41
PATOLOGI LUKA Definisi Luka adalah rusak atau hilangnya jaringan tubuh yang terjadi karena adanya suatu faktor yang mengganggu sistem perlindungan tubuh. Luka dapat disebabkan oleh benda tajam dan benda tumpul. A. LUKA AKIBAT BENDA TUMPUL 1. Kontusi / luka memar Adalah luka karena kekerasan dengan benda tumpul dimana permukaan kulit dapat rusak atau tidak, tetapi jaringan dibawah kulit bengkak dan berwarna merah kebiruan. Yang mengalami kerusakan adalah jaringan subkutan dimana pembuluh-pembuluh darah (kapiler) rusak dan pecah sehingga darah meresap ke jaringan sekitarnya. Bagian tubuh yang mudah mengalami luka memar adalah bagian yang mempunyai jaringan lemak dibawahnya dan berkulit tipis. Gambar 1 : Contoh Luka Memar 2. Abrasi / luka lecet 1

PATOLOGI LUKA.doc

  • Upload
    julia

  • View
    69

  • Download
    1

Embed Size (px)

Citation preview

PATOLOGI LUKA Definisi Luka adalah rusak atau hilangnya jaringan tubuh yang terjadi karena adanya suatu faktor yang mengganggu sistem perlindungan tubuh. Luka dapat disebabkan oleh benda tajam dan benda tumpul.A. LUKA AKIBAT BENDA TUMPUL

1. Kontusi / luka memar

Adalah luka karena kekerasan dengan benda tumpul dimana permukaan kulit dapat rusak atau tidak, tetapi jaringan dibawah kulit bengkak dan berwarna merah kebiruan. Yang mengalami kerusakan adalah jaringan subkutan dimana pembuluh-pembuluh darah (kapiler) rusak dan pecah sehingga darah meresap ke jaringan sekitarnya. Bagian tubuh yang mudah mengalami luka memar adalah bagian yang mempunyai jaringan lemak dibawahnya dan berkulit tipis.

Gambar 1 : Contoh Luka Memar2. Abrasi / luka lecet

Adalah luka pada permukaan kulit sedemikian rupa, sehingga permukaan kulit sebelah luar sebagian atau seluruhnya hilang, dengan meninggalkan bagian kulit dibawahnya yang bisa berdarah atau tidak berdarah karena goresan, gesekan dan persentuhan dengan benda (benda tumpul pada umumya).

Gambar 2 : Contoh Luka Lecet

3. Lacerasi / luka robek

Adalah robeknya kulit dan jaringan dibawahnya yang disebabkan oleh benda tajam atau benda tumpul dengan arah tegak lurus sehingga terjadi flap dari kulit dan jaringan dibawahnya. Seluruh tebal kulit mengalami kerusakan dan juga jaringan dibawah kulit sehingga epidermis terkoyak, folikel rambut, kelenjar keringat, dan sebacea juga mengalami kerusakan.

Gambar 3 : Contoh Luka Robek

B. LUKA AKIBAT BENDA TAJAM

1. Luka Iris ( Incised Wound )Adalah luka yang disebabkan senjata yang tepinya tajam yang menimbulkan luka pada bagian yang tajam dari senjata yang ditekan dan ditarik (irisan) pada permukaan kulit, sedang kekuatan yang digunakan relatif ringan dan dapat menimbulkan goresan pada permukaan tubuh.

Gambar 4 : Contoh Luka Iris

2. Luka tusuk ( Stab Wound )

Adalah luka yang disebabkan oleh benda tajam runcing/ tumpul yang menembus kulit dan jaringan dibawahnya. Yang terjadi dengan suatu tekanan tegak lurus atau serong dengan permukaan tubuh.

Gambar 5 : Contoh Luka Tusuk

3. Luka Bacok ( Chop Wound )

Adalah luka karena persentuhan benda tajam (bisa agak tumpul) yang agak berat dimana persentuhannya di ayunkan dengan kekuatan.

Gambar 6 : Contoh Luka Bacok

Klasifikasi luka

1. Luka yang tidak menimbulkan halangan untuk sementara dalam melakukan pekerjaan sehari-hari atau luka ringan

2. Luka yang menimbulkan halangan untuk sementara dalam melakukan pekerjaan sehari-hari atau luka sedang

3. Luka berat ada 7 :

a. Luka yang tidak ada harapan sembuh atau menimbulkan bahaya maut (misalnya : luka tusuk pada perut)

b. Luka yang menyebabkan tidak mampu melakukan pekerjaan sehari-hari selama seumur hidup (misalnya : pemain piano yang kehilangan jari-jarinya, dokter bedah tulang yang kehilangan fungsi tangannya)

c. Luka yang menyebabkan kehilangan salah satu panca indera

d. Cacat berat misalnya kaki atau tangan putus karena amputasi

e. Mengalami kelumpuhan

f. Wanita hamil yang mengalami keguguran

g. Terganggunya daya pikir lebih dari 4 minggu

TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL

1. Bucal Swab

Pengambilan swab buccal ditujukan untuk memastikan identitas korban dan bukti DNA.7 Penggunaan bukti DNA adalah teknologi terbaru yang digunakan terutama dalam sistem peradilan pidana untuk mengidentifikasi pelaku kejahatan seksual. Prosedur pengumpulan DNAdapat bervariasi. Namun, semua memerlukan sampel perbandingan yang harus diambil dari korban.

Prosedur pengambilan swab buccal

Kumpulan isi kit

4 kapas tip aplikator steril

1 amplop manila dengan label informasi putih terpasang

1 amplop manila sedikit lebih kecil

1 segel

Satu pasang sarung tangan lateks bebas bubuk

Petunjuk pengambilan sampel

Pakai sepasang sarung tangan lateks bebas bubuk. Buka kertas steril pembungkus salah satu dari empat kapas tip aplikator

Gosok ujung kapas tip pada bagian dalam pipi mulut sambil perlahan diputar. Lakukan selama sekitar 30 detik.

Tempatkan kapas tip aplikator dalam amplop yang lebih kecil. Kertas pembungkus kapas swab dapat dibuang. Ulangi proses untuk sisa tiga kapas lalu masukkan dalam amplop yang lebih kecil. Lepaskan sarung tangan karet dan buang

Tempatkan amplop yang lebihkecil berisi empat kapas tip aplikator dalam amplop yang lebih besar dengan label terpasang

Isi semua informasi pada label putih

Tempatkan amplop dengan label putih dalam amplop yang berlabel Referensi Swab Mulut Collection Kit.

Segel amplop yang berlabel Referensi Mulut Swab Collection Kit dengan segel bukti dan tandai segel

Tempatkan amplop ke Ruang Properti dan simpan di lemari pendingin

Gambar 7 : Bucal Swab

2. Pengambilan Darah

Pada pemeriksaan spesimen darah, selalu diberi label pada tabung sampel darah.Catatan : - pembuluh darah femoral

- jantung a. Darah yang diperiksa : 20 cc dalam tabung dengan permukaan merah ;b. 20 cc dalam 2 x 10 cc permukaan abu-abu ; (bahan pengawet potassium oxalate dan sodium fluoride)c. 10 cc dengan warna permukaan keunguan (Pengawet EDTA). Tabung ini untuk analisa DNA.d. Untuk analisa dari bahan-bahan yang mudah menguap, darah harus ditaruh didalam tabung tes dengan tutup yang dapat diputar sehingga komponennya tidak tercampur dengan tutup karetnya

Pada kasus mayat yang tidak diotopsi:

1. Darah diambil dari vena femoral. Jika vena ini tidak berisi, dapat diambil dari subclavia.2. Pengambilan darah dengan cara jarum ditusuk pada trans-thoracic secara acak, secara umum tidak bisa diterima, karena bila tidak berhati-hati darah bisa terkontaminasi dengan cairan dari esophagus, kantung perikardial, perut/ cavitas pleura. Untuk mayat yang diotopsi:

1. Darah diambil dari vena femoral ;

2. Jika darah tidak dapat diambil dari vena femoral, dapat diambil dari :

a. Vena subklavia

b. Aorta

c. Arteri pulmonary

d. Vena cava superior

e. Jantung

3. Darah seharusnya diberi label sesuai dengan tempat pengambilan.

4. Pada kejadian yang jarang terjadi, yang biasanya berhubungan dengan trauma massive, darah tidak dapat diambil dari pembuluh darah tetapi terdapat darah bebas pada rongga badan.

3. Vaginal swab

Teknik Pengambilan bahan untuk pemeriksaan laboratorium untuk pemeriksaan cairan mani dan sel mani dalam lendir vagina, yaitu dengan mengambil lendir vagina menggunakan pipet pasteur atau diambil dengan ose batang gelas, atau swab. Bahan diambil dari forniks posterior, bila mungkin dengan spekulum. Pada anak-anak atau bila selaput darah masih utuh, pengambilan bahan sebaiknya dibatasi dari vestibulum saja.

Pengambilan Vagina Swab

a.Alat dan Bahan

1. Spekulum

2. APD lengkap

3. Senter

4. Lidi kapas seri

5. Tabung reaksi yang telah ditutup kapas berlemak

6. Baskom yang berisi desinkfektan

7. Garam Fisiologis

b. Prosedur Kerja

1. Berkomunikasilah dengan baik dengan pasien terlebih dahulu, setelah suasana mulai kondusif, mulailah langkah-langkah pengambilan sample

2. Suruh pasien berbaring pada kursi yang telah disiapkan khusus untuk pengambilan sample swab vagina dengan menekuk lutut hingga dekat paha

3. Bersihkan labia mayora dengan garam fisiologis

4. Masukkan spekulum ke lubang vagina, buka spekulum hingga terlihat serviks

5. Oleskan lidi kapas pada bagian tersebut sebanyak dua kali pengambilan

6. Kembalikan posisi spekulum pada posisi semula

7. Keluarkan perlahan

8. Rendam pada baskom yang berisi desinkfektan

9. Taruh lidi kapas tadi pada tabung reaksi

10. Tutup rapat dengan kapas berlemak yang terbungkus kertas perkamen

11. Bawa ke laboratorium untuk diperiksa.

Gambar 8 : Vaginal Swab

4. Pengambilan Urin

Suatu tindakan mengambil sejumlah urine sebagai sampel untuk pemeriksaan laboratorium.Mengambil sampel urine yang tidakterkontaminasiuntuk menganalisa urine rutin atau test diagnostik yang meliputi test kultur dan sensitivitas. Mengetahui adanya mikroorganismedalamurine.

Proses Pengambilan Urine.Persiapan alat

Botol yang telah disterilkan(tempat penampung spesimen)

Labelspesimen

Sarung tangan sekali pakai

Larutan anti septik

Kapas sublimat

Formulir Laboratorium

Urinal(Pispot) jika klien tidak dapat berjalan

Baskom air hangat

Waslap

Sabun

Handuk

Prosedur plaksanaan Beritahu klien tujuan prosedur pelaksanaan

Untuk klien yang dapat berjalan

Antar klien ke kamar kecil

Antar klien untuk membasuh dan mengelap daerah ginetal dan parineal dengan sabun dan air

Untuk klien wanitaBersihkan daerah parineal dari depan kebelakang dengan menggunakan kapas desinfektan steril hanya sekali pakai.

Untuk klien laki laki Tarik perlahan kulit penis sehingga saluran penis tertarik

Dengan gerakan memutar, bersihkan saluran kencing. Gunakan steril hanya sekali pakai kemudian buang. Bersihkan area beberapa inci dari penis.

Cara Pengambilan SampelBahan urin untuk pemeriksaaan harus segar dan sebaiknya diambil pagi hari. Pengambilan spesimen urine dilakukan oleh penderita sendiri (kecuali dalam keadaan yang tidak memungkinkan). Sebelum pengambilan spesimen, penderita harus diberi penjelasan tentang tata cara pengambilan yang benar.Bahan urin dapat diambil dengan cara punksi suprapubik (suprapubic puncture=spp), dari kateter dan urin porsi tengah (midstream urine). Bahan urin yang paling mudah diperoleh adalah urin porsi tengah yang ditampung dalam wadah bermulut lebar dan steril.

Cara pengambilan dan penampungan urine porsi tengah pada wanita:a. Siapkan beberapa potongan kasa steril untuk membersihkan daerah vagina dan muara uretra. Satu potong kasa steril dibasahi dengan air sabun, dua potong kasa steril dibasahi air atau salin hangat dan sepotong lagi dibiarkan dalam keadaan kering. Jangan memakai larutan antiseptik untuk membersihkan daerah tersebut. Siapkan pula wadah steril dan jangan buka tutupnya sebelum pembersihan daerah vagina selesai.

b. Dengan 2 jari pisahkan kedua labia dan bersihkan daerah vagina dengan potongan kasa steril yang mengandung sabun. Arah pembersihan dari depan ke belakang. Kemudian buang kasa yang telah dipakai ke tempat sampah.

c. Bilas daerah tersebut dari arah depan ke belakang dengan potongan kasa yang dibasahi dengan air atau salin hangat. Selama pembilasan tetap pisahkan kedua labia dengan 2 jari dan jangan biarkan labia menyentuh muara uretra. Lakukan pembilasan sekali lagi, kemudian keringkan daerah tersebut dengan potongan kasa steril yang kering. Buang kasa yang telah dipakai ke tempat sampah.

d. Dengan tetap memisahkan kedua labia, mulailah berkemih. Buang beberapa mililiter urin yang mula-mula keluar. Kemudian tampung aliran urin selanjutnya ke dalam wadah steril sampai kurang lebih sepertiga atau setengah wadah terisi.

e. Setelah selesai, tutup kembali wadah urin dengan rapat dan bersihkan dinding luar wadah dari urin yang tertumpah. Tuliskan identitas penderita pada wadah tersebut dan kirim segera ke laboratorium.

Cara pengambilan dan penampungan urine porsi tengah pada pria:

a. Siapkan beberapa potongan kasa steril untuk membersihkan daerah penis dan muara uretra. Satu potong kasa steril dibasahi dengan air sabun, dua potong kasa steril dibasahi dengan air sabun, dua potong kasa steril dibasahi dengan air atau salin hangat dan sepotong lagi dibiarkan dalam keadaan kering. Jangan memakai larutan antiseptik untuk membersihkan daerah tersebut. Siapkan pula wadah steril dan jangan buka tutupnya sebelum pembersihan selesai.

b. Tarik prepusium ke belakang dengan satu tangan dan bersihkan daerah ujung penis dengan kasa yang dibasahi air sabun. Buang kasa yang telah dipakai ke tempat sampah.

c. Bilas ujung penis dengan kasa yang dibasahi air atau salin hangat. Ulangi sekali lagi, lalu keringkan daerah tersebut dengan potongan kasa steril yang kering. Buang kasa yang telah dipakai ke dalam tempat sampah.

d. Dengan tetap menahan prepusium ke belakang, mulailah berkemih. Buang beberapa mililiter urin yang keluar, kemudian tampung urin yang keluar berikutnya ke dalam wadah steril sampai terisi sepertiga sampai setengahnya.

e. Setelah selesai, tutup kembali wadah urin dengan rapat dan bersihkan dinding luar wadah dari urin yang tertumpah. Tuliskan identitas penderita pada wadah tersebut dan kirim segera ke laboratorium.

f. Bahan urin harus segera dikirim ke laboratorium, karena penundaan akan menyebabkan bakteri yang terdapat dalam urin berkembang biak dan penghitungan koloni yang tumbuh pada biakan menunjukkan jumlah bakteri sebenarnya yang terdapat dalam urin pada saat pengambilan. Sampel harus diterima maksimun 1 jam setelah penampungan.2 Sampel harus sudah diperiksa dalam waktu 2 jam. Setiap sampel yang diterima lebih dari 2 jam setelah pengambilan tanpa bukti telah disimpan dalam kulkas, seharusnya tidak dikultur dan sebaiknya dimintakan sampel baru.3 Bila pengiriman terpaksa ditunda, bahan urin harus disimpan pada suhu 40C selama tidak lebih dari 24 jam.

5. Pengambilan muntahan dan isi lambung

Pengambilan sampel untuk pemeriksaan toksikologi pada mayat

Lambung dengan isinyaLambung diikat pada 2 tempat:

a. Yang berbatasan dengan kerongkongan

b. Yang berbatasan dengan usus halus

Cara ini dimaksudkan untuk menghindari hancurnya butir-butir pil atau tablet yang tertelan korban mempermudah pemeriksaan toksikologik.

Cara yang lain adalah pemeriksaan kelainan pada lambung oleh dokter, dapat diperkirakanjenis racun yang ditelan korban.

Usus dengan isinya

Pemeriksaan usus dengan isinya sangat berguna terutama jika kematian korban terjadi setelahbeberapa jam disaat ia kemasukan racun

Dari hasil pemeriksaan ini dapat diperkirakan saat kematian, dan dapat ditemukan tablet yangtidak dapat dihancurkan lambung (enteric coated tablet). Caranya adalah mengikat usus denganjarak 60 cm, yaitu pada perbatasan lambung-usus halus, usus halus, usus halus-usus besar, dan usus besar poros usus. Ikatan-iakatan tersebut untuk mencegah tercampurnya isi usus bagian oral dengan isi usus bagian anal.

6. Pengambilan jaringan dan sampel tulang

a. Jaringan, organ dan tulang segar ambil tiap bagian dgn pinset

tiap item dlm wadah sendiri & berlabel

simpan dipendingin, kirim

b. Jaringan, organ dan tulang tak segar ambil tiap bagian, tiap item wadah sendiri & berlabel.

Jaringan otot : min 25 mg o.k DNA sedikit Jaringan Hati ; 15 mg

Wadah :

a. 2 buah toples masing-masing 2 liter untuk hati dan usus.b. 3 buah toples masing-masing 1 liter untuk lambung beserta isinya, otak dan ginjal.c. 4 buah botol masing-masing 25 ml untuk darah (2 buah) urine dan empedu.7. Pengambilan sampel gigi

Cabut gigi yg masih utuh

Masukkan dkm kantong plastik, beri label

Gambar 9 : Gigi

8. Pengumpulan dan pengemasan barang bukti

a) Mengumpulkan Barang Bukti (Trace Evident) Dokter tetap berkoordinasi dengan penyidik, terutama bila ada team Labfor.

Dokter membantu mencari barang bukti, misal racun, anak peluru dll.

Segala yang ditemukan diserahkan pada penyidik.

Dokter dapat meminjam barang bukti tersebut.

Selesai pemeriksaan, TKP ditutup misal selama 3 X 24 jam.

Korban dibawa ke RS dengan disertai permohonan visum et repertum.

b) Pengambilan & Pengumpulan bahan

Harus dijaga :

- Syarat medicolegal

- Chain of evidence

Bahan-bahan tersebut :Stat. I : Lambung + isi , Usus + isinya

Stat. II : Hati + 500 gram, Otak + 500 gram,P aru + 250 gram

Stat. III : Ginjal (sebagian kanan/kiri) , Kandung seni Bahan-bahan lain :- Darah (50 - 100 ml )

- Urine (100 ml )

Pada korban hidup :

- Sisa makanan/minuman

- Obat-obatan, bhn penyebab keracunan

- Bhn muntahan / hsl kumbah lambung

- Urine, darah & faesesKasus-kasus tertentu :> Keracunan Alkohol :

- darah V.Femoralis

- urine

> Bila darah (-) :

- sum-sum tulang

- jaringan otot

> Keracunan kronis Arsen :

- rambut, kuku & tulang.

Wadah : gelas/plastik (inert), mulut lebar dapat ditutup rapat bersih dari zat kimia (baru)

Jumlahnya minimal 3 buah :

Wadah I: organ trac. Gastrointestinalis

Wadah II: organ hati, empedu, otak, ginjal dll

Wadah III: organ trac. urogenitalis

Pengawet : Alkohol 96%

Bisa : es batu, dry ice , Na fluorida , merkuri nitrat

Bahan pemeriksaan terendam dlm pengawet

> Seal dgn parafin

> Ikat tali tdk bersambung

> Beri label

> Segel ( lak + cap segel dinas ).

Pengiriman :

> Sertakan contoh bahan pengawet (100 ml) dalam botol bersih, dilabel

& segel.

> Dikirim segera setelah bahan diambil.> Diantar ( via kurir )

> Via Paket.

Syarat-syarat surat :> Surat permohonan pemeriksaan toksikologi

> Surat ttg laporan peristiwa atau kejadian (secara singkat).

> Surat ttg laporan otopsi

> Berita acara pembungkusan & penyegelan + cap segel dinas)

ISI LABEL : Identitas korban Jenis & jumlah bahan pemeriksaan Bahan pengawet yg dipakai Tempat & saat pengambilan bahan, pembungkusan, penyegelan Tanda tangan &nama terang penyegel, dokter yg otopsi Cap stempel dinas& segel dinas.Pada penggalian jenazah :> Bila mungkin bhn spt tsb diatas

> Contoh tanah : bagian atas/bawah, kiri/kanan jenazah (peti)

> Pembanding : contoh tanah radius 5 m dgn kedalaman yg sama

dgn jenazah > Masing-masing dimskkan dlm wadah tersendiri.

PEMERIKSAAN PENUNJANG ATAU LABORATORIUM FORENSIK

1. Pemeriksaan cairan mani dan sperma

a. Sperma Cair Hisap dgn semprit/pipet masukkan tab Atau dgn kapas, keringkan

Beri label, kirim

b. Bercak Sperma pada benda yang dipindah

Misalnya celana, bila masih basah, keringkan

Bila kering potong yg ada nodanya amplop

Beri label, kirim ke lab.

c. Bercak sperma pada benda besar yang dipotong

Misalnya; karpet, potong bagian yg ada noda

Masukkan dalam amplop, beri label, dikirim

d. Bercak pada benda tidak dapat dipindah dan tidak menyerap

Misalnya; lantai, kerok bercaknya masukkan kertas lipat

Masukkan amplop, label, kirim

e. BB sperma pada korban kejahatan seksual

BB di vagina, mulut/anus korban Tiap item dlm wadah sendiri & berlabel

Kirim ke lab.

2. Pemeriksaan bercak darah

1.Sampel Darah Caira. Darah dari seseorang

Diambil dgn semprit, masukkan ke dlm tabung yg ada EDTA +/- 1ml darah. Beri label, simpan di pendingin atau dikirim ke lab.

b. Darah cair di TKP

Ambil dgn semprit/pipet/kain masukkan ke tab.dgn EDTA. Bila membeku ambil dgn spaltel.

Beri label, simpan di pendingin atau dikirim ke lab.

c. Darah cair dalam air/salju/es

Sesegera mungkin, ambil secukupnya dalam botol.

Hindari kontaminasi, beri label, simpan atau kirim ke lab.

2.Bercak Darah Basah

a. Dipakaian

Pakaian dgn noda ditempatkan pd permukaan bersih dan dikeringkan.

Setelah kering masukkan kantong kertas/amplop

Beri label, kirim ke kab.

b. Benda dgn bercak darah basah

Bila benda kecil biarkan kering, tapi pada benda besar hisap bercak tsb dengan kain katun dan keringkan.

Masukkan amplop, beri label dan kirim

3.Bercak Darah Kering

a.Pada benda yg dpt dipindahkan Misalnya; senjata, kain kumpulkan

Tiap item masukkan dlm kantong kertas

Beri label, kirim ke lab.

a. Pada benda padat dgn permukaan kasar

Misalnya; lantai bercak dikerok masukkan amplop Beri label, kirim

b. Pada benda besar yg tdk dpt dipindahkan

Bercak digosok dgn kapas basah dgn saline/air steril

Kapas dikeringkan masukkan kantong plastik

4. Bercak darah kering pada karpet/benda yang dapat dipotong

Potong bagian yg ada nodanya

Tiap potongan beri label

Sertakan potongan yg tdk ada nodanya sbg kontrol.

Kirim ke lab.

5. Percikan Darah Kering

Gunakan celotape, tempelkan pd percikan noda

Masukkan celotape tsb dlm kantong plastik

Kirim ke lab.

3. Histopatologi Forensik

Histologi

Histo = jaringan

Logos = ilmu

Ilmu yang mempelajari struktur anatomi dan jaringan di bawah mikroskop (tingkat seluler).

Patologi

Ilmu yang mempelajari tentang penyakit, penyebab, mekanisme, dan perubahan-perubahannya, dilihat dari tingkat selular

Tujuan Menegakkan diagnosis sebab mati

Mengkonfirmasi temuan makroskopis

Memberi gambaran histomorfologi perjalanan penyakit

Gambaran intravitalitas

Menentukan umur secara histomorphologi (infark lama/baru, umur luka, dsb)

Memberi gambaran riwayat korban berkaitan dengan investigasi kriminal (pemakaian narkoba suntik kronis, luka tembak masuk, dsb)

Gambaran histologi sel (sel sperma pada kasus kekerasan seksual)

Diagnosis berdasarkan gambaran histomorfologi pada penyakit-penyakit okupasi (asbestosis, dsb)

4. FotografI forensik

Fotografi forensik adalah foto yang merekam objek, adegan, dan peristiwa untuk digunakan dalam suatu proses hukum. Fotografi forensik bisa digunakan secara spesifik untuk dokumentasi, analisis, intelijen, atau untuk presentasi di pengadilan. Satu hal penting, gambar yang digunakan di pengadilan mesti mengikuti aturan-aturan pemaparan bukti-bukti sesuai yurisdiksi yang berlaku di tempat tertentu.

Gambar-gambar dalam fotografi forensik juga dapat digunakan untuk mengekstrak data forensik seperti pengukuran jarak, dimensi, lokasi, atau untuk mengungkap detail-detail yang tidak kasat mata (melalui sinar x, inframerah, ultraungu).

Sebuah foto forensik harus memiliki data seperti kapan dan di mana gambar diambil, siapa fotografernya, dan perlengkapan apa (lensa, body, filter, dudukan, dan lain-lain) saja yang digunakan. Informasi mengenai posisi matahari atau bayangan mungkin akan diperlukan juga sebagai tambahan informasi tentang tanggal, waktu, atau musim. Dengan kata lain, fotografi forensik adalah sebuah disiplin ilmiah, yang penggunaannya mesti mengikuti aturan, prosedur, dan protokol yang ketat.

Fotografi makro adalah fotografi close-up. Lensa dirancang untuk makro biasanya di paling tajam mereka di jarak fokus makro dan tidak cukup sebagai tajam pada jarak fokus yang lain. Metode ini sangat berguna dalam pekerjaan forensik, di mana detail kecil pada adegan kejahatan atau kecelakaan mungkin sering menjadi signifikan. Trace bukti seperti sidik jari dan tanda selip sangat penting, dan mudah direkam menggunakan macroscopy. 5. Test getah paru

Caranya :

Paru-paru diletakkan diatas meja permukaan paru-paru dibersihkan satu kali dengan pisau posisi tegak lurus

Di iris sampai alveoli yang paling dekat dengan pleura (sub pleura) dan di tutup

Objek glass ditempelkan pada alveoli dan ditutup dengan gelas penutup

Dilihat dibawah mikroskop,akan didapatkan lumpur,pasir,telur cacing, diatome,alga, dll.

Gambar 10 : Test Getah Paru

Test getah paru (+) : korban sempat/pernah bernafas dalam air

Test getah paru (-) : korban meninggal terlebih dahulu baru masuk kedalam air/tidak sempat bernafas dalam air

Airnya jernih sama dengan air minum

Spasme laring

Vagal refleks

6. Cara mengambil gas CO2 dari sumur

Cara mengambil gas CO2 dalam sumur :

Ambil beberapa botol bersih berkapasitas 1 liter dan kosongkan (ex : botol bir). Ikat leher dan bagian alas botol masing masing dengan tali cukup panjang

Isi botol tersebut dengan air sampai penuh. Turunkan kedalam sumur yang mengandung gas CO2 dengan posisi tegak (alas botol dibawah dan leher botol diatas ). Jaga air dalam botol jangan sampai tumpah.

Setelah sampai ketempat yang sesuai dengan korban ditemukan meninggal (kedalamannya),botol tersebut dibalik agar semua air dalam botol tumpah. Yaitu dengan cara menarik tali yang mengikat alas botol dan mengulur tali yang mengikat leher botol.

Dengan keluarnya seluruh air dan botol menjadi kosong maka botol akan vaccum sehingga gas CO2 masuk kedalam botol.

Setelah botol teriisi gas CO2 maka botol diangkat keatas dengan cara botol dibalik lagi, seperti posisi semula agar gas CO2 dapat terbawa terus kedalam botol (gas CO2 lebih berat daripada udara).

Setelah sampai diatas, botol segera ditutup rapat, berikan label dan disegel.

Test CO2 ada dua yaitu :

Kualitatif : dengan pemberian larutan Ca(OH)2 yang jernih dan baru dibuat atau larutan Ba(OH)2 pada botol yang berisis udara yang diambil dari tempat sempel. Apabila terdapat endapan putih kapur dari CaCO3 atau BaCO3 maka berarti gas CO2 positif

CaOH2+CO2

CaCO3+H2O

BaOH2+CO2

BaCO3+H2O

Kuantitatif :

Grafimetri (penimbangan terhadap endapan yag terjadi)

Volumetri (dengan menitrasi kelebihan larutan basa CaOH2/BaOH2 dengan konsentrasi tertentu.

Chromatografi gas (kualitatif dan kuantitatif )Keracunan gas CO2 : darah berwarna hitam

Keracunan gas CO dan HCN (kluwek,pete,gaplek) : cherry red 7. Alkali dilution test

Test untuk korban mati gas CO

Contohnya : gas lampu, kebakaran

(sifat gas CO: tidak berbau,tidak berwarna,lebih ringan dari udara )

Gunanya : untuk membedakan korban telah meninggal sebelum terbakar atau memang meninggal karena terbakar.

Cara kerja :

Ambil dua tabung reaksi yang bersih. Pada tabung reaksi I dimasukkan tigas tetes darah orang normal (sebagai kontrol ) dan pada tabung reaksi II dimasukkan tiga tetes darah korban. Kemudian keduanya diencerkan dengan aquades sampai volume 15ml (hingga berwarna pink jernih). Setelah tercampur secara homogen,kedua tabung reaksi diberi tiga tetes larutan alkali (NaOH 10% atau KOH 10%). Amati perubahan yang terjadi. Darah normal (tabung reaksi I) segera berubah warna dari merah muda menjadi coklat kehijauan dalam waktu kurang dari 30 ,karena terbentuknya alkali hematin. Sedangkan darah korban (tabung reaksi II) perubahan warna seperti diatas membutuhkan waktu lebih dari 30 ,karena sudah terjadi ikatan CO-HB. HB lebih mudah mengikat CO dari pada CO2 .

(+) : korban keracunan gas CO, korban sebelum/setelah mati dibunuh menghirup asap,perokok berat

(-) : korban tidak menghirup asap, spasme laring ,vagal refleks

8. Test apung paru

Gambar 11 : Test Apung Paru9. Emboli udara venaTerjadi karena vena teriris ( biasanya Vena Jugularis dileher ) sehingga udara masuk kedalam pembuluh darah vena kemudian menuju ke jantung kanan cabang arteri pulmonale ke peru-paru yang dapat menyebabkan sesak. Korban meninggal karena kapiler paru buntu oleh udara sehingga terjadi asphyxia ( jumlah udara yang dapat menyebabkan kematian antara 100-150 cc ).Otopsi:

Kulit dinding thorax dibuka sternum dipotong pada processus Xypoideus setinggi ICS II dibawah costa II supaya vena Brachialis cabang vena Clavicula tidak terpotong ambil dan gunting pericard dengan posisi Y terbalik dengan pinset tarik ujung-ujung potongan pericard seperti Y terbalik isi dengan air sampai menggenang tusuk atrium kanan,ventrikel kanan,arteri pulmonalis ada gelembung udara positif.

Penyebab emboli udara vena:

1. Luka pada pembuluh balik leher( terutama V.Jugularis)

2. Abortus provocatus criminalis dengan cara penyemprotan.

10. Emboli udara arteri

Otopsi sama dengan emboli udara vena . hanya yang ditusuk atrium kiri, ventrikel kiri dan aorta

Terjadi bila ada luka tembus paru-paru emboli v pulmonalis

atrium kiri ventrikel kiri aorta

Korban meninggal karena udara membuntu otak, ginjal dan jantung sampai terjadi asfiksi.

Penyebab :

1) Luka tusuk/tembus diparu-paru

2) Artifisial pneumothorax

3) Pneumonectomy

11. Emboli lemak

Contoh kasus : seorang anak yang dipukul terus menerus menjadi sesak akhirnya mati.

Patah tulang paha mau dioperasi akhiranya meninggal karena sesak

Hal ini terjadi karena emboli lemak ( dilakukan pemeriksaan pada paru-paru) ec. Fraktur tulang panjang

Lemak terpecah dan terlepas karena kena pukulan pada kulit seluruh punggung dan patahnya tulang panjang. Sehingga cairan lemak masuk ke dalam pembuluh darah vena yang robek

masuk ke vena cava superior

atrium kanan

ventrikel kanan arteri pulmonale Dan membuntu di paru-paru (alveoli)

Korban meninggal karena kapiler paru buntu dan terjadi asphiksia.

Test emboli lemak : organ yang diambil yaitu paru-paru

jaringan paru-paru diambil dan dikeraskan dengan uap zat asam arang cair (frozzensetion) dan kemudian dengan mikrotom dipotong 20 mikron dan dicat dengan warna Sudan III kemudian dikirim ke PA.

Pengiriman PA / pengawetan : paru-paru diberi gas CO kemudian difiksasi menggunakan dry ice supaya tidak membusuk (jangan mengirim PA dengan alkohol/formalin karena lemak akan larut)

12. Pneumothorax

Adanya udara dalam rongga thorax

Otopsi :

buka kulit dinding thorax dengan potongan huruf I atau Y

setelah terlihat costa tarik potongan costa, tarik potongan kulit hingga membentuk kantong

kemudian isi air sampai menggenangi

kemudian tusuk paru-paru diantara ICS2,

Test (+) bila ada gelembung udara

Pada gas pembusukan ditemukan gelembung udara sedikitFORENSIK KLINIK

Pemeriksaan selaput dara

Selaput dara yang utuh dapat dibagi tiga berdasarkan bentuk dan tepi lubangnya :

a. Bentuk teratur dan tepi teratur utuh

Hymen annularis : lubang bundar ditengah atau eksentris disegmen anterior

Hymen semilunaris (falciforme) : lubang disegmen posterior dan berbentuk seperti bulan sabit

Hymen labiiformis : lubang berbentuk celah yang berjalan dari anterior keposterior dengan bibir-bibir selaput dara dikedua sisinya.

Gambar 11 : Vaginab. Bentuk teratur dan tepi tidak teratur

Bentuk lubang bisa annular,semilunar atau labiiformis tetapi tepi lubang menunjukkan celah-celah (defek konginental) yang dangkal atau dalam, jika banyak maka tergantung dari sifat celahnya. Selaput dara yang tampak terbelah-belah disebut hymen lobatus,tampak bergerigi disebut hymen dentatus,sedangkan yang tampak berumbai-rumbai disebut hymen fimbriatus. Jika celah-celahnya sampai pada dasar,sehingga selaput dara tampak terbagi dalam sejumlah jelabir disebut hymen colloriformis.

c. Bentuk teratur dan tepi teratur atau tidak teratur

Yang termasuk dalam golongan ini adalah selaput dara yang atipis (atypical) karena lubangnya tidak ada,atau lebih dari satu, atau tidak merupakan satu kesatuan.

Hymen imperforatus : selaput dara tidak berlubang

Hymen biparitus atau hymen septus : terdapat dua lubang dengan sekat diantaranya

Hymen partim septus : septum diantara kedua lubang tidak merupakan Gambar 12 : Hyemen

satu kesatuan, tetapi terdiri dari dua jelabir selaput yang saling berhadapan.

Hymen multiplex atau hymen colloformis : selaput dara terdiri dari banyak jelabir.

Hymen cribrosus : selaput dara berlubang banyak.

Pemeriksaan anusKemungkinan bila terjadi hubungan seksual secara anal akan menyebabkan luka pada anal berupa robekan, ireugaritas, keadaan fissura

Jika kasus yang dihadapi adalah kasus homoseks antara dua pria, maka pembuktian secara kedokteran forensik adalah: adanya sperma serta air mani baik dalam dubur maupun mulut korban, dan mendapatkan adanya unsur-unsur yang terdapat dalam anus; juga perlu diperiksa bentuk dubur, bagi yang telah sering melakukan persetubuhan melalui dubur, maka bentuk dari dubur akan mengalami perubahan, duburnya terbuka, berbentuk corong (funnel shape), dan otot sfingternya sudah tidak dapat berfungsi dengan baik.

untuk menentukan adanya sperma dalam dubur pasangannya sama seperti untuk menentukan sperma atau air mani pada vagina, untuk melihat unsur-unsur yang ada dalam dubur yang terbawa atau melekat pada penis, dapat dibuat sediaan langsung dengan atau tanpa pewarnaan.

1