33
Bab I 1. Identifikasi Istilah yang Tidak Diketahui NO . ISTILAH ARTI SUMBER 1. Demam Thyfoid Disebut juga dengan tifus yang disebabkan oleh bakteri Salmonella Enterica Wikipedia 2. Diare akut Diare yang lebih dari seminggu Medicastore.com 3. Shock Anafilaktik Shock yang memyebabkan penderita susah dalam bernafas dan hipotensi akubat respon alergi Wikipedia 4. Peneumothorax Adanya udara dalam rongga pleura dapat terjadi spontan atau trauma Nursingsprint.b logspot.com 5. KP (Koch TBC pada paru-paru yang

Makalah Pleno 1

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Makalah Pleno 1

Bab I

1. Identifikasi Istilah yang Tidak Diketahui

NO. ISTILAH ARTI SUMBER

1. Demam Thyfoid Disebut juga dengan tifus yang disebabkan

oleh bakteri Salmonella Enterica

Wikipedia

2. Diare akut Diare yang lebih dari seminggu Medicastore.com

3. Shock Anafilaktik Shock yang memyebabkan penderita susah

dalam bernafas dan hipotensi akubat respon

alergi

Wikipedia

4. Peneumothorax Adanya udara dalam rongga pleura dapat

terjadi spontan atau trauma

Nursingsprint.blogspot

.com

5. KP (Koch

Pulmonum)

TBC pada paru-paru yang disebabkan oleh

bakteri

6. Cacar Air Penyakit pada kulit yang menular yang

disebabkan infeksi virus varricella zoster

Page 2: Makalah Pleno 1

2. Identifikasi Masalah

1. Tn. Karimun, 47 Tahun, demam Thyfoid, empat hari, petani

2. An. Vista, 1,5 Tahun, diare akut, satu malam, anak PNS

3. Tn. Vitara, 18 Tahun, luka robek di pelipis kanan, siswa SMA

4. Tn. Xenia, 54 Tahun, pegal-pegal batuk dan nyeri tengorokan, cleaning service

5. Nn. City, 19 Tahun hamil 2 bulan, siswi

6. Ny. Vios, 35 Tahun, TBC, ± satu bulan, pedagang

An. Yaris, 2 Tahun, TBC, ± satu bulan, anak pedagang

7. NN, 37 Tahun, sesak di dada (pneumothorax), pengendara motor

8. Ny. Celica, 25 Tahun, program KB

9. An. Forca, 10 Tahun, Cacar air

An. Ferosa, 4 Tahun, Cacar air

10. Nn. Starlet, 23 Tahun, sakit ulu hati, terasa perih, kembung perut, pegawai

Nn. Baleno, 19 Tahun, lemas dan pusing-pusing, pegawai

Nn. Galant, 30 Tahun, pusing-pusing dan riwayat darah tinggi (2 bulan), pegawai

Page 3: Makalah Pleno 1

3. Analisa Masalah

Kasus

Tindakan Dokter

Bioetik

Kaedah Bioetik

Beneficence Non-Maleficence Autonomy Justice

Page 4: Makalah Pleno 1

4. Sasaran Pembelajaran

Mengetahui dan menentukan kaidah bioetik (beneficence, non-maleficence, autonomy, dan

justice) dalam sebuah kasus.

Page 5: Makalah Pleno 1

5. Belajar Mandiri

Tifus ;Sumber : http://ikeukanm.files.wordpress.com/2008/02/demamthyfoid.ppt

Cacar Air ; Sumber : http://wikipedia.org/wiki/cacarair

TBC ; Sumber : http://leman.ur.id/shouthmags-healthqnal.html

Pneumothorax ; Sumber : http://nursingsprint.blogspot.com

Thyphoidfever; Sumber : http//novera86.blogs

Page 6: Makalah Pleno 1

Bab II

Pembahasan

Kasus Pertama (Tn. Karimun)

Minggu pertama di suatu candra adalah tugas dr. Alfaromeo untuk praktek selama seminggu

diklinik tersebut, pagi-pagi sekali dr. Alfaromeo dating untuk serah terima tugas dari dr. Porche

yang sebelumnya sudah bertugas selama seminggu yang lalu. Setelah itu dr. Alfaromeo langsung

melakukan visit ke ruang inap disana terdapat dua orang pasien yang telah dirawat oleh dr.

Porche yaitu Tn. Karimun sorang petani usia 47 th yang sudah empat hari dirawat karena

menderita demam thyfoid. Setelah memeriksa secara seksama dan melihat hasil lab. Terakhir

dari pasiennya dr. Alfa memberi penjelasan kepada Tn. Karimun sudah diperbolehkan pulang

dan memberikan resep obat generic untuk diminum dirumah dan berpesan untuk beristirahat dulu

di rumah dalam beberapa hari.

Pembahasan

1. Prinsip Beneficence

Prinsip beneficence nomor sembilan : Minimalisasi akibat buruk. Dalam kasus ini dokter

Alfa sudah mengijinkan pasien tersebut untuk pulang kerumah, tetapi dokter tersebut

Page 7: Makalah Pleno 1

tetap memberikan obat-obatan dan menyuruhnya beristirahat. Ini merupakan tanda bahwa

dokter tersebut meminimalisasi akibat yang terburuk.

Prinsip beneficence nomor lima belas : Memberikan obat berkhasiat namun murah.

Dalam kasus ini disebutkan bahwa dokter tersebut memberikan obat-obatan generic,

maka dokter tersebut memenuhi prinsip memberikan nomor murah namun berkhasiat.

2. Prinsip Autonomy

Prinsip autonomy nomor tujuh : melaksanakan informed consent. Setelah dokter tersebut

memeriksa secara seksama dan melihat hasil lab terakhir, dokter tersebut memberikan

penjelasan bahwa tuan Karimun sudah diperbolehkan pulang. Dengan melakukan

penjelasan ini menandakan bahwa dokter tersebut sudah melaksanakan informed consent

yaitu memberitahu bahwa pasien tersebut sudah diperbolehkan pulang.

3. Prinsip Justice

Prinsip justice nomor sembilan : tidak melakukan penyalahgunaan. Tuan Karimun

seorang pasien yang sudah diperbolehkan pulang, dokter tersebut tidak terus memaksa

pasien tersebut untuk tetap tinggal di klinik tersebut yang mungkin dapat menguntukgkan

kliinik tersebut. Ini menandakan dokter tersebut tidak melakukan penyalahgunaan.

Page 8: Makalah Pleno 1

Kasus Kedua (An. Visto)

An. Visto usia 1,5 tahun seorang anak ppegawai di kantor kelurahan yang baru masuk tadi

malam karena diare akut. Keluarga An. Visto mengatakan bahwa mereka ingin membawa pulang

anak mereka karena menurut mereka Visto sudah sembuh dr. Alfa memberikan saran dan pesan

kepada keluarganya agar bila ingin merawat di rumah harus terus diperhatikan keadaannya bila

ternyata keadaannya kembali seperti semula An. Visto haru segera dibawa ketempat pelayanan

kesehatan lagi dan dr. Alfa memberikan resep untuk diminum di rumah.

Pembahasan

1. Beneficence

Mengutamakan alturisme ( menolong tanpa pamrih, rela berkorban untuk kepentingan

orang lain). Ini dibuktikan dengan dokter tersebut menolong anak Visto.

Meminimalisasi akibat buruk dengan memberikan obat-obatan untuk dirawat di rumah.

2. Autonomy

Menghargai hak menentukan nasib sendiri, menghargai martabat pasien. Ini ditunjukan

dengan membiarkan pasien tersebut pulang karena pasien tersebut yang merasa sanggup

untuk dirawat di rumah.

Melaksanakan informed consent dengan menjelaskan kepada pasien dan memberikan

pasien saran untuk terus melakukan perawatan di klinik tersebut.

3. Justice

Melakukan segala sesuatu secara universal

Tidak membedakan pelayanan pasien atas SARA, status sosial, dll

Menghargai hak sehat pasien

Page 9: Makalah Pleno 1

Kasus Ketiga (Tn. Vitara)

Hari menjelang siang, jalanan di depan klinik sangat ramai orang hilir mudik, sesaat kemudian

datang serombongan orang dengan menggotong seseorang remaja ke ruang IGD dengan

bersimbah darah di kepalanya. Dokter Alfa dengan sigap memeriksa keadaan pasien tersebut.

Pasien dalam keadaan sadar. Dar anamesa diketahui pasien bernama TN. Vitara usia, 18 tahun,

seorang siswa SMU. Dia terjatuh dari motornya ketika pulang dari sekolah. Dari pemeriksaan

terdapat luka robek cukup dalam di pelipis kanannya. Dokter Alfa langsung meminta perawat

untuk menyiapkan peralatan dan mennjahit luka robek tersebut. Setelah selesai melakukan

penjahitan luka tersebut, Dokter Alfa menjelaskan kepada TN. Vitara bahwa luka robek tersebut

sudah dijahit sebanyak tujuh jahitan untuk menghentikan pendarahan dan memberikan petunjuk

dalam merawat luka tersebut serta memberikan resep antibiotic dan penghilang rasa nyeri untuk

perawaatan di rumah dan menyarankan untuk control.

Pembahasan

1. Beneficence

Minimalisasi akibat buruk dengan melakukan penjahitan untuk menghentikan

pendarahan.

Kewajiban menolong pasien gawat darurat

2. Non-Maleficence

Menolong pasien emergency

Tindakan dokter terbukti efektif karena sanggup menangani pasien gawat darurat.

Page 10: Makalah Pleno 1

Tidak memandang pasien hanya sebagai objek dengan memberikan penjelasan

mengenai tindakan yang dilakukan dokter.

3. Autonomy

Dokter Alfa berterus terang kepada pasiennya mengenai kondisinya dan penanganan

yang dia terima

Dengan demikian (seperti pada poin di atas), Dokter Alfa juga telah melakukan

informed consent

Menjaga hubungan dengan menyarankan pasien untuk control kembali.

4. Justice

Memberlakukan segala sesuatu secara universal, segera menangani pasien gawat

darurat.

Menghargai hak sehat pasien (affordability, equality, accessibility, availability,

quality)

Memberikan kontribusi yang relative sama dengan kebutuhan pasien, memberi

penanganan sesuai kondisi dan kebutuhan pasien.

Page 11: Makalah Pleno 1

Kasus Keempat (Tuan Xenia)

Saat sore hari pasien lebih banyak sering terjadi antrian sehingga kebijakan dari pihak

klinik untuk membuat kartu nomor urut pendaftaran. Pasien pertama adalah Tn.Xenia, usia 54

tahun, bekerja sebagai cleaning service disebuah SPBU di kota tersebut mengeluh badannya

pegal-pegal dan batuk disertai nyeri tenggorokan. Setelah dr.Alfa melakukan pemeriksaan dan

menulis resep, Tn.Xenia minta disuntik, karena bila disuntik dia merasa akan cepat sembuh,

dr.Alfa menanyakan terlebih dahulu apakah Tn.Xenia memiliki alergi terhadap obat tertentu

seperti obat penghilang rasa sakit karena obat suntikan tersebut berisi penghilang rasa sakit.

Tn.Xenia menjawab tidak. Setelah disuntik, beberapa saat kemudian Tn.Xenia mengeluh pusing

dan matanya berkunang-kunang tidak lama Tn.Xenia pingsan, dr.Alfa langsung meminta

perawat untuk membantunya mengawasi tanda vital Tn.Xenia sementara dr.Alfa mengatasi

shock Analfilaktik dengan menyuntikan beberapa obat. Setelah membaik Tn.Xenia dipindahkan

ke ruang rawat untuk diobservasi beberapa lama kemudian Tn.Xenia diperbolehkan pulang.

Analisis Kasus menurut Kaidah Dasar Bioetika

Berdasarkan kasus di atas, tindakan dokter Alfa mengandung Kaidah Dasar Bioetika yaitu:

1. Beneficence: Tindakan dokter Alfa dengan cara menanyakan terlebih dahulu tentang keadaan

alergi pasien menunjukan bahwa dokter Alfa meminimalisasi akibat buruk yang dapat terjadi

pada pasien apabila dia disuntik, setelah dilakukan penyuntikan, ternyata Tuan Xenia

mengalami shock anafilaktik, tindakan dokter Alfa yaitu segera menyuntikan obat untuk

mengatasi shock tersebut menunjukan adanya tanggung jawab untuk mengatasi pasien gawat

darurat.

Paternalisasi bertanggung jawab/berkasih sayang(5)

Page 12: Makalah Pleno 1

Minimalisasi akibat buruk(9)

Kewajiban menolong pasien gawat darurat(10)

2. Non-Maleficence: Tindakan dokter Alfa dengan mengobati Tuan Xenia menunujuakan

bahwa dokter mengobati pasien. Tetapi akibat dari penyuntikan, Tuan Xenia mengalami

shock analfilaktik, sehingga dokter langsung memberikan penyuntikan beberapa obat untuk

mengatasi shock yang masuk dalam kategori emergensi.

Menolong pasien emergensi

Mengobati pasien yang luka

3. Autonomy: Tindakan dokter dengan menyuntikan obat kepada Tuan Xenia menunjukan

bahwa dokter Alfa menghargai pilihan pasien dan membiarkan pasien dewasa dalam

mengambil keputusannya. Dokter juga menjelaskan akbat dari penyuntikan tersebut apabila

Tuan Xenia memiliki alergi.

Menghargai hak menentukan nasib sendiri, menghargai martabat pasien(1)

Melakukan informed consent(7)

Membiarkan pasien dewasa dan kompeten mengambil keputusan sendiri(8)

4. Justice: Dokter Alfa meberlakukan kartu antri untuk menjaga hak orang lain dalam

mendapatkan tindakan medis. Dokter juga melayani pasien berarti tindakan dokter tersebut

menghargai hak sehat pasien. Pemberian obat untuk mengatasi shock tersebut menunjukan

dokter Alfa memberikan kkontribusi sesuai dengan kebutuhan pasien.

Melakukan segala sesuatu secara universal(1)

Menghargai hak sehat pasien(4)

Menghargai hak orang lain(6)

Memberikan kontibusi yang relative sama dengan kebutuhan pasien(10)

Page 13: Makalah Pleno 1

Kasus Kelima (Nn. City)

Nn. City usia 19 tahun diantar oleh seorang teman sebayanya menceritakan bahwa dirinya telah

telat menstruasi selama dua bulan dan sudah mencoba tes kehamilan ternyata hasilnya positif.

Nn. City menginginkan janin yang ada dalam kandungannya digugurkan karena dia masih ingin

meneruskan sekolah dan takut nanti keluarganya menanggung malu akibat kehamilan ini. Dr.

Alfa menjelaskan kepada Nn. City bahwa pengguguran kandungan yang tanpa indikasi itu tidak

dibenarkan secara hukum, dia menolak permintaan Nn. City yang terlihat sangat kecewa dan

putus asa meninggalkan ruang periksa.

Pembahasan

1. Prinsip Beneficence:

Walaupun dengan menjalankan aborsi terhadap pasien bisa memperoleh untung yang

banyak, dokter tidak memandang pasien tidak hanya sejauh menguntungkan dokter.

Kehidupan-baik-minimal manusia terjamin karena dokter memastikan ibu dan janin

masih hidup.

Minimalisasi akibat buruk yaitu janin mati, dilakukan dengan tidak meneruskan aborsi

terhadap pasien.

Dokter mengusahakan agar kebaikan lebih banyak dibandingkan dengan keburukannya.

Page 14: Makalah Pleno 1

Kebaikan yang dikenal pasti termasuklah memberikan peluang untuk janin terus hidup,

dokter telah menunjukkan dia patuh pada hukum yang ditetapkan yaitu untuk tidak

menggugurkan anak tanpa indikasi dan pasien boleh jimat kos perubatan yang mahal untuk

aborsi.

Keburukannya pula ialah pasien akan menghadapi tekanan mental dan besar kemungkinan

tidak dapat meneruskan sekolah lagi.

2. Prinsip Non-Maleficence:

Dokter tidak memandang pasien hanya sebagai obyek untuk gaut untung tetapi sebagai

manusia yang mempunyai maruah dan nilai.

3. Prinsip Autonomi:

Dokter berterus terang dengan menjelaskan bahawa pengguguran tidak dibenarkan.

Dokter turut melaksanakan “informed-consent” yaitu tindakan medis terhadap pasien

harus mendapat persetujuan daripada pasien tersebut setelah diberi informasi dan

memahaminya.

Bagi kasus ini, tindakan medis ialah tidak membenarkan pasien melakukan aborsi.

Page 15: Makalah Pleno 1

4. Prinsip Justice:

Tindakan untuk tidak menggugurkan anak dikenakan pada semua pasien yang mengalami

apa yang Nn. City alami.

Dokter tidak melakukan penyalahgunaan dengan melakukan aborsi secara haram dan

secara tidak langsung melangar etika kedokteran.

Kesimpulannya, Dr.Alfa mengamalkan keempat-empat kaidah dasar bioetik dalam

mengendalikan pasien yang bernama Nn. City.

Page 16: Makalah Pleno 1

Kasus Ketujuh (NN)

Seorang-laki-laki usia 37 tahun yang mengeluh sesak setelah dia terjatuh dan bagian dadanya

terbentur stang motornya. Dokter Alfa segera melakukan pemeriksaan ke atasnya dan

memutuskan dilakukan foto roentgen ke atasnya dan hasilnya segera diserahkan kepadanya.

Hasil daripada foto roentgen tersebut dicurigai adanya pneumothorax. Dokter Alfa langsung

merujuk pasien ke rumah sakit terdekat.

Pembahasan

1. Beneficence

Pembatasan Goal Based. dokter alfa segera memeriksa dan menjalankan foto roentgen

kepada pasien tersebut tanpa melengahkan masa dan segera mencari sebab kepada

masalah pasien tersebut

Minimalisasi akibat buruk. Dokter alfa segera menghantar pasien tersebut ke rs terdekat

apabila pasien itu dicurigai adanya pneumothorax bagi mengelakkan berlakunya keadaan

yang lebih serius

Kewajiban menolong pasien. Ini dapat dibuktikan apabila dokter Alfa segera menuju ke

UGD untuk merawat pasien tersebut. Sesak boleh dikategorikan sebagai gawat darurat

karena pasien tidak cukup oksigen.

Page 17: Makalah Pleno 1

2. Non-maleficence

Menolong pasien emergensi. Pasien tadi adalah pasien gawat darurat dan harus segera

diperiksa. Buktinya, pasien ini dirawat di UGD

Pasien dalam keadaan amat berbahaya (darurat) atau beresiko hilangnya sesuatu yang

penting(nyawa). Dokter alfa segere memeriksa pasien tersebut karena keadaan pasien

amat berbahaya dan beresiko hilangnya nyawa.

Tidak membahayakan kehidupan pasien karena kelalaian. Dokter Alfa tidak

membahayakan pasien karena dia bertindak memeriksa pasien tersebut dan menjalankan

foto roentgen ke atasnya bagi mengelakkan berlakunya kelalaian dalam pemeriksaan.

3. Justice

Memberlakukan segala sesuatu secara universal. Dokter Alfa merawat pasiennya secara

sama dengan mendahulukan pasien gawat darurat karena kewajibannya sebagai dokter

untuk merawat pasien gawat darurat.

Menjaga kelompok rentan. Dokter alfa menjaga kelompok rentan dengan cara

mendahulukan pasien yang gawat darurat. Pasien diatas adalah termasuk dengan

golongan rentan karena pasien tersebut sesak.

Memberikan kontribusi yang relative sama dengan kebutuhan pasien. Pasien diatas

adalah seorang pasien gawat darurat, jadi dokter Alfa lebih mendahulukan pasien

tersebut.

Bijak dalam makroalokasi.

Page 18: Makalah Pleno 1

Kasus Kedelapan (Nn. Celica)

Ny. Celica usia 25 tahun ditemani oleh suaminya yang dari tadi menunggu dr. Alfa karena

menanggani pasien gawat tadi, ny. Celica ingin melakukan keluarga beencana. Setelah kelahiran

anak pertamanya tetapi ia masih bingung mengenai KB apa yang digunakan. Dr. alfa

menerangkan masing – masing keuntungan alat kontrasepsi dan efek sampingnya, setelah itu dr.

alfe menyerahkan pilihan kepada ny. Celica dan suaminya. Akhirnya ny. Celica dan suaminya

bulat untuk memilih KB suntik sebagai alat kontrasepsinya.

Pembahasan

1. kaedah bioetik ( beneficence )

sang dokter tidak memandang pasien tidak sejauh menguntungkan dokter karena sang

dokter melayani pasien dengan sebaik – baiknya tanpa melakukan Sesutu yang hanya

menguntungkan dokter,sesuai dengan kaedah beneficence no 3

sang dokter selalu mengusahakan kebaikan/ manfaat lebih banyak dari keburukannya, dan

selalu memaksimalisasi pemuasan kepuasan tertinggi dari kebahagiaan /preferensi pasien

secara keseluruhan dan meminimalis akibat buruk yang akan ditimbulkan dari program

KB tersebut. Ini sesuai dengan kaedah beneficence no. 4, 8,9,dan 13

sang dokter juga menghargai hak – hak pasien secara menyeluruh dengan memberikan

pelayanan yang sebaiknya dan menyerahkan keputusan akhir pada pasien.

Page 19: Makalah Pleno 1

2. kaedah Autonomi

sang dokter menghargai pasiennya untuk menentukan nasibnya sendiri, karena sang

dokter sadar bahwa pasiennya telah dewasa dan competen dalam mengambil keputusan

dan sang dokter tidak mengintervensi pasien dalam membuat keputusannya. Tindakan

dokter ini sesuai dengan kaedak autonomi no. 1, 2. dan 8.

sang dokter telah melakukan informed consent dengan sebaik - baiknya karena dokter

telah memberikan informasi dengan sedetail – detailnya dengan berterus terang dan tidak

berbohong demi kebaikan pasiennya.. sesuai dengan kaedah autonomi no. 3, 7 dan 12.

Page 20: Makalah Pleno 1

Kasus Kesembilan (An. Forca dan An. Perosa)

Pasien keenam dan ketujuh adalah adik kakak An. Forsa sepuluh tahun dan Ferosa empat tahun

diantar oleh kedua orang tuanya yang menderita cacar air, keduanya diberikan resep dengan

dosis yang berbeda.

Pembahasan

1. Justice:

memperlakukan segala sesuatu secara universal. Dokter memberikan perlakuan yang sama

terhadap kedua anak, dengan memberikan resep yang sama

dokter menghargai hak sehat pasien secara keseluruhan

memberikan kontribusi yang relatif sama dengan kebutuhan pasien. Dokter memberi resep

sama dengan dosis berbeda. Karena kebutuhan pasien berbeda-beda. Anak yang lebih

kecil haruslah diberi dosis yang lebih rendah.

2. Beneficence

dokter mengusahakan agar kebaikan lebih banyak dibandingkan keburukannya.

dokter bertanggung jawab dan berkasih sayang terhadap pasiennya. Dengan memberi

pelayanan dan resep sesuai dosis yang tepat

doker menjamin kehidupan baik-minimal-manusia.

dokter meminimalisasi akibat buruk yang mungkin ditimbulkan apabila dosis diberikan

sama terhadap kedua anak. Mungkin akan terjadi komplikasi pada anak yang lebih kecil

atau overdosis.

Page 21: Makalah Pleno 1

Bab III

Kesimpulan

Dalam kasus kali ini dokter Alfa sudah memenuhi kaidah-kaidah bioetik. Hal tersebut

dapat dilihat dari cara dokter tersebut berinteraksi dengan pasien. Dalam prinsip beneficence

yang mengutamakan berbuat baik tanpa pamrih. Selain itu dokter alfa juga memenuhi prinsip

non-maleficence yang berarti tidak menyakiti. Dokter Alfa juga melakukan autonomi dan justice

seseuai dengan prinsip-prinsip bioetik.