39
PENDAHULUAN Skenario : Seorang laki-laki ditemukan di sebuah sungai kering yang penuh batu-batuan dalam keadaan mati tertelungkup. Ia mengenakan kaos dalam (oblong) dan celana panjang yang di bagian bawahnya digulung hingga setengah tungkai bawahnya. Lehernya terikat lengan baju (yang kemudian diketahui sebagai baju miliknya sendiri) dan ujung lengan baju lainnya terikat ke sebuah dahan pohon perdu setingggi 60 cm. Posisi tubuh relatif mendatar, namun leher memang terjerat oleh baju tersebut. Tubuh mayat tersebut telah membusuk, namun masih dijumpai adanya satu luka terbuka di daerah ketiak kiri yang memperlihatkan pembuluh darah ketiak yang putus, dan beberapa luka terbuka di daerah tungkai bawah kanan dan kiri yang memiliki ciri-ciri yang sesuai dengan akibat kekerasan tajam. Perlu diketahui bahwa rumah terdekat dari TKP adalah kira-kira 2 km. TKP adalah suatu daerah perbukitan yang berhutan cukup lebat. Latar Belakang Di dalam lingkungan masyarakat, kerap terjadi peristiwa pelanggaran hukum yang menyangkut tubuh dan nyawa manusia. Untuk pengusutan dan penyidikan serta penyelesaian masalah hukum ini, diperlukan bantuan seorang seorang ahli dalam ilmu kedokteran forensik. Ilmu kedokteran forensik sendiri adalah salah satu cabang spesialistik dari ilmu kedokteran, yang mempelajari pemanfaatan ilmu kedokteran untuk kepentingan 1

Makalah Pleno Kasus 1

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Makalah PBL Blok 30Emergency Medicine II

Citation preview

Page 1: Makalah Pleno Kasus 1

PENDAHULUAN

Skenario :

Seorang laki-laki ditemukan di sebuah sungai kering yang penuh batu-batuan

dalam keadaan mati tertelungkup. Ia mengenakan kaos dalam (oblong) dan

celana panjang yang di bagian bawahnya digulung hingga setengah tungkai

bawahnya. Lehernya terikat lengan baju (yang kemudian diketahui sebagai baju

miliknya sendiri) dan ujung lengan baju lainnya terikat ke sebuah dahan pohon

perdu setingggi 60 cm. Posisi tubuh relatif mendatar, namun leher memang

terjerat oleh baju tersebut. Tubuh mayat tersebut telah membusuk, namun masih

dijumpai adanya satu luka terbuka di daerah ketiak kiri yang memperlihatkan

pembuluh darah ketiak yang putus, dan beberapa luka terbuka di daerah tungkai

bawah kanan dan kiri yang memiliki ciri-ciri yang sesuai dengan akibat

kekerasan tajam.

Perlu diketahui bahwa rumah terdekat dari TKP adalah kira-kira 2 km. TKP

adalah suatu daerah perbukitan yang berhutan cukup lebat.

Latar Belakang

Di dalam lingkungan masyarakat, kerap terjadi peristiwa pelanggaran hukum yang

menyangkut tubuh dan nyawa manusia. Untuk pengusutan dan penyidikan serta penyelesaian

masalah hukum ini, diperlukan bantuan seorang seorang ahli dalam ilmu kedokteran forensik.

Ilmu kedokteran forensik sendiri adalah salah satu cabang spesialistik dari ilmu kedokteran,

yang mempelajari pemanfaatan ilmu kedokteran untuk kepentingan penegakan hukum serta

keadilan. Selain aspek hukum dan keadilan, ilmu kedokteran forensik juga bermanfaat dalam

segi kehidupan masyarakat lain seperti membantu penyelesaian klaim asuransi, masalah

paternitas, pengumpulan data korban kecelakaan dan sebagainya.1

Dalam mengungkapkan suatu kasus pidana, seorang dokter dengan ilmu kedokteran

forensik yang dimilikinya, dapat melakukan berbagai pemeriksaan untuk membantu

penyidikan sehingga akan didapatkan informasi-informasi penting yang diperlukan pihak

penyidik untuk mengungkap suatu kasus. Pada kasus pembunuhan yang memakan korban,

pemeriksaan yang dokter lakukan terhadap tubuh mayat dapat berupa pemeriksaan luar,

pemeriksaan dalam atau yang biasa disebut autopsi, dan pemeriksaan penunjang lainnya.

Tujuan dari autopsi adalah untuk menemukan proses penyakit dan atau adanya cedera,

melakukan interpretasi atas penemuan-penemuan tersebut, menerangkan penyebabnya serta

1

Page 2: Makalah Pleno Kasus 1

mencari hubungan sebab akibat antara kelainan-kelainan yang ditemukan dengan penyebab

kematian.2

Pada kasus kematian akibat asfiksia mekanik, seorang dokter yang melakukan

pemeriksaan autopsi harus teliti dalam tindakannya. Dokter harus mengetahui tanda-tanda

apa saja pada kasus kematian asfiksia. Sebab kematian juga perlu dijelaskan, apakah asfiksia

mekanik yang terjadi akibat bekapan, sumbatan, jeratan, cekikan, atau gantung diri.

Berdasarkan kasus yang ada, diduga telah terjadi kasus pembunuhan dengan cara pencekikan

disertai dengan adanya penganiayan korban dan upaya penutupan atau penyamaran penyebab

kematian. Oleh karena itu dilakukanlah pemeriksaan medik (autopsi) dan pembuatan Visum

et Repertum terhadap korban yang dikirim oleh polisi atau penyidik yang diduga menjadi

korban atas suatau tindak pidana (pada kasus ini adalah korban pembunuhan), untuk dapat

menentukan sebab, perkiraan waktu dan cara kematian, guna membantu proses penegakan

hukum3. Selain itu akan dibahas pula mengenai indentifikasi forensik, tanatologi dan

kematian akibat asfiksia mekanik, serta aspek hukum dan medikolegal kedokteran forensik.1-3

Tujuan

Untuk mengetahui peranan dokter dalam ilmu Kedoteran Forensik, serta aspek hokum

yang berlaku, prosedur medikolegal dalam menangani sebuah perkara kasus pidana, serta

dapat mengetahui tahap-tahapan dan identifikasi korban tindak pidana dengan tepat dan

cermat.

PEMBAHASAN

Prosedur Mediko Legal

Dalam perundang-undangan terdapat beberapa prosedur medikolegal yang harus

dipatuhi oleh setiap pihak yang terkait dalam penyelidikan kasus diatas. Berikut beberapa

prosedur medikolegal yang harus dipatuhi: 4

Kewajiban Hukum :

• Pihak yang berwenang meminta VetR: Penyidik

Sesuai pasal 133 ayat (1).Sedangkan yang termasuk kategori penyidik adalah Pejabat

Polisi Negara RI yang diberi wewenang khusus oleh undang-undang dengan pangkat

serendah-rendahnya Pembantu Letnan Dua ( pasal 6 ayat (1) KUHAP, PP 27 tahun 1983

pasal 2 ayat (1).

2

Page 3: Makalah Pleno Kasus 1

• Pihak yang berwenang membuat VetR: Dokter

Kewajiban dokter untuk membuat Keterangan Ahli seperti disebutkan dalam pasal 133

KUHAP. Keterangan ahli ini akan dijadikan sebagai alat bukti yang sah di depan sidang

pengadilan. ( pasal 184 KUHAP )

• Prosedur permintaan: Tertulis

Prosedur permintaan Keterangan Ahli oleh penyidik harus dilakukan secara tertulis,

terutama untuk korban mati (pasal 133 ayat (2)).

Surat permintaan keterangan ahli ditujukan kepada instansi kesehatan atau instansi

khusus untuk itu, bukan kepada individu dokter yang bekerja di dalam instansi tersebut.

Korban / benda bukti yang diperiksa : tubuh manusia, baik masih hidup maupun telah

meninggal. Disertai oleh petugas kepolisian yang berwenang.

• Penggunaan VetR: Kepentingan peradilan saja , tidak boleh digunakan untuk

penyelesaian klaim asuransi.

Karena hanya untuk keperluan peradilan maka berkas Keteranagan Ahli ini hanya boleh

diserahkan kepada penyidik (instansi) yang memintanya.

Bila diperlukan keterangan untuk klaim asuransi, maka pihak asuransi dapat meminta

kepada dokter keterangan yang khusus untuk hal tersebut, dengan memperhatikan

ketentuan tentang wajib simpan rahasia jabatan.

I. Kewajiban Dokter Membantu Peradilan

Pasal 133 KUHAP

(1) Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban baik luka,

keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan tindak pidana, ia

berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakiman

atau dokter dan atau ahli lainnya.

(2) Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan secara

tertulis, yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas untuk pemeriksaan luka atau

pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan bedah mayat.

(3) Mayat yang dikirim kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter pada rumah sakit

harus diperlakukan secara baik dengan penuh penghormatan terhadap mayat tersebut

dan diberi label yang memuat identitas mayat, dilak dengan cap jabatan yang dilekatkan

pada ibu jari kaki atau bagian lain badan mayat.3

Penjelasan Pasal 133 KUHAP

3

Page 4: Makalah Pleno Kasus 1

(2) Keterangan yang diberikan oleh ahli kedokteran kehakiman disebut keterangan ahli,

sedangkan keterangan yang diberikan oleh dokter bukan ahli kedokteran kehakiman

disebut keterangan.3

Pasal 179 KUHAP

(1) Setiap orang yang diminta pendapatnya sebagai ahli kedokteran kehakiman atau dokter

atau ahli lainnya wajib memberikan keterangan ahli demi keadilan.

(2) Semua ketentuan tersebut di atas untuk saksi berlaku juga bagi mereka yang

memberikan keterangan ahli, dengan ketentuan bahwa mereka mengucapkan sumpah

atau janji akan memberikan keterangan yang sebaik-baiknya dan sebenar-benarnya

menurut pengetahuan dalam bidang keahliannya.3

II. Bentuk Bantuan Dokter Bagi Peradilan Dan Manfaatnya

Pasal 183 KUHAP

Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seorang kecuali apabila dengan

sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah ia memperoleh keyakinan bahwa suatu

tindak pidana benar-benar terjadi dan bahwa terdakwalah yang bersalah

melakukannnya.3

Pasal 184 KUHAP

(1) Alat bukti yang sah adalah:

a. Keterangan saksi

b. Keterangan ahli

c. Surat

d. Pertunjuk

e. Keterangan terdakwa

(2) Hal yang secara umum sudah diketahui tidak perlu dibuktikan.3

Pasal 186 KUHAP

Keterangan ahli ialah apa yang seorang ahli nyatakan di sidang pengadilan.3

Pasal 180 KUHAP

(1) Dalam hal diperlukan untuk menjernihkan duduknya persoalan yang timbul di sidang

pengadilan, Hakim ketua sidang dapat minta keterangan ahli dan dapat pula minta agar

diajukan bahan baru oleh yang berkepentingan.

(2) Dalam hal timbul keberatan yang beralasan dari terdakwa atau penasihat hukum

terhadap hasil keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) Hakim

memerintahkan agar hal itu dilakukan penelitian ulang.

4

Page 5: Makalah Pleno Kasus 1

(3) Hakim karena jabatannya dapat memerintahkan untuk dilakukan penelitian ulang

sebagaimana tersebut pada ayat (2).

(4) Penelitian ulang sebagaimana tersebut pada ayat (2) dan ayat (3) dilakukan oleh instansi

semula dengan komposisi personil yang berbeda dan instansi lain yang mempunyai

wewenang untuk itu.3

III. Sangsi Bagi Pelanggar Kewajiban Dokter

Pasal 216 KUHP

(1) Barang siapa dengan sengaja tidak menuruti perintah atau permintaan yang dilakukan

menurut undang-undang oleh pejabat yang tugasnya mengawasi sesuatu, atau oleh

pejabat berdasarkan tugasnya. Demikian pula yang diberi kuasa untuk mengusut atau

memeriksa tindak pidana; demikian pula barangsiapa dengan sengaja mencegah,

menghalang-halangi atau menggagalkan tindakan guna menjalankan ketentuan,

diancam dengan pidana penjara paling lama empat bulan dua minggu atau denda paling

banyak sembilan ribu rupiah.

(2) Disamakan dengan pejabat tersebut di atas, setiap orang yang menurut ketentuan

undang-undang terus-menerus atau untuk sementara waktu diserahi tugas menjalankan

jabatan umum.

(3) Jika pada waktu melakukan kejahatan belum lewat dua tahun sejak adanya pemidanaan

yang menjadi tetap karena kejahatan semacam itu juga, maka pidanya dapat ditambah

sepertiga.3

Pasal 222 KUHP

Barang siapa dengan sengaja mencegah, menghalang-halangi atau menggagalkan

pemeriksaan mayat untuk pengadilan, diancam dengan pidana penjara paling lama

sembilan bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.3

Pasal 224 KUHP

Barang siapa yang dipanggil menurut undang-undang untuk menjadi saksi, ahli atau

jurubahasa, dengan sengaja tidak melakukan suatu kewajiban yang menurut undang-

undang ia harus melakukannnya:

1. Dalam perkara pidana dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya 9

bulan.

2. Dalam perkara lain, dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya 6

bulan.3

Pasal 522 KUHP

5

Page 6: Makalah Pleno Kasus 1

Barang siapa menurut undang-undang dipanggil sebagai saksi, ahli atau jurubahasa,

tidak datang secara melawan hukum, diancam dengan pidana denda paling banyak

sembilan ratus rupiah.3

Kewajiban Moral :

Pasal 7 KODEKI (Hanya memberi keterangan yang benar):

7. Setiap dokter hanya memberi surat keterangan dan pendapat yang telah diperiksa sendiri

kebenarannya.

7a. Seorang dokter harus, dalam setiap praktik medisnya, memberikan pelayanan medis yang

kompeten dengan kebebasan teknis dan moral sepenuhnya, disertai rasa kasih sayang

(compassion) dan penghormatan atas martabat manusia.

7b. Seorang dokter harus bersikap jujur dalam berhubungan dengan pasien dan sejawatnya,

dan berupaya untuk mengingatkan sejawatnya yang dia ketahui memiliki kekurangan dalam

karakter atau kompetensi, atau yang melakukan penipuan atau penggelapan, dalam

menangani pasien.

7c. Seorang dokter harus senantiasa menghormati hak-hak pasien, hak-hak sejawatnya, dan

hak tenaga kesehatan lainnya, dan harus menjaga kepercayaan pasien.

7d. Setiap dokter harus senantiasa mengingat akan kewajiban melindungi hidup mahkluk

insani.4

Aspek Hukum

Sesuai dengan kasus diatas dapat kita temukan berbagai aspek hukum yang terkait

mengenai kejadian perkara. Berikut beberapa aspek hukum mengenai perkara pembunuhan

atau penganiayaan yang termasuk pula didalamnya disertakan pasal-pasal hukum terkait: 1

Pasal 133 KUHAP

1) Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban baik

luka, keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan tindak

pidana, ia berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran

kehakiman atau dokter ahli lainnya.

2) Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan secara

tertulis, yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas untuk pemeriksaan luka atau

pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan bedah mayat.

6

Page 7: Makalah Pleno Kasus 1

3) Mayat yang dikirim kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter pada rumah sakit

harus diperlakukan secara baik dengan penuh penghormatan terhadap mayat tersebut

dan diberi label yang memuat identitas mayat, dilak dengan diberi cap jabatan yang

dilekatkan pada ibu jari kaki atau bagian lain badan mayat.

Penjelasan Pasal 133 KUHAP

2) Keterangan yang diberikan oleh ahli kedokteran kehakiman disebut keterangan ahli,

sedangkan keterangan yang diberikan oleh dokter bukan ahli kedokteran kehakiman

disebut keterangan1.

Pasal 135 KUHAP

Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan perlu melakukan penggalian mayat,

dilaksanakan menurut ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 133 ayat (2) dan pasal

134 ayat (1) undang-undang ini.

Pasal 179 KUHAP

Setiap orang yang diminta pendapatnya sebagai ahli kedoteran kehakiman atau dokter

atau ahli lainnya wajib memberikan keterangan ahli demi keadilan. Semua ketentuan tersebut

di atas untuk saksi berlaku juga bagi mereka yang memberikan keterangan ahli, dengan

ketentuan bahwa mereka mengucapkan sumpah atau janji akan memberikan keterangan yang

sebaik-baiknya dan sebenar-benarnya menurut pengetahuan dalam bidang keahliannya.

Statsblad 350 tahun 1937 pasal 1

Visa reperta dari dokter-dokter, yang dibuat atas sumpah jabatan yang diikrarkan pada

waktu menyelesaikan pelajaran kedokteran di negeri Belanda atau di Indonesia, atau atas

sumpah khusus sebagai dimaksud dalam pasal (2), mempunyai daya bukti dalam perkara-

perkara pidana, sejauh itu mengandung keterangan tentang yang dilihat oleh dokter pada

benda yang diperiksa.

Pasal 186 KUHAP

Keterangan ahli ini dapat juga sudah diberikan pada waktu pemeriksaan oleh penyidik

atau penuntut umum yang dirtuangkan dalam suatu bentuk laporan dan dibuat dengan

mengingat sumpah diwaktu ia menerima jabatan atau pekerjaan.

Pasal 89 KUHP

7

Page 8: Makalah Pleno Kasus 1

Membuat orang pingsan atau tidak berdaya disamakan dengan menggunakan

kekerasan.

Pasal 90 KUHP

Luka berat berarti:

- jatuh sakit atau mendapat luka yang tidak memberi harapan akan sembuh sama

sekali, atau yang menimbulkan bahaya maut;

- tidak mampu terus menerus untuk menjalankan tugas jabatan atau pekerjaan

pencarian;

- kehilangan salah satu pancaindra;

- mendapat cacat berat;

- menderita sakit lumpuh;

- terganggunya daya piker selama empat minggu lebih;

- gugur atau matinya andungan seorang perempuan.

Pasal 338 KUHP4

Barang siapa dengan sengaja merampas nyawa orang lain, diancam karena

pembunuhan, dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun.

Pasal 339 KUHP4

Pembunuhan yang diikuti, disertai atau didahului oleh suatu perbuatan pidana, yang

dilakukan dengan maksud untuk mempersiapkan atau mempermudah pelaksanaannya, atau

untuk melepaskan diri sendiri maupun peserta lainnya dari pidana dalam hal tertangkap

tangan, ataupun untuk memastikan penguasaan barang yang diperolehnya secara melawan

hukum, diancam dengan pidana penjara seumur hidupatau selama waktu tertentu, paling lama

dua puluh tahun.

Pasal 340 KUHP4

Barangsiapa dengan sengaja dan dengan rencana lebih dahulu merampas nyawa orang

lain, diancam, karena pembunuhan dengan rencana (moord), dengan pidana mati atau penjara

seumur hidup atau selama waktu tertentu, paling lama dua puluh lima tahun.

Pasal 351 KUHP

1) Penganiyaan diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan

atau pidana denda paling banyak 4500 rupiah.

2) Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat, yang bersalah diancam dengan pidana

penjara paling lama 5 tahun.

3) Jika mengakibatkan mati, diancam dengan pidana penjara paling lama7 tahun.

8

Page 9: Makalah Pleno Kasus 1

4) Dengan penganiyaan disamakan sengaja merusak kesehatan.

5) Percobaan untuk melakukan kejahatan ini tidak dipidana.

Pasal 353 KUHP

(1) Penganiayaan dengan rencana terlebih dahulu, diancam dengan pidana penjara paling

lama 4 tahun.

(2) Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat, yang bersalah dikenakan pidana

penjara paling lama tujuh tahun.

(3) Jika perbuatan mengakibatkan mati, dia dikenakan pidana penjara paling lama 9

tahun.

Pasal 354 KUHP

(1) Barangsiapa dengan sengaja melukai berat orang lain, diancam, karena melakukan

penganiayaan berat, dengan pidana penjara paling lama delapan tahun.

(2) Jika perbuatan mengakibatkan mati, yang bersalah dikenakan pidana penjara paling

lama sepuluh tahun.

Pasal 355 KUHP

(1) Penganiayaan berat yang dilakukan dengan rencana lebih dahulu, diancam dengan

pidana penjara paling lama 12 tahun.

(2) Jika perbuatan mengakibatkan mati, yang bersalah dikenakan pidana penjara paling

lama 15tahun1.

Identifikasi

Identifikasi forensik merupakan upaya yang dilakukan dengan tujuan membantu penyidik

untuk menetukan identitas seseorang. Identitas personal sering menjadi masalah dalam

berbagai kasus, oleh karena itu menentukan identitas dengan tepat merupakan tindakan yang

amat penting karena adanya kekeliruan dapat menyebabkan hal yang fatal dalam proses

peradilan.1

Korban yang perlu diidentifikasi ialah

- Jenazah yang tidak dikenal

- Jenazah yang membusuk, rusak dan hangus terbakar

- Pada kecelakaan dan bencana massal yang mengakibatkan banyak korban mati

9

Page 10: Makalah Pleno Kasus 1

- Potongan tubuh manusia / kerangka.1

Untuk mencari identitas dapat menggunakan berbagai metode dan dapat dipastikan apabila

paling sedikit 2 metode menyatakan hasil positif. Penentuan identitas personal dapat

menggunakan metode identifikasi sidik jari, visual, dokumen, pakaian dan perhiasan, medik,

gigi, serologic, dan secara eksklusi. Akhir-akhir ini dikembangkan pula metode identifikasi

DNA.1 Metode identifikasi yang utama adalah yang primer (ilmiah) , meliputi pemeriksaan

sidik jari, pemeriksaan gigi dan oemeriksaan DNA, sedangkan pemeriksaan lain termasuk

pemeiksaan sekunder (sederhana). Berikut pembahasannya :

Pemeriksaan Primer (Ilmiah)

a. Pemeriksaan sidik jari

Metode ini membandingkan gambaran sidik hari jenazah dengan data sidik jari

ante mortem. Merupakan pemeriksaan yang diakui paling tinggi ketepatannya

dalam menetukan identitas seseorang. Oleh karena itu, harus dilakukan

penanganan yang baik terhadap tangan jenazah yaitu dengan melakukan

pembungkusan kedua tangan jenazah dengan kantung plastik.

b. Pemeriksaan gigi

Pemeriksaan ini meliputi pencatatan data gigi (odontogram) dan rahang yang

dilakukan dengan menggunakan pemeriksaan manual, sinar X dan pencetakan gigi

dan rahang. Odontogram memuat data tentang jumlah, bentuk, susunan, tambalan,

protesa gigi dan sebagainya. Cara ini juga dilakukan dengan membandingkan data

temuan dengan ante mortem.

c. Pemeriksaan DNA

Bagian DNA ini memiliki oleh semua orang tetapi masing-masing individu

mempunyai jumlah pengulangan yang berbeda-beda satu samalain, sedemikian

sehingga kemungkinan dua individu mempunyai fragmen DNA yang sama adalah

sangat kecil sekali. Pemeriksaan inidapat dipakai pada kasus identifikasi mayat tak

dikenal, dilakukan pembandingan pita orangtua, atau anak-anak tersangka korban.

Jika korban benar adalah tersangka. Jika korban benar tersangka, maka akan

didapatkan bahwa separuh pita anak akan cocok dengan ibunya dan separuhnya

lagi cocok dengan pita ayahnya.1

Pemeriksaan Sekunder ( Sederhana)

a. Metode visual

10

Page 11: Makalah Pleno Kasus 1

Metode ini dilakukan dengan cara memperlihatkan jenazah pada orang yang

merasa kehilangan anggota keluarga atau kerabat. Hanya efektif untuk jenazah

yang belum membusuk sehingga masih dapat dikenali wajah dan bentuk

tubuhnya. Akan tetapi faktor emosional berperan, oleh karena itu harus dilakukan

penanganan sebaiknya.

b. Pemeriksaan dokumen

Dokumen seperti kartu identitas (KTP, SIM, Paspor, dll) yang dijumpai dalam

saku pakaian yang dikenakan akan sangat membantu mengenali jenazah tersebut.

Akan tetapi, pada kecelakaam massal dokumen yang terdapat dalam tas atau

dompet yang berada di dekat jenazah belum tentu milik jenazah tersebut.

c. Pemeriksaan pakaian dan perhiasan

Dari pakaian dan perhiasan yang dikenakan, mungkin daapt diketahui merk

atau nama pembuat, ukuran, inisial nama pemilik, yang dapat membantu proses

identifikasi.

d. Identifikasi medik

Metode ini menggunakan data tinggi badan, berat badan, warna rambut, mata,

cacat atau kelainan khusus, dan juga tatoo. Metode ini bernilai tinggi karena selain

dilakukan oleh serorang ahli dengan menggunakan berbagai cara/ modifikasi

( termasuk pemeriksaan dengan sinar X), sehingga ketepatannya cukup tinggi.

Dengan metode ini dapat diketahui data jenis kelamin, ras, perkiraan umumr dan

tinggi badan, kelainan pada tulang dan sebagainya.

e. Pemeriksaan serologi

Pemeriksaan serologi bertujuan menentukan golongan darah jenazah. Apabila

sudah membusuk, dapat dilakukan dengan cara memeriksa rambut, kuku dan

tulang.

f. Metode eksklusi

Metode ini digunakan pada kecelakaan massal yang melibatkan sejumlah

orang yang dapat diketahui identitasnya. Bila sebagian besar korban telah dapat

dipastikan identitasnya dengan menggunakan metode lain, sedangkan sisanya

tidak dapat ditentukan, maka sisa korban diidentifikasi menurut daftar penumpang

yang ada.1

11

Page 12: Makalah Pleno Kasus 1

Tanatologi

Tanatologi berasal dari kata thanatos (yang berhubungan dengan kematian) dan logos

(ilmu). Tanatologi adalah bagian dari ilmu kedokteran forensik yang mempelajari kematian

dan perubahan yang terjadi setelah kematian serta faktor yang mempengaruhi perubahan

tersebut.5

Mati somatic (mati klinis) terjadi akibat terhentinya fungsi ketiga system penunjang

kehidupan, yaitu susunan saraf pusat, system kardiovaskular dan system pernafasan, yang

menetap (irreversible). Secara klinis tidak ditemukan reflex-refleks, EEG mendatar, nadi

tidak teraba, denyut jantung tidak terdengar, tidak ada gerak pernapasan dan suara nafas tidak

terdengar pada auskultasi.2

Mati suri (suspended animation, apparent death) adalah terhentinya ketiga system kehidupan

di atas yang ditentukan dengan alat kedokteran sederhana. Dengan peralatan kedokteran

canggih masih dapat dibuktikan bahwa ketiga system tersebut masih berfungsi.2

Mati seluler (mati molekuler) adalah kematian organ atau jaringan tubuh yang timbul

beberapa saat setelah kematian somatic.2

Mati serebral adalah kerusakan kedua hemisfer otak yang ireversibel kecuali batang otak dan

serebelum, sedangkan kedua system lainnya yaitu system pernapasan dan kardiovaskular

masih berfungsi dengan bantuan alat.2

Mati otak (mati batang otak) adalah bila telah terjadi kerusakan seluruh isi neuronal

intracranial yang ireversibel, termasuk batang otak dan serebelum.2

Pada kasus ini ditemukan tanda-tanda kematian yang tidak pasti, yaitu:

a. Pernafasan berhenti selama lebih dari 10 menit (inspeksi, palpasi, auskultasi)

b. Terhentinya sirkulasi, nadi karotis tidak teraba

c. Kulit pucat

d. Tonus otot menghilang dan relaksasi.

Pada kasus ini juga dapat ditemukan tanda-tanda kematian pasti, yaitu:

a. Lebam mayat (livor mortis). . Setelah kematian klinis maka eritrosit akan menempati

tempat terbawah karena gaya tarik bumi (gravitasi), mengisi vena dan venula,

membentuk bercak berwarna merah ungu (livide) pada bagian terbawah tubuh,

12

Page 13: Makalah Pleno Kasus 1

kecuali pada bagian tubuh yang terkena alas keras. Lebam mayat biasanya mulai

tampak 20-30 menit pasca mati, makin lama intensitasnya bertambah dan menjadi

lengkap dan menetap setelah 8-12 jam.2

Pada kasus ini dapat terlihat adanya lebam mayat pada daerah dada, abdomen, serta

bagian anterior dari kedua tungkai korban, menandakan bahwa korban berada pada

posisi telungkup saat meninggal. Diketahui bahwa lebam mayat tidak menghilang

pada penekanan, yang menandakan bahwa kematian korban sudah lebih dari 8-12

jam.

b. Kaku Mayat (rigor mortis). Kelenturan otot setelah kematian masih dipertahankan

karena metabolisme tingkat seluler masih berjalan berupa pemecahan cadangan

glikogen otot yang menghasilkan energi. Energi ini digunakan untuk mengubah ADP

menjadi ATP. Selama masih terdapat ATP serabut aktin dan miosin akan tetap lentur.

Bila cadangan glikogen dalam otot habis, maka energi tidak terbentuk lagi, aktin dan

miosin menggumpal dan otot menjadi kaku. Kaku mayat mulai tampak kira-kira 2

jam setelah mati klinis. Setelah mati klinis 12 jam kaku mayat menjadi lengkap,

dipertahankan 12 jam dan kemudian menghilang dalam urutan yang sama.2

Pada kasus ini, terlihat bahwa mayat yang ditemukan tidak terdapat kaku mayat, hal

ini menandakan kematian korban baru terjadi (kurang dari 2 jam) atau sudah lama

terjadi (lebih dari 12 jam).

c. Penurunan Suhu (algor mortis). Kecepatan penurunan suhu dipengaruhi oleh suhu

keliling, aliran dan kelembaban udara, bentuk tubuh, posisi tubuh, pakaian. Selain itu

suhu saat mati perlu diketahui untuk perhitungan perkiraan saat kematian.2

Pada kasus, ditemukan suhu tubuh mayat tersebut adalah 28oC. Suhu mayat sudah

hampir sama dengan suhu keliling yang menandakan bahwa korban sudah meninggal

selama 15 jam lebih. Penurunan suhu pada korban juga bisa dikacaukan karena

keadaan korban yang tidak memakai baju dan berada di tempat terbuka, sehingga

penurunan suhu dapat lebih cepat.

d. Pembusukan (decomposition, putrefaction). Pembusukan adalah proses degradasi

jaringan yang terjadi akibat autolysis dan kerja bakteri. Pembusukan baru tampak

kira-kira 24 jam pasca mati berupa warna kehijauan pada perut kanan bawah, yaitu

daerah sekum yang isinya lebih cair dan penuh dengan bakteri serta terletak dekat

dinding perut. Larva lalat akan dijumpai setelah pembentukan gas pembusukan nyata,

yaitu kira-kira36-48 jam pasca mati.2

13

Page 14: Makalah Pleno Kasus 1

Pada kasus, terlihat bahwa mayat sudah mengalami pembusukan. Rambut menjadi

mudah dicabut dan kuku mudah terlepas, wajah menggelembung dan berwarna ungu

kehijauan, kelopak mata membengkak, pipi tembem, bibir tebal, lidah membengkak

dan terjulur. Wajah korban sudah sulit untuk dikenali.

Pemeriksaan Luka Akibat Kekerasan Tajam

Benda yang dapat mengakibatkan luka seperti ini memiliki sisi tajam baik berupa

garis maupun runcing yang bervariasi dari alat seperti pisau,golok dan sebaainua sehingga

keping kaca,gelas,logam,sembilu bahkan tepi kertas atau rumput.

Gambaran luka adalah tepi dan dinding luka yang rata,berbentuk garis,tidak terdapat

jembatan jaringan dan dasar luka berbentuk garis atau titik. Luka akibat benda tajam dapat

berupa luka iris atau sayat,luka tusuk dan luka bacok.Pada luka tusuk,sudut luka dapat

menunjukkan perkiraan benda penyebabnya,apakah berupa pisau bermata satu atau bermata

dua.Bila satu sudut luka lancip dan yang lain tumpul,bererti benda penyebabnya adalah benda

tajam bermata satu.Bila kedua sudut luka lancip,luka tersebut dapat diakibatkan oleh benda

tajam bermata dua.Benda tajam bermata satu sapat menimbulkan luka tusuk dengan kedua

luka lancip apabila hanya bagian ujung benda saja yang menyentuh kulit,sehingga sudut luka

dibentuk oleh ujung dan sisi tajamnya.

Kulit di sekitar luka akibat kekerasan benda tajam biasanya tidak menunjukkan

adanya luka lecet atau memar kecuali bila bagian gagang turut membentur kulit. Pada luka

turuk,panjang luka biasanya tidak mencerminkan lebar benda tajam penyebabnya,demikian

pula panjang saluran luka biasanya tidak menunjukkan panjang benda tajam tersebut.Hal ini

disebabkan oleh faktor elastisitas jaringan dan gerakan korban.

Luka tangkis merupakan luka yang trjadi akibat perlawanan korban dan umumnya

ditemukan pada telapak dan punggung tangan,jari tangan,punggung lengan bawah dan

tungkai.

Pemeriksaan pada kain (baju) yang terkena pisau bertujuan melihat interaksi antara pidau-

kain tubuh,yaitu melihat letak kelainan,bentuk rokeban,adanya pastikel besi,serat kain dan

pemeriksaan terhadap bercak darahnya. Luka percobaan khas ditemukan pada kasus bunuh

diri yang menggunakan senjata tajam,sehubungan dengan kondisi kejiwaan korban.Luka

percobaan dapar berupa luka sayt atau luka tusuk yang dilakukan berulang dan sejajar.

14

Page 15: Makalah Pleno Kasus 1

Pemeriksaan Leher Akibat Penjeratan

Perbedaan antara penjeratan postmotem atau antemortem 1

No Penjeratan postmortem Penjeratan antemortem

1 Tanda-tanda post-mortem

menunjukkan kematian yang bukan

disebabkan penggantungan.

Tanda-tanda penggantungan antemortem

bervariasi. Tergantung dari cara kematian

korban.

2 Tanda jejas jeratan biasanya berbentuk

lingkaran utuh (continuous), agak

sirkuler dan letaknya pada bagian leher

tidak begitu tinggi.

Tanda jejas jeratan miring, berupa lingkaran

terputus (non-continuous) dan letaknya pada

leher bagian atas.

3 Simpul tali biasanya lebih dari satu,

diikatkan dengan kuat dan diletakkan

pada bagian depan leher.

Simpul tali biasanya tunggal, terdapat pada

sisi leher.

4 Ekimosis pada salah satu sisi jejas

penjeratan tidak ada atau tidak jelas.

Lebam mayat terdapat pada bagian

tubuh yang menggantung sesuai

dengan posisi mayat setelah

meninggal.

Ekimosis tampak jelas pada salah satu sisi

dari jejas penjeratan. Lebam mayat tampak di

atas jejas jerat dan pada tungkai bawah.

5 Tanda parchmentisasi tidak ada atau

tidak begitu jelas.

Pada kulit di tempat jejas penjeratan teraba

seperti perabaan kertas perkamen, yaitu

tanda parchmentisasi.

6 Sianosis pada bagian wajah, bibir,

telinga dan lain-lain tergantung dari

penyebab kematian.

Sianosis pada wajah, bibir, telinga, dan lain-

lain sangat jelas terlihat terutama jika

kematian karena asfiksia.

7 Tanda-tanda pada wajah dan mata

tidak terdapat, kecuali jika penyebab

kematian adalah pencekikan

(strangulasi) atau sufokasi.

Wajah membengkak dan mata mengalami

kongesti dan agak menonjol, disertai dengan

gambaran pembuluh dara vena yang jelas

pada bagian kening dan dahi.

8 Lidah tidak terjulur kecuali pada kasus

kematian akibat pencekikan.

Lidah bisa terjulur atau tidak sama sekali.

15

Page 16: Makalah Pleno Kasus 1

9 Penis. Ereksi penis dan cairan sperma

tidak ada. Pengeluaran feses juga tidak

ada

Penis. Ereksi penis disertai dengan keluarnya

cairan sperma sering terjadinpada korban

pria. Demikian juga sering ditemukan

keluarnya feses

10 Air liur tidak ditemukan yang menetes

pada kasus selain kasus penggantungan

Air liur. Ditemukan menetes dari sudut

mulut, dengan arah yang vertikal menuju

dada. Hal ini merupakan pertanda pasti

penggantungan ante-mortem

Autopsi pada Kasus Kematian Akibat Asfiksia Mekanik-Penjeratan

Pada pemeriksaan mayat, umunya akan ditemukan tanda kematian akibat asfiksia berupa

lebam mayat yang gelap dan luas, pembendungan pada bola mata, busa halus pada lubang

hidung, mulut dan saluran pernafasan, perbendungan pada alat-alat dalam serta bintik

pendarahan Tardieu. Pada kasus penjeratan, kadangkala masih ditemukan jerat pada leher

korban. Jerat harus diperlakukan sebagai bahan bukti dan dilepaskan dari leher korban

dengan jalan menggunting secara miring pada jerat, di tempat yang paling jauh dengan

simpul sehingga simpul pada jerat tetap utuh. Jerat selalunya berjalan horizontal/mendatar

dan letaknya rendah. Jerat ini meninggalkan jejas jerat berupa luka lecet jenis tekan yang

melingkari leher. Catat keadaan jejas jerat dengan teliti dengan menyebutkan arah, lebar serta

letak jerat yang tepat. Perhatikan apakah jejas jerat menunjukan pola/pattern tertentu sesuai

dengan permukaan yang bersentuhan dengan kulit leher. Pada umumnya dikatakan simpul

mati ditemukan pada kasus pembunuhan sedangkan simpul hidup ditemukan pada kasus

bunuh diri. Namun pengecualian sering terjadi. 1

Sebab, Cara, dan Mekanisme Kematian

Untuk penentuan sebab, cara, dan mekanisme kematian hanya dapat dipastikan dengan

serangkaian prosedur autopsi.

A. Penjeratan (strangulation)

Perjeratan adalah penekanan benda asing berupa tali,ikat pinggang, rantai, stagen, kawat,

kabel, kaos kaki dan sebagainya melingkari atau mengikat leher yang makin lama makin kuat

sehingga saluran pernafasan tertutup. Berbeda dengan gantung diri yang biasanya ,merupakan

suicide maka penjeratan adalah pembunuhan. 1

16

Page 17: Makalah Pleno Kasus 1

Mekanisme kematian pada penjeratan adalah akibat asfiksia atau refleks vaso vagal.pada

gantung diri,semua arteri vertebralis biasanya tetap paten,hal ini disebabkan oleh kerana

kekuatan atau beban yang menekan pada penjeratan biasanya tidak besar. Asfiksia adalah

suatu keadaan yang ditandai dengan terjadinya gangguan pertukaran udara pernapasan,

mengakibatkan oksigen darah berkurang (hipoksia) disertai dengan peningkatan

kabondioksida (hiperkapnea). Sedangkan asfiksia mekanik adalah mati lemas yang terjadi

bila gangguan pertukaran udara pernapasan disebabkan oleh berbagai kekerasan yang bersifat

mekanik (pembekapan, penyumbatan, penjeratan, pencekikan, dan gantung). Masa dari saat

asfiksia timbul sampai terjadinya kematian sangat bervariasi (umumnya antara 4-5 menit).

Bila tingkat pengahalang oksigen tidak 100% maka waktu kematian akan lebih lama dan

tanda-tanda asfiksia akan lebih jelas dan lengkap.1,5

Pada pemeriksaan jenazah, umumnya didapatkan tanda kematian akibat asfiksia:

1.Pemeriksaan luar jenazah

Sianosis pada bibir, ujung-ujung jari, dan kuku.

Perbendungan sistemik dan dilatasi jantung kanan.

Lebam mayat biru gelap (keunguan) yang lebih luas serta terbentuk lebih cepat.

Busa halus pada hidung dan mulut.

Pelebaran pembuluh darah konjungtiva bulbi dan palpebra.

Bintik pendarahan / Tardieu spot.1

2.Pemeriksaan bedah jenazah

Darah berwarna lebih gelap dan encer.

Busa halus pada saluran pernafasan.

Perbendungan sirkulasi pada seluruh organ dalam tubuh sehingga menjadi berat,

berwarna lebih gelap dan banyak mengeluarkan darah pada pengirisan.

Ptekie pada mukosa usus halus, bagian belakang jantung, subpleura viseralis paru,

kulit kepala bagian dalam dan mukosa epiglottis dan daerah sub-glotis.

Edema paru.

Kelainan yang berhubungan dengan kekerasan, seperti fraktur laring, perdarahan

faring, dan sebagainya.1

Bila jerat masih ditemukan melingkari leher,maka jerat tersebut harus disimpan dengan baik

sebab merupakan benda bukti dan dapat diserahkan kepada penyidik bersama dengan viseum

et repetum Terdapat 2 jenis jerat yaitu simpul hidup(melingkari jerat dapat diperbesar atau

17

Page 18: Makalah Pleno Kasus 1

diperkecil) dan simpul mati (lingkar jerat tidak dapat diubah). Jejas jerat pada leher biasanya

mendatar,melingkari leher dan terapat lebih rendah dair jejas jerat pada kasus gantung.

Keadaan jejas jerat sangat bevariasi,Bila jerat lunak dan lebar seprti handuk atau selendang

sutera,maka jejas mungkin tidak ditemukan dan pada otot leher sebelah dalam dapat atau

tidak kaos kaki nylon akan meniggalkan jejeas dengan lebar tidak lebih dari 2-3 mm. Pola

jejas dapat dilihat dengan menempelkan transparant scrotch tape pada daerah jejas di

leher,kemudian ditempelkan pada kaca objek dan dilihat dengan mikroskop atau dengan sinar

ultra violet. Bila jejas kasar seperti tali,maka bila tali bergesekkan pada saat korban melawan

akan menyebabkan luka lecet di sekitar jejas jeratmyang nampak jelas berupa kulit yang

mencekung berwarna coklat dengan perabaan kaku seperti kertas perkamen.Pada otot sebelah

dalam tampak banyak resapan darah. 1

B. Gantung

Kasus gantung hampir sama dengan penjeratan. Perbedanya terdapat pada asal tenaga yang

dibutuhkan untuk memperkecil lingkaran jerat. Pada kasus gantung, jerat pada leher menahan

berat badan korban sehingga mengakibatkan tertekannya leher. Mekanisme kematian pada

kasus gantung ialah kerusakan pada batang otak dan medulla spinalis, asfiksia, iskemia otak

dan refleks vagal.2,5

Posisi korban pada kasus gantung diri dapat berupa complete hanging (kedua kaki tidak

menyentuh tanah), duduk berlutut, dan berbaring.5 Sedangkan beberapa jenis gantung diri

ialah typical hanging yaitu titik gantung terletak apda daerah oksiput dan tekanan pada arteri

karotis paling besar; dan atypical hanging yaitu titik gantung pada sampung sehingga leher

dalam posisi sangat miring yang mengakibatkan hambatan pada arteri karotis dan

vertebralis.5

Pada pemeriksaan jenazah, maka akan ditemukan resapan darah bawah kulit serta pada otot

dan alat leher di tempat yang sesuai dengan jejas jerat. Jejas jerat tidak mendatar tetapi

membentuk sudut yang membuka ke arah bawah serta letak jerat yang tinggi. Kulit

mencekung ke dalam, berwarna coklat dengan perabaan kaku dan akibat bergesekan dengan

kulit leher, maka pada tepi jejas dapat ditemukan luka lecet. Patah tulang lidah atau rawan

gondok tidak sering terjadi pada kasus gantung. Distribusi lebam mayat pada kasus gantung

akan mengarah ke bawah, yaitu pada ujung tangan, kaki dan genitalia eksterna. Pada korban

wanita maka labium membesar dan terdapat lebam. Pada pria maka terjadi pada skrotum dan

penis seolah mengalami ereksi dan keluar cauran semen karena relaksasi otot sfingter.1,2

18

Page 19: Makalah Pleno Kasus 1

Tabel 1. Perbedaan pembunuhan dan bunuh diri.5

Pembunuhan Bunuh diri

Alat penjerat :

Simpul Simpul mati Simpul hidup

Jumlah lilitan Hanya 1 1/lebih

Arah Mendatar Serong ke atas

Jarak titik tumpu-simpul Dekat Jauh

Korban :

Jejas jerat Mendatar Meninggi ke arah simpul

Luka lawan + -

Luka lain Ada, sering di leher Mungkin ada luka coba

Jarak dari lantai jauh Dekat

TKP :

Lokasi Bervariasi Tersembunyi

Kondisi Tidak teratur Teratur

Pakaian Tak teratur, robek Rapi dan baik

Alat Dari si pembunuh Ada di TKP

Surat peninggalan - +

Ruangan Tak teratur, terkunci dari luar Terkunci dari dalam

Interpretasi Temuan

Korban

Korban yang meninggal adalah seorang laki-laki. Mayat ditemukan memakai kaus

dalam (oblong) dan memakai celana panjang yang digulung hingga setengah tungkai bawah.

Posisi mayat saat ditemukan adalah posisi tubuh tertelungkup dan relatif mendatar dengan

leher terjerat oleh lengan bajunya sendiri. Mayat ditemukan telah membusuk, waktu kematian

diperkirakan antara 24 sampai 36 jam yang lalu.

Mengenai penyebab kematian, ada 2 kemungkinan penyebab kematian korban, yaitu

akibat pembunuhan atau penganiayaan, namun proses awal terjadi nya sampai saat

menimbulkan kematian tidak diperjelas lebih lanjut dalam kasus. Hanya diketahui jika ia

ditemukan dalam keadaan terjerat lengan baju dan adanya luka terbuka pada bagian tubuh

tertentu. Oleh karenanya proses kematian korban tidak diketahui apakah meninggal karena

langsung terbunuh atau teraniaya terlebih dahulu. 1, 2, 4. Namun pada pemeriksaan, hasil

menunjukan korban meninggal akibat dibunuh.

19

Page 20: Makalah Pleno Kasus 1

Tempat Kejadian Perkara

Tempat dimana mayat korban ditemukan adalah di daerah perbukitan yang berhutan

cukup lebat, tepatnya pada sebuah sungai yang telah kering dan penuh batu-batuan. Rumah

terdekat dari tempat korban ditemukan kira-kira sejauh 2 kilometer.

Sebab Kematian

Penyebab kematian pada korban tersebut bisa dikarenakan kekerasan tajam atau

akibat penjeratan. kekerasan benda tajam yang mengenai ketiak kiri dan mengakibatkan

pembuluh darah ketiak kiri putus

Mekanisme Kematian

Berdasarkan kasus diatas, korban meninggal bisa dikarenakan mekanisme pendarahan

akibat kekerasan tajam atau karena asfiksia oleh penjeratan.

Waktu Kematian

Dari tanda-tanda kematian yang telah diuraikan diatas, perkiraan waktu kematian

korban yaitu 36-48 jam. Hal ini dapat terjadi karena ditemukan lebam mayat yang menetap

yang menandakan waktu kematian lebih dari 8-12 jam, suhu mayat yang hampir sama dengan

suhu keliling juga menandakan korban sudah meninggal lebih dari 15 jam. Lalu terlihat

adanya pembusukan dan terdapatnya larva lalat pada tubuh korban, yang menandakan korban

sudah meninggal antara 36-48 jam.

Identitas Korban

Nama : Karhurun

Jenis kelamin : Laki – laki

Umur : 40 tahun

Kebangsaan : Indonesia

Agama : Islam

Pekerjaan : Karyawan

Alamat : Jl. Jeruk Bali Timur no.10, Jakarta Barat

Pemeriksaan Luka

Pemeriksaan Luar

Hasil pemeriksaan luar pada korban :

1. Mayat tidak terbungkus

20

Page 21: Makalah Pleno Kasus 1

2. Mayat berpakaian sebagai berikut :

a. Kemeja lengan panjang berwarna putih berukuran M merk None. Terdapat satu

buah saku pada dada kiri dalam keadaan kosong. Kemeja berlumuran darah dan

terdapat robekan diketiak kiri .

b. Celana panjang bewarna hitam berukuran M merk None, dengan dua buah saku

dibagian belakang dalam keasaan kosong dan masing-masih satu buah saku pada

sisi kanan san juri. Pada saku sisi kanan terdapat dompet kulit berwarna coklat

merk Crocodile didalamnya terdapat kartu identitas korban dan empat lembar

uang sepuluh ribu rupiah dan dua lembar uang lima puluh ribu rupiah. Celana

panjang tergulung setinggi lutut dan terdapat bercak drah pada bagian bawah.

Celana panjang dengan bahan katun berwarna coklat dan tidak terdapat darah..

3. Ditemukan benda yang melingkari leher mayat berupa baju kemeja lengan panjang

berwarna putih merk None.

4. Kaku mayat terdapat seluruh anggota tubuh, sukar dilawan. Lebam mayat terdapat

pada bagian dada, perut, lutut dan genitalia eksterna berwarna merah keunguan, tidak

hilang pada penekanan kuat. Kaku mayat dan lebam mayat sudah menetap. Suhu

mayat ditemukan di TKP menurun mencapai 28oC.

5. Mayat adalah seorang laki-laki, berwarga negara Indonesia, berumur 40 tahun, kulit

sawo matang, gizi cukup baik, panjang tubuh seratus tujuh puluh sentimeter, berat

badan delapan puluh kilogram dan zakar disunat.

6. Rambut kepala berwarna hitam, tumbuh lebat, lurus, panjang lima sentimeter . Alis

mata berwarna hitam, tumbuhnya cukup tebal, panjang tiga milimeter. Bulu mata

berwarna hitam, panjang delapan millimeter.

7. Mata kanan dan mata kiri tidak menutup sempurna. Mata terlihat mencekung. Selaput

bening mata jernih, pupil mata bulat, diameter lima milimeter. Warna tirai mata

coklat, selaput bola mata putih, selaput kelopak mata pucat dan tidak terdapat

perdarahan maaupun pelebaran pembuluh darah.

8. Hidung berbentuk mancung . Telinga berbentuk oval dan tidak terdapat lubang tindik

pada kedua telinga.

9. Mulut menutup sempurna. Lidah terjulur keluar. Seluruh gigi lengkap kecuali

geraham pertama pada bagian bawah gigi bagian kanan dan kiri.

10. Dari lubang hidung, mulut , telinga tidak ada kelainan. Dari lubang dubur terdapat

warna kecoklatan berbau. Dari kemaluan keluar cairan semen.

21

Page 22: Makalah Pleno Kasus 1

11. Pada alat kelamin berbentuk biasa, tidak ada kelainan. Lubang dubur berbentuk biasa,

tidak menunjukan kelainan.

12. Pada ketiak kiri dan kedua tungkai terdapat luka-luka akibat kekerasan benda tajam.

13. Lain – lain

a. Posisi mayat dalam keadaan tertelungkup.

b. Tangan kanan dan kiri dalam posisi terlentang disamping.

c. Pada leher ditemukan jejas jerat berwara coklat dengan arah mendatar pada bagian

depan terletak setinggi atau dibawah rawan gondok.

d. Pada leher ditemukan bekas kuku.

e. Golongan darah = AB

f. Pada ketiak kiri ditemukan adanya luka terbuka dengan permukaan rata dan kedua

sudut luka lancip dan dalam selebar dua puluh sentimeter dari Garis Pertengahan

Depan berukuran empat sentimeter kali serngah sentimeter .

g. Pada tungkai bawah kanan, tiga sentimeter di atas mata kaki bagian luar terdapat

luka iris berukuran lima sentimeter kali setengah sentimeter dengan permukaan

rata dan kedua sudut yang lancip dan enam sentimeter di bawah lutut terdapat luka

iris berukuran tujuh sentimeter kali satu sentimeter dengan permukaan rata dan

kedua sudut yang lancip. Kulit di sekitar luka tidak ditemukan adanya luka lecet

atau luka memar.

h. Pada tungkai bawah kiri, delapan sentimeter di bawah lutut terdapat luka iris

berukuran lima sentimeter kali setengah sentimeter dengan permukaan rata dan

kedua sudut yang lancip. Kulit di sekitar luka tidak ditemukan adanya luka lecet

atau luka memar.

14. Patah tulang tidak ada.

Pemeriksaan Dalam (Bedah Jenazah)

Hasil pemeriksaan dalam pada korban :

1. Jaringan lemak bawah kulit daerah dada dan perut berwarna kuning kecoklatan, tebal

di daerah dada lima milimeter sedangkan di daerah perut sebelas sentimeter. Otot-otot

berwarna merah terang dan cukup tebal. Sekat rongga badan sebelah kanan setinggi

sela iga keempat dan yang kiri setinggi sela iga kelima.

2. Semua iga serta tulang dada tidak menunjukan kelainan.

3. Kandung jantung tampak tiga jari di antara kedua tepi paru. Kandung jantung tidak

menunjukan adanya kelainan.

22

Page 23: Makalah Pleno Kasus 1

4. Jaringan ikat bawah kulit, pada daerah kiri sisi depan leher, satu sentimeter di bawah

tulang jakun terdapat resapan darah seluas satu sentimeter kali satu sentimeter. Otot

leher pada pangkal anak lidah terdapat sembab dan resapan darah.

5. Dinding rongga perut tampak licin, berwarna kelabu mengkilat dengan sedikit

berwarna merah terang. Dalam rongga perut tidak terdapat darah maupun cairan. Otot

dinding perut berwarna cokelat cukup tebal

6. Lidah berwarna cokelat pucat, penampang berwarna cokelat. Tulang lidah utuh,

rawan gondok patah pada ujung kanan dan kiri, dan terdapat resapan darah. Tonsil

tidak membesar dan penampangnya tidak menunjukan kelainan. Kelenjar gondok

berwarna coklat merah, perabaan kenyal, tidak membesar dan penampangnya tidak

menunjukan kelainan, berat dua puluh gram.

7. Batang tenggorok berisi busa dan selaput lendirnya terdapat pelebaran pembuluh

darah.

8. Kerongkongan kosong dan selaput lendirnya terdapat pelebaran pembuluh darah.

9. Seluruh permukaan paru kanan dan kiri melekat pada dinding dada pada kedua paru

terdapat perkejuan dengan perabaan padat. Paru kanan terdiri atas tiga baga, berwarna

ungu, perabaan kenyal padat, penampang berwarna ungu, pada pemijatan keluar busa

dan darah, berat enam ratus lima puluh gram. Paru kiri terdiri dari dua baga, berwarna

ungu, perabaan kenyal padat, penampang berwarna ungu, pada pemijatan keluar busa

dan darah, berat lima ratus enam puluh gram.

10. Jantung tampak sebesar tinju kanan mayat, berwarna cokelat keunguan, perabaan

kenyal, ukuran lingkar katub serambi kanan sebelas sentimeter, kiri sembilan

sentimeter, pembuluh nadi paru lima koma lima sentimeter dan batang nadi lima

sentimeter, tebal otot bilik kanan empat millimeter dan kiri dua belas millimeter,

pembuluh nadi jantung tidak tersumbat, berat dua ratus gram.

11. Hati berwarna cokelat keunguan, permukaannya rata, tepinya tajam dan perabaan

kenyal padat. Penampang hati berwarna cokelat dan gambaran hati tampak jelas.

Berat hati adalah seribu dua ratus gram.

12. Kandung empedu berisi cairan berwarna hijau coklat, selaput lendirnya berwarna

hijau seperti beludru. Saluran empedu tidak menunjukan penyumbatan.

13. Limpa berwarna ungu pucat, permukaannya rata dan perabaan kenyal. Penampangnya

berwarna ungu dengan gambaran limpa jelas. Berat limpa seratus sepuluh gram.

23

Page 24: Makalah Pleno Kasus 1

14. Kelenjar liur perut berwarna cokelat, permukaan berbaga-baga, dan perabaan kenyal.

Penampang berwarna cokelat dengan gambaran kelenjar jelas Berat kelenjar liur perut

delapan puluh lima gram.

15. Lambung kosong. Selaput lendirnya terdapat pelebaran pembuluh darah. Usus dua

belas jari, usus halus, dan usus terdapat pelebaran pembuluh darah.

16. Kelenjar anak ginjal kanan berbentuk trapezium berwarna kuning penampang

berlapis. Kelenjar anak ginjal kiri berbentuk bulan sabit, warna kuning penampang

berlapis. Berat anak ginjal kanan delapan gram dan yang kiri sembilan gram.

17. Ginjal kanan dan kiri bersimpai lemak tipis. Simpai ginjal kanan dan kiri tampak rata

dan licin, berwarna coklat dan mudah dilepas. Berat ginjal kanan sembilan puluh lima

gram dan yang kiri seratus gram. Penampang ginjal menunjukan gambaran yang jelas.

Piala ginjal terdapat bintik perdarahan dan saluran kemih tidak menunjukan

sumbatan.

18. Kandung kencing kosong dan selaput lendirnya licin, berwarna putih, tidak

menunjukan kelainan.

19. Kulit kepala bagian dalam pada daerah puncak kepala terdapat resapan darah seluas

dua sentimeter kali dua sentimeter dan pada puncak kepala kiri terdapat resapan darah

seluas dua koma lima sentimeter kali dua sentimeter. Tulang tengkorak utuh, selaput

keras otak utuh, selaput lunak otak utuh.

20. Otak besar terdapat pelebaran pembuluh darah dan permukaan agak mendatar. Otak

kecil terdapat pelebaran pembuluh darah dan tampak penonjolan otak kecil bagian

bawah. Batang otak utuh. Bilik otak kosong, berat seribu empat ratus enam puluh

gram.

KESIMPULAN

Sesuai dengan kasus pada mayat seorang laki-laki berumur empat puluh tahun ini

ditemukan jejas jerat pada leher, berupa luka lecet tekan yang berjalan mendatar dan luka

lecet geser, ditemukan juga luka terbuka pada daerah ketiak kiri dan pada kedua tungkai

bawah akibat kekerasan tajam, selanjutnya ditemukan tanda-tanda mati lemas.

Sebab mati orang ini akibat jeratan pada leher yang mengakibatkan terhalangnya jalan

napas dan terjadi mati lemas. Perkiraan mati lebih dari dua puluh empat jam (dua puluh

empat jam hingga tiga puluh enam jam). Luka terbuka dan luka-luka lecet pada orang ini

tidak menyebabkan kematian dan terjadi sebelum korban mati.

24

Page 25: Makalah Pleno Kasus 1

Hasil penyebab dan mekanisme kematian pada visum et repertum disimpulkan

berdasarkan hasil temuan pada pemeriksaan jenazah yang dilakukan yaitu pemeriksaan luar

meliputi identitas, luka dan bekas perlukaan, dan sebagainya didukung dengan adanya

pemeriksaan dalam untuk membantu diagnosis mekanisme kematian serta menyingkirkan

kemungkinan lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

1. Budiyanto A, Widiatmika W, Sudiono S, Winardi AM, Hertian S, dkk. Ilmu kedokteran

forensik. Edisi ke-1. Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia; 1997.H.5-16

2. Staf Pengajar Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Teknik autopsi forensik. Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia; 2000.

3. Bagian Ilmu Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat.

Buku roman forensik. Edisi ke-2. Agusuts 2009.

4. Staf Pengajar Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Peraturan perundang-undangan bidang kedokteran. Edisi I. Jakarta: Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia;1994.h.11-38.

5. Budiyanto A, Widiatmika W, Sudiono S, Winardi AM, Hertian S, dkk. Ilmu kedokteran

forensik. Edisi ke-1. Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia; 1997.H.25-70.

6. Dahlan S. Ilmu kedokteran forensik: Pedoman bagi dokter dan penegak hukum.

Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro; 2000.h. 141-8.

25