Upload
riadi-asdfasdf
View
588
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Bab I
1. Identifikasi Istilah yang Tidak Diketahui
NO. ISTILAH ARTI SUMBER
1. Demam Thyfoid Disebut juga dengan tifus yang disebabkan
oleh bakteri Salmonella Enterica
Wikipedia
2. Diare akut Diare yang lebih dari seminggu Medicastore.com
3. Shock Anafilaktik Shock yang memyebabkan penderita susah
dalam bernafas dan hipotensi akubat respon
alergi
Wikipedia
4. Peneumothorax Adanya udara dalam rongga pleura dapat
terjadi spontan atau trauma
Nursingsprint.blogspot
.com
5. KP (Koch
Pulmonum)
TBC pada paru-paru yang disebabkan oleh
bakteri
6. Cacar Air Penyakit pada kulit yang menular yang
disebabkan infeksi virus varricella zoster
2. Identifikasi Masalah
1. Tn. Karimun, 47 Tahun, demam Thyfoid, empat hari, petani
2. An. Vista, 1,5 Tahun, diare akut, satu malam, anak PNS
3. Tn. Vitara, 18 Tahun, luka robek di pelipis kanan, siswa SMA
4. Tn. Xenia, 54 Tahun, pegal-pegal batuk dan nyeri tengorokan, cleaning service
5. Nn. City, 19 Tahun hamil 2 bulan, siswi
6. Ny. Vios, 35 Tahun, TBC, ± satu bulan, pedagang
An. Yaris, 2 Tahun, TBC, ± satu bulan, anak pedagang
7. NN, 37 Tahun, sesak di dada (pneumothorax), pengendara motor
8. Ny. Celica, 25 Tahun, program KB
9. An. Forca, 10 Tahun, Cacar air
An. Ferosa, 4 Tahun, Cacar air
10. Nn. Starlet, 23 Tahun, sakit ulu hati, terasa perih, kembung perut, pegawai
Nn. Baleno, 19 Tahun, lemas dan pusing-pusing, pegawai
Nn. Galant, 30 Tahun, pusing-pusing dan riwayat darah tinggi (2 bulan), pegawai
3. Analisa Masalah
Kasus
Tindakan Dokter
Bioetik
Kaedah Bioetik
Beneficence Non-Maleficence Autonomy Justice
4. Sasaran Pembelajaran
Mengetahui dan menentukan kaidah bioetik (beneficence, non-maleficence, autonomy, dan
justice) dalam sebuah kasus.
5. Belajar Mandiri
Tifus ;Sumber : http://ikeukanm.files.wordpress.com/2008/02/demamthyfoid.ppt
Cacar Air ; Sumber : http://wikipedia.org/wiki/cacarair
TBC ; Sumber : http://leman.ur.id/shouthmags-healthqnal.html
Pneumothorax ; Sumber : http://nursingsprint.blogspot.com
Thyphoidfever; Sumber : http//novera86.blogs
Bab II
Pembahasan
Kasus Pertama (Tn. Karimun)
Minggu pertama di suatu candra adalah tugas dr. Alfaromeo untuk praktek selama seminggu
diklinik tersebut, pagi-pagi sekali dr. Alfaromeo dating untuk serah terima tugas dari dr. Porche
yang sebelumnya sudah bertugas selama seminggu yang lalu. Setelah itu dr. Alfaromeo langsung
melakukan visit ke ruang inap disana terdapat dua orang pasien yang telah dirawat oleh dr.
Porche yaitu Tn. Karimun sorang petani usia 47 th yang sudah empat hari dirawat karena
menderita demam thyfoid. Setelah memeriksa secara seksama dan melihat hasil lab. Terakhir
dari pasiennya dr. Alfa memberi penjelasan kepada Tn. Karimun sudah diperbolehkan pulang
dan memberikan resep obat generic untuk diminum dirumah dan berpesan untuk beristirahat dulu
di rumah dalam beberapa hari.
Pembahasan
1. Prinsip Beneficence
Prinsip beneficence nomor sembilan : Minimalisasi akibat buruk. Dalam kasus ini dokter
Alfa sudah mengijinkan pasien tersebut untuk pulang kerumah, tetapi dokter tersebut
tetap memberikan obat-obatan dan menyuruhnya beristirahat. Ini merupakan tanda bahwa
dokter tersebut meminimalisasi akibat yang terburuk.
Prinsip beneficence nomor lima belas : Memberikan obat berkhasiat namun murah.
Dalam kasus ini disebutkan bahwa dokter tersebut memberikan obat-obatan generic,
maka dokter tersebut memenuhi prinsip memberikan nomor murah namun berkhasiat.
2. Prinsip Autonomy
Prinsip autonomy nomor tujuh : melaksanakan informed consent. Setelah dokter tersebut
memeriksa secara seksama dan melihat hasil lab terakhir, dokter tersebut memberikan
penjelasan bahwa tuan Karimun sudah diperbolehkan pulang. Dengan melakukan
penjelasan ini menandakan bahwa dokter tersebut sudah melaksanakan informed consent
yaitu memberitahu bahwa pasien tersebut sudah diperbolehkan pulang.
3. Prinsip Justice
Prinsip justice nomor sembilan : tidak melakukan penyalahgunaan. Tuan Karimun
seorang pasien yang sudah diperbolehkan pulang, dokter tersebut tidak terus memaksa
pasien tersebut untuk tetap tinggal di klinik tersebut yang mungkin dapat menguntukgkan
kliinik tersebut. Ini menandakan dokter tersebut tidak melakukan penyalahgunaan.
Kasus Kedua (An. Visto)
An. Visto usia 1,5 tahun seorang anak ppegawai di kantor kelurahan yang baru masuk tadi
malam karena diare akut. Keluarga An. Visto mengatakan bahwa mereka ingin membawa pulang
anak mereka karena menurut mereka Visto sudah sembuh dr. Alfa memberikan saran dan pesan
kepada keluarganya agar bila ingin merawat di rumah harus terus diperhatikan keadaannya bila
ternyata keadaannya kembali seperti semula An. Visto haru segera dibawa ketempat pelayanan
kesehatan lagi dan dr. Alfa memberikan resep untuk diminum di rumah.
Pembahasan
1. Beneficence
Mengutamakan alturisme ( menolong tanpa pamrih, rela berkorban untuk kepentingan
orang lain). Ini dibuktikan dengan dokter tersebut menolong anak Visto.
Meminimalisasi akibat buruk dengan memberikan obat-obatan untuk dirawat di rumah.
2. Autonomy
Menghargai hak menentukan nasib sendiri, menghargai martabat pasien. Ini ditunjukan
dengan membiarkan pasien tersebut pulang karena pasien tersebut yang merasa sanggup
untuk dirawat di rumah.
Melaksanakan informed consent dengan menjelaskan kepada pasien dan memberikan
pasien saran untuk terus melakukan perawatan di klinik tersebut.
3. Justice
Melakukan segala sesuatu secara universal
Tidak membedakan pelayanan pasien atas SARA, status sosial, dll
Menghargai hak sehat pasien
Kasus Ketiga (Tn. Vitara)
Hari menjelang siang, jalanan di depan klinik sangat ramai orang hilir mudik, sesaat kemudian
datang serombongan orang dengan menggotong seseorang remaja ke ruang IGD dengan
bersimbah darah di kepalanya. Dokter Alfa dengan sigap memeriksa keadaan pasien tersebut.
Pasien dalam keadaan sadar. Dar anamesa diketahui pasien bernama TN. Vitara usia, 18 tahun,
seorang siswa SMU. Dia terjatuh dari motornya ketika pulang dari sekolah. Dari pemeriksaan
terdapat luka robek cukup dalam di pelipis kanannya. Dokter Alfa langsung meminta perawat
untuk menyiapkan peralatan dan mennjahit luka robek tersebut. Setelah selesai melakukan
penjahitan luka tersebut, Dokter Alfa menjelaskan kepada TN. Vitara bahwa luka robek tersebut
sudah dijahit sebanyak tujuh jahitan untuk menghentikan pendarahan dan memberikan petunjuk
dalam merawat luka tersebut serta memberikan resep antibiotic dan penghilang rasa nyeri untuk
perawaatan di rumah dan menyarankan untuk control.
Pembahasan
1. Beneficence
Minimalisasi akibat buruk dengan melakukan penjahitan untuk menghentikan
pendarahan.
Kewajiban menolong pasien gawat darurat
2. Non-Maleficence
Menolong pasien emergency
Tindakan dokter terbukti efektif karena sanggup menangani pasien gawat darurat.
Tidak memandang pasien hanya sebagai objek dengan memberikan penjelasan
mengenai tindakan yang dilakukan dokter.
3. Autonomy
Dokter Alfa berterus terang kepada pasiennya mengenai kondisinya dan penanganan
yang dia terima
Dengan demikian (seperti pada poin di atas), Dokter Alfa juga telah melakukan
informed consent
Menjaga hubungan dengan menyarankan pasien untuk control kembali.
4. Justice
Memberlakukan segala sesuatu secara universal, segera menangani pasien gawat
darurat.
Menghargai hak sehat pasien (affordability, equality, accessibility, availability,
quality)
Memberikan kontribusi yang relative sama dengan kebutuhan pasien, memberi
penanganan sesuai kondisi dan kebutuhan pasien.
Kasus Keempat (Tuan Xenia)
Saat sore hari pasien lebih banyak sering terjadi antrian sehingga kebijakan dari pihak
klinik untuk membuat kartu nomor urut pendaftaran. Pasien pertama adalah Tn.Xenia, usia 54
tahun, bekerja sebagai cleaning service disebuah SPBU di kota tersebut mengeluh badannya
pegal-pegal dan batuk disertai nyeri tenggorokan. Setelah dr.Alfa melakukan pemeriksaan dan
menulis resep, Tn.Xenia minta disuntik, karena bila disuntik dia merasa akan cepat sembuh,
dr.Alfa menanyakan terlebih dahulu apakah Tn.Xenia memiliki alergi terhadap obat tertentu
seperti obat penghilang rasa sakit karena obat suntikan tersebut berisi penghilang rasa sakit.
Tn.Xenia menjawab tidak. Setelah disuntik, beberapa saat kemudian Tn.Xenia mengeluh pusing
dan matanya berkunang-kunang tidak lama Tn.Xenia pingsan, dr.Alfa langsung meminta
perawat untuk membantunya mengawasi tanda vital Tn.Xenia sementara dr.Alfa mengatasi
shock Analfilaktik dengan menyuntikan beberapa obat. Setelah membaik Tn.Xenia dipindahkan
ke ruang rawat untuk diobservasi beberapa lama kemudian Tn.Xenia diperbolehkan pulang.
Analisis Kasus menurut Kaidah Dasar Bioetika
Berdasarkan kasus di atas, tindakan dokter Alfa mengandung Kaidah Dasar Bioetika yaitu:
1. Beneficence: Tindakan dokter Alfa dengan cara menanyakan terlebih dahulu tentang keadaan
alergi pasien menunjukan bahwa dokter Alfa meminimalisasi akibat buruk yang dapat terjadi
pada pasien apabila dia disuntik, setelah dilakukan penyuntikan, ternyata Tuan Xenia
mengalami shock anafilaktik, tindakan dokter Alfa yaitu segera menyuntikan obat untuk
mengatasi shock tersebut menunjukan adanya tanggung jawab untuk mengatasi pasien gawat
darurat.
Paternalisasi bertanggung jawab/berkasih sayang(5)
Minimalisasi akibat buruk(9)
Kewajiban menolong pasien gawat darurat(10)
2. Non-Maleficence: Tindakan dokter Alfa dengan mengobati Tuan Xenia menunujuakan
bahwa dokter mengobati pasien. Tetapi akibat dari penyuntikan, Tuan Xenia mengalami
shock analfilaktik, sehingga dokter langsung memberikan penyuntikan beberapa obat untuk
mengatasi shock yang masuk dalam kategori emergensi.
Menolong pasien emergensi
Mengobati pasien yang luka
3. Autonomy: Tindakan dokter dengan menyuntikan obat kepada Tuan Xenia menunjukan
bahwa dokter Alfa menghargai pilihan pasien dan membiarkan pasien dewasa dalam
mengambil keputusannya. Dokter juga menjelaskan akbat dari penyuntikan tersebut apabila
Tuan Xenia memiliki alergi.
Menghargai hak menentukan nasib sendiri, menghargai martabat pasien(1)
Melakukan informed consent(7)
Membiarkan pasien dewasa dan kompeten mengambil keputusan sendiri(8)
4. Justice: Dokter Alfa meberlakukan kartu antri untuk menjaga hak orang lain dalam
mendapatkan tindakan medis. Dokter juga melayani pasien berarti tindakan dokter tersebut
menghargai hak sehat pasien. Pemberian obat untuk mengatasi shock tersebut menunjukan
dokter Alfa memberikan kkontribusi sesuai dengan kebutuhan pasien.
Melakukan segala sesuatu secara universal(1)
Menghargai hak sehat pasien(4)
Menghargai hak orang lain(6)
Memberikan kontibusi yang relative sama dengan kebutuhan pasien(10)
Kasus Kelima (Nn. City)
Nn. City usia 19 tahun diantar oleh seorang teman sebayanya menceritakan bahwa dirinya telah
telat menstruasi selama dua bulan dan sudah mencoba tes kehamilan ternyata hasilnya positif.
Nn. City menginginkan janin yang ada dalam kandungannya digugurkan karena dia masih ingin
meneruskan sekolah dan takut nanti keluarganya menanggung malu akibat kehamilan ini. Dr.
Alfa menjelaskan kepada Nn. City bahwa pengguguran kandungan yang tanpa indikasi itu tidak
dibenarkan secara hukum, dia menolak permintaan Nn. City yang terlihat sangat kecewa dan
putus asa meninggalkan ruang periksa.
Pembahasan
1. Prinsip Beneficence:
Walaupun dengan menjalankan aborsi terhadap pasien bisa memperoleh untung yang
banyak, dokter tidak memandang pasien tidak hanya sejauh menguntungkan dokter.
Kehidupan-baik-minimal manusia terjamin karena dokter memastikan ibu dan janin
masih hidup.
Minimalisasi akibat buruk yaitu janin mati, dilakukan dengan tidak meneruskan aborsi
terhadap pasien.
Dokter mengusahakan agar kebaikan lebih banyak dibandingkan dengan keburukannya.
Kebaikan yang dikenal pasti termasuklah memberikan peluang untuk janin terus hidup,
dokter telah menunjukkan dia patuh pada hukum yang ditetapkan yaitu untuk tidak
menggugurkan anak tanpa indikasi dan pasien boleh jimat kos perubatan yang mahal untuk
aborsi.
Keburukannya pula ialah pasien akan menghadapi tekanan mental dan besar kemungkinan
tidak dapat meneruskan sekolah lagi.
2. Prinsip Non-Maleficence:
Dokter tidak memandang pasien hanya sebagai obyek untuk gaut untung tetapi sebagai
manusia yang mempunyai maruah dan nilai.
3. Prinsip Autonomi:
Dokter berterus terang dengan menjelaskan bahawa pengguguran tidak dibenarkan.
Dokter turut melaksanakan “informed-consent” yaitu tindakan medis terhadap pasien
harus mendapat persetujuan daripada pasien tersebut setelah diberi informasi dan
memahaminya.
Bagi kasus ini, tindakan medis ialah tidak membenarkan pasien melakukan aborsi.
4. Prinsip Justice:
Tindakan untuk tidak menggugurkan anak dikenakan pada semua pasien yang mengalami
apa yang Nn. City alami.
Dokter tidak melakukan penyalahgunaan dengan melakukan aborsi secara haram dan
secara tidak langsung melangar etika kedokteran.
Kesimpulannya, Dr.Alfa mengamalkan keempat-empat kaidah dasar bioetik dalam
mengendalikan pasien yang bernama Nn. City.
Kasus Ketujuh (NN)
Seorang-laki-laki usia 37 tahun yang mengeluh sesak setelah dia terjatuh dan bagian dadanya
terbentur stang motornya. Dokter Alfa segera melakukan pemeriksaan ke atasnya dan
memutuskan dilakukan foto roentgen ke atasnya dan hasilnya segera diserahkan kepadanya.
Hasil daripada foto roentgen tersebut dicurigai adanya pneumothorax. Dokter Alfa langsung
merujuk pasien ke rumah sakit terdekat.
Pembahasan
1. Beneficence
Pembatasan Goal Based. dokter alfa segera memeriksa dan menjalankan foto roentgen
kepada pasien tersebut tanpa melengahkan masa dan segera mencari sebab kepada
masalah pasien tersebut
Minimalisasi akibat buruk. Dokter alfa segera menghantar pasien tersebut ke rs terdekat
apabila pasien itu dicurigai adanya pneumothorax bagi mengelakkan berlakunya keadaan
yang lebih serius
Kewajiban menolong pasien. Ini dapat dibuktikan apabila dokter Alfa segera menuju ke
UGD untuk merawat pasien tersebut. Sesak boleh dikategorikan sebagai gawat darurat
karena pasien tidak cukup oksigen.
2. Non-maleficence
Menolong pasien emergensi. Pasien tadi adalah pasien gawat darurat dan harus segera
diperiksa. Buktinya, pasien ini dirawat di UGD
Pasien dalam keadaan amat berbahaya (darurat) atau beresiko hilangnya sesuatu yang
penting(nyawa). Dokter alfa segere memeriksa pasien tersebut karena keadaan pasien
amat berbahaya dan beresiko hilangnya nyawa.
Tidak membahayakan kehidupan pasien karena kelalaian. Dokter Alfa tidak
membahayakan pasien karena dia bertindak memeriksa pasien tersebut dan menjalankan
foto roentgen ke atasnya bagi mengelakkan berlakunya kelalaian dalam pemeriksaan.
3. Justice
Memberlakukan segala sesuatu secara universal. Dokter Alfa merawat pasiennya secara
sama dengan mendahulukan pasien gawat darurat karena kewajibannya sebagai dokter
untuk merawat pasien gawat darurat.
Menjaga kelompok rentan. Dokter alfa menjaga kelompok rentan dengan cara
mendahulukan pasien yang gawat darurat. Pasien diatas adalah termasuk dengan
golongan rentan karena pasien tersebut sesak.
Memberikan kontribusi yang relative sama dengan kebutuhan pasien. Pasien diatas
adalah seorang pasien gawat darurat, jadi dokter Alfa lebih mendahulukan pasien
tersebut.
Bijak dalam makroalokasi.
Kasus Kedelapan (Nn. Celica)
Ny. Celica usia 25 tahun ditemani oleh suaminya yang dari tadi menunggu dr. Alfa karena
menanggani pasien gawat tadi, ny. Celica ingin melakukan keluarga beencana. Setelah kelahiran
anak pertamanya tetapi ia masih bingung mengenai KB apa yang digunakan. Dr. alfa
menerangkan masing – masing keuntungan alat kontrasepsi dan efek sampingnya, setelah itu dr.
alfe menyerahkan pilihan kepada ny. Celica dan suaminya. Akhirnya ny. Celica dan suaminya
bulat untuk memilih KB suntik sebagai alat kontrasepsinya.
Pembahasan
1. kaedah bioetik ( beneficence )
sang dokter tidak memandang pasien tidak sejauh menguntungkan dokter karena sang
dokter melayani pasien dengan sebaik – baiknya tanpa melakukan Sesutu yang hanya
menguntungkan dokter,sesuai dengan kaedah beneficence no 3
sang dokter selalu mengusahakan kebaikan/ manfaat lebih banyak dari keburukannya, dan
selalu memaksimalisasi pemuasan kepuasan tertinggi dari kebahagiaan /preferensi pasien
secara keseluruhan dan meminimalis akibat buruk yang akan ditimbulkan dari program
KB tersebut. Ini sesuai dengan kaedah beneficence no. 4, 8,9,dan 13
sang dokter juga menghargai hak – hak pasien secara menyeluruh dengan memberikan
pelayanan yang sebaiknya dan menyerahkan keputusan akhir pada pasien.
2. kaedah Autonomi
sang dokter menghargai pasiennya untuk menentukan nasibnya sendiri, karena sang
dokter sadar bahwa pasiennya telah dewasa dan competen dalam mengambil keputusan
dan sang dokter tidak mengintervensi pasien dalam membuat keputusannya. Tindakan
dokter ini sesuai dengan kaedak autonomi no. 1, 2. dan 8.
sang dokter telah melakukan informed consent dengan sebaik - baiknya karena dokter
telah memberikan informasi dengan sedetail – detailnya dengan berterus terang dan tidak
berbohong demi kebaikan pasiennya.. sesuai dengan kaedah autonomi no. 3, 7 dan 12.
Kasus Kesembilan (An. Forca dan An. Perosa)
Pasien keenam dan ketujuh adalah adik kakak An. Forsa sepuluh tahun dan Ferosa empat tahun
diantar oleh kedua orang tuanya yang menderita cacar air, keduanya diberikan resep dengan
dosis yang berbeda.
Pembahasan
1. Justice:
memperlakukan segala sesuatu secara universal. Dokter memberikan perlakuan yang sama
terhadap kedua anak, dengan memberikan resep yang sama
dokter menghargai hak sehat pasien secara keseluruhan
memberikan kontribusi yang relatif sama dengan kebutuhan pasien. Dokter memberi resep
sama dengan dosis berbeda. Karena kebutuhan pasien berbeda-beda. Anak yang lebih
kecil haruslah diberi dosis yang lebih rendah.
2. Beneficence
dokter mengusahakan agar kebaikan lebih banyak dibandingkan keburukannya.
dokter bertanggung jawab dan berkasih sayang terhadap pasiennya. Dengan memberi
pelayanan dan resep sesuai dosis yang tepat
doker menjamin kehidupan baik-minimal-manusia.
dokter meminimalisasi akibat buruk yang mungkin ditimbulkan apabila dosis diberikan
sama terhadap kedua anak. Mungkin akan terjadi komplikasi pada anak yang lebih kecil
atau overdosis.
Bab III
Kesimpulan
Dalam kasus kali ini dokter Alfa sudah memenuhi kaidah-kaidah bioetik. Hal tersebut
dapat dilihat dari cara dokter tersebut berinteraksi dengan pasien. Dalam prinsip beneficence
yang mengutamakan berbuat baik tanpa pamrih. Selain itu dokter alfa juga memenuhi prinsip
non-maleficence yang berarti tidak menyakiti. Dokter Alfa juga melakukan autonomi dan justice
seseuai dengan prinsip-prinsip bioetik.