21
BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 Defenisi Sirosis merupakan konsekuensi dari penyakit hati kronis yang ditandai dengan penggantian jaringan hati oleh fibrosis, jaringan parut dan nodul regeneratif (benjolan yang terjadi hasil dari sebuah proses regenerasi jaringan yang rusak) akibat nekrosis hepatoselular, yang mengakibatkan penurunan hingga hilangnya fungsi hati. 1 3.2 Epidemiologi Di negara maju, sirosis hati merupakan penyebab kematian terbesar ketiga pada pasien yang berusia 45 – 46 tahun (setelah penyakit kardiovaskular dan kanekr). Di seluruh dunia, sirosis menempati urutan ke tujuh penyebab kematian. Sekitar 25.000 orang meninggal setiap tahun akibat penyait ini. 4

BAB III (Tinjauan Pustaka)

Embed Size (px)

DESCRIPTION

hh

Citation preview

BAB IIITINJAUAN PUSTAKA

3.1Defenisi Sirosis merupakan konsekuensi dari penyakit hati kronis yang ditandai dengan penggantian jaringan hati oleh fibrosis, jaringan parut dan nodul regeneratif (benjolan yang terjadi hasil dari sebuah proses regenerasi jaringan yang rusak) akibat nekrosis hepatoselular, yang mengakibatkan penurunan hingga hilangnya fungsi hati.13.2EpidemiologiDi negara maju, sirosis hati merupakan penyebab kematian terbesar ketiga pada pasien yang berusia 45 46 tahun (setelah penyakit kardiovaskular dan kanekr). Di seluruh dunia, sirosis menempati urutan ke tujuh penyebab kematian. Sekitar 25.000 orang meninggal setiap tahun akibat penyait ini.4Di Indonesia data prevalensi sirosis hati belum ada, hanya laporan laporan dari beberapa pusat perndidikan saja. Di RS Dr.Sardjito Yogyakarta jumlah pasien sirosis hati berkisar 4,1% dari pasien yang dirawat di Bagian Penyakit Dalam dalam kurun waktu 1 tahun (2004). Di medan dalam kurun waktu 4 tahun dijumpai pasien sirosis hati sebanyak 819 (4%) pasien dari seluruh pasien di Bagian Penyakit Dalam.2Penderita sirosis hati lebih banyak dijumpai pada kaum laki laki jika dibandingkan dengan kaum wanita sekitar 1,6 : 1 dengan umur rata rata terrbanyak antara golongan umur 30 tahun 59 ytahun dengan puncaknya sekitar 40 49 tahun.3.4KlasifikasiKlasifikasi sirosis dikelompokkan berdasarkan morfologi, secara fungsional, dan etiologisnya. Berdasaran morfologi , Sherlock membagi sirosis hati atas 3 jenis, yaitu :a. MikronodularDitandai dengan terbentuknya septal tebal teratur, di dalam septa parenkim hati mengandung nodul halus dan kecil merata di seluruh lobus. Pada sirosis mikronodular, besar nodulnya tidak melebihi 3 mm. Tipe ini biasanya disebabkan alkohol atau penyakit saluran empedu.4b. Makronodular.Ditandai dengan terbentuknya septa dengan ketebalan bervariasi , mengandung nodul yang besaranya juga bervariasi. Ada nodul besar didalamnya, ada daerah luas dengan parenkim yang masih baik atau terjadi regenerasi parenkim. Tipe ini biasanya tampak pada perkembangan hepatitis seperti infeksi virus hepatit B.2,4,5c. Campuran Yang memperlihatkan gambaran mikro dan makronodularSedangkan secara fungsional, sirosis hepatis dibagi menjadi kompensata dan dekompensata.1. Sirosis hati kompensataSiring disebut dengan sirosis hati laten atau dini. Pad astasdium kompensata ini belum terlihat gejala gejala yang nyata . biasanya stadium ini ditemukan pada saat pemeriksaan skrining52. Sirosis hati dekompensataDikenal dengan sirosis hati aktif, dan stadium ini biasanya gejala gejala sudah jelas. Misalnya asites, edema, dan ikterus.53.5Etiologi1. Alcoholic Liver DiseaseSirosis alkoholik terjadi pada sekitar 10 20 % peminum alkohol berat. Alkohol tampaknya melukai hati dengan menghalangi metabolisme normal protein, lemak, dan karbohidrat.2. Hepatitis C kronisInfeksi virus hepatittis C menyebabkan peradangan dan kerusakan hati yang selama beberapa dekade dapat mengakibatkan sirosis. Dapat didiagnosis dengan tes serologi yang mendegteksi antibodi hepatitis C atau RNA virus.3. Hepatitis B kronisVirus hepatitis B menyebabkan peradangan dan kerusakan hati yang selama beberapa dekade dapat mengakibatkan sirosis. Hepatitis B dapat didiagnosis dengan deteksi HBSAg > 6 bulan setelah infeksi awal. HbeAg dan HBV DNA bermanfaat untuk menilai apakkah pasien perlu terapi antiviral.2,34. Non Alcoholic Steatohepatitis (NASH)Pada NASH, terjadi penumpukan lemak dan akhirnya menjadi penyebab jaringan parut di hati. Hepatitis ini dihubungkan dengan diabetes, kekurangan gizi protein, obesitas, penyakit arteri koroner, dan pengobatan dengan obat kortikosteroid. Penyakit ini mirip dengan penyakit hati alkoholik tetapi pasien tidak memiliki riwayat alkohol. Biopsi diperlukan untuk diagnosis.65. Sirosis bilier primerMungkin tanpa gejala atau hanya mengeluh kelelahan, pruritus, dan nonikterik hiperpigmentasi dengan hepatomegali. Umumnya disertai elevasi alkali fosfatase serta peningkatan olesterol dan bilirubin. Hal ini lebih umum pada perempuan.2,36. Kolangitis Sklerosis PrimerKolangitis sklerosis primer adalah gangguan kolestasis progresif dengan gejala pruritus , steatorrhea, kekurangan vitamin larut lemak, dan penyakit tulang metabolik.2,37. Autoimmune hepatitisPenyakit ini disebabkan oleh gangguan imunologis pada hati yang menyebabkan inflamasi dan akhirnya jaringan parut dan sirosis. Temuan yang umum didapatkan yaitu peningkatan globulin dalam serum, terutama globulin gamma.8. Sirosis jantung. Karena gagal jantung kronis sisi kanan yang mengarah pada kemacetan hati.2,33.6PatogenesisSirosis sering didahului oleh hepatitis dan fatty liver(steatosis), sesuai dengan etiologinya. Jika etiologinya ditangani pada tahap ini, perubahan tersebut masih sepenuhnya reversibel.2,3Ciri patologis dari sirosis adalah pengembangan jaringan parut yang menggantikan parenkim normal, memblokir aliran darah portal melalui organ dan mengganggu fungsi normal. Penelitian terbaru menunjukkan peran penting sel stellata, tipe sel yang biasanya menyimpan vitamin A, dalam pengembangan sirosis. Kerusakan pada parenkim hati menyebabkan aktivasi sel stellata, yang menjadi kontraktil (myofibroblast) dan menghalangi aliran darah dalam sirkulasi. Sel ini mengeluarkan TGF-1, yang mengarah pada respon fibrosis dan proliferasi jaringan ikat. Selain itu, juga mengganggu keseimbangan antara matriks metalloproteinase dan inhibitor alami (TIMP 1 dan 2), menyebabkan kerusakan matriks.2,3Pita jaringan ikat (septa) memisahkan nodul-nodul hepatosit, yang pada akhirnyamenggantikan arsitektur seluruh hati yang berujung pada penurunan aliran darah di seluruhhati. Limpa menjadi terbendung, mengarah ke hypersplenism dan peningkatan sekuesterasi platelet. Hipertensi portal bertanggung jawab atas sebagian besar komplikasi parah sirosis.2,33.7Manifestasi KlinisStadium awal sirosis sering tanpa gejala sehingga kadang ditemukan pada waktu pasien melakukan pemeriksaan rutin atau karena kelainan penyakit lain. Gejala awal sirosis (konpensata) meliputi perasaan mudah lelah dan lemas, selera makan berkurang, perasaan perut kembung, mual, berat badan menurun, pada laki-laki dapat timbul impotensi, testis mengecil, buah dada membesar, serta menurunnya dorongan seksualitas.2Manifestasi klinis dari sirosis hati yang lanjut terjadi akibat dua tipe gangguan fisiologis: kegagalan parenkim hati dan hipertensi portal. Kegagalan perenkim hati memperlihatkan gejala klinis berupa :1. Ikterus2. Asites3. Edema perifer4. Kecenderungan perdarahan5. Eritema Palmaris6. Spider nevi7. Fetor hepatikum8. Ensefalopati hepatik3

Sedangkan gambaran klinis yang berkaitan dengan hipertensi portal antara lain:1. Varises oesophagus dan lambung2. Splenomegali3. Perubahan sum-sum tulang4. Caput medusa5. Asites6. Collateral vein hemorrhoid7. Kelainan sel darah tepi (anemia, leukopeni dan trombositopeni)33.8Diagnosis Pada saat ini penegakkan diagnosis sirosis hati terdiri dari pemeriksaan fisis, laboratorium, dan USG. Pada kasus tertentu diperlukan pemeriksaan biopsi hati atau peritoneoskopi karena sulit membedakan hepatitis kronik aktif yang berat dengan sirosis hati dini.2a. Temuan Klinis Pada Pemeriksaan Fisik1. Hati : Perkiraan besar hati, biasa hati membesar pada awal sirosis, bila hati mengecil artinya prognosis kurang baik. Pada sirosis hati , konsistensi hati biasanya kenyal / firm, pinggir hati biasanya tumpul dan ada nyeri tekan pada perabaan hati.2. Limpa : Pembesaran limpa / splenomegali3. Perut : Pada perut diperhatikan vena kolateral dan asites4. Manifestasi diluar perut : perhatikan adanya spider nevi pada bagian tubuh atas , bahu, leher , dada, dan pinggang, caput medusae, dan tubuh bagian bawah. Perlu diperhatikan juga adanya eritema palmaris, ginekomastia, dan atrofi testis pada pria. Bisa juga dijumpai hemorroid.2,5b. Laboratorium1. Aminotransferase AST dan ALT meningkat cukup tinggi , dengan AST > ALT. Namun , aminotransferase normal tidak menyingkirkan adanya sirosis 2. Fosfatase alkali biasanya sedikit lebih tinggi3. GGT berkolerase dengan tingkat AP. Biasanya jauh lebih tinggi pada penyakit hati kronis karena alkohol.4. Bilirubin dapat meningkat sebagai tanda sirosis sedang berlangsung.5. Albumin rendah akibat dari menurunnya fungsi sintesis oleh hati dengan sirosis hati yang semakin memburuk6. Waktu Prothrombin meningkat sejak hati mensintesis faktor pembekuan 7. Globulin meningkat karena shunting antigen bakteri jauh dari hati ke jaringan limfoid.8. Serum Natrium hiponatremia karena ketidakmampuan untuk mengeluarkan air bebas dari tingginya ADH dan aldosteron9. Trombositopenia karena splenomegali kongestif dan menurunnya sintesis trombopoietin dari hati 10. Leukopenia dan neutropenia karena splenomegali dengan marginasi limpa11. Defek koagulasi hati memproduksi sebagian besar faktor faktor koagulasi dan dengan demikian koagulopati berkorelasi dengan memburuknya penyakit hati.3.5c. Pemeriksaan Penunjang Lainnya1. Radiologi : dengan barium swallow dapat dilihat adanya varises esofagus untuk konfirmasi hipertensi portal2. Esofagoskopi : dapat dilihat varises esofagus sebagai komplikasi / hipertensi portal3. Ultrasonografi : USG sudah mulai dilakukan sebagai alat pemeriksa rutin pada penyakit hati. Yang dilihat pinggir hati, pembesaran , permukaan, homogenitas, asites, splenomegali, gambaran vena hepatika, vena porta, pelebaran saluran empedu/HBD, daerah hipo atau hiperekoik atau adanya SOL (Space Occupying Lession). Sonografi juga bisa mendukung diagnosis sirosis hati, terutama stadium dekompensata, hepatoma/tumor, ikterus obstruktif batu kandung empedu dan saluran empedu , dll.4. Pemeriksaan penunjang lainnya adalah pemeriksaan cairan asites dengan melakukan pungsi asites. Bisa dijumpai tanda tanda infeksi (peritonitis bakterial spontan), sel tumor, perdarahan dan eksudat, dilakukan pemeriksaan mikroskopis, kultur cairan, dan pemeriksaan kadar protein, amilase dan lipase.5

3.9KomplikasiMorbiditas dan mortalitas sirosis sangat tinggi akibat komplikasinya. Kualitas hidup pasien sirosis diperbaiki dengan pencegahan dan penanganan komplikasinya.21. Peritonitis Bakterial Spontan, yaitu infeksi cairan asites oleh satu jenis bakteri tanpa adanya bukti infeksi sekunder intraabdominal. Biasanya pasien ini tanpa gejala, namun dapat timbul demam dan nyeri abdomen.2. Sindrom hepatorenal, terjadi gangguan fungsi ginjal akut berupa oligouri, peningkatan ureum dan kreatinintanpa adanya kelainan organik ginjal. Kerusakan hati menyebabkan penurunan perfusi ginjal yang berakibat pada penurunan laju filtrasi glomerulus (LFG)3. Varises esofagus, 20 40% pasien sirosis dengan varises esofagus pecah yang menimbulkan perdarahan. Angka kematiannya sangat tinggi, sebanyak dua per tiganya akan meninggal dalam waktu 1 tahun walaupun dilakukan tindakan untuk menanggulangi varises ini dengan beberapa cara.2.34. Ensefalopati hepatik, merupakan kelainan neuropsikiatrik akibat disfungsi hati. Mula mula ada gangguan tidur (insomnia dan hipersomnia), selanjutnya dapat timbul gangguan kesadaran yang berlanjut sampai koma.5. Sindrom hepatopulmonal , terdapat hidrothoraks dan hipertensi portpulmonal

3.10PenatalaksanaanEtiologi sirosis mempengaruhi penanganan sirosis. Tetapi ditujukan mengurangi progresi penyakit, menghindarkan bahan bahan yang bisa menambah kerusakan hati, pencegahan dan penanganan komplikasi. Bilamana tidak ada koma hepati, diberikan diet yang mengandung protein 1 gr/KgBB dan kalori sebanyak 2000 3000 kkal/hari.A. Tatalaksana pasien sirosis KompensataBertujuan untuk mengurangi progresi kerusakan hati. Terapi pasien ditujukan untuk menghilangkan etiologinya , diantaranya :1. Alkohol dan bahan lain yang hepatotoksik dihentikan penggunaannya. Pemberian asetaminofen, kolkisin, dan obat herbal bisa menghambat kolagenik.2. Pada hepatitis autoimun, bisa diberikan steroid atau immunosupresif3. Pada hemokromatis, flebotomi setiap minggu sampai konsentrasi besi menjadi normal dan diulang sesuai kebutuhan4. Pada penyakit hati nonalkoholik, menurunkan berat badan akan mencegah terjadinya sirosis.5. Pada hepatitis B, IFN alpha dan lamivudin (analog nukleosida) merupakan terapi utama. Lamivudin sebagai terapi lini pertama diberikan 100 mg secara oral setiap hari selama 1 tahun. Namun pemberian lamivudin setelah 9 12 bulan menimbulkan mutasi sehingga terjadi resistensi obat. Interferon alpha diberikan secara suntikan subkutan 3 MIU, 3 kali seminggu selama 4 6 bulan.6. Pada hepatitis C kronik, kombinasi interferon dengan ribavirin merupakan terapi standar. Interferon diberikan secara suntikan 5 MIU 3 kali seminggu dan dikombinasi dengan ribavirin 800 1000 mg / hari selama 6 bulan.2B. Tatalaksana Pasien Sirosis Dekompensata1. Asites Tirah baring Diet rendah garam, 5,2 gr atau 90 mmol/ hari. Diuretik, awalnya dengan pemberian spironolakton dengan dosis200-200 mg 1x/hari. Respons diuretik bisa dimonitor dengan penurunanberat badan 0,5 kg/hari, tanpa adanya edema kaki atau 1 kh/hari denganadanya edema kaki. Bilamana pemberian spironolakton tidak adekuat, bisa dikombinasi dengan furosemid dengan dosis 20-40 mg/hari. Parasentesis dilakukan bila asites sangat besar. Pengeluaran asites bisa hingga 4-6 Ldan dilindungi dengan pemberian albumin.2. Ensefalopati Hepatik Laktulosa membantu pasien untuk mengeluarkan amonia Neomisin bisa digunakan untuk mengurangi bakteri usus penghasil amonia 3. Varises Esofagus Sebelum berdarah dan sesudah berdarah bisa diberikan obat penyekat beta Waktu perdarahan akut bisa diberikan preparat somatostatin atau oktreotid4. Peritonitis Bakterial Spontan Diberikan antibiotika seperti sefotaksim IV , amoksisilin, atau aminoglikosida.5. Sindrom Hepatorenal Mengatasi perubahan sirkulasi darah di hati, mengatur keseimbangan garam dan air Transplantasi hati ; terapi definitif pada pasien sirosis dekompensata. Namun sebelum dilakukan transplantasi ada beberapa kriteria yang harus dipenuhi resipien terlebih dahulu3.11PrognosisPrognosis sirosis sangat bervariasi dipengaruhi sejumlah faktor, meliputi etiologi, beratnya kerusakan hati, komplikasi, dan penyakit lain yang menyertai.2Klasifikasi Child-Pugh juga digunakan untuk menilai prognosis pasien sirosis yangakan menjalani operasi, variabelnya meliputi konsentrasi bilirubin, albumin, ada tidaknya asites, ensefalopati dan juga status nutrisi. Klasifikasi ini terdiri dari Chil A, B dan C.Klasifikasi Child-Pugh berkaitan dengan kelangsungan hidup. Angka kelangsungan hidup selama 1 tahun untuk pasien Child A, B dan C berturut-turut 100, 80, dan 45%.2Klasifikasi Child Pasien Sirosis Hati dalam Terminologi Cadangan fungsi hati

Derajat kerusakan Mininal Sedang Berat

Bilirubin serum (mu.mol/dl) < 35 35-50 >50

Albumin serum (gr/dl) >35 30-35