90
PEMBERIAN MOBILISASI DINI TERHADAP LAMANYA PENYEMBUHAN LUKA POST OPERASI APENDIKTOMI PADA ASUHAN KEPERAWATAN NY. S DI RUANG KANTIL 2 RSUD KARANGANYAR DI SUSUN OLEH : RUBEN EKA MULYA NIM. P12 109 PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2015

PEMBERIAN MOBILISASI DINI TERHADAP LAMANYA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-rubenekamu... · Penyembuhan Luka Pasca Operasi Apendiktomi ... usus dan mempercepat

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PEMBERIAN MOBILISASI DINI TERHADAP LAMANYA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-rubenekamu... · Penyembuhan Luka Pasca Operasi Apendiktomi ... usus dan mempercepat

PEMBERIAN MOBILISASI DINI TERHADAP LAMANYA

PENYEMBUHAN LUKA POST OPERASI APENDIKTOMI

PADA ASUHAN KEPERAWATAN NY. S DI RUANG

KANTIL 2 RSUD KARANGANYAR

DI SUSUN OLEH :

RUBEN EKA MULYA

NIM. P12 109

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA

SURAKARTA

2015

Page 2: PEMBERIAN MOBILISASI DINI TERHADAP LAMANYA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-rubenekamu... · Penyembuhan Luka Pasca Operasi Apendiktomi ... usus dan mempercepat

i

PEMBERIAN MOBILISASI DINI TERHADAP LAMANYA

PENYEMBUHAN LUKA POST OPERASI APENDIKTOMI

PADA ASUHAN KEPERAWATAN NY. S DI RUANG

KANTIL 2 RSUD KARANGANYAR

Diajukan

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan

DI SUSUN OLEH :

RUBEN EKA MULYA

NIM. P12 109

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA

SURAKARTA

2015

Page 3: PEMBERIAN MOBILISASI DINI TERHADAP LAMANYA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-rubenekamu... · Penyembuhan Luka Pasca Operasi Apendiktomi ... usus dan mempercepat

ii

Page 4: PEMBERIAN MOBILISASI DINI TERHADAP LAMANYA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-rubenekamu... · Penyembuhan Luka Pasca Operasi Apendiktomi ... usus dan mempercepat

iii

Page 5: PEMBERIAN MOBILISASI DINI TERHADAP LAMANYA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-rubenekamu... · Penyembuhan Luka Pasca Operasi Apendiktomi ... usus dan mempercepat

iv

Page 6: PEMBERIAN MOBILISASI DINI TERHADAP LAMANYA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-rubenekamu... · Penyembuhan Luka Pasca Operasi Apendiktomi ... usus dan mempercepat

v

Kata Pengantar

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena

berkat, rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya

Tulis Ilmiah dengan judul “Pemberian Mobilisasi Dini Terhadap Lamanya

Penyembuhan Luka Pasca Operasi Apendiktomi Pada Asuhan Keperawatan Ny. S

di Ruang Kantil 2 RSUD Karanganyar “ .

Dalam Penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapat

bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini

penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada

yang terhormat :

1. Atiek Murhayati, S.Kep.,Ns., M.Kep, selaku Ketua Program studi DIII

Keperawatan yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu

di Stikes Kusuma Husada Surakarta, serta pembimbing dengan cermat,

memberikan masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam bimbingan

serta memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini.

2. Meri Oktariani, S.Kep.,Ns., M.Kep, selaku Sekretaris Ketua Program studi

DIII Keperawatan yang telah memberikan kesempatan untuk menimba ilmu

di Stikes Kusuma Husada Surakarta.

3. Joko Kismanto, S.Kep.,Ns, selaku dosen penguji satu yang telah

membimbing dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi,

perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya

studi kasus ini.

Page 7: PEMBERIAN MOBILISASI DINI TERHADAP LAMANYA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-rubenekamu... · Penyembuhan Luka Pasca Operasi Apendiktomi ... usus dan mempercepat

vi

4. Fakhrudin Nasrul Sani, S.Kep., Ns., M. Kep, selaku dosen penguji dua yang

telah membimbing dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi,

perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya

studi kasus ini.

5. Semua dosen Program studi DIII Keperawatan Stikes Kusuma Husada

Surakarta yang telah memberikan bimbingan dengan sabar dan wawasannya

serta ilmu yang bermanfaat.

6. Kedua orang tuaku, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan semangat

untuk menyesaikan pendidikan.

7. Teman-teman Mahasiswa Program Studi DIII Keperawatan Stikes Kusuma

Husada Surakarta dan berbagai pihak berbagai pihak yang tidak dapat

disebutkan satu-persatu, yang telah memberikan dukungan moril dan

spiritual.

Semoga Laporan kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu

keperawatan dan kesehatan. Amin.

Surakarta, 23 Mei 2014

Penulis

Page 8: PEMBERIAN MOBILISASI DINI TERHADAP LAMANYA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-rubenekamu... · Penyembuhan Luka Pasca Operasi Apendiktomi ... usus dan mempercepat

vii

HALAMAN PERSEMBAHAN

Puji Tuhan dengan segala rendah hati saya dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dan saya

persembahkan untuk orang yang kusayangi

Ayah ku Joko Purnomo dan ibu ku tercinta endang wahyuning yang tiada henti-hentinya memberi doa

restu,

kasih sayang, perhatian dan dukungan untuk menjadikanku orang yang sukses.

Serta tidak lupa orang-orang yang aku sayangi Wahyu Fitriyana, Anisa Perdinant, Oktavia Narrila Wati,

Siti Nurhidayah, Lailatul Mubarokah, Antonius Rangga, Ahmad Abror, Arief Widiatmoko, Romhat Adi

Saputra Rita puspitasari, Radetya Prima, Novita, Risky ramadan, Afif alfianto, Fajar jatmiko serta alm.

Herdi setia Pratama dan juga teman-teman lainnya yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu, semoga

perjalanan yang kita tempuh selama ini mampu menjadikan kita lebih baik, bijaksna dan dewasa.

Teman-teman seperjuangan angkatan 2012 kelas 3A dan 3B.

Atiek Murhayati, S. Kep., Ns., M. Kep. terimakasih atas bimbingannya selama ini.

Almamaterku tercinta

Page 9: PEMBERIAN MOBILISASI DINI TERHADAP LAMANYA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-rubenekamu... · Penyembuhan Luka Pasca Operasi Apendiktomi ... usus dan mempercepat

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ...................................... ii

LEMBAR PERSETUJUAN .......................................................................... iii

LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... iv

KATA PENGANTAR ................................................................................... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................... vii

DAFTAR ISI .................................................................................................. viii

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... x

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.......................................................................... 1

B. Tujuan Penulisan ..................................................................... 3

C. Manfaat Penelitian ................................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori ......................................................................... 6

1. Pengertian Appendiks ....................................................... 6

2. Etiologi ............................................................................. 6

3. Klasifikasi Appendiksitis .................................................. 7

4. Manifestasi Klinik ............................................................ 8

5. Patofisiologi ...................................................................... 8

6. Penatalaksanaan ................................................................ 9

7. Komplikasi Appendisitis .................................................. 13

B. Asuhan Keperawatam Appendiktomi ...................................... 15

C. Mobilisasi ................................................................................ 25

D. Kerangka Teori ........................................................................ 27

E. Kerangka Konsep .................................................................... 28

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Subyek aplikasi riset ................................................................. 29

Page 10: PEMBERIAN MOBILISASI DINI TERHADAP LAMANYA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-rubenekamu... · Penyembuhan Luka Pasca Operasi Apendiktomi ... usus dan mempercepat

ix

B. Tempat dan waktu .................................................................... 29

C. Media dan alat yang digunakan ............................................... 29

D. Prosedur Tindakan .................................................................... 30

BAB IV LAPORAN KASUS

A. Identitas Pasien ........................................................................ 31

B. Pengkajian ............................................................................... 31

C. Perumusan Diagnosa Keperawatan ......................................... 38

D. Intervensi Keperawatan ........................................................... 40

E. Implementasi Keperawatan .................................................... 42

F. Evaluasi Keperawatan ............................................................. 47

BAB V PEMBAHASAN

A. Pengkajian ............................................................................... 51

B. Perumusan Masalah ................................................................. 53

C. Intervensi ................................................................................. 59

D. Implementasi ........................................................................... 62

E. Evaluasi ................................................................................... 65

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan .............................................................................. 70

B. Saran ........................................................................................ 73

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 11: PEMBERIAN MOBILISASI DINI TERHADAP LAMANYA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-rubenekamu... · Penyembuhan Luka Pasca Operasi Apendiktomi ... usus dan mempercepat

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Teori .......................................................................... 27

Gambar 2.2 Kerangka Konsep ....................................................................... 28

Gambar 3.1 Genogram ................................................................................... 31

Page 12: PEMBERIAN MOBILISASI DINI TERHADAP LAMANYA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-rubenekamu... · Penyembuhan Luka Pasca Operasi Apendiktomi ... usus dan mempercepat

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Daftar Riwayat Hidup

Lampiran 2. Usulan Judul

Lampiran 3. Surat Pernyataan

Lampiran 4. Lembar Konsultasi

Lampiran 5. Lembar Look Book

Lampiran 6. Format Pendelegasian

Lampiran 7. Asuhan Keperawatan

Lampiran 8. Jurnal Keperawatan

Page 13: PEMBERIAN MOBILISASI DINI TERHADAP LAMANYA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-rubenekamu... · Penyembuhan Luka Pasca Operasi Apendiktomi ... usus dan mempercepat

1

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Insiden apendiksitis di negara maju lebih tinggi dari pada negara

berkembang. Amerika menangani 11 kasus / 10.000 kasus apendisitis setiap

tahun. Menutur data RSPAD Gatot subroto tahun 2008 jumlah pasien yang

menderita penyakit apendiksitis di indonesia adalah sekitar 32% dari jumlah

populasi penduduk Indonesia (Depkes RI, 2009).

Salah satu faktor yang mempengaruhi proses penyembuhan luka

akibat operasi pembuangan apendiks (apendektomi) adalah kurangnya atau

tidak melakukan mobilisasi dini. Mobilisasi merupakan faktor yang utama

dalam mempercepat pemulihan dan mencegah terjadinya komplikasi pasca

bedah. Mobilisasi sangat penting dalam percepatan hari rawat dan

mengurangi resiko karena tirah baring lama seperti terjadinya dekubitus,

kekakuan atau penegangan otot-otot di seluruh tubuh, gangguan sirkulasi

darah, gangguan pernafasan dan gangguan peristaltik maupun berkemih

(Carpenito, 2000). Namun, bila terlalu dini dilakukan dengan tehnik yang

salah, mobilisasi dapat mengakibatkan proses penyembuhan luka menjadi

tidak efektif. Oleh karena itulah, mobilisasi harus dilakukan secara teratur dan

bertahap. Diikuti dengan latian Range of Motion(ROM) aktif dan pasif

(Roper, 2002)

Page 14: PEMBERIAN MOBILISASI DINI TERHADAP LAMANYA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-rubenekamu... · Penyembuhan Luka Pasca Operasi Apendiktomi ... usus dan mempercepat

2

Marlita Sari (2010), meneliti tentang gambaran penatalaksanaan

mobilisasi dini pada pasiean apendiktomi di RS PKU Muhammadiyah

Gombong. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh data bahwa mobilisasi dini

dapat mengurangi rasa nyeri pasien, mengurangi waktu rawat di rumah sakit

dan dapat mengurangi stres psikis pada pasien. Kesimpulan dari penelitian ini

adalah dengan bergerak seseorang dapat mencegah kekakuan otot dan sendi,

mengurangi rasa nyeri, menjaga aliran darah, memperbaiki metabolisme

tubuh, mengembalikan kerja fisiologis organ-organ vital pada akhirnya justru

akan mempercepat penyembuhan luka.

Keberhasilan mobilisasi dini tidak hanya mempercepat proses

pemulihan luka pasca pembedahan namun juga mempercepat pemulihan

peristaltik usus pada pasien pasca pembedahan (Israfi dalam Akhrita, 2011).

Hal ini telah dibuktikan oleh wiyono dalam akhrita (2011) dalam

penelitiannya terhadap pemulihan peristaltik usus pada pasien pasca

pembedahan. Hasil penelitiannya mengatakan bahwa mobilisasi diperlukan

bagi pasien pasca pembedahan untuk membantu mempercepat pemulihan

usus dan mempercepat penyembuhan luka pasien.

Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan oleh penulis diruang

kanthil 2 RSUD Karanganyar, terdapat 25 orang pasien yang mengalami

pasca operasi apendiktomy. Penulis mendapatkan informasi bahwa dari 25

orang yang baru mengalami operasi apendisitis, 25 orang mengatakan bahwa

mereka sangat takut untuk melakukan mobilisasi pasca operasi. Hal ini

disebabkan karena pasien merasa sangat kesakitan saat bergerak pasca efek

Page 15: PEMBERIAN MOBILISASI DINI TERHADAP LAMANYA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-rubenekamu... · Penyembuhan Luka Pasca Operasi Apendiktomi ... usus dan mempercepat

3

anestesi operasi tersebut hilang. Disamping itu, pasien juga mengungkapkan

kekhawatiran jahitan luka bekas operasi akan merenggang atau terbuka jika

mereka melakukan mobilisasi pasca operasi. Mereka beranggapan mobilisasi

dapat menyebabkan terjadinya ruam atau lecet pada bagian abdomen bagian

bawah, kekakuan atau penegangan otot-otot di seluruh tubuh, pusing dan

susah bernafas, juga susah buang air besar maupun berkemih. Hal inilah yang

menyebabkan banyak diantara mereka untuk lebih memilih diam atau tidak

bergerak diatas tempat tidur. Informasi yang didapat dari perawat ruangan

bedah kantil 2 bahwa, perawat di dalam ruangan tidak ada yang mengajarkan

mobilisasi pada pasien post operasi. Berdasarkan latar belakang data yang

didapat penulis, penulis mengaplikasikan penerapan mobilisasidini terhadap

lamanya penyembuhan luka pada pasien pasca operasi appendiktomi.

Berdasarkan latar belakang yang sudah tertulis diatas, maka penulis

tertarik mengatasi luka pasca operasi appendiktomi dengan penerapan

mobilisasi dini.

B. Tujuan penulisan

1. Tujuan umum

Melaporkan pemberian mobilisasi dini pada asuhan keperawatan

Ny. S dengan apendiktomi di RSUD Karanganyar

2. Tujuan khusus

a. Penulis mampu melakukan pengkajian pada Ny. S dengan

apendiktomi

Page 16: PEMBERIAN MOBILISASI DINI TERHADAP LAMANYA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-rubenekamu... · Penyembuhan Luka Pasca Operasi Apendiktomi ... usus dan mempercepat

4

b. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada Ny.S

dengan apendiktomi

c. Penulis mampu menyusun rencana asuhan keperawatan pada Ny. S

dengan apekdiktomi

d. Penulis mampu melakukan implementasi pada Ny. S dengan

apendiktomi

e. Penulis mampu melakukan evaluasi pada Ny. S dengan apendiktomi

f. Penulis mampu menganalisa hasil pemberian mobilisasi dini dengan

lamanya penyembuhan luka paca operasi apendiktomi

C. Manfaat penulisan

1. Bagi penulis

Menambah wawasan dengan pengalaman tentang konsep

penyakit serta penatalaksanaannya dalam aplikasi melalui proses

keperawatan dengan basis ilmu keperawatan dalam memberikan asuhan

pada pasien dengan apendiktomi

2. Bagi pendidikan

Sebagai wacana dalam perkembangan ilmu pengetahuan

khususnya dalam bidang keperawatan pada pasien apendiktomi dimasa

yang akan datang dan acuan bagi pengembangan laporan kasus sejenis

3. Bagi profesi keperawatan

Memberikan kontribusi dalam pengembangan profesi

keperawatan khususnya dalam bidang keperawatan bedah

Page 17: PEMBERIAN MOBILISASI DINI TERHADAP LAMANYA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-rubenekamu... · Penyembuhan Luka Pasca Operasi Apendiktomi ... usus dan mempercepat

5

4. Bagi rumah sakit

Sebagai evaluasi dalam upaya peningkatan mutu pelayanan dalam

memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif terutama pada

pasien apekdiktomi dan tindakan mobilisasi dini.

Page 18: PEMBERIAN MOBILISASI DINI TERHADAP LAMANYA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-rubenekamu... · Penyembuhan Luka Pasca Operasi Apendiktomi ... usus dan mempercepat

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan teori

1. Pengertian apendiks

Apendiks adalah ujung seperti jari yang kecil panjangnya kira kira

10 cm (4 inci), melekat pada sekum tepatdi bawah katup ileosekal.

Apendiks berisi makanan dan mengosongkan diri secara teratur kedalam

sekum. Karena pengosongannya tidak efektif, dan lumennya kecil,

apendiks cenderung menjadi tersumbat dan terutama rentan terhadap

infeksi (apendisitis) (Longgo dan Fauzi,2014).

2. Etiologi

Terjadinya apendiksitis akut umumnya disebabkan oleh infeksi

bakteri. Namun terdapat banyak sekali faktor pencetus terjadinya

penyakit ini. Diantaranya obstruksi yang terjadi pada lumen apendiks.

Ostruksi pada lumen apendiks biasanya disebabkan karena adanya

timbunan tinja yang keras (fekalit), hepeplasia jaringan limfoid, penyakit

cacing, parasit, benda asing dalam tubuh, cancer primer dan striktur.

Namun yang paling sering menyebabkan obstruksi lumen apendiks

adalah fekalit dan hiperplasia jaringan limfoid (Irga, 2007).

Page 19: PEMBERIAN MOBILISASI DINI TERHADAP LAMANYA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-rubenekamu... · Penyembuhan Luka Pasca Operasi Apendiktomi ... usus dan mempercepat

7

3. Klasifikasi apendiksitis

Klasifikasi apendisitis terbagi menjadi 2 yakni :

a. Apendisitis akut dibagi atas : apendisitis akut fokalis atau

segmentalis, yaitu setelah sembuh akan timbul struktur lokal.

Apendiksitis purulentadifusi yaitu sudah bertumpuk nanah.

b. Apendiksitis kronis dibagi atas : apendisitis kronis fokalis atau

parsial, setelah sembuh akan timbul striktur lokal. Apendisitis kronis

obliteritiva yaitu apendiks miring, biasanya ditemukan pada usia tua.

Anatomi dan fisiologi appendiks merupakan organ yang kecil dan

vastigial (organ yang tidak berfungsi) yang melekat seperti jari.

a) Letak appendiks

Apendiks terletak diujung sakrum kira-kira 2cm dibawah anterior

ileo sakrum, bermuara dibagian posterior dan medial dari saekum.

Pada pertemuan ketiga taenia yauitu : taenia anterior, medial dan

posterior. Secara klinik appendiks terletak pada daerah Mc. Burney

yaitu daerah 1/3 tengah garis yang menghubungkan sias kanan

dengan pusat.

b) Ukuran dan isi appendiks.

Panjang appendiks rata-rata 5-10 cm. Lebar 0,3 – 0,7 cm. Isi 0,1 cc,

cairan bersifat basa mengandung amilase dan musin.

c) Posisi apendiks

Laterosekal : dilateral kolon asendens. Didaerah inguinal:

membelok kearah dinding abdomen Pelvis minor.

Page 20: PEMBERIAN MOBILISASI DINI TERHADAP LAMANYA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-rubenekamu... · Penyembuhan Luka Pasca Operasi Apendiktomi ... usus dan mempercepat

8

4. Manifestasi klinik

Apendiksitis memiliki gejala kombinasi yang khas, yang terdiri

dari: mual, muntah dan nyeri yang hebat pada perut kanan bawah. Nyeri

biasa secara mendadak dimulai diperut sebelah atas atau sekitar pusar,

lalu timbul mual dan muntah. Setelah beberapa jam, rasa mual hilang dan

nyeri berpindah keperut kanan bagian bawah. Jika dokter menekan

daerah inin, penderita akan merasakan nyeri tumpul dan jika penekanan

ini dilepaskan, nyeri bisa bertambah tajam. Demam bisa mencapai 37,8-

38,30 C. Pada bayi dan anak-anak, nyerinya bersifat menyeluruh disemua

bagian perut. Pada orang tua dan wanita hamil, nyerinya tidak terlalu

berat dan didaerah ini nyeri tumpulnya tidak terlalu terasa. Bila usus

buntu pecah, nyeri dan demam bisa menjadi berat. Infeksi yang

bertambah buruk bisa menyebabkan syok (Irga, 2007).

5. Patofisiologi

Apendiks terinflamasi dan mengalami edema sebagai akibat

terlipat atau tersumbat kemungkinan oleh fekalit (massa keras dari fases)

atau benda asing. Proses inflamasi meningkatkan tekanan intraluminal,

menimbulkan nyeri abdomen atas atau menyebar hebat secara progesif,

dalam beberapa jam terlokalisasi dalam kuadran kanan bawah dari

abdomen. Akhirnya apendiks yang terinflamasi berisi pus.

Page 21: PEMBERIAN MOBILISASI DINI TERHADAP LAMANYA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-rubenekamu... · Penyembuhan Luka Pasca Operasi Apendiktomi ... usus dan mempercepat

9

6. Penatalaksanaan

a. Apendiktomi

Pembedahan diindikasikan bila diagnosa apendisitis telah

ditegakkan. Antibiotik dan cairan IV diberikan sampai pembedahan

dilakukan. Analgesik dapat diberikan setelah diagnosa ditegakan.

Apendiktomi (pembedahan untuk mengangkat apendiks) dilakukan

sesegera mungkin untuk menurunkan resiko perforasi.

Apendiktomi dapat dilakukan dibawah anastesi umum atau

spinal dengan insisi abdomen bawah atau dengan laparaskopi, yang

merupakan metode terbaru yang sangat efektif.

Konsep asuhan keperawatan sebelum operasi dilakukan klien

perlu dipersiapkan secara fisik maupun psikis, disamping itu juga

klien perlu diberikan pengetahuan tentang peristiwa yang akan

dialami setelah dioperasi dan diberiakan latihan-latihan fisik

(pernafasan dalam, gerakan kaki dan duduk) untuk digunakan dalam

periode post operatif. Hal ini penting oleh karena banyak klien

merasa cemas atau khawatir bila akan dioperasi dan juga terhadap

penerimaan anastesi.

b. Laparatomi

1) Pembedahan perut sampai membuka selaput perut. Ada 4 cara

yaitu:

a) Midline incision

b) Paramedian, yaitu : sedikit ketepi dari garis tengah ( kurang

lebih 2,5 cm ), panjang (12,5 cm)

Page 22: PEMBERIAN MOBILISASI DINI TERHADAP LAMANYA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-rubenekamu... · Penyembuhan Luka Pasca Operasi Apendiktomi ... usus dan mempercepat

10

c) Trasverse upper abdomen incision, yaitu : insisi dibagian

atas, misalnya pembedahan colesistotomy dan splenektomy

d) Transverse lower abdomen incision, yaitu : insisi melintang

di bagian bawah kurang lebih 4 cm diatas anterior spinal

iliaka, misalnya : pada operasi apendiktomi.

Perawatan post laparatomi adalah bentuk pelayanan perawatan

yang diberikan kepada pasien-pasien yang telah menjalani

operasi pembedahan perut.

2) Tujuan perawatan post laparatomi :

a. Mengurangi komplikasi akibat pembedahan.

b. Mempercepat penyembuhan.

c. Mengembalikan fungsi pasien semaksimal mungkin seperti

sebelum operasi.

d. Mempertahankan konsep diri pasien.

e. Mempersiapkan pasien pulang.

3) Indikasi

a. Trauma abdomen (tumpul atau tajam) / ruptur hepar.

b. Peritonitis

c. Perdarahan saluran pencernaan

d. Sumbatan pada usus halus dan usus besar.

e. Masa pada abdomen.

Page 23: PEMBERIAN MOBILISASI DINI TERHADAP LAMANYA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-rubenekamu... · Penyembuhan Luka Pasca Operasi Apendiktomi ... usus dan mempercepat

11

4) Latihan-latihan fisik

Latihan nafas dalam, latihan batuk, menggerakan otot-otot

tangan, menggerakan otot-otot kaki, latihan alih baring dan

turun dari tempat tidur. Semua dilakukan hari ke 2 post operasi.

5) Komplikasi

a. Gangguan perfusi jaringan sehubungan degan

tromboplebitis.

Tromboplebitis post operasi biasanya timbul 7-14 hari

setelah operasi. Bahaya besar tromboplebitis timbul bila

darah tersebut lepas dari dinding pembuluh darah vena dan

ikut aliran darah sebagai emboli keparu-paru, hati dan otak.

Pencegahan tromboplebitis yaitu latihan kaki post operasi,

ambulatif dini dan kaos kaki TED yang dipakai klien

sebelum mencoba ambulatif.

b. Buruknya integritas kulit sehubungan dengan luka infeksi.

Infeksi luka sering muncul pada 36-46 jam setelah operasi.

Organisme yang paling sering menimbulkan infeksi adalah

stapilokokus aurens, organisme, gram positif. Stapilokokus

mengakibatkan pernanahan. Untuk menghindari infeksi

luka yang paling penting adalah perawatan luka yang

memperhatikan aseptik dan antiseptik.

Page 24: PEMBERIAN MOBILISASI DINI TERHADAP LAMANYA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-rubenekamu... · Penyembuhan Luka Pasca Operasi Apendiktomi ... usus dan mempercepat

12

c. Buruknya integritas kulit sehubungan dengan dehisensi luka

atau eviserasi.

Dehisensi luka merupakan terbukanya tepi-tepi luka.

Eviserasi luka adalah keluarya organ-organ dalam melalui

insisi.

d. Faktor penyebab dehisensi atau eviserasi adalah infeksi

luka, kesalahan menutup waktu pembedahan, ketegangan

yang berat pada dinding abdomen sebagai akibat dari batuk

dan muntah.

6) Proses penyembuhan luka

a. Fase pertama

Berlangsung sampai hari ke tiga. Batang leukosit banyak

yang rusak / rapuh. Sel- sel darah baru berkembang menjadi

penyembuh dimana serabut-serabut bening digunakan

sebagai kerangka.

b. Fase kedua

Dari hari ke 3 sampai hari ke 14 pengisian oleh kolagen,

seluruh pinggiran epitel timbul sempurna dalam 1 minggu.

Jaringa baru tmbuh dengan kuat dan kemerahan.

c. Fase ketiga

Sekitar 2 sampai 10 minggu. Kolagen terus menerus

ditimbun, timbul jaringan-jaringan baru dan otot dapat

digunakan kembali.

Page 25: PEMBERIAN MOBILISASI DINI TERHADAP LAMANYA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-rubenekamu... · Penyembuhan Luka Pasca Operasi Apendiktomi ... usus dan mempercepat

13

d. Fase keempat

Fase terakhir penyembuhan akan menyusut dan mengkerut.

7) Pengembalian fungsi fisik

Pengembalikan fungsi fisik dilakukan segera setelah operasi

dengan latihan nafas dan batuk efektif, latihan mobilisasi dini

8) Mempertahankan konsep diri

Gangguan konsep diri : body image dapat terjadi pada pasien

post laparatomi karena adanya perubahan sehubungan dengan

pembedahan. Intervensi keperawatan terutama ditunjukan

kepada pemberian suport psikologis, ajak pasien dan kerabat

dekatnya berdiskusi tentang perubahan-perbahan yang terjadi

dan bagaimana perasaan pasien setelah pasien.

7. Komplikasiapendisitis

Komplikasi utama apendisitis adalah perforasi apendiks, yang

dapat berkembang menjadi peritonitis atau abses. Insiden perforasi

adalah 105 sampai 32%. Insiden lebih tinggi pada anak kecil dan lansia.

Perforasi secara umum terjadi 24 jam setelah awitan nyeri. Gejala

mencakup demam dengan suhu 37,7 oC atau lebih tinggi, nyeri tekan

abdomen yang kontinue.

a. Luka adalah rusakan struktur dan fungsi anatomi normal akibat

prosespatologis yang berasal dari internal dan mengenai organ teori

(lazarus, et al 1994: dalam Potter dan Perry, 2006). Luka adalah

kerusakan kontiyuitas kulit mukosa membran dan tulang atau organ

Page 26: PEMBERIAN MOBILISASI DINI TERHADAP LAMANYA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-rubenekamu... · Penyembuhan Luka Pasca Operasi Apendiktomi ... usus dan mempercepat

14

tubuh yang lain ketika luka timbul, berapa efek akan muncul seperti

hilangnnya seluruh atau sebagaian fungsi organ, respon stress

simpatis, perdarahan dan pembekuan darah, kontaminasi bakteri, dan

kematian sel (Kozier, 1995).

Jenis luka berdasarkan lama waktu penyembuhan luka dibagi

menjadi 2 jenis, yaitu:

1) Luka akut adalah luka trauma yang biasannya segera mendapat

penanganan dan biasanya dapat sembuh dengan baik bila tidak

terjadi komplikasi. Kriteria luka akut adalah luka baru,

mendadak dan penyembuhannya sesuai dengan waktu yang

dipikirkan. Contohnnya adalah luka sayat, luka bakar, luka

tusuk.

2) Luka kronik adalah luka yang berlangsung lama atau sering

timbul kembali (rekuren) atau terjadi gangguan pada proses

penyembuhan yang biasannya disebabkan oleh masalah multi

faktor dari penderita. Pada luka kronik luka gagal sembuh pada

waktu yang diperkirakan, tidak berespon baik terhadap terapi

dan punya tendesi untuk timbul kembali. Contohnnya adalah

ulkus tungkai, ulkus vena, ulkus arteri (iskemi), penyakit

vaskuler perifer ulkus dekubitus, neuropati perifer ulkus

Page 27: PEMBERIAN MOBILISASI DINI TERHADAP LAMANYA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-rubenekamu... · Penyembuhan Luka Pasca Operasi Apendiktomi ... usus dan mempercepat

15

B. Asuhan keperawatan appendiktomi

1. Pengkajian

a. Biodata

Identitas klien : nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan,

agama, suku atau bangsa, pendidikan, pekerjaan, alamat, dan nomor

register.

b. Lingkungan

Dengan adanya lingkungan yang bersih, maka daya tahan tubuh

penderita akan lebih baik dari pada tinggal dilingkungan yang kotor.

c. Riwayat kesehatan dahulu

1) Keluhan utama

Nyeri pada daerah kuadran kanan bawah, nyeri bersekitar

umbilikus

2) Riwayat kesehatan dahulu

Riwayat operasi sebelumnya pada kolon

3) Riwayat kesehatan sekarang

Sejak kapan keluhan dirasakasn, berapa lama keluhan terjadi,

bagaimana sifat dari hebatnya keluhan, dimana keluhan timbul,

keadaan apa yang memperberat dan memperingan.

d. Pemeriksaan fisik

1) Inspeksi

Pada apendisitis akut sering ditemukan adanya

abdominal swelling, sehingga pada pemeriksaan jenis ini biasa

ditemukan distensi abdomen.

Page 28: PEMBERIAN MOBILISASI DINI TERHADAP LAMANYA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-rubenekamu... · Penyembuhan Luka Pasca Operasi Apendiktomi ... usus dan mempercepat

16

2) Palpasi

Pada daerah perut kana bawah apabila ditekan akan

terasa nyeri. Dan bila tekanan dilepas juga akan terasa nyeri.

Nyeri tekan perut kanan bawah merupakan kunci diagnosis dari

apendisitis. Pada penekanan perut kiri bawah akan terasa nyeri

pada perut kanan bawah, ini disebut tanda rovsing(Rovsing

sign). Tanda blumberg(blumberg sign)timbul apabila tekanan

pada perut kiri di lepas perut kanan bawah akan terasa sakit.

3) Pemeriksaan colok dubur

Pemeriksaan ini dilakukan pada apendisitis untuk

menentukan letak apendiks apabila letaknya sulit diketahui. Jika

sat dilakukan pemeriksaan ini terasa nyeri, maka kemungkinan

apendiks yang meradang di daerah pelvis. Pemeriksan ini

merupakan kunci diagnosis apendisitis pelvika.

4) Uji psoas dan uji obturator

Pemeriksaan ini dilakukan juga untuk mengetahui letak

apendiks yang meradang. Uji psoas dilakukan dengan

rangsangan otot psoas mayor lewat hiperekstensi sendi panggul

kanan, kemudian pada paha kanan di tahan. Bila apendiks yang

meradang menempel pada psoas mayor maka tindakan tersebut

akan menimbulkan nyeri. Sedangkan pada uji obturator

dilakukan gerakan fleksi dan andorotasi sendi panggul pada

posisi terlentang. Bila apendiks yang meradang kontak dengan

obturator internus yang merupakan dinding panggul kecil, maka

Page 29: PEMBERIAN MOBILISASI DINI TERHADAP LAMANYA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-rubenekamu... · Penyembuhan Luka Pasca Operasi Apendiktomi ... usus dan mempercepat

17

tindakan ini akan menimbulkan nyeri. Pemeriksaan ini dapat

dilakukan pada apendisitispelvika (Akhyar Yayan, 2008).

e. Perubahan pola fungsi

Data yang diperoleh dalam kasus apendisitis menurut

(Doenges, 2005) adalah sebagai berikut :

1) Aktivitas / istirahat

Gejala : Malaise

2) Sirkulasi

Tanda : Takikardi

3) Eliminasi

Gejala : Konstipasi pada awitan awal.

Diare (kadang-kadang).

Tanda : Distensi abdomen, nyeri tekan/ nyeri lepas, kekakuan.

Penurunan atau tidak ada bising usus.

4) Makanan/ cairan

Gejala : Anoreksia

Mual / muntah.

5) Nyeri / kenyamanan

Gejala : Nyeri abdomen sekitar epigastrium dan umbilikus yang

meningkat berat dan teralokasi pada titik Mc. Burney (setengah

jarak antara umbilikus dan tulang ileum kanan), meningkat

karena berjalan, bersin. Batuk, atau napas dalam (nyeri berhenti

tiba-tiba diduga perforasi atau infark pada apendiks).

Page 30: PEMBERIAN MOBILISASI DINI TERHADAP LAMANYA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-rubenekamu... · Penyembuhan Luka Pasca Operasi Apendiktomi ... usus dan mempercepat

18

Tanda perilaku berhati-hati : berbaring ke samping atau

terlentang dengan lutut ditekuk. Meningkatnya nyeri pada

kuadran kanan bawah karena posisi ekstensi kaki kanan atau

posisi duduk tegak.

6) Pernafasan

Tanda : Takipnea, pernapasan dangkal

7) Keamanan

Tanda : Demam (biasanya rendah)

f. Diagnosa dan fokus intervensi

1) Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak

adekuatnya pertahanan utama, perforasi atau ruptur pada

apendiks, pembentukan abses, prosedur invasif infisi bedah.

Kriteria hasil: meningkatnya penyembuhan luka dengan benar,

bebas tanda infeksi atau inflamasi, drainase purulen, eritema

dan edema.

Intervensi :

a) Awasi tanda-tanda vital. Perhatikan demam, menggigil,

berkeringat, perubahan mental, meningkatnya nyeri

abdomen.

Rasional : dugaan adanya infeksi atau terjadinya sepsis,

abses, peritonitis

b) Lihat insisi dan balutan. Catatan karakteristik drainase luka

ataudrein (Bila dimasukan), adanya eritema.

Page 31: PEMBERIAN MOBILISASI DINI TERHADAP LAMANYA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-rubenekamu... · Penyembuhan Luka Pasca Operasi Apendiktomi ... usus dan mempercepat

19

Rasional : memberikan deteksi dini terjadinya proses

infeksi, dan atau pengawasan penyembuhan peritonitis yang

telah ada sebelumnya.

c) Lakukan pencucian tangan yang baik dan perawatan luka

aseptik. Berikan perawatan paripurna.

Rasional : menurunkan resiko penyebaran infeksi.

d) Berikan informasi yang tepat, jujur, dan jelas pada pasien

atau orang terdekat.

Rasional : pengetahuan tentang kemajuan situasi

memberikan dukungan emosi, membantu menurunkan

ansietas.

e) Ambil contoh drainase bila diindikasikan

Rasional : kultur pewarnaan gram dan sensitivitas berguna

untuk mengidentifikasikan organisme penyebab dan pilihan

terapi.

f) Berikan antibiotik sesuai indikasi

Rasional : mungkin diberikan secara profilaktik atau

menurunkan jumlah mikroorganisme (pada infeksi yang

telah ada sebelumnya) untuk menurunkan penyebaran dan

perumbuhannyapada rongga abdomen.

g) Bantu irigasi dan drainase bila diindikasikan

Rasional : dapat diperlukan untuk mengalirkan isi abses

terlokalisir.

Page 32: PEMBERIAN MOBILISASI DINI TERHADAP LAMANYA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-rubenekamu... · Penyembuhan Luka Pasca Operasi Apendiktomi ... usus dan mempercepat

20

2) Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan

dengan pengeluaran cairan berlebih, pembatasan pasca operasi,

status hipermetabolik, inflamasi peritonium dengan cairan asing.

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan

cairan dan elektrolit menjadi kuat.

Kriteria hasil : kelembaban membran mukosa, turgor kulit

baik,tanda vital stabil dan secara individual keluaran urin

adekuat.

Intervensi :

a) Awasi tekanan darah dan nadi

Rasional : membantu mengidentifikasikan fluktuasi volume

intra vaskuler

b) Lihat membran mukosa : kaji turgor kulit dan pengisian

kapiler.

Rasional : indikator keadekuatan sirkulasi perifer dan

hidrasi seluler.

c) Awasi masukan dan keluaran : catat warna urin atau

konsentrasi, berat jenis.

Rasional : penurunan haluaran urin pekat dengan

peningkatan berat jenis diduga dehidrasi atau kebutuhan

peningkatan cairan.

d) Auskultasi bising usus,catat kelancaran flatus, gerakan usus.

Rasional : indikator kembalinya peristaltik, kesiapan untuk

pemasukan oral.

Page 33: PEMBERIAN MOBILISASI DINI TERHADAP LAMANYA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-rubenekamu... · Penyembuhan Luka Pasca Operasi Apendiktomi ... usus dan mempercepat

21

e) Berikan sejumlah kecil minuman jernih bila pemasukan

peroral dimulai, dan lanjutkan dengan diet sesuai toleransi.

Rasional : menurunkan iritasi gaster atau muntah untuk

meminimalkan kehilangan cairan.

f) Berikan perawatan mulut sering dengan perhatian khusus

pada perlindung bibir.

Rasional : dehidrasi megakibatkan bibir dan mulut kering

dan pecah-pecah.

g) Pertahankan penghisapan gaster atau usus.

Rasional : selang NGT biasanya dimasukan pada praoperasi

dan dipertahankan pada fase segera pasca operasi untuk

dekompresi usus, meningkatkan istirahat usus, mencegah

muntah.

h) Berikan cairan iv dan elektrolit.

Rasional : peritonium bereaksi terhadap iritasi atau infeksi

dengan menghasilkan sejumlah besar cairan yang dapat

menurunkan volume sirkulasi darah, mengakibatkan

hipovolemia. Dehidrasi dan dapat terjadi ketidak-

seimbangan elektrolit.

3) Gangguan rasa nyaman : nyeri (akut) berhubungan dengan

distensi jaringan usus oleh inflamasi : adanya insisi bedah

Tujuan : nyeri berkurang atau hilang.

Page 34: PEMBERIAN MOBILISASI DINI TERHADAP LAMANYA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-rubenekamu... · Penyembuhan Luka Pasca Operasi Apendiktomi ... usus dan mempercepat

22

Kriteria hasil : klien melaporkan nyeri berkurang atau hilang,

klien rileks, mampu istirahat atau tidur dengan cepat.

Intervensi :

a) Kaji nyeri, catat lokasi, karakteristik, beratnya (skala 0-10).

Selidiki dan laporkan perubahan nyeri dengan tepat.

Rasional : berguna dalam pengawasan keefektifan obat,

kemajuan penyembuhan. Perubahan pada karakteristik nyeri

menunjukan terjadinya abses atau peritonitis, memerlukan

upaya evaluasi medik dan intervensi.

b) Pertahankan istirahat dengan posisi semifowler.

Rasional : gravitasi melokalisasi eksudat inflamasi dalam

abdomen bawah atau pelvis, menghilangkan tegangan

abdomen yang bertambah dengan posisi terlentang.

c) Dorong dan ajarkan ambulasi dini.

Rasional : meningkatkan normalisasi fungsi organ, contoh :

merangsang peristaltik dan kelancaran flatus, menurunkan

ketidaknyamanan abdomen.

d) Berikan aktivitas hiburan.

Rasional : fokus perhatian kembali, meningkatkan relaksasi,

dan dapat meningkatkan kemampuan koping.

e) Pertahankan puasa atau penghisapan NGT pada awal.

Rasional : menurunkan ketidaknyamanan pada peristaltik

usus dini dan iritasi gaster atau muntah.

Page 35: PEMBERIAN MOBILISASI DINI TERHADAP LAMANYA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-rubenekamu... · Penyembuhan Luka Pasca Operasi Apendiktomi ... usus dan mempercepat

23

f) Berikan analgesik sesuai indikasi.

Rasional : menghilangkan nyeri mempermudah kerjasama

dengan intervensi terapi lain seperti ambulasi, batuk.

g) Berikan kantong es pada abdomen.

Rasional : menghilangkan dan mengurangi nyeri melalui

penghilangan rasa ujung saraf. Catatan : jangan lakukan

kompres panas karena dapat menyebabkan kompresi

jaringan.

4) Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi,

prognosis, dan kebutuhan pengobatan dengan tidak mengenal

sumber informasi dan salah interpretasi informasi.

Tujuan : menyatakan pemahaman proses penyakit, pengobatan

dan potensial komplikasi.

Kriteria hasil : berpartisipasi dalam program pengobatan

Intervensi :

a) Kaji ulang pembatasan aktivitas pasca operasi, contoh :

olahraga, seks, latihan menyetir.

Rasional : memberikan informasi pada pasien untuk

merencanakan kembali rutinitas biasa tanpa menimbulkan

masalah.

b) Identifikasi gejala yang memerlukan evaluasi medik, contoh

: peningkatan nyeri, edema atau eritema luka, adanya

drainase, demam.

Page 36: PEMBERIAN MOBILISASI DINI TERHADAP LAMANYA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-rubenekamu... · Penyembuhan Luka Pasca Operasi Apendiktomi ... usus dan mempercepat

24

Rasional : upaya intervensi menurunkan resiko komplikasi

serius, contohnya : peritonitis, lambatnya proses

penyembuhan.

c) Dorong aktivitas sesuai toleransi dengan periode istirahat

periodik.

Rasional : mencegah kelemahan, meningkatan

penyembuhan dan perasaan sehat, mempermudah kembali

ke aktivitas normal.

d) Diskusikan perawatan insisi termasuk mengganti balutan,

pembatasan mandi dan kembali ke dokter untuk

mengangkat jahitan atau pengikat.

Rasional : pemahaman meningkatkan kerjasama dengan

program terapi, meningkatkan penyembuhan dan proses

perbaikan

e) Berikan laksatif atau pelembek feses jika diinginkan dan

hindari enema.

Rasional : membantu kembali ke fungsi usus semula,

mencegah mengejan saat defekasi (Doenges,2005).

Page 37: PEMBERIAN MOBILISASI DINI TERHADAP LAMANYA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-rubenekamu... · Penyembuhan Luka Pasca Operasi Apendiktomi ... usus dan mempercepat

25

C. Mobilisasi

1. Definisi

Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk bergerak secara

bebas, mudah dan teratur yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan

hidup sehat (Mubarak dan Nurul C, 2007). Menurut, (Hidayat, 2006)

mobilisasi merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak bebas,

mudah, teratur, dan mempunyai tujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup

sehat dan pentingnya untuk kemandirian suatu keadaan ketika individu

mengalami atau beresiko mengalami keterbatasan gerak fisik di sebut

dengan imobilisasi. Perubahan dalam tingkat mobilisasi fisik dan dapat

mengakibatkan intruksi pembatasan gerak dalam bentuk tirah baring,

kehilangan fungsi motorik (Potter dan Perry, 2005).

2. Jenis mobilisasi

Menurut,(Alimul, 2009) jenis mobilisasi di bedakan berdasarkan

kemampuan gerakan yang dilakukan oleh seseorang yaitu:

a. Mobilisasi penuh, merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak

secara penuh dan bebas sehingga dapat melakukan interaksi sosial

dan menjalankan peran sehari-hari. Mobilisasi penuh ini merupakan

fungsi saraf motorik dan sensorik untuk dapat mengontrol seluruh

area tubuh seseorang.

b. Mobilisasi sebagian merupakan kemampuan seseorang untuk

bergerak dengan batasan jelas dan tidak mampu bergerak secara

Page 38: PEMBERIAN MOBILISASI DINI TERHADAP LAMANYA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-rubenekamu... · Penyembuhan Luka Pasca Operasi Apendiktomi ... usus dan mempercepat

26

bebas karena di pengaruhi oleh gangguan saraf motorik dan sensorik

pada area tubuh.

3. Tujuan mobilisasi dini

Mobilisasi dini bertujuan untuk mengurangi komplikasi pasca

bedah, terutama atelektasis dan pneunomia hipostasis,mempercepat

terjadinya buang air besar dan buang air kecil secara rasa nyeri pasca

operasi (E.Oswari, 2005). Mobilisasi yang dilakukan untuk

meningkatkan ventilasi, mencegah stastis drah dengan meningkatkan

kecepatan sirkulasi pada ekstremitas dan kecepatan pemulihan pada luka

abdomen (Suzanne C, 2005).

4. Latian rentang gerak (ROM)

Kemampuan sendi untuk melakukan pergerakan pada pasien

berbeda sesuai dengan kondisi kesehatannya. Latihan rentang gerak

merupakan gerakan yang mungkin dilakukan sendi pada salah satu dari

tiga potongan tubuh yaitu sagital, frontal, dan trasfersal (Potter dan

Perry, 2006).

Latian rentang gerak ini dilakukan pada masing-masing

persendian dengan melakukan gerakan yang tidak membahayakan latihan

ROM dapat dilakukan secara aktif dan pasif. Latian ROM secara pasif

merupakan latihan dimana perawat menggerakan persendian pasien

sesuai dengan rentang geraknnya. Sedangkan latian ROM secara aktif

adalah ROM yang dilakukan oleh pasien sendiri tanpa bantuan perawat

dan alat bantu. Perbedaan latian ROM pasif dan aktif bergantung pada

tidaknya bantuan yang diberikan perawat pada pasien dalam melakukan

ROM (Asmadi, 2009).

Page 39: PEMBERIAN MOBILISASI DINI TERHADAP LAMANYA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-rubenekamu... · Penyembuhan Luka Pasca Operasi Apendiktomi ... usus dan mempercepat

27

D. Kerangka teori

Hiperplasia folikel limfot,felakit, benda asing, cacing, peradangan

Obstruksi lumen apendiks

Pembengkakan jaringan limfoid

Peningkatan produksi mukus

Bendungan pada dinding apendiks

Peningkatan tekanan intraluminal sehingga menghambat saluran limfe yang

mengeluarkan mukus

Edema dan aslerasi apendiks

Apendiks akut

Luka post operasi

kerusakan integritas kulit

perawatan luka (penerapan mobilisasi dan perawatan luka bersih)

kecepatan pemulihan luka

mencegah perdarahan meningkatkan meningkatkan kecepatan

ventilasi sirkulasi

luka jahitan tampak baik tidak ada pus kulit tidak tampak kemerahan

kulit cepat sembuh

Gambar 2.1 Kerangka Teori

Page 40: PEMBERIAN MOBILISASI DINI TERHADAP LAMANYA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-rubenekamu... · Penyembuhan Luka Pasca Operasi Apendiktomi ... usus dan mempercepat

28

E. Kerangka konsep

Kerusakan intergritas

jaringan kulit

Penerapan mobilisasi

dini

Gambar 2.2 Kerangka Konsep

Page 41: PEMBERIAN MOBILISASI DINI TERHADAP LAMANYA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-rubenekamu... · Penyembuhan Luka Pasca Operasi Apendiktomi ... usus dan mempercepat

29

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Subjek aplikasi riset

Subjek dari aplikasi riset ini adalah penerapan mobilisasi dini terhadap

lamanya penyembuhan luka pasca operasi apendiktomi

B. Tempat dan waktu

Aplikasi riset ini direncanakan telah dilakukan di rumah sakit pada

tanggal 9-21 Maret 2015, tindakan dilakukan selama 3 hari

C. Media dan alat yang digunakan

Media: botol aqua di kasih air hangat

Alat : -

LEMBAR OBSERVASI PENYEMBUHAN LUKA

Tabel 3.1 lembar observasi (Potter Perry, 2005)

NO MOBILISASI

HARI KE

JAM

TINDAKAN

MOBILISASI

KONDISI LUKA FASE INFLAMASI

KEMERAHAN PENDARAHAN PUS KELEMBAPAN BENGKAK

1 Hari ke 2 Mobilisasi 1

pkl 10.10wib

Mobilisasi 2

pkl 12.15wib

Mobilisasi 3

pkl 14.00wib

Luka belum di

buka

Belum di ketahui Belum

di

ketahui

Belum di

ketahui

Belum di

ketahui

2 Hari ke 3 Mobilisasi 4

pkl 10.10wib

Mobilisasi 5

pkl 12.00

Mobilisasi 6

pkl 14.00

Tidak ada Tidak ada Tidak

ada

Ada Ada

Page 42: PEMBERIAN MOBILISASI DINI TERHADAP LAMANYA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-rubenekamu... · Penyembuhan Luka Pasca Operasi Apendiktomi ... usus dan mempercepat

30

D. Prosedur tindakan

Prosedur tindakan deskriptif korelasi yang bertujuan untuk

mengetahui hubungan mobilisasidini dengan lamanya penyembuhan post

operasi apendiktomi.

1. Mengucapkan salam dan perkenalan diri

2. Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada klien

3. Ciptakan lingkungan yang nyaman dengan menutup ruangan atau tirai

ruangan

4. Atur posisi pasien yang nyaman

5. Memberikan kompres air hangat di bagian sendi yang akan di gerakkan

6. Mengajarkan klien untuk mengerakkan ke dua kaki dan tungkai

7. Bantu posisi klien yang nyaman

8. Berpamitan dengan klien

Page 43: PEMBERIAN MOBILISASI DINI TERHADAP LAMANYA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-rubenekamu... · Penyembuhan Luka Pasca Operasi Apendiktomi ... usus dan mempercepat

31

BAB IV

LAPORAN KASUS

Pada bab ini penulis menjelaskan tentang aplikasi jurnal Pemberian

Mobilisasi Dini Secara Teratur Untuk Mempersingkat Waktu Penyembuhan Luka

Post Operasi Appendiktomi Pada Asuhan Keperawatan Ny. S dengan post

appendiktomi di ruang Kantil 2 RSUD Karangannyar. Asuhan keperawatan pada

Ny. S meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi sesuai masalah

keperawatan, implementasi yang telah dilakukan dan evaluasi. Pengkajian

dilakukan pada tanggal 11 Maret 2015 pukul 08.30 WIB dengan menggunakan

metode autoanamnesa dan alloanamnesa.

A. Identitas pasien

Hasil pengkajian diperoleh data antara lain, nama klien Ny. S, usia

42 tahun, beragama Islam, pendidikan terakhir Sekolah Menengah Pertama

(SMP), pekerjaan Wiraswasta, beralamat di Karanganyar, dirawat di RSUD

Karangannyar dengan diagnosa medis post operasi appendiktomi, dan nomor

registrasii xxxxx. Identitas penanggung jawabnya adalah Tn. S berusia 47

tahun, pendidikan terakhir Sekolah Menengah Pertama (SMP), bekerja

sebagai buruh pabrik, alamat di Karanganyar, hubungan dengan pasien adalah

suami.

B. Pengkajian

Keluhan utama klien saat dikaji nyeri pada abdomen kuadran 4,

riwayat penyakit sekarang pasien mengatakan 3 hari yang lalu tanggal 6

Page 44: PEMBERIAN MOBILISASI DINI TERHADAP LAMANYA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-rubenekamu... · Penyembuhan Luka Pasca Operasi Apendiktomi ... usus dan mempercepat

32

Maret 2015, perut bagian kanan bawah terasa nyeri, lalu pasien membeli obat

di warung namun sakitnya tidak berkurang, lalu pada tanggal 10 Maret 2015

pasien dibawa ke RSUD Karanganyar pasien mengeluh badan lemas, mual,

tidak nafsu makan, perut terasa perih dan perut terasa nyeri dengan TTV TD:

120/70 mmHg, RR:15 x/menit, N:80 x/menit, S: 37,7°C, di IGD mendapat

terapi infus RL 20 tpm, ranitidin 2x1 amp, antrain 2x1 amp, lalu pasien

dibawa kebangsal kantil 2 tanggal 10 jam 10.00 WIB, pasien mengatakan

lemas, pola makan berkurang, mual-mual, lalu pasien diberi terapi obat

cefotaksin 2x1 amp, metro 3x500 mg, ranitidi 1 amp, antrain 1 amp, infus RL

20 tpm, pada tanggal 10 Maret 2015 pasien di operasi jam 10.15 WIB

selesaai jam 11.30 WIB, lalu di bawa kebangsal kantil 2, pemantauan TTV

TD:110/70 mmHg, N:76 x/menit, S: 37,7°C, RR: 20 x/menit, pasien belum

sadar penuh, kemudian pasien sadar jam 13.00 WIB, lalu pasien mendapatkan

terapi obat injeksi ranitidin, antrain.

Riwayat penyakit dahulu, klien mengatakan tidak mempuyai riwayat

penyakit seperti DM dan klien mengatakan belum pernah dirawat di rumah

sakit.

Page 45: PEMBERIAN MOBILISASI DINI TERHADAP LAMANYA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-rubenekamu... · Penyembuhan Luka Pasca Operasi Apendiktomi ... usus dan mempercepat

33

Pengkajian riwayat kesehatan keluarga

Gambar 3.1 Genogram

Keterangan :

: laki-laki

: perempuan

: pasien

: tinggal dalam satu rumah

: Meninggal

Riwayat kesehatan keluarga, klien mengatakan bahwa di dalam

keluarganya maupun keluarga klien tidak ada penyakit keturunan seperti

diabetes melitus, jantung, dan hipertensi. Riwayat kesehatan lingkungan,

klien mengatakan lingkungan rumahnya bersih, terdapat ventilasi, ada tempat

pembuangan sampah, jauh dari sungai atau pabrik.

Hasil pengkajian menurut pola gordon, pada pola persepsi dan

pemeliharaan kesehatan klien mengatakan bahwa sehat itu penting dan

Ny. S umur 42 tahun

Page 46: PEMBERIAN MOBILISASI DINI TERHADAP LAMANYA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-rubenekamu... · Penyembuhan Luka Pasca Operasi Apendiktomi ... usus dan mempercepat

34

berharga, menurut klien sakit merupakan sesuatu yang tidak nyaman, apabila

ada anggota keluarga yang sakit segera diperiksakan ke puskesmas atau

dokter.

Pola nutrisi dan metabolisme sebelum sakit klien makan 3x sehari

dengan nasi, sayur, lauk, teh atau air putih, klien tidak memiliki keluhan dan

makan satu porsi habis. Selama sakit klien makan 3x sehari dengan makanan

yang disediakan rumah sakit nasi lembek, sayur, teh atau air putih, 1 porsi

habis.

Pola eliminasi BAB, baik sebelum sakit maupun selama sakit klien

tidak memiliki keluhan. Klien BAB 1x sehari dengan konsistensi lunak, bau

khas, dan warna kuning kecokelatan. Pada pola eliminasi BAK, sebelum sakit

klien mengatakan BAK 4-6x sehari ± 150cc sekali BAK dengan warna

kuning jernih, bau amoniak, dan tidak ada keluhan. Selama sakit, klien BAK

1000cc per 24 jam, warna kuning kecoklatan, bau amoniak.

Pola aktivitas dan latihan, sebelum sakit klien mampu melakukan

perawatan diri secara mandiri (score 0). Selama sakit untuk makan atau

minum, berpakaian, mobilitas di tempat tidur, berpindah, toileting, pasien

memerlukan bantuan orang lain (score 2). Sedangkan untuk ambulasi/ROM

tergantung total (score 2).

Pola istirahat tidur, sebelum sakit pasien mengatakan bisa tidur 21.00

WIB sampai jam 04.30 WIB dan jarang tidur siang. Selama sakit

pasienmengatakan tidak bisa tidur dan tidur sebentar-sebentar bangun kira-

Page 47: PEMBERIAN MOBILISASI DINI TERHADAP LAMANYA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-rubenekamu... · Penyembuhan Luka Pasca Operasi Apendiktomi ... usus dan mempercepat

35

kira 2-3 jam dalam 24 jam, pasien juga mengatakan suhu dilingkungan ruang

panas..

Pola kognitif – perseptual sebelum sakit pasien sadar penuh,

penglihatan dan pendengaran normal tidak menggunakan alat bantu. Selama

sakit pasien sadar penuh penglihatan dan pendengaran normal tidak

menggunakan alat bantu P: pasien mengatakan nyeri waktu bergerak, Q: nyeri

seperti di tusuk-tusuk, R: nyeri pada bagian post operasiabdomen pada kanan

bawah, S: skala nyeri 6, T: nyeri sewaktu-waktu 5 menit.

Pola persepsi konsep diri, gambaran diri klien menerima dengan

keadaan sakitnya saat ini, ideal diri klien ingin segera sembuh dan pulang ke

rumah agar bisa melakukan aktivitasnya kembali, harga diri klien tidak merasa

rendah diri dengan penyakitnya, peran diri klien seorang ibu rumah tangga,

sedangkan identitas diri klien berjenis kelamin perempuan dengan usia 42

tahun, bekerja sebagai wira swasta.

Pola hubungan peran, pasien mengatakan sebelum sakit maupun

selama sakit hubungannya dengan keluarga, saudara, tetangga-tetangganya

baik dan tidak ada masalah. Pola seksual reproduksi, pasien berusia 42 tahun

mempunyai suami dan mempunyai 2 anak. Pola mekanisme koping, sebelum

sakit pasien mengatakan bila mempunyai masalah selalu mengatakan kepada

keluarga dan bermusyawarah untuk memecahkan masalah, dan selama sakit

pasien mengatakan saat mengetahui masalah kesehatannya pasien

merundingkan dengan keluarganya untuk segera melakukan penanganan lebih

lanjut.

Page 48: PEMBERIAN MOBILISASI DINI TERHADAP LAMANYA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-rubenekamu... · Penyembuhan Luka Pasca Operasi Apendiktomi ... usus dan mempercepat

36

Pola nilai dan keyakinan, pasien beragama Islam selalu menjalankan

sholat 5 waktu, tetapi selama sakit pasien mengatakan hanya bisa berdoa.

Pengkajian pemeriksaan fisik didapatkan keadaan klien dengan

kesadaran composmentis, TD(tekanan darah) 120/70 mmHg, nadi 80x/menit

teraba kuat dan irama teratur, respirasi 15x/menit irama teratur, dan suhu

36,5°C. Bentuk kepala mesochepal, kulit kepala bersih tidak ada ketombe.

Rambut kuat, hitam. Pada pemeriksaan mata, didapatkan data mata simetris

kanan-kiri, fungsi penglihatan baik, konjungyiva tidak anemis, dan sklera

tidak ikterik. Pada pemeriksaan hidung, bersih, tidak ada polip, dan tidak

terdapat sekret. Mulut simetris, bersih, dan mukosa bibir lembab. Gigi sejajar

dan bersih tidak ada lubang. Telinga simetris, tidak ada serumen, dan tidak

mengalami gangguan pendengaran. Pada pemeriksaan leher, tidak terdapat

pembesaran tyroid.

Pada pemeriksaan fisik paru, didapatkan hasil Inspeksi : bentuk dada

simetris, Palpasi : vocal fremitus kanan dan kiri sama, Perkusi : sonor,

Auskultasi : suara vesikuler dan irama teratur. Pada pemeriksaan fisik

jantung, didapatkan hasil Inspeksi : ictus cordis tidak tampak, Palpasi : ictus

cordis teraba kuat di SIC V, Perkusi : pekak, Auskultasi : Bunyi jantung I dan

Bunyi jantung II sama, tidak ada suara tambahan, irama reguler. Pada

pemeriksaan fisik abdomen didapatkan hasil Inspeksi : terdapat luka post

operasi pada kanan bawah kurang lebih 5 cm, tidak ada tanda infeksi pada

luka post operasi, Auskultasi : bising usus 15x/menit, Perkusi : redup di

Page 49: PEMBERIAN MOBILISASI DINI TERHADAP LAMANYA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-rubenekamu... · Penyembuhan Luka Pasca Operasi Apendiktomi ... usus dan mempercepat

37

kuadran 1 dan tympani di kuadran 2, 3, 4, Palpasi : adanya nyeri tekan skala

6.

Pada pemeriksaan genetalia, didapatkan hasil genetalia bersih dan

tidak ada jejas, pemeriksaan rektum bersih, pada pemeriksaan ekstremitas

bagian atas didapatkan hasil kekuatan otot tangan kanan dan kiri 5 (bergerak

bebas), tangan kiri mampu bergerak bebas tetapi tangan kanan gerakan

terbatas karena terpasang infus RL 20 tpm, perabaan akral hangat, tidak ada

oedema, dan capilary refill< 2 detik. Pada pemeriksaan ekstremitas bagian

bawah diperoleh hasil kekuatan otot kaki kanan 5 (mampu bergerak),

kekuatan kaki kiri 5 (mampu bergerak), perabaan akral hangat, tidak ada

oedema, dan capilary refill< 2 detik.

Selama di rawat di kantil 2 mendapatkan therapy infus RL 20 tpm

untuk mengembalikan cairan elektrolit, injeksi cefotaxim 100 mg antibiotik,

ranitidin 50 mg untuk mual muntah, antrain metamizole untuk anti nyeri dan

demam.

Hasil pemeriksaan laboratorium tanggal 10 Maret 2015 diperoleh

hasil: hemoglobin 13.1 g/dl (nilai normal 12.00-16.00), hematokrit 39.9%

(nilai normal 37.00-47.00), leukosit 6.4 ribu/ul (nilai normal 5-10), trombosit

204 ribu/ul (nilai normal 150-300), eritrosit 4.35 juta/ul (nilai normal 4.00-

5.00), MPV 5.2 fl (nilai normal 6.5-12.000), LDW 17.0 % (nilai normal 9.0-

17.0), MCV 91.7 fl (nilai normal 82.0-92.0), MCH 30.1 pg ( nalai naormal

27.0-31.0), MCHC 32.8 g/dl (nilai normal 32.0-37.0), limfosit 38.0 % (nilai

normal 25.0-40.0), monosit 6.0 % (nilai normal 3.0-9.0), limfosil 2.4 x10^3ul

Page 50: PEMBERIAN MOBILISASI DINI TERHADAP LAMANYA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-rubenekamu... · Penyembuhan Luka Pasca Operasi Apendiktomi ... usus dan mempercepat

38

(nilai normal 1.25-40), monosit 0.43 x10^3ul (nilai normal 0.30-1.00), gran

56.0 % (nilai normal 50.0-7.00), gran 3.6 x10^3ul (nilai normal 2.50-70.0),

ROW 12.3 % (nilai normal 11.5-14.7), CT 03.30 menit (nilai normal 2.8), BT

02.0 menit (nilai normal 1-3), GDS 90 mg/dl (nilai normal 70-150), creatinin

0.99 mg/dl (nilai normal 0,5-09), ureum 29 mg/dl (nilai normal 10-50).

Hasil pemeriksaan USG pada tanggal 10 Maret 2015 kesan: pada

waktu pemeriksaan USG abdomen tampak, MC burney gambaran proses

sedang (appendiksitis sup akut), tidak tampak tanda-tanda infeltrat, tidak

tampak tanda-tanda perfolasi.

Selama dirawat di ruang Kantil 2, klien mendapat therapy infus RL 20

tpm untuk mengembalikan cairan elektrolit, injeksi cefotaxine 10 mg/2 jam

untuk anti infeksi, dan injeksi ranitidine 50 mg/12 jam untuk pengobatan

tukak lambung jangka pendek, injeksi antrain 10 mg/8 jam untuk anti nyeri

dan demam.

C. Perumusan diagnosa keperawatan

Dari data pengkajian dan observasi di atas, penulis melakukan analisa

data dan merumuskan diagnosa keperawatan. Data subyektif : pasien

mengatakan nyeri pada perut kanan bawah, P: pasien mengatakan nyeri perut

kanan bawah karena luka post operasi, Q: nyeri seperti ditusuk-tusuk, R:

nyeri pada bagian post operasi abdomen kuadran 4, S: skala nyeri 6, T; nyeri

hilang timbul kurang lebih 5 menit. Data obyektif: pasien tampak meringis

kesakitan menahan nyeri, post operasi appendiktomi luka kurang lebih 10cm,

Page 51: PEMBERIAN MOBILISASI DINI TERHADAP LAMANYA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-rubenekamu... · Penyembuhan Luka Pasca Operasi Apendiktomi ... usus dan mempercepat

39

tidak ada pust, luka sedikit lembab, adannya kemerahan, berdasarkan

penulisan data di atas maka penulis merumuskan masalah keperawatan yaitu

nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik.

Data subyektif : pasien mengatakan untuk bergerak kesakitan, untuk

membolak-balik posisi. Data obyektif : ambulasi pasien tampak hanya bisa

miring kanan, kiri, ROM ekstremitas bawah gerak terbatas, berdasarkan

penulisan data di atas maka penulis merumuskan masalah keperawatan yaitu

hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kendali otot.

Data subyektif : pasien mengatakan sebelum sakit tidurnnya 7-8 jam

perhari, selama sakit pasien mengatakan tidak bisa tidur nyenyak tidur hanya

2-3 jam sehari, pasien juga mengatakan suhu dilingkungan ruang terasa panas

, data obyektif : pasien tampak pucat, kantung mata hitam, berdasarkan

penulisan data di atas maka penulis merumuskan masalah keperawatan yaitu

gangguan pola tidur berhubungan dengan suhu lingkungan sekitar.

Data subyektif : pasien mengatakan lemah, untuk bergerakan karena

nyeri diperut kanan bawah, data obyektif : pasien tampak lemah, hanya

berbaring ditempat tidur, kulit lembab, kulit berwarna kemerahan pada

abdomen kanan bawah, berdasarkan penulisan data di atas maka penulis

merumuskan masalah keperawatan yaitu kerusakan intergritas kulit

berhubungan dengan imobilitas fisik.

Page 52: PEMBERIAN MOBILISASI DINI TERHADAP LAMANYA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-rubenekamu... · Penyembuhan Luka Pasca Operasi Apendiktomi ... usus dan mempercepat

40

D. Intervensi keperawatan

Perencanaan dari masalah keperawatan pada tanggal 11 maret 2015

penulis menyusun suatu intervensi sebagai tindak lanjut pelaksanaan asuhan

keperawatan pada Ny. S dengan diagnosa nyeri akut berhubungan dengan

agen cedera fisik dengan tujuan setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24

jam nyeri bisa berkurang dengan kriteria hasil pasien tidak merasa

nyeri,pasien tampak nyaman, nyeri teratasi, skala nyeri berkurang dari 6

menjadi 2.

Intervensi atau rencana keperawatan yang akan dilakukan pada Ny.

S untuk mengatasi nyeri adalah mengkaji TTV untuk mengetahui keadaan

umum pasien, kaji nyeri (PQRST) dengan rasional nyeri merupakan respon

subyektif yang dapat dikaji dengan menggunakan skala nyeri, ajarkan tehnik

relaksasi nafas dalam untuk mengurangi rasa nyeri, kolaborasi dengan dokter

untuk pemberian injeksi untuk mengurangi rasa nyeri dengan obat.

Perencanaan dari masalah keperawatan pada tanggal 11 maret 2015

penulis menyusun suatu intervensi sebagai tindak lanjut pelaksanaan asuhan

keperawatan pada Ny. S dengan diagnosa keperewatan hambatan mobilitas

fisik berhubungan dengan penurunan kendali otot, setelah di lakukan tindakan

keperawatan selam 3x24 jam di harapkan pasien mampu melakukan aktivitas

dan latihan secara mandiri dengan kriteria hasil pasien mampu memenuhi

kebutuhan secara mandiri, pasien mampu melakukan aktivitas dan latihan

secara mandiri.

Intervensi atau rencana keperawatan yang akan di lakukan pada

Ny.S untuk mengatasi masalah keperawatan hambatan mobilitas fisik adalah

Page 53: PEMBERIAN MOBILISASI DINI TERHADAP LAMANYA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-rubenekamu... · Penyembuhan Luka Pasca Operasi Apendiktomi ... usus dan mempercepat

41

mengkaji kemampuan pasien untuk mengetahui tingkat kemampuan pasien

dalam melaksanakan aktivitas, anjurkan mobilisasi pada pasien ROM aktif

dan alih baring untuk memperlancar peredaran darah, berikan edukasi kepada

pasien dan keluarga tentang pentingnya mobilisasi untuk menambah

pengetahuan pasien dan keluarga, kolaborasi dengan tim medis dalam terapi

obat cefotaxim 1000mg/12jam untuk memberikan terapi secara farmakologis,

Perencanaan dari masalah keperawatan pada tanggal 11 maret 2015

penulis menyusun suatu intervensi sebagai tindak lanjut pelaksanaan asuhan

keperawatan pada Ny. S dengan diagnosa keperawatan gangguan pola tidur

berhubungan dengan suhu lingkungan sekitar, setelah dilakukan tindakan

3x24 jam diharapkan pola tidur pasien tidak terganggu dengan kriteria hasil,

pasien tidur nyenyak 7-8 jam, raut wajah rileks dan tampak segar, kantung

mata tidak hitam.

Intervensi atau rencana keperawatan yang akan di lakukan pada

Ny.S untuk mengatasi masalah keperawatan gangguan pola tidur adalah kaji

pola tidur pasien untuk mengetahui kualitas tidur pasien, memberikan posisi

yang nyaman (supinasi) untuk memberikan kenyamanan pada pasien,

jelaskan kepada pasien tentang pola tidur saat sakit untuk menambah

pengetahuan tentang pentingnya pola tidur, ajarkan kepada keluarga untuk

memberikan pijatan pada kaki atau punggung sebelum tidur untuk menambah

kenyamanan pasien dan memperbaiki kualitas tidur.

Perencanaan dari masalah keperawatan pada tanggal 11 Maret 2015

penulis menyusun suatu intervensi sebagai tindak lanjut pelaksanaan asuhan

keperawatan pada Ny. S dengan diagnosa kerusakan intergitas kulit, setelah

Page 54: PEMBERIAN MOBILISASI DINI TERHADAP LAMANYA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-rubenekamu... · Penyembuhan Luka Pasca Operasi Apendiktomi ... usus dan mempercepat

42

dilakukan tindakan 3x24 jam diharapkan mampu mempertahankan kulit

dengan kriteria hasil, klien mampu berpartisipasi dalam mencegah luka, tidak

ada tanda-tanda kemerahan, tidak terdapat luka dan tidak ada tanda-tanda

infeksi.

Intervensi atau rencana keperawatan yang akan di lakukan pada

Ny.S untuk mengatasi masalah keperawatan kerusakan integritas kulit adalah

observasi kulit akan adanya kemerahan untuk mengetahui tanda-tanda

kerusakan intergitas kulit, mobilisasi pasien setiap 2jam sekali untuk

mencegah terjadinya trauma dan kerusakan jaringan, anjurkan keluarga

pasien untuk menjaga kulit pasien tetap bersih dan kering untuk menghindari

terjadi kelembapan pada kulit, anjurkan pasien agar tetap besih dan kering

untuk menjaga tetap bersih dan mencegah terjadinya intergitas pada kulit.

E. Implementasi keperawatan

Implementasi hari pertama hari Rabu 11 Maret 2015 pukul 11.15

WIB mengobservasi KU dan TTV dengan respon subyektif: pasien

mengatakan mau untuk diperiksa, respon obyektif: TD: 120/90 mmHg, N:

80x/menit, RR: 22 x/menit, S: 36°C

Pukul 11.30 WIB mengobservasi pola nyeri respon subyektif:

pasien mengatakan perutnnya nyeri seperti ditusuk-tusuk. P: pasien

mengatakan nyeri waktu bergerak, Q: nyeri seperti ditusuk-tusuk, R: nyeri

pada post operasi abdomen pada kanan bawah, S: skala 6, T: nyeri sewaktu-

Page 55: PEMBERIAN MOBILISASI DINI TERHADAP LAMANYA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-rubenekamu... · Penyembuhan Luka Pasca Operasi Apendiktomi ... usus dan mempercepat

43

waktu durasi kurang lebih 5 menit, respon obyektif: pasien tampak tidak

rileks menahan kesakitan.

Pukul 11.45 WIB memberikan obat ranitidin 50 mg/12 Jam dan

antrain respon subyektif : pasien mau diberikan obat, respon obyektif : injeksi

masuk melalui iv tidak ada tanda-tanda infeksi. Pukul 12.00 WIB

mengajarkan mobilisasi dini ROM ekstermitas bawah dan atas dengan respon

subyektif: pasien mengatakan bersedia melakukan ambulasi dini respon

obyektif pasien kooperatif.

Pukul 12.15 WIB kaji pola tidur pasien dengan respon subyektif

pasien mengatakan tidur 2-3 jam/hari respon obyektif pasien terlihat lemas.

Pukul 13.00 WIB memberikan posisi yang nyaman (supinasi) dengan respon

subyektif pasien bersedia untuk di posisikan, respon obyektif pasien tampak

nyaman.

Pukul 13.15 WIB mengobservasi kulit akan adanya kemerahan

respon subyektif pasien mengatakan bersedia di periksa, respon obyektif ada

tanda-tanda kemerahan tidak ada luka di daerah punggung. Pukul 13.20 WIB

mobilisasi npasien setiap 2 jam sekali respon subyektif pasien bersedia di

posisikan 2 jam sekali, respon obyektif pasien tampak nyaman setelah di

posisikan miring ke kiri tidak ada tanda-tanda kemerahan.

Pukul 13.25 WIB menganjurkan pasien untuk mengunakan pakian

yang longgar, respon obyektif pasien tampak mengerti atas anjuran perawat

untuk menggunakan pakian yang longgar, Pukul 13.30 WIB menganjurkan

keluarga pasien untuk menjaga kulit pasien agar tetap bersih dan kering,

Page 56: PEMBERIAN MOBILISASI DINI TERHADAP LAMANYA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-rubenekamu... · Penyembuhan Luka Pasca Operasi Apendiktomi ... usus dan mempercepat

44

respon subyektif keluarga pasien tampak mengerti dan mengikuti anjuran

perawat, respon obyektif keluarga pasien mengeringkan keringat pasien

dengan tisu/sapu tangan.

Implementasi hari kedua hari kamis 12 maret 2015 pukul 11.15 WIB

mengobservasi keadaan umum dan TTV dengan respon subyektif: pasien

mengatakan mau untuk diperiksa, respon obyektif: TD: 120/90 mmHg, N:

80x/menit, RR: 22 x/menit, S: 36°C. Pukul 11.30 WIB mengobservasi pola

nyeri respon subyektif: pasien mengatakan perutnya nyeri seperti ditusuk-

tusuk . P: pasien mengatakan nyeri waktu bergerak, Q: nyeri seperti ditusuk-

tusuk, R: nyeri pada post op abdomen pada kanan bawah, S: skala 4, T: nyeri

sewaktu-waktu durasi kurang lebih 2-3 menit, respon obyektif: pasien tampak

tidak rileks menahan kesakitan.

Pukul 11.45 WIB memberikan obat ranitidin 50 mg/12 Jam dan

antrain respon subyektif : pasien mau diberikan obat, respon obyektif : injeksi

masuk melalui iv tidak ada tanda-tanda infeksi. Pukul 12.00 WIB

mengajarkan mobilisasi dini ROM ekstermitas bawah dan atas dengan respon

subyektif: pasien mengatakan bersedia melakukan ambulasi dini respon

obyektif pasien kooperatif

Pukul 12.15 WIB kaji pola tidur pasien dengan respon subyektif

pasien mengatakan tidur 2-3 jam/hari respon obyektif pasien terlihat lemas.

Pukul 13.00 WIB memberikan posisi yang nyaman (supinasi) dengan respon

subyektif pasien bersedia untuk di posisikan respon obyektif pasien tampak

nyaman Pukul 13.15 WIB mengobservasi kulit akan adanya kemerahan

Page 57: PEMBERIAN MOBILISASI DINI TERHADAP LAMANYA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-rubenekamu... · Penyembuhan Luka Pasca Operasi Apendiktomi ... usus dan mempercepat

45

respon subyektif pasien mengatakan bersedia di periksa, respon obyektif ada

tanda-tanda kemerahan tidak ada luka di daerah punggung.

Pukul 13.20 WIB mobilisasi pasien setiap 2 jam sekali respon

subyektif pasien bersedia di posisikan 2 jam sekali, respon obyektif pasien

tampak nyaman setelah di posisikan miring ke kiri tidak ada tanda-tanda

kemerahan. Pukul 13.25 WIB menganjurkan pasien untuk mengunakan

pakean yang longgar, respon obyektif pasien tampak mengerti atas anjuran

perawat untuk menggunakan pakean yang longgar,

Pukul 13.30 WIB menganjurkan keluarga pasien untuk menjaga kulit

pasien agar tetap bersih dan kering, respon subyektif keluarga pasien tampak

mengerti dan mengikuti anjuran perawat, respon obyektif keluarga pasien

mengeringkan keringat pasien dengan tisu/sapu tangan.

Implementasi hari ke tiga pada hari jumat 13 maret 2015 pukul 11.15

WIB mengobservasi keadaan umum dan TTV dengan respon subyektif:

pasien mengatakan mau untuk diperiksa, respon obyektif: TD: 120/90 mmHg,

N: 80x/menit, RR: 22 x/menit, S: 36°C

Pukul 11.30 WIB mengobservasi pola nyeri respon subyektif: pasien

mengatakan perutnnya nyeri seperti ditusuk-tusuk . P: pasien mengatakan

nyeri waktu bergerak, Q: nyeri seperti ditusuk-tusuk, R: nyeri pada post op

abdomen pada kanan bawah, S: skala 2, T: nyeri sewaktu-waktu durasi

kurang lebih 1-2 menit, respon obyektif: pasien tampak tidak rileks menahan

kesakitan.

Page 58: PEMBERIAN MOBILISASI DINI TERHADAP LAMANYA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-rubenekamu... · Penyembuhan Luka Pasca Operasi Apendiktomi ... usus dan mempercepat

46

Pukul 11.45 WIB memberikan obat ranitidin 50 mg/12 Jam dan

antrain respon subyektif : pasien mau diberikan obat, respon obyektif : injeksi

masuk melalui iv tidak ada tanda-tanda infeksi. Pukul 12.00 WIB

mengajarkan mobilisasi dini ROM ekstermitas bawah dan atas dengan respon

subyektif: pasien mengatakan bersedia melakukan ambulasi dini respon

obyektif pasien kooperatif. Pukul 12.15 WIB kaji pola tidur pasien dengan

respon subyektif pasien mengatakan tidur 2-3 jam/hari respon obyektif pasien

terlihat lemas.

Pukul 13.00 WIB memberikan posisi yang nyaman (supinasi)

dengan respon subyektif pasien bersedia untuk di posisikan respon obyektif

pasien tampak nyaman Pukul 13.15 WIB mengobservasi kulit akan adanya

kemerahan respon subyektif pasien mengatakan bersedia di periksa, respon

obyektif ada tanda-tanda kemerahan tidak ada luka di daerah punggung.

Pukul 13.20 WIB mobilisasi npasien setiap 2 jam sekali respon

subyektif pasien bersedia di posisikan 2 jam sekali, respon obyektif pasien

tampak nyaman setelah di posisikan miring ke kiri tidak ada tanda-tanda

kemerahan.

Pukul 13.25 WIB menganjurkan pasien untuk mengunakan pakean

yang longgar, respon obyektif pasien tampak mengerti atas anjuran perawat

untuk menggunakan pakean yang longgar.

Pukul 13.30 WIB menganjurkan keluarga pasien untuk menjaga kulit

pasien agar tetap bersih dan kering, respon subyektif keluarga pasien tampak

Page 59: PEMBERIAN MOBILISASI DINI TERHADAP LAMANYA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-rubenekamu... · Penyembuhan Luka Pasca Operasi Apendiktomi ... usus dan mempercepat

47

mengerti dan mengikuti anjuran perawat, respon obyektif keluarga pasien

mengeringkan keringat pasien dengan tisu/sapu tangan.

F. Evaluasi keperawatan

Evaluasi keperawatan hari Rabu, 11 Maret 2015 pukul 15.00 WIB

diagnosa keperawatan nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik di

lakukan evaluasi dcengan metode SOAP, pasien mengatakan perutnya seperti

di tusuk-tusuk P: pasien mengatakan nyeri saat bergerak, Q: seperti di tusuk-

tusuk, R: nyeri pada perut kanan bawah post op app, S: sekala 6, T: nyeri

sewaktu-waktu kurang lebih 5 menit, pasien tampak tidak rilek menahan

sakit, masalah belum teratasi, planning lanjutkan intervensi observasi ku

TTV, TD:120/70 mmHg, N:80x/menit R:24x/menit S:36°c, observasi skala

nyeri, anjurkan tehnik relaksasi nafas dalam, kalaborasi dengan dokter injeksi

analgesik (antrain 1000mg)

Evaluasi keperawatan hari Rabu, 11 Maret 2015 pukul 15.00 WIB

diagnosa keperawatan hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan

penurunan kendali otot di lakukan evaluasi dengan metode SOAP, pasien

mengatakan aktivitas terbatas, pasien tampak tidak bisa memenuhi kebutuhan

mandirinya secara maksimal, masalah belum teratasi, planning lamjutkan

intervensi, kaji kemampuan pasien, anjurkan mobilisasi pada pasien ROM

aktif dan tirah baring miring kanan miring kiri, kolaborasi dengan dokter

dalam pemberian obat (cefotaxim 1000mg/12 jam)

Page 60: PEMBERIAN MOBILISASI DINI TERHADAP LAMANYA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-rubenekamu... · Penyembuhan Luka Pasca Operasi Apendiktomi ... usus dan mempercepat

48

Evaluasi keperawatan hari Rabu, 11 Maret 2015 pukul 15.00 WIB

diagnosa keperawatan gangguan pola tidur berhubungan dengan suhu

lingkungan sekitar dilakukan evaluasi dengan metode SOAP, pasien

mengatakan tidur 2-3 jam,pasien juga mengatakan suhu dilingkungan ruang

terasa panas, pasien terlihat lemas, masalah belum teratasi, planning lanjutkan

intervensi, kaji pola tidur, berikan posisi yang nyaman (supinasi), anjurkan

kepada keluarga untuk memberikan pijatan dipunggung/ kaki sebelum pasien

tidur.

Evaluasi keperawatan hari Rabu, 11 Maret 2015 pukul 15.10 WIB

diagnosa kerusakan intergritas berhubungan dengan mobilitas fisik dilakukan

evaluasi dengan metode SOAP, pasien mengatakan bersedia diposisikan

mengikuti intruksi dari perawat, pasien tampak lebih nyaman dari

sebelumnnya, masih ada kemerahan dipunggung dan tumit tidak ada luka,

masalah belum teratasi, planning lanjutkan intervensi observasi kulit akan

adannya kemerahan, mobilisasi setiap 2 jam sekali.

Evaluasi keperawatan hari Kamis, 12 Maret 2015 pukul 13.30 WIB

diagnosa keperawatan nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik di

lakukan evaluasi dcengan metode SOAP, pasien mengatakan perutnya seperti

di tusuk-tusuk P: pasien mengatakan nyeri saat bergerak, Q: seperti di tusuk-

tusuk, R: nyeri pada perut kanan bawah post op app, S: sekala 4, T: nyeri

sewaktu-waktu kurang lebih 2-3 menit, pasien tampak rilek, masalah teratasi

sebagian dengan nyeri berkurang menjadi 4, planning lanjutkan intervensi

observasi keadaan umum dan TTV, TD:120/70 mmHg, N:80x/menit

Page 61: PEMBERIAN MOBILISASI DINI TERHADAP LAMANYA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-rubenekamu... · Penyembuhan Luka Pasca Operasi Apendiktomi ... usus dan mempercepat

49

R:24x/menit S:36°C, observasi skala nyeri, anjurkan tehnik relaksasi nafas

dalam, kalaborasi dengan dokter injeksi analgesik (antrain 1000mg)

Evaluasi keperawatan hari Kamis, 12 Maret 2015 pukul 13.35 WIB

diagnosa keperawatan hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan

penurunan kendali otot di lakukan evaluasi dengan metode SOAP, pasien

mengatakan sudah mampu melakukan latian walaupun belum maksimal,

pasien tampak bisa melakukan aktivitas tapibelum maksimal, seperti duduk,

masalah teratasi sebagian, planning lanjutkan intervensi, kaji kemampuan

pasien, anjurkan mobilisasi pada pasien ROM aktif dan tirah baring miring

kanan miring kiri, kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat (cefotaxim

1000mg/12 jam)

Evaluasi keperawatan hari Kamis, 12 Maret 2015 pukul 13.40 WIB

diagnosa keperawatan gangguan pola tidur berhubungan dengan suhu

dilingkungan sekitar dilakukan evaluasi dengan metode SOAP, pasien

mengatakan tidur 4-5 jam,pasien juga mengatakan suhu dilingkungan ruang

masih sedikit terasa panas pasien tampak lebih rileks dan segar, masalah

teratasi sebagian, planning lanjutkan intervensi, kaji pola tidur, berikan posisi

yang nyaman (supinasi), anjurkan kepada keluarga untuk memberikan pijatan

dipunggung/ kaki sebelum pasien tidur.

Evaluasi keperawatan hari Kamis, 12 Maret 2015 pukul 13.45 WIB

diagnosa kerusakan intergritas berhubungan dengan mobilitas fisik dilakukan

evaluasi dengan metode SOAP, pasien mengatakan bersedia diposisikan

mengikuti intruksi dari perawat, pasien tampak lebih nyaman dari

Page 62: PEMBERIAN MOBILISASI DINI TERHADAP LAMANYA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-rubenekamu... · Penyembuhan Luka Pasca Operasi Apendiktomi ... usus dan mempercepat

50

sebelumnnya, masih ada kemerahan dipunggung dan tumit tidak ada luka,

masalah belum teratasi, planning lanjutkan intervensi observasi kulit akan

adannya kemerahan, mobilisasi setiap 2 jam sekali.

Evaluasi keperawatan hari Jum’at, 13 Maret 2015 pukul 13.40 WIB

diagnosa nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis dilakukan

evaluasi dengan metode SOAP, pasien mengatakan nyeri sudah berkurang

hanya terasa cekit-cekit, P saat gerak, Q cekit-cekit, R perut kanan bawah, S:

nyeri 2, T: nyeri sewaktu-waktu kurang lebih 1-2 menit, pasien tampak lebih

tenang, dan rilkes, masalah tertasi dengan nyeri berkurang menjadi 2, wajah

pasien tampak rilkes dan tenang, hentikan intervensi.

Evaluasi keperwatan hari Jum’at, 13 Maret 2015 pukul 13.45 WIB

diagnosa hambatan mobilitas fisik berhungan dengan penurunan kendali otot

dilakukan evalusi dengan metode SOAP, pasien mengatakan sudah bisa

duduk dan berdiri serta berjalan berlahan-lahan, pasien tampak mampu

melakukan aktivitas yang ringan, hentikan intervensi.

Evaluasi keperawatan hari Jum’at, 13 Maret 2015 pukul 13.50 WIB

diagnosa gangguan pola tidur berhubungan dengan suhu lingkungan sekitar

dilakukan evaluasi dengan metode SOAP, pasien mengatakan sudah bisa

tidur kurang lebih 7 jam,pasien juga mengatakan suhu dilingkungan ruang

sudah tidak panas, pasien tampak rileks, kantung mata tidak hitam, masalah

teratasi dengan tidur 7 jam, raut wajah tampak rileks, kantung mata tidak

hitam, hentikan intervensi.

Evaluais keperawatan hari Jum’at, 13 Maret 2015 pukul 13.55 WIB

diagnosa kerusakan intergritas kulit berhubungan dengan imobolitas fisik

Page 63: PEMBERIAN MOBILISASI DINI TERHADAP LAMANYA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-rubenekamu... · Penyembuhan Luka Pasca Operasi Apendiktomi ... usus dan mempercepat

51

dilakukan evaluasi dengan metode SOAP, pasien mengatakan bersedia

diposisikan mengikuti intruksi dari perawat, pasien tampak lebih nyaman,

tidak ada tanda kemerahan dipunggung dan kulit tidak ada luka, masalah

teratasi, hentikan intervensi.

Page 64: PEMBERIAN MOBILISASI DINI TERHADAP LAMANYA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-rubenekamu... · Penyembuhan Luka Pasca Operasi Apendiktomi ... usus dan mempercepat

52

BAB V

PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan membahas tentang aplikasi jurnal pemberian

mobilisasi dini secara teratur untuk mempersingkat waktu penyembuhan luka

pasca operasi appendictomi Pada Asuhan Keperawatan Ny. S dengan post operasi

appendiktomi di Ruang Kantil 2 RSUD karanggayar yang dilakukan pada tanggal

11 – Maret 2015 Penulis juga akan membahas tentang adanya kesesuaian maupun

kesenjangan antara teori dengan asuhan keperawatan pada Ny. S dengan post

operasiappendiktomi.

A. Pengkajian

Pengkajian adalah proses pengumpulan data secara sistematis yang

bertujuan untuk menentukan status kesehatan dan fungsional pada saat ini dan

waktu sebelumnya, serta untuk menentukan pola respons klien saat ini dan

waktu sebelumnya (Carpenito, 2005). Pada tahap ini penulis menggunakan

metode wawancara kepada keluarga dan pasien, metode observasi, metode

studi dokumentasi yang mana penulis mengambil data dari catatan medis

pasien. Dimana catatan medis tersebut berisi tentang riwayat kesehatan

pasien, program terapi, dan data penunjang lainnya yang berhubungan dengan

perkembangan kesehatan pasien. Pasien masuk rumah sakit pada tanggal 10,

Maret 2015 jam 08.30 WIB dibawa oleh keluarga dengan keluhan badan

lemas, mual, tidak nafsu makan, perut terasa penuh dan terasa nyeri, saat di

IGD dilakukan pemeriksaan TTV dengan TD 120/70 mmHg, RR 15x/menit,

Page 65: PEMBERIAN MOBILISASI DINI TERHADAP LAMANYA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-rubenekamu... · Penyembuhan Luka Pasca Operasi Apendiktomi ... usus dan mempercepat

53

80 x/menit, S 37,7 °C, dilakukan pemasangan infus RL 20 tmp, terapi injeksi

ranitidin 30mg/8 jam, antrain 30mg/8 jam. Pada jam 10.00 WIB pasien

dipindahkan kebangsal bedah kantil 2, kemudian pasien dibawa keruang

operasi pada jam 11.00 WIB. Pada tanggal 11, Maret 20115 jam 11.00 WIB,

mahasiswa melakukan pengkajian pada pasien dengan keluhan pasien

mengatakan lemas, nyeri pada luka operasi appendiktomi, dilakukan

pemeriksaan tanda-tanda vital TD 110/70 mmHg, N 76 x/menit, RR 20

x/menit, S 37,6°C.

Pada pengkajian riwayat kesehatan keluarga tidak ada penyakit

keturunan atau menukar seperti hipertensi, asma, diabetes melitus, jantung.

Penulis melakukan pengkajian pola kesehatan fungsional 11 fungsi

gordon.Pengkajian yang penulis uraikan pola istirahat tidur pasien

mengatakan tidak bisa tidur, tidurpun terbangun terus karena nyeri pada luka

post appendiktomidi kuadran 4. Keluarga juga mengatakan baru pertama kali

ini pasien menjalani operasi. Wajah pasien tampak lemas, tampak sayu,

pasien tampak meringis kesehatan menahan sakit.

Pengkajian pola aktivitas dan latihan didapatkan hasil aktivitas pasien

seperti makan, minum, berpakain, mobilitas ditempat tidur, dibantu oleh

kelurga, sekor aktifitas keluarga 2, sedangkan untuk toileting pasien terpasang

dengan selang urine.

Pola kognitif perceptual yang penulis uraikan yaitu (PQRST). P

(Provocate) yang berarti penyebab atau stimulus-stimulus nyeri, Q (Quality)

yang berarti kualitas nyeri yang dirasakan, R (Region) yang berarti lokasi

Page 66: PEMBERIAN MOBILISASI DINI TERHADAP LAMANYA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-rubenekamu... · Penyembuhan Luka Pasca Operasi Apendiktomi ... usus dan mempercepat

54

nyeri, S (Severe) yang berarti tingkat keparahan nyeri, T (Time) yang berarti

awitan, durasi dan rangkaian nyeri (Prasetya, 2010).

P (provocate) klien merasa nyeri pada perut kanan bawah. Klien

mengatakan nyeri karena post appendiktomi, Q (quality) nyeri terasa seperti

tertusuk benda tajam, R (regional) luka dibagian abdomen kanan bawah,S

(skala) dengan skala nyeri 6, T (Time) nyeri muncul selama 5 menit setiap

ada gerakan.

Hasil pemeriksaan USG pada tanggal 10, Maret 2015 pada waktu

pemeriksaan USG abdomen tampak, MC burney gambar proses

sedang(appendiksitis sup akut), tidak tampak tanda-tanda inflaret, tidak

tampak tanda-tanda perfolasi.

B. Perumusan masalah

Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis tentang respons

individu, keluarga, atau komunitas terhadap masalah kesehatan yang aktual

dan potensial, atau proses kehidupan (Potter dan Perry, 2005).

1. Nyeri akut

Diagnosa keperawatan : nyeri akut berhubungan agen cidera fisik:

post operasiappendiktomi. Nyeri akut adalah pengalaman sensori dan

emosional yang tidak menyenangkan yang muncul akibat kerusakan

jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam hal

kerusakan sedemikian rupa (intermational association for the study of

pain), awitan yang tiba-tiba atau lambat dari intersitas ringan hingga

Page 67: PEMBERIAN MOBILISASI DINI TERHADAP LAMANYA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-rubenekamu... · Penyembuhan Luka Pasca Operasi Apendiktomi ... usus dan mempercepat

55

berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau diprediksi dan

berlangsung <6 bulan (Herman, 2012).

Batasan karakteristik menurut (Herman, 2012) perubahan selera

makan, perubahan tekanan darah, perubahan frekuensi jantung,

perubahan frekuensi pernafasan, laporan isarat, diaforesis, distraksi,

mengekpresikan perilaku, masker wajah, sifat melindungi area nyeri,

fokus menyempit, indikasi nyeri yang dapat diamati, perubahan posisi

untuk menghindari nyeri, sikap tubuh melindungi, dilatasi pupil,

melaporkan nyeri secara ferbal, fokus pada nyeri sendi, gangguan tidur.

Berdasarkan batasan data pendukung yang penulis temukan data

subyektif: P (Provocate) yang berarti penyebab atau stimulus-stimulus

nyeri, Q (Quality) yang berarti kualitas nyeri yang dirasakan, R (Region)

yang berarti lokasi nyeri, S (Severe) yang berarti tingkat keparahan nyeri,

T (Time) yang berarti awitan, durasi dan rangkaian nyeri, data obyektif :

pasien tampak meringis kesakitan menahan nyeri post operasi

apendiktomi.

Batasan karakteristik yang dialami oleh Ny. S dengan

apendiktomi pada diagnosa nyeri akut, sikap melindungi area nyeri,

perubahan posisi untuk menghindari nyeri, sikap tubuh melindungi,

melaporkan nyeri secara verbal, gangguan tidur.

Penulis merumuskan diagnosa keperawatan telah disesuaikan

dengan (Hermand, 2012). Penulis mencantumkan diagnosa nyeri akut

berhubungan dengan agen cidera fisik dengan alasan mengacu pada

Page 68: PEMBERIAN MOBILISASI DINI TERHADAP LAMANYA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-rubenekamu... · Penyembuhan Luka Pasca Operasi Apendiktomi ... usus dan mempercepat

56

pengkajian yaitu data subyektif pasien mengatakan nyeri pada perut

kanan bawah karena luka post operasi, nyeri seperti ditusuk-tusuk, nyeri

pada bagian post operasiabdomen kuadran 4, skala 6, nyeri hilang timbul

kurang lebih 5 menit setiap ada gerakan. Data obyektif: pasien tampak

meringis kesakitan menahan nyeri post operasiappendiktomi. Batasan

karakteristik nyeri akut menurut (Asuhan keperawatan nanda nic-noc,

2013) yaitu perubahan tekanan darah, sikap melindungi area nyeri,

mengekpresikan perilaku (misal merengek, menangis, gelisah), laporan

isyarat, indikasi nyeri yang diamati, sikap tubuh melindungi, melaporkan

nyeri secara verbal.

Berdasarkan data pengkajian sudah diperoleh data tekanan darah

110/70 mmHg, nadi 76 x/menit, pernafasan 20 x/menit, suhu 37,6 °C,

tetapi penulis belum mencantumkan dianalisa data asuhan keperawatan,

namun diagnosa keperawatan yang diangkat sudah tepat.

Penulis mengangkat diagnosa nyeri akut berhubungan dengan

agen cidera fisik : post operasi appendiktomi, sebagai prioritas diagnosa

utama karena yang dirasakan pasien jika tidak segera ditangani akan

menganggu aktivitas pasien, dan kesembuhan pasien, selain itu juga

diagnosa ini merupakan keluhan utama yang muncul pada pasien.

2. Gangguan pola tidur

Diagnosa keperawatan : gangguan pola tidur berhubungan dengan

gangguan rasa nyaman. Gangguan pola tidur adalah gangguan kualitas

dan kuantitas waktu tidur akibat faktor eksternal (Hermand, 2012).

Page 69: PEMBERIAN MOBILISASI DINI TERHADAP LAMANYA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-rubenekamu... · Penyembuhan Luka Pasca Operasi Apendiktomi ... usus dan mempercepat

57

Batasan karakteristik gangguan pola tidur menurut (Herman,

2012). Yaitu meliputi : kurang puas tidur, keluhan verbal merasa kurang

istirahat, penurunan kemampuan fungsi. Data subyektif pasien

mengatakan sebelum sakit tidurnnya 7-8 jam perhari, selama sakit pasien

mengatakan tidak bisa tidur nyenyak tidur hanya 2-3 jam sehari, suhu

sekitar terasa panas data obyektif pasien tampak pucat, kantung mata

hitam.

Penulis mengangkat diagnosa pola tidur berhubungan dengan

gangguan suhu lingkungan sekitar karena antara teori dengan data

pengkajian yang ditemukan oleh penulis telah sesuai sehingga diagnosa

tersebut sudah tepat untuk diangkat sesui diagnosa.

Penulis mengkat diagnosa gangguan pola tidur berhubungan

dengan rasa nyaman sebagai diagnosa kedua karena mengacu pada teori

Abraham maslow, yang menyatakan bahwa kebutuhan dasar manusia

yang utama adalah kebutuhan fisiologis yang meliputi kebutuhan oksigen

dan pertukaran gas, kebutuhan cairan dan elektrolit, kebutuhan makanan,

kebutuhan eliminasi urine dan alve, kebutuhan istirahat dan tidur,

kebutuhan aktivitas, kebutuhan kesehatan temperatur tubuh, dan

kebutuhan seksual.

Page 70: PEMBERIAN MOBILISASI DINI TERHADAP LAMANYA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-rubenekamu... · Penyembuhan Luka Pasca Operasi Apendiktomi ... usus dan mempercepat

58

3. Hambatan mobilitas fisik

Diagnosa keperawatan : hambatan mobilitas fisik berhubungan

dengan penurunan kendali otot. Hambatan mobilitas fisik adalah

keterbatas pada pergerakan fisik tubuh atau satu atau lebih akstremitas

secara mandiri dengan terarah (Herman, 2012).

Batasan karakteristik hambatan mobilitas fisik menurut (Herman,

2012) yaitu perilaku meliputi : kesulitan membolak-balik posisi,

keterbatasan rentang gerak sendi, keterbatasan kemampuan untuk

melakukan keterampilan motorik kasar.

Penulis mencantumkan diagnosa hambatan mobilitas fisik

berhubungan dengan penurunan kendali otot dengan alasan mengacu

pada pengkajian yaitu data subyektif pasien mengatakan sulit untuk

bergerak, sulit untuk memposisikan miring kanan, miring kiri, data

obyektif pasien tampak lemas, sulit untuk bergerak, aktivitas dan latian

dibantu oleh keluraga. Penulis mengangkat diagnosa keperawatan

hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kendali otot

karena antara teori dan data pengkajian yang ditemukan penulis telah

sesuai, sehingga diagnosa tersebut sudah tepat untuk diangkat diagnosa.

Penulis mengangkat diagnosa keperawatan hambatan mobilitas

fisik berhubungan dengan penurunan kendali otot, sebagai priotitas

diagnosa ketiga karena mengacu pada teori Abraham maslow, yang

menyatakan bahwa kebutuhan dasar manusia yang utama adalah

kebutuhan fisiologis yang meliputi kebutuhan oksigen dan pertukaran

Page 71: PEMBERIAN MOBILISASI DINI TERHADAP LAMANYA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-rubenekamu... · Penyembuhan Luka Pasca Operasi Apendiktomi ... usus dan mempercepat

59

gas, kebutuhan cairan dan elektrolit, kebutuhan makanan, kebutuhan

eliminasi uirine dan alve, kebutuhan istirahat dan tidur, kebutuhan

aktivitas, kebutuhan kesehatan temperatur tubuh, dan kebutuhan seksual.

Berdasarkan diagnosa yang sudah diangkat penulis tidak

mengalami hambatan dalam melakukan pengkajian pada pasien.

4. Kerusakan intergritas kulit

Diagnosa keperawatan : kerusak intergritas kulit berhubungan

dengan immobilitas fisik. Kerusakan intergritas kulit adalah perubahan

atau gangguan epidermis dan atau dermis (Hermand, 2012).

Batasan karakteristik kerusakan intergritas kulit menurut

(Herman, 2012) yaitu kerusakan lipisan kulit, gangguan permukaan kulit.

Penulis mencantumkan diagnosa kerusakan intergritas kulit berhubungan

dengan imobilitas fisik dengan alasan mengacu pada pengkajian yaitu

data subyektif pasien mengatakan lemah untuk bergerak karena nyeri

diperut kanan bawah, data subyektif pasien tampak lemah hanya

berbaring ditempat tidur kulit lembab, kulit berwarna kemerahan pada

abdomen kanan bawah. .

Penulis dapat mengangkat diagnosa kerusakan integritas kulit

berhubungan dengan imobilisasi fisik karena antara teori dengan data

yang ditemukan penulis telah sesuai sehingga diagnosa tersebut dapat

diangkat.

Penulis mengangkat diagnosa kerusakan intergritas kulit

berhubungan dengan faktor mekanis, sebagai prioritas diagnosa keempat

Page 72: PEMBERIAN MOBILISASI DINI TERHADAP LAMANYA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-rubenekamu... · Penyembuhan Luka Pasca Operasi Apendiktomi ... usus dan mempercepat

60

karenadidapatkan data dari pasien kulit pasien tampak kemerahan karena

pasien berbaring terlalu lama maka dari itu harus ditangani untuk

mencegah kelecetan pada punggung pasien agar tidak semakin parah.

Diagnosa keperawatan yang tidak diangkat adalah resiko tinggi

terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan

utama, perforasi atau ruptur pada apendiks, pembentukan abses ;

prosedur invasif infisi bedah. Hal tersebut karena pada data penunjang

didapatkan hasil laboratorium lekosit dan hemoglobin dalam batas

normal : leukosit 6,4 103/µl(5-10), trombosit 20410

3/µl(150-300).

Selanjutnya kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi,

prognosis, dan kebutuhan pengobatan dengan tidak mengenal sumber

informasi dan salah interpretasi informasi.

C. Intervensi

Perencanaan adalah pengembangan strategi desain untuk mencegah,

mengurangi, dan mengatasi masalh-masalah yang telah diidentifikasi dalam

diagnosis keperawatan. Desain perencanaan menggambarkan sejauh mana

perawat mampu menetapkan cara menyelesaikan masalah dengan efektif dan

efisien, menurut (Nikmatur rohmah & Saiful walid, 2012).

Intervensi atau rencana yang akan dilakukan oleh penulis disesuaikan

dengan kondisi pasien dan fasilitas yang ada, sehingga rencan tindakan dapat

dilaksanakan dengan SMART, spesifik, Measurable, Acceptance, Rasional

dan Timing(Nikmatur rohmah & Saiful walid, 2012). Pembahasan dari

Page 73: PEMBERIAN MOBILISASI DINI TERHADAP LAMANYA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-rubenekamu... · Penyembuhan Luka Pasca Operasi Apendiktomi ... usus dan mempercepat

61

intervensi yang meliputi tujuan, kriteria hasil dan tindakan yaitu pada

diagnosa keperawatan :

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik. Pada kasus Ny. S

penulis melakukan rencana tindakan selam 3x24 jam diharapkan nyeri

hilang atau berkurang dengan kriteria hasil pasien tidak merasa nyeri,

pasien tampak nyaman, nyeri teratasi, skala nyeri berkurang dari 6

menjadi 2 (Hermand, 2012). Intervensi yang dilakukan kaji TTV dengan

rasional untuk mengetahui keadaan pasien, kaji tingkatan nyeri dengan

rasional untuk mengetahui skala nyeri, ajarkan teknik relaksasi nafas

dalam dengan rasional untuk mengurangi rasa nyeri, kolaborasi dengan

dokter untuk pemberian obat injeksi dengan rasioanl untuk mengurangi

rasa nyeri dengan obat (Hermand, 2012)

2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan suhu lingkungan sekitar, Pada

kasus Ny. S penulis melakukan rencana tindakan selama 3x24 jam

diharapkan pola tidur pasien tidak terganggu dengan kriteria hasil pasien

tidur nyenyak 7-8 jam, raut wajah rileks segar, kantung mata tidak hitam

(Hermand, 2012). Intervensi yang dilakukan yaitu kaji pola tidur pasien

dengan rasioanal untuk mengetahui kualitas tidur pasien, memberikan

posisi yang nyaman (supinasi) dengan rasional untuk memberikan

kenyamanan pada pasien, jelaskan tentang pentingnnya pola tidur saat

sakit dengan rasional untuk menambah pengetahuan pasien, ajarkan

kepada keluarga untuk memberikan pijatan pada kaki atau punggung

Page 74: PEMBERIAN MOBILISASI DINI TERHADAP LAMANYA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-rubenekamu... · Penyembuhan Luka Pasca Operasi Apendiktomi ... usus dan mempercepat

62

sebelum pasien tidur dengan rasional untuk menambah kenyamanan

pasien dan memperbaiki kualitas tidur.(Hermand, 2012)

3. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kendali otot. Pada kasus

Ny. S penulis melakukan rencana tindakan selama 3x24 jam diharapkan

pasien mampu melakukan aktifitas dan latian secara mandiri dengan

kriteria hasil pasien mampu memenuhi kebutuhan secara mandiri, pasien

mampi melakukan aktifitas dan latian secara mandiri (Hermand, 2012).

Intervensi yang dilakukan adalah kaji kemampuan pasien dengan rasional

untuk mengetahui tingkat kemampuan pasien dalam melaksanakan

aktivitas, ajarkan mobilisasi pada pasie ROM aktif dan alih baring

dengan rasional untuk memperlancar peredaran darah, berikan edukasi

kapada pasien dan keluarga tentang pentinggnya mobilisasi dengan

rasional untuk menambah pengetahuan pasien dan keluarga, kolaborasi

dengan tim medis dengan rasional untuk mempercepat penyembuhan

(Hermand, 2012)

4. Kerusakan intergritas kulit berhubungan dengan immobilitas fisik. Pada

Ny. S penulis melakukan rencana tindakan selama 3x24 jam diharapkan

pasien mampu mempertahankan kulit dengan kriteria hasil klien mampu

berpatisipasi dalam mencegah luka, tidak ada tanda-tanda kemerahan,

tidak terdapat luka (Hermand, 2012) Intervensi yang dilakukan adalah

observasi kulit akan adannya kemerahan dengan rasioanal untuk

mengetahui tanda-tanda kerusakan intergritas kulit, mobilisasi pasien

setiap 2 jam sekali dengan rasional untuk mencegah terjadinnya trauma

Page 75: PEMBERIAN MOBILISASI DINI TERHADAP LAMANYA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-rubenekamu... · Penyembuhan Luka Pasca Operasi Apendiktomi ... usus dan mempercepat

63

dan kerusakan jaringan, anjurkan keluarga pasien untuk menjaga kulit

pasien tetap bersih dan kering dengan rasional untuk menghindari

terjadinnya kelembapan pada kulit, anjurkan pasien agar tetap bersih dan

kering untuk mencaga agar tetap bersih dan kering dengan rasional

untuk mencegah perubahan pada kulit (Hermand, 2012)

D. Implementasi

Pelaksanaan adalah realisasi rencana tindakan untuk mencari tujuan

yang telah di tetapkan. Kegiatan dalam pelaksanaan juga meliputi

pengumpulan data berkelanjutan, mengobservasi respon klien selama dan

sesudah pelaksana tindakan, serta menilai data yang baru, menurut (Nikmatur

Rohmah & Saiful Walid, 2012).

Pemberian informasi mengenai kondisi yang di alami pasien mampu

menurunkan tingkat nyeri setelah operasi. Implementasi yang di lakukan

kepada pasien selama 3 x 24 jam yaitu :

1. Diagnosa pertama nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik.

Tindakan keperawatan yang dilakukan penulis yaitu

mengobservasi keluhan utama dan TTVuntuk mengetahui keadaan umum

pasien jika dilakukan TTV penulis akan mengetahui keaadaan umum

pasien(Potter dan Perry, 2005).

mengobservasi pola nyeri, PQRST untuk mengetahui tindakan

nyeri pasien, selain itu juga mengevaluasi respon pasien. Keuntungan

pengkajian nyeri bagi pasien adalah nyeri diidentifikasi, dikenali sebagai

Page 76: PEMBERIAN MOBILISASI DINI TERHADAP LAMANYA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-rubenekamu... · Penyembuhan Luka Pasca Operasi Apendiktomi ... usus dan mempercepat

64

suatu yang nyata yang dapat diukur dan dijelaskanserta digunakan untuk

mengevaluasi perawatan (Potter dan Perry, 2005).

Mengajarkan tehnik relaksasi nafas dalam yaitu untuk

menurunkan intensitas nyeri dan merilekkan kondisi pasien dan apabila

tidak diajarkan relaksasi nafas dalam intensitas nyeri tidak berkurang

pasien tidak rilek (Potter dan perry, 2005).

Memberikan terapi farmakologismelalui intravena memberikan

obat ranitidin 50mg, antrain50mg dengan golongan dan kandungan

antiemetik dengan fungsi farmakologis yaitu anti mual dan

muntah(Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia, 2009).

Hari kedua dan ketiga pasien masih tetap mengobservasi nyeri

dan menentukan skala nyeri pada pasien. Pada saat implementasi hari

pertama penulis sulit mengaplikasikan karena pasien masih takut dibuka

balutannya.

2. Diagnosa kedua gangguan pola tidur berhubungan dengan suhu

lingkungan sekitar

Tindakan keperawatan yaitu kaji pola tidur pasien, agar

mengetahui kualitas tidur pasien (Potter dan Perry, 2005)memberikan

posisi yang nyaman (supinasi), agar pasien dapat tertidur dengan

nyenyak dan tidak bangun pada malam hari (Potter dan Perry,

2005)untuk diagnosa kedua ini sudah sesuai perencanaan.

Page 77: PEMBERIAN MOBILISASI DINI TERHADAP LAMANYA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-rubenekamu... · Penyembuhan Luka Pasca Operasi Apendiktomi ... usus dan mempercepat

65

3. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kendali otot

Tindakan keperawatan yang dilakukan yaitu mengajarkan

mobilisasi dini ROM dan miring kanan, miring kiri untuk

mengembalikan fungsi-fungsi otot dan meningkatkan kekuatan otot.

Latihan rentang gerak merupakan gerakan yang mungkin

dilakukan sendi pada salah satu dari tiga potongan tubuh yaitu, sagital,

frontal, dan transversal (Potter dan Perry, 2006).

Latihan rentang gerak ini dilakukan pada masing-masing

persendian dengan melakukan gerakan yang tidak membahayakan .

Latihan ROM dapat dilakukan secara aktif dan pasif. Latihan ROM

secara pasif merupakan latihan dimana perawat menggerakan persendian

pasien sesuai dengan rentang geraknya. Sedangkan latihan ROM secara

aktif adalah ROM yang dilakukan oleh pasien sendiri tanpa bantuan

perawat dan alat bantu. Perbedaan latihan ROM pasif dan aktif

bergantung pada ada tidaknya bantuan yang diberikan perawat pada

pasien dalam melakukan ROM (Asmadi, 2009).

Mobilisasi dini bertujuan untuk mengurangi komplikasi pasca

bedah, terutama atelektasis dan pneumoniahipostasis, mempercepat

terjadinya buang air besar dan buang air kecil secara rasa nyeri pasca

operasi (E. Oswari, 2005). Mobilisasi yang dilakukan untuk

meningkatkan ventilasi, mencegah stasis darah dengan meningkatkan

kecepatan sirkulasi pada ekstremitas dan kecepatan pemulihan pada luka

Page 78: PEMBERIAN MOBILISASI DINI TERHADAP LAMANYA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-rubenekamu... · Penyembuhan Luka Pasca Operasi Apendiktomi ... usus dan mempercepat

66

abdomen (Suzanne, 2005).Untuk diagnosa ketiga ini sudah sesuai dengan

perencanaan.

4. Kerusakan intergritas kulit berhubungan dengan immobilitas fisik

Tindakan keperawatan yang dilakukan penulis untuk mengatasi masalah

keperawatan kerusakan integritas kulit adalah mengkaji kemampuan

pasien dengan rasional untuk mengetahui tingkat kemampuan pasien

dalam melaksanakan aktivitas, mengajarkan mobilisasi pada pasien ROM

aktif dan alih baring dengan rasional untuk memperlancar peredaran

darah, memberikan edukasi kapada pasien dan keluarga tentang

pentinggnya mobilisasi dengan rasional untuk menambah pengetahuan

pasien dan keluarga (Hermand, 2012)

Tujuan penulis melakukan tindakan mobolisasi dini pada asuhan

keperawatan Ny. S dengan post operasi appendiktomi bertujuan untuk

mempercepat pemulihan luka pasca pembedahan. Hal ini sesuai dengan

riset keperawatan yang telah dilakukan oleh (Elfarida, 2013) ada

hubungan antara mobilisasi dini dengan lamanya penyembuhan luka post

operasi appendik. Menurut penelitian (Elfarida, 2013) manfaat dari

mobilisasi dini mengurangi rasa nyeri menjaga aliran darah,

mengembalikan fungsi fisiologis organ-organ yang pada akhirnya dapat

mempercepat penyembuhan luka.

Menurut (Hermand, 2012) mobilisas dapat mempercepat

penyembuhan luka karena adanya pergerakan akan meningkatkan

Page 79: PEMBERIAN MOBILISASI DINI TERHADAP LAMANYA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-rubenekamu... · Penyembuhan Luka Pasca Operasi Apendiktomi ... usus dan mempercepat

67

ventilasi, mencegah statis darah dengan meningkatkan sirkulasi sehingga

akan mempercepat pemulihan luka pada abdomen.

Penulis melakukan mobilisasi dini dengan cara melakukan latihan

ROM aktif dilakukan dalam waktu 2 jam dalam satu hari pengelolaan.

Hal ini sesuai dengan teori (Smezer dan Bare, 2008) menyebutkan bahwa

latihan ROM dapat dilakukan 4 sampai 5 kali sehari, dengan waktu 10

menit untuk setiap latihan. Dalam latihan ROM aktif penulis melibatkan

keluarga.

E. Evaluasi

Evaluasi yang di lakukan oleh penulis di sesuaikan dengan kondisi

pasien dan fasilitas yang ada, sehingga rencana tindakan dapat dilaksanakan

dengan SOAP (subyective, obyective, analisa, planning). (Dermawan, 2012)

Setelah dilakukan tindakan keperawatan hari pertama, dilakukan

evaluasi pada hari rabu 11 Maret 2015 jam 13.45dengan menggunakan

metode SOAP pada diagnosa nyeri akut berhubungan dengan agen

ciderafisik.

Data subyektif pasien mengatakan nyeri. P: pasien mengatakan nyeri

saat bergerak, Q: nyeri seperti ditusuk-tusuk, R: pada perut kanan bawah post

op appendiktomi, S: skala 6 , T: nyeri sewaktu-waktu kurang lebih 5 menit.

Data obyektif pasien tampak tidak rileks tampak menahan sakit, analisa,

masalah belum teratasi, planning: lanjutkan intervensi.Observasi keadaan

Page 80: PEMBERIAN MOBILISASI DINI TERHADAP LAMANYA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-rubenekamu... · Penyembuhan Luka Pasca Operasi Apendiktomi ... usus dan mempercepat

68

umum dan TTV, observasi skala nyeri, anjurkan teknik relaksasi nafas dalam,

kolaborasi dengan dokter pemberian injeksi analgetik.

Evaluasi pada hari rabu 11, Maret 2015 dengan metode SOAP dengan

diagnosa gangguan pola tidur berhubungan dengan suhu lingkungan sekitar.

Data subyektif pasien mengatakan tidur 2-3 jam, data obyektif pasien terlihat

lemah, assessment masalah belum teratasi, planning: lanjutkan intervensi.

Kaji pola tidur, berikan posisi yang nyaman (supinasi), anjurkan kepada

keluarga untuk memberikan pijatan dipunggung atau kaki sebelum pasien

tidur.

Evaluasi pada hari rabu 11, Maret 2015 dengan metode SOAP dengan

diagnosa hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kendali

otot. Data subyektif pasien mengatakan aktivitas terbatas, data obyektif

pasien tampak tidak bisa memenuhi kebutuhan mandirinnya secara maksimal,

analisa, masalah belum teratasi, planning: lanjutkan intervensi. Kaji

kemampuan pasien, anjurkan mobilisasi pada pasien ROM aktif dan tirah

baring miring kanan, miring kiri.

Evaluasi pada hari rabu 11 Maret 2015 dengan metode SOAP dengan

diagnosa kerusakan intergritas kulit berhubungan dengan faktor mekanis.

Data subyektif pasien mengatakan bersedia diposisikan mengikuti intruksi

dari perawat, data obyektif pasien tampak lebih nyaman dari sebelumnnya,

analisa masalah teratasi sebagian, planning: lanjutkan intervensi. Observasi

kulit adannya kemerahan, mobilisasi setiap 2 jam sekali.

Page 81: PEMBERIAN MOBILISASI DINI TERHADAP LAMANYA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-rubenekamu... · Penyembuhan Luka Pasca Operasi Apendiktomi ... usus dan mempercepat

69

Evaluasi hari kedua pada hari kamis 12, Maret 2015 dengan metode

SOAP dengan diagnosa nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik.

Data subyektif pasien mengatakan nyeri. P: pasien mengatakan nyeri saat

bergerak, Q: nyeri seperti ditusuk-tusuk, R: pada perut kanan bawah post

operasiappendiktomi, S: skala 4 , T: nyeri sewaktu-waktu kurang lebih 2-3

menit. Data obyektif pasien tampak tidak rileks tampak menahan sakit,

analisa : masalah teratasi sebagian dengan nyeri berkurang menjadi 4,

planning: lanjutkan intervensi.Observasi keadaan umum dan TTV, observasi

skala nyeri, anjurkan teknik relaksasi nafas dalam, kolaborasi dengan dokter

pemberian injeksi analgetik.

Evaluasi pada hari kamis 12, Maret 2015 dengan metode SOAP

dengan diagnosa gangguan pola tidur berhubungan dengan suhu lingkungan

sekitar. Data subyektif pasien mengatakan tidur 4-5 jam, data obyektif pasien

tampak lebih rileks dan segar, analisamasalah teratasi sebagian, planning:

lanjutkan intervensi. Kaji pola tidur, berikan posisi yang nyaman (supinasi),

ajarkan kepada keluarga untuk memberikan pijatan dipunggung atau kaki

sebelum pasien tidur.

Evaluasi pada hari kamis 12, Maret 2015 dengan metode SOAP

dengan diagnosa hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan

kendali otot. Data subyektif pasien mengatakan mampu melakukan latihan

walaupun belum maksimal, data obyektif pasien tampak bisa melakukan

aktifitas tapi belum maksimal seperti duduk, analisa masalah teratasi

sebagian, planning: lanjutkan intervensi. Kaji kemampuan pasien, ajarkan

Page 82: PEMBERIAN MOBILISASI DINI TERHADAP LAMANYA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-rubenekamu... · Penyembuhan Luka Pasca Operasi Apendiktomi ... usus dan mempercepat

70

mobilisasi pada pasien ROM aktif dan tirah baring miring kanan, miring kiri,

kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat cefotaxim 1000mg.

Evaluasi pada hari kamis 12, Maret 2015 dengan metode SOAP

dengan diagnosa kerusakan intergritas kulit berhubungan dengan faktor

mekanis. Data subyektif pasien mengatakan bersedia diposisikan mengikuti

intruksi dari perawat, data obyektif pasien tampak lebih nyaman dari

sebelumnnya, analisa masalah teratasi sebagian, planning: lanjutkan

intervensi. Observasi kulit adannya kemerahan, mobilisasi setiap 2 jam sekali.

Evaluasi hari ketiga pada hari jumat 13, Maret 2015 dengan metode

SOAP dengan diagnosa nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik.

Data subyektif pasien mengatakan nyeri. P: pasien mengatakan nyeri saat

bergerak, Q: cekit-cekit, R: pada perut kanan bawah post

operasiappendiktomi, S: skala 2, T: nyeri sewaktu-waktu kurang lebih 1-2

menit. Data obyektif pasien tampak tenang dan rileks, analisa masalah teratasi

dengan nyeri berkurang menjadi 2 wajah pasien tampak rileks dan tenang,

planning: hentikan intervensi.

Evaluasi pada hari jumat 13, Maret 2015 dengan metode SOAP

dengan diagnosa gangguan pola tidur berhubungan dengan suhu lingkungan

sekitar . Data subyektif pasien mengatakan sudah bisa tidur kurang lebih 7

jam, data obyektif pasien tampak lebih rileks dan segar, analisa masalah

teratasi dengan tidur 7 jam, planning: hentikan intervensi.

Evaluasi pada hari jumat 13, Maret 2015 dengan metode SOAP

dengan diagnosa hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan

Page 83: PEMBERIAN MOBILISASI DINI TERHADAP LAMANYA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-rubenekamu... · Penyembuhan Luka Pasca Operasi Apendiktomi ... usus dan mempercepat

71

kendali otot. Data subyektif pasien mengatakan sudah bisa duduk dan berdiri

serta berjalan perlahan-lahan, data obyektif pasien tampak mampu melakukan

aktivitas yang ringan, assessment masalah teratasi dengan latihan ringan,

planning: hentikan intervensi.

Evaluasi pada hari jumat 13, Maret 2015 dengan metode SOAP

dengan diagnosa kerusakan intergritas kulit berhubungan dengan faktor

mekanis. Data subyektif pasien mengatakan bersedia diposisikan mengikuti

intruksi dari perawat, data obyektif pasien tampak lebih nyaman dari

sebelumnnya, analisa masalah teratasi, planning: hentikan intervensi.

Berdasarkan jurnal penelitian Nainggolan (2013) didapatkan hasil

bahwa ada pengaruh pemberian mobilisasi dini untuk mempersingkat waktu

penyembuhan pasca operasi appendiktomi.

Dari hasil evaluasi penulis terlihat kasus Ny. S setelah diberikan

mobilisasi dini intesitas luka sudah kering tidak ada kemerahan tidak ada pus,

jahitan terlihat bagus.

Page 84: PEMBERIAN MOBILISASI DINI TERHADAP LAMANYA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-rubenekamu... · Penyembuhan Luka Pasca Operasi Apendiktomi ... usus dan mempercepat

72

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Setelah penulis melakukan pengkajian, penentuan diagnosa,

perencanaan, implementasi, evaluasi serta mengaplikasikan pemberian

mobilisasi dini secara teratur untuk mempersingkat waktu penyembuhan luka

pasca operasi appendiktomi pada asuhan keperawatan Ny. S diBangsal Kantil

2 RSUD karanganyar maka dapat ditarik kesimpulan :

1. Pengkajian

Hasil pengkajian keluhan utama pasien mengatakan nyeri pada

perut kanan bawah karena luka post operasi appendiktomi. Pasien juga

mengatakan tidak dapat tidur, pasien merasa lemas dan sulit untuk

menggerakan badan karena luka terasa nyeri.

2. Diagnosa keperawatan

Hasil perumusan diagnosa keperawatan pada Ny. S adalah nyeri

akut berhubungan dengan agen cidera fisik, gangguan pola tidur

berhubungan dengan gangguan rasa nyaman, hambatan mobilitas fisik

berhubungan dengan kendali otot, kerusakan intergritas kulit

berhubungan dengan faktor mekanis.

Page 85: PEMBERIAN MOBILISASI DINI TERHADAP LAMANYA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-rubenekamu... · Penyembuhan Luka Pasca Operasi Apendiktomi ... usus dan mempercepat

73

3. Intervensi

Perencanaan untuk diagnosa nyeri akut berhubungan dengan agen

cidera fisik, dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam adalah

memonitor TTV, mengkaji tingkat nyeri, mengajarkan teknik relaksasi

nafas dalam dan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat

analgesik. Pada diagnosa kedua gangguan pola tidur berhubungan dengan

suhu lingkungan disekitar, dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24

jam adalah mengkaji pola tidur, memberikan posisi nyaman (supinasi),

mejelaskan pentingnya tidur yang adekuat dan ajarkan kepada keluarga

pijat pada kaki atau punggung sebelum tidur. Diagnosa ketiga hambatan

mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kendali otot, dilakukan

tindakan 3x24 jam adalah mengkaji kemampuan pasien dalam aktivitas,

ajarkan mobilisasi pada pasien dengan rom aktif dan tirah baring, berikan

edukasi pada pasien tentang pentingnya mobilisasi dan kolaborasi dengan

dokter dengan tim medis. Dan pada diagnosa keempat kerusakan

intergritas kulit berhubungan dengan faktor mekanis adalah observasi

kulit adanya kemerahan, ajarkan mobilisasi setiap 2 jam sekali, anjurkan

keluarga untuk menjaga kulit pasien agar tetap bersih dan kering.

4. Implementasi

Impementasi yang dilakukan penulis pada diagnosa pertama

mengkaji skala nyeri dengan lembar observasi, mengobservasi keadaan

umum dan TTV, mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam, memberikan

terapi obat antrain dan ranitidin. Diagnosa kedua gangguan pola tidur

Page 86: PEMBERIAN MOBILISASI DINI TERHADAP LAMANYA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-rubenekamu... · Penyembuhan Luka Pasca Operasi Apendiktomi ... usus dan mempercepat

74

berhubungan dengan suhu dilingkungan sekitar meliputi mengkaji pola

tidur pasien, memberikan posisi nyaman (supinasi), menjelaskan

pentingnya tidur yang adekuat, mengajarkan kepada keluarga untuk

memberikan pijat pada kaki atau punggung pasien sebelum tidur.

Diagnosa ketiga hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan

penurunan kendali otot meliputi mengkaji kemampuan aktivitas pasien,

mengajarkan mobilisasi ROM aktif dan tirah baring pada pasien,

memberikan edukasi pada pasien tentang pentingnya mobilisasi dan

kolaborasi dengan tim medis. Diagnosa keempat kerusakan intergritas

kulit berhubungan dengan faktor mekanis meliputi mengobservasi kulit

pasien adanya kemerahan, mengajarkan mobilisasi pada pasien setiap 2

jam sekali, menganjurkan keluarga untuk menjaga kulit pasien agar tetap

bersih dan kering.

5. Evaluasi

Hasil evaluasi pada hari terakhir, pada diagnosa pertama nyeri

akut berhubungan agen cidera fisik sudah teratasi intervensi dapat

dihentikan. Diagnosa kedua gangguan pola tidur berhubungan dengan

suhu lingkungan disekitar sudah teratasi intervensi dapat dihentikan.

Diagnosa ketiga hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan

penurunan kendali otot sudah teratasi maka intervensi dihentikan.

Diagnosa keempat kerusakan intergritas kulit berhubungan dengan

imobilitas fisik juga sudah teratasi dan intervensi dapat dihentikan pasien

pulang.

Page 87: PEMBERIAN MOBILISASI DINI TERHADAP LAMANYA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-rubenekamu... · Penyembuhan Luka Pasca Operasi Apendiktomi ... usus dan mempercepat

75

6. Analisa

Pemberian mobilisasi dini pada Ny. S dengan post operasi

apendiktomi selama 3 hari pengelolaan efektif karena pasien mampu

duduk tidak ada tanda-tanda infeksi pada luka sehingga dapat

disimpulkan pemberian mobilisasi dini mempercepat penyembuhan luka

sudah sesuai dengan jurnal utama.

B. Saran

1. Bagi pendidikan

Diharapkan institusi mampu meningkatkan mutu pendidikan

sehingga menghasilkan perawat yang profesional dan inovatif, terutama

dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan post operasi

appendiktomi.

2. Bagi Rumah Sakit

Diharapkan rumah sakit dapat memberikan pelayanan kesehatan

yang baik serta menyediakan fasilitas atau sarana dan prasarana yang

memadai untuk penyembuhan pasien, khususnya pasien dengan post

operasi appendiktomi.

3. Bagi profesi keperawatan

Diharapkan para perawat memiliki keterampilan dan tanggung

jawab yang baik dalam memberikan asuhan keperawatan, serta mampu

menjalin kerjasama dengan tim kesehatan lain dan keluarga pasien dalam

Page 88: PEMBERIAN MOBILISASI DINI TERHADAP LAMANYA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-rubenekamu... · Penyembuhan Luka Pasca Operasi Apendiktomi ... usus dan mempercepat

76

membantu proses penyembuhan pasienkhususnya pada pasien post

operasi appendiktomi.

Page 89: PEMBERIAN MOBILISASI DINI TERHADAP LAMANYA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-rubenekamu... · Penyembuhan Luka Pasca Operasi Apendiktomi ... usus dan mempercepat

77

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, L.J., (2005). Diagnosa keperawatan aplikasi pada praktik klinis edisi

6. Jakarta : ECG

Depkes RI. 2009. Prioritas Kesehatan Indonesia tahun 2009. Jakarta: Depkes RI

Ed. Herman T.H and Komitsuru. S. 2014. Nanda Internasional Nursing

Diagnosis, Definition and Clasification 2015-2017. EGC. Jakarta.

Hidayat, A. (2009). Penghantar kebutuhan dasar manusia. Jakarta. Salemba

Medika

ISO. (2010). Informasi Spesialite Obat Indonesia, Vol 46. Jakarta: PT ISFI

L.Longso, Dan S. Fauci Anthony. 2014. Gastroenterologi dan hepatologi.

Jakarta: EGC

Muttaqin, Kumala Sari. 2009. Asuhan Keperawatan Perioperatif Konsep, proses,

dan aplikasi. Jakarta: Salemba Medika

Morison, M. J.(2004). Manajemen luka. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran

Nainggolan, E. 2013. HUBUNGAN MOBILISASI DINI DENGAN LAMANYA

PENYEMBUHAN LUKA PASCA OPERASI APENDIKTOMI. Jurnal

keperawatan HKBP Belige, 1. (2). 98.105. Di akses tanggal 14 februari

2015

NANDA. 2014. Diagnosa keperawatan definisi dan klasifikasi 2012-2014. Jakarta

EGC

NIC-NOC. EGC, jakarta

Perry dan Potter. (2006). Buku Ajar Fundamental keperawatan Konsep Proses

dan Praktik, Voll 2, Ed 4. Editor Yulianti dkk. Jakarta: EGC

Potter, P. A., & Perry, A. G. Buku ajar fundamental keperawatan. (2005). (Ed 4).

Jakarta :ECG

Sjamsuhidajat, dkk.2010. Buku ajar ilmu bedah. Jakarta: EGC

Sjamsuhudajat dan Jong De Wong. (2005). Buku Ajar Ilmu Bedah, Ed 2. Jakarta:

EGC

Smeltzer et al. (2010). Textbook of medical surgical nursing.

Philadelphia:lippincott Williams & wilkins

Page 90: PEMBERIAN MOBILISASI DINI TERHADAP LAMANYA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/27/01-gdl-rubenekamu... · Penyembuhan Luka Pasca Operasi Apendiktomi ... usus dan mempercepat

78

Wilkinson, M. Judith. 2007. Nursing Diagnosa Handbook With NIC

Interquentions and NOC Outcomec. 7.Ed. EGC: Jakarta.