134
69 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Umum SMP Kristen 2 Eben Haezer Salatiga 4.1.1 Profil Sekolah SMP Kristen 2 Eben Haezer Salatiga adalah lembaga pendidikan Kristen yang terletak di Jalan Jenderal Sudirman No. 111b Salatiga, Jawa Tengah. Sekolah ini berada di bawah naungan Yayasan Pendidikan Eben Haezer yang berdiri sejak tahun 1954. SMP Kristen 2 Eben Haezer adalah sekolah swasta yang memiliki akreditasi A dan merupakan salah satu sekolah favorit di Kota Salatiga. Selain itu sekolah tersebut merupakan sekolah piloting yang ditunjuk oleh pemerintah sebagai salah satu sekolah percontohan implementasi Kurikulum Pendidikan Tahun 2013 di Kota Salatiga. Pada tahun 2016 SMP Kristen 2 Eben Haezer membuat sebuah program yang bernama Brilliant Class Program (BCP). Program ini dikhususkan bagi peserta didik yang memiliki kemampuan akademik di atas rata-rata yang ditempatkan dalam sebuah kelas untuk dipersiapkan dalam mengikuti lomba-lomba akademik seperti lomba olimpiade sains atau lomba cerdas cermat yang diselenggarakan di dalam

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/13307/4/T2_942015020_BAB IV... · sebagai wadah pengembangan diri dan kreativitas siswa di SMP Kristen

  • Upload
    lamphuc

  • View
    218

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

69

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Umum SMP Kristen 2 Eben Haezer Salatiga

4.1.1 Profil Sekolah

SMP Kristen 2 Eben Haezer Salatiga adalah

lembaga pendidikan Kristen yang terletak di Jalan

Jenderal Sudirman No. 111b Salatiga, Jawa Tengah.

Sekolah ini berada di bawah naungan Yayasan

Pendidikan Eben Haezer yang berdiri sejak tahun

1954. SMP Kristen 2 Eben Haezer adalah sekolah

swasta yang memiliki akreditasi A dan merupakan

salah satu sekolah favorit di Kota Salatiga. Selain itu

sekolah tersebut merupakan sekolah piloting yang

ditunjuk oleh pemerintah sebagai salah satu sekolah

percontohan implementasi Kurikulum Pendidikan

Tahun 2013 di Kota Salatiga.

Pada tahun 2016 SMP Kristen 2 Eben Haezer

membuat sebuah program yang bernama Brilliant

Class Program (BCP). Program ini dikhususkan bagi

peserta didik yang memiliki kemampuan akademik di

atas rata-rata yang ditempatkan dalam sebuah kelas

untuk dipersiapkan dalam mengikuti lomba-lomba

akademik seperti lomba olimpiade sains atau lomba

cerdas cermat yang diselenggarakan di dalam

70

maupun di luar kota (Sumber: wawancara kepala

sekolah pada 11 Oktober 2016).

Selain program peningkatan akademik,

sekolah juga menyediakan berbagai macam kegiatan

sebagai wadah pengembangan diri dan kreativitas

siswa di SMP Kristen 2 Eben Haezer berupa kegiatan

ekstrakurikuler yang mencakup kegiatan kerohanian

(ibadah mingguan, retreat), keolahragaan (bola

basket, bulutangkis, futsal, tarung derajat), kesenian

(membatik, fotografi, paduan suara, band,

drumband, menari), kepemimpinan (Latihan Dasar

Kepemimpinan Siswa atau LDKS, pramuka) dan

Kelompok Ilmiah Siswa (KIS).

Kegiatan ekstrakurikuler ini bertujuan untuk

mengembangkan potensi, kemampuan, minat, bakat,

kepribadian, kerjasama dan kemandirian peserta

didik secara optimal untuk mendukung pencapaian

tujuan pendidikan. Segala aktivitas kegiatan

ekstrakuriler di SMP Kristen 2 Eben Haezer Salatiga

berada di bawah binaan dan pengawasan guru yang

telah diberikan tugas oleh kepala sekolah.

Dalam meningkatkan pemantauan terhadap

aktivitas yang dilakukan peserta didik di sekolah,

SMP Kristen 2 Eben Haezer telah memasang CCTV di

setiap ruangan dan halaman sekolah yang dapat

71

dipantau langsung dari ruang kepala sekolah. Selain

itu sekolah juga telah dilengkapi dengan microphone

yang terhubung di masing-masing ruangan di

sekolah untuk memudahkan penyampaian informasi

antar seluruh warga sekolah.

SMP Kristen 2 Eben Haezer juga telah banyak

mengukir prestasi baik di tingkat Kota maupun

Provinsi diantaranya adalah juara kedua OSN mata

pelajaran IPS Tingkat Kota Salatiga tahun 2015,

juara kedua OSN mata pelajaran Matematika

Tingkat Kota Salatiga, Juara pertama Natural Science

Olympiade (NSO UNES) se-Jawa Tengah dan juara

ketiga POPDA Basket Tingkat Karisidenan Semarang.

Untuk terus mempertahankan eksistensi

sekolah, SMP Kristen 2 Eben Haezer Salatiga setiap

tahunnya harus menghadapi persaingan dalam

menjaring murid baru dengan 30 sekolah di Salatiga

yang terdiri dari 11 SMP Negeri dan 19 SMP Swasta.

Sedangkan untuk wilayah kecamatan tingkir, SMP

Kristen 2 Eben Haezer Salatiga harus bersaing

dengan 3 sekolah yaitu SMP Anak Terang, SMPN 8

Salatiga dan SMP Sudirman 2 Tingkir Salatiga dan

salah satu dari sekolah tersebut, yaitu SMP Anak

Terang yang dikenal dengan nama Bethany School

menjadi kompetitor bagi SMP Kristen 2 Eben Haezer

72

Salatiga. SMP Anak Terang merupakan sekolah

swasta yang berada di bawah naungan Yayasan Anak

Terang Indonesia. Sekolah ini berdiri pada tahun

2013 namun telah menjadi salah satu sekolah

swasta favorit di Salatiga. Pada tahun 2016, SMP

Anak Terang berhasil meraih peringkat pertama SMP

swasta se-Kota Salatiga dan peringkat kedua seluruh

SMP di kota Salatiga dalam meraih hasil Ujian

Nasional.

SMP Kristen 2 Eben Haezer Salatiga juga

harus menghadapi persaingan dengan salah satu

sekolah swasta favorit di kota Salatiga yaitu SMP

Kristen Satya Wacana. Sekolah ini berada di bawah

naungan Yayasan Perguruan Tinggi Kristen Satya

Wacana (YPTKSW) yang telah berdiri sejak tahun

1985. SMP Kristen Wacana juga telah memperoleh

banyak prestasi baik dibidang akademik maupun

non akademik diantaranya Juara I Siswa Berprestasi

Putra tingkat Kota Salatiga tahun 2011 dan mewakili

Salatiga ke tingkat Provinsi, Finalis Olimpiade

Penelitian Siswa Tingkat Jawa Tengah tahun 2011,

dan Juara I pada ajang Junior Basketball League

(JRBL) Putri di Solo pada tahun 2015.

73

4.1.2 Visi, Misi dan Tujuan SMP Kristen 2 Eben Haezer Salatiga

1. Visi

SMP Kristen 2 Eben Haezer Salatiga memiliki

visi unggul dalam prestasi yang berwawasan

iptek berdasarkan iman Kristen dan nilai moral

yang berkembang dalam masyarakat.

2. Misi

Adapun misi dari SMP Kristen 2 Eben Haezer

Salatiga adalah:

a. Menumbuhkan penghayatan terhadap nilai-nilai

ajaran agama kristen dan memiliki budi pekerti

luhur.

b. Menyelenggarakan pembelajaran dan bimbingan

secara efektif untuk mengoptimalkan potensi

akademik yang dimiliki siswa.

c. Menumbuhkan semangat untuk berprestasi bagi

semua warga sekolah.

d. Mewujudkan pendidikan yang menghasilkan

lulusan yang berakhlak, kreatif, berprestasi,

berwawasan iptek dan dan lingkungan.

e. Mengkondisikan warga sekolah untuk

berdisiplin dan berbudi pekerti luhur lewat

keteladanan sikap dan perilaku serta tindakan.

74

f. Menyelenggarakan bimbingan dan pelatihan

untuk berprestasi dibidang akademik, seni dan

olahraga

g. Mengembangkan budaya kompetitif bagi siswa

dalam upaya peningkatan keterampilan hidup

h. Menciptakan lingkungan sekolah yang tertib,

bersih, indah dan nyaman

3. Tujuan

Dalam rangka menggenapi visi dan misi sekolah,

SMP Kristen 2 Eben Haezer Salatiga

menetapkan tujuan sekolah yaitu:

a. Semua peserta didik mampu melakukan ibadah

secara rutin dan khusus kepada Tuhan Yang

MahaEsa

b. Memiliki kepedulian sosial yang tinggi di

lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat

c. Pada akhir tahun pelajaran 2016/2017, sekolah

dapat meningkatkan perolehan Nilai hasil Ujian

Nasional GSA ( gain score achievement ) 0,02

(7,87 naik menjadi 7,89 )

d. Meraih kejuaraan baik dibidang akademik

maupun non akdemik di tingkat Kota/Kab dan

Provinsi

e. 100% siswa dapat melanjutkan kejenjang yang

lebih tinggi

75

f. Mampu menjuarai berbagai lomba baik di

tingkat kota, propinsi, maupun nasional

g. Mampu menerapkan teknologi informasi dalam

pembelajaran

h. Mampu menyelenggarakan suasana belajar yang

kondusif, nyaman, dan menyenangkan

4.1.3 Data Peserta Didik

Gambaran mengenai peserta didik dapat

dilihat pada tabel 4.1 berikut:

Table 4.1 Data Peserta Didik

No. Tahun

Jumlah Siswa

Total

Kelas VII Kelas VIII Kelas IX

1 2010/2011 84 71 62 217

2 2011/2012 82 81 66 229

3 2012/2013 94 80 78 252

4 2013/2014 99 91 78 252

5 2014/2015 76 97 93 266

6 2015/2016 92 75 100 267

7 2016/2017 85 93 76 254

Sumber: Data Kesiswaan SMP Kristen 2 Eben Haezer Salatiga, diolah

Tabel 4.1 memberikan informasi bahwa

penerimaan jumlah siswa baru setiap tahunnya

bersifat fluktuatif. Hal ini dapat dilihat dari jumlah

siswa baru yang diterima oleh sekolah selalu berbeda

76

setiap tahunnya bahkan mengalami penurunan.

Pada tahun 2010/2011 jumlah siswa baru yang

diterima sebanyak 84 siswa lalu mengalami

penurunan menjadi 82 siswa pada tahun

2011/2012. Selanjutnya penerimaan murid baru

mengalami peningkatan pada tahun 2012/2013 dan

pada tahun 2013/2014. Di tahun berikutnya sekolah

mengalami penurunan penerimaan jumlah siswa

baru yang cukup drastis yaitu hanya dapat

menjaring 76 siswa meskipun di tahun 2015/2016

sekolah kembali dapat menjaring 92 siswa baru

siswa. Harapan untuk menjaring 100 siswa baru

pada tahun 2016/2017 ternyata tidak tercapai.

Sekolah yang berhasil meluluskan 100 siswa hanya

dapat menjaring 85 siswa untuk tahun ajaran baru

dan ini merupakan suatu dilema bagi sekolah karena

tidak dapat mempertahankan jumlah input agar

sebanding dengan jumlah output lulusan. (Sumber:

Wawancara Kepala Sekolah pada 11 Oktober 2016).

77

4.1.4 Data Tenaga Pendidik dan Kependidikan

Gambaran mengenai jumlah pendidik dan

tenaga kependidikan beserta kualifikasinya dapat

dilihat pada tabel 4.2 berikut:

Tabel 4.2 Data Kualifikasi Akademik Guru SMP Kristen 2

Eben Haezer Salatiga

Tabel 4.2 menginformasikan bahwa jumlah tenaga

pendidik di SMP Kristen 2 Eben Haezer Salatiga

berjumlah 21 orang yang terdiri dari 12 guru tetap

yayasan, guru tidak tetap berjumlah 6 orang dan

guru pegawai negeri sipil yang diperbantukan

sebanyak 3 orang. Kualifikasi tenaga pengajar di

sekolah tersebut juga sudah memenuhi standar

kualifikasi dari pemerintah yaitu telah bergelar

sarjana (S1) bahkan terdapat 3 guru yang telah

bergelah master (S2).

No Jabatan Pendidikan

Jumlah S2 S1 D3 D2 D1 SMA/K

1 Kepala Sekolah 1 1

Tenaga Pendidik

2 a. Guru Yayasan 3 9 12

3 b. Guru DPK 3 3

4 c. GTT 6 6

5 Total 21

6 Tenaga

Kependidikan 1 1 1 3

78

4.2 Analisis Hasil Penelitian

Sesuai dengan desain penelitian dan

pengembangan yang telah dipaparkan dalam sub bab

3.2 Desain Penelitian, dalam penelitian ini terdapat

enam tahapan yang dilakukan. Tahapan tersebut

meliputi 1) Potensi dan Masalah, 2) Pengumpulan

Data, 3) Desain Produk 4) Validasi Desain, 5) Revisi

Desain, 6) Uji Coba Produk (Uji Kelayakan) dan 7)

Revisi Produk. Hasil yang diperoleh pada masing-

masing tahap adalah sebagai berikut:

4.2.1 Potensi dan Masalah

Tahap pertama yang dilakukan dalam

penelitian ini adalah menganalisis potensi dan

masalah yang ada di SMP Kristen 2 Eben Haezer

Salatiga melalui wawancara mendalam, observasi

dan studi dokumentasi. Wawancara dilakukan pada

bulan September hingga pertengahan bulan Oktober

2016 terhadap kepala sekolah, wakil kepala sekolah

bidang kurikulum dan kesiswaan, bidang sarana dan

prasarana, dan guru BK sekolah. Selanjutnya

observasi dan studi dokumentasi dilakukan untuk

mendapatkan informasi yang lebih lengkap dan

menunjang hasil wawancara.

79

Berdasarkan hasil studi pendahuluan

tersebut, maka diperoleh hasil bahwa potensi yang

dimiliki sekolah antara lain: potensi pertama yaitu

kemampuan akademik yang baik. Hal ini terlihat dari

hasil wawancara dengan guru BK yang

mengungkapkan bahwa:

Sekolah memang tidak menyaring murid baru tiap

tahunnya dan tidak ada standar nilai yang ditetapkan

seperti yang dilakukan kebanyakan sekolah. Namun,

selalu ada murid yang memiki kecerdasan istimewa

yang masuk ke sekolah tiap tahunnya dan saat ini

ditempatkan ke dalam sebuah kelas yang disebut BCP (Brilliant Class Program) dengan tujuan untuk

mempersiapkan mereka mengikuti lomba-lomba

akademik seperti OSN, cerdas cermat, dan lain sebagainya. (Sumber: wawancara guru BK pada 21 September 2016).

Hal ini juga didukung dengan pernyataan

bidang sarana dan prasarana bahwa:

Sekolah memiliki program yang di sebut kelas BCP yang bekerjasama dengan dosen UKSW untuk

mempersiapkan siswa-siswa yang memiliki

kemampuan akademik yang bagus dalam mengikuti

lomba-lomba seperti olimpiade, lomba mata pelajaran dan lain-lain. (Sumber: wawancara bagian sarpras pada 27 September 2016).

Pernyataan senada juga disampaikan oleh

bidang kesiswaan yang mengungkapkan bahwa:

Untuk peningkatan akademik siswa ada program BCP yang dilakukan oleh sekolah tahun ini dalam

mempersiapkan para siswa mengikuti lomba-lomba akademik. (Sumber: wawancara bagian kesiswaan pada 3 Oktober 2016).

80

Wakil kepala sekolah bidang kurikulum juga

mendukung hal tersebut dengan mengungkapkan

bahwa:

Di sekolah ada kelas BCP yang bertujuan untuk

mempersiapkan anak-anak mengikuti lomba-lomba

akademik. Anak-anak ini diseleksi dari kelas 7 – 9 dan

diberikan tambahan khusus setelah pulang sekolah. (Sumber: wawancara bagian kurikulum pada 3 Oktober 2016).

Kepala sekolah pun mempertegas hal tersebut

dengan mengungkapkan:

Siswa di sini meskipun beragam dari sisi akademiknya

karena saat masuk tidak ada tes untuk mereka,

namun di antara mereka selalu ada anak yang

berbakat yang mampu bersaing dengan sekolah-

sekolah lain baik dalam bidang akademik mau pun non

akademik. Mereka ditempatkan ke dalam kelas BCP yang diadakan tiap minggu sekali tiap hari kamis

setelah pulang sekolah selama 2 jam pada pukul 01.30 – 15.30. (Sumber: wawancara kepala sekolah pada 3 Oktober 2016).

Dari hasil wawancara tersebut yang kemudian

didukung dari hasil observasi mengenai kegiatan

BCP pada hari Kamis setelah pembelajaran sekolah

dilaksanakan dan dari studi dokumen mengenai data

prestasi akademik siswa disimpulkan bahwa SMP

Kristen 2 Eben Haezer memiliki potensi yang baik

dari sisi akademik siswa. Para siswa yang telah

terseleksi dari kelas 7 hingga kelas 9 dikelompokkan

ke dalam sebuah kelas yang disebut Briliant Class

Program (BCP). Para siswa ini dipersiapkan untuk

meningkatkan reputasi dan daya saing sekolah

81

melalui lomba-lomba akademik yang diikuti tiap

tahunnya.

Potensi kedua yang dimiliki sekolah adalah

kualitas tenaga pengajar yang handal. Hal ini terlihat

dari wawancara dengan guru BK yang

mengungkapkan bahwa:

Guru-guru memiliki kemampuan dan kinerja yang baik

dimana ada beberapa guru sudah menjadi instruktur

kurtilas bahkan ditingkat nasional untuk melatih guru-guru di sekolah lain. (Sumber: wawancara guru BK pada 21 September 2016).

Pernyataan di atas juga didukung oleh wakil

kepala sekolah bidang kurikulum yang

mengungkapkan:

Sekolah saat ini menjadi sekolah pilotting untuk

pelatihan kurikulum 2013 dari pemerintah. Terdapat

dua sekolah imbas yaitu SMPN 8 dan SMP Lab

sehingga dua sekolah ini sering ke sekolah untuk

belajar. Beberapa guru juga sudah menjadi instruktur kurtilas dan telah mendapatkan pelatihan di luar kota.

Selain itu ada satu guru yang menjadi instruktur nasional sebagai guru pembelajar. (Sumber: wawancara bagian kurikulum pada 3 Oktober 2016).

Hal senada juga terlihat dari hasil wawancara

kepala sekolah yang mengungkapkan:

SDM sekolah juga sudah sangat baik, kemarin ada

satu guru menjadi instruktur nasional sebagai guru

pembelajar, beberapa guru juga menjadi pendamping tim kurikulum 2013 mementori guru-guru di sekolah-sekolah lain. (Sumber: wawancara kepala sekolah pada 3 Oktober 2016).

82

Hasil wawancara di atas menginformasikan

bahwa tenaga pengajar di SMP Kristen 2 Eben Haezer

memiliki kualitas yang sangat baik. Sekolah yang

ditunjuk dari pemerintah sebagai sekolah pilotting

untuk menjalankan kurikulum pendidikan 2013

memiliki beberapa tenaga pengajar yang handal yang

telah menjadi instruktur untuk melatih guru-guru di

sekolah-sekolah lain terkait implementasi kurikulum

pendidikan 2013. Hasil wawancara tersebut juga

didukung dari studi dokumen terhadap Salinan

Keputusan Kepala Badan Penelitian dan

Pengembangan Kementrian Pendidikan dan

Kebudayaan Republik Indonesia Nomor:

022/H/KR/2015 menetapkan SMP Kristen 2 Eben

Haezer Salatiga menjadi sekolah rintisan penerapan

kurikulum 2013. Selanjutnya dari laporan hasil

kegiatan pelatihan kurikulum 2013 oleh SMP Kristen

2 Salatiga pada tahun 2015/2016 ditemukan bahwa

terdapat dua guru yang telah menjadi instruktur

dalam pelatihan kurikulum 2013 di tingkat

kabupaten/kota. Hal ini membuktikan bahwa

sekolah memiliki potensi yang baik dari segi kualitas

tenaga pengajar.

83

Potensi ketiga yang dimiliki oleh sekolah

adalah daya juang karyawan yang tinggi. Potensi ini

terlihat dari hasil wawancara dengan wakil kepala

sekolah bidang kurikulum yang mengungkapkan

bahwa:

Guru-guru saat ini memberikan tambahan pelajaran

untuk siswa yang nilainya di bawah KKM di jam ke nol

(06.15-07.00) selama 4 hari setiap minggunya. Selain

itu, guru-guru juga selalu menawarkan dan membuka

pintu rumah untuk anak-anak yang ingin belajar tambahan khususnya jika mendekati ujian nasional. (Sumber: wawancara bagian kurikulum pada 3 Oktober 2016).

Hal senada juga disampaikan oleh wakil

kepala sekolah bidang kesiswaan yang

mengungkapkan bahwa:

Siswa di sekolah ini mendapat tambahan mata

pelajaran untuk anak-anak yang nilainya masih di

bawah kkm pada jam ke nol (6.15-06.55) dan juga

pengayaan atau tambahan pelajaran untuk kelas 9

diadakan pada jam ke nol untuk persiapan ujian nasional. (Sumber: wawancara bagian kesiswaan pada 3 Oktober 2016).

Dari wawancara tersebut terlihat bahwa daya

juang guru-guru untuk melayani peserta didik tinggi.

Guru-guru tanpa dibayar pun rela memberikan

pelajaran tambahan di pagi hari bahkan merelakan

diri tanpa dibayar untuk membimbing para siswa

yang ingin belajar tambahan setelah proses

pembelajaran di sekolah. Hal tersebut juga di

dukung dari observasi yang dilakukan mengenai

84

pemberian jam tambahan pada pagi hari untuk siswa

yang masih kesulitan dalam pelajaran dan juga studi

dokumen mengenai jadwal pemberian pelajaran

tambahan serta RKAS Tahun 2016/2017 yang

menjelaskan bahwa untuk meningkatkan hasil

belajar siswa maka dilakukan pemberian pelajaran

tambahan untuk 8 mata pelajaran bagi siswa kelas

VII dan VIII yang mengalami kesulitan dalam

penguasaan materi dan juga bagi siswa kelas IX

untuk persiapan ujian sekolah dan nasional selama

4 hari dalam seminggu.

Selanjutnya potensi keempat yang dimiliki

oleh sekolah adalah komitmen dan loyalitas

karyawan. Hal ini terlihat dari hasil wawancara

dengan kepala sekolah yang mengungkapkan:

Terdapat beberapa kegiatan jika harus melibatkan

guru-guru tidak menjadi masalah. Kemarin ada 3

kegiatan yang dilakukan bersamaan dalam minggu yang sama yaitu live ini, study tour dan perkemahan

dan semua dapat dilakukan dengan baik. Sejauh ini

juga saya melihat guru-guru tetap setia bekerja di tempat ini sampai pensiun. (Sumber: wawancara kepala sekolah pada 17 Oktober 2016).

Hal demikian juga disampaikan oleh bidang

sarana dan prasarana yang mengungkapkan bahwa:

Tingkat komitmen dan loyalitas pegawai di tempat ini

tinggi. Sejauh ini belum ada pewagai yang saya lihat mengundurkan diri. (Sumber: wawancara bagian sarpras pada 6 Oktober 2016).

85

Dari wawancara tersebut terlihat bahwa

loyalitas dan komitmen guru-guru dalam

menjalankan tugas dan fungsinya baik. Guru-guru

memiliki komitmen dalam menjalankan setiap

kegiatan sekolah meskipun gaji yang diberikan masih

minim dan juga tetap setia di ladang pekerjaan

mereka hingga pensiun. Hal ini didukung dari studi

dokumen yang dilakukan terhadap data tenaga

pendidik dan kependidikan di SMP Kristen 2 Eben

Haezer Salatiga dimana ditemukan 2 guru yang telah

menyelesaikan masa kerja mereka karena telah

mencapai usia pensiun pada tahun 2015/2016.

Potensi kelima yang dimiliki oleh sekolah

adalah sarana pembelajaran berbasis IT dan internet.

Hal ini terlihat dari wawancara dengan bidang sarana

dan prasarana sekolah yang mengungkapkan bahwa:

Sekolah ini sudah dilengkapi dengan cctv dan LCD di

tiap kelas dan ada WIFI sekolah sehingga diharapkan

guru-guru dapat lebih terbantu dalam mengajar. (Sumber: wawancara bagian sarpras pada 27 September 2016).

Hal senada juga disampaikan oleh wakil

bidang kesiswaan bahwa:

Fasilitas sekolah khususnya dalam pembelajaran sudah baik. Kelas-kelas sudah dilengkapi dengan LCD, CCTV bahkan WIFI sekolah. (Sumber: wawancara bagian kesiswaan pada 3 Oktober 2016).

86

Kepala sekolah juga menegaskan hal tersebut

dengan mengungkapkan bahwa:

Sarana prasarana sekolah sudah mendukung

khususnya dalam PBM sudah berbasis IT, kelas-kelas sudah diperlengkapi dengan LCD dan WIFI. (Sumber:

wawancara kepala sekolah pada 3 Oktober 2016).

Dari wawancara tersebut dapat disimpulkan

bahwa sarana sekolah untuk menunjang proses

pembelajaran sudah baik. Dari observasi mengenai

sarana dan prasaran sekolah dan juga studi

dokumen terhadap data inventarisasi sarana dan

prasarana sekolah ditemukan bahwa sekolah

memang sudah memfasilitasi LCD, CCTV di masing-

serta menyediakan Hot Spot area di sekolah untuk

mendukung proses belajar mengajar agar dapat

berjalan lebih optimal.

Potensi keenam yang dimiliki oleh sekolah

adalah dukungan dan keterlibatan orangtua yang

tinggi terhadap kegiatan sekolah. Hal ini terlihat dari

wawancara dengan kepala sekolah yang

mengungkapkan bahwa:

Relasi dan keterlibatan orang tua dengan sekolah

sangat baik dan bisa dibilang menjadi potensi yang unggul. Jika sekolah memiliki kegiatan maka orang tua

melalui wadah POSG (Paguyuban Orang Tua Siswa dan

Guru) ini pasti akan membantu sekolah. Pada kegitan live ini sekolah, orang tua yang berprofesi sebagai

dokter terlibat sukarela memberikan pengobatan gratis

kepada masyarakat sekitar. Selain itu POSG juga akan membuka stand untuk menggalang dana dalam acara

87

Bazaar sekolah sebagai bentuk partisipasi dalam membantu kegiatan sekolah. (Sumber: wawancara kepala sekolah pada 3 Oktober 2016).

Hal senada juga disampaikan oleh wakil

bidang kesiswaan bahwa:

Sekolah memiliki paguyuban orang tua yang

dinamakan POSG yang bertujuan untuk menjembatani program-program sekolah dengan orang tua sehingga

memiliki pemahaman yang sama. Kegiatan-kegiatan

yang akan diadakan sekolah tersebut biasanya selalu

mendapat respon yang positif dari orang tua bahkan

mereka selalu mau terlibat membantu dalam

menfasilitasi kegiatan sekolah seperti halnya menyediakan mobil untuk membantu trasportasi anak.

Tahun ini dalam program live ini sekolah, ada orang

tua yang berprofesi sebagai dokter bersedia untuk

memberikan pelayanan kesehatan gratis kepada

masyarakat. (Sumber: wawancara bagian kesiswaan

pada 3 Oktober 2016).

Selanjutnya wakil kepala sekolah bidang

kurikulum sekolah juga mendukung hal tersebut

dengan mengungkapkan bahwa:

Sekolah memiliki POSG yang sudah berjalan sangat baik. Salah satu contohnya untuk live in bulan ini ada

kerjasama dengan orang tua yang berprofesi sebagai

dokter untk mengadakan pelayanan kesehatan gratis kepada masyarakat sekitar tempat anak-anak live in.

Orang tua juga sangat aktif terlibat dalam kegiatan-

kegiatan sekolah seperti memberi pelatihan atau menjadi motivator sukarela di kegiatan LDKS. (Sumber: wawancara bagian kurikulum pada 3 Oktober 2016).

Senada pernyataan tersebut bidang sarana

dan prasarana sekolah mempertegas dengan

mengungkapkan bahwa:

88

Sekolah memiliki wadah untuk berkomunikasi dengan

orang tua mengenai kegiatan-kegiatan apa saja yang

akan sekolah lakukan yang disebut POSG. Paguyuban orang tua ini selalu mendukung kegiatan-kegiatan

sekolah dan berpartisipasi aktif dalam kegiatan tersebut. (Sumber: wawancara bagian sarpras pada 27 September 2016).

Dari wawancara tersebut terlihat bahwa peran

orang tua melalui wadah POSG (Paguyuban Orang

Tua Siswa dan Guru) sangat berdampak bagi

terlaksananya kegiatan-kegiatan sekolah. Dari

observasi yang dilakukan pada kegiatan Bazaar

sekolah pada bulan oktober 2016 serta studi

dokumen mengenai kegiatan wacana warsa

(graduation) siswa kelas sembilan tahun 2015/2016

ditemukan bahwa orang tua melalui wadah POSG

memang membantu sekolah baik dalam bentuk dana

maupun tenaga dan memiliki keterlibatan yang

sangat baik dalam menunjang terlaksananya

kegiatan sekolah. Hal ini menjadi potensi bagi

sekolah untuk dapat terus dipertahankan sehingga

apa yang menjadi tujuan sekolah yaitu agar tercipta

kepedulian sosial yang tinggi baik di lingkungan

keluarga, sekolah, dan masyarakat dapat tercapai.

Potensi ketujuh yang dimiliki oleh sekolah

adalah memiliki dua sekolah dasar yaitu SD Kristen

3 & 4 Eben Haezer Salatiga yang menjadi supplier

89

murid baru tiap tahunnya. Hal ini didukung dengan

pernyataan kepala sekolah yang mengungkapkan

bahwa:

YPE memiliki 2 SD yaitu SD kristen 3 dan 4 dimana

sekitar 70% - 80% persen muridnya masuk ke SMP kristen 2.” (Sumber: wawancara kepala sekolah pada 3 Oktober 2016).

Pernyataan ini juga didukung oleh wakil

kepala sekolah bidang kurikulum yang

mengungkapkan:

Sekolah juga puji Tuhan memiliki dua sekolah dasar

yaitu SD Kristen 3 dan 4 yang sebagian besar

lulusannya masuk ke SMP Kristen 2 tiap tahunnya.” (Sumber: wawancara bagian kurikulum pada 3 Oktober 2016).

Dari wawancara tersebut dan didukung dari

observasi yang dilakukan terhadap keberadaan

kedua SD tersebut serta dari studi dokumen yang

dilakukan terhadap data peserta didik SMP Kristen 2

Eben Haezer Salatiga ditemukan bahwa potensi yang

penting yang dimiliki oleh SMP Kristen 2 Eben

Haezer saat ini adalah dua sekolah dasar yaitu SD

Kristen 3 dan SD Kristen 4 yang merupakan

penyumbang murid terbesar bagi sekolah tiap

tahunnya.

Selanjutnya dalam wawancara dengan kepala

sekolah, bidang kurikulum, bidang sarana

prasarana, guru BK dan bendahara sekolah

90

ditemukan permasalahan yang cukup signifikan

yaitu belum adanya rencana strategis sekolah

sebagai patokan dalam menyusun program tahunan

sekolah untuk mencapai visi, misi serta tujuan

sekolah. Hal ini menjadi sumber masalah belum

berjalannya pengelolaan dan kegiatan sekolah

dengan maksimal. Permasalahan mengenai belum

adanya rencana strategis sekolah terlihat dari

wawancara dengan kepala sekolah yang

mengungkapkan bahwa:

Sekolah memang belum memiliki rencana strategis

untuk saat ini dan masih dalam proses penggodokan karena butuh melibatkan banyak data pendukung. (Sumber: wawancara kepala sekolah pada 11 Oktober 2016).

Hal ini juga didukung oleh wakil bidang

kurikulum bahwa:

Untuk rencana strategis sekolah yang empat tahunan

itu setahu saya masih dalam proses penyusunan dan

yang dijalankan selama ini masih berupa program

tahunan sekolah yang mengacu pada program tahunan sebelumnya. Tetapi idealnya harus ada untuk menjadi

acuan tiap tahunnya agar visi misi sekolah dapat tercapai. (Sumber: wawancara bagian kurikulum pada 3 Oktober 2016).

Senada dengan itu wakil kepala sekolah

bidang kesiswaan juga mempertegas hal tersebut

dengan mengungkapkan bahwa:

Selama ini saya belum melihat rencana strategis empat

tahunan sekolah, namun kita lagi mencoba untuk

91

menggarap itu. (Sumber: wawancara bagian kesiswaan pada 3 Oktober 2016).

Hal tersebut juga didukung oleh bendahara

sekolah dengan mengunkapkan bahwa:

Sekolah saat ini memiliki acuan program yang disebut RKAS atau Rencana Kerja dan Anggaran Sekolah yang

merupakan turunan dari RKT atau Rencana Kerja

Tahunan. Untuk acuan RKT tersebut sepengetahuan saya

harusnya dari RKJMS atau Rencana Kerja Jangka

Menengah Sekolah. Namun selama ini yang terlihat di

sekolah adalah hanya rencana kerja tahunan saja sedangkan untuk rencana kerja menengah empat atau lima tahun itu belum ada. (Sumber: wawancara bendahara sekolah pada 1 Oktober 2016).

Dari wawancara di atas dapat disimpulkan

bahwa rencana strategis sekolah atau yang identik

dengan rencana jangka menengah sekolah belum

ada. Dari studi dokumen yang dilakukan terkait

rencana kegiatan sekolah ditemukan bahwa selama

ini sekolah masih berpatokan pada rencana kerja

tahunan yang diperbaharui setiap tahunnya. Sekolah

belum memiliki rencana strategis yang menjadi

acuan dalam pencapaian visi, misi dan tujuan

sekolah untuk kurun waktu tertentu sehingga hal ini

memberikan beberapa dampak permasalahan yang

ditemukan dilapangan yaitu:

Pertama, jumlah tenaga pengajar di sekolah

masih terbatas dan perlu adanya penambahan SDM.

92

Hal ini diungkapkan oleh wakil bidang kurikulum

bahwa:

Tenaga SDM sekolah masih sangat kurang, guru-guru

banyak merangkap mengajar seperti guru IPA

merangkap mengahar prakarya, guru bahasa inggris

mengajar bahasa jawa dan rata-rata jumlah jam perminggunya lebih dari 25 jam. (Sumber: wawancara bagian kurikulum pada 3 Oktober 2016).

Pernyataan tersebut juga didukung oleh wakil

bidang kesiswaan yang mengungkapkan bahwa:

Permasalahan yang ada di sekolah saat ini adalah

jumlah SDM kita masih sangat terbatas mengingat kegiatan-kegiatan sekolah sangat banyak. (Sumber: wawancara bagian kesiswaan pada 3 Oktober 2016).

Selanjutnya hal ini dipertegas oleh kepala

sekolah dengan mengungkapkan bahwa:

Dari jumlah SDM juga kita memang terbatas. Terlihat

saat pelajaran ekstrakurikuler dimana terdapat sangat

banyak siswa yang berminat pada ekskul tertentu. (Sumber: wawancara kepala sekolah pada 11 Oktober 2016).

Dari wawancara tersebut yang didukung

dengan studi dokumen yang dilakukan terhadap data

jadwal mengajar guru-guru di sekolah, ditemukan

bahwa sekitar tujuh guru diantaranya guru IPA dan

guru bahasa Inggris merangkap mengajar di luar dari

bidang pengajaran mereka. Selain itu, observasi yang

dilakukan terhadap kegiatan ekstrakurikuler seperti

basket memang memiliki satu tenaga pengajar dari

luar yang menghandle kurang lebih 55 siswa (putra

93

dan putri). Ektrakurikuler band pun terkendala

dalam keterbatasan alat dimana jumlah siswa yang

mengikuti ekstrakurikuler tersebut sekitar 22 siswa.

Kedua, belum adanya laboran sekolah. Hal ini

disampaikan oleh wakil bidang kurikulum bahwa:

Sekolah saat ini tidak memiliki laboran yang

mengurusi Lab sehingga guru seringkali kelabakan

saat akan mengadakan eksperimen dengan siswa

karena harus mempersiapkan alat dan bahan sendiri, mencuci alat, merapikan dsb. (Sumber: wawancara bagian kurikulum pada 3 Oktober 2016).

Dari wawancara tersebut dan didukung dari

observasi dan studi dokumen terhadap data tenaga

pendidik dan kependidikan ditemukan bahwa

laboran sekolah memang belum ada dan selama ini

kegiatan praktikum di handle oleh guru mata

pelajaran masing-masing

Ketiga, upah karyawan masih minim. Hal ini

disampaikan oleh guru BK dalam hasil wawancara

yang mengungkapkan bahwa:

Hal lain yang sering menjadi perbincangan di sekolah

adalah sangat minimnya gaji yang diberikan yayasan

kepada pegawainya dibandingkan dengan sekolah-sekolah lain. (Sumber: wawancara guru BK pada 21 September 2016).

Hal serupa juga disampaikan oleh wakil

bidang kurikulum yang mengungkapkan bahwa:

Di sekolah ini guru-gurunya kebanyakan double job dalam artian ada yang mengajar lebih dari satu mata

pelajaran sehingga butuh persiapan yang lebih

94

sedangkan gaji yang diberikan oleh yayasan masih sangat kurang. (Sumber: wawancara bagian kurikulum pada 3 Oktober 2016).

Pernyataan ini juga dipertegas oleh bendahara

sekolah yang mengungkapkan bahwa:

Gaji karyawan di sekolah ini masih di bawah UMR

Salatiga. Hal ini sudah sering dibicarakan dengan yayasan namun belum mendapat jawaban. (Sumber: wawancara bendahara sekolah pada 1 Oktober 2016).

Hal senada juga didukung oleh bidang sarana

dan prasarana sekolah yang mengungkapkan

bahwa:

Permasalahan lain yang memang masih sering

diusulkan ke pihak yayasan adalah gaji yang diberikan

masih sangat kurang sehingga kadang masih sering menjadi pembicaraan di dalam rapat sekolah. (Sumber: wawancara bagian sarpras pada 27 September 2016).

Dari wawancara tersebut serta didukung dari

studi dokumen terhadap slip gaji salah seorang guru

di sekolah yang sudah mengajar lebih dari 10 tahun

ditemukan bahwa gaji guru masih sangat minim dan

belum mencapai standar UMR Salatiga.

Keempat, image sekolah mahal di mata

masyarakat. Hal ini diungkapkan oleh wakil bidang

kesiswaan bahwa:

Uang SPP siswa di sekolah ini tergolong tinggi yaitu

sekitar 400an ribu per bulannya sehingga membuat

orang tua siswa khususnya yang memiliki anak yang

bukan berasal dari sekolah YPE kurang antusias untuk menyekolahkan ke tempat ini. (Sumber: wawancara bagian kesiswaan pada 3 Oktober 2016).

95

Hal tersebut juga didukung oleh bendahara

sekolah yang mengungkapkan bahwa:

Image sekolah mahal di mata masyarakat dimana SPP

sekolah tiap bulannya itu berkisar Rp. 385.000 s/d Rp.

420.000 (tergantung bulan masuknya) dan UPP sekolah Rp. 4.500.000. (Sumber: wawancara bendahara sekolah pada 1 Oktober 2016).

Dari wawancara tersebut dan didukung dari

studi dokumen terhadap biaya sekolah dan RKAS

tahun 2016/2017 ditemukan bahwa biaya sekolah di

SMP Kristen 2 Eben Haezer Salatiga memang

berkisar antara Rp. 385.000 – Rp. 420.000

tergantung pada waktu kapan calon siswa baru

mendaftar. Semakin cepat calon siswa tersebut

mendaftar maka biaya SPP sekolah pun lebih ringan.

Kelima, perpustakaan sekolah yang belum

memadai. Hal ini diungkapakan oleh wakil kepala

sekolah bidang kurikulum yang mengungkapkan:

Buku-buku di Library juga masih sangat kurang

menunjang karena berisi kebanyakan buku paket,

sedangkan buku fiksi, non fiksi dan buku referensi masih sangat minim. Kondisi ruangan di library juga masih pengap dan panas. (Sumber: wawancara bagian kurikulum pada 3 Oktober 2016).

Senada dengan itu bendahara sekolah juga

sependapat dengan mengungkapkan:

Yang masih kurang di sekolah ini adalah

perpustakaannya. Dari segi buku, tata ruang dan

akses masih kurang. Buku-buku kebanyakan buku

paket sedangkan buku referensi masih sangat kurang.

96

Buku-bukunya banyak yang sudah tua sehingga perlu

ada penambahan buku fiksi, non fiksi dan referensi. (Sumber: wawancara bendahara sekolah pada 4 Oktober 2016).

Hal ini juga dipertegas oleh kepala sekolah

yang mengungkapkan bahwa:

Saat ini sekolah masih menggarap perbaikan sarana dan prasarana perpustakaan dan elengkapan penyediaan referensi buku-bukunya. (Sumber: wawancara kepala sekolah pada 11 Oktober 2016).

Dari wawancara tersebut serta didukung dari

observasi terhadap perpustakaan SMP Kristen 2

Eben Haezer Salatiga, ditemukan bahwa ruang

perpustakaan memang masih belum kondusif, buku-

buku yang tersedia pun kebanyakan buku paket

pelajaran dan juga masih terdapat buku-buku cerita

yang sudah sangat lama.

Keenam, keterbatasan biaya anggaran sekolah

yaitu kenaikan maksimal 10% dari total anggaran di

tahun sebelumnya. Hal ini diungkapkan dari hasil

wawancara dengan wakil bidang kesiswaan yang

mengungkapkan bahwa:

Dana yang diperbolehkan untuk sekolah sangat

terbatas tiap tahunnya yaitu hanya diperbolehkan naik

10% dari biaya tahun lalu sedangkan kadang kegiatan yang dirancang lebih dari dana yang diberikan. (Sumber: wawancara bagian kesiswaan pada 3 Oktober

2016).

97

Bendahara sekolah juga sependapat dengan

hal ini dengan mengungkapkan:

Permasalahan yang terjadi sekarang adalah standar

pengeluaran dana dari yayasan yang sangat rendah.

Sekolah kurang bisa leluasa melakukan kegiatan-

kegiatan tambahan karena dana yang diperbolehkan oleh yayasan hanya boleh 7% - 10% dari total anggaran di tahun sebelumnya. (Sumber: wawancara bendahara sekolah pada 1 Oktober 2016).

Dari wawancara tersebut serta didukung dari

studi dokumen yang dilakukan terhadap RKAS

sekolah pada tahun 2014/2015 dan 2016/2017

ditemukan bahwa adanya keterbatasan anggaran

yang sudah menjadi kebijakan dari yayasan yaitu

sekolah hanya diperbolehkan menaikkan anggaran

setiap tahunnya berkisar antara 10% hingga15% dari

total anggaran tahun lalu.

Ketujuh, penurunan pencapaian nilai UN

tahun 2016. Permasalahan ini terlihat dari ungkapan

wakil kepala sekolah bidang kurikulum bahwa:

Rata-rata nilai Ujian Nasional yang diperoleh selama ini cukup memuaskan. Tetapi tahun ini sekolah

mengalami penurunan pencapaian nilai rata-rata UN

dimana sekolah turun posisi ke enam dari seluruh SMP di Salatiga. (Sumber: wawancara bagian kurikulum pada 3 Oktober 2016 Hal tersebut juga disampaikan oleh kepala

sekolah yang mengungkapkan:

Pencapaian nilai UN tahun ini mengalami penurunan,

sekolah berada di posisi ke enam untuk seluruh SMP di salatiga. (Sumber: wawancara kepala sekolah pada 11 Oktober 2016).

98

Dari wawancara tersebut serta didukung dari

studi dokumen terhadap hasil Ujian Nasional siswa

ditemukan bahwa SMP Kristen 2 Eben Haezer

Salatiga memang mengalami penurunan pencapaian

nilai UN dimana pada tahun 2015 sekolah mampu

meraih peringkat ke dua sekota salatiga untuk

SMP/MTS, kini turun ke peringkat ke enam pada

tahun 2016.

Dari data yang telah dipaparkan tersebut

dapat disimpulkan bahwa permasalahan yang

muncul terkait belum adanya rencana strategis

sebagai acuan dalam merancang program sekolah

tiap tahunnya menimbulkan beberapa permasalahan

di lapangan yaitu: (1) jumlah tenaga pengajar di

sekolah masih terbatas, (2) belum adanya laboran

sekolah, (3) Gaji karyawan yang minim, (4) image

sekolah yang mahal, (5) perpustakaan sekolah yang

belum memadai, (6) keterbatasan biaya anggaran

sekolah dan (7) penurunan pencapaian nilai UN

tahun 2016.

Setelah identifikasi potensi dan masalah

dilakukan, maka tahapan selanjutnya adalah

pengumpulan data.

99

4.2.2 Pengumpulan Data

Tahapan pengumpulan data dilakukan

dengan tujuan untuk menggali informasi yang lebih

dalam dan mendapatkan data yang lebih akurat

terkait permasalahan yang ada. Permasalahan

sekolah yang ditemukan pada tahapan pertama akan

ditinjau ke dalam tujuh aspek sumber daya dan

kapabilitas sekolah yang diharapkan beberapa

permasalahan tersebut dapat dipecahkan melalui

penyusunan rencana strategis berbasis modal

sumber daya sekolah (RBV). Ke tujuh aspek sumber

daya ini meliputi (1) sumber daya finansial, (2)

sumber daya fisik, (3) sumber daya manusia, (4)

sumber daya organisasional, (5) sumber daya

teknologi, (6) sumber daya inovasi dan kreativitas

dan (7) reputasi sekolah.

Pengumpulan data dilakukan melalui

wawancara, observasi dan studi dokumentasi.

Wawancara dilakukan dengan kepala sekolah, wakil

kepala sekolah bidang kurikulum dan kesiswaan,

bidang sarana dan prasarana dan bendahara

sekolah. Wawancara ini bertujuan untuk

mendapatkan informasi dan data-data mengenai

tujuh aspek sumber daya dan kapabilitas sekolah.

Selanjutnya dilakukan juga wawancara dengan

100

beberapa kepala sekolah kompetitor SMP Kristen 2

Eben Haezer Salatiga yaitu SMP Kristen

Laboratiorium Satya Wacana dan SMP Anak Terang

(Bethany school). Wawancara terhadap kompetitor

SMP Kristen 2 Eben Haezer Salatiga ini dilakukan

untuk mendapatkan data dalam menunjang analisis

yang dilakukan terhadap sumber daya dan

kapabilitas SMP Kristen 2 Eben Haezer Salatiga.

Selanjutnya observasi dan studi dokumentasi

dilakukan untuk memperoleh informasi yang lebih

lengkap untuk menunjang hasil wawancara.

Berikut dipaparkan mengenai sumber daya

dan kapabilitas yang dimiliki SMP Kristen 2 Eben

Haezer Salatiga.

a. Sumber Daya Finansial

Dari hasil wawancara mengenai sumber daya

finansial sekolah diperoleh data bahwa dana

operasional sekolah berasal dari dana BOS dan dana

Yayasan. Dana BOS ini terdiri dari dua yaitu dari

APBN dan APBD kota. Selain itu terdapat juga dana

OSIS dan dana sumbangan kasih dari sekolah-

sekolah yang datang promosi ke SMP Kristen 2. Dana

ini merupakan dana kas sekolah yang khusus

digunakan untuk membantu penyelenggaraan

kegiatan operasional kegiatan siswa di sekolah.

101

Anggaran sekolah setiap tahunnya didasarkan

pada RKAS yang disusun pada akhir semester dua

untuk diajukan kepada Yayasan. Selama ini sekolah

tidak pernah kekurangan dana atau melakukan

peminjaman dana ke pihak ketiga karena seluruh

kegiatan sekolah selama satu tahun selalu dapat

terlaksana dengan adanya bantuan dana BOS dan

dana Yayasan. Hal ini disampaikan oleh bendahara

sekolah dalam hasil wawancara bahwa:

Sekolah tidak pernah melakukan peminjaman uang ke pihak ketiga. Selama ini event yang dilakukan sekolah

mengacu ke RKAS sekolah. Dana operasional sekolah

berasal dari dana BOS dari pemerintah dan dana

Yayasan. Selain itu ada juga dana OSIS yang diperoleh

dari uang persembahan ibadah mingguan siswa dan

persembahan tali kasih dari sekolah-sekolah menengah atas yang datang promosi ke sekolah. (Sumber: wawancara bendahara sekolah pada 4 Oktober 2016).

Pernyataan tersebut juga didukung oleh

kepala sekolah yang mengungkapkan bahwa:

Selama saya di sini sejak tahun 2006, sekolah belum pernah meminjam dana ke pihak ketiga untuk

melaksanakan operasional sekolah. Sumber dana

sekolah berasal dari dana BOS pemerintah dan dan

Yayasan dan selama ini dana BOS itu selalu lancar.

Sekolah juga tidak pernah mengalami minus anggaran

dan semua kegiatan sekolah berjalan sesuai dengan RKAS dalam satu tahun. (Sumber: wawancara kepala sekolah sekolah pada 17 Oktober 2016).

Selanjutnya dari studi dokumentasi yang

dilakukan terhadap rencana kegiatan anggaran

sekolah (RKAS) tahun 2016/217, ditemukan bahwa

102

besaran dana BOS APBN yang diterima oleh sekolah

per tahunnya adalah Rp. 254.000.00 dan BOS APBD

kota sebesar Rp. 10.835.000. Sedangkan dana

yayasan yang diterima oleh sekolah sebesar Rp.

989.963.000 dimana dana ini termasuk dana

operasional sekolah dan gaji karyawan selama satu

tahun.

Peran orang tua juga sangat dirasakan oleh

sekolah khususnya dalam membantu kegiatan

sekolah. Tahun lalu orang tua melalui wadah POSG

(Paguyuban orang tua siswa dan guru) berinisiatif

membantu mengadakan kegiatan wacana warsa

yaitu penamatan siswa kelas sembilan yang

diselenggarakan di sebuah hotel di salatiga. Hal ini

diungkapkan oleh bendahara sekolah bahwa:

Peran orang tua sangat besar bagi sekolah, tahun

kemarin dana kegiatan wacana warsa sekolah yang

diadakan di hotel sebagian besar dari POSG karena dana yayasan terbatas. (Sumber: wawancara bendahara sekolah pada 4 Oktober 2016).

Hal senada juga didukung dari pernyataan

kepala sekolah bahwa:

Kadang kegiatan sekolah itu dibantu oleh orang tua

siswa lewat POSG. Contohnya tahun kemarin saat

wacana warsa yaitu penamatan siswa kelas IX. Sekolah

merencanakan kegiatan tersebut dilakukan di internal

sekolah saja sesuai dengan dana yang sudah

dianggarkan oleh yayasan. Namun orang tua berinisiatif untuk menanggung kekurangan dana yang

ada agar acara terebut dapat diadakan di hotel.

103

(Sumber: wawancara kepala sekolah sekolah pada 17 Oktober 2016).

Dari wawancara tersebut serta didukung dari

studi dokumen mengenai laporan kegiatan wacana

warsa sekolah tahun 2015/206 ditemukan bahwa

memang peran orang tua dalam membantu sekolah

khususnya dalam bentuk dana dan fasilitas untuk

mendukung kegiatan sekolah agar menjadi lebih

optimal sangat besar dan hal ini merupakan

keuntungan bagi sekolah karena memiliki komunitas

orang tua siswa yang sangat partisipatif.

Permasalahan yang cukup signifikan juga

dirasakan oleh pihak sekolah terkait pendanaan

sekolah tiap tahunnya yaitu adanya pembatasan

anggaran oleh pihak Yayasan. Rencana anggaran

yang disusun oleh sekolah tiap tahunnya hanya

diperbolehkan mengalami kenaikan maksimal 10%

dari total anggaran kegiatan sekolah di tahun

sebelumnya sehingga hal ini membuat sekolah agak

kesulitan dalam merancang program-program baru

untuk sekolah. Hal ini terlihat dari wawancara

dengan bendahara sekolah yang mengungkapkan

bahwa:

Anggaran sekolah tiap tahunnya itu dibatasi oleh

yayasan yaitu hanya diperbolehkan naik 10% dari

anggaran tahun sebelumnya sehingga sekolah kurang

bisa leluasa melakukan kegiatan-kegiatan tambahan

104

karena dana yang diperbolehkan oleh yayasan hanya

boleh 7% - 10% dari total anggaran di tahun sebelumnya. (Sumber: wawancara bendahara sekolah pada 4 Oktober 2016).

Hal tersebut juga didukung dari wawancara

dengan kepala sekolah yang mengungkapkan:

Semua dana baik SPP maupun UPP siswa itu semua terpusat ke Yayasan. Sekolah selama satu tahun akan

membuat rencana kegiatan dan anggaran yang

dituangkan ke dalam RKAS lalu anggaran yang telah

selesai di rancang akan diajukan ke yayasan. Namun

dana yang diajukan ini sudah di batasi oleh yayasan yaitu kenaikan 10% dari anggaran tahun lalu. (Sumber: wawancara kepala sekolah pada 17 Oktober 2016).

Dari wawancara tersebut serta didukung dari

studi dokumen terhadap RKAS sekolah pada tahun

2015/2016 dan tahun 2016/2017 ditemukan bahwa

sekolah memang mengalami keterbatasan dalam

menaikkan anggaran sekolah tiap tahunnya yang

disebabkan kebijakan dari Yayasan sehingga hal ini

membuat sekolah kesulitan dalam membuat

program-program baru ataupun kegiatan yang

membutuhkan dana yang cukup besar untuk tahun

berikutnya.

b. Sumber Daya Fisik

Data yang diperoleh dari hasil wawancara

yang telah dilakukan terkait sumber daya fisik

sekolah yaitu sekolah telah memiliki sarana dan

prasarana yang telah memenuhi standar pelayanan

105

minimal sekolah. SMP Kristen 2 Eben Haezer telah

memilki WIFI sekolah serta LCD di tiap ruang kelas

untuk menunjang proses pembelajaran agar lebih

optimal. Selain itu sekolah juga telah memasang

CCTV di tiap ruang kelas dan halaman sekolah

untuk memudahkan pemantauan kegiatan yang

terjadi di sekolah dan microphone di tiap ruangan

untuk memudahkan koordinasi.

Fasilitas lain berupa lapangan basket yang

multifungsi, perpustakaan, laboratorium dan ruang

multimedia juga telah disediakan oleh sekolah untuk

memfasilitasi para siswa dalam belajar. Saat ini juga

sekolah sedang membangun Gedung Olah Raga

(GOR) yang diharapkan dapat beroperasi secepatnya.

Namun perlu adanya perawatan secara berkala

terkait sarana yang ada di sekolah untuk menjaga

agar barang-barang tersebut tetap optimal untuk

digunakan. Hal ini sesuai dengan wawancara yang

dilakukan dengan bidang sarana dan prasarana yang

mengungkapkan:

Sarana dan prasarana yang dimiliki sekolah saat ini

ada lapangan yang dapat digunakan untuk bermain

basket atau futsal, LCD ditiap kelas, mircophone di

tiap ruangan, CCTV di 14 tempat termasuk di masing-

masing kelas, ada juga laboratorium, ruang multimedia, dan perpustakaan. (Sumber: wawancara bidang sarpras sekolah pada 4 Oktober 2016).

106

Hal senada juga disampaikan oleh kepala

sekolah yang mengungkapkan bahwa:

Sarana dan prasaran sekolah sudah menunjang dan

sudah memenuhi standar pelayanan minimal dari

pemerintah. Guru-guru juga sudah difasilitasi dengan

LCD ditiap ruangan, WIFI sekolah, Laboratorium dan sebagainya. GOR masih dalam proses penyelesaian

sehingga diharapkan ketiga GOR ini selesai, kegiatan

anak-anak khususnya dalam bidang olahraga dapat

lebih optimal. Namun yang menjadi permasalahan

adalah perlu adanya perbaikan untuk beberapa LCD di

ruang kelas dan penambahan kuota WIFI karena cenderung lambat untuk mengakses internet. (Sumber: wawancara kepala sekolah pada 17 Oktober 2016).

Dari wawancara tersebut terlihat bahwa

sekolah sudah memfasilitasi guru-guru dan peserta

didik dengan baik. Sarana dan prasarana untuk

mengoptimalkan proses belajar mengajar sudah

disediakan oleh sekolah. Hal ini juga didukung dari

observasi yang dilakukan terhadap sarana dan

prasarana sekolah serta studi dokumentasi terhadap

inventarisasi sarana dan prasarana sekolah

ditemukan bahwa sekolah memang sudah dilengkapi

dengan fasilitas lapangan basket, lapangan volley,

media pembelajaran (LCD projector di setiap kelas),

laboratorium komputer berbasis internet (dilengkapi

AC), laboratorium bahasa berbasis IT (dilengkapi AC),

ruang multimedia (dilengkapi AC), perpustakaan,

laboratorium IPA, ruang musik, kafetaria, ruang

konseling, CCTV di setiap ruang kelas dan beberapa

107

titik area sekolah dan hot spot (WIFI) dalam

mengoptimalkan proses kegiatan belajar dan

mengajar di kelas. Namun, diperlukan adanya

perawatan dan pengecekan secara berkala terhadap

sarana dan prasarana sekolah sehingga kualitas

pengajaran di kelas yang berbasis IT dapat terus

dipertahankan.

c. Sumber Daya Manusia

Dari hasil wawancara mengenai sumber daya

sekolah diperoleh data bahwa tenaga pengajar di

sekolah sudah bergelar sarjana bahkan ada tiga guru

yang sudah bergelar master. Selain itu guru-guru

juga telah mengajar sesuai dengan bidang yang

diampuh namun rata-rata guru di sekolah masih

merangkap mengajar mata pelajaran yang lain. Hal

ini terlihat dari wawancara dengan kepala sekolah

yang mengungkapkan bahwa:

Syarat minimal untuk tenaga pengajar sudah terpenuhi. Guru-guru sudah bergelar sarjana dan ada

tiga guru yang sudah bergelar master. Guru-guru di

sekolah 95% berasal dari lulusan UKSW dan sudah

mengajar sesuai dengan bidangnya masing-masing. (Sumber: wawancara kepala sekolah pada 17 Oktober 2016).

Wakil kepala sekolah bidang kurikulum juga

sependapat dengan pernyataan tersebut dengan

mengungkapkan:

108

Guru-guru di sekolah sudah memenuhi kualifikasi

semua bahkan sudah ada guru yang sudah S2. Guru-

guru juga sudah mengajar sesuai bidangnya masing-

masing namun tetap ada tambahan tanggungjawab

yang diberikan di luar bidang yang diampuh. Salah

satu contohnya guru bahasa inggris merangkap mengajar bahasa jawa. (Sumber: wawancara kepala

sekolah pada 17 Oktober 2016).

Hal demikian juga disampaikan oleh bidang

sarana dan prasarana sekolah bahwa:

Tingkat pendidikan guru-guru di sini sudah sarjana

semua dan sudah ada guru yang S2. Guru-guru juga

sudah mengajar sesuai bidangnya namun tetap

memiliki tambahan mengajar mata pelajaran di luar

bidangnya seperti contohnya guru IPA tetapi juga mengajar prakarya. (Sumber: wawancara bidang sarpras sekolah pada 6 Oktober 2016).

Dari wawancara tersebut dan didukung

dengan studi dokumen yang dilakukan terhadap data

tenaga pendidik dan kependidikan serta data

mengenai beban mengajar guru SMP Kristen 2 Eben

Haezer Salatiga ditemukan bahwa terdapat 14 guru

tetap YPE, 4 guru tidak tetap, 3 guru PNS

diperbantukan. Dari data tersebut juga ditemukan

bahwa terdapat 3 guru yang sudah bergelas S2 dan

18 guru lainnya telah bergelar S1. Selanjutnya

ditemukan juga terdapat sekitar 7 guru yang

mengajar dua mata pelajaran di luar dari bidang

keahliannya. Oleh karena itu dapat disimpulkan

bahwa guru-guru di SMP Kristen 2 Eben Haezer

109

Salatiga sudah berkualifikasi Sarjana dan Master.

Namun yang menjadi permasalahan adalah guru-

guru tersebut juga dituntut untuk dapat mengajar

mata pelajaran yang lain di luar dari bidang keahlian

mereka.

Hubungan antar SDM di sekolah pun baik

dan harmonis, serta tingkat adaptasi, loyalitas dan

komitmen pegawai cukup tinggi. Hal ini terlihat dari

dari pernyataan kepala sekolah bahwa:

Hubungan antar karyawan di sekolah serta tingkat adaptasi guru-guru cukup baik. Minggu kemarin ini

kita memiliki tiga kegiatan yang dilakukan secara

bersamaan yaitu live in kelas IX, study tour kelas VIII

dan perkemahan kelas VII dan semua dapat berjalan

dengan baik. Selama ini sepengetahuan saya tidak ada

guru yang mendundurkan diri bahkan rata-rata mereka pensiun di tempat ini. (Sumber: wawancara kepala sekolah pada 17 Oktober 2016).

Hal tersebut juga didukung oleh wakil kepala

sekolah bidang kurikulum yang mengungkapkan:

Loyalitas dan komitmen guru-guru sangat tinggi dan

tidak pernah hitung-hitungan. Guru-guru di tempat ini

tanpa dibayar pun rela memberikan tambahan mata

pelajaran di rumah bagi siswa-siswa yang membutuhkan. (Sumber: wawancara wakasek kurikulum sekolah pada 3 Oktober 2016).

Hal demikian juga disampaikan oleh bidang

sarana dan prasarana sekolah bahwa:

Tidak ada gap antar karyawan dan guru. Contohnya

tiap ada kegiatan, karyawan juga selalu dilibatkan seperti diikutsertakan dalam kegiatan live in,

perkemahan, study tour dan lain sebagainya. Sejauh ini

110

setiap kebijakan bisa dijalankan dengan baik di

sekolah. Tingkat komitmen dan loyalitas pegawa juga

di sekolah ini tinggi dan sejauh ini belum ada pegawai yang saya lihat mengundurkan diri. (Sumber: wawancara bidang sarpras sekolah pada 6 Oktober 2016).

Dari wawancara tersebut serta didukung dari

observasi pada kegiatan sekolah yaitu perayaan Dies

Natalis Sekolah melalui kegiatan Bazaar dan

observasi terhadap kegiatan pelajaran tambahan

pada pukul 06.15 pagi ditemukan bahwa hubungan

antar pegawai di sekolah terjalin dengan baik dalam

menjalankan kegiatan tersebut, komitmen guru-guru

juga tinggi dimana guru-guru datang tepat waktu ke

sekolah. Selain itu, dari studi dokumen yang

dilakukan terhadap data pendidik dan kependidikan,

ditemukan bahwa loyalitas karyawan di SMP Kristen

2 Eben Haezer cukup tinggi mengingat tidak ada

karyawan yang mengundurkan diri bahkan

ditemukan 2 guru yang setia melayani di sekolah

hingga pensiun.

Pengembangan SDM sekolah dilakukan

melalui pelatihan in house training rutin yang

diadakan tiap tahun pada akhir semester satu di

bulan desember dengan mengundang para pakar

pendidikan dari LPMP semarang, Universitas Negeri

Semarang dan dari Dinas pendidikan kota Salatiga.

111

Guru-guru di sekolah juga mendapatkan pelatihan

implementasi kurikulum pendidikan tahun 2013 dari

pemerintah tiga kali dalam satu semester dan aktif

dalam mengikuti MGMP tiap bulannya untuk

pengembangan profesionalisme mereka. Hal ini

terlihat dari wawancara dengan kepala sekolah yang

mengungkapkan bahwa:

Pengembangan SDM sekolah rutin dilaksanakan setiap

tahunnya pada bulan desember dalam bentuk in house training dengan mendatangkan motivator atau pakar di

bidang pendidikan dari LPMP semarang dan dinas

pendidikan kota salatiga terkait implementasi kurtilas atau peningkatan profesionalisme guru. Guru-guru

juga difasilitasi untuk mengikuti MGMP tiap bulannya.

Pemerintah rutin mengadakan pelatihan terkait

implementasi kurtilas di sekolah karena sekolah kita adalah sekolah pilotting dan tahun ini dilakukan tiga

kali dalam satu semester. (Sumber: wawancara kepala sekolah pada 17 Oktober 2016).

Hal senada juga disampaikan oleh wakil

kepala sekolah bidang kurikulum bahwa:

Workshop dari pemerintah diadakan tiga kali dalam

satu semester mengenai kurtilas dengan

mendatangkan instruktur dari provinsi di sekolah.

Sedangkan dari internal sekolah sendiri pelatihan

guru-guru diadakan tiap tahun di akhir semester satu dengan mendatangkan trainer dari UNES dan LPMP

semarang. Untuk tahun kemarin pelatihan diadakan di

luar kota selama tiga hari dan tahun ini disepakati untuk diadakan di sekolah saja. (Sumber: wawancara wakasek bidang kurikulum pada 3 Oktober 2016).

112

Selanjutnya pernyataan tersebut juga

disampaikan oleh wakil kepala sekolah bidang

kesiswaan bahwa:

Workshop atau pelatihan guru-guru untuk

pengembangan diri dilakukan tiap tahunnya di bulan

desember. Kegiatan ini biasa dilakukan di luar sekolah

dengan mendatangkan nara sumber dari luar. Materi yang utama dikembangkan ada dua yaitu spiritual dan akademik/profesionalisme. (Sumber: wawancara wakasek bidang kesiswaan pada 3 Oktober 2016).

Dari wawancara tersebut yang didukung dari

studi dokumen terhadap laporan kegiatan workshop

SMP Kristen 2 Eben Haezer Salatiga pada tahun

2015/2016 dan dari surat yang dikeluarkan oleh

sekolah, ditemukan bahwa bahwa sekolah memang

rutin mengadakan pelatihan kepada guru guru tiap

tahunnya mengenai peningkatan profesionalisme

guru ataupun terkait implementasi kurikulum

pendidikan tahun 2013 (kurtilas).

Kegiatan workshop sekolah pada tahun

2015/2016 dilaksanakan pada tanggal 14-16

Desember 2015 bertempat di Taman Eden 1

Kaliurang, Yogyakarta. Kegiatan ini bertujuan untuk

mereview, merevisi dan membuat RKS, RKAS, RKT,

KKM, RPP dan memotivasi pendidik dalam sisi

spiritualitas dan etos kerja. Selanjutnya, workshop

tersebut juga melibatkan seluruh pendidik dan

113

tenaga kependidikan di sekolah dan juga

mengundang Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan

Olahraga Kota Salatiga, KABID Dikdas-Disdikpora

Kota Salatiga, Kepala Seksi Kurikulum SMP Kota

Salatiga, Pendeta Listijabudi, Ph.D, Ketua Penguru

YP Eben Haezer GKI Salatiga, Pengawas SMP Kota

Salatiga, dan Ketua Komite SMP Kristen 2 Eben

Haezer Salatiga.

Permasalahan mengenai SDM sekolah yang

dirasakan oleh SMP Kristen 2 Eben Haezer selain

dari upah pegawai yang sangat rendah adalah belum

adanya pengembangan atau pelatihan PTK untuk

guru-guru di sekolah. Hal ini dinyatakan oleh wakil

kepala sekolah bidang kurikulum bahwa:

Untuk penghasilan rata-rata sekolah jika dibandingkan

dengan UMR dan rata-rata gaji PNS masih sangat di

bawah. Permasalahan lain adalah meskipun sekolah menjadi pilotting untuk kurtilas namun sekolah belum

memfasilitasi guru-guru untuk pelatihan penulisan PTK. (Sumber: wawancara wakasek bidang kurikulum pada 3 Oktober 2016).

Dari wawancara tersebut yang selanjutnya

didukung dari studi dokumen terhadap kegiatan

tahunan sekolah sekolah tahun 2015/2016 dan

rencana kegiatan sekolah tahun 2016/217

ditemukan bahwa sekolah memang belum

memfasilitasi guru untuk pelatihan penelitian

114

tindakan kelas (PTK). Padahal dari data yang telah

terkumpul, guru-guru di sekolah memiliki kualitas

yang baik dan juga sarana dan prasarana sekolah

yang menunjang. Oleh karena itu diperlukan adanya

optimalisasi kompetensi guru-guru di sekolah saat

ini.

d. Sumber Daya Organisasional

Data yang diperoleh dari hasil wawancara

terkait sumber daya organisasional sekolah yaitu

pertama struktur pelaporan yang dilakukan oleh

sekolah terbagi dalam dua bagian yaitu pelaporan ke

dinas pendidikan dan ke pihak yayasan. Selain itu

terdapat juga sistem pealporan internal yang

diberikan ke kepala sekolah oleh masing-masing

ketua panitia kegiatan sekolah. Hal ini terlihat dari

wawancara dengan wakil kepala sekolah bidang

kurikulum yang mengungkapkan bahwa:

Pelaporan formal yang dilakukan oleh sekolah ada dua

yaitu pelaporan ke Dinas pendidikan dan ke Yayasan.

Untuk kurikulum sendiri kebanyakan sistem

pelaporannya ke Dinas pendidikan sedangkan ke

yayasan biasanya menyangkut nilai anak, prestasi siswa dan jumlah murid baru. (Sumber: wawancara wakasek bidang kurikulum pada 3 Oktober 2016).

115

Pernyataan serupa juga disampaikan oleh

bendahara sekolah bahwa:

Untuk pelaporan terkait finance sendiri ada pelaporan

bulanan ke yayasan mengenai dana yang digunakan

sekolah beserta rinciannya kemudian ditandatangani

oleh kepala sekolah. Untuk pelaporan ke Diknas dilakukan setiap triwulan terkait penggunaan Dana BOS sesuai pentnjuk teknis yang ada. (Sumber: wawancara bendahara sekolah pada 4 Oktober 2016).

Hal ini juga dipertegas oleh kepala sekolah

yang mengungkapan bahwa:

Pelaporan yang dilakukan sekolah selama ini ada dua

yaitu ke dinas pendidikan dan juga ke Yayasan. Untuk

internal sekolah juga ada pelaporan yang diberikan

dari masing-masing ketua kegiatan yang saya sudah tunjuk di awal tahun ajaran. (Sumber: wawancara kepala sekolah pada 17 Oktober 2016).

Dari wawancara tersebut dan didukung dari

studi dokumen yang dilakukan terhadap laporan

sekolah memang ditemukan bahwa sekolah

melaksanakan pelaporan rutin ke dinas tiap

semesternya dan juga setiap kegiatan yang telah

dilakukan oleh sekolah dituangkan ke dalam laporan

pertanggungjawaban yang diserahkan ke Yayasan.

Kedua, sistem perencanaan yang dilakukan

sekolah mengacu ke RKAS tahunan sekolah yang

dirancang bersama guru-guru penanggung jawab

tiap standar dari 8 standar nasional pendidikan di

semester dua setelah evaluasi diri sekolah dilakukan.

116

Hal ini disampaikan oleh wakil bidang kurikulum

bahwa:

Sistem perencanaan sekolah mengacu ke RKAS yang

disusun dengan guru-guru. Jadi guru-guru ini sudah

dibagi di awal tahun ajaran dan masing-masing sudah memiliki tanggung jawab terkait 8 SNP itu. (Sumber: wawancara wakasek bidang kurikulum pada 3 Oktober 2016).

Hal senada juga disampaikan oleh bendahara

sekolah bahwa:

Sistem perencanaan kegiatan dan anggaran sekolah

dilakukan setiap tahun di akhir semester dua dalam

bentuk rapat dengan semua guru yang juga menjadi

penanggungjawab tiap standar nasional pendidikan.

Dalam rapat ini semua saran, kritik, dan masukan akan dicatat untuk menjadi pertimbangan dalam pembuatan RKAS tahun berikutnya. (Sumber: wawancara bendahara sekolah pada 4 Oktober 2016).

Pernyataan tersebut juga didukung oleh

kepala sekolah yang mengungkapkan:

Sistem perencanaan yang dilakukan sekolah mengacu

ke penyusunan RKAS yang diadakan pada bulan juni

sebelum tahun ajaran baru dimulai. Tiap tahun kita ada evaluasi diri sekolah (EDS) yang dijadikan acuan penyusunan kegiatan RKAS tersebut. (Sumber: wawancara kepala sekolah pada 17 Oktober 2016).

Dari wawancara tersebut dan didukung dari

studi dokumen terhadap rencana kegiatan dan

anggaran sekolah tahun 2016/2017 dan dari hasil

laporan pelaksanaan kegiatan di sekolah, ditemukan

bahwa setiap kegiatan yang dilakukan oleh SMP

Kristen 2 Eben Haezer Salatiga memang selalu

117

mengacu kepada anggaran dan rencana kegiatan

sekolah dalam RKAS yang dibuat setiap tahunnya

yang didasarkan kepada 8 standar nasional

pendidikan.

Ketiga, sistem koordinasi yang dilakukan

sekolah dalam bentuk rapat yaitu rapat di tingkat

struktural yang melibatkan kepala sekolah bersama

waka kurikulum dan kesiswaan yang dilakukan

sesuai dengan kebutuhan, rapat bersama pekarya

yang juga tidak terjadwal dan disesuaikan dengan

kebutuhan, rapat dengan seluruh guru-guru

dilakukan rutin sebulan sekali dan rapat

keseluruhan guru dan staf sekolah di akhir tahun.

Selain itu sekolah juga memfasilitasi microphone

yang terhubung di tiap ruangan di kelas untuk

memudahkan koordinasi antar guru, staf dan siswa.

Hal ini diungkapkan oleh wakil kepala sekolah

bidang kurikulum bahwa:

Sistem koordinasi di sekolah sendiri itu ada koordinasi

tingkat struktural dalam bentuk rapat yang melibatkan

bagian kurikulum, kesiswaan dan kepala sekolah.

Koordinasi di tingkat struktural ataupun dengan guru-

guru ini dilakukan sesuai dengan kebutuhan dan tidak ada jadwal rutin tergantung situasi dan kondisi yang dihadapi. (Sumber: wawancara wakasek bidang kurikulum pada 3 Oktober 2016).

118

Hal senada juga disampaikan oleh bendahara

sekolah bahwa:

Sistem koordinasi di sekolah biasanya menggunakan

microphone yang dipasang disetiap ruangan sehingga

memudahkan koordinasi. Selain itu ada juga rapat bulanan dengan guru-guru. (Sumber: wawancara bendahara sekolah pada 4 Oktober 2016).

Pernyataan tersebut juga didukung oleh

kepala sekolah yang mengungkapkan bahwa:

Kita memiliki rapat koordinasi yang rutin diadakan

sebulan sekali dengan guru-guru. Selebihnya

disesuaikan dengan kebutuhan. Jika saya perlu maka

saya akan mengadakan rapat baik bersama waka,

pekarya atau pun karyawan. Untuk guru sendiri kalau

misalnya ada sesuatu yang perlu untuk saya sampaikan biasanya akan saya kumpulkan di pagi hari. (Sumber: wawancara kepala sekolah pada 17 Oktober 2016).

Pernyataan tersebut juga didukung oleh

bidang sarana dan prasarana sekolah yang

mengungkapkan:

Guru-guru ada rapat rutin setiap bulannya dengan

kepala sekolah sedangkan untuk staf atau pekarya ada

juga rapat setiap bulan atau dua bulan sekali. Untuk rapat bersama keseluruhan itu ada di akhir tahun atau di pertengahan semester. (Sumber: wawancara bidang sarpras sekolah pada 6 Oktober 2016).

Dari wawancara tersebut dapat disimpulkan

bahwa terdapat tiga hal yang dilakukan oleh sekolah

terkait sumber daya organisasional yaitu (1) struktur

pelaporan baik internal maupun external sekolah, (2)

sistem perencanaan yang mengacu ke RKAS tahunan

119

sekolah, (3) sistem koordinasi yang terdiri dari rapat

di tingkat struktural, rapat bulanan guru, rapat staf

dan pekarya dan rapat keseluruhan guru dan staf

yang belum terjadwal rutin serta koordinasi melalui

microphone yang terhubung di tiap ruangan di

sekolah.

e. Sumber Daya Teknologi

Sumber daya teknologi yang digunakan

sekolah adalah komputer, wifi sekolah, CCTV, LCD

dan ruang multimedia untuk menunjang

pembelajaran. Guru-guru juga sudah dapat

mengoperasikan teknologi yang ada mesikpun belum

seluruh guru dapat memanfaatkannya. Hal ini

disampaikan oleh wakil kepala sekolah bidang

kurikulum bahwa:

Sekolah sudah memiliki komputer, ruang multimedia,

WIFI, CCTV, dan microphone yang terhubung dengan

ruangan di sekolah untuk memudahkan komunikasi.

Menurut saya dDari segi kemampuan menjalankan teknologi sebagian besar guru-guru sudah mampu apalagi sudah menjadi guru sasaran. (Sumber: wawancara waka bidang kurikulum pada 3 Oktober 2016).

Pernyataan tersebut juga didukung oleh

bidang sarana prasarana sekolah yang

mengungkapkan bahwa:

Saat ini sekolah sudah memiliki WIFI, CCTV, ruang

multimedia, dan LCD. Selain itu ada juga microphone

di tiap kelas untuk memudahkan koordinasi. Untuk

120

tingkat pengetahuan pegawai sendiri dalam

menjalankan teknologi seperti komputer itu sebagian

besar sudah bisa dan sudah dimanfaatkan dalam pembelajaran di kelas. (Sumber: wawancara sarpras sekolah pada 6 Oktober 2016).

Hal senada juga disampaikan oleh bendahara

sekolah bahwa:

Teknologi yang digunakan sekolah saat ini cukup

lengkap. Sekolah sudah menyediakan WIFI, CCTV,

LCD, ruang multimedia. Untuk pemanfaatan dan

pengopreasian teknologi ini, saya kira belum semua

karyawan dapat memanfaatkannya, terlihat dari beberapa guru yang sudah senior yang masih kesulitan

dn juga masih ada karyawan yang belum

memanfaatkan fasilitas WIFI dalam kelas tetapi sebagian besar sudah dapat memanfaatkan. (Sumber: wawancara bendahara sekolah pada 4 Oktober 2016).

Kepala sekolah juga mempertegas hal ini

dengan mengungkapkan:

Di sekolah sudah ada CCTV, WIFI sekolah, lab

multimedia, LCD dan lain sebagainya. Tingkat pengetahuan guru-guru dalam memanfaatkan

teknologi ini sudah baik meskipun belum 100%. Untuk

operasional dasar seperti Ms. Word, Power point,

memutar video sudah mampu tapi lebih dari itu masih ada yang beberapa yang belum mampu. (Sumber: wawancara kepala sekolah pada 17 Oktober 2016).

Selain itu sekolah juga belum memiliki

operator khusus dalam mengoptimalkan teknologi

yang ada di sekolah sehingga web sekolah belum

berjalan dengan optimal dan juga belum tersedianya

web guru-guru mata pelajaran yang dapat

memudahkan berinterkasi dengan siswa dalam

121

pembelajaran di dalam maupun di luar kelas. Hal ini

disampaikan oleh kepala sekolah bahwa:

Web sekolah sudah ada namun web untuk guru-guru

mata pelajaran itu belum ada. Pengelolaan web sekolah juga belum optimal hingga saat ini. (Sumber:

wawancara kepala sekolah pada 17 Oktober 2016).

Pernyataan tersebut juga didukung oleh wakil

bidang kurikulum sekolah yang mengungkapkan

bahwa:

Untuk hak paten dalam menciptakan teknologi sendiri

belum ada karena SDM juga menurut saya belum memadai. Website guru-guru juga sampai saat ini belum ada. (Sumber: wawancara waka bidang

kurikulum pada 3 Oktober 2016).

Dari wawancara tersebut serta didukung dari

studi dokumen terhadap data inventaris alat dan

barang dan pengecekan terhadap website sekolah,

ditemukan bahwa sekolah saat ini sudah memiliki

sumber daya teknologi yang cukup lengkap. Namun,

masih diperlukan solusi strategi untuk peningkatan

sumber daya teknologi ini seperti pengoptimalisasian

web sekolah, pengadaan web guru-guru mata

pelajaran dan peningkatan kemampuan sumber daya

manusia dalam memanfaatkan teknologi tersebut.

122

f. Sumber Daya Inovasi dan Kreativitas

Berdasarkan hasil wawancara mengenai

sumber daya inovasi dan kapabilitas sekolah,

diperoleh data bahwa sekolah belum memiliki tim

pengembangan inovasi dan kreativitas. Sekolah

sesungguhnya sudah memiliki tim pengembang

sekolah secara struktural namun belum optimal

bekerja. Selama ini sekolah memberikan

tanggungjawab kepada masing-masing guru untuk

mengembangkan inovasi dalam pembelajaran

masing-masing. Selain itu guru-guru juga difasilitasi

dengan adanya pengajuan alat atau bahan yang

diperlukan terkait pembelajaran yang akan

dilakukan tiap bulannya. Jika budget yang

dibutuhkan cukup besar maka usulan tersebut akan

dimasukkan ke dalam rencana anggaran sekolah

untuk tahun berikutnya.

Inovasi yang dilakukan sekolah sudah ada

yaitu pembentukan KIS (Karya Ilmiah Siswa),

program literacy dan tahun ini sekolah membuat

program BCP (Brilliant Class Program). Hal ini

diungkapkan oleh wakil kepala sekolah bidang

kurikulum bahwa:

Tim pengembang sekolah sendiri sudah ada namun

masih secara struktural dan belum berjalan optimal. Selama ini inovasi dan kreativitas diserahkan ke guru

123

masing-masing. Inovasi yang sudah dilakukan sekolah

sejauh ini adalah dibentuknya program literacy, kelas

karya ilmiah siswa (KIS) dan program BCP. Untuk program literacy atau budaya membaca sendiri jujur

belum optimal karena masih diselang-seling dengan

kegiatan lain setiap minggunya seperti senam dan jumat bersih. (Sumber: wawancara waka bidang

kurikulum pada 3 Oktober 2016).

Hal demikian juga disampaikan oleh bidang

sarana dan prasarana sekolah bahwa:

Sekolah belum memiliki tim pengembangan inovasi

dikarenakan jumlah SDM sangat terbatas. Kalau dari fasilitas sebenarnya sudah memenuhi untuk

menunjang keberadaan tim inovasi dan kreativitas ini.

Bahkan jika membutuhkan sesuatu pun terkait hal ini

juga bisa langsung mengajukan ke yayasan. Namun

tim inovasi dan kreativitas ini belum ada di sekolah. (Sumber: wawancara bidang sarpras sekolah pada 6 Oktober 2016).

Selanjutnya dari wawancara dengan kepala

sekolah juga disampaikan hal serupa yaitu:

Sekolah belum memiliki tim khusus untuk

pengembangan inovasi dan kreativitas sekolah. Yang

kita punya sekarang itu tim pengembang sekolah tetapi

juga belum optimal berjalan, masih cuma sebatas

terbentuk saja. Selama ini yang berhubungan dengan inovasi atau kreativitas dalam pembelajaran itu diserahkan ke guru masing-masing. (Sumber: wawancara kepala sekolah pada 17 Oktober 2016).

Dari wawancara tersebut dan didukung dari

studi dokumen yang dilakukan terhadap data

struktural sekolah dan data mengenai job desc.

tenaga pendidik dan kependidikan, ditemukan

bahwa sekolah saat ini sudah memiliki tim

124

pengembang sekolah namun belum berjalan. Sekolah

juga belum memiliki tim khusus untuk inovasi dan

kreativitas sekolah padahal sarana dan prasarana

sekolah sudah menunjang untuk diadakannya tim

ini. Inovasi di sekolah selama ini sepenuhnya

diserahkan kepada guru-guru mata pelajaran dan

hal ini belum optimal berjalan.

g. Reputasi

Data yang diperoleh dari wawancara

menunjukkan bahwa sekolah telah terus berupaya

menciptakan reputasi sekolah yang baik di mata

masyarakat. Hal-hal yang sudah dilakukan oleh

sekolah tiap tahunnya adalah dengan mengadakan

program live in yang disertai dengan bakti sosial

masyarakat, study tour, Bazaar sekolah yang berisi

kegiatan pentas seni, lomba dan sekaligus

perkenalan sekolah ke masyarakat dengan

mengundang SD, SMP dan SMA di Salatiga, ikut

serta dalam kegiatan Chistmas parade bersama

seluruh gereja-gereja di salatiga, Open house yang

mengundang SD di salatiga sekaligus mengadakan

lomba-lomba, aksi sosial ke masyarakat dalam

menyambut Natal, kunjungan ke PPA di salatiga dan

memberikan beasiswa bagi anak-anak yang

125

berprestasi. Hal tersebut diungkapkan oleh kepala

sekolah bahwa:

Sekolah selama ini mengadakan banyak kegiatan mulai dari Bazaar, program live in dan study tour. Try out

juga diadakan sekolah dengan mengundang anak-anak

SD di salatiga. Selain itu ada pawai dalam kegiatan

Chistmas parade bersama seluruh gereja-gereja, Open house khusus mengundang anak-anak SD sekaligus

mengadakan lomba. Sekolah juga memiliki tim paduan

suara yang pelayanan ke gereja-gereja tiap bulannya.

Selain itu sekolah juga berkunjung ke kelompok-

kelompok PPA dan menjaring anak-anak yang memiliki prestasi yang bagus dan memberikan bantuan finansial berupa beasiswa bagi anak yang kesulitan. (Sumber: wawancara kepala sekolah pada 11Oktober 2016).

Pernyataan tersebut juga didukung oleh wakil

kepala sekolah bidang kurikulum yang

mengungkapkan bahwa:

Menurut saya pribadi reputasi sekolah saat ini sudah

baik. Tiap sekolah mengadakan aksi sosial ke

masyarakat, melibatkan orang tua juga saat ada

kegiatan sekolah, dan juga ada kunjungan ke PPA dan panti asuhan. Yayasan juga memiliki program untuk

membantu anak yang kurang mampu yaitu GOTA (gerakan orang tua asuh). (Sumber: wawancara waka kurikulum pada 3 Oktober 2016).

Selanjutnya bidang sarana dan prasarana

sekolah juga menyampaikan hal serupa bahwa:

Sekolah setiap tahun mengadakan Bazaar yang

mengundang sekolah-sekolah lain dari SD, SMP SMA

untuk ikut berpartisipasi. Selain itu di akhir-akhir semester tim paduan suara anak berserta guru

pendamping akan ke gereja-gereja untuk pelayanan sekaligus promosi sekolah. (Sumber: wawancara bidang sarpras sekolah pada 6 Oktober 2016).

126

Selain itu sekolah juga sering melibatkan

orang tua dalam setiap kegiatan sekolah. Saat ini

sekolah telah membentuk tim yang dinamakan POSG

(Paguyuban Orang Tua Siswa dan Guru) sebagai

wadah dalam berkomunikasi dengan orang tua. Hal

tersebut disampaikan oleh guru BK yang

mengungkapkan bahwa:

Orang tua sangat mendukung setiap kegiatan yang dilakukan oleh sekolah yang diwadahi melalui program POSG di sekolah. (Sumber: wawancara guru BK pada 21 September 2016).

Hal serupa juga disampaikan oleh bidang

sarana dan prasarana sekolah bahwa:

Sekolah memiliki tim POSG (Paguyuban Orang Tua

Siswa dan Guru) yang selalu dilibatkan dalam kegiatan yang dilakukan oleh sekolah seperti kegiatan live in, bazaar, aksi sosial dan lain sebagainya. (Sumber: wawancara bidang sarpras pada 27 September 2016).

Senada degan itu bendahara sekolah juga

mendukung pernyataan dengan mengungkapkan:

Orang tua melalui POSG sangat koperatif dan terlibat

membantu dalam setiap kegiatan sekolah baik dari segi dana maupun fasilitas. (Sumber: wawancara bendahara sekolah pada 1 oktober 2016).

Selanjutnya kepala sekolah juga mempertegas

pernyataan tersebut dengan mengungkapkan:

Keterlibatan POSG dalam sekolah sangat aktif. Jika

sekolah memiliki kegiatan maka orang tua melalui

wadah POSG ini pasti akan membantu sekolah. Hal ini merupakan kelebihan sekolah karena memiliki orang

tua yang sangat peduli akan pendidikan anak di

127

sekolah dan sangat mendukung kegiatan-kegiatan di sekolah. (Sumber: wawancara kepala sekolah pada 11 oktober 2016).

Dari wawancara tersebut yang juga didukung

dari observasi kegiatan sekolah serta studi dokumen

mengenai laporan kegiatan sekolah ditemukan

bahwa sekolah memang telah menjalankan kegiatan

tahunan seperti live in di thekelan, study tour di

pabrik gula Sondokoro, pabrik teh gunung Subur,

dan museum Sangiran, kegiatan Natal yang

didalamnya terdapat aksi sosial dengan memberikan

bingkisan kepada Polisi yang bertugas tiap pagi di

jalan-jalan sekitar sekolah serta bantuan bahan

pokok ke panti asuhan, perayaan Dies Nataliz

melalui kegiatan Bazaar dan Pentas Seni yang

mengundang SD dan SMP di kota Salatiga.

Disamping itu, dari studi dokumen terhadap

rencana kegiatan dan anggaran sekolah ditemukan

bahwa memang terdapat anggaran bantuan beasiswa

berupa subsidi SPP bagi siswa yang berprestasi baik

akademik maupun non akademik dan siswa yang

kurang mampu tiap tahunnya. Dari data tersebut

terlihat bahwa terdapat sembilan siswa yang

mendapat bantuan subsidi SPP yang berjumlah Rp.

10.800.000 per tahun dan terdapat 88 siswa kurang

128

mampu yang mendapat bantuan subsidi SPP sebesar

Rp. 52.800.000 per tahun.

Sekolah juga aktif dalam mengikuti lomba-

lomba baik dalam bidang akademik maupun non

akademik di dalam ataupun di luar kota untuk dapat

mempertahankan reputasi sekolah di masyarakat.

Hal ini diungkapkan oleh guru BK bahwa:

Para siswa di sekolah sangat aktif mengikuti lomba-lomba dan telah meraih banyak juara di kompetisi baik

akademik maupun non akademik seperti tahun

kemarin mendapat Juara 1 lomba paduan suara dan

juga Juara 3 lomba karya tulis ilmiah yang bersaing dengan SMA dan Mahasiswa se-Jawa Tengah. (Sumber: wawancara guru BK pada 21 September 2016).

Hal senada juga didukung oleh kepala

sekolah yang menungkapkan bahwa:

Anak-anak di tempat ini selalu mengikuti lomba-lomba

baik dalam bidang akademik mau pun non akademik

yang tidak hanya di lingkungan salatiga saja tetapi

sering mengikuti lomba-lomba di luar kota seperti

lomba di UNES, UNY, Magelang. Tahun kemarin

paduan suara kita mendapat Juara 1 lomba di Karangturi. Tim basket sekolah untuk 4 tahun terakhir

juga sering mendapat Juara. Prestasi terbaik tim

basket sekolah saat ini adalah masuk kategori Junio

Junior Basketball League (JRBL) Indonesia tingkat SMP. (Sumber: wawancara kepala sekolah pada 11 oktober 2016).

Dari wawancara tersebut dan didukung dari

studi dokumen terhadap data prestasi akademik

maupun non akademik dari bidang kesiswaan

ditemukan bahwa memang siswa-siswi di SMP

129

Kristen 2 Eben Haezer Salatiga selalu berpartisipasi

dalam kegiatan lomba-lomba akademik maupun non

akademik dan mampu bersaing dengan sekolah-

sekolah lain baik di dalam kota maupun di luar kota.

Hal ini terbukti dari beberapa prestasi yang telah

diraih oleh sekolah sehingga mampu menunjukkan

daya saingnya di masyarakat.

h. Identifikasi Sumber Daya dan Kapabilitas Sekolah

Dari data yang telah dipaparkan sebelumnya,

selanjutnya dilakukan Analisis mengenai sumber

daya internal dan kapabilitas SMP Kristen 2 Eben

Haezer Salatiga yang diharapkan dapat menjadi

sumber keunggulan kompetitif berkelanjutan bagi

sekolah. Berikut merupakan hasil identifikasi

sumber daya dan kapabilitas yang dimiliki sekolah

didasarkan pada tujuh aspek sumber daya internal

yang meliputi: (1) sumber daya finansial, (2) sumber

daya fisik, (3) sumber daya manusia, (4) sumber daya

organisasional, (5) sumber daya teknologi, (6) sumber

daya inovasi dan kreativitas, dan (7) reputasi.

130

Sumber Daya dan Kapabilitas Finansial Jenis Sumber keunggulan kompetitif

Sumber

Daya

Kapasitas sekolah dalam menghasilkan dana

internal Dana Yayasan untuk operasional sekolah

Dana BOS

Kapasitas memperoleh dana bantuan dari

POSG

Kapasitas memberikan beasiswa bagi siswa yang kurang mampu

Kapabilitas

Kemampuan sekolah dalam mengelola dana

internal

Kemampuan sekolah dalam mengelola dana

BOS

Kemampuan pengadaan dan pembelian

barang Kemampuan pengambilan keputusan

pembelian barang

Sumber Daya Dan Kapabilitas Fisik

Jenis Sumber keunggulan kompetitif

Sumber

Daya

Lapangan untuk menunjang kegiatan

olahraga Ruang multimedia dan laboratorium

Ruang kelas berbasis IT

Ruang perpustakaan dan buku penunjang

Akses ke skolah mudah

Lokasi sekolah strategis

Kapabilitas

Kemampuan penyimpanan alat-alat / barang Kemampuan merawat sarana dan prasarana

sekolah

Kemampuan memperbaiki saran dan

prasarana yang rusak

Kecepatan penanganan keluhan terkait

sarana dan prasarana sekolah Kemampuan menggunakan sarana dan

prasarana sekolah

Kemampuan peningkatan atau pengadaan

sarana dan prasarana yang baru

131

Sumber Daya Dan Kapabilitas SDM

Jenis Sumber keunggulan kompetitif

Sumber

Daya

Tingkat pendidikan tenaga pengajar yang sudah

S1 dan S2

Kualitas dan kemampuan karyawan

Loyalitas dan komitmen karyawan

Motivasi karyawan

Hubungan harmonis dan kerjasama yang baik

Tingkat adaptasi karyawan

Penelitian dan publikasi ilmiah

Workshop di luar kota setiap tahun yang

melibatkan LPMP, UNES, Dinas Pendidikan dan

pakar Spiritualitas

Study tour

Pelatihan PTK guru-guru

Kapabilitas

Kemampuan dalam meningkatkan

profesionalisme karyawan

Kemampuan dalam meningkatkan kualifikasi

karyawan

Kemampuan dalam merekrut karyawan baru

Kemampuan mempertahankan karyawan

Kemampuan menciptakan hubungan dan

kerjasama tim yang solid

Kemampuan dalam menggaji dan meningkatkan

gaji karyawan

Kemampuan meneliti dan publikasi ilmiah

132

Sumber Daya Dan Kapabilitas Organisasional

Jenis Sumber keunggulan kompetitif

Sumber

Daya

Perencanaan kerja Sekolah

Perencanaan anggaran sekolah

Supervisi kepala sekolah

Penetapan ketua panitia pada setiap kegiatan di

awal tahun ajaran

Rapat struktural antara kepala sekolah,

kurikulum dan kesiswaan

Rapat kurikulum, TU dan Bendahara

Rapat bulanan guru-guru

Memiliki 2 SD sebagai supplier murid baru tiap

tahun

Kapabilitas

Kemampuan membuat perencanaan sekolah

Kemampuan mengontrol kegiatan-kegiatan

sekolah

Kemampuan berkoordinasi antar karyawan

Kemampuan mengelola kegiatan sekolah

Sumber Daya Dan Kapabilitas Teknologi

Jenis Sumber keunggulan kompetitif

Sumber

Daya

free WIFI di sekolah

CCTV di tiap ruang kelas

LCD di tiap ruang kelas

Microphone yang terhubung ke tiap ruangan

Website sekolah

Website guru-guru mata pelajaran

Sistem anggaran online

Kapabilitas

Kemampuan menggunakan teknologi

Kemampuan membuat website

Kemampuan menciptakan teknologi baru

133

Sumber Daya Dan Kapabilitas Inovasi dan Kreativitas

Jenis Sumber keunggulan kompetitif

Sumber

Daya

Tim pengembang inovasi dan kreativitas

Briliant class program (BCP)

Karya Ilmiah Siswa (KIS)

Kapabilitas Kemampuan penelitian dan pengembangan

inovasi

Kemampuan menyediakan pendamping yang

profesional untuk BCP

Kemampuan menyediakan pendamping yang

profesional untuk KIS

Reputasi

Jenis Sumber keunggulan kompetitif

Sumber

Daya

Sekolah pilotting implementasi kurikulum

pendidikan 2013

POSG (Paguyuban Orang Tua Siswa dan Guru)

GOTA (Gerakan Orang Tua Asuh) dari Yayasan

Study Tour siswa, guru & staff ke bali dua tahun

sekali

Program live in

Aksi sosial sekolah melalui OSIS

Bazar sekolah

Open house sekolah

Bulan bahasa

Pelayanan ke PPA dan gereja-gereja

Aktif dalam lomba-lomba akademik dan non

akademik di dalam maupun di luar kota

Memiliki media sosial sekolah (Facebook,

Instagram atau WhatsApp)

Kapabilitas Kemampuan promosi sekolah

Kemampuan berkoordinasi dengan orang tua

Kemampuan menciptakan reputasi sekolah di

masyarakat

134

a. Analisis Resources Based View dengan

kerangka VRIO

Sumber daya dan kapabilitas yang dimiliki

oleh sekolah saat ini belum tentu dapat dijadikan

sebagai sebuah keunggulan bagi sekolah dalam

meraih keunggulan kompetitif berkelanjutan. SMP

Kristen 2 Eben Haezer Salatiga harus mampu

menciptakan sumber daya dan kapabilitas yang

memiliki perbedaan dengan sekolah-sekolah pesaing

lainnya sehingga mampu menciptakan keunggulan

kompetitif bagi sekolah. Penggunaan uji kerangka

VRIO dalam resource based view akan membantu

sekolah dalam menilai sumber daya dan kapabilitas

yang dimiliki sehingga mampu menghasilkan

keunggulan kompetitif berkelanjutan. Berikut

merupakan hasil pengujian sumber daya dan

kapabilitas sekolah menggunakan analisis uji

kerangka VRIO.

135

Tabel 4.3 Analisis Sumber Daya Sekolah Dengan Kerangka VRIO

SUMBER DAYA

SEKOLAH

KRITERIA IMPLIKASI

KOMPETITIF V R I O

S1

Kapasitas sekolah

dalam

menghasilkan

dana internal

Yes No No Yes Kesetaraan

S2

Kapasitas dana

Yayasan untuk operasional

sekolah

Yes No No Yes Kesetaraan

S3

Kapasitas

memperoleh dana

BOS

Yes No No Yes Kesetaraan

S4

Kapasitas

memperoleh dana bantuan dari

POSG

Yes No No Yes Kesetaraan

S5

Kapasitas

memberikan

beasiswa bagi

siswa yang

kurang mampu

Yes No No Yes Kesetaraan

S6 Lapangan olahraga

Yes No No Yes Kesetaraan

S7 Ruang multimedia

dan laboratorium Yes No No Yes Kesetaraan

S8 Ruang kelas

berbasis IT Yes No No Yes Kesetaraan

S9

Ruang

perpustakaan dan

buku penunjang

Yes No No No Kesetaraan

S10 Akses ke sekolah mudah

Yes No No Yes Kesetaraan

S11

Lokasi sekolah

yang cukup

strategis

Yes No No Yes Kesetaraan

S12

Tingkat

pendidikan tenaga

pengajar yang sudah S1 dan S2

Yes No No Yes Kesetaraan

136

SUMBER DAYA SEKOLAH

KRITERIA IMPLIKASI KOMPETITIF V R I O

S13

Kualitas dan

kemampuan

karyawan

Yes Yes No Yes Keunggulan

Sementara

S14 Loyalitas dan komitmen

karyawan

Yes Yes No Yes Keunggulan Sementara

S15 Motivasi

karyawan Yes Yes No Yes

Keunggulan

Sementara

S16

Hubungan

harmonis dan

kerjasama yang baik antar

karyawan

Yes No No Yes Kesetaraan

S17 Tingkat adaptasi

karyawan Yes No No Yes Kesetaraan

S18 Penelitian dan

publikasi ilmiah No No No No Kelemahan

S19

Workshop di luar

kota setiap tahun

yang melibatkan LPMP, UNNES,

Dinas Pendidikan

dan pakar

Spiritualitas

Yes Yes No Yes Keunggulan

Sementara

S20 Pelatihan PTK

guru-guru No No No No Kelemahan

S21 Perencanaan

kerja sekolah Yes No No No Kesetaraan

S22 Perencanaan

anggaran sekolah Yes No No Yes Kesetaraan

S23 Supervisi kepala

sekolah Yes No No Yes Kesetaraan

S24

Rapat penetapan

ketua panitia

pada setiap

kegiatan di awal tahun ajaran

Yes No No Yes Kesetaraan

S25

Rapat struktural

antara kepala

sekolah,

kurikulum dan

kesiswaan

Yes No No Yes Kesetaraan

137

SUMBER DAYA SEKOLAH

KRITERIA IMPLIKASI KOMPETITIF V R I O

S26

Rapat kurikulum,

TU dan

Bendahara

Yes No No Yes Kesetaraan

S27 Rapat bulanan guru-guru

Yes No No Yes Kesetaraan

S28

Memiliki 2 SD sebagai supplier

murid baru tiap

tahun

Yes Yes Yes Yes Keunggulan

Berkelanjutan

S29 free WIFI di

sekolah Yes No No Yes Kesetaraan

S30 CCTV di tiap

ruang kelas Yes No Yes Yes Kesetaraan

S31 LCD di tiap ruang kelas

Yes No No Yes Kesetaraan

S32

Microphone yang

terhubung ke tiap

ruangan

Yes No No Yes Kesetaraan

S33 Website sekolah Yes No No No Kesetaraan

S34

Website guru-

guru mata

pelajaran

No No No No Kelemahan

S35 Sistem anggaran online

No No No No Kelemahan

S36

Tim pengembang

inovasi dan

kreativitas

No No No No Kelemahan

S37 Briliant Class

Program (BCP) Yes No No Yes Kesetaraan

S38 Karya Ilmiah

Siswa (KIS) Yes No No Yes Kesetaraan

S39

Sekolah pilotting

implementasi kurikulum

pendidikan 2013

Yes Yes No Yes Kunggulan Sementara

S40

POSG (Paguyuban

Orang Tua Siswa

dan Guru)

Yes No No Yes Kesetaraan

S41

GOTA (Gerakan

Orang Tua Asuh) dari Yayasan

Yes No No Yes Kesetaraan

138

SUMBER DAYA SEKOLAH

KRITERIA IMPLIKASI KOMPETITIF V R I O

S42

Study Tour siswa,

guru & staff ke

bali dua tahun

sekali

Yes Yes Yes Yes Keunggulan

Berkelanjutan

S43 Program live in Yes No No Yes Kesetaraan

S44 Aksi sosial sekolah melalui

OSIS

Yes No No Yes Kesetaraan

S45 Bazar sekolah Yes Yes Yes Yes Keunggulan

Berkelanjutan

S46 Open house

sekolah Yes Yes No Yes

Keunggulan

Sementara

S47 Bulan bahasa Yes No No Yes Kesetaraan

S48 Pelayanan ke PPA

dan gereja-gereja Yes No No Yes Kesetaraan

S49

Aktif dalam lomba-lomba

akademik dan

non akademik di

dalam maupun di

luar kota

Yes No No Yes Kesetaraan

S50

Memiliki media sosial sekolah

(Facebook,

Instagram atau

Whats App)

Yes No No Yes Kesetaraan

139

Tabel 4.4 Analisis Kapabilitas Sekolah dengan

Kerangka VRIO

KAPABILITAS SEKOLAH KRITERIA IMPLIKASI

KOMPETITIF V R I O

K1

Kemampuan

sekolah dalam

mengelola dana

internal

Yes No No Yes Kesetaraan

K2

Kemampuan sekolah dalam

mengelola dana

BOS

Yes No No Yes Kesetaraan

K3

Kemampuan

pengadaan dan

pembelian barang

Yes No No Yes Kesetaraan

K4

Kemampuan pengambilan

keputusan

pembelian barang

Yes No No Yes Kesetaraan

K5

Kemampuan

penyimpanan alat-

alat / barang

Yes No No Yes Kesetaraan

K6

Kemampuan

merawat sarana dan prasarana

sekolah

Yes No No No Kesetaraan

K7

Kemampuan

memperbaiki

sarana dan

prasarana yang rusak

Yes No No No Kesetaraan

K8

Kecepatan

penanganan

keluhan terkait

sarana dan

prasarana sekolah

No No No No Kelemahan

K9

Kemampuan menggunakan

sarana dan

prasarana sekolah

Yes No No Yes Kesetaraan

140

KAPABILITAS SEKOLAH KRITERIA IMPLIKASI

KOMPETITIF V R I O

K10

Kemampuan

peningkatan atau

pengadaan sarana

dan prasarana yang

baru

Yes No No Yes Kesetaraan

K11

Kemampuan dalam meningkatkan

profesionalisme

karyawan

Yes Yes No Yes Sementara

K12

Kemampuan dalam

meningkatkan

kualifikasi karyawan

No No No No Kelemahan

K13

Kemampuan dalam

merekrut karyawan

baru

Yes No No No Kesetaraan

K14

Kemampuan

mempertahankan

karyawan

Yes No No No Keserataan

K15

Kemampuan

menciptakan hubungan dan

kerjasama tim yang

solid

Yes No No Yes Kesetaraan

K16

Kemampuan dalam

menggaji dan

meningkatkan gaji karyawan

No No No No Kelemahan

K17

Kemampuan

meneliti dan

publikasi ilmiah

No No No No Kelemahan

K18

Kemampuan

membuat

perencanaan kerja

dan anggaran sekolah

Yes No No Yes Kesetaraan

K19

Kemampuan

mengontrol

kegiatan-kegiatan

sekolah

Yes No No Yes Kesetaraan

141

KAPABILITAS SEKOLAH KRITERIA IMPLIKASI

KOMPETITIF V R I O

K20

Kemampuan

berkoordinasi antar

karyawan

Yes No No Yes Kesetaraan

K21

Kemampuan

mengelola kegiatan

sekolah

Yes No No Yes Kesetaraan

K22

Kemampuan

menggunakan

teknologi

Yes No No Yes Kesetaraan

K23

Kemampuan

membuat dan

mengelola website

Yes No No No Kesetaraan

K24

Kemampuan

menciptakan teknologi baru

No No No No Kelemahan

K25

Kemampuan

penelitian dan

pengembangan

inovasi

No No No No Kelemahan

K26

Kemampuan

menyediakan pendamping yang

profesional untuk

BCP

Yes No No Yes Kesetaraan

K27

Kemampuan

menyediakan

pendamping yang

profesional untuk KIS

Yes No No Yes Kesetaraan

K28 Kemampuan

promosi sekolah Yes No No Yes Kesetaraan

K29

Kemampuan

berkoordinasi

dengan orang tua

Yes No No Yes Kesetaraan

K30

Kemampuan

menciptakan reputasi sekolah di

masyarakat

Yes No No Yes Kesetaraan

142

b. Analisis hasil uji VRIO untuk memperoleh kekuatan dan kelemahan sekolah

Setelah dilakukan uji analisis VRIO terhadap

sumber daya dan kapabilitas sekolah, selanjutnya

diadakan analisis mengenai sumber daya dan

kapabilitas yang menjadi kekuatan atau kelemahan

bagi sekolah.

Tabel 4.5 Analisis Hasil Uji VRIO Terhadap Kekuatan dan

Kelemahan Sekolah

Sumber Daya

Kelemahan

Kekuatan

(kesetaraan kompetitif)

Kekuatan

(keunggulan kompetitif sementara)

Kekuatan

(keunggulan Kompetitif

berkelanjutan

Finansial

S1, S2, S3,

S4, S5, K1, K2, K3, K4,

Fisik K8

S6, S7, S8,

S9, S10, K5, K6, K7, K9,

K10

SDM S18, S20, K12, K16,

K17

S12, S16, S17, K11, K13, K14,

K15

S13, S14, S15, S19

Organisasi

onal

S21, S22, S23, S24, S25, S26,

S27, K18, K19, K20,

K21

S28

Teknologi S34, S35,

K24

S29, S30,

S31, S32, S33, K22,

K23

Inovasi dan Kreativitas

S36, K25 S37, S38, K26, K27

Reputasi

S40, S41, S43, S44, S47, S48, S49, S50,

K28, K29, K30

S39, S46 S42, S45

143

Berdasarkan analisis dari hasil uji VRIO

terhadap sumber daya dan kapabilitas sekolah, maka

diperoleh hasil bahwa SMP Kristen 2 Eben Haezer

Salatiga memiliki 3 kekuatan kompetititf

berkelanjutan yaitu: (1) memiliki 2 SD sebagai

supplier murid baru setiap tahunnya yaitu SD

Kristen 3 dan SD Kristen 4; (2) kegiatan study tour ke

bali bersama guru, staf dan seluruh siswa tiap dua

tahun sekali; (3) Bazaar sekolah.

Sekolah juga memiliki 6 kekuatan tetapi hanya

bersifat sementara yaitu: (1) kualitas dan

kemampuan karyawan, (2) loyalitas dan komitmen

karyawan, (3) Motivasi Karyawan, (4) Workshop di

luar kota setiap tahun yang melibatkan LPMP,

UNNES, Dinas Pendidikan dan pakar Spiritualitas,

(5) Sekolah pilotting implementasi kurikulum

pendidikan 2013, (6) Open house sekolah.

Dari hasil analisis pada tabel 4.3 ditemukan

juga 11 kelemahan sekolah yang terdiri dari 5

kelemahan pada aspek sumber daya sekolah dan 6

pada aspek kapabilitas sekolah. Sumber daya yang

menjadi kelemahan bagi sekolah meliputi: (1)

penelitian dan publikasi ilmiah; (2) pelatihan PTK

guru-guru; (3) website guru-guru mata pelajaran; (4)

sistem anggaran online; (5) Tim pengembang inovasi

144

dan kreativitas. Sedangkan kapabilitas yang menjadi

kelemahan bagi sekolah sekolah meliputi: (1)

kecepatan penanganan keluhan terkait sarana dan

prasarana sekolah; (2) Kemampuan dalam

meningkatkan kualifikasi karyawan; (3) kemampuan

dalam menggaji dan meningkatkan gaji karyawan; (4)

kemampuan meneliti dan publikasi ilmiah; (5)

kemampuan menciptakan teknologi baru; (6)

kemampuan penelitian dan pengembangan inovasi.

Selanjutnya sumber daya dan kapabilitas sekolah

lainnya juga merupakan kekuatan sekolah tetapi

bersifat setara dengan sekolah-sekolah lain yang

berarti bahwa sekolah-sekolah pesaing juga memiliki

sumber daya dan kapabilitas yang sama.

4.2.3 Desain Produk

Setelah mengidentifikasi kekuatan dan

kelemahan sekolah yang dilakukan melalui teknik

analisis Resource Based View (RBV) dengan uji

kerangka VRIO, maka langkah selanjutnya adalah

menyusun desain produk berupa strategi berbasis

Resourse Based View (RBV) untuk menciptakan

keunggulan bersaing SMP Kristen 2 Eben Haezer

Salatiga. Strategi yang disusun dapat dilihat pada

4.4 berikut.

145

Tabel 4.4 Strategi berbasis RBV untuk menciptakan keunggulan kompetitif SMP Kristen 2 Eben Haezer Salatiga

No. Sumber Daya Strategi Program

1 Finansial Peningkatan pengelolaan keuangan melalui perencanaan anggaran secara periodik (tahunan) sebagai dasar pengendalian operasional sekolah

Peningkatan pemberian beasiswa untuk siswa yang kurang mampu

Perumusan kebutuhan anggaran tiap divisi standar nasional pendidikan

Perencanaan anggaran pembelian barang kebutuhan sekolah

Perencanaan anggaran perawatan dan perbaikan barang

Perancanaan anggaran persediaan barang

Peningkatan jumlah penerima beasiswa dengan pemberian bantuan melalui subsidi silang

2 Fisik Pembaharuan dan pemeliharaan fasilitas sarana dan prasarana sekolah

secara periodik (tahunan) dalam peningkatan aktivitas pembelajaran

Pengaadaan analisis dan seleksi terhadap kebutuhan sarana pembelajaran

Peningkatan akses dan sarana perpustakaan

Inventarisasi sarana dan prasarana yang dimiliki terkait

perawatan, perbaikan atau penggantian

Analisis terhadap materi pelajaran yang membutuhkan penyediaan alat atau media

Seleksi menurut skala prioritas terhadap alat atau bahan yang pengadaannya mendesak

146

No. Sumber Daya Strategi Program

Fisik

Pembuatan sistem perpustakaan berbasis digital yang bekerja sama dengan UKSW

Fakultas TI untuk memudahkan para siswa mengakses buku yang diinginkan Penambahan buku-buku (referensi, fiksi, non fiksi) untuk menambah

daya tarik minat baca siswa

3 SDM Pengembangan kualitas tenaga pendidik dan kependidikan secara berkala dan terencana

Peningkatan jumlah SDM sekolah dengan membuat sistem rekrutmen karyawan

Penetapan sistem reward berbasis prestasi kinerja

tenaga pendidik

Pelatihan mengenai penelitian dan publikasi ilmiah secara berkala

Pelatihan PTK untuk meningkatkan praktik pembelajaran di sekolah dan efisiensi pengelolaan pendidikan

Profesional Development (PD) tenaga pendidik dan kependidikan yang dibutuhkan

berdasarkan hasil evaluasi kinerja

A Community Of Transformed Servants (ACTS) untuk mengembangkan profesionalisme dan hubungan antar tenaga pendidik

147

No. Sumber Daya Strategi Program

SDM Perekrutan karyawan dengan menggunakan metode data job description dan job spesification dalam proses rekrutmen

Penentuan besaran

reward yang dapat diberikan sesuai dengan kreativitas dan ide yang dihasilkan karyawan yang berdampak pada peningkatan kinerja Evaluasi secara berkala terhadap produktivitas tenaga pendidik dan kependidikan sebagai pertimbangan kenaikan gaji dan pengembangan karir berdasarkan kinerja yang dihasilkan

4 Organisasional Peningkatan sistem koordinasi dalam

memaksimalkan

penyampaian informasi kepada pendidik dan tenaga kependidikan

Pengadaan analisis dan evaluasi terhadap kebutuhan dan harapan siswa di SD Kristen 3 dan SD Kristen 4 terhadap SMP Kristen 2

Pembentukan subject leader pada

masing-masing bidang mata pelajaran

Pembuatan

information board untuk mempermudah penyampaian informasi dan efesiensi waktu

Evaluasi berupa pemberian kuesioner kepada murid-murid kelas 6 SD YPE

148

No. Sumber Daya Strategi Program

Organisasional terkait kebutuhan dan harapan akan keberadaan SMP Kristen 2

5 Teknologi Peningkatan

website sekolah sebagai sarana informasi bagi siswa dan orang

tua sekaligus memperluas jangkauan promosi sekolah

Peningkatan sistem perencanaan dan pengontrolan anggaran melalui sistem SOB (School

Online Budgetting) yang dapat diakses oleh seluruh pihak sekolah dan orang tua

Peningkatan jaringan internet untuk mengoptimalkan proses pembelajaran di sekolah

Peningkatan sistem ujian dan penilaian sekolah melalui sistem COBA

(Computer Based Assignments) dan ORASI (Online

Grading System)

Pembuatan web

sekolah yang dipadukan dengan agenda bulanan siswa dan bidang

mata pelajaran untuk mengoptimalkan informasi mengenai jadwal, kegiatan, tugas dan materi tiap bulannya

Pembuatan sistem SOB (School Online Budgetting) yang bekerjasama dengan UKSW Fakultas TI untuk mempermudah perencanaan dan pengecekan anggaran serta bentuk transparansi kepada seluruh

warga sekolah dan orang tua

Peningkatan jaringan wifi sekolah untuk mengoptimalkan pembelajaran berbasis IT di sekolah

Peningkatan proses penilaian dan efisiensi penggunaan kertas dengan membuat sistem

149

No. Sumber Daya Strategi Program

Teknologi COBA (Computer Based Assignments) dan

ORASI (Online

Grading System) yang bekerjasama

dengan UKSW Fakultas TI

6 Inovasi dan Kreativitas

Pembentukan tim pengembang inovasi dan kreativitas sekolah

Peningkatan budaya membaca secara berkala melalui kegiatan

Book Weeks Peningkatan minat,

motivasi serta menciptakan sekolah yang menyenangkan

melalui penyelenggaraan kegiatan Spirit Week secara berkala

Peningkatan wawasan siswa terhadap dunia kerja melalui

penyelenggaraan ICP (Inspiration

Class Program)

Pembentukan tim pengembang inovasi dan kreativitas yang terdiri dari kepala sekolah, bidang kurikulum, guru komputer dan sains yang bekerjasama /berkolaborasi dengan UKSW fakultas FKIP, Elektro dan atau

FTI untuk menentukan perencanaan inovasi dalam meningkatkan kualitas pelayanan kepada para siswa di sekolah

Penyelenggaraan

program Book Weeks yang di rangkai dengan kegiatan Bulan Bahasa untuk meningkatkan minat baca dan wawasan akan budaya Indonesia

Penyelenggaraan program Spirit Week untuk

menciptakan sekolah yang menyenangkan.

150

No. Sumber Daya Strategi Program

Inovasi dan Kreativitas

meningkatkan minat dan motivasi siswa untuk bersekolah serta menciptakan

hubungan yang lebih erat antar guru dan siswa

Penyelenggaraan program ICP (Inspiration Class Program) yang

berkolaborasi dengan orang tua siswa sebagai wadah menambah wawasan siswa tentang dunia kerja

7 Reputasi Peningkatan hubungan antar sekolah-sekolah di salatiga melalui penyelenggaraan kegiatan internal dan promosi sekolah.

Peningkatan kegiatan kebersamaan

antara tenaga pendidik dan

kependidikan, siswa dan orang tua

Peningkatan hubungan dengan sekolah-sekolah di lingkungan sekitar serta kegiatan promosi sekolah melalui kegiatan internal yaitu Bazaar sekolah yang dirangkai dengan Expo

Pendidikan dan

Open House Kegiatan STPD

(Students,

Teachers, Parents Day) secara berkala untuk meningkatkan hubungan antar pihak sekolah, guru dan siswa

151

No. Sumber Daya Strategi Program

Reputasi Peningkatan hubungan dan komunikasi antar pihak sekolah

dengan orang tua Peningkatan

kegiatan pembelajaran berbasis dunia luar

Peningkatan kegiatan aksi sosial ke masyarakat

Peningkatan komunikasi dengan menggunakan

jejaring sosial seperti WA,

Facebook, Instagram dan atau BBM)

Pembuatan School News secara berkala yang berisi tentang kegiatan siswa di sekolah baik akademik maupun non akademik, testimony siswa mengenai kehidupan di sekolah, testimony guru dan lain sebagainya.

Pelaksanaan pembelajaran berbasis pengalaman dengan dunia luar seperti live in,

study tour) Pelaksanaan

kegiatan aksi sosial dengan masyarakat melalui program CCS (Christian

Community Servants)

Pada aspek sumber daya finansial sekolah,

strategi yang disarankan adalah pertama,

peningkatan pengelolaan keuangan melalui

perencanaan anggaran secara periodik (tahunan)

sebagai dasar pengendalian operasional sekolah.

152

Strategi ini diharapkan dapat dilakukan dengan

menyelenggarakan beberapa program yaitu: (a)

melakukan perumusan kebutuhan anggaran tiap

divisi standar nasional pendidikan; (b) melakukan

perencanaan anggaran pembelian barang kebutuhan

sekolah; (c) melakukan perencanaan anggaran

perawatan dan perbaikan barang; (d) melakukan

perancanaan anggaran persediaan barang.

Perencanaan anggaran tersebut bagi sekolah dapat

memberikan manfaat yaitu sebagai kerangka kerja

strategis, alat untuk meneliti perkembangan

anggaran kegiatan, pengawasan terhadap kondisi

keuangan, dan sebagai evaluasi untuk perbandingan

keuangan sekolah tiap periode.

Selain itu, strategi kedua yang disarankan

adalah peningkatan pemberian beasiswa untuk siswa

yang kurang mampu. Strategi ini dapat dilakukan

melalui program subsidi silang untuk menambah

kuota jumlah penerima beasiswa bagi siswa yang

kurang mampu. Subsidi silang ini dilakukan dengan

menaikkan jumlah SPP siswa dari ekonomi kelas

atas untuk selanjutnya disubsidi ke siswa yang

kurang mampu. Program ini disarankan untuk

dibicarakan terlebih dahulu dengan pihak orang tua

pada saat pendaftaran siswa baru sehingga tidak

153

terjadi kesalahpahaman karena adanya perbedaan

jumlah uang SPP. Program subsidi silang ini juga

dapat merekontruksi image sekolah yang mahal di

mata masyarakat dan membuka kesempatan bagi

siswa-siswa yang kurang mampu untuk menikmati

pendidikan yang sama dengan siswa lainnya.

Pada aspek sumber daya fisik sekolah, strategi

yang disarankan adalah pertama pembaharuan dan

pemeliharaan fasilitas sarana dan prasarana sekolah

secara periodik (tahunan) dalam peningkatan

aktivitas pembelajaran. Strategi ini dapat dicapai

melalui program inventarisasi sarana dan prasarana

yang dimiliki untuk dilakukan perawatan, perbaikan

atau penggantian. Dengan adanya program

inventarisasi ini akan membantu bidang sarana dan

prasarana sekolah untuk memantau dan mengecek

kondisi alat atau pun barang di sekolah.

Inventarisasi ini diharapkan dilakukan tiap 3 bulan

sekali yang bekerjasama dengan wali-wali kelas

untuk pendataan barang yang ada.

Selain itu, strategi kedua yang disarankan

yaitu pengadaan analisis dan seleksi terhadap

kebutuhan sarana pembelajaran. Strategi ini dapat

dicapai melalui program seleksi sarana maupun

prasarana sekolah menurut skala prioritas terhadap

154

alat atau bahan yang pengadaannya mendesak.

Selanjutnya strategi ketiga adalah peningkatan akses

dan sarana perpustakaan. Strategi ini dapat

dilakukan dengan (a) membuat sistem perpustakaan

berbasis digital yang bekerja sama dengan UKSW

Fakultas TI untuk memudahkan para siswa

mengakses buku yang diinginkan; (b) mengadakan

penambahan buku-buku (referensi, fiksi, non fiksi)

untuk menambah daya tarik dan minat baca siswa.

Pada aspek sumber daya manusia, strategi

yang disarankan adalah pertama, pengembangan

kualitas tenaga pendidik dan kependidikan secara

berkala dan terencana. Strategi ini dapat dilakukan

melalui program (a) mengadakan pelatihan mengenai

penelitian dan publikasi ilmiah secara berkala; (b)

mengadakan pelatihan PTK untuk meningkatkan

praktik pembelajaran di sekolah dan efisiensi

pengelolaan pendidikan; (c) mengadakan profesional

development tenaga pendidik dan kependidikan

berdasarkan hasil evaluasi kinerja; (d) membuat

program A Community Of Transformed Servants

(ACTS) untuk mengembangkan profesionalisme dan

hubungan antar tenaga pendidik. Program ACTS

adalah program yang dapat dilakukan 2 bulan sekali

oleh sekolah di minggu ke empat dengan berbagai

155

kegiatan seperti seminar pendidikan kristen, out

bound, ibadah, sharing perbidang mata pelajaran,

pelatihan bidang mata pelajaran dan sebagainya

yang bertujuan untuk meningkatkan profesionalisme

tenaga pendidik dalam mengajar ataupun

menemukan solusi dalam memecahkan masalah

dalam pengajaran di kelas. Strategi kedua adalah

peningkatan jumlah SDM sekolah dengan membuat

sistem rekrutmen karyawan. Strategi ini dapat

dilakukan dengan program perekrutan karyawan

menggunakan metode data job description dan job

spesification dalam proses rekrutmen. Job description

merupakan sebuah pernyataan tertulis mengenai apa

yang dikerjakan oleh calon karyawan, bagaimana hal

terebut dilakukan dan mengapa hal tersebut

dilakukan. Job description ini meliputi tugas dan

tanggungjawab yang diperlukan dari pekerjaan

tersebut. Sedangkan job specification adalah sebuah

pernyataan mengenai kualifikasi yang harus dimiliki

oleh calon karyawan seperti tingkat pendidikan,

keterampilan dan kemampuan yang dimiliki.

Selanjutnya strategi ketiga adalah penetapan sistem

reward berbasis prestasi kinerja pendidik. Strategi ini

dapat dilakukan dengan beberapa progam kegiatan

yaitu: (a) menentukan besaran reward yang dapat

156

diberikan sesuai dengan kreativitas dan ide yang

dihasilkan karyawan yang berdampak pada

peningkatan kinerja, (b) melakukan evaluasi secara

berkala terhadap produktivitas tenaga pendidik dan

kependidikan sebagai pertimbangan kenaikan gaji

dan pengembangan karir berdasarkan kinerja yang

dihasilkan.

Pada aspek sumber daya organisasional,

strategi yang disarankan adalah pertama,

peningkatan sistem koordinasi dalam

memaksimalkan penyampaian informasi kepada

pendidik dan tenaga kependidikan. Strategi ini dapat

dilakukan dengan menyelenggarakan program

seperti: a) membentuk subject leader pada masing-

masing bidang mata pelajaran, (b) membuat

information board untuk mempermudah

penyampaian informasi dan efesiensi waktu.

Subject leader adalah ketua dari guru-guru

bidang mata pelajaran yang dipilih oleh kepala

sekolah yang memiliki kompetensi dan kinerja yang

baik serta memiliki jiwa kepemimpinan. Subject

leader akan bertanggungjawab terhadap kegiatan

pada bidang mata pelajarannya seperti menjamin

penyelesaian program semester, program tahunan,

sillabus mata pelajaran, memimpin sharing pada

157

kegiatan ACTS untuk menemukan solusi terkait

permasalahan dalam kelas, memantau kemajuan

dan target ketercapaian tujuan pembelajaran

masing-masing guru mata pelajaran dan menyusun

serta mengevaluasi kegiatan-kegiatan terkait bidang

mata pelajaran. Sedangkan Informastion Board

adalah papan informasi yang dipasang di ruang

guru, kantor ataupun di depan ruang kepala sekolah

untuk mempermudah penyampaian informasi antar

tenaga pendidik dan kependidikan.

Selain itu, strategi kedua yang disarankan

adalah pengadaan analisis dan evaluasi terhadap

kebutuhan dan harapan siswa di SD Kristen 3 dan

SD Kristen 4 terhadap SMP Kristen 2. Strategi ini

dapat dilakukan dengan mengadakan evaluasi

berupa pemberian kuesioner kepada murid-murid

kelas 6 SD YPE terkait kebutuhan dan harapan akan

SMP yang diinginkan. Hal ini bertujuan sebagai

evaluasi dan untuk memetakan keingingan dan

harapan calon siswa terhadap sekolah sehingga

nantinya diharapkan para siswa SD Kristen 3 dan SD

Kristen 4 dapat terjaring 100% melanjutkan studi ke

SMP Kristen 2 Eben Haezer Salatiga.

Pada aspek sumber daya teknologi, strategi

yang disarankan adalah pertama, peningkatan

158

website sekolah sebagai sarana informasi bagi siswa

dan orang tua sekaligus memperluas jangkauan

promosi sekolah. Strategi ini dapat dicapai dengan

membuat web sekolah yang dipadukan dengan

agenda bulanan siswa dan bidang mata pelajaran

untuk mengotimalkan informasi mengenai jadwal,

kegiatan, tugas dan materi tiap bulannya. Web

sekolah disarankan dapat dipadukan dengan web

untuk guru-guru mata pelajaran sehingga

memudahkan siswa dan orang tua melihat informasi

yang tidak hanya seputar kegiatan dan foto-foto

kegiatan sekolah tetapi juga dapat memantau jadwal

dan agenda siswa di kelas tiap bulannya, materi yang

akan dipelajari perbulannya dan jadwal tes untuk

tiap mata pelajaran setiap bulannya. Strategi kedua

adalah peningkatan sistem perencanaan dan

pengontrolan anggaran melalui sistem SOB (School

Online Budgetting) yang dapat diakses oleh seluruh

pihak sekolah dan orang tua. Strategi ini dapat

dicapai dengan bekerjasama dengan UKSW Fakultas

TI dalam membuat sistem SOB (School Online

Budgetting) sehingga mempermudah proses

pembuatan perencanaan dan pengecekan anggaran

sekolah. Selain itu sebagai bentuk transparansi

kepada seluruh warga sekolah dan orang tua dalam

159

meningkatkan kepercayaan mereka terhadap sekolah

terkait pengelolaan anggaran yang tepat sasaran.

Strategi ketiga adalah peningkatan jaringan internet

untuk mengoptimalkan proses pembelajaran di

sekolah. Strategi ini dapat dilakukan dengan

meningkatkan jaringan wifi sekolah untuk

mengoptimalkan pembelajaran berbasis IT. Hal ini

dimaksudkan untuk memaksimalkan waktu

pembelajaran di kelas yang menggunakan internet

serta menjaga kenyamanan para siswa dalam belajar.

Strategi keempat adalah peningkatan sistem ujian

dan penilaian sekolah melalui sistem COBA

(Computer Based Assingments) dan ORASI (Online

Grading System). Strategi ini dapat dilakukan dengan

bekerjasama dengan UKSW Fakultas TI dengan

membuat sistem COBA (Computer Based

Assingments) dan ORASI (Online Grading System)

yang bertujuan untuk mengoptimalkan sumber daya

yang dimiliki sekolah sehingga memudahkan guru-

guru khususnya wali kelas melakukan penilaian dan

pembuatan raport, efisiensi biaya kertas dan fotocopy

soal dan mengurangi penggunaan kertas tiap

tahunnya (paper less).

Pada aspek sumber daya inovasi dan

kreativitas, strategi yang disarankan adalah pertama,

160

pembentukan tim pengembang inovasi dan

kreativitas sekolah. strategi ini dapat dilakukan

dengan membentuk tim pengembang inovasi dan

kreativitas yang terdiri dari kepala sekolah, bidang

kurikulum, guru komputer dan sains yang

bekerjasama/berkolaborasi dengan pihak UKSW

fakultas FKIP, Elektro dan atau TI untuk

menentukan perencanaan inovasi dalam

meningkatkan kualitas pelayanan kepada para siswa

di sekolah. Strategi kedua adalah peningkatan

budaya membaca secara berkala melalui kegiatan

Book Weeks. Strategi ini dapat dilakukan dengan

menyelenggarakan program Book Weeks yang di

rangkai dengan kegiatan Bulan Bahasa untuk

meningkatkan minat baca dan wawasan akan

budaya Indonesia. Program Book Weeks adalah

program literacy yang dilakukan di semester satu

dimana selama dua minggu di bulan tertentu seluruh

warga sekolah (murid, guru, kepala sekolah, TU dan

pekarya) akan menyediakan waktu selama 15 menit

tiap harinya untuk membaca. Panita akan

menentukan masing-masing satu buku yang akan

dibaca di tiap grade kemudian menyediakan form

untuk menuliskan rangkuman bacaan di hari

terakhir. Selanjutnya di hari terakhir akan ada

161

gallery walk antar kelas mengenai pementasan isi

buku yang dibaca. Kegiatan ini dapat berupa role

play per kelas, pembuatan komik, panggung boneka,

story telling dipadukan dengan kostum yang

mendukung dan sebagainya. Strategi ketiga adalah

peningkatan minat, motivasi serta sekolah yang

menyenangkan melalui penyelenggaraan kegiatan

Spirit Week secara berkala. Strategi ini dapat dicapai

dengan menyelenggarakan program Spirit Week

untuk menciptakan sekolah yang menyenangkan,

meningkatkan minat dan motivasi siswa untuk

bersekolah serta menciptakan hubungan yang lebih

erat antar guru dan siswa. Program ini dapat

diselenggarakan sebulan sekali ataupun tiga bulan

sekali di minggu ke empat dimana sekolah akan

menetapkan satu tema yang disepakati tiap harinya

selama satu minggu seperti kartun, sport, dongeng,

pantai, abad pertengahan, film, pahlawan super,

mesir, luar angkasa, pekerjaan, pahlawan, dan

sebagainya. Seluruh siswa dan guru akan

mengenakan pakean tersebut ke sekolah dan

melangsungkan pembelajaran yang menyenangkan

di kelas. Di akhir kegiatan panitia akan memilih dan

mengumumkan kostum terbaik untuk guru dan

siswa. Strategi ke empat adalah peningkatan

162

wawasan siswa terhadap dunia kerja melalui

penyelenggaraan ICP (Inspiration Class Program).

Strategi ini dapat dilakukan dengan

menyelenggarakan program ICP (Inspiration Class

Program) yang berkolaborasi dengan orang tua siswa

sebagai wadah menambah wawasan siswa tentang

dunia kerja. Kegiatan ini dapat dilakukan tiap tiga

bulan sekali di hari sabtu pada minggu ke dua

dimana sekolah akan berkolaborasi dengan orang

tua untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman

akan pekerjaan tertentu. Orang tua yang berpofesi

sebagai dosen, dokter atau pun pengusaha dapat

berbagi ilmu di kelas ini sehingga sejak dini para

siswa dapat memahami akan pekerjaan-pekerjaan

yang ada dan dapat menentukan cita-cita mereka

sejak dini serta lebih mendalami pelajaran tertentu

yang berkaitan dengan cita-cita mereka ke depannya.

Pada aspek reputasi sekolah, strategi yang

disarankan adalah pertama, peningkatan hubungan

antar sekolah-sekolah di salatiga melalui

penyelenggaraan kegiatan internal dan promosi

sekolah. Strategi ini dapat dilakukan dengan

program Bazaar sekolah yang dapat dirangkai

dengan Expo Pendidikan dan Open House. Bazaar

sekolah dijalankan dengan mengundang sekolah-

163

sekolah lain untuk ikut berpartisipasi dalam

berbagai kegiatan lomba baik SD maupun SMP.

Sedangkan Expo Pendidikan adalah penyelenggaraan

pameran hasil karya siswa dan inovasi-inovasi yang

dilakukan oleh siswa maupun guru di sekolah.

Selanjutnya Open house adalah kegiatan untuk

mengundang sekolah-sekolah dasar di salatiga untuk

berkunjung melihat proses pembelajaran ataupun

kegiatan yang ada di SMP Kristen 2. Kegiatan ini

dapat dilakukan pada hari yang berbeda dalam satu

minggu menyambut kegiatan Bazaar sekolah-sekolah

YPE untuk lebih memfokuskan setiap kegiatan dan

ajang promosi sekolah lebih optimal. Strategi kedua

adalah peningkatan kegiatan kebersamaan antara

tenaga pendidik dan kependidikan, siswa dan orang

tua. Strategi ini dapat dilakukan dengan

menyelenggarakan kegiatan STPD (Students,

Teachers, Parents Day) secara berkala setiap akhir

semester untuk meningkatkan hubungan antar

pihak sekolah, guru dan siswa. Kegiatan ini dapat

berupa cerdas cermat keluarga, lomba antar

keluarga, games dan lain sebagainya. Strategi ketiga

adalah peningkatan hubungan dan komunikasi antar

pihak sekolah dengan orang tua. Strategi ini dapat

dilakukan dengan program (a) memaksimalkan

164

komunikasi antar pihak sekolah dan orang tua

dengan menggunakan jejaring sosial seperti WA,

Facebook, Instagram dan atau BBM, (b) membuat

School News secara berkala tiap tiga bulan sekali di

minggu pertama yang berisi tentang kegiatan siswa

di sekolah baik akademik maupun non akademik,

testimony siswa mengenai kehidupan di sekolah,

testimony guru, prestasi siswa, kegiatan OSIS,

kegiatan guru dan orang tua dan lain sebagainya.

Strategi keempat adalah peningkatan kegiatan

pembelajaran berbasis dunia luar. Strategi ini dapat

dilakukan dengan melaksanakan pembelajaran

berbasis pengalaman dengan dunia luar seperti

kegiatan live in dan study tour. Selanjutnya strategi

kelima adalah peningkatan kegiatan aksi sosial ke

masyarakat. Strategi ini dapat dilakukan dengan

melaksanakan kegiatan aksi sosial dengan

masyarakat melalui program CCS (Christian

Community Servants). Program CCS adalah program

kegiatan bagi OSIS dan juga bagi guru untuk

melakukan kegiatan sosial ke masyarakat. Kegiatan

CCS ini dapat dilakukan pada bulan desember dan

april dengan melakukan pelayanan kepada anak-

anak di panti asuhan, panti jompo dan lembaga

permasyarakatan (LAPAS).

165

4.2.4 Validasi Desain Produk Rencana Strategis Berbasis Resource Based View (RBV) SMP Kristen

2 Eben Haezer Salatiga

Setelah melalui tahap desain produk, tahapan

selanjutnya adalah validasi desain produk berupa

draft renstra berbasis resource based view (RBV) SMP

Kristen 2 Eben Haezer Salatiga oleh tiga orang pakar

yaitu pakar di bidang renstra Prof. Dr Slameto, M.Pd

dan Dr. Wasitohadi, M.Pd dan pakar dibidang

manajemen strategik yaitu Lieli Suharti Harmanto,

M.M.,Ph.D. Validasi dari pakar tersebut memberikan

hasil sebagai berikut:

1. Prof. Dr. Slameto, M.Pd.

Berdasarkan validasi terhadap draft desain

produk rencana strategis terdapat beberapa hal

yang perlu ditambahkan yaitu landasan filosofis

dan Juknis Implementasi program.

2. Dr. Wasitohadi, M.Pd

Berdasarkan validasi terhadap draft desain

produk rencana strategis terdapat beberapa

perbaikan mengenai tata tulis dan konsistensi

penulisan keterkaitan antara RBV, VRIO

framework dengan sustainable competitive

advantage. Selanjutnya saran dari validator

yaitu membuat jadwal program operasional.

166

3. Lieli Suharti, M.M., Ph.D

Berdasarkan validasi terhadap draft desain

produk rencana strategis terdapat beberapa

catatan yaitu langkah-langkah dalam

melakukan analisis untuk menghasilkan produk

rencana strategis dengan pendekatan RBV

sudah sesuai. Namun perlu diberikan tambahan

yaitu penjelasan mengenai profil SMP Kristen 2

dan memaparkan gambaran sekolah yang

menjadi pesaing dekat dari SMP Kristen 2.

4.2.5 Revisi Desain Produk Rencana Strategis Berbasis Resource Based View (RBV) SMP Kristen

2 Eben Haezer Salatiga

Tahapan selanjutnya adalah perbaikan

terhadap hasil desain rencana strategis. Perbaikan

desain rencana strategis meliputi penambahan

landasan filosofi pada Bab 1 dan Juknis pelaksanaan

program yang disertakan pada bagian lampiran

Renstra. Perbaikan lainnya yaitu memperjelas

keterkaitan antara RBV, VRIO framework dengan

sustainable competitive advantage pada Bab 3 dan

pembuatan kalender program operasional yang

disertakan pada bagian lampiran Renstra.

Selanjutnya, penambahan profil SMP Kristen 2 Eben

167

Haezer Salatiga dan gambaran sekolah pesaing pada

Bab 2 Rensta.

4.2.6 Uji Coba Produk

Tahap selanjutnya yaitu uji coba produk.

Tahap ini berupa uji kelayakan produk yang

dilakukan melalui FGD (focus group discussion). FGD

diadakan pada tanggal 6 Desember 2016 yang

dihadiri oleh pakar dan praktisi pendidikan yaitu

Prof. Dr. Slameto, M.Pd, Dr. Bambang Suteng

Sulasmono, M.Si dan Dr. Bambang Ismanto, M.Si,

stakeholder yaitu Kepala Sekolah beserta dua orang

guru SMP Kristen 2 Eben Haezer Salatiga.

Hasil yang diperoleh dari forum FGD yaitu

terdapat beberapa catatan perbaikan pada rencana

strategis sekolah berbasis RBV yang meliputi:

1. Penambahan strategi pada sumber daya

finansial sekolah terkait penyusunan rencana

kegiatan dan anggaran sekolah bersama pihak

Yayasan

2. Penambahan informasi prestasi akademik dan

non akademik siswa sebagai sumber

keunggulan sekolah.

168

3. Penambahan informasi mengenai sumber daya

fisik sekolah berupa pembangunan GOR

sebagai sumber keunggulan sekolah.

4. Perbaikan pada sumber daya manusia aspek

motivasi yang merupakan sumber keunggulan

bagi sekolah.

5. Perbaikan isu strategis pada aspek pelatihan

PTK bagi guru di SMP Kristen 2 Eben Haezer

Salatiga.

6. Penambahan gambar model RBV analisis VRIO

pada isi Renstra yang disesuaikan dengan

gambar cover depan Renstra.

7. Penambahan kunci keberhasilan implementasi

rencana strategis bagi kepala sekolah.

8. Mengubah jenis renstra dari spesifik menjadi

generik sehingga dapat bermanfaat bagi

sekolah-sekolah lain khususnya sekolah

swasta dalam menyusun rencana strategis

sekolah berbasis resource based view (RBV).

Selain itu akan mempermudah untuk publikasi

ilmiah ke depannya.

169

4.2.7 Revisi Produk

Tahapan terakhir adalah perbaikan terhadap

produk rencana strategis berbasis resource based

view SMP Kristen 2 Eben Haezer Salatiga. Perbaikan

produk rencana strategis sekolah adalah tindak

lanjut dari hasil uji coba kelayakan produk yang

dilakukan pada tahap sebelumnya. Perbaikan

rencana strategis berbasis resource based view (RBV)

SMP Kristen 2 terdiri dari perbaikan yang dilakukan

dalam Bab II Renstra yaitu penambahan gambar

model RBV analisis VRIO yang disesuaikan dengan

cover depan rencana strategis sekolah. Kemudian

pada Bab V Renstra ditambahkan faktor-faktor atau

kunci keberhasilan implementasi rencana strategis

bagi SMP Kristen 2 Eben Haezer Salatiga sehingga

produk dari rencana strategis berbasis resource

based view (RBV) ini dapat diterapkan di sekolah.

Perbaikan berikutnya dilakukan pada Bab III

rencana strategis berbasis resource based view (RBV)

SMP Kristen 2 yang meliputi: (1) Perbaikan pada

sumber daya manusia aspek motivasi guru yang

sebelumnya menjadi sumber daya keunggulan yang

bersifat setara menjadi menjadi sumber daya

keunggulan kompetitif sementara bagi sekolah. (2)

Perbaikan isu strategis pada kalimat belum adanya

170

pelatihan PTK dan publikasi ilmiah bagi guru-guru

menjadi belum optimalnya pelatihan PTK dan

publikasi ilmiah bagi guru-guru SMP Kristen 2 Eben

Haezer.

Perbaikan juga dilakukan pada Bab IV

Renstra meliputi: (1) Pada sumber daya finansial:

Penambahan strategi penyusunan rencana kegiatan

dan anggaran sekolah melalui rapat koordinasi

bersama pihak Yayasan, kepala sekolah dan guru

setiap akhir tahun. (2) Pada sumber daya fisik

sekolah: penambahan strategi peningkatan sarana

dan prasarana olahraga melalui program

pembangunan gedung olahraga (GOR). (3) Pada

reputasi sekolah: penambahan strategi peningkatan

prestasi akademik dan non akademik siswa melalui

program brilliant class dan pembentukan klub-klub

prestasi berupa kegiatan ekstrakurikuler sekolah.

Perbaikan terakhir yaitu mengubah jenis

rencana strategis sekolah dari spesifik menjadi

generik dengan mengubah identitas dari SMP Kristen

2 Eben Haezer Salatiga menjadi Magister Manajemen

Pendidikan UKSW. Selanjutnya dilakukan juga

perbaikan pada isi renstra yaitu penghapusan data-

data sekolah karena bersifat rahasia yang bertujuan

untuk menjaga kerahasiaan data sekolah dari

171

kompetitor saat renstra dipublikasikan. Pengalihan

rencana strategis dari spesifik ke generik ini

didasarkan pada pertimbangan akan manfaat bagi

sekolah-sekolah yang ada khususnya sekolah

swasta, sehingga diharapkan rencana strategis

berbasis resource based view (RBV) yang disusun ini

dapat digunakan sebagai dasar penyusunan rencana

strategis sekolah.

4.3 Pembahasan

Pembahasan lebih lanjut dalam pada bagian

ini dilakukan untuk menjelaskan hasil analisis dan

menjawab rumusan masalah penelitian yaitu

menyusun rencana strategis berbasis resource based

view (RBV) SMP Kristen 2 Eben Haezer Salatiga.

4.3.1 Analisis Perencanaan Strategis

Analisis yang digunakan dalam penyusunan

rencana strategis sekolah adalah analisis RBV

dengan uji kerangka VRIO. Perencanaan strategis

didasarkan pada tujuh aspek sumber daya dan

kapabilitas sekolah yang meliputi (1) sumber daya

finansial, (2) sumber daya fisik, (3) sumber daya

manusia, (4) sumber daya organisasional, (5) sumber

daya teknologi, (6) sumber daya inovasi dan

172

kreativitas dan (7) reputasi sekolah (Barney &

Hesterly, 2008: 74; Grant, 2010: 121-127).

a. Sumber Daya Finansial

Dari hasil wawancara, observasi dan studi

dokumentasi, diidentifikasi beberapa sumber daya

dan kapabilitas finansial sekolah yang menjadi

sumber keunggulan kompetitif bagi sekolah yaitu

kapasitas sekolah dalam menghasilkan dana

internal, dana yayasan untuk operasional sekolah,

dana bos, kapasitas memperoleh dana bantuan dari

posg, kapasitas memberikan beasiswa bagi siswa

yang kurang mampu, kemampuan sekolah dalam

mengelola dana internal, kemampuan sekolah dalam

mengelola dana bos, kemampuan pengadaan dan

pembelian barang dan kemampuan pengambilan

keputusan pembelian barang.

Setelah dilakukan analisis dengan uji

kerangka VRIO ditemukan bahwa sumber daya dan

kapabilitas finansial hanya membawa kesetaraan

kompetitif, yang berarti bahwa sumber daya dan

kapabilitas finansial sekolah saat ini tidak memiliki

ciri khas yang membedakannya dengan sekolah

kompetitor karena sekolah-sekolah kompetitor pun

memiliki sumber daya dan kapabilitas yang serupa.

173

Jika sekolah gagal dalam menggunakan ataupun

memanfaatkan sumber daya ini, maka akan

membawa sekolah ke dalam sebuah competitive

disadvantage atau ketidakunggulan kompetitif

(Barney, 2007: 150).

Pengelolaan sumber daya finansial sekolah

yang baik akan membantu sekolah untuk

menghasilkan kinerja keuangan yang maksimal. Hal

ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan

oleh Widiasto (2014: 439) bahwa pengelolaan

keuangan yang baik dapat dilakukan melalui

pembentukan perencanaan anggaran secara periodik

guna mengawasi pelaksanaan kegiatan dan sebagai

dasar pengendalian operasional organisasi dalam hal

ini sekolah.

Kepala sekolah sebagai manager keuangan

sekolah harus mampu mengadakan perencanaan,

penganggaran, pengelolaan dan pengendalian secara

baik dan benar sehingga dapat mengelola aset

sekolah secara efektif dan efisien sehingga program

dan tujuan sekolah dapat tercapai (Van Horne, 2007:

5).

174

b. Sumber Daya Fisik

Dari hasil wawancara, observasi dan studi

dokumentasi, diidentifikasi beberapa sumber daya

dan kapabilitas fisik sekolah yang menjadi sumber

keunggulan kompetitif bagi sekolah diantaranya

adalah lapangan untuk menunjang kegiatan

olahraga, ruang multimedia dan laboratorium, ruang

kelas berbasis IT, ruang perpustakaan dan buku

penunjang, akses ke skolah mudah, lokasi sekolah

strategis, kemampuan penyimpanan alat-alat/

barang, kemampuan merawat sarana dan prasarana

sekolah, kemampuan memperbaiki saran dan

prasarana yang rusak, kecepatan penanganan

keluhan terkait sarana dan prasarana sekolah,

kemampuan menggunakan sarana dan prasarana

sekolah, kemampuan peningkatan atau pengadaan

sarana dan prasarana yang baru. Namun setelah

dilakukan analisis dengan uji kerangka VRIO

ditemukan bahwa sumber daya dan kapabilitas fisik

sekolah hanya membawa kesetaraan kompetitif,

bahkan ditemukan sebuah kelemahan dalam

pengelolaan sumber daya fisik ini yaitu dalam hal

penanganan keluhan terkait sarana dan prasarana

sekolah.

175

Sekolah saat ini belum memiliki ciri khas

yang membedakannya dengan sekolah kompetitor

pada aspek sumber daya fisik. Sehingga apabila

sekolah gagal dalam menggunakan ataupun

memanfaatkan sumber daya ini, maka akan

membawa sekolah ke dalam sebuah competitive

disadvantage atau ketidakunggulan kompetitif.

Pengelolaan sumber daya fisik sekolah dengan

baik akan membantu meningkatkan performa siswa

dalam mencapai prestasi, meningkatkan kehadiran

dan meningkatkan sikap siswa untuk belajar serta

meningkatkan efektivitas mengajar. Hal ini didukung

oleh penelitian yang dilakukan oleh Aloga (2014: 638)

yang menyatakan bahwa ketika sumber daya fisik

sekolah dikelola dengan baik, maka tidak hanya

berdampak pada peningkatan praktek mengajar yang

baik tetapi juga memfasilitasi dan merangsang minat

belajar siswa. Selanjutnya, ketika sumber daya fisik

sekolah dikelola dengan buruk, maka dapat

menghambat praktek pengajaran dan mengakibatkan

“stagnan” pada kegiatan dan minat belajar siswa.

176

c. Sumber Daya Manusia

Dari hasil wawancara, observasi dan studi

dokumentasi, diidentifikasi beberapa sumber daya

dan kapabilitas pada aspek SDM sekolah yang

menjadi sumber keunggulan kompetitif bagi sekolah

diantaranya adalah tingkat pendidikan tenaga

pengajar yang sudah S1 dan S2, kualitas dan

kemampuan karyawan, loyalitas dan komitmen

karyawan, motivasi karyawan, hubungan harmonis

dan kerjasama yang baik, tingkat adaptasi karyawan,

penelitian dan publikasi ilmiah, workshop di luar

kota setiap tahun yang melibatkan LPMP, UNES,

Dinas Pendidikan dan pakar Spiritualitas, study tour,

pelatihan PTK guru-guru, kemampuan dalam

meningkatkan profesionalisme karyawan,

kemampuan dalam meningkatkan kualifikasi

karyawan, kemampuan dalam merekrut karyawan

baru, kemampuan mempertahankan karyawan,

kemampuan menciptakan hubungan dan kerjasama

tim yang solid, kemampuan dalam menggaji dan

meningkatkan gaji karyawan, kemampuan meneliti

dan publikasi ilmiah.

Setelah dilakukan analisis uji kerangka VRIO

diidentifikasi bahwa terdapat sumber daya yang

menjadi kekuatan yang menjadi sumber keunggulan

177

kompetitif sementara bagi sekolah yaitu kualitas dan

kemampuan karyawan, loyalitas dan komitmen

karyawan, motivasi karyawan, workshop yang

melibatkan LPMP, Dinas Pendidikan, dan Pakar

Spiritualitas setiap tahunnya. Sumber daya yang

menjadi keunggulan kompetitif sementara bagi

sekolah ini menjadi sebuah penggerak awal

keunggulan apabila sekolah berhasil

memanfaatkannya dengan baik melalui strategi-

strategi yang tepat di dalam sekolah. Tipe dari

sumber daya atau kapabilitas ini digolongkan ke

dalam kekuatan dan kompetensi khas bagi sekolah

(organizational strength and distinctive competence)

(Barney, 2007: 151).

Dari hasil uji analisis kerangka VRIO juga

ditemukan beberapa sumber daya dan kapabilitas

fisik yang menjadi kelemahan bagi sekolah,

diantaranya adalah minimnya pelatihan mengenai

PTK dan publikasi ilmiah, rendahnya kemampuan

dalam meningkatkan kualifikasi karyawan, menggaji

ataupun menaikkan gaji karyawan, dan rendahnya

kemampuan meneliti dan publikasi ilmiah.

Sumber daya manusia merupakan aset yang

penting dan kunci utama yang tidak dapat

dilepaskan dalam sekolah karena menjadi pelaksana

178

strategi dan penentu perkembangan dan pencapaian

tujuan sekolah. Mathis dan Jackson (2006: 3)

mengatakan bahwa SDM merupakan faktor yang

penting untuk dikelola denga optimal karena

berhubungan dengan penggunaan bakat manusia

secara efektif dan efisien guna mencapai tujuan

organisasi. Selanjutnya Sani (2012: 8) mengatakan

bahwa sumber daya manusia adalah perwakilan dari

sebuah aset organisasi yang dapat menjadi sebuah

sumber keunggulan kompetitif karena SDM biasanya

sulit untuk ditiru oleh para kompetitor dan bahkan

sulit untuk diganti oleh organisasi dalam hal ini

sekolah. Oleh karena itu strategi peningkatan

sumber daya manusia yang baik sangat diperlukan

untuk mengembangkan modal yang berharga ini.

d. Sumber Daya Organisasional

Dari hasil wawancara, observasi dan studi

dokumentasi, diidentifikasi beberapa sumber daya

dan kapabilitas organisasional yang menjadi sumber

keunggulan kompetitif bagi sekolah yaitu

perencanaan kerja sekolah, perencanaan anggaran

sekolah, supervisi kepala sekolah, penetapan ketua

panitia pada setiap kegiatan di awal tahun ajaran,

rapat struktural antara kepala sekolah, kurikulum

179

dan kesiswaan, rapat kurikulum, tu dan bendahara,

rapat bulanan guru-guru, memiliki 2 SD sebagai

supplier murid baru tiap tahun, kemampuan

membuat perencanaan sekolah, kemampuan

mengontrol kegiatan-kegiatan sekolah, kemampuan

berkoordinasi antar karyawan, kemampuan

mengelola kegiatan sekolah.

Setelah dilakukan analisis uji kerangka VRIO

terhadap sumber daya dan kapabilitas organisasional

sekolah ini, diidentifikasi bahwa terdapat satu

sumber daya yang menjadi sumber keunggulan

kompetitif berkelanjutan bagi sekolah yaitu memiliki

2 SD pendukung murid baru tiap tahunnya yaitu SD

Kristen 3 dan SD Kristen 4 Eben Haezer. Sekolah

harus mampu mempertahankan suatu keunggulan

kompetitif ini selama kurun waktu tertentu saja

sebab para sekolah saingan dapat saja meniru dan

mendesak keunggulan tersebut. Sebuah sekolah

harus berjuang untuk meraih keunggulan kompetitif

yang berkelanjutan dengan cara (1) terus menerus

beradaptasi pada perubahan dalam tren, kegiatan

eksternal, kemampuan dan kompetensi serta sumber

daya internal; (2) efektif merumuskan, menerapkan,

dan menilai berbagai strategi yang semakin

menguatkan faktor-faktor tersebut (David, 2010: 13).

180

Selain itu sumber daya dan kapabilitas

organisasional lainnya yang dimiliki oleh sekolah

pada hanya membawa kesetaraan kompetitif bagi

sekolah dimana sekolah belum memiliki ciri khas

yang mampu membedakannya dengan sekolah

kompetitor sehingga apabila sekolah gagal dalam

menggunakan ataupun memanfaatkan sumber daya

organisasional ini, maka akan membawa sekolah ke

dalam sebuah competitive disadvantage atau

ketidakunggulan kompetitif sama halnya pada aspek

sumber daya finansial dan sumber daya fisik

sekolah.

Sumber daya organisasional adalah atribut

yang dimiliki oleh kelompok individu dalam sebuah

organisasi yang berkaitan dengan bagaimana sebuah

organisasi dalam hal ini sekolah membangun

struktur pelaporan, perencanaan, dan sistem

koordinasi atau informasi yang baik (Barney &

Heterly, 2008: 75). Pengelolaan sumber daya

organisasional ini menentukan bagaimana sebuah

strategi nantinya diimplementasikan di sekolah.

Kazlauskaitė & Bučiūnienė (2008: 79) mengatakan

bahwa sumber daya organisasional yang

dimanfaatkan dengan memadukannya dengan modal

intelektual dan perlengkapan yang baik akan

181

berdampak pada pengembangan kemampuan

sekolah yang dapat dilihat sebagai sumber

keunggulan kompetitif.

e. Sumber Daya Teknologi

Sumber daya teknologi merupakan suatu

studi, perancangan, pengembangan, implementasi,

dukungan atau manajemen sistem informasi

berbasis komputer. Pemanfaatan sumber daya

teknologi yang tepat bertujuan untuk memecahkan

masalah, membuka kreativitas, dan meningkatkan

efektivitas dan efesiensi dalam melakukan pekerjaan

(Sutarman, 2009: 13).

Dari hasil wawancara, observasi dan studi

dokumentasi, diidentifikasi beberapa sumber daya

dan kapabilitas teknologi yang dapat menjadi sumber

keunggulan kompetitif bagi sekolah yaitu free wifi di

sekolah, CCTV di tiap ruang kelas, LCD di tiap ruang

kelas, microphone yang terhubung ke tiap ruangan,

website sekolah, website guru-guru mata pelajaran,

sistem anggaran online, kemampuan menggunakan

teknologi, kemampuan membuat website,

kemampuan menciptakan teknologi baru.

Setelah dilakukan analisis uji kerangka VRIO

ditemukan bahwa terdapat tiga kelemahan sekolah

182

dalam hal pengelolaan website guru-guru mata

pelajaran, sistem anggaran online dan kemampuan

dalam menciptakan teknologi baru. Selain itu,

sumber daya dan kapabilitas teknologi sekolah

lainnya hanya mampu memberikan kesetaraan

kompetitif bagi sekolah. Oleh karena itu, sekolah

harus mampu menciptakan strategi-strategi yang

baru dalam mengembangkan sumber daya teknologi

agar dapat menghasilkan sumber daya yang menjadi

kompetensi khas bagi sekolah yang tidak dimiliki

oleh kompetitor lainnya, yang dapat membawa

sekolah meraih keunggulan komptetitif. Pengelolaan

teknologi ini tidak hanya terbatas pada pada lingkup

manajemen pembelajaran tetapi juga dikembangkan

pada peningkatan manajemen informasi di sekolah

(Sulasmono, 2015: 14).

f. Sumber Daya Inovasi dan Kreativitas

Hasil wawancara, observasi dan studi

dokumentasi mengidentifikasi beberapa sumber daya

dan kapabilitas inovasi dan kreativitas yang menjadi

sumber keunggulan kompetitif bagi sekolah

diantaranya adalah briliant class program (BCP),

karya ilmiah siswa (KIS), kemampuan penelitian dan

pengembangan inovasi, kemampuan menyediakan

183

pendamping yang profesional untuk BCP,

kemampuan menyediakan pendamping yang

profesional untuk KIS. Namun setelah dilakukan

analisis uji kerangka VRIO ditemukan bahwa

terdapat dua kelemahan sekolah pada sumber daya

ini yaitu belum adanya tim pengembang inovasi dan

kreativitas sekolah dan rendahnya kemampuan

penelitian dan pengembangan inovasi. Selanjutnya

sumber daya lainnya hanya membawa kesetaraan

kompetitif bagi sekolah.

Pengelolaan sumber daya inovasi dan

kreativitas sekolah melalui penciptaan ide-ide baru

melalui program-program yang unggul sangat

dibutuhkan untuk menjaga eksistensi dan

menciptakan kompetensi khas sekolah dalam meraih

keunggulan kompetitif. Fontana (2009:20) juga

menjelaskan bahwa inovasi dan kreativitas dapat

juga dilakukan melalui cara-cara baru dalam

pengaturan kerja dalam sebuah sekolah untuk

mendorong dan mempromosikan keunggulan

kompetitif. Inti dari inovasi sendiri adalah kebutuhan

untuk memperbaiki atau mengubah suatu produk,

proses atau pun jasa. Inovasi organisasi mendorong

individu untuk berpikir secara mandiri serta kreatif

dan dapat menerapkan pengetahuannya untuk

184

menghadapi tantangan internal maupun eksternal.

Oleh karena itu nilai, pengetahuan dan pembelajaran

dalam menciptakan inovasi dan kreativitas sangatlah

penting.

g. Reputasi

Reputasi adalah sumber daya yang tidak

berwujud (intangible asset) dan merupakan faktor

penting untuk menjaga kelangsungan sebuah

sekolah dan loyalitas konsumen (peserta didik).

Reputasi juga biasanya diartikan sebagai akumulasi

dari persepsi dan pendapat tentang sekolah yang

berada dalam pikiran pemangku kepentingan.

Sebuah sekolah akan menikmati reputasi yang baik

pada saat performa atau kinerjanya secara konsisten

memenuhi atau melampaui harapan dari para

pemangku kepentingan (Nova, 2011:306).

Baik ataupun buruknya sebuah reputasi

sekolah ditentukan pada kualitas pemikiran strategi

dan komitmen manajemen sekolah untuk mencapai

tujuan yang telah ditetapkan. Selain itu diperlukan

juga sebuah sinergi dan keterampilan dari SDM dan

pihak masyarakat (orang tua) terkait program-

program yang akan direalisasikan. Cabral (2012: 2)

juga menjelaskan bahwa kinerja dari sebuah

185

organisasi dalam hal ini sekolah bergantung pada

reputasinya. Demikian pula sebaliknya, reputasi

tersebut juga dipengaruhi oleh usaha dalam sebuah

sekolah untuk mempertahankan dan meningkatkan

reputasi tersebut. Dengan kata lain, sekolah yang

lebih banyak memanfaatkan sumber daya dalam

meningkatkan reputasinya lebih mungkin untuk

meraih kejutan reputasi positif (positive reputation

shock).

Dari hasil wawancara, observasi dan studi

dokumentasi mengidentifikasi beberapa sumber daya

dan kapabilitas reputasi sekolah yang menjadi

sumber keunggulan kompetitif, diantaranya adalah

menjadi sekolah pilotting implementasi kurikulum

pendidikan 2013, POSG (Paguyuban Orang Tua

Siswa dan Guru), GOTA (Gerakan Orang Tua Asuh)

dari Yayasan, study tour siswa, guru & staff ke bali

dua tahun sekali, live in, aksi sosial sekolah melalui

OSIS, Bazaar sekolah, open house sekolah, bulan

bahasa, pelayanan ke PPA dan gereja-gereja,

keaktifan mengikuti lomba-lomba akademik dan non

akademik di dalam maupun di luar kota, memiliki

media sosial sekolah (Facebook, Instagram atau

WhatsApp), kemampuan promosi sekolah,

kemampuan berkoordinasi dengan orang tua,

186

kemampuan menciptakan reputasi sekolah di

masyarakat.

Setelah dilakukan analisis uji kerangka VRIO

ditemukan dua sumber daya yang membawa sekolah

meraih keunggulan kompetitif berkelanjutan yaitu

study tour ke Bali bersama seluruh siswa, guru dan

staf yang diadakan 2 tahun sekali, dan Bazaar

sekolah yang dirangkai dengan pameran pendidikan

tiap tahun sekali. Para sekolah kompetitor yang ingin

meniru sumber daya ini akan menghadapi sebuah

kelemahan biaya yang signifikan sehingga sumber

daya ini digolongkan ke dalam kekuatan sekolah

dengan kompetensi khas berkelanjutan (sustainable

distintive competence) (Barney, 2007: 151).

Selanjutnya, sama halnya pada sumber daya

keunggulan kompetitif berkelanjutan yang

ditemukan pada sumber daya organisasional, SMP

Kristen 2 Eben Haezer Salatiga harus mampu

mempertahankan suatu keunggulan kompetitif ini

selama kurun waktu tertentu sebab para sekolah

saingan dapat saja meniru keunggulan tersebut.

Sekolah harus berjuang untuk meraih keunggulan

kompetitif yang berkelanjutan dengan cara terus

menerus beradaptasi pada perubahan dalam tren,

kegiatan eksternal, kemampuan dan kompetensi

187

serta efektif merumuskan, menerapkan, dan menilai

berbagai strategi yang semakin menguatkan faktor-

faktor tersebut (David, 2010: 13).

Selain itu, dari hasil analisis uji kerangka

VRIO ditemukan juga dua sumber daya yang menjadi

keunggulan kompetitif sementara sedangkan sumber

daya lainnya hanya membawa kesetaraan kompetitif

bagi sekolah. Sumber daya yang menjadi keunggulan

kompetitif sementara bagi sekolah ini meliputi:

sekolah pilotting implementasi kurikulum pendidikan

tahun 2013 dan program kegiatan open house

sekolah. Seperti halnya pada aspek SDM, sumber

daya reputasi sekolah ini menjadi sebuah penggerak

awal keunggulan apabila sekolah berhasil

memanfaatkannya dengan baik melalui strategi-

strategi yang tepat di dalam sekolah. Sehingga

sumber daya ini dikelompokkan menjadi kekuatan

dan kompetensi khas bagi sekolah.

188

4.3.2 Rencana Strategis Berbasis Resource Based View SMP Kristen 2 Eben Haezer Salatiga

Melihat hasil analisis RBV dengan uji

kerangka VRIO terhadap sumber daya dan

kapabilitas sekolah, maka disusunlah sebuah

rencana strategis yang bertujuan untuk mengatasi

kelemahan yang dialami oleh sekolah dan

mengoptimalkan sumber daya yang menjadi

kekuatan yang dimiliki oleh sekolah saat ini.

Rencana strategis ini didasarkan pada tujuh

aspek sumber daya dan kapabilitas sekolah meliputi

(1) sumber daya finansial, (2) sumber daya fisik, (3)

sumber daya manusia, (4) sumber daya

organisasional, (5) sumber daya teknologi, (6) sumber

daya inovasi dan kreativitas dan (7) reputasi sekolah

(Barney & Hesterly, 2008: 74; Grant, 2010 : 121-

127).

a. Rencana Strategis pada Sumber Daya Finansial Sekolah

Strategi yang dirumuskan pada aspek sumber

daya finansial sekolah adalah pertama, peningkatan

pengelolaan keuangan melalui perencanaan

anggaran secara periodik (tahunan) sebagai dasar

pengendalian operasional sekolah. Strategi ini dapat

dilakukan dengan menyelenggarakan beberapa

189

program yaitu: (a) melakukan perumusan kebutuhan

anggaran tiap divisi standar nasional pendidikan; (b)

melakukan perencanaan anggaran pembelian barang

kebutuhan sekolah; (c) melakukan perencanaan

anggaran perawatan dan perbaikan barang; (d)

melakukan perancanaan anggaran persediaan

barang. Perencanaan anggaran tersebut bagi sekolah

dapat memberikan manfaat yaitu sebagai kerangka

kerja strategis, alat untuk meneliti perkembangan

anggaran kegiatan, pengawasan terhadap kondisi

keuangan, dan sebagai evaluasi untuk perbandingan

keuangan sekolah tiap periode. Selanjutnya strategi

kedua yang disarankan adalah peningkatan

pemberian beasiswa untuk siswa yang kurang

mampu. Strategi ini dapat dilakukan melalui

program subsidi silang untuk menambah kuota

jumlah penerima beasiswa bagi siswa yang kurang

mampu. Subsidi silang ini dilakukan dengan

menaikkan jumlah SPP siswa dari ekonomi kelas

atas untuk selanjutnya disubsidi ke siswa yang

kurang mampu. Program ini disarankan untuk

dibicarakan terlebih dahulu dengan pihak orang tua

pada saat pendaftaran siswa baru sehingga tidak

terjadi kesalahpahaman karena adanya perbedaan

jumlah uang SPP. Program subsidi silang ini juga

190

dapat merekontruksi image sekolah yang mahal di

mata masyarakat dan membuka kesempatan bagi

siswa-siswa yang kurang mampu untuk menikmati

pendidikan yang sama dengan siswa lainnya.

Selain itu, strategi yang ketiga adalah

penyusunan rencana kegiatan dan anggaran sekolah

melalui rapat bersama pihak Yayasan, Kepala

sekolah dan guru. Kegiatan ini menjadi sebuah

wadah dalam koordinasi dan transparansi dari pihak

Yayasan kepada pihak sekolah untuk bersama-sama

mengetahui kondisi anggaran yang ada dan sekaligus

menjadi wadah untuk mengenal kondisi Yayasan

sehingga diharapkan tercipta sebuah pemahaman

yang sama sebagai pertimbangan bagi pihak sekolah

dalam menyusun rencana kegiatan dan anggaran

sekolah di tahun ajaran berikutnya.

b. Rencana Strategis pada Sumber Daya Fisik

Sekolah

Strategi yang dirumuskan pada aspek sumber

daya fisik sekolah adalah pertama pembaharuan dan

pemeliharaan fasilitas sarana dan prasarana sekolah

secara periodik (tahunan) dalam peningkatan

aktivitas pembelajaran. Strategi ini dapat dicapai

melalui program inventarisasi sarana dan prasarana

yang dimiliki untuk dilakukan perawatan, perbaikan

191

atau penggantian. Dengan adanya program

inventarisasi ini akan membantu bidang sarana dan

prasarana sekolah untuk memantau dan mengecek

kondisi alat atau pun barang di sekolah.

Inventarisasi ini diharapkan dilakukan tiap 3 bulan

sekali yang bekerjasama dengan wali-wali kelas

untuk pendataan barang yang ada.

Selain itu, strategi kedua yaitu pengadaan

analisis dan seleksi terhadap kebutuhan sarana

pembelajaran. Strategi ini dapat dicapai melalui

program seleksi sarana maupun prasarana sekolah

menurut skala prioritas terhadap alat atau bahan

yang pengadaannya mendesak. Selanjutnya strategi

ketiga adalah peningkatan akses dan sarana

perpustakaan. Strategi ini dapat dilakukan dengan

(a) membuat sistem perpustakaan berbasis digital

yang bekerja sama dengan UKSW Fakultas TI untuk

memudahkan para siswa mengakses buku yang

diinginkan; (b) mengadakan penambahan buku-buku

(referensi, fiksi, non fiksi) untuk menambah daya

tarik dan minat baca siswa. Selanjutnya strategi yang

ketiga adalah peningkatan sarana dan prasarana

olahraga melalui program pembangunan gedung

olahraga (GOR). Melalui pembangunan gedung baru

ini diharapkan dapat menjadi keunggulan kompetitif

192

tersendiri bagi sekolah dan menjadi daya tarik bagi

masyarakat dalam peningkatan jumlah pendaftaran

murid baru di SMP Kristen 2 Eben Haezer Salatiga.

c. Rencana Strategis pada Sumber Daya

Manusia Sekolah

Strategi yang dirumuskan pada aspek sumber

daya manusia adalah pertama, pengembangan

kualitas tenaga pendidik dan kependidikan secara

berkala dan terencana. Strategi ini dapat dilakukan

melalui program (a) mengadakan pelatihan mengenai

penelitian dan publikasi ilmiah secara berkala; (b)

mengadakan pelatihan PTK untuk meningkatkan

praktik pembelajaran di sekolah dan efisiensi

pengelolaan pendidikan; (c) mengadakan profesional

development tenaga pendidik dan kependidikan

berdasarkan hasil evaluasi kinerja; (d) membuat

program A Community Of Transformed Servants

(ACTS) untuk mengembangkan profesionalisme dan

hubungan antar tenaga pendidik. Program ACTS

adalah program yang dapat dilakukan 2 bulan sekali

oleh sekolah di minggu ke empat dengan berbagai

kegiatan seperti seminar pendidikan kristen, out

bound, ibadah, sharing perbidang mata pelajaran,

pelatihan bidang mata pelajaran dan sebagainya

yang bertujuan untuk meningkatkan profesionalisme

193

tenaga pendidik dalam mengajar ataupun

menemukan solusi dalam memecahkan masalah

dalam pengajaran di kelas. Selanjutnya, strategi yang

kedua adalah peningkatan jumlah SDM sekolah

dengan membuat sistem rekrutmen karyawan.

Strategi ini dapat dilakukan dengan program

perekrutan karyawan menggunakan metode data job

description dan job spesification dalam proses

rekrutmen. Job description merupakan sebuah

pernyataan tertulis mengenai apa yang dikerjakan

oleh calon karyawan, bagaimana hal terebut

dilakukan dan mengapa hal tersebut dilakukan. Job

description ini meliputi tugas dan tanggungjawab

yang diperlukan dari pekerjaan tersebut. Sedangkan

job specification adalah sebuah pernyataan mengenai

kualifikasi yang harus dimiliki oleh calon karyawan

seperti tingkat pendidikan, keterampilan dan

kemampuan yang dimiliki. Selanjutnya strategi

ketiga adalah penetapan sistem reward berbasis

prestasi kinerja pendidik. Strategi ini dapat

dilakukan dengan beberapa progam kegiatan yaitu:

(a) menentukan besaran reward yang dapat diberikan

sesuai dengan kreativitas dan ide yang dihasilkan

karyawan yang berdampak pada peningkatan

kinerja, (b) melakukan evaluasi secara berkala

194

terhadap produktivitas tenaga pendidik dan

kependidikan sebagai pertimbangan kenaikan gaji

dan pengembangan karir berdasarkan kinerja yang

dihasilkan.

d. Rencana Strategis pada Sumber Daya

Organisasional Sekolah

Strategi yang dirumuskan pada aspek sumber

daya organisasional adalah pertama, peningkatan

sistem koordinasi internal untuk memaksimalkan

penyampaian informasi kepada pendidik dan tenaga

kependidikan. Strategi ini dapat dilakukan dengan

menyelenggarakan program seperti: a) membentuk

subject leader pada masing-masing bidang mata

pelajaran, (b) membuat information board untuk

mempermudah penyampaian informasi dan efesiensi

waktu. Subject leader adalah ketua dari guru-guru

bidang mata pelajaran yang dipilih oleh kepala

sekolah yang memiliki kompetensi dan kinerja yang

baik serta memiliki jiwa kepemimpinan. Subject

leader akan bertanggungjawab terhadap kegiatan

pada bidang mata pelajarannya seperti menjamin

penyelesaian program semester, program tahunan,

sillabus mata pelajaran, memimpin sharing pada

kegiatan ACTS untuk menemukan solusi terkait

permasalahan dalam kelas, memantau kemajuan

195

dan target ketercapaian tujuan pembelajaran

masing-masing guru mata pelajaran dan menyusun

serta mengevaluasi kegiatan-kegiatan terkait bidang

mata pelajaran. Sedankan informastion board adalah

papan informasi yang dipasang di ruang guru, kantor

ataupun di depan ruang kepala sekolah untuk

mempermudah penyampaian informasi antar tenaga

pendidik dan kependidikan. Selanjutnya, strategi

kedua adalah pengadaan analisis dan evaluasi

terhadap kebutuhan dan harapan siswa di SD

Kristen 3 dan SD Kristen 4 terhadap SMP Kristen.

Strategi ini dapat dilakukan dengan mengadakan

evaluasi berupa pemberian kuesioner kepada murid-

murid kelas 6 SD YPE terkait kebutuhan dan

harapan akan SMP yang diinginkan. Hal ini

bertujuan sebagai evaluasi dan untuk memetakan

keingingan dan harapan calon siswa terhadap

sekolah sehingga nantinya diharapkan para siswa SD

Kristen 3 dan SD Kristen 4 dapat terjaring 100%

melanjutkan studi ke SMP Kristen 2 Eben Haezer

Salatiga.

e. Rencana Strategis pada Sumber Daya Teknologi Sekolah

Strategi yang dirumuskan pada aspek sumber

daya teknologi adalah pertama, peningkatan website

196

sekolah sebagai sarana informasi bagi siswa dan

orang tua sekaligus memperluas jangkauan promosi

sekolah. Strategi ini dapat dicapai dengan membuat

web sekolah yang dipadukan dengan agenda bulanan

siswa dan bidang mata pelajaran untuk

mengoptimalkan informasi mengenai jadwal,

kegiatan, tugas dan materi tiap bulannya. Web

sekolah disarankan dapat dipadukan dengan web

untuk guru-guru mata pelajaran sehingga

memudahkan siswa dan orang tua melihat informasi

yang tidak hanya seputar kegiatan dan foto-foto

kegiatan sekolah tetapi juga dapat memantau jadwal

dan agenda siswa di kelas tiap bulannya, materi yang

akan dipelajari perbulannya dan jadwal tes untuk

tiap mata pelajaran setiap bulannya. Selanjutnya,

strategi kedua adalah peningkatan sistem

perencanaan dan pengontrolan anggaran melalui

sistem SOB (School Online Budgetting) yang dapat

diakses oleh seluruh pihak sekolah dan orang tua.

Strategi ini dapat dicapai dengan bekerjasama

dengan UKSW Fakultas TI dalam membuat sistem

SOB (School Online Budgetting) sehingga

mempermudah proses pembuatan perencanaan dan

pengecekan anggaran sekolah. Selain itu sebagai

bentuk transparansi kepada seluruh warga sekolah

197

dan orang tua dalam meningkatkan kepercayaan

mereka terhadap sekolah terkait pengelolaan

anggaran yang tepat sasaran. Strategi ketiga adalah

peningkatan jaringan internet untuk

mengoptimalkan proses pembelajaran di sekolah.

Strategi ini dapat dilakukan dengan meningkatkan

jaringan wifi sekolah untuk mengoptimalkan

pembelajaran berbasis IT. Hal ini dimaksudkan

untuk memaksimalkan waktu pembelajaran di kelas

yang menggunakan internet serta menjaga

kenyamanan para siswa dalam belajar. Strategi

keempat adalah peningkatan sistem ujian dan

penilaian sekolah melalui sistem COBA (Computer

Based Assingments) dan ORASI (Online Grading

System). Strategi ini dapat dilakukan dengan

bekerjasama dengan UKSW Fakultas TI dengan

membuat sistem COBA (Computer Based

Assingments) dan ORASI (Online Grading System)

yang bertujuan untuk mengoptimalkan sumber daya

yang dimiliki sekolah sehingga memudahkan guru-

guru khususnya wali kelas melakukan penilaian dan

pembuatan raport, efisiensi biaya kertas dan fotocopy

soal dan mengurangi penggunaan kertas tiap

tahunnya (paper less).

198

f. Rencana Strategis pada Sumber Daya Inovasi dan Kreativitas Sekolah

Strategi yang dirumuskan pada aspek sumber

daya inovasi dan kreativitas adalah pertama,

pembentukan tim pengembang inovasi dan

kreativitas sekolah. strategi ini dapat dilakukan

dengan membentuk tim pengembang inovasi dan

kreativitas yang terdiri dari kepala sekolah, bidang

kurikulum, guru komputer dan sains yang

bekerjasama/berkolaborasi dengan pihak UKSW

fakultas FKIP, Elektro dan atau TI untuk

menentukan perencanaan inovasi dalam

meningkatkan kualitas pelayanan kepada para siswa

di sekolah. Strategi kedua adalah peningkatan

budaya membaca secara berkala melalui kegiatan

Book Weeks. Strategi ini dapat dilakukan dengan

menyelenggarakan program Book Weeks yang di

rangkai dengan kegiatan Bulan Bahasa untuk

meningkatkan minat baca dan wawasan akan

budaya Indonesia. Program Book Weeks adalah

program literacy yang dilakukan di semester satu

dimana selama dua minggu di bulan tertentu seluruh

warga sekolah (murid, guru, kepala sekolah, TU dan

pekarya) akan menyediakan waktu selama 15 menit

tiap harinya untuk membaca. Panita akan

199

menentukan masing-masing satu buku yang akan

dibaca di tiap grade kemudian menyediakan form

untuk menuliskan rangkuman bacaan di hari

terakhir. Selanjutnya di hari terakhir akan ada

gallery walk antar kelas mengenai pementasan isi

buku yang dibaca. Kegiatan ini dapat berupa role

play per kelas, pembuatan komik, panggung boneka,

story telling dipadukan dengan kostum yang

mendukung dan sebagainya. Strategi ketiga adalah

peningkatan minat, motivasi serta sekolah yang

menyenangkan melalui penyelenggaraan kegiatan

Spirit Week secara berkala. Strategi ini dapat dicapai

dengan menyelenggarakan program Spirit Week

untuk menciptakan sekolah yang menyenangkan,

meningkatkan minat dan motivasi siswa untuk

bersekolah serta menciptakan hubungan yang lebih

erat antar guru dan siswa. Program ini dapat

diselenggarakan sebulan sekali ataupun tiga bulan

sekali di minggu ke empat dimana sekolah akan

menetapkan satu tema yang disepakati tiap harinya

selama satu minggu seperti kartun, sport, dongeng,

pantai, abad pertengahan, film, pahlawan super,

mesir, luar angkasa, pekerjaan, pahlawan, dan

sebagainya. Seluruh siswa dan guru akan

mengenakan pakean tersebut ke sekolah dan

200

melangsungkan pembelajaran yang menyenangkan

di kelas. Di akhir kegiatan panitia akan memilih dan

mengumumkan kostum terbaik untuk guru dan

siswa. Strategi ke empat adalah peningkatan

wawasan siswa terhadap dunia kerja melalui

penyelenggaraan ICP (Inspiration Class Program).

Strategi ini dapat dilakukan dengan

menyelenggarakan program ICP (Inspiration Class

Program) yang berkolaborasi dengan orang tua siswa

sebagai wadah menambah wawasan siswa tentang

dunia kerja. Kegiatan ini dapat dilakukan tiap tiga

bulan sekali di hari sabtu pada minggu ke dua

dimana sekolah akan berkolaborasi dengan orang

tua untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman

akan pekerjaan tertentu. Orang tua yang berpofesi

sebagai dosen, dokter ataupun pengusaha dapat

berbagi ilmu di kelas ini sehingga sejak dini para

siswa dapat memahami akan pekerjaan-pekerjaan

yang ada dan dapat menentukan cita-cita mereka

sejak dini serta lebih mendalami pelajaran tertentu

yang berkaitan dengan cita-cita mereka ke depannya.

g. Rencana Strategis pada Aspek Reputasi Sekolah

Strategi yang dirumuskan pada aspek reputasi

sekolah adalah pertama, peningkatan hubungan

201

antar sekolah-sekolah di salatiga melalui

penyelenggaraan kegiatan internal dan promosi

sekolah. Strategi ini dapat dilakukan dengan

program Bazaar sekolah yang dapat dirangkai

dengan Expo Pendidikan dan Open House. Bazaar

sekolah dijalankan dengan mengundang sekolah-

sekolah lain untuk ikut berpartisipasi dalam

berbagai kegiatan lomba baik SD maupun SMP.

Sedangkan Expo Pendidikan adalah penyelenggaraan

pameran hasil karya siswa dan inovasi-inovasi yang

dilakukan oleh siswa maupun guru di sekolah.

Selanjutnya Open house adalah kegiatan untuk

mengundang sekolah-sekolah dasar di salatiga untuk

berkunjung melihat proses pembelajaran ataupun

kegiatan yang ada di SMP Kristen 2. Strategi kedua

adalah peningkatan kegiatan kebersamaan antara

tenaga pendidik dan kependidikan, siswa dan orang

tua. Strategi ini dapat dilakukan dengan

menyelenggarakan kegiatan STPD (Students,

Teachers, Parents Day) secara berkala setiap akhir

semester untuk meningkatkan hubungan antar

pihak sekolah, guru dan siswa. Kegiatan ini dapat

berupa cerdas cermat keluarga, lomba antar

keluarga, games dan lain sebagainya. Strategi ketiga

adalah peningkatan hubungan dan komunikasi antar

202

pihak sekolah dengan orang tua. Strategi ini dapat

dilakukan dengan program (a) memaksimalkan

komunikasi antar pihak sekolah dan orang tua

dengan menggunakan jejaring sosial seperti WA,

Facebook, Instagram dan atau BBM, (b) membuat

School News secara berkala tiap tiga bulan sekali di

minggu pertama yang berisi tentang kegiatan siswa

di sekolah baik akademik maupun non akademik,

testimony siswa mengenai kehidupan di sekolah,

testimony guru, prestasi siswa, kegiatan OSIS,

kegiatan guru dan orang tua dan lain sebagainya.

Strategi keempat adalah peningkatan kegiatan

pembelajaran berbasis dunia luar. Strategi ini dapat

dilakukan dengan melaksanakan pembelajaran

berbasis pengalaman dengan dunia luar seperti

kegiatan live in dan study tour. Strategi kelima adalah

peningkatan prestasi akademik dan non akademik

siswa melalui brilliant class program dan kegiatan

ekstrakurikuler sekolah. Strategi keenam adalah

peningkatan kegiatan aksi sosial ke masyarakat

melalui program CCS (Christian Community

Servants). Program CCS adalah program kegiatan

pelayanan bagi OSIS dan guru dengan melakukan

asksi sosial ke masyarakat seperti panti asuhan pada

bulan Desember dan April tiap tahun.