinovialakan berlanjut ke keterbatasan articular cartilago. Berkurangnya cairan
sinovial pada sendi sehingga terjadiperubahan kekentalan cairan tersebut yang menyebabkan
penyusutan pada kapsul sendi, sehingga sifat ekstensibilitas pada kapsul sendi berkurang dan
akhirnya terjadi perlekatan. Tendinitis bicipitalis, calcificperitendinitis, inflamasi rotator cuff,
frkatur atau kelainan ekstra articular seperti angina pectoris, cervical sponylosis, diabetes
mellitus yang tidak mendapatkan penanganan secara tepat maka kelama-lamaan akan
menimbulkan perlengketan atau dapat menyebabkan adhesive capsulitis.
Adhesive capsulitis dapat menyebabkan patologi jaringan yang menyebabkan nyeri dan
6
menimbulkan spasme, degenerasi juga dapat menyebabkan nyeri dan dapat menimbulkan
spasme.
Kapsul sendi terdiri dari selaput penutup fibrosa padat, suatu lapisan dalamnya terbentuk dari
jaringan penyambung berpembuluh darah banyak dan sinovium, yang berbentuk suatu
kantong yang melapisi seluruh sendi, dan membungkus tendon-tendon yang melintasi
sendi, sinoviumtidak meluas melampaui permukaan sendi tetapi terlipat sehingga
memungkinkan gerakan secara penuh. Sinovium menghasilkan cairan yang sangat kental
yang membasahi permukaan sendi. Cairan sinovium normalnya bening, tidak membeku, tidak
berwarna. Jumlah yang di permukaan sendi relative kecil (1-3 ml). Cairan sinovium juga
bertindak sebagai sumber nutrisi bagi tulang rawan sendi. Capsulitis adhesiva merupakan
kelanjutan dari lesi rotator cuff, karena terjadi peradangan atau degenerasi yang meluas ke
sekitar dan ke dalam kapsul sendi dan mengakibatkan terjadinya reaksi fibrous. Adanya
reaksi fibrous dapat diperburuk akibat terlalu lama membiarkan lengan dalam
posisi impingement yang terlalu lama.
Sindroma nyeri bahu sangat komplek dan sulit untuk diidentifikasi satu persatu bagian secara
detail. Guna memahami penyebab dan patologi sindroma nyeri bahu, maka dapat
dikelompokkan menjadi:
PATOFISIOLOGI
Patofisiologi frozen shoulder masih belum jelas, tetapi beberapa penulis menyatakan bahwa
dasar terjadinya kelainan adalah imobilisasi yang lama. Setiap nyeri yang timbul pada bahu
dapat merupakan awal kekakuan sendi bahu. Hal ini sering timbul bila sendi tidak digunakan
terutama pada pasien yang apatis dan pasif atau dengan nilai ambang nyeri yang rendah, di
mana tidak tahan dengan nyeri yang ringan akan membidai lengannya pada posisi tergantung.
Lengan yang imobil akan menyebabkan stasis vena dan kongesti sekunder dan bersama-sama
dengan vasospastik, anoksia akan menimbulkan reaksi timbunan protein, edema, eksudasi,
dan akhirnya reaksi fibrosis. Fibrosis akan menyebabkan adhesi antara lapisan bursa
subdeltoid, adhesi ekstraartikuler dan intraartikuler, kontraktur tendon subskapularis dan
bisep,perlekatankapsulsendi.
7
Pendapat lain mengatakan inflamasi pada sendi menyebabkan thrombine dan fibrinogen
membentuk protein yang disebut fibrin. Protein tersebut menyebabkan penjedalan dalam
darah dan membentuk suatu substansi yang melekat pada sendi. Perlekatan pada sekitar sendi
inilah yang menyebabkan perlekatan satu sama lain sehingga menghambat full ROM.
Kapsulitis adhesiva pada bahu inilah yang disebut frozen shoulder.
GAMBARAN KLINIS
Biasanya memang penderita datang dengan keluhan nyeri dan ngilu pada sendi serta gerakan
sendi bahu yang terbatas ke segala arah, terutama gerakan abduksi dan elevasi, sehingga
mengganggu lingkup gerak sendi bahu. Rasa nyeri akan meningkat intensitasnya dari hari ke
hari. Bersamaan dengan hal ini terjadi gangguan lingkup gerak sendi bahu. Penyembuhan
terjadi lebih kurang selama 6 -12 bulan, di mana lingkup gerak sendi akan meningkat dan
akhir bulan ke 18 hanya sedikit terjadi keterbatasan gerak sendi bahu.
a. Nyeri
Pasien berumur 40-60 tahun, dapat memiliki riwayat trauma, seringkali ringan, diikuti sakit
pada bahu dan lengan nyeri secara berangsur-angsur bertambah berat dan pasien sering tidak
dapat tidur pada sisi yang terkena. Setelah beberapa lama nyeri berkurang, tetapi sementara
itu kekakuan semakin terjadi, berlanjut terus selama 6-12 bulan setelah nyeri menghilang.
Secara berangsur-angsur pasien dapat bergerak kembali, tetapi tidak lagi normal.
b. Keterbatasan Lingkup gerak sendi
Capsulitis adhesive ditandai dengan adanya keterbatasan luas gerak sendi glenohumeral yang
nyata, baik gerakan aktif maupun pasif. Ini adalah suatu gambaran klinis yang dapat
menyertaitendinitis, infark myokard, diabetes melitus, fraktur immobilisasi berkepanjangan
atau redikulitis cervicalis. Keadaan ini biasanya unilateral, terjadi pada usia antara 45–60
tahun dan lebih sering pada wanita.
Nyeri dirasakan pada daerah otot deltoideus. Bila terjadi pada malam hari sering sampai
mengganggu tidur. Pada pemeriksaan fisik didapatkan adanya kesukaran penderita dalam
8
mengangkat lengannya (abduksi), sehingga penderita akan melakukan dengan mengangkat
bahunya (srugging).
c. Penurunan Kekuatan otot dan Atropi otot
Pada pemeriksaan fisik didsapat adanya kesukaran penderita dalam mengangkat lengannya
(abduksi) karena penurunan kekuatan otot. Nyeri dirasakan pada daerah otot deltoideus, bila
terjadi pada malam hari sering menggangu tidur. Pada pemeriksaan didapatkan adanya
kesukaran penderita dalam mengangkat lengannya (abduksi), sehingga penderita akan
melakukandengan mengangkat bahunya (srugging). Juga dapat dijumpai adanya atropi bahu
(dalam berbagaoi tingkatan). Sedangkan pemeriksaan neurologik biasanya dalam batas
normal.
d. Gangguan aktifitas fungsional
Dengan adanya beberapa tanda dan gejala klinis yang ditemukan pada penderita frozen
shoulder akibat capsulitis adhesiva seperti adanya nyeri, keterbatasan LGS, penurunan
kekuatan otot danatropi maka secara langsung akan mempengaruhi (mengganggu) aktifitas
fungsional yang dijalaninya.
Beberapa penulis membagi keadaan tersebut dalam 4 stadium:
1. Staduim I : rasa nyeri umumnya terdapat pada sekitar sendi glenohumeral, serta semakin
bertambah nyeri bila digerakkan tetapi belum menimbulkan keterbatasan gerak sendi bahu.
Pemeriksaan gerak secara pasif menimbulkan rasa nyeri pada akhir gerakan.
2. Stadium II : rasa nyeri bertambah, timbul pada malam hari sehingga mengganggu tidur.
Hampir setiap gerakan sendi bahu menimbulkan rasa nyeri dan gerakan tiba-tiba akan
menimbulkan rasa nyeri yang hebat. Nyeri terjadi pada daerah insersi otot deltoid dan
menjalar ke lengan dan siku. Karena rasa nyeri dan adanya keterbatasan gerakn sendi bahu
maka akan menimbulkan gangguan pada saat menyisir rambut.
9
3. Stadium III : rasa nyeri timbul secara spontan pada saat istirahat, walaupun demikian nyeri
akan tetap timbul bila melakukan gerakan tiba-tiba seperti meregangkan sendi. Pada stadium
ini keterbatasan gerak sendi bahu baru bertambah nyata, hal ini disebabkan oleh adhesi dan
kontraktur dari penebalan mangkok sendi bahu. Otot-otot sekitar sendi seperti supraspinatus
dan infraspinatus akan menjadi atrofi. Lamanya stadium I – III bervariasi antara beberapa
minggu sampai lbih kurang 2 bulan. Pada stadium III dan IV keterbatasan gerak sendi
merupakan masalah yang dihadapi.
4. Stadium IV : mulai terjadi penyembuhan dari keterbatasan sendi bahu secara bertahap dan
pemulihan gerakan sendi bahu mulai lebih kurang pada bulan ke 4 dan ke 5 dari saat mulai
timbulnya keluhan dan berakhir sekitar 6 sampai 12 bulan.gambaran radiologi umumnya
tidak menunjukkan adanya kelainan.
DIAGNOSA
a.Anamnesis
Hal-hal yang harus ditanyakan kepada pasien adalah sebagai berikut:
- Lokasi dari nyeri bahu yang dirasakan
- Sudah berapa lama nyeri tersebut dirasakan
- Faktor apa saja yang menjadi pencetus timbulnya nyeri bahu tersebut dan yang dapat
menguranginya
- Ada tidaknya aktivitas yang berlebihan, terkilir atau trauma pada bahu sebelumnya
- Ada tidaknya masalah atau penyakit pada bahu yang pernah diderita sebelumnya. Jika
mungkin ditanyakan juga diagnosis serta terapi yang pernah diberikan saat itu.
- Perlu juga ditanyakan mengenai pekerjaan, kegemaran atau kegiatan waktu senggang yang
sering dilakukan pasien.
b. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
10
- Perhatikan postur tubuh pasien dan cara berjalan saat memasuki ruang periksa. Apakah
lengan berayun atau sesuai langkah kaki atau dipertahankan pada posisi tertentu.
- Pasien diminta untuk membuka pakaian bagian atas sampai ke pinggang dan saat pasien
melakukan hal tersebut perhatikan apakah gerakannya normal atau ada gerakan yang
canggung dan posisi terpaksa.
- Selain itu perhatikan :
1. Posisi leher dan punggung, apakah ada kifosis berlebihan pada vertebra torakal.
2. Posisi skapula relatif terhadap vertebra apakah ada protaksi berlebihan
3. Posisi humerus terhadap skapula dan vertebra torakal :
Adanya hipotrofi/atrofi otot
Adanya tanda radang akut, edema dan kemerahan
Palpasi
Palpasi sebaiknya di;lakukan dengan posisi pemeriksa di belakang pasien :
- Lakukan palpasi mulai dari sendi sternoklavikular, kemudian bergerak ke lateral sepanjang
klavikula menuju sendi akromioklavikula dan sendi glenohumeral
- Rasakan apakah terdapat edema, krepitasi, tanyakan ada tidaknya nyeri tekan. Perubahan
kontur tulang jaringan lunak dan peningkatan rasa nyeri.
- Oleh karena rotator cuff terletak tepat di bawah akromion, untuk dapat dipalpasi terlebih
dahulu harus dirotasikan keluar dengan cara mengekstensikan lengan pasien secara pasif,
sehingga kaput humeri berotasi ke anterior. Untuk mengetahui ada tidaknya nyeri tekan pada
rotator cuff palpasi daerah di bawah anterior akromion
- Palpasi di bawah bagian lateral akromion dapat menimbulkan nyeri tekan pada bursitis
subakromial
Pada frozen shoulder merupakan gangguan pada kapsul sendi, maka gerakan aktif maupun
pasif terbatas dan nyeri. Nyeri dapat menjalar ke leher, lengan atas dan punggung, perlu
dilihat faktor pencetus timbulnya nyeri. Gerakan pasif dan aktif terbatas. Pertama-tama pada
gerakan elevasi dan rotasi interna lengan, tetapi kemudian untuk semua gerakan sendi bahu.
Tes Appley scratch merupakan tes tercepat untuk mengeveluasi lingkup gerak sendi aktif
pasien diminta menggaruk daerah angulus medialis skapula dengan tangan sisi kontra lateral
11
melewati belakang kepala. Pada frozen shoulder pasien tidak dapat melakukan gerakan ini.
Bila sendi dapat bergerak penuh pada bidang geraknya secara pasif, tetapi terbatas pada gerak
aktif, maka kemungkinan kelemahan otot bahu sebagai penyebab keterbatasan.
Nyeri akan bertanbah pada penekanan dari tendon yang membentuk muskulotendineus
rotator cuff. Bila gangguan berkelanjutan akan terlihat bahu yang terkena reliefnya mendatar,
bahkan kempis, karena atrofi otot deltoid, supraspinatus dan otot rotator cuff lainnya.
c.Pemeriksaanpenunjang
-Radiologi
-Arthrografi
-Bonescan
-MRI
-EMG
-Arthroscopi
- Laboratorium
DIAGNOSA BANDING
Kekakuan pasca trauma setelah setiap cedera bahu yang berat, kekakuan dapat bertahan
beberapa bulan. Pada mulanya kekurangan ini maksimal dan secara berangsur-angsur
berkurang, berbeda dengan pola bahu beku. Kondisi pembanding dari kondisi Frozen
shoulder yang diakibatkan capsulitis adhesiva antara lain:
1) Bursitis subacromial,
2) Tendinitis bicipitalis
3) Lesi rotator cuff
PENATALAKSANAAN
Beberapa teknik terapi fisik untuk penderita penyakit ini antara lain :
1. Diatermi gelombang pendek (Short Wave Diathermy/ SWD)
12
Short Wave diathermy merupakan suatu pengobatan dengan
menggunakan stressor berupaenergi elektromagnetik yang dihasilkan oleh arus listrik bolak-
balik frekuensi 27, 12 MHz, dengan panjang gelombang 11m.
Efektifitas dalam penggunaan SWD ditentukan oleh penentuan intensitas dan dosis.Intensitas
ditentukan oleh perasaan penderita terhadap panas yang diterimanya. Besar kecilnya
intensitas bersifat subjektif tergantung sensasi panas yang diterima pasien oleh karena itu
antara orang satu dengan lainnya mungkin bisa berbeda intensitas SWD yang diberikan .
Menurut schliphake, intensitas dibagi menjadi empat tingkat yaitu :
(a) Intensitas submitis (penderita tidak merasakan panas),
(b) Intensitas mitis (penderita merasakan sedikit panas),
(c) Intensitas normalis (penderita merasakan hangat yang nyaman),
(d) Intensitas fortis (Penderita merasakan panas yang kuat, tapi masih bisa ditahan).
Tujuan terapi panas yang dihasilkan pada pemberian SWD ini adalah:
a) Mengurangi nyeri
Adanya gejala nyeri menunjukkan dalam keadaan tidak normal. Jaringan tersebut merupakan
sumber nyeri, keadaan yang tidak normal tadi memberikan iritasi kepada reseptor
nyeri. Stimulustadi selanjutnya akan dihantarkan oleh serabut “C” tanpa myelin (nyeri
tumpul, lamban, diffuse) atau serabut “A” delta bermielin (nyeri tajam, cepat). Panas yang
diberikan akan memberikan efek sedative karena adanya kenaikan nilai ambang nyeri.karena
adanya vasodilatasi akan memperlancar pembuangan zat “pain producing substance”.
b) Memberikan relaksasi otot- otot spasme
Nyeri bahu akan merangsang reaksi protektif dari tubuh berupa spasme otot- otot sekitar
bahu. Ini dimaksudkan untuk memfiksir sendi bahu agar tidak bergerak, yang selanjutnya
akan terhindar rasa nyeri. Reaksi spasme itu sendiri akan menghambat sistem peredaran
darah setempat yang mengakibatkan terhambatnya reorgnisasi jaringan dan “pain producing
substance”. Hal ini akan menambah nyeri, sehingga siklus yang tidak menguntungkan, sel-sel
13
abnormal yang menyebabkan bengkak dan nyeri oleh pengaruh medan magnit yang
ditimbukan oleh gelombang pulsa SWD, sel-sel abnormal dapat dinormalkan.
Syarat-syarat untuk menentukan indikasi pemberian terapi dengan SWD:
1) Stadium dari penyembuhan luka
2) Sifat dari jaringan atau organ yang mengalami kerusakan
3) Lokalisasi dari jaringan/ organ yang mengalami kerusakan
2. Terapi Manipulasi
Terapi manipulasi adalah suatu gerakan pasif yang digerakkan dengan tiba- tiba,
amplitude kecil dan kecepatan yang tinggi, sehingga pasien tidak mampu menghentika
gerakan yang terjadi.
Tujuan mobilisasi sendi adalah untuk mengembalikan fungsi sendi normal dan tanpa nyeri.
Secara mekanis, tujuannya adalah untuk memperbaiki joint play movement dan dengan
demikian memperbaiki roll-gliding yang terjadi selama gerakan aktif. Terapi manipulasi
harus diakhiri apabila sendi telah mencapai LGS maksimal tanpa nyeri dan pasien dapat
melakukan gerakan aktif dengan normal.
Gerakan translasi (traksi dan gliding) dibagi menjadi tiga gradasi. Gradasi gerakan ini
ditentukan berdasarkan tingkat kekendoran (slack) sendi yang dirasakan fisioterapis saat
melakukan gerakan pasif seperti yang ditunjukkan pada Grade I. Grade I traksi merupakan
gerakan dengan amplitudo sangat kecil sehingga tidak sampai terasa adanya geseran
permukaan sendi. Kekuatan gaya tarik yang diberikan sebatas cukup untuk menetralisir gaya
kompresi yang bekerja pada sendi.
Kombinasi antara tegangan otot, gaya kohevisitas kedua permukaan sendi dan tekiri atmosfer
menghasilkan gaya kompresi pada sendi.
Grade II traksi dan gliding gerakan sampai terjadi slack taken up jaringan di sekitar
persendian meregang.
Grade III traksi dan gerakan sampai diperoleh slack taken up kemudian diberi gaya lebih
besar lagi sehingga jaringan di sekitar persendian teregang.
Traksi untuk memperbaiki luas gerak sendi:
14
Traksi mobilisasi grade III efektif untuk memperbaiki mobilitas sendi karena dapat meregang
(streatch) jaringan lunak sekitar persendian yang memendek. Traksi-
mobilisasi dipertahamkan selama 7 detik atau lebih dengan kekuatan maksimal sesuai dengan
toleransi pasien. Antara duatraksi yang dilakukan, traksi tidak perlu dilepaskan total keposisi
awal melainkan cukup diturunkan kegrade II dan kemudian lakukan traksi grade III lagi.
3. Terapi Latihan.
Adapun metode yang digunakan adalah :
a. Active exercise
Latihan aktif disini bertujuan untuk menjaga serta menambah lingkup gerak sendi
(LGS).Disini penulis memberikan latihan dengan menggunakan metode free active
exercise.Gerakan dilakukan oleh kekuatan otot penderita itu sendiri dengan tidak
menggunakan suatu bantuan dan tahanan yang berasal dari luar.Latihan ini bisa dilakukan
kapan pun dan dimana pun penderita berada.
b. Overhead pulley
Tujuan dari pemberian overhead pulley adalah untuk menambah lingkup gerak sendi dan
meningkatkan nilai kekuatan otot dengan bantuan alat ini. Dengan adanya gerakan yang
berulang-ulang maka akan terjadi penambahan lingkup gerak sendi serta menjaga dan
menambah kekuatan otot jika diberi beban.
c, Codman pendulum exercis.
Codman pendulumexercise dilakukan pada stadium akut.
1) Tujuan :
Untuk mencegah perlengketan pada sendi bahu dengan melakukan gerakan pasif sedini
mungkin yang dilakukan pasien secara aktif.
Gerakan pasif dilakukan untuk mempertahankan pergerakan pada sendi & mencegah
pelengketan permukaan sendi. Sedangkan pencegahan gerakan aktif adalah untuk mencegah
terjadinya kontraksi otot- otot rotator cuff & abductor bahu
15
2) Cara melakukan:
Pasien membungkukkan badan dan lengan yang sakit tergantung vertical. Posisi ini
menyebabkan lengan fleksi 90۫ pada bahu tanpa adanya kontraksi otot- otot deltoid
maupunrotator cuff. Gravitasi / gaya tarik bumi menyebabkan pemisahan permukaan
sendi glenohumeralsehingga kapsul sendi tersebut akan memanjang. Lutut pasien dalam
keadaan fleksi untuk mencegah timbulnya gangguan pada pinggang.
Pengobatan pada frozen shoulder sangat bervariasi sesuai dengan pengalaman klinik dan
sampai sekarang tidak ada terapi akurat. Terapi fisik baik dan menguntungkan dengan
dimulainya gerakan yang terarah dan benar.
Selama periode nyeri dapat dilakukan
1. Mengurangi/menghilangkan sakit dengan kompres es lokal
2. Medika mentosa dengan analgesik oral/NSAID
3. Gerakan lingkup gerak sendi pasif, yang lebih baik dilakukan daripada aktif
4. TENS
5. Mobilisasi dan manipulasi yang tepat dan benar
6. Pemanasan dengan alat diatermi.
7. Terapi latihan pendulum aktif dan pasif dapat meningkatkan lingkup gerak sendi dan
memperbaiki fleksibilitas kapsul.
PEMERIKSAAN FISIOTERAPI
Pemeriksaan fisioterapi pada kondisi frozen shoulder akibat kelumpuhan separuh
badan, sebagai berikut:
a) Anamnesis Umum : Identitas penderita
b) Anamnesis khusus:
1. Keluhan utama penderita
2. Lokasi keluhan utama
3. Sifat keluhan utama
4. Lamanya keluhan
16
5. Faktor-faktor yang memperberat keluhan.
c) Inspeksi : Dilakukan dalam posisi statis dan dinamis penderita.
d) Tes Orientasi : Untuk melihat kemampuan aktivitas lengan.
e) Pemeriksaan Fungsi Dasar : Gerakan aktif, pasif dan tes isometrik melawan tahanan sendi
bahu.
f) Pemeriksaan Spesifik:
1. Tes intra artikular (Joint Play Movement) sendi bahu.
2. Tes kekuatan otot.
3. Tes koordinasi gerakan.
4. Tes sirkumferentia otot (lingkar otot) daerah bahu.
TINDAKAN FISIOTERAPI
Tindakan fisioterapi pada kasus frozen shoulder akibat kelumpuhan separuh badan
didasarkan atas problematik yang terjadi pada pasien. Adapun masalah yang sering
mengganggu pasien seperti ini adalah : rasa nyeri gerak, terbatasnya ROM sendi bahu,
kelemahan otot-otot daerah bahu, tidak mampu melakukan gerakan-gerakan fungsional,
yaitu: menyisir rambut, mengambil sesuatu yang tinggi, mengambil dompet.
Tujuan fisioterapi :
1. Mengatasi rasa nyeri pada bahu.
2. Menambah gerak sendi bahu
3. Meningkatkan kekuatan otot-otot bahu.4.Mengembalikan aktifitas fungsional bahu.
Pelaksanaan Fisioterapi :
1) Elektro Terapi
17
Elektro terapi yang digunakan pada kondisi ini adalah Continuous Electro Magnetic 27 MHz
(CEM). Merupakan arus AC dengan frekuensi terapi 27 MHz yang memproduksi energi
elektromagnetik dengan panjang gelombang 11,6 meter, digunakan untuk menimbulkan
berbagai efek terapeutik melalui suatu proses tertentu dalam jaringan tubuh. Arus CEM ini
menghasilkan energi internal kinetika didalam jaringan tubuh sehingga timbul panas; energi
ini akan menimbulkan pengaruh biofisika tubuh misalnya pada thermosensor lokal
maupunsentral (kulit dan hipotalamus) dan juga terhadap struktur persendian. Tujuan yang
diharapkan dan arus CEM ini adalah menurunkan aktifitas noxe sehingga nyeri berkurang,
meningkatkan elastisitas aringan dan sebagai pendahuluan sebelum exercises.
2) Terapi Manipulasi
Terapi manipulasi yang diberikan adalah gerakan roll dan slide pada gerakan-gerakan sendi
bahu yang mengalami keterbatasan.Tujuan metode ini adalah membebaskan perlengketan
pada permukaan sendi, sehingga jarak gerak sendi akan bertambah.Dasar teknik ini adalah
memperhatikan bentuk kedua permukaan sendi dan mengikuti aturan Hukum Konkaf dan
Konveks suatu persendian.
3) Exercises Therapy
Exercises therapy yang diberikan pada kondisi tersebut adalah latihan Resistance Exercises
dan Metode Proprioceptive Neuromuscular Facilitation (PNF) yang bertujuan
meningkatkankekuatan otot daerah bahu baik manual maupun dengan menggunakan beban.
Selain itu jugadapat diberikan latihan dengan teknik Hold Relax yang bertujuan untuk
mengulur otot -ototyang memendek pada daerah bahu. Latihan tersebut sebaiknya
dilaksanakan setelah penderita mendapatkan modalitas elektroterapi.
4) Latihan aktivitas sehari-hari
Bentuk aktivitas yang bermanfaat bagi penderita frozen shoulder adalah menyisir
rambut,mengambil sesuatu yang tinggi, mengambil dompet, memutar lengan, dan
mengangkat bebanyang kecil-kecil.
KOMPLIKASI
18
Pada kondisi frozen shoulder akibat capsulitis adhesiva yang berat dan tidak dapat
mendapatkan penanganan yang tepat dalam jangka waktu yang lama, maka akan timbul
problematik yang lebih berat antara lain :
(1) Kekakuan sendi bahu
(2) Kecenderungan terjadinya penurunan kekuatan otot-otot bahu
(3) Potensial terjadinya deformitas pada sendi bahu
(4) Atropi otot-otot sekitar sendi bahu
(5) Adanya gangguan aktifitas keseharian (AKS).
19