Upload
others
View
6
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
PROPOSAL PENELITIAN UNGGULAN
DANA ITS TAHUN 2020
Inovasi Teknologi untuk Mengolah Air Tua (Bittern) menjadi Produk Bahan Kimia Bernilai Tambah dalam Mendukung
Konsep Garam Industri Terintegrasi
Tim Peneliti:
Ketua: Arseto Yekti Bagastyo, ST., MT., MPhil., PhD. (Teknik Lingkungan/FTSPK/ITS)
Anggota:
1. Ervin Nurhayati, ST., MT., PhD. (Teknik Lingkungan/FTSPK/ITS)
2. Diah Susanti, ST., MT., PhD. (Teknik Material dan Metalurgi/FTI/ITS)
3. IDAA Warmadewanthi, ST., MT., PhD. (Teknik Lingkungan/FTSPK/ITS)
DIREKTORAT PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
2020
ii
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ........................................................................................................................... ii
BAB I. RINGKASAN .................................................................................................... 1
BAB II. LATAR BELAKANG ....................................................................................... 2
BAB III. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................... 4
3.1. Garam Indonesia dan Kebijakan Garam Industri Terintegrasi ............................... 4
3.2. Karakter Air Laut dan Air Tua di Jawa Timur ....................................................... 5
3.3. Recovery bahan kimia laut dari air tua ................................................................... 8
3.4. Pemanfaatan Air Tua ............................................................................................ 11
3.5. Teknologi Elektrodialisis untuk Recovery Material dari Air Limbah.................. 12
BAB IV. METODE ......................................................................................................... 15
4.1. Diagram Alir Penelitian ........................................................................................ 15
4.2. Pelaksanaan Penelitian ......................................................................................... 17
4.3. Tanggung Jawab ................................................................................................... 20
BAB V. JADWAL ......................................................................................................... 21
5.1. Jadwal Penelitian .................................................................................................. 21
5.2. Anggaran Biaya Penelitian ................................................................................... 23
BAB VI. DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 28
BAB VII. LAMPIRAN ..................................................................................................... 30
iii
1
BAB I. RINGKASAN
Tingginya konsumsi garam di Indonesia khususnya untuk sektor industri tidak
dibarengi dengan kemampuan produksi garam yang memadahi baik dari sisi kualitas maupun
kuantitas. Masih dominannya pemakaian teknologi konvensioanal dalam produksi garam
menjadikan garam nasional sebagian besar berkualitas rendah dan laju produksi tidak bisa
memenuhi kebutuhan pasar. Pemerintah menggulirkan program Garam Industri Terintegrasi
yang diklaim mampu meningkatkan kualitas produk garam lokal dari NaCl 88 persen menjadi
garam industri, Limbah air tua yang merupakan air buangan sisa produksi garam mengandung
bahan-bahan yang bisa menjadi polutan jika dibuang langsung ke laut. Walaupun sebenarnya
kandungan dalam air tua (bittern) masih bisa bernilai guna dan ekonomi tinggi bila bisa
direcovery. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untk mengembangkan inovasi teknologi
untuk mengolah/merecovery limbah air tua menjadi produk bernilai tambah dalam mendukung
program pemerintah tersebut.
Penelitian ini dilakukan dalam 3 tahapan penelitian, yaitu Tahap I (tahun 1- 2020)
difokuskan pada karakterisasi awal limbah bittern yang dihasilkan dari beberapa sumber
maupun proses produksi garam dan potensi valuable products hasil recovery berdasarkan
karakteristik limbah tersebut dan teknologi yang tersedia. Kemudian pada Tahap II (tahun 2 –
2021), penelitian akan difokuskan pada inovasi teknologi/metode untuk meningkatkan efisiensi
proses recovery limbah bittern sehingga didapatkan tingkat kemurnian tinggi produk yang
bernilai tambah hasil recovery serta efluen limbah bittern yang memenuhi persyaratan baku
mutu. Pada akhirnya di Tahap III (tahun terakhir – 2022), penelitian difokuskan pada
pemantapan/pembuktian konsep (proof-of-concept) pengolahan dan recovery limbah bittern
secara terintegrasi sehingga memiliki kelayakan teknis untuk dapat diterapkan serta dikaji lebih
lanjut terkait kesiapan teknologi termasuk kajian pengelolaan residunya. Luaran yang
ditargetkan adalah publikasi 1 (satu) makalah/paper pada jurnal internasional terindeks Scopus
berkategori Q1.
Kata kunci: Bittern, Elektrodialisis, Garam Industri Terintegrasi, Limbah Air Tua, Recovery
Materi
2
BAB II. LATAR BELAKANG
Garam merupakan komoditi yang sangat penting; dimanfaatkan tidak hanya untuk
konsumsi rumah tangga namun juga untuk industri. Sampai saat ini kemampuan produksi
garam nasional selain belum bisa bersaing denga negara lain, masih belum cukup memenuhi
kebutuhan sendiri baik secara kualitas maupun kuantitas. Sistem produksi garam yang sebagian
besar masih menggunakan cara tradisional menjadikan produksi garam memiliki kualitas yang
rendah dan laju produksi yang rendah juga.
Kondisi tersebut menjadi masalah besar karena sebanyak 80% kebutuhan garam
nasional adalah untuk keperluan industri [1] yang selain mengharuskan kemurnian yang tinggi
juga memerlukan pasokan yang kontinyu. Sehingga, pemetintah Indonesia mau tidak mau
harus melakukan impor garam dalam jumlah besar setiap tahunnya. Menghadapi kondisi ini,
maka pada akhir tahun 2019 pemerintah mencanangkan program Garam Industri Terintegrasi.
Melalui BPPT, bekerja sama dengan PT Garam, telah dilakukan Komisioning Pilot Project
Garam Industri Terintegrasi Kapasitas 40.000Ton/tahun di Manyar, Gresik, Jawa Timur.
Menerapkan teknologi terkini, pabrik ini diklaim mampu mampu meningkatkan kualitas
produk garam lokal dari NaCl 88% menjadi garam industri dengan NaCl sebesar 98% (BPPT,
2019). Mengingat pentingnya program garam industri terintegrasi ini, sector ini masuk ke
dalam riset strategis dalam Rencana Induk Roset Nasional yang telah diadopsi ITS menjadi
bagian dari topik-topik Penelitian Unggulan.
Teknologi yang diterapkan dalam konsep Garam Industri Terintegrasi, selain mampu
menghasilkan garam kualitas tinggi dengan laju produksi yang tingi, harus juga mampu
meminimalisir buangan sebagai konsekuensi proses produksi tersebut. Buangan produksi
garam yang sering disebut air tua (bittern), selain membahayakan lingkungan jika dibuang
langsung ke laut, pada dasarnya masih kaya akan mineral-mineral bernilai guna dan jual tinggi
apabila bisa direcover dengan baik.
Teknology recovery mineral dalam air tua yang sering diaplikasikan adalah dengan
proses fisik kimia. Dengan proses kristalisasi yang seringkali membutuhkan suhu rendah,
pemisahan dengan sentrifugasi, serta pengeringan yang membutuhkan suhu tinggi [2],
teknologi yang banyak digunakan ini membutuhkan energi yang relatif besar. Dalam hal
recovery minera dalam larutan, proses elektrodialisis akhir akhir ini mulai mendapatkan
perhatian [3] karena sistemnya yang sederhana, kebutuhan energi yang relatif rendah dan
3
tingkat kemurnian produk recovery yang bisa disesuaikan kebutuhan. Dengan pemilihan
konfigurasi elektoda dan membrane penukar ion yang tepat, penerapan teknologi ini selain
memberikan produk recovery kualitas tinggi juga menghilangkan polutan (misal organi) dalam
air tua, sehingga air sisa proses recovery aman untuk dibuang ke lingkungan, atau dimanfaatkan
kembali untuk keperluan tertentu.
Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan
teknologi ramah lingkungan untuk aplikasi recovery mineral bernilai guna dan bernilai jual
yang terkandung dalam air tua. Secara kronologis, berikut sasaran yang hendak dicapai melalui
penelitian ini:
1. Karakterisasi awal dan peta potensial valuable product recovery limbah bittern
berdasarkan teknologi yang tersedia.
2. Inovasi teknologi/metode untuk meningkatkan efisiensi proses recovery dan
prosentase kemurnian produk recovery, serta karakterisasi efluen hasil pengolahan
limbah air tua.
3. Integrasi metode pengolahan dan recovery limbah bittern menjadi produk bernilai
tambah serta kajian pengelolaan residu dan potensi pemanfaatan lebih lanjut.
4
BAB III. TINJAUAN PUSTAKA
3.1. Garam Indonesia dan Kebijakan Garam Industri Terintegrasi
Dalam bidang produski garam, Indonesia masih belum bisa bersaing dalam kancah
internasional dimana Indonesia hanya mampu berkontribusi sebesar 1,09%. Tabel 3.1
menunjukkan kondisi supply demand garam di Indonesia di mana garam konsumsi nasional
tahun 2007-2009 masih dapat memenuhi kebutuhan nasional, namun karena pengaruh cuaca,
produksi turun drastis pada tahun 2010 sampai tahun 2011 produksi garam konsumsi belum
dapat memenuhi kebutuhan nasional. Trend impor garam konsumsi cenderung meningkat dari
tahun 2007-2011. Produsen garam dalam negeri belum dapat memenuhi spesifikasi garam
industri sampai saat ini, sehingga untuk pemenuhan kebutuhan garam industri masih bersumber
dari garam impor. Realisasi volume impor garam industri pada tahun 2009-2011 lebih besar
dibandingkan kebutuhan nasional, kondisi ini diduga menimbulkan terjadinya rembesan garam
industri ke pasar garam konsumsi sehingga mempengaruhi harga garam di tingkat petani [1].
Tabel 3.1 Kondisi supply demand garam nasional tahun 2007-2011
Di Indonesia, garam digunakan bukan hanya untuk konsumsi langsung rumah tangga
sebagai salah satu kebutuhan pokok dan juga untuk kebutuhan diet. Garam juga banyak
digunakan untuk industri yang meliputi industri kimia, industri aneka pangan, industri farmasi,
industri perminyakan, dan juga untuk industri penyamakan kulit. Gambar 3.1 menunjukkan
klasifikasi garam menurut Menperin [2].
Air Laut
Garam
Garam Industri
Garam Konsumsi
Garam Rumah Tangga
Garam Diet
Industri Kimia
Industri Aneka Pangan
Industri Farmasi
Industri Perminyakan
Water TreatmentIndustri
Penyamakan Kulit
NaCl min. 94% NaCl max. 60% NaCl min. 96% NaCl min. 97%beryodium dan non beryodium
NaCl min. 99.8% NaCl min. 95% NaCl min. 85% NaCl min. 85%
Teknologi Solar Evaporation/Elektrodialisa
Gambar 3.1 Pengelompokan Garam Berdasarkan Permenperin No. 88/M-
IND/PER/10/2014 [2]
5
Terlihat bahwa garam yang dibutuhkan sektor industri menuntut kualitas yang lebih
tinggi dibandingkan dengan garam untuk konsumsi rumah tangga. Supaya dapat
memanfaatkan peluang tersebut, maka penting bagi pemerintah untuk mengupayakan berbagai
terobosan agar dapat memproduksi garam dengan kualitas tinggi mengingat kebutuhan garam
dari sektor industri lebih dari 80% dari total kebutuhan garam nasional [2].
Selain permasalahan kualiatas, secara kuantitas Indonesia juga belum mampu
memproduksi garam dalam jumlah yang cukup. Tabel 3.2 memperlihatkan produksi garam
Indonesia. Akibatnya pemerintah masih harus melakukan impor garam dalam jumlah besar
untuk memenuhi kebutuhan garam nasional baik secara kualitas maupun kuantitas.
Tabel 3.2 Produksi Garam Indonesia (Ribu Ton)
[2]
Menghadapi permasalahan ini, pemerintah mulai menyikapi dengan menggulirkan
program Garam Industri Terintegrasi. Pada pertengahan Desember tahun 2019, BPPT bersama
PT Garam baru saja melakukan Komisioning Pilot Project Garam Industri Terintegrasi
Kapasitas 40.000Ton/tahun di Manyar, Gresik, Jawa Timur. Pabrik ini diklaim mampu mampu
meningkatkan kualitas produk garam lokal dari NaCl 88 persen menjadi garam industri dengan
NaCl sebesar 98 persen (BPPT, 2019). Program garam ini akan menjadi flagship BPPT karena
memiliki dampak ekonomi yang besar terhadap masyarkat dan industri apabila teknologi ini
mampu dijadikan masterplan untuk semua pabrik garam di Indonesia.
3.2. Karakter Air Laut dan Air Tua di Jawa Timur
Berdasarkan hasil pemetaan yang dilakukan oleh KKP pada tahun 2010, Indonesia
memiliki luas lahan garam potensial sebesar 37,4 ribu hektar yang dapat digunakan sebagai
areal produksi garam di Indonesia. Namun demikian, lahan garam produktif yang digunakan
hanya seluas 19,9 ribu hektar di tahun 2010 atau baru sekitar 53,2% dari total lahan potensial
yang tersedia (Manadiyanto, 2010). Areal potensial sebagai tempat produksi garam tersebut
tersebar di beberapa wilayah di Indonesia seperti Aceh, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur
6
dan Madura, Nusa Tenggara Barat (NTB), Nusa Tenggara Timur (NTT), Sulawesi Selatan dan
sebagian kecil di wilayah Papua [2].
Propinsi Jawa Timur merupakan zona buffer garam terbesar di Indonesia setelah Nusa
Tenggara Timur. Garam Indonesia diproduksi di lebih dari 70% pulau jawa dengan
menggunakan proses tradisional. [3]. Apriani telah melakukan studi karakterisasi air laut di
berbagai wilayah di Jawa Timur, baik di bagian Pulau Jawa maupun di Pulau Madura (Tabel
3.3 dan Tabel 3.4) [3].
Selain air laut Apriani juga menganalisis karakter air tua (bittern) (tabel 3.5) yang
merupakan air buangan sisa produksi garam. Air tua ini mengandung bahan-bahan yang bisa
menjadi polutan jika dibuang langsung ke laut. Studi menyebutkan bahwa air tua bisa
menghambat pertumbuhan mangrove [4]. Di sisi lain, kandungan dalam air tua sebenarnya
masih bisa bernilai guna dan ekonomi tinggi bila bisa direcovery.
Tabel 3.3 Parameter fisik air laut di Jawa Timur
Tabel 3.4. Parameter kimia air laut di Jawa Timur
7
Tabel 3.5 Karakteristik air laut dan air tua dari berbagai lokasi
SW: air laut; Bittern: air tua. Sumber: [3]
8
Gambar 3.2 Urutan pemisahan garam dari air laut yang dievaporasi [4]
3.3. Recovery bahan kimia laut dari air tua
Recovery bahan kimia dari air tua pada umunya dilakukan dengan proses fisik kimia.
Dengan mengaplikasikn penguapan matahari secara berturut turut, kesetimbangan fase
terkontrol, dan kristalisasi fraksional maka berbagai bahan kimia mineral garam bisa direcover;
seperti halnya: sodium klorida, sodium sulfat, magnesium sulfat, garam potassium air tua,
potassium klorida, magnesium klorida, dan bromin. Estefan (1983) menggambarkan diagram
alir recovery bahan kimia laut dari air tua (Gambar 3.3) yang dia usulkan aplikasinya di Mesir.
9
Gambar 3.3 Diagram alir recovery bahan kimia laut dari air tua [5]
Pada daerah dengan itensitas cahaya matahari yang tinggi Teknik penguapan matahari
merupakan pilihan yang sangat masuk akal dan merupakan cara yang paling ekonomis untuk
proses pemekatan air tua. Studi di Mesir melaporkan bahwa ketika densitas air tua yang
mencapa 1270 kg/m3 dikeringkan pada suhu 343 K dan dianalisis dengan X-ray diffractometer,
10
fase-fase berikut teridentifikasi: halite (NaCl), sylvite (KCl), carnallite (KCl. MgCl2-6H2O),
kieserite (MgSO4-H2O), D'Ansite (MgSO4-3NaCl.9Na2SO4) and bischoffite (MgCl2- 6H2O).
Air tua dialirkan ke crystallizing pan dan dilakukan penguapan matahari hingga
densitas mencapai 1290 kg/m3 ketika sodium chloride mentah dipisahkan bersama
pengotornya. Garam mentah ini kemudian dipisahkan dan dicuci dengan air laut yang memiliki
densitas 1200 kg/m3, dikeringkan pada suhu 383 K dan dianalisis. Hasil produksi garam
mencapai 80 kg/m3 air tua dan mengandung 98% NaC1. Garam ini bisa digunakan untuk
keperluan industry.
Recovery magnesium sulfat
Air tua didinginkan secara alami sampai 283 K (memanfaatkan musim dingin),
sehingga magnesium sulfat terkristalisasi bersama sedikit pengotornya, sylvinite dan sodium
sulfat. Magnesium sulfat mentah direkristalisasi dari larutan jenuh dan diseparasi
menggunakan sentrifugasi dan pencucian dingin (278 K) untuk kemudian dikeringkan pada
suhu 343 K guna memproduksi garam Epsom yang laku di pasaran. Hasil yang didapatkan
diperkirakan 50 kg/m3 air tua. Hasil analisis garam Epsom menunjukkan 99% (berat) adalah
magnesium sulfate terhidrasi.
Recovery sodium sulfate anhidrat
Setelah pemisahan magnesium sulfat, air tua akembali didinginkan sampai 273 K untuk
secara efektif mengkristalkan sodium sulfat sebagai garam Glauber. Energy yang dikonsumsi
untuk proses refrigerasi untuk pendinginan satu ton air tua dari 283 K menjadi 273 K
diperkirakan 10 kWh. Kristal garam Glauber dipisahkan dengan sentrifugasi, dicuci dengan es
10% w/v larutan sodium sulfat dan dikeringkan pada suhu 383 K. Sodium sulfat anhidrat yang
dihasilakn mengandung 98.2% Na2SO4.
Recovery bromin
Air tua yang terde-sulfat dari tahap\sebelumnya utamanya mengandung potasium
klorida, magnesium klorida, beberapa bromida and dan konstituen kecil lainnya. Pada tahap
ini, bromin bisa direcover dari air tua pada pH 3 dan suhu 298 K melalui pemindahan dengan
gas klorin. Tergantung pada biaya, jika recovery bromin akan dilakukan, maka hendaknya tidak
dilakukan pada tahapan selanjutnya, karena akan terkristalisasi menjadi magnesium bromide
pada tahap akhir evaporasi.
Recovery garam potassium air tua
Setelah pemisahan bromin, air tua dinetralkan menjadi pH 7 menggunakan larutan
potassium hidroksida pekat dan dipanaskan sampai titk didih 398 K. Kemudian dibiarkan
mendingin secara alami sampai 373 K dimana garam potassium air tua terpisahkan.
11
Diperkirakan jumlah energi adalah 90 kWh yang diperlukan untuk menaikkan suhu satu ton
air tua dari 298 K menjadi 398 K. garam potassium air tua adalah campuran antara: langbeinite
(K2SO4-2MgSO4), kainite (KC1. MgSO4-3H2O), kieserite (MgSO4.H2O) dan sodium klorida
(NaC1). Produk ini jarang digunakan sebagai pupuk potassium-magnesium kelas rendah,
namun kandungan (NaC1) yang lebih rendah adalah pupuk yang lebih baik. Produk ini bisa
diubah juga menjadi schoenite (K2SO4MgSO46H2O) yang digunakan untuk recovery potasium
sulfat. Tingkat produksi garam campuran ini adalah 85 kg/m3 air tua.
Recovery potasium klorida
Potasium klorida adalah bahan pupuk yang paling banyak digunakan di dunia. Pada
saat pendinginan lebih lanjut air tua di suhu 293 K, carnallite (KCl. MgCl26H2O) terpisahkan.
Presipitati carnallite, 80 kg/m3 air tua, dipisahkan, dihidrolisis dengan 40% (berat) air, dan
diaduk secara terus menerus selama satu jam ketika magnesium klorida tetap berada di larutan
dan potassium klorida terkristalisasi bersama sedikir pengeotor sodium klorida. Potasium
klorida mentah kemudian di-leaching menggunakan air mendidih dan larutanya difilter panas
untuk memisahkan pengotor sodium klorida. Filtrat kemudian didinginkan sampai 293 K untuk
merekristalisasi potasium klorida murni. Potasium klorida diletakkan pada sentrifugal
separator dan pencucian dingin, kemudian dikeringkan pada suhu 383 K. Tingkat produksi
potasium klorida mencapai 20 kg/m3 air tua dengan kandungan 99.4% KC1.
Recovery magnesium klorida
Cairan yang tersisa setelah pemisahan carnallite utamanya terdiri dari magnesium
klorida dan dicampur dengan cairan yang tertinggal dari hidrolisis carnallite. Larutan ini
kemudian dievaporasi dengan matahari sampai bischoffite (MgCl2-6H2O) terpisahkan.
Bischoffite dikristalisasi dari campuran 50% ethyl alcohol-air dimana magnesium klorida
monohidrat (MgCl2.H2O) didapatkan.
3.4. Pemanfaatan Air Tua
Selain untuk direcovery berbagai mineral garam yang terkandung didalamnya,
seringkali air tua juga dimanfaatkan langsung, diantaranya adalah sebagai bahan baku produski
pupuk, produski bahan kimia, dan juga dimanfaatkan dalam bidang pengolahan air.
Produksi pupuk MgSO4.7H2O berhasil dilakukan dengan bahan baku utama air tua
dengan bahan tambahan larutan natrium hidroksida dan asam sulfat. Menggunakan gabungam
proses fisik (termal) dan kimia (presipitasi/kristalisasi) pupuk MgSO4.7H2O ini berhasil
diproduksi [6]. Berbagai variasi pupuk majemuk Mg2(NH4)2(PO4)2·4H2O,
12
KMg(NH4)(PO4)2·4H2O dan NaMg(NH4)(PO4)2· 4H2O dengan cara pengaturan basa berbeda
(mencampurkan air tua dengan asam forfat dan amonia) juga telah dilaporkan keberhasilannya
[7]. Produk lain berupa magnesium karbonat polimorf sebagai bahan baku industri kimia juga
bisa dilakukan dengan bahan baku air tua dengan cara mereaksikan dengan Na2CO3 [8],
produksi MgSO4 sebagai elektrolit sel aki bekas [9], serta pembuatan MgCl2 [10].
Dalam bidang pengolahan air, air tua dapat dimanfaatkan sebagai koagulan untuk
proses klarifikasi air limbah pewarnaan [11]. Pada studi ini didapatkan hasil penyisihan
kekeruhan dan warna memanfaatkan air tua dengan kandungan Mg2+ 200 mg/L berturut-turut
lebih tinggi dari 95% dan 80%. Air tua bersama dengan kapur dan karbon aktif digunakan
sebagai pengolahan akhir limbah penyamakan. Hasil menunjukkan penyisihan yang sangat
bagus of total suspended solids (TSS) (97%), warna tampak dan kekeruhan (99%), total fosfor
(87%), dan kromium (99.7%). Penyisihan parameter organik pun juga tergolong bagus yaitu
chemical oxygen demand (COD) (71%) dan biochemical oxygen demand (BOD) (57%) [12].
Pemanfaatan air tua untuk pengolahan air telah diaplikasikan ke banyak jenis air limbah yang
lain diantaranya limbah cair industri kertas [13], limbah tepung ikan [14] dan pengolahan ikan
[15].
Air tua telah banyak dilirik sebagai sumber Magnesium untuk kristalisasi struvite dari
air limbah yang banyak mengandung N dan P [16] [17] Penelitian terbaru juga memanfaatkan
air tua sebagai bahan tambahan sumber Mg untuk kristalisasi dalam rangka penyisihan dan
recovery P air efluen reaktor microbial electrochemical technologies (MET) [18]. Penambahan
air tua dalam molar rasio 1.6: 1 (Mg:P) mendorong penyisihan fosfat (PO43−) antara 60% dan
70%.
3.5. Teknologi Elektrodialisis untuk Recovery Material dari Air Limbah
Selain teknologi fisik kimia yang sering digunakan untuk recovery material, khususnya
dalam air tua sebagaimana diuraikan di atas, teknologi berbasis elektrokimia juga telah mulai
diaplikasikan. Konversi Mg2+ dalam air tua menjadi Mg(OH)2 dengan proses elektrolisis telah
berhasil dilakukan [19]. Hapsari dalam studinya memanfaatkan teknologi elektrodialisis untuk
mengambil mineral elektrolit K, Ca, Na, dan Mg sebagai produk suplemen mineral ionic air
minum [20].
13
Anode
Cathode
Cation Exchan
ge M
embrane
Anion Exchange M
embrane
+
+
‐
+
‐+
‐
+
‐
+
+
‐
+
‐
Feed streamRecovered stream
Gambar 3.4 Ilustrasi proses recovery material dengan menggunakan teknik
elektrodialisis
Gambar 3.4 menampilkan proses elektrodialisis sebaga aalah satu teknologi yang bisa
diterapkan untuk proses recovery material dalam air [21]. Dengan mengaplikasikan
elektrodialisis maka kandungan-kandungan ionic dalam air tua terkonsentrasikan (Gambar
3.4). Sistem elektrodialisis telah berhasil digunakan dalam rangka meningkatkan recovery
fosfat dan amonium serta menghilangkan ion-ion pengotor dalam limbah cair pupuk [21].
Keuntungan yang lain lagi apabila sistem sebagaimana Gambar xx diterapkan adalah dengan
pemilihan elektroda yang tepat, maka tidak hanya proses pengkonsentrasian mineral yang
diinginkan yang bisa dicapai, namun bisa juga berlangsung proses degradasi polutan pengotor.
Salah satu material anoda yang mempunya potensi besar adalah boron doped diamond (BDD).
BDD telah terbukti mampu mendegradasi kandungan organik yang tinggi dalam air limbah
[22].
Penggunaan membrane penukar ion yang tepat juga menjadi penentu keberhasilan
proses elektrodialisis. Tabel 3.6 menapilkan contoh jenis cation exchange membrane (CEM)
dan anion exchange membrane (AEM) yang bisa digunakan. Fraksinasi Mg dari air laut untuk
digunakan dalam pembentukan struvite telah dilakukan dengan menggunakan elektrodialisis
dengan monovalent selective membrane [23].
14
Tabel 3.6 Spesifikasi CEM dan AEM
Spesifikasi CEM: CMI-7000S AEM: AMI-7001S Functionality Strong Acid Cation
Exchange Membrane Strong Base Anion
Exchange Membrane Polymer Structure Gel polystyrene cross
linked with divinylbenzene Gel polystyrene cross
linked with divinylbenzene Functional Group Sulphonic Acid Quaternary
Ammonium Ionic Form as Shipped Sodium Chloride Color Brown Light Yellow Standard Size 1.22m x 3.05m 1.22m x 3.05m Standard Thickness 0.45±0.025 mm 0.45±0.025 mm Electrical Resistance (Ohm.cm2) 0.5 mol/L NaCl
<30 <40
Maximum Current Density (Ampere/m2)
<500 <500
Permselectivity (%) 0.1 mol KCl/kg / 0.5 mol KCl/kg
94 90
Total Exchange Capacity (meq/g)
1.6±0.1 1.3±0.1
Water Permeability (ml/hr/ft2) @5psi
<3 <3
Mullen Burst Test strength (psi)
>80 >80
Thermal Stability (oC) 90 90 Chemical Stability Range (pH) 1-10 1-10 Preconditioning Procedure Immerse the
membrane in either the application solution or a 5% NaCl solution for 12 hours to allow for membrane hydration and expansion.
Immerse the membrane in either the application solution or a 5% NaCl solution for 12 hours to allow for membrane hydration and expansion.
Storage Store at room temperature and low humidity in sealed air tight container. Storage period not to exceed one year.
Store at room temperature and low humidity in sealed air tight container. Storage period not to exceed one year.
(Membrane International Inc., 2019)
15
BAB IV. METODE
4.1. Diagram Alir Penelitian
16
Gambar 4. 1 Diagram Alir Penelitian
Sebagaimana dapat dilihat pada diagram air penelitian (Gambar 4.1) di atas, penelitian
ini meliputi 3 tahapan penelitian yang akan dilaksanakan selama kurun waktu 3 tahun. Tahap
I (tahun 1- 2020) difokuskan pada karakterisasi awal limbah bittern yang dihasilkan dari
beberapa sumber maupun proses produksi garam dan potensi valuable products hasil recovery
berdasarkan karakteristik limbah tersebut dan teknologi yang tersedia. Kemudian pada Tahap
II (tahun 2 – 2021), penelitian akan difokuskan pada inovasi teknologi/metode untuk
meningkatkan efisiensi proses recovery limbah bittern sehingga didapatkan tingkat kemurnian
tinggi produk yang bernilai tambah hasil recovery serta efluen limbah bittern yang memenuhi
persyaratan baku mutu. Pada akhirnya di Tahap III (tahun terakhir – 2022), penelitian
difokuskan pada pemantapan/pembuktian konsep (proof-of-concept) pengolahan dan recovery
limbah bittern secara terintegrasi sehingga memiliki kelayakan teknis untuk dapat diterapkan
serta dikaji lebih lanjut terkait kesiapan teknologi termasuk kajian pengelolaan residunya.
17
4.2. Pelaksanaan Penelitian
Tahap I dibagi menjadi 2 komponen penelitian, yaitu 1). Karakterisasi parameter fisik,
kimia dan biologis limbah bittern serta penentuan target pengolahan dalam upaya pemenuhan
baku mutu effluen, 2) Penelaahan produk utama dan added-value products hasil recovery
limbah bittern termasuk kajian efektifitas metode/teknologi yang dapat diterapkan.
Karakterisasi limbah cair bittern dilakukan dengan mengumpulkan sampel dari beberapa
sumber ataupun beberapa proses produksi industri garam yang berada di area Surabaya. Hal
ini dilakukan untuk menganalisis besaran beban pengolahan dan recovery limbah. Volume
limbah yang diperlukan sebanyak maksimum 2 L untuk masing-masing sampel. Parameter
yang dikaju meliputi pH, konsentrasi total dissolved solid (TDS), kosentrasi ion-ion yang
dominan berada pada air baku produksi garam (Mg, Na, Ca, K, Cl, SO4) serta konsentrasi
polutan organik yang terukur sebagai Chemical Oxygen Demand (COD) dan Biological
Oxygen Demand (BOD). Selanjutnya dapat dilakukan penentuan target pengolahan dalam
upaya pemenuhan syarat baku mutu efluen sebelum masuk ke bada air penerima. Dalam hal
ini, standar baku mutu efluen yang diacu adalah Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 72
Tahun 2013 Tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Industri Dan/Atau Kegiatan Usaha Lainnya
dan Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 52 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Peraturan
Gubernur Jawa Timur Nomor 72 Tahun 2013 Tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Industri
Dan/Atau Kegiatan Usaha Lainnya. Pada tahap I ini juga dilakukan kajian produk utama dan
added-value products yang dapat dihasilkan dari proses recovery berdasarkan karateristik
limbah bittern dan kajian efekttifitas metode/teknologi yang dapat diterapkan, misalnya
presipitasi, chemical addition, elektrodialisis, maupun thermal conversion/separation. Analisis
SEM-EDX dan XRD dilakukan untuk menganalisis struktur dan mengetahui kandungan
presipitat yang terbentuk.
Gambar 4. 2 Skema Batch Reactor untuk Proses Presipitasi maupun Chemical Addition
pH meter for monitoring and controlling
Data acquisition
Manual addition of NaOH or HCl or other relevant chemical agents
Completely Mixed Batch Reactor
18
Gambar 4. 3 Skema Batch-recirculation Reactor untuk Proses Elektrokimia maupun Elektrodialisis
Skema reaktor yang akan digunakan pada Tahap I dari penelitian ini dapat dilihat pada
Gambar 4. 2 dan Gambar 4.3. Dari Tahap I akan disimpulkan mengenai pilihan
teknologi/metode yang dapat diaplikasikan untuk mendapatkan hasil recovery limbah bittern
berupa produk bernilai tambah sesuai karateristik awalnya serta faktor-faktor teknis
operasional yang dapat mempengaruhi proses recovery.
Tahap II dibagi menjadi 2 komponen penelitian, yaitu 1). Peningkatan efisiensi proses
recovery dan persentase kemurnian produk recovery melalui kajian inovasi teknologi/metode
yang sesuai, 2) Karakterisasi residu proses recovery dan peningkatan kinerja pengolahan
limbah bittern dalam pemenuhan baku mutu efluen. Pada tahap ini akan dikaji inovasi
metode/konfigurasi dari teknologi yang ada untuk meningkatkan efisiensi proses recovery dan
mendapatkan kemurnian produk recovery. Beberapa hal yang akan dilakukan antara lain, uji
efektifitas dari batch-reactor menjadi continuous-flow reactor (skema Gambar 4.4.), perubahan
konfigurasi reaktor dari seri menjadi parallel, maupun pengujian kondisi teknis operasional
reactor (misalnya, pH, debit, pengadukan, serta dalam hal proses lektrokimia berupa
peningkatan efisiensi energy/arus listrik yang diberikan dan penggunaan ionic membrane).
Parameter yang diuji akan tetap sama seperti tahap 1. Selain itu, pada tahap 2 ini, akan
dilakukan karakterisasi dan kajian peningkatan kualitas efluen limbah bittern setelah proses
recovery untuk memenuhi baku mutu efluen. Fokus penelitian adalah pada penyisihan polutan
organik (COD maupun BOD). Dalam hal ini, proses oksidasi kimiawi dan elektrokimia akan
19
dikaji efektifitasnya. Sehingga pada Tahap II akan dapat disimpulkan mengenai
teknologi/metode yang inovatif untuk peningkatan efisiensi proses recovery dan mendapatkan
added-value recovery products yang memiliki tingkat kemurnian tinggi serta residu berupa
efluen yang telah memenuhi persyaratan baku mutu.
Gambar 4. 4 Skema Continuous-flow Reactor untuk Proses Elektrokimia maupun Elektrodialisis
Rangkaian yang digunakan dalam reaktor penelitian ini terdiri dari DC power supply,
pompa peristaltik, magnetic stirrer dengan volume reaktor sebesar 1,2 Liter. Bagian reaktor
ini terdiri dari 3 kompartemen, kompartemen I berdimensi tinggi 15 cm lebar 8 cm panjang 10
cm ini sebagai reaktor pengolahan dengan elektrooksidasi lalu kompartemen II berdimensi
panjang 16,7 cm lebar 8 cm tinggi 15 cm untuk proses elektrodialisis diman terdapat beberapa
sekat berupa membrane untuk recovery ion-ion dari limbah bittern, serta kompartemen III
sebagai tempat residu hasil recovery. Sedangkan produk-produk recovery akan dialirkan
menuju ke kompartemen produk.
Tahap III dibagi menjadi 2 komponen penelitian, yaitu 1). Kajian kombinasi/integrasi
metode pengolahan dan recovery limbah bittern menjadi produk-produk bernilai tambah, 2)
Kajian pengelolaan dan potensi pemanfaatan lebih lanjut limbah bittern. Dalam tahap ini akan
dibuat neraca massa dalam proses pengolahan dan recovery produk dari limbah bittern yang
mengintegrasikan keseluruhan metode yang dapat diaplikasikan. Selain itu, akan dikaji pula
pengelolaan residu (efluen) hasil proses recovery limbah bittern dan potensi pemanfaatannya
(missalnya sebagai bahan koagulan maupun bahan baku struvite,dll.) melalui proses lebih
lanjut. Skema reactor dapat mengikuti desain reaktor yang telah disiapkan pada tahap I dan
Reaktor
MAGNETIC STIIRRER
Peristaltic
Pump
Power Supply
20
tahap II dengan beberapa modifikasi dan kombinasinya. Adapun parameter uji/kajian sama
sebagaimana pada tahap I dan tahap II. Oleh karena itu, pada tahap akhir ini akan dapat
disimpulkan secara keseluruhan mengenai proof-of-concept teknologi recovery limbah bittern
melalui skema penerapan teknologi yang dapat dikembangkan lebih lanjut dan terintegrasi.
Selain itu juga akan dirumuskan rekomendasi mengenai Faktor-faktor teknis yang perlu
dipertimbangkan dalam upaya penerapan teknologi/metode yang inovatif dan terintegrasi
dalam pengolahan dan recovery limbah bittern.
4.3. Tanggung Jawab
Tanggung jawab ketua peneliti maupun anggota peneliti dijelaskan sebagai berikut:
1. Ketua Peneliti
Bertanggung jawab terhadap keseluruhan berjalannya penelitian dan hasil penelitian
Mengkoordinasikan dengan kepala pusat studi infrastruktur dan lingkungan berkelanjutan
Berkoordinasi dengan anggota peneliti
Mengelola penggunaan dana
2. Anggota Peneliti I
Bertanggung jawab kepada ketua peneliti
Membantu ketua peneliti dalam mencapai luaran penelitian
Mengkoordinasikan pelaksanaan penelitian terkait teknologi presipitasi dan elektrokimia
Membantu penulisan laporan dan draft artikel ilmiah
3. Anggota Peneliti II
Bertanggung jawab kepada ketua peneliti
Membantu ketua peneliti dalam mencapai luaran penelitian
Mengkoordinasikan pelaksanaan penelitian terkait analisis parameter dan teknologi
permunian hasil recovery
Mengkoordinasikan pelaksanaan penelitian terkait teknologi permunian hasil recovery
4. Anggota Peneliti III
Bertanggung jawab kepada ketua peneliti
Membantu ketua peneliti dalam mencapai luaran penelitian
Mengkoordinasikan pelaksanaan penelitian terkait mitra industri produksi garam (proses
sampling dan uji/analisis lapangan)
Mengkoordinasikan pelaksanaan penelitian terkait teknologi presipitasi
21
BAB V. JADWAL
5.1. Jadwal Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan dalam 3 tahap selama 3 tahun dengan kurun waktu 8-
9 bulan efektif tiap tahunnya, mulai 2020 hingga 2022. Jadwal penelitian dapat dilihat pada
Tabel 5.1.
Tabel 5. 1 Rencana Jadwal Penelitian
Tahun ke-1 (2020)
No Nama Kegiatan Bulan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 121 Penandatanganan Kontrak X 2 Persiapan Penelitian (Alat dan Bahan) X X 3 Karakterisasi limbah bittern X X 4 Pengumpulan Data dan Literatur X X X X X X X X X 5 Penelitian Tahap I: -Pengumpulan sampel limbah bittern X X
-Pembuatan Kurva Standar untuk Analisis Parameter X
-Pengujian Proses Elektrokimia dan Elektrodialisis dalam mengolah limbah bittern X X X X X
-Pengujian proses presipitasi dan chemical addition limbah bittern X X X X X
-Analisis Data dan Pembahasan: faktor-faktor teknis operasional X X X X X X
4 Penyusunan Laporan: -Laporan Kemajuan X X -Laporan Akhir X X 5 Finalisasi dan Monev Tahun ke 1 X 6 Publikasi Ilmiah: - Penulisan draft artikel ilmiah 1 X X X
Tahun ke-2 (2021)
No Nama Kegiatan Bulan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 121 Update usulan Tahun ke-2 X X 2 Persiapan Penelitian X X 3 Monev Ketercapaian Luaran Tahun 1 X 2 Pengumpulan Data dan Literatur X X X X X X X X X X 3 Penelitian Tahap II: -Persiapan Alat dan Bahan X X X -Pengumpulan sampel limbah bittern X X
22
No Nama Kegiatan Bulan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
-Pengujian optimasi proses pengolahan dan recovery limbah bittern X X X X X X
-Pengujian proses peningkatan kemurnian added-value products X X X X X
-Karakterisasi residu hasil recovery limbah bittern X X
-Analisis Data dan Pembahasan: data-data teknis untuk inovasi teknologi/metode pengolahan dan recovery X X X X X X X
4 Penyusunan Laporan: -Laporan Kemajuan X X -Laporan Akhir X X 5 Publikasi Ilmiah: - Submission artikel ilmiah 1 X X - Penulisan draft artikel ilmiah 2 X X X 6 Finalisasi dan Monev Tahun ke 2 X
Tahun ke-3 (2022)
No Nama Kegiatan Bulan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 121 Update usulan Tahun ke-3 X X 2 Persiapan Penelitian X X 3 Monev Ketercapaian Luaran Tahun 2 X 2 Pengumpulan Data dan Literatur X X X X X X X X X X 3 Penelitian Tahap III: -Persiapan Alat dan Bahan X X X -Pengumpulan sampel limbah bittern X X
-Pengujian skema integrase/kombinasi proses pengolahan dan recovery limbah bittern X X X X X X
-Pengujian potensi pemanfaatan lebih lanjut residu hasil recovery X X X X X X
-Analisis Data dan Pembahasan: data-data teknis untuk integrase proses pengolahan dan recovery serta pembuatan diagram mass balance X X X X X X X
4 Penyusunan Laporan: -Laporan Kemajuan X X -Laporan Akhir X X 5 Publikasi Ilmiah: - Submission artikel ilmiah 2 X X - Finalisasi/accepted artikel X X X 6 Finalisasi dan Monev Tahun ke 3 X
23
5.2. Anggaran Biaya Penelitian
Biaya yang dianggarkan untuk pelaksanaan penelitian dapat dilihat pada Tabel 5.2
Tabel 5. 2 Rencana Anggaran Biaya
No Uraian Jumlah Satuan Harga Satuan
(Rp)
Biaya (Rp)
TAHUN ke 1 (2020)
I Belanja Bahan
Alat dan Bahan Reaktor
1 Rectifier / DC Power Supply 2 buah 2.500.000 5.000.000
2 Elektroda Karbon 4 buah 500.000 2.000.000
3 Elektroda Stainless Steel 4 buah 750.000 3.000.000
4 Elektroda DSA 2 buah 1.250.000 2.500.000
5 Anion exchange membrane (AMI-7001S)
1 lembar 10.000.000 10.000.000
6 Cation exchange membrane (CMI-7000S)
1 lembar 10.000.000 10.000.000
7 Reaktor elektrodialisis 2 unit 2.500.000 5.000.000
Bahan Habis Pakai
8 Aquades 200 L 5.000 1.000.000
9 Sarung tangan 2 Dus 50.000 100.000
10 Masker 2 Dus 40.000 80.000
11 Tissue 2 pcs 44.500 89.000
12 Botol Duran Glassware 4 pcs 500.000 2.000.000
13 Sample container 4 pack
55.000 220.000
14 Syringe filter 0,45 mikron (single use) 1 pack 1.300.000
1.300.000
15 Botol semprot 500 ml 2 pcs
110.000 220.000
16 Pipet tetes 6 pcs
23.000 138.000
17 Pipet ukur 10 ml 1 pcs
84.000 84.000
18 Pro pipet 1 pcs
92.000 92.000
19 Gelas ukur 100 ml 1 pcs
61.000 61.000
20 Spatula kaca 1 pcs
22.000 22.000
21 Spatula stainless 1 pcs
30.000 30.000
22 Pinset 1 pcs
25.000 25.000
24
23 Beaker glass 10 ml 12 pcs
30.000 360.000
24 Beaker glass 250 ml 6 pcs
50.000 300.000
25 Beaker glass 500 ml 4 pcs
77.000 308.000
26 Beaker glass 1 L 2 pcs
200.000 400.000
27 Micro pipette 1-5 ml 1 set
6.100.000 6.100.000
28 Pipette tips (5 mL) 1 pack
553.000 553.000
29 H2SO4 0,5 L
1.900.000 950.000
30 NaOH 1 kg
900.000 900.000
31 HCl 2 Botol
685.000 1.370.000
Biaya Analisa
32 COD 50 sample
130.000 6.500.000
33 BOD 50 sample
60.000 3.000.000
Uji Karakterisasi
Laboratorium
34 SEM EDX 8 Sampel
400.000
3.200.000
35 XRF 8 Sampel
250.000
2.000.000
36 IC 15 Sampel
350.000
5.250.000
Sub Total 1 74.152.000
II Belanja Barang Non Operasional
1 Kertas, Tinta, dan CD 1 Ls 150.000 150.000
2 Laporan kemajuan dan akhir 8 eks 50.000 400.000
3 Biaya registrasi seminar internasional
2 orang 2.000.000 4.000.000
4 Akomodasi keikutsertaan seminar internasional
4 orang.malam 600.000 2.400.000
Sub Total 2 6.950.000
III Honorarium
1 Asisten Peneliti 160 orang hari 150.000 24.000.000
Sub Total 3 24.000.000
IV Belanja Perjalanan
1 Transportasi Pengambilan sampel 4 kali 200.000 800.000
2 Biaya perjalanan seminar 2 orang 2.000.000 4.000.000
Sub Total 4 4.800.000
Total Biaya 109.902.000
25
No Uraian Jumlah Satuan Harga Satuan
(Rp)
Biaya (Rp)
TAHUN ke 2 (2021)
I Belanja Bahan
Alat dan Bahan Reaktor
1 Elektroda BDD 2 buah 9.000.000 18.000.000
2 Elektroda Platina-film 2 buah 3.000.000 6.000.000
3 Anion exchange membrane (AMI-7001S)
1 lembar 10.000.000 10.000.000
4 Cation exchange membrane (CMI-7000S)
1 lembar 10.000.000 10.000.000
5 Reaktor elektrokimia 2 unit 2.500.000 5.000.000
Bahan Habis Pakai
6 Aquades 200 L 5.000 1.000.000
7 Sarung tangan 2 Dus 50.000 100.000
8 Masker 2 Dus 40.000 80.000
9 Tissue 2 pcs 44.500 89.000
10 Sample container 4 pack
55.000 220.000
11 Syringe filter 0,45 mikron (single use) 4 pack 1.300.000
5.200.000
Biaya Analisa
12 COD 70 sample
130.000 9.100.000
13 BOD 70 sample
60.000 4.200.000
Uji Karakterisasi
Laboratorium
14 SEM EDX 8 Sampel
375.000
3.000.000
15 XRF 8 Sampel
250.000
2.000.000
16 IC 10 Sampel
350.000
3.500.000
Sub Total 1 77.489.000
II Belanja Barang Non Operasional
1 Kertas, Tinta, dan CD 1 Ls 150.000 150.000
2 Laporan kemajuan dan akhir 8 eks 50.000 400.000
3 Publikasi jurnal internasional 1 artikel 7.000.000 7.000.000
Sub Total 2 7.550.000
III Honorarium
1 Asisten Peneliti 160 orang hari 150.000 24.000.000
Sub Total 3 24.000.000
IV Belanja Perjalanan
26
1 Transportasi Pengambilan sampel
4 kali 200.000 800.000
Sub Total 4 800.000
Total Biaya 109.839.000
No Uraian Jumlah Satuan Harga
Satuan (Rp) Biaya (Rp)
TAHUN ke 3 (2022)
I Belanja Bahan
Alat dan Bahan Reaktor
1 Anion exchange membrane (AMI-7001S)
1 lembar 10.000.000 10.000.000
2 Cation exchange membrane (CMI-7000S)
1 lembar 10.000.000 10.000.000
3 Reaktor kontinyu elektrokimia 1 unit 12.500.000 12.500.000
Bahan Habis Pakai
3 Aquades 200 L 5.000 1.000.000
4 Sarung tangan 2 Dus 50.000 100.000
5 Masker 2 Dus 40.000 80.000
6 Tissue 2 pcs 44.500 89.000
7 Sample container 4 pack
55.000 220.000
8 Syringe filter 0,45 mikron (single use) 5 pack 1.300.000
6.500.000
Biaya Analisa
9 COD 100 sample
130.000 13.000.000
10 BOD 100 sample
60.000 6.000.000
Uji Karakterisasi
Laboratorium
11 SEM EDX 10 Sampel
375.000
3.750.000
12 IC 15 Sampel
350.000
5.250.000
Sub Total 1 68.489.000
II Belanja Barang Non Operasional
1 Kertas, Tinta, dan CD 1 Ls 150.000 150.000
2 Laporan kemajuan dan akhir 8 eks 50.000 400.000
3 Publikasi jurnal internasional 1 artikel 7.000.000 7.000.000
Sub Total 2 7.550.000
III Honorarium
1 Asisten Peneliti 160 orang hari 150.000 24.000.000
Sub Total 3 24.000.000
IV Belanja Perjalanan
1 Transportasi Pengambilan sampel 10 kali 200.000 2.000.000
27
Sub Total 4 2.000.000
Total Biaya 102.039.000
28
BAB VI. DAFTAR PUSTAKA
[1] Y. M. Wati, A. Daryanto, and I. Setiawan, “Pengembangan Strategi Bersaing PT. Garam (Persero) Dalam Tataniaga Garam Indonesia,” J. Kesejaht. Sos., vol. 2, no. 01, pp. 21–27, 2018.
[2] S. T. Ardiyanti, Info Komoditi Garam. 2016. [3] M. Apriani, W. Hadi, and A. Masduqi, “Physicochemical properties of sea water and
bittern in Indonesia: Quality improvement and potential resources utilization for marine environmental sustainability,” J. Ecol. Eng., vol. 19, no. 3, pp. 1–10, 2018.
[4] A. Tewari, H. V. Joshi, C. Raghunathan, R. H. Trivedi, and P. K. Ghosh, “The effect of sea brine and bittern on survival and growth of mangrove Avicennia marina (Dicotyledones : Avicenniaceae),” Indian J. Mar. Sci., vol. 32, no. 1, pp. 52–56, 2003.
[5] E. S. Estefan, “CONTROLLED PHASE EQUILIBRIA FOR THE CHEMICAL UTILIZATION OF SEA-BITtERNS,” Hydrometallurgy, vol. 10, p. 240, 1983.
[6] N. Faizah, L. Indriyani, and J. Renanto, “Pra Desain Pabrik Pupuk MgSO4.7H2O dari Bittern Nur,” J. Tek. ITS Vol., vol. 7, no. 1, pp. 4–7, 2018.
[7] R. fajar Sidik, “VARIASI PRODUK PUPUK MAJEMUK DARI LIMBAH GARAM (BITTERN) DENGAN PENGATUR BASA BERBEDA,” J. Kelaut., vol. 6, no. 2, pp. 99–104, 2013.
[8] M. Apriani, W. Hadi, and A. Masduqi, “Synthesis of magnesium carbonate polymorphs from Indonesia traditional salt production wastewater,” EnvironmentAsia, vol. 11, no. 2, pp. 140–148, 2018.
[9] P. B. Safitri, A. Ramona, A. Effendi, and D. Jaya, “Pemanfaatan Bittern sebagai Elektrolit Alternatif pada Sel Aki Bekas,” J. Pros. Semin. Nas. Tek. Kim. “Kejuangan” Pengemb. Teknol. Kim. untuk Pengolah. Sumber Daya Alam Indones., pp. 1–6, 2016.
[10] G. Gilmawan and M. Mahmiah, “PEMANFAATAN LIMBAH GARAM (BITTERN) UNTUK PEMBUATAN MAGNESIUM KLORIDA (MgCl2),” J. Ris. Kelaut. Trop. (Journal Trop. Mar. Res., vol. 1, no. 2, p. 27, 2020.
[11] L. F. Albuquerque, A. A. Salgueiro, J. L. D. S. Melo, and O. Chiavone-Filho, “Coagulation of indigo blue present in dyeing wastewater using a residual bittern,” Sep. Purif. Technol., vol. 104, pp. 246–249, Feb. 2013.
[12] G. M. Ayoub, A. Hamzeh, and L. Semerjian, “Post treatment of tannery wastewater using lime/bittern coagulation and activated carbon adsorption,” Desalination, vol. 273, no. 2–3, pp. 359–365, Jun. 2011.
[13] Sutiyono, “Pemanfaatan Bittern Sebagai Koagulan pada Limbah Cair Industri Kertas,” J. Tek. Kim., vol. 1, no. 1, pp. 36–42, 2006.
[14] K. A. Nugraha, P. Wesen, and M. Mirwan, “Pemanfaatan Bittern Sebagai Koagulan Alternatif Pengolahan Limbah Tepung Ikan,” J. Ilmu Tek. Lingkung., vol. 8, no. 1, pp. 1–9, 2018.
[15] D. Y. Purwaningsih, “Pengaruh Penambahan Bittern Pada Limbah Cair Dari Proses Pencucian Industri Pengolahan Ikan,” J. IPTEK, vol. 21, no. 1, p. 43, 2017.
[16] S. I. Lee, S. Y. Weon, C. W. Lee, and B. Koopman, “Removal of nitrogen and phosphate from wastewater by addition of bittern,” Chemosphere, vol. 51, no. 4, pp. 265–271, Apr. 2003.
[17] G. El Diwani, S. El Rafie, N. N. El Ibiari, and H. I. El-Aila, “Recovery of ammonia nitrogen from industrial wastewater treatment as struvite slow releasing fertilizer,”
29
Desalination, vol. 214, no. 1–3, pp. 200–214, Aug. 2007. [18] T. Pepè Sciarria, G. Vacca, F. Tambone, L. Trombino, and F. Adani, “Nutrient recovery
and energy production from digestate using microbial electrochemical technologies (METs),” J. Clean. Prod., vol. 208, pp. 1022–1029, Jan. 2019.
[19] H. A. Za, “KONVERSI Mg2+ DALAM AIR TUA (BITTERN) MENJADI Mg(OH)2 MENGGUNAKAN METODE ELEKTROKIMIA,” Universitas Lampung, 2017.
[20] N. Hapsari, “Pengambilan Mineral Elektrolit Dari Limbah Garam ( Bittern ) Untuk Suplemen Mineral Ionic Pada Air Minum,” J. Tek. Kim., vol. 2, no. 2, pp. 141–146, 2008.
[21] E. von Munch and K. Barr, “Controlled struvite crystallization for removing phosphorus from anaerobic digester side stream,” Water Res., vol. 35, no. 1, pp. 151–159, 2001.
[22] F. Agustina, A. Y. Bagastyo, and E. Nurhayati, “Electro-oxidation of landfill leachate using boron-doped diamond: Role of current density, pH and ions,” Water Sci. Technol., vol. 79, no. 5, pp. 921–928, 2019.
[23] Z. L. Ye et al., “Fractionating magnesium ion from seawater for struvite recovery using electrodialysis with monovalent selective membranes,” Chemosphere, vol. 210, pp. 867–876, 2018.
Membrane International Inc., 2019, https://ionexchangemembranes.com/ami-7001-anion-
exchange-membranes-technical-specifications/. Diakses Jumat 6 Maret 2019, pukul 14.00
WIB.
BPPT, 2019, https://www.bppt.go.id/teknologi-informasi-energi-dan-material/3837-
laksanakan-kick-off-meeting-pabrik-garam-terintegrasi-bppt-siap-bantu-tekan-impor-garam-
dengan-teknologi. Diakses Jumat 6 Maret 2019, pukul 15.00.
30
BAB VII. LAMPIRAN
Lampiran 1 Biodata Tim Peneliti
1. Ketua Tim Peneliti a. Nama lengkap : Arseto Yekti Bagastyo, ST., MT., MPhil., PhD b. NIP/NIDN : 19820804200501001/0004088205 c. Fungsional/Pangkat/Gol. : Lektor/Penata Tk. I/ III-d d. Bidang Keahlian : Pengelolaan Limbah Cair dan Limbah B3 e. Departemen/Fakultas : Teknik Lingkungan/FTSPK f. Alamat Rumah dan No.Telp : Tenggilis Utara 2/19 Surabaya / 081222257893 g. Riwayat Penelitian/Pengabdian:
No. Tahun Judul Penelitian/Pengabdian Posisi/Tanggung
Jawab
1 2018-2019
Proses Penyisihan dan Recovery Materi dari Lindi Tempat Pemrosesan Akhir Sampah
Ketua Tim
2 2019-2021
Recovery Nitrogen dan Fosfor dari Limbah Cair Domestik berupa Source Separated Urine melalui Proses Elektrokimia dan Presipitasi
Ketua Tim
h. Publikasi: No. Judul Artikel Ilmiah Nama
Jurnal/Seminar Volume / No. / Tahun / Hal.
Waktu dan Tempat Seminar
1 Electrodialytic removal of fluoride and calcium ions to recover phosphate from fertilizer industry wastewater
(Bagastyo, A.Y., Anggrainy, A.D., Nindita, C.S., Warmadewanthi)
Sustainable Environment Research
27(5) / 2017 / 230-237
-
2 Electro-oxidation of landfill leachate using boron-doped diamond: Role of current density, pH and ions
(Agustina, F. Bagastyo, A.Y., Nurhayati, E.)
Water Science and Technology
79(5) / 2019 /
921-928
-
31
i. Paten terakhir:
j. Tugas Akhir/Tesis : No. Judul Tugas Akhir / Tesis /
Disertasi Nama Mahasiswa Lulus
Tahun
1 Tugas Akhir:
Penyisihan Ion Fosfat, Fluorida Dan Kalsium Pada Air Limbah Fosfat Pt Petrokimia Gresik Dengan Metode Elektrodialisis
Cintya Seruni Nindita
NRP. 3312100097
2016
2 Tugas Akhir:
Proses oksidasi elektrokimia pada lindi menggunakan anoda Boron-Doped Diamond (BDD) dengan penambahan ion klorida dan sulfat
Fatmawati Agustina
NRP. 03211440000086
2018
3 Tesis:
Recovery Fosfat dan Amonium dengan Metode Elektrodialisis dan Pembentukan Struvite dengan menggunakan Air Limbah Industri Pupuk
Desiana Nurul Hikmawati
NRP. 03211550012009
2018
4 Tesis:
Pengolahan Air Limbah Personal Care dengan Kombinasi Elektrokoagulasi-Elektrooksidasi dan Proses Oksidasi Lanjut Elektrokimia
Rachmad Ardhianto
NRP. 03211550010009
2019
32
2. Anggota Tim Peneliti 1 a. Nama lengkap : Ervin Nurhayati, ST., MT., PhD
b. NIP/NIDN : 1980201712041/0014038007
c. Fungsional/Pangkat/Gol. : - / - / III-c
d. Bidang Keahlian : Pengelolaan Air
e. Departemen/Fakultas : Teknik Lingkungan/FTSPK
f. Alamat Rumah dan No.Telp : Jl. Kalijudan Taruna IV/21, Surabaya.
081216462131
g. Riwayat Penelitian/Pengabdian: No. Tahun Judul Penelitian/Pengabdian Posisi/Tanggung
Jawab
1 2019 Kampung Astra Keputih Menuju ODF Ketua Tim
2 2014 Kombinasi Proses Elektrokimia/Biologis untuk Peningkatan Efektifitas Degradasi Bahan Organik Recalcitrant dalam Air Limbah
Ketua Tim
h. Publikasi : No. Judul Artikel Ilmiah Nama Jurnal /
Seminar Volume / No. / Tahun / Hal.
Waktu dan
Tempat Seminar
1 Effect of Applied Current on Electrooxidation of Personal Care Wastewater Pre-Treated by Al and Fe Electrocoagulation
(E. Nurhayati, Ardhianto, R., Bagastyo, A.Y)
Conference Proceeding, Green Technologies for Sustainable Water
Ho Chi Minh City, Vietnam, 1-5 Desember 2019
2 Electro-oxidation of landfill leachate using boron-doped diamond: role of current density, pH and ions
(Agustina, F., Bagastyo, A.Y., Nurhayati, E)
Water Science and Technology
75/5/2019/921-928
33
i. Paten terakhir:
j. Tugas Akhir/Tesis :
34
3. Anggota Tim Peneliti 2
a. Nama lengkap : Diah Susanti, ST. MT., PhD
b. NIP/NIDN : 197701162003122007 / 0006017702 c. Fungsional/Pangkat/Gol. : Lektor Kepala/Pembina/IVA d. Bidang Keahlian : Kimia Material dan Energi e. Departemen/Fakultas : Teknik material dan Metalurgi/FTI f. Alamat Rumah dan No.Telp : Sukolilo Dian Regency Jl Rejeki I/5, Keputih,
Surabaya, 60111 / 085284916950 g. Riwayat Penelitian/Pengabdian:
No. Tahun Judul Penelitian/Pengabdian Posisi / Tanggung Jawab
1 2019 Sintesa Komposit CuO/Graphene sebagai Material Fotokatalis untuk Mengkonvesi CO2 menjadi Methanol sebagai Upaya Penanggulangan Pencemaran Udara
Ketua Tim
2 2018 Analisa Sifat Kapasitif dari Superkapasitor Berbahan Graphene Terdoping Boron sebagai Penyimpan Energi
Ketua Tim
h. Publikasi :
No. Judul Artikel Ilmiah Nama Jurnal /
Seminar
Volume / No. /
Tahun / Hal.
Waktu dan Tempat Seminar
1 WO3 nanomaterials synthesized via a sol-gel method and calcination for use as a CO gas sensor
Frontiers of Chemical
Science and Engineering
8(2) / 2014
-
2 Preparation of CO gas sensor from ZnO Material Synthesized via Thermo-Oxidation Process
Modern Applied Science
9 (7)/2015
-
i. Paten terakhir :
No.
Judul/Tema HKI
Tahun
Jenis
Nomor P/ID1 Hybrid Electrode and method of preparing the same/ Hybrid
electrodes of anhydrous-hydrous RuO2 and anhydrous IrO2-hydrous RuO2
2010 Paten Sederhana
US Patent No 7858213 B2
35
2 Hybrid Electrode and method of preparing the same/ Hybrid electrodes of anhydrous-hydrous RuO2 and anhydrous IrO2-hydrous RuO2
2010 Paten Sederhana
Taiwan Patent No 200816244
3 Metode Pembuatan Chip Sensor Gas CO dan LPG dari Material Semikonduktor WO3 dan ZnO (2016)
2016 Paten Sederhana
2016/03409
j. Tugas Akhir/Tesis/Disertasi :
36
4. Anggota Tim Peneliti 3
a. Nama Lengkap : I.D.A.A Warmadewanthi, ST., MT., PhD b. NIP / NIDN : 197502121999032001 / 0012027501 c. Fungsional/Pangkat/Gol : Lektor Kepala/Pembina/IVA d. Bidang Keahlian : Persampahan e. Departemen/Fakultas : Teknik Lingkungan/FTSPK f. Alamat Rumah dan No.Telp : Wiguna Tengah XI/1 Surabaya g. Riwayat Penelitian (2 terakhir yang didanai ITS atau nasional, sebutkan sebagai Ketua
atau Anggota): 1. Recovery Phosphate dan Ammonium Dari Limbah Industri Pembuatan Pupuk
Sebagai Mineral Stuvite. PUPT Nasional. Ketua. 2016-2018. 2. Proses Penyisihan dan Recovery Materi dari Lindi Tempat Pemrosesan Akhir
Sampah. PDUPT. Anggota. 2018.
h. Riwayat Pengabdian (2 terakhir yang didanai ITS atau nasional, sebutkan sebagai Ketua atau Anggota): :
1. Anggota Tim Pengabdian Kepada Masyarakat, Dana Lokal ITS Abdimas Reguler, 2018, “Program Pengabdian Masyarakat Dan Perbaikan Lingkungan Di Kelurahan Keputih Kecamatan Sukolilo Surabaya”.
2. Penyediaan Jamban Sehat Sederhana Bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) Berbasis Pemberdayaan Masyarakat di Kelurahan Tambakwedi Kenjeran. Anggota. 2015.
i. Publikasi Ilmiah :
1. Warmadewanthi and S A Reswari. 2018. Potential reduction of non-residential solid waste in Sukomanunggal district West Surabaya. IOP Conf. Series: Earth and Environmental Science vol.106.
2. Warmadewanthi and S Kurniawati. 2018. The potential of household solid waste reduction in Sukomanunggal District, Surabaya. IOP Conf. Series: Earth and Environmental Science vol.106.
3. Warmadewanthi and Aulia Rodlia. 2017. 4. Bagastyo, A.Y., Anggrainy, A.D., Nindita, C.S., and Warmadewanthi. 2017.
Electrodialytic removal of fluoride and calcium ions to recover phosphate from fertilizer industry wastewater.
5. Warmadewanthi and Triyono. 2017. Study Precipitation of Magnesium Ammonium Phosphate (MAP) in Composting Process for Solid Waste Treatment. RC-ENVE 2016, AUNSEED-NET – JICA, Chonburi, Thailand, January 23-24, 2017.
6. Warmadewanthi, Ellina S.Pandebesie, Welly Herumurti, Arseto Yekti Bagastyo, Misbachul. 2017. Phosphate Recovery from Wastewater of Fertiliser Industries by Using Gypsum Waste. Chemical Engineering Transaction, Vol.56.
7. Warmadewanthi, Welly Herumurti, Ellina S. Pandebesie, Yulinah Trihadiningrum, Arseto Yekti Bagasto. 2016. Sustainability of Solid Waste Management in
37
Surabaya City. 6th Brunei International Conference On Engineering and Technology (BICET) 2016, Universiti Teknologi Brunei, Brunei Darussalam, 14 - 16 November 2016
8. Warmadewanthi, Herunurti, W., Wilujeng, S.A., Pandebesie, E.S., and Trihadiningrum, Y. 2015. The Analysis of Household and Commercial Waste Reduction in Surabaya City (Case study: Gudeng, Simokerto and Wonokromo Districts). The 5th Environmental Technology and Management Conference (ETMC 2015) “Green Technology towards Sustainable Environment”, ITB, Bandung, November, 2015.