Upload
rizqiana-yogi-cahyaningtyas
View
1.473
Download
3
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Citation preview
MATERI 1 :
Sifat Hakikat Manusia
(Pandangan tentang Manusia)
Sasaran pendidikan adalah manusia. Pendidikan bermaksud membantu
peserta didik untuk menumbuh kembangkan potensi-potensi kemanusiaanya.
Potensi kemanusiaanya merupakan benih kemungkinan untuk menjadi manusia.
Tugas mendidik hanya mungkin dilakukan dengan benar dan tepat tujuan, jika
pendidik memiliki gambaran jelas tentang siapa manusia itu sebenarnya.
Untuk mencapai tujuan tersebut, diperlukan pengetahuan dan pemahaman
yang meliputi : arti dan wujud sifat hakikat manusia, dimensi-dimensinya,
pengembangan dimensi tersebut, dan sosok manusia indonesia seutuhnya.
a. Sifat Hakikat Manusia
Pengertian dari sifat hakikat manusia dapat diartikan sebagai ciri-ciri
karakteristik, yang secara prinsipil (bukan hanya gradual) membedakan
manusia dari hewan.
Wujud dari sifat hakikat manusia yang dikemukakan oleh paham
eksistensialisme mengenai konsep pendidikan yaitu :
1. Kemampuan menyaradi diri
2. Kemampuan bereksistensi
3. Pemilikan kata hati
4. Moral
5. Kemampuan bertanggung jawab
6. Rasa kebebasan
7. Kemampuan menghayati kebahagiaan
b. Dimensi-dimensi Hakikat Manusia serta Potensi, Keunikan, dan Dinamikanya
sebagai berikut
1. Dimensi Keindividualan
2. Dimensi Kesosialan
3. Dimensi Kesusilaan
4. Dimensi Keberagaman
MATERI 2 :
Konsep Dasar Pendidikan
(Landasan dan Azaz – Azaz
Pendidikan)
Pendidikan sebagai usaha sadar yang sistematis-sistematik selalu bertolak
dari sejumlah landasan serta mengindahkan sejumlah asas-asas tertentu. Beberapa
landasan pendidikan tersebut adalah landasan filosofis, sosiologis, dan kultural,
yang memegang peranan penting dalam menentukan pendidikan. Selanjutnya
landasan ilmiah dan teknologi akan mendorong pendidikan itu menjemput masa
depan.
A. Landasan Pendidikan
Pendidikan adalah sesuatu yang universal dan berlangsung terus menerus
dari ke generasi ke generasi di mana pun di dunia ini.
1. Landasan Filosofis
Landasan filosofis merupakan landasan yang berkaitan dengan makna
atau hakikat pendidikan, yang berusaha menelaah masalah-masalah pokok.
Beberapa filsafat pendidikan diantaranya idealisme, realisme,
perenialisme, esensialisme, pragmatisme dan progresivisme,
eksistensialisme, dan Rekonstruksionisme. (filsafat berada diantara ilmu
pengetahuan dan penalaran, filfasat makhzab pendidikan)
Pancasila sebagai landasan filosofis Sistem Pendidikan Nasional
(Sisdiknas)
2. Landasan Sosiologis
Landasan sosiologis mengandung norma dasar pendidikan yang
bersumber dari norma kehidupan masyarakat yang dianut oleh suatu
bangsa.
3. Landasan Kultural
Landasan kultural mengandung makna norma dasar pendidikan yang
bersumber dari norma kehidupan berbudaya yang dianut oleh suatu
bangsa. Untuk memahami kehidupan berbudaya suatu bangsa kita harus
memusatkan perhatian kita pada berbagai dimensi (Sastrapratedja,
1992:145)
4. Landasan Psikologis
Landasan psikologis mengandung makna norma dasar pendidikan
yang bersumber dari hukum-hukum dasar perkembangan peserta didik.
5. Landasan Ilmiah dan Teknologis
Landasan ilmiah dan teknologi pendidikan mengandung makna norma
dasar yang bersumber dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
yang mengikat dan mengharuskan pelaksana pendidikan untuk
menerapkannya dalam usaha pendidikan. Norma dasarnya yang bersumber
dari ilmu pengetahuan dan teknologi itu harus mengandung ciri-ciri
keilmuan yang hakiki (Lihat jurnal pendidikan, Mei 1989).
B. Azaz - Azaz Pendidikan
1. asas Tut Wuri Handayani
Asas Tut Wuri Handayani merupakan gagasan yang mula-mula
dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantara seorang perintis kemerdekaan
dan pendidikan nasional. Tut Wuri Handayani mengandung arti
pendidik dengan kewibawaan yang dimiliki mengikuti dari belakang
dan memberi pengaruh, tidak menarik-narik dari depan, membiarkan
anak mencari jalan sendiri, dan bila anak melakukan kesalahan baru
pendidik membantunya (Hamzah, 1991:90).
2. asas Belajar Sepanjang Hayat
Untuk mencapai integritas pribadi yang utuh sebagaimana
gambaran manusia Indonesia seutuhnya sesuai dengan nilai-niai
Pancasila, Indonesia menganut asas pendidikan sepanjang hayat.
MATERI 3 :
Hakikat dan Tujuan Pendidikan
A. Pengertian Pendidikan
Pendidikan seperti sifat sasarannya yaitu manusia, mengandung banyak
aspek dan sifatnya sangat kompleks.
1. Tinjauan Etimologis
Istilah pendidikan menurut Carter V Good dalam “Dictionary of
Education” dijelaskan sebagai berikut:
a. Pedagogy
b. Education
2. Tunjauan Terminologis
2.1. Ki Hajar Dewantara mengartikan pendidikan sebagai upaya untuk
memajukan budi pekerti, pikiran serta jasmani anak, agar dapat
memajukan kesempurnaan hidup dan menghidupkan anak yang
selaras dengan alam dan masyarakatnya.
2.2. Menurut buku “Higher Education for America Democration” (11:
5) pendidikan adalah suatu lembaga dalam tiap-tiap masyarakat yang
beradab, tetapi tujuan pendidikan tidaklah sama dalam setiap
masyarakat. Sistem pendidikan suatu masyarakat (bangsa) dan tujuan-
tujuan pendidikannya didasarkan atas prinsip-prinsip (nilai) cita-cita
dan filsafat yang berlaku dalam suatu masyarakat (bangsa).
2.3. Menurut Prof. richy dalam “Planing for Teaching and Introduction
to Education “ :
Istilah pendidikan berkenaan dengan fungsi yang luas dari
pemeliharaan dan perbaikan kehidupan suatu bangsa (masyarakat)
terutama membawa warga masyarakat yang baru (generasi muda)
bagi penunaian kewajiban dan tanggung jawabnya di dalam
masyarakat. Jadi pendidikan adalah suatu proses yang lebih luas
daripada proses yang berlangsung di dalam sekolah saja. Pendidikan
adalah suatu aktivitas sosial yang esensial yang memungkinkan
masyarakat yang kompleks dan modern. Fungsi pendidikan ini
mengalami proses spesialisasi dan melembaga dengan pendidikan
formal, yang tetap
berhubungan dengan proses pendidikan formal di luar sekolah.
2.4. Prof. Lodge dalam buku “Phylosophy of Education” :
Perkataan pendidikan kadang-kadang dipakai dalam pengertian yang
luas dan pengertian sempit. Dalam pengertian luas pendidikan adalah
semua pengalaman, dapat dikatakan juga bahwa hidup adalah
pendidikan atau pendidikan adalah hidup.
Pengertian pendidikan secara sempit adalah pendidikan dibatasi pada
fungsi tertentu di dalam masyarakat yang terdiri atas penyerahan adat
istiadat (tradisi) dengan latar belakang sosialnya, pandangan hidup
masyarakat itu kepada warga masyarakat generasi berikutnya.
2.5. Menurut Brubacher dalam bukunya “Modern Philosopies of
Education” :
Pendidikan diartikan sebagai proses timbal balik dari setiap pribadi
manusia dalam penyesuaian dirinya dengan alam, dengan teman dan
alam semesta.
Pendidikan merupakan pula perkembangan yang terorganisasi dan
kelengkapan dari semua potensi manusiawi, moral, intelektual dan
jasmani oleh dan untuk kepribadian individunya serta kegunaan
masyarakatnya yang diarahkan demi menghimpun semua aktivitas
tersebut bagi tujuan hidupnya.(The Internet,http.www.Wikipedia
Pendidikan com)
Batasan-batasan pendidikan yang berbeda berdasarkan fungsinya :
1. Pendidikan sebagai transformasi budaya
2. Pendidikan sebagai proses pembentukan pribadi
3. Pendidikan sebagai proses penyiapan warga negara
4. Pendidikan sebagai penyiapan tenaga kerja
5. Pendidikan menurut GBHN
Dengan demikian hakikat pendidikan adalah sangat ditentukan oleh nilai-
nilai, motivasi dan tujuan dari pendidikan itu sendiri.Maka hakikat
pendidikan dapat dirumuskan sebagi berikut :
Pendidikan merupakan proses interaksi manusiawi yang ditandai
keseimbangan antara kedaulatan subjek didik dengan kewibawaan
pendidik.
Pendidikan merupakan usaha penyiapan subjek didik menghadapi
lingkungan yang mengalami perubahan yang semakin pesat.
Pendidikan meningkatkan kualitas kehidupan pribadi dan masyarakat.
Pendidikan berlangsung seumur hidup;Pendidikan merupakan kiat dalam
menerapkan prinsip-prinsip ilmu.
B. Tujuan Pendidikan
Tujuan pendidikan memiliki dua fungsi yaitu memberikan arah kepada
segenap kegiatan pendidikan dan merupakan sesuatu yang ingin dicapai oleh
segenap kegiatan pendidikan. Tujuan pendidikan bersifat abstrak karena
memuat nilai-nilai yang sifatnya abstrak.
Umumnya ada 4 jenjang tujuan di dalam pendidikan yang secara rincian
khusus yaitu :
1. Tujuan umum pendidikan nasional indonesia ialah manusia Pancasila
2. Tujuan institusional yaitu tujuan yang menjadi tugas dari lembaga
pendidikan tertentu untuk mencapainya.
3. Tujuan kulikuler yaitu tujuan bidang studi atau tujuan mata pelajaran
4. Tujuan instruksional yaitu materi kurikulum yang berupa bidang studi
yang terdiri dari pokok-pokok bahasan dan sub-pokok bahasan.
5. Menurut Undang – Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional Pasal 3 :
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potrnsi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.
6. Undang – Undang No. 4 tahun 1950 bab II pasal 3 :
Tujuan pendidikan dan pengajaran membentuk manusia susila yang
cakap dan warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab
tentang kesejahteraan masyarakat dan tanah air.
7. TAP MPR No. 2 tahun 1960
Tujuan pendidikan adalah mendidik anak ke arah terbentuknya yang
berjiwa Pancasila dan bertanggung jawab atas terselenggaranya
masyarakat sosialis Indonesia yang adil dan makmur material dan
spiritual.
8. Ketetapan Presiden no. 19 tahun 1965
Tujuan pendidikan nasional baik yang diselenggarakan oleh pemerintah
maupun swasta, dari pendidikan prasekolah sampai pendidikan tinggi,
supaya melahirkan warga Negara sosialis Indonesia yang susila, yang
bertanggung jawab atas terselenggaranya masyarakat sosialis Indonesia,
adil, makmur, baik spiritual maupun material yang berjiwa Pancasila.
9. Ketetapan MPRS No. 2 tahun 1960
Tujuan pendidikan adalah membentuk manusia pancasilais sejati
berdasarkan ketentuan – ketentuan yang dikehendaki oleh Pembukaan
dan isi Undang – Undang Dasar 1945.
Proses pendidikan merupakan kegiatan mobilisasi segenap komponen
pendidikan oleh pendidik terarah kepada pencapaian tujuan pendidikan.
Bagaimana proses pendidikan itu dilaksanakan sangat menentukan kualitas
hasil pencapaian tujuan pendidikan. Kualitas proses pendidikan menggejala
pada dua segi, yaitu kualitas komponen dan kualitas pengelolaanya.
Tujuan utama dari pengelolaan proses pendidikan yaitu terjadinya proses
belajar dan pengalaman belajar yang optimal.
MATERI 4 :
Aliran - Aliran Pendidikan
1. ALIRAN KLASIK
1.1. ALIRAN EMPIRISME
Tokoh perintis pandangan ini adalah seorang filsuf Inggris bernama
John Locke (1632-1704). Pengalaman empirik yang dipoerleh dari
lingkungan yang berpengaruh besar dalam menentukan perkembangan
anak.
1.2. ALIRAN NATIVISME
Tokoh perintis pandangan ini adalah Schoompnheaur (filsuf Jerman
1788-1860) yang menekankan kemampuan dalam diri anak, sehingga
faktor lingkungan, termasuk faktor pendidikan, kurang berpengaruh
terhadap perkembangan anak.
1.3. ALIRAN NATURALISME
Dipelopori oleh seorang filsuf Prancis J.J. Rousseau (1712-1778).
Rosseau berpendapat bahwa semua anak yang baru dilahirkan mempunyai
pembawaan baik, dan tidak satupun dengan pembawaan buruk. Namun
pembawaan baik itu akan menjadi rusak karena dipengaruhi oleh
lingkungan.
1.4. ALIRAN KONVERGENSI
William Stern (1871-1939), seorang ahli pendidikan bangsa Jerman
yang berpendapat bahwa seorang anak dilahirkan di dunia sudah disertai
pembawaan baik maupun buruk. Penganut aliran ini berpendapat bahwa
lama proses perkembangan anak, baik faktor pembawan maupun faktor
lingkungan sama-sama mempunyai peranan yang sangat penting
2. ALIRAN POKOK PENDIDIKAN INDONESIA
2.1. Taman Siswa
Taman Siswa didirikan pada tanggal 3 Juli 1922 oleh Ki Hadjar
Dewantara. Taman Siswa memiliki asas-asas sebagai berikut:
- Asas merdeka untuk mengatur dirinya sendiri
- Asas kebudayaan (kebudayaan Indonesia)
- Asas kerakyatan
- Asas kekuatan sendiri (berdikari)
- Asas berhamba kepada anak
Taman Siswa memiliki dasar-dasar pendidikan yang disebut Panca
Dharma, yaitu:
2.1.1. Kemanusiaan=> Cinta kasih terhada sesama manusia dan semua
mahkluk ciptaan Tuhan.
2.1.2. Kodrat hidup=> Untuk pemeliharaan dan kemajuan hidup sehingga
manusia hidup selamat dan bahagia.
2.1.3. Kebangsaan=> Tidak boleh menyombongkan bangsa sendiri, tidak
boleh bertentangan dengan kepentingan umum.
2.1.4. Kebudayaan=> Kebudayaan nasional harus tetap dipelihara.
2.1.5. Kemerdekaan/kebebasan=> Apabila anak tidak diberikan
kemerdekaan maka akan menghambat kemajuannya.
Ki Hadjar Dewantara juga mengajarkan semboyan kepada pendidik yaitu:
* Ing ngarsa sung tuladha=> Memberikan teladan kepada peserta didik
ketika berada di depan.
* Ing madya mangun karsa=> Membangun semangat kepada peserta didik
ketika berada di tengah.
* Tut wuri handayani=> Mengarahkan peserta didik agar tidak salah
bertindak ketika berada di belakang.
5.2 INS (Indonesiche Nederlansce School)
Merupakan sekolah yang didirikan oleh Mohammad Syafei di
Kayutanam (Padang Panjang, Sumbar). Sekolah ini mempunyai rencana
pelajaran dan metode sendiri yang hampir mirip dengan Sekolah
Kerjanya Kershensteiner. Syafei berpendapat bahwa dengan belajar
sendiri watak peserta didik akan terbentuk dan di kemudian hari dapat
tumbuh menjadi orang dewasa yang merdeka, tidak hanya dengan jalan
menghafal saja di sekolah.
MATERI 5 :
Pendidikan Manusia Seutuhnya
(Masyarakat Masa Depan)
1. PENGERTIAN PENDIDIKAN MANUSIA SEUTUHNYA
1.1. Keutuhan potensi subyek manusia sebagai subyek yang
berkembang
1.2. Keutuhan wawasan (orientasi) manusia sebagai subyek yang sadar
nilai yang menghayati dan yakin akan cita-cita dan tujuan hidupnya.
2. PENDIDIKAN MANUSIA SEUTUHNYA
Prinsip pendidikan menusia seutuhnya berlangsung seumur hidup didasarkan
atas berbagai landasan yang meliputi:
2.1. Dasar-dasar filosofis
Filosofis hekekat kodrat martabat manusia merupakan kesatuan integral
segi-segi (potensi-potensi): (esensial):
Manusia sebagai makhluk pribadi (individualbeing)
Manusia sebagai makhluk social (sosialbeing)
Manusia sebagai makhluk susila (moralbeing)
Ketiga potensi diatas akan menentukan martabat dan kepribadian
menusia. Jika ketiga potensi itu dilaksanakan secara seimbang, maka akan
terjadi kesenambungan.
2.2. Dasar-dasar psikofisis
Merupakan dasar-dasar kejiwaan dan kejasmanian manusia.
2.3. Dasar-dasar sosio-budaya
Dasar-dasar segi sosio budaya bangsa mencakup:
Tata nilai warisan budaya bangsi seperti nilai keutuhan, musyawarah,
gotong royong dan tenggang rasa yang dijadikan sebagai filsafat hidup
rakyat.
Nilai-nilai filsafat Negara yakni pancasila
Nilai-nilai budaya nasional, adapt istiadat dan lain-lain.
Tata kelembagaan dalam hidup kemasyarakatan dan kenegaraan baik
bersifat formal maupun nonformal
3. TUJUAN PENDIDIKAN MANUSIA SEUTUHNYA
Tujuan untuk pendidikan menusia seutuhnya dengan kodrat dan hakekatnya,
yakni seluruh aspek pembawaannya seoptimal mungkin Adapun aspek
pembawaan (potensi manusia) meliputi potensi jasmani (fisiologis dan
pancaindra) dan potensi rohaniah (psikologis dan budi nurani).
4. IMPLIKASI PENDIDIKAN MANUSIA SEUTUHNYA
Pengertian implikasi :
4.1. Akibat langsung atau konsekwensi dari suatu keputusan
4.2. Segi-segi implikasi dari konsepsi pendidikan menusia seutuhnya
dan seumur hidup. Manusia seutuhnya sebagai subyek didik. proses
pendidikan seumur hidup
4.3. isi yang dididikan, meliputi potensi jasmani dan pancaindra,
potensi piker (rasional), potensi rohaniah. potensi karsa, potensi cipta,
potensi karya, dan potensi budi nurani.
5. PERKIRAAN TERHADAP MASA DEPAN
5.1.Kecenderungan globalisasi
5.2.Perkembangan ilmu pengetahuan
5.3.Arus komunikasi yang semakin cepat dan padat
5.4.Peningkatan pelayanan semakin professional
6. ANTISIPASI TERHADAP MASA DEPAN
Upaya yang dapat dilakukan oleh pendidikan dengan menganalisis materi
yang ada di dalam kurikulum dan di dalam buku pelajaran,melengkapi sarana
prasarana sesuai kebutuhan, suasana demokratis dan kondusif dalam
pembelajaran, suasana belajar-mengajar lebih menekankan pengembangan
diri anak dengan memberikan kesempatan yang luas untuk mengeluarkan
pendapat, sekolah sebagai agent of innovation, secara terencana mengarahkan
siswanya untuk mengantisipasi masa depan dengan sefala cirri dan
tuntutannya, serta sikap guru yang mau mengikuti perkembangan ilmu
penggetahuan, mau meningkatkan kualitas profesinya, mau mencari
informasi-informasi baru ddi dalam bidang pendidikan pengajaran, mau
memperhatikan hasil-hasil penelitian di dalam bidang pendidikan, pengajaran
dan psikologi paling tidak, guru harus menjadi orang yang gemar membaca,
membaca Koran, jurnal, dan majalah-majalah yang berhubungan dengan
bidang spesialisasinya.
7. CIRI-CIRI MASYARAKAT MASA DEPAN
7.1. Kualitas seseorang tidak ditentukan oleh apa yang Anda punya, tapi
lebih ditentukan oleh ‘siapa anda’.
7.2. Kesejahteraan dan kebahagiaan akan lebih banyak tergantung pada
modal maya yang dimiliki (modal intelektual, modal sosial, modal
etikal, modal personal, seperti: iman, keteguhan, kekayaan rohaniah
dan sebagainya).
8. KECENDERUNGAN MASA DEPAN
1. Masyarakat akan lebih terbuka menerima kebhinekaan sebagai hal yang
kodrati dan memanfaatkannya sebagai sumber keunggulan.
2. Masyarakat dituntut lebih terbuka untuk belajar dari mana saja, bisa
menghargai hal-hal yang positif yang ada pada bangsa, masyarakat atau pun
kelompok yang lain.
Masyarakat masa depan cenderung berkembang menjadi:
1. Masyarakat dengan ciri keseketikaan, yaitu semuanya bergerak dan
berubah dengan cepat, semuanya menjadi makin sementara.
2. Masyarakat penuh dengan kebaruan yang bersumber pada kreativitas dan
daya inovasi manusia.
3. Masyarakat menjadi serba berkompetisi dan berkooperasi secara global
dengan standar
MATERI 6 :
Pendidikan Formal, Nonformal, dan
Informal
(Lingkungan Pendidikan)
Berkaitan dengan pengertian pendidikan terdapat perbedaan yang jelas antara
pendidikan formal, pendidikan informal dan pendidikan nonformal. Sehubungan
dengan hal ini Coombs (1973) membedakan pengertian ketiga jenis
pendidikan itu sebagai berikut:
Pendidikan formal adalah kegiatan yang sistematis, bertingkat/berjenjang,
dimulai dari sekolah dasar sampai dengan perguruan tinggi dan yang setaraf
dengannya; termasuk kedalamnya ialah kegiatan studi yang berorientasi
akademis dan umum, program spesialisasi, dan latihan professional, yang
dilaksanakan dalam waktu yang terus menerus.
Pendidikan informal adalah proses yang berlangsung sepanjang usia sehingga
sehingga setiap orang memperoleh nilai, sikap, keterampilan, dan pengetahuan
yang bersumber dari pengalaman hidup sehari-hari, pengaruh lingkungan
termasuk di dalamnya adalah pengaruh kehidupan keluarga, hubungan dengan
tetangga, lingkungan pekerjaan dan permainan, pasar, perpustakaan, dan media
massa.
Pendidikan nonformal ialah setiap kegiatan teroganisasi dan sistematis, di luar
sistem persekolahan yang , dilakukan secara mandiri atau merupakan bagian
penting dari kegiatan yang lebih luas, yang sengaja dilakukan untuk melayani
peserta didik tertentu di dalam mancapai tujuan belajarnya.
Berikut Persamaan antara Pendidikan Formal,Informal, dan Nonformal
a. Sama-sama menekankan pentingnya kemampuan dan kegemaran membaca
dan menulis, kecakapan berhitung serta kemampuan berkomunikasi
b. Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia dilaksanakan melalui
muatan dan/atau kegiatan agama, kewarganegaraan, kepribadian, ilmu
pengetahuan dan teknologi, estetika, jasmani, olahraga dan kesehatan.
c. Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian dilaksanakan
melalui muatan dan atau kegiatan agama, akhlak mulia, kewarganegaraan,
bahasa, seni dan budaya dan pendidikan jasmani.
d. Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi dilaksanakan
melalui muatan dan/atau kegiatan bahasa, matematika, ilmu pengetahuan
alam, ilmu pengetahuan sosial, keterampilan/kejuruan dan muatan lokal yang
relevan.
e. Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi dilaksanakan
melalui muatan dan atau kegiatan bahasa, matematika, ilmu pengetahuan
alam, ilmu pengetahuan sosial, keterampilan/kejuruan dan/atau teknologi
informasi dan komunikasi serta muatan lokal yang relevan.
f. Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi dilaksanakan
melalui muatan dan/atau kegiatan bahasa, matematika, ilmu pengetahuan
alam, ilmu pengetahuan sosial, keterampilan/kejuruan dan/atau teknologi
informasi dan komunikasi serta muatan lokal yang relevan.
g. Kelompok mata pelajaran estetika dilaksanakan melalui muatan dan/atau
kegiatan bahasa, seni dan budaya, keterampilan, dan muatan lokal yang
relevan.
h. Kelompok mata pelajaran jasmani, olah raga dan kesehatan dilaksanakan
melalui muatan dan/atau kegiatan pendidikan jasmani , olah raga, pendidikan
kesehatan, ilmu pengetahuan alam dan muatan lokal yang relevan.
i. Standar kompetensi lulusan pendidikan dasar dan menengah dan pendidikan
nonformal dikembangkan oleh BNSP dan ditetapkan dengan Peraturan
Menteri.
j. Setiap satuan pendidikan formal dan nonformal menyediakan sarana dan
prasarana yang memenuhi keperluan pendidikan sesuai dengan pertumbuhan
dan perkembangan potensi fisik, kecerdasan intelektual, sosial, emosional dan
kejiwaan peserta didik.
k. Pendidikan kedinasan merupakan pendidikan profesi yang diselenggarakan
oleh departemen atau lembaga pemerintah nondepartemen. Pendidikan
kedinasan diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal dan nonformal.
l. Pendidikan keagamaan dapat diselenggarakan pada jalur pendidikan formal,
nonformal dan informal.
m. Jalur, jenjang dan jenis pendidikan dapat dilakukan oleh pemerintah,
pemerintah daerah dan/atau masyarakat.
n. Setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak pindah ke program
pendidikan pada jalur dan satuan pendidikan lain yang setara.
o. Standar Kompetensi Lulusan mengacu pada Permendikans No. 23 Tahun
2006 tanggal 23 Mei 2006.
p. Rasio pendidik terhadap peserta didik ditetapkan oleh peraturan menteri
berdasarkan usulan BNSP
q. Setiap satuan pendidikan formal, nonformal dan informal wajib melakukan
penjaminan mutu pendidikan.
PERBEDAAN PENDIDIKAN FORMAL, INFORMAL, DAN NON
FORMAL
N
O
ASPEK FORMAL NON FORMAL IN FORMAL
1.
2
3
4
5
6
Peserta
Didik
Kegiatan
Pendidikan
Satuan
Pendidikan
Satuan Hasil
Pengawasan
Berusia pada usia
sekolah
Kegiatan belajar
mengajar yang
terstrukur dan
berjenjang
Menggunakan
kurikulum yang
ditentukan oleh
pemerintah
Hasilnya mengacu
pada standar nasional
pendidikan
Minimal 3 tahun
di atas usia
sekolah
Dalam bentuk
kursus dan
lembaga
pelatihan
Memuat
kurikulum
berbasis
kompetensi
yang memuat
pendidikan
kecakapan
hidup dan
ketrampilan
Sepanjang
hidup
Dilakukan oleh
keluarga dan
lingkungan
berbentuk
kegiatan belajar
secara mandiri
Hasilnya berupa
tingkah laku
sehari - hari
Pengelolaan
Dilakukan oleh
pengawas satuan
pendidikan
Pada pendidikan dasar
dan menengah
menerapkan
manajemen berbasis
sekolah yang
ditujukan dengan
kemandirian,
kemitraan, partisipasi,
keterbukaan, dan
akuntabilitas.
Sedangkan pada
jenjang pendidikan
tinggimenggunakan
otonomi perguruan
tinggi.
Dapat dihargai
setara dengan
hasil pendidikan
formal setelah
melalui proses
penilaian
penyetaraan
oleh lembaga
yang ditunjuk
oleh pemerintah
yang
berwenang.
Dilakukan oleh
penilik satuan
pendidikan
Menerapkan
manajemen
berbasis
masyarakat dan
kondisi lembaga
Dilakukan oleh
keluarga,
lingkungan, dan
dirinya sendiri
Menerapkan
manajemen
berbasis
masyarakat dan
kondisi lembaga
MATERI 7 :
Pendidikan Seumur Hidup
Pendidikan sepanjang hayat (PSH) atau pendidikan seumur hidup dapat
didefinisikan sebagai tujuan atau ide formal untuk pengorganisasian dan
penstrukturan pengalaman pendidikan. Pengorganisasiannya dan penstrukturan
ini diperluas mengikuti seluruh rentangan usia, dari usia yang paling muda
samapai ke yang paling tua.(Cropley; 67)
Mengapa PSH diperlukan dalam mendasari jiwa seluruh organisasi sistem
pendidikan yang ada? Karena PSH memuat beberapa alasan, seperti :
1. Rasional
2. Alasan keadilan
3. Alasan Ekonomi
4. Alasan Perkembangan
Iptek
5. Alasan Sifat Pekerjaan
Dengan diterimanya konsep PSH sebagai konsep dasar pendidikan
berarti sifat kodrati pendidikan, yaitu berupaya untuk membekali dan
mengatasi masalah hidup seumur hidup lebih menjiwai penyelenggaraan
semua sistem pendidikan yang ada.
UNSUR-UNSUR PENDIDIKAN
Proses pendidikan melibatkan banyak hal, diantaranya :
1. Subjek yang dibimbing (peserta didik)
Individu yang memiliki potensi fisik dan psikis yang khas, sehingga
merupakan insan yang unik
Individu yang sedang berkembang
Individu yang membutuhkan bimbingan individual dan perlakuan
manusiawi
Individu yang memiliki kemampuan untuk mandiri
2. Orang yang membimbing (pendidik)
Memiliki kewibawaan dengan selalu memelihara sikap kepercayaan, kasih
sayang dan kemampuan
3. Interaksi antara peserta didik dengan pendidik (interkasi edukatif)
4. Ke arah mana bimbingan ditujukan (tujuan pendidikan)
5. Pengaruh yang diberikan dalam bimbingan (materi pendidikan)
6. Cara yang digunakan dalam bimbingan (alat dan metode)
7. Tempat dimana peristiwa bimbingan berlangsung (lingkungan pendidikan)
MATERI 8 :
Pengaruh Timbal Balik Sekolah
dan Masyarakat
A. Hubungan Timbal Balik Antara Sekolah Dan Masyarakat
Hubungan antara sekolah dengan masyarakat dapat dilihat dari dua segi yaitu:
1. Sekolah sebagai mitra dari masyarakat didalam melakukan fungsi
pendidikan baik sekolah maupun masyarakat merupakan pusat
pendidikan yang potensial, hubungan fungsional keduanya adalah
2. Sekolah sebagai produsen yang melayani pesanan-pesanan pendidikan di
masyarakat lingkungannya.
B. Pengaruh Sekolah Terhadap Masyarakat
Pendidikan tidak dapat lepas dari efek-efek luar yang saling
mempengaruhi keberadaannya, terutama bagi masyarakat sekitarnya yang
mempunyai hubungan saling ketergantungan. Fungsi pendidikan di sekolah
sedikit banyak dipengaruhi oleh corak pengalaman seseorang di masyarakat.
Meskipun tampaknya sekolah mempunyai andil besar terhadap
masyarakat, sebaliknya masyarakat juga menuntut agar sekolah mampu
memerankan dirinya sejalan dengan keinginan masyarakat. Peranan yang
dituntut masyarakat terhadap sekolah adalah sebagai berikut:
a) Konservatif
Maksudnya adalah untuk meneruskan kebudayaan yang diseleksi
kepada generasi muda agar mereka mempertahankan, memelihara dan
menjamin kelangsungan hidup masyatakat. Sekolah berperan untuk
mengawetkan, menyimpan dan memelihara unsure-unsur yang baik
dalam kebudayaan suatu bangsa.
b) Evaluatif dan Inovatif
Peranan evaluatuf dan inovatif yaitu anak didik tidak hanya
menerima begitu saja kebudayaan generasi lama, hendaknya anak didik
diberi kesempatan untuk menilai secara kritis. Sekolah diharapkan dapat
bergerak cepat secepat perubahan yang terjadi di masyarakat agar
sekolah tidak ketinggalan dan senantiasa menjadi kebutuhan masyarakat.
Didalam TAP MPR No. IV/MPR/1993 ditegaskan bahwa:
Pendidikan berdasarkan atas pencasila dan bertujuan:
1. Meningkat Ketagwaan terhadapt Tuhan Yang Maha Esa, Kecerdasan,
Keterampilan
2. Memperingati budi pekerti
3. Memperkuat kepribadian
4. Mempertebal semangat kebangsaan agar dapat membangun dirinya
sendiri serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan
bangsa.
C. Pengaruh Masyarakat Terhadap Pendidikan
Masyarakat dengan segala atribut dan identitasnya yang dimiliki, secara
langsung akan berpengaruh terhadap pendidikan persekolahan. Pengaruh-
pengaruh tersebut antara lain:
1) Terhadap Orientasi dan Tujuan Pendidikan
Arah program pendidikan sekolah biasanya tercermin di dalam
kurikulum. Kurikulum ini biasanya berubah dalam jangka waktu tertentu
yang biasanya dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, pertumbuhan penduduk dan masalah politik suatu Negara.
2) Terhadap Prosses Pendidikan di Sekolah
Pengaruh social budaya yang dimaksud biasanya tercermin didalam
proses belajar mengajar, baik yang menyangkut pola aktivitas pendidikan
maupun anak didik di dalam proses pendidikan.Sehingga tingkat
partisipasi masyarakat sangat besar.
D. Pentingnya Sekolah Mengadakan Hubungan Dengan Masyarakat
Menurut Sydney Hook, pentingnya hubungan dengan masyarakat yaitu
sekolah bisa mawas diri karena masyarakat tahu tentang sekolah dan prestasinya,
masyarakat ikut berpartisipasi mewujudkan cita-cita sekolah sebab sesuai dengan
kebutuhannya dan sekolah lebih mudah dapat. Selain itu, sekolah menyiapkan
para siswa agar bebas dari kegelapan dalam menangani masalah-masalah hidup
dan kemasyarakatan serta dapat mencari nafkah secara layak, sementara itu
masyarakat menyiapkan pekerjaan-pekerjaan atau jabatan-jabatan bagi mereka
dan menyambut produk sekolah untuk pembangunan masyarakat itu sendiri. Agar
hubungan sekolah dengan masyarakat berjalan baik sudah tentu sekolah perlu
memberikan informasi secara kontinu tentang aktivitas-aktivitas kepada
masyarakat pendukungnya. Informasi yang diberikan sekolah kepada masyarakat
harus dilengkapi dengan pengalaman bagi warga masyarakat, agar tumbuh citra
yang positif terhadap sekolah. Suatu citra yang menimbulkan sikap positif yang
akan menjelma menjadi dukungan terhadap pembangunan pendidikan di sekolah
(National School Public Relations Association, 1976: 24).
Disamping pedoman yang diberikan oleh pemerintah pusat, sekolah harus
membuka diri terhadap ide-ide dari masyarakat, membahasnya, dan berusaha
untuk dapat melaksanakannya. Agar kontak hubungan dengan masyarakat
terjamin baik dan berlangsung secara kontinu, maka diperlukan peningkatan
profesi anggota staf sekolah dari guru-guru. Disamping mampu melakukan
tugasnya masing-masing disekolah, mereka juga diharapkan mampu melakukan
tugas-tugas hubungan dengan masyarakat.
Dampak lain yang sangat penting adalah dukungan moral dari masyarakat
terhadap usaha-usaha pembangunan pendidikan disekolah. Membangun
pendidikan di sekolah dengan mengisolasi diri dari masyarakat cukup sulit, sebab
seperti diuraikan diatas sekolah merupakan bagian dari masyarakat.
Cara-cara dan alat-alat yang dipakai oleh sekolah untuk melakukan
hubungan dengan masyarakat ialah:
a. Melalui aktivitas para siswa
b. Aktivitas guru-guru
c. Ekstrakurikuler
d. Kunjungan masyarakat atau orang tua siswa kesekolah
e. Melalui media massa
f. Melakukan hubungan institusional, yakni hubungan kerjasama antara
sekolah dengan lembaga-lembaga atau instansi-instansi resmi lain, baik
swasta maupun pemerintah
MATERI 9 :
Hubungan Pendidikan dan
Pembangunan
A. Esensi Pendidikan dan Pembangunan Serta Titik Temunya
Esesnsi pembangunan bertumpu dan berpangkal dari manusianya, bukan
pada lingkungannya seperti perkembangan ekonomi. Manusia sebagai
“subjek” pembangunan karena ia dengan segenap kemampuannya menggarap
lingkungannya secara dinamis dan kreatif, baik terhadap sarana lingkungan
alam maupun lingkungan sosial/spiritual. Perekayasaan ini lazim disebut
pembangunan.
Pendidikan dan pembangunan masing-masing dalam esensi
pembangunan serta antar keduanya :
1) Pendidikan merupakan usaha ke dalam diri manusia sedangkan
pembangunan merupakan usaha ke luar dari dari manusia
2) Pendidikan menghasilkan sumber daya tenaga yang menunjang
pembangunan dan hasil pembangunan dapat menunjang pendidikan
(pembinaan, penyediaan sarana, dan seterusnya).
B. Sumbangan Pendidikan pada Pembangunan
Dilihat dari segi :
1) Segi sasaran pendidikan
2) Segi lingkungan pendidikan
· Lingkungan keluarga
· Lingkungan sekolah
· Lingkungan masyarakat
3) Segi jenjang pendidikan
4) Segi pembidangan kerja atau sektor kehidupan
C. Pembangunan Sistem Pendidikan Nasional
Secara makro, sistem pendidikan meliputi banyak aspek yang satu sama
lain bertalian erat, yaitu :
1. Aspek filosofis keilmuan
Aspek filosofis berupa penggarapan tujuan nasional pendidikan.
Rumusan tujuan nasional yang tentunya memberikan peluang bagi
pengembangan sifat hakikat manusia yang bersifat kodrati yang berarti
pula bersifat wajar.
2. Aspek yuridis
UUD 1945 sebagai landasan hukum pendidikan sifatnya relatif dan
tetap. Hal ini dimungkinkan oleh karena UUD 1945 melandasi
pendidikan, baik sifatnya eksplisit (Pasal 31 ayat 1 dan 2 ; Pasal 32)
maupun yang implisit (Pasal 27 ayat 1 dan 2 ; pasal 34). Pasal-pasal
tersebut yang sifatnya masih sangat global dijabarkan lebih rinci ke
dalam bentuk UU Pendidikan disusun dan dilaksanakan.
3. Aspek struktur
Aspek struktur pembangunan sistem pendidikan berperan pada
upaya pembenahan struktur pendidikan yang mencakup jenjang dan jenis
pendidikan, lama waktu jenjang yang satu ke jenjang yang lain, sebagai
akibat dari perkembangan sosial budaya dan politik.
4. Aspek Kurikulum
Kurikulum merupakan sarana pencapaian tujuan. Jika kurikuler
berubah, maka kurikulum berubah pula. Perubahan dimaksud mungkin
mengenai materinya, orientasinya, pendekatannya, ataupun metodenya.
MATERI 10 :
Sistem Pendidikan Nasional
Sistem Pendidikan Nasional adalah satu kesatuan yang utuh dan menyeluruh
yang saling bertautan dan berhubungan dalam suatu sistem untuk mencapai tujuan
pendidikan nasional secara umum.
A. Kelembagaan, Program, dan Pengelolaan Pendidikan
1. Kelembagaan pendidikan
a. Jalur pendidikan seperti jalur pendidikan sekolah dan luar sekolah
b. Jenjang pendidikan seperti pendidikan dasar, menengah, dan tinggi
2. Program dan Pengelolaan Pendidikan
a. Jenis program pendidikan seperti pendidikan umum, kejuruan, luar
biasa, kedinasan, dan keagamaan
1) Pendidikan Formal
a) Pendidikan Dasar
Sekolah Dasar (SD), Madrasah Ibtidaiyah (MI)
Sekolah Menegah Pertama (SMP), Madrasah Tsanawiyah
(MTS)
b) Pendidikan Menegah
Sekolah Menegah Atas ( SMA )
Madrasah Aliyah ( MA )
Sekolah Menegah Kejuruan ( SMK )
Madrasah Aliyah Kejuruan ( MAK )
2) Pendidikan Non Formal
Pendidikan nonformal diselenggarakan bagi warga masyarakat
yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai
pengganti, penambah, dan pelengkap pendidikan formal dalam
rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat.
Contoh pendidikan nonformal yaitu :
a) Lembaga kursus
b) Lembaga penelitian
c) Kelompok belajar
d) Pusat kegiatan belajar masyarakat
Hasil pendidikan nonformal dapat dihargai setara dengan hasil
program pendidikan formal setelah melalui proses penilaian
peyetaraan oleh lembaga yang ditunjukan oleh pemerintah atau
pemerintahan daerah dengan mengacu pada setandar nasional
pendidikan.
3) Pendidikan In Formal
Kegiatan pendidikan informal yang dilakukan oleh keluarga dan
lingkungan berbentuk kegiatan belajar mandiri. Hasil pendidikan
informal diakui sama dengan pendidikan formal dan nonformal
setelah peserta didik lulus ujian sesuai dengan standar nasional
pendidikan.
B. Upaya Pembangunan Pendikan Nasional
1. Jenis upaya pembaruan pendidikan
a. Pembaruan landasan yuridis
b. Pembaruan kurikulum
c. Pembaruan pola masa studi
2. Dasar dan aspek legal pembangunan pendidikan nasional
a. TAP MPR RI No. II/MPR/1993 :
1) Perluasan dan pemerataan kesempatan mengikuti pendidikan
2) Peningkatan mutu pendidikan
3) Peningkatan relevansi pendidikan
4) Peningkatan efisiensi dan efektivitas pendidikan
5) Pengembangan kebudayaan
6) Pembinaan generasi muda
b. Program pokok pembangunan pendidikan yang dinyatakan dalam
GBHN memberi pedoman bagi upaya merealisasikan Pasal 31 dan
Pasal 32 UUD 1945 yakni, bahwa :
1) Tiap-tiap warga negara mendapat pengajaran
2) Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem
pengajaran nasional
3) Pemerintah memajukan kebudayaan nasional indonesia
MATERI 11 :
Masalah – Masalah Pendidikan
Nasional
1. Pemerataan Pendidikan
Masalah pemertaan pendidikan adalah persoalan bagaimana sistem
pendidikan dapat menyediakan kesempatan yang seluas-luasnya kepada
seluruh warga negara untuk memperoleh pendidikan. Sehingga pendidikan itu
menjadi wahana bagi pembangunan sumber daya manusia untuk menunjang
pembangunan
Tujuan yang terkandung dalam upaya pemerataan pendidikan tersebut
yaitu, menyiapkan masyarakat untuk dapat berfartisipasi dalam
pembangunan.
2. Mutu Pendidikan
Masalah mutu pendidikan juga mencakup masalah pemerataan mutu.
Acuan usaha pemerataan mutu pendidikan barmaksud agar system
pendidikan khususnya system persekolahan dengan segala jenis dan
jenjangnya di seluruh pelosok tanahn air (kota atau desa) mengalami
peningkatan mutu pendidikan sesuai dengan situasi dan kondisinya masing-
masing
Upaya pemecahan masalah mutu pndidikan dalam garis basarnya meliputi hal
- hal yang bersipat fisik dan prangkat lunak ,personalia dan menejemen.
3. Efisiensi Pendidikan
a) Masalah efisiensi pendidikan mempersoalkan bagaimana suatu sistem
pendidikan menggunakan sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan
pendidikan. Jika penggunaannya hemat dan tepat sasaran dikatakan
efisisennya tinggi. Jika terjadi sebaliknya efisiensinya berarti rendah
b) Masalah efisiensi dalam penggunaan prasarana dan sarana.
4. Efektifitas Pendidikan
Pendidikan yang efektif adalah suatu pendidikan yang memungkinkan
peserta didik untuk dapat belajar dengan mudah, menyenangkan dan dapat
tercapai tujuan sesuai dengan yang diharapkan. Dengan demikian, pendidik
(dosen, guru, instruktur, dan trainer) dituntut untuk dapat meningkatkan
keefektifan pembelajaran agar pembelajaran tersebut dapat berguna.
Efektifitas pendidikan di Indonesia sangat rendah. Setelah praktisi
pendidikan melakukan penelitian dan survey ke lapangan, salah satu
penyebabnya adalah tidak adanya tujuan pendidikan yang jelas sebelm
kegiatan pembelajaran dilaksanakan. Hal ini menyebabkan peserta didik dan
pendidik tidak tahu “goal” apa yang akan dihasilkan sehingga tidak
mempunyai gambaran yang jelas dalam proses pendidikan. Jelas hal ini
merupakan masalah terpenting jika kita menginginkan efektifitas pengajaran.
Bagaimana mungkin tujuan akan tercapai jika kita tidak tahu apa tujuan kita.
5. Relevansi Pendidikan
Tugas pendidikan ialah menyiapkan sumber daya manusia. Untuk
pembangunan relevansi pendidikan mencakup sejauh mana sistem pendidikan
dapat menghasilkan luaran yang sesuai, dengan kebutuhan pembangunan.
Relevansi merupakan masalah berat untuk dipecahkan, utamanya masalah-
masalah relevansi kualitas.
6. Standardisasi Pendidikan
Kompetensi yang dibutuhka oleh masyarakat terus-menertus berunah
apalagi di dalam dunia terbuka yaitu di dalam dunia modern dalam ere
globalisasi. Peserta didik Indonesia terkadang hanya memikirkan bagaiman
agar mencapai standar pendidikan saja, bukan bagaimana agar pendidikan
yang diambil efektif dan dapat digunakan. Tidak perduli bagaimana cara agar
memperoleh hasil atau lebih spesifiknya nilai yang diperoleh, yang
terpentinga adalah memenuhi nilai di atas standar saja.
Hal seperti di atas sangat disayangkan karena berarti pendidikan seperti
kehilangan makna saja karena terlalu menuntun standar kompetensi. Hal itu
jelas salah satu penyebab rendahnya mutu pendidikan di Indonesia.
MATERI 12 :
Faktor – Faktor yang Mempengaruhi
Pengembangan Pendidikan
Faktor – faktor yang mempengaruhi pengembangan pendidikan di Indonesia
antara lain :
2.1. Tenaga Kependidikan
Keberhasilan kebijakan pendidikan baik di tingkat provinsi maupun
tingkat kabupaten/kota sangat ditentukan oleh beberapa faktor diantaranya
adalah tenaga kependidikan. Merujuk SK Mendikbud nomor 25 tahun 1995
dan Peraturan Pemerintah Nomor 38 tahun 1992 (Abin Syamsudin, 1996)
dikatakan bahwa tenaga kependidikan terdiri dari :
a. Tenaga Pendidik seperti pembimbing, pengajar, dan pelatih
b. Tenaga Kependidikan bukan Pendidik seperti pengelola satuan
pendidikan, penilik, pengawas, pustakawan, penguji, dan teknisi sumber
belajar.
2.2. Fasilitas / Sarana Prasarana
Fasilitas pendidikan sangat menunjang proses pembelajaran siswa, dimana
fasilitas tersebut meliputi sarana dan prasarana. Selain tenaga pengajar yang
mencukupi sesuai dengan rasio perbandingan guru dan murid, maka tentunya
perlu dilengkapi sarana lainnya seperti ruang belajar, perpustakaan, buku
pedoman, ruang guru, serta lingkungan sekolah yang memadai dan mudah
dijangkau.
2.3. Kepemimpinan
Menyadur konsep SP Siagan (1990:45) bahwa “sukses atau tidaknya suatu
organisasi ditentukan oleh pimpinan organisasi.” Konsep ini menitikberatkan
peran pimpinan yang sangat dominan dalam memotivasi, mempengaruhi,
menggerakkan para pegawai bawahannya untuk mencapai dan melaksanakan
program pendidikan yang telah ditetapkan.
2.4. Pola Manajemen
Pola manajemen masih berkaitan dengan kepemimpinan. Karena yang
menjadi pengelola utama dalam suatu organisasi adalah pemimpin.
2.5. Kondisi Geografis
Kondisi geografis sangat berpengaruh terhadap cepat atau tidaknya
perkembangan pendidikan di suatu wilayah. Karena kondisi geografis yang
baik mampu mempermudah sarana dan alat transportasi untuk mencapai
wilayah tersebut. Sedangkan di daerah – daerah pedalaman yang jalan menuju
ke daerah itu masih terisolasi tentu akan menyulitkan mencapai daerah
tersebut sehingga cenderung tertinggal.
2.6. Kondisi Demografi
Kondisi demografi merupakan kondisi seberapa besar partisipasi
penduduk daerah tersebut terutama orang tua dan peserta didik terhadap
pentingnya pendidikan Indonesia. Pada daerah yang masyarakatnya kurang
peduli pada pendidikan perlu diadakan
Penerapan manajemen pendidikan pada unsure sumber daya manusia
untuk meningkatkan kepedulian mereka akan pentingnya pendidikan.
2.7. Faktor Tujuan
“Mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia
Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap
Tuhan YME dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan
keterampilan , kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan
mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.”
Fungsi Tujuan bagi Pendidikan;
Sebagai arah pendidikan
Tujuan sebagai titik akhir
Tujuan sebagai titik pangkal mencapai tujuan lain
Memberi nilai pada usaha yang dilakukan
2.8. Faktor Anak Didik
Karakteristiknya adalah: belum memiliki pribadi dewasa, masih
menyempurnakan aspek kedewasaannya, memiliki sifat-sifat dasar yang
sedang ia kembangkan secara terpadu.
2.9. Faktor Alat Pendidikan
Alat pendidikan adalah suatu tindakan atau situasi yang sengaja diadakan
untuk tercapainya pendidikan tertentu. Termasuk di dalamnya adalah
kurikulum pendidikan, yaitu seperangkat rencana dan pengaturan mengenai
tujuan, isi, tambahan pelajaran, serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
nasional.
(UU RI No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1
Ayat 19
2.10. Faktor Manajemen
Aktivitas memadukan sumber – sumber pendidikan agar terpusat dalam
mencapai tujuan sekolah yang telah ditetapkan sekolah sebelumnya.
(Atmodowirijo : 2000)
2.11. Faktor Keuangan
MATERI 13 :
Strategi Peningkatan Kualitas
Pendidikan Nasional
1. BERINVESTASI PADA KAPASITAS
Pelaksanaan fungsi dan peran baru bidang pendidikan sebagaimana yang
tercantum dalam Undang - Undang Pendidikan No. 20 tahun 2003
membutuhkan lebih banyak pengalaman teknis dan manajerial di setiap level
pemerintahan. Pembangunan kapasitas dapat dimulai dengan mendefinisikan
standar kinerja dan menciptakan ukuran - ukuran untuk berbagai fungsi
pengajaran di setiap level pemerintahan mempersiapkan catatan mengenai
standar dan kompetensi dasar serta mengaudit kemampuan yang ada saat ini
berdasarkan ukuran kompetensi yang dibutuhkan dimana catatan tersebut
dibuat lebih sederhana dan mudah untuk diukur. Keahlian yang dibutuhkan
untuk melakukan fungsi ini meliputi keahlian dalam perencanaan keuangan
dan anggaran manajemen personalia pengumpulan informasi serta
komunikasi. Peningkatan keahlian dapat dilakukan tidak hanya melalui
pelatihan formal melainkan juga melalui kerja nyata dengan memberikan
tugas langsung dalam situasi kerja yang memungkinkan.
Untuk mendorong manajemen yang lebih baik pada tingkat pemerintahan
daerah pemerintah pusat dapat melakukan berbagai cara di bawah ini :
1.1. Mengumumkan anggaran daerah lebih awal
1.2. Memberikan dana alokasi khusus pendidikan kepada pemerintah
daerah
1.3. Mengurangi ketimpangan dana.
2. TERAPKAN MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH SEBAGAI
LANDASAN DARI REFORMASI
Undang - undang pendidikan No. 20 Tahun 2003 telah memberikan
tanggung jawab lebih. Besar dan otoritas langsung kepada sekolah. Dengan
begitu diharapkan sekolah serta masyarakat dapat ikut berkontribusi dalam
peningkatan mutu pendidikan dasar secara signifikan. Meski demikian
terdapat keragaman yang besar dalam kemampuan sekolah di setiap daerah
untuk melaksanakan otoritas yang telah diberikan tersebut. Seandainya
kondisi sekolah di Bali mencerminkan keadaan yang terjadi di daerah -
daerah lainnya maka komite sekolah masih belum sepenuhnya menggunakan
dan memanfaatkan mekanisme otoritas yang diberikan kepada mereka.
Peningkatan manajemen berbasis sekolah dapat ditempuh denganj cara :
2.1. Persiapkan tenaga pengajar yang lebih baik dalam mengelola
sekolah
2.2. Mendesain dan mengimplementasikan dana hibah untuk sekolah
yang berasal dari anggaran pemerintah daerah
2.3. Menciptakan dana hibah pendidikan yang pro-orang miskin untuk
proyek – proyek yang didasarkan atas inisiatif sekolah dan masyarakat.
2.4. Mengelola uang sekolah.
3. MEMBANGUN JAMINAN KUALITAS DAN SISTEM PENGAWASAN
SECARA NASIONAL
Sistem pelaporan informasi pendidikan dengan cara lama yang
sentralistis telah berakhir. Dalam dua tahun kedepan sistem tersebut harus
digantikan dengan mekanisme yang lebih ditentukan oleh kebutuhan akan
informasi dan kemampuan daerah sistem itu juga harus dapat melayani
kebutuhan manajemen di setiap jenjang pendidikan. Sistem tersebut juga
harus lebih Menekankan standar kecakapan dan akuntabilitas serta pihak
sekolah untuk mempekerjakan tenaga pengajar yang hanya berasal dari
program yang telah terakreditasi tersebut juga membantu untuk
mendefiniskan wilayah atau populasi yang membutuhkan perhatian khusus
yang pada akhirnya berdampak pada peningkatan mutu pembuatan kebijakan.
Pada tingkat lokal informasi ini dapat digunakan sebagai alat untuk
Melakukan evaluasi dan pengawasan. Sistem informasi uga dapat menjadi
alat diagnostik untuk mendapatkan gambaran tantangan yang dihadapi oleh
masyarakat maupun sekolah serta untuk mengidentifikasikan kekuatan
maupun kelemahan dari sistem pengajaran yang berbeda - beda. Pada tingkat
sekolah informasi pendidikan merupakan alat untuk mengevaluasi performa
murid dalam mata pelajaran tertentu dan informasi ini juga berperan sebagai
alat komunikasi mengenai kebutuhan serta keberhasilan yang telah dicapai
oleh sekolah kepada orang tua maupun kepada komunitas sekolah pada
umumnya
Meningkatkan insentif untuk jaminan kualitas pengawasan serta
penyebaran informasi pendidikan. Kerjasama di setiap jenjang pemerintahan
dan sekolah dapat difasilitasi melalui penggunaan insentif datang. Tugas
utama kementrian pendidikan di era desentralisasi bukan lagi keuangan serta
melalui kebanggaan profesi akan kepemilikan system memberikan pelayanan
pendidikan secara langsung informasi bersama dan juga dengan memberikan
kesempatan untuk restrukturisasi departemen pendidikan untuk
mencerminkan pendidikan yang baik.
4. MENINGKATKAN KUALITAS PENGAJARAN MELALUI REFORMASI
JENJANG KARIR GURU
Tenaga pengajar merupakan media utama dimana melalui mereka murid
- murid belajar dan alokasi dana untuk gaji guru memakan sebagian besar
anggaran publik. Penggunaan dana tersebut secara lebih tepat tidak saja
berdampak pada peningkatan kualitas pendidikan namun juga dapat
memenuhi pembiyaan peralatan belajar penting lainnya seperti penyediaan
buku sekolah bagi murid - murid dan pengembangan profesi bagi yang besar
sudah tidak dibutuhkan lagi untuk menyelesaikan tantangan yang para guru.
Para tenaga pengajar di Indonesia sepakat mengenai perlunya kebutuhan
untuk mereformasi profesi guru. Namun reformasi ini harus menyentuh
seluruh tahapan karir para guru mulai pelatihan pra mengajar hingga
penempatan serta meliputi juga promosi dan pengembangan karir.
4.1. Memperkenalkan system akreditasi yang transparan
4.2. Tempatkan dan promosikan guru sesuai kualitas
4.3. Memulai program pengembangan untuk seluruh jenjang karir bagi guru
dan kepala sekolah.
5. RESTRUKTURISASI PERAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN
Sebagai bagian dari pergantian pemerintahan departemen pendidikan
dituntut untuk melakukan restrukturisasi dan transformasi di masa yang akan
datang. Tugas utama kementrian pendidikan di era desentralisasi bukan lagi
memberikan pelayanan pendidikan secara langsung.