29
BAB I PENDAHULUAN Hernia merupakan protusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan. Pada hernia abdomen, isi perut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan muskolo-aponeurotik dinding perut. Hernia terdiri atas cincin, kantong, dan isi hernia. Semua jenis hernia terjadi melalui celah lemah atau kelemahan yang potensial pada dinding abdomen yang dicetuskan oleh peningkatan tekanan intraabdomen yang berulang atau berkelanjutan. Hernia merupakan salah satu kasus di bagian bedah yang terbanyak setelah appendicitis yang sering menimbulkan masalah kesehatan dan pada umumnya memerlukan tindakan operasi. Dari hasil penelitian pada populasi hernia ditemukan sekitar 10% yang menimbulkan masalah kesehatan dan pada umumnya pada pria Angka kejadian hernia inguinalis 10 kali lebih banyak daripada hernia femoralis dan keduanya mempunyai persentase sekitar 75-80 % dari seluruh jenis hernia, hernia umbilikalis 3 %, dan hernia lainnya sekitar 3 % Secara umum, kejadian hernia inguinalis lebih banyak diderita oleh laki-laki daripada perempuan. Angka perbandingan kejadian hernia inguinalis 13,9 % pada laki-laki dan 2,1 % pada perempuan. Sebagian besar tipe hernia inguinalis adalah hernia inguinalis lateralis, hernia dapat terjadi pada waktu lahir dan dapat terlihat pada usia berapa pun. Insidensi pada bayi 1

Laporan Kasus Hernia

Embed Size (px)

DESCRIPTION

internsip rsud argamakmur bengkulu utara

Citation preview

Page 1: Laporan Kasus Hernia

BAB I

PENDAHULUAN

Hernia merupakan protusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau

bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan. Pada hernia abdomen, isi perut menonjol

melalui defek atau bagian lemah dari lapisan muskolo-aponeurotik dinding perut. Hernia

terdiri atas cincin, kantong, dan isi hernia. Semua jenis hernia terjadi melalui celah lemah

atau kelemahan yang potensial pada dinding abdomen yang dicetuskan oleh peningkatan

tekanan intraabdomen yang berulang atau berkelanjutan.

Hernia merupakan salah satu kasus di bagian bedah yang terbanyak setelah

appendicitis yang sering menimbulkan masalah kesehatan dan pada umumnya memerlukan

tindakan operasi. Dari hasil penelitian pada populasi hernia ditemukan sekitar 10% yang

menimbulkan masalah kesehatan dan pada umumnya pada pria

Angka kejadian hernia inguinalis 10 kali lebih banyak daripada hernia femoralis dan

keduanya mempunyai persentase sekitar 75-80 % dari seluruh jenis hernia, hernia umbilikalis

3 %, dan hernia lainnya sekitar 3 % Secara umum, kejadian hernia inguinalis lebih banyak

diderita oleh laki-laki daripada perempuan. Angka perbandingan kejadian hernia inguinalis

13,9 % pada laki-laki dan 2,1 % pada perempuan.

Sebagian besar tipe hernia inguinalis adalah hernia inguinalis lateralis, hernia dapat

terjadi pada waktu lahir dan dapat terlihat pada usia berapa pun. Insidensi pada bayi populasi

umum 1% dan pada bayi-bayi prematur dapat mendekati 5 %, hernia inguinal dilaporkan

kurang lebih 30% kasus terjadi pada bayi laki-laki dengan berat badan 1000 gr atau kurang.

Hernia dapat terjadi akibat kelainan kongenital maupun didapat (aquisita). Pada

anak-anak atau bayi, lebih sering disebabkan oleh kurang sempurnanya procesus vaginalis

untuk menutup seiring dengan turunnya testis atau buah zakar. Pada orang dewasa adanya

faktor pencetus terjadinya hernia antara lain kegemukan, beban berat, batuk kronik, asites,

riwayat keluarga.

Penatalaksanaan yang dilakukan pada hernia adalah tindakan konservatif dan

operatif. Tindakan konservatif dilakukan bertujuan untuk mereposisi dan pemakaian

penyanggah atau penunjang untuk mempertahankan isi hernia yang telah direposisi. Tindakan

yang paling memungkinkan untuk terapi hernia inguinalis adalah tindakan pembedahan atau

operatif yang dilakukan secera elektif setelah diagnosis di tentukan. Tindakan operatif yang

dilakukan berupa herniotomy dan hernioplasty.

1

Page 2: Laporan Kasus Hernia

BAB II

LAPORAN KASUS

KETERANGAN UMUM

Nama : Tn. S

Umur : 61 tahun

Pendidikan : SD

Pekerjaan : Petani

Agama : Islam

Status Perkawinan : Menikah

Alamat : Air Solok

No. RM : 20 73 68

A. ANAMNESIS

Seorang pasien laki-laki umur 61 tahun masuk ke bangsal bedah RSUD Arga Makmur

kiriman dari poliklinik bedah pada tanggal 14 Agustus 2015 pukul 12.20 WIB.

Keluhan Utama :

Teraba benjolan di lipat paha sebelah kanan

Riwayat Penyakit Sekarang :

- Terdapat benjolan pada lipat paha sebelah kanan sejak 6 bulan yang lalu. Awalnya

benjolan tersebut dirasakan kecil dan tidak nyeri. Benjolan tersebut timbul terutama

bila pasien sedang beraktifitas, serta dapat hilang jika pasien beristirahat ataupun

berbaring. Kemudian sejak 2 minggu sebelum masuk rumah sakit pasien

mengeluhkan rasa nyeri pada benjolan tersebut.

- Mual dan muntah tidak ada.

- Demam tidak ada.

- Buang air kecil dan buang air besar tidak ada keluhan.

Riwayat Penyakit Dahulu :

- Tidak ada menderita penyakit diabetes melitus, jantung, hati, asma dan hipertensi.

- Riwayat trauma pada abdomen maupun genitalia tidak ada.

2

Page 3: Laporan Kasus Hernia

Riwayat Penyakit Keluarga :

- Tidak ada anggota keluarga yang mengalami keluhan seperti ini.

Riwayat Sosial, Ekonomi dan Kebiasaan :

- Pasien adalah seorang petani dengan 1 orang istri dan 5 orang anak. Penghasilan

dirasakan pas-pasan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

- Pasien memiliki kebiasaan mencangkul dan mengangkat benda-benda berat hampir

setiap harinya, seperti hasil pertanian.

B. PEMERIKSAAN FISIK

Status Generalisata

Keadaan Umum : sedang

Kesadaran : compos mentis cooperative

Status Gizi : Berat Badan : 76 kg

Tinggi Badan : 169 cm

Tekanan Darah : 130/90 mmHg

Nadi : 80 x/menit, reguler

Nafas : 24 x/menit

Suhu : 36,7 oC

Kulit : sianosis tidak ada

Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik

THT : tidak ditemukan kelainan

Leher : JVP (5-2) cmH2O, kelenjer getah bening dan tiroid tidak membesar

Thoraks :

Pulmo : Inspeksi : simetris kiri dan kanan

Palpasi : fremitus normal, kiri sama dengan kanan

Perkusi : sonor di kedua lapangan paru

Auskultasi : suara nafas vesikuler, ronki (-/-), wheezing (-/-)

Cor : Inspeksi : iktus kordis tidak tampak

Palpasi : iktus kordis teraba di linea intercostalis V

Perkusi : batas jantung kanan : linea sternum dekstra

batas jantung kiri : linea midclavicula sinistra linea

intercostalis V

3

Page 4: Laporan Kasus Hernia

batas jantung atas : linea intercostalis II

Auskultasi : irama reguler, bising tidak ada

Abdomen : Inspeksi : tampak tidak membuncit

Palpasi : hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan tidak ada

Perkusi : timpani

Auskultasi : bising usus (+) normal

Punggung : CVA : nyeri tekan tidak ada, nyeri ketok tidak ada

Anggota gerak: akral hangat, perfusi baik, edema tungkai tidak ada

Status Lokalisata (o/t Regio Inguinal Dextra)

Inspeksi : Tampak benjolan

Palpasi : Teraba benjolan berukuran 3 cm x 2 cm x 1 cm, isi solid, dapat dimasukkan,

nyeri (+)

a. Zeiman’s Test : terdapat dorongan pada jari ke3

b. Finger’s Test : Hernia teraba pada bagian samping jari

c. Thumb Test : Hernia keluar sewaktu mengedan

Pemeriksaan Laboratorium (14/08/2015)

Hemoglobin : 13,7 gr/dl

Leukosit : 7.400/mm3

Eritrosit : 4,3 juta/mm3

Hematokrit : 39%

Trombosit : 281.000/mm3

Clotting Time : 7 menit

Bleeding Time: 2 menit

Diff.count : 0/0/0/57/32/11 %

GDS : 101 mg/dl

Ureum : 32 mg/dl

Kreatinin : 1,0 mg/dl

SGOT : 26 mg/dl

SGPT : 34 mg/dl

Pemeriksaan Penunjang : -

4

Page 5: Laporan Kasus Hernia

Diagnosis

Hernia Inguinalis Medialis (D) Reponibilis

Tata laksana :

- Rencanakan herniorepair tanggal 15 Agustus 2015

- Surat izin operasi

- Pemeriksaan Laboratorium

- Rontgen Thoraks & EKG

- Konsultasi Anestesi

- Mulai puasa pukul 3 pagi

- IVFD Asering 30 gtt/menit

- Injeksi Cefotaxime 1 gr sebelum operasi

Laporan Operasi (15 Agustus 2015)

Telah dilakukan tindakan herniorepair dengan mesh atas hernia inguinalis medialis dextra

reponibilis dengan lama operasi 1,5 jam.

Diagnosis prabedah : Hernia inguinalis medialis dextra reponibilis

Diagnosis pascabedah : Hernia inguinalis lateralis dextra reponibilis

Langkah-langkah operasi

1. Pasien tidur dalam posisi terlentang (supine) dalam Regional Anesthesi

2. Toilet media operasi

3. Tutup dengan doek steril

4. Insisi 2 cm dari spina iliaca anterior superior (SIAS) dextra ke tuberculum pubicum ± 10

cm

5. Perdalam sampai dengan fascia buka

6. Tegel funiculus spermaticus

7. Buka kantong hernia duplikasi

8. Herniotomy

9. Pasang mesh fiksasi dengan silk 2.0

10. Kontrol perdarahan

11. Jahit lapis demi lapis

12. Operasi selesai

5

Page 6: Laporan Kasus Hernia

I. FOLLOW UP

Minggu, 16/08/2015

Subjektif :

Nyeri perut (+)

Flatus (+)

Demam (-)

BAB (-)

Objektif :

Keadaan umum : sedang

Kesadaran : cmc

Tekanan darah : 120/90 mmHg

Nadi : 80x/menit

Pernafasan : 26x/menit

Suhu : 37oC

Thoraks : cor : irama reguler, bising (-)

pulmo : wheezing (-/-), ronkhi (-/-)

Abdomen : I : tidak membuncit, luka bekas operasi tidak bernanah

Pa : hepar dan lien tidak teraba

Pe : timpani

Au : bising usus (+) normal

Diagnosis :

Post Herniorepair (hari I)

Penatalaksanaan :

- Diet Bebas

- IVFD RL : Aminofluid 20 gtt/menit

- Injeksi Cefotaxime 1 gr/12 jam

- Injeksi Ketorolac 30 mg/12 jam

- Bladder training 2x

- Aff catheter

Senin, 17/08/2015

6

Page 7: Laporan Kasus Hernia

Subjektif :

Nyeri perut berkurang

Demam (-)

Flatus (+)

BAB (+)

Objektif :

Keadaan umum : sedang

Kesadaran : cmc

Tekanan darah : 130/80 mmHg

Nadi : 80x/menit

Pernafasan : 20x/menit

Suhu : 36,5oC

Thoraks : cor : irama reguler, bising (-)

pulmo : wheezing (-/-), ronkhi (-/-)

Abdomen : Inspeksi : tidak membuncit, luka bekas operasi tidak bernanah

Palpasi : hepar dan lien tidak teraba,

Perkusi : timpani

Auskultasi : bising usus (+) normal

Diagnosis :

Post Herniorepair (hari II)

Penatalaksanaan :

- Medikasi

- Boleh pulang, kontrol ke poliklinik bedah hari Rabu tanggal 19 Agustus 2015

- Cefadroxil kapsul 2 x 500mg

- Asam Mefenamat kaplet 3 x 500mg

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

7

Page 8: Laporan Kasus Hernia

3.1 Definisi

Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian

lemah dari dinding rongga bersangkutan. Hernia terdiri atas tiga bagian, yaitu kantong hernia,

isi kantong dan pelapis hernia. Kantong hernia merupakan divertikulum dari peritoneum,

terdiri dari mulut, leher, badan dan fundus. Isi hernia dapat terdiri atas setiap struktur yang

ditemukan, dan dapat merupakan sepotong kecil omentum sampai organ padat yang besar.

Pelapis hernia dibentuk dari lapisan-lapisan dinding abdomen yang dilewati oleh kantong

hernia.

Gambar bagian hernia

Berdasarkan terjadinya, hernia dibagi atas hernia bawaan atau kongenital dan hernia

dapatan atau akuisita. Hernia diberi nama menurut letaknya, contohnya hernia diafragma,

inguinal, umbilikal, femoral.

8

Page 9: Laporan Kasus Hernia

Gambar Jenis hernia berdasarkan letaknya

Menurut sifatnya, hernia dapat disebut hernia reponibel bila isi hernia dapat keluar

masuk. Usus keluar jika berdiri atau mengedan dan masuk lagi jika berbaring atau didorong

masuk perut, tidak ada keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus. Bila kantong tidak dapat

direposisi kembali ke dalam rongga perut disebut hernia ireponibel. Ini biasanya disebabkan

oleh perlekatan isi kantong pada peritoneum kantong hernia. Hernia ini disebut hernia akreta.

Hernia disebut hernia inkarserata atau hernia strangulata bila isinya terjepit oleh

cincin hernia sehingga isi kantong terperangkap dan tidak dapat kembali ke dalam rongga

perut. Akibatnya, terjadi gangguan pasase atau vaskularisasi.

Hernia inguinalis dapat terjadi karena anomali kongenital atau kelemahan dinding

(didapat). Hernia inguinalis lateralis merupakan suatu benjolan yang melewati anulus

internus dan kanalis inguinalis yang terletak di lateral pembuluh darah arteri dan vena

epigastrika inferior dan hernia dapat sampai ke skrotum yang disebut dengan hernia skrotalis.

Benjolan ini dapat keluar masuk tergantung dari tekanan di dalam abdomen. Hernia

inguinalis medialis merupakan suatu benjolan yang muncul pada trigonum Hesselbach akibat

kelemahan fascia transversalis yang terletak di medial dari pembuluh darah arteri dan vena

epigastrika inferior.

9

Page 10: Laporan Kasus Hernia

Gambar Trigonum Hasselbach

3.2 Anatomi

Dinding Abdomen

Dinding perut mengandung struktur muskulo-aponeurosis yang kompleks. Di bagian

belakang, struktur ini melekat pada tulang belakang, di sebelah atas pada iga, dan di bagian

bawah pada tulang panggul. Dinding perut ini terdiri atas beberapa lapis, yaitu dari luar ke

dalam, lapis kulit yang terdiri dari kutis dan subkutis; lemak subkutan dan fasia superfisial;

kemudian ketiga otot dinding perut, m.oblikus abdominis eksternus, m.oblikus abdominis

internus, dan m.transversus abdominis; dan akhirnya lapis preperitoneum dan peritoneum,

yaitu fasia transversalis, lemak preperitoneal, dan peritoneum.

10

Page 11: Laporan Kasus Hernia

Gambar dinding abdomen

3.2.2 Regio Inguinal

1. Kanalis Inguinalis

Kanalis inguinalis dibatasi di kraniolateral oleh anulus inguinalis internus yang

merupakan bagian terbuka dari fasia transversalis dan aponeurosis m.tranversus abdominis.

Di medial bawah, di atas tuberkulum pubikum, kanal ini dibatasi oleh anulus inguinalis

eksternus, bagian terbuka dari aponeurosis m.oblikus eksternus, dan di dasarnya terdapat

ligamentum inguinale. Kanal berisi tali sperma pada lelaki, dan ligamentum rotundum pada

perempuan.

Gambar anulus inguinalis internum dan eksternum

11

Page 12: Laporan Kasus Hernia

2. Kanalis femoralis

Kanalis femoralis terletak medial dari v.femoralis di dalam lakuna vasorum, dorsal

dari ligamentum inguinalis, tempat vena safena magna bermuara di dalam v.femoralis.

Foramen ini sempit dan dibatasi oleh tepi yang keras dan tajam. Batas kranioventral dibentuk

oleh ligamentum iliopektineal (ligamentum cooper), sebelah lateral oleh sarung vena

femoralis, dan sebelah medial oleh ligamentum lakunare Gimbernati. Hernia femoralis keluar

melalui lakuna wasorum kaudal dari ligamentum inguinale. Keadaan anatomi ini sering

mengakibatkan inkarserasi hernia femoralis.

Gambar regio inguinal

3.3 Epidemiologi

Tujuh puluh lima persen dari seluruh hernia pada dinding abdomen terjadi pada

inguinal. Hernia inguinalis lateralis sering dijumpai pada pria. Angka kejadian pada pria

adalah 20 kali lebih sering dibanding wanita. Terjadinya hernia pada orang dewasa,

disebabkan oleh penyebab sekunder atau didapat yang adekuat. Hernia inguinalis lateralis

dapat terjadi pada semua umur, namun tersering pada usia antara 45 sampai 75 tahun.

Insidens hernia inguinalis pada bayi dan anak antara 1 dan 2%. Kemungkinan terjadi

hernia pada sisi kanan 60%, sisi kiri 20-25% dan bilateral 15%. Insidens hernia meningkat

12

Page 13: Laporan Kasus Hernia

dengan bertambahnya umur, mungkin karena meningkatnya penyakit yang meningkatkan

tekanan intraabdomen dan berkurangnya kekuatan jaringan penunjang.

Hernia inguinalis medialis terjadi sekitar 15% dari semua hernia inguinalis. Kantong

hernia inguinalis direk menonjol langsung ke anterior melalui dinding posterior kanalis inguinais

medial terhadap arteria, dan vena epigastrika inferior, karena adanya tendo conjunctivus (tendo

gabungan insersio musculus obliquus internus abdominis dan musculus transversus abdominis)

yang kuat, hernia ini biasanya hanya merupakan penonjolan biasa, oleh karena itu leher kantong

hernia lebar.

3.4 Etiologi

Hernia inguinalis dapat terjadi karena anomali kongenital atau karena sebab yang

didapat. Faktor yang dipandang berperan terhadap terjadinya hernia inguinalis adalah

terbukanya prosesus vaginalis, peningkatan tekanan intra abdominal, dan kelemahan otot

dinding perut karena usia. Penyebab hernia inguinalis lateralis pada orang dewasa dan orang

tua sering dikatakan sekunder oleh karena peningkatan tekanan di dalam abdomen. Hal ini

bisa terjadi karena batuk kronis, asites, peningkatan cairan peritoneum oleh karena atresia

bilier, pembesaran prostat, tumor abdomen dan obstipasi. Selain itu penyebab lain yang

diduga menyebabkan hernia inguinalis latelaris adalah obesitas, merokok, kehamilan,

manuver valsava, adanya riwayat keluarga yang menderita hernia.

Pada orang yang sehat, ada tiga mekanisme yang dapat mencegah terjadinya hernia

inguinalis, yaitu kanalis inguinalis yang berjalan miring, adanya struktur m.oblikus internus

abdominis yang menutup anulus inguinalis internus ketika berkontrraksi, dan adanya fasia

transversa yang kuat yang menutupi trigonum Hesselbach yang umumnya hampir tidak

berotot. Gangguan pada mekanisme ini dapat menyebabkan terjadinya hernia.

3.5 Patofisiologi

Hernia inguinalis direk, disebut juga hernia inguinalis medialis, menonjol langsung ke

depan melalui segitiga Hesselbach (yaitu daerah yang dibatasi oleh ligamentum inguinal di

bagian inferior, pembuluh epigastrika inferior dibagian lateral & tepi otot rektus dibagian

medial). Dasar segitiga Hesselbach dibentuk oleh fascia tranversal yang diperkuat oleh serat

aponeurosis m.tranversus abdominis yang terkadang tidak sempurna sehingga daerah ini

potensial menjadi lemah.

Hernia inguinalis indirek, disebut juga hernia inguinalis lateralis, karena keluar dari

rongga peritoneum melalui anulus inguinalis internus yang terletak lateral dari pembuluh

13

Page 14: Laporan Kasus Hernia

epigastrika inferior, kemudian masuk ke dalam kanalis inguinalis. Jika cukup panjang, maka

akan menonjol keluar dari anulus inguinalis eksternus. Jika berlanjut sampai ke skrotum,

maka disebut hernia skrotalis.

3.6 Manifestasi Klinis

Gejala dan tanda klinis hernia banyak ditentukan oleh keadaan isi hernia. Hernia

inguinalis lateralis lebih sering memunculkan gejala daripada hernia inguinalis medialis. Pada

hernia reponibel keluhan satu-satunya adalah adanya benjolan di lipat paha yang muncul pada

waktu berdiri, batuk, bersin, mengedan atau berkerja berat, dan menghilang setelah berbaring.

Pasien dapat mengeluhkan adanya pembesaran ukuran hernia. Keluhan nyeri jarang dijumpai;

kalau ada biasanya dirasakan di daerah epigastrium atau paraumbilikal berupa nyeri viseral

karena regangan pada mesenterium sewaktu satu segmen usus halus masuk ke dalam kantong

hernia. Nyeri yang disertai mual atau muntah baru timbul kalau terjadi inkarserasi karena

ileus atau strangulasi karena nekrosis atau gangren.

3.7 Diagnosis

Pemeriksaan fisik merupakan cara terbaik dalam menentukan ada atau tidaknya hernia

inguinalis. Pada inspeksi diperhatikan keadaan asimetri pada kedua sisi lipat paha, skrotum,

atau labia dalam posisi berdiri dan berbaring. Pasien diminta mengedan atau batuk sehingga

adanya benjolan atau keadaan asimetri dapat dilihat. Palpasi dilakukan dalam keadaan ada

14

Page 15: Laporan Kasus Hernia

benjolan hernia, diraba konsistensinya, dan dicoba mendorong apakah benjolan dapat

direposisi.

3.7.1 Pemeriksaan Khusus Hernia

a. Zieman’s test

Penderita dalam posisi tidur telentang atau pada posisi berdiri. Apabila kantong

hernia terisi, dimasukkan dulu ke dalam kavum abdomen. Untuk memeriksa bagian

kanan digunakan tangan kanan dan sebaliknya. Test ini dapat dilakukan pada

penderita laki-laki ataupun perempuan.

Dengan jari kedua tangan pemeriksa diletakkan di atas anulus inguinalis internus

(± 1,5 cm di atas pertengahan SIAS dan tuberkulum pubikum), jari ketiga

diletakkan pada anulus inguinalis eksternus dan jari keempat pada fossa ovalis.

Penderita disuruh mengedan atau batuk maka timbul dorongan pada salah satu jari

tersebut. Apabila dorongan pada jari kedua berarti hernia inguinalis lateralis, bila

pada jari ketiga berarti hernia inguinalis medialis dan bila pada jari keempat berarti

hernia femoralis.

Gambar Zieman’s Test

b. Finger test

Pemeriksaan ini hanya dapat dilakukan pada pria. Tujuan utamanya adalah untuk

membedakan hernia inguinalis lateralis atau medialis, disamping dapat menentukan

diameter dan ketebalan cincin hernia. Cara pemeriksaan adalah dengan

menggunakan jari telunjuk atau kelingking skrotum diinvaginasikan menyelusuri

anulus eksternus sampai dapat mencapai kanalis inguinalis kemudian penderita

diminta mengedan atau batuk. Jika hernia teraba atau menyentuh ujung jari berarti

15

Page 16: Laporan Kasus Hernia

ini adalah hernia lateralis, dan bila hernia menyentuh bagian samping jari berarti

merupakan hernia medialis.

Gambar Finger Test

c. Thumb test

Penderita dalam posisi tidur telentang atau pada posisi berdiri. Setelah benjolan

dimasukkan ke dalam rongga perut, ibu jari ditekankan pada anulkus internus.

Penderita disuruh mengedan atau batuk. Bila benjolan keluar sewaktu mengejan

berarti henis inguinalis medialis dan bila tidak keluar berarti hernia inguinalis

lateralis.

Gambar Thumb Test

16

Page 17: Laporan Kasus Hernia

3.8 Diagnosis Banding

a. Hidrokel Testis

b. Limfadenopati

c. Tumor Testis

d. Varikokel

e. Abses Inguinal

3.9 Penatalaksanaan

Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan pemakaian

penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi hernia yang telah direposisi. Reposisi

tidak dilakukan pada hernia strangulata kecuali pada anak-anak. Reposisi dilakukan secara

bimanual dimana tangan kiri memegang isi hernia dengan membentuk corong sedangkan

tangan kanan mendorong isi hernia ke arah cincin hernia dengan sedikit tekanan perlahan

yang tetap sampai terjadi reposisi.

Tindakan operatif merupakan satu-satunya pengobatan hernia inguinalis yang

rasional. Indikasi operasi sudah ada begitu diagnosis ditegakkan. Prinsip dasar operasi hernia

terdiri atas herniotomi dan hernioplasty.

Pada herniotomi dilakukan pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya, kantong

dibuka dan isi hernia dibebaskan kalau ada perlekatan, kemudian direposisi. Kantong hernia

dijahit-ikat setinggi mungkin lalu dipotong.

Pada hernioplasty dilakukan tindakan memperkecil anulus inguinalis internus dan

memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis. Tindakan ini dilakukan untuk mencegah

terjadinya residif, yang dapat dilakukan dengan menggunakan metode Bassini atau dengan

metode Mc Vay. Metode Bassini adalah dengan memperkecil anulus inguinalis internus

dengan jahitan terputus, menutup dan memperkuat fasia transversa, dan menjahitkan

pertemuan m.transversus internus abdominis dan m.oblikus internus abdominis. Tindakan ini

dikenal dengan nama conjoint tendon ke ligamentum inguinale Poupart. Metode Mc Vay

dilakukan dengan menjahitkan fasia transversa, m.transversus abdominis, m.oblikus internus

abdominis ke ligamentum Cooper.

Metode Bassini merupakan teknik herniorafi yang pertama dipublikasi tahun 1887.

Setelah diseksi kanalis inguinalis, dilakukan rekonstruksi dasar lipat paha dengan cara

mengaproksimasi muskulus obliqus internus, muskulus transversus abdominis, dan fasia

transversalis dengan traktus iliopubik dan ligamentum inguinale. Teknik ini dapat diterapkan

baik pada hernia direk maupun indirek.

17

Page 18: Laporan Kasus Hernia

Kelemahan teknik Bassini dan teknik lain yang berupa variasi teknik herniotomi

Bassini adalah terdapat regangan berlebihan dari otot-otot yang dijahit. Untuk mengatasi

masalah ini, pada tahun delapan puluhan dipopulerkan pendekatan operasi bebas regangan.

Pada teknik itu digunakan prostesis mesh untuk memperkuat fasia transversalis yang

membentuk dasar kanalis inguinalis tanpa menjahitkan otot-otot ke inguinal.

3.10 Komplikasi

Komplikasi hernia bergantung pada keadaan yang dialami oleh isi hernia. Isi hernia

dapat tertahan dalam kantong hernia pada hernia reponibel; ini dapat terjadi kalau isi hernia

terlalu besar, misalnya terdiri atas omentum, organ ekstraperitoneal atau merupakan hernia

akreta. Dapat pula terjadi isi hernia tercekik oleh cincin hernia sehingga terjadi hernia

strangulata yang menimbulkan gejala obstruksi usus yang sederhana. Bila cincin hernia

sempit, kurang elastis, atau lebih kaku seperti pada hernia femoralis dan hernia obturatoria,

lebih sering terjadi jepitan parsial.

Komplikasi operasi hernia dapat berupa cedera vena femoralis, nervus ilioinguinalis,

nervus iliofemoralis, duktus deferens, atau buli-buli. Nervus ilioinguinalis harus

dipertahankan sejak dipisahkan karena jika tidak, maka dapat timbul nyeri pada jaringan

parut setelah jahitan dibuka. Komplikasi dini pasca operasi dapat pula terjadi, seperti

hematoma, infeksi luka, bendungan vena.

3.11 Prognosis

Prognosis tergantung pada keadaan umum penderita serta ketepatan penanganan.

Tetapi pada umumnya baik karena kekambuhan setelah operasi jarang terjadi, kecuali pada

hernia berulang atau hernia yang besar yang memerlukan penggunaan materi prostesis. Pada

hernia yang penting adalah mencegah faktor predisposisi.

18

Page 19: Laporan Kasus Hernia

BAB IV

PEMBAHASAN KASUS

Telah dilaporkan suatu kasus seorang pasien laki-laki berumur 61 tahun dengan

diagnosis kerja: Hernia inguinalis Medialis dextra reponibilis. Diagnosis ditegakkan

berdasarkan anamnesis, dan pemeriksaan fisik. Dari anamnesis didapatkan benjolan pada

lipat paha sebelah kanan sejak 6 bulan yang lalu. Awalnya benjolan tersebut dirasakan kecil

dan tidak nyeri. Benjolan tersebut timbul terutama bila pasien sedang beraktifitas, serta dapat

hilang jika pasien beristirahat ataupun berbaring. Kemudian sejak 2 minggu sebelum masuk

rumah sakit pasien mengeluhkan rasa nyeri pada benjolan tersebut.

.Pasien tidak mengeluh mual, muntah, dan sulit buang air besar ataupun buang air

kecil. Pasien diketahui memiliki kebiasaan mencangkul dan mengangkat benda-benda berat

hampir setiap harinya, seperti hasil pertanian.

Pada pemeriksaan fisik pada inguinal dextra ditemukan, pada palpasi ditemukan

teraba benjolan berukuran 3 cm x 2 cm x 1 cm, isi solid, dapat dimasukkan, nyeri (+).

Berdasarkan temuan-temuan di atas, maka sudah dapat ditegakkan adanya suatu

Hernia inguinalis medialis dextra reponibilis. Pada pasien ini dilakukan operasi Herniorepair.

Dilakukan persiapan operasi, konsul bagian Anestesi, serta edukasi kepada pasien dan

keluarga pasien. Teknik yang dilakukan pada pasien ini adalah teknik free tension

herniorepair Lichtenstein. Pada teknik ini dilakukan perbaikan segitiga Hesselbach yang

rusak. Dilakukan Herniotomy (tindakan memasukkan hernia, lalu memisahkan kantong

hernia dengan sekitarnya, digunting lalu diikat) dan Hernioplastik (menyempitkan tempat

keluar hernia). Pada pasien ini dilakukan Hernioplastik dengan pemasangan “Mesh Prolene”

untuk mengatasi insufisiensi dinding yang terjadi.

Terapi farmakologi yang diberikan pada pasien ini antara lain IVFD RL : Aminofluid

20 tetes per menit, injeksi Cefotaxime 1 gram per 12 jam intravena, injeksi Ketorolac 1

ampul per 12 jam intravena. Setelah operasi, pasien dirawat di bagian bedah untuk

pemantauan dan pengobatan lebih lanjut. Pasien boleh pulang 2 hari setelah operasi dan

mendapat obat oral yaitu cefadroxil kapsul 2 x 500 mg dan asam mefenamat kaplet 3 x 500

mg. Pasien direncanakan untuk kontrol ke poliklinik bedah pada tanggal 19 Agustus 2015.

19

Page 20: Laporan Kasus Hernia

DAFTAR PUSTAKA

1. Karnadihardja W, editors. Dinding perut, hernia, retroperitoneum dan omentum. In:

Sjamsuhidayat R, de Jong W, Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. EGC Jakarta. 2003: p.

520-32

2. Stead LH, et all. First aid for the surgery clerkship, International edition, The Mc

Graw-Hill Companies, Inc Singapore. 2003: p. 307-17.

3. Fitzgibbons RJ, Ahluwalia HS. Inguinal hernias. In: Brunicardi FC. Schwartz’s

Manual of Surgery. The Mc-Graw-Hill Companies,inc USA. 2006: p. 920-42

4. Wantz GE. Abdominal wall hernias. In: Schwartz SI, Shires Gt, Spencer FC, et al.

Principles of Surgery, McGraw-Hill, inc New York. 1999: p. 1585-611

5. Kingsnorth AN, Giorgobiani G, Bennett DH. Hernias, umbilicus and abdominal wall.

In: Mann Russel RCG, Williams NS. Bailey & Love’s Short Practice of Surgery. 25th

ed. Hodder Arnold London, 2008: p. 968-90

6. Schwartz, et al. Hernia dinding abdomnen. In: Intisari Prinsip-prinsip ilmu bedah. Ed

6. EGC Jakarta. 2000: p. 509-18

7. Swartz MH. Buku Ajar Diagnostik Fisik. EGC Jakarta. 1995: p. 276-8

8. Sabiston. Hernia. In: Buku Ajar Bedah Bagian 2. EGC Jakarta. 1994: 228-45

9. Eubanks WS. Hernia. In: Sabiston Textbook of Surgery. 16th Ed. Elsevier Saunders

Philadelphia. 2004: p. 783-800

20