16
ISSN : 2597-3851 Vol. 5 No. 1 (August, 2021) journal.mbunivpress.or.id/index.php/healthy 24 Meta-Analysis: The Relationship Of Gender And Smoking Habits With The Event Of Hypertension Armuni, Bahrul Ilmi, Syamsul Arifin, Husaini, Meitria Syahadatina Noor Program Studi Magister IlmuKesehatan Masyarakat,Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat Email: [email protected] ABSTRACT Hypertension is a hidden threat because it often occurs without symptoms. The high mortality rate due to hypertension is recorded at 45% according to WHO. Factors that trigger hypertension include age, gender, family history, smoking habits, salt consumption, saturated weak consumption, alcoholic beverages, obesity, lack of physical activity, stress and estrogen disorders. Gender and smoking variables are interesting to study because Indonesia is one of the countries with the largest number of smokers in the world. From WHO data in 2008, Indonesia ranks third after China and India in the ten largest smoking countries. The number of smokers reaches 65 million people. The purpose of this study was to determine the tendency of the relationship between sex and smoking habits on the incidence of hypertension using the meta-analysis method. Article used as datasource from Google Scholar and PUBMED. Of the 299 articles that were screened based on the specified inclusion criteria, 12 articles were used as the database of this study. The results showed that there was a relationship between smoking habits and gender with the incidence of hypertension with the incidence of hypertension was 1.397 with a 95% CI: 1.212-1.611. The combined effect also resulted in a Z value of 4.611 and a p value of 0.000 and the relationship between sex and the incidence of hypertension was 1.384 with a 95% CI: 1.074-1.784. The combined effect also produces a Z-value of 2.510 and a p-value of 0.012. Keywords : Hypertension, Smoking, Gender, Meta-analysis, Size Effects PENDAHULUAN Hipertensi merupakan gangguan pada sistem vaskular yang menghasilkan peningkatan tekanan darah. Hipertensi adalah penyebab utama penyakit jantung dan stroke. Hipertensi bisa terjadi jika sistolik tekanan ≥ 140 dan tekanan diastolic ≥ 90 mmHg dengan perkiraan usia 13 hingga 50 tahun, dan jika tekanan sistolik dan tekanan diastolik antara 160 dan 95 mmHg atau lebih, dapat terjadi hipertensi dalam rentang usia lebih dari 50 tahun (Puspitasari, Hannan and Chindy, 2017). Berdasarkan data dari World Health Organization, hipertensi telah mengakibatkan 9,4 juta orang meninggal di seluruh dunia tiap tahun, hipertensi berperan dalam 45% kematian yang disebabkan karena penyakit jantung dan 51% kematian yang disebabkan oleh stroke. Menurut American Heart Association (AHA), penduduk Amerika yang berusia di atas 20 tahun menderita hipertensi telah mencapai angka hingga 74,5 juta jiwa, namun hampir sekitar 90-95% kasus tidak diketahui penyebabnya (Agustini & JAKARTA II, 2019). Beberapa faktor yang memicu munculnya hipertensi adalah umur, jenis kelamin, riwayat keluarga, kebiasaan merokok, konsumsi garam, konsumsi lemah jenuh, minuman beralkohol, obesitas, aktivitas fisik kurang stres dan gangguan estrogen (Kemenkes, 2014, Organization, 2015). Berdasarkan penelitian Sartik, RM. Suryadi Tjekyan, M.Zulkarnain (2017); Tran Quoc Cuong, Le Van Bao, Nguyen Anh Tuan, Vo Van Thang, Nguyen Minh Quan, Shwu-Huey Yang and Tuyen Van Duong (2019) menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara kebiasaan merokok dengan kejadian Hipertensi. Berbeda dengan Penelitian yang dilakukan Devi Angeliana Kusumaningtiar, Ashri Ilmiyati (2017); Ira Marti Ayu, Decy Situngkir, Dwi Apriliawati (2017); Ni Luh Putu Ekarini, Jathu Dwi Wahyuni, Dita

Meta-Analysis: The Relationship Of Gender And Smoking

  • Upload
    others

  • View
    2

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Meta-Analysis: The Relationship Of Gender And Smoking

ISSN : 2597-3851 Vol. 5 No. 1 (August, 2021)

journal.mbunivpress.or.id/index.php/healthy 24

Meta-Analysis: The Relationship Of Gender And Smoking Habits With The Event Of Hypertension

Armuni, Bahrul Ilmi, Syamsul Arifin, Husaini, Meitria Syahadatina Noor

Program Studi Magister IlmuKesehatan Masyarakat,Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat

Email: [email protected]

ABSTRACT

Hypertension is a hidden threat because it often occurs without symptoms. The high mortality rate due to hypertension is recorded at 45% according to WHO. Factors that trigger hypertension include age, gender, family history, smoking habits, salt consumption, saturated weak consumption, alcoholic beverages, obesity, lack of physical activity, stress and estrogen disorders. Gender and smoking variables are interesting to study because Indonesia is one of the countries with the largest number of smokers in the world. From WHO data in 2008, Indonesia ranks third after China and India in the ten largest smoking countries. The number of smokers reaches 65 million people. The purpose of this study was to determine the tendency of the relationship between sex and smoking habits on the incidence of hypertension using the meta-analysis method. Article used as datasource from Google Scholar and PUBMED. Of the 299 articles that were screened based on the specified inclusion criteria, 12 articles were used as the database of this study. The results showed that there was a relationship between smoking habits and gender with the incidence of hypertension with the incidence of hypertension was 1.397 with a 95% CI: 1.212-1.611. The combined effect also resulted in a Z value of 4.611 and a p value of 0.000 and the relationship between sex and the incidence of hypertension was 1.384 with a 95% CI: 1.074-1.784. The combined effect also produces a Z-value of 2.510 and a p-value of 0.012. Keywords : Hypertension, Smoking, Gender, Meta-analysis, Size Effects

PENDAHULUAN

Hipertensi merupakan gangguan pada sistem vaskular yang menghasilkan peningkatan tekanan darah. Hipertensi adalah penyebab utama penyakit jantung dan stroke. Hipertensi bisa terjadi jika sistolik tekanan ≥ 140 dan tekanan diastolic ≥ 90 mmHg dengan perkiraan usia 13 hingga 50 tahun, dan jika tekanan sistolik dan tekanan diastolik antara 160 dan 95 mmHg atau lebih, dapat terjadi hipertensi dalam rentang usia lebih dari 50 tahun (Puspitasari, Hannan and Chindy, 2017).

Berdasarkan data dari World Health Organization, hipertensi telah mengakibatkan 9,4 juta orang meninggal di seluruh dunia tiap tahun, hipertensi berperan dalam 45% kematian yang disebabkan karena penyakit jantung dan 51% kematian yang disebabkan oleh stroke. Menurut American Heart Association (AHA), penduduk Amerika yang berusia di atas 20 tahun menderita hipertensi telah mencapai angka hingga 74,5 juta jiwa, namun hampir sekitar 90-95% kasus tidak diketahui penyebabnya (Agustini & JAKARTA II, 2019). Beberapa faktor yang memicu munculnya hipertensi adalah umur, jenis kelamin, riwayat keluarga, kebiasaan merokok, konsumsi garam, konsumsi lemah jenuh, minuman beralkohol, obesitas, aktivitas fisik kurang stres dan gangguan estrogen (Kemenkes, 2014, Organization, 2015).

Berdasarkan penelitian Sartik, RM. Suryadi Tjekyan, M.Zulkarnain (2017); Tran Quoc Cuong, Le Van Bao, Nguyen Anh Tuan, Vo Van Thang, Nguyen Minh Quan, Shwu-Huey Yang and Tuyen Van Duong (2019) menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara kebiasaan merokok dengan kejadian Hipertensi. Berbeda dengan Penelitian yang dilakukan Devi Angeliana Kusumaningtiar, Ashri Ilmiyati (2017); Ira Marti Ayu, Decy Situngkir, Dwi Apriliawati (2017); Ni Luh Putu Ekarini, Jathu Dwi Wahyuni, Dita

Page 2: Meta-Analysis: The Relationship Of Gender And Smoking

ISSN : 2597-3851 Vol. 5 No. 1 (August, 2021)

journal.mbunivpress.or.id/index.php/healthy 25

Sulistyowati (2020); Indra Felani dan Samingan (2017); Erlina BR Sinulingga, Samingan (2019); Umit Aydogan , Yusuf Cetin Doganer, Asli Ebiloglu, Deniz Engin Gok, Ebru Cirpan , Kenan Saglam (2019); Lihua Hu, Xiao Huang, Chunjiao You, Juxiang Li, Kui Hong, Ping Li, Yanqing Wu, Qinhua Wu, Huihui Bao, Xiaoshu Cheng (2017); Muhammad Hafiz Bin Mohd Arifin, I Wayan Weta, Ni Luh Ketut Ayu Ratnawati (2016) menunjukkan bahwa kebiasaan merokok tidak berhubungan dengan kejadian hipertensi.

Adapun penelitian yang berkaitan dengan hubungan Jenis kelamin dengan kejadian hipertensi yaitu Berdasarkan Penelitian Yang Shen, Chun Chang, et all (2017); Ahmed Humaidan AlWabel, et all (2018); Lihua Hu, Xiao Huang, et all (2017); Tran Quoc Cuong, Le Van Bao, et all (2019) yang menyatakan bahwa Jenis Kelamin berhubungan dengan kejadian Hipertensi. Namun berbeda dengan penelitian Sartik, RM. Suryadi Tjekyan, M.Zulkarnain (2017); Devi Angeliana Kusumaningtiar, Ashri Ilmiyati (2017); Ira Marti Ayu, dkk (2017); Ni Luh Putu Ekarini, dkk (2020); Indra Felani dan Samingan (2017); Erlina BR Sinulingga, Samingan (2019); Muhammad Hafiz Bin Mohd Arifin, dkk (2019) yang menyatakan tidak ada hubungan antara Jenis Kelamin dengan kejadian Hipertensi. Berdasarkan penelitian terdahulu menunjukkan terdapat perbedaan hasil pada variabel kebiasaan merokok dan jenis kelamin dengan kejadian hipertensi. Oleh karena itu perlu dilakukan kajian meta analisis untuk mengetahui kecendrungan hubungan antar variabel tersebut.

METODE

Jenis penelitian termasuk penelitian meta analisis. Jenis dan metode yang digunakan peneliti untuk melakukan pengujian secara kuantitatif berdasarkan artikel penelitian yang telah dipublikasikan pada jurnal ilmiah. Pada penelitian meta analisis dikenal adanya effect size. Effect size adalah perbedaan kejadian efek antara kelompok eksperimental dan kelompok kontrol dalam meta-analisis merupakan gabungan effect size masing-masing studi yang dilakukan dengan teknik statistika. Penelitia ini menggunakan database artikel dari google scholar dan PUBMED sejumlah 12 artikel dari 299 artikel yang telah diseleksi berdasarkan kriteria inklusi yang ditetapkan. Perhitungan statistic menggunakan Comprehensive Meta Analisys 3.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sintesis Data Menggunakan Spider

No. Jurnal Sampel Fenomena Menarik Desain Evaluasi Tipe Penelitian

1 Faktor – Faktor Risiko Dan Angka Kejadian Hipertensi Pada Penduduk Palembang Peneliti: Sartik, RM. Suryadi Tjekyan, M. Zulkarnain

Populasi penduduk Kota Palembang yang berumur ≥ 18 tahun. rumus Lameshow, 390 responden. dilakukan dalam dua tahap dengan tehnik multistage random sampling. Sehingga diperoleh 6 kecamatan 14 kelurahan dan 174 RT terpilih. Tahap kedua merupakan pemilihan anggota sampel yang dilakukan secara simple random sampling.

Jenis Kelamin Laki-laki 183, Perempuan 214. Dari responden diketahui yang merokok 100 orang. Merokok ≥ 5 tahun yaitu 84 orang (21,2%) < 5 tahun 16 orang (4%)

Survey analitik dengan pendekatan cross sectional. menggunakan analisis univariat, bivariat dengan chi-square dan regresi logistik ganda menggunakan metode Enter untuk melihat faktor risiko yang paling berpengaruh dengan kejadian Hipertensi, kemudian melakukan interpretasi hasil analisis dan membuat model persamaan

Jenis Kelamin (p= 0,226; OR 1,33 CI= 0,83 – 2,13) Kebiasaan Merokok (p=0,026; OR=1,77 dan 95% CI=1,06-2,95)

Kuantitatif

2 Prevalence and risk factors associated with working population at high altitude in China: a cross-sectional study Peneliti: Yang Shen, Chun Chang, Jingru

4198 Sampel, 3026 (72.1%) laki-laki dan 1172 (27.9%) perempuan dari dataran china

Etnis Han, sering minum alkohol, diabetes dan hiperurisemia merupakan faktor risiko untuk Hipertensi

cross sectional. Untuk perbandingan berganda, dilakukan penyesuaian Bonferroni, uji SNK dan uji rank-sum Wilcoxon Selanjutnya digunakan uji Chi-kuadrat, ANOVA satu arah dan uji Kruskal-

Jenis Kelamin (p=0,001 OR 1.779 CI=1.429–2.216) Merokok (p=0,800 OR 0.977 CI= 0.822–1.161) Studi ini menunjukkan prevalensi Hipertensi dan Pre Hipertensi yang tinggi dalam populasi

Kuantitatif

Page 3: Meta-Analysis: The Relationship Of Gender And Smoking

ISSN : 2597-3851 Vol. 5 No. 1 (August, 2021)

journal.mbunivpress.or.id/index.php/healthy 26

No. Jurnal Sampel Fenomena Menarik Desain Evaluasi Tipe Penelitian

Zhang, Ying Jiang, Bingying Ni and Yanling Wang

Wallis

pekerja berusia 20-59 tahun di dataran tinggi di Cina Jenis Kelamin Pria, usia dan Posisi pekerjaan, obesitas, dan riwayat keluarga Hipertensi adalah prediktor dari HTN dan PHT. Meskipun prevalensi HTN yang tinggi, tingkat kesadaran, pengobatan dan kontrol masih rendah rendah

3 Assessment of Hypertension and its Associated Risk Factors among Medical Students in Qassim University Peneliti: Ahmed Humaidan AlWabel, Mohammed Ali Almufadhi, Faisal Mohammed Alayed, Abdullah Yousef Aloraini, Hoor Mohammed Alobaysi, Rawan Mazyad Alalwi

Besar sampel 130 Laki-laki 92 orang, perempuan 38 orang. Didapat dari rumus Besar sampel : n = Z2P (1 - P)/d2

lebih banyak peserta laki-laki dalam penelitian ini daripada peserta perempuan karena laki-laki memiliki tingkat partisipasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan perempuan dalam penelitian

cross sectional. Pengumpulan data melalui kuisioner dan pengukuran Tekanan Darah, Berat badan dan Tinggi Badan

Jenis Kelamin (p=0,023; OR=5,930 CI= 1,274-27,595 Berdasarkan penelitian adanya prehipertensi yang tidak terdeteksi pada usia dewasa muda, sehingga disarankan untuk dilakukan screening lebih luas pada dewasa muda

Kuantitatif

4 Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Hipertensi Pada Pekerja Di Pardic Jaya Chemicals Tangerang Tahun 2017 Penelitian : Devi Angeliana Kusumaningtiar, Ashri Ilmiyati

73 pekerja pengambilan sampel total sampling.

PT Pardic Jaya Chemicals merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang industri kimia yang memproduksi resin sintetis (alkyd, acrylic, polyster dan polyurethane). Data dari klinik PT Pardic Jaya Chemicals menunjukkan bahwa pekerja yang mempunyai hipertensi mengalami peningkatan dari tahun 2015 hingga tahun 2016

Cross sectional Analisis data yang digunakan adalah univariat dan bivariate menggunakan uji chi square

Jenis Kelamin P=0,734 OR=0,773 CI: 0,206-2,905 Merokok P=0,434 OR=1,714 CI: 0,595-4,941

kuantitatif

5 Usia, Aktivitas Fisik, Stress Pekerja Dan Obesitas Berisiko Terhadap Kejadian Hipertensi Pada Pekerja Di Pt Pulau intan Bajaperkasa Konstruksi Jakarta Tahun 2017 Peneliti: Ira Marti Ayu, Decy Situngkir, Dwi Apriliawati

menggunakan simple random sampling. Di dapat 88 sampel

Berdasarkan data BPS (2013) ada 47,420,633 buruh/ karyawan/ pegawai berisiko untuk terkena hipertensi Faktor usia, jenis kelamin, obesitas, perilaku olahraga, stress berkaitan dengan peningkatan tekanan darah survei pendahuluan pada PT. Pulau Intan Bajaperkasa dan ditemukan 37 orang pekerja yang mengalami Hipertensi

cross sectional. Subjek penelitian diinterview dengan menggunakan kuesioner untuk usia, jenis kelamin, kebiasaan merokok, aktivitas fisik menggunakan kuesioner Global Physical Activity Questionnaire (GPAQ), pengukuran stress dengan kuesioner Depression Anxiety Stress Scale 42 (DASS 42) dan pengukuran tekanan darah, tinggi badan berat badan Data dianalisis secara

Jenis kelamin P=0,535 OR=0,64 CI: 0,24-1,73 Merokok P=0,653 OR=1,59 CI: 0,54-4,63 Dari data diatas, kedua variabel tidak berhubungan dengan kejadian hipertensi Hal ini disebabkan karena kurangnya jumlah sampel sehingga tidak dapat membuktikan hubungan antara variabel

Kuantitatif

Page 4: Meta-Analysis: The Relationship Of Gender And Smoking

ISSN : 2597-3851 Vol. 5 No. 1 (August, 2021)

journal.mbunivpress.or.id/index.php/healthy 27

No. Jurnal Sampel Fenomena Menarik Desain Evaluasi Tipe Penelitian

tidak disebutkan jumlah total seluruh pegawai/buruh disana

univariat dan bivariat dengan uji chi square menggunakan software Statistik

independen dengan variable dependen

6 Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan Hipertensi Pada Usia Dewasa Peneliti : Ni Luh Putu Ekarini, Jathu Dwi Wahyuni, Dita Sulistyowati

Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode probability sampling yaitu simple random sampling Jumlah responden yang mengikuti penelitian ini yaitu sebanyak 70 orang

Rata-rata usia responden adalah 51.43 tahun, dengan usia termuda 18 tahun dan usia tertua 78 tahun. Sebagian besar tidak ingat mengalami hipertensi sejak kapan. Jenis kelamin responden didominasi oleh perempuan (64.3%)

cross sectional Alat mengumpulkan data berupa kuisioner Analisis data penelitian menggunakan analisis komponen univariat, bivariat (chi square) dan multivariat (regresi logistic ganda).

Jenis Kelamin P=1 OR=0,935 CI: 0,313-2,795 Merokok P=0,665 OR=0,417 CI: 0,047-3,710 Dari data diatas, kedua variable tidak berhubungan dengan kejadian hipertensi

kuantitatif

7 Determinan Kejadian Penyakit Hipertensi Pada Jemaah Umroh Yang Melakukan Vaksinasi Meningitis Di Poli Vaksinasi Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Tanjung Priok Penulis : Indra Felani dan Samingan

Populasi 15.182 pasien yang datang berkunjung selama 1 minggu ke Poliklinik Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Tanjung Priok. penetapan sampel menggunakan Rumus Slovin Sampel yang akan di teliti adalah: 390 Sampel

Hipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif. Dengan bertambahnya usia, maka tekanan darah juga akan meningkat yang disebabkan beberapa perubahan fisiologis. Setelah usia 45 tahun terjadi peningkatan resisten perifer dan aktivitas simpatik. Dinding arteri akan mengalami penebalan oleh karena adanya penumpukan zat kolagen pada lapisan otot, sehingga pembuluh darah akan berangsur angsur menyempit dan menjadi kaku Menurut peneliti, hasil penelitian jenis kelamin dengan hipertensi diperoleh lebih banyak responden yang berjenis kelamin perempuan terkena hipertensi, dalam hal tersebut mungkin Kecenderungan seorang perempuan terkena hipertensi terjadi pada saat menopause karena faktor hormonal.

cross sectional, Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner dan pengukuran Tekanan darah menggunakan alat Sphygmomanometer (termometer) dan stetoskop Pengambilan data primer dilakukan dengan cara wawancara dan menggunakan kuesioner sebagai ukur, pengukuran langsung tekanan darah pada responden. Sedangkan data sekunder diambil dari data pasien (Rekapitulasi Medik) di Poliklinik Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Tanjung Priok Pengolahan Data (Editing, Coding, Proccesing, Cleaning). Untuk Analisis Data menggunakan Analisis Univariat dan Analisis Bivariat

Jenis Kelamin P=0,763 OR=1,121 CI: 669-1878 Merokok P=0,545 OR=1,233 CI: 7,13-21,33 kebiasaan merokok dengan hipertensi tidak mempunyai hubungan yang signifikan. Mungkin disebabkan bias antara orang perokok atau yang baru mulai merokok tidak di jelaskan peneliti. Misalnya salah satu responden yang baru saja mencoba rokok, atau responden yang jarang merokok. Jenis Kelamin tidak berhubungan dengan kejadian Hipertensi kemungkinan karena banyaknya responden berjenis kelamin wanita sehingga factor hormonal yang berpengaruh terhadap hipertensi

kuantitatif

8 Determinan Kejadian Hipertensi Pada Lansia Di Wilayah Kerja Uptd Puskesmas Jatimulya Kecamatan Tambun Selatan Bekasi Timur

sampling dengan accidental sampling yaitu seluruh pasien hipertensi dan tidak hipertensi yang datang berobat di Pusekesmas Kecamatan Jatimulya Kecamatan Tambun Selatan Bekasi Timur Tahun 2018.

Pengambilan sampel didasarkan pada kunjungan pasien saat pertama kali penelitian di Puskesmas Jatimulya Kecamatan Tambun Selatan Bekasi Timur hingga sampel yang diambil terpenuhi sesuai dengan besaran sampel

Jenis Instrumen yang digunakan adalah kuesioner yang berisi variabel yang diteliti yaitu factor individu yang meliputi jenis kelamin, pendidikan, dan pekerjaan serta dari status gizi yaitu IMT (Indeks Masa Tubuh),

Jenis Kelamin P=0,27 OR=1,166 CI: 0,917-1,483 Merokok P=0,665 OR: 1,222 CI: 0,635-2,354 Menurut peneliti, kejadian hipertensi

Kuantitatif

Page 5: Meta-Analysis: The Relationship Of Gender And Smoking

ISSN : 2597-3851 Vol. 5 No. 1 (August, 2021)

journal.mbunivpress.or.id/index.php/healthy 28

No. Jurnal Sampel Fenomena Menarik Desain Evaluasi Tipe Penelitian

Peneliti : Erlina BR Sinulingga, Samingan

sampel yang diambil adalah sebanyak 156 sampel

yang diharapkan. Peneliti tidak menentukan batasan usia pada penelitian

dan gaya hidup yang meliputi kebiasaan merokok, kebiasaan olahraga, konsumsi makanan terhadap penyakit hipertensi pada lansia di wilayah kerja Puskesmas Jatimulya Kecamatan Tambun Selatan Bekasi Timur Tahun 2018. Anlisis menggunakan Univariat dan Bivariat Uji statistik yang digunakan adalah Uji Chi Square, karena uji ini dilakukan pada variabel yang bersifat katagorik atau kualitatif. Uji ini bertujuan untuk menguji perbedaan proporsi dua atau lebih kelompok sampel

dengan jenis kelamin bukan sebagai factor resiko untuk kejadian hipertensi dikarenakan banyaknya berbagai faktor resiko yang dapat mempengaruhi hipertensi. Akan tetapi, memilki kecenderungan lebih besar terjadinya hipertensi pada laki-laki dibandingkan perempuan.

9 Projection of new thresholds for hypertension to outpatient clinic patients and impact of risk factors: a cross-sectional study Peneliti : Umit Aydogan, Yusuf Cetin Doganer, Asli Ebiloglu, Deniz Engin Gok, Ebru Cirpan, Kenan Saglam

Sebanyak 437 pasien yang dirawat secara berturut-turut di klinik rawat jalan dengan diagnosis hipertensi pada penilaian awal direkrut untuk penelitian ini. kelompok usia pasien (≤ 45 tahun, 46-65 tahun, > 60 tahun)

faktor risiko kardiovaskular, antara lain usia, jenis kelamin, status merokok, diabetes mellitus, dislipidemia, obesitas, osteoporosis, gagal ginjal kronis dan riwayat keluarga hipertensi dari semua pasien terdaftar yang tekanan darahnya dievaluasi antara tahun 1990 dan 2010, diekstrak dari file media pasien. Penderita gangguan jiwa dan keganasan, dan mereka yang lebih muda dari 18 tahun, dikeluarkan dari penelitian.

Jenis Kelamin P= 0.631 OR= 1.167 CI: 0.621-2.194 Merokok P= 0.308 OR= 1.518 CI: 0.680-3.389 Jenis Kelamin dan Merokok tidak berhubungan dengan kejadian hipertensi. Namun diketahui bahwa terdapat hubungan signifikan antara adanya hipertensi dengan variabel riwayat keluarga hipertensi, obesitas dan usia, menurut pedoman ESH / ESC 2018.

Kuantitatif

10 Associated Factors of Hypertension in Women and Men in Vietnam: A Cross-Sectional Study Peneliti: Tran Quoc Cuong, Le Van Bao, Nguyen Anh Tuan, Vo Van Thang, Nguyen Minh Quan, Shwu-Huey Yang and Tuyen Van Duong

Sampel sebanyak 2.203 Populasi : masyarakat umum, yang berusia 18 hingga 69 tahun, tanpa masalah kesehatan mental apa pun, dan mampu membaca dan memahami bahasa lokal. Orang -orang dikecualikan adalah penderita penyakit katastropik, seperti penyakit ginjal kronis, paru obstruktif kronik penyakit, kanker, sirosis, stroke, penyakit jantung iskemik, atau penyakit arteri koroner

Faktor terkait hipertensi bervariasi berdasarkan jenis kelamin. Pola penyakit di Vietnam telah berpindah dari menular ke tidak menular selama

Desain penelitian cross-sectional

Jenis Kelamin P= 0,001 OR= 2,32 CI: 1,85-2,91 Merokok P= 0,002 OR= 1,78 CI: 1,40-2,25

Kuantitatif

11 Prevalence and Risk Factors of Prehypertension and Hypertension in

15.296 peserta random sampling

Tingkat kesadaran, pengobatan, dan kontrol di antara semua peserta hipertensi masing-

Desain penelitian cross-sectional survey pada 2013, menggunakan formulir kuesioner melalui

Jenis Kelamin P= 0.049 OR= 1.656 CI: 1.002- 2.737

Kuantitatif

Page 6: Meta-Analysis: The Relationship Of Gender And Smoking

ISSN : 2597-3851 Vol. 5 No. 1 (August, 2021)

journal.mbunivpress.or.id/index.php/healthy 29

No. Jurnal Sampel Fenomena Menarik Desain Evaluasi Tipe Penelitian

Southern China Peneliti : Lihua Hu, Xiao Huang, Chunjiao You, Juxiang Li, Kui Hong, Ping Li, Yanqing Wu, Qinhua Wu, Huihui Bao, Xiaoshu Cheng

Dari jumlah tersebut, 7.805 peserta berasal dari perkotaan dan 7491 dari perdesaan. Enam puluh delapan peserta dikeluarkan karena data yang hilang termasuk jenis kelamin, usia, tekanan darah, dan sebagainya. Mayoritas non responden adalah kaum muda karena kesibukan mereka dalam bekerja

masing adalah 64,8%, 27,1%, dan 12,6%. Prevalensi prehipertensi pada laki-laki menurun seiring bertambahnya usia, tetapi prevalensi hipertensi meningkat pada jenis kelamin yang berbeda. Persentase lemak tubuh yang tinggi secara signifikan dikaitkan dengan prehipertensi. Tinggal di perkotaan, jenis kelamin laki-laki, obesitas abdominal, dan menopause berkorelasi dengan hipertensi

wawancara tatap muka oleh staf terlatih dan pengukuran fisik Analisis regresi logistik multivariat Data dibuat menggunakan perangkat lunak EpiData versi 3.02. Setelah koreksi penyelarasan, analisis statistik dilakukan dengan menggunakan Paket Statistik untuk perangkat lunak Ilmu Sosial 17.0 (SPSS, IL, USA) dan Microsoft Excel 2007

Merokok P= 0.629 OR= 0.910 CI: 0.619-1.336 prehipertensi dan hipertensi meningkat dengan meningkatnya indeks massa tubuh (IMT). Analisis regresi logistik multivariat menunjukkan bahwa bertambahnya usia, IMT tinggi, indeks adiposa viseral tinggi, dan denyut jantung tinggi merupakan faktor risiko terjadinya prehipertensi dan hipertensi.

12 Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Hipertensi Pada Kelompok Lanjut Usia Di Wilayah Kerja Upt Puskesmas Petang I Kabupaten Badung Tahun 2016 Muhammad Hafiz Bin Mohd Arifin, I Wayan Weta, Ni Luh Ketut Ayu Ratnawati

Sampel 112 orang yang diambil secara konsekutif pada posyandu lansia yang di tujuh banjar di desa Petang, Kecamatan Petang, Kabupaten Badung

Hipertensi merupakan masalah global yang banyak terjadi yang merupakan faktor risiko utama untuk terjadinya penyakit kardiovaskular. hipertensi dapat menyebabkan stroke, infark miokard, gagal jantung, demensia, gagal ginjal, dan gangguan pengelihatan Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi seperti keturunan, jenis kelamin, ras dan usia. Sedangkan faktor risiko yang dapat dimodifikasi yaitu obesitas, kurang berolahraga atau aktivitas, merokok, alkoholisme, stress, dan pola makan.

cross sectional pengambilan data melalui pengukuran sesaat atau hanya satu kali saja serta dilakukan dalam waktu yang bersamaan. Alat ukur yang digunakan adalah spyghmomanometer air rakasa dan stetoskop. Tekanan darah diukur dalam posisi beridiri/duduk sesuai dengan tata cara pengukuran tekanan darah yang benar. Pengukuran tekanan darah dilakukan setelah responden istirahat selama 5 menit. Setiap responden diukur tensinya minimal 2 kali dengan jarak 5-10 menit.

Jenis Kelamin P= 0,902 OR= 0,980 CI: 0,712-1,350 Merokok P= 0,128 OR= 1,294 CI: 0,967-1,732

Kuantitatif

Input data Variabel Jenis Kelamin di CMA 3

Gambar 7. Tangkapan layar input data variabel Jenis Kelamin pada aplikasi CMA 3

Page 7: Meta-Analysis: The Relationship Of Gender And Smoking

ISSN : 2597-3851 Vol. 5 No. 1 (August, 2021)

journal.mbunivpress.or.id/index.php/healthy 30

Variasi dan Uji Heterogenitas Antar Penelitian

a. Variabel Merokok

Analisis terhadap variasi antar penelitian ditujukan untuk menentukan apakah antar penelitian heterogen atau homogen. Menurut Dahlan (2012), Antar penelitian dikatakan homogen apabila nilai P pada uji heterogenitas > 0,05 atau nilai I2 dan T2 kecil. Uji heterogenitas menunjukkan bahwa pada df = 9, nilai Q adalah 13.409, nilai p adalah 0,145 dan nilai I2 adalah 32,881 Hal ini berarti antar penelitian homogen karena nilai p>0,05 atau nilai I2 dan T2 kecil, seperti ditunjukkan gambar 6.

Gambar 6. Tangkapan Layar Hasil Uji Heterogenitas variabel Merokok

Nilai Q menggambarkan jarak masing-masing penelitian dari efek rata-rata (bobot, kuadrat dan gabungan semua penelitian). Jika semua penelitian menghasilkan ukuran efek yang sama, maka nilai Q yang diharapkan sama dengan df. Dari hasil ini, nilai Q tidak sama dengan df (13,409 ≠ 9). Maka hipotesis nol ditolak. Hal ini membuktikan bahwa semua penelitian memiliki effect size (ukuran efek) yang berbeda.

T2 adalah estimasi variasi antar penelitian pada efek yang sebenarnya. Nilai estimasi yang diperoleh yaitu 0,030. Sedangkan T adalah estimasi standar deviasi antar penelitian pada efek yang sebenarnya. Nilai estimasi yang diperoleh adalah 0,172. Varians dalam ukuran efek meliputi varians dalam efek ukuran sebenarnya dari studi penelitian.

Hasil analisis menunjukkan bahwa variasi antar penelitian adalah homogen, maka model yang digunakan untuk menghitung efek gabungan adalah fix effect model.

Tabel 5. Varian penelitian variabel merokok No

Penelitian Tahun N OR Varian Bobot (%)

1 Tran Quoc Cuong, Le Van Bao,Nguyen Anh Tuan,Vo Van Thang,Nguyen Minh Quan,Shwu-Huey Yang ,Tuyen Van Duong

2019 2.203 1.78 0.015 23.62

2 Sartik, RM. Suryadi Tjekyan, M.Zulkarnain 2017 397 1.76 0,068 10.71

3 Indra Felani dan Samingan 2017 390 1,230 0,078 9.72

4 Erlina BR Sinulingga, Samingan 2019 156 1,220 0,112 7.41

5 Umit Aydogan, Yusuf Cetin Doganer, Asli Ebiloglu, Deniz Engin Gok, Ebru Cirpan, Kenan Saglam

2019 437 1,518 0,168 5.31

6 Devi Angeliana Kusumaningtiar, Ashri Ilmiyati 2017 73 1,710 0,292 3.26

7 Ira Marti Ayu, Decy Situngkir, Dwi Apriliawati 2017 88 0,69 0,266 3.54

8 Ni Luh Putu Ekarini, Jathu Dwi Wahyuni, Dita Sulistyowati 2020 70 0,420 1,242 0.82

9 Lihua Hu, Xiao Huang, Chunjiao You, Juxiang Li, Kui Hong, Ping Li, Yanqing Wu, Qinhua Wu, Huihui Bao, Xiaoshu Cheng

2017 15,296 0.910 0.039 15.36

10 Muhammad Hafiz Bin Mohd Arifin, I Wayan Weta, Ni Luh Ketut Ayu Ratnawati

2016 112 1,294 0.022 20.23

b. Variabel Jenis Kelamin

Uji heterogenitas menunjukkan bahwa pada df = 10, nilai Q adalah 36.642, nilai p adalah 0,000 dan nilai I2 adalah 72.709. Hal ini berarti antar penelitian bervariasi (heterogen) karena nilai p<0,05 atau nilai I2 besar dan T2 kecil.

Gambar 8. Tangkapan Layar Hasil Uji Heterogenitas Variabel Jenis Kelamin

Page 8: Meta-Analysis: The Relationship Of Gender And Smoking

ISSN : 2597-3851 Vol. 5 No. 1 (August, 2021)

journal.mbunivpress.or.id/index.php/healthy 31

Nilai Q menggambarkan jarak masing-masing penelitian dari efek rata-rata (bobot, kuadrat dan gabungan semua penelitian). Jika semua penelitian menghasilkan ukuran efek yang sama, maka nilai Q yang diharapkan sama dengan df. Dari hasil ini, nilai Q tidak sama dengan df (36.642 ≠ 10). Maka hipotesis nol diterima. Hal ini membuktikan bahwa semua penelitian memiliki effect size (ukuran efek) yang berbeda.

T2 adalah estimasi variasi antara penelitian pada efek yang sebenarnya. Nilai estimasi yang diperoleh yaitu 0,103. Sedangkan T adalah estimasi standar deviasi antar penelitian pada efek yang sebenarnya. Nilai estimasi yang diperoleh adalah 0,321. Varians dalam ukuran efek meliputi varians dalam efek ukuran sebenarnya dari studi penelitian.

Nilai I2 yang diperoleh adalah 72.709, artinya heterogenitas antar penelitian tinggi, dengan kata lain ada perbedaan dalam efek yang diamati. Hasil analisis menunjukkan bahwa variasi antar penelitian adalah heterogen, maka model yang digunakan untuk menghitung efek gabungan adalah random effect model.

Tabel 7. Varian Penelitian Variabel Jenis Kelamin No Penulis Tahun N OR Varian Bobot (%)

1 Sartik, RM. Suryadi Tjekyan, M. Zulkarnain 2017 397 1,33 0.058 10.40

2 Yang Shen, Chun Chang, Jingru Zhang, Ying Jiang, Bingying Ni and Yanling Wang

2017 4198 1.779 0.013 14.47

3 Ahmed Humaidan AlWabel, Mohammed Ali Almufadhi, Faisal Mohammed Alayed, Abdullah Yousef Aloraini, Hoor Mohammed Alobaysi, Rawan Mazyad Alalwi

2018 130 5.93 0.616 2.33

4 Devi Angeliana Kusumaningtiar, Ashri Ilmiyati 2017 73 0.773 0.456 3.00

5 Ira Marti Ayu, Decy Situngkir, Dwi Apriliawati 2017 88 0.64 0.254 4.69

6 Ni Luh Putu Ekarini, Jathu Dwi Wahyuni, Dita Sulistyowati 2020 70 0.94 0.312 4.04

7 Indra Felani dan Samingan 2017 390 1.12 0.069 9.71

8 Erlina BR Sinulingga, Samingan 2019 156 1.17 0.015 14.17

9 Lihua Hu, Xiao Huang, Chunjiao You, Juxiang Li, Kui Hong, Ping Li, Yanqing Wu, Qinhua Wu, Huihui Bao, Xiaoshu Cheng

2017 15,200 1.656 0.066 9.92

10 Tran Quoc Cuong, Le Van Bao, Nguyen Anh Tuan, Vo Van Thang, Nguyen Minh Quan, Shwu-Huey Yang and Tuyen Van Duong

2019 2.203 2.32 0.013 14.37

11 Muhammad Hafiz Bin Mohd Arifin, I Wayan Weta, Ni Luh Ketut Ayu Ratnawati

2016 112 0,980 0.027 12.90

P-Value

a. Variabel Merokok

Nilai efek gabungan dari hasil analisis 10 penelitian ini adalah 1,397 dengan interval kepercayaan: 1,212-1,611. Efek gabungan juga menghasilkan nilai Z sebesar 4,611 dan nilai p 0,000. Karena nilai p < 0,05, ini berarti hipotesis nol di tolak, dengan kata lain terdapat hubungan antara merokok terhadap kejadian hipertensi.

b. Variabel Jenis Kelamin

Nilai efek gabungan dari hasil analisis 11 penelitian ini adalah 1,384 dengan interval kepercayaan:

1,074-1,784. Efek gabungan juga menghasilkan nilai Z sebesar 2,510 dan nilai p 0,012. Karena nilai p< 0,05, ini berarti hipotesis nol di tolak, dengan kata lain ada hubungan antara jenis kelamin terhadap kejadian hipertensi.

Page 9: Meta-Analysis: The Relationship Of Gender And Smoking

ISSN : 2597-3851 Vol. 5 No. 1 (August, 2021)

journal.mbunivpress.or.id/index.php/healthy 32

Bobot

a. Variabel Merokok

Gambar 10. Tangkapan Layar Nilai Pembobotan Kualitas penelitian Variabel Merokok

Berdasarkan hasil analisis dari sepuluh artikel jurnal dan pembobotan diketahui bahwa penelitian Tran Quoc dkk (2019) Memiliki bobot yang paling besar yaitu 35,96 %, hal ini disebabkan banyaknya jumlah sampel yang di gunakan dalam penelitian tersebut ( n = 2.203) serta juga memiliki nilai varians yang kecil sehingga menghasilkan bobot yang besar, sedangkan pembobotan terkecil pada penelitian Ni Luh Putu Ekarini sebesar 0.42% disebabkan karena jumlah sampel yang digunakan hanya n = 70 dan besarnya varians pada penelitian tersebut. Disamping itu Ni Luh Putu Ekarini hanya menggunakan sampel di satu puskesmas Rawamangun pada bulan Agustus 2020 saja, Bobot berbanding lurus dengan jumlah subjek dan berbanding terbalik dengan varians.

Hal ini sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh Dahlan (2012) bahwa bobot dalam suatu penelitian berbanding lurus dengan jumlah subjek penelitian (sampel penelitian). Penelitian dengan jumlah subjek 100 akan mempunyai bobot yang lebih besar dibanding penelitian dengan jumlah subjek 50. Selain jumlah subjek, bobot juga dipengaruhi oleh variasi data. Bobot berbanding terbalik dengan variasi data. Penelitian dengan data yang lebih bervariasi akan mempunyai bobot yang lebih kecil dibanding penelitian dengan variasi yang lebih kecil.

Gambar 9. Forest Plot Fix Effect Model Variabel Merokok

Pada forest plot di atas memperlihatkan odds rasio masing-masing penelitian (kotak hitam) dengan interval kepercayaannya (garis horizontal). Garis vertikal menunjukkan odds rasio = 1 artinya tidak ada perbedaan antara variabel dependen (perilaku merokok) dan independen (kejadian hipertensi). Odds rasio gabungan digambarkan dalam bentuk wajik. Pada fores plot penelitian merokok, ini 8 dari 10 studi yang digabungkan interval kepercayaannya memotong garis vertikal yang dibuat melalui hasil gabungan, yang menunjukkan bahwa studi yang digabungkan bersifat homogen. Hasil analisis data yang ditampilkan pada forest plot, menunjukkan bahwa adanya hubungan merokok dengan kejadian hipertensi dengan nilai p<0,05 yaitu p<0,000 dan nilai pooled odds ratio sebesar 1,397 (95% CI 1,212-1,611), sehingga dapat disimpulkan bahwa perokok berisiko 1,397 kali mengalami kejadian hipertensi dibandingkan bukan perokok

Page 10: Meta-Analysis: The Relationship Of Gender And Smoking

ISSN : 2597-3851 Vol. 5 No. 1 (August, 2021)

journal.mbunivpress.or.id/index.php/healthy 33

Walaupun dari sepuluh penelitian yang dianalisis banyak menyatakan merokok tidak berhubungan dengan hipertensi (8 penelitian tidak berhubungan, 2 menyatakan berhubungan) namun dari uji meta analisis menunjukkan hasil yang menyatakan bahwa merokok berhubungan dengan kejadian hipertensi, hal tersebut dapat disebabkan dari penelitian yang tidak berhubungan memiliki sampel yang sedikit, bias penelitian, varian yang besar. Sesuai dengan perhitungan statistic meta analisis yang ditunjukkan dengan hasil p-value gabungan sebesar 0.000 dan odd ratio gabungan sebesar 1,397 yang artinya bahwa perokok berisiko 1,397 kali mengalami kejadian hipertensi dibandingkan bukan perokok.

Penelitian Tran Quoc dkk (2019) selain sampel yang besar juga memiliki karakteristik sampel yang beragam dan dikategorikan dengan baik, dari rentang usia (18-44, 45-59, 60-69), membandingkan jenis kelamin laki-laki dengan perempuan, status perkawinan, Pendidikan, pekerjaan bahkan pendapatan bulanan diklasifikasikan dalam penelitian ini dengan baik, sehingga mengurangi kemungkinan bias penelitian. Untuk perilaku kesehatan seperti merokok (ya vs tidak), minum alkohol (ya vs tidak), asupan buah dan sayur, aktifitas fisik (ya vs tidak), konsumsi garam (ya vs tidak), pengukuran tekanan darah juga dilakukan menggunakan alat manual standar yang ditentukan dari perusahaan Yamasu Sphygmanometer Tokyo jepang) serta pengukuran dilakukan tiga kali dengan interval 30 detik pada semua peserta penelitian setelah istirahat 10 menit, di lengan kanan dan posisi duduk, ditanyakan apakah ada meminum obat hipertensi atau tidak sebelum dilakukan pengukuran, sehingga penelitian ini mempunyai homogenitas yang baik sehingga meningkatkan validitas internal. Untuk menghindari multikolinieritas antar pembaur, korelasi antar faktor terkait dengan hipertensi pada p<0,20 peneliti melakukan uji regresi bivariat.

Berbeda dengan penelitian yang dilakukan Ni Luh Putu Ekarini (2020), meneliti pada rentang usia dewasa yang berobat ke Puskesmas Rawamangun Jakarta Timur, dibulan Agustus sampai dengan Oktober 2016 dengan mengumpulkan data kuisioner dan melakukan pengukuran kepada 70 orang saja. Walaupun rentang usia penelitian oleh Ni Luh Putu Ekarini termuda 18 tahun dan usia tertua 78 tahun, namun karena jumlah sampel yang sedikit menyebabkan varian menjadi besar, selain itu peneliti tidak menjelaskan tehnik pengukuran tekanan darah, dan tidak menyebutkan standarisasi alat yang digunakan sehingga memungkinkan bias penelitian yang lebih besar.

Hasil meta analisis sesuai dengan teori bahwa Nikotin di dalam rokok dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah dan frekuensi denyut jantung. Karena Ketika masuk ke dalam tubuh, nikotin akan memberi sinyal pada otak untuk melepaskan hormon adrenalin. Hormon ini akan membuat diameter pembuluh darah menjadi mengecil sehingga berisiko terjadinya peningkatan tekanan darah. Lebih jauh lagi, zat berbahaya tersebut dapat menimbulkan kerusakan pada dinding pembuluh darah. Pada akhirnya, dinding pembuluh darah menjadi lebih kaku (atau dikenal dengan istilah aterosklerosis). Kondisi ini juga berkontribusi terhadap naiknya tekanan darah. Diperkuat juga dengan penelitian Julianti P dalam Sri Tanti Rahmayani (2019) yang menyatakan bahwa kebiasaan merokok memiliki risiko 1,53 kali mengalami hipertensi dibandingkan dengan responden yang berperilaku hidup sehat.

Pada penelitian Devi (2017), Erlina (2019), Indra (2018), Ira (2017), Lihua Hu (2017), Ni Luh (2020), dan Umit Aydogan (2019) yang menyumpulkan bahwa tidak ada hubungan antara merokok dengan kejadian hipertensi. Dari penelitian yang dilakukan oleh Ira (2017) mengatakan bahwa merokok tidak ada hubungannya dengan hipertensi bisa diakibatkan karena kurangnya jumlah sampel sehingga tidak dapat membuktikan hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. Dari hasil analisis terlihat bahwa terdapat ukuran risiko pada usia, aktivitas fisik, stress pekerja dan indeks massa tubuh dalam menyebabkan hipertensi. Indra (2018) mengatakan bahwa banyak kemungkinan orang yang merokok tidak mengalami hipertensi. Misalnya salah satu responden yang baru saja mencoba rokok, atau responden yang jarang merokok, dikarenakan itu dapat memungkinkan penelitian kebiasaan merokok menjadi tidak ada hubungannya dengan hipertensi.

Penelitian yang dilakukan oleh Thuy et al (2010) dan Hafiz et al (2016) yang menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara kebiasaan merokok dengan hipertensi. Tidak adanya hubungan yang bermakna antara kebiasaan merokok dengan hipertensi disebabkan oleh besar sampel yang tidak mencukupi untuk menunjukkan kebermaknaan pada penelitian ini. Penelitian tersebut menjelaskan bahwa risiko orang yang sedang merokok saat ini (perokok aktif) relatif sama dengan orang yang tidak pernah merokok atau bukan perokok (Thuy et al, 2010).

Page 11: Meta-Analysis: The Relationship Of Gender And Smoking

ISSN : 2597-3851 Vol. 5 No. 1 (August, 2021)

journal.mbunivpress.or.id/index.php/healthy 34

Jenis rokok juga menjadi perhatian dalam menilai hubungan antara merokok dengan kejadian hipertensi. Pada penelitian yang dilakukan oleh Kurniati (2012) yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara jenis rokok dengan peningkatan tekanan darah. Penelitian ini juga memperoleh jumlah perokok filter yang jauh lebih banyak yaitu sebanyak 97,22% dibandingkan perokok non filter. penelitian yang dilakukan oleh Setyanda (2015) yang menunjukkan adanya hubungan bermakna antara jenis rokok dengan kejadian hipertensi (p-value = 0,017). Kandungan nikotin dalam rokok non filter lebih besar dari rokok filter, sehingga risiko yang ditimbulkannya akan lebih besar (Setyanda, 2015). Jenis rokok filter dapat mengurangi masuknya nikotin ke dalam tubuh. Filter tersebut berfungsi sebagai penyaring asap rokok yang akan dihisap, sehingga nantinya tidak terlalu banyak bahan kimia yang akan masuk sampai ke paru-paru (Nurcahyani, 2011).

Derajat merokok juga dapat menjadi fenomena tersendiri dalam melakukan penilaian terhadap hubungan antara merokok dengan kejadian hipertensi. Beberapa penelitian menyimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara merokok dengan kejadian hipertensi, selain disebabkan karena kurangnya sampel sehingga tidak bisa mewakili populasi, beberapa penelitian tidak secara mendalam menilai dejarat merokok, pemilihan rentang usia spesifik serta klasifikasi perokok aktif atau perokok pasif. Penelitian yang dilakukan oleh Erlina, dkk (2019) mengatakan merokok tidak berhubungan dengan hipertensi karena dalam penelitiannya hanya menemukan para responden biasa merokok 1 sampai 5 batang saja perharinya. Namun hasil penelitiannya menyebutkan bahwa merokok memiliki kecendrungan mengalami hipertensi karena kebiasaan merokok dapat meningkatkan beban kerja jantung.

Sedangkan penelitian indra felani dan samingan (2018) menyebutkan bahwa merokok tidak berhubungan dengan hipertensi karena sampel yang di dapat dari respondennya kemungkinan jarang merokok serta beberapa responden bahkan baru memulai merokok. Adapun penelitian Umit Aydogan (2019) menunjukkan hasil bahwa merokok tidak berhubungan dengan hipertensi karena adanya perbedaan pedoman standar diagnosa hipertensi antara Klasifikasi nilai tekanan darah (BP) menurut American College of Cardiology / American Heart Association 2017 (ACC / AHA) dan pedoman Masyarakat Hipertensi Eropa 2018 dan Masyarakat Kardiologi Eropa (ESH / ESC) hipertensi (HT). dari hasil penelitiannya penurunan ambang batas untuk membuat diagnosis hipertensi menjadi 130/80 mmHg, dalam pedoman tahun 2017 ACC / AHA akan meningkatkan jumlah pasien yang akan didiagnosis dengan hipertensi dan membutuhkan pengobatan. proporsi sampel penelitian yang tidak hipertensi menggunakan Ambang batas pedoman ESH / ESC 2018 kira-kira tiga kali lebih tinggi (25,5% versus 8,9%) daripada menggunakan pedoman ACC / AHA 2017.

b. Variabel jenis kelamin

Gambar 12. Tangkapan Layar Nilai Pembobotan Kualitas penelitian Variabel Jenis Kelamin

Dari sebelas jurnal yang di review, empat jurnal menyatakan bahwa jenis kelamin berhubungan dengan kejadian hipertensi dan tujuh jurnal menyatakan jenis kelamin tidak berhubungan dengan kejadian hipertensi. Namun dari effek gabungan meta analisis menyatakan bahwa jenis kelamin berhubungan dengan kejadian hipertensi sesuai dengan nilai p< 0,05, ini berarti hipotesis nol di tolak, dengan kata lain ada hubungan antara jenis kelamin terhadap kejadian hipertensi. Dimana pria memiliki resiko hipertensi 1,384 lebih besar dibanding jenis kelamin perempuan.

Page 12: Meta-Analysis: The Relationship Of Gender And Smoking

ISSN : 2597-3851 Vol. 5 No. 1 (August, 2021)

journal.mbunivpress.or.id/index.php/healthy 35

Hasil analisis dari sebelas artikel jurnal menunjukkan nilai varians dan bobot yang berbeda. Dari sebelas artikel jurnal ini, Yang Shen dkk (2017) memiliki kualitas penelitian yang baik karena memiliki jumlah sampel yang besar (n=4198), juga memiliki nilai varians yang kecil sehingga menghasilkan bobot yang besar, dengan nilai side effect 1,780 (sangat tinggi). Penelitian Yang shen dkk menyatakan bahwa jenis kelamin berhubungan dengan hipertensi dan menemukan laki-laki memiliki resiko Hipertensi dan Prehipertensi lebih tinggi daripada perempuan disebabkan oleh lebih tinggi faktor resiko metabolik ditemukan pada pria, yaitu kelebihan berat badan atau obesitas, TC tinggi, TG tinggi, dan diabetes). Penelitiannya memiliki prosedur baku dalam pengumpulan data dan dilakukan oleh petugas terlatih. untuk meminimalkan bias semua pemeriksaan TD, Tinggi Badan, sampel analisis darah dilakukan di RS khusus yang ditunjuk. Subjek disarankan untuk menghindari minum, merokok, kopi, teh dan berolahraga setidaknya 30 menit sebelum pengukuran. Pengukuran tekanan darah dilakukan setelah subjek beristirahat dalam posisi duduk dengan tenang selama minimal 5 menit. Selama survei, tekanan darah diukur menggunakan sphygmomanometer elektronik yang sudah di tera sebanyak tiga kali pada Interval 5 menit di pagi hari dan diambil rata-ratanya.

Tran Quoc memiliki bobot yang tinggi pula karena sampel penelitian besar (n=2.203) serta varian yang kecil, memiliki protokol penelitian yang baik mulai pengumpulan data sampai analisis data, penggunaan alat ukur yang standar dan pengukuran yang dilakukan berulang sebanyak tiga kali. dari penelitiannya menyatakan bahwa jenis kelamin berhubungan dengan kejadian hipertensi

Sedangkan Ahmed (2018) memiliki bobot terendah karena jumlah sampel yang kecil (n=130) dan besarnya varians pada penelitian tersebut. Dia hanya melakukan penelitian pada mahasiswa College of Medicine di Universitas Qassim. Walaupun pengukuran tekanan darah diilakukan oleh mahasiswa kedokteran yang terlatih namun dalam penelitian tidak menyebutkan berapa kali pengukuran dilakukan dan protocol apa yang harus dilakukan oleh partisipan tidak dijelaskan dalam penelitia tersebut. Hasil penelitian ahmed juga menyimpulkan ada pengaruh jenis kelamin terhadap kejadian hipertensi dengan effek size 5,930 (pengaruh tinggi).

Gambar 11. Forest Plot Random Effect Model Variabel Jenis Kelamin

Pada forest plot di atas memperlihatkan odds rasio masing-masing penelitian (kotak hitam) dengan interval kepercayaannya (garis horizontal). Garis vertikal menunjukkan odds rasio = 1 artinya tidak ada perbedaan antara variabel dependen (jenis kelamin) dan independen (kejadian hipertensi). Odds rasio gabungan digambarkan dalam bentuk wajik. Hasil analisis data yang ditampilkan pada forest plot, menunjukkan bahwa adanya hubungan jenis kelamin dengan kejadian hipertensi dengan nilai p<0,012 dan nilai pooled odds ratio sebesar 1,384 (efek sangat tinggi) (95% CI 1,074-1,784).

Hasil meta analisis sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Reckelhoff, J. F. (2001), menunjukkan bahwa tekanan darah lebih tinggi pada pria dibandingkan pada wanita pada usia yang sama. Namun, setelah menopause, tekanan darah pada wanita meningkat ke tingkat yang lebih tinggi daripada pria. Terapi penggantian hormon dalam banyak kasus tidak secara signifikan menurunkan tekanan darah pada wanita pascamenopause, menunjukkan bahwa kehilangan estrogen mungkin bukan satu-satunya komponen yang terlibat dalam peningkatan tekanan darah pada wanita setelah menopause. Sebaliknya, androgen hanya dapat menurun sedikit, jika ada, pada wanita pascamenopause. Dalam penelitiannya didapatkan hasil androgen dapat meningkatkan tekanan darah. Temuan pada penelitian pada hewan menunjukkan bahwa ada hubungan yang menumpulkan tekanan-natriuresis pada tikus hipertensi spontan jantan dan pada tikus betina hipertensi spontan yang diovariektomi yang diobati secara kronis dengan

Page 13: Meta-Analysis: The Relationship Of Gender And Smoking

ISSN : 2597-3851 Vol. 5 No. 1 (August, 2021)

journal.mbunivpress.or.id/index.php/healthy 36

testosteron. Faktor kunci dalam mengontrol hubungan tekanan-natriuresis adalah sistem renin-angiotensin (RAS). Meskipun mekanisme yang bertanggung jawab atas perbedaan gender dalam pengendalian tekanan darah tidak jelas, terdapat bukti signifikan bahwa androgen, seperti testosteron, memainkan peran penting dalam perbedaan terkait gender dalam regulasi tekanan darah Reckelhoff, J. F. (2001).

Penelitian juga seiring dengan penelitin Everett et al (2015), menunjukkan bahwa disparitas gender dalam status hipertensi sudah terbukti antara pria dan wanita di usia dua puluhan: wanita jauh lebih kecil kemungkinannya untuk mengalami hipertensi dibandingkan dengan pria (12% vs 27%). Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa pria yang berusia di bawah 65 tahun secara konsisten memiliki tingkat hipertensi yang lebih tinggi dibandingkan dengan wanita pada kelompok usia yang sama. Perbedaan ini terutama terlihat pada masa dewasa awal misalnya, sebuah penelitian menemukan bahwa di antara orang dewasa kulit putih berusia 18 hingga 29 tahun, hanya 1,5 persen wanita tetapi lebih dari 5 persen pria melaporkan hipertensi (untuk wanita dan pria kulit hitam, proporsinya adalah 4% dan 10%, masing-masing) (Cutler et al. 2008). Perbedaan gender yang diamati pada hipertensi, yang ada pada populasi manusia dan hewan, disebabkan oleh faktor biologis dan perilaku (Sandberg dan Ji 2012). Faktor biologis tersebut antara lain hormon seks, perbedaan kromosom, dan perbedaan jenis kelamin biologis lainnya yang bersifat protektif terhadap hipertensi pada wanita (Sandberg dan Ji 2012; Vitale et al. 2010; Vitale, Mendelsohn, dan Rosano 2009). Faktor biologis ini menjadi jelas selama masa remaja dan bertahan hingga dewasa sampai wanita mencapai menopause, di mana perbedaan gender dalam hipertensi menjadi lebih kecil atau tidak ada sama sekali.

Menurut penelitian (Lewa, Pramantara, & Rahayujati, 2010) faktor lain yang mempengaruhi tekanan darah seperti tingkat stress. Pada umumnya jenis kelamin laki-laki lebih tinggi mengalami stress dibandingkan dengan jenis kelamin perempuan. Hai ini dikarenakan oleh tingginya aktifitas dan tekanan kerja serta lingkungan kerja yang dialami oleh laki-laki pada umumnya lebih berat dibandingkan dengan perempuan. Di perkuat penelitian oleh Mira Istianja ( 2019) dalam penelitiannya Pengaruh Stres Psikososial terhadap Kejadian Hipertensi pada Masyarakat Pedesaan dan Perkotaan, dia menyimpulkan hipertensi pada masyarakat pedesaan akibat stres psikososial berhubungan variabel usia, jenis kelamin, status pendidikan, status ekonomi, status perkawinan dan IMT (PR=1,108; 95% CI=1,016-1,209). Menurut Herbert dan Casey, (2012), menyatakan bahwa seorang laki-laki lebih cenderung akan memiliki gaya hidup yang dapat meningkatkan tekanan darah disbanding dengan perempuan. Namun pada saat perempuan memasuki masa menopause, prevalensi hipertensi pada perempuan akan meningkat. Produksi hormon estrogen menurun saat menopause sehingga tekanan darah meningkat.

KESIMPULAN

Terdapat hubungan antara faktor kebiasaan merokok dan jenis kelamin dengan Kejadian Hipertensi. Hubungan antara kebiasaan merokok dengan angka kejadian hipertensi adalah 1,397 (efek sangat tinggi) dengan interval kepercayaan: 1,212-1,611. Efek gabungan juga menghasilkan nilai Z sebesar 4,611 dan nilai p 0,000. Karena nilai p < 0,05, ini berarti hipotesis nol di tolak, dengan kata lain terdapat hubungan antara merokok terhadap kejadian hipertensi. Hubungan antara jenis kelamin dengan angka kejadian hipertensi adalah 1,384 (efek sangat tinggi) dengan interval kepercayaan: 1,074-1,784. Efek gabungan juga menghasilkan nilai Z sebesar 2,510 dan nilai p 0,012. Karena nilai p < 0,05, ini berarti hipotesis nol di tolak, dengan kata lain ada hubungan antara jenis kelamin terhadap kejadian hipertensi.

DAFTAR PUSTAKA

Agus, R. (2011). Buku Ajar Metodologi Penelitian. Jakarta: Egc. Agustina, R., & Raharjo, B. B. (2015). Faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian hipertensi usia

produktif (25-54 tahun). Unnes Journal of Public Health, 4(4). Agustini, T. S., & JAKARTA II, P. K. (2019). Gambaran Kepatuhan Minum Obat pada Pasien Hipertensi di

Puskesmas Ciracas Kota Serang Periode Januari-Maret 2019. Karya Tulis Ilmiah. AlWabel, A., Almufadhi, M., Alayed, F., Aloraini, A., Alobaysi, H., & Alalwi, R. (2018). Assessment of

hypertension and its associated risk factors among medical students in Qassim University. Saudi Journal of Kidney Diseases and Transplantation, 29(5), 1100-1108. doi:10.4103/1319-2442.243959

Page 14: Meta-Analysis: The Relationship Of Gender And Smoking

ISSN : 2597-3851 Vol. 5 No. 1 (August, 2021)

journal.mbunivpress.or.id/index.php/healthy 37

Anggraini, A. D., Waren, A., Situmorang, E., Asputra, H., & Siahaan, S. S. (2009). Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian hipertensi pada pasien yang berobat di poliklinik dewasa puskesmas Bangkinang periode januari sampai juni 2008. Universitas Riau.

Anhar, V. Y., Arifin, S., Rahman, F., Ridwan, A. M., & Bohari, B. (2021). Analysis of Smoking Behavior Risk Factors in Adolescent through Health Belief Model Approaches. Open Access Macedonian Journal of Medical Sciences, 9(E), 192-197.

Arifin, M. H. B. M., & Weta, I. W. (2016). Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian hipertensi pada kelompok lanjut usia di wilayah kerja UPT Puskesmas Petang I Kabupaten Badung tahun 2016. E-Jurnal Medika Udayana, 5(7).

Aripin, A., Sawitri, A., & Adiputra, N. (2015). Risk Factors of Hypertension Among Adults in Banyuwangi: a Case-Control Study. Public Health and Preventive Medicine Archive, 3(2), 21508.

Armstrong, S. (2019). Pengaruh rokok terhadap kesehatan. Arum, Y. T. G. (2019). Hipertensi pada penduduk usia produktif (15-64 tahun). HIGEIA (Journal of Public

Health Research and Development), 3(3), 345-356. Ayu, I. M., Situngkir, D., & Apriliawati, D. (2017). Usia, Aktivitas Fisik, Stress Pekerja Dan Obesitas Berisiko

Terhadap Kejadian Hipertensi Pada Pekerja di PT Pulau Intan Baja Perkasa Konstruksi Jakarta Tahun 2017. Indonesian of Health Information Management Journal (INOHIM), 5(2), 114-118.

Azhar, I. (2017). Gambaran karakteristik pasien hipertensi di Puskesmas Gamping I Sleman Yogyakarta. STIKES Jenderal Achmad Yani Yogyakarta,

Creswell, J. W. (2016). Research design: pendekatan metode kualitatif, kuantitatif, dan campuran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 5.

Dahlan, M. (2012). Seri 12 Pengantar Meta-Analisis: disertai aplikasi meta-analisis dengan menggunakan program excel. Sumedang: Alqaprint.

Ekarini, N. L. P., Wahyuni, J. D., & Sulistyowati, D. (2020). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Hipertensi Pada Usia Dewasa. JKEP, 5(1), 61-73.

Everett, B., & Zajacova, A. (2015). Gender differences in hypertension and hypertension awareness among young adults. Biodemography and social biology, 61(1), 1-17.

Fadlilah, M., Pujiana, D., & Subani, S. (2020). HUBUNGAN ANTARA PEROKOK AKTIF DENGAN KUALITAS TIDUR MAHASISWA FAKULTAS HUKUM. Jurnal'Aisyiyah Medika, 6(1).

Fauzan, A., & Qariati, N. I. (2019). Faktor Risiko Hipertensi Pada Lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Banjarmasin. Jurnal Kesehatan Indonesia, 9(1), 21-24.

Felani, I., & Samingan, S. (2018). Determinan Kejadian Penyakit Hipertensi Pada Jemaah Umroh Yang Melakukan Vaksinasi Meningitis Di Poli Vaksinasi Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Tanjung Priok Tahun 2017. JUKMAS: Jurnal Untuk Masyarakat Sehat, 2(1), 50-64.

Fredy, D. G. (2019). ANALISIS PERSEPSI DAN PERILAKU MEROKOK SISWA SMA DI KECAMATAN REOK BARAT KABUPATEN MANGGARAI NTT. Jurnal Perennial Pedagogi, 1(1), 59-66.

Gao, K., Shi, X., & Wang, W. (2017). The life-course impact of smoking on hypertension, myocardial infarction and respiratory diseases. Scientific reports, 7(1), 1-7.

Garwahusada, E., & Wirjatmadi, R. B. (2020). HUBUNGAN JENIS KELAMIN, PERILAKU MEROKOK, AKTIVITAS FISIK DENGAN HIPERTENSI PADA PEGAWAI KANTOR [Correlation of Sex, Smoking Habit, Physical Activity and Hypertension among Offi ce Employee]. Media Gizi Indonesia, 15(1), 60-65.

Hafiz, M., Weta, I. W., Ratnawati, N. L. K. A. (2016). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Hipertensi pada Kelompok Lanjut Usia di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Petang I Kabupaten Badung Tahun 2016. Jurnal Medika, 5(7), pp. 1-23

Hanns Peter, W. (2009). Hipertensi. Diterjemahkan oleh Lily Endang Joelani. Jakarta: PT Bhuana Ilmu Populer.

Hungu, D. A. (2007). Pengertiaan Jenis Kelamin. Jakarta. Penerbit Grasindo. Imanda, A., Martini, S., & Artanti, K. D. (2019). Post hypertension and stroke: A case control study.

Kesmas: Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional (National Public Health Journal), 13(4), 164-168. Istiana, M., & Yeni, Y. (2019). The Effect of Psychosocial Stress on the Incidence of Hypertension in Rural

and Urban Communities. Media Kesehatan Masyarakat Indonesia, 15(4), 408-417.

Page 15: Meta-Analysis: The Relationship Of Gender And Smoking

ISSN : 2597-3851 Vol. 5 No. 1 (August, 2021)

journal.mbunivpress.or.id/index.php/healthy 38

Jaya Widyartha, I., Putra, W. A. E., & Ani, L. S. (2016). Family History, Stress, Less Physical Activity, Obesity and Excessive Salty Food Consumption as Risk Factors of Hypertension. Public Health and Preventive Medicine Archive, 4(2), 186-194.

Kekhususan, S. M. (2000). mempermasalahkan PP no. 81 tahun 1999 tentang pengamanan rokok bagi kesehatan. Jakarta: Grasindo Publishing.

Koes, I. (2014). Ilmu Kesehatan Masyarakat. Bandung: Alfabet. KURNIAWAN, H. (2020). LITERATUR RIVIEW PENGETAHUAN SISWA SEKOLAH DASAR TENTANG

BAHAYA MEROKOK. Kusumaningtiar, D. A., & Ilmiyati, A. (2017). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Hipertensi Pada

Pekerja di Pardic Jaya Chemicals Tangerang Tahun 2017. Indonesian of Health Information Management Journal (INOHIM), 5(2), 79-83.

LA ODE, H. (2019). -PERBANDINGAN KADAR HEMOGLOBIN MENGGUNAKAN METODE SAHLI PADA PEROKOK AKTIF DAN PASIF DI DESA AWUNIO KABUPATEN KONAWE SELATAN. Jurnal MediLab Mandala Waluya, 3(2 DESEMBER), 107-118.

Lewa, A. F., Pramantara, I. D. P., & Rahayujati, T. B. (2010). Faktor-faktor risiko hipertensi sistolik terisolasi pada lanjut usia. Berita kedokteran masyarakat, 26(4), 171-178.

Morika, H. D., & Yurnike, M. W. (2021). Hubungan Terapi Farmakologi Dan Konsumsi Garam Dalam Pencapaian Target Tekanan Darah Pada Lansia Penderita Hipertensi Di Puskesmas Lubuk Buaya Padang. Jurnal Kesehatan Medika Saintika, 7(2).

Oktaviarini, E., Hadisaputro, S., Suwondo, A., & Setyawan, H. (2019). Beberapa Faktor yang Berisiko Terhadap Hipertensi pada Pegawai di Wilayah Perimeter Pelabuhan (Studi Kasus Kontrol di Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Semarang). Jurnal Epidemiologi Kesehatan Komunitas, 4(1), 35-44.

Ondimu, D. O., Kikuvi, G. M., & Otieno, W. N. (2019). Risk factors for hypertension among young adults (18-35) years attending in Tenwek Mission Hospital, Bomet County, Kenya in 2018. The Pan African Medical Journal, 33.

Organization, W. H. (2015). Who Report On Global Surveillance Of Epidemic-Prone Infectious Diseases: Dengue And Dengue Haemorrhagic Fever, 2014 [Cited 2014 Jul 21].

Page, M. J., McKenzie, J. E., Bossuyt, P. M., Boutron, I., Hoffmann, T., Mulrow, C. D., . . . Moher, D. (2020). Mapping of reporting guidance for systematic reviews and meta-analyses generated a comprehensive item bank for future reporting guidelines. Journal of clinical epidemiology, 118, 60-68.

Purwanti, R. T. P. A., & Jatmiko, S. W. (2018). Hubungan Kebiasaan Merokok dengan Terjadinya Hipertensi pada Pegawai CV Lusindo Desa Sukadanau Cikarang Barat. Universitas Muhammadiyah Surakarta,

Puspitasari, S. (2017). HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DAN DIET HIPERTENSI DENGAN FREKUENSI KEKAMBUHAN HIPERTENSI PADA LANSIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PANDAK II BANTUL YOGYAKARTA. Universitas Alma Ata Yogyakarta,

Puspitasari, D. I., Hannan, M., & Chindy, L. D. (2018). PENGARUH JALAN PAGI TERHADAP PERUBAHAN TEKANAN DARAH PADA LANJUT USIA DENGAN HIPERTENSI DI DESA KALIANGET TIMUR KECAMATAN KALIANGET KABUPATEN SUMENEP (The Effect of Walking in the Morning to Change of Blood Pressure in Elderly with Hypertension in Kaliang. Jurnal Ners LENTERA, 5(2), 169-177.

Rahmayani, S. T. (2019). Faktor-Faktor Risiko Kejadian Hipertensi Primer pada Usia 20-55 Tahun di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD 45 Kuningan. Syntax, 1(4).

Reynolds, L. J., Chavan, N. R., DeHoff, L. B., Preston, J. D., Maddox, H. F., O'Brien, J. M., . . . Pearson, K. J. (2019). Smoking during pregnancy increases chemerin expression in neonatal tissue. Experimental physiology, 104(1), 93-99.

Roshifanni, S. (2016). Risiko Hipertensi Pada Orang Dengan Pola Tidur Buruk. Jurnal Berkala Epidemiologi, 4(3), 408-419.

Sari, A. T. O., Ramdhani, N., & Eliza, M. (2003). Empati dan perilaku merokok di tempat umum. Jurnal Psikologi, 30(2), 81-90.

Sari, E. P., Sitorus, R. J., & Utama, F. (2017). Studi Prevalensi Kejadian Hipertensi pada Posbindu di Wilayah Kerja BTKLPP Kelas I Palembang. Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, 8(2).

Page 16: Meta-Analysis: The Relationship Of Gender And Smoking

ISSN : 2597-3851 Vol. 5 No. 1 (August, 2021)

journal.mbunivpress.or.id/index.php/healthy 39

Setyawan, A. B., Nurjannah, R. S., Nurhidayat, R., & Rifai, S. (2017). Gambaran Tingkat Pengetahuan Tentang Hipertensi dan Tingkat Stres Pada Klien Hipertensi di Klinik Islamic Center Samarinda. Husada Mahakam: Jurnal Kesehatan, 4(4), 181-194.

Shen, Y., Chang, C., Zhang, J., Jiang, Y., Ni, B., & Wang, Y. (2017). Prevalence and risk factors associated with hypertension and prehypertension in a working population at high altitude in China: a cross-sectional study. Environmental health and preventive medicine, 22(1), 1-8.

Silaen, J. B. (2018). Kejadian Hipertensi Pada Masyarakat Di Wilayah Kerja Puskesmas Harapan Raya Pekanbaru. Jurnal Ipteks Terapan, 12(1), 64-77.

Sinulingga, E. B., & Samingan, S. (2019). Determinan Kejadian Hipertensi Pada Lansia Di Wilayah Kerja Uptd Puskesmas Jatimulya Kecamatan Tambun Selatan Bekasi Timur. JUKMAS: Jurnal Untuk Masyarakat Sehat, 3(1), 35-51.

Sitepoe, M. (2000). Kekhususan rokok Indonesia: mempermasalahkan PP no. 81 tahun 1999 tentang pengamanan rokok bagi kesehatan: Gramedia Widiasarana Indonesia.

Sugiyono. (2008). Metode penelitian pendidikan:(pendekatan kuantitatif, kualitatif dan R & D): Alfabeta. Tjekyan, R. S., & Zulkarnain, M. (2017). Faktor–faktor risiko dan angka kejadian hipertensi pada penduduk

Palembang. Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, 8(3), 180-191. Thuy, A. B., Blizzard L., Schmidt, M. D., Luc P. H., Granger, R. H., dan Dwyer, T. (2010). The association

between smoking and hypertension in a populationbased sample of Vietnamese men. Journal of Hypertension, 28(2), pp.245-250.

Udjianti, W. J. (2010). Keperawatan kardiovaskular. Jakarta: Salemba Medika, 20-53. Wahyuningsih, W., & Astuti, E. (2013). Faktor Yang Mempengaruhi Hipertensi pada Usia Lanjut. Jurnal

Ners dan Kebidanan Indonesia, 1(3), 71-75. Wijaya, A. S., & Putri, Y. M. (2013). KMB; Keperawatan Medikal Bedah (Keperawatan Dewasa). Zhang, Z., Ma, J., Wang, Z., Dong, Y., Yang, Z., Dong, B., & Ma, Y. (2019). Parental smoking and blood

pressure in children and adolescents: a national cross-sectional study in China. BMC pediatrics, 19(1), 1-6.