Kelapa Sawit

Embed Size (px)

Citation preview

1.

Kelapa Sawit Kerajaan Divisi Kelas Ordo Pamili Genus Species Klasifikasi Ilmiah Plantae Magnoliophyta Liliopsida Arecales Arecaceae Elaeis Elaeis guineensis Elaeis oleifera

Tumbuhan kelapa sawit bisa hidup pada iklim tropis yang memiliki curah hujan normal. Habitat aslinya adalah daerah semak belukar. Sawit dapat tumbuh dengan baik di daerah tropis (15 LU - 15 LS). Tanaman ini tumbuh sempurna di ketinggian 0-500 m dari permukaan laut dengan kelembaban 80 90 %. Sawit membutuhkan iklim dengan curah hujan stabil, 2000-2500 mm setahun, yaitu daerah yang tidak tergenang air saat hujan dan tidak kekeringan saat kemarau. Pola curah hujan tahunan memperngaruhi perilaku pembungaan dan produksi buah sawit. Secara familiar kelapa sawit dibagi menjadi 2 tipe yaitu: E. guineensis dan E. oleifera. Jenis pertama adalah yang pertama kali dan terluas dibudidayakan orang. E. oleifera sekarang mulai dibudidayakan pula untuk menambah keanekaragaman sumber daya genetik. Buah sawit mempunyai warna bervariasi dari hitam, ungu, hingga merah tergantung bibit yang digunakan. Bunga dan buahnya berupa tandan, bercabang banyak. Buahnya kecil, bila masak berwarna merah kehitaman. Daging buahnya padat. Buah bergerombol dalam tandan yang muncul dari tiap pelapah. Daging dan kulit buahnya mengandung minyak. Kelapa sawit mengandung kurang lebih 80 % perikarp dan 20 % buah yang dilapisi kulit yang tipis, kadar minyak dalam perikarp sekitar 34 - 40%. Inti sawit merupakan endosperm dan embrio dengan kandungan minyak inti berkualitas tinggi. Kelapa sawit bermutu prima (SQ, Special Quality) mengandung asam lemak (FFA, Free Fatty Acid) tidak lebih dari 2 % pada saat pengapalan.Komposisi Biji Inti Sawit

Komponen Minyak Air Protein Extractable non nitrogen Selulosa Abu

Jumlah 47-52 6-8 7,5-9,0 23-24 5 2

Gambar buah kelapa sawit

2.

Minyak Kelapa Sawit Bagian yang paling populer untuk diolah dari kelapa sawit adalah buah.

Bagian daging buah menghasilkan minyak kelapa sawit mentah yang diolah menjadi bahan baku minyak goreing dan berbagai jenis turunannya. a. Komposisi kimia minyak kelapa sawit Minyak kelapa sawit seperti semua lemak dan minyak terdiri dari alam terutama Triglyceries, mono dan digliserida. asam lemak bebas, kelembaban, kotoran dan komponen kecil materi lemak minyak non kolektif disebut sebagai materi unsaponifiable.

b.

Sifat fisiko-kimia minyak sawit

Kelapa sawit menghasilkan dua macam minyak yang sangat berlainan sifatnya, yaitu : 1. Minyak sawit (CPO), yaitu minyak yang berasal dari biji dan daging buah kelapa sawit 2. Minyak inti sawit (CPKO), yaitu minyak yang berasal dari inti kelapa sawit Pada umumnya minyak sawit mengandung lebih banyak asam-asam palmitat, oleat dan linoleat jika dibandingkan dengan minyak inti sawit. CPO (Crude Palm Oil) merupakan minyak mentah yang dapat digunakan sebagai bahan baku dalam industri pembuatan minyak goreng dan turunannya.

Kualitas standar minyak kelapa sawit mengandung tidak lebih dari 5 % FFA. Setelah pengolahan, kelapa sawit bermutu akan menghasilkan rendemen minyak 22,1 % - 22,2 % (tertinggi) dan kadar asam lemak bebas 1,7 % - 2,1 % (terendah).Sifat Minyak Kelapa Sawit Sebelum dan Sesudah Dimurnikan Sifat Minyak sawit kasar Minyak sawit murni

Titik cair : awal Akhir Bobot jenis 150C Indeks bias D 400C Bilangan penyabunan Bilangan Iod Bilangan Reichert Meissl Bilangan Polenske Bilangan Krichner

21-24 26-29 0,859-0,870 36,0-37,5 224-249 14,5-19,0 5,2-6,5 9,7-10,7 0,8-1,2

29,4 40,0 46-49 296-206 46-52 -

3.

Kegunaan Minyak Kelapa Sawit Minyak sawit digunakan sebagai bahan baku minyak makan, margarin, sabun,

kosmetika, industri baja, kawat, radio, kulit dan industri farmasi. Minyak sawit dapat digunakan untuk begitu beragam peruntukannya karena keuunggulan sifat yang dimilikinya yaitu tahan oksidasi dengan tekanan tinggi, mampu melarutkan bahan kimia yang tidak larut oleh bahan pelarut lainnya, mempunyai daya melapis yang tinggi dan tidak menimbulkan iritasi pada tubuh dalam bidang kosmetik. Bagian daging buah menghasilkan minyak kelapa sawit mentah yang diolah menjadi bahan baku minyak goreng dan berbagai jenis turunannya. Kelebihan minyak nabati dari sawit adalah harga yang murah, rendah kolesterol, dan memiliki

kandungan karoten tinggi. Minyak sawit juga diolah menjadi bahan baku margarin. Minyak inti menjadi bahan baku minyak alkohol dan industri kosmetika. Produk minyak kelapa sawit sebagai bahan makanan mempunyai dua aspek kualitas. Aspek pertama berhubungan dengan kadar dan kualitas asam lemak, kelembaban dan kadar kotoran. Aspek kedua berhubungan dengan rasa, aroma dan kejernihan serta kemurnian produk.

4. Proses Pengolahan Minyak Sawit Menjadi Minyak Goreng Sawit

Bahan baku yang digunakan dalam industri pembuatan minyak goreng sawit adalah minyak kelapa sawit mentah/ kasar (CPO). Selain itu bahan penunjang dalam produksi minyak goreng kelapa sawit adalah asam phospat (H3PO4), CaCO3, bleaching earth (BE), dan air.

A. Proses Pembuatan Minyak Kelapa Sawit Pengolahan tandan hingga menjadi minyak sawit melalui tahapan-tahapan berikut: 1. Bunch Reception Buah sawit yang datang dari kebun kemudian ditimbang dengan weightbidges dan diseleksi. Standar mutu yang dicapai pada awalnya bergantung pada kualitas tandan tiba di pabrik. pabrik tidak bisa memperbaiki kualitas ini, tetapi dapat mencegah atau meminimalkan kerusakan lebih lanjut. Faktor lapangan yang mempengaruhi kualitas akhir komposisi dan kelapa sawit adalah genetik, umur pohon, agronomi, lingkungan, pemanenan, penanganan dan transportasi. Banyak faktor ini berada di luar kendali dari prosesor skala kecil. Mungkin kendali dapat dilaksanakan atas teknik panen serta pasca panen dan penanganan transportasi. 2. Threshing (removal of fruit from the bunches) Pemisahan manual dilakukan dengan memotong sarat spikelets tandan buah dari batang dengan kapak atau parang dan kemudian memisahkan buah dari spikelets dengan tangan. 3. Perebusan (Sterilizer) Pada proses ini buah kelapa sawit yang sudah ditimbang dan diseleksi diberi uap panas selama 60 menit yang bertujuan untuk memisahkan batang buah dari tandan, melemahkan stuktur pulp sehingga mudah untuk melepaskan bahan berserat dan isinya. Ketika uap tekanan tinggi digunakan untuk sterilisasi, panas menyebabkan kelembaban dalam biji. Ketika tekanan berkurang kontraksi mur mengarah ke detasemen kernel dari dinding shell, sehingga melonggarkan cangkang kernel dalam operasinya. Sterilisasi adalah salah satu operasi yang paling penting dalam pengolahan minyak, memastikan keberhasilan beberapa proses lainnya.

4. Proses Pengempaan (Pressing Process)

Proses Kempa adalah pertama dimulainya pengambilan minyak dari buah kelapa sawit dengan jalan pelumatan dan pengempaan. Baik buruknya pengoperasian peralatan mempengarui efisiensi pengutipan minyak. Proses ini terdiri dari :a. Digester

Setelah buah pisah dari janjangan, maka buah dikirim ke digester dengan cara buah masuk ke Conveyor Under Threser yang fungsinya untuk membawa buah ke Fruit Elevator yang fungsinya untuk mengangkat buah keatas masuk ke distribusi conveyor yang kemudian menyalurkan buah masuk ke digester. Didalam digester tersebut buah atau berondolan yang sudah terisi penuh diputar atau diaduk dengan menggunakan pisau pengaduk yang terpasang pada bagian poros II, sedangkan pisau bagian dasar sebagai pelempar atau mengeluarkan buah dari digester ke screw press. Fungsi Digester : 1. Melumatkan daging buah. 2. Memisahkan daging buah dengan biji. 3. Mempersiapkan Feeding Press. 4. Mempermudah proses di Press. 5. Menaikkan Temperatur. b. Screw Press Fungsi dari Screw Press adalah untuk memeras berondolan yang telah dicincang, dilumat dari digester untuk mendapatkan minyak kasar. Buahbuah yang telah diaduk secara bertahap dengan bantuan pisaupisau pelempar dimasukkan kedalam feed screw conveyor dan mendorongnya masuk kedalam mesin pengempa ( twin screw press ). Oleh adanya tekanan screw yang ditahan oleh cone, massa tersebut diperas sehingga melalui lubanglubang press cage minyak dipisahkan dari serabut dan biji. Selanjutnya minyak menuju stasaiun klarifikasi, sedangkan ampas dan biji masuk kestasiun kernel.

B. Pengolahan CPO (Crude Palm Oil) Menjadi Minyak Goreng Sawit

Setelah kelapa sawit berubah menjadi CPO, maka proses selanjutnya adalah mengolah CPO menjadi minyak goreng sawit. Secara garis besar proses pengolahan CPO menjadi minyak goreng sawit, terdiri dari dua tahap yaitu tahap pemurnian (refinery) dan pemisahan (fractionation).1. Tahap Pemurnian (Refinery)

Tahapan ini terdiri dari penghilangan gum (degumming). Pemucatan (bleaching) dan penghilangan bau (deodorization). Tahap pemisahan terdiri dari proses pengkristalan (crystalization) dan pemisahan fraksi. CPO yang berasal

dari tangki penampungan CPO dipompa melalui strainer menuju refinery. Pada proses ini terjadi pemanasan CPO untuk mempermudah pemompaan CPO ke tangki berikutnya. Hasil dari proses ini disebut DPO (Degummed Palm Oil). DPO yang dihasilkan dari proses degumming dipompa menuju dryer dengan kondisi vakum. Setelah dari dryer, DPO dipompakan ke reaktor yang terlebih dahulu melewati static mixer kemudian turun ke slurry tank. Di dalam slurry tank, terjadi pemanasan lagi sampai temperatur 90-120C dan penambahan H3PO4, CaCO3 dan BE. Slurry Oil dari slurry tank akan mengalir turun bleacher.Dari bleacher minyak dialirkan dan dipompakan ke niagara filter untuk filtrasi. Hasil dari filtrasi ini adalah DBPO (Degummed Bleached Palm Oil) yang selanjutnya dialirkan ke intermediate tank (tangki siwang) untuk tahap deodorizing. DBPO yang berasal dari tangki siwang dialirkan menuju ke deaerator. Dari deaerator, DBPO dipompakan ke Spiral Heat Exchanger (SHE). Dalam proses ini terjadi penambahan panas dengan temperatur 185-200C. Dari SHE minyak dialirkan ke flash vessel turun ke packed column. Setelah dari packed column, minyak dialirkan menuju deodorize. Dalam proses ini terjadi penghilangan zat-zat yang dapat menimbulkan bau seperti keton dan aldehid dengan pemanasan pada temperatur 240-265C. DBPO yang sudah hilang baunya dipompakan kembali ke SHE untuk mengalami pertukaran panas. Dalam hal ini minyak sudah dalam bentuk RBDPO (Refined Bleached Palm Oil). RBDPO kemudian mengalami pertukaran panas lagi dengan CPO pada PHE. Dari PHE, RBDPO dialirkan ke Plate Cooler Water (PCW) selanjutnya RBDPO difiltrasi. Kemudian di analisa di laboratorium, jika sesuai dengan spesifikasi maka RBDPO bisa dialirkan langsung ke tangki penampungan atau ke tangki kristalisasi sesuai dengan kualitasnya untuk diproses pada tahap fraksinasi.

Tahapan Pemurnian CPO: Tahapan De-gumming Bleaching Filtration Deodorization Polishing Kotoran yang Dihilangkan Fosfolipid, logam, pigmen Pigmen, produk oksidasi Tanah pemucat (BE), gumi Asam lemak, mono dan digliserida, produk oksidasi, hasil dekomposisi pigmen Endapan yang tidak larut

2. Tahap Fraksinasi (Pemisahan)

Merupakan proses untuk memisahkan minyak sawit ke dalam dua fraksi yaitu fraksi liquid yang disebut dengan olein dan fraksi padat yang dinamakan stearin. Meliputi dua proses yaitu kristalisasi dan filtrasi. Prinsip kerja yang digunakan dalam kristalisasi adalah pembentukan kristal melalui pendinginan dan pengadukan sehingga fase stearin dan fase olein dapat terpisah. RBDPO yang ada dalam tangki kristalisasi ini diaduk pada saat tangki kristalisasi sudah penuh dengan menggunakn agitator yang mempunyai kecepatan 14 rpm. Fungsi pengadukan ini adalah agar pendinginan di dalam tangki lebih homogen sehingga pemisahan olein

dan stearin lebih mudah. Olein digunakan sebagai minyak goreng sedangkan stearin sebagai bahan dalam industri kosmetik.

5. Daftar Perusahaan Pengolahan Minyak Kelapa Sawit di Indonesia

PROSES PEMBUATAN MINYAK KELAPA SAWIT SKALA INDUSTRI

Disusun oleh: 1.2.

Evi Zahrotun Nisa Godeliva Fristianingrum

(I0510014) (I0510018)