Upload
debi-putri-suprapto
View
8
Download
4
Embed Size (px)
DESCRIPTION
medium medium
Citation preview
1
LAPORAN TETAP
PRAKTIKUM TEKNOLOGI BIOPROSES
IDENTITAS PRAKTIKAN
Nama : Debi Putri Suprapto
NIM : 03121403045
Kelompok : 2 (Dua)
I. NAMA PERCOBAAN : Medium
II. TUJUAN PERCOBAAN
1. Dapat membuat media untuk menumbuhkan dan mengembangbiakkan
mikroba.
2. Mengetahui dan memahami fungsi, cara pengunaan, cara mensterilkan dan
prinsip kerja dari alat-alat yang digunakan dalam laboratorium mikrobiologi.
3. Mengetahui jenis-jenis medium yang tepat untuk pertumbuhan mikroba serta
komposisinya masing-masing.
4. Dapat menghitung banyaknya jumlah mikroba dengan menggunakan
Haemacytometer.
III. DASAR TEORI
3.1. Medium
Dalam menumbuhkan dan mengembangbiakan mikroba diperlukan suatu
substrat yang disebut media. Sedang media tersebut sebelum digunakan harus
dalam keadaan steril. Artinya tidak trerdapat mikroba yang lain yang tidak
diharapkan. Susunan bahan, baik berbentuk bahan alami (seperti tauge, daging,
telur,wortel dan sebagainya) ataupun bahan buatan (berbentuk senyawa kimia,
organik ataupun an organik) yang diperlukan untuk pertumbuhan dan
pengembangbiakan mikroba dinamakan media.
Agar mikroba dapat tumbuh dan berkembang dengan baik maka didalam
media diperlukan persyaratan tertentu yaitu :
1. Bahan didalam media harus terkandung semua unsu hara yang diperlukan
untuk pertumbuhan dan pengembangbiakan mikroba.
2
2. Media harus mempunyai tekanan osmosa, tegangan permukaan dan PH
sesauai dengan kebutuhan mikroba.
3. Media harus dalam keadaan steril, artinya sebelum ditanami mikroba yang
dimaksud tidak ditumbuhi oleh mikroba lain yang tidak diharapkan.
Medium adalah suatu bahan yang terdiri dari campuran zat-zat makanan
(nutrisi) yang sangat diperlukan oleh mikroorganisme untuk pertumbuhannya.
Mikroorganisme memanfaatkan nutrisi media berupa molekul-molekul kecil yang
dirakit untuk menyusun komponen sel. Dengan media pertumbuhan dapat
dilakukan isolat mikroorganisme menjadi kultur murni dan juga memanipulasi
komposisi media pertumbuhannya.
Mikroorganisme dapat ditumbuhkan dan dikembangkan pada suatu substrat
yang disebut medium. Medium yang digunakan untuk menumbuhkan dan
mengembangbiakkan mikroorganisme tersebut harus sesuai susunanya dengan
kebutuhan jenis mikroorganisme yang bersangkutan. Beberapa mikroorganisme
dapat hidup baik pada medium yang sangat sederhana yang hanya mengandung
garam anargonik di tambah sumber karbon organik seperti gula. Mikroorganime
lainnya memerlukan suatu medium yang sangat kompleks yaitu berupa medium
ditambahkan darah atau bahan-bahan kompleks lainnya.
3.2. Syarat dan Fungsi Medium
Untuk menumbuhkan dan mengembangbiakkan mikroba diperlukan suatu
substrat yang disebut medium. Medium yang dijadikan tempat menumbuhkan dan
mengembangkan mikroba tersebut sebelum digunakan harus dalam keadaan steril,
artinya tidak ditumbuhi oleh mikroba lain yang tidak diharapkan.
Susunan bahan, baik berbentuk bahan alami (seperti tauge, ekstrak daging,
telur, wortel dan sebagainya) ataupun bahan buatan (berbentuk senyawa kimia,
senyawa organik, maupun senyawa anorganik) yang diperlukan untuk
pertumbuhan dan perkembangbiakan mikroba, dinamakan medium. Fungsi dari
medium adalah sebagai berikut :
1. Media basal dapat mendukung pertumbuhan berbagai jenis spesies tanpa
syarat nutrisi
3
2. Medium penghambat merupakan medium yang memuat unsur pokok tertentu
yang memiliki fungsi untuk menghambat pertumbuhan dari jenis
mikroorganisme tertentu.
3. Medium pemeliharaan digunakan untuk pertumbuhan awal dan penyimpanan
selanjutnya, mempersiapkan kultur organisme yang disimpan baik pada suhu
ruang atau suhu dingin.
3.3. Susunan, Bentuk, dan Sifat Medium
3.3.1. Susunan Medium
Sesuai dengan fungsiologis dari masing-masing unsur hara yang terdapat
dalam media, maka susunan media pada semua jenis-jenis mempunyai
kesamaan isi, yaitu:
1. Kandungan air.
2. Kandungan nitrogen.
3. Kandungan sumber energi atau unsur C.
4. Kandungan vitamin.
Berdasarkan pada persyaratan di atas tersebut, susunan medium dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Media alami, yaitu media yang disusun oleh bahan alami, seperti: kentang
dan daging .
2. Media Sintetik, yaitu media yang disusun oleh senyawa kimia, seperti
media untuk pertumbuhan dan perkembangbiakkan bakteri Clostridium.
3. Media semisintetis, yaitu media yang tersusun oleh campuran bahan-bahan
alami dan bahan-bahan sintetis, seperti kaldu nutrisi, touge agar, dan wortel
agar.
3.3.2. Bentuk Medium
Dalam mengamati bakteri, bakteri harus dapat ditumbuhkan di dalam suatu
biakan murni. Untuk melakukannya haruslah dimengerti jenis- jenis nutrient
yang disyaratkan oleh bakteri dan juga macam lingkungan fisik yang mana
dapat menyebabkan kondisi yang optimum bagi pertumbuhannya tersebut.
Bentuk, susunan, dan sifat medium ditentukan oleh pemadat, seperti agar-
4
agar, gelatin dan sebagainya. Bentuk medium diklasifikasikan menjadi 3 (tiga)
jenis, yaitu:
1. Medium Cair
Apabila tidak ditambahkan zat pemadat, biasanya media cair digunakan
untuk membiakkan mikroalga, mikroba lain seperti bakteri dan ragi dapat
juga dikembangbiakkan pada medium cair.
2. Medium Padat
Tambahkan 12-15 gram tepung agar-agar per 1000 ml medium. Jumlah
tepung agar-agar yang ditambahkan tergantung jenis atau kelompok mikroba yang
ditanamkan. Ada yang memerlukan kadar air tinggi, sehingga jumlah tepung agar-
agar harus rendah, tetapi ada pula yang memerlukan kandungan air rendah
sehingga penambahan tepung agar-agar agak banyak. Media pada umumnya
diperlukan untuk ragi, bakteri, jamur dan kadang-kadang juga mikroalga.
3. Medium Semi Padat dan Semi Cair
Penambahan zat pemadat hanya 50% atau kurang dari seharusnya. Ini
umumnya diperlukan untuk mikroba yang banyak memerlukan kandungan air
dan hidup anaerobik atau fakultatif.
3.3.3. Sifat Medium
Dalam penggunaannya, mikroba tidak hanya untuk pertumbuhan dan
perkembangbiakkan mikroba, tetapi juga digunakan untuk tujuan lain, yakni untuk
isolasi, seleksi, evaluasi, dan diferensiasi biakkan yang didapatkan. Adapun
macam-macam media berdasarkan dari sifat-sifatnya adalah sebagai berikut:
1. Media Umum
Media ini digunakan untuk perkembangbiakkan dan pertumbuhan satu
atau lebih mikroba secara umum, seperti kaldu nutrisi untuk bakteri. Contoh: agar
nutrisi untuk bakteri, agar tauge atau agar kentang desktrose untuk jamur.
2. Media Penguji
Media untuk pengujian senyawa tertentu dengan bantuan mikroba,
misalnya penguji vitamin.
3. Media Differensial
5
Medium yang dapat ditumbuhi semacam mikroorganisme dengan
memberikan ciri tertentu. Mikroorganisme tersebut mampu menguraikan salah satu
bahan pembuat medium dimana mikroorganisme yang lain yang sama-sama
tumbuh di situ tidak mampu. Contoh: agar darah, agar cesin metilen biru, dan lain-
lain.
4. Media Pengaya
Media ini dipergunakan dengan maksud memberi kesempatan kepada
suatu jenis mikroba untuk tumbuh dan berkembang lebih cepat dari jenis lainnya
yang sama berada dalam satu bahan, misalnya: kaldu lelenit.
5. Media Selektif
Media yang hanya ditumbuhi oleh satu atau lebih jenis mikroba tertentu
tetapi mematikan untuk jenis-jenis lainnya. Contohnya adalah agar ENDO, agar
SS, dan lain-lain.
6. Media Perhitungan
Media untuk menghitung jumlah mikroba pada suatu bahan media ini
dapat berbentuk media umum, selektif, diferensial dan penguji.
Adapun beberapa jenis bahan kompleks yang digunakan sebagai
pembuat medium menurut Pelczar (1986):
1. Ekstrak daging sapi
Suatu ekstrak cair jaringan daging sapi yang empuk dikonsentrasikan
menjadi pasta. Mengandung substansi jaringan hewan yang dapat larut dalam air,
meliputi karbohidrat, senyawa nitrogen organik, vitamin yang dapat larut dalam
air dan garam-garaman.
2. Pepton
Produk yang dihasilkan dari bahan-bahan yang mengandung protein,
seperti daging, kasein, dan gelatin. Pencernaan bahan-bahan protein dicapai
dengan asam atau enzim. Banyak peptone yang berbeda-beda (bergantung pada
protein yang digunakan dan metode pencernaannya) tersedia utnuk digunakan
dalam media bakteriologis. Pepton berbeda-beda sebagai sumber utama nutrien
organik dapat pula mengandung vitamin dan kadang-kadang karbohidrat.
3. Agar
6
Agar merupakan suatu karbohidrat kompleks yang diperoleh dari
algaemarine tertentu, diolah untuk membuang substansi yang tidak dikehendaki
digunakan sebagai bahan pemadat media, agar yang lebur dalam larutan cair akan
membentuk gel bila suhu dikurangi sampai dibawah 450C agar tidak merupakan
sumber nutrient bagi bakteri.
3.4. Metode Sterilisasi Medium
3.4.1. Autoklaf
Autoklaf adalah alat serupa tangki yang diisi dengan uap. Medium yang
akan disterilkan ditempatkan dalam autoklaf selama 15-20 menit, tergantung
banyaknya medium. Medium yang akan disterilkan sebaiknya diletakkan dalam
botol berukuran agak kecil, setelah pintu autoklaf ditutup rapat, baru kran pipa
uap dibuka dan temperatur akan naik sampai 121oC. Setelah cukup waktu untuk
proses sterilisasi, kran uap ditutup, temperatur di dalam autoklaf mulai turun
sedikit demi sedikit.
3.4.2. Pemanasan Mencapai Titik Didih
Mensterilkan medium cukup dengan mendidihkan medium tersebut
selama beberapa jam, maka semua benih kehidupan akan mati, hal ini dilakukan
oleh Spallanzani (1729–1788) untuk membuktikan tidak mungkinnya teori
abiogenesis.
3.4.3. Penyaringan (Filtrasi)
Medium disaring dengan saringan porselin, maka zat organik tidak
mengalami penguraian sama sekali, sehabis penyaringan medium masih perlu
dipanasi dalam autoklaf meskipun tidak selama 15 menit dan temperatur 121 oC.
Penyaringan dilakukan dengan saringan yang terbuat dari asbes karena mudah
untuk dibersihkan.
3.4.4. Tyndallisasi
Pensterilan medium dengan cara tyndallisasi yakni dengan mendidihkan
medium dengan uap air beberapa menit. Diamkan 1 hari, setelah itu, maka akan
dapat teramati spora yang tumbuh menjadi bakteri vegetatif dan kemudian
medium dididihkan lagi dalam waktu beberapa menit. Pada hari ketiga medium
tersebut dididihkan kembali, dan diperoleh medium yang steril.
7
Sebelum digunakan, medium yang sudah disterilkan, baik medium cair
maupun medium padat bisa disimpan didalam tabung-tabung gelas berupa
erlenmeyer atau tabung reaksi sebanyak 10-15 ml untuk agar diri yang nantinya
diperlukan untuk mengisi cawan petri, atau sebanyak 5-7 ml untuk membuat agar
miring yang nantinya diperlukan untuk menanam biakkan. Agar miring dibuat
dengan memiringkan tabung reaksi berisi medium setelah disterilkan sebelum
medium menjadi padat.
3.5. Macam Medium
Sifat-sifat suatu koloni adalah sifat yang ada hubungannya dengan
bentuk susunan, permukaan, dan pengkilatan. Pengamatan sifat ini dapat
dilakukan dengan pandangan mata tanpa menggunakan mikroskop. Pengamatan
jenis ini disebut pengamatan Makroskopis. Supaya sifat-sifat tersebut tampak jelas
teramati, mikroorganisme perlu ditumbuhkan pada media padat. Terdapat 4
(empat) metode untuk menumbuhkan mikroorganisme pada medium padat, yaitu :
1. Piaraan Lempengan (Plate Streak Culture)
Pada metode plate streak culture, biakan mikroorganisme diperoleh
dengan menggesek-gesekkan ujung kawat inokulasi yang membawa jamur pada
permukaan agar-agar lempengan dalam cawan petri sampai meliputi seluruh
permukaan.
2. Piaraan Miring (Slant Culture)
Pada metode ini biakan diperoleh dengan menggesek-gesekkan ujung
kawat inokulasi yang membawa jamur pada permukaan agar-agar miring.
3. Piaraan Tusukan (Stab Culture)
Pada metode stab culture, biakan mikroorganisme diperoleh dengan cara
menusukkan ujung kawat inokulasi yang membawa jamur dalam agar-agar pada
tabung reaksi sedangkan permukaan agar ini tidak miring.
4. Piaraan Adukan (Shake Culture)
Pada metode shake culture, mikroorganisme diperoleh dengan cara
mencampuraduk setetes suspensi jamur ke dalam medium yang masih cair (belum
membeku).
8
3.6. Metode Perhitungan Mikroorganisme
Penentuan atau pengukuran jumlah sel biasanya dilakukan untuk organisme
bersel tunggal (misalnya bakteri), sedangkan penentuan massa sel dapat dilakukan
bukan hanya untuk organisme bersel tunggal, tetapi juga untuk organisme
berfilamen (misalnya kapang). Ada berbagai cara untuk mengukur jumlah sel
antara lain:
1. Hitungan cawan (palt count) atau pengenceran
2. Hitungan mikroskopis langsung (direct microscopic count) atau penggunaan
ruang hitung
3. Secara elektronis dengan bantuan alat yang disebut penghitung coulter (coulter
Counter)
4. Penggunaan turbidometer / nefelometer
Pengukuran kuantitatif populasi mikroba seringkali sangat diperlukan
dalam berbagai macam penelahaan mikroorganisme. Pada hakekatnya terdapat
dua macam pengukuran dasar, yaitu dengan penentuan jumlah sel dan penentuan
massa sel.
Cara lain untuk mengukur jumlah sel antara lain dengan penyaring
sampel dengan suatu saringan membran, lalu diinkubasikan pada permukaan
medium yang sesuai. Jasad-jasad renik yang tertahan pada permukaan saringan
menyerap nutrien dari medium dan menghasilkan koloni-koloni yang masing-
masing berasal dari satu sel tunggal yang dapat hidup.
Massa sel juga dapat ditentukan dengan beberapa metode. Salah satu
yang paling umum digunakan adalah pengukuran kekeruhan suspensi sel. Cara
lain adalah mengukur berat kering sel atau filamen miselum sampel dalam volume
tertentu. Dalam penentuan yang disebutkan terakhir ini sampel mula-mula
disentrifugal atau disaring, dicuci, dikeringkan lalu beratnya ditimbang.
3.6.1. Hitungan Cawan (Pengenceran)
Dengan pengenceran, disiapkan beberapa buah tabung berisi aquadest
steril sebanyak 9 ml. Masing-masing tabung kemudian ditambahkan 1 ml sampel
yang akan diperiksa secara bertahap, yaitu :
9
1. 1 ml sampel ke dalam tabung pertama, sehingga konsentrasi larutan di dalam
tabung pertama menjadi 10-1.
2. 1 ml dari tabung pertama ke tabung kedua, sehingga konsentrasi tabung kedua
menjadi 10-2.
3. Dan seterusnya sampai mencapai larutan dengan konsentrasi terendah.
Dari tiap-tiap tabung kemudian diambil 1 ml larutan dan ditanamkan ke
dalam cawan petri berisi media padat. Pertumbuhan koloni yang kemudian timbul
pada tiap-tiap cawan dihitung. Cara perhitungan ini harus memperhitungkan
faktor kerapatan pertumbuhan koloni, karena jika pertumbuhan koloni terlalu
rapat sulit untuk memvalidasi hasilnya.
3.6.2. Hitungan Mikroskopis Langsung
Pada metode mikroskopis langsung, sampel diletakkan di ruang hitung
(seperti hemasiotomeyer) dan jumlah sel dapat ditentukan secara langsung dengan
bantuan mikroskop. Pada metode ini, hasil pengenceran tidak ditanamkan pada
media, tetapi diteteskan ke dalam ruang hitung. Selanjutnya diperiksa di bawah
mikroskop terhadap mikroba yang terdapat pada kolom perhitungan.
Keuntungan metode ini adalah pelaksanannya yang cepat dan tidak
memerlukan banyak peralatan. Namun kelemahannya adalah tidak dapat
membedakan sel-sel yang hidup dan yang mati. Dengan kata lain hasil yang
diperoleh adalah jumlah total sel yang ada dalam populasi. Sel mati akan
menyerap warna biru, sedangkan sel hidup mereduksi zat warna tersebut secara
enzimatif menjadi tidak berwarna, jadi sel-sel akan tampak biru.
Kelemahan lain dari metode hitungan mikroskopis langsung adalah
sulitnya menghitung sel yang berukuran kecil seperti bakteri, karena ketebalan
hemasitometer tidak memungkinkan. Hal ini biasanya dapat diatasi dengan
mewarnai sel sehingga mudah dilihat. Kelemahan lainnya adalah kadang-kadang
sel cenderung bergumpal, sehingga sukar untuk membedakan sel-sel individu.
Cara mengatasinya adalah dengan menceraiberaikan gumpalan sel tersebut
dengan menambahkan bahan anti gumpal, seperti Dinatrium etilamina tetra asetat
dan tween sebanyak 0,1 %.
3.6.3. Penggunaan Nefelometer / Turbidometer
10
Cara ini merupakan perhitungan kerapatan materi (sel) di dalam larutan,
yang diberi cahaya. Kualitas bias cahaya yang dilkakukan identik dengan
kerapatan materi sel yang berada dalam larutan.
22
IV. ALAT DAN BAHAN
I.1.Alat yang digunakan:
1. Autoklaf
2. Tabung reaksi
3. Kapas
4. Cawan petri.
5. Jarum oase.
6. Burner.
I.2.Bahan yang digunakan:
1. Kentang (200 g).
2. Desktrose (10 g)
3. Agar-agar (15 g).
4. Air Suling (1 liter).
5. Kultur murni.
6. Jarum/ kawat.
7. Alkohol.
V. PROSEDUR
5.1. Prosedur Pembuatan Medium
1. Agar Kentang Desktrosa (AKD)/ Potato Desktrosa Agar (PDA) untuk
menumbuhkan jamur.
a. Cucilah kentang, kemudian di potong-potong kecil dan masak selama1
jam.Volume air dijaga supaya tetap dengan menambahkan air suling.
b. Saringlah kentang yang telah dimasak tadi dan masukkan desktrose kedalam
filtrat kentang serta agar-agar sampai larut dengan baik.
c. Tuangkan kedalam tabung sesuai dengan kebutuhan, sumbatlah dengan
kapas.
d. Sterilkan dalam autoklaf ( 121 oC/ 15 lbs) selama 15 menit.
2. Sterilisasi Dengan Autoklaf
a. Isi Autoklaf dengan air suling sebanyak 3-5 liter, panaskan sampai semua
udara keluar dari autoklaf.
b. Siapkan alat/bahan yang akan disterilkan dan letakkan pada rak di autoklaf.
22
c. Masukkan rak tersebut kedalam autoklaf, tutup rapat kecuali klep udara
supaya udara yang mungkin masih ada dalam autoklaf dapat keluar, karena
jika dalam autoklaf masih ada udara sedangkan klep sudah ditutup rapat,
maka strerilisasi tidak dapat mencapai suhu dan tekanan yang diharuskan.
(121oC/ 15 lbs).
VIII.DAFTAR PUSTAKA
Ghoni, Achmad. 2012. Isolasi dan Inokulasi Bakteri.
http://www.achmadghoni .com/2012/05/isolasi-dan-inokulasi-bakteri.html.
Diakses pada 1 April 2014
22
Nurhaeria. 2013. Isolasi dan Inokulasi. http://nurhaeria99.blogspot.
com/2013/10/mikrobiologi-isolasi-dan-inokulasi.html. Diakses pada 1 April
2014
Syaputra, Surya Edma. 2012. Inokulasi dan Pemurnian Bakteri. http://
sursursursur25.blogspot.com/2012/10/inokulasi-dan-pemurnian-bakteri.html.
Diakses pada 1 April 2014