57
PENGARUH KO SAAT IMUNISA DI DE Untuk Meme PROGR S OMPRES ES TERHADAP TINGKAT N ASI CAMPAK PADA BAYI USIA 9 BU ESA SANGGUNG SUKOHARJO SKRIPSI enuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan Oleh : Lingga Liwa Ati NIM. ST14 035 RAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2016 NYERI ULAN

PENGARUH KOMPRES ES TERHADAP TINGKAT NYERI SAAT … · 2019-06-14 · membuat zat anti dengan mencegah terhadap penyakit tertentu (Hidayat, ... tetanus, difteri, pertusis, polio,

  • Upload
    vongoc

  • View
    238

  • Download
    2

Embed Size (px)

Citation preview

PENGARUH KOMPRES ES TERHADAP

SAAT IMUNISASI CAMPAK PADA BAYI USIA 9 BULAN

DI DESA SANGGUNG SUKOHARJO

Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan

PROGRAM STUDI S

STIKES KUSUMA HUSADA

PENGARUH KOMPRES ES TERHADAP TINGKAT NYERI

SAAT IMUNISASI CAMPAK PADA BAYI USIA 9 BULAN

DI DESA SANGGUNG SUKOHARJO

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan

Oleh :

Lingga Liwa Ati

NIM. ST14 035

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN

STIKES KUSUMA HUSADA

SURAKARTA

2016

NYERI

SAAT IMUNISASI CAMPAK PADA BAYI USIA 9 BULAN

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena

berkat, rahmat dan Karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi

dengan Judul “PENGARUH KOMPRES ES TERHADAP TINGKAT NYERI

SAAT IMUNISASI CAMPAK PADA BAYI USIA 9 BULAN DI DESA

SANGGUNG SUKOHARJO”.

Dalam penyusunan Skipsi ini penulis banyak mendapat bimbingan dan

dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis

mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang

terhormat :

1. Ns. Wahyu Rima Agustin M.Kep, selaku Ketua STIKes Kusuma Husada

Surakarta.

2. Ns. Atiek Murharyati M.Kep, selaku Ketua Program Studi S-1

Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta.

3. Ns. Happy Indri Hapsari, M.Kep selaku pembimbing I yang telah

membimbing dengan cermat, memberikan masukan- masukan, inspirasi,

perasaan nyaman dalam bimbingan serta menfasilitasi demi sempurnanya

skripsi ini.

4. Dra. Agnes Sri Harti, M.Si selaku pembimbing II yang telah membimbing

dengan cermat, memberikan masukan- masukan, inspirasi, perasaan

nyaman dalam bimbingan serta menfasilitasi demi sempurnanya skripsi

ini.

5. Kedua orang tua saya, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan

semangat baik moral, material dan spiritual untuk menyelesaikan

pendidikan.

6. Adik- adik saya yang selalu mendengar keluh kesah dan memberikan

semangat kepada saya.

7. Teman-teman mahasiswa Program Studi S-1 Keperawatan Stikes Kusuma

Husada Surakarta, khususnya kelompok 6 dan berbagai pihak yang tidak

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................ i

LEMBAR PERSETUJUAN .................................................................... ii

SURAT PERNYATAAN ......................................................................... iii

KATA PENGANTAR .............................................................................. iv

DAFTAR ISI ............................................................................................ vi

DAFTAR TABEL .................................................................................... viii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................ ix

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ x

ABSTRAK ............................................................................................... xi

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ....................................................................... 1

1.2 Rumusam Masalah ................................................................. 4

1.3 Tujuan Penelitian ................................................................... 5

1.4 Manfaat Penelitian ................................................................. 5

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Imunisasi ............................................................................... 7

2.2 Nyeri ...................................................................................... 12

2.3 Kompres Es ........................................................................... 17

2.4 Keaslian penelitian ................................................................. 20

2.5 Kerangka Teori ..................................................................... 23

2.6 Kerangka Konsep ................................................................... 24

2.7 Hipotesis Penelitian ............................................................... 24

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian .............................................. 25

3.2 Populasi dan Sampel .............................................................. 26

3.3 Tempat dan Waktu Penelitian................................................. 26

3.4 Variabel, Definisi Operasional dan Skala Pengukuran ............ 27

3.5 Alat Penelitian dan Prosedur Pengumpulan Data .................... 27

3.6 Teknik Pengolahan Data dan Analisa Data ............................. 30

3.7 Etika Penelitian ...................................................................... 33

BAB IV HASIL PENELITIAN

4.1 Analisa Univariat ................................................................... 34

4.2 Analisa Bivariat ..................................................................... 35

BAB V PEMBAHASAN

5.1 Karakteristik Responden ........................................................ 36

5.2 Rerata Tingkat Nyeri pada Kelompok Kontrol dan Kelompok

Perlakuan .............................................................................. 36

5.3 Analisa Perbedaan Tingkat Nyeri Setelah Dilakukan Perlakuan

Pada Kelompok Kontrol Dan Kelompok Perlakuan .............. 38

BAB VI PENUTUP

6.1 Kesimpulan ............................................................................. 40

6.2 Saran....................................................................................... 40

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Nomor Tabel Judul Tabel Halaman

2.1 Keaslian Penelitian 20

3.1 Rancangan Penelitian 25

3.2 Variabel Definisi dan Skala Penelitian 27

4.1 Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Kelompok

Kontrol Dan Kelompok Perlakuan di

Desa Sanggung Sukoharjo 34

4.2 Rerata Tingkat Nyeri pada Kelompok Kontrol

dan Kelompok Perlakuan di Desa Sanggung

Sukoharjo 35

4.3 Analisa Perbedaan Tingkat Nyeri Setelah

Dilakukan Perlakuan pada Kelompok Kontrol

dan Kelompok Perlakuan 35

DAFTAR GAMBAR

Nomor Gambar Judul Gambar Halaman

2.1 Oucher Scale 16

2.2 NRS (Numerical Rating Scale) 17

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Lampiran Keterangan

Lampiran 1 F.01 Usulan topik penelitian

Lampiran 2 F.02 Pernyataan Pengajuan Judul

Lampiran 3 F.03 Pernyataan Pergaantian Judul

Lampiran 4 F.04 Pengajuan Ijin Studi Pendahuluan

Lampiran 5 F.05 Lembar Oponen

Lampiran 6 F.06 Lembar Audience

Lampiran 7 F.07 Pengajuan ijin penelitian

Lampiran 8 Surat Persetujuan

Lampiran 9 Lembar Observasi

Lampiran 10 Skala FLACC

Lampiran 11 Hasil Uji Normalitas

Lampiran 12 Hasil Uji independent t test

Lampiran 13 Lembar Konsultasi

Lampiran 14 SOP Kompres Es Untuk Imunisasi

Campak

Lampiran 15 Surat Persetujuan Narasumber

Lampiran 16 Surat Permohonan Ijin Penelitian dari

Kampus

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN

STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA

2016

Lingga Liwa Ati

Pengaruh Kompres Es Terhadap Tingkat Nyeri saat Imunisasi Campak

pada Bayi Usia 9 Bulan di Desa Sanggung Sukoharjo

Abstrak

Bayi yang mendapat imunisasi campak akan mengalami nyeri yang dapat

menimbulkan kecemasan yang berlebihan bahkan trauma, maka dari itu perlu

dilakukan tindakan atraumatic care seperti kompres es untuk menurunkan nyeri

sehingga tidak akan timbul kecemasan yang berlebihan bahkan trauma. Penelitian

ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kompres es terhadap tingkat nyeri saat

imunisasi campak pada bayi usia 9 bulan.

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain quasi

exsperiment post-test only with non-equivalent control group design yang

dilakukan di Desa Sanggung Sukoharjo. Teknik pengambilan menggunakan total

sampling dengan jumlah responden sebanyak 30 responden.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai P value < 0,000 (P value<0,05),

artinya ada pengaruh kompres es terhadap tingkat nyeri saat imunisasi campak

pada bayi usia 9 bulan di Desa Sanggung Sukoharjo. Kompres es terbukti sebagai

cara yang efektif, mudah dan hemat yang dapat dilakukan untuk menurunkan

tingkat nyeri terutama nyeri saat imunisasi campak pada bayi usia 9 bulan.

Kompres es dapat meningkatkan endorphin dan menekan produksi prostalglandin

sehingga dapat meningkatkan ambang batas nyeri.

Kata Kunci: Imunisasi, Nyeri, Kompres Es,

Daftar Pustaka: 37 (2007- 2015)

NURSING GRADUATE STUDY PROGRAM

STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA

2016

Lingga Liwa Ati

The Effect of Ice Application on Pain Level during Measles Immunization in

9-Month Infants in Sanggung Village of Sukoharjo

ABSTRACT

Infants receiving measles immunization will develop pain potentially

generating excessive worry even trauma; for that reason, there should be an

atraumatic care like ice application to reduce pain to prevent excessive worry and

even trauma. This research aimed to find out the effect of ice application on pain

level during measles immunization in 9-month infants.

This study was a quantitative research using quasi-experiment post-test

only with non-equivalent control group design conducted in Sanggung Village of

Sukoharjo. The sampling technique used was total sampling one, with 30

respondents.

The result of research showed that P-value < 0.000 (P value<0.05),

meaning that there was an effect of ice application on pain level during measles

immunization in 9-month infants in Sanggung Village of Sukoharjo. Ice

application proved to be an effective, simple and economic way of reducing pain

level, particularly during measles immunization in 9-month infants. Ice

application could increase endorphin level and suppress prostaglandin production

thereby increasing pain threshold.

Keywords: Immunization, Pain, Ice Application

References: 37 (2007- 2015)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Imunisasi merupakan suatu upaya untuk memberikan kekebalan

pada bayi dan anak dengan memasukkan vaksin kedalam tubuh untuk

membuat zat anti dengan mencegah terhadap penyakit tertentu (Hidayat,

2008). Menurut Kemenkes (2010) imunisasi juga terbukti mampu

mengurangi angka kematian pada anak karena penyakit yang disebabkan

karena infeksi seperti campak, tetanus, difteri, pertusis, polio, hepatitis B

dan TBC. Imunisasi juga merupakan salah satu program pemerintah yang

dijalankan untuk mensukseskan program Millenium Development Goals

(MDGs) yang ditetapkan setelah Konferensi Tingkat Tinggi Milenium

Perserikatan Bangsa Bangsa bulan September tahun 2000.

Data dari Unicef (2013) menyatakan di tahun 2012 presentasi

pelaksanaan imunisasi secara global mencapai 83% dan tidak mengalami

perkembangan dari tahun 2010. Asia Tenggara pada tahun 2011 menjadi

benua dengan tingkat presentasi pelaksanaan imunisasi tertinggi

dibandingkan dengan benua lain yaitu mencapai 91% dan tingkat

keberhasilan pencapaian pelaksanaan imunisasi meningkat ditahun 2012

mencapai 95% (WHO, 2013). Tingkat pelaksanaan imunisasi di Indonesia

menurut data dari Ditjen PPPL Kemenkes RI (2014) hanya mencapai 48,4%.

Bali menduduki peringkat teratas dengan 62; sedangkan Maluku Utara

dengan 17,7%, Jawa Tengah menduduki peringkat ke-4 dengan 56,6%

setelah DKI Jakarta dan Bangka Belitung.

Sukoharjo menduduki peringkat pertama dengan presentasi

pelaksanaan imunisasi tertinggi di Jawa Tengah yaitu mencapai 70,1%

(Dinkes Provinsi Jawa Tengah, 2013). Presentasi pelaksanaan di Kecamatan

Gatak khusus untuk imunisasi campak menurut Dinkes Kabupaten

Sukoharjo (2014) mencapai 93,44% dan menduduki peringkat ke-8 diantara

12 Kecamatan yang ada di Sukoharjo.

Imunisasi pada masa bayi dan anak-anak merupakan sumber nyeri

dan penderitaan paling utama yang dapat menimbulkan kecemasan dan

trauma tidak hanya pada anak namun juga dapat terjadi pada keluarga

(Razek & El-Dein, 2009). Kecemasan dan trauma yang ditimbulkan dari

nyeri imunisasi harus segera diminimalkan karena dapat memperbesar

potensi anak mengalami fobia terhadap jarum dan tindakan medis serta

dapat juga menimbulkan ketidakpatuhan terhadap pelayanan kesehatan

dimasa mendatang (Schechter et al, 2007).

Atraumatic care merupakan cara untuk meminimalkan kecemasan

dan trauma pada anak terutama nyeri yang disebabkan oleh injeksi imunisasi

(Lory, 2009 dalam Ismanto, 2015). Atraumatic care pada anak selain untuk

meminimalkan kecemasan dan trauma juga merupakan tindakan yang

bertujuan untuk mengurangi distress psikologis pada keluarga terutama

orang tua yang mendampingi anak (Subandi, 2012). Atraumatic care yang

diterapkan dengan benar juga dapat meminimalkan trauma berkepanjangan

yang biasanya terbawa sampai dewasa sehingga akan terjadi ketidak patuhan

terhadap pelayanan kesehatan selanjutnya (Taddio et al, 2010).

Atraumatic care mempunyai banyak metode yang dapat diterapkan

salah satu metode dalam atraumatic care adalah dengan ice application atau

biasa disebut dengan kompres es. Menurut penelitian Jose & Umarani

(2013) kompres es terbukti dapat menurunkan persepsi nyeri pada anak usia

toodler saat dilakukan imunisasi. Intensitas nyeri yang ditimbulkan dari

tindakan pengambilan darah vena pada anak yang dirawat di Rumah Sakit

terbukti mengalami penurunan setelah dilakukan tindakan kompres es

(Kiran et al, 2013). Pemberian kompres es juga terbukti dapat menurunkan

tingkat kecemasan pada anak pra-sekolah yang akan dilakukan pemasangan

infus di rumah sakit (Sulistiyani, 2009).

Hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada bulan November

2015 di Puskesmas Gatak didapatkan bahwa bidan desa yang melakukan

imunisasi disetiap daerahnya menyatakan bahwa kendala yang dialami di

lapangan selama ini adalah rasa takut dan cemas pada bayi dan ibu atau

keluarga yang mendampingi selama proses imunisasi berlangsung. 4 dari 5

ibu yang mendampingi bayi yang diimunisasi menyatakan bahwa takut dan

tidak tega bila melihat anaknya menangis saat di imunisasi. 3 dari 5 ibu juga

menyatakan bahwa tidak mau membantu memegang bagian tubuh bayi saat

imunisasi dikarenakan bayi akan menangis histeris saat diimunisasi.

Bidan desa juga menyatakan bahwa selama ini belum ada Standar

Operasional Prosedur resmi untuk pelaksanaan atraumatic care guna

mengurangi kecemasan, tangisan serta persepsi nyeri pada bayi yang

diimunisasi. Bidan desa sering melakukan teknik distraksi (guide imagery)

pada bayi dengan mengatakan bahwa ada hewan atau sesuatu yang menarik

disisi yang lain (membuat bayi menoleh membelakangi bagian yang

diimunisasi), bidan desa juga menyembunyikan jarum suntik yang akan

digunakan untuk imunisasi. Hal tersebut sering dilakukan sebelum bidan

desa melakukan imunisasi kepada bayi. Beberapa bayi yang mengalami

kecemasan atau menangis histeris biasanya akan tetap diberikan imunisasi

dan akan diberikan ASI atau susu formula setelah dilakukan imunisasi.

Sampai saat ini belum ada intervensi khusus yang dilakukan untuk

mengurangi rasa nyeri serta respon tangisan histeris yang ditimbulkan saat

imunisasi berlangsung selain teknik distraksi (guide imagery) dan pemberian

ASI atau susu formula, tidak pula dilakukan tindakan atraumatic care

seperti kompres es. Fenomena inilah yang membuat penulis tertarik untuk

meneliti tentang pengaruh kompres es terhadap nyeri akibat imunisasi

campak pada bayi usia 9 bulan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan tersebut, penulis

tertarik untuk mengetahui apakah ada pengaruh kompres es terhadap tingkat

nyeri saat imunisasi campak pada bayi usia 9 bulan.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengaruh kompres es terhadap tingkat

nyeri saat imunisasi campak pada bayi usia 9 bulan.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui gambaran tingkat nyeri pada kelompok

kontrol dan pada kelompok perlakuan yang telah diberikan

perlakuan kompres es .

2. Untuk mengetahui perbedaan tingkat nyeri pada kelompok

kontrol dan pada kelompok perlakuan yang telah diberikan

perlakuan kompres es.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Penulis

Diharapkan dengan penelitian ini penulis dapat menambah

ilmu tentang pengaruh atraumatic care khususnya dengan kompres

es terhadap nyeri saat imunisasi campak pada bayi usia 9 bulan.

Serta diharapkan dapat menambah pengalaman dalam penerapan

atraumatic care khususnya kompres es diluar institusi rumah sakit.

1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan dengan penelitian ini institusi pendidikan dapat

menambah reverensi ilmu dalam pengajaran atraumatic care dan

dapat memperdalam serta mengajarkan berbagai macam teknik-

teknik baru dalam atraumatic care kepada seluruh mahasiswa dan

mahasiswi keperawatan.

1.4.3 Bagi Perawat atau Bidan

Diharapkan dengan penelitian ini perawat atau bidan dapat

lebih menerapkan atraumatic care khususnya teknik kompres es

dalam setiap perawatan yang diberikan terutama saat imunisasi

campak.

1.4.4 Bagi Puskesmas

Diharapkan dengan penelitian ini dapat dijadikan rujukan

untuk membantu puskesmas pada umumnya dan tim pelaksana

imunisasi pada khususnya untuk menentukan kebijakan-kebijakan

dalam meningkatkan pelayanan yang berhubungan dengan

penerapan atraumatic care pada bayi.

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Imunisasi

2.1.1 Pengertian Imunisasi

Imunisasi merupakan usaha pemberian kekebalan pada bayi

dan anak dengan memasukkan vaksin kedalam tubuh agar tubuh

membuat zat anti untuk mencegah penyakit seperti penyakit TBC,

Hepatitis, campak, difteri, pertusis, tetanus dan lain-lain (Hidayat,

2008). Pemindahan atau transfer antibodi tertentu secara pasif dapat

juga dikatakan sebagai imunisasi (Ranuh, 2014).

2.1.2 Tujuan Imunisasi

Tujuan utama imunisasi menurut Kemenkes (2010) adalah

untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat penyakit yang

sangat potensial menimbulkan wabah dan kematian terutama pada

balita dan anak. Tujuan lain dari imunisasi menurut Dwienda et al

(2014) yaitu untuk mencegah terjadinya penyakit infeksi tertentu dan

untuk mengurangi resiko cacat ataupun kematian apabila di masa

mendatang anak mengalami penyakit tertentu.

7

2.1.3 Jenis Imunisasi

Imunisasi mempunyai beberapa jenis. Jenis imunisasi dapat

dilihat berdasarkan proses atau mekanisme pertahanan tubuhnya dan

dapat dilihat dari waktu pemberiannya.

1. Dilihat dari proses atau mekanisme pertahanan tubuhnya

Imunisasi apabila dilihat dari proses atau mekanisme

pertahanan tubuhnya dikelompokkan menjadi dua jenis (Hidayat,

2008) yaitu:

a. Imunisasi Aktif

Pemberian imunisasi aktif ini akan memacu reaksi

imunologi spesifik yang akan menghasilkan respon seluler dan

humoral serta dihasilkannya cell memory. Apabila imunisasi

aktif ini berhasil, ketika tubuh terjadi infeksi maka tubuh secara

cepat dapat merespon. Imunisasi aktif yang diberikan berasal

dari bakteri atau virus yang dilemahkan sehingga vaksin ini

mempunyai kemungkinan dapat menyebabkan penyakit ringan

atau biasa disebut sebagai kejadian ikutan (Ranuh, 2014).

b. Imunisasi Pasif

Imunisasi pasif merupakan imunisasi dengan pemberian

zat (immunoglobulin) yang berupa virus atau bakteri yang

virulensinya telah dihilangkan (Ranuh, 2014).

2. Dilihat dari waktu pemberiannya

Imunisasi apabila dilihat dari waktu pemberiannya juga

dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu (Oktarni, 2015):

a. Imunisasi Dasar

Imunisasi dasar merupakan imunisasi yang harus

dilakukan pada usia balita dimana imunisasi mencakup

hepatitis B, campak, polio, dan DPT yang dilakukan secara

berkala sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan.

b. Imunisasi Penguat/ Booster

Imunisasi penguat atau biasa disebut imunisasi Booster

merupakan imunisasi yang dilakukan dengan tujuan untuk

menambah tingkat kekebalan protektif vaksin sehingga tingkat

respon imun protektif tetap tinggi. Imunisasi penguat biasanya

dilakukan pada anak usia sekolah dan remaja.

2.1.4 Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi

Imunisasi tidak dapat mencegah semua penyakit yang timbul

pada balita dan anak, hanya penyakit yang dapat menyebabkan

kematian dan kecacatan secara permanen saja yang saat ini dapat

dicegah dengan imunisasi, antara lain (Soedjatmiko, 2009):

1. Hepatitis B

Penyakit Hepatitis B yang disebabkan oleh virus hepatitis

B merupakan penyakit yang menyerang sel-sel hati, penyakit ini

dapat dicegah dengan pemberian vaksin hepatitis B.

2. Polio

Penyakit polio merupakan penyakit yang menyerang

pusat syaraf otot sehingga menyebabkan kelumpuhan otot dan

kecacatan yang menetap. Polio disebabkan oleh virus polio dan

dapat dicegah dengan vaksin polio.

3. Tubercolusis (TBC)

Penyakit tubercolusis atau biasa disebut TBC merupakan

penyakit yang menyerang kelenjar getah bening, otak, paru-paru

dan tulang. TBC disebabkan oleh Mycobacterium tuberkolusa.

TBC dapat dicegah dengan imunisasi BCG.

4. Difteri

Difteri merupakan penyakit yang disebabkan oleh

Corrynaebacterium diphteriae. Bakteri ini akan menyerang

saluran nafas atas serta dapat melumpuhkan otot jantung dan

serabut syaraf. Difteri dapat dicegah dengan imunisasi DPT dan

DT.

5. Pertusis

Pertusis biasa disebut dengan batuk rejan. Pertusis

disebabkan oleh Bordetella pertusis. Bakteri ini akan menyerang

saluran nafas atas. Pertusis dapat dicegah dengan imunisasi DPT.

6. Tetanus

Tetanus adalah penyakit yang disebabkan oleh

Clostridium tetani. Penyakit tetanus dapat dicegah dengan

imunisasi DPT.

7. Campak

Campak merupakan penyakit yang disebabkan oleh

infeksi virus campak golongan Paramicovirus. Penyakit campak

dapat dicegah dengan imunisasi campak. Menurut Permenkes no

42 tahun 2013 pemberian imunisasi campak dilakukan dalam 2

kali pemberian yaitu pada saat bayi usia 9 bulan sebagai imunisasi

dasar kemudian diberikan juga pada usia 2 tahun sebagai

imunisasi lanjutan.

2.1.5 Kontra Indikasi Imunisasi

Pemberian imunisasi tidak dapat diberikan kepada setiap

bayi, balita dan anak-anak, ada beberapa kriteria yang tidak dapat

diberikan imunisasi, antara lain pada bayi, balita atau anak yang

sedang dalam kondisi imun yang menurun seperti pada anak yang

mengalami demam dan flu, anak dengan imunokompromais,

pengobatan kortikosteroid , infeksi HIV dan anak dengan penyakit

kronis lainnya juga tidak dianjurkan menerima imunisasi (Oktarni,

2015).

2.2 Nyeri

2.2.1 Pengertian Nyeri

Nyeri menurut International Association For Study of Pain

dalam Saputra (2013) dapat dikatakan sebagai sensori subjektif dan

emosional yang tidak menyenangkan yang didapat terkait dengan

kerusakan jaringan aktual maupun potensial atau menggambarkan

kondisi terjadi kerusakan.

2.2.2 Klasifikasi Nyeri

Klasifikasi nyeri dapat dibedakan menjadi dua, yaitu

berdasarkan durasi dan berdasarkan tempatnya (Asmadi, 2008).

1. Berdasarkan durasi

Nyeri apabila dilihat berdasarkan durasi dapat dibedakan

menjadi dua, yaitu:

a. Nyeri akut

Nyeri akut adalah nyeri yang dirasakan dalam waktu

yang singkat dan berakhir kurang dari enam bulan dan daerah

nyeri diketahui dengan jelas. Nyeri akut juga dapat diartikan

sebagai pengalaman sensori dan emosional yang tidak

menyenangkan yang dialami oleh anak yang diakibatkan oleh

kerusakan jaringan yang aktual dan potensial.Contoh dari nyeri

akut adalah nyeri yang diakibatkan oleh injeksi (Hockenberry

& Wilson, 2007).

b. Nyeri kronis

Nyeri kronis adalah nyeri yang dirasakan lebih dari

enam bulan atau bahkan terjadi selama bertahun-tahun.

2. Berdasarkan tempatnya

Nyeri apabila dibedakan berdasarkan tempatnya dapat

dibedakan menjadi empat yaitu:

a. Pheriperal pain

Pheriperal pain adalah nyeri yang terasa pada

permukaan tubuh misalnya pada bagian tubuh yang dilakukan

injeksi.

b. Deep pain

Deep pain adalah nyeri yang terasa pada permukaan

tubuh yang lebih dalam atau pada organ-organ visceral.

c. Refered pain

Refered pain adalah nyeri dalam yang disebabkan

karena penyakit organ/ struktur dalam tubuh yang

ditransmisikan ke bagian tubuh di daerah yang berbeda, bukan

daerah asal nyeri.

d. Central pain

Central pain adalah nyeri yang terjadi karena

perangsangan pada system saraf pusat.

2.2.3 Mekanisme Nyeri

Mekanisme nyeri menurut Andarmoyo (2013), stimulus nyeri

pertama kali akan diterima oleh nosiseptor mekanis dan stimulus nyeri

akan diubah menjadi aktivitas listrik yang akan dihantarkan oleh

serabut syaraf A delta dan serabut syaraf C melalui syaraf aferen

menuju ke Sistem Syaraf Pusat (SSP). SSP yang menerima impuls nyeri

ini adalah cornus dorsalis yang berada pada medulla spinalis. Cornus

dorsalis di anggap juga sebagai gerbang nyeri karena didalam cornus

dorsalis terdapat jaras askenden, apabila jaras askenden aktif atau

terbuka maka impuls nyeri akan diterima serta ambang nyeri akan

mengalami penurunan sehingga seseorang dapat merasakan nyeri dan

dapat menimbulkan respon nyeri.

2.2.4 Respon nyeri

Prasetyo (2010) menyatakan bahwa hanya seseorang yang

mengalami nyeri yang paling mengerti dan memahami tentang nyeri

yang dirasakan. Respon nyeri pada setiap individu dapat dipengaruhi

oleh usia, kebudayaan, makna nyeri, perhatian, ansietas, pengalaman

terdahulu, gaya koping, dukungan keluarga dan dukungan sosial

(Andarmoyo, 2013).

2.2.5 Intensitas Nyeri

Intensitas nyeri merupakan gambaran tentang seberapa parah

nyeri yang dirasakan oleh seseorang, yang dapat dideskripsikan

melalui skala-skala tertentu yang disesuaikan dengan kondisi individu

(Tamsuri, 2007). Andarmoyo (2013) menyatakan bahwa skala nyeri

pada bayi dapat diukur dengan FLACC, anak-anak dapat diukur

dengan menggunakan skala Oucher, sedangkan untuk mengukur skala

nyeri pada orang dewasa dapat menggunakan skala numerik.

1. Skala FLACC (Face, Leg, Activity, Cry, Consolability)

Skala FLACC merupakan skala nyeri yang dapat digunakan

untuk mengukur nyeri pada anak usia >2 bulan sampai 7 tahun

dengan menggunakan respon tubuh sebagai bahan penilaiannya

(Renovaldi, Novayelinda & Rahmalia, 2010). Skala FLACC

merupakan skala yang menilai respon dari wajah (nilai 0= tidak

ada perubahan ekspresi wajah, 1=meringis/menarik diri/tidak

tertarik, 2= rahang terkatup/dagu gemetar), kaki (nilai 0= tidak ada

perubahan gerakan kaki, 1=kaki cemas/gelisah/tegang,

2=menendang/menarik kaki), aktivitas (nilai 0=tidak ada

perubahan aktivitas, 1= menggeliat/ tegang, 2= melengkung/kaku/

menyentak), tangisan (nilai 0=tidak menangis,

1=mengerang/merintih, 2=menangis dengan berteriak/menangis

dengan mengeluh) dan konsolabilitas (0=normal, 1=mudah

dialihkan dengan sentuhan/pelukan/diajak bicara, 2=sulit untuk

dihibur atau dibuat nyaman). Skala ini akan menunjukkan nilai 0-

10 dengan kriteria 0 berarti tidak nyeri, 1-3 berarti nyeri ringan, 4-

6 nyeri berat dan 7-10 nyeri berat sekali (Ikatan Dokter Anak

Indonesia, 2014).

2. Skala Oucher

Skala Oucher merupakan skala khusus yang digunakan

untuk mengukur skala nyeri pada anak-anak. Skala ini terdiri dari

skala dengan nilai 0-100 pada sisi sebelah kiri untuk anak-anak

yang lebih besar dan skala fotografik enam gambar pada sisi

sebelah kanan untuk anak-anak yang lebih kecil.

Gambar 2.1 Oucher Scale

Sumber: Beyer, Villaruel & Denyes (2009).

Keterangan :

0-29 : sedikit nyeri

30- 69 : nyeri sedang

70-99 : nyeri berat

100 : nyeri yang sangat berat

3. Skala Numerik (Numerical Rating Scales)

Skala numeric (Numerical Rating Scales) merupakan skala

yang digunakan untuk mengukur nyeri pada anak usia sekolah

yang tidak mengalami gangguan komunikasi, remaja dan orang

dewasa. Skala ini menggunakan skala dari 0-10 untuk

menunjukkan tingkat nyeri yang dialami.

Sumber : Andarmoyo (2013).

2.3 Kompres Es

2.3.1 Pengertian Kompres Es

Kompres es merupakan suatu tindakan pemeliharaan suhu

tubuh yang dilakukan menggunakan es balok dengan ukuran kecil

dengan tujuan untuk mengebalkan rasa sakit dan menghentikan

perdarahan (Asmadi, 2008). Kompres es dapat juga diartikan sebagai

Gambar 2.2 NRS (Numerical Rating Scales)

10

Nyeri Sangat

Hebat

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Tidak Nyeri

tindakan menempelkan atau melilitkan kumpulan es ke atas permukaan

kulit dengan batas sebuah kain agar tidak menimbulkan rasa yang

terlalu dingin.

2.3.2 Manfaat Kompres Es

Kompres es mempunyai manfaat yang bermacam- macam,

antara lain dapat menurunkan suhu tubuh, mencegah meluasnya

peradangan, mengurangi kongesti, mengurangi perdarahan setempat

serta dapat mengurangi nyeri (Asmadi, 2008).

2.3.3 Mekanisme Kerja Kompres Es

Kompres es yang dilakukan pada sumber nyeri terutama

nyeri superfisisal seperti nyeri yang diakibatkan oleh tusukan jarum

dapat menurunkan produksi prostalglandin sehingga sensitivitas

reseptor nyeri berkurang dan menghambat proses inflamasi (Muttaqin,

2008). Kompres es dapat memacu produksi endoprin yang berguna

memblokir stimulus hantaran nyeri dan dapat memberikan perasaan

nyaman serta mengalihkan fokus perhatian dari stimulus nyeri (Hall &

Stockert, 2007). Kompres es yang dilakukan pada area kulit juga dapat

membuat kulit menurunkan respon nyeri oleh karena adanya pelepasan

endorphin, sehingga dapat memblokir transmisi serabut syaraf sensori

A-beta yang lebih besar dan lebih cepat, juga menurunkan transmisi

nyeri pada serabut C dan delta A sehingga gerbang sinaps menutup

transmisi impuls nyeri (Sulistiyani, 2009).

2.3.4 Kontraindikasi Pemberian Kompres Es

Kontraindikasi pemberian kompres es antara lain pada

penderita dengan:

1. Luka terbuka

Seseorang dengan luka terbuka tidak boleh diberikan

kompres es karena dapat mengurangi aliran darah ke luka terbuka

sehingga akan meningkatkan kerusakan jaringan.

2. Menderita raynoud disease

Raynoud disease merupakan suatu keadaan yang

menyerang pembuluh darah pada ekstremitas ketika terjadi dingin

dan stess. Pemberian kompres es pada penderita raynoud disease

dapat meningkatkan spasme arteri.

2.4 Keaslian Penelitian

Tabel 2.1 Keaslian Penelitian

Nama

Peneliti Judul Penelitian Metode Penelitian

Hasil

Penelitian

Jisy Jose &

Umarani

(2013)

Effect of ice

application in

reducing pain

perception of

toodlers during

immunization

− Desain penelitian

yang digunakan

adalah quasi

eksperimental.

− Penelitian

dilakukan di klinik

imunisasi.

− Sampel dipilih

dengan

menggunakan

teknik convenience

sampling dan

dibagi menjadi

Kompres es

terbukti dapat

meminimalisir

nyeri imunisasi

pada anak usia

toodler.

kelompok kontrol

dan kelompok

eksperimen.

− Sampel terdiri dari

60 anak berusia

15-18 bulan.

− Sampel pada

kelompok

eksperimen

diberikan kompres

es (es dibungkus

kain katun)

sebelum dilakukan

imunisasi,

kompres dilakukan

disekitar area

penusukan selama

30 diikuti dengan

istirahat selama 60

detik dan diulang

dua kali kemudian

dilakukan

imunisasi.

− Tingkat nyeri

diamati dan diukur

menggunakan

FLACC Behavior

Pain Assessment

Scale.

− Kelompok control

dilakukan

imunisasi tanpa

diberikan kompres

es.

Navjot

Kiran,

Sukhjit

Kaur dan

Marwaha

(2013)

Effect of ice pack

applicationat the site

prior to venipuncture

on intensity of pain

among children

− Sampel berjumlah

100 yang diambil

secara random dan

dibagi kedalam

kelompok kontrol

dan kelompok

perlakuan.

− Kompres es

dilakukan dengan

cara kantong es

yang dilapisi kain

flannel diletakkan

Kompres es

terbukti murah,

aman dan

mampu

mengurangi

tingkat nyeri

pada anak usia

pra sekolah

yang dilakukan

prosedur

±5cm di sekitar

area penusukan

yang dilakukan

sekitar 3 menit.

− Alat ukur

menggunakan

FLACC Behavior

Pain Assessment

Scale.

pengambilan

darah vena.

Gusgus

Ghraha

Ramdhanie

(2013)

Perbedaan dampak

penggunaan EMLA

dan kompres dingin

terhadap tingkat

nyeri anak usia

sekolah saat tindakan

pungsi venadi RSU

Dr. Slamet Garut

− Merupakan quasi

eksperimen

− Rancangan

penelitian posttest

only dengan 1

kelompok

diberikan EMLA

dan 1 kelompok

diberikan kompres

dingin.

− Pendekatan

sampling yang

dipakai adalah

non-probabilitas

dengan metode

consecutive

sampling dengan

jumlah sampel 50

anak usia sekolah.

− Alat ukur

menggunakan

wong baker pain

rating scale

− Kompres es

diberikan 3 menit

sebelum dilakukan

pungsi vena.

Pemberian

EMLA dan

kompres dingin

sama-sama

dapat

menurunkan

tingkat nyeri

pada anak usia

sekolah yang

dilakukan

tindakan pungsi

vena.

Endah

Sulistiyani

(2009)

Pengaruh pemberian

kompres es batu

terhadap tingkat

nyeri pada anak usia

pra-sekolah yang

dilakukan prosedur

pemasangan infus di

RSUP Dr.

− Penelitian

menggunakan

quasi-eksperimen

dengan rancangan

nonequivalent

control group after

only design

− 32 anak dalam

kelompok kontrol

Kompres es

terbukti dapat

menurunkan

nyeri pada

prosedur

pemasangan

infuse pada

anak pra

Ciptomangunkusumo

Jakarta

dan 32 kelompok

perlakuan

− Pengumpulan data

menggunakan 1

kuisioner dan

observasi

menggunakan

skala wong baker

pain faces

sekolah

2.5 Kerangka Teori

Sumber: Andarmoyo (2013), Hall & Stockert (2007), Saputra Lyndon (2013).

Keterangan:

: Tidak diteliti

: Diteliti

: Berpengaruh diteliti

Nyeri ringan Nyeri sedang Nyeri berat Nyeri yang

sangat berat

Imunisasi

Nyeri

Imunisasi

Faktor yang

mempengaruhi

nyeri:

1. Usia

2. jenis kelamin

3. kebudayaan,

makna nyeri

4. perhatian

5. ansietas

6. pengalaman

terdahulu

7. gaya koping

Intervensi untuk

mengurangi nyeri:

1. Farmakologis

2. Non Farmakologis

a. Relaksasi nafas

dalam

b. Distraksi

c. Guide imagery

d. Kompres

hangat

e. Kompres es

2.6 Kerangka Konsep

2.7 Hipotesis Penelitian

Ha : Ada pengaruh pemberian kompres es terhadap tingkat nyeri saat

imunisasi campak pada anak usia 9 bulan.

Ho : Tidak ada pengaruh pemberian kompres es terhadap tingkat nyeri

saat imunisasi campak pada anak usia 9 bulan.

Nyeri imunisasi

sebelum diberikan

kompres es

Pemberian

kompres es

Nyeri imunisasi

setelah

diberikan

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan

menggunakan desain quasi exsperiment post-test only with non-equivalent

control group design. Quasi exsperiment post-test only with non-equivalent

control group design merupakan metode penelitian dimana peneliti tidak

dapat sepenuhnya mengontrol semua variabel luar yang mempengaruhi

jalannya eksperimen, sampel yang digunakan pada metode ini tidak boleh

diambil secara acak, desain ini menggunakan kelompok kontrol dan hanya

akan dilakukan pengukuran hasil setelah dilakukan perlakuan (Sugiyono,

2015).

Kelompok Perlakuan Post-test

A X OX-A

B Y OY-B

Tabel 3.1 Rancangan Penelitian

Keterangan:

X : diberikan perlakuan kompres es

Y : tidak diberikan perlakuan kompres es

OX-A : tingkat nyeri setelah diberikan perlakuan kompres es

pada kelompok perlakuan

OY-B : tingkat nyeri pada kelompok kontrol yang tidak

diberikan perlakuan kompres es

24

3.2 Populasi dan Sampel

3.2.1 Populasi

Populasi adalah obyek atau subyek yang mempunyai kualitas

dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari

kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2014). Populasi dalam

penelitian ini adalah bayi usia 9 bulan yang menjalani vaksin campak

yang berjumlah 30 bayi yang telah di data pada bulan November.

3.2.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang karakteristiknya akan

diteliti (Siswanto, 2012). Sampel yang digunakan dalam penelitian ini

diambil dengan teknik Nonprobability sampling with total sampling.

Total sampling adalah teknik pengambilan sampel dimana semua

anggota populasi digunakan sebagai sampel (Sujarweni dan

endrayanto, 2012). Penelitian ini menggunakan 30 sampel.

3.3 Tempat dan Waktu Penelitian

3.3.1 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 26 Desember 2015

yang dibagi menjadi 2 tahap pertemuan yaitu pada pukul 09.00 WIB

(untuk kelompok perlakuan) dan pukul 15.00 WIB (untuk kelompok

kontrol) di Desa Sanggung, Kecamatan Gatak, Kabupaten Sukoharjo.

3.3.2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian dibagi menjadi 3 tahap yang meliputi

penyusunan proposal, pengumpulan data dan pelaporan hasil penelitian

dari bulan Juni sampai Februari tahun 2015.

3.4 Variabel, Definisi Operasional dan Skala Pengukuran

Variabel Definisi

Operasional Alat Ukur

Indikator

Penilaian

Skala

Data

Variabel

Independen:

Kompres es

Tindakan

menempelkan

es (1 balok

kecil sesuai

cetakan) yang

dilapisi kain

pada

permukaan

kulit selama 3-

5 menit

sebelum

imunisasi

Lembar

observasi

1 = tidak diberi

kompres es

2 = diberi

kompres es

Nominal

Variabel

Dependen:

Nyeri

Persepsi rasa

yang

menyakitkan

dan tidak

diinginkan saat

dan setelah

imunisasi

Skala

FLACC

(Face, Leg,

Activity, Cry,

Consolability)

Dimulai dari

angka 0 (tidak

ada nyeri)

sampai angka

10 (nyeri

sangat berat)

Rasio

Tabel 3.2 Variabel, definisi dan skala penelitia

34

3.5 Alat Penelitian dan Prosedur Pengumpulan Data

3.5.1 Alat Penelitian

1. Nyeri

Alat penelitian yang digunakan untuk mengukur nyeri yaitu

skala FLACC (Face, Leg, Activity, Cry, Consolability) . Skala ini

digunakan untuk mengetahui tingkat nyeri yang terjadi setelah

dilakukan perlakuan.

2. Kompres Es

Kompres es akan dilakukan segera sebelum dilakukan

imunisasi. Es batu yang berbentuk balok kecil akan di masukkan ke

dalam plastik tipis dan dilapisi dengan kain katun lalu dikompreskan

pada area yang akan di imunisasi selama 3-5 menit. bayi yang

diberikan kompres es dan yang tidak diberikan akan dicatat dalam

lembar observasi.

3.5.2 Uji Validitas dan Reabilitas

Uji validitas adalah uji yang dilakukan pada instrument

penelitian untuk mengetahui kesamaan antara alat ukur dan objek yang

diukur (Sugiyono, 2015). Uji Reabilitas adalah uji yang dilakukan untuk

membuktikan bahwa alat ukur tersebut dapat menunjukkan hasil yang

sama apabila digunakan pada obyek yang sama dalam waktu yang berbeda

(Sugiyono, 2015).

35

Uji validitas pada FLACC dilakukan dengan metode conten

validity. Conten validity merupakan metode yang dilakukan dengan cara

menanyakan kepada orang yang dianggap ahli dan mengetahui tentang

FLACC, yaitu dilakukan kepada dosen pembimbing utama dan dosen

pembimbing pendamping yang menyatakan bahwa FLACC cukup valid

dan reliable untuk digunakan sebagai alat ukur nyeri pada bayi usia 9

bulan.

3.5.3 Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data dilakukan melalui beberapa tahap,

yaitu:

1. Peneliti datang ke tempat penelitian kemudian memperkenalkan diri.

2. Peneliti memberikan informasi tentang penelitian dan meminta

kesediaan responden untuk terlibat dalam penelitian.

3. Peneliti membagi bayi yang datang pada pukul 09.00 WIB menjadi

kelompok perlakuan dan bayi yang datang pada pukul 15.00 WIB

menjadi kelompok kontrol.

4. Peneliti memberikan perlakuan pada kelompok perlakuan dengan cara

memberikan kompres es pada bayi dan meminta keluarga bayi untuk

memegang kompres es secara mandiri. Prosedur pengompresan

dilakukan pada area deltoid tangan yang akan dilakukan imunisasi.

Setelah 3-5 menit peneliti meminta keluarga yang memegang kompres

36

untuk menghentikan proses mengompres. Kelompok kontrol tidak

diberikan perlakuan kompres es dan hanya dilakukan imunisasi seperti

biasa dimana bidan akan memberikan teknik distraksi.

5. Dilakukan imunisasi pada bayi.

6. Peneliti mengukur nyeri dengan melakukan observasi selama ±3 menit

dimulai saat imunisasi berlangsung.

3.6 Teknik Pengolahan Data dan Analisa Data

3.6.1 Teknik Pengolahan Data

1. Editing

Editing merupakan kegiatan memeriksa data yang didapat

dari hasil jawaban kuisioner maupun instrument (Siswanto, 2012).

Editing dalam penelitian ini dilakukan oleh peneliti dengan memeriksa

hasil dari alat yang digunakan untuk mengukur nyeri.

2. Coding

Coding merupakan kegiatan menyederhanakan data huruf

menjadi data dalam bentuk angka sehingga dapat diolah menggunakan

software pengolah data statistik (Siswanto, 2012). Kelompok kontrol

diberi kode 1 dan kelompok perlakuan diberi kode 2. Variabel yang

disederhanakan dalam penelitian ini adalah tingkat nyeri.

37

3. Tabulating

Tabulating merupakan proses menyusun dan menghitung

data hasil pengkodean, kemudian dibuat tabel agar mudah terbaca

(Siswanto, 2012). Proses tabulating data meliputi:

a. Mempersiapkan tabel dengan kolom dan baris yang telah disusun

dengan cermat sesuai kebutuhan.

b. Menghitung banyaknya frekuensi untuk setiap kategori hasil

pengukuran

c. Menyusun distribusi dan tabel frekuensi dengan tujuan agar data

dapat tersusun dengan rapi, mudah dibaca dan dianalisis.

4. Proccesing

Processing merupakan pengolahan data yang dilakukan

dengan program atau software komputer (Siswanto, 2012). Processing

dalam penelitian ini menggunakan aplikasi software pengolah data.

5. Cleaning

Cleaning merupakan proses terakhir melihat dan mengoreksi

data untuk meminimalkan kesalahan, cleaning juga sering disebut

pembersihan data (Siswanto, 2012).

38

3.6.2 Analisa Data

1. Analisa Univariat

Analisa univariat adalah analisis yang dilakukan untuk

mendeskripsikan variabel penelitian dengan membuat tabel distribusi

frekuensi atau untuk mendeskripsikan data ditampilkan dalam proporsi

atau persentase dan tabel (Hidayat, 2008). Tujuan dari analisis

univariat adalah untuk menjelaskan karakteristik masing-masing

variabel yang diteliti (Dahlan, 2008). Analisa univariat dalam

penelitian ini adalah nyeri yang akan dimasukkan kedalam bentuk

tabulasi minimum, maximum, mean, median dan standar deviasi

untuk menarik sebuah kesimpulan.

2. Analisa Bivariat

Analisa bivariat dilakukan pada dua variabel untuk mengetahui

interaksi antar variabel tersebut, baik bersifat komparatif, asosiatif

ataupun korelatif. Terdapat uji parametrik dan non parametrik pada

analisa bivariat (Dahlan, 2008). Uji normalitas data pada penelitian ini

menggunakan Saphiro Wilk karena sampel berjumlah kurang dari 50.

Hasil data yang telah diperoleh telah diuji normalitas menggunakan

39

teknik Saphiro Wilk dengan hasil kelompok kontrol p> 0,05 (0,215>

0,05) dan kelompok perlakuan p> 0,05 (0,070> 0,05 dapat

disimpulkan bahwa data berdistribusi normal, maka akan dilakukan uji

independent t test.

Interpretasi uji independent t test apabila nilai p < 0,05 maka

Ho ditolak, Ha diterima artinya ada pengaruh pemberian kompres es

terhadap tingkat nyeri saat imunisasi campak pada bayi usia 9 bulan

dan apabila nilai p >0,05 maka Ho diterima, Ha ditolak artinya tidak

ada pengaruh pemberian kompres es terhadap tingkat nyeri saat

imunisasi campak pada bayi usia 9 bulan.

3.7 Etika Penelitian

3.7.1 Anonimity

Anonimity digunakan untuk menjaga kerahasiaan dalam penelitian

ini. Peneliti tidak akan mencantumkan nama pada lembar pengumpulan

data. Penulis akan mecantumkan inisial dan member nomor pada lembar

observasi.

3.7.2 Confidentiality

Semua informasi data yang didapat dari sampel penelitian dijamin

kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan

disajikan dalam hasil penelitian.

40

3.7.3 Informed Consent

Informed consent ditujukan pada seluruh orang tua, didalam

inform consent dijelaskan bahwa anak akan menjadi responden penelitian,

pada lembar Informed Consent juga akan dijelaskan mengenai tujuan,

manfaat dan harapan peneliti terhadap responden.

3.7.4 Justice

Setiap responden harus diperlakukan adil dan peneliti memastikan

distribusi keuntungan dan kerugiannya terdistribusi rata. Peneliti tidak

boleh membeda-bedakan jenis kelamin ataupun dari bentuk fisik pada

responden.

41

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Analisa Univariat

4.1.1 Karakteristik Responden

Hasil penelitian dari 30 responden yang terdiri dari 15 responden

pada kelompok kontrol dan 15 responden pada kelompok perlakuan

didapatkan hasil sebagai berikut:

1. Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Kelompok Kontrol Dan

Kelompok Perlakuan di Desa Sanggung Sukoharjo

Jenis Kelamin Kelompok Kontrol Kelompok Perlakuan

frekuensi % frekuensi %

Laki-laki 9 60 5 33,3

Perempuan 6 40 10 66,7

Jumlah 15 100 15 100

Berdasarkan tabel 4.1 dapat digambarkan bahwa distribusi

frekuensi jenis kelamin pada kelompok kontrol yang berjumlah 15

responden lebih banyak laki-laki yaitu 9 responden (60%) sedangkan

pada kelompok perlakuan yang berjumlah 15 responden distribusi

frekuensi jenis kelamin lebih banyak perempuan yaitu 10 responden

(66,7%).

41

4.1.2 Rerata Tingkat Nyeri pada Kelompok Kontrol dan Kelompok Perlakuan

Tabel 4.2 Rerata Tingkat Nyeri pada Kelompok Kontrol dan

Kelompok Perlakuan di Desa Sanggung Sukoharjo (N=30)

Mean Median

nilai SD

Min Max

Kel. Kontrol 4,60 4,00 1 9 1,993

Kel. Perlakuan 2,33 2,00 1 4 0,976

Berdasarkan Tabel 4.3 dapat digambarkan bahwa nilai mean,

median, maximum dan standar deviasi dari tingkat nyeri lebih besar

pada kelompok kontrol yaitu nilai mean 4,60, nilai median 4,00, nilai

maximum 9 dan standar deviasi 1,993. Nilai minimum dari kelompok

kontrol dan kelompok perlakuan sama yaitu 1.

4.2 Analisa Bivariat

4.2.1 Analisa Perbedaan Tingkat Nyeri Setelah Dilakukan Perlakuan pada

Kelompok Kontrol Dan Kelompok Perlakuan

Tabel 4.3 Analisa Perbedaan Tingkat Nyeri Setelah Dilakukan Perlakuan

pada Kelompok Kontrol dan Kelompok Perlakuan (N=30)

Nyeri P Value

Mean Std. deviasi

Kelompok Kontrol 4,60 1,993 0,000

Kelompok Perlakuan 2,33 0,976

Berdasarkan tabel 4.4 dapat digambarkan bahwa P value < 0,05

(0,000<0,05) maka dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha

diterima sehingga ada pengaruh kompres es terhadap tingkat nyeri saat

imunisasi campak pada bayi usia 9 bulan di Desa Sanggung Sukoharjo.

43

BAB V

PEMBAHASAN

5.1 Karakteristik Responden

Responden pada penelitian ini adalah bayi berusia 9 bulan yang

mendapat imunisasi campak. Hal ini sesuai dengan Permenkes no. 42 tahun

2013 yang menyebutkan bahwa pemberian imunisasi campak pertama kali

dilakukan pada bayi usia 9 bulan sebagai imunisasi dasar.

Hasil penelitian menyatakan bahwa kelompok kontrol yang berjumlah

15 responden lebih banyak laki-laki yaitu 9 responden (60%) sedangkan pada

kelompok perlakuan yang berjumlah 15 responden lebih banyak perempuan

yaitu 10 responden (66,7%). Distribusi frekuensi jenis kelamin pada

kelompok kontrol dan kelompok perlakuan tidak sama, karena menurut

peneliti jenis kelamin tidak mempengaruhi respon nyeri terutama pada bayi

usia 9 bulan. Hal ini sesuai dengan Andarmoyo (2013) bahwa jenis kelamin

bukan merupakan faktor yang mempengaruhi respon nyeri pada seseorang.

5.2 Rerata Tingkat Nyeri pada Kelompok Kontrol dan Kelompok Perlakuan

Hasil penelitian diketahui bahwa nilai mean, median, nilai maximum

dan standar deviasi dari tingkat nyeri lebih besar pada kelompok kontrol yaitu

nilai mean 4,60, nilai median 4,00, nilai maximum 9 dan standar deviasi

1,993. Nilai minimum dari kelompok kontrol dan kelompok perlakuan sama

yaitu 1. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa tingkat nyeri dalam

43

44

kelompok kontrol yang tidak diberikan kompres es lebih tinggi dibandingkan

dengan kelompok perlakuan yang diberikan kompes es. Hasil penelitian ini

juga menunjukkan bahwa setiap bayi yang diberi imunisasi campak melalui

injeksi akan mengalami nyeri, walaupun tingkatannya berbeda-beda.

Menurut Hockenberry & Wilson (2007) injeksi dapat diartikan sebagai

pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan yang dialami

oleh anak yang diakibatkan oleh kerusakan jaringan.

Kerusakan jaringan kulit menurut Andarmoyo (2013) merupakan

stimulus nyeri yang dapat diterima oleh nosiseptor mekanis kemudian

stimulus nyeri akan diubah menjadi aktivitas listrik yang akan dihantarkan

oleh serabut syaraf A delta dan serabut syaraf C melalui syaraf aferen menuju

ke sistem syaraf pusat (SSP). SSP yang menerima impuls nyeri ini adalah

cornus dorsalis yang berada pada medulla spinalis, Cornus dorsalis di anggap

juga sebagai gerbang nyeri karena didalam cornus dorsalis terdapat jaras

askenden, apabila jaras askenden aktif atau terbuka maka impuls nyeri akan

diterima serta ambang nyeri akan mengalami penurunan sehingga seseorang

dapat merasakan nyeri dan dapat menimbulkan respon nyeri.

Hasil penelitian ini sesuai dengan Asmadi (2007) yang menyatakan

bahwa salah satu manfaat dari kompres es adalah mengurangi nyeri. Kompres

es bila diberikan pada sumber nyeri seperti tusukan jarum dapat menurunkan

produksi prostalglandin sehingga sensitivitas reseptor nyeri berkurang

(Muttaqin, 2008). Menurut Hall & Stocker (2007) kompres es dapat memacu

45

produksi endoprin yang berguna memblokir stimulus hantaran nyeri sehingga

dapat mengalihkan perhatian dari stimulus nyeri.

5.3 Analisa Perbedaan Tingkat Nyeri Setelah Dilakukan Perlakuan Pada

Kelompok Kontrol Dan Kelompok Perlakuan

Hasil analisis pada penelitian yang di uji menggunakan independent t

test menunjukkan nilai P value < 0,05 (0,000<0,05) yang berarti Ho ditolak

dan Ha diterima sehingga ada pengaruh kompres es terhadap tingkat nyeri

saat imunisasi campak pada bayi usia 9 bulan di Desa Sanggung Sukoharjo.

Penelitian ini sejalan dengan teori penelitian lain yang menyatakan bahwa

kompres es terbukti dapat meminimalkan nyeri imunisasi pada anak usia

toodler (Jose & Umarini, 2013). Kompres es mempunyai efek pengurang

respon nyeri yang sama seperti penggunaan EMLA (Eutentic Micture of

Local Anesthetics) pada anak usia sekolah yang dilakukan prosedur pungsi

vena (Ramdhanie, 2013).

Kompres es dapat membuat kulit menurunkan respon nyeri oleh

karena adanya pelepasan endorphin, sehingga dapat memblokir transmisi

serabut syaraf sensori A-beta yang lebih besar dan lebih cepat, juga

menurunkan transmisi nyeri pada serabut C dan delta A sehingga gerbang

sinaps menutup transmisi impuls nyeri (Sulistiyani, 2009). Penelitian

Sulistiyani (2009) membuktikan bahwa kompres es merupakan metode

efektif dan efisien bila digunakan sebagai stimulasi kulit, terutama pada anak

usia pra sekolah yang dilakukan pemasangan infus.

46

Stimulus nyeri yang terjadi karena imunisasi campak akan diterima

dan dilanjutkan oleh jaras-jaras nyeri, namun apabila dilakukan kompres es

maka kemampuan jaras-jaras nyeri untuk menerima dan melanjutkan

stimulus nyeri akan berkurang (Ball & Blinder, 2003 dalam Sulistiyani,

2009). Menurut penelitian Kiran, Kaur & Marwaha (2013) kompres es

merupakan metode murah, aman dan mampu mengurangi rasa nyeri saat

dilakukan pengambilan darah vena pada anak usia pra sekolah.

Kelompok kontrol yang tidak diberikan kompres es tetap

mendapatkan imunisasi hanya dengan prosedur seperti biasa yaitu bidan akan

memberikan teknik distraksi dan berusaha menyembunyikan jarum suntik

dari bayi yang akan di imunisasi. Pelaksanaan imunisasi kelompok kontrol

dan kelompok perlakuan dalam penelitian ini dibuat se-alami mungkin

sehingga suasana lingkungan diharapkan tidak akan mempengaruhi hasil dari

penelitian.

47

BAB VI

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Setelah dilakukan penelitian, pengolahan data dan analisa data dapat

disimpulkan:

1. Nilai mean, median dan standar deviasi dari tingkat nyeri lebih besar pada

kelompok kontrol yaitu nilai mean 4,60, nilai median 4,00 dan standar

deviasi 1,993. Nilai tingkat nyeri maksimum pada kelompok kontrol yang

ditemukan adalah 9 dan pada kelompok perlakuan 4. Nilai minimum pada

kelompok kontrol dan kelompok perlakuan 1.

2. Nilai P = 0,000 sehingga Ho ditolak dan Ha diterima yang artinya ada

pengaruh kompres es terhadap tingkat nyeri saat imunisasi campak pada

bayi usia 9 bulan di Desa Sanggung Sukoharjo.

6.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka peneliti dapat memberikan

beberapa saran, antara lain:

1. Bagi Perawat, Bidan atau Pelaksana Imunisasi

Diharapkan perawat, bidan atau pelaksana imunisasi dapat selalu

meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan khususnya pelayanan

imunisasi. Pelaksana imunisasi diharapkan dapat mengaplikasikan

metode kompres es untuk menurunkan tingkat nyeri saat imunisasi.

47

48

2. Bagi Masyarakat

Diharapkan dengan penelitian ini, masyarakat khususnya

masyarakat di Desa Sanggung Sukoharjo dapat menerapkan teknik

kompres es dalam imunisasi selanjutnya secara mandiri, sehingga ibu

atau yang mendampingi bayi saat imunisasi tidak akan merasa cemas

akan rasa sakit yang akan ditimbulkan dari imunisasi khususnya

imunisasi campak.

3. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan penelitian ini dapat berguna sebagai bahan bacaan dan

reverensi belajar khususnya tentang cara menurunkan tingkat nyeri

dengan menggunakan kompres es sehingga dapat membantu

meningkatkan mutu dalam pembelajaran untuk menghasilkan perawat

yang lebih profesional, inovatif, terampil dan bermutu.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan peneliti selanjutnya dapat mengembangkan penelitian

ini, seperti melakukan pengamatan jangka panjang berkaitan dengan

adakah efek samping yang ditimbulkan dari kompres es khususnya pada

imunisasi campak pada bayi usia 9 bulan.

49

DAFTAR PUSTAKA

Andarmoyo Sulistyo. 2013. Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri. Ar-Ruzz

Media. Jogjakarta. Hal 36.

Asmadi. 2008. Teknik Prosedural Keperawatan Konsep dan Aplikasi Kebutuhan

Dasar Klien. Salemba Medika. Jakarta. Hal 77.

Beyer Judith E, Villaruel Antonia M, Denyes Mary J. 2009. The Oucher: User’s

Manual and Technical Report. http://www.oucher.org/the_scales.html.

Diakses pada 15 Juni 2015.

Dahlan, Sopiyudin M. 2008. Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan

Deskriptif, Bivariat dan Multivariat Dilengkapi Aplikasi dengan

Menggunakan SPSS, Edisi 4. Salemba Medika. Jakarta.

Dinkes Kabupaten Sukoharjo. 2014. Profil Kesehatan Kabupaten Sukoharjo

Tahun 2014. Sukoharjo.

Dinkes Provinsi Jawa Tengah. 2013. Buku Saku Kesehatan Provinsi Jawa

Tengah. http://www.dinkesjatengprov.go.id/v2010/dokumen/2014/SDK/

Mibangkes/BUKU_SAKU_TH2013.pdf. Diakses pada 15 Juni 2015.

Ditjen PPPL Kemenkes RI. 2014. Ringkasan Eksekutif Data dan Informasi

Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan. www.depkes.go.id /download.php?

file=download/...%20Des%2014.pdf, diakses pada 15 Juni 2015.

Dwienda Octa, Maita Liva, Saputri E. Maya, Yulviana Rina. 2014. Buku Ajar

Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi/Balita dan Anak Prasekolah untuk

Para Bidan. Deepublish. Yogyakaarta. Hal 91-92.

Hall Amy, Stockert A. Patricia. 2007. Basic Nursing: Essentials for Practice.

Mosby Elsevier. Canada. Hal: 841-843.

Hidayat A. Aziz Alimul. 2008. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak Untuk

Pendidikan Kebidanan. Salemba Medika. Jakarta. Hal 54-55.

Hockenberry, MJ. Wilson D. 2007. Wongs Nursing Care of Infant and Children

Edisi 8. Mosby Elsevier. St Louis.

Ikatan Dokter Anak Indonesia . 2014. Penilaian Nyeri Dan Sedasi Pada Bayi dan

Anak. http://picunicu.org/wpcontent/uploads/2014/09/2_penilaian_nyeri_

dan_sedasi_pada_bayi_dan_anak-hari_kushartono.pdf. Diakses Pada 1

Desember 2015.

50

Ismanto, Y. A, Marniaty, R., Onibala F. 2015. Pengaruh Penerapan Atraumatic

Care Terhadap ResponKecemasan Anak Yang Mengalami Hospitalisasi

Di Rsu Pancaran Kasih Gmim Manado Dan Rsup Prof. Dr. R. D. Kandou

Manado. E-Journal Keperawatan 3(2): 1-9.

Jose Jisy, Umarani. 2013. Effect Of Ice Application in Reducing Pain Perception

Of Toodlers During Immunization. International Journal of Recent

Scientific Research 4(5): 630-633.

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 482/Menkes/SK/ IV/2010.

2010. Gerakan Akselerasi Imunisasi Nasional. Kementrian Kesehatan

Republik Indonesia. Jakarta.

Kiran Navjot, Kaur Sukhjit, Marwaha. 2013. Effect of Ice Application at the Site

Prior to Venipuncture on Intensity of Pain Among Children. Nursing and

Midwifery Research Journal 9(4): 160-167.

Muttaqin Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan

Sistem Persarafan. Salemba Medika. Jakarta. Hal: 525.

Oktarni, S. Rika. 2015. Panduan Lengkap Posyandu untuk Bidan dan Kader

Posyandu. Jakarta. Hal: 91.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 42 Tahun 2013.

Penyelenggaraan Imunisasi. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Jakarta.

Prasetyo, S. N. 2010. Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri. Graha Ilmu.

Yogyakarta. Hal 50.

Ramdhanie, G. G. 2013. Perbedaan dampak penggunaan EMLA dan kompres

dingin terhadap tingkat nyeri anak usia sekolah saat tindakan pungsi

venadi RSU Dr. Slamet Garut. Program Magister Ilmu Keperawatan

Peminatan Keperawatan Anak Fakultas Ilmi Keperawatan Universitas

Indonesia. Jakarta.

Ranuh G, Hadinegoro S. R. S., Suyitno H., Kartasasmita C. B., Ismoedijanto,

Soedjatmiko. 2014. Pedoman Imunisasi di Indonesia Edisi Kelima Tahun

2014. Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta. Hal: 131-

132.

Razek A. A, El-Dein N.A.Z. 2009. Effect of Breast-Feeding on Pain Relief During

Infant Immunization Injections. International Journal of Nursing Practice

15: 99-104.

51

Renovaldi D., Novayelinda R., Rahmalia S. 2010. Perbandingan Validitas Alat

Ukur Nyeri Antara Self- Report Pain Scale dan Observational Paint Scale

Pada Nyeri Akut Anak 3 sampai 7 Tahun. JOMP SIK 1(2): 1-10.

Saputra Lyndon. 2013. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Bina Rupa Aksara

Publisher. Tangerang. Hal: 210.

Schechter, L. N, Zempsky, T. W, Cohen, L. L, McGrath, J. P, McMurtry, M. C,

Bright, S. N. 2007. Pain reduction during pediatric immunization:

Evedence Based review and recommendation. Pediatrics 119(5): e1184-

e1198.

Siswanto Viktorianus Aries. 2012. Strategi dan Langkah-langkah Penelitian.

Graha Ilmu. Yogyakarta.

Soedjatmiko. 2009. Cara Praktis Membentuk Anak Sehat, Tumbuh Kembang

Optimal, Kreatif dan Cerdas Multipel. Kompas Media Nusantara. Jakarta.

Hal: 102-104.

Subandi, A. 2012. Pengaruh Pemasangan Spalk Bermotif Terhadap Tingkat

Kooperatif Anak Usia Pra Sekolah Selama Prosedur Injeksi Intra Vena Di

Rumah Sakit Wilayah Cilacap. Tesis. Program Magister Ilmu

Keperawatan Anak Universitas Indonesia. Jakarta.

Sugiyono. 2014. Memahami Penelitian Kualitatif. Alfabeta. Bandung.

Sugiyono. 2015. Metode penelitian pendidikan pendekatan kuantitatif, kualitatif

dan R&D. Alfabeta. Bandung.

Sujarweni V. Wiratma, endrayanto Poly. 2012. Statistika untuk Penelitian. Graha

Ilmu. Yogyakarta.

Sulistiyani Endah. 2009. Pengaruh Pemberian Kompres Es Batu Terhadap

Tingkat Nyeri Pada Anak Usia Pra Sekolah Yang Dilakukan Prosedur

Pemasangan Infus Di Rumah Sakit Umum Pusat dr. Cipto Mangunkusumo

Jakarta. Tesis. Program Magister Ilmu Keperawatan Anak Universitas

Indonesia. Jakarta.

Taddio Anna, Appleton Mary, Chambers, C, Dubay Vinita, Hallperin Scoot.

2010. Reducing Pain Of Childhood Vaccination: An Evidence-based

Clinical Practice Guideline. Canadian Medical Association or its

Licensors 182(18): e843-e855.

Tamsuri A. 2007. Konsep dan Penatalaksanaan Nyeri. Buku Kedokteran : EGC.

Jakarta

52

UNICEF. 2013. Progress Towards Global Immunization Goals-2012 Summery

Presentation of Key Indicators. New York. United Nations.

WHO. 2013. Global Immunization. http://www.who.int/immunization/moni

toring_surveillance/SlidesGlobalImmunization.pdf, diakses pada 15 Juni

2015.