Makalah Field Study

Embed Size (px)

DESCRIPTION

1

Citation preview

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Tujuan utama Pembangunan Nasional adalah peningkatan sumber daya manusia (SDM) yang dilakukan secara berkelanjutan. Upaya peningkatan SDM dimulai melalui pemenuhan kebutuhan dasar manusia. Perhatian utamanya terletak pada proses tumbuh kembang anak sejak pembuahan sampai mencapai dewasa muda (Depkes RI, 2002 dalam Handayani, Mulasari, dan Nurdianis, 2008). Unsur gizi merupakan salah satu faktor penting dalam pembentukan SDM yang berkualitas yaitu manusia yang sehat, cerdas, dan produktif. Gangguan gizi pada awal kehidupan akan mempengaruhi kualitas kehidupan berikutnya. Gizi kurang pada balita tidak hanya menimbulkan gangguan pertumbuhan fisik, tetapi juga mempengaruhi kecerdasan dan produktivitas ketika dewasa.Kesehatan adalah keadaan sejahtera dan badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Status gizi merupakan indikator kesehatan yang penting karena anak usia di bawah lima tahun merupakan kelompok yang rentan terhadap kesehatan dan gizi. Anak balita adalah masa anak dibawah lima tahun atau berumur 12- 60bulan (Dep.Kes, 2005). Balita merupakan salah satu kelompok yang rawan gizi selain ibu hamil, ibu menyusui dan lanjut usia. Pada masa ini pertumbuhan sangat cepat diantaranya pertumbuhan fisik dan perkembangan psikomotorik, mental dan sosial (Depkes,2000). Anak usia bawah 5 tahun (Balita) mempunyai risiko yang tinggi dan harus mendapatkan perhatian yang lebih. Semakin tinggi faktor risiko yang berlaku terhadap anak tersebut maka akan semakin besar kemungkinan anak menderita KEP(Kurang Energi Protein) (Moehji, 2003). Pada saat memasuki usia balita terjadi pertumbuhan cepat terutama pada pertumbuhan otak yang dapat mencapai 80% dari total pertumbuhan. Status gizi yang buruk pada balita dapat menimbulkan pengaruh yang sangat menghambat pertumbuhan fisik, mental, maupun kemampuan berfikir yang pada akhirnya akan menurunkan produktivitas kerja. Keadaan ini memberikan petunjukbahwa pada hakikatnya gizi yang buruk atau kurang akan berdampak pada menurunnya kualitas sumber daya manusia. Secara nasional prevalensi balita gizi buruk menurun sebanyak 0,5 persen yaitu dari 18,4 persen pada tahun 2007 menjadi 17,9 persen pada tahun 2010. Demikian pula halnya dengan prevalensi balita pendek yang menurun sebanyak 1,2 persen yaitu dari 36,8 persen pada tahun 2007 menjadi 35,6 persen pada tahun 2010, dan prevalensi balita kurus menurun sebanyak 0,3 persen yaitu dari 13,6 persen pada tahun 2007 menjadi 13,3 persen pada tahun 2010.

Kasus gizi buruk dapat disebabkan oleh asupan makanan anak yang kurang sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan gizi untuk melakukan aktivitas dan berkembang. Hal ini dapat terjadi karena pola asuh yang salah, seperti ibu yang sibuk bekerja di hutan/ladang sehingga anak tidak terawat (biasa terjadi di pedesaan). Keadaan ini diperberat dengan kebiasaan seperti memberikan makanan padat sebelum usia 6 bulan dan kadang tidak hygienis. Dengan diterbitkannya Peraturan pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan kewenangan Propinsi Sebagai Daerah Otonom, maka pada tahun mendatang peranan Kabupaten/Kota sangat menentukan dalam perencanaan, pelaksanaan dan pemantauan Program Kesehatan dengan didukung oleh sumber biaya yang ada di Kabupaten/Kota. Untuk membantu pengelola program perbaikan gizi di Kabupaten/Kota, diperlukan Buku Panduan Pengelolaan Program Perbaikan Gizi Kabupaten/Kota bersama buku lainnya dapat dipakai sebagai bahan rujukan.Buku ini telah mendapat masukan dari para Kepala Kantor Wilayah Depkes dan para Kepala Dinas Kesehatan Propinsi serta beberapa Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Kegiatan di PUSLITBANG kali ini meliputi : Identifikasi masalah gizi di kabupaten/kota, Analisis masalah, Menentukan kegiatan perbaikan gizi, Melaksanakan program perbaikan gizi, Pemantauan, evaluasi dan litbang. Dengan adanya penelitian ini, diharapkan pengelola program gizi di tingkat kabupaten/kota dapat membuat perencanaan strategis yang lebih mantap untuk memperoleh persetujuan para pejabat pengambil keputusan di daerah. Pemenuhan kebutuhan gizi dilakukan melalui perbaikan pola konsumsi makanan, perilaku sadar gizi, aktifitas gizi, meningkatkan akses dan mutu pelayanan gizi yang sesuai dengan kemajuan ilmu dan teknologi; serta meningkatkan sistem kewaspadaan pangan dan gizi. Dalam pemenuhannya dilakukan pada seluruh siklus kehidupan sejak dalam kandungan sampai dengan lanjut usia dengan prioritas kepada kelompok rawan antara lain bayi dan balita, remaja perempuan, ibu hamil dan menyusui. Untuk hidup dan meningkatkan kualitas hidup, setiap orang memerlukan 5 kelompok zat gizi (karbohidrat , protein, lemak, vitamin dan mineral) dalam jumlah cukup, tidak berlebihan dan tidak juga kekurangan. Di samping itu, manusia memerlukan air dan serat untuk memperlancar berbagai proses faali dalam tubuh. Apabila kelompok zat gizi tersebut diuraikan lebih rinci, maka terdapat lebih dari 45 jenis zat gizi. Secara alami, komposisi zat gizi setiap jenis makanan memiliki keunggulan dan kelemahan tertentu. Beberapa makanan mengandung tinggi karbohidrat tetapi kurang vitamin dan mineral. Sedangkan beberapa makanan lain kaya vitamin C tetapi miskin vitamin A. Apabila konsumsi makanan sehari-hari kurang beranekaragam, maka akan timbul ketidakseimbangan antara masukan dan kebutuhan zat gizi yang diperlukan untuk hidup sehat dan produktif. Dengan mengonsumsi makanan sehari-hari yang beranekaragam, kekurangan zat gizi pada jenis makanan yang satu akan dilengkapi oleh keunggulan susunan zat gizi jenis makanan lain, sehingga diperoleh masukan zat gizi yang seimbang. Jadi, untuk mencapai masukan zat gizi yang seimbang tidak mungkin dipenuhi hanya oleh satu jenis bahan makanan, melainkan harus terdiri dari aneka ragam bahan makanan.

Problem kesehatan menghantui balita di Bogor, salah satunya dalah masalah gizi buruk. Pemberian makanan tambahan adalah masa saat bayi mengalami perpindahan menu dari hanya minum susu beralih ke menu yang mengikut sertakan makanan padat. Ini adalah bagian yang menyenangkan dan sangat penting dalam perkembangan bayi. Susu akan terus menyuplai zat gizi yang dibutuhkan bayi sampai saat tertentu, namun saat bayi Ibu semakin aktif, makanan padat menjadi semakin berperan sebagai menu sehat, dan seimbang. Pemberian makanan tambahan pada bayi tidak bisa dilakukan dengan tergesa-gesa ini adalah proses yang berkembang secara perlahan dimana ibu mengalihkan menu bayi dari cairan ke makanan lumat, kemudian ke makanan yang lebih padat dan akhirnya berupa potongan. Pemenuhan gizi yang optimal bagi tubuh setiap individu untuk memelihara kesehatan sesuai dengan kebutuhannya, berdasarkan pada usia, jenis kelamin, dan status kesehatannya. Penyelenggaraan perbaikan gizi dilakukan melalui berbagai kegiatan untuk memenuhi kebutuhan gizi perorangan, kelompok atau masyarakat. Peran serta pemerintah di dalam pemenuhan kebutuhan gizi dilakukan dengan cara meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan pentingnya gizi dan pengaruhnya terhadap peningkatan status gizi di masyarakat, sehingga masyarakat dapat memahami yang dimaksud dengan gizi seimbang seperti yang tercantum pada Undang-Undang No. 36 tahun 2009 Tentang Kesehatan.I.2 Rumusan Masalah :

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah disebutkan diatas, maka peneliti merumuskan pertanyaan sebagai berikut :

1.2.1 Berapa proporsi anak dengan gizi buruk yang ditemukan di PUSLITBANG GIZI Kota Bogor pada tanggal 22 dan 29 Mei 2012

1.2.2 Bagaimana gambaran status gizi pada pasien yang datang berobat ke PUSLITBANG GIZI Kota Bogor pada tanggal 22 dan 29 Mei 2012.

I.3 Tujuan Penelitian :a. Tujuan Umum :Memperoleh gambaran tetntang status gizi dan pola pemberian makanan dan perilaku yang dapat terjadi pada anak dengan gizi buruk di PUSLITBANG GIZI Kota Bogor pada tanggal 22 dan 29 Mei 2012.b. Tujan Khusus :Memperoleh proporsi masing-masing status gizi menurut kelompok umur, jenis kelamin, urutan anak, dan status ekonomi.

I.4 Manfaat Penelitian :a. Bagi PUSLITBANG GIZI :

Dapat dijadikan bahan acuan untuk melengkapi data inventaris mereka, dan juga dapat menjadi sarana untuk melakukan penelitian bagi fakultas-fakultas kedokteran yang lain, terutama bagi yang memiliki minat dalam bidang gizib. Bagi FK UPN Veteran Jakarta :

Dapat meningkatakan kerja sama antara mahasiswa dan pihak kampus untuk melakukan penelitian selanjutnya, sekaligus dapat melengkapi data inventaris serta dapat menjadi referensi bagi mahasiswa lain.c. Bagi Peneliti :

Menjadi salah satu persyaratan untuk melengkapi nilai program baik CRP,CHOP,BHP, dan CSP untuk kegiatan field study.

BAB IILANDASAN TEORIII.1.TINJAUAN PUSTAKA

Ilmu Gizi adalah ilmu yang mempelajari segala sesuatu tentang makanan dalam hubungannya dengan kesehatan optimal. Di satu sisi, ilmu gizi berkaitan dengan makanan dan di sisi lain dengan tubuh manusia.

Tubuh membutuhkan zat gizi essensial tetentu. Zat gizi essensial adalah zat gizi yang harus didatangkan dari makanan.

Zat gizi essensial :1. Karbohidrat

2. Lemak/Lipid3. Protein

4. Mineral

5. Vitamin

6. Air

Tiga fungsi zat gizi dalam tubuh. Yaitu :

1. Memberi energi :

Zat gizi yang dapat memberikan energi adalah karbohidrat, lemak, dan protein. Oksidasi zat-zat ini diperlukan tubuh untuk melakukan kegiatan atau aktivitas. Dalam fungsinya sebagai zat pemberi energy, ketiga zat ini dinamakan zat pembangun.

2. Pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan tubuh :

Protein, mineral dan air adalah bagian dari jaringan tubuh. Zat ini diperlukan untuk membentuk sel-sel baru, memelihara dan mengganti sel-sel yang rusak. Karena itu, zat ini dinamakan zat pembangun.

3. Mengatur proses tubuh :

Protein, mineral, air, dan vitamin diperlukan untuk mengatur proses dalam tubuh. Masing-masing zat ini memiliki fungsi untuk mengatur proses dalam tubuh. Sehingga dinamakan zat pengatur.Gizi Seimbang

Gizi Seimbang adalah makanan yang dikonsumsi oleh individu sehari-hari yang beraneka ragam dan memenuhi 5 kelompok zat gizi dalam jumlah yang cukup, tidak berlebihan dan tidak kekurangan (Dirjen BKM, 2002).

Menu seimbang : menu yang terdiri dari beranekaragam makanan dengan jumlah dan proporsi yang sesuai, sehingga memenuhi kebutuhan gizi seseorang guna pemeliharaan dan perbaikan sel-sel tubuh dan proses kehidupan serta pertumbuhan dan perkembangan (Almatsier, 2001)

Peranan berbagai kelompok bahan makanan tergambar dalam piramida gizi seimbang yang berbentuk kerucut. Populer dengan istilah TRI GUNA MAKANAN :

Pertama, sumber zat tenaga yaitu padi-padian dan umbi-umbian serta tepung-tepungan yang digambarkan di dasar kerucut.

Kedua, sumber zat pengatur yaitu sayuran dan buah-buah digambarkan bagian tengah kerucut.

Ketiga, sumber zat pembangun, yaitu kacang-kacangan, makanan hewani dan hasil olahan, digambarkan bagian atas kerucut.

Dalam menyusun gizi seimbang, ada faktor-faktor yang menentukan dapat atau tidaknya terjadi penyusunan gizi seimbang dalam suatu daerah atau rumah tangga.

Faktor yang memengaruhi penyusunan Gizi Seimbang :1. Ekonomi (terjangkau dengan keuangan keluarga)

2. Sosial budaya (tidak bertentangan)

3. Kondisi kesehatan

4. Umur

5. Berat badan

6. Aktivitas

7. Kebiasaan makan (like or dislike)

8. Ketersediaan pangan setempat.

Pola menu seimbang memiliki pedoman yang dikembangkan sejak tahun 1950 dan yang telah mengakar di masyarakat luas adalah Pedoman Menu 4 Sehat 5 Sempurna. Namun, pada tahun 1995, pedoman ini telah dikembangkan menjadi Pedoman Umum Gizi SeimbangPeranan berbagai kelompok bahan makanan tergambar dalam piramida gizi seimbang yang berbentuk kerucut. Populer dengan istilah TRI GUNA MAKANAN :

1. Sumber zat tenaga yaitu padi-padian dan umbi-umbian serta tepung-tepungan yang digambarkan di dasar kerucut.

2. Sumber zat pengatur yaitu sayuran dan buah-buah digambarkan bagian tengah kerucut.

3. Sumber zat pembangun, yaitu kacang-kacangan, makanan hewani dan hasil olahan, digambarkan bagian atas kerucut

Dan yang jumlahnya harus dibatasi yaitu gula dan garam.

13 Pesan Umum Gizi Seimbang :1. Makanlah aneka ragam makanan.

2. Makanlah makanan untuk memenuhi kecukupan energi.

3. Makanlah makanan sumber karbohidrat, setengah dari kebutuhan energi.

4. Batasi konsumsi lemak dan minyak sampai seperempat dari kecukupan energi.

5. Gunakan garam beryodium.

6. Makanlah makanan sumber zat besi.

7. Berikan ASI saja pada bayi sampai umur 6 bulan dan tambahkan MP-ASI sesudahnya.

8. Biasakan makan pagi.

9. Minumlah air bersih, aman yang cukup jumlahnya.

10. Lakukan aktivitas fisik secara teratur.

11. Hindari minuman yang beralkohol.

12. Makanlah makanan yang aman bagi kesehatan.

13. Bacalah label pada makanan yang dikemas.

Gizi di Indonesia :

Masalah gizi adalah gangguan kesehatan seseorang atau masyarakat yang disebabkan oleh tidak seimbangnya pemenuhan kebutuhannya akan zat gizi yang diperoleh dari makanan. Masalah gizi yang dalam bahasa Inggris disebut malnutrition, dibagi dalam dua kelompok yaitu masalah gizi-kurang (under nutrition) dan masalah gizi-lebih (over nutrition), baik berupa masalah gizi-makro ataupun gizi-mikro.

Masalah gizi makro, terutama masalah kurang energi dan protein (KEP), telah mendominasi perhatian para pakar gizi selama puluhan tahun. Pada tahun 1980-an data dari lapangan di banyak negara menunjukkan bahwa masalah gizi utama bukan kurang protein, tetapi lebih banyak karena kurang energi atau kombinasi kurang energi dan protein. Bayi sampai anak berusia lima tahun, yang lazim disebut balita, dalam ilmu gizi dikelompokkan sebagai golongan penduduk yang rawan terhadap kekurangan gizi termasuk KEP.

Masalah gizi lainnya yang cukup penting adalah masalah gizi mikro, terutama untuk kurang vitamin A, kurang yodium, dan kurang zat besi. Meskipun berdasarkan hasil survei nasional tahun 1992 Indonesia dinyatakan telah bebas dari xerophthalmia, masih 50 persen dari balita mempunyai serum retinol +2 (misalnya 2SD diatas median) dipakai sebagai indikator obesitas.

2. Lingkar kepala, lingkar lengan, lingkaran dada diukur dengan pita pengukur yang tidak molor. Baku Nellhaus dipakai dalam menentukan lingkaran kepala (dikutip oleh Behrman, 1968). Sedangkan lingkaran lengan menggunakan baku dari Wolanski, 1961 yang berturut-turut diperbaiki pada tahun 1969.7 3. Tebal kulit di ukur dengan alat Skinfold caliper pada kulit lengan, subskapula dan daerah pinggul., penting untuk menilai kegemukan. Memerlukan latihan karena sukar melakukannya dan alatnyapun mahal (Harpenden Caliper).

Penggunaan dan interpretasinya yang terlebih penting.

4. Body Mass Index (BMI) adalah Quetelets index, yang telah dipakai secara luas,

yaitu berat badan(kg) dibagi kuadrat tinggi badan (m2). BMI mulai disosialisasikan untuk penilaian obesitas pada anak dalam kurva persentil juga (lihat pada lampiran,CDC tahun 2004).8-10 Tingkat kelebihan berat badan harus dinyatakan dengan SD dari mean (rerata) BMI untuk populasi umur tertentu. Mean BMI juga bervariasi seperti pada berat badan normal pada status gizi dan frekuensi kelebihan berat pada rerata BMI dan standard deviasi yang dihitung. Misalnya anak dengan rerata BMI +1 SD di suatu negara tidak harus sama dengan rerata BMI +1 dinegara lain

II.2. Pengetahuan, Sikap, dan perilaku 1. Pengetahuan

a.Pengertian PengetahuanPengetahuan adalah merupakan hasil Tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu yang mana penginderaan ini terjadi melalui panca indera manusia yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba yang sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. (Notoatmodjo, 2003)b. Tingkat PengetahuanMenurut Notoatmodjo (2003) membagi 6 tingkat pengetahuan. Ada 6 tingkat pengetahuan yang dicapai dalam domain kognitif yaitu :

1. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Untuk mengukur bahwa seseorang, tabu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan. menyatakan dan sebagainya.

2.Memahami (Comprehention) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar, orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

3.Aplikasi (Application)Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenamya, aplikasi ini diartikan dapat sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

4. Analisis (Analysys) Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatuobjek kedalam komponen-komponen tetapi masih dalam suatustruktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisa ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja dapat menggambarkan, membedakan, mengelompokkan dan seperti sebagainya. Analisis merupakan kemampuan untuk mengidentifikasi, memisahkan dan sebagainya.5.Sintesa (Syntesis)

Adalah suatu kemampuan untuk meletakkan atau menggabungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang, baru dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formasi baru dari informasi-informasi yang ada misalnya dapat menyusun, dapat menggunakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan terhadap suatu teori atau rumusan yang telah ada.

6. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang telah ada. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responder kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui dapat kita lithat sesuai dengan tingkatan-tingkatan diatas.1. Sikap

a. Pengertian

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Dapat disimpulkan bahwa sikap dapat dilihat secara langsung, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang ditutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat reaksi emosional terhadap stimulus sosial.Newcomb, salah seorang psikologis sosial, menyatakan bahwa sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap merupakan suatu rekasi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku yang terbuka. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek dilingkungan tertentu terhadap suatu penghayatan terhadap objek. b. Komponen Sikap

Allport (1954) menjelaskan bahwa sikap mempunyai tiga komponen pokok, yaitu :

1. Kepercayaan (keyakinan), ide, dan konsep terhadap suatu objek.

2. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek.

3. Kecenderungan untuk bertindak (tend to be have)

Ketiga komponen tersebut membentuk sikap yang utuh (total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh, pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting.

c. Pengukuran Sikap

Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau pernyataan responden terhadap suatu objek. (Soekidjo Notoatmodjo, 2007)

3.Pengertian PerilakuDalam sebuah buku yang berjudul Perilaku Manusia Drs. Leonard F. Polhaupessy, Psi. menguraikan perilaku adalah sebuah gerakan yang dapat diamati dari luar, seperti orang berjalan, naik sepeda, dan mengendarai motor atau mobil. Untuk aktifitas ini mereka harus berbuat sesuatu, misalnya kaki yang satu harus diletakkan pada kaki yang lain. Jelas, ini sebuah bentuk perilaku. Cerita ini dari satu segi. Jika seseorang duduk diam dengan sebuah buku ditangannya, ia dikatakan sedang berperilaku. Ia sedang membaca. Sekalipun pengamatan dari luar sangat minimal, sebenarnya perilaku ada dibalik tirai tubuh, di dalam tubuh manusia.Dalam buku lain diuraikan bahwa perilaku adalah suatu kegiatan atau aktifitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis semua makhluk hidup mulai dari tumbuh tumbuhan, binatang sampai dengan manusia itu berperilaku, karena mereka mempunyai aktifitas masing masing. Sehingga yang dimaksud perilaku manusia, pada hakikatnya adalah tindakan atau aktifitas manusia darimanusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain: berjalan, berbicara, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca dan sebagainya. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku (manusia) adalah semua kegiatan atau aktifitas manusia, baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati pihak luar.Skiner (1938) seorang ahli psikologi, merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespon, maka teori skiner disebut teori S - O - R atau Stimulus Organisme Respon. Skiner membedakan adanya dua proses.

1. Respondent respon atau reflexsive, yakni respon yang ditimbulkan oleh rangsangan rangsangan (stimulus) tertentu. Stimulus semacam ini disebut electing stimulation karena menimbulkan respon respon yang relative tetap. Misalnya : makanan yang lezat menimbulkan keinginan untuk makan, cahaya terang menyebabkan mata tertutup, dan sebagainya. Respondent respon ini juga mencakup perilaku emosional misalnya mendengar berita musibah menjadi sedih atau menangis, lulus ujian meluapkan kegembiraannya dengan mengadakan pesta, dan sebagainya.

2. Operant respon atau instrumental respon, yakni respon yang timbul dan berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau perangsang tertentu. Perangsang ini disebut reinforcing stimulation atau reinforce, karena memperkuat respon. Misalnya apabila seorang petugas kesehatan melaksanakan tugasnya dengan baik (respon terhadap uraian tugasnya atau job skripsi) kemudian memperoleh penghargaan dari atsannya (stimulus baru), maka petugas kesehatan tersebut akan lebih baik lagi dalam melaksanakan tugasnya. (Notoatmodjo 2003)4. Bentuk Perilaku

Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua yaitu:1. Perilaku tertutup adalah respon seseorang terhadap stimulus dakam bentuk terselubung atau tertutup (covert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan / kesadaran, dan sikap yang terjadi belumbisa diamati secara jelas oleh orang lain.

2. Perilaku terbuka adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek (practice). (Notoatmodjo, 2007)Diatas telah dituliskan bahwa perilaku merupakan bentuk respon dari stimulus (rangsangan dari luar). Hal ini berarti meskipun bentuk stimulusnya sama namun bentuk respon akan berbeda dari setiap orang. Faktor factor yang membedakan respon terhadap stimulus disebut determinan perilaku. Determinan perilaku dapat dibedakan menjadi dua yaitu :

1. Faktor internal yaitu karakteristik orang yang bersangkutan yang bersifat given atau bawaan misalnya : tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin, dan sebagainya.

2. Faktor eksternal yaitu lingkungan, baik lingkungan fisik, fisik, ekonomi, politik, dan sebagainya. Faktor lingkungan ini sering menjadi factor yang dominanyang mewarnai perilaku seseorang. (Notoatmodjo, 2007)

Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni :1)Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui setimulus (objek) terlebih dahulu.

2) Interest, yakni orang mulai tertarik kepada stimulus

3)Evaluation (menimbang nimbang baik dan tidaknya stimulus bagi dirinya).Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.

4)Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru.

5)Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.

Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti ini didasari oleh pengetanhuan, kesadaran, dan sikap yang positif maka perilaku tersebut akan menjadi kebiasaan atau bersifat langgeng (long lasting). (Notoatmodjo, 2003)II.3. Hubungan Sikap dengan Perilaku.

Pada mulanya secara sederhana diasumsikan bahwa sikap seseorang menentukan perilakunya (Sears, dkk, 1999). Sikap juga selalu dikaitkan dengan perilaku yang berada dalam batas kejiwaan dan kenormalan yang merupakan respon atau reaksi terhadap stimulus dari lingkungan. Dalam hal ini sikap tidak dapat terlepas dari perilaku, artinya dimana seseorang bersikap menolak suatu objek ia akan cenderung untuk menghindari objek tersebut atau bahkan sebaliknya jika seseorang menerima objek tersebut cenderung individu tersebut untuk melakukannya atau mendekati objek tersebut.Semakin komplek situasinya dan semakin banyak faktor yang akan ikut menjadi pertimbangan dalam bertindak maka semakin sulitlah memprediksikan perilaku dan semakin sulit pula menafsirkannya sebagai indikator sikap seseorang. Respon perilaku tidak saja ditentukan oleh sikap individu, tetapi oleh norma subjektif yang berada dalam inidivu tersebut. (Saifuddin, 2003)\II.4 Kerangka Teori

STIMULUS

INDIVIDU (IBU)

PENGETAHUAN ( Kesadaran Terhadap ( SIKAP (AFEKTIF) PERILAKU(KOGNITIF) pemberian nutrisi pada anak

(PSIKOMOTOR)

Sikap terhadap pemberian nutrisi pada anak

Sikap Terhadap Sikap terhadap

Nutrisi pada anak (-) nutrisi pada anak (+)

Trial

Adopsi

Tidak memberikan

Nurtisi yang mencukupi

II.5 Kerangka Konsep

Variabel bebas / Independen

Variabel terikat / dependent

Bagan 2. Kerangka Konsep

II.6 HipotesisHipotesis penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

1. H0 : Tidak ada hubungan terhadap pemberian nutrisi yang cukup pada anak di puslitbang gizi, Bogor2. H1 : Ada hubungan antara pengetahuan ibu perilaku ibu terhadap pemberian nutrisi yang cukup pada anak di puslitbang gizi, Bogor3. H2 : Ada hubungan antara sikap ibu terhadap perilaku ibu terhadap pemberian nutrisi yang cukup pada anak di puslitbang gizi, Bogor4. H3: Ada hubungan antara perilaku ibu terhadap perilaku ibu terhadap pemberian nutrisi yang cukup pada anak di puslitbang gizi, BogorBAB III

METODOLOGI PENELITIANIII.1 Jenis Penelitian :

Jenis penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan cross sectional dengan cara melihat dan mencatat kembali data dari rekam medis pasien anak yang pernah mendapatkan pengobatan gizi kurang di Puslitbang Gizi Kota Bogor periode Januari 2010-Desember 2011.

III.2 Lokasi Penelitian :

Penelitian ini dilakukan di Puslitbang Gizi Kota Bogor. Waktu penelitian dilaksanakan 2 kali pada tanggal 22 dan 29 Mei 2012. Dipilihnya Puslitbang Gizi sebagai tempt penelitian adalah :

1. Puslitbang Gizi Kota Bogor memiliki fasilitas yang cukup baik dalam menangani masalah gizi buruk.

2. Pasiennya sebagian besar merupakan penduduk sekitar Puslitbang Gizi Kota Bogor

3. Merupakan tempat rujukan dari Puskesmas setempat untuk pasien-pasien gizi buruk yang sulit tertangani di Puskesmas bersangkutan.

III.3 Subjek Penelitian :

1. Populasi Penelitian :

Populasi pada penelitian adalah seluruh anak dengan gizi buruk yang berusia 6 tahun dan ibu penderita yang datang ke Puslitbang Gizi Kota Bogor pada tanggal 22 dan 29 Mei 2012.2. Sampel Penelitian :Sampel pada penelitian ini adalah anak penderita gizi buruk yang berusia 6 tahun dan ibu penderita yang datang ke Puslitbang Gizi Kota Bogor pada tanggal 22 dan 29 Mei 2012.

III.4 Teknik Sampling :

Untuk sampel penelitian dilakukan teknik sampel jenuh yang teknik penentuan sampel dimana semua populasi (populasi sebenarnya) digunakan sebagai sampel.

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1. Aspek Community of Research Program (CRP)4.1.1. Profil Lokasi Penelitian

Puslitbang Gizi dan Makanan Bogor merupakan pusat penelitian dan pengembangan gizi yang dimiliki oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Puslitbang Gizi dan Makanan mempunyai tugas melaksanakan penelitian dan pengembangan di bidang gizi dan makanan. Didirikan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No.114/Men.Kes.RI/75 dengan nama awal Lembaga Makanan Rakyat dan berubah menjadi Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi Departemen Kesehatan R.I. Kemudian berubah lagi menjadi Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi dan Makanan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan No. 1277/Menkes/SK/XI/2001. Selanjutnya nama Puslitbang Gizi dan Makanan dikukuhkan kembali sesuai Surat Keputusan Menteri Kesehatan No. 1575/ Menkes/ PER/XI/2005. Adapun visi dan misi Pulitbang Gizi dan Makanan diantaranya :Visi : Menjadi Pusat Unggulan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Gizi dan Makanan.Misi :

1. Meningkatkan mutu penelitian dan pengembangan Gizi dan Makanan untuk kebijakan dan program perbaikan gizi masyarakat.2. Meningkatkan kapasitas dan kapabilitas kelembagaan dengan memperkuat sumber daya manusia, sarana dan prasarana.3. Meningkatkan diseminasi dan mendorong pemanfaatan hasil litbang melalui publikasi, advokasi dan asistensi.4. Memperkuat jejaring kerjasama kelembagaan litbang gizi dan makanan.Puslitbang Gizi dan Makanan mempunyai tugas melaksanakan penelitian dan pengembangan di bidang gizi dan makanan. Untuk melaksanakan tugas sebagaimana tersebut, Puslitbang Gizi dan Makanan mempunyai fungsi :

1. Penyiapan bahan perumusan kebijakan pelaksanaan dan teknis penelitian dan pengembangan di bidang gizi dan makanan.2. Perencanaan program penelitian dan pengembangan serta evaluasi di bidang gizi dan makanan.

3. Pelaksanaan penelitian dan pengembangan di bidang gizi dan makanan.4. Pelaksanaan koordinasi, pembinaan dan fasilitas teknis penelitian dan pengembangan di bidang gizi dan makanan.5. Pelaksanaan pengkajian dan penapisan teknologi di bidang gizi dan makanan.6. Penyebarluasan hasil penelitian dan pengembangan di bidang gizi dan makanan.7. Evaluasi pelaksanaan penelitian dan pengembangan.

8. Pelaksanaan tata usaha dan rumah tangga pusat.

Salah satu unit kegiatan yang ada di Puslitbang Gizi dan Makanan Bogor ialah klinik gizi. Klinik gizi merupakan layanan penelitian yang ditujukan kepada balita gizi buruk, terutama dari golongan keluarga tidak mampu. Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mencari model dalam penanganan balita gizi buruk di Indonesia. Klinik gizi dibuka setiap hari selasa dan sering menerima kunjungan rombongan mahasiswa Fakultas Kedokteran, Poltekes Gizi dan Lembaga Swadaya masyarakat yang ingin melakukan studi banding dalam penanganan masalah gizi buruk.

4.1.2. Hasil dan Analisis Penelitian

a. Analisis Univariat Data Primer

(1) Distribusi Frekuensi Usia Anak

Berdasarkan hasil survei diperoleh data bahwa pasien yang datang ke Puslitbang Gizi Bogor, sebanyak 6 responden (28.6%) berumur kurang dari 15 bulan, 4 responden (19.0%) berumur 15-20 bulan dan 10 responden (47.6%) berumur lebih dari 21 bulan.

Distribusi Responden Menurut Kategori Usia Anak

N%

21 bulan1047.6

Total2095.2

(2) Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Anak

Berdasarkan hasil survei diperoleh data bahwa pasien yang datang ke Puslitbang Gizi Bogor, sebanyak 8 responden (38.1%) laki-laki dan 13 responden (61.9%) perempuan.

Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin

N%

Laki-laki838.1

Perempuan1361.9

Total21100.0

(3) Distribusi Frekuensi Status Gizi Balita

Berdasarkan hasil survei diperoleh data bahwa pasien yang datang ke Puslitbang Gizi Bogor, sebanyak 12 responden (57.1%) tergolong gizi buruk, 7 responden (33.3%) tergolong gizi kurang dan 2 responden (9.5%) tergolong gizi baik.Distribusi Responden Menurut Gizi Balita

N%

Gizi Buruk1257.1

Gizi Kurang733.3

Gizi Baik29.5

Total21100.0

(4) Distribusi Frekuensi Usia Ibu

Berdasarkan hasil survei diperoleh data bahwa ibu pasien yang datang ke Puslitbang Gizi Bogor, sebanyak 18 responden (85.7%) berumur 20-35 tahun dan 3 responden (14.3%) berumur lebih dari 35 tahun.

Distribusi Responden Menurut Usia Ibu

N%

20-351885.7

>=35314.3

Total21100.0

(5) Distribusi Frekuensi Usia Ayah

Berdasarkan hasil survei diperoleh data bahwa ayah pasien yang datang ke Puslitbang Gizi Bogor, sebanyak 16 responden (76.2%) berumur 20-35 tahun dan 5 responden (23.8%) berumur lebih dari 35 tahun.

Distribusi Responden Menurut Usia Ayah

N%

20-351676.2

>=35523.8

Total21100.0

(6) Distribusi Frekuensi Jumlah Anak

Berdasarkan hasil survei diperoleh data bahwa orang tua pasien yang datang ke Puslitbang Gizi Bogor, sebanyak 8 responden (38.1%) memiliki 1 orang anak dan 13 responden (61.9%) memiliki lebih dari 1 orang anak.

Distribusi Responden Menurut Jumlah Anak

N%

1838.1

>11361.9

Total21100.0

(7) Distribusi Frekuensi Urutan Anak

Berdasarkan hasil survei diperoleh data bahwa pasien yang datang ke Puslitbang Gizi Bogor, sebanyak 7 responden (33.3%) adalah anak pertama dan 13 responden (61.9%) bukan anak pertama.

Distribusi Responden Menurut Urutan Anak

N%

Anak Pertama733.3

Bukan Anak Pertama1361.9

Total2095.2

(8) Distribusi Frekuensi Pendidikan Ibu

Berdasarkan hasil survei diperoleh data bahwa ibu pasien yang datang ke Puslitbang Gizi Bogor, sebanyak 9 responden (42.9%) lulus SD, sebanyak 6 responden (28.6%) lulus SMP dan 6 responden (28.6%) lulus SMA.Distribusi Responden Menurut Pendidikan Ibu

N%

SD942.9

SMP628.6

SMA628.6

Total21100.0

(9) Distribusi Frekuensi Pendidikan Ayah

Berdasarkan hasil survei diperoleh data bahwa ayah pasien yang datang ke Puslitbang Gizi Bogor, sebanyak 9 responden (42.9%) lulus SD, sebanyak 4 responden (14.0%) lulus SMP dan 8 responden (38.1%) lulus SMA.Distribusi Responden Menurut Pendidikan Ayah

N%

SD942.9

SMP419.0

SMA838.1

Total21100.0

(10) Distribusi Frekuensi Pekerjaan Ibu

Berdasarkan hasil survei diperoleh data bahwa ibu pasien yang datang ke Puslitbang Gizi Bogor, sebanyak 1 responden (4.8%) seorang wiraswasta, sebanyak 1 responden (4.8%) seorang pegawai swasta dan 19 responden (90.5%) ibu rumah tangga.Distribusi Responden Menurut Pekerjaan Ibu

N%

Wiraswasta14.8

Pegawai Swasta14.8

Tidak Bekerja/Ibu rumah tangga1990.5

Total21100.0

(11) Distribusi Frekuensi Pekerjaan Ayah

Berdasarkan hasil survei diperoleh data bahwa ibu pasien yang datang ke Puslitbang Gizi Bogor, sebanyak 12 responden (57.1%) seorang wiraswasta, sebanyak 6 responden (28.6%) seorang pegawai swasta dan 2 responden (9.5%) tidak bekerja.Distribusi Responden Menurut Pekerjaan Ayah

N%

Wiraswasta1257.1

Pegawai Swasta628.6

Tidak Bekerja/Ibu rumah tangga29.5

Total2095.2

(12) Distribusi Frekuensi Penghasilan Total

Berdasarkan hasil survei diperoleh data bahwa keluarga pasien yang datang ke Puslitbang Gizi Bogor, sebanyak 11 responden (52.4%) berpenghasilan kurang dari Rp. 1.118.009,00, sebanyak 1 responden (4.8%) berpenghasilan sama dengan dari Rp. 1.118.009,00 dan 8 responden (38.1%) berpenghasilan lebih dari Rp. 1.118.009,00.Distribusi Responden Menurut Penghasilan Total Keluarga

N%

Kurang dari Rp. 1.118.0091152.4

Sama dengan Rp. 1.118.00914.8

Lebih dari Rp. 1.118.009838.1

Total2095.2

(13) Distribusi Frekuensi Info Gizi Seimbang

Berdasarkan hasil survei diperoleh data bahwa keluarga pasien yang datang ke Puslitbang Gizi Bogor, sebanyak 14 responden (66.7%) pernah mendengar tentang gizi seimbang dan 7 responden (33.3%) tidak pernah mendengar tentang gizi seimbang.Distribusi Responden Menurut Pernah Mendengar Gizi Seimbang

N%

Ya1466.7

Tidak733.3

Total21100.0

(14) Distribusi Frekuensi Sumber Info Gizi Seimbang

Berdasarkan hasil survei diperoleh data bahwa keluarga pasien yang datang ke Puslitbang Gizi Bogor, sebanyak 5 responden (23.8%) tidak pernah mendengar tentang gizi seimbang, 13 responden (61.9%) mendapat informasi melalui Petugas kesehatan (Puskesmas dan Posyandu), 1 responden (4.8%) mendapat informasi melalui Media cetak (Majalah, Brosur, Spanduk) dan 2 responden (9.5%) mendapat informasi melalui Media elektronik (TV, Radio).Distribusi Responden Menurut Sumber Informasi Gizi Seimbang

N%

Tidak pernah mendengar523.8

Petugas kesehatan (Puskesmas dan Posyandu)1361.9

Media cetak (Majalah, Brosur, Spanduk)14.8

Media elektronik (TV, Radio)29.5

Total21100.0

(15) Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu terhadap Status Gizi Balita

Berdasarkan hasil survei diperoleh data bahwa pengetahuan ibu pasien yang datang ke Puslitbang Gizi Bogor terhadap status gizi, sebanyak 1 responden (4.8%) berpengetahuan buruk, sebanyak 13 responden (61.9%) berpengetahuan sedang dan 7 responden (33.3%) berpengetahuan baik.Distribusi Responden Menurut Pengetahuan terhadap Status Gizi

N%

Buruk14.8

Sedang1361.9

Baik733.3

Total21100.0

(16) Distribusi Frekuensi Sikap Ibu terhadap Status Gizi Balita

Berdasarkan hasil survei diperoleh data bahwa sikap ibu pasien yang datang ke Puslitbang Gizi Bogor terhadap status gizi, sebanyak 6 responden (28.6%) termasuk kategori sedang dan sebanyak 15 responden (71.4%) termasuk kategori baik.Distribusi Responden Menurut Sikap terhadap Status Gizi

N%

Sedang628.6

Baik1571.4

Total21100.0

(17) Distribusi Frekuensi Perilaku Ibu terhadap Status Gizi Balita

Berdasarkan hasil survei diperoleh data bahwa perilaku ibu pasien yang datang ke Puslitbang Gizi Bogor terhadap status gizi, sebanyak 4 responden (19.0%) termasuk kategori sedang dan sebanyak 17 responden (81.0%) termasuk kategori baik.Distribusi Responden Menurut Perilaku terhadap Status Gizi

FrequencyPercent

Sedang419.0

Baik1781.0

Total21100.0

b. Analisis Bivariat Data Primer

Analisis bivariate yang dilakukan tidak dapat memenuhi syarat uji dikarenakan jumlah sampel yang terlalu sedikit.1) Hubungan Status Gizi Pengetauan Ibu terhadap Status Gizi

Uji chi-square tidak memenuhi syarat, maka dilanjutkan dengan uji fisher.Chi-Square Tests

ValuedfAsymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square1.137a4.888

Likelihood Ratio1.4854.829

Linear-by-Linear Association.2531.615

N of Valid Cases21

a. 8 cells (88.9%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .10.

Hasil P > 0.05 tidak dapat menolak H0.

Chi-Square Tests

ValuedfAsymp. Sig. (2-sided)Exact Sig. (2-sided)Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square.000a11.000

Continuity Correctionb.00011.000

Likelihood Ratio.00011.000

Fisher's Exact Test1.000.681

Linear-by-Linear Association.00011.000

N of Valid Cases21

a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3.00.

b. Computed only for a 2x2 table

2) Hubungan Status Gizi Sikap Ibu terhadap Status Gizi

Uji chi-square tidak memenuhi syarat, maka dilanjutkan dengan uji fisher.

Chi-Square Tests

ValuedfAsymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square1.283a2.526

Likelihood Ratio1.3372.513

Linear-by-Linear Association.0101.919

N of Valid Cases21

a. 4 cells (66.7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .57.

Hasil P > 0.05 tidak dapat menolak H0.Chi-Square Tests

ValuedfAsymp. Sig. (2-sided)Exact Sig. (2-sided)Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square.311a1.577

Continuity Correctionb.0051.944

Likelihood Ratio.3161.574

Fisher's Exact Test.659.477

Linear-by-Linear Association.2961.586

N of Valid Cases21

a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.57.

b. Computed only for a 2x2 table

3) Hubungan Status Gizi Perilaku Ibu terhadap Status Gizi

Uji chi-square tidak memenuhi syarat, maka dilanjutkan dengan uji fisher.Chi-Square Tests

ValuedfAsymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square.926a2.629

Likelihood Ratio1.2612.532

Linear-by-Linear Association.0061.938

N of Valid Cases21

a. 4 cells (66.7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .38.

Hasil P > 0.05 tidak dapat menolak H0.Chi-Square Tests

ValuedfAsymp. Sig. (2-sided)Exact Sig. (2-sided)Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square.103a1.748

Continuity Correctionb.00011.000

Likelihood Ratio.1021.749

Fisher's Exact Test1.000.586

Linear-by-Linear Association.0981.754

N of Valid Cases21

a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.71.

b. Computed only for a 2x2 table

c. Analisis Univariat Data Sekunder

Berikut merupakan distribusi data tentang status gizi pasien yang datang ke Puslitbang Gizi Bogor berdasar minggu kunjungan. Data sekunder didapatkan dari buku daftar kunjungan Puslitbang Gizi Bogor.

Kategori (3 April 2012)

N%

Gizi Buruk1071.4

Gizi Kurang321.4

Gizi Baik17.1

Total14100.0

Kategori (10 Apr 12)

N%

Gizi Buruk763.6

Gizi Kurang19.1

Gizi Baik327.3

Total11100.0

Kategori (17 April 2012)

N%

Gizi Buruk1076.9

Gizi Kurang215.4

Gizi Baik17.7

Total13100.0

Kategori (24 April 2012)

N%

Gizi Buruk872.7

Gizi Kurang327.3

Total11100.0

Kategori (1 Mei 2012)

N%

Gizi Buruk763.6

Gizi Kurang327.3

Gizi Baik19.1

Total11100.0

Kategori (8 Mei 2012)

N%

Gizi Buruk660.0

Gizi Kurang220.0

Gizi Baik220.0

Total10100.0

4.2. Aspek Community Health Oriented Program (CHOP)Masalah Gizi

Tiga faktor yang berkaitan dengan masalah gizi:1. Host

Semuafaktor yang ada pada manusia yang dapat mempengaruhi timbulnya perjalanan penyakit.Contoh :

a. Tubuh :

Fisik (TB/BB)

Psikis

b. Social budaya

c. Pendidikan

Tingkat pendidikan yang kurang baik akan menyebabkan kurangnya pengetahuan dan kesadaran orang tua akan pentingnya asupan gizi pada anak sehingga menyebabkan pasien tersebut tidak mendapatkan asupan gizi yang cukup.

2. Agents

Pasokan zat gizi yang masuk ke dalam tubuh dan dapat mempengaruhi status kesehatan pasien.a. Karbohidrat

b. Lemak

c. Protein

d. Vitamin

e. Mineral

Asupan yang kurang dari salah satu atau beberapa zat gizi di atas akan mempengaruhi status gizi pasien. Pemberian atau komposisi makanan yang tidak tepat dapat menyebabkan pasien kekurangan salah satu sumber zat gizi yang penting untuk tubuhnya.

3. Environment

Seluruh kondisi dan pengaruh luar yang mempengaruhi kehidupan dan perkembangan organisme..

a. Fisik

b. Biologic

c. Social ekonomi

Ketiga factor diatas dapat mempengaruhi :

Pengadaan : ekonomi yang kurang dapat membuat pengadaan bahan makanan dengan komposisi yang tepat kurang memadai, sehingga anak tidak mendapatkan asupangizi yang cukup.

Pengolahan : tingkat pendidikan yang rendah menyebabkan kurangnya pengetahuan orang tua tentang bagaimana cara mengolah makanan yang baik.

Penyajian : tingkat pendidikan dan ekonomi yang rendah juga dapat menyebabkan berkurangnya pengetahuan orang tua bagaimana cara menyajikan makanan yang tepat komposisi untuk anaknya. Penyimpanan dan kebersihan : tingkat pendidikan yang rendah menyebabkan kurangnya pengetahuan orang tua bagaimana baiknya menyimpan makanan untuk keluarga sehinga kebersihannya tetap terjaga.Segitigaepidemiologipadapuslitbanggizibogor

HostAgentsEnvirontment

Usia

Jenis Kelamin

Fisik (BB/U)Waktu pemberian makan yang tidak tepat

Pemberianmakanan yang tidaktepatkomposisiusia ibu

usia ayah

jumlah anak

urutan anak

pendidikan ibu

pendidikan ayah

pekerjaan ibu

pekerjaan ayah

penghasilan total keluarga

info gizi seimbang

sumber info

Pengetahuan ibu

Sikap ibu

Perilaku ibu

Konsep Dasar Timbulnya Penyakit Gizi

1. Masalah dasar

Krisis politik dan ekonomi pada pemerintahan akan menjadi masalah dasar dalam penentuan status gizi.

2. Masalah utama

Kemiskinan : didapatkan bahwa tingkat penghasilan orang tuayang tergolong rendah lebih banyak dari pada penghasilan cukup.

< Rp 1.118.009,00 = 52.4% Sama dengan Rp 1.118.009,00 = 4.8% >Rp 1.118.009,00 = 38.1%

Pendidikan : didapatkan bahwa tingkat pendidikan responden mayoritas berpendidikan rendah dimanadapat menjadi masalah utama penentuan status gizi anak.

Tingkat PendidikanAyahIbu

SD42.9 %42.9 %

SMP19.0 %28.6 %

SMA38.1 %28.6 %

3. Penyebab tidak langsung

Ketersediaan pangan tingkat rumah tangga Pendapatan yang rendah dapat menyebabkan berkurangnya ketersediaan pangan di rumah.

Perilaku atau asuhan ibu dan anak Tingkat pendidikan yang rendah dapat menyebabkan anak tidak tahu mana makanan yang baik untuk dikonsumsi dan yang tidak. Orang tua juga tidak dapat menyediakan makanan dengan komposisi yang baik untuk dikonsumsi oleh keluarga.

Pelayanan kesehatan Pendidikan yang rendah menyebabkan orang tua kurang sadar akan pentingnya datang ke pelayanan kesehatan untuk sekedar mendapatkan penyuluhan atau melakukan imunisasi gratis yang menjadi program dari pelayanan kesehatan.4. Penyebab langsung

Kurangnya ketersediaan pangan di tingkat rumah tangga, kurangnya pengetahuan ibu menyediakan makanan yang tepat komposisi dan kurangnya pengawasan orang tua tentang makanan apa saja yang aman dan baik untuk dikonsumsi dapat menyebabkan berkurangnya asupan gizi yang baik dan tepat untuk anak. Perilaku asuhan ibu yang kurang baik.

Karena ketidak mampuan ibu untuk menyediakan makanan yang bersih untuk keluarga. Serta kurangnya kesadaran orang tua akan pentinganya melakukan imunisasi dapat menyebabkan anak lebih mudah terkena penyakit infeksi.

5. Kedua penyebab langsung yaitu kurangnya asupan gizi dan mudahnya anak terkena infeksi saling bersinergi untuk memperburuk status gizi anak.

Riwayat alamiah penyakit gizi

Perkembangan penyakit secara alamiah, tanpa ikut campur tangan medis atau intervensi kesehatan lainnya.

Tahapan Riwayat Alamiah Penyakit

Tahap Prepatogenesis: merupakan Kondisi Host masih normal/sehat

Tahap Patogenesis:

Tahap Inkubasi tahap mulai masuknya Agent ke dalam Host, sampai timbul gejala sakit. Tahap penyakit dini tahap mulainya timbul gejala penyakit dalam keadaan awal (ringan) . Tahap penyakit lanjut tahap penyakit telah berkembang pesat dan menimbulkan kelainan patologis dan gejalanya. Tahap Pasca Patogenesis :

Tahap penyakit akhir tahap berakhirnya perjalanan penyakit, dapat dalam bentuk;

Sembuh sempurna Agent hilang, Host pulih dan sehat kembali. Sembuh dengan cacat Agent hilang, penyakit tidak ada Host tidak pulih sempurna (ada bekas gangguan/cacat).

Karier Agent masih ada, Host pulih gangguan Agent masih ada (minimal).Tingkat pencegahan penyakit gizi

Primordial Prevention (Pencegahan Tingkat Awal)

Perilaku hidup bersih dan sehat

Mengindari bahan pengawet dan pewarna

Makan bergizi seimbang

Istirahat cukup

Olah raga teratur

Primary Prevention (Pencegahan Tingkat Pertama)

Pendidikan kesehatan

Imunisasi

Secondary Prevention (Pencegahan Tingkat Kedua)

Diagnosis awal

Pengobatan cepat dan tepat

Kemo-profilaksis

Screening (pencarian penderita dengan gejala umum)

Tertiary Prevention

Mencegah penyakit agar tidak bertambah parah

Mencegah: kematian dan kecacatan

Rehabilitasi: fisik, mental, sosial

4.3. Aspek Bioethics Humanity Program (BHP)Anamnesa :

Identitas Pasien :

Nama Pasien : An. Regina

Umur

:7 bulan

Jenis Kelamin:Perempuan

Nama Ibu:Ny. Yani

Usia

:21 tahunPekerjaan:Ibu Rumah Tangga

Keluhan Utama :

Berat badan tidak naik

Riwayat Penyakit Sekarang :

Makan hanya sedikit

Makan hanya dengan nasi dan lauk pauk seadanya

Suka jajan

Riwayat Pengobatan :

Masih dalam pengobatan dari Puskesmas di wilayah tempat tinggal pasien.

Riwayat Penyakit Keluarga :

Pemeriksaan Fisik :

Hasil Pemeriksaan Antopometri :

BB:8,7 kg

TB:80 cm

Status Gizi berdasarkan :

BB/TB

: 47,6 % (giz buruk dengan edema (marasmus-kwashiorkor)).

BB/U

: 50,6 % (gizi buruk)

Hasil Pemeriksaan Fisik (Kepala-kaki) :

Kepala :

Distribusi rambut merata

Mata tampang cekung

Abdomen :

Turgor kulit menurun

Bising usus melemah

Ekstremitas :

Adanya atrofi dari otot ekstremitas

4.4. Aspek Clinical Skill Program (CSP)Faktor Penguat

Keaktifan petugas dalam memotivasi

Kedisiplinan petugas

Faktor pemungkin

Kemampuan sumber daya

Ketersediaan sarana

keterjangkauan

Faktor Predisposisi

Pengetahuan Ibu

Tingkat pendidikan ibu

Pekerjaan Ibu

Sikap ibu

Awareness

Interest

Evaluation

Menerima

Merespon

Menghargai

Bertanggung Jawab

Tahu (know)

Memahami (Comprehension)

Aplikasi (Application)

Analisis (Analysis)

Sintesis (Synthesis)

Evaluasi (Evaluation)

Memberikan nutrisi yang cukup pada anak

Pengetahuan Ibu tentang nutrisi pada anak

Perilaku ibu terhadap pemberian nutrisi yang cukup pada anak di puslitbang gizi, Bogor

Sikap ibu terhadap nutrisi pada anak