25
FROZEN SHOULDER SYNDROME PENDAHULUAN Ditengah masyarakat sering dijumpai pasien dengan kelumpuhan separuh badan yang dapat mengakibatkan terganggunya aktifitas bahu, hal ini membuat penderita semakin sulit berbuat sesuatu dalam keluarganya, dan pada umumnya hidup dengan bantuan orang lain, sehingga terkadang timbul rasa benci pada diri sendiri dan rasa rendah diri di dalam keluarga akibat ketergantungan hidup dengan orang lain. Pada dasarnya gangguan keterbatasan sendi bahu ini dapat disebabkan oleh berbagai macam penyebab, salah satu di antaranya adalah akibat kelumpuhan separuh badan. Kondisi 1

Frozen Shoulder Syndrome

  • Upload
    why1328

  • View
    55

  • Download
    3

Embed Size (px)

DESCRIPTION

fs

Citation preview

Page 1: Frozen Shoulder Syndrome

FROZEN SHOULDER SYNDROME

PENDAHULUAN

Ditengah masyarakat sering dijumpai pasien dengan kelumpuhan separuh badan yang

dapat mengakibatkan terganggunya aktifitas bahu, hal ini membuat penderita semakin sulit

berbuat sesuatu dalam keluarganya, dan pada umumnya hidup dengan bantuan orang lain,

sehingga terkadang timbul rasa benci pada diri sendiri dan rasa rendah diri di dalam keluarga

akibat ketergantungan hidup dengan orang lain.

Pada dasarnya gangguan keterbatasan sendi bahu ini dapat disebabkan oleh berbagai

macam penyebab, salah satu di antaranya adalah akibat kelumpuhan separuh badan. Kondisi

frozen shoulder akibat kelumpuhan separuh badan ini selain membutuhkan obat-obatan, juga

tidak kalah pentingnya adalah pengobatan fisioterapi terutama dengan menggunakan

modalitas exercise therapy, sebab sampai saat ini tidak ada obat yang dapat mengatasi

gangguan gerak dan kekakuan sendi kecuali dengan exercise therapy yang tepat.

1

Page 2: Frozen Shoulder Syndrome

ANATOMI DAN FISIOLOGI TERAPAN

1) Shoulder Joint

Gerakan-gerakan yang terjadi di gelang bahu dimungkinkan oleh sejumlah sendi yang saling

berhubungan erat, misalnya sendi kostovertebral atas, sendi akromioklavikular, sendi

sternoklavikular, permukaan pergeseran skapulotorakal dan sendi glenohumeral atau sendi

bahu. Gangguan gerakan di dalam sendi bahu sering mempunyai konsekuensi untuk sendi-

sendi yang lain di gelang bahu dan sebaliknya.Sendi bahu dibentuk oleh kepala tulang

humerus dan mangkok sendi, disebut cavitas glenoidalis. Sendi ini menghasilkan gerakan

fungsional sehari-hari seperti menyisir, menggaruk kepala, mengambil dompet dan

sebagainya atas kerja sama yang harmonis dan simultan dengan sendi-sendi lainnya. Cavitas

glenoidalis sebagai mangkok sendi bentuknya agak cekung tempat melekatnya kepala tulang

humerus dengan diameter cavitas glenoidalis yang pendek kira-kira hanya mencakup

sepertiga bagian dan kepala tulang sendinya yang agak besar, keadaan ini otomatis membuat

sendi tersebut tidak stabil namun paling luas gerakannya. Beberapa karakteristik daripada

sendi bahu, yaitu:

1. Perbandingan antara permukaan mangkok sendinya dengan kepala sendinya tidak sebanding.

2. Kapsul sendinya relatif lemah.3. Otot-otot pembungkus sendinya relatif lemah, seperti otot supraspinatus, infrapinatus,

teresminor dan subscapularis.4. Gerakannya paling luas.5. Stabilitas sendinya relatif kurang stabil.

Dengan melihat keadaan sendi tersebut, maka sendi bahu lebih mudah mengalami

gangguanfungsi dibandingkan dengan sendi lainnya

2) Kapsul Sendi

Kapsul sendi terdiri atas 2 lapisan (Haagenars),

(a) Kapsul Sinovial (lapisan bagian dalam) dengan karakteristik mempunyai jaringan

fibrokolagen agak lunak dan tidak memiliki saraf reseptor dan pembuluh darah. Fungsinya

menghasilkan cairan sinovial sendi dan sebagai transformator makanan ke tulang rawan

2

Page 3: Frozen Shoulder Syndrome

sendi. Bila ada gangguan pada sendi yang ringan saja, maka yang pertama kali mengalami

gangguan fungsi adalah kapsul sinovial, tetapi karena kapsul tersebut tidak memiliki reseptor

nyeri, maka kita tidak merasa nyeri apabila ada gangguan, misalnya pada artrosis sendi.

(b) Kapsul Fibrosa Karakteristiknya berupa jaringan fibrous keras dan memiliki saraf

reseptor dan pembuluhdarah. Fungsinya memelihara posisi dan stabititas sendi, memelihara

regenerasi kapsul sendi.Kita dapat merasakan posisi sendi dan merasakan nyeri bila

rangsangan tersebut sudahsampai di kapsul fibrosa.

3) Kartilago

Kartilago atau ujung tulang rawan sendi berfungsi sebagai bantalan sendi, sehingga tidak

nyeri sewaktu penderita berjalan. Namun demikian pada gerakan tertentu sendi dapat

nyeriakibat gangguan yang dikenal dengan degenerasi kartilago (Weiss,1979)

DEFINISI

Frozen shoulder atau adhesive capsulitis mempunyai beberapa sebutan seperti

scapulohumeral periarthritis of duplay atau disebut juga sebagai “check rein shoulder”. 

Adhesive capsulitis adalah suatu keadaan yang mempunyai karakteristik berupa nyeri dan

kekakuan yang disebabkan oleh kelainan intrinsik dan ekstrinsik sendi bahu. Kekakuan

tersebut menimbulkan keterbatasan gerak segara arah baik gerakan aktif maupun pasif, dan

sering dialami oleh orang berusia 40-60 tahun dan lebih sering pada perempuan. Nyeri secara

berangsur-angsur bertambah berat dan pasien sering tidak dapat tidur pada sisi yang terkena.

Gejala klinis dari frozen shoulder adalah nyeri pada sendi bahu, berkurangnya LGS pada

sendi bahu sehingga menyebabkan terjadi penururunan kapasitas fungsional bahu dalam

aktivitas pasien sehari-hari. Keadaan ini pertama kali dikenali oleh Putnam  dan kemudian

oleh Codman.

Frozen shoulder dibagi dalam 3 tahapan, yaitu :

3

Page 4: Frozen Shoulder Syndrome

a. Pain (Freezing) : ditandai dengan adanya nyeri hebat bahkan saat istirahat, gerak

sendi bahu menjadi terbatas selama 2-3 minggu dan masa akut ini berakhir ampai

10-36 minggu.

b.  Stiffness (Frozen) : ditandai dengan rasa nyeri saat bergerak, kekakuan atau

perlengketan yang nyata dan keterbatasan gerak dari glenohumeral yang di ikuti

oleh keterbatasan gerak scapula. Fase ini berakhir 4-12 bulan.

c. Recovery (Thawing) : pada fase ini tidak ditemukan adanya rasa nyeri dan tidak

ada synovitis tetapi terdapat keterbatasan gerak karena perlengketan yang nyata.

Fase ini berakhir 6-24 bulan atau lebih.

Adapun berbagai macam gangguan yang ditimbulkan dari frozen shoulder adalah sebagai

berikut :

1.   Impairment.

Pada kasus frozen shoulder akibat capsulitis adhesiva permasalahan yang ditimbulkan antara

lain adanya nyeri pada bahu, keterbatasan lingkup gerak sendi dan penurunan kekuatan otot

di sekitar bahu.

2.   Functional limitation.

Masalah-masalah yang sering ditemui pada kondisi-kondisi frozen shoulder adalah

keterbatasan gerak dan nyeri, oleh karena itu dalam keseharian sering ditemukan keluhan-

keluhan seperti tidak mampu untuk menggosok punggung saat mandi, menyisir rambut,

kesulitan dalam berpakaian, mengambil dompet dari saku belakang kesulitan memakai breast

holder (BH)  bagi wanita dan gerakan-gerakan lain yang melibatkan sendi bahu.

3.   Participation restriction.

Pasien yang mengalami frozen shoulderakan menemukan hambatan untuk melakukan

aktifitas sosial masyarakat karena keadaannya, hal ini menyebabkan pasien tersebut tidak

percaya diri dan merasa kurang berguna dalam masyarakat, tapi pada umumnya frozen

shoulder jarang menimbulkan disability atau kecacatan.

KLASIFIKASI

4

Page 5: Frozen Shoulder Syndrome

Frozen shoulder dibagi 2 Klasifikasi,yaitu :

a.   Primer/ idiopetik frozen shoulder

Yaitu frozen yang tidak diketahui penyebabnya. Frozen shoulder lebih banyak terjadi pada

wanita dari pada pria dan biasanya terjadi usia lebih dari 41 tahun. Biasanya terjadi pada

lengan yang tidak digunakan dan lebih memungkinkan terjadi pada orang-orang yang

melakukan pekerjaan dengan gerakan bahu yang lama dan berulang.

b    Sekunder frozen shoulder

Yaitu frozen yang diikuti trauma yang berarati pada bahu misal fraktur, dislokasi, luka baker

yang berat, meskipun cedera ini mungkin sudah terjadi beberapa tahun sebelumnya.

ETIOLOGI

Penyebab frozen shoulder tidak diketahui, diduga penyakit ini merupakan respon auto

immobization terhadap hasil – hasil rusaknya jaringan lokal. Meskipun penyebab utamanya

idiopatik, banyak yang menjadi predisposisi frozen shoulder, selain dugaan adanya respon

auto immobilisasi seperti yang dijelaskan di atas ada juga faktor predisposisi lainnya yaitu

usia, trauma berulang (repetitive injury), diabetes mellitus, kelumpuhan, pasca operasi

payudara atau dada dan infark miokardia, dari dalam sendi glenohumeral

(tendonitis bicipitalis, infalamasi rotator cuff, fracture) atau kelainan ekstra articular (cervical

spondylisis, angina pectoris). De Palma (1973) melaporkan bahwa setiap hambatan yang

menghalangi gerak scapulohumeral/ scapulothoraxic menyebabkan inaktifitas dari otot

sehingga merupakan predisposisi terjadinya ‘frozen shoulder’

Etiologi dari frozen shoulder masih belum diketahui dengan pasti.

Adapun faktor predisposisinya antara lain periode immobilisasi yang lama, akibat

trauma, over use, cidera atau operasi pada sendi, hyperthyroidisme, penyakit

kardiovaskuler, clinical depressiondan Parkinson (AAOS, 2000).

Menurut American Academy Of Orthopedic Surgeon (2000), teori yang mendasari terjadinya

frozen shoulder adalah sebagai berikut :

5

Page 6: Frozen Shoulder Syndrome

1. Teori hormonal

Pada umumnya frozen shoulder terjadi 60 % pada wanita bersamaan dengan datangnya

menopause.

2. Teori genetik

Beberapa studi mempunyai komponen genetik dari frozen shoulder, contohnya ada beberapa

kasus dimana kembar indentik pasti menderita pada saat yang sama.

3. Teori auto immun

diduga penyakit ini merupakan respon auto immun terhadap hasil-hasil rusaknya jaringan

lokal.

4.Teori postur

Banyak studi yang belum diyakini bahwa berdiri lama dan postur tegap menyebabkan

pemendekkan pada salah satu ligamen bahu.

Walaupun banyak peneliti sependapat bahwa immobilisasi merupakan faktor penting dari

penyebab frozen shoulder sendi glenohumeral. Ada beberapa kondisi predisposisi yang lain,

pertama usia pasien. Adhesive capsulitis tidak terjadi pada usia muda, tetapi sering pada usia

pertengahan. Kedua, refleks spasme otot penting dalam perubahan fibroticprimer.

PATOLOGI

Patologinya dikarakteristikan dengan adanya kekakuan kapsul sendi oleh jaringan fibrous

yang padat dan selular. Berdasarkan susunan intra articular adhesion,

penebalan sinovialakan berlanjut ke keterbatasan articular cartilago. Berkurangnya cairan

sinovial pada sendi sehingga terjadiperubahan kekentalan cairan tersebut yang menyebabkan

penyusutan pada kapsul sendi, sehingga sifat ekstensibilitas pada kapsul sendi berkurang dan

akhirnya terjadi perlekatan. Tendinitis bicipitalis, calcificperitendinitis, inflamasi rotator cuff,

frkatur atau kelainan ekstra articular seperti angina pectoris, cervical sponylosis, diabetes

mellitus yang tidak mendapatkan penanganan secara tepat maka kelama-lamaan akan

menimbulkan perlengketan atau dapat menyebabkan adhesive capsulitis. 

Adhesive capsulitis dapat menyebabkan patologi jaringan yang menyebabkan nyeri dan

6

Page 7: Frozen Shoulder Syndrome

menimbulkan spasme, degenerasi juga dapat menyebabkan nyeri dan dapat menimbulkan

spasme.

Kapsul sendi terdiri dari selaput penutup fibrosa padat, suatu lapisan dalamnya terbentuk dari

jaringan penyambung berpembuluh darah banyak dan sinovium, yang berbentuk suatu

kantong yang melapisi seluruh sendi, dan membungkus tendon-tendon yang melintasi

sendi, sinoviumtidak meluas melampaui permukaan sendi tetapi terlipat sehingga

memungkinkan gerakan secara penuh. Sinovium menghasilkan cairan yang sangat kental

yang membasahi permukaan sendi. Cairan sinovium normalnya bening, tidak membeku, tidak

berwarna. Jumlah yang di permukaan sendi relative kecil (1-3 ml). Cairan sinovium juga

bertindak sebagai sumber nutrisi bagi tulang rawan sendi. Capsulitis adhesiva merupakan

kelanjutan dari lesi rotator cuff, karena terjadi peradangan atau degenerasi yang meluas ke

sekitar dan ke dalam kapsul sendi dan mengakibatkan terjadinya reaksi fibrous. Adanya

reaksi fibrous dapat diperburuk akibat terlalu lama membiarkan lengan dalam

posisi impingement yang terlalu lama.

Sindroma nyeri bahu sangat komplek dan sulit untuk diidentifikasi satu persatu bagian secara

detail. Guna memahami penyebab dan patologi sindroma nyeri bahu, maka dapat

dikelompokkan menjadi:

PATOFISIOLOGI

Patofisiologi frozen shoulder masih belum jelas, tetapi beberapa penulis menyatakan bahwa

dasar terjadinya kelainan adalah imobilisasi yang lama. Setiap nyeri yang timbul pada bahu

dapat merupakan awal kekakuan sendi bahu. Hal ini sering timbul bila sendi tidak digunakan

terutama pada pasien yang apatis dan pasif atau dengan nilai ambang nyeri yang rendah, di

mana tidak tahan dengan nyeri yang ringan akan membidai lengannya pada posisi tergantung.

Lengan yang imobil akan menyebabkan stasis vena dan kongesti sekunder dan bersama-sama

dengan vasospastik, anoksia akan menimbulkan reaksi timbunan protein, edema, eksudasi,

dan akhirnya reaksi fibrosis. Fibrosis akan menyebabkan adhesi antara lapisan bursa

subdeltoid, adhesi ekstraartikuler dan intraartikuler, kontraktur tendon subskapularis dan

bisep,perlekatankapsulsendi.

7

Page 8: Frozen Shoulder Syndrome

Pendapat lain mengatakan inflamasi pada sendi menyebabkan thrombine dan fibrinogen

membentuk protein yang disebut fibrin. Protein tersebut menyebabkan penjedalan dalam

darah dan membentuk suatu substansi yang melekat pada sendi. Perlekatan pada sekitar sendi

inilah yang menyebabkan perlekatan satu sama lain sehingga menghambat full ROM.

Kapsulitis adhesiva pada bahu inilah yang disebut frozen shoulder.

GAMBARAN KLINIS 

Biasanya memang penderita datang dengan keluhan nyeri dan ngilu pada sendi serta gerakan

sendi bahu yang terbatas ke segala arah, terutama gerakan abduksi dan elevasi, sehingga

mengganggu lingkup gerak sendi bahu. Rasa nyeri akan meningkat intensitasnya dari hari ke

hari. Bersamaan dengan hal ini terjadi gangguan lingkup gerak sendi bahu. Penyembuhan

terjadi lebih kurang selama 6 -12 bulan, di mana lingkup gerak sendi akan meningkat dan

akhir bulan ke 18 hanya sedikit terjadi keterbatasan gerak sendi bahu.

a.   Nyeri

Pasien berumur 40-60 tahun, dapat memiliki riwayat trauma, seringkali ringan, diikuti sakit

pada bahu dan lengan nyeri secara berangsur-angsur bertambah berat dan pasien sering tidak

dapat tidur pada sisi yang terkena. Setelah beberapa lama nyeri berkurang, tetapi sementara

itu kekakuan semakin terjadi, berlanjut terus selama 6-12 bulan setelah nyeri menghilang.

Secara berangsur-angsur pasien dapat bergerak kembali, tetapi tidak lagi normal.

b. Keterbatasan Lingkup gerak sendi

Capsulitis adhesive ditandai dengan adanya keterbatasan luas gerak sendi glenohumeral yang

nyata, baik gerakan aktif maupun pasif. Ini adalah suatu gambaran klinis yang dapat

menyertaitendinitis, infark myokard, diabetes melitus, fraktur immobilisasi berkepanjangan

atau redikulitis cervicalis. Keadaan ini biasanya unilateral, terjadi pada usia antara 45–60

tahun dan lebih sering pada wanita.

Nyeri dirasakan pada daerah otot deltoideus. Bila terjadi pada malam hari sering sampai

mengganggu tidur. Pada pemeriksaan fisik didapatkan adanya kesukaran penderita dalam

8

Page 9: Frozen Shoulder Syndrome

mengangkat lengannya (abduksi), sehingga penderita akan melakukan dengan mengangkat

bahunya (srugging).

c. Penurunan Kekuatan otot dan Atropi otot

Pada pemeriksaan fisik didsapat adanya kesukaran penderita dalam mengangkat lengannya

(abduksi) karena penurunan kekuatan otot. Nyeri dirasakan pada daerah otot deltoideus, bila

terjadi pada malam hari sering menggangu tidur. Pada pemeriksaan didapatkan adanya

kesukaran penderita dalam mengangkat lengannya (abduksi), sehingga penderita akan

melakukandengan mengangkat bahunya (srugging). Juga dapat dijumpai adanya atropi bahu

(dalam berbagaoi tingkatan). Sedangkan pemeriksaan neurologik biasanya dalam batas

normal.

d.  Gangguan aktifitas fungsional

Dengan adanya beberapa tanda dan gejala klinis yang ditemukan pada penderita frozen

shoulder akibat capsulitis adhesiva seperti adanya nyeri, keterbatasan LGS, penurunan

kekuatan otot danatropi maka secara langsung akan mempengaruhi (mengganggu) aktifitas

fungsional yang dijalaninya.

Beberapa penulis membagi keadaan tersebut dalam 4 stadium:

1. Staduim I : rasa nyeri umumnya terdapat pada sekitar sendi glenohumeral, serta semakin

bertambah nyeri bila digerakkan tetapi belum menimbulkan keterbatasan gerak sendi bahu.

Pemeriksaan gerak secara pasif menimbulkan rasa nyeri pada akhir gerakan.

2. Stadium II : rasa nyeri bertambah, timbul pada malam hari sehingga mengganggu tidur.

Hampir setiap gerakan sendi bahu menimbulkan rasa nyeri dan gerakan tiba-tiba akan

menimbulkan rasa nyeri yang hebat. Nyeri terjadi pada daerah insersi otot deltoid dan

menjalar ke lengan dan siku. Karena rasa nyeri dan adanya keterbatasan gerakn sendi bahu

maka akan menimbulkan gangguan pada saat menyisir rambut.

9

Page 10: Frozen Shoulder Syndrome

3. Stadium III : rasa nyeri timbul secara spontan pada saat istirahat, walaupun demikian nyeri

akan tetap timbul bila melakukan gerakan tiba-tiba seperti meregangkan sendi. Pada stadium

ini keterbatasan gerak sendi bahu baru bertambah nyata, hal ini disebabkan oleh adhesi dan

kontraktur dari penebalan mangkok sendi bahu. Otot-otot sekitar sendi seperti supraspinatus

dan infraspinatus akan menjadi atrofi. Lamanya stadium I – III bervariasi antara beberapa

minggu sampai lbih kurang 2 bulan. Pada stadium III dan IV keterbatasan gerak sendi

merupakan masalah yang dihadapi.

4. Stadium IV : mulai terjadi penyembuhan dari keterbatasan sendi bahu secara bertahap dan

pemulihan gerakan sendi bahu mulai lebih kurang pada bulan ke 4 dan ke 5 dari saat mulai

timbulnya keluhan dan berakhir sekitar 6 sampai 12 bulan.gambaran radiologi umumnya

tidak menunjukkan adanya kelainan.

DIAGNOSA 

a.Anamnesis

Hal-hal yang harus ditanyakan kepada pasien adalah sebagai berikut:

- Lokasi dari nyeri bahu yang dirasakan

- Sudah berapa lama nyeri tersebut dirasakan

- Faktor apa saja yang menjadi pencetus timbulnya nyeri bahu tersebut dan yang dapat

menguranginya

- Ada tidaknya aktivitas yang berlebihan, terkilir atau trauma pada bahu sebelumnya

- Ada tidaknya masalah atau penyakit pada bahu yang pernah diderita sebelumnya. Jika

mungkin ditanyakan juga diagnosis serta terapi yang pernah diberikan saat itu.

- Perlu juga ditanyakan mengenai pekerjaan, kegemaran atau kegiatan waktu senggang yang

sering dilakukan pasien.

b. Pemeriksaan Fisik

Inspeksi

10

Page 11: Frozen Shoulder Syndrome

- Perhatikan postur tubuh pasien dan cara berjalan saat memasuki ruang periksa. Apakah

lengan berayun atau sesuai langkah kaki atau dipertahankan pada posisi tertentu.

- Pasien diminta untuk membuka pakaian bagian atas sampai ke pinggang dan saat pasien

melakukan hal tersebut perhatikan apakah gerakannya normal atau ada gerakan yang

canggung dan posisi terpaksa.

- Selain itu perhatikan :

1. Posisi leher dan punggung, apakah ada kifosis berlebihan pada vertebra torakal.

2. Posisi skapula relatif terhadap vertebra apakah ada protaksi berlebihan

3. Posisi humerus terhadap skapula dan vertebra torakal :

Adanya hipotrofi/atrofi otot

Adanya tanda radang akut, edema dan kemerahan

Palpasi

Palpasi sebaiknya di;lakukan dengan posisi pemeriksa di belakang pasien :

- Lakukan palpasi mulai dari sendi sternoklavikular, kemudian bergerak ke lateral sepanjang

klavikula menuju sendi akromioklavikula dan sendi glenohumeral

- Rasakan apakah terdapat edema, krepitasi, tanyakan ada tidaknya nyeri tekan. Perubahan

kontur tulang jaringan lunak dan peningkatan rasa nyeri.

- Oleh karena rotator cuff terletak tepat di bawah akromion, untuk dapat dipalpasi terlebih

dahulu harus dirotasikan keluar dengan cara mengekstensikan lengan pasien secara pasif,

sehingga kaput humeri berotasi ke anterior. Untuk mengetahui ada tidaknya nyeri tekan pada

rotator cuff palpasi daerah di bawah anterior akromion

- Palpasi di bawah bagian lateral akromion dapat menimbulkan nyeri tekan pada bursitis

subakromial

Pada frozen shoulder merupakan gangguan pada kapsul sendi, maka gerakan aktif maupun

pasif terbatas dan nyeri. Nyeri dapat menjalar ke leher, lengan atas dan punggung, perlu

dilihat faktor pencetus timbulnya nyeri. Gerakan pasif dan aktif terbatas. Pertama-tama pada

gerakan elevasi dan rotasi interna lengan, tetapi kemudian untuk semua gerakan sendi bahu.

Tes Appley scratch merupakan tes tercepat untuk mengeveluasi lingkup gerak sendi aktif

pasien diminta menggaruk daerah angulus medialis skapula dengan tangan sisi kontra lateral

11

Page 12: Frozen Shoulder Syndrome

melewati belakang kepala. Pada frozen shoulder pasien tidak dapat melakukan gerakan ini.

Bila sendi dapat bergerak penuh pada bidang geraknya secara pasif, tetapi terbatas pada gerak

aktif, maka kemungkinan kelemahan otot bahu sebagai penyebab keterbatasan.

Nyeri akan bertanbah pada penekanan dari tendon yang membentuk muskulotendineus

rotator cuff. Bila gangguan berkelanjutan akan terlihat bahu yang terkena reliefnya mendatar,

bahkan kempis, karena atrofi otot deltoid, supraspinatus dan otot rotator cuff lainnya.

c.Pemeriksaanpenunjang

-Radiologi

-Arthrografi

-Bonescan

-MRI

-EMG

-Arthroscopi

- Laboratorium

DIAGNOSA BANDING

Kekakuan pasca trauma setelah setiap cedera bahu yang berat, kekakuan dapat bertahan

beberapa bulan. Pada mulanya kekurangan ini maksimal dan secara berangsur-angsur

berkurang, berbeda dengan pola bahu beku. Kondisi pembanding dari kondisi Frozen

shoulder yang diakibatkan capsulitis adhesiva antara lain:

1) Bursitis subacromial, 

2) Tendinitis bicipitalis 

3) Lesi rotator cuff

PENATALAKSANAAN 

Beberapa teknik terapi fisik untuk penderita penyakit ini antara lain :

1. Diatermi gelombang pendek  (Short Wave Diathermy/ SWD)

12

Page 13: Frozen Shoulder Syndrome

Short Wave diathermy  merupakan suatu pengobatan dengan

menggunakan stressor berupaenergi elektromagnetik yang dihasilkan oleh arus listrik bolak-

balik frekuensi 27, 12 MHz, dengan panjang gelombang 11m.

Efektifitas dalam penggunaan SWD ditentukan oleh penentuan intensitas dan dosis.Intensitas

ditentukan oleh perasaan penderita terhadap panas yang diterimanya. Besar kecilnya

intensitas bersifat subjektif tergantung sensasi panas yang diterima pasien oleh karena itu

antara orang satu dengan lainnya mungkin bisa berbeda intensitas SWD yang diberikan .

Menurut schliphake, intensitas dibagi menjadi empat tingkat yaitu :

(a) Intensitas submitis (penderita tidak merasakan panas),

(b) Intensitas mitis (penderita merasakan sedikit panas),

(c) Intensitas normalis (penderita merasakan hangat yang nyaman),

(d) Intensitas fortis (Penderita merasakan panas yang kuat, tapi masih bisa ditahan).

Tujuan terapi panas yang dihasilkan pada pemberian SWD ini adalah:

a)      Mengurangi nyeri

Adanya gejala nyeri menunjukkan dalam keadaan tidak normal. Jaringan tersebut merupakan

sumber nyeri, keadaan yang tidak normal tadi memberikan iritasi kepada reseptor

nyeri. Stimulustadi selanjutnya akan dihantarkan oleh serabut “C” tanpa myelin (nyeri

tumpul, lamban, diffuse) atau serabut “A” delta bermielin (nyeri tajam, cepat). Panas yang

diberikan akan memberikan efek sedative karena adanya kenaikan nilai ambang nyeri.karena

adanya vasodilatasi akan memperlancar pembuangan zat “pain producing substance”.

b)      Memberikan relaksasi otot- otot spasme

Nyeri bahu akan merangsang reaksi protektif dari tubuh berupa spasme otot- otot sekitar

bahu. Ini dimaksudkan untuk memfiksir sendi bahu agar tidak bergerak, yang selanjutnya

akan terhindar rasa nyeri. Reaksi spasme itu sendiri akan menghambat sistem peredaran

darah setempat yang mengakibatkan terhambatnya reorgnisasi jaringan dan “pain producing

substance”. Hal ini akan menambah nyeri, sehingga siklus yang tidak menguntungkan, sel-sel

13

Page 14: Frozen Shoulder Syndrome

abnormal yang menyebabkan bengkak dan nyeri oleh pengaruh medan magnit yang

ditimbukan oleh gelombang pulsa SWD, sel-sel abnormal dapat dinormalkan.

Syarat-syarat untuk menentukan indikasi pemberian terapi dengan SWD:

1)      Stadium dari penyembuhan luka

2)      Sifat dari jaringan atau organ yang mengalami kerusakan

3)      Lokalisasi dari jaringan/ organ yang mengalami kerusakan

2.    Terapi Manipulasi

Terapi manipulasi adalah suatu gerakan pasif yang digerakkan dengan tiba- tiba,

amplitude kecil dan kecepatan yang tinggi, sehingga pasien tidak mampu menghentika 

gerakan yang terjadi.

Tujuan mobilisasi sendi adalah untuk mengembalikan fungsi sendi normal dan tanpa nyeri.

Secara mekanis, tujuannya adalah untuk memperbaiki joint play movement dan dengan

demikian memperbaiki roll-gliding yang terjadi selama gerakan aktif. Terapi manipulasi

harus diakhiri apabila sendi telah mencapai LGS maksimal tanpa nyeri dan pasien dapat

melakukan gerakan aktif dengan normal.

Gerakan translasi (traksi dan gliding) dibagi menjadi tiga gradasi. Gradasi gerakan ini

ditentukan berdasarkan tingkat kekendoran (slack) sendi yang dirasakan fisioterapis saat

melakukan gerakan pasif seperti yang ditunjukkan pada Grade I.  Grade I traksi merupakan

gerakan dengan amplitudo sangat kecil sehingga tidak sampai terasa adanya geseran

permukaan sendi. Kekuatan gaya tarik yang diberikan sebatas cukup untuk menetralisir gaya

kompresi yang bekerja pada sendi.

Kombinasi antara tegangan otot, gaya kohevisitas kedua permukaan sendi dan tekiri atmosfer

menghasilkan gaya kompresi pada sendi.

Grade II traksi dan gliding gerakan sampai terjadi slack taken up jaringan di sekitar

persendian meregang.

Grade III traksi dan gerakan sampai diperoleh slack taken up kemudian diberi gaya lebih

besar lagi sehingga jaringan di sekitar persendian teregang.

Traksi untuk memperbaiki luas gerak sendi:

14

Page 15: Frozen Shoulder Syndrome

Traksi mobilisasi grade III efektif untuk memperbaiki mobilitas sendi karena dapat meregang

(streatch) jaringan lunak sekitar persendian yang memendek. Traksi-

mobilisasi dipertahamkan selama 7 detik atau lebih dengan kekuatan maksimal sesuai dengan

toleransi pasien. Antara duatraksi yang dilakukan, traksi tidak perlu dilepaskan total keposisi

awal melainkan cukup diturunkan kegrade II dan kemudian lakukan traksi grade III lagi.

3.  Terapi Latihan.

Adapun metode yang digunakan adalah :

a. Active exercise

Latihan aktif disini bertujuan untuk menjaga serta menambah lingkup gerak sendi

(LGS).Disini penulis memberikan latihan dengan menggunakan metode free active

exercise.Gerakan dilakukan oleh kekuatan otot penderita itu sendiri dengan tidak

menggunakan suatu bantuan dan tahanan yang berasal dari luar.Latihan ini bisa dilakukan

kapan pun dan dimana pun penderita berada.

b. Overhead pulley

Tujuan dari pemberian overhead pulley adalah untuk menambah lingkup gerak sendi dan

meningkatkan nilai kekuatan otot dengan bantuan alat ini. Dengan adanya gerakan yang

berulang-ulang maka akan terjadi penambahan lingkup gerak sendi serta menjaga dan

menambah kekuatan otot jika diberi beban.

c, Codman pendulum exercis.

Codman pendulumexercise dilakukan pada stadium akut.

1)   Tujuan :

Untuk mencegah perlengketan pada sendi bahu dengan melakukan gerakan pasif sedini

mungkin yang dilakukan pasien secara aktif.

Gerakan pasif dilakukan untuk mempertahankan pergerakan pada sendi & mencegah

pelengketan permukaan sendi. Sedangkan pencegahan gerakan aktif adalah untuk mencegah

terjadinya kontraksi otot- otot rotator cuff & abductor bahu

15

Page 16: Frozen Shoulder Syndrome

2)   Cara melakukan:

Pasien membungkukkan badan  dan lengan yang sakit tergantung vertical. Posisi ini

menyebabkan lengan fleksi 90۫  pada bahu tanpa adanya kontraksi otot- otot deltoid

maupunrotator cuff. Gravitasi / gaya tarik bumi menyebabkan pemisahan permukaan

sendi glenohumeralsehingga kapsul sendi tersebut akan memanjang. Lutut pasien dalam

keadaan fleksi untuk mencegah timbulnya gangguan pada pinggang.

Pengobatan pada frozen shoulder sangat bervariasi sesuai dengan pengalaman klinik dan

sampai sekarang tidak ada terapi akurat. Terapi fisik baik dan menguntungkan dengan

dimulainya gerakan yang terarah dan benar.

Selama periode nyeri dapat dilakukan

1. Mengurangi/menghilangkan sakit dengan kompres es lokal

2. Medika mentosa dengan analgesik oral/NSAID

3. Gerakan lingkup gerak sendi pasif, yang lebih baik dilakukan daripada aktif

4. TENS

5. Mobilisasi dan manipulasi yang tepat dan benar

6. Pemanasan dengan alat diatermi.

7. Terapi latihan pendulum aktif dan pasif dapat meningkatkan lingkup gerak sendi dan

memperbaiki fleksibilitas kapsul.

PEMERIKSAAN FISIOTERAPI

Pemeriksaan fisioterapi pada kondisi frozen shoulder akibat kelumpuhan separuh

badan, sebagai berikut:

a) Anamnesis Umum : Identitas penderita

b) Anamnesis khusus:

1. Keluhan utama penderita

2. Lokasi keluhan utama

3. Sifat keluhan utama

4. Lamanya keluhan

16

Page 17: Frozen Shoulder Syndrome

5. Faktor-faktor yang memperberat keluhan.

c) Inspeksi : Dilakukan dalam posisi statis dan dinamis penderita.

d) Tes Orientasi : Untuk melihat kemampuan aktivitas lengan.

e) Pemeriksaan Fungsi Dasar : Gerakan aktif, pasif dan tes isometrik melawan tahanan sendi

bahu.

f) Pemeriksaan Spesifik:

1. Tes intra artikular (Joint Play Movement) sendi bahu.

2. Tes kekuatan otot.

3. Tes koordinasi gerakan.

4. Tes sirkumferentia otot (lingkar otot) daerah bahu.

TINDAKAN FISIOTERAPI

Tindakan fisioterapi pada kasus frozen shoulder akibat kelumpuhan separuh badan

didasarkan atas problematik yang terjadi pada pasien. Adapun masalah yang sering

mengganggu pasien seperti ini adalah : rasa nyeri gerak, terbatasnya ROM sendi bahu,

kelemahan otot-otot daerah bahu, tidak mampu melakukan gerakan-gerakan fungsional,

yaitu: menyisir rambut, mengambil sesuatu yang tinggi, mengambil dompet.

Tujuan fisioterapi :

1. Mengatasi rasa nyeri pada bahu.

2. Menambah gerak sendi bahu

3. Meningkatkan kekuatan otot-otot bahu.4.Mengembalikan aktifitas fungsional bahu.

Pelaksanaan Fisioterapi :

1) Elektro Terapi

17

Page 18: Frozen Shoulder Syndrome

Elektro terapi yang digunakan pada kondisi ini adalah Continuous Electro Magnetic 27 MHz

(CEM). Merupakan arus AC dengan frekuensi terapi 27 MHz yang memproduksi energi

elektromagnetik dengan panjang gelombang 11,6 meter, digunakan untuk menimbulkan

berbagai efek terapeutik melalui suatu proses tertentu dalam jaringan tubuh. Arus CEM ini

menghasilkan energi internal kinetika didalam jaringan tubuh sehingga timbul panas; energi

ini akan menimbulkan pengaruh biofisika tubuh misalnya pada thermosensor lokal

maupunsentral (kulit dan hipotalamus) dan juga terhadap struktur persendian. Tujuan yang

diharapkan dan arus CEM ini adalah menurunkan aktifitas noxe sehingga nyeri berkurang,

meningkatkan elastisitas aringan dan sebagai pendahuluan sebelum exercises.

2) Terapi Manipulasi

Terapi manipulasi yang diberikan adalah gerakan roll dan slide pada gerakan-gerakan sendi

bahu yang mengalami keterbatasan.Tujuan metode ini adalah membebaskan perlengketan

pada permukaan sendi, sehingga jarak gerak sendi akan bertambah.Dasar teknik ini adalah

memperhatikan bentuk kedua permukaan sendi dan mengikuti aturan Hukum Konkaf dan

Konveks suatu persendian.

3) Exercises Therapy

Exercises therapy yang diberikan pada kondisi tersebut adalah latihan Resistance Exercises

dan Metode Proprioceptive Neuromuscular Facilitation (PNF) yang bertujuan

meningkatkankekuatan otot daerah bahu baik manual maupun dengan menggunakan beban.

Selain itu jugadapat diberikan latihan dengan teknik Hold Relax yang bertujuan untuk

mengulur otot -ototyang memendek pada daerah bahu. Latihan tersebut sebaiknya

dilaksanakan setelah penderita mendapatkan modalitas elektroterapi.

4) Latihan aktivitas sehari-hari

Bentuk aktivitas yang bermanfaat bagi penderita frozen shoulder adalah menyisir

rambut,mengambil sesuatu yang tinggi, mengambil dompet, memutar lengan, dan

mengangkat bebanyang kecil-kecil.

KOMPLIKASI

18

Page 19: Frozen Shoulder Syndrome

Pada kondisi frozen shoulder akibat capsulitis adhesiva yang berat dan tidak dapat

mendapatkan penanganan yang tepat dalam jangka waktu yang lama, maka akan timbul

problematik yang lebih berat antara lain :

(1) Kekakuan sendi bahu

(2) Kecenderungan terjadinya penurunan kekuatan otot-otot bahu

(3) Potensial terjadinya deformitas pada sendi bahu

(4) Atropi otot-otot sekitar sendi bahu

(5) Adanya gangguan aktifitas keseharian (AKS).

19