Upload
putra300911
View
46
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
Organ yang Terkait dalam
Mekanisme Pembuatan Urine
Dian Nurul Hikmah
102012292
Kelompok : D3
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jalan Arjuna Utara No. 6 Jakarta Barat 11510
email : [email protected]
Pendahuluan
Mekanisme pembuatan urine terdiri atas sepasang ginjal dan ureter, satu kandung
kemih dan uretra. System ini berperan dalam memelihara homeostatis melalui proses yang
rumit yang meliputi filtrasi, absorbsi dan sekresi. Fungsi utama sistem urinaria adalah
menyingkirkan bahan-bahan yang terlarut dalam air. Tiap hari ginjal kita menyaring lebih
dari 150 liter air dari plasma darah. Kebanyakan cairan ini berisi senyawa-senyawa utama
yang vital seperti elektrolit, nutrient dan air. Zat ini diserap kembali atau direabsorsi kembali
oleh tubulus ginjal dan kembali ke peredaran darah. Hanya 1-2 liter cairan yang berisi produk
sampah yang terlarut dalam air dibiarkan keluar sebagai urin. Jumlah air dan elektrolit yang
dikeluarkan oleh ginjal diatur oleh berbagai mekanisme. Urin terbentuk secara terus menerus
oleh ginjal dan terkumpul dikandung kemih yang memerlukan peregangan sebagai awal
rangsangan pengosongan kandung kemih. Urin ini dikosongkan secara periodic dibawa
control sistem saraf otonom dan somatic. sistem urinarius ini terdapat beberapa organ
terpenting yang mengatur dan saling berkesinambungan yaitu dari ginjal, ureter, vesica
urinaria, uretra.1
Struktur Makroskopis
Ginjal
Ginjal merupakan organ pembentuk urin yang berbentuk seperti kacang, terdapat
sepasang yaitu di sebelah kanan dan kiri columna vertebralis bagian lumbal dan posisinya
retroperitoneal. Ginjal kanan terletak lebih rendah dibanding ginjal kiri, hal ini disebabkan
adanya hati yang mendesak ginjal sebelah kanan. Ren sinistra terletak setinggi costa XI atau
vertebra lumbal 2-3, sedangkan ren dextra terletak setinggi costa XII atau vertebral lumbal 3-
1
4.2 Jarak antara extremitas superior ren dextra dan sinistra adalah 7 cm, sedangkan jarak dari
extremitas inferior ren dextra dan ren sinistra adalah 11 cm.1 Sedangkan jarak dari extremitas
inferior ke crista iliaca adalah 3-5 cm dengan ginjal kanan yaitu 3 cm dan ginjal kiri yaitu 5
cm.
Gambar 1. struktur ginjal.1
Secara umum, ginjal terdiri dari beberapa bagian:
Korteks, yaitu bagian paling distal ginjal.
Medula, yang terdiri dari bangunan-bangunan berbentuk pyramid.
Columna renalis, yaitu bagian korteks di antara pyramid/medula ginjal
Processus renalis/medullary rays, yaitu bagian pyramid/medula yang menonjol
ke arah korteks
Hilus renalis, yaitu area pada ginjal di mana pembuluh darah, serabut saraf dan
ureter memasuki/meninggalkan ginjal.
Papilla renalis, yaitu bagian yang menonjol ke arah calyx minor pada medulla.
Calix minor, yaitu bagian ginjal estela medulla yang merupakan percabangan
dari calix major.
Calix major, yaitu cáliz minor yang menyatu dan meneruskannya menuju pelvis
renalis.
Pelvis renalis, disebut juga piala ginjal, yaitu bagian pengumpul urin paling
akhir sebelum masuk ureter.2
2
Ren/ginjal di bungkus oleh:
1. Capsula fibrosa
Merupakan pembungkus ginjal pertama. Capsula fibrosa melekat pada ren dan
tidak membungkus glandula supra renalis.2
2. Capsula adiposa
Merupakan pembungkus ginjal kedua setelah capsula fibrosa. Capsula adiposa
merupakan jaringan lemak dan membungkus ginjal serta glandula suprarenalis.
Pada bagian depan capsula adiposa lebih tipis daripada lapisan adiposa bagian
belakang ginjal. Fungís lain dari capsula adiposa adalah mempertahankan posisi
ginjal pada tempatnya.2 Gangguan dapat terjadi pada capsula adiposa yang
disebut nephroptosis yaitu tipisnya lapisan capsula adiposa sehingga posisi
ginjal menjadi lemah dan turun dari tempat seharusnya.
3. Fascia renalis (Gerota)
Fascia renalis terletak di luar capsula adiposa dan terdiri atas 2 bagian yaitu
fascia prerenalis di bagian anterior dan fascia retrorenalis di bagian posterior.2
Kedua lembar fascia renalis ini terbuka dibagian caudal/bawah, dan menyatu di
bagian cranial/atas, sehingga kantong ginjal terbuka ke bawah, dan dapat
menyebabkan infeksi dengan mudah masuk dari bawah yang disebut ascending
infection.2
Vascularisasi Ginjal :
Arteriae renalis berasal dari aorta abdominalis setinggi vertebrae lumbalis 1-2.
Masing-masing arteri renalis yang masuk ke dalam hilum renale bercabang menjadi arteri
segmentalis. Arteri ini mendarahi segmen-segmen atau area renalis yang berbeda.
Arterilobares berasal dari arteriae segmentalis, masing-masing satu buah untuk satu pyramid
renalis. Sebelum masuk substansi renalis, setiap arteria interlobaris mempercabangkan dua
atau tiga arteriae interlobularis. Arteri interlobaris berjalan menuju cortex diantara pyramid
renalis. Pada perbatasan cortex dan medulla renalis, arteri interlobaris bercabang menjadi
arteri arcuata yang melengkung diatas basis pyramides renales. Arteri arcuata
mempercabangkan sejumlah arteri interlobularis yang berjalan ke atas didalam cortex . Arteri
afferent glomerolus merupakan cabang arteri interlobularis.
3
Berikut sistem vena pada ginjal ini pun sama seperti pada system arterinya, hanya saja
rahnya yang berbalik. Aliran limfe ginjal berasal dari nodi aortic lateralis disekitar pangkal
arteria renalis. Persarafan berasal dari serabut plexus renalis. Serabut-serabut aferen yang
berjalan melalui plexus renalis yang masuk ke medulla spinalis melalui nervi toracica 10-
12.3
Ureter
Gambar 2 ureter . 3
Masing-masing ureter merupakan saluran muskular yang membentang dari ginjal
sampai ke facies posterior vesica urinaria. Ureter memasuki cavitas pelvis dengan menyilang
bifurcatio arteri iliaca communis di dapan articulatio sacroiliaca. Selanjutnya masing-masing
ureter berjalan kebawah pada dinding lateral pelvis didepan arteri iliaca interna ke regio spina
ischiadica dan berbelok kedepan untuk masuk sudut lateral vesica urinaria. Dekat bagian
terminal, ureter disilang oleh duktus deferens. Ureter berjalan miring menembus dinding
vesica urinaria sekitar 1,9 cm sebelum bermuara ke vesica urinaria.4
Ureter mempunyai 3tempat penyempitan yaitu: ureteropelvic junction (ditempat pelvis
renalis bergabung dengan ureter di dalam abdomen), ureter menyilang vassa iliaca communis
(flexura marginalis), ureter masuk kedalam vesica urinaria.3
Vesica urinaria
Merupakan muara dari ureter yang berfungsi sebagai tempat penampungan urine
sebelum dikeluarkan dari tubuh melalui urethra dengan kapasitas 200-400 cc. pada anak-anak
vesica urinaria terletak di apertura pelvis superior / Pintu Atas Panggul. Setelah dewasa,
rongga panggul membesar dan vesica urinaria akan turun ke dalam rongga panggul di bagian
dorsal dari symphysis pubis. Vesica urinaria yang terisi oleh urin akan berbentuk ovoid.4
4
Gambar 3. vesica urinaria.4
Sedangkan vesica urinaria yang kosong akan berbentuk seperti limas, vesica urinaria
dibagi atas:
1. Apex
2. Corpus
3. Fundus
Pada laki-laki, dinding posterior vesica urinaria dilekati oleh vesikula seminalis dan ampulla
ductus deferens, sedangkan di antara vesica urinaria dan rectum dapat dijumpai lekukan
preitoneum yang disebut excavatio recto vesicalis. Pada wanita, fundus vesica urinaria
dipisahkan dari rectum oleh fornix posterior dan portio vaginalis carvisis uteri.4
Lapisan dinding vesica urinaria dapat dibedakan menjadi:
1. Lapisan mukosa
Pada saat kosong, permukaan mukosa tampak berlipat-lipat. Saat terisi penuh,
lapisan mukosa menjadi tipis dan lipatan-lipatan mukosa menghilang. Di
dalam vesica urinaria bagian caudal dapat di jumpai trigonum vesica
(liutaudi) yang dibentuk oleh orificium urethrae internum.5
2. Lapisan otot
Terdiri dari 3 lapisan otot:
- Musculus detrusor, di lapisan dalam, untuk mengeluarkan isi vesica
urinaria.
5
- Musculus trigonal, di dalam segitiga liutadi, ikut membentuk uvula,
untuk membuka orificium urethrae interna.
- Musculus sphincter vesica, di daerah collum vesica urinaria, untuk
menahan urine.5
Vesica urinaria di pendarahi oleh cabang-cabang a. iliaca interna, yaitu:
1. Arteriae vesicales superior
Cabang dari a. umbilicalis bagian proximal. A. umbilicalis bagian distal
melanjut sebagai lig. Umbilicalis lateralis. Aa. Vesicalis superior mendarahi
fundus dan akhirnya beranastomosis dengan a. epigastrica inferior.5
2. Arteriae vesicales inferior
Mendarahi bagian caudal dan lateral permukaan depan vesica urinaria, serta
glandula prostata.
3. Arteria vesiculodeferentialis
Merupakan cabang dari a. iliaca interna dan mendarahi 1/3 permukaan posterior
vesica urinaria, glandula vesiculosa, dan ductus deferentialis.
Pada wanita, a. vesiculodeferentialis disebut a. vaginalis dan mendarahi ovarium
dan vagina.
Aliran pembuluh darah balik dari vesica urinaria bermuara ke plexus venosus vesicales yang
berhubungan dengan plexus venosus prostaticus, kemudian ke v. iliaca interna. Aliran getah
bening ke nnll. Iliaca interna dan nnll. Iliaca externa. Vesica urinaria dipersarafi cabang-
cabang plexus hypogastricus inferior.
Suplai darah
Arteri renalis, adalah percabangan aorta abdomen yang mensuplai masing-masing
ginjal dan masuk ke hilus melalui cabang anterior dan posterior.
Cabang anterior posterior arteri-arteri interlobaris yang mengalir di antara piramida-
piramida ginjal.
Arteri arkuata, berasal dari arteri interlobaris pada pertemuan antara korteks dan
medula.
Arteri interlobularis, merupakan percabanan arteri arkuata di sudut kanan dan
melewati korteks.
6
Arteriol aferen, berasal dari arteri interlobularis. Satu arteriol aferen membentuk ekitar
50 kapiler yang membentuk glomerulus.
Arteriol eferen, meninggalkan setiap glomerulus dan membentuk jarring-jaring
kapiler lain, kapiler peritubular yang mengelilingi tubulus proksimal dan distal untuk
member nutrien pada tubulus tersebut dan mengeluarkan zat-zat yang direabsorpsi.
Arteriol efern dari glomerulus nefron korteks memasuki jaringan kapiler peritubular
yang mengelilingi tubulus kontortus distal dan proksimal pada nefron tersebut.
Arteriol eferen dari glomerulus pada nefron jukstaglomerular memiliki perpanjangan
pembuluh kapiler panjang yang lurus disebut vasa recta yang berdesenden ke dalam piramida
medulla. Lekukan vasa recta membentuk lengkungan jepit yang melewati ansa Henle.
Lengkukan ini memungkinkan terjadinya pertukaran zat antara ansa Henle dan kapiler serta
memegang peranan dalam konsentrasi urin.
Kapiler peritubular mengalir ke dalam vena korteks yang kemudian menyatu
membentuk vena interlobularis.
Vena arkuata menerima darah dari vena interlobularis. Vena arkuata bermuara ke
dalam vena interlobaris yang bergabung untuk bermuara ke dalam vena renalis. Vena
ini meninggalkan ginjal untuk bersatu dengan vena kava inferior.3,4
Urethra
urethra pada laki-laki berbeda dengan perempuan.
Urethra masculina:
Merupakan pipa fibromusculair dengan panjang 18-22 cm.Fungsinya untuk menyalurkan urin
dari vesica urinaria sampai ke dunia luar dan sebagai tempat lewatnya semen atau sperma.
Terdiri atas 3 bagian yaitu:
a) Urethra pars prostática
Panjangnya 3cm, mulai dari collum vesica urinaria sampai sedikit
ventral ápex glandula próstata.
b) Urethra pars membranácea
7
Bagian paling pendek 1-2 cm, dari ápex prostat sampai bulbus penis
dan bagian palimg sempit. Selain pendek dan sempit, urethra bagian ini
susah diregangkan dan dibagian distalnya tipis oleh karena itu pada
katerisasi mudah robek.
c) Urethra pars spongiosa
Bagian urethra terpanjang 15 cm, mulai memasuki bulbus penis sampai
ujung glans penis, seluruh bagian dikelilingi corpus spongiosum atau
cavernosum. Pada glans penis terdapat bagian yang melebar disebut
fossa naviculare urethra.3
Gambar 4. Struktur anatomi uretra pada pria
Sedangkan uretra pada wanita berukuran lebih pendek (3.5 cm) dibanding uretra pada pria.
Setelah melewati diafragma urogenital, uretra akan bermuara pada orifisiumnya di antara
klitoris dan vagina (vagina opening). Terdapat m. spchinter urethrae yang bersifat volunter di
bawah kendali somatis, namun tidak seperti uretra pria, uretra pada wanita tidak memiliki
fungsi reproduktif.
8
Gambar 5. Struktur anatomi uretra wanita.
Struktur Mikroskopis
Ginjal
Ginjal berbentuk seperti kacang merah yang mempunyai panjang 10-12 cm serta tebal
3,5-5 cm. Ginjal memiliki 2 bagian yaitu bagian korteks dan medula. Pada medula terletak
beberapa piramid. Satu medula biasanya berisi 10-18 piramid. Ginjal juga memiliki hilus
yaitu tempat keluar masuknya pembuluh darah dan saraf serta keluarnya ureter dari ginjal
menuju vesika urinaria.4 Ginjal dibungkus oleh 3 lapisan. Lapisan pertama yang langsung
menempel pada ginjal yaitu kapsula fibrosa. Lapisan kedua yang mengandung banyak lemak
yaitu kapsula adiposa. Kapsula adiposa juga berfungsi mempertahankan ginjal pada
tempatnya. Lapisan terakhir yaitu fascia renalis yang terletak diluar kapsula fibrosa. Fascia
renalis terdiri atas 2 lembar yaitu depan dan belakang. Didepan terdapat fascia prerenalis dan
dibelakang terdapat fascia retro renalis.5 Pelvis ginjal terbagi atas calyx major dan calyx
minor. Ginjal memiliki unit fungsional atau yang biasa disebut nefron yang terdiri dari
korpuskel malpighi (glomerulus dan kapsula bowman), tubulus kontortus proksimal, ansa
henle (segmen tebal desenden, segmen tipis ansa henle, segmen tebal asenden), tubulus
kontortus distalis, duktus koligens. Nefron digolongkan berdasarkan letak dan berdasarkan
panjangnya ansa henle. Berdasarkan letak korpuskel dalam korteks, nefron dibagi menjadi 2
yaitu kapsular atau superficial dan korteks tengan atau juxtamedular. Berdasarkan
panjangnya ansa henle terbagi menjadi nefron pendek (korteks) dan nefron panjang
(juxtamedular).6
9
Gambar 6. Struktur mikroskopis ginjal.6
Gambar 7. Struktur mikroskopis ginjal.6
Gambar 8. Struktur mikroskopis ginjal.6
10
Gambar 9. Struktur mikroskopis ginjal.6
Gambar 10. Struktur mikroskopis ginjal.6
Ureter
Ureter mempunyai sel epitel transisional dengan sel-sel membulat pada kantung yang
menyusut dan sel-sel gepeng pada kantung yang melebar. Lamina propria pada ureter terdiri
dari jaringan ikat dan pembuluh-pembuluh. Lapisan otot pada ureter yaitu otot polos yang
dibagi menjadi longitudinal (dalam), sirkular (tengah), longitudinal (luar).4
Gambar 10. Struktur mikroskopis ureter.6
11
Vesika urinaria
Vesika urinaria mempunyai sel epitel transisional. Vesika urinaria terdiri dari 3 lapisan yaitu
tunika mukosa, tunika muskular, dan tunika adventisia. Tunika mukosa vesika urinaria terdiri
dari sel-sel epitel transisional dan lamina propria. Pada tunika muskular terdiri dari lapisan
otot polos longitudinal-sirkularis-longitudinal. Dan pada tunika adventisia terdiri dari
jaringan ikat fibroelastis. Pasa saat vesika urinaria dalam keadaan penuh, epitel
transisionalnya menjadi lebih gepeng sementara pada saat vesika urinaria dalam keadaan
kosong, sel-sel payung tampak terlihat jelas. Kontrakti otot polos di vesika urianria sangat
penting sekali untuk mendorong urin keluar dari vesika urinaria menuju uretra.
Gambar 11. Struktur mikroskopis vesica urinaria.6
Uretra
Uretra merupakan saluran yang membawa urine keluar dari vesica urinaria menuju
lingkungan luar. Terdapat beberapa perbedaan uretra pada pria dan wanita. Uretra pada pria
memiliki panjang sekitar 20 cm dan juga berfungsi sebagai organ seksual (berhubungan
dengan kelenjar prostat), sedangkan uretra pada wanita panjangnya sekitar 3.5 cm. Uretra
mempunyai sel epitel transisional.
Mekanisme Pembentukan Urine
1. Filtrasi Ginjal
12
Proses filtrasi dari ginjal dilakukan pada daerah korpuskel ginjal yang dimana banyak
terdapat pembuluh darah pada daerah tersebut. Kapiler darah yang berupa kapiler fenestra
yang tertutupi oleh kaki – kaki pedikel pososit ini berfungsi seperti saringan yang dapat
melewatkan benda berukuran dibawah 8 nano meter. Ukuran yang kecil ini tidak
memungkinkan bagi protein, enzim dan zat yang besar untuk melewatinya. Selain daripada
itu, sawar ini juga memiliki muatan negatif, sehingga zat-zat yang memiliki muatan negatif
akan sangat sulit untuk melewati sawar ini. Hal ini terbukti pada protein albumin yang
memiliki ukuran lebih kecil dari 8 nanometer dan bermuatan negatif. Albumin ini tidak dapat
melewati sawar ginjal dengan alasan bahwa molekul tersebut merupakan suatu molekul
negatif yang saling tolak-menolak dengan sawar dari ginjal tesebut. Oleh karena itu dapat
disimpukkan bahwa kemampuan filtrasi zat terlarut berbanding terbealik dengan ukurannya
tetapi tidak berlaku pada molekul yang bermuatan. Dengan pembahasan yang telah dilakukan
diatas dapat juga ditarik kesimpulan bahwa dalam filtrat tidak diketemukan protein dan
lemak, karena lemak biasanya berikatan dengan protein yang terdapat dalam plasma.7
GFR atau laju aliran tubulus merupakan banyaknya plasma yang melewati membran tubulus
dalam satu menit. Pada orang dewasa normal, jumlahnya sekitar 125mL/menit. Laju filtrasi
gromelurus ini ditentukan dengan kesimbangan osmotik dan onkotik antara plasma dengan di
kapsula bowman dan juga faktor filtrasi dari zat tersebut. Hal yang mempengaruhi kecepatan
berikutnya adalah tekanan hidrostatik dari kapiler dan gromelurus. Dimana peningkatan
tekanan hidrostatik dari kapiler akan meningkatkan GFR sedangkan peningkatan tekanan
hidrostatik dari glomerulus akan menurunkan GFR. Hal berikutnya yang berpengaruh adalah
konsentrasi protein plasma yang bersifat higroskopis atau menarik air yang disebut sebagai
tekanan onkotik. Karena dalam glomerulus tidak terdapat protein yang berarti maka tekanan
onkotik glomerulus pada orang normal dianggap sama dengan nol. Sedangkan tekanan
onkotik pada kapiler awal dibandingkan dengan kapiler akhir akan terus menigkat karena
banyak air yang sudah keluar dan hal inilah yang menyebabkan tidak semua plasma dapat
keluar dari kapiler ke dalam glomerulus. Hal ini dapat diartikan bahwa kontriksi dari arteriol
aferen akan menurunkan GFR, sedangkan kontriksi dari arteriol eferen memiliki 2 sifat yaitu
menurunkan dan menaikan GFR. Pada kontriksi arteriol eferen awal akan meningkatkan
GFR, sedangkan pada kontriksi arteriol akhir akan menurunkan GFR itu sendiri.
Kontrol umpan balik yang berfungsi untuk mengatur kerja dari filtrasi ginjal adalah renin dan
angiotensin. Prosesnya adalah sebagai berikut, apabila tekanan arteri menurun maka akan
13
menyebabkan tekanan hidrostatik glomerulus ikut turun dan akan serta merta menurunkan
GFR. Penurunan zat yang difiltrasi akan juga menurunkan jumlah nacl yang terdeteksi oleh
makula densa. Apabila hal ini terjadi maka akan menurunkan tahanan dari arterol aferen,
selain daripada itu, penurunan ini juga akan menyebabkan peningkatan renin yang akan
menghasilkan suatu hormon angiotensin II. Hormon ini dan penurunan tahanan dari arteriol
aferen akan menjadi suatu umpan balik yang akan menaikkan tekanan hidrostatik dari
glomerulus. Peningkatan ini juga akan meningkatkan reabsorbsi nacl dan akan kembali ke
keadaan homeostatis. 7
2. Reabsorbsi Ginjal
Pembentukan urin yang berikutnya akan melalui proses reabsorbsi dan sekresi di sepanjang
berbagai bagian dari nefron. Setiap bagian dari nefron mulai dari tubulus kontortus
proksimal, ansa henle, tubulus kontortus distal, dan tubulus koligents mempunyai sifat dan
cara kerja reabsorbsi dan sekresi urin yang berbeda. Proses transpor dari berbagai zat tersebut
dapat dilakukan dengan transpor aktif primer, transpor aktif sekunder maupun dengan
transpor pasif. Transpor aktif primer berarti transpor tersebut melalui membran tubulus ke
dalam sel dengan langsung menggunakan ATP, misalnya natrium-kalium ATPase, hidrogen
ATPase, hidogen –kalium ATPase, dan kalsium ATPase. Sedangkan pada transpor aktif
sekunder, dua atau lebih zat berinteraksi dengan suatu protein membran spesifik dan
ditranspor bersama melewati membran, contoh yang paling umum adalah transpor dari
glukosa. Untuk transpor aktif sendiri selalu memiliki batas kecepatan yang disebut sebagai
transpor maksimum. Keterbatasan ini disebabkan oleh kejenuhan dari sistem transpor spesifik
yang dilibatkan apabla jumlah zat terlarut yang dikirim ke tubulus melebihi kapasitas protein
pengangkut dan enzim-enzim spesifik yang terlibat dalam proses transport. Pada transport
pasif yang paling banyak terjadi adalah pada reabsorbsi air yang melalui osmosis terutama
menyertai reabsorpsi natrium. Selain dari pada air reabsorbsi dari klorida, ureum dan zat-zat
terlarut lainnya melalui difusi pasif.
Bagian pertama dalam proses reabsorbsi dan sekresi adalah tubulus proksimal. Secara
normal, sekitar 65 persen dari muatan natrium dan air yang difiltrasi dan nilai presenntase
yang sedikit lebih renadah dari klorida akan direabsorbsi oleh tubulus proskimal sebelum
filtrat mencapai ansa Henle peresentase ini dapat menigkat atau menurun dalam berbagai
kondisi fisiologis. Pada tubulus proskimal zat zat yang terutama direabsorbsi adalah natrium,
14
clorida, air, glukosa, asam amino dan ion bikarbonat. Dan zat yang terutama disekresi adalah
ion hidrogen, asam organik, dan beberapa jenis basa. Pada pertengahan pertama dari tubulus
proksimal transpor natrium sebagaian besar diikuti oleh transport dari glukosa ataupun asam
amino, sedangkan untuk paruh berikutnya karena konsentrasi dari clorida lebih tinggi lagi,
maka transport dari natrium akan lebih bersamaan dengan ion clorida. Transport imbangan
dari natrium adalah dengan hidrogen yang pada tubulus ginnjal berreaksi dengan ion
bikarbonat dan akan menjadi carbondioksida dan air. Dan hal yang juga penting adalah pada
tubulus prosimal terdapat proses sekresi dari asam dan basa organik yang berfungsi untuk
mengeluarkan obat-obatan atau toksin yang potensial berbahaya melalui sel-sel tubulus ke
dalam tubulus dan dapat dengan cepat dibersihkan dari darah.
Ansa henle terdiri dari tiga segmen fungsional yang berbeda yaitu segmen tipis desenden,
segmen tipis asenden dan segmen tebal asenden ansa henle. Bagian tebal dari segmen tipis
ansa henle sangat permeable terhadap air dan cukup permeabel terhadap sebgaian besar zat
terlarut tetapi hanya memiliki beberapa mitokondria dan terjadi reabsorbsi aktif yang sedikit
atau bahkan tidak terjadi reabsorbsi aktif. Segmen tebal asenden ansa henle mereabsorbsi
sekitar 25% natrium, klorida dan kalium yang terfiltrasi serta sejumlah besar kalsium,
bikarbinat dan magnesium. Segmen ini juga menyekresikan ion hidrogen ke dalam lumen
tubulus. Dan disini dapat dijelaskan bahwa pada bagian segmen tipis desendens dari ansa
henle sangat permeable terhadap air, sendangkan pada bagian acendensnya tidak lagi
permeable terhadap air tertapi banyak terdapat transport aktif keluar untuk natrium. Keadaan
ini yang menyebabkan tetap tingginya osmilaritas cairan intersitial yang terdapat pada
medula ginjal.
Bagian awal tubulus distal banyak memiliki kesamaan dengan karakteristik dengan segmen
tebal asenden ansa Henle dan mereabsorbsi natrium, klorida, dan magnesium tapi
sebnenarnya tidak permeable terhadap air dan ureum. Bagian akhir dari tubulus distal dan
tubulus kologentes kortikalis terdiri dari dua jenis sel yang berbeda yaitu sel prinsipalis dan
sel interkalatus. Sel prinsipalis mereabsorbsi natrium dari lumen dan menyekresikan ion
kalium ke dalam lumen. Sel interkalatus mereabsorbsi ion kalium dan bikarbonat dari lumen
dan menyekresikan ion hidrogen ke dalam lumen. Rabsorbsi air dari segmen tubulus ini
diatur oleh konsentrasi hormon antidiuretik.
15
Ciri khas dari duktus koligentes bagian medula dalah dalam reabsorbsi air sangat dipengaruhi
oleh hormon ADH. Peningkatan hormon ini akan menyebabkan banyak dari air yang akan
direabsorbsi ke dalam darah, begitu juga sebaliknya. Ciri berikutnya yaitu duktus koligentes
bagian medula bersifat permeabel terhadap urea.
Oleh karena itu beberapa ureum tubulus direabsorbsi ke dalam interstisium medula,
membantu meningkatkan osmolalitas daerah ginal ini dan turut berperan pada seluruh
kemampuan ginjal untuk membentuk urin yang pekant. Dan yang terakhir adalah duktus
koligentes bagian medula mampu menyekresikan ion hidrogen melawan gradien konsentrasi
yang besar, seperti yang juga terjadi dalam tubulus koligentes kortikalis. Jadi, duktus
koligentes bagian medula juga memainkan peranan kunci dalam mengatur keseimbangan
asam basa.
3. Sekresi Ginjal
Sekresi tubulus, mengacu pada perpindahan selektif zat-zat dari darah kapiler peritubulus
ke dalam lumen tubulus, merupakan rute kedua bagi zat dari darah untuk masuk kedalam
tubulus ginjal. Proses sekresi terpenting adalah sekresi H+, K+, dan ion-ion organik. Sekresi
tubulus dapat dipandang sebagai mekanisme tambahan yang meningkatkan eliminasi zat-zat
tersebut dari tubuh. Semua zat yang masuk ke cairan tubulus, baik melalui fitrasi glomerulus
maupun sekresi tubulus dan tidak direabsorpsi akan dieliminasi dalam urin.
Sekresi tubulus melibatkan transportasi transepitel seperti yang dilakukan reabsorpsi tubulus,
tetapi langkah-langkahnya berlawanan arah. Seperti reabsorpsi, sekresi tubulus dapat aktif
atau pasif. Bahan yang paling penting yang disekresikan oleh tubulus adalah ion hidrogen
(H+), ionkalium (K+), serta anion dan kation organik, yang banyak diantaranya adalah
senyawa senyawa yang asing bagi tubuh.
- Sekresi Ion Hidrogen.
Sekresi hidrogen ginjal sangatlah penting dalam pengaturan keseimbangan asam-basa
tubuh.
- Sekresi ion Kalium
Ion kalium adalah contoh zat yang secara selektif berpindah dengan arah berlawanan di
berbagai bagian tubulus; zat ini secara aktif direabsorpsi di tubulusproksimal dan secara
aktif disekresi di tubulus distal dan pengumpul.
16
- Sekresi anion dan kation Organik
Tubulus proksimal mengandung dua jenis pembawa sekretorik yang terpisah, satu
untuk sekresi anion organik dan suatu sistem terpisah untuk sekresi kation organik.4
Gambar 12. Proses filtrasi, reabsorpsi, dan sekresi pada ginjal.7
Faktor yang Mempengaruhi proses Pembentukan Urin
Proses pembentukan urin dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal yang
menyangkut hormone(antideuritik dan insulin) dan faktor eksternal yang menyangkut jumlah
air yang diminum.
Faktor Internal
1) Hormon Antideuritik (ADH)
Hormone antideuritik dikeluarkan oleh kelenjar saraf hipofifis (neuroehipofisis).
Pengeluaran hormone ini ditentukan oleh reseptor khusus di dalam otak yang secara terus
menerus mengendalikan tekananan osmotic darah (kesetimbangan konsentrasi air dalam
darah). Oleh karena itu, hormone ini akan mempengaruhi proses reabsorbsi air pada tubulus
kontortus distal, sehingga permeabilitas sel terhadap air akan meningkat. Oleh karana cara
bekerja dan pengaruhnya inilah, hormone tersebut dsiebut sebagai hormone antideuritik.8
17
Gambar 13. Mekanisme ADH.8
Jika tekanan osmotic darah naik, yaitu pada saat dalam keadaan dehidrasi atau kekurangan
cairan tubuh (saat kehausan atau banyak mengeluarkan keringat), konsentrasi air dalam darah
akan turun. Akibat dari kondisi tersebut, sekresi ADH meningkat dan dialirkan oleh darah
menuju ke ginjal. ADH selain meningkatkan permeabilitas sel terhadap air, juga mengkatkan
permeabilitas saluran pengumpul, sehingga memperbesar sel saluran pengumpul. Dengan
demikian air akan berdifusi ke luar dari pipa pengumpul, lalu masuk ke dalam darah.
Keadaan tersebut akan berusaha memulikan konsentrasi air dalam darah. Namun, berusaha
memulihkan konsentrasi air dalam darah. Namun akibatnya, urin yang dihasilkan menjadi
sedikit dan lebih pekat.
2) Hormon Insulin
Hormone insulin adalah hormone yang dikeluarkan oleh pulau langerhans dalam
pancreas. Hormone insulin berfaungsi mengatur gula dalam darah. Penderita kencing manis
(diabetes mellitus) memiliki konsentrasi hormone insulin yang rendah, sehingga kadar gula
dalam darah akan tinggi. Akibatnya terjadi gangguan reabsorbsi didalam urin masih terdapat
glukosa.
18
B. Faktor Eksternal
1) Jumlah Air yang Diminum
Jumlah air yang diminum tentu akan mempengaruhi konsentrasi air dalam darah. Jika
meminum banyak air, konsentrasi air dalam darah akan tinggi, dan kosentrasi protein dalam
darah menurun, sehingga filtrasi menjadi berkurang. Selain itu, keadaan seperti ini
menyebabkan darah lebih encer, sehingga sekresi ADH akan berkurang. Menurunnya filtrasi
dan berkurangnya ADH akan ,emyebabkan menurunnya penyerapan air, sehingga urin yang
dihasilkan akan meningkat dan encer. 8
2) Suhu Lingkungan
Ketika suhu sekitar dingin, maka tubuh akan berusaha untuk menjaga suhunya dengan
mengurangi jumlah darah yang mengalir ke kulit sehingga darah akan lebih banyak yang
menuju organ tubuh, di antaranya ginjal. Apabila darah yang menuju ginjal jumlahnya
samakin banyak, maka pengeluaran air kencing pun banyak.
3) Gejolak Emosi dan Stress
Jika seseorang mengalami stress, biasanya tekanan darahnya akan meningkat sehingga
banyak darah yang menuju ginjal. Selain itu, pada saat orang berada dalam kondisi emosi,
maka kandung kemih akan berkontraksi. Dengan demikian, maka timbullah hasrat ingin
buang air kecil.
a. Jumlah air yang diminum
Bila seseorang banyak minum maka konsentrasi protein darah akan turun. Hal
ini akan menyebabkan tekanan koloid protein menurun sehingga tekanan
filtrasi kurang efektif.
b. Saraf
Stimulus saraf renalis akan menyebabkan menyempitnya arteriole aferent.
Akibatnya aliran darah ke glomerulus berkurang, tekanan darah juga
berkurang sehingga filtrasi kurang efektif.
c. Hormon atidiuretika atau ADH
Hormon yang dihasilkan oleh hipofisis posterior ini memengaruhi penyerapan
19
air oleh dinding tubulus. BIla kadarnya lebih, penyerapan air oleh dinding
tubulus meningkat sehingga urine yang terbentuk menurun. Sebaliknya, jika
kadar air menurun sehingga dihasilkan banyak urine. Keadaan ini disebut
diabetes insipidus.8
d. Banyaknya garam yang harus dikeluarkan dari darah agar tekanan
osmotiknya tetap.
e. Pada penderita diabetes mellitus, pengeluaran glukosa juga diikuti kenaikan
volume urine.8
Kesimpulan
Dari penulisan makalah ini, dapat ditarik kesimpulan bahwa keseringan buang air
kecil (BAK) pada tuan Ali 35 tahun dapat disebabkan karena beberapa faktor yaitu
internal dan eksternal. Sehinggan faktor faktor tyersebut akan mempengaruhi proses dan
mekanisme yang terjadi dalam pembentukan urine di ginjal.
Daftra Pustaka
1. Sherwood L. Fisilogi manusia dari sel ke sistem. Edisi ke-2. Jakarta : Penerbit buku
kedokteran EGC, 2001. Hal 468-97.
2. Snell, Richard S. Anatomi klinik untuk mahasiswa kedokteran. Edisi ke-6. Jakarta:
Penerbit buku kedokteran EGC; 2006. Hal 341-52.
3. Kasim YI. Buku ajar traktus urogenitalis. Edisi 2. Jakarta: Bagian Anatomi FK
Ukrida; 2010. Hal 23-48.
4. Sloane E. Anatomi dan fisiolosi untuk pemula. Edisi ke-1. Jakarta : Penerbit buku
kedokteran EGC, 2004. Hal 563-9.
5. Moree K L, Agur A M R. Anatomi klinis dasar. Jakarta : Gramedia, 2002. Hal 357-9.
6. Hartanto H.Buku ajar histology. Jakarta: penerbit buku kedokteran EGC. 2002,hal
651-3.
7. Murray R K, Granner D, Rodwell V. Biokimia harper. Edisi ke-27 : Penerbit buku
kedokteran EGC;2009. Hal 460-72.
20
8. Cahyono S. Gaya hidup dan penyakit Modern. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. 2008.
hal 150-51.
21