Upload
jeremy-neal
View
25
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
NN
Citation preview
7/13/2019 Ppok Print 2
1/24
1
BAB 1
LAPORAN KASUS
2.1IDENTITAS PENDERITANama Penderita : Tn. K
Umur : 62 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pekerjaan : Petani
Pendidikan : SDStatus : Menikah
Alamat : Berbek RT 06/05 Waru
Tanggal MRS : 06 mei 2014
Tanggal Pemeriksaan : 07 mei 2014
Tanggal KRS : -
No.Rekam Medik : 1578125
2.2 ANAMNESISAnamnesa dilakukan dengan autoanamnesa dan heteroanamnesa
Keluhan Utama :Sesak nafas
Keluhan tambahan :Batuk berdahak
Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang ke IGD RSUD dengan keluhan sesak nafas pasien mengeluh sesak
nafas semakin hebat 7 hari sebelum MRS, sesak dipengaruhi aktivitas bila berjalan sejauh 10
meter, nafas bunyi mengi, batuk berdahak dahak putih kental 2 sendok teh, demam ada namun
tidak terlalu tinggi. Pasien mengeluh sering terbangun di malam hari karena sesak, nafsu makan
menurun. 3 tahun yang lalu, pasien juga mempunyai riwayat sesak, sesak dipengaruhi aktivitas
7/13/2019 Ppok Print 2
2/24
2
bila berjalan sejauh 50 meter, nafas bunyi mengi , pasien mengeluh batuk berdahak, Demam ,
keringat malam hari, nafsu makan menurun, berat badan menurun. Pasien kemudian berobat ke
puskesmas dan dirawat selama 10 hari. Pasien mengkonsumsi obat paket selama 6 bulan secara
rutin . Pasien berhenti minum obat setelah dinyatakan sembuh oleh dokter yang merawat. 1
bulan sebelum MRS pasien mengeluh sesak nafas lagi, sesak dipengaruhi aktivitas bila berjalan
sejauh 50 meter, nafas bunyi mengi, batuk berdahak, dahak putih kental 1 sendok teh,
keringat malam, BAB dan BAK terakhir normal.
Riwayat penyakit dahulu
Riwayat TB Paru dengan pengobatan 3 tahun yang lalu selain itu pasien juga
menderita penyakit Diabetes Mellitus sejak lima tahun yang lalu. Riwayat hipertensi
disangkal
Riwayat Psikososial
Pasien adalah seorang perokok aktif sejak umur 14 tahun, dan mengaku pernah
berhenti berhenti 3 tahun yang lalu dan merokok lagi sejak 2 tahun yang lalu. Pasien bisa
menghabiskan 4-6 bungkus rokok setiap harinya. Pasien tidak mengenyam pendidikan, dan
sehari-hari bekerja sebagai petani, makan minun setiap harinya teratur tetapi tidak
memperhatikan komposisi makanan. Pasien hampir setiap hari minum kopi, pasien tidak
peminum alkohol.
Riwayat penyakit keluarga
Riwayat penyakit di keluarga dengan keluhan yang sama disangkal.
2.3PEMERIKSAAN FISIK1. Pemeriksaan Umum
a.Keadaan Umum : lemah
b.Kesadaran : komposmentis (GCS 4-5-6)c.Tanda Vital : TD : 130/70 mmHg
N : 100x/mnt
RR : 32 x/mnt
Suhu : 36.5 C
7/13/2019 Ppok Print 2
3/24
3
d. Kulit : Turgor kulit normal, elastisitas baike. Kelenjar Limfe :Tidak ada pembesaran kelenjar limfe di leher,
aksila, dan inguinal
f. Otot : Tidak terdapat atrofi ototg. Tulang : Tidak ada deformitas
2. Pemeriksaan Kepala-Kakia. Kepala
Bentuk : bulat, simetris
Rambut : pendek beruban, warna hitam tidak mudah dicabut
Mata :konjungtiva anemis, sklera ikterus, pupil isokor, reflek cahaya
(+/+), tidak ada edema pada daerah palpebra pada kedua mata
Hidung : tidak ada sekret, tidak ada bau, tidak ada perdarahan
Telinga : tidak ada secret, tidak ada bau, tidak ada perdarahan
Mulut : tidak sianosis,pursedlips breathing(mulut setengah terkatup
mencucu)
Lidah : tidak kotor, tidak hiperemi
b.LeherInspeksi : simetris, tidak tampak pembesaran KGB leher
Palpasi : tidak teraba pembesaran KGB leher
Kaku kuduk : tidak ada
c. DadaJantung
Simetris : positif
Ictus Cordis : tidak ada
S1 S2 : tunggal regular
Murmur : tidak ada
Gallop : tidak ada
Paru
Inspeksi : simetris (+), pelebaran sela iga, penampilanpink puffer
Palpasi : fremitus raba (+), sela iga melebar
7/13/2019 Ppok Print 2
4/24
4
Perkusi : hipersonor di semua lapangan paru
Auskultasi : vesikuler , RH (-/-), WH (+/+)
d.AbdomenInspeksi : perut mendatar.
Palpasi : nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba
Perkusi : timpani,shifting dulness (-)
Auskultasi : bising usus (+) normal
e. EktremitasSuperior : akral hangat +/+, edema -/-
Inferior : akral hangat +/+, edema -/-
f. SensibilitasRasa raba : (N/N)
Rasa nyeri : (N/N)
Rasa suhu panas : (N/N)
Rasa suhu dingin : (N/N)
2.4PEMERIKSAAN PENUNJANGHasil laboratorium tanggal 06 mei 2014
Pemeriksaan Metode Hasil
HEMATOLOGI
Darah lengkap
WBC (Leukosit)
RBC (Eritrosit)
HGB (Hemoglobin)
HCT (Hematokrit)
PLT (Trombosit)
MCV
MCH
MCHC
Flocymetri
Cell counter
Cell counter
Cell counter
Cell counter
Cell counter
14.7
4,51
12,8
40,1
348
88,9
26,4
31,9
7/13/2019 Ppok Print 2
5/24
5
RDW
PDW
MPV
P-LCR
BASO%
NEUT%
LYMPH%
MONO%
MONO#
NEUT#
LYMPH#
36,2
7,9
9,3
0,32
92,3
83,7
5,5
0,27
14,40
12,3
0,9
PEMERIKSAAN METODE HASIL
KIMIA KLINIK
Gula Darah Sewaktu Hemokinase 193
Hasil pemeriksaan radiologi foto thorax PA 06 mei 2014
Gambar : foto Rontgen PA
Keterangan
foto : batas paru
hepar memanjang,
sudut
costophrenikus
tumpul (diafragma
mendatar), dansela iga melebar.
.
7/13/2019 Ppok Print 2
6/24
6
2.5 Daftar Masalah SementaraPasien atas nama Tn.K, 62 tahun, datang ke IGD RSUD Sidoarjo dengan sesak
nafas. sesak nafas semakin hebat 7 hari sebelum MRS, sesak dipengaruhi aktivitas bila
berjalan sejauh 10 meter, nafas bunyi mengi, batuk berdahak dahak putih kental 2
sendok teh, demam ada namun tidak terlalu tinggi. Pasien mengeluh sering terbangun di
malam hari karena sesak, nafsu makan menurun. Riwayat penyakit dahulu TB Paru dengan
pengobatan dan Diabetes Mellitus sejak 5 tahun yang lalu. Saat muda pasien merupakan
seorang perokok berat.
Abnormalitas pemeriksaan fisik
Keadaan umum : Lemah RR : 32x/menit Mulut : tidak sianosis,pursedlips breathing(mulut setengah
terkatup mencucu)
Paru Inspeksi : simetris (+), pelebaran sela iga, penampilanpink puffer Palpasi : fremitus raba (+), sela iga melebar Perkusi : hipersonor di semua lapangan paru Auskultasi : vesikuler , RH (-/-), WH (+/+)
Pemeriksaan Lab saat MRS tanggal 06 mei 2014
GDS : 193 WBC : 14,7
7/13/2019 Ppok Print 2
7/24
7
Pemeriksaan Radiologi foto rontgen PA saat MRS tanggal 06 mei 2014
2.6 DAFTAR MASALAH TETAP
Diagnosa Planning diagnosa Planning Terapi Planning Monitoring
1. sesak Analisa Gas Darah O2 Vital sign
2. PPOK exsaserbasiakut
Spirometri AntibiotikBronkodilator
Ekspektoran
Vital sign
3.Gangguan Toleransi
Glukosa
Hba1c
GD2JPP
Obat OHO
Diet DM
Cek gula darah acak
2.7 DIAGNOSIS KERJA
Dyspneu et causa PPOK eksaserbasi akut + DM hiperglikemia
2.8 KOMPLIKASI
-
Keterangan
foto : batas paru
hepar memanjang,
sudut
costophrenikus
tumpul (diafragma
mendatar), dan
sela iga melebar.
.
7/13/2019 Ppok Print 2
8/24
8
2.9 PLANNING
Planning Diagnosis:Cek Laboratorium: DL, GDS
Radiologi : Foto thorax P-A
Spirometri : VEP1 / KVP
Planning Terapi:a. Non- medikamentosa
- Mengurangi paparan rokok dan polusi udara- Bed rest- Diet DM
b. Medikamentosa- Infus Pz 14 tpm- Aminophilin 1x1- Nebul combivent 3x1- Ceftriaxon 2x1- Antrain 3x1- Lasal 3x0,5cc-
Ambroxol 3xc1- Codeine 10mg 3x1
Planning Monitoring:Tanda-tanda vital, GDS, tanda-tanda komplikasi.
Planning Edukasi:a. Menjelaskan pada pasien mengenai penyakitnyab. Menjelaskan pada pasien mengenai pentingnya faktor-faktor pencetusc. Menjelaskan pada pasien pentingnya berobat dan control
2.9 PROGNOSIS
Pada eksaserbasi akutprognosis baik dengan terapi.
7/13/2019 Ppok Print 2
9/24
9
BAB II
PEMBAHASAN
3.1 PEMBAHASAN KASUS
Pada kasus ini, seorang laki-laki berusia 62 tahun dengan keluhan utama sesak nafas yang
bertambah hebat sejak 7 hari sebelum MRS. Dari anamnesis, ditemukan adanya sesak yang
bertambah hebat yang dipengaruhi oleh aktifitas disertai bunyi mengi, dan batuk berulang yang
berdahak dengan produksi dahak yang meningkat, dan ada riwayat terpajan faktor resiko
(merokok 2-3 bungkus perhari selama 58 tahun). Perokok aktif memiliki prevalensi lebih tinggi
untuk mengalami gejala respiratorik, abnormalitas fungsi paru dan mortalitas yang lebih tinggi
daripada orang yang tidak merokok. Resiko untuk menderita PPOK bergantung pada dosis
merokok nya, seperti umur orang tersebut mulai merokok, jumlah rokok yang dihisap per hari
dan berapa lama orang tersebut merokok.
Enviromental Tobacco Smoke (ETS) atau perokok pasif juga dapat mengalami gejala-gejala
respiratorik dan PPOK dikarenakan oleh partikel-partikel iritatif tersebut terinhalasi . Kemudian pada
pemeriksaan fisik, peningkatan frekuensi pernafasan, penderita kurus, pada inspeksi dada
ditemukan sela iga melebar, penggunaan otot bantu nafas. Pada palpasi fremitus raba menurun
pada kedua lapangan paru dan sela iga melebar. Pada perkusi didapatkan hipersonor dikedua
lapangan paru, batas paru hepar ICS VII, hepar teraba 1 jari di bawah arcus costae dengan tepi
tajam, kosistensi kenyal. Pada auskultasi didapatkan vesikuler menurun pada kedua lapangan
paru, terdapat wheezing ekspirasi, dan ekspirasi memanjang. Dari data tersebut kecurigaan
adanya PPOK eksaserasi akut karena terdapat peningkatan gejala yaitu bertambahnya sesak dan
bertambahnya jumlah sputum. Dari hasil rontgen thorax PA menunjang diagnosis PPOK, dimana
ditemukannya batas paru hepar memanjang, sudut costophrenikus tumpul (diafragma mendatar),
dan sela iga melebar.
Dari seluruh hasil pemeriksaan di atas di simpulkan bahwa diagnosis pasien ini adalah
PPOK eksaserbasi akut. Maka terapi farmakologis yang dilakukan adalah pemberian oksigen,
bronkodilator, antibiotik spektrum luas, dan ekspektoran.
3.1.1 Definisi PPOKGlobal Initiative For Chronic Obstructive Lung Disease (GOLD) mendefinisikan
penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) sebagai penyakit yang dapat diobati dan dicegah
7/13/2019 Ppok Print 2
10/24
10
dengan beberapa efek ekstra pulmonal yang memberi kontribusi keparahan penyakit.
Komponen paru ditandai oleh hambatan aliran udara yang tidak reversibel sempurna.
Hambatan aliran udara biasanya progresif dan ada hubungan dengan respons inflamasi paru
terhadap berbagai partikel noksa dan gas.4
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) mendefinisikan PPOK adalah
penyakit paru kronik yang ditandai oleh hambatan aliran udara di saluran napas yang bersifat
progressif nonreversibel atau reversibel parsial. PPOK terdiri dari bronkitis kronik dan
emfisema atau gabungan keduanya.6
Bronkitis kronik
Kelainan saluran napas yang ditandai oleh batuk kronik berdahak minimal 3 bulan dalam
setahun,sekurang-kurangnya dua tahun berturut - turut, tidak disebabkan penyakit lainnya.6
7/13/2019 Ppok Print 2
11/24
11
Emfisema
Suatu kelainan anatomis paru yang ditandai oleh pelebaran rongga udara distal bronkiolus
terminal,disertai kerusakan dinding alveoli.6
Pada prakteknya cukup banyak penderita bronkitis kronik juga memperlihatkan tanda-tanda
emfisema,termasuk penderita asma persisten berat dengan obstruksi jalan napas yang tidak
reversibel penuh, dan memenuhi kriteria PPOK.
3.1.2 Faktor Risiko
Faktor resiko PPOK bergantung pada jumlah keseluruhan dari partikel-partikel iritatif
yang terinhalasi oleh seseorang selama hidupnya.3
1. Asap rokokPerokok aktif memiliki prevalensi lebih tinggi untuk mengalami gejala respiratorik,
abnormalitas fungsi paru dan mortalitas yang lebih tinggi daripada orang yang tidak
merokok. Resiko untuk menderita PPOK bergantung pada dosis merokok nya, seperti
umur orang tersebut mulai merokok, jumlah rokok yang dihisap per hari dan berapa lama
orang tersebut merokok.
7/13/2019 Ppok Print 2
12/24
12
Enviromental Tobacco Smoke(ETS) atau perokok pasif juga dapat mengalami gejala-gejala
respiratorik dan PPOK dikarenakan oleh partikel-partikel iritatif tersebut terinhalasi sehingga
mengakibatkan paru-paru terbakar.
2. Polusi tempat kerja (bahan kimia, zat iritan, gas beracun)3. Indoor Air Pollutionatau polusi di dalam ruangan
Hampir 3 milyar orang di seluruh dunia menggunakan batubara, arang, kayu bakar ataupun
bahan bakar biomass lainnya sebagai penghasil energi untuk memasak, pemanas, dan untuk
kebutuhan rumah tangga lainnya. Ini memungkinkan bahwa wanita di negara berkembang
memiliki angka kejadian yang tinggi terhadap kejadian PPOK.
4. Polusi di luar ruangan, seperti gas buang kendaraan bermotor dan debu jalanan.5. Infeksi saluran nafas berulang6. Jenis kelamin
Dahulu, PPOK lebih sering dijumpai pada laki-laki dibanding wanita. Karena dahulu, lebih
banyak perokok laki-laki dibanding wanita. Tapi dewasa ini prevalensi pada laki-laki dan
wanita seimbang. Hal ini dikarenakan oleh perubahan pola dari merokok itu sendiri. Namun
hal tersebut masih kontoversial, maskipun beberapa penelitian mengatakan bahwa perokok
wanita lebih rentan untuk terkena PPOK dibandingkan perokok pria. Di negara berkembang
wanita lebih banyak terkena paparan polusi udara yang berasal dari asap saat mereka
memasak.
7. Status sosioekonomi dan status nutrisi8. Rendahnya intake dari antioksidan seperti vitamin A, C, E, kadang-kadang berhubungan
dengan peningkatan resiko terkena PPOK, meskipun banyak penelitian terbaru menemukan
bahwa vitamin C dan magnesium memiliki prioritas utama.
9. Asma10.Usia11.Onset usia dari PPOK ini adalah pertengahan12.Faktor Genetik13.Faktor kompleks genetik dengan lingkungan menjadi salah satu penyebab terjadinya PPOK,
meskipun penelitian Framingham pada populasi umum menyebutkan bahwa faktor genetik
memberi kontribusi yang rendah dalam penurunan fungsi paru.
7/13/2019 Ppok Print 2
13/24
13
3.1.4 Patofisiologi
faktor resiko utama merokok merangsang perubahan-perubahan pada sel-sel
penghasil mukus bronkus dan silia yang melapisi bronkus mengalami kelumpuhan atau
disfungsional serta metaplasia mengganggu sistem eskalator mukosiliaris dan menyebabkan
penumpukan mukus kental dalam jumlah besar dan sulit dikeluarkan dari saluran nafas.
Mukus berfungsi sebagai tempat persemaian mikroorganisme penyebab infeksi (jadi sangat
purulen) Timbul peradangan yang menyebabkan edema dan pembengkakan jaringan
Ventilasi, terutama ekspirasi terhambat.5
Komponen-komponen asap rokok tersebut juga merangsang terjadinya peradangan
kronik pada paru Mediator-mediator peradangan secara progresif merusak struktur struktur
penunjang di paru.hilangnya elastisitas saluran udara dan kolapsnya alveolus, maka ventilasi
berkurang.Saluran udara kolaps terutama pada ekspirasi karena ekspirasi normal terjadi akibat
pengempisan (recoil) paru secara pasif setelah inspirasiapabila tidak terjadi recoil pasif, maka
udara akan terperangkap di dalam paru dan saluran udara kolaps. karakteristik inflamasi yang
terjadi pada pasien PPOK, yakni : peningkatan jumlah neutrofil (didalam lumen saluran nafas),
makrofag (lumen saluran nafas, dinding saluran nafas, dan parenkim), limfosit CD 8+ (dinding
saluran nafas dan parenkim).5
keradangan kronis mulai dari saluran napas, parenkim paru sampai struktur vaskukler
pulmonal. Diberbagai bagian paru dijumpai peningkatan makrofag, limfosit T (terutama CD8)
dan neutrofil. Sel-sel radang yang teraktivasi akan mengeluarkan berbagai mediator seperti
Leukotrien B4,IL8, TNF yang mampu merusak struktur paru dan atau mempertahankan inflamasi
neutrofilik. Disamping inflamasi ada 2 proses lain yang juga penting yaitu imbalance proteinase
dan anti proteinase di paru dan stres oksidatif.5
Perubahan patologis yang khas dari PPOK disaluran napas besar (central airway),
saluran napas kecil (periperal airway), parenkim paru dan vaskuler pulmonal. Pada saluran
napas besar dijumpai infiltrasi sel-sel radang pada permukaan epitel. Kelenjar-kelenjar yang
mensekresi mukus membesar dan jumlah sel goblet meningkat. Kelainan ini menyebabkan
hipersekresi bronkus. Pada saluran napas kecil terjadi inflamasi kronis yang menyebabkan
berulangnya siklus injury dan repair dinding saluran napas. Proses repair ini akan menghasilkan
struktural remodeling dari dinding saluran napas dengan peningkatan kandungan kolagen dan
pembentukan jaringan ikat yang menyebabkan penyempitan lumen dan obstruksi kronis saluran
7/13/2019 Ppok Print 2
14/24
14
pernapasan. Pada parenkim paru terjadi destruksi yang khas terjadi pada emfisema sentrilobuler.
Kelainan ini lebih sering dibagian atas pada kasus ringan namun bila lanjut bisa terjadi diseluruh
lapangan paru dan juga terjadi destruksipulmonary capilary bed.5
Perubahan vaskular pulmonal ditandai oleh penebalan dinding pembuluh darah yang
dimulai sejak awal perjalanan ilmiah PPOK. Perubahan struktur yang pertama kali terjadi adalah
penebalan intima diikuti peningkatan otot polos dan infiltrasi dinding pembuluh darah oleh sel-
sel radang. Jika penyakit bertambah lanjut jumlah otot polos, proteoglikan dan kolagen
bertambah sehingga dinding pembuluh darah bertambah tebal.
Pada bronkitis kronis maupun emfisema terjadi penyempitan saluran napas. Penyempitan
ini dapat mengakibatkan obstruksi dan menimbulkan sesak. Pada bronkitis kronik, saluran
pernapasan yang berdiameter kecil (
7/13/2019 Ppok Print 2
15/24
15
- Penggunaan otot bantu napas
- Hipertropi otot bantu napas
- Pelebaran sela iga
- Bila telah terjadi gagal jantung kanan terlihat denyut vena jugularis di leher dan
edema tungkai
- Penampilanpink puffer atau blue bloater
PalpasiPada emfisema fremitus melemah, sela iga melebar
PerkusiPada emfisema hipersonor dan batas jantung mengecil, letak diafragma rendah,
hepar terdorong ke bawah
Auskultasi- suara napas vesikuler normal, atau melemah
- terdapat ronki dan atau mengi pada waktu bernapas biasa atau pada ekspirasi paksa
- ekspirasi memanjang
- bunyi jantung terdengar jauh
Pink puffer Gambaran yang khas pada emfisema, penderita kurus, kulitkemerahan dan pernapasanpursed - lips breathing
Blue bloater Gambaran khas pada bronkitis kronik, penderita gemuk sianosis, terdapatedema tungkai dan ronki basah di basal paru, sianosis sentral dan perifer
7/13/2019 Ppok Print 2
16/24
16
Pursed - lips breathing Adalah sikap seseorang yang bernapas dengan mulut mencucudan ekspirasi yang memanjang. Sikap ini terjadi sebagai mekanisme tubuh untuk
mengeluarkan retensi CO2 yang terjadi sebagai mekanisme tubuh untuk mengeluarkan
retensi CO2yang terjadi pada gagal napas kronik.
3.1.5.2 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan rutin:1a. Faal paru
Spirometri (VEP1, VEP1 prediksi, KVP, VEP1/KVP)
- Obstruksi ditentukan oleh nilai VEP1 prediksi ( % ) dan atau VEP1/KVP (%).Obstruksi : % VEP1(VEP1/VEP1 pred) < 80% VEP1% (VEP1/KVP) < 75 %
- VEP1 merupakan parameter yang paling umum dipakai untuk menilai beratnyaPPOK dan memantau perjalanan penyakit.
- Apabila spirometri tidak tersedia atau tidak mungkin dilakukan, APE meterwalaupun kurang tepat, dapat dipakai sebagai alternatif dengan memantau
variabiliti harian pagi dan sore, tidak lebih dari 20%
b. Uji bronkodilator
- Dilakukan dengan menggunakan spirometri, bila tidak ada gunakan APE meter.
- Setelah pemberian bronkodilator inhalasi sebanyak 8 hisapan, 15 - 20 menit
kemudian dilihat perubahan nilai VEP1 atau APE, perubahan VEP1 atau APE 20 % dan minimal 250 ml. Pada PPOK umumnya tidak
terdapat kenaikan faal paru setelah pemberian kortikosteroid.
e. Analisis gas darah
Terutama untuk menilai :
- Gagal napas kronik stabil
- Gagal napas akut pada gagal napas kronik
f. Radiologi
7/13/2019 Ppok Print 2
18/24
18
- CT - Scan resolusi tinggi
Mendeteksi emfisema dini dan menilai jenis serta derajat emfisema atau bula yang
tidak terdeteksi oleh foto toraks polos.
- Scan ventilasi perfusi
Mengetahui fungsi respirasi paru
g. Elektrokardiografi
Mengetahui komplikasi pada jantung yang ditandai oleh Pulmonal dan hipertrofi
ventrikel kanan.
h. Ekokardiografi
Menilai fungsi jantung kanan
i. Bakteriologi
Pemerikasaan bakteriologi sputum pewarnaan Gram dan kultur resistensi diperlukan
untuk mengetahui pola kuman dan untuk memilih antibiotik yang tepat. Infeksi
saluran napas berulang merupakan penyebab utama eksaserbasi akut pada penderita
PPOK di Indonesia.
j. Kadar alfa-1 antitripsin
Kadar antitripsin alfa-1 rendah pada emfisema herediter (emfisema pada usia muda),
defisiensi antitripsin alfa-1 jarang ditemukan di Indonesia.
7/13/2019 Ppok Print 2
19/24
19
3.1.6 Tabel Klasifikasi PPOK2
Derajat Faal paru
Derajat I: PPOK Ringan -VEP1/KVP < 70%
-VEP1 80% prediksi
Derajat II: PPOK Sedang -VEP1/KVP < 70%
-50 < VEP1< 80% prediksi
Derajat III: PPOK Berat - VEP1/KVP < 70%
-30 < VEP1< 50% prediksi
Derajat IV: PPOK Sangat
Berat
- VEP1/KVP < 70%
- VEP1
7/13/2019 Ppok Print 2
20/24
20
4. Ventilasi mekanik5. Nutrisi6. Rehabilitasi
a. EdukasiInti dari edukasi adalah menyesuaikan keterbatasan aktivitas dan mencegah kecepatan
perburukan fungsi paru. Secara umum bahan edukasi yang harus diberikan adalah :
Pengetahuan dasar tentang PPOKObat-obatan, manfaat dan efek sampingnyaCara pencegahan perburukan penyakitMenghindari pencetus (merokok)Penyesuaian aktifitas
Edukasi merupakan hal penting dalam pengelolaan jangka panjang pada PPOK stabil,
karena PPOK merupakan penyakit kronik progresif yang ireversibel.
Edukasi berdasarkan derajat penyakit:
Ringan
Penyebab dan pola penyakit PPOK yang ireversibel Mencegah penyakit menjadi berat dengan menghindari pencetus, antara lain berhenti
merokok
Segera berobat bila timbul gejala
Sedang
Menggunakan obat dengan tepat Mengenal dan mengatasi eksaserbasi dini Program latihan fisik dan pernapasan
Berat Informasi tentang komplikasi yang dapat terjadi Penyesuaian aktiviti dengan keterbatasan Penggunaan oksigen di rumah
7/13/2019 Ppok Print 2
21/24
21
b. Obat-obatana. Bronkodilator
Diberikan secara tunggal atau kombinasi dari ketiga jenis bronkodilator dan disesuaikan
dengan klasifikasi berat derajat penyakit. Pemilihan bentuk obat diutamakan inhalasi (dihisap
melalui saluran nafas), nebuliser tidak dianjurkan pada penggunaan jangka panjang. Pada
derajat berat diutamakan pemberian obat lepas lambat (slow release) atau obat berefek
panjang (long acting). Macam-macam bronkodilator adalah : golongan antikolinergik,
golongan agonis beta-2, kombinasi antikolinergik dan beta-2 dan golongan xantin.
b. Anti inflamasiDigunakan apabila terjadi eksaserbasi akut dalam bentuk oral (diminum) atau injeksi
intravena (ke dalam pembuluh darah). Ini berfungsi untuk menekan inflamasi yang terjadi.
Dipilih golongan metilpradnisolon atau prednison.
c. AntibiotikaHanya diberikan bila terdapat infeksi. Antibiotik yang digunakan untuk lini pertama adalah
amoksisilin dan makrolid. Dan untuk lini kedua diberikan amoksisilin dikombinasikan
dengan asam klavulanat, sefalosporin, kuinolon dan makrolid baru.
d. AntioksidanDapat mengurangi eksaserbasi dan memperbaiki kualitas hidup. Digunakan N-asetilsistein,
dan dapat diberikan pada PPOK dengan eksaserbasi yang sering, tidak dianjurkan sebagai
pemberian yang rutin.
e. Mukolitik (pengencer dahak)Hanya diberikan terutama pada eksaserbasi akut, karena akan mempercepat perbaikan
eksaserbasi, terutama pada bronkitis kronik dengan sputum yang kental. Tetapi obat ini tidak
dianjurkan untuk pemakaian jangka panjang.
f. AntitusifDiberikan dengan hati-hati.
c. Terapi oksigenPada PPOK terjadi hipoksemia progresif dan berkepanjangan yang mengakibatkan
kerusakan sel dan jaringan. Pemberian terapi oksigen merupakan hal yang sangat penting untuk
7/13/2019 Ppok Print 2
22/24
22
mempertahankan oksigenasi dalam sel dan mencegah kerusakan sel baik di otot maupun organ-
organ lainnya.
d. Ventilasi mekanikVentilasi mekanik pada PPOK digunakan pada eksaserbasi dengan gagal napas akut, atau
pada penderita PPOK derajat berat dengan gagal napas kronik. Ventilasi dapat dilakukan dengan
dua cara, yaitu dengan intubasi atau tanpa intubasi.
e. NutrisiMalnutrisi pada pasien PPOK sering terjadi, disebabkan karena bertambahnya kebutuhan
energi akibat kerja muskulus respiratorik yang meningkat karena hipoksemia kronik dan
hiperaapni menyebabkan terjadinya hipermetabolisme.
f. RehabilitasiRehabilitasi PPOK bertujuan untuk meningkatkan toleransi latihan dan memperbaiki
kualitas hidup penderita dengan PPOK. Program ini dapat dilaksanakan baik di luar maupun di
dalam Rumah Sakit oleh suatu tim Program rehabilitasi ini terdiri dari latihan fisik, psikososial
dan latihan pernapasan.
Prinsip Penatalaksanaan PPOK pada eksaserbasi akut adalah mengatasi segera
eksaserbasi yang terjadi dan mencegah terjadinya gagal napas. Beberapa hal yang harus
diperhatikan meliputi:
1. Diagnosis beratnya eksaserbasi2. Terapi oksigen adekuat
Tujuan terapi oksigen adalah untuk memperbaiki hipoksemi dan mencegah keadaan yang
mengancam jiwa. Sebaiknya dipertahankan PaO2> 60 mmHg atau Sat O2> 90%, evaluasi
ketat hiperkapnoe. Bila terapi oksigen tidak dapat mencapai kondisi oksigen adekuat,
harus gunakan ventilasi mekanik, bila tidak berhasil gunakan intubasi.
3. Pemberian obat-obatan yang adekuat Antibiotik Bronkodilator Kortikosteroid
7/13/2019 Ppok Print 2
23/24
23
4. Tidak terlalu diberikan tergantung derajat eksaserbasi. Pada eksaserbasi derajat sedangdiberikan prednison 30 mg/hari selama 1-2 minggu, pada derajat berat diberikan
intravena. Pemerian lebih dari 2 minggu tidak memberikan hasil yang lebih baik, tetapi
banyak menimbulkan efek samping.
5. Nutrisi adekuat untuk mencegah starvation yang disebabkan hipoksemia berkepanjangan,dan menghindari kelelahan otot bantu napas.
6. Ventilasi mekanik7. Kondisi lain yang berkaitan
Monitor balans cairan elektrolit Pengeluaran sputum Gagal jantung aritmia. Evaluasi ketat progresivitas penyakit
7/13/2019 Ppok Print 2
24/24
24
DAFTAR PUSTAKA
1. Ahmad, Rasyid. Etiopatogenesis Penyakit Paru Ostruktif Kronik dalam Work-Shop Pulmonology. 2002. Palembang: Sub bagian Pulmonologi Bagian Ilmu
Penyakit Dalam
2. Barnes, Peter J. 2006. Theophylline for COPD. Group.bmj.com 3. Hedge, BM et all. Chronic Ostructive Pulmonary Disease. Kuwait Medical
Journal. 2011. 43: 3 [diakses pada tanggal 18 mei 2014, tersedia
di:http://www.kma.org.kw/KMJ/journals/Full%20Isslue%20September%202011.
4. Lusuardi M., Lucioni C., De Benedetto F., Mazzi S., Sanguninetti C. M., DonnerC. F.GOLD severity stratification and risk of hospitalisation for COPD
exacerbations. Monaldi archives for chest disease 2008, vol. 69, no 4, pp. 164-
169.http://cat.inist.fr/?aModele=afficheN&cpsidt=21207919
5. Mosenifar, Z. dkk. 2014. Chronic Obstructive Pulmonary Disease. (Online).http://emedicine.medscape.com/article/297664-overview#aw2aab6b2b7aa.
Diakses tanggal 18 mei 2014.
6. PDPI. PPOK pedoman diagnosis dan penatalaksanaan di indonesa 2003. jakarta7. Wibisono, M. J. dkk, Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru 2010. Departemen Ilmu
Penyakit Paru FK UnairRSUD Dr. Soetomo. Hal. 37-53. 2010.
8. WHO. Chronic Ostructive Pulmonary Disease (COPD). 2012. [diakses padatanggal 18 mei 2014, tersedia di:http://www.who.int/respiratory/copd/en/
http://www.kma.org.kw/KMJ/journals/Full%20Isslue%20September%202011.pdfhttp://www.kma.org.kw/KMJ/journals/Full%20Isslue%20September%202011.pdfhttp://cat.inist.fr/?aModele=afficheN&cpsidt=21207919http://cat.inist.fr/?aModele=afficheN&cpsidt=21207919http://emedicine.medscape.com/article/297664-overview#aw2aab6b2b7aahttp://www.who.int/respiratory/copd/en/http://www.who.int/respiratory/copd/en/http://emedicine.medscape.com/article/297664-overview#aw2aab6b2b7aahttp://cat.inist.fr/?aModele=afficheN&cpsidt=21207919http://www.kma.org.kw/KMJ/journals/Full%20Isslue%20September%202011.pdfhttp://www.kma.org.kw/KMJ/journals/Full%20Isslue%20September%202011.pdf