of 17 /17
8 BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1. Televisi Sebagai Media Komunikasi Massa Komunikasi massa adalah proses dimana organisasi media dihasilkan dan menyampaikan pesan kemasyarakat luas dan proses dimana pesan-pesan tersebut diperlihatkan, digunakan, dimengerti, dan dipengaruhi oleh pemirsa. Pusat dari studi komunikasi massa adalah media. Organisasi media menyebarkan pesan-pesan yang mempengaruhi dan mencerminkan kebudayaan masyarakat dan mereka memberikan informasi secara bersamaan ke penonton yang beragam secara luas, membuat media bagian dari kekuatan institusional masyarakat. "Media" tentu saja, menyiratkan "mediasi" karena mereka muncul diantara pemirsa dan dunia. McQuail menyarankan beberapa kiasan untuk menangkap ide ini. Media adalah jendela yang memungkinkan kita untuk melihat lingkungan diluar kita, penafsir yang membantu kita memahami pengalaman, landasan atau operator yang menyampaikan informasi, komunikasi interaktif yang meliputi umpan balik pemirsa, papan arah yang disediakan dengan petunjuk dan arahan, penyaring yang menyaring bagian-bagian pengalaman dan fokus pada yang lain, cermin yang memantulkan diri kita kembali kepada kita, dan hambatan yang memblokir kebenaran. Joshua Meyrowitz menambahkan tiga tambahan kiasan media sebagai penyalur, media sebagai bahasa, dan media sebagai lingkungan (Littlejohn, Teories Of Human Communication 2005: 324).

membuat media bagian dari kekuatan institusional ...eprints.umm.ac.id/53195/3/BAB II.pdfmasyarakat, misalnya adat kebiasaan dan sopan santun (Sutikna,1988:50) sopan santun, adat kebiasaan,

  • Author
    others

  • View
    2

  • Download
    0

Embed Size (px)

Text of membuat media bagian dari kekuatan institusional ...eprints.umm.ac.id/53195/3/BAB II.pdfmasyarakat,...

  • 8

    BAB II

    KAJIAN TEORITIS

    2.1. Televisi Sebagai Media Komunikasi Massa

    Komunikasi massa adalah proses dimana organisasi media dihasilkan dan

    menyampaikan pesan kemasyarakat luas dan proses dimana pesan-pesan tersebut

    diperlihatkan, digunakan, dimengerti, dan dipengaruhi oleh pemirsa. Pusat dari

    studi komunikasi massa adalah media. Organisasi media menyebarkan pesan-pesan

    yang mempengaruhi dan mencerminkan kebudayaan masyarakat dan mereka

    memberikan informasi secara bersamaan ke penonton yang beragam secara luas,

    membuat media bagian dari kekuatan institusional masyarakat.

    "Media" tentu saja, menyiratkan "mediasi" karena mereka muncul diantara

    pemirsa dan dunia. McQuail menyarankan beberapa kiasan untuk menangkap ide

    ini. Media adalah jendela yang memungkinkan kita untuk melihat lingkungan diluar

    kita, penafsir yang membantu kita memahami pengalaman, landasan atau operator

    yang menyampaikan informasi, komunikasi interaktif yang meliputi umpan balik

    pemirsa, papan arah yang disediakan dengan petunjuk dan arahan, penyaring yang

    menyaring bagian-bagian pengalaman dan fokus pada yang lain, cermin yang

    memantulkan diri kita kembali kepada kita, dan hambatan yang memblokir

    kebenaran. Joshua Meyrowitz menambahkan tiga tambahan kiasan media sebagai

    penyalur, media sebagai bahasa, dan media sebagai lingkungan (Littlejohn, Teories

    Of Human Communication 2005: 324).

  • 9

    Dari berbagai definisi di atas,bisa disimpulkan bahwa televisi adalah salah

    satu media komunikasi massa yang menayangkan suatu peristiwa atau informasi

    yang bisa di dengar dan dilihat melalui kabel atau melalui angkasa yang diharapkan

    bisa mempengaruhi pemirsanya.Secara langsung maupun tidak langsung televisi

    pasti memberikan pengaruh besar terhadap perubahan kehidupan masyarakat.

    Massa dalam hal ini adalah masyarakat merupakan pihak yang berperan sebagai

    komunikan sedangkan para insan pertelevisian berperan sebagai komunikator yang

    memberikan pesan berupa informasi, hiburan edukasi maupun pesan - pesan

    lainnya. Pesan yang disampaikan melalui televisi akan sampai ke khalayak dengan

    cepat. Proses penghantaran pesan antara komunikator dan komunikan inilah yang

    kita sebut sebagai arus informasi. Agar pesan bisa diterima baik oleh komunikan

    dalam kasus ini yaitu masyarakat, maka diperlukan pengendalian arus informasi.

    Menurut Cassata dan Asate (1979:12), bila arus komunikasi hanya dikendalikan

    oleh komunikator, situasi akan menunjang persuasi yang efektif. Sebaliknya bila

    khalayak dapat mengatur arus informasi, situasi komunikasi akan mendorong

    belajar yang efektif.

    Harold Lasswell (1948) mengidentifikasi tiga fungsi penting isi media dalam

    melayani masyarakat:

    1. Pemantau, isi berita adalah yang paling sesuai dengan fungsi pengawasan.

    Wright (1986) menunjukkan bahwa berita menyediakan “peringatan”

    tentang ancaman dan bahaya di dunia serta berguna untuk kehidupan

    sehari-hari masyarakat seperti pasar saham, navigasi, dan lalu lintas udara.

  • 10

    2. Korelasi, berkaitan dengan kegiatan propaganda. Isi korelatif mungkin

    sebenarnya termasuk semua isi yang menafsirkan berita, walaupun hal ini

    adalah yang paling sering dianggap komunikasi yang bermaksud mencoba

    untuk membujuk. Lasswell memang tidak menyebutkan periklanan, namun

    pertimbangan isi yg berhubung dengan periklanan dimana memungkinkan

    konsumen untuk menghubungkan respon ataupun tanggapan pada

    kebutuhan.

    3. Transmisi, hampir semua bentuk isi mengirimkan yang dirasakan norma

    masyarakat dalam beberapa acara. Hal ini dikarenakan hampir semua

    media massa melakukan fungsi ini dalam beberapa acara mereka.

    4. Hiburan, fungsi ini merupakan tambahan dari fungsi yang telah disebutkan

    Lasswell dan dikemukakan oleh Wright (1986). Isi hiburan biasanya

    berkaitan dengan apa yang memberikan kepuasan segera, relaksasi, dan

    tangguh untuk audiens dan apa yang berada di bawah kontrol dari

    produsen. Isi hiburan biasanya menghadirkan pengalaman manusia tetapi

    hiburan tidak dirancang untuk menyampaikan peristiwa sebenarnya.

    2.2.Pengertian Televisi

    Menurut Cassirer (1987) dalam Manusia dan Kebudayaan: Sebuah Esai

    tentang Manusia, televisi merupakan pengubahan dari dunia material, dunia sosial,

    dan dunia simbolik yang menjadi lingkungan manusia. Sebagaimana dikemukakan

    Kuntowijoyo (1987) dalam Budaya dan Masyarakat, halaman 66, bahwa televise

    mengubah dan mentransformasikan “dunia manusia” ini menjadi realitas media

  • 11

    (televisi). Media menentukan bagaimana suatu realitas diformat, dikemas dengan

    trik-trik kamera dan editingyang membuat suatu “materi” tampil menarik,

    membentuk ceritabaru tentang realitas: realitas televisi.Pemirsabebas memilih

    acara - acara yang disukai dan dibutuhkannyamelalui beberapa stasiun yang ada.

    Maka tidak heran jika disbandingkan dengan faktor lain, menurutFred Allen

    dalamCross (1983), televisi adalah media komunikasi massa yang paling

    menggairahkan/menggiurkan (the most seductive), paling meresap (most

    pervasive), dan paling berpengaruh (the most influential). Televisi memang media

    yang banyak digemari dan memberikan pengaruh yang kuat.Dewasa ini, televisi

    boleh dikatakan telah mendominasi hampir semua waktu luang setiap orang.

    Televisi memilikisejumlah kelebihan, terutama kemampuannya dalam meyatukan

    antara fungsi audio dan fungsi visual, ditambah dengan kemampuannya dalam

    memainkan warna. Selain itu televisi juga mampu mengatasi jarak dan waktu,

    sehingga penonton yang tinggal di daerah terpencil dapat menikmati siaran televisi

    (Mulyana, 2001).

    Menurut Suangga (2004) televisi dianggap sebagai kotak ajaib yang

    memiliki pengaruh besar dalam kehidupan manusia saat ini, menawarkan

    kenikmatan yaitu mendapatkan hiburan dan informasi. Tetapi televisi juga

    memberikan kehancuran atau kerusakan yang sangat fatal pada berbagai segi

    kehidupan manusia, yaitu berubahnya nilai-nilai sosial masyarakat, moral, etika,

    dan sebagainya. Selain itu, televisi memiliki posisi yang penting dalam kehidupan

    manusia apabila benar-benar dimanfaatkan sebagaimana seharusnya. Televisi

    menawarkan berbagai alternatif, sehingga dapat memilih informasi yang diinginkan

    sesuai dengan kebutuhan. Dapat

  • 12

    pula dimanfaatkan sebagai sarana untuk menyampaikan ilmu, pendidikan,

    pengetahuan, dan sebagainya.

    2.3. Pengertian Nilai Moral Dan Sikap

    Antara pengetahuan dan tindakan ternyata tidak selalu terjadi korelasi

    positif. Proses pertumbuhan dan perkembangan pengetahuan menu bentuk sikap

    dan tingkah laku merupakan proses kewajiban yang bersifat musikal. Seorang

    individu yang waktu tertentu melakukan perbuatan tercela ternyata tidak selalu

    karena ia tidak mengetahui bahwa perbuatan itu tercela, atau tidak sesuai dengan

    nilai dan norma sosial. Berbuat sesuatu secara fisik adalah bentuk tingkah laku yang

    mudah di lihat dan diukur. Akan tetapi, didalamnya tercakup juga sikap mental

    yang tidak selalu mudah ditanggapi, kecuali diduga dapat menggambarkan sikap

    mental tersebut.

    Nilai-nilai adalah patokan-patokan yang berlaku dalam kehidupan

    masyarakat, misalnya adat kebiasaan dan sopan santun (Sutikna,1988:50) sopan-

    santun, adat kebiasaan, dan nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila adalah

    nilai-nilai hidup yang menjadi pegangan seluruh warga negara indonesia. Jadi, nilai

    adalah ukuran baik-buruk, benar-salah, boleh-tidak boleh, indah-tidak indah suatu

    prilaku atau pernyataan yang berlaku dalam kehidupan suatu kelompok masyarakat.

    Oleh kerna itu, nilai mendasari sikap dan prilaku seseorang dalam kehidupan di

    masyarakat.

  • 13

    2.4. Pengertian Reality Show

    Pengertian Reality show genre acara televisi yang menggambarkan Segmen

    yang seakan-akan benar-benar berlangsung tanpa skenario, dengan pemain yang

    umumnya khayalak biasa, acara realitas umumnya menampilkan kenyataan yang

    dimodifikasi, seperti menaruh partisipan di lokasi -lokasi eksotis atau situasi-situasi

    yang tidak lazim, memancing reaksi tertentu dari partisipan dan melalui

    penyuntingan dan teknik - teknik pasca produksi lainnya. (Imelda Bancin, Motivasi

    Konsumsi Terhadap Tanyangan Reality Show Dan Pemenuhan Kebutuhan

    Informasinya, Jurnal Fakultas Ilmu Social Dan Politik Depertemen Ilmu

    Komunikasi Universitas Sumetera Utara Medan).

    Reality Show pertunjukkan yang asli (real), tidak di rekayasa dan tidak

    dibuat-buat, kejadian diambil dari keseharian kehidupan masyarakat apa adanya

    Reality show merupakan salah satu gaya atau aturan dalam pertelevisian yang

    menampilkan “real life” seseorang,3reality show juga tidak mengekpos kehidupan

    orang , tetapi juga menjadi ajang kompotisi atau bukan program yang menjahili

    orang. (Nimas A.L, Pengaruh Reality Show “Jalan Dakwah Episode Lindungan

    Alam” Di Trans7 Terhadap Ahklak Remaja, Jurnal: Institut Agama Islam Negri

    Sunan Ampel Surabaya)

    Menurut Sony Set, Reality Show adalah jenis tayangan yang menampilkan aktivitas

    nyata dari pembawa acar dan segala aspek pendukung acara (talent, objek, lokasi,

    situasi, dramatika). Walaupun berbasis kenyataan, Reality show membutuhkan

  • 14

    penanganan tersendiri dari para kreatornya,memolesnya menjadi tayangan yang

    menarik dan memasukkan beberapa unsure dramatis yang dikedepankan dapat

    berupa rasa bahagia, takut dan senang. (Sony Set, 2008 : 185)

    Menurut Morisan Program ini mencoba menyajikan sesuatu yang nyata (riil)

    dengan cara yang sealamiah mungkin tanpa rekayasa. Sesuai dengan namanya,

    maka program menyajikan suatu situasi seperti konflik, persaingan, atau hubungan

    berdasarkan realitas yang sebenarnya.

    Dari pendapat diatas dapatdisimpulkan bahwa reality show program yang

    menayangkan suatu realita kehidupan sosial tanpa dibuat-buat danberdasarkan

    kisah nyata yang mana dalam kehidupan sosial masyarakat memiliki perbedaan dari

    status sosialnya dan di ambil dari masyarakat sehari-hari orang biasa atau orang

    awam bukan selebriti.

    Program tersebut juga dianggap mampu mengubah realitas publik dan

    menggantinya dengan realitas yang ada dalam reality show tersebut. Sunardi dalam

    Strinati (2007) mengatakan bahwa media dan konsumsi menggeser ikatan sosial

    yang semula mementingkan aspek moral dan ikatan estetik. Dengan kehadiran

    reality show seperti Katakan Putus dapat mengikis aspek moral yang dimiliki oleh

    budaya timur. Salah satu dampak negatif tayangan-tayangan reality show ini dapat

    dilihat pada tayangan reality show “Katakan Putus” yang merupakan besutan

    stasiun televisi swasta Trans TV.

    Tayangan ini kini menjadi fenomena baru reality show karena biasanya reality show

    tidak akan mengekspos lebih jauh kehidupan orang atau privasinya namun pada

  • 15

    acara ini penonton dapat menyaksikan dan mengikuti kisah-kisah yang bisa

    dibilang sangat private yang menyangkut aib seseorang. Terbukanya aib seseorang

    ini, sebetulnya bukan hanya keuntungan bagi si pelapor karena akan dibantu tim

    reality show dibanding kasus yang tanpa “bumbu aib”, tetapi juga kerugian bagi

    dirinya karena sebetulnya akan ada pihak-pihak lain selain pelapor yang akan

    dirugikan, memang menjadi dilema bagi si pelapor kepada tim Katakan Putus di

    Trans TV.

    2.5.Budaya Dan Norma Moral

    Dalam pandangan humanistik isi media dilihat sebagai bagian integral dari

    budaya yang nyata, bukan sebagai sesuatu yang terpisah dari budaya itu. Budaya

    dapat diaplikasikan dalam berbagai cara termasuk salah satunya dalam isi media.

    Begitu juga dengan bangsa Indonesia yang pastinya memiliki perbedaan

    budaya dengan bangsa lain di dunia ini, di Indonesia dikenal adanya norma yang

    mengatur kehidupan bermasyarakat meskipun mungkin setiap orang memahami

    norma secara berbeda-beda namun intinya tetap sama yaitu membuat manusia

    menjadi manusia yang lebih baik. Dari asal katanya saja norm, yang artinya alat

    tukang kayu untuk mengukur sudut atau siku-siku. Dari sinilah kita dapat

    mengartikan norma sebagai pedoman, ukuran, aturan. Jadi, norma adalah sesuatu

    yang dipakai untuk mengatur sesuatu yang lain atau sebuah ukuran. Dengan norma

    ini orang dapat menilai kebaikan atau keburukan suatu perbuatan. Norma adalah

    aturan-aturan yang bersifat memerintah dan melarang.

    Menurut Sony Keraf (1991), secara umum norma dikelompokkan menjadi dua yaitu

    :

  • 16

    a. Norma Khusus

    Norma khusus adalah norma yang mengatur tingkah laku atau tindakan manusia

    dalam kelompok atau bidang tertentu. Seperti etika medis, etika kedokteran, etika

    lingkungan, aturan main catur, aturan main bola, dan lain-lain. Dimana aturan

    tersebut hanya berlaku untuk bidang khusus dan tidak bisa mengatur semua bidang.

    b. Norma umum

    bersifat universal yang artinya berlaku luas tanpa membedakan kondisi atau situasi,

    kelompok orang tertentu. Secara umum norma umum menjadi dua bagian, yaitu :

    1. Norma sopan santun, norma ini menyangkut aturan pola tingkah laku dan

    sikap lahiriah seperti makan, minum, tata cara bertamu, menerima tamu,

    memberi sambutan, tata cara berpakaian, dan lain-lain. Norma ini lebih

    berkaitan dengan tata cara lahiriah dalam pergaulan sehari-hari.

    2. Norma hukum, norma ini sangat tegas dituntut oleh masyarakat. Alasan

    ketegasan tuntutan ini karena demi kepentingan bersama. Dengan adanya

    berbagai macam peraturan, masyarakat mengharapkan mendapatkan

    keselamatan dan kesejahteraan bersama. Keberlakuan norma hukum

    dibandingkan dengan norma sopan santun lebih tegas dan lebih pasti karena

    disertai dengan jaminan, yakni hukuman terhadap orang yaitu yang

    melanggar norma ini.

  • 17

    2.6.Pedoman Perilaku Penyiaran

    Pedoman prilaku penyiaran bisadikatan pedoman hidup seseorang yang bekerja

    di duniamedia massa, khususnya televisi. “Pedoman Perilaku Penyiaran adalah

    ketentuan-ketentuan bagi lembaga penyiaran yang ditetapkan oleh Komisi

    Penyiaran Indonesia sebagai panduan tentang batasan perilaku penyelenggaraan

    penyiaran dan pengawasan penyiaran nasional”.(Pasal 1Peraturan KPI tentang

    Pedoman Perilaku Penyiaran (2012: 5). Tujuan dari pedomanperilaku penyiaran

    dijelaskan dalam pasal 4 Peraturan KPI tentang Pedoman Perilaku Penyiaran (2012:

    89) Pedoman Perilaku Penyiaran memberi arah dan tujuan agar lembaga penyiaran:

    a. Menjunjung tinggi dan meningkatkan rasa persatuan dan kesatuan Negara

    KesatuanRepublik Indonesia.

    b. Meningkatkan kesadaran dan ketaatan terhadap hukum dan segenap

    peraturanperundang-undangan yang berlaku di Indonesia.

    c. Menghormati dan menjunjung tinggi norma dan nilai agama dan budaya

    bangsa yangmultkultural.

    d. Menghormati dan menjunjung tinggi etika profesi yang diakui oleh

    peraturanperundang-undangan.

    e. Menghormati dan menjunjung tinggi prinsip-prinsip demokrasi.

    f. Menghormati dan menjunjung tinggi hak asasi manusia.

    g. Menghormati dan menjunjung tinggi hak dan kepentingan public.

    h. Menghormati dan menjunjung tinggi hak anak-anak dan remaja.

    i. Menghormati dan menjunjung tinggi hak orang dan/atau kelompok

    masyarakattertentu.

    j. Menjunjung tinggi prinsip-prinsip jurnalistik.

  • 18

    2.7.Undang-Undang Penyiaran

    Dalam Undang-undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran, pada Bab IV

    Pelaksanaan Siaran, Pasal 36 mengenai isi siaran, yang dikutip Syarief (2007),

    menjelaskan bahwa:

    1. Isi siaran wajib mengandung informasi, pendidikan, hiburan, dan manfaat

    untuk pembentukan intelektualitas, watak, moral, kemajuan, kekuatan

    bangsa, menjaga persatuan dan kesatuan, serta mengamalkan nilai-nilai

    agama dan budaya Indonesia.

    2. Isi siaran dan jasa penyiaran televisi, yang diselenggarakan oleh Lembaga

    Penyiaran Swasta dan Lembaga Penyiaran Publik, wajib sekurang-

    kurangnya menayangkan 60% mata acara yang berasal dari dalam negeri.

    3. Isi siaran wajib memberikan perlindungan dan pemberdayaan kepada

    khalayak khusus, yaitu anak-anak dan remaja, dengan menyiarkan mata

    acara pada waktu yang tepat, dan lembaga penyiaran wajib mencantumkan

    dan/atau menyebutkan klasifikasi khalayak sesuai dengan isi siaran.

    4. Isi siaran wajib dijaga netralisasinya dan tidak boleh mengutamakan

    kepentingan golongan tertentu.

    5. Isi siaran dilarang:

    a. Memfitnah, menghasut, menyesatkan, dan/atau bohong;

    b. Menonjolkan unsur kekerasan, cabul, perjudian, penyalahgunaan

    narkotika dan obat terlarang, atau

    c. Mempertentangkan suku, agama, ras, antar-golongan.

  • 19

    2.8.Kekerasan

    2.8.1 Pengertian Kekerasan

    Kekerasan dalam kamus Bahasa Indonesia diartikan sebagai sifat atau hal

    yang keras, paksaan. Jadi, terlihat adanya unsur paksa dengan kekerasan yang

    sangat dominan. Hadiwardoyo seperti dikutip Sudarsono, dalamMarliana (2006),

    secara sederhana mengatakan bahwa kekerasan adalah tindakan yang memaksa

    secara fisik dan psikis, sehingga dapat menimbulkan penderitaan terhadap banyak

    orang yang tidak bersalah. Kekerasan disini ditekankan pada perilaku antar manusia

    secara fisik dan psikis.

    Menurut Surbakti (2008)kekerasan dapatlah dipahami sebagai tindakan

    menyakiti, merendahkan, menghina, atau tindakan kekejaman yang bertujuan untuk

    membuat obyek kekerasan tersebut menderita, baik secara psikologis maupun

    fisiologis. Dengan demikian, dapat diduga bahwa tidak seorang pun manusia yang

    hidup di dunia ini luput dari kekerasan. Setiap orang dalam perjalanan hidupnya

    kemungkinan sekali pernah mengalami kekerasan. Bentuk kekerasan yang dialami

    bermacam-macam dan intensitasnya pun berbeda-beda.

    Menurut Galtung seperti dikutip Sudarsono, dalamMarliana (2006),

    kekerasan terjadi ketika manusia dipengaruhi sedemikian rupa sehingga realisasi

    jasmani dan mental aktualnya berada di bawah realisasi potensialnya. Selain itu,

    kekerasan juga terjadi ketika manusia terhambat potensinya sehingga tidak dapat

    bertumbuh kembang secara optimal. Jadi, kekerasan tidak hanya dalam pengertian

    sempit pada perlakuan fisik saja, namun juga pada mental yang terlihat maupun

    tidak, yang berefek langsung maupun tidak langsung.Galtung seperti dikutip

  • 20

    Sudarsono, dalamMarliana (2006), membagi kekerasan dalam dua bentuk. Pertama,

    kekerasan personal dimana pada tindak kekerasan yang terjadi ditemukan secara

    jelas ada subyek (pelaku) dan obyek (korban). Bentuk yang kedua adalah kekerasan

    struktural, padabentuk ini tidak ditemukan ada pelaku kekerasan secara langsung

    dan nyata. Kekerasan struktural terjadi akibat adanya struktur di masyarakat yang

    menekan dan menghambat masyarakat untuk tumbuh kembang secara optimal.

    Kekerasan juga dapat diartikan sebagaicara untuk mengendalikan dan menekan

    yang dapat mencakup segi kekuatan emosi, sosial atau ekonomi, pemaksaan

    ataupenekanan, selain agresi fisik. Kekerasan dapat dilakukan secara terbuka dalam

    bentuk penyerangan fisik atau mengancam seseorang dengan senjata, dan bisa

    secara tertutup melalui intimidasi, ancaman tuntutan, tipuan, dan bentuk- bentuk

    lain tekanan psikologis maupun sosial. Penganiayaan merupakan penyalahgunaan

    kekuasaan untuk si pelaku memperoleh kendali atau keuntungan dari korban,

    dengan mengganggu secara fisik atau psikologis atau dengan memicu rasa takut

    melalui gangguan tersebut. Penganiayaan menghambat seseorang untuk mengambil

    keputusan yang bebas, serta memaksa mereka untuk bertindak melawan

    kehendaknya sendiri (Monalisa, 2005).

    Dalam Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran dijelaskan

    mengenai kekerasan verbal pada pasal 24 yang berbunyi sebgai berikut:

    Pasal 24

    A. Program siaran dilarang menampilkan ungkapan kasar dan makian, baik

    secara verbal maupun nonverbal, yang mempunyai kecenderungan

  • 21

    menghina ataumerendahkan martabat manusia, memiliki makna

    jorok/mesum/cabul/vulgar,dan/atau menghina agama dan Tuhan.

    B. Kata-kata kasar dan makian sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) di

    atasmencakup kata-kata dalam bahasa Indonesia, bahasa daerah, dan bahasa

    asing.

    2.8.2. Bentuk-bentuk Kekerasan

    Terdapat beberapa bentuk-bentuk kekerasan antara lain (Sunarto, 2009 :

    137) :

    a. Kekerasan fisik

    Kekerasan fisik adalah kekerasan yang dilakukan oleh pelaku

    terhadap korban dengan cara memukul, mendorong, menampar, mencekik,

    menendang, melempar barang ketubuh, menginjak, melukai dengan

    tangan kosong, atau dengan alat/senjata, menganiaya, menyisiksa,

    membunuh serta perbuatan lain yang relevan.

    b. Kekerasan Psikologis

    Kekerasan psikologis adalah kekerasan yang dilakukan oleh

    pelaku terhadap mental korban dengan cara membentak, menyumpah,

    mengancam,

    merendahkan, memerintah, melecehkan, menguntit dan memata-matai,

    atau tindakan lain yang menimbulkan rasa takut (termaksuk yang

    diarahkan kepada orang-orang dekat kornam, misalnya keluarga, anak,

    suami, teman, atau orang tua).

  • 22

    c. Kekerasan Finansial

    Kekerasan finansial adalah tindakan mengambil, mencuri uang, merugikan

    keuangan, tidak memberi pemenuhan kebutuhan finansial.

    d. Kekerasan Fungsional

    Kekerasan fungsional adalah memaksa melalukan sesuatu

    yang tidak sesuai dengan keinginan, menghalangi atau menghambat

    aktivitas ataupekerjaan tertentu, memaksa kehadiran tanpa

    dikehendaki, membantu tanpa dikehendaki dan lain-lain yang

    relevan

    e. Kekerasan Relatioanal

    Kekerasan relational adalah kekerasan yang berakibat negative

    pada hubungan antar personal atau hubungan sosial di tengah

    masyarakat, seperti menggunjingkan, mempermalukan, menyudutkan,

    melainkan tanggung jawab, dan mengutamakan kepentingan diri

    sendiri.

    f. Kekerasan Seksual

    Kekerasan seksual adalah melakukan tindakan yang mengarah

    ajakan/desakan seksual seperti menyentuh, meraba, mencium dan atau

    melakukan tindakan-tindakan lain yang tidak dikehendaki, ucapan-

    ucapan yang merendahkan dan melecehkan dengan mengarah pada

    aspek jenis

  • 23

    kelamin/seks korban, memaksa hubungan seks tanpa persetujuan

    korban, memaksa melakukan aktivitas-aktivitas seksual yang tidak

    disukai.

    2.9. Teori Kekerasan Dalam Televisi

    Program televisi yang mengandung kekerasan merupakan suatu kategori

    konten media yang telah dipelajari secaa intensif. Konten semacam itu berbagi

    karakter tertentu yang sama, misalnya tujuan, gaya, dan makna dengan cara

    yang mirip dengan genre yang lebih dapat dikenali hingga tingkatan bermacam-

    macam subgendre (misalnya perang, geng, humor, kartun, kejahatan sadis, dan

    sebagainya). Tujuan utama di sini adalah untuk menunjukkan secara singkat

    bagaimana karakter kunci dari kekerasan dealam televise (violent television)

    telah diidentifikasi dan digambarka, utamanya dengan pandangan melindungi

    anak-anak dari pengaruh yang berbahaya dan mendorong kampanye anti

    kekerasan (McQuail,2011:128).

    Wilson dan smith menjelaskan tentang penelitian AS yang lebih baru di

    bawah dukungan National Television Violence Study telah berlangsung dengan

    tradisi yang mirip dan karya tersebut memberikan sumber penggambaran tujuan

    dan metode dalam tradisi arus utama. Studi ini menggambarkan kekerasan

    sebagai penggambaran terbuka dari ancamaan kekerasan fisik yang nyata atau

    penggunaan sesungguhnya dari kekerasan tersebut yang dimaksud untuk

    menyakiti secara fisik kehidupan atau kelompok. Kekerasan juga termaksuk

  • 24

    penggambaran terbuka dari ancaman kekerasan fisik yang nyata atau

    penggunaannya sesungguhnya dari kekerasan tersebut yang dimaksudkan untuk

    menyakiti secara fisik dari kehidupan atau kelompok. Kekerasan juga termasuk

    penggambaran tertemtu dari dampak yang secara fisik bahaya atas kehidupan

    atau kelompok yang terjadi sebagai hasil tindak kekerasan yang tidak terlihat

    (McQuail 2011:129).

    Berdasarkan fenomena dan teori tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan

    penelitian analisi isi pesan dalam Reality Show Katakan Putus. Focus peneliti

    adalah menganalisa pesan yang mengandung dimensi kekerasan. Metode yang

    digunakan adalah analisis isi, yakni teknik yang digunakan untuk menarik

    kesimpulan melalui usaha menemukan karekteristik pesan, dan dilakukan

    secara obyektif dan sistematis. Dengan menggunakan metode penelitian analisa

    isi deskriptif dengan pendekatan kuantitatif diharapkan dapat mengetahui

    seberapa banyak frekuensi kekerasan yang ditayangkan dalam sebuah Reality

    Show Katakan Putus.