Upload
devipuspa
View
58
Download
5
Embed Size (px)
Citation preview
REFERAT
Bronchogenic cyst
Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Dalam Menjalani Kepaniteraan Klinik SeniorPada Bagian / SMF Ilmu Bedah Program Studi Pendidikan Dokter Universitas
Malikussaleh RSU Cut Meutia Aceh Utara
oleh :Nanda Raihan Safitri, S. Ked
Nim. 080610030
Pembimbing:1. dr. M. Tambah Thaibsyah, Sp.B2. dr. Mufrijal, Sp.B3. dr. Syafruddin, Sp.B
BAGIAN/ SMF ILMU PENYAKIT DALAMPROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
RUMAH SAKIT UMUM CUT MEUTIA ACEH UTARA
2014
BAB I
PENDAHULUAN
Kista Bronkogenik merupakan kista yang mempunyai dinding cukup tipis, yang
terdiri dari jaringan ikat, jaringan otot dan kadang-kadang tulang rawan. Kista ini dilapisi
epitel rambut getar atau planoselular dan terisi lendir putih susu atau jernih. Kista bronkus
terletak menempel pada trakea atau bronkus utama, kebanyakan dorsal dan selalu dekat
dengan bifurkatio. Kista ini dapat tetap asimptomatik tetapi dapat juga menimbulkan keluhan
karena kompresi trakea, bronki utama atau esophagus. Kecuali itu terdapat bahaya infeksi dan
perforasi sehingga kalau ditemukan diperlukan pengangkatan dengan pembedahan. Gejala
dari kista ini adalah batuk, sesak napas s/d sianosis.
BAB II
ISIDefinisi
Kista bronkogenik adalah lesi kongenital diduga hasil dari tunas abnormal foregut
ventral yang terjadi antara 26 dan 40 hari kehamilan . Merupakan tunas yang abnormal
kemudian berdiferensiasi menjadi kantong berisi cairan.
Epidemiologi
Kebanyakan kista terletak di mediastinum, dekat carina trakea. Dalam data yang ada,
58 (85%) dari 68 kista mediastinum di lokasi, dan 46 (79%) dari 58 kista mediastinum
berada di tengah mediastinum. Kurang umum, kista dapat terjadi dalam parenkim paru,
pleura, atau diafragma (10 [15%] dari 68 kista).
Anatomi Saluran Pernafasan Bawah
a) Trakhea
Trakhea merupakan perpanjangan dari laring pada ketinggian tulang vertebra torakal ke-7
yang bercabang menjadi 2 bronkhus. Ujung cabang trachea disebut carina. Trachea bersifat
sangat fleksibel, berotot, dan memiliki panjang 12 cm dengan cicin kartilago berbentuk huruf
C. pada cincin tersebut terdapat epitel bersilia tegak (pseudostratified ciliated columnar
epithelium) yang mengandung banyak sel goblet yang mensekresikan lendir (mucus) (Irman
Soemantri, 2008: 7).
b. Bronkus
Terdapat beberapa divisi bronkus di dalam setiap lobus paru. Pertama adalah bronkus lobaris
(tiga pada paru kanan dan dua pada paru kiri).
Bronkus lobaris dibagi menjadi bronkus segmental (10 pada paru kanan dan 8 pada paru kiri),
yang merupakan struktur yang dicari ketika memilih posisi drainase postural yang paling
efektif untuk klien tertentu. Bronkus segmental kemudian dibagi lagi menjadi bronkus
subsegmental. Bronkus ini dikelilingi oleh jaringan ikat yang memiliki arteri, limpatik dan
saraf.
Bronkus segmental kemudian akan membentuk percabangan menjadi bronkhiolus, yang tidak
mempunyai kartilago didalam dindingnya. Patensi elastik otot polos sekelilingnya dan pada
tekanan alveolar. Bronkhiolus mengandung kelenjar sub mukosa, yang memproduksi lendir
yang membentuk selimut tidak terputus untuk laposan bagian dalam jalan nafas. Bronkus dan
bronkhiolus juga dilapisi oleh sel-sel yang permukaanya dilapisi oleh rambut pendek yang
disebut sillia. Silia ini menciptakan gerakan menyapu yang konstan yang berfungsi untuk
mengeluarkan lendir dan benda asing menjauhi paru menuju laring.
c. Bronkhiolus
Bronkhiolus membentuk percabangan menjadi brokiolus terminalis, yang tidak mempunyai
kelenjar lendir dan silia. Bronkhiolus terminalis ini kemudian menjadi bronkhiolus
respiratori, yang dianggap menjadi saluran transisional antara jalan udara konduksi dan jalan
udara pertukaran gas. Sampai titik ini, jalan udara konduksi mengandung sekitar 150 ml
udara dalam percabangan trakeobronkial yang tidak ikut serta dalam pertukaran gas. Ini di
kenal sebagai ruang rugi fisiologik. Bronkhiolus respiratori kemudian mengarah ke dalam
duktus alveolar dan sakus alveolar kemudian alveoli. Pertukaran oksigen dan karbon dioksida
terjadi dalam alveoli.
d. Alveolus
Paru terbentuk oleh sekitar 300 juta alveoli, yang tersusun dalam klaster antara 15-20 alveoli.
Begitu banyaknya alveoli ini sehingga jika mereka bersatu untuk membentuk satu lembar,
akan menutup area 70 meter persegi.
Terdapat tiga jenis sel-sel alveolar. Sel-sel alveolar tipe II, sel-sel yang aktif secara
metabolik, mensekresi surfaktan, suatu fosfolid yang melapisi permukaan dalam dan
mencegah alveolar agar tidak kolaps. Sel alveoli tipe III adalah makrofag yang merupakan
sel-sel Fagositis yang besar yang memakan benda asing (lendir, bakteri dan bekerja sebagai
mekanisme pertahanan yang penting).
Persarafan bronkus
Persarafan para simpatis disalurkan ke otot polos bronkus melalui saraf vagus dan
menyebabkn kontraksi atau penyempitan jalan nafas,sehingga terjadi peningkatan resistensi
dan pengurangan aliran udara.
Persarafan simpatis oto polos bronkus terjadi melalui serat-serat saraf dari ganglion
servikalis dan torakalis bagian atas dan menyebabkanrelaksasi atau dilatsi bronkus.Hal ini
menurunkan resistensi dan meningkatkn aliran udara.
Kontrol saraf atas respirasi
Ventilasi dikontrol oleh pusat pernapasan dibatang otak bagian bawah didaerah
medula dan pons.Dimedula,terdapat neuron-neuron inspirasi dan ekspirasi yang melepaskan
muatan pada waktu-waktu yang berbeda dalam suatu pola kecepatan dan irama yang telah
ditentukan sebelumnya.Neuron-neuron respirasi menjalankan respirasi dengan merangsang
neuron-neuron motorik yang mempersarafi diafragma dan otot-otot antar iga.
Neuron motorik yang menjalankan respirasi
Neuron motorik utama yang mengontrol otot pernapasan adalah saraf
frenikus.Apabila diaktifkan oleh neuron-neuron inspirasi pusat,maka saraf frenikus
menyebabkan dada mengembang dan udara mulai mengalir dari atmosfir ke dalam paru.Hal
ini disebut inspirasi.Seiring dengan berlanjutnya inspirasi,maka pelepasan muatan neuron-
neuon inspirasi sentral melambat dan pelepasan muatan neuron-neuron ekpirasi
melambat,sehingga aktivitas neuron motorik berhenti dan terjadi relaksasi diafragma dan otot
antar iga.Dada kembali mengempis dan udara mengalir keluar paru.Aliran udara keluar dari
paru adalah ekspirasi.
Kemoreseptor sentral
Kemoreseptor sentral di otak berespons terhadap perubahan-perubahan konsentrasi
ion hidrogen didalam cairan cerebrospinalis.Peningkatan konsentrasi ion hidrogen
meningkatkan kecepatan pelepasan muatan kemoreseptor.Sebaliknya,penurunan konsentrasi
ion hidrogen menurunkan kecepatan pelepasan muatan kemoreseptor.Informasi dari
kemoreseptor sentral disalurkan kepusat pernapasan diotak yang,sebagai
responya,meningkatkan atau menurunkan kecepatan pernapasan.Konsentrasi ion hidrogen
biasanya mencerminkan konsentrasi karbon dioksida.Dengan demikian,sewaktu kadar karbon
dioksida meningkat,kadar ion hidrogen meningkat,dan kecepatan pelepasan muatan neuron-
neuron inspirasi berkurang.
Kemoreseptor perifer
Kemoreseptor perifer terdapat diarteri karotis dan aorta dan memantau konsentrasi
oksigen didalam darah arteri.Reseptor-reseptor ini,yang disebut badankarotis dan
aorta,mengirim impuls mereka kepusat pernapasan dimedula dan pons terutama untuk
meningkatkan kecepatanventilasi sewaktu kadar oksigen rendah.Kemoreseptor ini kurang
sensitiv daripada kemoreseptor sentral.
Etiologi
Penyebab masih belum diketahui secara jelas. Namun ada factor-faktor pendukung
yang menyebabkan munculnya cysta bronkogenik antara lain sebagai berikut :
Kongenital
Akibat benturan pada daerah thorak
Pengosumsian bahan-bahan kimia yang memicu terbentuknya kanker (kista
dapat didefinisikan sebagai awal mula terbentuknya kanker), missal : asbes,
nikotin dll
Infeksi dari penyakit lain terutama pada system pernafasan.
Patofisiologi
Kista foregut terbentuk karena lepasnya foregut primitif yang terjadi secara abnormal.
Bentuk paling sering ditemukan adalah kista bronkial dengan dinding epitelium tipe bronkial
yang terdapat dalam mediastinum atau hilum. Kista bronkogenik biasa nya terjadi secara
insidental dapat ditemukan sebagai sebuah lesi massa atau baru terlihat setelah terjadi infeksi
atau ruptur. Kista ini berisi cairan yang dibungkus oleh epitel bronkial. Jika terjadi infeksi,
kista ini akan menimbulkan rasa nyeri. Jika terjadi ruptur , akan tampak air fluid level pada
kista.
Bronchogenic kista muncul sebagai massa bulat atau oval dengan garis halus dan
biasanya unilocular dan noncalcified. Pada bayi dan anak-anak kecil, kista ini dapat
mengancam kehidupan ketika mereka menekan struktur vital. Pada bayi, presentasi awal
mungkin gangguan pernapasan. Lebih dari setengah pasien asimtomatik.
Manifestasi Klinis
Kista bronkogenik tidak menunjukkan gejala dan temuan insidental pada radiografi,
kebanyakan gejala dan komplikasi lebih sering terjadi pada pasien asimtomatik. Yang paling
sering adalah gejala batuk, demam, sakit, dan dyspnea. Kompresi Tracheobronchial dan
infeksi paru dapat terjadi pada anak-anak karena tracheobronchial pohon relatif lunak.
Gejala yang sering timbul:
Infant : sesak nafas atau disfagia
Anak anak : sakit pada dada dan disfagia
Symptoms paling sering timbul jika lesi di mediastinum.
Gejala lain:
Anak yang lebih muda lebih sering menimbulkan gejala.
Kista lebih sering didapati insidental pada anak yang lebih tua.
Imaging findings
Gambaran secara umum :
Petunjuk terbaik diagnosa : ditemukan massa di daerah paratrakeal atau subkarinal
dimana homegen meningkatkan sinyal pada T2- tertimbang.
Lokasi :
Kemungkinan terdapat di mediastinal atau parurenkim paru.
Lebih sering terdapat pada mediastinal :
o Mediastinal 65-90%
o Mayoritas di tengah mediastinum
o Khasnya pada paratrakeal, carinal, atau hiller
o Paling sering pada carinal.
Paru paru :
o Frekuensi lebih sering di lobus bagian bawah
o Insiden nya sama dikedua paru
Jarang kejadiannya pada tymus, diaphragma, leher, perikardium, dan
retroperitoneal.
Ukuran : beragam
Biasa ditemukan ovoid atau sekitar massa dikelilingi oleh garis halus.
Hampir selalu soliter
Jarang sekali multilokular
Khas tidak berhubungan dengan jalan udara dan tidak mengandung udara.
Terdapatnya suatu udara merupakan suatu indikasi adanya infeksi.
Lesi parenkimal lebih sering berhubungan dengan jalan napas dibandingkan
dengan lesi di mediatinal.
Kemungkinan memiliki effek massa pada esophagus sehingga menekan jalan nafas.
Bendungan udara (hiperinflasi)
Kolaps paru
Dysphagia dan vomitus
Radiographic findings :
Non specifik
Membatasi massa dengan garis tipis.
Densitas jaringan lunak.
Khasnya terdapat pada mediastinum atau ditengah paru.
Terkandang membutuhkan pemeriksaan CT atau MRI untuk pemeriksaan lebih
lanjut.
Fluoroscopic findings :
Kemungkinan insidensi terjadi pada Gasterointestinal bagian atas, khususnya jika
lesi menimbulkan gejala seperti dysphagia atau vomitus
Dapat menekan esophagus.
CT findings :
NECT
o Lesi berbatas homogen
o Macam kandungan kista : air hingga komponen protein
CECT
o Biasa ditemukan, sering kali nonenhancing atau minimal enhancing dinding
tipis.
o Lebih menonjol dinding enhancement dan penebalan dinding biasa terjadi
dengan infeksi.
o Tidak terdapat central enhancement
MR findings :
TIWI
o Intensitas sinyal homogen kecuali terdapat infeksi
o Sinyal untuk material protein terkadang digantikan oleh material air.
o Dinding tidak terlihat
o Baik untuk melihat lesi perpotongan.
T2W1
o Sinyal yang diberikan hampir sama atau lebih sedikit dibandingkan dengan
cerebrospinal fluid (CSF)
STIR
o peningkatan sinyal yang nyata, sama atau lebih dari CSF
T1 C+
o Biasa memiliki dinding yang tipis atau sedang enhancement
o Oenebalan dinding enhancing secara tidak langsung menegaskan adanya
infeksi.
o Tidak terdapat central enhancement.
Ultrasonographic Findings :
o Grayscale ultrasound :
Bertambah cepat terdiagnosa pada foto pre natal
Insiden ditemukan pada echocardiography.
Kista bronkogenik retroperitoneal lebih sering ditemukan dengan
ultrasonographic dibandingkan dengan kista intrathoracic jenis lain.
o Color doppler : tidak ada hubungan abnormal
o M-mode : potongan yang baik untuk melihat lesi hipoekoik atau anekoik
dengan posterior acoustic enhancement.
CT Scan : Kista muncul sebagai lesi dengan batas-batas halus dan dinding tipis dan
mungkin berisi sekret, nanah, atau darah. Untuk menunjukan ukuran dan posisi Bronchogenic
Cys. Esophagography: barium A menelan membantu untuk menentukan massa dan efeknya
pada struktur berdekatan.
Mengingat bahwa 25 lesi berisi cairan jelas pada CT scan (menurut pengukuran
redaman internal) dan bahwa dua lesi lain yang terkandung kalsium tingkat cairan,diagnosis
kista bronkogenik bisa dilakukan dengan CT di hampir dua pertiga kasus (38 [66%] dari 58
kasus). Namun, sisa 20 lesi tidak dapat didiagnosis sebagai kista dengan CT, baik karena
heterogenitas internal, nomor atenuasi tinggi, artefak beruntun, kurangnya peningkatan
mural, atau lokasi atipikal.
Dihampir semua institusi CT merupakan teknik standart imaging untuk kista
bronkogenik. Gambaran kista bronkogenik pada MRI dapat diuraikan. Intensitas sinyal air
akan sama dengan hasil rendah T1 dan tinggi T2. Kista bronkogenik dapat berisikan darah,
kolesterol, atau material tinggi protein akan menggambarkan sinyal dengan intensitas tinggi
pada kedua T1 dan T2 pengaruhnya sebanding.
Dalam kasus-kasus sulit, MRI pencitraan, dengan menunjukkan intensitas sinyal
nyata meningkat dalam lesi pada gambar T2-tertimbang, dapat berguna untuk menunjukkan
sifat sejati kistik lesi. Dengan demikian, bahwa fitur imaging berikut mungkin berguna untuk
membedakan non-air-kista bronkogenik pelemahan dari massa yang solid :
Pertama, kehadiran yang jelas, dinding tipis, halus menunjukkan bahwa lesi kista. Delineasi
dinding difasilitasi oleh pemberian intravena bahan kontras iodinasi atau berbasis
gadolinium. Sebuah dinding tebal atau tidak teratur bukan merupakan fitur khas
dari kista bronkogenik dan menyarankan neoplasma nekrotik atau limfadenopati.
Kedua, kista bronkogenik dengan angka CT atenuasi tinggi biasanya atenuasi homogen dan
memiliki isi kista yang tidak meningkatkan administrasi berikut bahan kontras.
Ketiga, pencitraan MR dapat sangat berguna untuk membedakan kista tinggi pelemahan pada
CT scan dari massa jaringan lunak. Kista tersebut biasanya isointense atau
hyperintense untuk CSF. Sebuah lesi yang hypointense untuk CSF (cerebral spinal
fluid) pada gambar T2-tertimbang harus dipandang dengan hati-hati.
Perawatan yang tepat dari pasien dengan kista bronkogenik tergantung pada usia
pasien dan gejala pada presentasi.
Kebanyakan kista bronkogenik dapat sensitif didiagnosis dengan menggunakan CT
nonenhanced, namun pemberian materi kontras pada CT atau penambahan pencitraan MRI
dapat berguna untuk membedakan jaringan lunak bermasalah-pelemahan kista dari neoplasia
mediastinum.
(a) Chest radiograph showing bronchogenic cyst in the region of the right hilum.
(b) CT confirms the cystic nature of the cyst and shows it compressing the carina and right main bronchus (arrow).
Figures 1 and 2.CT Scan of the chest demonstrating a hypodense mass in the medial portion
of the LEFT posterior chest.
KESIMPULAN: CT kista bronkogenik biasanya menunjukkan massa mediastinum tajam
marginated atenuasi jaringan lunak atau air. Kebanyakan muncul kistik. Sebuah minoritas
tampil solid dan dapat bingung dengan lesi lainnya; MR pencitraan dapat berguna untuk
menjelaskan sifat lesi kistik.
kista bronkogenik pada wanita 21 tahun asimptomatik. Dengan contrast-enhanced CT scan
bagian dada (dengan menggunakan setingan mediastnal window) menunjukan kista yang
dibatasi oleh cairan di tengah mediastinum. Perhatikan pada dinding, meningkatkan medially
wall (panah hitam) dan peripheral punctate calcification (panah putih)
kista bronkogenik pada pria 40 tahun asimptomatik. (a) Dengan transverse contrast-
enhanced CT scan bagian dada (dengan menggunakan setingan mediastnal window)
menunjukkan lesion jaringan lunak yang homogeneous (M) tanpa penambahan mural di
bagian subcarinal. Perhatikan perhatikan efek massa di kanan pembuluh inferiror pulmonary
dan atrium kiri (2 panah hitam). Lesion ini tidak bisa secara yakin dibedakan dari neoplasma
padat pada ct scan. (b) Transverse T1-weighted MR image (1.3 T; repetition time msec/echo
time msec, 500/25) menunjukkan lesion yang menuju heterogenous (M) dari peningkatan
intesitas sinyal dibandingkan dengan CSF (cerebral spinal fluid). (c) Transverse T2-weighted
MR image (1.3 T, 2,000/80) menunjukka lesion (m) menunjukkan intensitas sinyal yang
sama dengan CSF, maka dari itu di ambil kesimpulan itu merupakan sebuah kista.
kista bronkogenik pada pria 55 tahun dysphagia. (a) Dengan transverse contrast-enhanced
CT scan bagian dada (dengan menggunakan setingan mediastnal window) menunjukkan
sebuah massa di tengah mediastinal, dengan atenuasi cairan. Perhatikan material yang ber
atenuasi tinggi (yang di tunjukan kedua tanda panah hitam) mempunyai kemiripan dengan
susu calcium dan efek massa di materi pengisi esophagus (panah putih)
CT attenuation Characteristic of bronchogenic cysts
MRI Findings
Dalam T1-weighted MR images (banyak kasus 23), 12 kista terlihat sedikit
hyperintense (berwarna terang) dari pada otot2 di tulang. Enam kista terlihat isointense
(berwarna sama) terhadap otot2 di tulang, dan 5 kista terlihat isointense terhadap CSF.
Dengan T2-weighted MR images (jumlah kasus= 18), 11 kista isointense terhadap
CSF. 6 kista hyperintense terhadap CSF. Dan 1 hypointense (berwarna gelap terhadap CSF).
Bagian dalam kistanya tidak dapat terlihat, tetapi dinding kistanya terlihat lebih jelas
sehingga membantu penggambaran lebih baik untuk dinding kista yang tipis.
Kista bronkogenik pada anak 3 taun dengan batuk. (a)Coronal T1-weighted MR
image (600/14) menunjukkan heterogeneous yang berbentuk sempurna (tanda panah) di
sebelah kiri posterior mediastinum. Intensistas sinyalnya sama dengan CSF. (b) Coronal T1-
weighted MR image (750/11) mengikuti pentunjuk dari IV gadolinium untuk material
pemberi contrast di dapatkan mural yang lebih jelas (di tunjuk dengan tanda panah). (c)
Transverse T2-weighted MR image (2,300/80) menunjukkan bagian dalam kista meningkat
intesitas sinyalnya, mendekati CSF. Perhatikan thymus yang normal (t) di bagian depan
(anterior) mediastinum.
Imaging recomendations :
1. Best imaging tool
o MR dengan T2 – tertimbang dan STIR menunjukan sinyal homogen tinggi atau lebih
tinggi dari CSF.
o T1 – tertimbang enhanced dengan contras menunjukan tidak ada atau minimal
dinding enhancement tanpa central enhancement.
2. Protocol advice
o Direncanakan T2 atau STIR untuk melihat hubungan anatomik dan peningkatan
sinyal homogen.
o Post contras lemak memaksa T1 untuk menunjukan tidak ada atau tipis dari
enhancement tanpa central enhancement.
Diagnosa banding
1. Neuroblastoma
Biasanya gambaran lebih solid dalam gambaran cross sectional.
Kemungkinan terdapat kalsifikasi
Kemungkinan terdapat scalloping pada tulang iga atau vertebra.
2. Lymphadenopathy
Membedakan dari radiograph thorax sulit dilakukan kecuali jika group multipel
nodul membesar.
Biasanya multilobular
Necrotik nodes :
o Biasanya terdapat hubungan dengan penemuan infeksi pada paru
(histoplasmosis atau tuberkulosa)
o Lingkaran tebal dari enhancement
o Biasanya terdapat pembesaran dekat dengan nodus tetapi bukan nekrotik.
3. Infected CCMA (congenital cystic adenomatoid malformation)
Biasanya sering kali tidak unilokular seperti pada kista bronkogenik.
Sebagian besar berisi udara (segera setelah lahir) tidak seperti pada kista
bronkogenik.
Bisa berisikan cairan jika terjadi infeksi (air-fluid level) atau jika pengambilan
foto segera setelah lahir (kemungkinan lengkap fluid-filled)
4. Round pneumonia
Pada kistabronkogenik kemungkinan terdapat efek massa (airway) sedangkang
pada round pneumonia tidak.
Follow up radiolographs menunjukan resolution dari round pneumonia
Pasien biasanya mengeluh demam dan batuk.
5. Malformasi vaskuler
Cenderung untuk lebih multilokuler
Invaginasi sekitar struktur dari pada mengganti dengan efek massa.
Biasanya mengandung phleboliths jika pada komponen vena.
Kemungkinan besar untuk sampai ke leher.
6. Primary pulmonary malignancies
Pleuropulmonary blastoma
o Jarang
o Komponen solid pada CT dan MRI
o Gambaran heterogen pada CECT dan MR
o Basal pleura dan sering kali perifer posisi.
o Pleura effusion umum pada pulmonary blastoma.
7. pulmonary sequestration
Massa lebih heterogen dari kista bronkogenik
Lebih menunjukan kelainan
Sering kali tampak peningkatan supply pembuluh darah dari aorta descending.
Penatalaksanaan
Pada bayi yang baru lahir dengan kista bronchogenic asimtomatik, intervensi bedah
dianjurkan pada usia 3-6 bulan, yang memungkinkan untuk pertumbuhan paru-paru
kompensasi.
Reseksi Thoracoscopic memiliki keunggulan utama yang termasuk rasa sakit kurang,
cosmetik lebih baik, dan penurunan risiko peleburan tulang rusuk.
Konsultasi pra operasi anestesi dianjurkan, terutama pada bayi, karena perhatian
dengan kompromi jalan napas dan pemantauan.
Morbiditas meningkat ketika lesi nya simptomatik.
PERALATAN KHUSUS UNTUK PEMBEDAHAN TORAKS
1. Unit bedah plastik
2. Alat bantu pemberian posisi
a. bantal, kantong pasir, bantalan siku, tumit, dan kepala
b. Alat "bean bag" yang digunakan untuk menopang pasien pada posisi lateral. udara
disedot dari alat tersebut dan bentuk kantong akan sesuai dengan bentuk pasien
sehingga diperoleh topangan yang mantap.
c. Handuk
3. Selang pengisap
a. Satu untuk lapangan operasi
b. satu untuk alat bantu pemberia posisi "bean bag"
d. Satu untuk anestesi
4. Probe suhu dan kontak kontrol
5. Lampu kepala dan sumber listrik
6. Klem Babcock
7. Stik spons dengan lipatan kasa 4 x 4
8. Spons disekans ("pills", "peanuts")
9. Klip vaskular (ukuran bermacam-macam)
10. Perangkat stapling (Gambar 14-16)
a. Vaskular (Gambar 14-16 A)
b. Bronkus (Gambar 14-16 B)
c. Jaringan (Gambar 14-16 C)
11. Klem vaskular (untuk manajemen pendarahan yang tidak disengaja dari pembuluh besar,
misal arteri atau vena pulmonalis)
12. Pita umbilikus atau kait pembuluh
13. Pemegang pisau panjang
14. Sambungan untuk ujung kauter
15. Cairan irigasi hangat
16.Benang (dengan panjang yang adekuat) sesuai dengan keinginan dokter
17. Selang dada, konektor, dan set drainase
18. Pita adhesif 2 untuk pemberian posisi
Komplikasi
Efek massa
o Kompresi pada saluran pencernaan bisa menyebabkan disfagia.
o Kompresi jalan nafas, terutama jika kista hanya di bawah carina, dapat mengakibatkan
gangguan pernapasan yang mengancam jiwa.
o Kompresi jantung dan pembuluh darah besar dapat menyebabkan disritmia dan
penyumbatan v. kava.
komplikasi lain: Infeksi, pecah, perdarahan, dan kompresi yang umum. Sebuah risiko
degenerasi ganas juga memungkinkan.
Daftar pustaka
1. Lynda Juall, 2003, Buku Saku Diagnosa Keperawatan, EGC, Jakarta.
2. Arif Mansjoer. Dkk (2001)., Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta, Media Aes CV Laprus FKUI.
3. Judith M. Wilkinson, 2007, buku saku diagnose Keperawatan. Edisi 7. EGC, Jakarta.