26
I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kayu adalah bahan yang kita dapatkan dari tumbuh- tumbuhan (pohon-pohonan/trees) dan termasuk vegetasi alam. Kayu mempunyai 4 unsur esensial bagi manusiaantaralain: 1. Selulosa, unsur ini merupakan komponen terbesar pada kayu, meliputi 70 % berat kayu. 2. Lignin, merupakan komponen pembentuk kayu yang meliputi 18% - 28% dari berat kayu. Komponen tersebut berfungsi sebagai pengikat satuan srtukturil kayu dan memberikan sifat keteguhan kepada kayu. 3. Bahan-bahan ekstrasi, komponen ini yang memberikan sifat pada kayu, seperti : bau, warna, rasa, dan keawetan. Selain itu, karena adanya bahan ekstrasi ini, maka kayu bisa didapatkan hasil yang lain misalnya: tannin, zat warna, minyak, getah, lemah,malam,dan lain sebagainya.

Laporan tetap kayu handoko.doc

Embed Size (px)

Citation preview

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kayu adalah bahan yang kita dapatkan dari tumbuh-tumbuhan (pohon-

pohonan/trees) dan termasuk vegetasi alam. Kayu mempunyai 4 unsur esensial bagi

manusiaantaralain:

1. Selulosa, unsur ini merupakan komponen terbesar pada kayu, meliputi 70 %

berat kayu.

2. Lignin, merupakan komponen pembentuk kayu yang meliputi 18% - 28% dari

berat kayu. Komponen tersebut berfungsi sebagai pengikat satuan srtukturil kayu

dan memberikan sifat keteguhan kepada kayu.

3. Bahan-bahan ekstrasi, komponen ini yang memberikan sifat pada kayu, seperti :

bau, warna, rasa, dan keawetan. Selain itu, karena adanya bahan ekstrasi ini, maka

kayu bisa didapatkan hasil yang lain misalnya: tannin, zat warna, minyak, getah,

lemah,malam,dan lain sebagainya.

4. Mineral pembentuk abu, komponen ini tertinggal setelah lignin dan selulosa

terbakar habis. Banyaknya komponen ini 0.2% - 1% dari berat kayu.

a. Bagian-Bagian kayu

1. Kulit luar, lapisan yang berada paling luat dalam keadaan kering berfungsi sebagai

pelindung bagian-bagian yang lebih dalam pada kayu.

2. Kulit dalam, lapisan yang berada di sebelah dalam kulit luar yang bersifat basah

dan lunak, berfungsi mengangkut bahan makanan dari daun ke bagian lain.

3. Cambium, lapisan yang berada di sebelah kulit, jaringan ini ke dalam membentuk

kayu baru, sedangkan ke luar membentuk sel-sel jangat (kulit).

4. Kayu gubal, berfungsi sebagai pengangkut air berikut zat bahan makanan ke

bagian-bagian pohon yang lain.

5. Kayu teras, berasal dari kayu gubal, biasanya bagian-bagian sel yang sudah tua

dan kosong ini terisi zat-zat lain yang berupa zat ekstrasi.

6. Galih/hati, bagian ini mempunyai umur paling tua, karena galih (hati) ini ada dari

sejak permulaan kayu itu tumbuh

7.Garis teras ,jarijari retakan yang timbul akibat penyusutan pada waktu pengeringan

yang tidak teratur.

b. Keuntungan kayu

o Murah dan mudah dikerjakan

o Mempunyai kekuatan yang tinggi danbobotnyarendah

o Mempunyai daya penahan tinggi terhadap pegaruh listrik (bersifatisolasi),kimia,.

o Bila ada kerusakan dengan mudah dapat diganti dan bisa diperoleh dalam waktu

singkat

o Pembebanan tekan biasanya bersifat elastis Bilaterawat dengan baik akan tahan

lama.

c. Kerugian kayu

o Kurang homogen ketidaksamaan sebagai hasilalam.

o Cacat-cacat pada kayu.

o Mudahterbakar.

o Dapat memuai dan menyusut dengan perubahan-perubahan kelembaban.

o Terjadinya lendutan yang cukup besar.

Penggunaan kayu pada suatu bangunan (rumah) di masyarakat kita sudah turun-

temurun dan agaknya merupakan suatu kecintaan pula. Urat kayu yang indah sudah

begitu memesona kita, bahkan jauh sebelum masyarakat luas mengenal berbagai

variasi finishing yang membuat lebih indah tampilan kayu,semisal kusen dan

perangkat perlengkapan rumah lainnya. Sebagian jenis kayu sangat rapuh dan mudah

dimakan rayap, sebagian lainnya cukup keras dan dihindarkan rayap. Jati termasuk

jenis kayu yang keras dan awet sehingga sangat baik dipergunakan sebagai kusen.

Selain itu, tampilan uratnya begitu menawan sehingga kayu jenis ini pun banyak

diolah menjadi perangkat furnitur. Ada sejenis kayu yang sangat keras, yakni kayu

ulin. Saking kerasnya, jenis kayu yang banyak terdapat di daerah Sumatera bagian

selatan ini disebut juga kayu besi.

Kayu mindi atau geringging yang banyak ditanam di daerah tropis dan sub tropis,

tergolong kelas kuat III-II, setara dengan mahoni, sungkai, meranti merah dan kelas

awet IV.  Kayu ini  berwarna merah kecoklatan  Kayu mindi sudah terbukti baik

sebagai bahan baku mebel dan parket. Jenis lain yang juga cukup keras ialah kayu

hitam yang sohor di dunia dengan nama kayu ebony.

Kayu ebony yang banyak terdapat di bagian timur wilayah Indonesia adalah

primadonanya kayu dan banyak diekspor ke mancanegara sehingga harganya pun

melonjak tinggi. Kayu yang telah diolah menjadi papan serat (multipleks) biasanya

dibuat menjadi lemari atau perangkat furnitur lainnya. Multipleks adalah produk

industri yang dibuat dari lempengan-lempengan kayu yang dipres dan disatukan

membentuk lembaran besar dan diberi lapisan lembaran halus di kedua sisinya

dengan sistem perekatan.

Parket ialah lembaran kayu berbentuk persegi yang juga disebut ubin kayu,

karena berfungsi sama seperti ubin/keramik lantai (juga dalam berbagai ukuran).

Produk ini berupa lempengan-lempengan papan kecil yang disatukan melalui sistem

penyambungan yang akurat, perekatan yang kuat. Dipasang sebagai ubin lantai

dengan bantuan perekat khusus dan penyelesaiannya berupa laminasi melamin yang

mengilap. Untuk lantai parket umumnya dipergunakan kayu yang berserat halus

dengan tampilan guratan urat kayu yang indah.

d. Cara memotong

Karena kayu yang didapatkan merupakan kayu yang dimanfaatkan untuk bahan

kayu komersil maka cara memotong kayu yang digunakan adalah dengan cara tegak

lurus penampang lingkaran tahun, hal ini dilakukan agar dapat menghasilkan jumlah

kayu yang lebih banyak atau dapat dikatakan dengan sistem radial untuk

mendapatkan hasil potongan kayu yang stabil untuk kontruksi bangunan.

B.Tujuan

Untuk menetukan warna,arah serat,gambar,berat,kesan raba,lingkaran tumbuh

dan bau pada kayu.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Kegiatan penentuan jenis kayu (identifikasi jenis kayu) merupakan salah satu

bagian dari rangkaian kegiatan pengujian dalam arti luas yaitu menentukan jenis

kayu, mengukur dimensi kayu untuk mendapatkan volume serta menetapkan mutu.  

Penentuan jenis kayu pada hakekatnya bukan hanya sekedar untuk memenuhi

persyaratan dalam pelaksanaan pengujian saja, namun amat penting artinya bagi

semua pihak baik bagi pemerintah, pihak produsen maupun pihak konsumen.

Terkait dengan kepentingan pemerintah, penentuan jenis kayu berperan penting

dalam menentukan besarnya pungutan negara (PSDH dan DR) yang dikenakan. 

Pungutan pemerintah tersebut selain didasarkan atas wilayah asal kayu, juga

didasarkan atas jenis kayu.    Disamping  secara  langsung   terkait   dengan 

kepentingan pemerintah, penentuan jenis kayu memegang peranan penting dalam

upaya ikut serta mencegah penyimpangan dimana suatu jenis kayu yang dilarang

untuk ditebang/dipasarkan, diperdagangkan secara bebas dengan menggunakan nama

lain.

Di pihak produsen, selain untuk memenuhi kewajiban dalam membayar pungutan

yang dibebankan pemerintah, kepastian suatu jenis kayu juga penting artinya dalam

proses produksi dan pemasaran.  Setiap jenis kayu mempunyai sifat dan karakteristik

yang berbeda sehingga dalam pengolahannyapun memerlukan penanganan yang

berbeda pula.  Sedangkan bagi konsumen, dengan adanya kepastian jenis kayu, akan

lebih memudahkan untuk memilih kayu-kayu yang cocok untuk kepentingannya.

a. Metoda pengenalan jenis kayu

Untuk mengenal/menentukan suatu jenis kayu, tidak selalu dilakukan dengan

cara memeriksa kayu dalam bentuk log (kayu bundar), tetapi dapat dilakukan dengan

memeriksa sepotong kecil kayu.  Penentuan jenis kayu dalam bentuk log, pada

umumnya dengan cara memperhatikan sifat-sifat kayu yang mudah dilihat seperti

penampakan kulit, warna kayu teras, arah serat, ada tidaknya getah dan sebagainya.

Penentuan beberapa jenis kayu dalam bentuk olahan (kayu gergajian, moulding,

dan sebagainya) masih mudah dilakukan dengan hanya memperhatikan sifat-sifat

kasar yang mudah dilihat.  Sebagai contoh, kayu jati (Tectona grandis)  memiliki

gambar lingkaran tumbuh yang jelas). Namun apabila kayu tersebut diamati  dalam

bentuk barang jadi dimana sifat-sifat fisik asli tidak dapat dikenali lagi karena sudah

dilapisi dengan cat, maka satu-satunya cara yang dapat dipergunakan untuk

menentukan jenisnya adalah dengan cara memeriksa sifat anatomi/strukturnya. 

Demikian juga untuk kebanyakan kayu di Indonesia, dimana antar jenis kayu sukar

untuk dibedakan, cara yang lebih lazim dipakai dalam penentuan je-nis kayu adalah

dengan memeriksa sifat anatominya (sifat struktur).

Sifat fisik/kasar atau makroskopis adalah sifat yang dapat diketahui secara jelas

melalui panca indera, baik dengan penglihatan,  pen-ciuman,  perabaan dan

sebagainya tanpa menggunakan alat bantu.   Sifat-sifat kayu yang termasuk dalam

sifat kasar antara lain adalah :

o warna, umumnya yang digunakan adalah warna kayu teras,

o tekstur, yaitu penampilan sifat struktur pada bidang lintang,

o arah serat, yaitu arah umum dari sel-sel pembentuk kayu,

o gambar, baik yang terlihat pada bidang radial maupun tangensial

o berat, umumnya dengan menggunakan berat jenis

o kesan raba, yaitu kesan yang diperoleh saat meraba kayu,

o lingkaran tumbuh,

o bau, dan sebagainya.

Sifat struktur/mikroskopis adalah sifat yang dapat kita ketahui dengan

mempergunakan alat bantu, yaitu kaca pembesar (loupe) dengan  pembesaran 10

kali. Sifat struktur yang diamati adalah : Pori (vessel) adalah sel yang berbentuk

pembuluh dengan arah longitudinal.  Dengan mempergunakan loupe, pada bidang

lintang, pori terlihat sebagai lubang-lubang beraturan maupun tidak, ukuran kecil

maupun besar.  Pori dapat dibedakan berdasarkan penyebaran, susunan, isi, ukuran,

jumlah dan bidang perforasi).

Parenkim (Parenchyma) adalah sel yang berdinding tipis dengan bentuk batu

bata dengan arah longitudinal.  Dengan mempergunakan loupe, pada bidang lintang, 

parenkim (jaringan parenkim) terlihat mempunyai warna yang lebih cerah dibanding

dengan warna sel sekelilingnya.  Parenkim dapat dibedakan berdasarkan atas

hubungannya dengan pori, yaitu parenkim paratrakeal (berhubungan dengan pori)

dan apotrakeral (tidak berhubungan dengan pori).

Jari-jari (Rays) adalah parenkim dengan arah horizontal.  Dengan

mempergunakan loupe, pada bidang lintang, jari-jari terlihat seperti garis-garis yang

sejajar dengan warna yang lebih cerah dibanding warna sekelilingnya.  Jari-jari dapat

dibedakan berdasarkan ukuran lebarnya dan keseragaman ukurannya.

Saluran interseluler  adalah saluran yang berada di antara sel-sel kayu yang

berfungsi sebagai saluran khusus. Saluran interseluler ini tidak selalu ada pada setiap

jenis kayu, tetapi hanya terdapat pada jenis-jenis tertentu, misalnya beberapa jenis

kayu dalam famili Dipterocarpaceae, antara lain meranti (Shorea spp), kapur

(Dryobalanops spp), keruing (Dipterocarpus spp), mersawa (Anisoptera spp), dan

sebagainya. Berdasarkan arahnya, saluran interseluler dibedakan atas saluran

interseluler aksial (arah longitudinal) dan saluran interseluler radial (arah sejajar jari-

jari). Pada bidang lintang, dengan mempergunakan loupe, pada umumnya saluran

interseluler aksial terlihat sebagai lubang-lubang yang terletak diantara sel-sel kayu

dengan ukuran yang jauh lebih kecil.

Saluran getah adalah saluran yang berada dalam batang kayu, dan bentuknya

seperti lensa. Saluran getah ini tidak selalu dijumpai pada setiap jenis kayu, tapi

hanya terdapat pada kayu-kayu tertentu, misalnya jelutung (Dyera spp.)

Tanda kerinyut adalah penampilan ujung jari-jari yang bertingkat-tingkat dan

biasanya terlihat pada bidang tangensial.  Tanda kerinyut juga tidak selalu dijumpai

pada setiap jenis kayu, tapi hanya pada jenis-jenis tertentu seperti kempas

(Koompasia malaccensis) dan sonokembang (Pterocarpus indicus).

Terdapat perbedaan yang mendasar antara sifat struktur kayu daun lebar dan sifat

struktur kayu daun jarum.  Kayu-kayu daun jarum tidak mempunyai pori-pori kayu

seperti halnya kayu-kayu daun lebar.

Untuk menentukan jenis sepotong kayu, kegiatan pertama yang harus dilakukan

adalah memeriksa kayu tersebut dengan memeriksa sifat kasarnya.  Apabila dengan

cara tersebut belum dapat ditetapkan jenis kayunya, maka terhadap kayu tersebut

dilakukan pemeriksaan sifat strukturnya dengan mempergunakan loupe.

Untuk memudahkan dalam menentukan suatu jenis kayu, kita dapat mempergunakan

kunci pengenalan jenis kayu. Kunci pengenalan jenis kayu pada dasarnya merupakan

suatu kumpulan keterangan tentang sifat-sifat kayu yang telah dikenal, baik sifat

struktur maupun sifat kasarnya.  Sifat-sifat tersebut kemudian didokumentasikan

dalam bentuk kartu (sistim kartu) atau dalam bentuk percabangan dua (sistem

dikotom).

Pada sistem kartu,  dibuat kartu dengan ukuran tertentu (misalnya ukuran kartu

pos). Disekeliling kartu tersebut dicantunkan  keterangan sifat-sifat kayu, dan pada

bagian tengahnya tertera nama jenis kayu. Sebagai contoh, kayu yang akan

ditentukan jenisnya,  diperiksa sifat-sifatnya. Berdasarkan sifat-sifati tersebut, sifat

kayu yang tertulis pada kartu ditusuk dengan sebatang kawat dan digoyang sampai

ada kartu yang jatuh.  Apabila kartu yang jatuh lebih dari satu kartu, dengan cara

yang sama kartu-kartu itu kemudian ditusuk pada sifat lain sesuai dengan hasil

pemeriksaan sampai akhirnya tersisa satu kartu.  Sebagai hasilnya, nama jenis yang

tertera pada kartu terakhir tersebut merupakan nama jenis kayu yang diidentifikasi.

Dikotom berarti percabangan, pembagian atau pengelompokan dua-dua atas dasar

persamaan sifat-sifat kayu yang diamati.   Kayu yang akan ditentukan jenisnya

diperiksa sifat-sifatnya, dan kemudian dengan mempergunakan kunci dikotom,

dilakukan penelusuran sesuai dengan sifat yang diamati sampai diperolehnya nama

jenis kayu yang dimaksud.

Kunci cara pengenalan jenis kayu di atas, baik sistem kartu maupun dengan

sistem dikotom, keduanya mempunyai kelemahan.  Kesulitan tersebut adalah apabila

kayu yang akan ditentukan jenisnya tidak termasuk ke dalam koleksi.  Walaupun

sistem kartu ataupun sistem dikotom digunakan untuk menetapkan jenis kayu,

keduanya tidak akan dapat membantu mendapatkan nama jenis kayu yang

dimaksud.   Dengan demikian, semakin banyak koleksi kayu yang dimiliki disertai

dengan pengumpulan mengumpulkan sifat-sifatnya ke dalam sistem kartu atau sistem

dikotom, akan semakin mudah dalam menentukan  suatu jenis kayu.

Kegiatan untuk menentukan suatu jenis kayu, secara teknis menjadi sangat

penting dalam rangka menentukan rencana penggunaannya, serta untuk kepentingan

transaksi jual-beli atau perdagangan kayu.

Secara teoritis, metoda pengenalan/penentuan/identifikasi jenis kayu mudah

dipelajari sebagai suatu pengetahuan. Namun demikian, keterampilan teknis

pengenalan/penentuan/identifikasi jenis kayu  hanya akan diperoleh melalui proses

latihan yang rutin, berulang-ulang dan terus menerus.

Kelengkapan koleksi kayu akan sangat membantu proses pening-katan

kemampuan dan ketrampilan dalam pengenalan jenis kayu.

IV. HASIL & PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Sifat Fisik Kayu

1. Kayu Akasia

Warna : Coklat gelap

Tekstur : Agak kasar

Bau : Menyengat

Kesan raba : Agak kasar

Arah serat : Searah

2. Kayu Sengon

Warna : Coklat terang

Tekstur : Agak keras

Bau : Menyengat

Kesan raba : Kasar

Arah serat : Searah

3. Kayu Petai Cina

Warna : Coklat terang

Tekstur : Halus

Bau : Tidak menyengat

Kesan raba : Halus

Arah serat : Searah

4. Kayu Gelam

Warna : Coklat gelap

Tekstur : Halus

Bau : Menyengat, agak berbau tanah

Kesan raba : Halus

Arah serat : Searah

5. Kayu Seri

Warna : Coklat terang

Tekstur : Agak kasar

Bau : Menyengat

Kesan raba : Kasar

Arah serat : Searah

6. Kayu Rambutan

Warna : Coklat terang

Tekstur : Kasar

Bau : Menyengat

Kesan raba : Kasar

Arah serat : Searah

7. Kayu Meranti

Warna : Coklat gelap

Tekstur : Kasar

Bau : Menyengat, berbau kayu

Kesan raba : Kasar

Arah serat : Tidak searah

2. Tabel percobaan

Jenis kayu Berat awal Berat akhir

Kayu akasia 8,230 gr 5,930 gr

Kayu gelam 7,080 gr 4,730 gr

Kayu sengon 6,470 gr 4,370 gr

Kayu petai cina 4,170 gr 2,340 gr

Kayu seri 4,290 gr 2,940 gr

Kayu rambutan 4,300 gr 2,580 gr

Kayu meranti 6,320 gr 4,550 gr

3. Perhitungan % KA

% KA = Berat Awal – Berat Akhir x 100%

Berat Akhir

a. Kayu Akasia

% KA = 8,230 gr – 5,930 gr x 100%

5,930 gr

= 38,7%

b. Kayu Gelam

% KA = 7,080 gr – 4,730 gr x 100%

4,730 gr

= 49,6%

c. Kayu Sengon

% KA = 6,470 gr – 4 ,370 gr x 100%

4,370 gr

= 48,05%

d. Kayu Petai Cina

% KA = 4,170 gr – 2,340 gr x 100%

2,340 gr

= 78,2%

e. Kayu Seri

% KA = 4,290 gr – 2,940 gr x 100%

2,940 gr

= 45,9%

f. Kayu Rambutan

% KA = 4,300 gr – 2,580 gr x 100%

2,580 gr

= 66,7%

g. Kayu Meranti

% KA = 6,320 gr – 4,550 gr x 100%

4,550 gr

= 38,9%

B. Pembahasan

Pada praktikum ini kita membahas tentang kayu, apa yang dimaksud dengan

kayu, manfaat kayu, macam-macam kayu, keuntungan dan kerugian kayu dan lain

sebagainya. Tetapi yang paling penting atau yang menjadi sasaran utama kita

melaksanakan praktikum ini adalah untuk mengenal jenis kayu, warna,bau, berat

awal dan berat akhir dari kayu setelah diovenkan selama keruang lebih satu hari satu

malam. Hal pertama yang dilakukan oleh praktikan pada praktikum kayu ini adalah

mencari kayu dipanglong-panglong kayu dan menanyakan atau melihat langsung

cara memotong kayu, kayu yang dicari adalah beraneka ragam. Setelah mendapatkan

jenis-jenis kayu yang diinginkan, selanjutnya praktikan memotong kayu-kayu

tersebut dengan membentuk kubus. Setelah itu kayu yang sudah dibentuk kubus tadi

dimasukkan kedalam oven untuk dikeringkan untuk menghilangkan kadar airnya,

akan tetapi sebelum dimasukkan kedalam oven kita terlebih dahulu menimbang

kayu untuk mengetahui berat awal kayu tersebut dan menimbang lagi setelah

keesokan harinya untuk mengetahui berat akhir dari kayu tersebut. Tiap kayu

mendapatkan perlakuan yang sama. Walaupun dipotong dengan bentuk yang sama,

tiap kayu memiliki berat awal dan berat akhir yang berbeda, ini kemungkinan

dikarenakan tiap kayu memiliki berat jenis yang berbeda dan juga memiliki kadar air

berbeda pula satu sama lain.

Untuk warna tiap kayu memiliki warna yang hampir sama yakni coklat, hal ini

dapat kita bedakan dengan menggunakan panca indra kita, selain itu kita dapat

melihat perbedaan bau juga dengan menggunakan panca indra kita dengan cara

membaui, apakah kayu tersebut wangi atau bau menyengat dan lain sebagainya.

Pada dasarnya terdapat 2 (dua) sifat utama kayu yang dapat dipergunakan untuk

mengenal kayu, yaitu sifat fisik (disebut juga sifat kasar atau sifat makroskopis) dan

sifat struktur (disebut juga sifat mikroskopis).  Secara obyektif, sifat struktur atau

mikroskopis lebih dapat diandalkan dari pada sifat fisik atau makroskopis dalam

mengenal atau menentukan suatu jenis kayu.  Namun untuk mendapatkan hasil yang

lebih dapat dipercaya, akan lebih baik bila kedua sifat ini dapat dipergunakan secara

bersama-sama, karena sifat fisik akan mendukung sifat struktur dalam menentukan

jenis.

Untuk mengenal/menentukan suatu jenis kayu, tidak selalu dilakukan dengan

cara memeriksa kayu dalam bentuk log (kayu bundar), tetapi dapat dilakukan dengan

memeriksa sepotong kecil kayu.  Penentuan jenis kayu dalam bentuk log, pada

umumnya dengan cara memperhatikan sifat-sifat kayu yang mudah dilihat seperti

penampakan kulit, warna kayu teras, arah serat, ada tidaknya getah dan sebagainya.

Penentuan beberapa jenis kayu dalam bentuk olahan (kayu gergajian, moulding,

dan sebagainya) masih mudah dilakukan dengan hanya memperhatikan sifat-sifat

kasar yang mudah dilihat.  Sebagai contoh, kayu jati (Tectona grandis)  memiliki

gambar lingkaran tumbuh yang jelas). Namun apabila kayu tersebut diamati  dalam

bentuk barang jadi dimana sifat-sifat fisik asli tidak dapat dikenali lagi karena sudah

dilapisi dengan cat, maka satu-satunya cara yang dapat dipergunakan untuk

menentukan jenisnya adalah dengan cara memeriksa sifat anatomi/strukturnya.

Dalam praktikum kayu ini kita dapat melihat banyak perbedaan antara satu kayu

dengan kayu yang lain baik itu dari segi warna, tekstur, berat, kesan raba, bau dan

sebagainya. Selain itu dari praktikum ini kita dapat mengetahui mengapa berat kayu

sebelum diovenkan itu lebih berat dibandingkan dengan kayu yang sudah diovenkan

selama satu hari satu malam, ini dikarenakan kayu yang belum diovenkan baik

sengaja ataupun tidak disengaja masih memiliki kadar air walaupun sebelumnya

kayu tersebut sudah dikeringkan dengan cara diovenkan.

Melalui praktikum kayu ini pula kita dapat mengetahui cara memotong kayu,

paling tidak cara memotong kayu yang umumnya digunakan untuk komersil yakni

dengan cara tegak lurus dengan penampang lingkaran tahun, cara ini dilakukan untuk

memperoleh kayu sebanyak-banyaknya tapi tetap memiliki bentuk yang baik dan

stabil.

III. METODOLOGI

A. Tempat dan Waktu

Praktikum ini dilaksanakan di laboratorium pasca panen Jurusan Teknologi

Pertanian Universitas Sriwijaya. Dan waktu dilaksanakannya praktikum ini adalah

pada pukul 10.00 WIB s/d selesai.

B. Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan antara lain ; 1)Oven pengering,

2)timbangan digital,3) tentunya kayu yang dicari berat awal dan berat

akhirnya,4)Tujuh macam jenis kayu

C. Cara Kerja

1. Pertama kali kita potong kayu dengan bentuk kubus dengan ukuran yang

disesuaikan.

2. Setelah dipotong kita timbang kayu dengan menggunakan

neraca/timbangan digital untuk mengetahui berat awal kayu tersebut.

3. Kemudian untuk mengetahui berat akhir dari kayu tersebut kita masukkan

kayu tersebut kedalam oven selama kurang lebih satu hari satu malam ( 24

jam ).

4. Keesokan harinya kita bisa mengetahui berat akhir dengan cara menimbang

kembali kayu tersebut.

5. Untuk mengetahui warna dan bau kita cukup menggunakan panca indra

yakni dengan melihat dan membaui.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Pada dasarnya terdapat 2 (dua) sifat utama kayu yang dapat dipergunakan

untuk mengenal kayu, yaitu sifat fisik (disebut juga sifat kasar atau sifat

makroskopis) dan sifat struktur (disebut juga sifat mikroskopis). 

2. Kayu adalah bahan yang kita dapatkan dari tumbuh-tumbuhan (pohon-

pohonan/trees) dan termasuk vegetasi alam.

3. Parket ialah lembaran kayu berbentuk persegi yang juga disebut ubin kayu,

karena berfungsi sama seperti ubin/keramik lantai (juga dalam berbagai

ukuran).

4. Secara teoritis, metoda pengenalan/penentuan/identifikasi jenis kayu mudah

dipelajari sebagai suatu pengetahuan.

5. Untuk mengenal/menentukan suatu jenis kayu, tidak selalu dilakukan dengan

cara memeriksa kayu dalam bentuk log (kayu bundar), tetapi dapat dilakukan

dengan memeriksa sepotong kecil kayu. 

6. Cara memotong kayu umumnya digunakan untuk komersil yakni dengan cara

tegak lurus dengan penampang lingkaran tahun, cara ini dilakukan untuk

memperoleh kayu sebanyak-banyaknya tapi tetap memiliki bentuk yang baik

dan stabil.

B. Saran

Pada praktikum pengetahuan bahan yang mengenai kayu telah dilakukan dengan

baik dan bejalan dengan lancar.Dan sebaiknya pada praktikum ini alat-alat yang akan

digunakan seperti oven dan timbangan agar di perbanyak agar untuk menghemat

waktu pada saat akan praktikum.

DAFTAR PUSTAKA

Awang, S.A. dkk., 2002, Etnoekologi Manusia di Hutan Rakyat. Sinergi Press. Jogyakarta.

Mahfudz dkk., t.t., Sekilas Jati. Puslitbang Biotek dan Pemuliaan Tanaman Hutan. Jogyakarta.

Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia Jilid IV. Badan Litbang Kehutanan (penerj.). Jakarta: Yayasan Sarana Wana Jaya.

Nandika, Dodi. 2005. Hutan bagi Ketahanan Nasional. Surakarta: Muhammadiyah University Press.

Salim, H S. 2003. Dasar-Dasar Hukum Kehutanan. Edisi Revisi. Jakarta: Sinar Grafika.

Simon, Hasanu. 2004. Membangun Desa Hutan. Kasus Dusun Sambiroto. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.