14
EMBRIOLOGI DAN ANATOMI TONSIL EMBRIOLOGI TONSIL Tonsila Palatina berasal dari proliferasi sel-sel epitel yang melapisi kantong faringeal kedua. Perluasan ke lateral dari kantong faringeal kedua diserap dan bagian dorsalnya tetap ada dan menjadi epitel tonsilla palatina. Pilar tonsil berasal dari arcus branchial kedua dan ketiga. Kripta tonsillar pertama terbentuk pada usia kehamilan 12 minggu dan kapsul terbentuk pada usia kehamilan 20 minggu. Pada sekitar bulan ketiga, tonsil secara gradual akan diinfiltrasi oleh sel-sel limfatik. Secara histologis tonsil mengandung 3 unsur utama yaitu jaringan ikat atau trabekula (sebagai rangka penunjang pembuluh darah, saraf dan limfa), folikel germinativum (sebagai pusat pembentukan sel limfoid muda) serta jaringan interfolikel (jaringan limfoid dari berbagai stadium). Gambar 1. Gambaran Histologi Tonsil 1

Tugas Embriologi Dan Anatomi Tonsil

Embed Size (px)

DESCRIPTION

menggambarkan keadaan tonsil

Citation preview

Page 1: Tugas Embriologi Dan Anatomi Tonsil

EMBRIOLOGI DAN ANATOMI TONSIL

EMBRIOLOGI TONSIL

Tonsila Palatina berasal dari proliferasi sel-sel epitel yang melapisi kantong faringeal

kedua. Perluasan ke lateral dari kantong faringeal kedua diserap dan bagian dorsalnya tetap

ada dan menjadi epitel tonsilla palatina. Pilar tonsil berasal dari arcus branchial kedua dan

ketiga. Kripta tonsillar pertama terbentuk pada usia kehamilan 12 minggu dan kapsul

terbentuk pada usia kehamilan 20 minggu. Pada sekitar bulan ketiga, tonsil secara gradual

akan diinfiltrasi oleh sel-sel limfatik.

Secara histologis tonsil mengandung 3 unsur utama yaitu jaringan ikat atau trabekula

(sebagai rangka penunjang pembuluh darah, saraf dan limfa), folikel germinativum (sebagai

pusat pembentukan sel limfoid muda) serta jaringan interfolikel (jaringan limfoid dari

berbagai stadium).

Gambar 1. Gambaran Histologi Tonsil

ANATOMI TONSIL

Tonsilla lingualis, tonsilla palatina, tonsilla faringeal dan tonsilla tubaria membentuk

cincin jaringan limfe pada pintu masuk saluran nafas dan saluran pencernaan. Cincin ini

dikenal dengan nama cincin Waldeyer. Kumpulan jaringan ini melindungi anak terhadap

infeksi melalui udara dan makanan. Jaringan limfe pada cincin Waldeyer menjadi hipertrofi

fisiologis pada masa kanak-kanak, adenoid pada umur 3 tahun dan tonsil pada usia 5 tahun,

dan kemudian menjadi atrofi pada masa pubertas.

1

Page 2: Tugas Embriologi Dan Anatomi Tonsil

Tonsil palatina dan adenoid (tonsil faringeal) merupakan bagian terpenting dari

cincin waldeyer.

Gambar 2 : Cincin Waldeyer

Jaringan limfoid lainnya yaitu tonsil lingual, pita lateral faring dan kelenjar-kelenjar

limfoid. Kelenjar ini tersebar dalam fossa Rossenmuler, dibawah mukosa dinding faring

posterior faring dan dekat orificium tuba eustachius (tonsil Gerlach’s).

Tonsilla palatina adalah dua massa jaringan limfoid berbentuk ovoid yang terletak

pada dinding lateral orofaring dalam fossa tonsillaris. Tiap tonsilla ditutupi membran mukosa

dan permukaan medialnya yang bebas menonjol kedalam faring. Permukaannya tampak

berlubang-lubang kecil yang berjalan ke dalam “Cryptae Tonsillares” yang berjumlah 6-20

kripta. Pada bagian atas permukaan medial tonsilla terdapat sebuah celah intratonsil dalam.

Permukaan lateral tonsilla ditutupi selapis jaringan fibrosa yang disebut Capsula tonsilla

palatina, terletak berdekatan dengan tonsilla lingualis.

2

Page 3: Tugas Embriologi Dan Anatomi Tonsil

Gambar 3. Tonsil Palatina

Adapun struktur yang terdapat disekitar tonsilla palatina adalah :

1.      Anterior : arcus palatoglossus

2.      Posterior : arcus palatopharyngeus

3.      Superior : palatum mole

4.      Inferior : 1/3 posterior lidah

5.      Medial : ruang orofaring

6.      Lateral : kapsul dipisahkan oleh m. constrictor pharyngis superior.

A. carotis interna terletak 2,5 cm dibelakang dan lateral tonsilla.

3

Page 4: Tugas Embriologi Dan Anatomi Tonsil

Gambar 4. Anatomi normal Tonsil Palatina

Adenoid atau tonsila faringea adalah jaringan limfoepitelial berbentuk triangular yang

terletak pada aspek posterior. Adenoid berbatasan dengan kavum nasi dan sinus paranasalis

pada bagian anterior, kompleks tuba eustachius- telinga tengah- kavum mastoid pada bagian

lateral.

Terbentuk sejak bulan ketiga hingga ketujuh embriogenesis. Adenoid akan terus

bertumbuh hingga usia kurang lebih 6 tahun, setelah itu akan mengalami regresi. Adenoid

telah menjadi tempat kolonisasi kuman sejak lahir. Ukuran adenoid beragam antara anak

yang satu dengan yang lain. Umumnya ukuran maximum adenoid tercapai pada usia antara 3-

7 tahun. Pembesaran yang terjadi selama usia kanak-kanak muncul sebagai respon multi

antigen seperti virus, bakteri, alergen, makanan dan iritasi lingkungan. 

4

Page 5: Tugas Embriologi Dan Anatomi Tonsil

Gambar 5. Adenoid

Fossa tonsil atau sinus tonsil dibatasi oleh otot-otot orofaring, yaitu batas anterior

adalah otot palatoglosus, batas lateral atau dinding luarnya adalah otot konstriktor faring

superior. Pada bagian atas fossa tonsil terdapat ruangan yang disebut fossa supratonsil.

Ruangan ini terjadi karena tonsil tidak mengisi penuh fossa tonsil.

Pada bagian permukaan lateral dari tonsil tertutup oleh suatu membran jaringan ikat,

yang disebut kapsul. Kapsul tonsil terbentuk dari fasia faringobasilar yang kemudian

membentuk septa.

Plika anterior dan plika posterior bersatu di atas pada palatum mole. Ke arah bawah

berpisah dan masuk ke jaringan di pangkal lidah dan dinding lateral faring. Plika triangularis

atau plika retrotonsilaris atau plika transversalis terletak diantara pangkal lidah dengan bagian

anterior kutub bawah tonsil dan merupakan serabut yang berasal dari otot palatofaringeus.

Serabut ini dapat menjadi penyebab kesukaran saat pengangkatan tonsil dengan jerat.

Komplikasi yang sering terjadi adalah terdapatnya sisa tonsil atau terpotongnya pangkal

lidah.

Vaskularisasi tonsil berasal dari cabang-cabang A. karotis eksterna yaitu A. maksilaris

eksterna (A. fasialis) yang mempunyai cabang yaitu A. tonsilaris dan A. palatina asenden, A.

maksilaris interna dengan cabang A. palatina desenden, serta A. lingualis dengan cabang A.

lingualis dorsal, dan A. faringeal asenden.

5

Page 6: Tugas Embriologi Dan Anatomi Tonsil

Arteri tonsilaris berjalan ke atas pada bagian luar m. konstriktor superior dan

memberikan cabang untuk tonsil dan palatum mole. Arteri palatina asenden, mengirimkan

cabang-cabangnya melalui m. konstriktor posterior menuju tonsil. Arteri faringeal asenden

juga memberikan cabangnya ke tonsil melalui bagian luar m. konstriktor superior. Arteri

lingualis dorsal naik ke pangkal lidah dan mengirim cabangnya ke tonsil, plika anterior dan

plika posterior. Arteri palatina desenden atau a. palatina posterior atau "lesser palatine

artery" memberi vaskularisasi tonsil dan palatum mole dari atas dan membentuk anastomosis

dengan a. palatina asenden. Vena-vena dari tonsil membentuk pleksus yang bergabung

dengan pleksus dari faring.

Gambar 6. Pendarahan Tonsil

Infeksi dapat menuju ke semua bagian tubuh melalui perjalanan aliran getah bening.

Aliran limfa dari daerah tonsil akan mengalir ke rangkaian getah bening servikal profunda

atau disebut juga deep jugular node. Aliran getah bening selanjutnya menuju ke kelenjar

toraks dan pada akhirnya ke duktus torasikus.

Innervasi tonsil bagian atas mendapat persarafan dari serabut saraf V melalui

ganglion sphenopalatina dan bagian bawah tonsil berasal dari saraf glossofaringeus (N. IX).

6

Page 7: Tugas Embriologi Dan Anatomi Tonsil

Gambar 7. Sistem Limfatik kepala dan leher

Lokasi tonsil sangat memungkinkan mendapat paparan benda asing dan patogen,

selanjutnya membawa mentranspor ke sel limfoid. Aktivitas imunologi terbesar dari tonsil

ditemukan pada usia 3 – 10 tahun. Pada usia lebih dari 60 tahun Ig-positif sel B dan sel T

berkurang banyak sekali pada semua kompartemen tonsil.

Secara sistematik proses imunologis di tonsil terbagi menjadi 3 kejadian yaitu respon

imun tahap I, respon imun tahap II, dan migrasi limfosit. Pada respon imun tahap I terjadi

ketika antigen memasuki orofaring mengenai epitel kripte yang merupakan kompartemen

tonsil pertama sebagai barier imunologis. Sel M tidak hanya berperan mentranspor antigen

melalui barier epitel tapi juga membentuk komparten mikro intraepitel spesifik yang

membawa bersamaan dalam konsentrasi tinggi material asing, limfosit dan APC seperti

makrofag dan sel dendritik

Respon imun tonsila palatina tahap kedua terjadi setelah antigen melalui epitel kripte

dan mencapai daerah ekstrafolikular atau folikel limfoid. Adapun respon imun berikutnya

berupa migrasi limfosit. Perjalanan limfosit dari penelitian didapat bahwa migrasi limfosit

berlangsung terus menerus dari darah ke tonsil melalui HEV( high endothelial venules) dan

kembali ke sirkulasi melalui limfe.

7

Page 8: Tugas Embriologi Dan Anatomi Tonsil

Imunologi Tonsil

Tonsil merupakan jaringan limfoid yang mengandung sel limfosit, 0,1-0,2% dari

keseluruhan limfosit tubuh pada orang dewasa. Proporsi limfosit B dan T pada tonsil adalah

50%:50%, sedangkan di darah 55-75%:15-30%. Pada tonsil terdapat sistim imun kompleks

yang terdiri atas sel M (sel membran), makrofag, sel dendrit dan APCs (antigen presenting

cells) yang berperan dalam proses transportasi antigen ke sel limfosit sehingga terjadi sintesis

imunoglobulin spesifik. Juga terdapat sel limfosit B, limfosit T, sel plasma dan sel pembawa

IgG.

Tonsil merupakan organ limfatik sekunder yang diperlukan untuk diferensiasi dan

proliferasi limfosit yang sudah disensitisasi. Tonsil mempunyai 2 fungsi utama yaitu 1)

menangkap dan mengumpulkan bahan asing dengan efektif; 2) sebagai organ utama produksi

antibodi dan sensitisasi sel limfosit T dengan antigen spesifik.

Ukuran Tonsil

T0 : Post Tonsilektomi

T1 : Tonsil masih terbatas dalam Fossa Tonsilaris

T2 : Sudah melewati pillar anterior belum melewati garis paramedian pillar post)

T3 : Sudah melewati garis paramedian, belum melewati garis median

T4 : Sudah melewati garis median

8

T1T4

T3T2

Garis paramedianGaris median

Page 9: Tugas Embriologi Dan Anatomi Tonsil

Komplikasi

Komplikasi dari tonsilitis kronis dapat terjadi secara perkontinuitatum ke daerah

sekitar atau secara hematogen atau limfogen ke organ yang jauh dari tonsil. Adapun berbagai

komplikasi yang kerap ditemui adalah sebagai berikut :

1. Komplikasi sekitar tonsila   

Peritonsilitis

Peradangan tonsil dan daerah sekitarnya yang berat tanpa adanya trismus dan

abses.

Abses Peritonsilar (Quinsy)

Kumpulan nanah yang terbentuk di dalam ruang peritonsil. Sumber infeksi berasal

dari penjalaran tonsilitis akut yang mengalami supurasi, menembus kapsul tonsil

dan penjalaran dari infeksi gigi.

Abses Parafaringeal

Infeksi dalam ruang parafaring dapat terjadi melalui aliran getah bening atau

pembuluh darah. Infeksi berasal dari daerah tonsil, faring, sinus paranasal,

adenoid, kelenjar limfe faringeal, os mastoid dan os petrosus.

Abses Retrofaring

Merupakan pengumpulan pus dalam ruang retrofaring. Biasanya terjadi pada anak

usia 3 bulan sampai 5 tahun karena ruang retrofaring masih berisi kelenjar limfe.

Kista Tonsil

Sisa makanan terkumpul dalam kripta mungkin tertutup oleh jaringan fibrosa dan

ini menimbulkan kista berupa tonjolan pada tonsil berwarna putih dan berupa

cekungan, biasanya kecil dan multipel.

Tonsilolith (Kalkulus dari tonsil)

9

Page 10: Tugas Embriologi Dan Anatomi Tonsil

Terjadinya deposit kalsium fosfat dan kalsium karbonat dalam jaringan tonsil

yang  membentuk bahan keras seperti kapur.

2.     Komplikasi Organ jauh

Demam rematik dan penyakit jantung rematik

Glomerulonefritis

Episkleritis, konjungtivitis berulang dan koroiditis

Psoriasiseritema multiforme, kronik urtikaria dan purpura

Artritis dan fibrositis.

10

Page 11: Tugas Embriologi Dan Anatomi Tonsil

DAFTAR PUSTAKA

1. Soepardi AE.dr, Iskandar N.Dr.Prof, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung

Tenggorok Kepala Leher, FKUI, Jakarta, 2001; 180-183

2. Adams LG, Boies RL, Higler AP, BOIES Fundamentals of Otolaryngology. 6 th

Ed. Edisi Bahasa   Indonesia, EGC, Jakarta,  2001; 263-368

3. Udaya R, Sabini TB. Pola kuman aerob dan uji kepekaannya pada apus tonsil dan

jaringan tonsil pada tonsilitis kronis yang mengalami tonsilektomi. Kumpulan

naskah ilmiah KONAS XII PERHATI, Semarang:BP Undip;1999: 193-205.

4. Aritomoyo D. Insiden tonsilitis akuta dan kronika pada klinik THT RSUP Dr.

Kariadi Semarang, Kumpulan naskah ilmiah KONAS VI PERHATI, Medan,

1980: 249-55.

5. Vetri RW, Sprinkle PM., Ballenger JJ. Etiologi Peradangan aluran

6. Nafas Bagian Atas Dalam : Ballenger JJ. Ed. Penyakit telinga, hidung, tenggorok,

kepala dan leher. Edisi 13. Bahasa Indonesia, jilid I. Jakarta: Binarupa Aksara;

1994 : 194-224.

11