20
 Intususepsi Pediatrik  Kelompok A8 Yunistin Ambeua 102010269 Dela Nabila 102010302 Lia Angelina S 102011146 Theresia Tamia 102011211 Gene Dwi P 102011243 Alexandro Wiyanda 201011296 M. Haziq 102011431 Universitas Kristen Krida Wacana Fakultas Kedokteran 2012/2013

makalah pleno intususeptis

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: makalah pleno intususeptis

8/10/2019 makalah pleno intususeptis

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-pleno-intususeptis 1/20

Page 2: makalah pleno intususeptis

8/10/2019 makalah pleno intususeptis

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-pleno-intususeptis 2/20

PENDAHULUAN

Intususepsi adalah keadaan yang umumnya terjadi pada anak-anak, dan merupakan kejadian

yang jarang terjadi pada dewasa, intususepsi adalah masuknya segmen usus proksimal (kearah

oral) kerongga lumen usus yang lebih distal (kearah anal) sehingga menimbulkan gejala

obstruksi berlanjut strangulasi usus Definisi lain Invaginasi atau intususcepti yaitu masuknya

segmen usus (Intesusceptum) ke dalam segment usus di dekatnya (intususcipient). Pada

umumnya usus bagian proksimal yang mengalami invaginasi (intussuceptum) memasuki usus

 bagian distal (intussucipient). Invaginasi atau intususepsi merupakan keadaan gawat darurat,

dimana bila tidak ditangani segera dan tepat akan menimbulkan komplikasi lebih lanjut. Hampir

65% kasus invaginasi terjadi pada anak-anak umur kurang dari 1 tahun, paling sering dijumpai

 pada ileosekal. Invaginasi sangat jarang dijumpai pada orang tua, serta tidak banyak tulisan yang

membahas hal ini secara rinci.1 

Skenario 9

Seorang anak berusia 5 bulan dibawa ke UGD RS dengan keluhan BAB berwarna merah

kehitaman dengan konsistensi kental seperti jel berlendir sejak 1 jam yang lalu. Menurut ibunya,sejak 6 jam yang lalu, anaknya sangat rewel, tidak dapat ditenangkan, perutnya kembung dan

 beberapa kali muntah setiap diberi makan. Pada pemeriksaan fisik abdomen tampak distensi

abdomen, teraba adanya masa abdomen seperti sosis.

 Rumusan Masalah

Anak usia 5 bulan keluhan BAB berwarna merah kehitaman, konsistensi kenatl seperti

 jel berlendir sejak 1 jam yang lalu.

 Hipotesis

Anak tersebut menderita penyakit intususepsi.

Page 3: makalah pleno intususeptis

8/10/2019 makalah pleno intususeptis

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-pleno-intususeptis 3/20

PEMBAHASAN

ANAMNESIS

Anamnesis sangat penting untuk menegakan diagnosa sekitar 70% kasus dapat di

diagnosis karena anamnesis. Untuk kasus ini anamnesis dilakukan secara Aloanamnesis yakni

tanya jawab dengan oarang tua dalam hal ini adalah ibu pasien. Adapun anamnesis yang perlu di

tanyakan adalah :

  Identitas pasien yang meliputin nama, usia

  Riwayat penyakit sekarang yang meliputi apa keluhan utama,sejak kapan keluhan

dirasakan, warna BAB,konsistensi BAB,  Riwayat penyakit dahulu, apakah sebelumnya pernah mengalami hal yang sama

  Riwayat penyakit keluarga, apakah dikeluarga perna atau ada yang mengalami penyakit

yang sama dengan pasien

PEMERIKSAAN FISIK

 pemeriksaan fisik berupa :

  Inspeksi : dilihat keadaan umum pasien, seperti rewel, menangis atau diam saja.dilihat

 juga ada tanda-tanda adanya anemia, bentuk andomen

  Palpasi : palpasi abdomen sesuai kuadran secara teratur dan terstruktur untuk mengetahui

ada atau tidak nya massa abdomen

  Perkusi : perkusi sesuai kuadran secara terstruktur dan secara acak, untuk mengetahui

 bunyi usus

  Auskultasi : dilakukan secara terstruktur dan secara acak, untuk mengetahui bising usus.2 

  Pemeriksaan colok dubur ( rectal toucher ) teraba seperti portio uteri, feces bercampur

lendir dan darah pada sarung tangan merupakan suatu tanda yang patognomonik..

Page 4: makalah pleno intususeptis

8/10/2019 makalah pleno intususeptis

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-pleno-intususeptis 4/20

 PEMERIKSAAN PENUNJANG

  Radiologi : film polos dapat menunjukan tanda-tanda obstruksi usus halus dan massa

 pada jaringan yang dibebabkan oleh kepala dari intususepsi

  Ultrasonografi : suatu pemeriksaan noninvasif, dapat mengidentifikasi massa abdomen

  Barium enema diperlukan untuk diagnosis definitif. Gambaran diagnostik adalah

obstruksi total pada aliran barium dengan defek pengisisan kresentrik pada lokasi

obstruksi. Menggambarkan gambaran seperti per “ coiled spring”. Foto dengan kontras

 barium enema dilakukan bila pasien ditemukan dalam kondisi stabil, digunakan sebagai

diagnostik maupun terapetik

 

USG membantu menegakkan diagnosis invaginasi dengan gambaran target sign pada potongan melintang invaginasi dan pseudo kidney sign pada potongan longitudinal

invaginasi.3

DIAGNOSIS BANDING

1. Divertikulum Meckel ( nelson ) 

Divertikulum meckel adalah sisa dari kantung telur embrional,yang juga disebut sebagai

duktus omfalomesenterikus atau duktus vitelinus. Duktus omfalomesenterikus menghubungkan

kantun telur dengan usus saat perkembangan embrio dan memberikan nutrisi sampai plasenta

dibentuk. Antara minggu ke 5 sampai ke 7 kehamilan, duktus ini menipis dan memisahkan diri

dengan intestinum. Tetapi sebelum involusi ini, epitel kantung telur ini mengembangkan suatu

lapisan yang sama dengan lapisan lambung. Kegagalan parsial atau komplit involusi duktusomfalomesenterikus meninggalkan berbagai struktur sisa. Divertikulum Meckel merupakan

struktur sisa yang paling lazim dan merupakan anomali saluran cerna bawaan yang paling sering

terjadi pada 2-3% dari semua bayi. Divertikulum Meckel khas merupakan kantong ileum

sepanjang 2-6cm disepanjang tepi antimesenterika, sekitar 50-75 cm dari katup ileosekal. Jarak

dari katub ileosekal tergantung pada umur penderita. Sisa duktus omfalomesenterikus yang lain

Page 5: makalah pleno intususeptis

8/10/2019 makalah pleno intususeptis

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-pleno-intususeptis 5/20

 jarang terjadi, antara lain duktus yang terus berongga, tali padat, atau tali dengan kista sentral

atau divertikulum yang disertai dengan tali yang menetap diantara vertikulum dan umbilikus.4 

Gambar 1. Divertikulum Meckel

Perdarahan rektum yang bisa merah cerah, merah tua, atau hitam, harusnya mewaspadai

seseorang, bagi kemungkinan ulserasi peptikum yang berhubungan dengan mukosa lambung

ektopik didalam divertikulum. Kadang-kadang timbul perdarahan samar dan menyebabkan

anemia defisiensi besi.

 Manifestasi Klinis

Gejala klasik obstruksi usus halus bila menunjukan diagnosis divertikulum Meckel.

Dalam kasus itususepsi atau volvulus di sekelilingi pita, maka mulainya gejala bisa sangat kuat.

Kadang-kadang peradangan akut dalam atau disekitar divertikulum menimbulkan gejala yang tak

dapat dibedakan dari yang berhubungan dengan appendisitis akuta. Mual, anoreksia dan

ketidaknyamanan atau nyeri periumbilikus lazim yang ditemukan bersama appendisitis akuta

 jarang ditemukan dalam pasien divertikulum Meckel.

Page 6: makalah pleno intususeptis

8/10/2019 makalah pleno intususeptis

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-pleno-intususeptis 6/20

  Tanda fisik yang lazim adalah nyeri tekan lokalisata atau massa yang dapat dipalpasi

dalam kuadran kanan bawah abdomen, tanda klasik obstruksi usus. Tak ada tanda ini yang

spesifik bagi divertikulum Meckel, tetapi salah satu nya akan mewaspadai pemeriksaan yang

cerdik bagi kemungkinan komplikasi.5 

 Pemeriksaan diagnostik

Rontgenogram polos jarang membantu. Pemeriksaan kontas usus halus jarang

memperlihatkan divertikulum Meckel oleh sebab itu pemeriksaan ini jarang dilakukan.

Pemeriksaan barium enema akan memperlihatkan kantung yang keluar seperti penonjolan bulat

yang rata di dinding usus.3 

2. Volvulus

Volvulus kolon digambarkan sebagai puntiran atau rotasi segmen mobil kolon sekitar

mesenteriumnya. Derajat rotasi dapat bervariasi dari 180 derajat sampai sebanyak empat sampai

lima revolusi lengkap. Tergantung pada derajat rotasi, makan dihasilkan obstruksi sebagian atau

lengkap. Yang bisa berlanjut ke iskemia usus dan gangren. Kolon sigmoideum merupakan

tempat terlazim, yang membentuk sekitar 80% dari yang terlibat, yang kedua sekum sekitar 15%.

Volvulus mungkin merupakan sebab terlazim obstruksi kolon stangulata.

Volvulus Sigmoideum

Gambaran klonis volvulus sigmoideum timbul bila gelung sigmodiem berlebihan dan

mempunyai basis sempit, yang disebut gelung omega. Gelung ini mudah terpuntir dan bila

gelung atas turun didepan gelung bawah, maka akan tibul obstruksi tertutup. Jika vulva

ileosekalis kompeten, maka timbul obstruksi gelung tertutup ganda. Gejala tak dapat dibedakan

dari obstruksi usus lain dan bisa akut atau subakut. Gejala akut lebih mungkin timbul pada pasien

yang lebih muda. Pasien volvulus sigmoideum memperlihatkan distensi jelas pada abdomen.

Gelung sigmoideum bisa dapat dipalpasi dan nyeri tekan akut. Tidak ada pemeriksaan fisik atau

Page 7: makalah pleno intususeptis

8/10/2019 makalah pleno intususeptis

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-pleno-intususeptis 7/20

data laboratorium yang biasanya membedakan volvulus dari obstruksi akut abdomen lainya,

walupun kadang-kadang segmen berdilatasi yang infrak bisa dipalpasi sebagai massa timpani.4 

Bayi mengalami gangguan pasase lambung akibat kelainan bawaan perutnya buncit.

Tetapi buncit ini tidak tegang, kecuali bila ada perforasi.

Gambar 2. Volvulus Sigmoideum

 Pemeriksaan Diagnosis

Foto abdomen khas dan memperlihatkan gelung berdilatasi besar yang berjalan diagonal

melintasi abdomen dari kanan ke kiri, dari pelvis dengan efek pembengkokan “tuba dalam” ,

tempat bayangan gas terlihat dibengkokan dengan sendiri nya sersama dua batas cairan, satu

terletak dalam tiap batas gelung yang terobstruksi. Sering gambaran ini cukup untuk membuat

diagnosis. Tetapi jika di perlukan , enema barium dapat dilakukan dan akan memperlihatkan

 penyempitan pada tempat terpuntir, yang disebut deformitas paruh burung atau bentuk skop pada

kartu as. Sigmoidoskopi harus mendahului pemeriksaan barium dan sering puntiran khas terlihat

Page 8: makalah pleno intususeptis

8/10/2019 makalah pleno intususeptis

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-pleno-intususeptis 8/20

 pada ujung sigmoidoskopi. Tanda vital dan parameter klinis seperti hitung leukosit dan elektrolit

dapat bervariasi, tetapi bisa normal, terutama tanpa sepsis.3

Gambar 3 pemeriksaan radiologi volvulus sigmoideum

WORKING DIAGNOSIS

 Intususepsi

Intususepsi adalah suatu keadaan, dimana segmen usus proksimal ( intususepsum )

 berinvaginasi kedalam segmen distal ( intususepien ) serta kemudian didorong ke distal oleh

 peristaltik usus.4 

Page 9: makalah pleno intususeptis

8/10/2019 makalah pleno intususeptis

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-pleno-intususeptis 9/20

 

Gambar 4. Intususepsi

 Etiologi dan Epidemiologi

65% kasus timbul pada bayi berusia kurang dari 1 tahun dengan insiden puncak antara

 bulan ke lima dan sembilan kehidupan. Walaupun keadaan ini bisa timbul paska bedah, yang

hanya melibatkan usus halus dalam 86% pasien demikian , atau bisa timbul pada anak yang lebih

 besar , bila lesi seperti polip atau divertikulum Meckel bertindak sebagai titik pembawa,

 biasanya tak ada sebab yang diketahui pada bayi. Ini mungkin berhubungan dengan infeksi pada

anak, pengaruh dari perubahan diet, pemberian makanan padat. Pemberian makanan selain susu

ketika umur kurang dari 4 bulan akan berakibat buruk terhadap bayi, karena sistem pencernaan

 bayi pada usia ini belum tumbuh kembang sempurna.  Pada anak di bawah 4 tahun, 95%

intususepsi pada atau dekat katup ileosekalis.5 

Penyebab terjadinya invaginasi bervariasi, diduga tindakan masyarakat tradisional berupa

 pijat perut serta tindakan medis pemberian obat anti-diare juga berperan pada timbulnya

invaginasi. Infeksi rotavirus yang menyerang saluran pencernaan anak dengan gejala utama

 berupa diare juga dicurigai sebagai salah satu penyebab invaginasi

 patofisiologi

Patogenesis intususepsi idiopatik tidak begitu difahami. Kelainan ini diyakini sebagai

kelainan sekunder karena ketidakseimbangan dalam kekuatan longitudinal di sepanjang dinding

Page 10: makalah pleno intususeptis

8/10/2019 makalah pleno intususeptis

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-pleno-intususeptis 10/20

usus. Dalam intususepsi enteroenteral, ketidakseimbangan ini dapat disebabkan oleh massa yang

 bertindak sebagai titik utama atau dengan pola peristaltik yang tidak teratur (misalnya, ileus pada

 periode pasca operasi).4 

Sebagai akibat dari ketidakseimbangan dalam kekuatan dinding usus, terjadi invaginasi

daerah usus ke dalam lumen usus yang berdekatan. Bagian yang menginvaginasi dari usus (yaitu,

intususeptum) benar-benar masuk ke bagian usus yang dimasuki (yaitu, intussuscipiens). Proses

ini berlanjut dan daerah yang lebih proksimal mengikuti, yang memungkinkan intususeptum

untuk melanjutkan sepanjang lumen intussuscipiens.

Jika mesenterium intususeptum adalah lemah dan perkembangan invaginasi yang cepat,

intususeptum dapat melanjutkan ke kolon distal atau sigmoid dan bisa prolaps keluar anus.

Mesenterium intususeptum yang diinvaginasi oleh usus menyebabkan proses patofisiologis

klasik setiap obstruksi usus.4 

Pada awal proses ini, aliran kembali limfatik terhambat, kemudian, dengan peningkatan

tekanan dalam dinding intususeptum, aliran vena terganggu. Jika proses obstruktif berlanjut,

tekanan akan mencapai satu titik di mana aliran arteri dihambat, dan infark kemudian terjadi.

Mukosa usus sangat sensitif terhadap iskemia karena terletak jauh dari pasokan arteri. Mukosa

usus yang iskemik akan nekrosis yang mengarah dan menyebabkan tinja heme-positif dan

kemudian ke tanda klasik " jelly stool"  (campuran mukosa usus yang nekrosis, darah, dan lendir).

Jika tidak diobati, gangrene transmural dan perforasi intususeptum dapat terjadi.4 

Infeksi virus adeno

Pembengkakan bercak jaringan limfoid

Peristaltik usus

Page 11: makalah pleno intususeptis

8/10/2019 makalah pleno intususeptis

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-pleno-intususeptis 11/20

 

Usus berinvaginasi ke dalam usus distal

Edema & Perdarahan mukosa Peregangan usus

Obstruksi usus Pemajanan reseptor nyeri

Akumulasi gas & cairan di dalam lumen Nyeri

sebelah proksimal dari letak obstruksi

Distensi

Muntah Kehilangan cairan & elektronik

Volume ECF menurun

Page 12: makalah pleno intususeptis

8/10/2019 makalah pleno intususeptis

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-pleno-intususeptis 12/20

Syok hipovolemik

Bagan 1. Patogenesis Intususepsi2 

 Diagnosis

Penelitian laboratorium biasanya tidak membantu dalam evaluasi pasien dengan

intususepsi, meskipun leukositosis dapat menjadi indikasi gangren penyakit progresif. Dengan

gejala muntah terus menerus dan penyerapan cairan dalam usus yang terhambat, dehidrasi dan

ketidakseimbangan elektrolit dapat terjadi.4 

Pemeriksaan ultrasonografi telah dipercayai memiliki sensitivitas tinggi dan spesifisitas

dalam mendeteksi intususepsi ileokolika. Radiografi abdomen juga dapat mengungkapkan

karakteristik diagnostik intususepsi, tetapi sensitivitas dan spesifisitas pemeriksaan ini masih

dipertanyakan. Jika segmen usus yang direseksi pada saat reduksi operasi, obstruksi usus dengan

edema, konstipasi, infiltrasi limfosit, dan infark transmural biasa ditemukan.6 

Pemeriksaan Penunjang yang digunakan dalam diagnosis intususepsi adalah sebagai berikut:

  Radiografi: Foto abdomen tanpa kontras menunjukkan tanda-tanda yang mengarah ke

intususepsi hanya pada 60% kasus. Rontgen abdomen menunjukkan dilatasi usus kecil

dan kurangnya gas di kuadran kanan bawah dan atas. Penemuan ini diikuti oleh pola yang

 jelas dari obstruksi usus kecil, dengan tingkat dilatasi dan udara-cairan dalam usus kecil

saja. Jika distensi bersifat umum dan tingkat udara-cairan juga hadir dalam usus besar,

temuan lebih mungkin merupakan gastroenteritis akut dari intususepsi. Pandangan

dekubitus lateral kiri juga sangat membantu. Jika terlihat udara di sekum, diagnosa

intususepsi ileocecal sangatlah tidak mungkin.6,7

 

Page 13: makalah pleno intususeptis

8/10/2019 makalah pleno intususeptis

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-pleno-intususeptis 13/20

Gambar 5. Rontgen abdomen menunjukkan dilatasi usus kecil dan kurangnya gas di kuadran

kanan bawah dan atas.7 

  Ultrasonografi:  Hallmark   dari ultrasonografi meliputi sasaran dan tanda-tanda

 pseudokidney. Satu studi melaporkan bahwa secara keseluruhan sensitivitas dan

spesifisitas ultrasonografi untuk mendeteksi intususepsi ileokolika adalah 97,9% dan

97,8%, masing-masing. Para penulis menyimpulkan bahwa USG harus digunakan

sebagai pemeriksaan lini pertama untuk penilaian kemungkinan intususepsi anak.

Ultrasonografi menghilangkan risiko paparan radiasi dan dapat membantu untuk

menegakkan diagnosis. Hal ini juga membantu untuk menyingkirkan kemungkinan

 penyebab lain dari sakit perut. Meski begitu, ultrasonografi sangat tergantung pada

operator, karena itu, hati-hati dalam menginterpretasikan hasil yang diperoleh. Kehadiranasites dan segmen panjang intususepsi dapat digunakan sebagai prediktor sonografi

dalam kegagalan untuk manajemen non-operatif. Deteksi sonografi ascites, udara, dan

tidak adanya aliran darah di dinding usus sangat mengarah ke diagnosis gangren usus.7 

Page 14: makalah pleno intususeptis

8/10/2019 makalah pleno intususeptis

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-pleno-intususeptis 14/20

Gambar 6. Ultrasonografi abdomen mengungkapkan tanda sasaran klasik dari intususeptum

dalam sebuah intussuscipiens.7 

  Kontras enema: Ini adalah cara tradisional dan paling dapat diandalkan untuk membuat

diagnosis dari intususepsi pada anak-anak. Berhati-hati ketika melakukan kontras enema

 pada anak berusia lebih dari 3 tahun, karena sebagian besar pasien ini memiliki tanda

indikasi bedah, biasanya dalam usus kecil. Hasil diagnostik dan terapi enema lebih

rendah pada pasien ini. Enema dikontraindikasi pada pasien yang gangren usus atau

 perforasi dicurigai.3,6

 

Page 15: makalah pleno intususeptis

8/10/2019 makalah pleno intususeptis

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-pleno-intususeptis 15/20

Gambar 7. Barium enema menunjukkan intususepsi dalam descending colon.7 

Gejala Klinis

Pasien dengan intususepsi biasanya bayi dan seringkali orang yang terkena infeksi saluran

 pernapasan atas, yang menunjukkan gejala-gejala berikut:

  Muntah: Awalnya, muntah nonbilious dan refleksif, tapi ketika terjadi obstruksi usus,

muntah menjadi empedu

   Nyeri perut: Nyeri pada intususepsi adalah kolik, parah, dan intermiten

  Mencret darah dan lendir: Orang tua melaporkan tinja seperti  jelly, ini adalah campuran

lendir,  sloughed   mukosa, dan perdarahan, diare juga bisa menjadi tanda awal dari

intususepsi

  Kelesuan: Hal ini dapat merupakan gejala tunggal intususepsi, yang membuat diagnosis

kondisi yang menantang

  Massa abdomen teraba6 

Konstelasi tanda dan gejala intususepsi merupakan salah satu presentasi paling klasik dari

setiap penyakit pediatrik, namun trias klasik invaginasi yaitu muntah, sakit perut, dan mencret

Page 16: makalah pleno intususeptis

8/10/2019 makalah pleno intususeptis

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-pleno-intususeptis 16/20

darah per rektum  terjadi dalam satu sepertiga pasien. Pasien biasanya bayi yang datang

dengan gejala muntah, sakit perut, mencret darah dan lendir, lesu, dan terdapat massa perut yang

teraba. Gejala ini sering didahului oleh infeksi saluran pernapasan atas.6 

Dalam keadaan langka, orang tua melaporkan 1 atau lebih serangan sebelumnya sakit

 perut dalam waktu 10 hari sampai 6 bulan sebelum episode saat ini. Pasien-pasien ini lebih

cenderung memiliki tanda yang mengarah ke indikasi bedah menyebabkan serangan berulang

dari intususepsi dengan reduksi spontan.1 

 Nyeri pada intususepsi adalah kolik, berat, dan berselang. Orang tua atau pengasuh

menggambarkan anak seperti mengangkat kaki sampai ke perut dan menendang kaki di udara. Di

antara serangan, anak tampak tenang dan lega.1 

Awalnya, muntah nonbilious dan refleksif, tapi ketika terjadi obstruksi usus, muntah

menjadi bilious. Setiap anak dengan muntah bilious diasumsikan memiliki kondisi yang harus

diperlakukan pembedahan sampai terbukti sebaliknya. Orang tua juga melaporkan adanya tinja

yang terlihat seperti  jelly. Ini adalah campuran dari lendir, mukosa usus yang nekrosis, dan

menumpahkan darah. Diare juga dapat menjadi tanda awal dari intususepsi.1 

Kelesuan adalah gejala yang relatif umum dengan intususepsi. Alasan kelesuan terjadi

tidak diketahui, karena kelesuan belum dijelaskan dan dikaitkan dengan bentuk-bentuk obstruksi

usus. Kelesuan dapat merupakan gejala tunggal, yang membuatkan sulit untuk menegakkan

diagnosis . Pasien yang ditemukan memiliki proses usus yang lambat, setelah inisiasi hasil

 pemeriksaan septik.1 

Dalam sebuah studi observasional prospektif, Weihmiller dkk menilai beberapa kriteria

klinis untuk risiko-stratifikasi anak dengan kemungkinan intususepsi. Studi ini mengidentifikasi

 bahwa usia yang lebih tua dari 5 bulan, jenis kelamin laki-laki, dan kelesuan   adalah 3

 prediktor klinis yang penting dari intususepsi.

Page 17: makalah pleno intususeptis

8/10/2019 makalah pleno intususeptis

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-pleno-intususeptis 17/20

 

PENATALAKSANAAN

1. 

 Reduksi Hidrostatik

Kasus intususepsi yang masuk kerumah sakit merupakan suatu kasus gawat darurat.

Tindakan pertama yaitu mengatasi kekurangan cairan, elektrolit dan keseimbangan asam-basa

nya. Bila tidak di kontraindikasi, maka harus diusahakan reduksi dengan enema

 barium.kontraindikasi enema barium adalah jika telah terjadi peritonitis. Apabila terapi enema

 barium gagal, maka operasi harus sudah mulai di pertimbangkan.

Adapun syarat - syarat pengelolaan secara hidrostatik antara lain keadaan umum

mengizinkan, tidak ada gejala dan tanda rangsang peritoneum, anak tidak toksis, dan tidak

terdapat obstruksi tinggi.

Prosedur dapat dilakukan dalam keadaan sedasi. Kateter Foley dimasukkan ke rektum lalu

 NaCl 0,9% atau barium dimasukkan per rektal dari ketinggian 3 kaki, interval 3 menit, dilakukan

observasi dengan fluoroskopi, lanjutkan prosedur bila terjadi reduksi. Tunggu 10 menit bila tidak

terjadi reduksi keluarkan barium. Prosedur ini dapat diulangi sampai 3 kali. Reduksi berhasil

harus dikonfirmasi dengan adanya kontras yang melewati ileum terminalis, bila pipa rektal

ditarik keluar anus akan keluar barium beserta feses dan udara, pada pemeriksaan fisik, perut

tampak kempes dan massa menghilang. Pada kasus-kasus dimana reduksi sempurna dengan

 barium enema tidak mungkin terjadi, prosedur ini dapat sangat mengurangi ukuran intususepsi

sehingga panjang insisi yang dibutuhkan pada tindakan operasi dapat dikurangi

Terapi mulai dengan enema barium ( EB) yang berhasil mengurangi intususepsi pada

lebih dari 50% kasus. Untuk prosedur ini pasien sebaiknya mendapai sedasi yang lebih adekuat.

Page 18: makalah pleno intususeptis

8/10/2019 makalah pleno intususeptis

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-pleno-intususeptis 18/20

 

Gambar 8. Teapi barium edema

2.   Reduksi manual (milking) dan reseksi usus

Jika EB merupakan kontraindikasi atau tidak berhasil, maka pasien akan memerlukan reduksi

intaoperasi.Operasi dini tanpa terapi barium dikerjakan bila terjadi perforasi, peritonitis dan

tanda-tanda obstruksi. Keadaan ini biasanya pada invaginasi yang sudah berlangsung lebih dari

48 jam. Demikian pula pada kasus-kasus relapse. Invaginasi berulang 11% setelah reposisi barium dan 3% pada operasi tanpa reseksi usus. Biasanya reseksi dilakukan jika aliran darah

tidak pulih kembali setelah dihangatkan dengan larutan fisiologik.Usus yang mengalami

invaginasi nampak kebiruan. Pada perawatan ke-2 kali, dikerjakan operasi tanpa barium enema.

Kegagalan mereduksi intususepsi dengan prosedur non-operatif juga memerlukan operasi.

Eksplorasi dilakukan melalui insisi pada kuadran kanan bawah perut. Reduksi dilakukan dengan

mengurut pelan distal usus agar keluar dari intususepsi (milking ), jangan menarik usus keluar

karena dapat menimbulkan cedera sekunder pada usus seperti ileus paralitik, perforasi, adhesif.

Reseksi dapat dilakukan pada bagian usus yang gangren. Lalu dibuat anastomosis primer

ileocolica.8

 

Page 19: makalah pleno intususeptis

8/10/2019 makalah pleno intususeptis

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-pleno-intususeptis 19/20

PROGNOSIS

Diagnosis dan terapi dini akan menurunkan angka kematian. Terapi dini yang adekuat akan

memberi prognosis yang baik. Prognosis sangat baik bila terapi dimulai dalam kurun waktu 24

 jam dihitung dari awal munculnya gejala.. Intususepsi yang tidak diterapi umumnya fatal.

Secara umum angka kematian akibat intususepsi adalah 1-2%.

Ada kemungkinan terjadi rekurensi di kemudian hari walaupun intususepsi telah diterapi

adekuat. Angka rekurensi mencapai sekitar 8-12% terutama setelah prosedur reduksi hidrostatik

(banyak terjadi pada 24-48 jam pertama).9 

KOMPLIKASI

Apabila penyakit terus berjalan tanpa ditanggulangi dengan baik, maka dapat menimbulkan

komplikasi berupa obstruksi usus halus, nekrosis, bahkan perforasi ( frank peritonitis ). Setelah

dilakukan operasi, masih dapat menimbulakn komplikasi berupa infeksi, dehisensi luka,

kebocaran pascaoperasi, obstruksi dan colonic tears. Sebagian kecil pasien dapat berlanjut

kronik.9

KESIMPULAN

Intususepsi adalah suatu keadaan, dimana segmen usus proksimal ( intususepsum )

 berinvaginasi kedalam segmen distal ( intususepien ) serta kemudian didorong ke distal oleh

 peristaltik usus. 65% kasus timbul pada bayi berusia kurang dari 1 tahun dengan insiden puncak

antara bulan ke lima dan sembilan kehidupan, merupakan penyakit Infantile idiopathic

intussuseption dan merupakan kasus kegawatandaruratan bagian bedah. Terapi barium enema

dapat dilakukan apabila tidak ada tanda peritonitis, dan reduksi manual ( milking) dapat

dilakukan jika terapi barium enema gagal. Diagnosis dan terapi dini akan menurunkan angka

kematian. Terapi dini yang adekuat akan memberi prognosis yang baik. Prognosis sangat baik

 bila terapi dimulai dalam kurun waktu 24 jam dihitung dari awal munculnya gejala.. Intususepsi

Page 20: makalah pleno intususeptis

8/10/2019 makalah pleno intususeptis

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-pleno-intususeptis 20/20

yang tidak diterapi umumnya fatal. Secara umum angka kematian akibat intususepsi adalah 1-

2%.

DAFTRA PUSTAKA

1.   Nelson, Ilmu kesehatan anak . 15th

 ed. Jakarta : EGC, 2003; hal 1314

2.  Gleadle J. At a Glance.  Anamnesis dan pemeriksaan fisik . Jakarta. Penerbit Elangga,

2005 ; h.173

3.  Patel RP, Lecture notes radiologi. Jakarta : Penerbit Erlangga, 2007; hal 241

4.  Sabiston david C , Buku ajar bedah .Jakarta : EGC , 1994 ; hal 9-10

5.  Rudolf. Buku ajar pediatri.5th

ed.Vol 3.Jakarta : EGC,2009

6.  Felix C. Blanco.  Intussusception. 25 Februari 2013. Diunduh dari

http://emedicine.medscape.com/article/930708-overview . 20 Mei 2013.

7.  Rasad, Syahriar. Radiologi Diagnostik. Ed.2. Jakarta : Balai penerbit FKUI; 2008. h. 245-

53, 56-8, 415-6.

8.  Brunicardi, et. al.Schwartz’s: Principles of Surgery, 8th

 ed . The McGraw-Hill Companies,

Inc. 1999; hal 38 –  43

9.  Sastriasmoro S, Noerhamzah W , Buku kumpulan sajian kasus, Bagian Ilmu kesehatan

anak FKUI , 2000 ; hal 357