26
TUGAS MANAJEMEN TINDAKAN OPERATIF PADA PASIEN HIV/AIDS Disusun oleh : Dewi Okta Anggraini G99122032 Pembimbing : dr. Anang M, Sp.B

Persiapan Pembedahan Pasien HIV

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Persiapan Pembedahan Pasien HIV

Citation preview

Page 1: Persiapan Pembedahan Pasien HIV

TUGAS

MANAJEMEN TINDAKAN OPERATIF PADA

PASIEN HIV/AIDS

Disusun oleh :

Dewi Okta Anggraini G99122032

Pembimbing :

dr. Anang M, Sp.B

KEPANITERAAN KLINIK SMF ILMU BEDAH

FAKULTAS KEDOKTERAN UNS/RSUD DR. MOEWARDI

RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

2014

Page 2: Persiapan Pembedahan Pasien HIV

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

AIDS merupakan singkatan dari Acquired Immune Deficiency Syndrome

yaitu penyakit yang disebabkan oleh virus yang merusak sistem kekebalan tubuh

manusia.Virus penyebab AIDS disebut HIV (Human Immunideficiency Virus).

Sehingga manusia dapat meninggal bukan karena semata-mata oleh virus HIV nya

tetapi oleh penyakit lain yang sebenarnya bisa ditolak seandainya tahan tubuhnya

tidak rusak.

Cara penularan AIDS tidak semudah penularan virus influenza. HIV hanya

bersarang pada sel darah putih tertentu yang disebut T4. Karena sel T4 ini terdapat

pada cairan-cairan tubuh, maka HIV dapat ditemukan dalam cairan tubuh, yaitu:

darah, air mani, cairan vagina. Penularan AIDS terutama berlangsung melalui

hubungan seks dengan pengidap HIV, transfusi darah dimana darahnya mengandung

HIV, alat suntik, ibu hamil terhadap janinnya.

Jumlah pengidap HIV di DIY hingga Desember 2009 mencapai 899 orang dan

hingga April 2010 terdata pengidap HIV/AIDS 1183orang (AIDS 443). Selama

kurang lebih 4 bulan terdapat kenaikan 32%. Pengidam HIV/AIDS disominasi usia

produktif antara 20-29 tahun dan 30-39 tahun. dari jumlah tersebut didapatkan 57,6%

laki-laki dan 32,9% perempuan. Data kemenkes hingga Juni 2010 menyebutkan angka

kumulatif HIV/AIDS dari 33 provinsi di Indonesia mencapai 21770 kasus AIDS dan

60600 kasus HIV. Hampir kebanyakan dari penderita HIV juga memerlukan tindakan

operatif. Saat ini masih perlu pengelolaan khusus tindakan operatif pada pasien HIV.

Page 3: Persiapan Pembedahan Pasien HIV

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kebijakan Pengelolaan Pasien HIV

Untuk mencegah penularan HIV terhadap petugas kesehatan di tempat kerja,

CDC menawarkan rekomendasi berikut:

- Strategi pencegahan : petugas harus mengasumsikan bahwa darah dan cairan

tubuh lain dari semua pasien berpotensi menular. Oleh karena itu mereka harus

mengikuti pencegahan dan pengendalian infeksi pada setiap saat

- Tindakan pencegahan meliputi:

Secara rutin menggunakan pelindung ketika mengantisipasi kontak dengan

darah atau cairan tubuh

Segera mencuci tangan dan permukaan kulit lainnya setelah kontak dengan

darah atau cairan tubuh lainnya

Hati-hati menangani dan membuang instrumen tajam selama dan setelah

digunakan

Berdasarkan rekomendasi WHO:

- Mencuci tangan setelah kontak langsung dengan pasien

- Penggunaan alat pelindung seperti sarung tangan, baju, celemek, masker,

kacamata untuk yang kontak langsung dengan darah dan cairan tubuh

- Pengumpulan dan pembuangan jarum dan benda tajam aman, dengan

menggunakan box anti tusukan dan berisi cairan yang merupakan bukti yang

dibutuhkan dalam setiap area peraawatan pasien

- Mencegah re-capping dua tangan dari jarum

- Menutup semua luka dan lecet dengan linen tahan air

- Hati-hati dan segera membersihkan tumpahan darah dan cairan tubuh

- Menggunakan sistem pengelolaan dan pembuangan limbah yang aman bagi

kesehatan

B. Protap Tindakan Operasi Pasien HIV

1. Pengertian

Merupakan tata cara pengelolaan pasien dengan infeksi HIV/AIDS disemua unit

pelayanan medis tindakan operasi maupun diagnostik

2. Tujuan

Menghindari resiko penularan silang di kamar bedah

Page 4: Persiapan Pembedahan Pasien HIV

3. Kebijakan

- Penderita infeksi HIV/AIDS yang memerlukan pelayanan medis operatif

maupun diagnostik di kamar bedah harus mendapatkan haknya seperti pasien

lainnya

- Kewaspadaan universal harus diterapkan sesuai tujuan

4. Prosedur Sebelum tindakan

- Petugas kamar operasi menyediakan alat penampung/wadah khusus untuk

benda tajam seperti jarum, pisau, dll. Wadah ini dipilih yang tidak tembus dan

telah diberi desinfektan (klorin 0,5%)

- Petugas kamar operasi menyediakan APD untuk operator/instrumentator,

berupa : sarung tangan, pelindung wajah (masker&kacamata khusus, jubah

plastik, topi bedah, sepatu boot karet)

- Petugas juga menyediakan pelindung untuk petugas pembersih seperti: sarung

tangan rumah tangga, sepatu karet, jubah plastik dan masker

- Meja operasi dilapisi plastik transparan

5. Prosedur Selama Tindakan

- Petugas yang melakukan tindakan dengan resiko akan kontak dengan cairan

tubuh penderita seperti: tindakan pemasangan infus, menyuntik, pemasangan

NGT, harus menggunakan sarung tangan

- Petugas yang dalam melakukan tindakan beresiko terkena percikan cairan

tubuh penderita harus memakai kacamata dan masker (operator, asisten

operator, instrumentator)

- Untuk menghindari luka tusuk saat instrumentator memberikan instruumen

tajam kepada operator atau sebaliknya, maka dilakukan secara tidak langsung

dengan menggunakan tempat khusus

- Antisipasi kerusakan sarung tangan dengan cara penggunaan 2 lapis sarung

tangan oleh operator, dan mengganti sarung tangan beberaa kali bila tindakan

yang dilaksanakan membutuhkan waktu lama

- Operator harus hati-hati menjangkau daerah tindakan yang sukar dilihat untuk

menghindari luka tusuk bila ada benda tajam

- Cairan tubuh yang melekat dibadan penderita harus segera dibersihkan agar

tidak mengenai orang lain

- Alat yang sudah tidak dipergunakan harus dimasukan dalam wadah khusus

yang telah diberi desifektan

Page 5: Persiapan Pembedahan Pasien HIV

- Kain kasa atau kapas yang telah tercemar cairan tubuh penderita harus

dimasukan ke dalam wadah plastik khusu yang sudah disediakan

C. Persiapan

Persiapan meliputi:

1. Persiapan Tim

- Tim operasi diberitahu mengenai rencana tindakan dan status penderita

- Tim operasi harus menjamin kerahasiaan status penderita

- Tim operasi memahami kaidah Universal Precaution khususnya pengunaan

APD

- Tim operasi tidak mempunyai luka di kulit

2. Persiapan APD

- Masker : 8-10 buah

- Sarung tangan (panjang dan pendek) : 18-20 pasang

- Kacamata atau visor : 8-10 buah

- Barakshort plastik atau appron : 10 buah

- Jubah.Gaun operasi (water shield) : 8 buah

- Sepatu boot karet : 10 pasang

- Topi operasi : 10 pasang

Urutan pemakasia APD:

- Kenakan topi

- Kenakan masker

- Kenakan kacamata

- Kenakan sepatu boot karet

- Kenakan celemek plastik

- Cuci tangan steril

- Kenakan sarung tangan pertama

- Kenakan gaun operasi

- Kenakan sarung tangan kedua

Persiapan APD tim kebersihan:

- Sarung tangan rumah tangga

- Sepatu boot

- Gaun, apron

Page 6: Persiapan Pembedahan Pasien HIV

- Masker

3. Persiapan alat dan ruangan

Persiapan alat:

- Ember/bak sedang untuk meredam instrument bedah : 1 buah

- Ember besar untuk merendam alat-alat anestesi : 1 buah

- Ember besar untuk merendam botol suction dan selang : 1 buah

- Kantong plastik untuk sampah : 10 buah

- Kantong plastik besar untuk limbah cair : 6 buah

- Kantong plastik besar untuk bahan tenun dan baju : 10 buah

- Cairan chlorine 0,5% untuk alat-alat kedokteran : 120 liter

- Cairan chlorine 4% untuk lantai : 20 liter

- Filter mesin anestesi dan korigator disposibel : 1 buah

- Obat Anti Retroviral (ARV) untuk PPP : Duviral, Neviral,

Efavirens

Persiapan ruangan

- Plastik transparan/mika

- Plester/isolasi

- Gunting

Mengalasi meja operasi, brankard, meja obat anestesi, lamp operasi, meja

mayo, meja instrumen, mesin diartemi, tiang infus, lantai dan alin-lain dengan

plastik transparan (sesuai kebutuhan)

4. Persiapan Pasien

5. Persiapan lain-lain

6. Kegiatan Selama Operasi

- Tim Operasi memakai alat pelindung tubuh dan sarung tangan rangkap

- Tim Operasi dilarang keluar dari kamar operasi sebelum melepas alat pelindung

tubuh

- Instrumentator memberikan alat-alat yang diperlukan dengan menggunakan

nampan/wadah

- Hati-hati dan selalu hindari luka tusuk oleh benda tajam

- Cairan tubuh penderita yang melekat harus segera dibersihkan

- Mengunakan pinset atau klem untuk memegang alat tajam

- Memasang mata pisau ke scaple handle dengan menggunakan klem

Page 7: Persiapan Pembedahan Pasien HIV

- Memasukan kassa, alat tenun yang sudah tercemar kedalam kantong plastik yang

disediakan

- Memasukan alat-alat benda tajam yang sudah dipakai ke wadah yang sudah

disediakan

- Memasang jarum jahit ke needle holder harus menggunakan pinset anatomis.

Page 8: Persiapan Pembedahan Pasien HIV

PENCEGAHAN PENULARAN HIV/AIDS

MELALUI UNIVERSAL PRECAUTION

A. Pengertian universal precautions

Universal precautions adalah tindakan pengendalian infeksi sederhana yang

digunakan oleh seluruh petugas kesehatan, untuk semua pasien, setiap saat, pada

semua tempat pelayanan dalam rangka mengurangi resiko penyebaran infeksi.

Universal precautions perlu diterapkan dengan tujuan untuk :

- Mengendalikan infeksi secara konsisten

- Memastikan standar adekuat bagi mereka yang tidak di diagnosis atau tidak

terlihat seperti beresiko

- Mengurangi risiko bagi petugas kesehatan dan pasien

- Asumsi bahwa risiko atau infeksi berbahaya

B. Lingkup universal precautions

Universal precautions meliputi:

- Pengelolaan alat kesehatan habis pakai

- Cuci tangan guna mencegah infeksi silang

- Pemakaian alat pelindung diantaranya pemakaian sarung tangan untuk mencegah

kontak dengan darah serta cairan infeksius yang lain.

- Pengelolaan jarum dan alat tajam untuk mencegah perlukaan

- Pengelolaan limbah dan sanitasi ruangan

- Desinfeksi dan sterilisasi untuk alat yang digunakan ulang

- Pengelolaan linen

C. Penggunaan universal precautions dilakukan:

- Jika semua pasien diperlakukan seperti mereka memiliki virus yang menyebar

melalui darah

- Jika tidak diperlukan perlindungan ekstra apabila seorang pasien didiagnosis

dengan  hepatitis B, HIV, atau hepatitis C.

- Jika perlindungan ekstra hanya diperlukan ketika pasien diketahui atau diduga

terinfeksi oleh virus atau menyebar melalui droplet, udara, atau rute kontak

transmisi.

Penggunaan pelindung (barrier)  fisik, mekanik, atau kimiawi diantara

mikroorganisme dan individu, misalnya ketika pemeriksaan kehamilan, pasien

rawat inap, petugas pelyanan kesehatan. Pelindung merupakan alat yang sangat

Page 9: Persiapan Pembedahan Pasien HIV

efektif untuk mencegah penularan  infeksi  (barrier membantu memutuskan rantai

penyebaran penyakit).

D. Pelaksanaan universal precautions yang baku adalah:

- Setiap orang (pasien atau petugas kesehatan) sangat berpotensi meningkatkan

infeksi

- Cuci tangan

- Pakai sarung tangan (kedua tangan) sebelum menyentuh kulit yang terluka,

mukosa, darah , bagian tubuh lain, instrument yang kotor, sampah yang

terkontaminasi, dan sebelum melakukan prosedur invasive

- Gunakan alat pelindung diri (kacamata pelindung, masker muka dan celemek)

untuk mencegah kemungkinan percikan dari tubuh (sekresi dan ekskresi) yang

muncrat dan tumpah (misalnya saat membersihkan instrumens dan benda lainnya)

- Gunakan antiseptic untuk membersihkan selaput lendir sebelum pembedahan,

pembersihan luka, atau pencucian tangan sebelum operasi dengan antiseptic

berbahan alcohol.

- Gunakan praktik keselamatan kerja, misalnya jangan menutup kembali jarum atau

membengkokkan jarum setelah digunakan, jangan menjahit dengan jarum tumpul.

- Pembuangan sampah infeksi ke tempat yang aman.

Pada akhirnya, untuk semua alat yang terkontaminasi dilakukan dekontaminasi

dan dibersihkan secara menyeluruh, kemudian disterilkan atau didesinfeksi

tingkat tinggi (DTT) dengan menggunakan prosedur yang ada.

1. Mencuci Tangan

a. Mencuci tangan harus selalu dilakukan sebelum dan sesudah melakukan

tindakan keperawatan walaupun mamakai sarung tangan dan alat pelindung

yang lain. Tindakan ini penting untuk menghilangkan atau mengurangi

mikroorganisme yang ada di tangan sehingga penyebaran infeksi dapat

dikurangi dan lingkungan kerja terjaga dari infeksi.

b. Mencuci tangan tidak bisa digantikan oleh pemakaian sarung tangan

c. Cuci tangan harus selalu dilakukan sebelum dan sesudah memakai sarung

tangan

d. Tiga cara mencuci tangan yang dilaksanakan sesuai kebutuhan yaitu:

1) Cuci tangan higienis atau  rutin, dilakukan untuk mengurangi kotoran dan

flora yang ada ditangan dengan menggunakan sabun tau detergen

Page 10: Persiapan Pembedahan Pasien HIV

2) Cuci tangan aseptic, dilakukan sebelum melakukan tindakan aseptic pada

pasien dengan menggunakan cairan antiseptic

3) Cuci tangan bedah, dilakukan sebelum melakukan tindakan bedah dengan

cara aseptic dengan menggunakan cairan aseptic dan sikat steril.

e. Indikasi mencuci tangan: cuci tangan harus dilakukan pada saat yang di

antisipasi akan terjadi perpindahan kuman melalui tangan yaitu:

1) Sebelum melakukan tindakan, misalnya memulai pekerjaan (baru tiba

dikantor), saat akan memeriksa (kontak langsung dengan klien),saat akan

memakai sarung tangan steril atau sarung tangan yang telah didesinfeksi

tingkt tinggi (DTT) untuk melakukan suatu tindakan, saat akan memakai

peralatan yang telah di DTT, saat akan melakukan injeksi dan pemasangan

infuse, dan saat hendak pulang kerumah.

2) Setelah melakukan tindakan yang dimungkinkan terjadi pencemaran,

misalnya setelah memeriksa pasien,setelah memegang alat-alat bekas

pakai dan bahan-bahan lain yang berisiko terkontaminasi, setelah

menyentuh selaput mukosa,darah, atau cairan tubuh yang lain, setelah

membuka sarung tangan (cuci tangan setelah membuka sarung tangan

perlu dilakukan karena ada kemungkinan sarung tangan robek atau

berlubang), setelah dari kamar kecil, setelah bersin atau batuk.  

f. Mencuci tangan

1) Tindakan paling penting dalam mencegah penyebaran infeksi

2) Pakai sabun dan air secara adekuat

3) Gunakan alcohol tangan jika tidak ada air mengalir

4) Keringkan tangan dengan handuk sekali pakai atau bersih

g. Prosedur mencuci tangan:

1) Untuk mencuci tangan harus selalu diusahakan tersedia sabun antiseptic

dan air mengalir. Melepaskan benda disekitar tangan (jam tangan, cincin,

gelang, dan lain-lain)

2) Gunakan tissue untuk membuka keran air untuk untuk menghindari tangan

yang kotor mengkontaminasi keran.

3) Basahi tangan dan pergelangan tangan, kemudian tuangkan lebih 5 cc

sabun cair ditelapak tangan

4) Menggosok dengan busa sabun semua permukaan secara mekanik selama

15-30 detik dan dilanjutkan dengan membilas pada air yang mengalir

Page 11: Persiapan Pembedahan Pasien HIV

5) Keringkan tangan dengan alat pengering/handuk kering.

2. Pemakaian Alat Pelindung Diri

a. Sarung tangan, untuk mencegah perpindahan mikroorganisme yang terdapat

pada tangan petugas kesehatan kepada pasien, dan mencegah kontak antara

tangan petugas dengan darah atau cairan tubuh pasien, selaput lendir, luka, alat

kesehatan, atau permukaan yang terkontaminasi.

b. Pelindung wajah (masker, kacamata,helm): untuk mencegah kontak antara

droplet dari mulut dan hidung petugas yang mengandung mikroorganisme ke

pasien, dan mencegah kontak droplet/darah/cairan tubuh pasien kepada petugas

c. Penutup kepala: untuk mencegah kontak dengan percikan darah atau cairan

tubuh pasien

d. Gaun pelindung (baju kerja atau celemek) : mencegah kontak mikroorganisme

dari pasien atau sebaliknya

e. Sepatu pelindung: mencegah perlukaan kaki oleh benda tajam yang

terkontaminasi, juga terhadap darah dan cairan tubuh lainnya.

3. Pengelolaan Alat Kesehatan

Pengelolaan alat kesehatan dapat mencegah penyebaran infeksi melalui alat

kesehatan, atau menjamin alat tersebut selalu dalam kondisi steril dan siap pakai.

Pemilihan pengelolaan alat  tergantung pada kegunaan alat dan berhubungan

dengan tingkat resiko penyebaran  infeksi. Pengelolaan alat dilakukan melalui

empat  tahap:

- Dekontaminasi

- Pencucian

- Sterilisasi atau DTT

- Penyimpanan

4. Dekontaminasi

Dekontaminasi merupakan langkah pertama dalam menangani alat bedah dan

sarung tangan yang tercemar. Hal penting yang harus dilakukan sebelum

membersihkan alat adalah mendekontaminasi alat dan benda lain yang mungkin

terkena darah dan cairan tubuh. Segera setalah digunakan, alat harus direndam

dilarutan klorin 0,5 %  selama 10 menit. Langkah ini bertujuan mencegah

penyebaran infeksi alat kesehatan atau suatu permukaan benda, menginaktivasi

HBV, HCV, dan  HIV serta dapat  mengamankan  petugas yang membersihkan alat

tersebut dari  risiko penularan.

Page 12: Persiapan Pembedahan Pasien HIV

5. Produk-Produk Dekontaminasi

Larutan  klorin dan natrium hipoklorit yang umumnya tidak mahal dan merupakan

produk dengan reaksi yang paling cepat dan efektif pada proses dekontaminasi,

tetapi ada juga bahan lainnya yang biasa digunakan seperti 70% etil atau isopropil

alcohol dan 0,5%-3% bahan fenolik atau karbol. Apabila tidak tersedia desinfektan

untuk proses dekontaminasi, maka perlu kewaspadaan yang tinggi saat menangani

dan membersihkan benda tajam tercemar (misalnya jarum jahit, gunting, dan pisau

bedah). Cara membuat larutan klorin untuk dekontaminasi dan DTT alat adalah

dengan cara mencampurkan satu bagian (cangkir atau gelas) cairan pemutih pekat

ditambah sejumlah x (kali) bagian air (misalnya jika ingin membuat larutan 0,5%

campur 1 cangkir pemutih + 6 cangkir air sehingga seluruhnya menjadi 7 cangkir).

Gunakan air matang saat membuat larutan klorin 0,1% karena air ledeng

mengandung bahan mikroskopis yang dapat menonaktifkan klorin.

Cara melakukan dekontaminasi dan pencucian sarung tangan adalah :

- Sebelum melepas sarung tangan kotor, masukkan tangan yang masih memakai

sarung tangan ke dalam kontainer yang berisi larutan klorin 0,5%.

- Lepaskan sarung tangan dengan cara membalikkannya sehingga bagian luar

menjadi bagian dalam kemudian rendam sarung tangan tersebut dalam larutan

klorin 0,5% selama 10 menit.

- Cuci sarung tangan dengan larutan sabun. Bersihkan bagian dalam dan luar.

- Bilas sarung tangan dengan air bersih sampai dengan tidak ada detergen atau

sabun

- Periksa kemungkinan adanya lubang sarung tangan dengan menggembungkan

memakai tangan(yidak dengan meniup) dan memasukkan kedalam air, bila

berlubang maka akan kelihatan gelembung udara.

- Keringkan dengan hati-hati bagian dalam dan luar sarung tangan sebelum

melakukan sterilisasi atau desinfeksi.

Cara dekontaminasi peralatan yang terbuat dari logam adalah:

- Rendam semua peralatan yang telah dipakai kedalam container plastic yang berisi

larutan klorin 0,5% selama 10 menit

- Sikat peralatan di bawah permukaan air sabun, gunakan sikat yang lembut

(pastikan bagian-bagian yang bergerigi seperti engsel dan sekrup telah disikat

sampai bersih)

Page 13: Persiapan Pembedahan Pasien HIV

- Bilas dengan air bersih sampai tidak ada sabun  atau detergen

- Keringkan di udara atau dengan handuk bersih

- Lakukan sterilisasi atau DTT

Cara mencuci linen, penutup lapangan operasi:

- Pada akhir tindakan, dengan menggunakan sarung tangan, ambil linen/kain

penutup lapangan operasi, masukkan dengan hati-hati ke dalam container atau

kantung plastic.

- Diikat, untuk kemudian dikirim ke tempat pencucian

- Bila kain/linen tercemar, beri larutan klorin 0,5% pada 5 bagian yang terpapar

darah/cairan plastic, diikat, diberi label bahan menular, kirim ke tempat

pencucian.

6. Pencucian Alat

- Setelah dekontaminasi dilakukan pembersihan yang merupakan langkah penting

yang harus dilakukan. Tanpa pembersihan yang memadai maka umumnya proses

desinfeksi dan sterilisasi selanjutnya menjadi tidak efektif.

- Pada alat kesehatan yang tidak terkontaminasi dengan darah, misalnya dengan

kursi roda, tensimeter, infuse pump, dan lain-lain cukup dilap  dengan larutan

detergen, air dan sikat. Pencucian harus dilakukan dengan teliti sehingga darah

atau cairan tubuh lain, jaringan, bahan organic, dan kotoran betul-betul hilang dari

permukaan alat tersebut.

- Cuci dengan detergen netral dan air, gunakan sarung tangan, pencucian yang

hanya menggunakan air tidak dapat menghilangkan protein, minyak, dan partikel-

partikel.

- Detergen digunakan dengan cara mencampurkannya dengan air dan digunakan

untuk membersihkan partikel dan minyak serta kotoran lain.

- Tidak dianjurkan untuk menggunakan sabun cuci bias untuk membersihkan

peralatan, karena sabun yang bereaksi dengan air akan meninggalkan residu yang

sulit dihilangkan, hindarkan juga penggunaan abu gosok karena bekas goresan alat

akan menjadi tempat bersembunyi mkroorganisme.

- Untuk pencucian linen, pegang linen sedikit mungkin, gunakan sarung tangan jika

harus memegang linen, kumpulkan dalam kantung.

7. Desinfeksi Dan Sterilisasi

Desinfeksi: Adalah suatu proses untuk menghilangkan sebagian atau semua

mikroorganisme dari alat kesehatan kecuali endospora bakteri. Biasanya

Page 14: Persiapan Pembedahan Pasien HIV

menggunakan cairan kimia, pasteurisasi atau perebusan. Efikasinya dipengaruhi

berbagai factor diantaranya adalah proses yang dilakukan sebelumnya, seperti

pencucian, pengeringan, adanya zat organic, tingkat pencemaran, jenis

mikroorganisme pada alat kesehatan, sifat dan bentuk terpajan desinfektan, suhu,

pH. Bila factor-faktor tersebut ada yang diabaikan maka mengurangi efektivitas

desinfeksi.

Macam desinfeksi antara lain desinfeksi kimiawi dan desinfeksi cara lainnya.

Berikut adalah penjelasan mengenai kedua jenis desinfeksi tersebut:

a. Desinfeksi kimiawi:

- Alkohol

Berbentuk etil alcohol dengan konsentrasi 60-90% dapat bekerja sebagai

bakterisidal, tuberkulosidal, fungisidal, dan virusidal, tetapi tidak

membunuh spora bakteri. Cara kerja alcohol adalah denaturasi protein.

Alcohol juga efektif untuk virus hepatitis B (HBV), herphes simpleks

(HSV), HIV, rotavirus,echovirus, dan astrovirus. Alcohol tidak digunakan

untuk sterilisasi karena tidak membunuh spora bakteri. Alcohol efektif

untuk desinfeksi termometer oral maupun rectal dan serat optic endoskopi.

- Klorin dan ikatan klorin

Klorin membunuh bakteri diduga dengan cara menghambat reaksi

enzimatik yan esensial dalam sel, denaturasi protein, dan inaktivasi asam

nukleat.

- Formaldehyd

Digunakan sebagai desinfektan dan sterilisasi baik dalam bentuk cair

maupun gas. Dipasar formaldehyde dijual dalam bentuk cair yang dikenal

dengan formalin (formaldehyde 37% dari beratnya), formaldehyde

berfungsi sebagai bakterisidal, tuberkulosidal, fungisidal, dan virusidal,

serta sporisidal tetapi bersifat karsinogenik sehingga jarang digunakan lagi.

Cara kerja formaldehyde adalah melalui alkilasi asam amino atau protein.

- Glutaraldehyde

Cara kerja glutaraldehyde adalah merusak DNA, RNA, menghambat

sintesis mikroorganisme yang rentan terhadap glutaraldehyde pada

konsentrasi 2% dan pH 7,5-8,5 meliputi bakteri vegetative, M.tuberculosa,

fungi, berbagai virus, spora bacillus, dan clostridium ssp, oocyt

cryptosporidium. Waktu yang dibutuhkan antara 10-20 menit, kecuali spora

Page 15: Persiapan Pembedahan Pasien HIV

dalam waktu 3 jam. Banyak digunakan untuk DTT alat medis seperti

endoskopi, pipa spirometer, alat dialysis, transduser, peralatan anestesi, dan

terapi respirator.

- H2O2

Bekerja dengan cara memproduksi radikal hidroksil bebas merusak

selubung lipid sel, DNA dan unsur sel yang esensial. Mikroorganisme yang

rentan terhadap H2O2  pada konsentrasi 0,6-15% dalam waktu 15-60 menit

adalah S. Aureus, serratia mercescens, proteus mirilis, E.colli, streptococcus

ssp, baccilus ssp,(150 menit) , virus. Dipasar tersedia  H2O2  3% yang cukup

stabil dan efektif sebagai desinfektan. H2O2  3-6% dapat digunakan sebagai

desinfeksi lensa kontak, tonometer biprisma, dan ventilator.

- Asam parasetat

Asam parasetat atau asam peroksiasetat mempunyai kemampuan

membunuh kuman secara cepat termasuk spora dalam konsentrasi rendah.

Keuntungan adalah tidak ada zat sisa yang berbahaya bagi lingkungan

(asam asetat, air, oksigen, dan H2O2 ), tetapi menimbulkan korosi tembaga,

kuningan, perunggu, besi galvanis, namun efek dapat dikurangi dengan

mengubah pH lingkungan. Mikroorganisme yang rentan adalah bakteri

gram positif, dan gram negative, fungsi dan yeast (5 menit dalam 100-500

ppm), virus (12-2250 ppm), spora (15 detik-30 menit dalam 500-10.000

ppm).

- Fenol

Nama lainnya adalah lisol atau karbol. Fenol konsentrasi tinggi bekerja

sebagai zat racun yang menembus protoplasma, merusak dinding sel dan

menggumpalkan protein sel. Pada konsentrasi rendah, turunan fenol

membunuh kuman dengan menghambat kerja enzim dan menyebabkan

kebocoran hasil metabolisme sel melalui dinding sel.kombinasi turunan

fenol dengan detergen digunakan untuk dekontaminasi lingkungan rumah

sakit, termasuk permukaan meja, lantai laboratorium, dan alat kesehatan

resiko rendah. Pemakaian di kamar bayi tidak dianjurkan karena bisa

menyebabkan hiperbilirubin pada bayi. Fenol tidak digunakan untuk alat

kesehatan resiko tinggi dan sedang karena meninggalkan residu.

- Ikatan amonium kuartener

Page 16: Persiapan Pembedahan Pasien HIV

Beberapa contoh yang dipakai adalah diametil-benzil-amonium-klorida,

alkildidesil-dimetil-amonium-klorida, merupakan desinfektan tingkat

rendah. Keduanya merupakan bahan tenun karena kain akan menyerap zat

dan meneruskan reaksinya secara bermakna. Efek ikatan ini adalah

bakterisidal, fungisidal, dan virusidal (virus lipofilik).

b. Desinfeksi fisik:

- Radiasi dengan ultraviolet (UV)

UV dapat merusak DNA, efektivitas dalam membunuh mikroorganisme

dipengaruhi oleh panjang gelombangnya, bahan organic, jenis media, suhu,

jenis mikroorganisme, dan intensitas UV. Sinar UV bersifat mutagenic,

merusak retina, dan menyebabkan sel bermitosis.

- Pasteurisasi

Bertujuan merusak mikroorganisme pathogen yang mungkin ada tanpa

merusak spora bakteri. Suhu yang digunakan 77 0C dalam 30 menit sebagai

alternative desinfeksi kimiawi alat terapi pernafasan anestesi.

- Mesin desinfektor (flushing and washer desinfector)

Mesin pencuci yang dirancang untuk bekerja otomatis dan tertutup untuk

membersihkan pispot, Waskom, alat kesehatan bedah, dan pipa anestesi.

Mesin ini menggunakan air panas kira-kira 90 0C.

c. Desinfeksi tingkat tinggi (DTT)

DTT merupakan alternative penatalaksanaan alat kesehatan bila sterilisasi

tidak tersedia atau tidak mungkin terlaksana. DTT dapat membunuh semua

mikroorganisme, tetapi tidak dapat membunuh endospora dengan sempurna

seperti tetanus atau gas gangren. Cara melakukan DTT antara lain:

- Merebus dalam air mendidih selama 20 menit

- Rendam dalam desinfektan kimiawi seperti glutaraldehyde dan

formaldehyde 80

- Steamer.

Sterilisasai: Sterilisasi adalah menghilangkan seluruh mikroorganisme dari alat

kesehatan termasuk endospora bakteri.

a. Sterilisasi fisik

- Pemanasan basah:  koagulasi dan denaturasi protein: pada suhu 121 0C,

selama 20-30 menit.

Page 17: Persiapan Pembedahan Pasien HIV

- Pemanasan kering: oven, pembakar, sinar intramerah: pada suhu 150-170 0C, selama >30 menit. Untuk membunuh spora, pemanasan juga bisa

dilakukan pada suhu 180 0C selama 2 jam.

- Radiasi sinar gamma, sangat mahal dan hanya digunakan untuk industry

besar misalnya jarum suntik, spuit sekali pakai, dan alat-alat infus.

- Filtrasi: serum, plasma, vaksin: dari selulosa berpori 0,22 µm.

b. Sterilisasi kimia

- Glutaraldehyde 2% untuk merendam alat kesehatan 8-10 jam, yaitu

formaldehyde 8% selama 24 jam. Kedua zat tersebut tidak dianjurkan

karena dapat mengiritasi kulit, mata, dan seluruh nafas.

- Gas etilin oksida (ETO) adalah gas beracun. Dipakai untuk alat yang tidak

tahan panas (karet, plastic, elektronik, kabel, alat optic, dan lain-lain).

- ETO pada kelembaban 20-40%, kepekatan 540-900 mg/liter, dipakai pada

suhu 16 jam.