Gbpp Dan Sap Pengantar Ilmu Pemerintahan

Embed Size (px)

Citation preview

GBPP MATAKULIAH

PENGANTAR ILMU PEMERINTAHANUNTUK PROGRAM STRATA DI PERGURUAN TINGGITaliziduhu Ndraha, Kybernolog 1 LATAR BELAKANG GBPP mata kuliah Pengantar Ilmu Pemerintahan ini semula ditulis sebagai bahan Workshop Penyusunan GBPP/SAP Semester I dan II Fakultas Manajemen Pemerintahan IPDN 2008/2009 di Jatinangor tgl 24 dan 25 November 2008, memenuhi undangan Dekan fakultas yang bersangkutan tgl 18 November 08 No 003/487/FMP/08. Sesuai saran berbagai fihak, naskah awal diperluas sehingga dapat digunakan sebagai pola dasar matakuliah Ilmu Pemerintahan untuk Program S1, S2, dan S3 Ilmu Pemerintahan. Penggunaannya disesuaikan dengan kebutuhan tiap stratum. Andaikan Ilmu Pemerintahan diibaratkan sebuah pohon-buah dengan buah (aspek Axiologi), batang (aspek Epistemologi), dan akarnya (aspek Ontologi), maka didaktik dan metodik (DM) pengajarannya diperlihatkan melalui Tabel 1 di bawah ini.Tabel 1 Didaktik dan Metodik (DM) Pengajaran Ilmu Pemerintahan Dilihat dari Aspek-Aspek Body-Of-Knowledge (BOK) Bahan Ajar (X menunjukkan tingkat kedalaman)------------------------------------| METODIK PENGAJARAN | |-------------------------------------| | S1 | S2 | S3 | --------------------------------------|-----------|------------|------------| | | Axiologi (Buah) | X X X | X X | X | | |-------------------------|-----------|------------|------------| | DIDAKTIK | Epistemologi (Batang) | X X | X X | X X | | |-------------------------|-----------|------------|------------| | | Ontologi (Akar) | X | X X | X X X | ----------------------------------------------------------------------------

Dengan catatan bahwa perancangan DM harus dilakukan secara bertahap tetapi konsisten, Program S1, S2, dan S3, sebaiknya tersusun menurut skala interval dan tidak ordinal apa lagi nominal belaka (Gambar 1, sistem single input - single output). Sungguhpun demikian, dalam fase peralihan, program khusus atau tertentu, darurat atau terpaksa, sistem multi-input single output dapat juga digunakan, didukung dengan program matrikulasi yang sepadan. Jadi sedapat-dapatnya:

jangan begini: (ordinal)S3 | | | | | S2 | S1 ilmu X

apalagi begini: (nominal, zig-zag)------>S3 | ilmu X | | | | ------>S2 | ilmu Y S1 ilmu Z

tetapi begini: (interval)S3 | | | S2 | | | S1 ilmu X

Gambar 1 Skala DM Program Strata Ilmu Pemerintahan 2 SESI SATU Sesi ini diisi dengan Penjelasan Umum, pandangan menyeluruh (overview) tetapi esensial (abstract, highlight) tentang Ilmu Pemerintahan (termasuk TIU) dan Sejarah Pengajaran Ilmu Pemerintahan di Indonesia. Semua mata kuliah yang terkait dengan Ilmu Pemerintahan mengacu pada Pengantar ini. Ilmu Pemerintahan yang diuraikan di sini adalah Ilmu Pemerintahan dalam konstruksi bangunan (bodyof-knowledge) yang disebut Kybernologi. Dalam hubungan itu, Kybernologi bukan sekedar judul buku, tetapi sebuah bangunan ilmu pengetahuan. Khusus di lingkungan IPDN/IIP, Ilmu Pemerintahan merupakan mata kuliah tingkat institut dan diajarkan pada semua program, strata, fakultas dan jurusan. Perkuliahan tiap semester terdiri dari 14 sesi tatapmuka dan dua sesi ujian (UTS dan UAS) = 16 sesi. Dari referensi ditelusuri sumber-sumber asli dan ditambahkan sumber-sumber lainnya. GBPP ini secara berkala ditinjau dan dikembangkan. Salahsatu versi GBPP ini dimuat dalam Bab XI Kybernologi Sebuah Pengharapan (2009). Sejarah Pengajaran Ilmu Pemerintahan di Indonesia diawali dengan Bestuurskunde, Bestuurswetenschap, dan Bestuurswetenschappen di Belanda. Menurut G. A. Van Poelje dalam Pengantar Umum Ilmu Pemerintahan (1959), mulai tahun kuliah 19281929 pengajaran dalam Jurusan Ekonomi Kenegaraan diperluas dengan mata pelajaran Ilmu Pemerintahan dengan tujuan supaya jurusan ini lebih disesuaikan dengan kebutuhan mereka yang berhasrat untuk bekerja pada dinas umum. Pada tgl 25 Januari 1928, Guru Besar Luar Biasa di bidang Ilmu Pemerintahan dilantik, dan dengan dmeikian maka pengakuan Ilmu Pemerintahan sebagai mata pelajaran (berderajat Doktor) pada pengajaran tinggi di Belanda menjadi suatu kenyataan. Selama masa 1928-1933 dua orang Doktor Ilmu Pemerintahan dipromosikan, yaitu

Dr R. E. Berends dan Dr F. Breedsvelt. Di masa itu Ilmu Pemerintahan dianggap sebagai struktur supra ilmu-ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan ekonomi perusahaan. Uraian di atas kemudian disusuli dengan pengajaran Ilmu Pemerintahan pada kursus dan bestruursacademie Pamongpraja di zaman Belanda, paradigma Ilmu Pemerintahan di lingkungan UGM sampai tahun 80-an (Gambar 2), dan dewasa ini (Gambar 3), paradigma IIP-UNPAD, dan paradigma IPDN/IIP-Baru.ILMU POLITIK | -----------------------------|----------------------------| | | | | ILMU ADM ILMU HUBILMU PEILMU PERBANTEORI PUBLIK INTERNASIONAL MERINTAHAN DINGAN POLITIK POLITIK

Gambar 2 Posisi Ilmu Pemerintahan Versi UGM (Tradisi Sampai Tahun 80-an)

Natural turbulences dan social turbulences yang terjadi di belahan dunia maju, misalnya di Amerika, mengerakkan pengubahan dan pembaharuan konstruksi berbagai ilmu pengetahuan. Paradigma Public Administration, misalnya, berubah menjadi Development Administration (tahun 60-an, pasca PD II), dan berubah

1 NEGARA 2 POLITIK KEPARTAIAN DAN PERWAKILAN

MASYARAKAT 3

Gambar 3 Ranah Publik: Bidang Studi Jurusan Ilmu Pemerintahan di Universitas Gadjah Mada (UGM) lagi menjadi The New Public Administration (1970-an, pasca Perang Vietnam). Dua

kali social turbulences (1965 dan 1998) dan sekali lagi natural turbulence (20042005) menimpa Indonesia, mendorong pembaharuan konstruksi Ilmu Pemerintahan. Turbulences itu ditanggapi dengan cara pendekatan yang berbeda oleh UGM dan Program Pascasarjana Kerjasama UNPAD-IIP (1996). Sejak tahun 2000-an, bidang kajian Jurusan Ilmu Pemerintahan di UGM dikonstruksi seperti Gambar 3 (A. Nurmandi, E. P. Purnomo, Suswanta, peny., Mencari Jatidiri Ilmu Pemerintahan, 2006), sedangkan Ilmu Pemerintahan di lingkungan Program Pascasarjana Kerjasama UNPAD-IIP direkonstruksi seperti Gambar 4. Rekonstruksi Gambar 4 bermula pada pendekatan kemanusiaan (Gambar 5). Melalui pendekatan ini, maka HAM, kebutuhan eksistensial Manusia, kebutuhan dasar masyarakat dan lingkungan hidupnya yang pertama-tama terlihat sebagai sasaran kajian, dan bukan Negara, kepentingan atau kekuasaan belaka. Rekonstruksi itu didorong oleh keinginan untuk mengembalikan Ilmu Pemerintahan pada posisi dan kualitasnya semula yaitu ilmu yang bertujuan menuntun hidup bersama manusia dalam upaya

NEGARA governent 1 ruang kekuasaan PUBLIK ruang publik 2 KEBIJAKAN PUBLIK governancekewenangan negara 1--------------->2 pelayanan publik

kewajiban negara 1-------------->3 pelayanan civil

ruang civil 3 MANUSIA HAM

Gambar 4 Interface Antara Negara Dengan Manusia mengejar kebahagiaan rohani dan jasmani yang sebesar-besarnya tanpa merugikan orang lain secara tidak sah (G. A. van Poelje, Algemene Inleiding tot de Bestuurskunde, 1953. Rekonsturksi Ilmu Pemerintahan menurut pendekatan Gambar

3 dan Gambar 4 terhadap fenomena pemerintahan digabung seperti Gambar 5 itu. Pendekatan seperti Gambar 5 itulah yang diajarkan di lingkungan IPDN/IIP ke depan, sebagai hasil pendaratan Bestuurskunde dan Bestuurswetenschap di bumi Indonesia. Pokok-pokok Kybernologi menurut perkembangannya yang terakhir terdapat dalam Bab I Kybernologi dan Pembangunan (2009).PENDEKATAN KEKUASAAN

PENDEKATAN KEMANUSIAAN DAN LINGKUNGAN

FENOMENA PEMERINTAHAN COMMON PLATFORM SEMUA ILMU PENGETAHUAN

ILMU PEMERINTAHAN KONSTRUKSI GAMBAR 4 BERNAMA KYBERNOLOGI

ILMU PEMERINTAHAN KONSTRUKSI GAMBAR 3 Gambar 5 Dua Macam Pendekatan

Referensi: Bab I Kybernologi 2003; Bab I dan Bab II dan Soewargono dalam Kybernologi Sebuah Rekonstruksi Ilmu Pemerintahan, 2005; Bab I dan Bab II Kybernologi Beberapa Konstruksi Utama, 2005; A. Nurmandi, E. P. Purnomo, Suswanta, peny., Mencari Jatidiri Ilmu Pemerintahan, 2006; Bab VIII Kybernologi Sebuah Profesi, 2007; Bab 3 Kybernologi dan Kepamongprajaan, 2008. Bab 3 Kybernologi dan Kepamongprajaan, 2008 3 SESI DUA Melalui pendekatan metadisiplin: Percaya agar (baru) tau (credo et intelligam), ditemukan Ontologi Kybernologi dengan dua variable pemikiran: Kualitas Manusia dan Hubungan Pemerintahan (lihat Gambar 6). Perkembangan kemanusiaan yang memuncak pada kenegaraan, membentuk Hubungan Pemerintahan, yang disebut juga Hubungan Antara Janji dengan Percaya, Keadaan dengan Pengharapan.

ALLAH mencipta CIPTAAN MAKHLUK MANUSIA-->MEMBUMI 1 CIPTAAN | MANUSIA | PENDUDUK-->BERMASYARAKAT | 2 CIPTAAN | MANUSIA | PENDUDUK | WARGAMA| SYARAKAT-->BERBANGSA | 3 CIPTAAN | MANUSIA | PENDUDUK KUALITAS MASYARAKAT MANUSIA WARGABANGSA-->BERNEGARA | 4 CIPTAAN | MANUSIA | PENDUDUK | MASYARAKAT | BANGSA | WARGANE| GARA----->BERPEMERINTAHAN 5 CIPTAAN MANUSIA 7 PENDUDUK YANG DIMASYARAKAT PERINTAH BANGSA konstituen NEGARA pelangganPEMERINTAH konsumer (peran) korban 6 mangsa Gambar 6 Ontologi Kybernologi dengan 7 Terminal

Referensi: Bab 1, Bab 6 dan Bab 7 Kybernologi 2003; McIver, R. The Web of Government, 1961. 4 SESI TIGA Epistemologi Ilmu Pemerintahan: Teori Kebutuhan. Pemikiran pemerintahan sejajar dengan pemikiran ekonomi, bermula dari kebutuhan manusia sejak terjadinya di dalam kandungan. Pikiran ini dideduksi dari Ontologi Pemerintahan di atas. Pemenuhan kebutuhan manusia selain bersifat komprehensif (segala bidang kehidupan) juga bersifat jangka panjang sejauh mungkin ke depan: Gouverner cest prevoir, demikian ungkapan Perancis.

------------------------------------------------------------------------| | | 7 | | PENGORBANAN | | CIVIL SERVANT | | | | | | | | 4 5 6 9 | | ----INDI- -----CIVIL-----acting---------CIVIL------| | | VIDU RIGHTS action SERVICES | | | | | | | | | | | | | | 8 | | | | KESEMPATAN dan HARAPAN (HOPE) | | | | PELANGGAN UNTUK MENJADI KONSUMER, | | | | KORBAN dan MANGSA untuk SELAMAT | | | | | | 2 | | | 1 HUMAN 3 12 14 20 | MANU- ----RIGHTS-----HUMAN PUBLIC PUBLIC kontrol,-----| SIA & INSNEEDS POLICY ACTOR evaluasi | TINCTS | | | | | | | 13 | | | | 11 | POLICY | 16 | | | -----PUBLIC---------IMPLE----------PUBLIC----| | | CHOICE MENTATION | SERVICES | | | | | | | | | | | | | | 10 | | 15 | ----MASYA| | penggunaan oleh KONSUMER | RAKAT | | HAK HIDUP KORBAN atau HAK MANGSA | | | | UNTUK MEMPERTAHANKAN DIRI | | | | KEPERCAYAAN (TRUST) terhadap PEMERINTAH | | | | PENGHARAPAN (HOPE) DI MASA DEPAN | | | | | | | --------------------------------------------| | | 17 18 19 ----PRIVATE------ --BARANG---------MARKET CHOICE JASA (SATISFACTION)

---> 7pembentukan civil service --->12pembuatan kebijakan publik --->13pengadaan public goods *empowering

--->14pembentukan public actor --->15pemberdayaan (enabling, emp.*) --->17privatisasi vs statalisasi

Gambar 7

Teori Kebutuhan

Kebutuhan perlu dibedakan dengan kepentingan. Pada dasarnya, kebutuhan, lebihlebih kebutuhan dasar (asasi) bersifat objektif. Itulah sebabnya kebutuhan dasar itu diposisikan sebagai hak asasi manusia, dan pemenuhannya sebagai kewajiban negara. Semua orang membutuhkan makanan. Tetapi pada saat orang berniat dan berkesempatan memilih makan apa atau makan siapa dan kapan, maka dasar pertimbangannya adalah kepentingan. Jadi kepentingan itu subjektif. Maka berbahaya jika orang memilih (membeli) tanpa mengetahui apa yang sesungguhnya dia

butuhkan. Perlu dikemukakan bahwa manusia (setiap orang) memiliki HAM begitu ia terbentuk dalam rahim ibunya, tetapi tidak dapat dan tidak mungkin ia dibebani KAM (kewajiban asasi) pada saat yang sama. Dia dapat terbebani KAM seiring dengan kemampuannya untuk bertanggungjawab. Referensi: Book Two Walter Lippmann The Public Philosophy, 1956, h. 84); Bab 4 Kybernologi 2003; Bab 2 Kybernologi Beberapa Konstruksi Utama, 2005; Bagian Dua Bab VI Kybernologi Sebuah Scientific Enterprise, 2006; Bab V Kybernologi Sebuah Metamorphosis, 2008; dan referensi Teori Kebutuhan A. Maslow, dsb. 5 SESI EMPAT Epistemologi Pemerintahan: Teori Pelayanan. Perlindungan dan pemenuhan kebutuhan manusia dan masyarakat melalui public choice (public service, civilNEGARA------>PRODUK------>PELANGGAN | | --------------------| | BERDAYA TAK BERDAYA | | | | KONSUMER KORBAN | --------------------| | DIBERDAYAKAN TAK DIBERDAYAKAN | | | | KONSUMER MANGSA | ----------------------------| | DISELAMATKAN TAK DISELAMATKAN | | | | *jika penyelamatan KORBAN* DIMANGSA, DISANTAP juga memberdayakan, | DIKORBANKAN korban jadi konsumer --------------------| | DIBERDAYAKAN TAK DIBERDAYAKAN | | | | KONSUMER MANGSA

Gambar 8 Teori Pemberdayaan (Pelayanan)

service, ruang Ilmu Pemerintahan) dan private choice (market service, ruang Ilmu Ekonomi). Kualitas pelayanan di sektor publik dan civil herus dibedakan dengan kualitas pelayanan di sektor privat dan bisnis.Tabel 2 Pelayanan Publik dan Pelayanan Civil

--------------------------------------------------------------------------------DIMENSI PELAYANAN PUBLIK PELAYANAN CIVIL --------------------------------------------------------------------------------1 DASAR Pasal 33 (2) UUD 45 Public Choice Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Kewenangan Negara Jangka pendek Lapisan/Kelompok Masyarakat sebagai pelanggan Fihak YD Menyesuaikan diri dgn Kondisi Fihak YM Semakin berkurang dengan semakin majunya masy. Diusahakan serendahrendahnya, dapat dibebankan kepada fihak YD Aktor pemerintahan a Monopoli Negara tapi dpt diprivatisasikan b Lebih normatif Kualitas pelayanan terdapat dlm dasar hokum pelayanan ybs Bergantung pada kemampuan dan kesempatan pelanggan menggunakan layanan Pelanggan Percaya Kendatipun Ybs Kecewa supaya masyarakat percaya sementara mereka kecewa? Info tanpa kebohongan, pertanggungjawaban (responsibility) Human Rights, Civil Rights, Constitutional Rights, Conventions Melindungi, Menyelamatkan Manusia dan Lingkungannya Kewajiban Negara (Gambar 4) Jangka Panjang Individu pribadi sebagai pelanggan, korban dan mangsa Fihak Yg Melayani (YM) menyesuaikan diri dgn YD Semakin meningkat, baik kualitas maupun kuantitas dan kesebarannya Tidak dibebankan langsung kpd fihak YD; no price; dibiayai oleh Negara

2 TUJUAN

3 STATUS 4 VISI 5 YANG DILAYANI (YD) 6 SIKAP

7 PROSPEK

8 HARGA BIAYA

9 PELAKU (YM) 10 SIFAT

Civil Servant, Artis pemerintahan a Monopoli Negara dan tidak dapat diprivatisasikan b Antisipatif berdasarkan asas Manajemen Bencana yaitu Waktu = Nol (langsung action, tak ada waktu utk mencari dan menyiapkan the 6M) Bergantung pada acting dan action civil servant dan artis pemerintahan Korban/Mangsa Berpengharapan Dalam Ketidakberdayaannya Supaya dalam diri korban tumbuh asa sementara ia tidak berdaya? Reformasi sepenuh hati Bukti, bukan janji Sekarang, bukan nanti. . . . .

11 FAKTOR

12 KUALITAS TERTINGGI 13 MASALAH Bagaimana 14 SOLUSI

----------------------------------------------------------------------

Kepuasan pelanggan tidak dapat dijadikan kualitas pelayanan publik dan pelayanan civil, pertama karena di dalam ruang dua pelayanan itu tidak ada pilihan; kalaupun ada sangat mahal atau sangat berat, dan kedua karena dalam kekecewaan dan ketidakberdayaan sekalipun, kepercayaan masyarakat kepada negara dan pengharapan manusia terhadap masadepan bisa terbentuk dan terjaga, jika saja masyarakat (bisa) memahami (mengerti, menerima) pertanggungjawaban pemerintah, dan melihat adanya perubahan dan kemajuan yang konsisten ke depan. Di dalam Teori Pelayanan termasuk Teori Pemberdayaan, Teori Kerja, Careerism, dan Professionalism. Tetapi untuk Indonesia bisa terbalik, jika meManusiakan manusia (memulihkan atau mengembalikan Manusia ke dalam fitrahnya semula) dipandang sebagai pemberdayaan, maka di satu sisi, dalam Teori Pemberdayaan (Manusia dan Masyarakat) terletak Teori Pelayanan. Jika pelayanan itu diibaratkan penyembuhan penyakit, maka perlu diingat bahwa tidak merasa sakit belum tentu sehat. Menyehatkan berarti mencegah penyakit, dan mencegah selalu lebih baik ketimbang mengobati. Jadi di sisi lain pelayanan harus diarahkan padaTabel 3 Layanan Civil Berdasarkan UUD 1945 (Naskah Asli, Sebelum Amandemen) --------------------------------------------------------------------------KEBUTUHAN PASAL --------------------------------------------------------------------------TELAH DINYATAKAN SECARA JELAS, WALAUPUN BELUM SEMUANYA DIIMPLEMENTASIKAN TASIKAN: 1 2 3 4 5 HAK/PENGAKUAN SEBAGAI SOVEREIGN (VOTER/VOTING) PENGAKUAN SEBAGAI JIWA DAN SEBAGAI WARGA NEGARA KEBERSAMAAN KEDUDUKAN DI DEPAN HUKUM (KEADILAN) PEKERJAAN DAN PENGHIDUPAN YANG LAYAK KEMERDEKAAN BERSERIKAT, BERKUMPUL, MENGELUARKAN PIKIRAN 6 KEMERDEKAAN UNTUK MEMELUK AGAMA 7 PENGAJARAN 8 PEMELIHARAAN FAKIR MISKIN DAN ANAK TERLANTAR TIDAK/BELUM DINYATAKAN SECARA JELAS: 1 KEBEBASAN MEMILIH 2 KEPASTIAN HUKUM, KEKUATAN HUKUM 3 PERLINDUNGAN 4 KESELAMATAN 5 CONSUMERISM (bukan konsumtif!) dan sebangsanya -------------------------------------------------------------------------------1 (2) 26 27 (1) 27 (2) 28 29 (2) 31 (1) 34

pemberdayaan. Lihat juga Gambar 4, Gambar 7, dan Gambar 9 di bawah. Adapun perbedaan antara pelayanan civil dengan pelayanan publik sebagai berikut (Tabel 2 dan Tabel 3) Referensi: Bab III Kybernologi Sebuah Rekonstruksi Ilmu Pemerintahan, 2005; Bab 5 Kybernologi Beberapa Konstruksi Utama, 2005; Bab I Kybernologi Sebuah Charta Pembaharuan, 2007; Bab III Kybernologi Sebuah Profesi, 2007; Bab 11 Kybernologi dan Kepamongprajaan, 2008; Bab V Kybernologi Sebuah Metamorphosis, 2008 6 SESI LIMA Epistemologi Ilmu Pemerintahan: Teori Governance. Setiap masyarakat (unit kultur) digerakkan oleh tiga subkultur, yaitu subkultur ekonomi (SKE), subkultur kekuasaan (SKK), dan subkultur sosial (SKS). Interaksi antar tiga subkultur itu disebut governance. Bagaimana governance terbentuk, bagaimana masyarakat melindungi dan memenuhi kebutuhannya melalui interaksi tiga subkultur itu, bagaimana subkultur bekerja (berinteraksi) satu dengan yang lain, bagaimana interaksi antar governance, diterangkan melalui Teori Governance. Subkultur ekonomi (SKE) berfungsi membentuk nilai dari sumberdaya yang ada. Pada gilirannya hal ini menimbulkan ketidakadilan, karena peroleh nilai bergantung pada sumberdaya yang berawal pada sumberdaya alami (SDA) sebagaimana adanya. Manusia mengatasi hal ini melalui pelestarian SDA dan fungsi pengaturan SKE di hulu, fungsi implementasinya (pengurusan) di tengah. Dalam rangka menegakkan peraturan (kebijakan pengaturan SKE), memaksimalkan pengurusan (meredistribusi nilai ke dalam masyarakat di tengah, dan mempertanggungjawabkan fungsi-fungsi itu kepada masyarakat di hilir), terbentuklah subkultur kekuasaan (SKK). Watak koruptif kekuasaan melahirkan pemikiran tentang pentingnya subkultur sosial (SKS) dalam masyarakat. SKS pada hakikatnya terdiri dari dua kualitas: sebagai pelanggan dan sebagai konstituen, yang memiliki hak eksistensial, HAM, dan hak-hak derivatif. Sebagai pelanggan ia menyampaikan kebutuhannya ke hulu melalui kualitasnya sebagai konstituen, dan memonev redistribusi nilai oleh SKK di hilir. Kebijakan otonomi Daerah berdasarkan UU 32/04, Pasal 1 butir 2, 3 dan 4, sesuai dengan teori ini. Di sana dinyatakan bahwa Pemerintah Daerah (Kepala Daerah dan jajarannya, local government) bersama DPRD adalah penyelenggara pemerintahan Daerah. Pemerintahan Daerah dalam hubungan itu setara dengan local governance. Konsep governance lebih luas ketimbang konsep government. Dalam Gambar 9 terlihat juga bahwa konsep pemerintahan lebih luas daripada konsep pembangunan pemerintahan. Di bawah konteks pemerintahan daerah, pemerintahan sama dengan

policy making + policy implementation. Pembangunan itu sendiri berada di dalam policy implementation di ruang SKE. Policy implementation dapat dibedakan dengan policy implementation monitoring and evaluation, and feedback. Gambar 9 berawal pada Gambar 4 tentang interface antara konsep Manusia dengan konsep Negara. Interface itu membentuk ruang Masyarakat. Interaksi antar subkultur masyarakat----------------------| NEGARA | 2 3 -----mengontrol---------mengontrol-----| memberdayakan | | membayar | | | | | | | | | | | | mengontrol SKK | | | | | di hulu | | | constituent ------ SKE--------|--------->SKK----------|-------->SKS------| pemain | | | penonton | | | | wasit | pelanggan | | | | | | | mengontrol SKK | | | ----------|-|---------di hilir | | pembangunan | | | | | | | meredistribusi | | | membentuk, | | nilai via pela| | | |----meningkatkan,-----yanan civil, -----| | | | mencipta nilai pelayanan public | | | | 1 (inc.pemberdayaan) | | | | 4 | | | | MASYARAKAT | | | | | | | ------melayani-------5---------pasar-------| | | | MANUSIA | | | ---------------------------feedback--------------------------6Gambar 9 Teori Pemerintahan (Governance): Interaksi Antar Tiga Subkultur Melalui 6 Rute Subkultur Ekonomi (SKE), Subkultur Kekuasaan (SKK), dan Subkultur Sosial (SKS dgn kualitas Sebagai Pelanggan dan Constituent) yang Disebut juga Subkultur Pelanggan (SKP)

masyarakat melalui tiga terminal, yaitu SKE, SKK, dan SKS. Lintasan gerak dari terminal ke terminal disebut rute. Gambar 10 menunjukkan 5 rute dasar interaksi antar tiga subkultur. Rute 5 menunjukkan rute pelayanan pasar, sedangkan Rute 6 feedback ke dalam interaksi.

Tabel 4 Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah----------------------------------------------------------------------------PENGATURAN PENGURUSAN MONEV DAN FEEDBACK LOCAL GOVERNANCE ----------------------------------------------------------------------------1 DPRD -DPRD DPRD PEMERINTAH -LOCAL GOVERNMENT DAERAH (LOCAL GOVERNMENT) ----------------------------------------------------------------------------2 KEPALA DAERAH

Sepanjang Rute 5 pada Gambar 10 dilakukan pemantauan dan evaluasi redistribusi---------------------| NEGARA | SKK mengontrol SKS sbg konstidan memberdayatuen mengontrol --kan SKE via kebi--SKK di hulu via UU-| jakan & impl.nya | | dan PERDA | 2 | | | | 3 | | petaruh, petarung | | | | | SBG KONSTITUEN ------ SKE------------------>SKK-------------------->SKS--------| pemain | | | SBG PELANGGAN | | | | wasit | penonton | | | | | | | | | | | | | | | | SKS sbg pelanggan | | | | | | | mengontrol SKK via | | pembangunan | | | | monev & feedback | | | | | | | di hilir | | | ---------|-|---------| | | | | | 5 | | | | membentuk, me| | memberdayakan, | | | | 1 ningkatkan, men- | | meredistribusiSKK----------|----->STAKEHOLDER----| pemain | | | penonton | | | | wasit | | | | | | | | | | SKS sbg PELANGGAN | | | | | | | mengontrol SKK via | | pembangunan | | | | monev & feedback | | | | | | | di hilir | | | ---------|-|---------| | | | | | 5 | | | | membentuk, me| | memberdayakan, | | | | 1 ningkatkan, men- | | meredistribusiLINGKUNGAN--------membentuk------->GOVERNANCE-------| 7 faktor 3 subkultur | | | | keselarasan | keseimbangan | keserasian feedback MASYARAKAT dinamika | keberlanjutan | interaksi antar | tiga subkultur | | | GOOD GOVERNANCE evaluasi oleh KINERJA | ----BAD GOVERNANCESAFAT---|---TEMO- ---DO- ---|---LI- ---| |--| | ILMU | LOGI LOGI | TIAN ---LAPANGAN---| | | | | | | | | | | | | | | | PE---DIDAKTIK---| | ---AXIOLOGI ---NGA- --| || | | JARAN ---METODIK----| | | | | | | ---------------------NILAI-------------------| | | ----------------------------------FEEDBACK---------------------------------

Gambar 14 Genealogi Metodologi BOK Body Of Knowledge

Metodologi Pengajaran Ilmu Pemerintahan. Genealogi Metodologi tersebut sebagai berikut (Gambar 14). Perbedaan antara Epistemologi dengan Metodologi terletak pada titikpandang. Epistemologi memusatkan perhatian pada substansi atau objek-- METODOLOGI PENELITIAN --------------- METODOLOGI ILMU -------------| | | | | | | berfungsi: | | | | identifikasi | | | | deskripsi | | diolah diuji | | dikonBODY OF eksplanasi | D A T A -------> INFO ------> PENGE- ---------->KNOWLED- ------------------> ILMU | TAHUAN struksi GE (BOK) diagnosis | | prediksi(fcasting) | | eksperimentasi | direkam self-control | | diwaris| kembang| kan FENOMEN | FAKTA KUALITAS--------->NILAI-------------->NORMA | bisa dipaksakan (N) | | | | | feedback NFILSAFAT PEMERINTAHAN | | ASAS-ASAS (YANG ADA) | deduksi | ------------------------| | | | NORMA NILAI TERTULIS TIDAKTERTULIS | | | | ---------------| | | | | | | -->CUKUP TIDAK CUKUP | | | | | DIPERLUKAN | | NILAI BARU | ---DITEMUKANVISI 1 dua puluh tahun 2 kecenderungan internal apa yg terlihat bila & eksternal, kondisi yg keadaan berjalan menutakberubah dan takbisa rut fakta sekarang diubah (takdir) (terminal 1) Gambar 18 Teori Visi Tujuan Jangka Panjang Berisi Nilai Ideal Melalui Envisioning Pemerintahan (Menggunakan Pola UU 25/04 dan UU 17/07) Kebijakan Jangka Panjang 20 Tahun (S strategi, R rezim 5 tahunan)

Referensi: Bab VII M. J. Langeveld, Menuju Ke Pemikiran Filsafat, 1957; Bab 37 Kybernologi 2003; Bagian Tiga Bab VIII Kybernologi Sebuah Scientific Enterprise (2006) dan Bab I Kybernologi Sebuah Profesi (2007); Bab III Teori Budaya Organisasi, 2005 11 SESI SEPULUH Axiologi Ilmu Pemerintahan: Kepamongprajaan. Duabelas nilai kepamongprajaan di dalam governance (Gambar 19). Kepamongprajaan sebagai superstruktur profesi pemerintahan melalui pendekatan lintas sektoral bermula pada Visi. IPDN/IIP

didirikan untuk membentuk tenaga-tenaga pemerintahan yang berkualitas kepamongprajaan ini. Tentang hal ini, van Poelje dalam Pengantar Umum Ilmu Pemerintahan (1959) menyatakan:-------------------------------KYBERNOLOGI------------------------------| | (ILMU PEMERINTAHAN BARU) | | | | | | | | | | | KEAHLIAN KEAHLIAN | | DI BIDANG----------GENERALIS----------DI BIDANG | | PEMERINTAHAN | PEMERINTAHAN | | | | | | | | | | | | PROFESI | PROFESI | | BIDANG PE| BIDANG PE| | MERINTAHAN | MERINTAHAN | | | --------------------| | | | | vooruitzien | | | TEOLOGI PEMERINTAHAN | conducting | PEMERINTAHAN TEKNOLOGI PEMERINTAHAN DAERAH | coordinating | DAERAH PEMERINTAHAN | | | peace-making | | | | | | residue-caring | | | | KEBIJAKAN | turbulence-serving | KEBIJAKAN | |--------------BIDANG-----|---KEPAMONGPRAJAAN---|-----BIDANG--------------| | KEAGAMAAN | Freies Ermessen | PEKERJAAN UMUM | | | | gen & spec function | | | | | | omnipresence | | | KYBERNOLOGI* KEPALA KANTOR | responsibility | KEPALA DINAS KYBERNOLOGI KEBERAGAMAAN AGAMA |magnanimous-thinking | PEK. UMUM PEK. UMUM | | | statesmanship | | | | | --------------------| | | PROFESI | PROFESI | | BIDANG | BIDANG | | KEAGAMAAN | PEK. UMUM | | | | | | | | | | | | KEAHLIAN | KEAHLIAN | | DI BIDANG----------SPESIALIS----------DI BIDANG | | TEOLOGIA PEK. UMUM | | | | | | | | | --------------TEOLOGI TEKNOLOGI------------CIVIL *KYBERNOLOGI KETUHANAN? Gambar 19 Duabelas Nilai Kepamongprajaan. Kepamongprajaan Sebagai Superstruktur Berbagai Profesi Sektoral Pemerintahan Hubungan Antara Kybernologi Dengan Ilmu-Ilmu Lain Dalam Hal Ini Teologi Dua Hibrida yaitu Teologi Pemerintahan dan Kybernologi Keberagamaan (KeTuhanan?)

. . . . . . bahwa berbagai ilmu pengetahuan yang bertalian dengan salah satu bagian dari penguasaan (beheer) perusahaan partikelir pada akhirnya bermuara pada suatu ajaran perusahaan umum (algemene bedrijfsleer) yang meliputi kesemuanya dan bahwa ajaran

tentang penguasaan perusahaan-perusahaan partikelir ini setidaktidaknya untuk sebagian merupakan syarat bagi adanya ilmu pengetahuan yang lebih tinggi daripadanya, ialah Ilmu Pemerintahan (Bestuurskunde, Bestuurswetenschap) yang aksiologi utamanya di Indonesia adalah Kepamongprajaan (Gambar 19). Referensi: Bab XIII Kybernologi Sebuah Charta Pembaharuan, 2007; Bab XX Kybernologi Sebuah Scientific Movement, 2007; Bab VI Kybernologi Sebuah Profesi, 2007; Bab 1, Bab 2, Bab 4, Bab 5, dan Bab 6 Kybernologi dan Kepamongprajaan, 2008; Bab 1 dan Bab 7 Kybernologi Sebuah Metamorphosis, 2008; Bab XIV Kybernologi dan Pengharapan, 2009. 12 SESI SEBELAS Axiologi Ilmu Pemerintahan: Kebijakan (dalam bahasa UU 32/04: Penyelenggaraan) Pemerintahan. Konsep-konsep terkait: Filsafat, Kearifan (Kebijaksanaan, Wisdom), Asas (Principles, Beginselen), Nilai, Kebijakan (Policy), dan Kebijaksanaan (Bijak sana, Bijak sini, Korupsi). Kebijakan dalam ruang governance sebagai penyelenggaraan otonomi masyarakat (daerah). Lihat juga Gambar 16, Gambar 17, dan Gambar 18. Berbeda dengan konstruksi kebijakan menurut Ilmu Politik, konstruksi kebijakan dalam Kybernologi terlihat melalui Gambar 20. Ia diletakkan di dalam bingkai (frame) invention denganscientific policy policy im----->RESEARCH----------->INVENTION----------->POLICY-----------------| enterprise making (input) plementation | | | | | |----------------------------with or without----------------------------| | | | | | I TP ------------> OP ------------> LK --| info kebijakan implementasi marketing | | distribusi | | | j -- komunikasi penggunaan -- e | | | | | b20 | | | | R3 O-------|-------|-------|------>20 | | | | R4 O-------K1------K2------K3----->20 | K4R rezim 5 tahunan; O orientasi 20 ke depan K1234 = kinerja R1R2R3R4 selama 20 tahun (expected output, bulat) 0 20 rel (landasan) jangka panjang Gambar 22 Manajemen Pemerintahan Berskala Jangka Panjang (20 Tahun) UU 25/04 dan UU 17/07

Referensi: Bab 10, Bab 13, dan Bab 14 Kybernologi 2003; Bagian Pertama Bab 5 Kybernologi Beberapa Konstruksi Utama, 2005; Bab X Kybernologi Sebuah Scientific Movement, 2007; Bab 12, Bab 13, dan Bab 17 Kybernologi dan Kepamongprajaan, 2008; Bab II Kybernologi dan Pembangunan, 2008 14 SESI TIGABELAS Axiologi Ilmu Pemerintahan: Seni Pemerintahan dan Teknologi Pemerintahan. Pentingnya Seni (dan Teknologi) diungkapkan oleh Will Durant dalam The Story of Philosophy (1956, xxvi): Every science begins as philosophy and ends as art. Proposisi Durant ini menerangkan mandulnya suatu ilmu dan pincangnya hubungan antara teori dengan praktik. Ah, itu sih teori, demikian keluhan berbagai kalangan. Penyebab kemandulan dan kepincangan itu terletak di hulu (keringnya Filsafat dan lemahnya teori) dan di hilir (miskinnya Seni praktik atau implementasi: Benar, tetapi. . . . , Setuju, namun. . . . Seni Pemerintahan menunjukkan upaya penumbuhkembangkan kreativitas dan efektivitas. Ruangnya dalam Model 1 Gambar 23. Dalam hubungan itu, kepemimpinan adalah seni, how to get things done through the leader him- (her-) self. Selanjutnya Teknik dan Teknologi Pemerintahan menunjukkan kemahiran, kehematan, dan efisiensi. Ruangnya dalam Model 2 Gambar yang sama. Kombinasi Model 1 dengan Model 2 menghasilkan Model 3, Gambar 23.

kreativitas efektivitas | | Ikons-----1---->Omaks3-------------| | -----Imin------2---->Okons | | kemahiran kehematan efisiensi Gambar 23 Seni Pemerintahan dan Teknik Pemerintahan I input, O output, kons konstan (seadanya), maks maksimum, min minimum

Referensi: Bab 12, Bab 19, Bab 30, dan 34 Kybernologi 2003; Bab I Kybernologi dan Pengharapan (2009). 15 SESI EMPATBELAS Axiologi Ilmu Pemerintahan: Etika Pemerintahan. Perbedaan dan kaitan antara Etika dengan Moral: Pertimbangan Moral berlangsung dalam masyarakat, sedangkan pertimbangan Etik berlangsung di dalam kalbu (lubuk hati, hati nurani, hati sanubari, insan kamil) sendiri. Etika Pemerintahan adalah Etika Otonom, sanksi pelanggaran dan reward penaatannya bersumber dari diri sendiri, sementara sanksi dan reward Moral dari masyarakat. Dengan pegangan Moral saja, Iblis bisa bercahaya seperti Malaikat, Serigala berbulu Domba, dan Musang berbulu Ayam, Jadi bukan disumpah, tetapi bersumpah. Kode Etik Profesional, dan Etiket Pergaulan Politik/Diplomatik adalah aplikasi Etika Pemerintahan. Tetangga Etika Pemerintahan adalah Teologi Pemerintahan. Seperti telah dikemukakan, ada Hak Asasi dalam arti bawaan, yang terbentuk sejak dalam kandungan, tetapi tidak ada Kewajiban Asasi dalam arti itu; kewajiban tumbuh sejajar dengan pertanggungjawaban (kemampuan bertanggungjawab). Teori Tanggungjawab menurut Herbert J. Spiro dalam Responsibility in Government (1969). Kunci Etika Pemerintahan terletak pada pertimbangan etik dan pertanggungjawaban etik (Terminal 6 dan Terminal 10 Gambar 24).

1 2 3 4 5 6 ----->apakah------>kualitas--->nilai--->norma--->kesadaran---->pertimbangan---| etika? dasar etik etik etik etik etik otonom | | etika otonom | | | | | | | etika heteronom yg-benar guna tertanam norma mediskusi antar | | yg-baik dlm kuat, lu- nerangi norma dlm kalbu | | yg-wajib hidup as, jelas nurani kebebasan memi| | lih, kesepakatan | | | | 10 9 8 7 | | 11 pertanggungperilaku tindakan keputusan | ----etikalitasSTAKEHOLDER----| pemain | | | penonton | | | | wasit | | | | | | | | | | SKS sbg PELANGGAN | | | | | | | mengontrol SKK via | | pembangunan | | | | monev & feedback | | | | | | | di hilir | | | ---------|-|---------| | | | | | 5 | | | | membentuk, me| | memberdayakan, | | | | 1 ningkatkan, men- | | meredistribusiGOAL R7 | | 7 HARAPAN R6 | | R5 | 38 tahun R4 6 MISSION | R3 | | R2 5 MASALAH | | R1 | FAKTA SEKARANG-------------------------------------->VISION 1 tigapuluhdelapan tahun 2 kondisi yg takbisa apa yg terlihat bila diubah (takdir), keadaan berjalan menudan atau takbisa rut kondisi yg tak (sulit) berubah R = rezim berubah (fakta, 1)

Gambar 6 Fakta, Visi, Idea, Goal, Masalah, Misi, dan Harapan (2008). Jerman dan Amerika dapat digunakan sebagai ilustrasi. Obsesi para kanselir sebelum Helmut Khl adalah mempersatukan Jerman, mengembalikan Jerman pada

posisi terhormat di Eropah, membebaskannya dari bayang-bayang Amerika, dan meningkatkan kesejahteraan seluruh Jerman. Khl berhasil. Ia dijuluki The Bismarck atau Bismarck II. Kendatipun demikian, pada pemilu berikutnya rezimnya tidak terpilih, sebab bangsa Jerman sadar bahwa obsesi berikutnya berbeda, zaman sudah berubah, yang dibutuhkan ke depan adalah merawat dan menjaga hasil yang telah dicapai, konon pula berkelahi memperebutkannya. Maka Schrder-pun, seorang yang tidak dikenal secara luas, menggantikannya. Ia terpilih bukan karena kegagalan Khl, tetapi karena perannya dalam sejarah berbeda. Kehadiran Obama dalam sejarah Amerika bertolakbelakang dengan Schrder. Di samping kecerdasan, karisma, dan popularitas, ia hadir pada saat yang tepat, ambruknya Amerika Serikat di bawah Bush dan krisis ekonomi global. Tetapi sebaiknya hal ini tidak diperdagangkan menjadi eforia bahwa Indonesia berhasil membentuk Obama (karena ia pernah sekolah di Menteng dan tinggal di Indonesia selama empat tahun, bahkan lengkap dengan fotofoto segala) menjadi harapan Amerika, tetapi bahwa bangsa Amerika telah berhasil melting, sedangkan bangsa Indonesia semakin separating, menuju despairing. Berdasarkan uraian di atas, kepemimpinan yang dibutuhkan Indonesia ke depan adalah kepemimpinan visioner jangka panjang dari kebangsaan ke kesebangsaan Indonesia melalui pengurangan kesenjangan vertikal antar lapisan masyarakat dan pengurangan kesenjangan horizontal antar daerah secara konsisten dan berkelanjutan sehingga pada suatu saat setiap orang berkesempatan menikmati hasil pengorbanannya (Bhinneka Tunggal Ika). Ajaran ini juga didasarkan pada anggapan bahwa setiap perubahan berkesinambungan dan berkelanjutan. Jika difahami sungguh-sungguh dan arif, baik fenomena alam maupun fenomena KeTUHANAN, tidak ada yang mendadak. Ada tanda-tandanya, ada nubuatannya. ALLAH mengutus Nabi-NabiNYA untuk membawa firmanNYA. Alam juga demikian, ia mengutus angin dan kilat. Jika hal ini direnungkan, tidak mungkin terjadi adanya penggusuran paksa, tidak akan ada bangunan liar, atau penduduk yang tidak memiliki akte kelahiran. Rezim yang terdahulu mewariskan jejak langkahnya kepada rezim yang kemudian, demikian seterusnya. Visi dan Misi Departemen Dalam Negeri (Depdagri). Misi Negara menjadi visi Depdagri, begitu hirarkinya. Misi Depdagri diidentifikasi melalui fungsi lininya (line functions, Tabel 2). Bila diperhatikan dengan saksama, terlihat dengan sangat jelas bahwa ditjen Kelompok A berfungsi sebagai fungsi lini pemerintahan yang memproses Tunggal Ika, sementara ditjen Kelompok B mengelola keBhinnekaan nusantara. Dengan perkataan lain, dalam sistem ketatanegaraan dan pemerintahan Indonesia, departemen yang secara khusus berperan menjalankan misi

Tabel 2 FUNGSI LINI DEPARTEMEN DALAM NEGERI -------------------------------------------------------------------------------KELOMPOK A KELOMPOK B -------------------------------------------------------------------------------1 Ditjen Kesatuan Bangsa dan Politik 1 Ditjen Otonomi Daerah 2 Ditjen Pemerintahan Umum 3 Ditjen Administrasi Kependudukan 2 Ditjen Bina Pembangunan Daerah 3 Ditjen Pemberdaayaan Masyarakat Dan Desa

4 Ditjen Bina Administrasi Keuangan Daerah --------------------------------------------------------------------------------

Pemerintahan Indonesia yaitu mengelolaan keunikan tiap masyarakat menjadi kekuatan matarantai nusantara, mengurangi kesenjangan vertikal dan horizontal antar masyarakat secepatnya, sehingga the people who get pains are the people who share gains, dan memproses kesebangsaan guna mewujudkan Bhinneka Tunggal Ika, adalah Departemen Dalam Negeri. Referensi: Kybernologi dan Kepamongprajaan, 2007, Bab II dan Bab XVII, Bab I Kybernologi Sebuah Profesi (2007). 4 SESI TIGA Nilai Dua CONDUCTING. Mengamong adalah menciptakan harmoni antar kegiatan dengan instrumen yang berbeda dan dilakukan oleh aktor yang berlain-lainan, oleh conductor, dengan mengoreksi sedini dan setegas mungkin tiap bunyi, nada atau langkah sumbang senyaris (sekecil) apapun, guna membangun kinerja bersama semua komponen yang berbeda-beda pada sebuah unitkerja, namun yang bergerak di dalam wilayah kerja atau daerah (kota) yang sama. Fungsi conducting memerlukan dan membentuk sikap komprehensif: memandang totalitas (keseluruhan) dulu baru bagian-bagiannya, atau memandang sesuatu sebagai bagian integral (dalam kerangka) suatu kebulatan (keseluruhan). Dua syarat pembentukan harmoni adalah kapabilitas dan akseptabilitas. Kesumbangan nada itu diketahui dari gap antara skenario pertunjukan dan lagu yang dimainkan, dengan nada atau bunyi sebagaimana terdengar oleh penonton dan terlebih konduktor. Konduktor harus menguasai skenario dan lagu, memiliki pancaindera yang sensitif (peka) serta suasana hati yang cerah, menyimak sambutan penonton (pelanggan), sehingga mampu merasakan kesumbangan senyaris apapun itu

(kapabilitas). Ketika konduktor melakukan kewajibannya membentuk dan menjaga harmoni dengan menggunakan otoritasnya, mungkin dengan kekerasan, tindakannya harus dapat diterima oleh para pemain (akseptabilitas). Konduktor akseptabel pada aras mikro manakala ia dapat dipercaya (tatkala ia memenuhi janjinya: menaati skenario dan lagu, mengindera bunyi dengan halus dan jelas, merespons penonton dengan penuh perhatian, dan melakukan koreksi tanpa pandang bulu dan tidak memihak), dan pada aras makro bilamana ia sanggup menumbuhkan pengharapan dalam diri pendengar dan pemain tatkala walau lambat tapi pasti terjadi perbaikan terus-menerus: semakin berkurangnya kesenjangan vertikal antar lapisan masyarakat dan semakin berkurangnya kesenjangan horizontal antar daerah, sehingga pada suatu saat, dalam wadah negara kesatuan (pot) terjadi melting antar tiap kekuatan yang selama ini mengklaim bahwa dia yang benar, yang lain salah.conducting --------->INFO----------------------->PLAN (GOAL--->TARGET T)-| (HARMONY) | | | | | ---------------------------------------------| | | | | | orchestra organizing ORCHESTRA | | ----->HARMONY-------------------------->ORGANIZATION meet? match?--| for harmony keeping | | | | | | | | ---------------------------------------------| | | | | | | | ORCHESTRA performance | | | -->ORGANIZATION--------------------->EXPECTED RESULT (R)---| | best performance | | | | | ---------------------------------------------| | | | | | controlling | | --->EXP. RESULT---------------->R = T; R > T; R < T------------------| | | | | monev | | | ? ---> R = T ---> ? | --------FEEDBACK------------------ ? ---> R > T ---> ? R < T ---> ?

Gambar 7 Fungsi Conducting (Sebuah Masyarakat Diibaratkan Sebuah Orkestra)

Referensi: Bab 6, Bab 11, Bab 16, dan Bab 19 Kybernologi (2003); Bab II, Bab III, dan Bab V Kybernologi Sebuah Metamorphosis (2008)

5 SESI EMPAT Nilai Tiga COORDINATING. Mengamong adalah membangun komitment bersama antar unit kerja yang berbeda-beda dalam suatu wilayah, agar yang satu tidak merugikan tetapi mendukung yang lain, dalam rangka mencapai kinerja masingmasing unit kerja secara optimal dalam rangka mencapai tujuan bersama secara keseluruhan. Semakin independen hubungan antara unitkerja yang satu dengan unitkerja yang lain, semakin diperlukan koordinasi. Kata kuncinya adalah berkoordinasi, sehingga koordinasi bisa berjalan tanpa koordinator. Sesungguhnya koordinasi tidak dapat diprojekkan, karena terpasang (inherent) di dalam setiap tugaskewajiban seseorang. Jadi berkoordinasi itu tidak memerlukan biaya! Demikian pentingnya koordinasi ini sehingga sebagaimana halnya sebuah perguruan tinggi memiliki Kalender Akademik, setiap wilayah seharusnya memiliki Kalender Pemerintahan yang meliputi jadual Koordinasi itu. Koordinasi di Indonesia sangat, sangat lemah. Koordinasi merupakan sebuah proses yang inputnya informasi, dan outputnya kesepakatan yang mengikat fihak-fihak (pejabat) yang berkoordinasi. Jadi agar kesepakatan itu berkekuatan mengikat, yang berkoordinasi haruslah pejabat-pejabat yang berwenang membuat kebijakan dan mengambil keputusan. Produk rapat koordinasi lemah (tidak mengikat, melainkan sekedar laporan) karena biasanya setelah memperdengarkan keynote speech, amanat, dan sebangsanya, sang pejabat ini kabur diikuti pejabat-pejabat lain. Di dalam ruangan sisa pegawai eselon pencatat dan pelapor, konsultan (pemborong), dan tukang sapu, tukang parkir, dan petugas catering.proses divergent heterostasis proses convergent homeostasis

BHINNEKA

kesenjangan

TUNGGAL IKA

proses coordinating menjamin kinerja masing-masing

proses conducting menjamin kinerja bersama

GAMBAR 8 Hubungan Coordinating dengan Conducting di dalam Sistem. Gerak dari Kondisi Heterostasis ke Homeostasis, kembali ke Heterostasis, Terus-menerus

Coordinating dengan conducting berkaitan erat. Jika semakin independen hubungan antara unitkerja yang satu dengan unitkerja yang lain, semakin diperlukan coordinating, maka semakin interdependen unit kerja satu dengan yang lain, semakin diperlukan conducting. Karena menurut Teori Sistem, setiap komponen (unit kerja) merupakan bagian sebuah keseluruhan (sistem), maka hubungan antara keduanya dapat digambarkan sebagai berikut (Gambar 8). Referensi: Bab 14 Kybernologi (2003); Bab XVII Kybernologi dan Kepamongprajaan (2008). Saul M. Katz, Exploring A Systems Approach to Development Administration, dalam Fred W. Riggs (ed.) Frontiers of Development Administration (1971) 6 SESI LIMA Nilai Empat PEACE-MAKING (PEACE-KEEPING). Mengamong adalah membangun kedamaian, kerukunan, keamanan, dan ketertiban dari akar rumput (grass root) ke atas oleh Pamong (Pamongdesa) terbawah melalui kesepakatan (beslissing) konsisten terus-menerus dengan warga masyarakat (via peran Pamongpraja), sebagaimana di zaman dahulu Kepaladesa diakui dan berperan sebagai Hakim Perdamaian Desa. Tidak seperti ketertiban model sapulidi. Perbedaan dan konflik, kompetisi dan perlombaan, pertaruhan dan pertarungan, sesungguhnya tidak menceraiberaikan, juga tidak menciptakan permusuhan sehingga terjadi perang semua lawan semua, tetapi justru mempersatukan jika semua fihak menjunjung tinggi sportivitas.Tabel 3 Sikap Terhadap Sesama ----------------------------| I WANT YOU TO | |-----------------------------| | LOSE | WIN | -----------------------------------------------------------| | | LOSE | LOSE-LOSE 1| LOSE-WIN 2| | I WANT YOU TO |-------------------------------------------| | | WIN | WIN-LOSE 3| WIN-WIN 4| -----------------------------------------------------------

Perang seperti itu terjadi beradasarkan anggapan bahwa kedamaian bisa terbentuk melalui proses menang-kalah, kalah-menang (win-lose, lose-win), atau kalah-kalah (lose-lose; kalau aku tidak, kaupun tidak!), seperti proses pemilu di Indonesia. Proses ini didorong oleh naluri primitif manusia yaitu pemenang berhak menguasai yang

kalah (spoil system), Tabel 3. Naluri ini mengubah perilaku manusia menjadi kanibalistik yaitu memangsa diri sendiri (sistem kanibalistik, lihat Bab IXORGANISASI (PARTAI POLITIK, dsb) | | melayani | membayar ---------MASYARAKAT -------------------- membentuk----> --------------------------| LONG-TERM-BASED (LTB) ZERO-TIME-BASED (ZTB) | | | | | | | -------------------------- FEEDBACK (FB)--------------------------Gambar 10 Manajemen Nasional Amfibia Serbacuaca (MANAS)

waktu untuk mencari sumber air atau merancang pelatihan. Seharusnya langsung bertindak dan berhasil. Kerangka pemikirannya sebagaiberikut (Gambar 10) dan hipotesisnya berbunyi: MANAS = Manajemen Normal Yang Berhasil Diarahkan Pada (Membentuk) Manajemen Turbulentia, dan Manajemen Turbulentia yang Berhasil Memberikan Feedback Pada Manajemen Normal terus-menerus. Pengujian hipotesis itu terlihat pada Gambar 11.QUALITY ZTB 4-------------------------------------------4 M | | | A | | | N | | | A | | | J 3--------------------------------3----------| E | | | | M | | | | E | | | | N | | | | 2---------------------2----------|----------| T | | | | | U | | | | | R | | | | | B | | | | | U 1----------1----------|----------|----------| L | | | | | E | | | | | N | | | | | T | | | | | I LTB --------1----------2----------3----------4-A----> 0 M A N A J E M E N N O R M A LGambar 11 Manajemen Normal Berkemampuan Manajemen Turbulentia

TIME

Gambar 11 menunjukkan bahwa semakin lama kualitas (kapasitas) manajemen normal semakin tinggi sehingga pada akhir LTB turbulentia dapat dihadapi dengan ZTB action. Dalam banyak hal, payung itu seharusnya disediakan oleh pemerintah (SKK). Hak dan wewenang membawa (menimbulkan) kewajiban. Beberapa tahun yang lalu, masyarakat digemparkan oleh berita media tentang longsornya sebuah tambang galian pasir di sebuah daerah di Jawa Barat. Puluhan penambang tewas.

Penambangan pasir, batu, dan tanah, merupakan sumber PAD kategori retribusi izin Galian-C. Sudah barang tentu fihak plat merah angkat bahu. Perda tentang retribusi hanya berisi prosedur permohonan izin, tarif, dan sanksi buat pemegang izin bila tidak memenuhi kewajibannya. Di sana tidak tercantum perlindungan terhadap penambang, kewajiban pemda untuk mengontrol penambangan agar tidak berbahaya, dan tidak ada sanksi bagi pemda bila wanprestatie, lalai melakukan kewajibannya. Meledaknya pipa Pertamina beberapa waktu yang lalu di seputar Lapindo, jebolnya Situ Gintung Tangerang Selatan dinihari Jumat tgl 270309, disebabkan oleh kelalaian pemerintah dan masyarakat membaca peringatan dari Ilmu Sifat Barang tentang metal fatigue (kejenuhan metal) dan engineering life (masa layakpakai) setiap teknologi, material dan barang. Dalam hubungan itu semua, mengamong berarti menyelenggarakan pemerintahan dalam kondisi serbacuaca (all weather governance). Ini berkaitan dengan Nilai Satu. Tidak ada yang sempurna di dunia ini. Manusia buat kelalaian dan suka lupa, sehingga perkara yang seharusnya dapat diantisipasi, terasanya mendadak atau di luar kemampuan. Buahnya malapetaka! Banyak sekali referensi pokok bahasan ini, bertaburan di seluruh seri Kybernologi mulai dari Bab V Beberapa Konstruksi Utama (2005), Bab 10 Kybernologi Scientific Movement (2007), Bab 10 Kybernologi Kepamongprajaan (2008), Bab 7 Kybernologi Metamorphosis (2008), sampai pada pustaka Manajemen Bencana (Disaster Management). 9 SESI DELAPAN Nilai Tujuh FREIES ERMESSEN. Mengamong adalah menunjukkan keberanian untuk melakukan turbulence serving di atas, jika perlu (tiada pilihan lain) diluar batas aturan yang ada. Keputusan dan tindakan Fries Ermessen diambil atas inisiatif sendiri, berdasarkan keputusan batin yang dipilih secara bebas, untuk dipertanggungjawabkan kemudian kepada semua fihak, dan dari berbagai segi, dan siap menanggung segala risikonya secara pribadi (tanpa kambing hitam). Freies Ermessen berbeda dengan diskresi yang memberikan keleluasaan bertindak bagi pejabat dalam batas aturan yang berlaku, atau sepanjang tidak dilarang secara tegas dalam aturan perundangan. Di negara hukum yang menganut pendekatan progressif, ajaran ini tidak digunakan lagi, misalnya Jerman. Tetapi di Indonesia yang masih menganut pendekatan hukum positif (tiada aturan hukum = tiada pelanggaran dan kejahatan), terlebih mengingat kesadaran hukum yang rendah dan budaya hukum

yang lemah, ajaran Fries Ermessen masih diperlukan. Bung Karno menggunakannya tgl 5 Juli 1959 (noodverordeningsrecht). Apakah Pak Harto juga tahun 1965 dan berikutnya? Yang jelas Mahasiswa tahun 1998 merobohkan pemerintahan yang sah.noodverordeaturan hukum aturan hukum noodverordeningsrecht positif positif ningsrecht | | | | | | | | | tanggungjawab | | tanggungjawab | | pribadi | | pribadi | || | berdasarkan | | dasarkankan | | etika otonom | | etika otonom | | | | | | || | | | | | ------------------------------------------------------Gambar 12 Freies Ermessen dan Diskresi

Nilai ini erat berkaitan dengan Politik Pemerintahan, Etika Pemerintahan, Hukum Pemerintahan (khususnya Hukum Darurat/Bahaya), dan Teori Kedaulatan. Referensi: Bayu Surianingrat, Mengenal Ilmu Pemerintahan (1980); E. Utrecht, Pengantar Dalam Hukum Indonesia (1959: 441, 460); Bab III Kybernologi Sebuah Charta Pembaharuan (2007). 10 SESI SEMBILAN Nilai Delapan GENERALIST AND SPECIALIST FUNCTION. Mengamong adalah (belajar untuk) mengetahui sedikit demi sedikit tentang semakin banyak (luas) hal (to know less and less about more and more, berpengetahuan luas) guna mengidentifikasi dan membangun kebersamaan (tunggal ika) antar masyarakat yang berbeda-beda. Dengan pengetahuan dan pengalaman yang luas, tumbuh kreativitas, innovativeness. Kreativitas merupakan lahan subur untuk menumbuhkembangkan Seni Pemerintahan: kepandaian (art, skill, craft) menjawab suatu masalah dengan alat atau cara yang berbeda pula. Mengamong juga adalah (belajar untuk) mengetahui semakin banyak (dalam) tentang semakin sedikit hal (to know more and more about less and less, berpengetahuan mendalam) guna mengidentifikasi perbedaan senyaris apapun antar masyarakat yang satu dengan masyarakat yang lain. Untuk itu, mengamong berarti berupaya untuk semakin mengenal kualitas, watak, kekhususan (uniqueness) suatu masyarakat. Dengan keahlian yang dalam, tumbuh ketelitian, kemahiran, dan presisi, sebagai prasyarat untuk membangun Teknologi Pemerintahan

yang tepat. Gambar 1 di atas menunjukkan hubungan antara fungsi generalist dengan fungsi specialist tersebut. Kepamongprajaan sebagai superstruktur profesi pemerintahan melalui pendekatan lintas sektoral bermula pada visi untuk membentuk tenaga-tenaga pemerintahan yang berkualitas kepamongprajaan. Tentang hal ini, van Poelje dalam Pengantar Umum Ilmu Pemerintahan (1959) menyatakan: . . . . . . bahwa berbagai ilmu pengetahuan yang bertalian dengan salah satu bagian dari penguasaan (beheer) perusahaan partikelir pada akhirnya bermuara pada suatu ajaran perusahaan umum (algemene bedrijfsleer) yang meliputi kesemuanya dan bahwa ajaran tentang penguasaan perusahaan-perusahaan partikelir ini setidaktidaknya untuk sebagian merupakan syarat bagi adanya ilmu pengetahuan yang lebih tinggi daripadanya, ialah Ilmu Pemerintahan dengan Kepamongprajaan sebagai salah satu bentuk Aksiologinya. Nilai ini mengandung implikasi politik. Oleh pengetahuan dan pengalaman yang luas dan dalam itu, seorang pamong siap ditempatkan di mana saja dan mampu mengerjakan tugas apa saja yang telah didalaminya. Seorang yang berasal dari daerah A sejak kecil tinggal mencari nafkah dan bergaul dengan banyak orang di berbagai kota, terakhir di kota B. Pada tahun 2008 ia ingin dicaleg untuk dapil A, daerah kelahirannya, namun karena daerah A belum mengenalnya dengan baik, tidak ada kendaraan yang mengusungnya, sementara di kota B pesaingnya banyak. Lihat Bab 19 dan Bab 30 Kybernologi (2003). 11 SESI SEPULUH Nilai Sembilan RESPONSIBILITY. Mengamong adalah mempertanggungjawabkan kepada pelanggan (bukan hanya atasan!): satu, pelaksanaan tugas (perintah, amanat, mandat), dua, sumpah dan janji jabatan atau profesi (kontraktual), tiga, selfcommitment (janji kepada diri sendiri, nazar, pengakuan, dan sumpah-sebagai-bukti, yang agar mengikat perlu disaksikan), dan empat, tindakan yang ditempuh berdasarkan Freies Ermessen, kepada para pelanggan produk-produk Negara. Mempertanggungjawabkan artinya menjawab (menerangkan) secara terbuka segala sesuatu yang menimbulkan pertanyaan pelanggan, dan jika jawaban tidak dipercaya, yang bersangkutan menanggung sendiri segala akibat dan risikonya. Pertanggungjawaban dapat diterangkan melalui Teori Tanggungjawab yang dikembangkan dari Teori Tanggungjawab Herbert J. Spiro dalam Responsibility in Government (1969), Gambar 13. Menurut Spiro, tanggungjawab diartikan sebagai accountability, obligation, dan cause. Tanggungjawab sebagai accountability adalah

perhitungan atas pelaksanaan perintah kepada pemberi perintah. Tanggungjawab sebagai obligation memiliki tiga dimensi, yaitu berjanji (bersumpah, kewajiban menepati janji (lepas dari sebab dan akibat), dan kesediaan memikul risiko.-------------------| | ------>DASAR | RESPONSIBILITY | | | | | KEKUASAAN, | | |------>KEBIJAKAN, ----> ACTION -------|-> ACCOUNTABILITY --|-------------| MANDAT (KKM) | | | | | | | | | | | | | | KKM, CITRA | | | |------>JANJI ---------> ACTION -------|-> OBLIGATION ------|--> ACTION ---| | POSISI* penepatan janji | kewajiban bertang- | memikul re- | | | | gungjawab, lepas | ward & pu| | | | dari sebab akibat | nishment | | KONDISI FREIES ERMESSEN | | | | PERUBAHAN VOLITION, FREE- | | | |------>TRANSFOR- ----WILL (CHOICE)----|-> CAUSE -----------|--> ACTION ---| | MASI LINGDISCRETION | | | | KUNGAN CONSCIENCE | | | | | | | | | | | | | punishment | BERHASIL | -------HOPE kualitas--->nilai--->norma--->kesadaran----->pertimbangan---| etika? dasar etik etik etik etik etik otonom | | etika otonom | | | | | | | etika heteronom yg-benar guna tertanam norma me- diskusi antar norma | | yg-baik dlm kuat, lu- nerangi dlm kalbu, kebebas- | | yg-wajib hidup as, jelas nurani an memilih, kesepa- | | katan, kesediaan | | memikul sanksi etik | | | | 10 9 8 7 | | 11 pertanggungperilaku tindakan keputusan | ----etikalitasPOLICY---------------| SUM kiran PIKIRAN isasi 3 keting AGENDA making 5 mentation | | 1 2 4 | | | | | | | | 6 | | 8 belajar dari 7 monitoring PERBUATAN scientific movement | ---FEEDBACKKEPALA----------->BATAN------| informal tersaring formal & BERAKHIR | | informal | | | | | | PEMIMtidak terpilih (lagi), mantan | | -------PIN IN- KUALITAS--------->NILAI-------------->NORMA | bisa dipaksakan (N) | | | | | dipatuhi disakraldirekon| |---- ? DAGRI-->DAGRI--->IPDN-->KEPAMONGPRAJAAN 1 2 3 4 5 6 7 Gambar 1 Kerangka Pemikiran

Satu, pemerintahan. Identifikasi dan definisi Sistem Pemerintahan Indonesia dapat dilakukan melalui pendekatan kekuasaan (Ilmu Politik), dan dapat pula dilakukan menurut pendekatan kemanusiaan dan lingkungannya (Ilmu Pemerintahan, Kybernologi). Dalam kerangka pemikiran ini digunakan pendekatan Kybernologi (kybernn = besturen = steering). Kybernologi adalah sebuah body-of-knowledge (BOK) baru, hasil pendaratan Bestuurskunde, Bestuurswetenschap dan Bestuurswetenschappen di bumi Indonesia (Gambar 2). Pemerintahan (governance) adalah interaksi antar tiga subkultur tiap masyarakat (unit kultur), yaitu subkultur ekonomi (SKE), subkultur kekuasaan (SKK), dan subkultur sosial (SKS).2 3 5 janji(kebijakan, mandat, kuasa monev oleh SKS rencana)& pene(trust, hope) selaku pelangan patan/implemendari SKS selaku terhadap kinerja --tasinya,kontrol----konstituen-------SKK rute 2---| sumber-sumber | | (UU,PERDA) | | dan rute 4 | | (SDA,SDM,SDB) | | melalui pe| | via rute 1 | | di hulu | | milu di hulu | | di hilir | | | | | | | | | | | | | | stakeholder -- -SKE--------------- SKK---------------- SKS-------------SKK--| pemain, | | | | pembawasit penonton | | | ngunan | | | | | | | | | | redistribusi | | | | | | nilai berke| | nilai via pe- | | pertanggung| | | | lanjutan utk | | lay civil,pe- | | jawaban etik | | | ---hidup, hasil------lay publik---------menurut----| | pengelolaan & pemberdayaan etika otonom | | sumber-sumber masyarakat di hilir | | 1 di tengah 6 | | 4 |

|

| ---------------------pemerintahan (governance)------------------------Gambar 2 Sistem dan Proses Pemerintahan (Governance) Digerakkan oleh Tiga Subkultur (Terminal) Melalui Rute 3, 2, 1, 4, 5, 6, dan 3 (pelay = pelayanan)

Dua, Kepamongprajaan. Supaya kinerja interaksi antar tiga subkultur itu good, dan dengan demikian governance menjadi good governance, interaksi itu harus dikendalikan dan diarahkan oleh sebuah kekuatan yang disebut kepamongprajaan. Kepamongprajaan adalah sebuah sistem yang terdiri dari 12 (duabelas) nilai sebagai berikut: 1. Vooruit zien (memandang sejauh mungkin ke depan) 2. Conducting (membangun kinerja bersama melalui perilaku aktor yang berbeda-beda) 3. Coordinating (membangun kinerja masing-masing melalui kesepakatan bersama yang mengikat) 4. Peace-making (membangun kerukunan dan kebersamaan) 5. Residue-caring (mengelola sampah, sisa, yang beda, yang salah, yang kalah, dan yang terbuang) 6. Turbulence-serving (mengelola ledakan yang dianggap mendadak atau di luar kemampuan, force majeure) 7. Fries Ermessen (keberanian bertindak untuk kemudian mempertanggungjawabkannya) 8. Generalist and Specialist Function (knowing less and less about more and more, and more and more about less and less) 9. Omnipresence (terasa hadir di mana-mana) 10. Responsibility (menjawab dengan jelas dan jujur, men(t)anggung risiko secara pribadi menurut Etika Otonom) 11. Magnanimous-thinking (-mind, berpemikiran besar dan kuat menerobos zaman membuat sejarah) 12. Distinguished statesmanship (kenegarawan-utamaan, selama memangku masajabatan publik, berdiri di atas semua kepentingan, tidak memihak, impartial) Orang yang memangku 12 nilai tersebut disebut Pamong Praja, baik dalam arti formal maupun dalam arti informal. Tiga, Profesionalisme. Nilai terbentuk melalui kerja. Pekerjaan yang ditekuni seumur hidup disebut profesi. Kualitas kerja diharapkan professional agar kinerjanya

good. Pengertian professional, dan profesionalisme itu dapat dideduksi dari konsep profesi yang diuraikan dalam Kybernologi: Sebuah Rekonstruksi Ilmu Pemerintahan (2005, Bab I sub C, h. 38-9). Di sana dijelaskan bahwa profesi berarti, a reasonably clear-cut occupational field, which ordinarily requires higher education at least through the bachelors level, which offers a lifetime career to its members (Richard J. Stillman II, Public Administration: Concepts and Cases, 1984). Dikemukakan lebih lanjut bahwa first, professions are based on the presence of a systematic theory. . . . . Second, professions all have professional authority. . . . . Third, standards of training and competence are set by the profession itself. . . . . Fourth, professions have a code of ethics. Finally, professions are encircled by a professional culture. A professional group has a common language. Professional associations and training centers promulgate a set of norms and values among professionals (Warren B. Brown dan Dennis J. Moberg, Organization Theory and Management. A Macro Approach, 1980). Supaya berguna dan efektif, profesionalisme kepamongprajaan di atas digunakan, dalam hal ini di ruang pemerintahan, khususnya Departemen Dalam Negeri. Empat, Pemerintahan Dalam Negeri, yang dilembagakan menjadi Departemen Dalam Negeri. Pembicaraan tentang Departemen Dalam Negeri tidak dapat dipisahkan dari Visi dan Misi Bangsa Indonesia. Di zaman raja Asoka (ca 269-232) terdapat dua agama besar di Asia, yaitu Hindu dan Buddha. Untuk memperkokoh kekuasaannya, ia menganjurkan perdamaian di mana-mana. Pada suatu tiang batu peninggalannya tercantum sebuah pernyataan yang dapat disebut Doktrin Asoka, berbunyi: Barangsiapa merendahkan agama lain dan memuji agamanya sendiri, (berarti) merendahkan agamanya sendiri. Dalam kitab Sutasoma, Empu Tantular mengemas ajaran itu dalam seloka yang sebagian berbunyi bhinneka tunggal ika, lengkapnya Bhinneka Tunggal Ika, Tanhana Dharmma Mangrva, artinya berbedabeda tetapi satu jua, tahan karena benar serta satunya cipta, rasa, karsa, kata dan karya berdasarkan kebenaran yang tunggal. Dalam kerajaan Majapahit (1292-1525) nilai ideal berbeda (beragam) tetapi (ber)satu itu menjadi kenyataan: raja Hayam Wuruk (memerintah 1350-1389) beragama Hindu, sedangkan perdana menterinya Gadjah Mada (menjabat 1331-1364) beragama Buddha. Bertolak dari sejarah yang menunjukkan bahwa Bhinneka Tunggal Ika sebagai sistem nilai ideal di zaman dahulu bisa menjadi kenyataan, maka adalah tepat tatkala Presiden Soekarno dalam pidato HUT Proklamasi Kemerdekaan RI tgl 17 Agustus 1950 menyatakan bahwa Bhinneka Tunggal Ika adalah sesanti (credo) bangsa Indonesia, bahkan dapat disebut visi (walaupun Presiden Soekarno tidak secara eksplisit menyatakan demikian) bangsa Indonesia dalam membangun bangsa (Nation Building), kesebangsaan, dan membentuk watak (Character Building) bangsa.

Bhinneka Tunggal Ika itu merupakan sebuah sistem nilai yang terdiri dari dua komponen besar yaitu bhinneka (fakta, das Sein) dan tunggal ika (ide, das Sollen). Antara dua komponen itu terjadi hubungan timbal-balik (interaksi) bahkan hubungan dialektik terus-menerus. Bhinneka Tunggal Ika itu kemudian dijadikan hukum positif dalam bentuk PP 66/1951. Tatkala Bangsa Indonesia masih berada di seberang jembatan yang bernama KEMERDEKAAN, visinya adalah seperti yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945, khususnya alinea pertama dan kedua. Visi tersebut semakin jelas lima tahunBHINNEKA------------------------------------------------>TUNGGAL IKA masyarakat yang proses pengelolaan sehingga semua masing-masing keunikan menjadi kemasyarakat merasa memiliki keunikan kuatan matarantai sebangsa dan bersehingga yang satu dan pengurangan kesama-sama membaberbeda dengan senjangan vertikal ngun masa depan yang lain; sepandan horizontal anjang sejarah pertar masyarakat sebedaan itu menimcepatnya bulkan kesenjangan vertikal dan horizontal antar masyarakat Gambar 3 Model Bhinneka Tunggal Ika Sebagai Misi Bangsa Indonesia

kemudian setelah menyeberangi jembatan, diperkaya dengan Bhinneka Tunggal Ika. Gambar 3 menunjukkan misi Pemerintah Indonesia yaitu memproses pengelolaan keunikan tiap masyarakat menjadi kekuatan matarantai nusantara dan mengurangi kesenjangan vertikal dan horizontal antar masyarakat secepatnya. Dalam sistem ketatanegaraan Indonesia, departemen manakah yang secara khusus berperan menjalankan misi guna mewujudkan visi di atas? Sejak semula, Departemen Dalam Negeri menduduki posisi strategik dalam sistem pemerintahan RI. Sejumlah departemen/kementerian teknis berasal dari departemen ini. Menterinya jugaTabel 1 FUNGSI LINI DEPARTEMEN DALAM NEGERI ---------------------------------------------------------------------KELOMPOK A KELOMPOK B ---------------------------------------------------------------------1 Ditjen Kesatuan Bangsa dan Politik 1 Ditjen Otonomi Daerah

2 Ditjen Bina Pembangunan Daerah 2 Ditjen Pemerintahan Umum 3 Ditjen Administrasi Kependudukan 3 Ditjen Pemberdayaan Masyarakat dan Desa 4 Ditjen Bina Administrasi Keuangan Daerah

----------------------------------------------------------------------

dikenal sebagai satu di antara triumvirate di samping Departemen Luar Negeri dan Departemen Pertahanan, dan berperan sebagai pembina politik dalam negeri. Dari dahulu Departemen Dalam Negeri mengelola sistem pemerintahan berdasarkan asas dekonsentrasi, desentralisasi, dan pembantuan (medebewind). Tetapi yang terpenting adalah misinya mengelola kebhinnekaan dan mewujudkan ketunggalikaan bangsa Indonesia. Hal itu terlihat pada fungsi lini Departemen Dalam Negeri yang dewasa ini terdiri dari tujuh direktorat jenderal (ditjen). Ketujuh direktorat jenderal ini dapat dibedakan menjadi dua kelompok (Tabel 1). Bila diperhatikan dengan saksama, terlihat dengan sangat jelas bahwa dua kelompok itu merupakan fungsi lini Departemen Dalam Negeri. Ditjen Kelompok A berfungsi sebagai unit kerja yang memproses Tunggal Ika, sementara ditjen Kelompok B mengelola keBhinnekaan nusantara. Dengan perkataan lain, dalam sistem ketatanegaraan dan pemerintahan Indonesia, departemen yang secara khusus berperan menjalankan misi pemerintahan Indonesia yaitu mengelolaan keunikan tiap masyarakat (bhinneka) menjadi kekuatan matarantai nusantara, mengurangi kesenjangan vertikal antar masyarakat dan kesenjangan horizontal antar daerah secepatnya, sehingga the kesadaran dan rasa kesebangsaan terbentuk secara berkelanjutan (tunggal ika), adalah Departemen Dalam Negeri. Mengingat posisi dan peran Departemen Dalam Negeri yang strategis itu, maka ke dalam sistem, proses, dan pelaku pemerintahan departemen itu perlu dicharge 12 Nilai Kepamongprajaan di atas. Lima, Sistem Pendidikan Tinggi Kepamongprajaan. Sistem Pendidikan Tinggi Kepamongprajaan (input) terlihat dalam Statuta unitkerja penyelenggaraannya, dalam hal ini Statuta IPDN. Sejauh ini Statuta yang dimaksud belum ada. Pasal 2 Permendagri Nomor 1 Tahun 2009 tentang Organisasi dan Tatakerja IPDN (menunjukkan proses) yang seharusnya ditetapkan berdasarkan Statuta, dapat dijadikan pegangan sementara. Di sana ditetapkan bahwa IPDN menyelenggarakan program pendidikan akademik dan/atau profesi di bidang kepamongprajaan. Proses bergantung pada sistem (termasuk pelaku, yaitu tenagakerja penyelenggara IPDN) dan output (tenaga, kader Pamongpraja)input throughput output

sistem pendidikan tinggi SDM-------------------------------->PAMONGPRAJA kepamongprajaanGambar 4 Proses Pendidikan Tinggi Kepamongprajaan

bergantung pada proses. Seseorang berkualitas Pamongpraja, melalui Sistem Pendidikan Tinggi Kepamongprajaan yang merupakan Subsistem Pendidikan Tinggi Nasional. Berdasarkan Pasal 2 Permendagri 1/09 di atas, tenaga berkualitas kepamongprajaan itu diproduksi melalui Program Pendidikan Akademik dan Program Pendidikan Profesi. Program Pendidikan akademik itu terdiri dari Program Pendidikan Diploma dan Program Pendidikan Strata. Referensi tentang topik ini terdapat dalam Kybernologi Sebuah Scientific Movement (2007), Kybernologi Sebuah Profesi (2007), dan Kybernologi dan Kepamongprajaan (2008). Enam, IPDN. Berdasarkan uraian di atas, IPDN memangku tanggungjawab penyelenggaraan Sistem Pendidikan Tinggi Kepamongprajaan sebagaimana terlihat pada Gambar 5. Dengan sistem ini diharapkan, kebutuhan masyarakat akan layanan kepamongprajaan melalui Departemen Dalam Negeri, dapat terpenuhiPROGRAM --1--PENDIDIKAN | DIPLOMA PROGRAM | -----PENDIDIKAN-----| | AKADEMIK | SISTEM PENDIDIKAN | | PROGRAM TINGGI KEPAMONG------| --2--PENDIDIKAN PRAJAAN (IPDN) | STRATA | PROGRAM --3--PENDIDIKAN PROFESI Gambar 5 Tiga Program Pendidikan Kepamongprajaan IPDN (Program 1, 2, dan 3)

segera. Satu di antara tiga program tersebut, yaitu program 3 (Gambar 5) merupakan inti makalah ini. Perbedaan antara Program Pendidikan Akademik (1+2) dengan Program Pendidikan Profesi (3) terletak pada pertama, latarbelakang pendidikan, posisi dalam organisasi pemerintahan, dan prospek ke depan. Dasar teoretiknya terlihat pada Gambar 6. Program Pendidikan Akademik ditujukan pada pembentukan tenaga pemerintahan dengan Ilmu Pemerintahan (Kybernologi) sebagai core

curriculum pada tingkat institut. Lulusannya disebut Pamongpraja Muda, dan prospeknya ke depan sebagai kader. Sebagian tenaga melalui program ini. Kualitas produk (lulusan) bergantung pada Organizational design IPDN. Organizational design IPDN bermula pada identifikasi produk unitkerja yang dibutuhkan oleh pelanggan (masyarakat, SKS), dalam hal ini tenaga berkualitas Pamong Praja, bukan layanan administratif kepada masyarakat. Produksi tenaga berkualitas Pamong Praja adalah pelayanan akademik atau pendidikan, bukan pelayanan birokrasi atau administratif. Unitkerja yang memroduksi langsung tenaga Pamong Praja di bawah institut adalah fakultas. Oleh sebab itu, unsur pelaksana IPDN adalah fakultas dan Jurusan, bukan biro dan bagian. Garis antara Rektor sebagai unsur kepala dengan Dekan dan Jurusan disebut garis lini (line function) atau garis komando hirarkik. Dalam menjalankan tugasnya, Rektor, Dekan, dan Kepala Jurusan, dibantu oleh unsur staf, yaitu biro dan bagian di bawahnya.MENTERI DALAM NEGERI | KEPALA BADAN DIKLAT (a/n)--------|--------SEKRETARIS JENDERAL (a/n) | REKTOR----------------| | |---------PEMBANTU REKTOR (a/n) | | | BIRO | | DEKAN-------------| | | | | BAGIAN | | KEPALA JURUSAN---------| | | | | SUBBAGIAN | TENAGA AKADEMIK | PESERTA DIDIK | MASYARAKAT PELANGGAN Gambar 6 Struktur Organisasi IPDN (Yang Disarankan)

Tujuh, Program Diklat Profesional Kepamongprajaan. Diklat ini disiapkan khusus buat sebagian tenaga yang direkrut dari lulusan program pendidikan nonkepamongprajaan, dengan core curriculum yang sifatnya spesialis. 3

PROGRAM DIKLAT PROFESIONAL KEPAMONGPRAJAAN Dalam Gambar 6, Agronomi dan Teknologi Civil (1), sebagai contoh, yang menghadirkan ahli pertanian dan ahli pekerjaan umum (2). Para ahli ini terpanggil untuk memangku profesi di bidangnya masing-masing (3) sehingga keahliannya menjadi keahlian profesional. Ketika ia memasuki ruang profesi pemerintahan9 -------------------------------KYBERNOLOGI-------------------------------| | (KOMPONEN PENDIDIKAN STRATA) | | | | | | | 8 8 | | KEAHLIAN KEAHLIAN | | DI BIDANG----------GENERALIS-----------DI BIDANG | | PEMERINTAHAN | PEMERINTAHAN | | | | | | | | | | | | 7 | 7 | | PROFESI KOMPONEN PROFESI | | BIDANG PE- --10---PENDIDIKAN---10------BIDANG PE| | MERINTAHAN DIPLOMA MERINTAHAN | | | | | | | | --------------------| | | 6 | vooruitzien | 6 | AGROPEMERINTAHAN | conducting | PEMERINTAHAN TEKNOLOGI PEMERINTAHAN DAERAH | coordinating | DAERAH PEMERINTAHAN | | | peace-making | | | | | | residue-caring | | | | 5 | turbulence-serving | 5 | | KEBIJAKAN | | KEBIJAKAN | |------------->BIDANGBIDANG