95
PENINGKATAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL MENGGUNAKAN LAYANAN KONSELING KELOMPOK TEKNIK ASSERTIVE TRAINING PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 3 TERBANGGI BESAR (Skripsi) Oleh WIKA CHRISTIAN PASARIBU FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING UNIVERSITAS LAMPUNG 2019

PENINGKATAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/58259/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Program Studi Bimbingan dan Konseling Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas

  • Upload
    others

  • View
    7

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENINGKATAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/58259/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Program Studi Bimbingan dan Konseling Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas

PENINGKATAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL MENGGUNAKAN

LAYANAN KONSELING KELOMPOK TEKNIK ASSERTIVE TRAINING

PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 3 TERBANGGI BESAR

(Skripsi)

Oleh

WIKA CHRISTIAN PASARIBU

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

BIMBINGAN DAN KONSELING

UNIVERSITAS LAMPUNG

2019

Page 2: PENINGKATAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/58259/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Program Studi Bimbingan dan Konseling Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas

ABSTRACT

THE IMPROVEMENT INTERPERSONAL COMMMUNICATION BY

USING THE ASSERTIVE TRAINING TECHNIQUE IN A GROUP

COUNSELING FOR STUDENT GRADE VIII SMPN 3 TERBANGGI

BESAR

BY

WIKA CHRISTIAN PASARIBU

The problem in this study was about students low interpersonal communication.

the aim was to find out the improvement of students interpersonal communicatin

by using the assertive training technique in a counseling group for students grade

VIII SMP Negeri 3 Terbanggi Besar. the method was used to research with a pre-

experimental design. the subject were 6 students who had low interpersonal

communication. Data collection technique was purposive sampling by using the

scale of interpersonal communication. Data analysis was using Wilcoxon test. The

result showed an enhancement about the students interpersonal communication

after taking the assertive training in counseling group, those were indicated by

the final result of the Wilcoxon test obtained the value of Z calculated < Z tabel=

-1,755 > Z tabel 1,645 so Ho is treated and Ha is accepted. The conclusion of was

the interpersonal communication can be improved using the assertive training

technique in the counseling group for students grade VIII SMP Negeri 3

Terbanggi Besar.

Kata kunci : assertive training, group counseling, interpersonal communication.

Page 3: PENINGKATAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/58259/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Program Studi Bimbingan dan Konseling Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas

ABSTRAK

PENINGKATAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL MENGGUNAKAN

LAYANAN KONSELING KELOMPOK TEKNIK ASSERTIVE TRAINING

PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 3 TERBANGGI BESAR

Oleh

WIKA CHRISTIAN PASARIBU

Permasalahan dalam penelitian ini adalah komunikasi interpersonal siswa rendah.

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui peningkatan komunikasi interpersonal

siswa dengan menggunakan layanan konseling kelompok teknik assertive training

pada siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Terbanggi Besar. Metode yang digunakan

adalah penelitian dengan desain pre-eksperimental design. Subjek penelitian

berjumlah 6 siswa yang memiliki komunikasi interpersonal rendah. Teknik

pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik purposive sampling

menggunakan skala komunikasi interpersonal. Data analisis menggunakan uji

wilcoxon. Hasil penelitian menunjukan terjadi peningkatan komunikasi

interpersonal siswa setelah mengikuti layanan konseling kelompok teknik

assertive training hal ini di tunjukkan dari hasil akhir data menggunakan uji

wilcoxon diperoleh nilai Z Hitung < Z tabel= -1,755 > Z tabel 1,645 maka Ho

ditolak dan Ha diterima. Kesimpulannya adalah komunikasi interpersonal dapat

ditingkatkan menggunakan layanan konseling kelompok teknik assertive training

pada siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Terbanggi Besar.

Kata kunci : komunikasi interpersonal, konseling kelompok, teknik assertive

training.

Page 4: PENINGKATAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/58259/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Program Studi Bimbingan dan Konseling Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas

PENINGKATAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL MENGGUNAKAN

LAYANAN KONSELING KELOMPOK TEKNIK ASSERTIVE TRAINING

PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 3 TERBANGGI BESAR

Oleh

WIKA CHRISTIAN PASARIBU

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk Mencapai Gelar

SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Bimbingan dan Konseling

Jurusan Ilmu Pendidikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2019

Page 5: PENINGKATAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/58259/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Program Studi Bimbingan dan Konseling Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas
Page 6: PENINGKATAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/58259/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Program Studi Bimbingan dan Konseling Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas
Page 7: PENINGKATAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/58259/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Program Studi Bimbingan dan Konseling Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas
Page 8: PENINGKATAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/58259/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Program Studi Bimbingan dan Konseling Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas

RIWAYAT HIDUP

Wika Christian Pasaribu lahir di Bandar Jaya Barat, Kecamatan

Terbanggi Besar, Kabupaten Lampung Tengah, Provinsi

Lampung pada tanggal 30 Desember 1994, sebagai anak

pertama dari tiga bersaudara, dari pasangan Bapak E. Pasaribu

dan Ibu M. Sitinjak.

Penulis menempuh pendidikan formal yang diawali dari : Taman Kanak-

Kanak(TK) Kristen Pamerdisiwi Terbanggi Besar tahun 2000, Pendidikan

Sekolah Dasar (SD) Kristen 3 Terbanggi Besar tahun 2006, Sekolah Menengah

Pertama (SMP) Negeri 3 Terbanggi Besar tahun 2009, kemudian melanjutkan ke

Sekolah Menengah Atas (SMA) Kristen 3 Terbanggi Besar tahun 2012.

Tahun 2012, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi Bimbingan dan

Konseling, Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

melalui jalur Ujian Mandiri (UM). Selanjutnya, pada tahun 2015 penulis

melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) dan Praktik Layanan Bimbingan dan

Konseling di Sekolah (PLBK-S) di SMP Negeri 2 Lemong, kedua kegiatan

tersebut dilaksanakan Di Pekon Lemong, Kecamatan Lemong, Kabupaten Pesisir

Barat, Lampung.

Page 9: PENINGKATAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/58259/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Program Studi Bimbingan dan Konseling Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas

MOTTO

"Sesuatu yang belum dikerjakan, seringkali tampak mustahil, kita baru yakin jika kita telah berhasil melakukannya dengan baik."

(Evelyn Underhill)

Page 10: PENINGKATAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/58259/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Program Studi Bimbingan dan Konseling Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas

PERSEMBAHAN

Dengan penuh rasa syukur pada Tuhan YME atas terselesaikannya penulisan

skripsi ini yang kupersembahkan karya kecilku ini teruntuk yang paling

berharga dari apa yang ada di dunia ini,

Bapak ku E. Pasaribu dan Ibu ku M. Sitinjak,

tak lebih, hanya sebuah karya sederhana ini yang bisa kupersembahkan.

Khusus bagi Ayah dan Ibuku, aku ingin engkau merasa bangga

telah melahirkanku kedunia ini.

Adik yang sangat kusayangi:

Priska Yunita Pasaribu dan Roy Andhika Pasaribu

Keluarga Besarku

Sahabat-sahabatku

Almamaterku tercinta Universitas Lampung

- Wika Christian Pasaribu -

Page 11: PENINGKATAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/58259/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Program Studi Bimbingan dan Konseling Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas

ii

SANWACANA

Puji Syukur kehadirat Tuhan YME, atas segala nikmat dan karunia-Nya sehingga

dapat terselesainya skripsi ini sebagai salah satu syarat dalam meraih gelar Sarjana

Pendidikan.

Skripsi yang berjudul Peningkatan Komunikasi Interpersonal Menggunakan

Layanan Konseling Kelompok Teknik Assertive Training pada Siswa Kelas VIII

SMP Negeri 3 Terbanggi Besar. Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini

tidak terlepas dari peranan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, dalam

kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Patuan Raja, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

2. Bapak Dr. Riswandi, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

3. Bapak Drs. Yusmansyah, M.Si., selaku Ketua Program Studi Bimbingan dan

Konseling sekaligus Pembimbing Utama. Terima kasih atas bimbingan,

kesabaran, saran, dan masukan berharga yang telah diberikan kepada penulis.

4. Ibu Shinta Mayasari, S.Psi., M.Psi., Psi., selaku Pembimbing Kedua. Terima

kasih atas bimbingan, kesabaran, saran, dan masukan berharga yang telah

diberikan kepada penulis.

5. Bapak Drs. Muswardi Rosra, M.Pd., selaku dosen pembahas telah banyak

memberikan saran dan masukan kepada penulis.

Page 12: PENINGKATAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/58259/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Program Studi Bimbingan dan Konseling Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas

iii

6. Bapak dan Ibu Dosen Bimbingan dan Konseling FKIP UNILA terimakasih

untuk semua bimbingan dan pelajaran yang begitu berharga yang telah bapak

dan ibu berikan selama perkuliahan.

7. Bapak dan Ibu Staff Administrasi FKIP UNILA, terima kasih atas

bantuannya selama ini dalam membantu menyelesaikan keperluan

administrasi.

8. Bapak Drs. Sukisno, MM., selaku kepala SMP Negeri 3 Terbanggi Besar,

beserta para staff yang telah membantu penulis dalam melakukan penelitian.

9. Orang tua ku tercinta, bapak E. Pasaribu dan ibu M. Sitinjak yang tanpa lelah

selalu mendo’akan ku, menyayangi, memberikan semangat dan dukungan.

10. Adikku tercinta Priska Yunita Pasaribu dan Roy Andhika Pasaribu, yang

bukan hanya menjadi adik tetapi juga sekaligus menjadi teman dan sahabat

terbaik. Terima kasih atas semua do’a dan dukungan yang telah di berikan

untuk ku.

11. Keluarga besar ku yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Terima kasih

atas semua dukungannya selama ini.

12. Sahabat terbaik ku dari awal masuk kuliah sampai sekarang Sintia dan Pera,

yang selalu bisa menjadi pendengar yang baik saat aku berkeluh kesah, selalu

memberikan semangat dan solusi saat aku ada masalah, yang menjadi

keluarga kedua selama aku kuliah dibandar lampung, terima kasih untuk

semuanya.

13. Keluarga kosan wisma riski, pak kos dan buk kos serta teman-teman kosan

tersayang, terimakasih atas kebersamaannya selama ini dan motivasi serta

pelajaran hidup yang sangat berharga.

Page 13: PENINGKATAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/58259/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Program Studi Bimbingan dan Konseling Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas

iv

14. Teman-teman seperjuanganku BK 2012 dan kakak tingkat ku, adik tingkat,

serta semua mahasiswa bimbingan dan konseling yang tidak dapat disebutkan

satu persatu, terima kasih banyak atas masukan, saran, motivasi, serta

semangatnya.

15. Siswa-Siswi dari SMP N 3 Terbanggi Besar Hani, Sigit, Tegar, Fetri, Faisal,

Hesti. terimakasih atas waktu, kerjasama dan dukungannya dalam penelitian

di SMP N 3 Terbanggi Besar.

16. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini yang tidak

dapat penulis sebutkan satu persatu. Terima kasih.

17. Almamaterku tercinta

Terimakasih atas bantuan, dukungan, kerjasama, kebersamaan, canda tawa, suka

duka kita semua, semoga kita selalu mengingat kebersamaan ini. Penulis

menyadari skripsi ini jauh dari kesempurnaan, dan penulis berharap semoga

skripsi ini bermanfaat untuk kita semua. Amin.

Bandar Lampung, 13 Juli 2019

Penulis

Wika Christian Pasaribu

Page 14: PENINGKATAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/58259/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Program Studi Bimbingan dan Konseling Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas

v

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL .................................................................................... vii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................ viii

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ ix

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ................................................................. 1

B. Identifikasi Masalah ....................................................................... 9

C. Pembatasan Masalah ...................................................................... 9

D. Rumusan Masalah .......................................................................... 10

E. Tujuan, Manfaat dan Ruang Lingkup Penelitian. .......................... 10

1. Tujuan Penelitian.. ................................................................. 10

2. Manfaat Penelitian.. ............................................................... 10

3. Ruang Lingkup Penelitian.. .................................................... 11

F. Kerangka Pikir.. ............................................................................. 12

G. Hipotesis.. ....................................................................................... 15

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. KOMUNIKASI INTERPERSONAL DALAM BIMBINGAN

PRIBADI-SOSIAL. ....................................................................... 17

1. Bimbingan pribadi sosial ....................................................... 17

2. Pengertian komunikasi interpersonal. .................................... 19

3. Komponen-komponen komunikasi interpersonal.. ................ 21

4. Proses komunikasi interpersonal. ........................................... 23

5. Asas-asas komunikasi interpersonal. ..................................... 25

6. Ciri-ciri komunikasi interpersonal. ........................................ 26

7. Tujuan komunikasi interpersonal. .......................................... 30

8. Pentingnya komunikasi interpersonal .................................... 32

B. KONSELING KELOMPOK BEHAVIORAL TEKNIK

ASSERTIVE TRAINING.. ........................................................... 33

1. Konseling kelompok pendekatan behavioral.. ....................... 33

2. Pengertian konseling kelompok teknik assertive training.. .... 34

3. Tujuan konseling kelompok teknik assertive training. .......... 36

Page 15: PENINGKATAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/58259/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Program Studi Bimbingan dan Konseling Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas

vi

C. PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI

INTERPERSONAL MENGGUNAKAN KONSELING

KELOMPOK TEKNIK ASSERTIVE TRAINING. ..................... 49

III. METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian.. ...................................................... 53

B. Metode Penelitian........................................................................... 53

C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. ............................... 55

D. Teknik Pengumpulan Data.. ........................................................... 62

E. Populasi & sampel. ........................................................................ 65

F. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen. ....................................... 67

G. Teknik Analisis Data. ..................................................................... 70

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian. ............................................................................ 72

1. Gambaran Kegiatan Pra Konseling Kelompok

Teknik Assertive Training...................................................... 72

2. Deskripsi Data. ....................................................................... 73

3. Hasil pelaksanaan kegiatan layanan konseling kelompok. .... 74

4. Data Skor Pretest dan Posttest Subjek dalam Mengikuti

Layanan Konseling Kelompok Teknik Assertive Training. .. 97

5. Analisis Data Hasil Penelitian. ............................................... 108

6. Uji Hipotesis Penelitian ......................................................... 110

B. Pembahasan ................................................................................... 112

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ................................................................................... 125

B. Saran ............................................................................................. 126

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 128

LAMPIRAN .............................................................................................. 130

Page 16: PENINGKATAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/58259/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Program Studi Bimbingan dan Konseling Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Alternatif pilihan jawaban skala ........................................................ 63

3.2 Kriteria komunikasi interpersonal...................................................... 64

3.3 Kisi-kisi komunikasi interpersonal .................................................... 65

3.4 Kriteria validitas menurut koestoro & Kasinu ................................... 68

3.5 Kriteria reliabilitas menurut arikunto ................................................. 70

4.1 Tingkat kriteria komunikasi interpersonal ......................................... 74

4.2 Hasil pretest kelas eksperimen ........................................................... 74

4.3 Deskripsi masalah anggota kelompok ............................................... 78

4.4 Skor postest skala komunikasi interpersonal ..................................... 97

4.5 Perbandingan hasil pretest dan postest kelas eksperimen .................. 98

4.6 Skor peningkatan perindikator komunikasi interpersonal ................. 99

4.7 Analisis hasil penelitian menggunakan uji wilcoxon pada

Data pretest-postest kelompok eksperimen ....................................... 109

4.8 Hasil uji wilcoxon menggunakan SPSS ............................................. 111

Page 17: PENINGKATAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/58259/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Program Studi Bimbingan dan Konseling Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1.1. Alur kerangka pikir ................................................................................................. 15

2.1 Proses komunikasi interpersonal ............................................................................. 23

3.1 Pola one group pretest-posttest design. .................................................................. 54

4.1 Grafik perbandingan skor pretes dan postes kelompok eksperimen ....................... 98

Page 18: PENINGKATAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/58259/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Program Studi Bimbingan dan Konseling Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Kisi-kisi skala komunikasi interpersonal ........................................................ 130

2. Skala kemampuan komunikasi interpersonal................................................... 132

3. Daftar ceklis uji ahli.. ....................................................................................... 134

4. Rumus perhitungan uji ahli menggunakan Aiken,s V ...................................... 139

5. Hasil perhitungan uji ahli menggunakan Aiken,s V ......................................... 140

6. Uji validitas product moment .......................................................................... 143

7. Laporan hasil uji validitas product moment ..................................................... 148

8. Hasil uji realibilitas Alpha cronbach ............................................................... 151

9. Tahap pelaksanaan penelitian. ......................................................................... 153

10. Penjaringan subjek .......................................................................................... . 154

11. Data hasil pretest ............................................................................................. . 158

12. Data hasil posttest ............................................................................................ 159

13. Data pretest dan posttest perindividu ............................................................... 160

14. Hasil uji wilcoxon. ........................................................................................... 161

15. Tabel distribusi Z ............................................................................................. 162

16. Modul ............................................................................................................... 164

Page 19: PENINGKATAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/58259/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Program Studi Bimbingan dan Konseling Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Komunikasi merupakan hal yang sangat penting, karena dengan komunikasi

manusia mampu memenuhi kebutuhan yang bersifat fisik maupun yang

bersifat kejiwaan. Istilah komunikasi berpangkal pada perkataan latin

Communis yang artinya membuat kebersamaan atau membangun kebersamaan

antara dua orang atau lebih (Cangara, 2011:18). Selain itu, menurut Effendy

(Hidayat, 2012) komunikasi berasal dari bahasa inggris “communication” dan

bahasa latin “communicatio” yang berarti sama, sama disini adalah sama

makna. Artinya tujuan dari komunikasi adalah untuk membuat persamaan

antara sender atau pengirim pesan dan reicever atau penerima pesan.

Keberhasilan komunikasi ditandai oleh adanya persamaan persepsi terhadap

makna atau membangun makna (construct meaning) secara bersama pula.

Komunikasi dilakukan dengan berbagai tujuan, baik sekedar menyampaikan

atau menginformasikan sesuatu, menjelaskan, meyakinan, membujuk, atau

bahkan dengan berbagi pengetahuan dan pengalamannya seseorang bertujuan

untuk mengubah padangan/sikap orang lain. tidak sedikit juga komunikasi

dilakukan tanpa tujuan yang jelas, sekadar mengungkapkan sesuatu, tanpa ada

harapan akan ada respon dari pihak lain.

Page 20: PENINGKATAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/58259/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Program Studi Bimbingan dan Konseling Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas

2

Salah satu jenis komunikasi yang frekuensi terjadinya cukup tinggi adalah

komunikasi interpersonal atau komunikasi antarpribadi, yaitu komunikasi

yang melibatkan dua orang atau beberapa orang yang relatif masih bisa

diidentifikasi atau bahkan dikenal orang-orang yang terlibat. Sifat komuikasi

ini adalah; (a) spontan dan informal; (b) saling menerima feedback secara

maksimal; (c) partisipan berperan flesibel (Suranto, 2011:3).

Secara emosional, komunikasi antarpribadi sangat efektif dalam membangun

hubungan dengan orang lain. Komunikasi antarpribadi juga merupakan bentuk

komunikasi yang sering dan bahkan setiap orang melakukannya disamping

komunikasi dengan diri sendiri (intrapersonal). Seperti yang kita ketahui

bahwa selain komunikasi antarpribadi ada pula bentuk komunikasi lain yaitu

komunikasi interpersonal, komunikasi kelompok, dan komunikasi masa.

Namun, dari semua bentuk tersebut, komunikasi antarpribadi yang sering

menjadi tonggak atau penentu dalam keberhasilan pada bentuk komunikasi

lainnya. Hal ini bisa terjadi karena komunikasi antarpribadi sebagai gerbang

awal membangun hubungan internal dan eksternal, baik dalam sebuah

kelompok maupun dalam cakupan publik.

Komunikasi antarpribadi ini sangat penting karena setiap individu melakukan

aktivitas komunikasi antarpribadi, tanpa terkecuali siswa SMP yang sudah

menginjak usia remaja awal. Masa remaja merupakan salah satu masa dalam

rentang kehidupan yang dilalui oleh individu. Masa ini merupakan periode

kehidupan yang penting dalam perkembangan individu dan merupakan masa

transisi menuju pada perkembangan masa dewasa yang sehat (Yusuf : 2007,

Page 21: PENINGKATAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/58259/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Program Studi Bimbingan dan Konseling Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas

3

71). Masa dewasa yang sehat akan tercapai apabila individu mampu

mengentaskan tugas-tugas perkembangannya karena pada dasarnya setiap

periode dalam rentang kehidupan individu memiliki tugas perkembangan

masing-masing.

Kemampuan komunikasi interpersonal penting dimiliki oleh seorang siswa

karena pada usia remaja siswa memasuki tahap perkembangan dimana dia

akan lebih sering menghabiskan lebih banyak waktunya dalam kehidupan

sosialnya, seperti bergaul dengan teman-teman sebayanya, menjalin dan

membangun suatu hubungan atau relasi dengan orang lain, bersosialisasi

dengan lingkungan yang ada disekitarnya, dan lain sebagainya. dalam proses

tersebut tidak ada hambatan, maka seseorang siswa tentu perlu memiliki suatu

kemampuan didalam dirinya. Kemampuan yang dimaksud adalah komunikasi

interpersonal. Seperti yang telah dijelaskan diatas, komunikasi adalah suatu

hal yang sangat penting bagi kehidupan manusia, karena manusia tidak akan

bisa hidup tanpa melakukan komunikasi dengan orang lain.

Komunikasi interpersonal adalah salah satu kunci agar seorang individu

berhasil dalam membangun suatu hubungan sosial yang baik dengan orang

lain. Siswa yang memiliki kemampuan komunikasi interpersonal yang baik,

maka dia tidak akan mengalami hambatan untuk melakukan hal-hal yang

berkaitan dengan kehidupan sosial. Tetapi bagi siswa yang kurang memiliki

kemampuan interpersonal, maka bisa dipastikan dia akan mengalami banyak

hambatan dalam kehidupan sosialnya baik dirumah maupun disekolah.

Seperti yang dijelaskan bahwa komunikasi interpersonal adalah salah satu

Page 22: PENINGKATAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/58259/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Program Studi Bimbingan dan Konseling Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas

4

tugas perkembangan yang harus dipenuhi oleh seorang siswa yang memasuki

usia remaja. Jika siswa tersebut berhasil dalam memenuhi tugas

perkembangan tersebut maka hal itu akan menimbulkan rasa bahagia dan

membawa kearah keberhasilan dalam melaksanakan tugas-tugas berikutnya.

Akan tetapi, kalau gagal menimbulkan rasa tidak bahagia dan kesulitan dalam

menghadapi tugas-tugas perkembangan berikutnya.

Di sekolah, kemampuan berkomunikasi antar pribadi sangatlah penting

dimiliki oleh siswa, karena dalam proses pembelajaran siswa dituntut untuk

mengeluarkan ide atau gagasannya, misalnya saat diminta untuk memberikan

gagasan atau ide pada saat dilakukannya diskusi kelompok didalam kelas atau

saat diberikan kesempatan oleh guru untuk memberikan pendapatnya

mengenai materi yang telah diberikan, maka siswa yang memiliki kemampuan

komunikasi interpersonal yang baik akan bisa memberikan ide atau

pendapatnya dengan baik, tetapi sebaliknya, siswa yang memiliki kemampuan

komunikasi intepersonal yang rendah akan mengalami kesulitan untuk

mengutarakan ide atau pendapatnya. Selain itu, kemampuan komunikasi

interpersonal juga menjadi sangat penting bagi siswa karena komunikasi

interpersonal sangat diperlukan siswa agar mampu bergaul dengan teman

sebayanya.

Siswa yang memiliki kemampuan komunikasi interpersonal yang tinggi

biasanya tidak akan memiliki kesulitan dalam berinteraksi dan bergaul dengan

teman-teman sebayanya. Sedangkan bagi siswa yang memiliki kemampuan

komunikasi interpersonal yang rendah akan mengalami kesulitan untuk

Page 23: PENINGKATAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/58259/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Program Studi Bimbingan dan Konseling Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas

5

bergaul dengan teman-teman sebayanya, siswa tersebut biasanya akan menjadi

siswa yang sulit untuk bersosialisasi dan lebih suka menyendiri. Sehingga

tanpa adanya kemampuan komunikasi interpersonal yang baik, maka besar

kemungkinan siswa akan mendapatkan masalah dalam proses sosialisasi

dilingkungan sekolah dan jika hal ini dibiarkan secara terus menerus, maka

perkembangan siswa dalam hal intelektual dan juga sosial akan terhambat dan

memberikan pengaruh yang buruk bagi siswa pada masa mendatang.

Mulyana (Hidayat, 2012:24) menyatakan bahwa fungsi komunikasi sebagai

komunikasi sosial setidaknya mengisyaratkan bahwa komunikasi itu penting

untuk membangun konsep diri, aktualisasi diri, untuk kelangsungan hidup,

untuk memperoleh kebahagiaan dan juga terhindar dari tekanan. Seperti yang

kita ketahui, dewasa ini banyak masalah-masalah yang terjadi pada siswa yang

berkaitan dengan kurangnya kemampuan komunikasi antarpribadi, seperti

siswa yang belum memperoleh konsep diri yang positif sehingga saat diminta

guru untuk mengeluarkan ide atau gagasan, atau melakukan persentasi

didepan kelas siswa tersebut masih malu, siswa yang belum mampu

mengaktulisasikan diri dengan baik disekolah, siswa yang masih merasa

tertekan dan belum memperoleh kebahagiaan selama di sekolah karena tidak

memiliki kemampuan komunikasi yang baik sehingga sulit dalam menjalin

suatu hubungan pertemanan, dan masih banyak lagi masalah yang terjadi di

sekolah yang disebabkan oleh kurangnya kemampuan komunikasi

antarpribadi pada diri siswa.

Page 24: PENINGKATAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/58259/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Program Studi Bimbingan dan Konseling Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas

6

Studi penelitian pendahuluan dikelas VIII SMP Negeri 3 Terbanggi Besar

yang dilakukan melalui wawancara dengan guru BK, wali kelas dan guru mata

pelajaran serta observasi terhadap siswa kelas VIII. Dari wawancara dengan

guru bimbingan konseling menghasilkan informasi bahwa diduga komunikasi

interpersonal siswa rendah pada kelas VIII. Informasi ini didapat dari guru

bimbingan dan konseling yang membina kelas-kelas tersebut dan berdasarkan

hasil observasi pada siswa kelas VIII saat kbm berlangsung dikelas

menunjukkan terdapat siswa yang memiliki masalah komunikasi

interpersonal. Terdapat siswa kelas VIII yang kurang dapat mengemukakan

pendapat atau gagasannya ketika diminta untuk berbicara didepan kelas atau

saat kegiatan diskusi kelompok dilakukan. Terdapat juga siswa yang masih

terlihat gugup dan takut untuk bertanya apabila diberikan kesempatan untuk

bertanya oleh guru, sehingga siswa tersebut pada akhirnya mengalami

kesulitan dalam hal pelajaran.

Selain itu, berdasarkan wawancara dengan siswa kelas VIII, masih ada siswa

yang kurang memiliki kemampuan untuk berkomunikasi interpersonal dengan

teman sekelasnya, sehingga siswa tersebut lebih sering menyendiri dan jarang

bergaul dengan teman-teman yang lain, baik dikelas maupun diluar kelas.

Masalah lain yang menunjukkan bahwa siswa kurang memiliki kemampuan

komunikasi interpersonal adalah terdapat siswa yang tidak berani untuk

mengungkapkan ketidaksukaan dan penolakan terhadap apa yang dilakukan

oleh teman-teman kepadanya.

Page 25: PENINGKATAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/58259/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Program Studi Bimbingan dan Konseling Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas

7

Berdasarkan permasalahan tersebut, terlihat bahwa kurangnya kemampuan

komunikasi interpersonal akan sangat menghambat proses belajar siswa

disekolah dan pergaulannya dengan teman sebaya, sehingga perlu adanya cara

yang tepat untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. Salah satu cara yang

bisa digunakan untuk menyelesaikan permasalahan tersebut dalam lingkungan

sekolah adalah dengan memberikan layanan konseling kelompok teknik

latihan asertif kepada para siswa yang memiliki kemampuan komunikasi

interpersonal rendah.

Layanan konseling kelompok adalah suatu layanan yang digunakan untuk

membantu siswa menyelesaikan masalah yang mereka alami dalam suasana

kelompok dan masalah yang diselesaikan adalah masalah-masalah yang

bersifat khusus dan bukan bersifat umum. Jika dilihat dari masalah pada

penelitian ini yaitu komunikasi interpersonal yang rendah, maka bisa terlihat

bahwa masalah tersebut masuk kedalam masalah yang bersifat khusus. Hal ini

karena pada ranah bidang bimbingan dan konseling, masalah komunikasi

interpersonal rendah masuk kedalam masalah pada bimbingan pribadi-sosial,

dimana yang dibahas pada ranah ini adalah masalah yang bersifat khusus.

Sehingga berdasarkan hal tersebut, peneliti berkesimpulan bahwa layanan

konseling kelompok adalah layanan yang sangat tepat untuk mengatasi

permasalahan didalam penelitian ini yaitu kemampuan komunikasi

interpersonal siswa yang rendah.

Page 26: PENINGKATAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/58259/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Program Studi Bimbingan dan Konseling Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas

8

Teknik yang dipilih dalam melaksanakan konseling kelompok pada penelitian

ini adalah teknik latihan asertif. Teknik latihan asertif ini adalah salah satu

teknik yang terdapat pada salah satu pendekatan dalam konseling yaitu

pendekatan behavioral. Menurut Corey (2009) latihan asertif bisa diterapkan

terutama pada situasi-rituasi interpersonal dimana individu mengalami

kesulitan untuk menerima kenyataan bahwa menyatakan atau menegaskan diri

adalah tindakan yang layan atau benar. Selain itu menurut Zastrow (Nursalim

2005) menyatakan latihan asertif dirancang untuk membimbing manusia

menyatakan, merasa, dan bertindak pada asumsi bahwa mereka memiliki hal

untuk menjadi dirinya sendiri dan mengekspresikan perasaannya secara bebas.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dengan melakukan

latihan asertif maka seorang individu akan mampu untuk dibimbing agar dia

dapat menyatakan atau menegaskan diri serta mampu untuk mengekspresikan

perasaannya secara bebas, sehingga dengan melakukan hal tersebut maka

kemampuan siswa dalam berkomunikasi interpersonal juga akan meningkat.

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka peneliti mengambil

judul untuk penelitian “Peningkatkan Komunikasi Interpersonal dengan

Menggunakan Layanan Konseling Kelompok Teknik Assertive Training Pada

Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Terbanggi Besar”.

Page 27: PENINGKATAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/58259/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Program Studi Bimbingan dan Konseling Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas

9

B. Identifikasi Masalah

Ditinjau dari latar belakang yang telah dikemukakan, maka peneliti

mengidentifikasi masalah sebagai berikut :

a. Terdapat siswa yang sulit mengungkapkan pendapatnya saat kegiatan

diskusi kelompok.

b. Terdapat siswa yang tidak berani untuk melakukan presentasi didepan

kelas.

c. Terdapat siswa yang jarang bertegur sapa saat bertemu dengan guru.

d. Terdapat beberapa siswa yang tidak mau menerima masukan yang

diberikan oleh teman.

e. Terdapat siswa yang cuek saat melihat teman yang sedang sedih.

f. Terdapat siswa yang takut untuk menegur teman yang ribut saat kegiatan

belajar mengajar.

g. Terdapat beberapa siswa yang susah mengatakan tidak pada sesuatu yang

tidak ia sukai.

C. Pembatasan Masalah

Mengingat luasnya permasalahan dan sebagai antisipasi agar dalam penelitian

ini tidak terjadi penyimpangan yang tidak diinginkan, maka dalam penelitian

ini penulis melakukan pembatasan masalah pada peningkatkan komunikasi

interpersonal menggunakan layanan konseling kelompok teknik assertive

training pada siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Terbanggi Besar.

Page 28: PENINGKATAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/58259/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Program Studi Bimbingan dan Konseling Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas

10

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi, dan pembatasan masalah, maka

masalah dalam penelitian ini adalah rendahnya kemampuan komunikasi

interpersonal pada siswa kelas VIII. Adapun rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah “apakah komunikasi interpersonal dapat ditingkatkan

menggunakan layanan konseling kelompok teknik assertive training pada

siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Terbanggi Besar?”.

E. Tujuan, Manfaat dan Ruang Lingkup Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui

peningkatan kemampuan komunikasi interpersonal menggunakan

layanan konseling kelompok teknik assertive training pada siswa kelas

VIII SMP Negeri 3 Terbanggi Besar.

2. Manfaat Penelitian

Penenlitian ini memiliki kegunaan antara lain :

a. Manfaat secara teoritis

Dari segi teoritis, penelitian ini berguna untuk mengembangkan

konsep-konsep ilmu tentang bimbingan dan konseling disekolah,

khususnya layanan konseling kelompok teknik assertive training.

Page 29: PENINGKATAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/58259/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Program Studi Bimbingan dan Konseling Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas

11

b. Manfaat secara praktis

Informasi yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan dapat

membantu guru bidang studi dan pembimbing dalam mengatasi

masalah kurangnya kemampuan komunikasi interpersonal siswa

yang pada akhirnya dapat memberikan hasil yang baik dalam proses

belajar dan bergaul siswa disekolah.

3. Ruang Lingkup Penelitian

Penulis membuat ruang lingkup penelitian ini agar lebih jelas dan tidak

menyimpang dari tujuan yang telah ditetapkan, diantaranya adalah:

a. Ruang Lingkup Ilmu

Penelitian ini termasuk dalam ruang lingkup ilmu bimbingan dan

konseling.

b. Ruang Lingkup Objek

Objek dalam penelitian ini adalah meningkatkan kemampuan

komunikasi interpersonal siswa menggunakan layanan konseling

kelompok teknik assertive training.

c. Ruang Lingkup Subjek

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII di SMP Negeri 3

Terbanggi Besar.

Page 30: PENINGKATAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/58259/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Program Studi Bimbingan dan Konseling Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas

12

d. Ruang Lingkup Wilayah

Ruang lingkup wilayah dalam penelitian ini adalah SMP Negeri 3

Terbanggi Besar.

F. Kerangka Pikir

Sebagai makhluk sosial, seorang individu tidak dapat lepas dari orang lain

dan akan selalu membangun hubungan sosial. Dalam hubungan inilah

kemampuan komunikasi interpersonal sangat dibutuhkan oleh seorang

individu. Tetapi pada kenyataanya masih sering ditemukan individu yang

kemampuan komunikasi interpersonalnya masih tergolong rendah. Masalah

ini juga ditemukan pada siswa. Kemampuan komunikasi interpersonal

seorang individu berkembang dari masa anak-anak hingga masa dewasa dan

dipengaruhi oleh beberapa faktor yang menentukan apakah seorang individu

mampu memiliki kemampuan komunikasi interpersonal yang baik didalam

dirinya atau tidak, faktor-faktor tersebut adalah lingkungan keluarga,

lingkungan pergaulan dan lingkungan sekolah. Perkembangan kemampuan

komunikasi interpersonal seorang individu yang satu akan berbeda dengan

individu yang lain, dan perkembangan tersebut akan sangat dipengaruhi oleh

ketiga faktor itu. Individu yang mengalami masalah dalam perkembangan

kemampuan komunikasi interpersonalnya akan mengakibatkan seorang

individu memiliki kemampuan komunikasi interpersonal yang rendah dalam

dirinya.

Page 31: PENINGKATAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/58259/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Program Studi Bimbingan dan Konseling Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas

13

Rendahnya kemampuan komunikasi interpersonal seorang siswa diantaranya

ditunjukkan saat berkomunikasi dengan teman sebaya atau orang lain tidak

bisa memberikan respon yang sesuai, tidak mampu mengungkapkan apa yang

ada dalam pikirannya secara tepat, tidak mampu untuk memberikan

tanggapan dan pendapatnya terhadap suatu hal, salah dalam merespon apa

yang dikatakan oleh orang yang mengajaknya berkomunikasi, sulit memulai

dan mengakhiri pembicaraan dengan orang lain, sulit untuk mengatakan tidak

atau menolak untuk suatu hal yang tidak disukai dan lain sebagainya.

Siswa yang memiliki kemampuan komunikasi interpersonal yang rendah

perlu untuk mendapatkan bantuan agar siswa tersebut bisa meningkatkan

kemampuan komunikasi interpersonal didalam dirinya sehingga dia tidak

akan mengalami hambatan dalam proses belajar dan bergaul disekolah.

Layanan yang cocok menurut peneliti untuk digunakan dalam upaya

meningkatkan kemampuan komunikasi interpersonal siswa adalah layanan

konseling kelompok dengan teknik latihan asertif. Layanan konseling

kelompok dipilih karena komunikasi interpersonal yang rendah termasuk

kedalam masalah khusus dalam bidang bimbingan pribadi-sosial. Layanan

konseling kelompok adalah salah satu layanan dalam bimbingan dan

konseling yang berikan kepada siswa dalam bentuk kelompok dengan

memanfaatkan dinamika kelompok yang ada didalamnya sehingga siswa

mampu menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya secara mandiri.

Page 32: PENINGKATAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/58259/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Program Studi Bimbingan dan Konseling Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas

14

Dalam bimbingan dan konseling terdapat berbagai macam pendekatan dan

teknik yang bisa digunakan untuk membantu individu untuk menyelesaikan

masalah. Salah satu teknik yang peneliti rasa tepat untuk digunakan dalam

penelitian ini adalah teknik latihan asertif. Teknik latihan asertif ini adalah

salah satu teknik yang terdapat dalam pendekatan behavioral.

Di dalam teknik latihan asertif, siswa akan dilatih untuk mampu bersikap

asertif dengan melakukan suatu permainan peran. Dengan dilakukannya

latihan asertif ini maka nantinya siswa akan mampu untuk bersikap asertif

dalam berkomunikasi. Konseling kelompok dengan latihan asertif pada

dasarnya merupakan penerapan latihan tingkah laku pada kelompok dengan

sasaran membantu individu-individu dengan mengembangkan cara-cara

berhubungan yang langsung dalam situasi-situasi interpersonal. Fokusnya

adalah mempraktekkan melalui permainan peran, kecakapan-kecakapan

bergaul yang baru diperoleh sehingga inidvidu diharapkan mampu mengatasi

ketidakmemadainya dan belajar bagaimana mengungkapkan perasaan-

perasaan dan pikiran-pikiran mereka secara lebih terbuka disertai keyakinan

bahwa mereka berhak untuk menunjukkan reaksi-reaksi yang terbuka.

Berdasarkan landasan diatas, maka dalam penelitian ini peneliti mencoba

untuk meningkatkan kemampuan komunikasi interpersonal siswa

menggunakan layanan konseling kelompok dengan teknik assertive training.

Page 33: PENINGKATAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/58259/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Program Studi Bimbingan dan Konseling Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas

15

Dibawah ini adalah kerangka pikir dalam penelitian :

Gambar 1.1. Alur Kerangka Pikir

Berdasarkan gambar kerangka pikir tersebut siswa yang memiliki

kemampuan komunikasi interpersonal rendah akan diberikan perlakuan

berupa layanan konseling kelompok dengan teknik latihan asertif,

sehingga diharapkan setelah diberikan perlakuan tersebut, maka siswa

akan memperoleh perubahan yaitu berupa peningkatan dalam kemampuan

komunikasi interpersonalnya.

G. Hipotesis

Sugiyono (2013:96) mengemukakan “hipotesis adalah jawaban sementara

terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian

telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan”. Menurut Arikunto

(2006), hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap

permasalahan penelitian seperti terbukti dari data terkumpul. Berdasarkan dua

pernyataan tersebut dalam disimpulkan bahwa hipotesis adalah jawaban yang

Komunikasi

Interpersonal

Rendah

Komunikasi

Interpersonal

Meningkat

Layanan Konseling

Kelompok Teknik

Assertive training

Page 34: PENINGKATAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/58259/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Program Studi Bimbingan dan Konseling Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas

16

bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian yang kebenarannya

harus diuji secara empiris melalui data-data yang terkumpul.

Berdasarkan latar belakang masalah dan kerangka pikir, maka hipotesis

penelitian yang penulis ajukan adalah “layanan konseling kelompok dapat

digunakan untuk meningkatkan komunikasi interpersonal pada siswa kelas

VIII SMP Negeri 3 Terbanggi Besar”. Sesuai dengan hipotesis penelitian,

maka dapat dirumuskan hipotesis statistik sebagai berikut:

Ha : Terdapat Peningkatan Kemampuan Komunikasi Interpersonal yang

signifikan setelah diberikan layanan konseling kelompok teknik

assertive training pada siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Terbanggi

Besar.

Ho : Tidak terdapat Peningkatan Kemampuan Komunikasi Interpersonal

yang signifikan setelah diberikan layanan konseling kelompok teknik

assertive training pada siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Terbanggi

Besar.

.

Page 35: PENINGKATAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/58259/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Program Studi Bimbingan dan Konseling Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas

17

II. LANDASAN TEORI

A. Komunikasi Interpersonal dalam Bimbingan Pribadi-Sosial

1. Bimbingan Pribadi-Sosial

Dalam bidang bimbingan pribadi, membantu siswa menemukan dan

mengembangkan pribadi yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan

Yang Maha Esa, mantap dan mandiri serta sehat jasmani dan rohani.

Dalam bidang bimbingan sosial, membantu siswa mengenal dan

berhubungan dengan lingkungan sosial yang dilandasi budi pekerti

luhur, tanggung jawab kemasyarakatan dan kenegaraan. Menurut

Winkel (2010) :

“Bimbingan pribadi sosial berarti bimbingan dalam menghadapi

keadaan batinnya sendiri dan mengatasi pergumulan-pergumulan

dalam hatinya sendiri dalam mengatur dirinya sendiri dibidang

kerohanian, perawatan jasmani, pengisian waktu luang,

penyaluran nafsu seksual dan sebagainya, serta bimbingan dalam

membina hubungan kemanusiaan dengan sesama diberbagai

lingkungan pergaulan sosial”.

Bidang ini dapat dirinci menjadi pokok-pokok berikut:

a. Pemantapan sikap dan kebiasaan seta pengembangan wawasan

dalam beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

b. Pemantapan pemahaman tentang kekuatan diri dan usaha

pengembangannya untuk kegiatan-kegiatan yang kreatif liar, dan

produktif, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun untuk

peranannya dimasa depan.

c. Pemantapan pemahaman tentang kelemahan diri dan usaha

penanggulangannya

d. Pemantapan kemampuan mengambil keputusan

Page 36: PENINGKATAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/58259/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Program Studi Bimbingan dan Konseling Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas

18

e. Pemantapan kemampuan mengarahkan diri sesuai dengan

keputusan yang telah diambilnya

f. Pemantapan dalam perencanaan dan penyelenggaraan hidup

sehat, baik secara rohaniah maupun jasmaniah.

g. Pemantapan kemampuan berkomunikasi, baik melalui lisan maupun

tulisan secara efektif

h. Pemantapan kemampuan menerima dan menyampaikan

isipendapat secara beragumentasi secara dinamis, kreatif, dan

produktif.

i. Pemantapan kemampuan bertingkah laku dan berhubungan

sosial, baik dirumah, di sekolah maupun di masyarakat luas dengan

menjunjung tinggi tata krama, sopan santun, serta nilai-nilai

agama, adat, hukum, ilmu, dan kebiasaan yang berlaku.

j. Pemantapan hubungan yang dinamis, harmonis, dan produktif

dengan teman sebaya, baik di sekolah yang sama, di sekolah

yang lain, di luar sekolah, maupun dimasyarakat pada umumnya.

k. Pemantapan pemahaman kondisi dan peraturan sekolah serta

upaya pelaksanaannya secara dinamis dan bertanggung jawab

l. Orientasi tentang kehidupan berkeluarga.

Dalam bidang bimbingan pribadi, pelayanan bimbingan dan konseling

membantu siswa menemukan dan mengembangkan pribadi yang beriman

dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, mantap dan mandiri,

serta sehat jasmani danrohani. Bidang ini dapat dirinci menjadi pokok-

pokok berikut:

1. Pemantapan sikap dan kebkasaan serta pengembangan wawasan

dalam beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

Pemantapan pemahaman tentang kekuatan diri dan pengembangan

2. Pemantapan pemahaman tentang kekuatan diri dan

pengembangannya untuk kegiatan-kegiatan yang kreatif dan

produktif, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun untuk

peranannya di masa depan

3. Pemantapan pemahaman tentang tentang bakat dan minat

pribadi serta penyaluran dan pengembangannya melalui kegiatan-

kegiatan yang kreatif dan produktif

4. Pemantapan pemahaman tentang kelemahan diri dan usaha

penanggulangannya.

5. Pemantapan pengambilan keputusan.

6. Pemantapan kemampuan mengarahkan diri sesuai dengan keputusan

yang telah diambilnya.

7. Pemantapan dalam perencanaan dan penyelenggaraan hidupsehat,

baik secara rohaniah maupun jasmaniah.

Page 37: PENINGKATAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/58259/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Program Studi Bimbingan dan Konseling Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas

19

Dalam bidang bimbingan sosial, pelayanan bimbingan dan konseling

membantu siswa mengenal dan berhubungan dengan lingkungan

sosialnya, yang dilandasi budi pekerti luhur,, tanggung jawab

kemasyarakatan dan kenegaraan. Bidang ini dapat dirinci menjadi

pokok-pokok berikut:

1. Pemantapan kemampuan berkomunikasi, baik melalui ragam

lisan dan tulisan secara efektif

2. Pemantapan kemampuan menerima dan menyampaikan pendapat

serta beragumentasi secara dinamis, kreatif dan produktif.

3. Pemantapan kemampuan bertingkah laku dan berhubungan baik

di rumah, di sekolah, maupun di masyarakat luas dengan menjunjung

tinggi tata krama, sopan santun, serta nilai-nilai agama, adat, hukum,

ilmu, dan kebiasaan yang berlaku.

4. Pemantapan hubungan yang dinamis, harmonis, dan produktif

dengan teman sebaya, baik yang di sekolah yang lain, di luar

sekolah, maupun di masyarakat pada umumnya

5. Pemantapan pemahaman kondisi dan peraturan sekolah serta

upaya pelaksanaannya secara dinamis dan bertanggung jawab

6. Orientasi tentang hidup berkeluarga.

Dalam hal ini, sangat jelas bahwa masalah komunikasi interpersonal

berkaitan dengan bimbingan pribadi sosial. Hakikat manusia sebagai

makhluk sosial, setiap manusia tidak lepas dari kontak sosial dengan

masyarakat, dalam pergaulannya dengan individu satu dengan individu

yang lain.

2. Pengertian Komunikasi Interpersonal

Komunikasi interpersonal atau komunikasi antarpribadi adalah proses

penyampaian dan penerimaan pesan antara pengirim pesan (sender)

dengan penerima (receiver) baik secara langsung maupun tidak langsung

(Suranto, 2011:5).

Senada dengan apa yang dikemukakan oleh Suranto (2011:4),

“komunikasi interpersonal adalah penyampaian pesan oleh satu

orang dan penerimaan pesan oleh orang lain atau sekelompok kecil

orang, dengan berbagai dampaknya dan dengan peluang untuk

memberikan umpan balik segera”

Page 38: PENINGKATAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/58259/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Program Studi Bimbingan dan Konseling Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas

20

Pendapat lain dikemukakan oleh Alvonco (2014:13) yang mengatakan

bahwa

“komunikasi interpersonal atau antarpribadi adalah komunikasi

tatap muka yang melibatkan dua orang dalam situasi tertentu.

Komunikasi yang terjadi bersifat dialogis. Komunikator

menterjemahkan isi pikirannya menjadi suatu lambang/simbol

yang dapat dimengerti (pesan), dan komunikan menterjemahkan

pesan yang diterimanya menjadi bahasa yang dapat dimengerti

olehnya”.

Sama seperti pengertian yang dikemukakan oleh Alvonco diatas,

Hardjana (dalam Suranto, 2011:3) :

“mengatakan, komunikasi interpersonal adalah interaksi tatap

muka antardua atau beberapa orang, dimana pengirim dapat

menyampaikan pesan secara langsung dan penerima pesan dapat

menerima dan menanggapi secara langsung pula”.

Melengkapi pengertian dari beberapa ahli diatas, Mulyana (2008:81)

dalam Suranto (2011:3) menambahkan bahwa :

“Komunikasi interpersonal atau komunikasi antarpribadi adalah

komunikasi antara oran-orang secara tatap muka, yang

memungkinkan seiap pesertanya menangkap rekasi orang lain

secara langsung, baik secara verbal maupun non verbal”.

Sedangkan Menurut Rudolph Verderber & Kathleen Vederber (2005),

komunikasi antarpribadi merupakan proses melalui mana orang

menciptakan dan mengelola hubungan mereka, melaksanakan tanggung

jawab secara timbal balik dalam menciptakan makna.

Berdasarkan pendapat tentang pengertian komunikasi interpersonal

diatas, bisa disimpulkan bahwa komunikasi interpersonal adalah proses

komunikasi yang terjadi antara dua orang atau lebih yang dilakukan

untuk menyampaikan pesan baik verbal maupun nonvebal yang

dilakukan secara langsung atau tidak langsung.

Page 39: PENINGKATAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/58259/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Program Studi Bimbingan dan Konseling Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas

21

3. Komponen-Komponen Komunikasi Interpersonal

Secara sederhana dapat dikemukakan suatu asumsi bahwa proses

komunikasi interpersonal akan terjadi apabila ada pengirim

menyampaikan informasi berupa lambang verbal maupun nonverbal

kepada penerima dengan menggunakan medium suara manusia (human

voice), maupun dengan medium tulisan. Berdasarkan asumsi ini maka

dapat dikatakan bahwa dalam proses komunikasi interpersonal terdapat

komponen-komponen komunikasi yanng secara integratif saling berperan

sesuai dengan karakteristik komponen itu sendiri, komponen-komponen

tersebut adalah sebagai berikut (Suranto,2011) :

a. Sumber / komunikator

Merupakan orang yang mempunyai kebutuhan untuk berkomunikasi,

yakni keinginan untuk membagi keadaan internal sendiri, baik yang

bersifat emosiona maupun informasional dengan orang lain.

Kebutuhan ini dapat berupa keinginan untuk memperoleh pengakuan

sosial sampai pada keinginan untuk mempengaruhi sikap dan tingkah

laku orang lain. Dalam konteks komunikasi interpersonal

komunikator adalah individu yang menciptakan, memformulasikan,

dan menyampaikan pesan.

b. Encoding

Encoding adalah suatu aktifitas internal pada komunikator dalam

menciftakan pesan melalui pemilihan simbol-simbol verbal dan non

verbal, yang disusun berdasarkan aturan-aturan tata bahasa, serta

disesuaikan dengan karakteristik komunikan. Encoding merupakan

tindakan memformulasikan isi pikiran kedalam simbol-simbol, kata-

kata dan sebagainya sehingga komunikator merasa yakin dengan

pesan yang disusun dan cara penyampaiannya,

c. Pesan

Merupakan hasil encoding. Pesan adalah seperangkat simbol-simbol

baik verbal maupun non verbal atau gabungan keduanya, yang

mewakili keadaan khusus komunikator untuk disampaikan kepada

pihak lain. dalam aktifitas komunikasi, pesan merupakan unsur yang

sangat penting. Pesan itulah yang disampaikan oleh komunikator

untuk diterima dan diinterpretasikan oleh komunikan. Komunikasi

akan efektif apabila komunikan menginterpretasi makna pesan sesuai

yang diinginkan oleh komunikator.

d. Saluran

Page 40: PENINGKATAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/58259/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Program Studi Bimbingan dan Konseling Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas

22

Merupakan sarana fisik penyampaian pesan dari sumber ke penerima

atau yang menghubungkan orang ke orang lain secara umum. Dalam

konteks komunikasi interpersonal, penggunaan saluran atau media

semata-mata karena situasi dan kondisi tidak memungkinkan

dilakukan komunikasi secara tatap muka.

e. Penerima / komunikan

Adalah seseorang yang menerima, memahami dan menginterpretasi

pesan. Dalam proses komunikasi interpersonal, penerima bersifat

aktif, selain menerima pesan melakukan pula proses interpretasi dan

memberikan umpan balik.berdasarkan umpan balik dari komunikan

inilah seorang komunikator akan dapat mengetahu keefektifan

komunikasi yang telah dilakukan.

f. Decoding

Decoding merupakan kegiatan internal dalam diri penerima. Melalui

indera, penerima mendapatkan macam-macam data dalam bentuk

mentah, berupa kata-kata dan simbol-simbol yang harus diubah

kedalam pengalaman-pengalaman yang mengandung makna. Secara

bertahap dimulai dari proses sensasi, yaitu proses dimana indera

menangkap stimuli. Proses sensasi dilanjutkan dengan persepsi, yaitu

proses memberi akna atau decoding.

g. Respon

Yakni apa yang telah diputuskan oleh penerima untuk dijadikan

sebagai sebuah tanggapan terhadap pesan. Respon dapat bersifat

positif, netral, maupun negatif. Respon positif apabila sesuai dengan

yang dikehendaki kominikator. Dikatakan respon negatif apabila

tanggapan yang diberikan bertentangan dengan yang diinginkan oleh

komunikator. Pada hakikatnya respon merupakan informasi bagi

sumber sehingga ia dapat menilai efektifitas komunikasi untuk

selanjutnya menyesuaikan diri dengan situasi yang ada.

h. Gangguan (noise)

Gangguan atau noise atau barier beraneka ragam, untuk itu harus

didefinisikan dan dianalisis. Noise dapat terjadi di daam komponen-

komponen manapun dari sisten komunikasi. Noise merupakan apa

saja yang menggangu atau membuat kacau penyampaian dan

penerimaan pesan, termasuk yang bersifat fisik dan psikis

i. Konteks komunikasi

Komunikasi selalu terjadi dalam suatu konteks tertentu, paling tidak

ada tiga dimensi yaitu ruang, waktu dan nilai. Konteks ruang

menunjuk pada lingkungan konkrit dan nyata tempat terjadinya

komunikasi. Konteks waktu menunjuk pada waktu kapan komunikasi

tersebut dilaksanakan. Konteks nilai, meliputi nilai sosial dan budaya

yang mempengaruhi suasana komunikasi.

Page 41: PENINGKATAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/58259/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Program Studi Bimbingan dan Konseling Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas

23

Berdasarkan uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam

komunikasi interpersonal terdapat sembilan komponen-komponen yang

saling berkaitan antara satu komponen dengan komponen yang lain.

Masing-masing komponen memiliki peran penting dalam proses

komunikasi interpersoal. Kurangnya salah satu komponen dari sembilan

komponen diatas akan membuat proses komunikasi interpersonal akan

terganggu dan tidak berjalan dengan baik.

4. Proses Komunikasi Interpersonal

Menurut Suranto (2011), Proses komunikasi ialah langkah-langkah yang

menggambarkan terjadinya kegiatan komunikasi. Secara sederhana

proses komunikasi digambarkan sebagai proses yang menghubungkan

pengirim dengan penerima pesan.

Proses tersebut terdiri dari enam langkah sebagaimana tertuang dalam

gambar 2.1.

Gambar 2.1. Proses Komunikasi Interpersonal

Langkah 1 Keinginan berkomunikasi

Langkah 6 Umpan balik

Langkah 2 Encoding oleh komunikator

Langkah 3 Pengiriman pesan

Langkah 4 Penerimaan pesan

Langkah 5 Decoding oleh komunikan

Page 42: PENINGKATAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/58259/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Program Studi Bimbingan dan Konseling Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas

24

a. Keinginan untuk berkomunikasi

Seseorang komunikator mempunyai keinginan untuk berbagi

gagasan dengan orang lain.

b. Encoding oleh komunikator

Encoding merupakan tindakan memformulasikan isi pikiran atau

gagasan kedalam simbol-simbol, kata-kata, dan sebagainya sehingga

komunikator merasa yakin dengan pesan yang disusun dan cara

penyampaiannya.

c. Pengiriman pesan

Untuk mengirim pesan kepada orang yang dikehendaki, komunikator

memilih saluran komunikasi seperti telepon, SMS, e-mail, surat,

ataupun secara tatap muka.

d. Penerimaan pesan

Pesan yang dikirim oleh komunikator telah diterima oleh

komunikan.

e. Decoding oleh komunikan

Decoding merupakan kegiatan internal dalam diri penerima. Melalui

indera, penerima mendapatkan macam-macam data dalam bentuk

mentah, berupa kata-kata dan simbol-simbol yang harus diubah

kedalam pengalaman-pengalaman yang mengandung makna. Dengan

demikian, decoding adalah proses memahami pesan.

f. Umpan balik

Setelah menerima pesan dan memahaminya, komunikan

memberikan respon atau umpan balik. Dengan umpan balik ini,

seorang komunikator dapat mengevaluasi efektifitas komunikasi.

Umpan balik ini biasanya juga merupakan awal dimulainya suatu

siklus proses komunikasi baru, sehingga proses komunikasi

berlangsung secara berkelanjutan.

Berdasarkan uraian gambar dan uraian proses komunikasi interpersonal

diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa kegiatan komunikasi

interpersonal terdiri dari 6 langkah yaitu yang pertama yaitu adanya

keinginan untuk berkomunikasi, kemudian dilanjutkan dengan encoding

oleh komunikator, lalu diteruskan dengan pengiriman pesan,

selanjutnya adalah langkah decoding oleh komunikan yaitu proses

memahami pesan yang dikirimkan oleh komunikator, dan langkah

terakhir adalah adanya umpan balik yang terima oleh komunikator dari

komunikan, dan umpan balik ini menjadi awal dimulainya siklus

komunikasi yang baru sehingga proses komunikasi terjadi secara

berkelanjutan.

Page 43: PENINGKATAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/58259/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Program Studi Bimbingan dan Konseling Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas

25

5. Asas-Asas Komunikasi Interpersonal

Menurut Suranto (2011), Komunikasi interpersonal melibatkan sekurang-

kurangnya dua orang. Satu orang berperan sebagai pengirim informasi,

dan seorang lainnya sebagai penerima. Secara teoritis, kelancaran

komunikasi ditentukan oleh peran kedua orang tersebut dalam

memformulasikan dan memahami pesan. Berikut ini dikemukakan lima

asas komunikasi interpersonal, yaitu sebagai berikut :

a. Komunikasi berlangsung antara pikiran seseorang dengan pikiran

orang lain.

Komunikasi interpersonal melibatkan sekurangnya dua orang, dan

masing-masing memiliki keunikan jalan pikiran. Dalam

memformulasikan maupun menerima pesan, sangat dipengaruhi oleh

jalan pikiran orang yang bersangkutan. Agar komunikasi berjalan

efektif, maka dipersyaratkan diantara orang-orang yang terlibat

komunikasi tersebut memiliki pengalaman bersama dalam memahami

pesan.

b. Orang hanya bisa mengerti sesuatu hal dengan menghubungkannya

pada suatu hal lain yang telah dimengerti.

Artinya ketika memahami suatu informasi, seseorang akan

menghubungkannya dengan pengalaman dan pengetahuan yang

sudah dimengerti.

c. Setiap orang berkomunikasi tentu mempunyai tujuan.

Komunikasi interpersonal bukanlah keadaan pasif, melainkan suatu

action oriented, ialah suatu tindakan yang berorientasi pada tujuan

tertentu.

d. Orang yang telah melakukan komunikasi mempunyai suatu

kewajiban untuk meyakinkan dirinya bahwa ia memahami makna

pesan yang kan disampaikan itu.

Dalam hal ini proses encoding memiliki arti sangat penting. Hal ini

disebabkan isi pikiran atau ide dai seorang komunikator perlu

diformulasikan secara tepat menjadi pesan yang benar-benar

bermakna sesuai dengan isi pikiran tersebut.

e. Orang yang tidak memahami makna informasi yang diterima,

memiliki kewajiban untuk meminta penjelasan agar tidak terjadi bias

komunikasi.

Page 44: PENINGKATAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/58259/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Program Studi Bimbingan dan Konseling Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas

26

Untuk menghindari kemungkinan terjadinya mis-komunikasi, diperlukan

kesediaan masing-masing pihak yang berkomunikasi untuk menerima

klarifikasi sekiranya tidak memahami arti pesan yang diterimanya.

Dalam hal ini, decoding memiliki peran strategis. Sekiranya penerima

pesan tidak memahami substansi pesan yang diterimanya, maka

merupakan suatu tindakan yang terpuji, apabila sebelum memberikan

respon, terlebih dahulu berusaha mencari penjelasan atas pesan tersebut.

Berdasarkan uraian diatas, bisa ditarik kesimpulan bahwa dalam

komunikasi interpersonal terdapat beberapa asas yang harus diperhatikan

baik oleh pengirim pesan maupun penerima pesan. Asas-asas tersebut

harus diperhatian oleh kedua belah pihak agar proses komunikasi

interpersonal dapat berjalan dengan baik dan efektif.

6. Ciri-Ciri Komunikasi Interpersonal

Komunikasi interpersonal, merupakan jenis komunikasi yang frekuensi

terjadinya cukup tinggi dalam kehidupan sehari-hari. Apabila diamati dan

dikomparasikan dengan jenis komunikasi lainnya, maka dapat

dikemukakan ciri-ciri komunikasi interpersonal, antara lain (Suranto,

2011) :

a. Arus pesan dua arah

Komunikasi interpersonal menempatkan sumber pesan dan penerima

dalam posisi sejajar, sehingga memicu terjadinya pola penyebaran

pesan mengikuti arus dua arah. Artinya komunikator dan komunikan

dapat berganti peran secara cepat. Seorang sumber pesan, dapat

berubah peran sebagai penerima pesa, begitupula sebaliknya. Arus

pesan secara dua arah ini berlangsung secara berkelanjutan.

b. Suasana nonformal

Komunikasi interpersonal biasanya berlangsung dalam suasana

nonformal. Relevan dengan suasana nonformal tersebut, pesan yang

dikomunikasikan biasanya bersifat lisan, buka tertulis. Disamping

Page 45: PENINGKATAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/58259/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Program Studi Bimbingan dan Konseling Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas

27

itu, forum komunikasi yang dipilih biasanya juga cenderung versifat

nonformal, seperti percakapan intim dan lobi, bukan forum formal

seperti rapat,

c. Umpan balik segera

Oleh karena komunikasi biasanya mempertemukan para pelaku

komnikasi secara bertatap muk, maka umpan balik dapat diketahui

dengan segera. Seorang komunikator dapat segera memperoleh

balikan atas pesan yang disampaikan dari komunikan, baik secara

verbal maupun nonverbal.

d. Peserta komunikasi berada dalam jarak yang dekat

Komunikasi interpersonal merupakan metode komunikasi

antarindividu yang menuntut agar peserta komunikasi berada dalam

jarak dekat, baik jarak dalam arti fisik maupun psikologis.

e. Peserta komunikasi mengirim dan menerima pesan secara simultan

dan spontan, baik secara verbal maupun nonverbal.

Untuk meningkatkan keefektifan komunikasi interpersonal, peserta

komunikasi dapat memberdayakan pemanfaatan kekuatan pesan verbal

maupun nonverbal secara simultan. Peserta komunikasi berupaya saling

meyakinkan, dengan mengoptimalkan penggunaan pesan verbal maupun

nonverbal secara bersamaan, saling mengisi, saling memperkuat sesuai

tujuan komunikasi.

Sementara itu Judy C. Pearson (Suranto Aw, 2011:16) menyebutkan

enam karakteristik komunikasi interpersonal, yaitu :

a. Komunikasi interpersonal dimulai dengan diri pribadi (self). Artinya

bahwa segala bentuk proses penafsiran pesan maupun penilaian

mengenai orang lain, berangkat dari diri sendiri.

b. Komunikasi interpersonal bersifat transaksional. Ciri komunikasi

seperti ini terlihat dari kenyataan bahwa komunikasi interpersonal

bersifat dinamis, merupakan pertukaran pesan secara timbal balik

dan berkelanjutan.

c. Komunikasi interpersonal menyangkut aspek isi pesan dan hubungan

antarpribadi. Maksudnya bahwa efektivitas komunikasi interpersonal

tidak hanya ditentukan oleh kulitas pesan, melainkan juga ditentukan

kadar hubungan antarindividu.

d. Komunikasi interpersonal mensyaratkan adanya kedekatan sisik

antara pihak-pihak yang berkomunikasi. Dengan kata lain,

komunikasi interpersonal akan lebih efektif manakala antara pihak-

pihak yang berkomunikasi itu saling bertatap muka.

Page 46: PENINGKATAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/58259/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Program Studi Bimbingan dan Konseling Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas

28

e. Komunikasi interpersonal menempatkan kedua belah pihak yang

berkomunikasi saling tergantung satu dengan lainnya

(interdependensi). Hal ini mengindikasikan bahwa komunikasi

interpersonal melibatkan ranah emosi, sehingga terdapat saling

ketergantungan emosional diantara pihak-pihak yang berkomunikasi.

f. Komunikasi interpersonal tidak dapat diubah maupun diulang.

Artinya, ketika seseorang sudah terlanjur mengucapkan sesuatu

kepada orang lain, maka ucapan itu sudah tidak dapat diubah atau

diulang, karena sudah terlanjur diterima oleh komunikan.

Richard L. Weaver II (Budyatna&Ganiem, 2011:15) menyebutkan

karakteristik-karakteristik komunikasi antarpribadi adalah sebagai

berikut:

a. Melibatkan paling sedikit dua orang

b. Adanya umpan balik atau feedback

c. Tidak harus tatap muka

d. Tidak harus bertujuan

e. Menghasilkan beberapa pengaruh atau effect

f. Tidak harus melibatkan atau menggunakan kata-kata

g. Dipengaruhi oleh konteks

h. Dipengaruhi oleh kegaduhan atau noise.

Pendapat lain dikemukakan oleh Barnlund (Hidayat, 2012:43) tentang

beberapa karakteristik komunikasi antarpribadi, yaitu terjadi secara

spontan, tidak mempunyai struktur yang teratur dan diatur, terjadi secara

kebetulan, tidak mengejar tujuan yang telah direncanakan terlebih

dahulu, dilakukan oleh orang-orang yang identitas keanggotaannya

kadang-kadang kurang jelas, dan bisa terjadi sambil lalu.

Devito (Suranto, 2011:82-84) mengemukakan lima sikap positif yang

perlu dipertimbangkan ketika seseorang merencanakan komunikasi

interpersonal. Lima sikap postif tersebut, meliputi:

a. Keterbukaan (Openness)

Keterbukaan ialah sikap dapat menerima masukan dari orang lain,

serta berkenan menyampaikan informasi penting kepada orang lain.

b. Empati (Empathy)

Empati adalah kemampuan seseorang untuk merasakan kalau

seandainya menjadi orang lain, dapat memahami sesuatu tang sedang

dialami orang lain, dapat merasakan apa yang dirasakan orang lain,

dan dapat memahami suatu persoalan dari sudut pandang orang lain,

melalui kacamata orang lain.

Page 47: PENINGKATAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/58259/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Program Studi Bimbingan dan Konseling Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas

29

c. Sikap mendukung (Supportiveness)

Hubungan interpersonal yang efektif adalah hubungan dimana

terdapat sikap mendukung. Artinya masing-masing pihak yang

berkomunikasi memiliki komitmen untuk mendukung

terselenggaranya interaksi secara terbuka.

d. Sikap positif (Positiveness)

Sikap positif ditunjukkan dalam bentuk sikap dan perilaku. Dalam

bentuk sikap, maksudnya adalah bahwa pihak-pihak yang terlibat

dalam berkomunikasi interpersonal harus memiliki perasaan dan

pikiran positif. Dalam bentuk perilaku, artinya bahwa tindakan yang

dipilih adalah relevan dengan tujuan komunkasi interpersonal, yaitu

secara nyata melakukan aktivitas untuk terjalinnya kerjasama.

e. Kesetaraan (Equality)

Kesetaraan ialah pengakuan bahwa kedua belah pihak memiliki

kepentingan, kedua belah pihak sama-sama bernilai dan berharga, dan

saling memerlukan.

Berdasarkan beberapa ciri-ciri komunikasi interpersonal yang telah

dijelaskan diatas, terlihat bahwa ada beberapa perbedaan dan persamaan

pendapat dari para ahli mengenai ciri-ciri dari komunikasi interpersonal.

Salah satu persamaan pendapat dari beberapa ahli tersebut adalah bahwa

salah satu ciri dari komunikasi interpersonal adalah adanya umpan balik

atau feedback yang diberikan baik oleh komunikan atau komunikator.

Umpan balik dalam proses komunikasi interpersonal tentu memiliki

peran yang sangat penting, karena dari umpan balik yang diberikan, kita

akan bisa melihat apakah kegiatan komunikasi interpersonal yang kita

lakukan berjalan dengan efektif atau tidak. Umpan balik yang baik antara

komunikator dan komunikan akan mampu membuat suatu hubungan

interpersonal yang baik pula, sehingga umpan balik tentu akan sangat

diperhatikan dalam proses komunikasi interpersonal.

Page 48: PENINGKATAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/58259/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Program Studi Bimbingan dan Konseling Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas

30

7. Tujuan Komunikasi Interpersonal

Komunikasi interpersonal merupakan suatu action oriented, ialah suatu

tindakan yang berorientasi pada tujuan tertentu. Tujuan komunikasi

interpersonal itu bermacam-macam, beberapa diantaranya dipaparkan

berikut ini (Suranto, 2011:19-21):

a. Mengungkapkan perhatian kepada orang lain

Salah satu tujuan komunikasi interpersonal adalah mengungkapkan

perhatian kepada orang lain. Dalam hal ini seseorang berkomunikasi

dengan cara menyapa, tersenyum, melambaikan tangan,

membungkukkan badan, dan sebagainya. Pada prinsipnya

komunikasi interpersonal hanya dimaksudkan untuk menunjukkan

adanya perhatian kepada orang lain, dan untuk menghindari kesan

dari orang lain sebagai pribadi yang tertutup, dingin dan cuek.

b. Menemukan diri sendiri

Artinya, seseorang melakukan komunikasi interpersonal karena ingin

informasi dari orang lain. Bila seseorang terlibat komunikasi

interpersonal dengan orang lain, maka terjadi proses belajar banyak

sekali tentang diri maupun orang lain. komunikasi interpersonal

memberikan kesempatan kepada kedua belah pihak untuk berbicara

tentang apa yang disukai dan apa yang dibenci. Dengan saling

membicarakan keadaan diri, minat dan harapan maka seseorang

memperoleh informasi berharga untuk mengenal jati diri, atau

dengan kata lain menemukan diri sendiri.

c. Menemukan dunia luar

Dengan komunikasi interpersonal diperoleh kesempatan untuk

mendapatkan berbagai informasi dari orang lain, termasuk informasi

penting dan aktual.

d. Membangun dan memelihara hubungan yang harmonis

Sebagai makhluk sosial, salah satu kebutuhan setiap orang yang

paling besar adalah membentuk dan memelihara hubungan baik

dengan orang lain.

e. Mempengaruhi sikap dan tingkah laku

Komunikasi interpersonal ialah proses penyampaian suatu pesan

oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahu atau mengubah

sikap, pendapat, atau perilaku baik secara langsung maupun tidak

langsung (dengan menggunakan media).

f. Mencari kesenangan atau sekedar menghabiskan waktu

Ada kalanya, seseorang melakukan komunikasi interpersonal

sekedar mencari kesenangan atau hiburan. Berbicara dengan teman

mengenai acara perayaan hari ulang tahun, berdiskusi mengenai

olahraga, bertukar cerita-cerita lucu adalah merupaka pembicaraan

untuk mengisi dan menghabiskan waktu. Disamping itu juga dapat

mendatangkan kesenangan, kerena komunikasi interpersonal

semacam itu dapat memberikan keseimbangan yang penting dalam

Page 49: PENINGKATAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/58259/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Program Studi Bimbingan dan Konseling Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas

31

pikiran yang memberikan suasana rileks, ringan, dan menghibur dari

semua keseriusan berbagai kegiatan sehari-hari.

g. Menghilangkan kerugian akibat salah komunikasi

Komunikasi interpersonal dapat menghilangkan kerugian akibat

salah komunikasi (mis communication) dan salah interpretasi (mis-

interpretation) yang terjadi antara sumber dan penerima pesan.

h. Memberikan bantuan (konseling)

Ahli-ahli kejiwaan, ahli psikologi klinis dan terapi menggunakan

komunikasi interpersonal dalam kegiatan profesional mereka untuk

mengarahkan kliennya. Dalam kehidupan sehari-hari, dikalangan

masyarakat pun juga dapat dengan mudah diperoleh contoh yang

menunjukkan fakta-fakta bahwa komunikasi interpersonal dapat

dipakai sebagai pemberian bantuan (konseling) bagi orang lain yang

memerlukan.

Dari beberapa tujuan komunikasi interpersonal yang telah dijelaskan

diatas, terlihat bahwa semua tujuan dari komunikasi interpersonal

tersebut akan sangat bermanfaat terhadap diri seseorang apabila dia

mampu untuk melakukan komunikasi interpersonal dengan baik kepada

orang-orang yang berada disekitarnya. Salah satu tujuan komunikasi

interpersonal yang membuat kemampuan komunikasi interpersonal ini

penting untuk dimiliki oleh seorang siswa adalah dengan melakukan

komunikasi interpersonal, seseorang akan mampu untuk menemukan diri

sendiri. Seperti yang telah dijelaskan diatas, maksud dari menemukan diri

sendiri adalah apabila seseorang melakukan komunikasi interpersonal

dengan orang lain maka akan ada proses belajar baik dari pihak

komunikator maupun komunikan, yang pada akhirnya akan memberikan

banyak informasi bagi orang yang melakukan komunikasi tentang dirinya

sendiri. Jadi dengan melakukan komunikasi interpersonal seseorang akan

mampu untuk menemukan diri sendiri atau dengan kata lain dia akan

mampu menemukan jati dirinya. Dan hal ini tentu akan sangat dipenting

Page 50: PENINGKATAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/58259/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Program Studi Bimbingan dan Konseling Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas

32

bagi seorang siswa SMP yang menginjak usia remaja awal, dimana

mereka dalam masa pencarian jati diri, maka komunikasi interpersonal

tentu akan sangat membantu siswa dalam proses menemukan jati diri

yang sesungguhnya.

8. Pentingnya Komunikasi Interpersonal

Komunikasi antarpribadi sangat penting bagi kebahagiaan hidup

manusia. Jhonson (Supratiknya, 2003:9) menunjukkan beberapa peranan

yang disumbangkan oleh komunikasi antarpribadi dalam rangka

menciptakan kebahagiaan hidup manusia yaitu sebagai berikut :

a. Komunikasi interpersonal membantu perkembangan intelektual dan

sosial kita.

b. Identitas dan jati diri kita terbentuk dalam dan lewat komunikasi

dengan orang lain.

c. Dalam rangka menguji realitas disekeliling kita serta menguji

kebenaran kesan-kesan dan pengertian yang kita miliki tentang di

dunia disekitar kita, kita perlu membandingkannya dengan kesan-

kesan dan pengertian orang lain tentang realitas yang sama.

d. Kesehatan mental kita sebagian besar juga ditentukan oleh kualitas

komunikasi atau hubungan kita dengan orang-orang lain, lebih-lebih

orang-orang yang merupakan tokoh-tokoh signifikan (significant

figure) dalam hidup kita.

Berdasarkan uraian diatas bisa disimpulkan bahwa komunikasi

interpersonal sangat penting bagi kehidupan kita sebagai manusia.

Beberapa peranan dari komunikasi interpersonal diatas yang menjadikan

kemampuan komunikasi interpersonal menjadi sangat penting bagi

seorang siswa adalah bahwa komunikasi interpersonal akan bisa

membantu perkembangan intelektual dan sosial, serta identitas diri dan

jati diri akan terbentuk melalui komunikasi antarpribadi

Page 51: PENINGKATAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/58259/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Program Studi Bimbingan dan Konseling Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas

33

B. Konseling Kelompok Behavioral Tenik Assertive training

1. Konseling Kelompok Pendekatan Behavioral

Dalam penggunaan konseling kelompok dikalangan konselor, pendekatan

perilaku merupakan pendekatan yang sangat populer. Kepopuleran

pendekatan ini, menurut Krumboltz dan Thoresen (Kurnanto, 2013)

antara lain disebabkan oleh penekanan pendekatan ini terhadap upaya

melatih atau mengajar konseli tentang pengelolaan diri yang dapat

digunakannya untuk mengendalikan kehidupannya, untuk menangani

masalah masa kini dan masa datang dan mampu berfungsi dengan

memadai tanpa terapi yang terus menerus. Natawidjaja (2009:260) dalam

Kurnanto (2013) menyebutkan bahwa asumsi pokok dari pendekatan ini

adalah bahwa perilaku, kognisi, perasaan bermasalah itu semuanya

terbentuk karena dipelajari dan oleh karena itu, semua dapat diubah

dengan proses belajar yang baru atau belajar kembali.

Ada beberapa konsep pokok yang mesti menjadi acuan bagi para

konselor yang memberikan layanan konseling kelompok dengan

menggunakan pendekatan behavioral sebagai berikut :

a) Pemusatan pada perilaku yang nampal dan khusus

Dalam hal ini konselor kelompok meminta pada konseli untuk

mengkhususkan perilaku apa yang benar-benar ingin diubahnya dan

perilaku baru yang ingin diperolehnya.

b) Tujuan terapeutik yang tepat

Dalam hal ini tugas konselor kelompok adalah merinci dan memilih

tujuan yang khusus, kongkrit, dan dapat diukur yang dapat

ditelusuri dengan sistematik.

c) Perumusan rancangan kegiatan dan penerapan metode-metode yang

berorientasi tindakan

Para anggota kelompok diharapkan melakukan sesuatu, bukan

hanya memperhatikan secara pasif dan terlena dalam introspeksi

saja. Meskipun wawasan kognitif dan emosional dihargai dalam

pendekatan ini , dan mendengarkan secara aktif serta pemahaman

Page 52: PENINGKATAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/58259/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Program Studi Bimbingan dan Konseling Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas

34

yang empatik dianggap sebagai keterampilan konseling yang

penting, akan tetapi konseli harus diajar untuk melakukan tindakan

khusus apabila perubahan perilaku konseli itu diinginkan.

d) Penilaian obyektif terhadap hasil dan balikan

Penilaian kemajuan konseling merupakan suatu proses yang terus

menerus dan berkesinambungan, karena penilaian itu bukan saja

diarahkan kepada hasil konseling, melainkan juga diarahkan kepada

keberhasilan dan efektivitas prosedur dan teknik yang digunakan.

2. Pengertian Konseling Kelompok Teknik Assertive training

a) Konseling Kelompok

Konseling kelompok menurut Harrison (Kurnanto, 2013:7) adalah

“Konseling yang terdiri dari 4-8 konseli yang bertemu dengan 1-2

konselor. Dalam prosesnya, konseling kelompok dapat

membicarakan beberapa masalah, seperti kemampuan dalam

membangun hubungan dan komunikasi, pengembangan harga diri,

dan keterampilan-keterampilan dalam mengatasi masalah”.

Berdasarkan pengertian tersebut, bahwa konseling kelompok dalam

prosesnya, konseling kelompok dapat membicarakan beberapa

masalah, salah satu masalah yang dibahas dalam konseling kelompok

adalah kemampuan dalam membangun hubungan dan komunikasi.

Hal ini tentu menjadi salah satu dasar teori yang menunjukkan bahwa

layanan konseling kelompok memang tepat dalam mengatasi atau

menyelesaikan permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini yaitu

kemampuan komunikasi interpersonal yang rendah.

Pengertian dari Harrison tadi, sejalan dengan pendapat dari Nurihsan

(2007:24) yang mengatakan bahwa :

“Konseling kelompok adalah suatu bantuan kepada individu dalam

situasi kelompok yang bersifat pencegahan dan penyembuhan,

serta diarahkan pada pemberian kemudahan dalam perkembangan

dan pertumbuhannya”.

Page 53: PENINGKATAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/58259/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Program Studi Bimbingan dan Konseling Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas

35

Jadi dengan dilakukannya layanan konseling kelompok, maka siswa

yang mengalami suatu masalah akan dibantu bersama-sama dengan

anggota kelompok yang lain agar siswa tersebut mampu untuk

mengatasi masalah yang sedang dia alami, sehingga nantinya siswa

tersebut akan mampu untuk mandiri saat menghadapi masalah yang

sama pada masa yang akan datang.

Konseling kelompok bersifat memberikan kemudahan dalam

pertumbuhan dan perkembangan individu, dalam arti bahwa konseling

kelompok memberikan dorongan dan motivasi kepada individu untuk

membuat perubahan-perubahan dengan memanfaatkan potensi secara

maksimal sehingga dapat mewujudkan diri

b) Teknik Assertive Training

Willis (2011:72) menjelaskan bahwa assertive training merupakan

teknik dalam konseling behavioral yang menitikberatkan pada kasus

yang mengalami kesulitan dalam perasaan yang tidak sesuai dalam

menyatakannya. Assertive training adalah suatu teknik untuk

membantu klien dalam hal-hal berikut:

a. Tidak dapat menyatakan kemarahan atau kejengkelannya

b. Mereka yang sopan berlebihan dan membiarkan orang lain

mengambil keuntungan padanya.

c. Mereka yang mengalami kesulitan berkata “tidak”.

d. Mereka yang sukar menyatakan cinta dan respon positif lainnya

e. mereka yang merasakan tidak punya hak untuk menyatakan

pendapat dan pikirannya.

Selain itu Gunarsa (2007:217) menjelaskan pengertian latihan asertif

yaitu prosedur latihan yang diberikan kepada klien untuk melatih

perilaku penyesuaian sosial melalui ekspresi diri dari perasaan, sikap,

harapan, pendapat, dan haknya.

Page 54: PENINGKATAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/58259/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Program Studi Bimbingan dan Konseling Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas

36

Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut, maka dapat disimpulkan

bahwa assertive training atau latihan asertif adalah prosedur latihan

yang diberikan untuk membantu peningkatan kemampuan dalam

mengkomunikasikan apa yang diinginkan, dirasakan dan dipikirkan

pada orang lain namun tetap menjaga dan menghargai hak-hak serta

perasaan orang lain.

c) Konseling Kelompok Teknik Assertive training

Berdasarkan pengertian dari konseling kelompok dan teknik assertive

training yang telah dikemukakan diatas, bisa disimpulkan bahwa

konseling kelompok teknik asserive training adalah suatu proses

pemberian bantuan yang diberikan oleh konselor kepada siswa dalam

bentuk kelompok yang dinamis untuk memfasilitasi perkembangan

individu dan atau membantu individu dalam mengatasi masalah yang

dihadapinya secara bersama-sama dengan menggunakan teknik latihan

asertif agar siswa mampu untuk mengkomunikasikan apa yang

diinginkan, dirasakan dan dipikirkan pada orang lain namun tetap

menjaga dan menghargai hak-hak serta perasaan orang lain.

3. Tujuan Konseling Kelompok Teknik Assertive training

a. Tujuan Umum konseling kelompok

Prayitno (2004:2) menyebutkan bahwa tujuan umum layanan

konseling kelompok adalah berkembangnya kemampuan sosialisasi

siswa, khususnya kemampuan komunikasi peserta layanan.

Page 55: PENINGKATAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/58259/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Program Studi Bimbingan dan Konseling Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas

37

Berdasarkan uraian tersebut bisa disimpulkan bahwa tujuan umum

dari kegiatan konseling kelompok adalah berkembangnya

kemampuan siswa dalam sosialisasi dan komunikasi. Hal ini dapat

terjadi karena dalam kegiatan konseling kelompok terdapat dinamika

kelompok. Prayitno (2004:23) dalam Hartinah (2009:64)

menyebutkan bahwa :

“Dinamika kelompok merupakan jiwa yang menghidupkan dan

menghidupi suatu kelompok. Melalui dinamika kelompok, setiap

dinamika anggota kelompok diharapkan dapat dan mampu untuk

tegak sebagai perorangan yang sedang mengembangkan dirinya

dalam hubungannya dengan orang lain. Dinamika kelompok

mengarahkan anggota kelompok untuk melakukan hubungan

interpersonal satu sama lain, dan hal ini akan mampu membuat

anggota kelompok bisa mengembangkan kemampuannya dalam

sosialisasi dan komunikasi dengan anggota lain yang ada dalam

kelompok tersebut”.

b. Tujuan Khusus konseling kelompok

Prayitno (2004:3) menyatakan bahwa konseling kelompok

terfokus pada pembahasan masalah pribadi individu peserta

kegiatan layanan. Melalui layanan konseling kelompok yang

intensif dalam upaya pemecahan masalah tersebut para peserta

layanan memperoleh dua tujuan sekaligus :

a. Terkembangkannya perasaan, pikiran, persepsi, wawasan dan

sikap terarah kepada tingkah laku khususnya dalam

bersosialisasi / komunikasi, dan

b. Terpecahkannya masalah individu yang bersangkutan dan

diperoleh imbasan pemecahan masalah tersebut bagi individu-

individu lain peserta layanan konseling kelompok.

Berdasarkan tujuan khusus dari layanan konseling kelompok

diatas, bisa dilihat bahwa, dengan dilakukannya layanan konseling

kelompok maka perasaan, pikiran, persepsi , wawasan peserta

Page 56: PENINGKATAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/58259/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Program Studi Bimbingan dan Konseling Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas

38

layanan akan bisa berkembang, selain itu sikap peserta layanan

akan terarah kepada tingkah laku khususnya dalam komunikasi.

Sehingga dengan dilakukannya layanan konseling kelompok ini,

maka kemampuan komunikasi interpersonal siswa yang rendah

akan meningkat.

Sementara itu menurut Winkel (Kurnanto, 2013:10), konseling

kelompok dilakukan dengan beberapa tujuan, yaitu :

1. Masing-masing anggota kelompok memahami diirnya dengan

baik dan menemukan dirinya sendiri.

2. Para anggota kelompok mengembangkan kemampuan

berkomunikasi satu sama lain sehingga mereka dapat saling

memberikan bantuan dalam menyelesaikan tugas-tugas

perkembangan yang khas pada fase perkembangan mereka.

3. Para anggota kelompok memperoleh kemampuan pengatur

diri sendiri dan mengarahkan hidupnya sendiri. Para anggota

kelompok menjadi lebih peka terhadap kebutuhan orang lain

dan lebih mampu menghayati perasaan orang lain.

4. Masing-masing anggota kelompok menetapkan suatu sasaran

yang ingin mereka capai, yang diwujudkan dalam sikap dan

perilaku yang lebih konstrktif.

5. Para anggota kelompok lebih berani melangkah maju dan

menerima resiko yang wajar dalam bertindak, dari pada

tinggal diam dan tidak berbuat apa-apa.

6. Para anggota kelompok kecil lebih menyadari dan menghayati

makna dan kehidupan manusia sebagai kehidupan bersama,

yang mengandung tuntutan menerima orang lain dan harapan

akan diterima orang lain.

7. Masing-masing anggota kelompok semakin menyadari bahwa

hal-hal yang memperihatinkan bagi dirinya sendiri kerap juga

menimbulkan rasa prihatin dalam hati orang lain.

8. Para anggota kelompok belajar berkomunikasi degan

anggota-anggota yang lain secara terbuka, dengan saling

menghargai dan menaruh perhatian.

Page 57: PENINGKATAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/58259/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Program Studi Bimbingan dan Konseling Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas

39

c. Tujuan Teknik Assertive training

Teknik assertive training dalam pelaksanaannya tentu memiliki

beberapa tujuan yang ingin dicapai oleh konselor dan klien. Day

(2008) menjelaskan bahwa assertive training membantu klien

belajar kemandirian sosial yang diperlukan untuk

mengekspresikan diri mereka dengan tepat. Sedangkan menurut

Corey (2009) terdapat beberapa tujuan assertive training yaitu :

a) Mengajarkan individu untuk menyatakan diri mereka dalam

suatu cara sehingga memantulkan kepekaan kepada

perasaan dan hak- hak orang lain;

b) Meningkatkan keterampilan behavioralnya sehingga mereka

bisa menentukan pilihan apakah pada situasi tertentu perlu

berperilaku seperti apa yang diinginkan atau tidak;

c) Mengajarkan pada individu untuk mengungkapkan diri

dengan cara sedemikian rupa sehingga terefleksi kepekaanya

terhadap perasaan dan hak orang lain;

d) Meningkatkan kemampuan individu untuk menyatakan dan

mengekspresikan dirinya dengan enak dalam berbagai situasi

sosial;

e) Menghindari kesalahpahaman dari pihak lawan komunikasi.

Berdasarkan paparan diatas, dapat disimpulkan bahwa tujuan

konseling kelompok teknik assertive training adalah untuk

membantu dan melatih siswa agar mampu mengungkapkan

dirinya, mengemukakan apa yang dirasakan secara terbuka, mampu

bersikap empati, bersikap mendukung, bersikap positif dan

menunjukkan sikap kesetaraan dalam berkomunikasi interpersonal

sehingga dapat mengatasi permasalahan dalam berkomunikasi serta

dapat mengembangkan kemampuan komunikasi interpersonal

siswa.

Page 58: PENINGKATAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/58259/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Program Studi Bimbingan dan Konseling Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas

40

d. Komponen Konseling kelompok Teknik Assertive training

Prayitno (2004:4) mengatakan bahwa dalam layanan konseling

kelompok berperan dua pihak, yaitu pemimpin kelompok dan

peserta atau anggota kelompok.

“Pemimpin kelompok adalah konselor yang terlatih dan

berwenang menyelenggarakan parktik konseling profesional. .

Sebagaimana untuk jenis layanan konseling lainya, konselor

memiliki keterampilan khusus menyelenggarakan konseling

kelompok. Secara khusus, PK diwajibkan menghidupkan

dinamika kelompok di antara semua peserta seintensif mungkin

yang mengarah kepada pencapaian tujuan-tujuan umum dan

khusus konseling kelompok. (Prayitno, 2004:4)”

Menurut Prayitno (2004:5) untuk menjalankan tugas dan kewajiban

profesionalnya, seorang pemimpin kelompok harus memiliki

karakteristik seperti yang disebutkan dibawah ini :

1. Pemimpin kelompok adalah seseorang yang mampu untuk

membentuk kelompok dan mengarahkannya sehingga terjadi

dinamika kelompok dalam suasana interaksi antara anggota

kelompok yang bebas, terbuka dan demokratik, konstruktif,

saling mendukung dan meringankan beban, menjelaskan,

memberikan pencerahan, memberikan rasa nyaman,

menggembiarakan, dan membahagiakan, serta mencapai tujuan

bersama kelompok.

2. Pemimpin kelompok adalah seseorang yang berwawasan luas

dan tajam sehingga mampu mengisi, menjembatani,

meningkatkan, memperluas, dan mensinergikan konten bahasan

yang tumbuh dalam aktifitas kelompok.

3. Pemimpin kelompok adalah seseorang yang memiliki

kemampuan hubungan antar-personal yang hangat dan nyaman,

sabar dan memberi kesempatan, demokratik dan kompromistik

dalam mengambil kesimpulan dan keputusan, tanpa memaksakan

dalam ketegasan dan kelembutan, jujur dan tidak berpura-pura,

disiplin dan kerja keras.

Berdasarkan uraian diatas, bisa ditarik kesimpulan bahwa untuk

menjadi seorang pemimpin kelompok, seseorang harus mampu

memenuhi tiga karakteristik seorang pemimpin kelompok yang

Page 59: PENINGKATAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/58259/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Program Studi Bimbingan dan Konseling Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas

41

telah dijelaskan diatas, yaitu memiliki kepribadian yang mampu

membentuk kelompok serta mengarahkannya, memiliki

pengetahuan dan wawasan yang luas dan tajam, serta memiliki

kemampuan hubungan antar-personal yang hangat dan nyaman.

Kegiatan konseling kelompok akan berjalan dengan baik atau tidak

sangat ditentukan oleh pemimpin kelompok, sehingga dalam

kegiatan konseling kelompok, peran pemimpin kelompok sangat

penting dalam menghidupkan dinamika kelompok yang menjadi

kunci utama dalam kegiatan konseling kelompok. Jadi pemenuhan

kriteria pemimpin kelompok diatas tentu harus diperhatikan oleh

setiap orang yang ingin menjadi seorang pemimpin kelompok.

a. Anggota kelompok

Tidak semua kumpulan orang atau individu dapat dijadikan

anggota konseling kelompok. Untuk terselenggaranya

konseling kelompok seorang konselor perlu membentuk

kumpulan individu menjadi sebuah kelompok yang memiliki

persyaratan sebagaimana tersebut di atas. Besarnya kelompok

(jumlah anggota kelompok), dan homogenitas/heterogenitas

anggota kelompok dapat mempengaruhi kinerja kelompok.

Besarnya kelompok tidak boleh terlalu kecil, tetapi tidak boleh

pula terlalu besar. Besarnya kelompok yang efektif apabila

jumlah anggota kelompok tidak melebihi 8 orang. Hal ini

karena kekurang-efektifan kelompok akan mulai terasa jika

jumlah anggota kelompok melebihi 8 orang.

Selain itu homogenitas atau heterogenitas angota kelompok

juga perlu diperhatikan dalam konseling kelompok. Anggota

kelompok yang homogen kurang efektif dalam konseling

Page 60: PENINGKATAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/58259/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Program Studi Bimbingan dan Konseling Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas

42

kelompok. Sebaliknya, anggota kelompok yang heterogen akan

menjadi sumber yang lebih kaya untuk pencapaian tujuan

layanan. Heterogenitas dapat mendobrak dan memecahkan

kebekuan yang terjadi akibat homogenitas anggota kelompok.

Prayitno (2004:12) menyebutkan bahwa dalam kegiatan

konseling kelompok terdapat peranan anggota kelompok, yaitu

Peran anggota kelompok (AK) dalam layanan konseling

kelompok bersifat dari, oleh, dan untuk anggota kelompok itu

sendiri. Masing-masing AK beraktifitas langsung dan mandiri

dalam bentuk :

a) Mendengar, memahami, dan merespon dengan tepat dan

positif

b) Berpikir dan berpendapat

c) Menganalisis, mengkritisi dan berargumentasi

d) Merasa, berempati dan bersikap

e) Berpartisipasi dalam kegiatan bersama.

Berdasarkan uraian tentang anggota kelompok diatas, bisa ditarik

kesimpulan bahwa dalam kegiatan konseling kelompok, jumlah

anggota dan homogenitas/heterogenitas anggota kelompok dapat

mempengaruhi kinerja kelompok, sehingga sebelum melakukan

layanan konseling kelompok perlu diperhatikan berapa besar

jumlah anggota yang mampu untuk membuat layanan konseling

kelompok bisa berjalan dengan efektif. Selain itu anggota

kelompok juga sebaiknya bersifat heterogen , karena seperti yang

telah djelaskan diatas, anggota kelompok yang heterogen akan

menjadi sumber yang lebih kaya untuk pencapaian tujuan layanan.

Page 61: PENINGKATAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/58259/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Program Studi Bimbingan dan Konseling Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas

43

e. Asas-Asas Konseling Kelompok Teknik Assertive Training

Keberhasilan konseling kelompok sangat ditentukan oleh

diwujudkannya asas-asas dalam konseling kelompok. Seperti

diungkapkan oleh Prayitno (2004:13) mengemukakan bahwa dalam

pelaksanaan layanan konseling kelompok terdapat asas-asas yang

diperlukan untuk memperlancar pelaksanaan dan lebih menjamin

keberhasilan kegiatan konseling kelompok sehingga dapat mencapai

tujuan yang diharapkan.

Berikut ini beberapa asas-asas konseling kelompok menurut Prayitno

yaitu:

1) Asas kerahasiaan, yaitu para anggota harus menyimpan dan

merahasiakan informasi apa yang dibahas dalam kelompok,

terutama hal-hal yang tidak layak diketahui orang lain

2) Asas kesukarelaan, yaitu semua anggota dapat menampilkan

diri secara spontan tanpa malu atau dipaksa oleh teman lain

atau pemimpin kelompok.

3) Asas keterbukaan, yaitu para anggota bebas dan terbuka

mengemukakan pendapat, ide, saran, tentang apa saja yang

yang dirasakan dan dipikirkannya tanpa adanya rasa malu dan

ragu-ragu.

4) Asas kegiatan, yaitu partisipasi semua anggota kelompok

dalam mengemukakan pendapat sehingga cepat tercapainya

tujuan konseling kelompok.

5) Asas kenormatifan, yaitu semua yang dibicarakan dalam

kelompok tidak boleh bertentangan dengan norma-norma dan

kebiasaan yang berlaku (prayitno, 2004:13-15).

Asas-asas dalam kegiatan konseling kelompok ini sangat penting

untuk dipatuhi, karena dengan dipatuhinya semua asas-asas yang

ada maka pelaksanaan layanan konseling kelompok akan berjalan

dengan baik dan lancar sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.

Asas yang paling penting dan sangat utama dalam kegiatan layanan

Page 62: PENINGKATAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/58259/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Program Studi Bimbingan dan Konseling Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas

44

konseling kelompok adalah asas kerahasiaan. Didalam kegiatan

konseling kelompok, segala sesuatu yang dibahas dan muncul

dalam kegiatan kelompok hendaknya menjadi rahasia kelompok

yang hanya diketahui oleh anggota kelompok dan tidak

disebarluaskan keluar kelompok. Aplikasi asas kerahasiaan ini

penting dalam konseling kelompok karena pokok bahasan adalah

masalah pribadi yang dialami anggota kelompok. Di sini posisi asas

kerahasiaan sama posisinya seperti dalam layanan konseling

perorangan. Pemimpin kelompok dengan sunguh-sungguh

hendaknya memantapkan asas ini sehingga seluruh anggota

kelompok berkomitmen penuh untuk melaksanakannya.

f. Dinamika Kelompok Teknik Assertive Training

Dinamika kelompok adalah suasana kelompok ayang hidup, yang

ditandai oleh semangat bekerjasama antar anggota kelompok untuk

mencapai tujuan kelompok. Dalam suasana seperti ini seluruh

anggota kelompok menampilkan dan membuka diri serta

memberikan sumbangan bagi suksesnya kegiatan kelompok.

Prayitno (Kurnanto, 2013:123) mengemukakan bahwa :

“Secara khusus, dinamika kelompok dapat dimanfaatkan untuk

pemecahan masalah pribadi para anggota kelompok, yaitu

apabila interaksi dalam kelompok itu difokuskan pada

pemecahan masalah pribadi yang dimaksudkan. Dalam suasana

seperti ini melalui dinamika kelompok yang berkembang

masing-masing angota kelompok akan menyumbang baik

langsung maupun tidak langsung dalam pemecahan masalah

pribadi tersebut”.

Page 63: PENINGKATAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/58259/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Program Studi Bimbingan dan Konseling Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas

45

Kehidupan kelompok yang dijiwai oleh dinamika kelompok akan

menentukan arah dan gerak pencapaian tujuan kelompok.

Konseling kelompok memanfaatkan dinamika kelompok sebagai

media untuk membimbing anggota kelompok dalam mencapai

tujuan. Media dinamika kelompok ini adalah unik dan hanya dapat

ditemukan dalam suatu kelompok yang benar-benar hidup.

Kelompok yang hidup adalah kelompok yang dinamis, bergerak

dan aktif berfungsi untuk memenuhi suatu kebutuhan dan mencapai

tujuan.

Dalam konseling kelompok, dengan memanfaatkan dinamika

kelompok para anggota kelompok dapat mengembangkan diri dan

memperoleh keuntungan- keuntungan lainnya. Arah pengembangan

diri yang dimaksud terutama adalah dikembangkannya

kemampuan-kemampuan sosial secara umum yang

selayaknya dikuasai oleh individu-individu yang berkepribadian

mantap. Keterampilan berkomunikasi secara efektif, sikap tenggang

rasa, memberi dan menerima, toleran, mementingkan musyawarah

untuk mencapai mufakat seiring dengan sikap demokratis, memiliki

rasa tanggung jawab sosial seiring dengan kemandirian yang kuat

merupakan arah pengembangan pribadi yang dapat dijangkau

melalui diaktifkannya dinamika kelompok itu.

Berdasarkan uraian tentang dinamika kelompok diatas, bisa ditarik

kesimpulan bahwa dalam layanan konseling kelompok teknik

assertive training, dinamika kelompok memegang peranan yang

Page 64: PENINGKATAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/58259/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Program Studi Bimbingan dan Konseling Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas

46

sangat penting. Seperti yang telah dijelaskan diatas, suatu

kelompok dikatakan hidup apabila kelompok tersebut dinamis,

bergerak dan aktif untuk mencapai suatu tujuan. Kelompok yang

didalamnya terdapat dinamika kelompok yang baik maka hal

tersebut akan membantu dalam pencapaian tujuan konseling

kelompok. Melalui dinamika kelompok juga, kemampuan anggota

kelompok dalam berbagai hal akan bisa berkembang denga baik,

salah satunya yaitu kemampuan komunikasi interpersonal.

g. Tahap-Tahap Pelaksanaan Konseling kelompok Teknik Assertive

Training

Pelaksanaan assertive training memiliki beberapa tahapan atau

prosedur yang akan dilalui ketika pelaksanaan latihan. Pada

umumnya teknik untuk melakukan latihan asertif, mendasarkan

pada prosedur belajar dalam diri seseorang yang perlu diubah,

diperbaiki dan diperbarui. Masters (Gunarsa, 2007)

meringkas beberapa jenis prosedur latihan asertif, yakni:

1. Identifikasi terhadap keadaan khusus yang menimbulkan

persoalan pada pasien atau klien.

2. Memeriksa apa yang dilakukan atau dipikirkan pasien atau

klien pada situasi tersebut.

3. Dipilih sesuatu situasi khusus di mana pasien atau klien

melakukan permainan peran (role play) sesuai dengan apa yang

ia perlihatkan.

4. Konselor memberikan umpan balik secara verbal, menekankan

hal yang positif dan menunjukkan hal-hal yang tidak sesuai (

tidak cocok) dengan sikap yang baik dan dengan cara yang

tidak menghukum atau menyalahkan.

5. Konselor memperlihatkan model perilaku yang lebih

diinginkan, pada pasien atau klien menerima model perilaku

jika sesuai ( terjadi pergantian peran).

6. Konselor membimbing, menjelaskan hal-hal yang mendasari

Page 65: PENINGKATAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/58259/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Program Studi Bimbingan dan Konseling Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas

47

perilaku yang diinginkan.

7. Selama berlangsung proses peniruan, terapis meyakinkan

pernyataan dirinya yang positif yang diikuti oleh perilaku.

8. Pasien atau klien kemudian berusaha untuk mengulangi respon

tersebut.

9. Konselor menghargai perkembangan yang terjadi pada pasien

atau klien dengan “pembentukan” (shaping) atau dukungan

tertentu yang menyertai pebentukan respon baru.

(Langkah nomor lima, enam, tujuh dan delapan, diulang

sampai terapis dan pasien atau klien puas terhadap respon-

responnya yang setidaknya sudah berkurang ansietasnya

dan tidak membuat pernyataan diri(self- sentiment) yang

negatif.)

10. Sekali pasien atau klien dapat menguasai keadaan sebelumnya

menimbulkan sedikit ansietas, terapis melangkah maju ke

hierarki yang lebih tinggi dari keadaannya yang menjadi

persoalan.

11. Kalau interaksinya terjadi dalam jangka waktu lama, harus

dipecah menjadi beberapa bagian yang diatur waktunya.

Selanjutnya terapis bersama pasien atau klien menyusun

kembali urutan keseluruhannya secara lengkap.

12. Diantara waktu-waktu pertemuan, terapis menyuruh pasien

atau klien melatih dalam imajinasinya, respon yang cocok

pada beberapa keadaan. Kepada mereka juga diminta

menyertakan pernyataan diri yang terjadi selama melakukan

imajinasi. Hasil apa yang dilakukan pasien atau klien,

dibicarakan pada pertemuan berikutnya.

Pada saat pasien atau klien memperlihatkan ekspresi yang

cocok dari perasaan-perasaannya yang negatif, terapis

menyuruhnya melakukan dengan respon yang paling ringan.

Selanjutnya pasien atau klien harus memberikan respons yang

kuat kalau respon tidak efektif.

13. Konselor harus menentukan apakah pasien atau klien

sudah mampu memberikan respon yang sesuai dari dirinya

sendiri secara efektif terhadap keadaan baru, baik dari laporan

langsung yang diberikan maupun dari keterangan orang lain

yang mengetahui keadaan pasien atau klien.

Page 66: PENINGKATAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/58259/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Program Studi Bimbingan dan Konseling Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas

48

Kelebihan dan Kekurangan Latihan Asertif

1. Kelebihan pelatihan asertif ini akan tampak pada:

a. Pelaksanaannya yang cukup sederhana

b. Penerapannya dikombinasikan dengan beberapa pelatihan

seperti relaksasi, ketika individu lelah dan jenuh dalam

berlatih, kita dapat melakukan relaksasi supaya menyegarkan

individu itu kembali. Pelatihannya juga bisa menerapkan

teknik modeling, misalnya konselor mencontohkan sikap

asertif langsung dihadapan konseli. Selain itu juga dapat

dilaksanakan melalui kursi kosong, misalnya setelah konseli

mengatakan tentang apa yang hendak diutarakan, ia langsung

mengutarakannya di depan kursi yang seolah-olah dikursi itu

ada orang yang dimaksud oleh konseli.

c. Pelatihan ini dapat mengubah perilaku individu secara

langsung melalui perasaan dan sikapnya.

d. Disamping dapat dilaksanakan secara perorangan juga dapat

dilaksanakan dalam kelompok. Melalui latihan-latihan

tersebut individu diharapkan mampu menghilangkan

kecemasan-kecemasan yang ada pada dirinya, mampu

berfikir realistis terhadap konsekuensi atas keputusan yang

diambilnya serta yang paling penting adalah menerapkannya

dalam kehidupan ataupun situasi yang nyata.

2. Kelemahan pelatihan asertif ini akan tampak pada:

a. Meskipun sederhana namun membutuhkan waktu yang

tidak sedikit, ini juga tergantung dari kemampuan individu

itu sendiri

b. Bagi konselor yang kurang dapat mengkombinasikannya

dengan teknik lainnya, pelatihan asertif ini kurang dapat

berjalan dengan baik atau bahkan akan membuat jenuh dan

bosan konseli atau peserta, atau juga membutuhkan waktu

yang cukup lama.

Page 67: PENINGKATAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/58259/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Program Studi Bimbingan dan Konseling Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas

49

C. Peningkatkan Kemampuan Komunikasi Interpersonal Menggunakan

Konseling Kelompok Teknik Assertive training

Komunikasi interpersonal adalah komunikasi antara orang-orang secara

tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang

lain secara langsung, baik secara verbal maupun nonverbal (Mulyana,

2008:81) dalam Suranto (2011:3). Sedangkan menurut Devito, komunikasi

interpersonal adalah penyampaian pesan oleh satu orang dan penerimaan

pesan oleh orang lain atau sekelompok kecil orang, dengan berbagai

dampaknya dan dengan peluang untuk memberikan umpan balik segera.

Komunikasi interpersonal berperan penting bagi kebahagiaan hidup seorang

individu yang dalam hal ini adalah siswa yang sudah mulai menginjak usia

remaja. Hal ini karena pada masa remaja, siswa mulai akan mencari identitas

dan jati dirinya, dan berdasarkan pendapat dari Jhonson ( Supratiknya,

2003:9) bahwa identitas dan jati diri akan bisa terbentuk lewat komunikasi

dengan orang lain. Selain itu, komunikasi interpersonal juga akan membantu

perkembangan intelektual dan sosial siswa.

Dua perkembangan ini tentu sangat penting bagi kehidupan seorang siswa

disekolah, sehingga dengan kemampuan komunikasi yang tinggi maka

perkembangan intelektual dan sosial siswa tidak akan terhambat. Siswa yang

memiliki kemampuan komunikasi interpersonal rendah tentu akan

mendapatkan berbagai hambatan dalam kehidupannya, seperti hambatan

dalam mengikuti proses belajar mengajar disekolah, hambatan dalam

pergaulan dengan teman sebaya serta hambatan-hambatan lain yang bisa

Page 68: PENINGKATAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/58259/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Program Studi Bimbingan dan Konseling Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas

50

didapatkan oleh siswa apabila dia memiliki kemampuan komunikasi

interpersonal yang baik.

Oleh karena itu, perlu adanya bantuan yang diberikan kepada siswa yang

memiliki kemampuan komunikasi interpersonal yang rendah agar siswa

tersebut bisa meningkatkan kemampuan komunikasi interpersonalnya. Salah

satu layanan yang bisa digunakan untuk membantu siswa agar bisa

meningkatkan kemampuan komunikasi interpersonalnya adalah layanan

konseling kelompok dengan teknik latihan asertif.

Layanan konseling kelompok adalah suatu layanan yang diberikan kepada

sekelompok siswa dalam pengentasan masalah yang dihadapinya baik

masalah pribadi, sosial, belajar dan karir dengan memanfaatkan dinamika

kelompok. Dalam melakukan konseling kelompok terdapat beberapa

pendekatan dan teknik yang dapat digunakan, salah satunya adalah

pendekatan behavioral dengan teknik asertive training (latihan asertif).

Teknik latihan asertif ini dipilih oleh peneliti karena pada dasarnya individu

memiliki komunikasi interpersonal yang baik apabila mampu

mengkomunikasikan apa yang diinginkan, dirasakan, dan dipikirkan kepada

orang lain dalam berkomunikasi diperlukan sikap asertif. Purwanta

(2012:166) menjelaskan asertivitas atau sikap asertif adalah kemampuan dan

kemauan untuk menyatakan secara langsung berdasarkan kondisi

interpersonalnya. Sehingga diperlukan suatu upaya untuk dapat

menumbuhkan sikap asertif agar seorang individu mampu berkomunikasi

dengan baik. Menurut Alvonco (2014:112) menyatakan bahwa sikap asertif

Page 69: PENINGKATAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/58259/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Program Studi Bimbingan dan Konseling Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas

51

atau tegas berarti mampu untuk menyampaikan pikiran, perasaan, atau

keyakinan secara terbuka dan jujur dengan cara yang dapat diterima oleh

orang lain. Seorang yang asertif akan berani menyampaikan pendapat atau isi

pikirannya tanpa ada kekhawatiran bahwa apa yang ia sampaikan tidak akan

diterima oleh orang lain atau akan direndahkan oleh orang lain atau

menimbulkan pertentangan/permusuhan berkepanjangan.

Willis (2011:73) mengungkapkan bahwa assertive training merupakan teknik

dalam konseling behavioral yang menitikberatkan pada kasus yang

mengalami kesulitan dalam perasaan yang tidak sesuai dalam

menyatakannya. Hal ini sejalan dengan pendapat Corey (2010) yang

menyatakan bahwa latihan asertif bisa diterapkan terutama pada situasi-

situasi interpersonal dimana individu mengalami kesulitan untuk menerima

kenyataan bahwa menyatakan atau menegaskan diri adalah tindakan yang

layak atau benar. Selain itu, Sunardi (2010) menyebutkan bahwa secara

umum, orang yang asertif dicirikan dengan sikapnya yang terbuka, jujur.

suportif, adaptif, aktif, positif, dan penuh penghargaan terhadap diri sendiri

maupun orang lain. Sehingga dapat disimpulkan dengan melakukan latihan

asertif maka kemampuan komunikasi interpersonal siswa akan meningkat.

Beberapa hasil penelitian yang relevan dan mendukung bahwa kemampuan

komunikasi interpersonal dapat ditingkatkan menggunakan teknik assertive

training adalah dari hasil penelitian Trisnaningtyas dan Nursalim (2009)

yang menunjukkan bahwa penerapan latihan asertif dapat meningkatkan

keterampilan komunikasi interpersonal siswa. Terdapat pula hasil penelitian

Page 70: PENINGKATAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/58259/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Program Studi Bimbingan dan Konseling Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas

52

lain dari Widayanti dan Warsito (2012) yang menunjukkan bahwa terdapat

peningkatan skor komunikasi interpersonal secara signifikan pada kelompok

siswa yang dibantu dengan latihan asertif dibandingkan dengan kelompok

siswa yang dibantu dengan metode konvensional.

Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti memperkirakan bahwa layanan

konseling kelompok dengan teknik assertive training adalah suatu layanan

dan teknik yang tepat untuk digunakan, sehingga kemampuan komunikasi

interpersonal siswa yang rendah dapat ditingkatkan melalui layanan

konseling kelompok dengan teknik latihan asertif tersebut.

Page 71: PENINGKATAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/58259/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Program Studi Bimbingan dan Konseling Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas

53

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian adalah lokasi tertentu yang digunakan untuk objek dan

subjek yang akan diteliti dalam penelitian. Sesuai dengan judul penelitian ini,

maka peneliti melakukan penelitian dengan mengambil lokasi penelitian di

SMP Negeri 3 Terbanggi Besar. Waktu penelitian adalah semester genap

tahun ajaran 2017/2018.

B. Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan cara ilmiah yang di gunakan untuk

mengumpulkan data dengan tujuan tertentu. Penggunaan metode

dimaksudkan agar kebenaran yang diungkap benar-benar dapat

dipertanggung jawabkan dan memiliki bukti ilmiah yang akurat dan dapat

dipercaya.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen semu (quasi

experimental).

Seniati (2005:37) menyatakan bahwa “eksperimen kuasi berbeda dengan

penelitian eksperimen karena tidak memenuhi tiga syarat utama dari suatu

penelitian eksperimen yaitu manipulasi, kontrol dan randomisasi”.

Page 72: PENINGKATAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/58259/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Program Studi Bimbingan dan Konseling Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas

54

Pada penelitian ini, peneliti tidak menggunakan kelompok kontrol dan

randomisasi, peneliti hanya melihat hasil dari pemberian layanan konseling

kelompok pada siswa yang komunikasi interpersonal nya rendah di kelas VIII

di SMP Negeri 3 Terbanggi Besar.

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah One Group Pretest-

Posttest Design yaitu eksperimen yang dilaksanakan pada satu kelompok saja

tanpa kelompok pembanding. Desain one group pre-test and post-test design

adalah suatu teknik untuk mengetahui efek sebelum dan sesudah pemberian

perlakuan” (Sugiyono 2010:74). Dalam desain ini dilakukan dua kali

pengukuran, pengukuran pertama dilakukan sebelum diberi layanan konseling

kelompok dan pengukuran kedua dilakukan setelah diberi layanan konseling

kelompok.

Desain ini dapat digambarkan seperti berikut:

Pengukuran Pengukuran

(Pretest) Perlakuan (Posttest)

Gambar 3.1 Pola One-Group Pretest-Posttest Design (Sugiyono, 2008)

Keterangan :

O1 : Pretest yaitu untuk mengukur tingkat kemampuan komunikasi

interpersonal sebelum diberikan perlakuan konseling kelompok

dengan teknik asertif training

X : Treatment/Perlakuan konseling kelompok dengan teknik asertif

training

O2 : Posttest yaitu mengukur tingkat kemampuan komunikasi

interpersonal setelah diberikan perlakuan konseling kelompok

dengan teknik asertif training

O1 X O2

Page 73: PENINGKATAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/58259/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Program Studi Bimbingan dan Konseling Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas

55

C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

1. Variabel Penelitian

Sugiyono (2013) mengatakan, variabel penelitian adalah suatu atribut atau

sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi

tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian

ditarik kesimpulannya.

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel bebas

(independen) dan variabel terikat (dependen), yaitu:

a. Variabel Bebas (independen)

Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi

sebab perubahan atau timbulnya variabel dependen (terikat). Variabel

bebas pada penelitian ini yaitu teknik assertive training. Treatment

teknik assertive training disini diharapkan dapat menjadi sebab

perubahan kemampuan komunikasi interpersonal (variabel terikat),

perubahan yang dimaksud adalah meningkatnya kemampuan

komunikasi interpersonal yang dimiliki subjek penelitian.

Sesuai dengan langkah-langkah latihan assertive training dijelaskan

bahwa :

1. Pemimpin kelompok melakukan identifikasi terhadap

keadaan khusus yang menimbulkan persoalan pada anggota

kelompok yang mengalami masalah. Keadaan khusus yang

menimbulkan persoalan pada konseli adalah gugup saat

diminta untuk presentasi didepan kelas dan juga gugup untuk

Page 74: PENINGKATAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/58259/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Program Studi Bimbingan dan Konseling Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas

56

menyampaikan pendapat saat diminta guru menyampaikan

pendapat, sulit untuk menyampaikan pendapat, menjawab

pertanyaan, serta melakukan presentasi dalam sebuah diskusi

kelompok.

2. Memeriksa apa yang dilakukan atau dipikirkan pada situasi

tersebut. Hal yang dilakukan oleh konseli adalah merasa

gugup, badan bergemetar dan berkeringat dingin, dan susah

untuk berbicara.

3. Setelah semua anggota kelompok menyampaikan

permasalahannya, pemimpin kelompok beserta anggota

kelompok kemudian memilih masalah mana yang akan di

diselesaikan terlebih dahulu. Berdasarkan masalah-masalah

yang telah diceritakan oleh anggota kelompok yang memiliki

masalah berkaitan dengan komunikasi interpersonal yaitu

gugup saat diminta untuk presentasi didepan kelas dan juga

gugup untuk menyampaikan pendapat saat diminta guru

menyampaikan pendapatnya. Sehingga berdasarkan

kesepakatan antara pemimpin kelompok dan anggota

kelompok maka permasalahan tersebut yang akan

diselesaikan dengan teknik assertive training yaitu dengan

permainan peran pada pertemuan pertama ini. Pemimpin

kelompok kemudian memberikan kesempatan kepada ke 5

anggota kelompok yang memiliki permasalahan yang sama

untuk memberanikan dirinya memainkan peran sebagai

seorang siswa yang akan mempresentasikan hobinya didepan

teman-temannya. TAS sebagai salah satu anggota kelompok

yang memiliki masalah kemudian mengajukan diri untuk

memainkan peran tersebut dan pemimpin kelompok

kemudian menjelaskan bagaimana permainan peran yang

akan TAS dan anggota kelompok yang lain lakukan.

Page 75: PENINGKATAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/58259/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Program Studi Bimbingan dan Konseling Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas

57

Setelah semua anggota kelompok memahami apa yang harus

mereka lakukan pada permainan peran pada pertemuan

pertama ini, TAS kemudian bertukar posisi dengan pemimpin

kelompok dan mulai menceritakan apa hobi yang dia sukai.

TAS bercerita bahwa hobinya adalah membaca novel yaitu

novel yang berjudul let go. Novel ini bercerita tentang

persahabatan dan kehilangan yang terdapat empat orang

wanita yang memiliki sifat yang berbeda-beda. Keempat

wanita ini bersahabat dan akhirnya salah satu dari sahabar

mereka pindah negara dan mereka merasa kehilangan yang

biasa nya setiap hari menghabiskan waktu bersama. Anggota

kelompok yang lain mendengarkan cerita TAS dengan

seksama, karena setelah TAS selesai menceritakan hobinya,

pemimpin kelompok kemudian meminta anggota kelompok

yang lain untuk mengajukan pertanyaan kepada TAS. Tujuan

pemimpin kelompok meminta anggota kelompok lain untuk

melatih keberanian, melatih cara berpikir, melatih anggota

kelompok agar mampu merangkai suatu pertanyaan dan

melatih kepercayaan diri anggota kelompok. Pada awalnya,

anggota kelompok yang menjadi pendengar masih terlihat

gugup untuk bertanya, dan saat diminta salah satu dari

mereka untuk bertanya tanpa ditunjuk atau digilir, FA

memberanikan diri untuk bertanya. Kemudian setelah TAS

menjawab pertanyaan dari FA, pemimpin kelompok

menggilir anggota kelompok untuk bertanya karena mereka

masih terlihat gugup dan tidak berani untuk bertanya.

Beberapa anggota kelompok masih ada yang terlihat bingung

dan gugup saat mengutarakan pertanyaan kepada TAS, tetapi

mereka tetap mencoba untuk memberanikan diri. Anggota

kelompok yang sama sekali belum berani untuk bertanya

adalah MSP dan STM , saat pemimpin kelompok

menanyakan alasan tidak bertanya, mereka mengatakan

Page 76: PENINGKATAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/58259/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Program Studi Bimbingan dan Konseling Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas

58

masih sangat gugup dan bingung akan bertanya apa.

Sedangkan TAS sebagai penjawab untuk mulai terlihat

tenang saat menjawab pertanyaan dari teman-temannya.

4. Kegiatan yang dilakukan selanjutnya adalah pemimpin

kelompok memberikan umpan balik secara verbal kepada

TAS tentang hal positif yang telah ditunjukkannya seperti

memberikan pujian kepada TAS karena dia sudah berani

untuk bercerita dan meyakinkan TAS untuk tidak merasa

gugup dan menceritakan hobi nya dengan lebih santai.

Pemimpin kelompok juga memberikan arahan serta

membimbing TAS saat melakukan permainan peran. Saat

TAS kurang sistematis dalam menceritakan novel tersebut,

pemimpin kelompok memberikan arahan kepada TAS untuk

menceritakan terlebih dahulu siapa saja tokoh dari novel

tersebut, bagaimana konflik yang terjadi dan bagaimana alur

cerita tersebut.

5. Pemimpin kelompok kemudian mencontohkan apa saja

pertanyaan yang bisa di tanyakan kepada anggota kelompok

yang belum berani bertanya untuk mencoba memberanikan

diri bertanya kepada TAS , Berberapa contoh pertanyaan

yang bisa ditanyakan kepada TAS seperti “pesan moral apa

yang bisa TAS ambil dari novel tersebut?”, “apakah pada

akhirnya persahabatan mereka bertiga putus atau tidak?”.

Pemimpin kelompok kemudian meminta MSP dan STM

untuk menanyakan pertanyaan yang telah disebutkan tadi

kepada TAS, kemudian TAS menjawab pertanyaan itu

dengan tenang.

6. Pemimpin kelompok kemudian membimbing dan

menjelaskan hal-hal yang mendasari perilaku yang

diinginkan. Pada tahap ini, pemimpin kelompok menjelaskan

bahwa untuk tampil presentasi didepan hal pertama yang

harus dimiliki adalah rasa berani, percaya dan yakin pada

Page 77: PENINGKATAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/58259/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Program Studi Bimbingan dan Konseling Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas

59

kemampuan diri sendiri. Pemimpin kelompok mengambil

contoh TAS yang tadi berani untuk mengajukan diri

melakukan presentasi, walau TAS sebenarnya merasa sangat

gugup tapi karena TAS berani mencoba dan merasa yakin

akan mampu melakukannya, walau masih gugup tapi pada

akhirnya TAS bisa melakukan presentasi tersebut. Hal lain

yang harus anggota kelompok tanamkan dalam diri bila ingin

memiliki komunikasi interpersonal yang baik adalah mau

berusaha untuk berubah menjadi lebih baik, karena dengan

kemauan yang kuat seseorang akan dapat mecapai apa yang

ia inginkan.

7. Selama berlangsungnya proses peniruan, pemimpin

kelompok memberikan keyakinan kepada semua anggota

kelompok bahwa mereka pasti bisa untuk melakukan

presentasi dan bertanya yang diikuti oleh perilaku TAS yang

pada akhirnya berani untuk melakukan presentasi dan

beberapa anggota kelompok yang sudah berani untuk

bertanya walau masih terlihat gugup.

8. TAS yang masih berdiri didepan semua anggota kelompok

kemudian diminta oleh pemimpin kelompok untuk

menceritakan perasaan yang dirasakan saat melakukan

presentasi. TAS menceritakan bahwa pada awalnya dia

merasa sangat gugup tetapi setelah bercerita perasaan gugup

yang dia rasakan mulai berkurang, setelah selesai bercerita

dan menjawab pertanyaan TAS merasa lebih santai. Selain

TAS pempin kelompok juga meminta anggota kelompok

yang lain untuk menceritakan perasaan mereka saat diminta

untuk bertanya. Hal ini pempin kelompok lakukan untuk

melatih keberanian anggota kelompok dalam mengeluarkan

pendapat didepan teman-temannya.

9. Pemimpin kelompok menghargai perkembangan yang terjadi

pada anggota kelompok yaitu sudah mampu melakukan

Page 78: PENINGKATAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/58259/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Program Studi Bimbingan dan Konseling Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas

60

presentasi dan bertanya. Pemimpin kelompok memberikan

pujian dan motivasi kepada semua anggota kelompok untuk

bisa mengembangkan komunikasi interpersonal mereka

dimulai dengan berani untuk mencoba dan yakin akan

mampu untuk melakukan hal tersebut.

10. Setelah melakukan permainan peran yang berhubungan

dengan masalah anggota kelompok yaitu takut untuk

melakukan presentasi dideepan kelas, kecemasan dan rasa

gugup beberapa anggota kelompok mulai berkurang,

walaupun sebagian besar anggota kelompok masih terlihat

gugup dan cemas. Pemimpin kelompok mencoba untuk

mengajak anggota kelompok untuk melakukan diskusi

tentang hal apa saja yang membuat anggota kelompok merasa

cemas dan gugup saat diminta melakukan presentasi dan

bertanya.

11. Pemimpin kelompok menyampaikan kembali bahwa

pelaksanaan konseling kelompok teknik assertive training

akan dilakukan sebanyak 6 kali pertemuan dan pada setiap

pertemuan akan ada pergantian peran sehingga semua

anggota kelompok akan ikut serta dalam permainan peran

tersebut. Pemimpin kelompok kemudian mendiskusikan

kembali kapan pertemuan selanjutnya akan dilakukan

12. Pada akhir pertemuan pemimpin kelompok meminta semua

anggota kelompok untuk melatih dalam imajinasinya apa

yang telah dilakukan pada permainan peran tadi yaitu

mencoba berani untuk melakukan presentasi dan berani untuk

bertanya saat kegiataan belajar mengajar. Kemudian

pemimpin kelompok meminta anggota kelompok untuk

membuat pertanyaan apa yang mereka rasakan dan apa yang

terjadi selama melakukan imajinasi. Hal tersebut akan

dibahas pada pertemuan selanjutnya.

Page 79: PENINGKATAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/58259/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Program Studi Bimbingan dan Konseling Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas

61

13. Saat melakukan permainan peran, TAS yang tadinya sangat

gugup perlahan-lahan terlihat lebih santai dan lancar saat

diminta untuk menceritakan lebih jauh tentang hobinya dan

saat menjawab pertanyaan anggota kelompok yang lain pada

sesi tanya jawab. Anggota kelompok yang lain juga beberapa

sudah mulai berani untuk mengungkapkan pendapatnya saat

pemimpin kelompok meminta setiap anggota kelompok

untuk menceritakan perasaan yang dirasakan saat melakukan

permainan peran.

b. Variabel Terikat (dependen)

Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi

akibat, karena adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian

ini adalah kemampuan komunikasi interpersonal.

2. Definisi Operasional

Definisi operasional variabel merupakan uraian yang berisikan sejumlah

indikator yang dapat diamati dan diukur untuk mengidentifikasikan

variabel atau konsep yang digunakan.

a. Komunikasi Interpersonal

Komunikasi interpersonal adalah sikap yang terjadi antara

kemampuan komunikasi dua orang atau lebih yang dilakukan secara

tatap muka untuk menyampaikan pesan baik verbal maupun nonvebal

yang ditunjukkan oleh indikator : 1) keterbukaan (openness), 2)

empati (empathy), 3) kemampuan mendukung (supportiveness), 4)

sikap positif (positiveness) dan 5) kesetaraan (equality).

Page 80: PENINGKATAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/58259/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Program Studi Bimbingan dan Konseling Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas

62

b. Konseling Kelompok Teknik Assertive Training

adalah suatu proses pemberian bantuan yang diberikan oleh konselor

kepada siswa dalam bentuk kelompok yang dinamis dengan

menggunakan teknik latihan asertif merupakan salah satu strategi

bantuan dari pendekatan terapi tingkah laku yang digunakan untuk

mengurangi dan menghilangkan gangguan kecemasan serta

meningkatkan kemampuan komunikasi interpersonal individu dengan

mengembangkan perilaku assertive training yaitu melatih kemampuan

individu untuk menyampaikan pikiran, perasaan, keinginan dan

haknya secara langsung dan tegas.

D. Teknik Pengumpulan Data

Dalam suatu penelitian selalu terjadi proses pengumpulan data untuk

memperoleh data yang sejelas-jelasnya. Menurut Sugiyono (2013:308) teknik

pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian,

karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa

mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan

data yang memenuhi standar data yang ditetapkan.

Arikunto (2006) mengatakan, metode pengumpulan data ialah “cara

memperoleh data”. Peneliti akan menggunakan metode atau cara untuk

memperoleh data-data yang diperlukan.

Page 81: PENINGKATAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/58259/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Program Studi Bimbingan dan Konseling Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas

63

Skala Komunikasi Interpersonal

Untuk mengumpulkan data, teknik yang digunakan peneliti dalam penelitian

ini adalah skala komunikasi interpersonal. Pengukuran data untuk komunikasi

interpersonal dilakukan dengan menggunakan skala komunikasi interpersonal

yang disusun berdasarkan indikator dalam komunikasi interpersonal yaitu

keterbukaan, empati, sikap mendukung, sikap positif dan kesetaraan.

Instrumen penelitian menggunakan skala model likert dibuat dalam bentuk

check list. Dimana dalam skala likert, responden akan diberikan pernyataan-

pernyataan dengan altenatif, yaitu : Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Ragu-

Ragu (R), Tidak Setuju (TS), Sangat Tidak Setuju (STS).

Skala komunikasi interpersonal ini terdiri atas pernyataan favourable dan

unfavourable, dengan 5 kategori jawaban dan skoring didasarkan pada

alternatif pilihan jawaban. Sistem penilaian skala dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut :

Tabel 3.1 Alternatif Pilihan Jawaban Skala

Pernyataan Favourable

(Positif)

Unfavourable

(Negatif)

Sangat Setuju (SS) 5 1

Setuju (S) 4 2

Ragu-Ragu (R) 3 3

Tidak Setuju (TS) 2 4

Sangat Tidak Setuju (STS) 1 5

(Sugiyono, 2013)

Page 82: PENINGKATAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/58259/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Program Studi Bimbingan dan Konseling Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas

64

Kriteria skala kemampuan komunikasi interpersonal siswa dikategorikan

menjadi 3 yaitu: tinggi, sedang, dan rendah. Untuk mengkategorikannya,

terlebih dahulu ditentukan besarnya interval dengan rumus sebagai berikut:

NT-NR

i =

K

Keterangan :

i : interval

NT : nilai tertinggi

NR : nilai terendah

K : jumlah kategori

Semakin besar skor yang diperoleh menunjukkan semakin tinggi pula

kemampuan komunikasi interpersonal dan sebaliknya, semakin rendah skor

yang diperoleh menunjukkan kemampuan komunikasi interpersonal yang

rendah pada siswa.

i = 𝑁𝑇−𝑁𝑅

𝐾=

38𝑥5 − 38𝑥1

3=

190−38

3 = 50

Tabel 3.2 Kriteria Komunikasi Interpersonal

Interval Kategori

140-190 Tinggi

89-139 Sedang

38-88 Rendah

Semakin besar skor yang diperoleh menunjukkan semakin tinggi pula

komunikasi interpersonal dan sebaliknya, semakin rendah skor yang

diperoleh menunjukkan komunikasi interpersonal yang rendah pada siswa.

Untuk lebih jelasnya, dibawah ini akan disajikan pengembangan kisi-kisi

instrumen penelitian skala komunikasi interpersonal, sebagai berikut :

Page 83: PENINGKATAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/58259/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Program Studi Bimbingan dan Konseling Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas

65

Tabel 3.3 Kisi-Kisi Komunikasi Interpersonal

Variabel Indikator Deskriptor No Item

Favourable Unfavour

able

Kemampuan

komunikasi

interpersonal

Keterbukaan a. Dapat menerima

masukan dan kritikan

1,2 3,4

b. Mampu membuka diri 5,6 7,8

Empati a. Mampu memahami

perasaan orang lain 9,10 11, 12

b. Menunjukan sikap peduli 13,14 15,16

Sikap

mendukung

a. Bersikap ramah 17,18 19,20

b. Berbagi kesempatan

untuk bicara berbicara

dan menunjukkan

ketertarikan

21,22 23,24

Sikap positif a. Memberikan pujian dan

penghargaan 25,26 27,28

b. Meyakini pentingnya

orang lain.

29,30 31,32

Kesetaraan a. Bersikap akrab dan

nyaman 33,34 35,36

b. Saling memerlukan 37,38 39,40

E. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi penelitian merupakan sekumpulan objek yang ditentukan

melalui suatu kriteria tertentu yang akan dikategorikan ke dalam objek

tersebut bisa termasuk orang, dokumen atau catatan yang dipandang

sebagai objek penelitian. Populasi adalah wilayah generalisasi yang

terdiri dari obyek atau subyek yang menjadi kuantitas dan karakteristika

tertentu ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya (Sugiyono, 2012:115).

Page 84: PENINGKATAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/58259/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Program Studi Bimbingan dan Konseling Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas

66

Jadi, populasi bukan sekedar jumlah yang ada pada objek atau subjek

yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik atau sifat yang

dimiliki oleh subjek atau objek tersebut. Objek dalam penelitian ini

adalah siswa SMP Negeri 3 Terbanggi Besar. Adapun populasi dari

penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Terbanggi

Besar.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi. Sampel juga merupakan bagian

yang diamati dalam suatu penelitian (Rakhmat, 2012 : 78). Jadi sampel

adalah sebagian dari populasi yang akan kita amati dalam penelitian. Dan

dalam menentukan sampel ini harus dirancang sedemikian rupa agar

dapat mewakili kelompok yang lebih besar atau populasi. Untuk

mendapatkan sampel penelitian, peneliti menggunakan teknik purposive

sampling, menurut Sugiyono (2013) “purposive sampling yaitu

pengumpulan sampel dengan pertimbangan tertentu”.

Penelitian ini akan melihat apakah kemampuan komunikasi interpersonal

siswa bisa meningkat, maka yang dijadikan sampel adalah siswa yang

memiliki kemampuan komunikasi interpersonal rendah. Peneliti

melakukan pengujian untuk mengetahui jumlah yang akan diteliti berupa

penyebaran skala komunikasi interpersonal. Penentuan sampel dapat

dilihat dari hasil pretest yang telah dikerjakan oleh siswa.

Page 85: PENINGKATAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/58259/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Program Studi Bimbingan dan Konseling Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas

67

F. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Untuk mendapatkan data yang lengkap, instrumen pengumpulan data harus

memenuhi persyaratan yang baik, instrumen yang baik dalam suatu penelitian

harus memenuhi dua persyaratan yaitu valid dan reliabel.

1. Uji Validitas Instrumen

Validitas adalah suatu struktur yang menunjukkan tingkat-tingkat

kevalidan dan kesalahan suatu instrumen. Uji validitas digunakan untuk

mengetahui apakah instrumen yang dibuat dapat mengukur apa yang

seharusnya diukur.

Uji validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas konten.

Menurut Sugiyono (2014) “untuk menguji validitas konten dapat

digunakan pendapat dari para ahli (judgments experts), dalam hal ini

setelah instrumen dikonstruksi tentang aspek-aspek yang akan diukur

dengan berlandaskan teori tertentu”, maka selanjutnya dikonsultasikan

dengan dosen pembimbing dan pengajar di program studi Bimbingan dan

Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

Para ahli yang dimintai pendapatnya adalah tiga orang dosen Bimbingan

dan Konseling FKIP Unila yaitu Citra Abriani Maharan, Moch. Johan

Pratama dan Yohana Oktariana dapat dilihat pada (Lampiran 3 halaman

134). Hasil uji ahli menunjukkan bahwa instrumen sudah tepat dan dapat

digunakan setelah memperbaiki terlebih dahulu beberapa kalimatnya

sesuai saran.

Page 86: PENINGKATAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/58259/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Program Studi Bimbingan dan Konseling Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas

68

Peneliti menghitung koefisien validitas isi menggunakan formula Aiken’s

V yang didasarkan pada hasil penilaian panel ahli sebanyak n orang

terhadap suatu aitem. Menurut Arikunto (2013:170) “Penilaian di lakukan

dengan cara memberikan angka antara 1 (yaitu sangat tidak mewakili atau

sangat tidak relevan) sampai dengan 5 (yaitu sangat mewakili atau sangat

relevan)”.

Rumus dari Aiken’s V adalah sebagai berikut:

V = ∑ S / [n(c-1)]

Keterangan :

∑S = jumlah total

n = jumlah ahli

c = angka penilaian validitas yang tertinggi

s = r-1o

r = angka penilaian validitas yang terendah

Tabel 3.4 Kriteria validitasi menurut Koestoro & Kasinu (2006)

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,8 - 1,000 sangat tinggi

0,6 - 0,799 Tinggi

0,4 - 0,599 cukup tinggi

0,2 - 0,399 Rendah

< 0,200 sangat rendah

Setelah dilakukan penghitungan dengan Aiken’s V diperoleh nilai V

terkecil adalah 0.66 dan terbesar adalah 0.77. Berdasarkan kriteria

validitas menurut Koestoro & Kasinu (2006) nilai V diatas 0,60 masuk

dalam kriteria tinggi yang bisa digunakan. Berdasarkan hasil perhitungan

seluruh aitem memiliki nilai V diatas 0,66, maka seluruh aitem bisa

digunakan (Lampiran 5 halaman 140)

Page 87: PENINGKATAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/58259/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Program Studi Bimbingan dan Konseling Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas

69

Setelah uji validitas isi, penelitian ini dilanjutkan dengan uji coba

instrumen kepada siswa diluar sampel penelitian yaitu pada siswa SMPN

1 Terbanggi Besar yang melibatkan 63 siswa. Uji coba dilakukan untuk

mengetahui apakah aitem instrumen tersebut memiliki kontribusi atau

tidak terhadap indikator dan deskriptor penelitian dengan menggunakan

rumus product moment (Lampiran 7 Halaman 148).

Setelah dilakukan uji coba instrumen, diperolah hasil dari 40 item skala

kemampuan komunikasi interpersonal terdapat 2 yang tidak memiliki

kontribusi yang besar hal ini terjadi karena rtabel lebih besar dari rhitung.

Sehingga kedua item tersebut dinyatakan gugur dan harus dihilangkan

dari skala kemampuan komunikasi interpersonal.

2. Uji Reliabilitas Instrumen

Syarat penting lainnya dalam sebuah penelitian adalah reliabilitas.

Menurut Sukardi (2003: 127) “reliabilitas sama dengan konsistensi atau

keajegan”. Sugiyono (2014) mengatakan “bahwa instrumen yang reliabel

adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur

objek yang sama, akan menghasilkan data yang sama”.

Reliabilitas yang tinggi menunjukkan kesalahan varian yang minim. Jika

sebuah tes mempunyai reliabilitas tinggi maka pengaruh kesalahan

pengukuran telah dikurangi. Dalam penelitian ini, untuk uji reliabilitas

peneliti menggunakan rumus Alpha dari Cronbach, yaitu :

𝑟𝐼𝐼 =𝑘

𝑘 − 1(1 −

∑ó𝑏2

ó𝑡2

)

Page 88: PENINGKATAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/58259/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Program Studi Bimbingan dan Konseling Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas

70

Keterangan :

𝑟𝐼𝐼 : reliabilitas instrumen

𝑘 : jumlah butir soal

∑ó𝑏2 : jumlah skor varians dari masing-masing butir soal

ó𝑡2 : varians skor total

Indeks pengujian reliabilitas Alpha Cronbach menurut Arikunto 2008

adalah sebagai berikut :

Tabel 3.5 Kriteria Reliabilitas Menurut Arikunto (2008)

Interval Tingkat Hubungan

0,800 – 1,00 sangat tinggi

0,600 – 0,800 Tinggi

0,400 – 0,600 Cukup

0,200 – 0,400 Rendah

0,000 – 0,200 sangat rendah

Berdasarkan hasil pengolahan data uji coba didapatlah nilai alpha untuk

skala kemampuan komunikasi interpersonal adalah sebesar 0,731

(Lampiran 8 halaman 151). Berdasarkan kriteria reliabilitas pada tabel 3.3

diatas, maka reliabilitas termasuk dalam kriteria tinggi. Disimpulkan bahwa

instrumen dalam penelitian ini dapat digunakan dalam penelitian.

G. Teknik Analisis Data

Penelitian ini menggunakan teknik analisis data dengan uji Wilcoxon yaitu

dengan mencari perbedaan mean Pretest dan Posttest. Analisis ini digunakan

untuk mengetahui keefektifan penggunaan layanan konseling kelompok

dengan teknik latihan asertif untuk meningkatkan kemampuan komunikasi

interpersonal. Uji Wilcoxon merupakan perbaikan dari uji tanda.

Karena subjek penelitian kurang dari 25, maka distribusi datanya dianggap

tidak normal (Sudjana, 2002:93) dan data yang diperoleh merupakan data

Page 89: PENINGKATAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/58259/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Program Studi Bimbingan dan Konseling Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas

71

ordinal, maka statistik yang digunakan adalah nonparametrik (Sugiono,

2012:210) dengan menggunakan Wilcoxon Matched Pairs Test. Penelitian ini

akan menguji Prstest dan posttest. Dengan demikian peneliti dapat melihat

perbedaan nilai antara pretest dan posttest melalui uji Wilcoxon ini.

Adapun rumus uji Wilcoxon ini adalah sebagai berikut (Martono, 2010)

Z = T− n (n+1)4

1

n (n+1)(2n+1)41

Keterangan :

Z : Uji Wilcoxon

T : Total Jenjang (selisih) terkecil antara nilai pretest dan posttest

N : Jumlah data sampel

Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah statistik nonparametrik

menggunakan uji Wilcoxon menggunakan SPSS 16.0 untuk melihat

perbedaan kemampuan komunikasi interpersonal siswa sebelum dan

setelah diberikan layanan konseling kelompok teknik assertive training.

Berdasarkan hasil analisis menggunakan uji Wilcoxon didapat nilai Z

hitung adalah -1,755 dengan taraf signifikansi 5% (α 0,05) dan nilai Z

tabel adalah 1,645 yang artinya bahwa nilai Z hitung < Z tabel (-1,755 <

1,645) maka Ho ditolak dan Ha diterima. Artinya terdapat perbedaan

kemampuan komunikasi interpersonal siswa sebelum dan setelah

mengikuti layanan konseling kelompok teknik assertive training. Jadi,

dapat disimpulkan bahwa layanan konseling kelompok teknik assertive

training dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan komunikasi

interpersonal siswa.

Page 90: PENINGKATAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/58259/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Program Studi Bimbingan dan Konseling Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas

125

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian pada siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Terbanggi

Besar, maka dapat diambil kesimpulan, yaitu:

1. Kesimpulan Statistik

Berdasarkan hasil analisis data dengan menggunakan uji wilcoxon,

dimana diperoleh z hitung = -1,755, nilai ini kemudian dibandingkan

dengan z tabel = 1,645. Ketentuan pengujian bila z hitung < z tabel maka

Ho ditolak dan Ha diterima. Ternyata z hitung -1,755 < z tabel 1,645

maka Ho ditolak dan Ha diterima. Kesimpulannya adalah terdapat

peningkatan kemampuan komunikasi interpersonal siswa setelah

diberikan layanan konseling kelompok dengan menggunakan teknik

assertive training pada siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Terbanggi Besar.

2. Kesimpulan Penelitian

Kesimpulan penelitian adalah terdapat peningkatan kemampuan

komunikasi interpersonal siswa melalui layanan konseling kelompok

teknik assertive training pada siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Terbanggi

Besar. Hal ini ditunjukkan dari sikap dan hasil pretest yang sebelum

Page 91: PENINGKATAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/58259/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Program Studi Bimbingan dan Konseling Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas

126

diberikan perlakuan memiliki kemampuan komunikasi interpersonal

yang rendah, dan setelah diberi perlakuan konseling kelompok

kemampuan komunikasi interpersonal dapat meningkat yang ditunjukkan

dengan peningkatan skor pretes dan postes sebesar 33,9%, serta adanya

perubahan sikap dan perilaku serta nilai posttest konseli. Jadi konseling

kelompok teknik assertive training dapat digunakan untuk meningkatkan

kemampuan komunikasi interpersonal siswa.

B. Saran

Setelah penulis menyelesaikan penelitian, membahas dan mengambil

kesimpulan dari penelitian ini, maka dengan ini penulis mengajukan saran

sebagai berikut:

1. Kepada guru BK dan Mata Pelajaran

Guru hendaknya mengetahui cara untuk meningkatkan kemampuan

komunikasi interpersonal siswa didalam lingkungan sekolah maupun

dirumah. Contohnya peneliti menggunakan layanan konseling kelompok

dengan teknik assertive training untuk meningkat kemampuan

komunikasi interpersonal agar siswa memiliki hubungan sosial yang

baik.

2. Kepada Siswa

Sebagai siswa perlu menyadari pentingnya kemampuan komunikasi

interpersonal, dengan begitu siswa akan memiliki hubungan sosial yang

baik dan memiliki banyak teman serta prestasi belajar yang baik.

Page 92: PENINGKATAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/58259/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Program Studi Bimbingan dan Konseling Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas

127

3. Bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian tentang peningkatan

kemampuan komunikasi interpersonal siswa dengan layanan konseling

kelompok teknik assertive training, hendaknya dapat menggunakan subjek

yang berbeda.

Page 93: PENINGKATAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/58259/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Program Studi Bimbingan dan Konseling Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas

DAFTAR PUSTAKA

Page 94: PENINGKATAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/58259/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Program Studi Bimbingan dan Konseling Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas

DAFTAR PUSTAKA

Ali, M & Mohammad Asrori. 2006. Psikologi Remaja Perkembangan Peserta

Didik.Bumi Aksara, Jakarta.

Alvonco, Johnson. 2014. Practical Communication Skill.Elex Media Komputindo,

Jakarta.

Arikunto, S. 2010.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Rineka Cipta,

Bandung.

Azwar, Saifudin. 2014.Penyusunan Skala Psikologi Edisi 2. Pustaka Pelajar

Yogyakarta.

Badawi, Ahmad. 2008.Penanganan Efektif Bimbingan dan Konseling Disekolah.

Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Budyatna, M & Leila M. 2011. Teori Komunikasi Antar Pribadi.Kencana Prenada

Media Group, Jakarta.

Corey, G. 2009. Teori dan Praktek Konseling Dan Psikoterapi. PT. Refika

Aditama, Bandung.

Cangara, Hafied. 2014.Pengantar Ilmu Komunikasi.PT Rajagrafindo, Jakarta.

Gunarsa, S.D. 2007. Konseling dan psikoterapi. Gunung Mulia, Jakarta.

Hidayat, Dasrun. 2012. Komunikasi Antarpribadi dan Medianya. Graha Ilmu,

Yogyakarta.

Kurnanto, M. Edi. 2013. Konseling Kelompok. Alfabeta, Bandung.

Mulyana, Deddy. 2008. Metodologi Penelitian Komunikasi. Remaja posda karya.

Bandung

Musfiqon. 2012. Metodologi Penelitian Pendidikan. Prestasi pustakarya, Jakarta.

Page 95: PENINGKATAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL MENGGUNAKAN …digilib.unila.ac.id/58259/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Program Studi Bimbingan dan Konseling Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas

Prayitno dan Erman. 2009.Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling.Rineka Cipta,

Jakarta.

Prayitno. 2009. Dasar teori dan praktis pendidikan. Grasindo. Jakarta.

Prayitno.2004. Layanan Bimbingan Kelompok dan Konseling Kelompok.

Universitas Negeri Padang, Padang.

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitataif dan R&D.Alfabeta,

Bandung.

Sukardi, Dewa Ketut. 2007. Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan Dan

Konseling Disekolah. Rineka Cipta, Jakarta.

Sunarto & Hartono. 2006. Perkembangan Peserta Didik. Rineka Cipta, Jakarta.

Supratiknya, A. 2003. Tinjauan Psikologis Komunikasi Antarpribadi. Kanisius,

Yogyakarta.

Suranto. 2011. Komunikasi Interpersonal. Graha Ilmu, Yogyakarta.

Tim Unila. 2018. Format Penulisan Karya Ilmiah Universitas Lampung.

Universitas Lampung, Bandar Lampung.

Willis, Sopyan. 2011. Konseling Individual Teori dan Praktek. Alfabeta,

Bandung.