78
1 PRAKTEK MORAL HAZARD DALAM JUAL BELI KELAPA SAWIT (STUDI KASUS DI DESA SELAT KECAMATAN PEMAYUNG KABUPATEN BATANGHARI) SKRIPSI Oleh : ADE AFRIANSAH EES.150565 DOSEN PEMBIMBING : PROF.DR.SUBHAN,M.AG REFKYFIELNANDA,SE.,SY.,M.E.I PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH FAKULTAS EKONOMI BISNIS ISLAM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI 2019

PRAKTEK MORAL HAZARD DALAM JUAL BELI KELAPA SAWIT …

  • Upload
    others

  • View
    1

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PRAKTEK MORAL HAZARD DALAM JUAL BELI KELAPA SAWIT …

1

PRAKTEK MORAL HAZARD DALAM JUAL BELI KELAPA SAWIT

(STUDI KASUS DI DESA SELAT KECAMATAN PEMAYUNG

KABUPATEN BATANGHARI)

SKRIPSI

Oleh :

ADE AFRIANSAH

EES.150565

DOSEN PEMBIMBING :

PROF.DR.SUBHAN,M.AG

REFKYFIELNANDA,SE.,SY.,M.E.I

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI

2019

Page 2: PRAKTEK MORAL HAZARD DALAM JUAL BELI KELAPA SAWIT …

2

Page 3: PRAKTEK MORAL HAZARD DALAM JUAL BELI KELAPA SAWIT …

3

Page 4: PRAKTEK MORAL HAZARD DALAM JUAL BELI KELAPA SAWIT …

4

Page 5: PRAKTEK MORAL HAZARD DALAM JUAL BELI KELAPA SAWIT …

5

MOTTO

Artinya: Orang-orang yang Makan (mengambil) riba. tidak dapat berdirimelainkan

seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila.

Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat),

Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, Padahal Allah telah menghalalkan jual

beli dan mengharamkan riba. orang-orang yangtelah sampai kepadanya larangan dari

Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), Maka baginya apa yang telah

diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada

Allah. orang yang kembali (mengambil riba), Maka orang itu adalah penghuni-

penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.1

1 Al-Qur’an Surah Al-Baqarah[2];275

Page 6: PRAKTEK MORAL HAZARD DALAM JUAL BELI KELAPA SAWIT …

6

ABSTRAK

Ade Afriansyah, EES.150565, Praktek-Preaktek Moral Hazard Dalam Jual beli Buah

Kelapa Sawit (Studi Kasus Di Desa Selat Kecamatan Pemayung Kabupaten

Batanghari)

Metode yang penulis gunakan dalam penulisan skripsi ini adalah observasi,

wawancara, dan angket. Adapun populasi dalam penelitian ini adalah seluruh petani

kelapa sawit di desa Selat yang berjumlah 176 orang dan 10 orang toke. Dari jumlah

tersebut penulis mengambil sampel sebesar 10% atau 17 orang. Perkebunan kelapa

sawit merupakan tulang punggung perekonomian rakyat di desa Selat. Pengembangan

dalam sektor perkebunan kelapa Sawit mempunyai dampak yang positif terhadap

pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Masyarakat dalam pemenuhan kebutuhan hidup

selalu melakukan jual beli. Karena, Jual beli merupakan suatu usaha dari masyarakat

di desa Selat dalam memenuhi kebutuhannya sehari-hari. Pada dasarnya jual beli di

halalkan oleh Allah SWT. Hal ini telah dijelaskan dalam Al- Qur’an dan sunnah.

Salah satu bentuk jual beli adalah jual beli hasil perkebunan. Berdasarkan hasil

penelitian penulis dilapangan, penulis temukan kecurangan-kecurangan yang

seharusnya tidak terjadi ditengah-tengah masyarakat yang mayoritas beragama Islam.

Kecurangan itu baik dalam bentuk timbangan, harga Maupun dalam proses

peminjaman uang dari petani kepada toke. Jika petani memiliki hutang maka harga

kelapa akan di turunkan dari harga pasaran. Maka, berdasarkan hal tersebut penulis

berpendapat bahwa pelaksanaan jual beli kelapa antara toke dengan petani di desa

Selat kecamatan pemayung, belum sesuai dengan prinsip-prinsip dasar ekonomi

Islam. Yang mana prinsip dasar ekonomi Islam adalah suka sama suka tanpa ada

paksaan atau tekanan.

Kata Kunci: Moral Hazard,Pemasaran

Page 7: PRAKTEK MORAL HAZARD DALAM JUAL BELI KELAPA SAWIT …

7

PERSEMBAHAN

Sujud syukurku kusembahkan kepadaMu ya Allah, Tuhan Yang Maha Agung

dan Maha Tinggi. Atas takdirmu saya bisa menjadi pribadi yang berpikir, berilmu,

beriman dan bersabar. Semoga keberhasilan ini menjadi satu langkah awal untuk

masa depanku, dalam meraih cita-cita saya.

Dengan ini saya persembahkan karya ini untuk, Ayahanda …

Terima kasih atas kasih sayang yang berlimpah dari mulai saya lahir, hingga

saya sudah sebesar ini. Lalu teruntuk Bunda, terima kasih juga atas limpahan doa

yang tak berkesudahan. Serta segala hal yang telah Bunda lakukan, semua yang

terbaik.

Terima kasih selanjutnya untuk kakak-kakak saya yang luar biasa, dalam

memberi dukungan dan doa yang tanpa henti. sekaligus sahabat bagi saya. Kalian

adalah tempat saya berlari ketika saya merasa tidak ada yang memahami di luar

rumah.

Page 8: PRAKTEK MORAL HAZARD DALAM JUAL BELI KELAPA SAWIT …

8

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Yang Maha Kuasa yang telah melimpahkan

segala rahmat, rezeki, karunia dan nikmatnya kepada kita semua. Sehingga pada

kesempatan ini penulis mampu menyelesaikan tugas akhir skripsi ini dengan judul

“Praktek Moral Hazard Dalam Jual Beli Kelapa Sawit (Studi Kasus Di Desa

Selat Kecamatan Pemayung Kabupaten Batanghari)”.

Sholawat dan salam selalu tercurahkan pada Nabi Agung Muhammad SAW

yang selalu kita jadikan sebagai panutan hidup dan suri tauladan yang baik bagi umat

manusia. Semoga kita mendapatkan syafaatnya di hari kiamat nanti. Amin

Penelitian ini merupakan tugas akhir pada Program Studi Ekonomi Islam,

Fakulas Ekonomi dan Bisnis Islam, UIN Sulthan Thaha Saipuddin Jambi sebagai

syarat untuk memperoleh gelar strata satu. Oleh karena itu, penulis mengucapkan

banyak terima kasih atas bimbingan, arahan dan segala ilmu yang telah diberikan

dalam penyusunan skripsi ini. Ucapan terima kasih penulis berikan kepada:

1. Bapak Dr. H. Hadri Hasan,MA selaku Rektor Universitas Islam Negeri

Sulthan Thaha Saipuddin Jambi beserta seluruh staf dan jajarannya;

2. Bapak Prof.Dr.Subhan,M.Ag selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Islam Universitas Islam STS Jambi;

3. Ibu Rafidah selaku Wakil Dekan I Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN

STS Jambi, Ibuk Dr. Novi Mubyarto,ME selaku Wakil Dekan II Fakultas

Ekonomi Dan Bisnis Islam UIN STS Jambi,

4. Bapak Prof.Dr.Subhan,M.Ag selaku Pembimbing I dan Bapak Refk

Fielnanda,SE.Sy.m.e.i selaku Pembimbing II. Terima kasih yang sebesar-

besarnya atas segala waktu, bimbingan, arahan, dan saran kepada Penulis

demi terselesaikannya skripsi ini;

Page 9: PRAKTEK MORAL HAZARD DALAM JUAL BELI KELAPA SAWIT …

9

5. Bapak dan Ibu dosen, khususnya dosen bagian Ekonomi Syariah serta seluruh

pegawai Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN STS Jambi yang telah

banyak mendidik dan memberikan bantuan selama di bangku kuliah sehingga

Penulis dapat menyelesaikan studi dengan baik;

6. Kepala Desa Selat Kecamatan Pemayung Kabupaten Batanghari beserta staf

dan jajarannya yang telah membantu Penulis selama proses penelitian;

7. Teman-teman terbaik saya Terima kasih banyak karna sudah mendampingi

saya dan memberi support pada saya selama proses bimbingan;

8. Seluruh pihak yang telah banyak membantu yang tidak dapat saya sebutkan

satu per satu. Sebagai manusia biasa, Penulis menyadari bahwa Penulis tak

akan pernah luput dari khilaf dan salah.

Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Semoga Allah SWT senantiasa menilai amal perbuatan kita sebagai ibadah.

Dan semoga semua yang telah kita kerjakan dengan niat baik mendapatkan

berkah, Amin Ya Rabbal Alamiin

Jambi, 2019

Penulis,

Ade Afriansah

Page 10: PRAKTEK MORAL HAZARD DALAM JUAL BELI KELAPA SAWIT …

10

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL …………………………………………………………i

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ……………………………………ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ……………………………ii

MOTTO …………………………………………………………………….….iv

ABSTRAK ……………….....………….………………………………………v

PERSEMBAHAN...............................................................................................vi

KATA PENGANTAR …………………………................…………………...vii

DAFTAR ISI …………………………………………………………..……….ix

BAB I. PENDAHULUAN …………………………………………………..1

A. Latar Belakang Masalah ………………………………………………1

B. Rumusan Masalah …………………………………………………….9

C. Batasan Masalah ………………………………………………………9

D. Tujuan Penelitian ……………………………………………………...9

E. Kerangka Teori ………………………………………………..…......10

F. Tinjauan Pustaka ……………………………………………………22

BAB II. METODE PENELITIAN ……………………………………….23

A. Tempat dan Waktu Penelitian.............................................................23

B. Pendekatan Penelitian ………………………………………………23

Page 11: PRAKTEK MORAL HAZARD DALAM JUAL BELI KELAPA SAWIT …

11

C. Jenis Data ……………………………………………………...…….24

D. Sumber Data ………………………………………………………....25

E. Teknik Pengumpulan Data ………………………………………......27

F. Analisis Data ………………………………………………………...29

G. Sistematika Penulisan ………………………………………………..31

BAB III. GAMBARAN UMUM DESA SELAT KECAMATAN PEMAYUNG

KABUPATEN BATAGHARI……………………………………………..32

A. Historis Desa Selat…………………………………………………..32

B. Geografis Desa Selat ……………………………………………….36

C. Struktur Organisasi Desa Selat ……………………………...…….39

D. Keadaan Penduduk …………..……………………………………40

E. Inventaris/ Sarana ………………………………………………….41

BAB IV. PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN ………………49

A. Praktek-praktek moral hazard yang terjadi dalam jual beli kelapa sawit

……………………………………………..………...…..................49

B. Peran spiritual petani dalam mengatasi praktek moral hazard

………………………………………...............................................51

C. Upaya pencegahan dan penanganan moral hazard yang dilakukan pemerintah

……………………………….......................................53

BAB V. PENUTUP ……………………………………………………56

A. Kesimpulan …………………………………………………………56

B. Saran …………………………………………………………………56

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………….58

LAMPIRAN – LAMPIRAN ……………………………………………..60

Page 12: PRAKTEK MORAL HAZARD DALAM JUAL BELI KELAPA SAWIT …

12

CURICULUM VITAE …………………………………………………..

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam rangka mewujudkan perekonomian nasional yang mampu tumbuh

secara stabil dan berkelanjutan,menciptakan kesempatan kerja yang luas dan

seimbang disemua sektor pertanian, serta memberikan kesejahteraan secara adil

kepada seluruh rakyat indonesia maka program pembangunan ekonomi nasional

harus dilaksanakan secara komprehensif dan mampu menggerakkan kegiatan

perekonomian nasional yang memiliki jangkauan yang luas dan menyentuh keseluruh

sektor riil dari perekonomian masyarakat indonesia. Program pembangunan ekonomi

nasional juga harus dilaksanakan secara transparan dan akuntabel yang berpedoman

pada prinsip demokrasi ekonomi sebagaimana diamankan pancasila dan Undang-

Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Moral hazard muncul Karena seorang individu atau lembaga yang tidak

konsekuen secara penuh dan tidak bertanggungjawab atas perbuatannya, dan

karenanya cenderung untuk bertindak kurang hati-hati untuk melepas tanggung jawab

Page 13: PRAKTEK MORAL HAZARD DALAM JUAL BELI KELAPA SAWIT …

13

atas konsekuensi dari tindakannya kepada pihak lain.2 Moral hazard sering

dipergunakan dalam istilah bisnis asuransi, yang menjelaskan kemungkinan

pemegang asuransi dengan sengaja melakukan tindakan yang dapat merugikan

terhadap barang yang diasuransikannya dengan harapan akan mendapatkan klaim

penggantian dari perusahaan asuransi.

Dalam bidang ekonomi, risiko moral (bahasa Inggris: moral hazard) terjadi

ketika seseorang meningkatkan paparan mereka terhadap risiko ketika tertanggung.

Hal ini dapat terjadi, misalnya, ketika seseorang mengambil lebih banyak risiko

karena orang lain menanggung biaya dari risiko-risiko tersebut. Moral hazard dapat

terjadi dimana tindakan salah satu pihak dapat berubah menjadi kerugian pada pihak

yang lain setelah transaksi keuangan telah terjadi.

Secara lebih luas, moral hazard bisa terjadi ketika pihak dengan informasi

yang lebih banyak tentang tindakan atau niatnya memiliki kecenderungan atau

dorongan untuk berperilaku tidak sepatutnya dari perspektif pihak dengan informasi

yang lebih sedikit.

Jual beli adalah transaksi antara satu orang dengan orang yang lain yang

berupa tukar-menukar suatu barang dengan barang yang lain berdasarkan tata cara

atau akad tertentu. Pada kenyataanya dalam kehidupan sehari-hari, pengertian dari

jual beli adalah penukaran barang dengan uang. Sedangkan penukaran barang dengan

barang tidak lazim disebut jual beli, melainkan disebut barter.

2 Abdullah Zakiy al-Kaaf, “Ekonomi Dalam Perspektif Islam”, Bandung: Pustaka Setia, tahun

2002, Hlm.72

Page 14: PRAKTEK MORAL HAZARD DALAM JUAL BELI KELAPA SAWIT …

14

Terjadinya jual beli karena adanya perbedaan kebutuhan hidup antara satu

orang dengan orang yang lain. Suatu contoh mislanya, satu pihak memiliki barang,

tetapi membutuhkan uang. Sementara itu, pihak yang lain memiliki uang, tetapi

mereka membutuhkan barang. Kedua belah pihak tersebut dalam contoh di atas, dapat

mengadakan kerja sama di antara keduanya dalam bentuk jual beli atas dasar sama-

sama rela. Dengan kerja sama jual beli itu, kebutuhan masing-masing pihak dapat

terpenuhi.

Bentuk Penyimpangan dari moral hazard ialah sulit diperbaiki/dirubah, karena

menyangkut sifat, pembawaan ataupun karakter manusia. Apabila moral hazards yang

buruk menjurus pada bentuk penipuan atau kecurangan, permohonan pertanggungan

sebaiknya ditolak.

Perkebunan kelapa merupakan salah satu dari sekian banyak mata pencaharian

yang dipilih oleh masyarakat di Desa Selat sebagai usaha untuk memenuhi kebutuhan

hidup. Hal ini dipilih masyarakat karena berbagai alasan di antaranya adalah karena

usia produktif perkebunan kelapa lebih lama dibandingkan dengan komuditas lainya

dan pemeliharaannya tidak memakan biaya besar. Transaksi jual beli kelapa yang

ideal itu dimana hasil panen kelapa petani dijual kepada koperasi unit Desa (KUD).

Kemudian KUD menjual kepabrik sehingga hal ini melindungi para petani dari

kerugian yang disebabkan oleh tengkulak atau toke. Namun pada prakteknya, di Desa

Selat tidak terdapat koperasi unit desa. Sehingga perana koperasi ini diambil oleh

toke atau tengkulak.

Page 15: PRAKTEK MORAL HAZARD DALAM JUAL BELI KELAPA SAWIT …

15

Di Desa Selat khususnya, terjadi kecurangan yang dilakukan oleh toke

terhadap petani dalam transaksi jual beli kelapa tersebut. Kecurangan yang dilakukan

oleh toke terjadi pada saat penimbangan kelapa sawit dan harga kelapa itu sendiri.

Dimana harga jual kelapa akan turun jika petani berhutang kepada toke. Dan petani

juga di isyaratkan menjual hasil panennya kepada toke tersebut. Dalam penghitungan

biasanya setiap timbangan 100 kg kelapa, petani harus melebihkan 5 kg. Jadi, setiap

105 kg kelapa maka akan dihitung 100 kg. Penghitungan seperti ini berlaku pada

setiap transaksi jual beli kelapa, dan ini dilakukan bukan oleh 1 (satu) orang tok akan

tetapi oleh semua toke yang terdapat di desa tersebut.

Seorang petani kelapa yaitu Joni3 memiliki kebun kelapa Sawit sebanyak 5

hektar. Dengan hasil panen setiap 2 minggu sekali sekitar 2 ton. Karena Joni

membutuhkan uang untuk kebutuhan sehari-hari dan keperluan kuliah anaknya.

Maka, Joni meminjam uang kepada Sudiran4 selaku toke sebanyak Rp 10.000.000,-.

Sudiran menyetujui peminjaman uang tersebut dengan syarat kelapa tersebut

harus dijual kepadanya. Dan sudah lumrah terjadi pada daerah tersebut jika petani

berhutang kepada toke maka harga jual kelapa akan lebih murah dari harga pasaran.

Pengurangan harga tersebut berkisar antara Rp 100,- sampai Rp 300,- perkilo, karena

sistem jualnya perkilo. Karena Joni sangat membutuhkan uang. Maka ia menyetujui

syarat yang diberikan oleh Sudiran tersebut.

3 Wawancara dengan Joni tanggal 16 Mei. Joni adalah seorang petani kelapa di Desa Selat

yang berusia 52 tahun.Yang mulai berkebun kelapa sejak tahun 1980. 4 Sudiran adalah seorang toke kelapa yang berusia 35tahun, dan memulai usahanya pada

tahun 2006.yang bertempat tinggal di kasang bulian.

Page 16: PRAKTEK MORAL HAZARD DALAM JUAL BELI KELAPA SAWIT …

16

Pada saat panen kelapa tiba, Joni terpaksa menjual kelapanya kepada Sudiran.

Hal ini sesuai dengan perjanjian pada saat peminjaman uang. Harga pasaran saat itu

berkisar Rp 900,- sampai Rp 1.200,-. Karena terdapat perbedaan harga pada setiap

toke. Sudiran membeli kelapa Joni dengan harga Rp 800,- lebih murah perkilo dari

harga pasaran. Uang yang diterima Joni setelah pemotongan hutang adalah: Jumlah

kelapa 2 ton. Maka 2000 kg x Rp 800,- perkilo = Rp 1.600.000,- kemudian dikurang

jumlah pinjaman sebesar Rp 400.000,- jadi yang diterima Joni sebesar Rp 1.400.000.

Hal ini sangat jauh bedanya dari harga jual yang tidak berhutang yakni sebesar 1000

perkilo

Untuk menjustifikasikan apakah suatu tindakan ekonomi merupakan moral

hazard ataukah bukan, perlu mempelajari prinsip-prinsip dari transaksi yang Islami,

yang dihalalkan ataupun yang diharamkan.

Prinsip transaksi Islami:

1. Ada kerelaan antar pihak yang bertransaksi.

2. Adil (keseimbangan dalam pandangan berbagai segi antar pelaku

ekonomi/tidak mezalimi dan tidak dizalimi (lâ tazhlimûna walâ tuzhlamûn)

dan terdapat empat batasan :

- Tidak boleh ada mafsadah(no externalities) = tidak zalim terhadap

lingkungan.

- Tidak boleh ada gharar (uncertainty with zero sum game) = tidak

zalim terhadap pasangan pelaku transaksi.

Page 17: PRAKTEK MORAL HAZARD DALAM JUAL BELI KELAPA SAWIT …

17

- Tidak boleh ada maisîr (uncertainty with zero sum game in utility

exchange) = gharar akibat pertukaran manfaat.

- Tidak boleh ada riba (exchange of liability) = gharar akibat

pertukaran kewajiban

3. Jelas ( dalam status transaksi, ukuran, timbangan, kualitas, harga)

4. Tidak memakan hak orang lain secara paksa

5. Bermanfaat

Prinsip transaksi yang terlarang dalam Islam:

1. Terdapat unsur pemaksaan

2. Terdapat unsur kezaliman

3. Gharar/tidak jelas

4. Memakan hak orang lain

5. Mengandung mudharat

Bahaya dari tindakan hazard ini menyebabkan petani di desa selat memiliki

pendapatan yang tidak sesuai dengan pekerjaannya sebagai petani sawit. Dengan

adanya kesenjangan yang terjadi di dalam masyarakat tersebut. Maka penulis merasa

perlu untuk melakukan penelitian tentang transaksi jual beli kelapa yang terjadi di

Desa Selat. Kemudian mengangkatnya dalam tulisan berjudul: “Praktek Moral

Hazard Dalam Jual Beli Kelapa Sawit (Studi Kasus Di Desa Selat Kecamatan

Pemayung Kabupaten Batanghari)”.

B. Rumusan Masalah

Page 18: PRAKTEK MORAL HAZARD DALAM JUAL BELI KELAPA SAWIT …

18

1. Bagaimana praktek moral hazard yang terjadi dalam jual beli kelapa

sawit?

2. Bagaimana peran spiritual petani dalam mengatasi praktek moral

hazard?

3. Bagaimana upaya pencegahan dan penanganan moral hazard yang

dilakukan pemerintah?

C. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui praktek moral hazard yang terjadi dalam jual beli kelapa

sawit.

2. Untuk kalangan akademis dan mahasiswa, sebagai bahan bacaan

tambahan dan sumber referensi dan bahan kajian untuk penelitian

selanjutnya.

3. Bagi masyarakat umum, sebagai wahana untuk meningkatkan

wawasan dan pemahaman tentang praktek moral hazard.

D. Batasan Masalah

Untuk mempermudah penilitian, penulis membatasi ruang lingkup

yaitu’ praktek-praktek moral hazard dalam jual beli kelapa sawit’ di lihat dari

peluang keuntungan yang menjadi sumber pendapatan dalam jual beli kelapa

sawit.

E. Kerangka Teori

1. Teori Motivasi Spiritual

Page 19: PRAKTEK MORAL HAZARD DALAM JUAL BELI KELAPA SAWIT …

19

Kajian tentang spiritualitas saat ini telah menjadi trend perbincangan di dalam

kajian bisnis.5 Istilah spiritual quotient (SQ) telah menggantikan istilah intellectual

quoetient (IQ) dan emotional quoetient (EQ). Terdapat kontribusi yang besar tentang

pentingnya dimensi spritual pada psikis seseorang dalam bekerja dan secara

siqnifikan berpengaruh terhadap peningkatan kinerjanya. Di Amerika Serikat,

sebagian masyarakatnya mulai percaya bahwa tuhan adalah kekuatan spiritual yang

positif dan aktif.

Penilitian yang di lakukan oleh madin sebagaimana dikemukakan oleh

Ghozali terhadap 512 manajer dan pemilik perusahaan di Amerika Serikat

menunjukkan bahwa tingkat religiusitas mempunyai peran penting di dalam

membentuk persepsi dan sikap karyawan maupun bisnis di Amerika Serikat. Ini

menunjukkan bahwa tingkat religiusitas karyawan sesuai dengan agamanya masing-

masing berpengaruh terhadap sikap dan prilaku kerjanya. Sikap kerja tersebut

meliputi komitmen organisasi dan kepuasan kerja, yang pada akhirnya sikap kerja ini

berdampak lansung terhadap produktivitas kerja.

Logika berfikir yang melandasinya adalah prilaku ekonomi seseorang pada

dasarnya bertujuan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya guna mencapai

maslahah (kesejahteran).6 Seseorang yang memiliki motivasi spiritual yang tinggi

5 Asmirawati, Analisis Perilaku Moral Hazard Nasabah Terhadap Pembiayaan Berbasis Bagi

Hasil, sripsi Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, Tahun

2017, Hlm.60 6 Yusuf Qordhawi, “Norma dan Etika Ekonomi Islam”, Penerjemah Zainal Arifin dan Dahlia

Husin, Jakarta: Gema Insani Prees,Tahun 1997, Hlm.34

Page 20: PRAKTEK MORAL HAZARD DALAM JUAL BELI KELAPA SAWIT …

20

akan mempertimbangkan dimensi spiritual dalam menggunakan produk pembiyaan

yang memang murni syari’ah.

Baharuddin dalam Rahnawati merumuskan 3 macam motivasi manusia, yaitu:

a. Motivasi jismiah (fisiologis) adalah motivasi yang berhubungan dengan

pemenuhan kebutuhan fisik biologis, seperti makan dan pakaian.

b. Motivasi nafsiah (psikologis) adalah motivasi yang berhubungan dengan

pemenuhan kebutuhan yang bersifat psikologis, seperti rasa aman,

penghargaan, rasa memiliki, dan rasa cinta.

c. Motivasi ruhaniah (spiritual) adalah motivasi yang berhubungan dengan

pemenuhan kebutuhan-kebutuhan yang bersifat spiritual, seperti

aktualisasi diri dan agama.

Karakteristik motivasi spiritual dalam penilitian ini dirumuskan berdasarkan

teori motivasi spiritual baharuddin, yang mengkategorikan motivasi spriritual

menjadi dual dimensi, yaitu aktualisasi diri dan agama.7 Menurut pemahaman ajaran

islam sesuatu perbuatan tidak dapat menjadi motivasi spiritual jika tidak dilandaskan

pada konsep aqidah, ibadah dan muamalah. Berdasarkan konsep di atas, adanya

motivasi spiritual dalam diri individu, maka individu tersebut dapat mengembangkan

aktualisasi dirinya melalui peningkatan percaya diri, jujur, mengembangkan cara

pikir, sikap obyektif, efektivitas dan kreativitas. Selain itu, individu tersebut selalu

7 Asmirawati,” Analisis Perilaku Moral Hazard Nasabah Terhadap Pembiayaan, Tahun

2017,Hlm.78

Page 21: PRAKTEK MORAL HAZARD DALAM JUAL BELI KELAPA SAWIT …

21

memulai setiap aktivitas dengan niat ibadah serta mempertimbangkan aspek maslahah

dalam memperoleh kesejahteraan dunia dan akhirat.

2. Moral Hazard

a. Pengertian Moral

Moral berasal dari kata “mos”(bentuk jamaknya yaitu “mores”) yang

berarti adat dan cara hidup,4 atau dengan kata lain adat kebiasaan. Dalam bahasa

Indonesia moral diterjemahkan sebagai (“ajaran”) baik buruk yang diterima umum

mengenai perbuatan, sikap, kewajiban, akhlak, budi pekerti, susila dan sebagainya.

Selanjutnya moral dalam arti istilah suatu istilah yang digunakan untuk menentukan

batas-batas dari sifat, perangai, kehendak, pendapat atau perbuatan yang secara layak

dapat dikatakan benar, salah, baik atau buruk. Disamping itu moral juga didefenisikan

sebagai berikut:

a. Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan benar dan salah, baik dan buruk.

b. Kemampuan untuk memahami perbedaan antara benar dan salah.

c. Ajaran atau gambaran tingkah laku yang baik.8

Berdasarkan dari defenisi-defenisi di atas, menurut penulis moral adalah

istilah yang digunakan untuk memberikan batasan terhadap aktivitas manusia dengan

nilai (ketentuan) baik/buruk, benar/salah. Berdasarkan kutipan diatas, dapat dipahami

bahwa moral adalah istilah yang digunakan untuk memberikan batasan terhadap

8 Sujarweni, V Wiratna, “Pengantar Akuntansi”. Yogyakarta: Pustaka Baru Press,tahun 2016,

Hlm. 102

Page 22: PRAKTEK MORAL HAZARD DALAM JUAL BELI KELAPA SAWIT …

22

aktivitas manusia dengan nilai (ketentuan) baik atau buruk, benar atau salah. Jika

dalam kehidupan seharihari dikatakan bahwa orang tersebut bermoral, maka yang

dimaksud adalah bahwa orang tersebut tingkah lakunya baik. Singkatnya moral

adalah sesuatu hal yang mengatur kehidupan manusia dinilai dari baik dan buruk

perbuatannya.

b. Definisi Moral Hazard

Pada umumnya orang sering menyamakan pengertian risiko, hazard dan peril.

Memang ketiga istilah tersebut erat sekali kaitannya satu dengan yang lain.9 Akan

tetapi ketiganya berbeda, oleh karena itu untuk maksud-maksud kajian istilah tersebut

harus dibedakan dengan tegas. Peril adalah suatu peristiwa yang dapat menimbulkan

kerugian. Sedangkan hazard keadaan dan kondisi yang dapat memperbesar

kemungkinan terjadinya suatu peril. Akibat terjadinya suatu peril ini akan

menimbulkan satu kerugian atau kerusakan pada diri seorang atau harta miliknya.

Kedua istilah tersebut peril dan hazard lebih erat hubungan-nya kepada kemunkinan

daripada risiko. Arti hazard adalah bahaya: asr. Suatu situasi yang dapat menambah

terjadinya kerugian (loss) si tertanggung (insured) mis. Kondisi lingkungan tak sehat,

rumah tak dijaga.

Dengan kata lain, hazard itu juga menunjuk pada situasi tertentu yang

memperlihatkan/meningkatkan kemunkinan terjadinya hal-hal yang akan menibulkan

9 Ahmadi Azis, “Pola Hubungan Antara Petani Kelapa Sawit dengan Tauke Sawit di Desa

Buana Makmur Kecamatan Dayun Kabupaten Siak”, Jurnal JO FISIP Vol.4, No.1, Tahun

2017,Hlm.26

Page 23: PRAKTEK MORAL HAZARD DALAM JUAL BELI KELAPA SAWIT …

23

kerugian.10

Dalam lapangan kajian tentang akhlak, moral hazard lazim disebut

dengan akhlak buruk (akhlak al-madzmumah), Imam al-Ghazali menyebutkan bahwa

hazard itu termasuk sifat-sifat muhlikat, yakni segala tingkah laku manusia yang

dapat membawanya kepada kebinasaan.

Pada dasarnya moral hazard itu merupakan maksiat karena maksiat itu adalah

meninggalkan/melupakan suatu ketaatan. “Maksiat itu adalah meninggalkan

/melupakan suatu ketaatanatau bisa dikatakan meninggalkan perintah dan

mengerjakan apa yang dilarang”.

sebagai ‘Morale Hazard’ yang secara sederhana dideskripsikan sebagai

carelessness or indifference to a loss (kecerobohan atau ketidakpedulian terhadap

kerugian). Disamping morale hazard, ada pula yang disebut sebagai physical hazard.

Physical hazard adalah kondisi fisik yang dapat meningkatkan kemungkinan

terjadinya kerugian, sementara moral hazard adalah ketidakjujuran seseorang yang

dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya kerugian.

Seorang ahli ekonomi yang bernama Pauly (1968) adalah orang yang pertama

kali mengemukakan bahwa Moral hazard sangat besar pengaruhnya di bidang

pelayanan kesehatan. Moral hazard diduga membuat orang berubah perilakunya

ketika mereka telah dijamin oleh asuransi dibandingkan sebelum dijamin. Moral

hazard merupakan dampak dari asimetris informasi, hal ini selalu ada bila

sekelompok orang dengan informasi yang menggiurkan merubah perilaku masyarakat

10

Asmirawati,” Analisis Perilaku Moral Hazard Nasabah Terhadap Pembiayaan Berbasis

Bagi Hasil” skripsi Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar,

Tahun 2017,Hlm.78

Page 24: PRAKTEK MORAL HAZARD DALAM JUAL BELI KELAPA SAWIT …

24

agar memilih cara yang menguntungkannya ketika biaya naik dengan imformasi yang

kurang lengkap. Kebanyakan bila pihak asuransi berencana mengurangi pengeluaran

biaya berobat, perilaku individu diefektifkan dengan mengurangi harga perubahan ini

di dalam perilaku disebut Moral hazard, demikian hal nya juga masyarakat memiliki

tingkah laku yang sama seperti melakukan pemborosan air ketika harga air murah,

sering sekali berobat ketika biaya berobat murah atau telah dijamin.

Frekuensi kejadian riil moral hazard pada saat jual-beli adalah sesuatu yang

sulit diukur, namun dapat diestimasi dengan berbagai pendekatan. Biasanya risiko

moral hazard dapat diukur setelah kejadian moral hazard ini terjadi Pengukuran yang

paling sering digunakan adalah dengan membandingkan biaya klaim yang seharusnya

pada tingkat kerusakan

c. Jenis-jenis Moral hazard

Sebagaimana yang telah dijelaskan diatas, bahwa hazard adalah suatu tindakan

yang dapat memperbesar kemunkinan terjadinya suatu peril. Pengertian tersebut

dapat diperluas meliputi berbagai keadaan yang dapat menimbulkan suatu kerugian.

Hazard dapat diklasifikasikan dalam 4 jenis yaitu:

1. Physical hazard, adalah suatu kondisi yang bersumber pada karakteristik

secara fisik dari suatu obyek yang dapat memperbesar kemungkinan terjadi

suatu peril ataupun memperbesar terjadinya suatu kerugian.

2. Moral hazard, adalah suatu kondisi yang bersumber dari orang yang

bersangkutan yang berkaitan dengan sikap mental atau pandangan hidup

Page 25: PRAKTEK MORAL HAZARD DALAM JUAL BELI KELAPA SAWIT …

25

serta kebiasaannya yang dapat memperbesar kemungkinan terjadinya suatu

peril atupun kerugian.

3. Morale hazard, meskipun pada dasarnya setiap orang tidak menginginkan

terjadinya suatu kerugian, akan tetapi karena merasa bahwa ia telah

memperoleh jaminan baik atas diri maupun harta miliknya, maka sering kali

menimbulkan kecerobohan atau kurang hati-hati. Keadaan yang demikian itu

akan dapat memperbesar terjadinya suatu kerugian.

4. Legal hazard, seringkali berdasarkan peraturan-peraturan ataupun

perundang-undangan yang bertujuan melindungi masyarakat justru

diabaikan ataupun kurang diperhatikan sehingga dapat memperbesar suatu

perilaku.

3. Pengertian Jual Beli

Jual beli terdiri dari dua suku kata yaitu “jual dan beli”. 11

Kata jual dan beli

mempunyai arti yang satu sama lainnya bertolak belakang. Kata jual dan beli

menunjukan adanya perbuatan menjual, sedangkan beli menunjukan adanya

perbuatan membeli. Dengan demikian perkataan jual beli menunjukan adanya dua

perbuatan dalam suatu peristiwa yaitu, satu pihak penjual dan pihak lain pembeli.

Dari ungkapan diatas terlihat bahwa dalam perjanjian jual beli terlibat dua pihak yang

saling menukar atau melakukan pertukaran. Maka dalam hal ini terjadilah transaksi

jual beli yang mendatangkan akibat hukum.

11

Miftahul Fadhilah,“Tinjauan Hukum Islam Terhadap Jual Beli Kelapa Sawit Sistem

Kebersamaan”, Skripsi IAIN Purwokerto, Tahun 2018, Hlm.54

Page 26: PRAKTEK MORAL HAZARD DALAM JUAL BELI KELAPA SAWIT …

26

Secara lughawi (dalam bahasa arab) jual beli adalah bai’i, berarti menjual,

menganti, dan menukar sesuatu dengan sesuatu yang lain. Kata al-bai’i dalam

bahasa arab terkadang digunakan untuk pengertian lawannya, yakni asy-syira’

(beli).

4. Dasar Hukum Jual Beli

Salah satu bentuk muamalah yang diatur pelaksanaannya di dalam Islam

adalah masalah jual beli. Hukum Islam membenarkan adanya jual beli berdasarkan

AlQur’an dan hadist serta ijma para ulama.

Adapun dari Al-Qur’an dapat dilihat pada Q.S Al-Baqarah[2];275:

Artinya: Orang-orang yang Makan (mengambil) riba. tidak dapat berdirimelainkan

seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila.

Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat),

Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, Padahal Allah telah menghalalkan jual

beli dan mengharamkan riba. orang-orang yangtelah sampai kepadanya larangan dari

Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), Maka baginya apa yang telah

diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada

Page 27: PRAKTEK MORAL HAZARD DALAM JUAL BELI KELAPA SAWIT …

27

Allah. orang yang kembali (mengambil riba), Maka orang itu adalah penghuni-

penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.12

Dari ayat yang dikemukakan di atas, dapat disimpulkan bahwa jual beli adalah

suatu yang disyariatkan dalam Islam. Sehingga jual beli dibenarkan dengan

memperlihatkan syarat dan rukun yang telah ditetapkan syariat Islam mengenai jual

beli yang sah.

5. Rukun dan syarat jual beli

Rukun dan syarat jual beli merupakan suatu kepastian, tanpa adanya rukun

dan syarat tentulah tidak terlaksana menurut hukum, karena rukun dan syarat tidak

bisa dikesampingkan dari suatu perbuatan dan juga termasuk bagian perbuatan

tersebut. 13

a. Rukun jual beli

1. Ijab (ucapan dari penjual)

2. Qabul (ucapan dari pembeli)

3. Penjual

4. Pembeli

5. Benda yang dijual

6. Uang

b. Syarat Jual Beli

12

Departemen Agama Ri,“Al-Qur’an Dan Terjemahan” Jakarta, Tahun 2006. Hlm.24 13

Nur’aini, “Mekanisme Jual Beli Kelapa Sawit Dalam Tinjauan Fiqh Muamalah di Desa

Karang Manunggal Kecamatan Pulau Rimau Kabupaten Banyuasin”, Skripsi Universitas Islam

Negeri Raden Fatah Palembang, Tahun 2017, Hlm.98

Page 28: PRAKTEK MORAL HAZARD DALAM JUAL BELI KELAPA SAWIT …

28

Agar suatu jual beli yang dilakukan oleh pihak penjual dan pihak pembeli

syah.14

Haruslah dipenuhi syarat syarat yang secara garis besar adalah tentang

subjeknya, tentang objeknya dan tentang lafaznya.

1. Tentang subjeknya

Bahwa keduanya belah pihak (penjual dan pembeli) yang melakukan

perjanjian jual beli tersebut adalah:

a. Berakal

Sebab hanya orang berakalah yang sanggup melakukan transaksi jual beli

secara sempurna. Sedangkan orang gila atau bodoh tidak syah jual belinya. Bila

mereka (orang gila, mabuk, dan sebagainya) melakukan jual beli kemungkinan akan

menimbulkan kesalah pahaman atau penipuan hingga tidak bisa dipertanggung

jawabkan perbuatanya itu.

b. Kehendak Sendiri

Yang dimaksud dengan kehendak sendiri bahwa dalam melakukan perbuatan

jual beli tersebut salah satu pihak tidak melakukan suatu tekanan atau paksaan kepada

pihak lainnya.15

Sehingga pihak lainya tersebut melakukan jual beli bukan lagi

kemauan sendiri tetapi disebabkan adanya unsur paksaan, jual beli yang dilakukan

atas dasar tidak kehendak sendiri adalah tidak sah.

c. Keduanya Tidak Mubazir

14

Miftahul Fadhilah, “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Jual Beli Kelapa Sawit Sistem

Kebersamaan”, Skripsi IAIN Purwokerto, Tahun 2018,Hlm.43 15

Abdullah Zakiy al-Kaaf, “Ekonomi Dalam Perspektif Islam”, Bandung: Pustaka Setia,

Tahun 2002, Hlm.64

Page 29: PRAKTEK MORAL HAZARD DALAM JUAL BELI KELAPA SAWIT …

29

Maksudnya para pihak yang mengikatkan diri dalam perjanjian jual beli

tersebut bukanlah manusia yang boros (mubazir) sebab orang yang boros di dalam

hukum dikategorikan sebagai orang yang tidak cakap bertindak, maksudnya dia tidak

dapat melakukan sendiri suatu perbuatan hukum walaupun kepentingan hukum

tersebut menyangkut kepentingannya sendiri. Orang boros di dalam hukum berada

dibawah pengampunan/perwalian yang melakukan perbuatan hukum untuk

keperluanya adalah pengampu atau walinya.

d. Baligh atau Dewasa

Dalam hukum Islam yang dimaksud baliqh adalah telah berumur 15 tahun atau

telah bermimpi (bagi anak laki-laki) dan haid (bagi anak perempuan) dengan

demikian jual beli yang diadakan anak anak kecil adalah tidak sah. Namun demikian

bagi anak yang telah bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, akan

tetapi belum dewasa menurut pendapat sebagian ulama bahwa mereka diperbolehkan

berjual beli barang-barang yang kecil-kecil misalnya jual beli permen, roti dan

sebagainya. Karena kalau tidak boleh sudah barang tentu menjadi kesulitan

sedangkan agama Islam sekali-kali tidak akan mengadakan aturan yang

mendatangkan kesulitan bagi pemeluknya.

2. Tentang Objeknya

Page 30: PRAKTEK MORAL HAZARD DALAM JUAL BELI KELAPA SAWIT …

30

Yang dimaksud dengan objek jual beli disini adalah benda yang menjadi

sebab terjadinya jual beli.16

Benda yang dijadikan objek jual beli haruslah memenuhi

syarat syarat sebagai berikut:

a. Bersih barangnya

b. Dapat dimanfaatkan

c. Milik orang yang melakukan akad

d. Mampu menyerahkanya

e. Mengetahui

f. Barang yang dijadikan akad ada ditangan (dikuasai)

3. Tentang Lafazhnya

Dalam akad jual beli harus ada ijab dan qabul, maksudnya pihak penjual

atas namanya (dengan rela melepaskan barangnya, misanya dengan ucapan ) “ aku

jual barang ini kepada kamu dan menukar dengan uang/ yang lain”. Sedangkan pihak

pembeli atau atas namanya, mengucapkan “ telah aku beli barang ini dan kini telah

menjadi milikku”, atau dengan ucapan yang tujuannya sama.

Pada dasarnya ijab dan qabul itu sama sama suka pihak penjual rela

menyerahkan barangnya, dan pihak pembeli dengan rela menerima meskipun ijab dan

qabul dilakukan dengan lisan ataupun dengan mengunakan tulisan, asalkan didasari

oleh jiwa yang saling rela merelakan (teradili). Selain itu pula penyerahan barang itu

dapat diartikan sebagai ijabnya, sekalipun tanpa ijab penyerahan. Dan sebaliknya

16

Hartono Rudi, “pelaksanaan Jual Beli Kelapa Antara Toke Dengan Petani di Desa

Pebenaan Kecamatan Keritang Menurut Perspektif Ekonomi Islam”, skripsi Universitas Islam Negeri

Syarif kasim Riau, Tahun 2012, Hlm.96

Page 31: PRAKTEK MORAL HAZARD DALAM JUAL BELI KELAPA SAWIT …

31

penyerahan barang itu sebagai qabulnya. Sekalipun tanpa kalimat yang diucapkan.

Sebagai mana adat kebiasaan yang telah berjalan semenjak dahulu kala.

F. Tinjauan Pustaka

Simtowe dan Zeller (2006) melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang

memengaruhi moral hazard dalam group lending programs di Malawi menunjukkan

bahwa mesikpun group lending dengan joint liability telah dipraktekkan untuk lebih

dari empat dekade, ketidakinginan untuk membayar cicilan kredit tetap saja menjadi

alasan utama terjadinya gagal bayar di Malawi. Beberapa faktor yang diduga menjadi

sumber terjadinya perilaku moral hazard diantaranya adalah peer-selection, peer-

monitoring, social ties, peer-presure, dynamic incentives dan pencocokan masalah.

Pada screening khususnya dalam peer selection signifikan dan berpengaruh

negatif terhadap indikasi terjadinya moral hazard. Peer monitoring, pada anggota

sudah bergabung dengan perusahaan signifikan dan berpengaruh negatif, faktor

anggota kelompok yang tidak mengetahui susunan kelompok signifikan dan

bepengaruh positif pada indikasi moral hazard. Pada social ties, jumlah desa asal

anggota berpengaruh signifikan dan bersifat positif terhadap indikasi moral hazard.

Pada peer-presurre, adanya desakan sebelum jatuh tempo berpengaruh signifikan dan

bersifat negatif terhadap indikasi moral hazard.

Hermes, Lensink dan Teki (2003) dalam Nuryartono (2011), melakukan studi

mengenai dampak pengawasan serta ikatan sosial terhadap perilaku moral hazard di

dalam group lending programs di Eritrea, Afrika. Temuan empiris menyatakan

bahwa peer monitoring yang dilakukan oleh pemimpin kelompok dan ikatan sosial

Page 32: PRAKTEK MORAL HAZARD DALAM JUAL BELI KELAPA SAWIT …

32

dari pemimpin kelompok membantu mengurangi perilaku moral hazard dari suatu

kelompok. Sebaliknya, peer monitoring dan ikatan sosial yang dilakukan oleh

anggota kelompok lain tidak berkaitan dalam mengurangi terjadinya perilaku moral

hazard di dalam kelompok tersebut. Adapun salah satu alasan penting yang

mendukung temuan diatas adalah karena keteraturan dalam hubungan dan jarak yang

pendek antara pemimpin kelompok dan anggota kelompok membantu mengurangi

penyalahgunaan kredit oleh anggota individu suatu kelompok. Selain itu, rupanya

anggota kelompok hanya merasa tertekan untuk berperilaku secara bijaksana ketika

pemimpin kelompoknya melakukan pemantauan. Hal ini terjadi karena pemimpin

kelompok tersebut dianggap lebih memiliki peran terhadap sanksi moral hazard atas

perilaku anggota kelompoknya.

Hal yang sama juga ditemukan oleh Nuryartono, Effendi dan Wawan (2009)

dalam Nuryartono (2011) terhadap salah satu lembaga keuangan mikro yang

mengindikasikan bahwa adanya ikatan sosial (modal sosial) yang kuat melalui

penyaluran kelompok mampu mengurangi gagal bayar baik secara individu maupun

kelompok itu sendiri.

Kugler dan Opples (2005) dalam Nuryartono (2011) secara empiris menggali

serta memeriksa profil resiko dari peminjam individu dan menghasilkan heterogenitas

kelompok untuk mengidentifikasi peran kontribusi perorangan terhadap proyek

investasi di Cotonou. Bukti empiris menunjukkan bahwa sementara diversifikasi di

dalam kelompok memudahkan pengelompokkan resiko, hal ini juga meningkatkan

ekspektasi gagal bayar untuk peminjam dengan resiko rendah. Agunan akan

Page 33: PRAKTEK MORAL HAZARD DALAM JUAL BELI KELAPA SAWIT …

33

membantu meniadakan dan mengurangi potensi negatif spillovers dari gagal bayar

kelompok, hal ini disebabkan oleh anggota kelompok yang memiliki proyek dengan

resiko lebih tinggi. Kugler dan Opples (2005) dalam Nuryartono (2011) juga

menemukan bahwa joint liability merupakan salah satu mekanisme untuk pembagian

resiko (risk sharing) bagi rumah tangga miskin yang sulit untuk menyediakan agunan

dan tidak memiliki asuransi. Sehingga mekanisme joint liability di dalam group

lending programs adalah kondusif terhadap ketentuan asuransi selama terdapat

mekanisme bagi investor (anggota) yang memiliki resiko tinggi untuk

mengkompensasi anggota yang memiliki resiko rendah.

Page 34: PRAKTEK MORAL HAZARD DALAM JUAL BELI KELAPA SAWIT …

34

BAB II

METODE PENELITIAN

1. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat dan waktu penelitian dapat di muat dalam sebuah penelitian

atau skripsi jenis penelitian lapangan. Penelitian ini akan dilakukan di desa Selat

Kecamatan Pemayung Kabupaten Batanghari Terutama di daerah-daerah tempat jual

beli kelapa sawit. 17

Pemilihan tempat ini menurut penulis yang melihat bahwa lokasi

penelitian ini sangat cocok dan dapat membantu penulis untuk menjawab rumusan

masalah yang diangkat dalam proposal skripsi ini. Waktu penelitian dalam penelitian

ini tahun 2018-2019.

2. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian skripsi ini adalah bersifat

kualitatif. Pendekatan kualitatif adalah cara kerja penelitian yang menekankan pada

aspek pendalaman data demi mendapatkan kualitas dari hasil suatu penelitian.18

Dengan kata lain, pendekatan kualitatif (qualitative approach) adalah suatu

mekanisme kerja penelitian yang mengandalkan uraian deskriptif kata, atau kalimat,

yang disusun secara cermat dan sistematis mulai dari menghimpun data hingga

menafsirkan dan melaporkan hasil penelitian. Karena itu menurut Prof. Burhan

Bungin, pendekatan kualitatif adalah proses kerja penelitian yang sasarannya terbatas,

namun kedalam datanya tak terbatas. Semakin dalam dan berkualitas data yang

17

Sayuti Una, Pedoman Penulisan Skripsi, Jambi: Syariah Press, tahun 2014, hlm. 30 18

Ibrahim, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2018), hlm. 52-53

Page 35: PRAKTEK MORAL HAZARD DALAM JUAL BELI KELAPA SAWIT …

35

diperoleh atau dikumpulkan maka semakin berkualitas hasil penelitian tersebut.

Dalam penelitian ini akan mengkaji tentang praktek-praktek moral hazard dalam jual

beli buah kelapa sawit (studi kasus di Desa Selat Kecamatan Pemayung Kabupaten

Batanghari).

3. Jenis dan Sumber Data

a. Data Primer

Data primer adalah data utama penelitian.19

Data yang diperoleh langsung dari

lapangan oleh peneliti melalui observasi dan wawancara langsung kepada

pihak-pihak yang terlibat langsung dalam jual beli buah kelapa sawit dan

pemilik kebun sawit di Desa Selat Kecamatan Pemayung Kabupaten

Batanghari Provinsi Jambi.

b. Data Sekunder

Data sekunder yaitu data yang mendukung data penelitian.20

Data sekunder

adalah data yang diperoleh dengan cara mengumpulkan data-data atau

dokumen penduduk Desa Selat, serta buku-buku dan artikel yang

berhubungan dengan penulisan skripsi ini. Data sekunder memberikan

informasi dan data yang telah disalin, atau dikumpulkan dari sumber-sumber

aslinya.

a. Sumber Data

19

Suaidi Asy’ari, Panduan Penulisan Skripsi Mahasiswa, Jambi, t.p, 2009, hlm.19 20

Ibid, hlm.19

Page 36: PRAKTEK MORAL HAZARD DALAM JUAL BELI KELAPA SAWIT …

36

sumber data berupa responden dan informan dikatakan juga sebagai sumber

data berupa orang (person).21

Sumber data peristiwa-peristiwa atau kejadian-kejadian

selama observasi berlangsung di katakan juga sebagai sumber data berupa tempat

(place). Sedangkan sumber data berupa dokumen-dokumen atau berupa literatur-

literatur pustaka di katakan juga sebagai sumber data berupa huruf, angka, gambar

atau simbol-simbol (paper). Adapun sumber data dalam penelitian ini yaitu, pelaku

jual beli kelapa sawit, petani yang mengurus dan menjaga kebun kelapa sawit,

penampung hasil panen buah kelapa sawit di Desa Selat Kecamatan Pemayung

Kabupaten Batanghari.

4. Subyek dan obyek penelitian

a. Subyek penelitian

Subyek penelitian adalah orang yang diminta untuk memberikan keterangan

tentang suatu fakta atau pendapat.22

Jadi, subyek penelitian itu merupakan sumber

informasi yang digali untuk mengungkap fakta-fakta di lapangan. Subyek penelitian

dalam penelitian ini adalah pelaku usaha jual beli kelapa sawit di Desa Selat

Kecamatan Pemayung Kabupaten Batanghari.

b. Obyek Penelitian

Obyek penelitian adalah hal yang menjadi sasaran penelitian. Obyek

penelitian adalah pokok permasalahan yang hendak diteliti untuk mendapatkan data

secara lebih terarah.

21

Ibrahim, ibid, hlm. 69-70 22

Sayuti Una,ibid,. hlm. 34.

Page 37: PRAKTEK MORAL HAZARD DALAM JUAL BELI KELAPA SAWIT …

37

Adapun obyek penelitian dalam penelitian ini meliputi : praktek-praktek hazard jual

beli buah kelapa sawit di Desa Selat Kecamatan Pemayung Kabupaten Batanghari.

Jika probalility sampling merupakan klasifikasi teknik pengumpulan sumber

data dalam penelitian kuantitatif, maka non probalility di gunakan untuk klasifikasi

teknik penentuan sumber data penelitian kualitatif. 23

Maka dalam penelitian ini

menggunakan non probalility karena penulis menggunakan pendekatan kualitatif

dalam penelitian ini.

Sementara itu, dalam non probalility sampling, ada beberapa teknik

pengambilan sampling, namun peneliti menggunakan purposive sampling.24

Purposive sampling adalah pengambilan sampel yang telah ditentukan peneliti

dengan kriteria tertentu. Sehubungan dengan upaya untuk memperjelas penentuan

sampel dalam penelitian. Purposive sampling signifikan digunakan dalam 3 situasi.

Pertama, peneliti menggunakan teknik purposive sampling guna memilih responden

unik yang akan member informasi penting. Kedua, peneliti menggunakan purposive

sampling untuk memilih respondek yang sulit untuk dicapai, untuk itu, peneliti

cendrung subyektif (misalnya menentukan sampel berdasarkan kategorisasi atau

karakteristik umum yang ditentukan sendiri oleh peneliti). Ketiga, tak kala peneliti

ingin mengidentifikasi jenis responden tertentu untuk diadakan wawancara

mendalam. Tujuan penelitian bukan hendak melakukan generalisasi atas populasi

23

Ibid., hlm. 36 24

V.Wiratna Sujarweni, Metodologi Penelitian, (Yogyakara: Pustakabarupress, 2014), hlm.32

Page 38: PRAKTEK MORAL HAZARD DALAM JUAL BELI KELAPA SAWIT …

38

yang lebih besar, tetapi lebih pada kehendak untuk memperoleh informasi yang

mendalam tentang suatu hal.

Dengan judul peneliti yaitu (praktek moral hazard jual beli kelapa sawit di

Desa Selat Kecamatan Pemayung Kabupaten Batanghari). Dalam penelitian ini,

mengingat identitas populasi tidak diketahui, maka prosedur pencarian responden

dilakukan menggunakan teknik purposive sampling, di mana sampel yang di ambil

dengan pertimbangan tertentu yang sesuai dengan tujuan penelitian.

5. Teknik Pengumpulan Data

a. Observasi

Observasi merupakan suatu kegiatan mendapatkan informasi yang

diperlukan untuk menyajikan gambaran riil suatu peristiwa atau kejadian untuk

menjawab pertanyaan penelitian, untuk membantu mengerti perilaku manusia,

dan untuk evakuasi yaitu melakukan pengukuran terhadap aspek tertentu

melakukan umpan balik terhadap pengukuran tersebut.25

Hasil observasi berupa

aktivitas, kejadian, peristiwa, objek, kondisi atau suasana tertentu.

b. Wawancara

Wawancara merupakan kegiatan atau metode pengumpulan data yang

dilakukan dengan bertatapan langsung dengan informan.26

Proses memperoleh

penjelasan untuk mengumpulkan informasi dengan menggunakan cara tanya jawab

bisa sambil bertatap muka ataupun tanpa tatap muka yaitu melalui media

25

Ibid., hlm. 31 26

Mumtaz Fairuz Mumtaz. 2017. ”Kupas Tuntas Metode Penelitian”. Penerbit Pustaka

Diantara, tahun 2017, hlm.23

Page 39: PRAKTEK MORAL HAZARD DALAM JUAL BELI KELAPA SAWIT …

39

telekomunikasi antara pewawancara dengan orang yang diwawancarai, dengan atau

tanpa menggunakan pedoman. Pada hakikatnya wawancara merupakan kegiatan

untuk memperoleh informasi secara mendalam tentang sebuah isu atau tema yang di

angkat dalam penelitian.

Petugas wawancara perlu mengetahui bagaimana seharusnya berprilaku pada

saat melakukan interview dengan responden. Bagaimana wawancara dilakukan pada

dasarnya bergantung pada siapa yang diwawancarai, dan juga pada materi pertanyaan

yang akan diajukan. Namun demikian, pewawancara harus memahami suatu panduan

umum agar wawancara yang dilakukan dapat berhasil dengan baik.

Informan yang akan penulis wawancarai yaitu pihak pelaku usaha jual beli

buah kelapa sawit di desa Selat atau mereka yang terlibat dengan apa yang penulis

teliti. Untuk mendapatkan data yang digunakan dalam penelitian ini, maka teknik

wawancara digunakan adalah teknik wawancara tidak terstruktur, dimana penulis

tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis.

Pedoman wawancara yang penulis gunakan hanya berupa garis-garis besar

permasalahan yang akan ditanyakan. Kelebihan dari teknik bisa memotifasi informan

yang diwawancarai untuk menjawab secara bebas dan terbuka, selain itu peneliti juga

bisa mengembangkan pertanyaan agar tidak terpaku pada satu pertanyaan saja

sehingga peneliti bisa memperoleh informasi yang lebih mendalam.

c. Dokumentasi

Page 40: PRAKTEK MORAL HAZARD DALAM JUAL BELI KELAPA SAWIT …

40

Studi dokumen merupakan metode pengumpulan data kualitatif sejumlah

besar fakta dan data tersimpan dalam bahan yang berbentuk dokumentasi.27

Sebagian

besar data berbentuk surat, catatan harian, arsip foto, hasil rapat, cenderamata, jurnal

kegiatan dan sebagainya. bahan dokumentasi terbagi beberapa macam, yaitu

otobiografi, surat-surat pribadi, buku atau catatan harian, memorial, klipping,

dokumen pemerintah atau swasta, data di server dan flashdisk, data tersimpan di

website, dan lain-lain. Data jenis ini mempunyai sifat utama tidak terbatas pada ruang

dan waktu sehingga bisa di pakai untuk menggali informasi yang terjadi di masa

silam.

6. Teknik Analisis Data

a. Reduksi Data

Menurut Miles dan Hubberman, mereduksi data berarti merangkum, memilih

hal-hal yang pokok, memfokuskan hal-hal yang penting, dicari pola dan temanya.

Dengan demikian, mereduksi data yang telah di reduksi akan memberikan gambaran

yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data

selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.28

Dalam hal ini, menggunakan teknik reduksi data adalah untuk mereduksikan

data yang diperoleh dari lapangan penelitian yang bersifat umum tentang Praktek-

praktek Moral Hazard Dalam Jual Beli Buah Kelapa Sawit di Desa Selat Kecamatan

Pemayung Kabupaten Batanghari.

27

Sayuti Una, ibid,. hlm. 45. 28

Op Cit, hal.17

Page 41: PRAKTEK MORAL HAZARD DALAM JUAL BELI KELAPA SAWIT …

41

b. Penyajian Data

Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk

uraian singkat, bagan, dan hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya. Namun

yang sering digunakan untuk menyajikan data dalam metode penelitian ini adalah

teks yang bersifat naratif.

Maka dalam hal ini, peneliti ingin menganalisis datanya menggunakan

penyajian data agar dapat menganalisis lebih dalam gambaran yang terjadi di

lapangan.

c. Penyimpulan dan Verifikasi

Verification merupakan langkah ketiga analisis data yang berupa penarikan

kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat

sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat untuk

mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya.

Maka dalam hal ini peneliti ingin menggunakan analisis verifikasi agar dapat

menyimpulkan data yang diperoleh dilapangan, sehingga temuan awal yang

sebelumnya masih bersifat sementara akan lebih jelas gambaran masalah yang telah

diteliti.

d. Pemeriksaan Keabsahan Data

Peneliti menggunakan teknik triangulasi untuk menguji tingkat keterpercayaan

data di lapangan. Triangulasi adalah suatu teknik pemeriksaan keabsahan data yang

Page 42: PRAKTEK MORAL HAZARD DALAM JUAL BELI KELAPA SAWIT …

42

memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau

sebagai pembanding terhadap data tersebut. Hal ini dapat tercapai dengan cara :

1. Membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil data wawancara.

2. Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang

dikatakan secara pribadi.

3. Membandingkan keadaan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan

pandangan orang lain, orang biasa maupun ahli.

4. Membandingkan hasil wawancara dengan isi atau dokumentasi yang

berkaitan.

Peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda-beda untuk

mendapatkan data dari sumber yang sama, observasi, wawancara mendalam, dan

studi dokumentasi, seperti yang dijelaskan pada gambar berikut:

Gambar 2.1

Triangulasi Teknik Pengumpulan Data

Sumber : Sugiyono, 2009 : 84 (dengan modifikasi oleh penulis)

observasi

Wawancara

mendalam

Studi

Dokumentasi

Desa Selat

Kecamatan

Pemayung

Kabupaten

Batanghari

Page 43: PRAKTEK MORAL HAZARD DALAM JUAL BELI KELAPA SAWIT …

43

Selain melakukan proses wawancara mendalam kepada informan, peneliti juga

melakukan proses observasi ke Petani Sawit di Desa Selat Kecamatan Pemayung

Kabupaten Batanghari Provinsi Jambi untuk mengamati kegiatan yang dilakukan oleh

informan. Peneliti juga melakukan proses dokumentasi untuk memotret keadaan yang

ada di lapangan. Dokumentasi ini akan meningkatkan keabsahan penelitian, karena

dokumentasi tersebut merupakan bukti bahwa peneliti benar-benar melakukan

pengumpulan data.

Secara umum, data penelitian yang didapat dari Petani Sawit dapat dipercaya dan

memiliki kebenaran data yang dapat dipertanggungjawabkan setelah dilakukan

validitas data dengan metode triangulasi teknik.

G. Sistematika Penulisan

Dalam sistematika penulisan terdirin dari lima bab dan setiap babnya

terdiri dari sub-sub masing-masing bab membahas permasalahan tersendiri,

tetapi saling berkaitan antara satu bab dengan bab berikutnya. Adapun

sistematika penulisan adalah sebagai barikut :

BAB I : Pendahuluan, Dalam bab ini membahas mengenai latar belakang

masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, batasan masalah,

Page 44: PRAKTEK MORAL HAZARD DALAM JUAL BELI KELAPA SAWIT …

44

kerangka teori, dan tinjauan pustaka. Bab ini merupakan permasalahan yang

merupakan landasan berfikir bagibab-bab selanjutnya.

BAB II : Metode Penelitian, Dalam bab ini membahas mengenai pendekatan

penelitian, jenis dan sumber data, lingkup penelitian, teknik pengumpulan

data, teknik analisis data, sistematika penulisan, jadwal penulisan.

BAB III : Gambaran umum lokasi penelitian, Dalam bab ini membahas

mengenai gambaran umum desa Selat Kecamatan Pemayung Kabupaten

Batanghari ,Visi dan misi desa Selat , dan struktur kepegawaian desa Selat.

BAB IV : Pembahasan, Dalam bab ini membahas mengenai yang akan diteliti

oleh penulis tentang praktek-praktek moral hazard jual beli kelapa sawit

(studi : desa Selat, Kecamatan Pemayung, Kabupaten Batanghari).

BAB V : Penutup, dalam bab ini membahas mengenai kesimpulan hasil akhir

penelitian serta saran-saran.

Page 45: PRAKTEK MORAL HAZARD DALAM JUAL BELI KELAPA SAWIT …

45

BAB III

GAMBARAN UMUM DESA SELAT KECAMATAN PEMAYUNG

KABUPATEN BATANGHARI

A. Historis

Dahulu di daerah Jambi ada sebuah negeri yang diperintah oleh seorang Raja

yang bernama Sutan Mambang Matahari. Sutan mempunyai seorang anak laki-laki

bernama Tuan Muda Selat dan seorang anak perempuan bernama Putri cermin Cina.

Tuan Muda Selat adalah seorang pemuda yang berwajah tampan tapi sifatnya sedikit

ceroboh. Sedangkan Putri Cermin Cina adakah seorang putri yang cantik jelita, baik

hati, dan lemah lembut.serta penyabar.

Menurut hasil wawancara di Desa Selat Kecamatan Pemayung Kabupaten

Batanghari,Pepohonan masih rimbun di kanan-kiri jalan. Tak terlalu banyak rumah

yang menggerombol ditepi Sungai Batanghari. Setiap ruas jalan masih tampak

ranjau-ranjau kotoran sapi, ternak warga yang dibiarkan lepas. Itulah Desa Selat.

Sebuah desa yang terletak di antara Desa Kuap dan Desa Lubuk Ruso, Kecamatan

Pemayung, Batanghari.

Munzir lalu bercerita bahwa memang kisah itu ada sejak dulu. “Lah zaman

bengen (dulu) cerita tu ado, nenek sayo yang cerito,” tuturnya. Ia menjelaskan bahwa

cerita itu diperoleh dari neneknya yang bernama Rahina yang sangat pintar

mendongeng. Nenek Rahina meninggal sekitar tahun 1976 ketika usianya 125 tahun.

Page 46: PRAKTEK MORAL HAZARD DALAM JUAL BELI KELAPA SAWIT …

46

Munzir berkisah bahwa zaman dulu, Bujang Selat sedang bermain gasing

bersama Bujang Seaning. Ketika itu Puteri Cermin Cina sedang menenun di dalam

rumah. Rumah zaman dahulu masih berbentuk rumah panggung. Saat Bujang Selat

melepaskan tali gasing, gasing yang memiliki bentuk runcing itu melanting ke atas

kening Puteri Cermin Cina dan seketika itu juga ia meninggal dunia.

Mengetahui kematian kekasihnya itu, Bujang Selat kemudian menerkam

tombak yang ada di hadapannya. Ia mati bunuh diri dan Bujang Selat kemudian pergi

meninggalkan kedua mayat itu dengan tujuan tak tentu. Ia pergi bersama warga

dengan perahu dan menambatkan perahu itu di sebuah daratan dan pergi seorang diri,

tak tentu rimbanya. Sejak itu, warga yang jadi pengikut Bujang Selat menamakan

daerah tempat mereka ditinggalkan dengan nama Selat.

“Pulau Selat itu perahunyo si Bujang Selat, samo seperti Pulau Senaning itu,

dulunyo perahunyo si Bujang Senaning. Daratan yang ado kayu-kayunyo itu,” letak

makam Bujang Selat yang mati bunuh diri ketika melihat Puteri Cermin Cina

meninggal karena gasingnya. Makam itu tak berbentuk lagi, berupa semak tak

terawat. “Itu makamnyo, nampak pohon puding, tando ado makam,”

Pada suatu sore yang cerah, datang saudagar muda ke daerah itu, saudagar

muda itu bernama Tuan Muda Selat. Mula-mula tujuan Tuan Muda Senaning hanya

untuk berdagang, namun saat penjamuan makan Tuan Muda Selat bertamu dengan

Putri Cermin Cina. seketika itu Tuan Muda Selat jatuh hati pada Putri Cermin Cina.

Page 47: PRAKTEK MORAL HAZARD DALAM JUAL BELI KELAPA SAWIT …

47

Demikian pula, diam-diam Putri Cermin Cina juga menaruh hati pada Tuan Muda

Selat. Putri Cermin Cina menyarankan untuk Tuan Muda Selat datang kepada

ayahandanya Sutan Mambang Matahari untuk melamarnya.

Tidak lama kemudian tuan Muda Selat datang mengahadap Sutan Mambang

Matahari untuk melamar Putri Cermin Cina. Sutan Mambang Matahari dengan

senang hati menerima lamaran Tuan Muda Selat karena memang Tuan Muda Selat

mempunyai perangai yang baik dan sopan. Tapi Sutan Mambang Matahari terpaksa

menunda pernikahan Tuan Muda Selat dengan Putri Cermin Cina selama tiga bulan

karena Sutan harus berlayar untuk mencari bekal pesta pernikahan putrinya.

Sebelum berangkat berlayar, Sutan Mambang Matahari berpesan pada Tuan

Muda Selat untuk menjaga adiknya dengan baik. Pada suatu hari, selepas

keberangkatan Sutan Mambang Matahari, TuanMuda Senaning dan Tuan Muda Selat

asyik bermain gasing di halaman istana. Mereka tertawa tergelak-gelak makin lama

makin asyik sehingga orang yang memdengarpun turut tertawa senang. Hal itu

mebuat Putri Cermin Cina penasaran dan ingin melihat keasyikan kakaknya dan calon

suaminya, ia melihat dari jendela. Kehadiran Putri Cermin Cina terlihat oleh dua

orang itu, sambil menoleh kearah jendela, Tuan Muda Selat melepas tali gasingnya.

Gasing Tuan Muda Selat mengenai gasing Tuan Muda Senaning. Karena berbenturan

keras sama keras, gasing Tuan Muda Senaning melayang dan terpelanting tinggi.

Gasing itu terpelanting kearah Putri Cermin Cina yang melihat dari jendela. Gasing

itu berputar diatas kening Putri Cermin Cina. Putri Cermin Cina menjerit kesakitan.

Page 48: PRAKTEK MORAL HAZARD DALAM JUAL BELI KELAPA SAWIT …

48

Kening Putri Cermin Cina berlumuran darah, ia jatuh ke lantai tak sadarkan diri.

semua orang panik dan berusaha menolong Putri Cermin Cina. Namun takdir berkata

lain, Putri yang cantik jelita itu akhirnya menghembuskan nafas yang terakhir.

Tuan Muda Selat sangat merasa bersalah atas kematian Putri Cermin Cina, dia

menjadi putus asa dan gelap mata. Dia melihat dua tombak bersilang di dinding,

dengan cepat tombak itu di tarik dan di tancapkan ke tanah dengan posisi mata

tombak mencuat ke atas. Kemudian Tuan Muda Selat melompat kearah mata tombak

dan seketika itu mata tombak menembus perutnya hingga punggungnya. Tuan Muda

Selat meninggal untuk menyusul Putri Cermin Cina.

Semua warga membantu mengurus dua jenazah orang yang saling jatuh cinta

itu. Tuan Muda Senaning begitu kalut dan bingung. Ayahandanya pasti marah besar

apabila mengethui keadin itu. kedua jenazah itu akhirnya dikuburkan. Jenazah putri

Cermin Cina dikubur di tepi sungi, Sedangkan jenazah Tuan Muda Senaning dibawa

anak buahnya ke kapal, dan kapal itu berlayar ke seberang. Jenazah Tuan Muda Selat

dikuburkan di tempat itu diberi nama dusun Selat.

B. Geografis

Kabupaten Batang Hari terletak di bagian tengah Provinsi Jambi dengan luas

wilayah 5.180,35 Km2. Kabupaten Batang Hari secara geografis terletak pada posisi

1º15’ lintang selatan sampai dengan 2º2’ lintang selatan dan diantara 102º30’ bujur

timur sampai dengan 104º30’ bujur timur. Dalam lingkup provinsi letak Kabupaten

Batang Hari berada di wilayah bagian tengah provinsi dan merupakan daerah

perbukitan.

Page 49: PRAKTEK MORAL HAZARD DALAM JUAL BELI KELAPA SAWIT …

49

Kabupaten ini pada akhir tahun 2018 mempunyai jumlah penduduk 191.727

jiwa. Dilihat dari struktur umur, sekitar 60,19 persen adalah penduduk usia produktif

dan sisanya 39,81% kaum lanjut usia, dan anak-anak yang memerlukan sentuhan

investasi untuk menjadikan mereka generasi yang berkualitas di masa depan.

Penduduk di daerah ini terdiri dari berbagai sukiu seperti : Melayu, Jawa, Sunda,

Batak, Minang, Cina, dan Suku-suku lain yang jumlahnya relatif kecil.

Berdasarkan letak geografisnya Kabupaten Batang Hari berbatasan :

Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Tanjung Jabung Barat.

Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Sarolangun dan Provinsi Sumatera

Selatan.

Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Muaro Jambi.

Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Tebo.

Wilayah administrasi Kabupaten Batang Hari terdiri dari 8 (delapan)

kecamatan yang meliputi 13 (dua belas) kelurahan dan 96 (sembilan puluh satu) desa

dengan berbagai perbedaan perkembangan, baik karena potensi geografis, sumber

daya alam, sumber daya manusia maupun karena pembangunan prasarana pada

masing-masing kecamatan dan antar kecamatan. Dilihat dari aspek geografis,

kabupaten ini mempunyai letak yang strategis karena merupakan lalu lintas yang

Page 50: PRAKTEK MORAL HAZARD DALAM JUAL BELI KELAPA SAWIT …

50

menghubungkan kawasan barat sumatera. Sesuai dengan UU No. 45 Tahun 1999,

maka Kabupaten Batang Hari dimekarkan menjadi 2 (dua) kabupaten yaitu

Kabupaten Batang Hari dengan Ibukota Muara Bulian dan Kabupaten Muaro Jambi

dengan Ibukota Sengeti. Untuk lebih jelasnya luas wilayah Kabupaten Batang Hari

per kecamatan. dan orientasi serta wilayah administrasi Kabupaten Batang Hari

Wilayah Kabupaten Batang Hari secara umum adalah berupa daerah

perbukitan dengan ketinggian berkisar antara 11 – 500 m dari permukaan laut.

Sebagian besar wilayah Kabupaten Batang Hari berada pada Daerah Aliran

Sungai (DAS) Sungai Batanghari dengan rawa-rawa yang sepanjang tahun tergenang

air. Secara geomorfologis wilayah Kabupaten Batang Hari merupakan daerah landai

yang memiliki kemiringan berkisar antara 0 – 8 persen (92,28 persen).

Kecamatan yang terletak didaerah hulu Sungai Batanghari cenderung lebih

bergelombang dibandingkan daerah hilirnya. Daerah bergelombang terdapat di

Kecamatan Maro Sebo Ulu, Kecamatan Batin XXIV, Kecamatan Mersam dan

Kecamatan Maro Sebo Ilir. Kecamatan Muara Tembesi, Kecamatan Muara Bulian,

Kecamatan Bajubang dan Kecamatan Pemayung memiliki topografi yang cenderung

lebih datar/landai sedangkan daerah dengan topografi miring dalam wilayah

Kabupaten Batang Hari bisa dikatakan tidak ada.

Page 51: PRAKTEK MORAL HAZARD DALAM JUAL BELI KELAPA SAWIT …

51

Kabupaten Batang Hari beriklim tropis dengan temperatur udara berkisar

antara 20-30 derajat celcius. Hasil pengamatan dalam 5 (lima) tahun terakhir

menunjukkan bahwa jumlah curah hujan rata-rata pertahun berkisar antara 2.264,6 –

2.976,4 mm dengan kelembaban antara 62,66 – 84,55 persen serta penyinaran

berkisar antara 89,3 – 133,9 persen. Curah hujan di Kabupaten Batang Hari selama

tahun 2004 berjumlah 2.398,3 mm dengan banyaknya hari hujan 176 hari. Rata-rata

curah hujan per bulan berkisar 199,9 mm sementara rata-rata jumlah hari hujan

perbulan adalah 14 hari.

Wilayah Kabupaten Batang Hari dilalui oleh dua sungai besar yaitu Batang

Tembesi dan Sungai Batanghari. Beberapa sungai lainnya yang relatif besar antara

lain adalah Sungai Dangun Bangko, Sungai Kayu Aro, Sungai Rengas, Sungai

Lingkar, Sungai Kejasung Besar, Sungai Jebak. Disamping sungai besar tadi terdapat

pula beberapa sungai kecil yang merupakan anak-anak sungai yaitu Sungai Singoan,

Sungai Bernai, Sungai Mersam, Sungai Bulian, Sungai Kandang, Sungai Aur, Sungai

Bacang dan lain – lain.

Kondisi geologi dan struktur tanah yang terdapat dalam wilayah Kabupaten

Batang Hari antara lain didominasi oleh Neogin seluas 283.986 Ha diikuti endapan

seluas 171.662 Ha dan Tufa Vulcan seluas 84.472 Ha. Penyebaran struktur jenis

Neogin terkonsentrasi di wilayah Kecamatan Maro Sebo Ulu seluas 74.660 Ha atau

Page 52: PRAKTEK MORAL HAZARD DALAM JUAL BELI KELAPA SAWIT …

52

26,29 persen, sebagian wilayah Kecamatan Pemayung seluas 53.822 Ha atau 18,95

persen dan Kecamatan Mersam seluas 43.353 Ha atau 15,26 persen.

Untuk jenis endapan tersebar hampir merata di tiap kecamatan sedangkan

Tufa Vulcan terkonsentrasi di Kecamatan Batin XXIV seluas 32.247 Ha atau 38,17

persen dan selebihnya hampir menyebar di semua kecamatan. Keadaan struktur tanah

yang ada di Kabupaten Batang Hari terdiri dari 2 (dua) jenis tanah, yaitu jenis tanah

alluvial dan padsolik merah kuning. Jenis tanah alluvial berada di sekitar Sungai

Batanghari dan Sungai Batang Tembesi.

C. Struktur Organisasi Desa Selat

Kepala Desa Selat

Asnawi

PEJABAT DESA SELAT

Page 53: PRAKTEK MORAL HAZARD DALAM JUAL BELI KELAPA SAWIT …

53

No Nama Pangkat Jabatan

1 Asnawi Kepala Desa

2 Jaka Sekdes

3 Dedi Dahmudi Kasi Pemerintahan

4 Agus Susanto Kasi Kesra

5 Eldia Rizki Amelia Kaur Umum dan

Perencanaan

6 Yessy Suganda Kaur Keuangan

7 Zuhdi Bendahara

D. Keadaan Penduduk Desa Selat

Keadaan Penduduk di Desa Selat Kecamatan Pemayung Kabupaten Batanghari

terdapat berbagai sumber daya alam, diantaranya yang menjadi andalan adalah :

1. Pertanian

2. Perkebunan

3. Pertambangan

4. Kehutanan

5. Perikanan

6. Kerajinan Rakyat

7. Industri Rumah Tangga

Page 54: PRAKTEK MORAL HAZARD DALAM JUAL BELI KELAPA SAWIT …

54

E. Invetaris dan Sarana

Pemerintahan dalam semua tingkatannya dibentuk pada dasarnya adalah

untuk memberikan pelayanan pada kepada masyarakat. Salah satu faktor yang cukup

berpengaruh adalah keberadaan sarana dan prasarana yang tersedia secara memadai

baik secara kuantitas maupun kualitas.

Sarana dan Prasarana Kantor Desa Selat

No Jenis Jumlah Keterangan

1. Sarana

Meja Kerja 30 buah

Kursi Kerja 30 buah

Kursi tamu 2 set

Kursi Rapat 200 buah

Almari / Lemari Arsip 8 buah

Meja podium 1 buah

Filling Kabinet 2 buah

Kursi Tunggu 1 buah

Komputer 7 unit

Laptop 3 unit

Printer 7 unit

Page 55: PRAKTEK MORAL HAZARD DALAM JUAL BELI KELAPA SAWIT …

55

Prioritas pertama pembangunan di Kabupaten Batang Hari khususnya di Desa

Selat adalah Pendidikan, maka dalam perencanaan pembangunan di Kabupaten

Batang Hari adalah pemerataan layanan pendidikan. Adapun Sarana dan Prasarana

Televisi 1 unit

AC 4 unit

Sound System 1 unit

Jaringan LAN 1 unit

Mesin Ketik 1 unit

Mesin Rumput 1 unit

Mobil Dinas 1 unit

Motor Dinas 10 unit

2 Prasarana

Kantor Desa 1 Unit

Gedung PKK 1 Unit

Gedung BKBPP 1 Unit

Kantor Desa 1 Unit

Gedung BKBPP 1 Unit

Gedung PKK 1 Unit

Page 56: PRAKTEK MORAL HAZARD DALAM JUAL BELI KELAPA SAWIT …

56

Pendidikan di Desa Selat Kecamatan Pemayung dapat kita lihat pada tabel berikut

ini:

Sarana dan Prasarana Pendidikan

Desa Selat

No Uraian

Jumlah

Lembaga

Jumlah

Guru

Jumlah

Siswa

1. PAUD 19 95 380

2. TK 23 138 575

3. SD 27 324 729

4. MI 24 248 147

5. SLTP 6 156 355

6. MTs 7 58 575

7. SLTA 1 40 334

8. MA 3 34 212

Kemudian pada bidang Kesehatan adalah prioritas kedua dalam pembangunan

di desa selat kecamatan pemayung Kabupaten Batang Hari. Untuk mewujudkan

tujuan pembangunan, pemerintah harus memperhatikan layanan kesehatan di samping

Page 57: PRAKTEK MORAL HAZARD DALAM JUAL BELI KELAPA SAWIT …

57

pendidikan. Maka dalam perencanaan pembangunan di desa selat kecamatan

pemayung Kabupaten Batang Hari juga memperhatikan pemerataan layanan

kesehatan. Berikut ini adalah data fasilitas/sarana kesehatan di Desa Selat Kecamatan

Pemayung.

Data Fasilitas/Sarana Kesehatan

Desa Selat Kecamatan Pemayung

No Sarana Kesehatan Jumlah

1. Puskesmas 2

2. Puskesmas Pembantu 9

3. Pos Yandu 32

4. Polindes 10

5. Pos KB 2

F. Sosial Budaya

Karakteristik masyarakat dalam Kecamatan Pemayung pada umumnya adalah

rumpun masyarakat melayu dengan tetap mempertahankan Adat Istiadat yang hidup

sehari – hari dimana Al-Qur’an dan Al-Hadist Nabi Muhammad SAW sebagai

pegangan atau pedoman hidup. Disamping ada juga beberapa yang berasal dari suku

Page 58: PRAKTEK MORAL HAZARD DALAM JUAL BELI KELAPA SAWIT …

58

Jawa, Minang, Batak, Bugis, Cina dan sebagainya. Mereka hidup saling bertoleransi

dan saling menghormati satu sama lain.

G. Susunan Kepegawaian SKPD

Sumber daya manusia aparatur memiliki peran yang cukup dominan dalam

pencapaian tujuan pemerintah kecamatan secara efektif dan efisien harus didukung

dengan keberadaan pegawai yang cukup memadai baik dari segi kualitas maupun

kuantitas.

Dalam menjalankan tugas-tugas pemerintahan serta pemberian pelayanan

pada masyarakat, Kecamatan Muara Tembesi didukung oleh 30 (tiga puluh) orang

pegawai, jumlah tersebut secara kuantitatif tidak sesuai dengan analisa beban kerja

(ABK) sebagaimana digambarkan dalam tabel berikut ini.

Susunan Kepegawaian Kecamatan Pemayung

Berdasarkan Struktural

No Eselon Jumlah

1. ESELON III A 1

2. ESELON III B 1

3. ESELON IV A 5

4. ESELON IV B 2

Page 59: PRAKTEK MORAL HAZARD DALAM JUAL BELI KELAPA SAWIT …

59

5 PELAKSANA*) 38

Susunan Kepegawaian DI Desa Selat Kecamatan Pemayung

Berdasarkan Kebutuhan

No Eselon

Jumlah

Pegawai

yang

dibutuhkan

(orang)

Jumlah

Pegawai

tersedia

(orang)

Jumlah

Kekurangan

Pegawai

(orang)

1. Subbag Umum & Kepegawaian 13 Orang 11 orang 2 Orang

3. Subbag keuangan 6 Orang 3 orang 3 Orang

4. Seksi Pemerintahan 8 Orang 5 orang 3 Orang

5. Seksi Kesra 8 Orang 6 orang 2 Orang

6. Seksi Trantib 9 Orang 7 orang 2 Orang

7. Seksi PMD 9 Orang 6 orang 3 Orang

8. Seksi Pelayanan 7 Orang 5 orang 2 Orang

Susunan Kepegawaian desa Selat Kecamatan Pemayung

Page 60: PRAKTEK MORAL HAZARD DALAM JUAL BELI KELAPA SAWIT …

60

Berdasarkan Golongan Ruang

No Golongan Ruang Jumlah

1. III 16 orang

2. II 16 orang

3. I 2 orang

4. Non PNS 12 orang

Susunan Kepegawaian Desa Selat Kecamatan Pemayung

Berdasarkan Tingkat Pendidikan

No Tingkat Pendidikan Jumlah

1. S-1 15 orang

2. Diploma III 2 orang

3. SMU 26 orang

4. SMP 3 orang

Susunan Kepegawaian Desa Selat Kecamatan Pemayung

Berdasarkan Pendidikan Penjenjangan

Page 61: PRAKTEK MORAL HAZARD DALAM JUAL BELI KELAPA SAWIT …

61

No

Pendidikan

Penjenjangan

Jumlah

1. Diklat Pim IV 4 orang

2. Diklat Pra Jabatan 14 orang

Page 62: PRAKTEK MORAL HAZARD DALAM JUAL BELI KELAPA SAWIT …

62

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

a. Praktek-Praktek Moral Hazard Yang Terjadi Dalam Jual Beli Kelapa

Sawit.

Moral hazard terjadi karena kecenderungan perilaku-perilaku yang tidak

bermoral seperti ketidakjujuran, ketidakpedulian, ketidaktahuan atau ketidaktabahan

hati. Praktek moral hazard yang terjadi dalam jual beli kelapa sawit khususnya selain

merugikan Penjual, perilaku tersebut juga akan merugikan pembeli yang melakukan

perilaku moral hazard tersebut.

Adapun prasurvey awal lokasi yang telah dilakukan pada tanggal 28 Desember

2018 sebelumnya diketahui bahwa di Desa Selat Kecamatan Pemayung Kabupaten

Batanghari terdapat 9 desa yang rata-rata petani kelapa sawit di daerah tersebut masih

bergantung pada pelaku kegiatan pemasaran kelapa sawit. Khususnya di Desa Selat,

terdapat 176 orang petani penghasil kelapa sawit rakyat yang dalam menjual hasil

panennya hanya bergantung pada pelaku dan saluran pemasaran yang ada di daerah

tersebut yaitu pada pedagang pengumpul dan pedagang besar. Menurut Kantor

Kepala Desa Selat, Petani di Desa Selat rata-rata memiliki lahan kelapa sawit diatas

rata-rata di atas 2 Ha, namun dengan lahan tersebut petani pada daerah ini tidak dapat

pendapatan sesuai dengan yang diharapkan karena para petani tidak dapat menjual

hasil panen nya langsung tetapi harus melewati rantai pemasaran yang panjang yaitu

Page 63: PRAKTEK MORAL HAZARD DALAM JUAL BELI KELAPA SAWIT …

63

dari petani ke pedagang pengumpul, dari pedagang pengumpul ke pedagang besar,

dan dari pedagang besar ke pabrik dan karna adanya kecurangan .

Kasus di Desa Selat Kecamatan Pemayung Kabupaten Batanghari telah

menguak praktik Moral Hazard dalam jual Beli Sawit. Dalam praktik menurut Fadel

Tidak hanya hanya itu, melainkan juga sejumlah komoditas pangan lainnya seperti

jagung, bawang merah, cabai, daging ayam dan telur. Kasus seperti ini adalah

sebagian dari banyak kasus di Indonesia dalam praktik bisnis yang melanggar

tatakrama moral ekonomi yang berlaku.

Hasil Wawancara Praktik Moral Hazard Dalam Jual Beli Buah Kelapa

Sawit di Desa Selat

N0 Nama Responden Umur Pekerjaan

1 Joni 52 Petani

2 Hasan 40 Petani

3 Manto 42 Petani

4 Badawi 33 Petani

5 Buyung 45 Petani

6 Herman 42 Petani

7 Giran 53 Petani

8 Teguh 35 Petani

9 Mul 38 Petani

10 Fi,i 55 Petani

Page 64: PRAKTEK MORAL HAZARD DALAM JUAL BELI KELAPA SAWIT …

64

11 Nong 46 Petani

12 Hasbi 42 Petani

13 Sudiran 40 Toke

14 Idris 54 Toke

15 Hamid 43 Toke

16 Jamil 52 Toke

17 Hen 48 Toke

Sumber : Data Olahan 2019

Responden dalam penelitian ini terdiri dari 17 orang, terdapat 10 orang sebagai

Petani dan 5 orang Toke atau Tengkulak Sawit. Mayoritas dari Pemilik lahan selain

menjadi pemilik lahan mereka juga berprofesi sebagai pegawai, dan juga sebagian

mereka mengelola lahan perkebunannya sendiri. Pemilik lahan adalah orang yang

memiliki hak penuh atas lahan/kebun yang dapat dikelola dan dimanfaatkan. Pihak

yang memiliki lahan dan tidak mempunyai kemampuan dalam mengelolanya dapat

memberikan kepercayaan kepada petani.

Mengenai praktek moral hazard menurut Bapak Joni selaku petani sawit di

desa Selat mengatakan,

“Adanya kecurangan dalam penimbangan sawit yang dilakukan oleh toke

tempat dia menjual hasil panennya, ini disebabkan faktor pinjaman uang yang

dilakukan antara petani terhadap tengkulak sawit”29

Menurut Bapak Sudiran selaku Tengkulak Sawit

29 Wawancara dengan bapak joni selaku petani pada tanggal 15 September 2019

Page 65: PRAKTEK MORAL HAZARD DALAM JUAL BELI KELAPA SAWIT …

65

“Hal mengenai timbangan ini sudah lazim kami lakukan terhadap petani,

kemudian harga sawit untuk setiap petani yang menjual sawit kepada kami itu

berbeda, antara petani yang berhutang dengan petani yang tidak memiliki hutang”30

Menurut hasil wawancara dengan bapak badawi selaku pemilik lahan,

“Kami selaku petani sering meminta bantuan pinjaman uang kepada tengkulak

sawit dengan syarat hasil panen sawit kami, harus menjual dengan tengkulak yang

memberi pinjaman, hal kecurangan yang terlihat dalam jual beli sawit ini dalam

penentuan harga dan pemotongan timbangan buah sawit itu sendiri, kami para petani

hanya bisa menerima perlakuan itu karena hal pinjaman tersebut”31

Berdasarkan hasil wawancara dengan petani dan tengkulak, alasan terjadinya

praktek moral hazard yaitu, karena para petani seringkali melakukan pinjaman

terhadap tengkulak, sehinggga terjadi perjanjian antara petani dan tengkulak, setiap

petani yang meminjam harus menjual hasil panennya kepada tengkulak yang

memberi pinjaman, itulah sebabnya terjadi moral hazard dalam jual beli kelapa sawit

di desa Selat.

Perilaku moral hazard dalam berbagai tindakan ekonomi yang bertujuan mencari

keuntungan yang sebesar-besarnya pada saat yang sama telah merugikan pihak lain.

Dalam konteks ini moral ekonomi tidak mampu menjadi pengendali tindakan

ekonomi yang merugikan pihak lain yang terkait. Secara umum tindakan ekonomi

bisa dipandang sebagai cerminan langsung dari moral ekonomi, yang menurut Evers

pada kelompok pedagang merupakan cerminan kombinasi antara moral ekonomi

dan kepentingan ekonomi. Moral ekonomi pedagang timbul ketika mereka

menghadapi ethical dilemma dalam aktivitas jual beli yaitu antara mengutamakan

30 Wawancara dengan bapak Sudiran selaku tengkulak sawit pada tanggal 16 September

2019 31 Wawancara dengan bapak Badawi Selaku Petani pada tanggal 16 September 2019

Page 66: PRAKTEK MORAL HAZARD DALAM JUAL BELI KELAPA SAWIT …

66

kepentingan diri sendiri dan kepentingan orang lain. Kepentingan diri tanpa

pertimbangan moral cenderung menimbulkan tindakan distributif atau asertif yaitu

kepentingan keuntungan bagi diri sendiri.

Kepentingan ekonomi ini dalam praktik telah mewarnai tindakan ekonomi dalam

berbagai bentuk seperti menghalalkan segala cara untuk mendapatkan keuntungan

secara sepihak. Dalam perspektif bisnis, prinsip ekonomi yang mewarnai setiap

tindakan ekonomi yang bertujuan memperoleh keuntungan sebesar-besarnya dengan

pengorbanan yang serendah-rendahnya telah menciptakan keserakahan yang terjadi

secara masif dalam berbagai dimensi kehidupan bisnis saat ini.

Persoalan moral ekonomi selalu menjadi topik perbincangan yang semakin

mengemuka akhir-akhir ini seiring dengan semakin banyaknya malpraktik dalam

kegiatan ekonomi baik dalam kegiatan produksi maupun jasa termasuk banyaknya

kasus fraud dalam kegiatan perbankan sehingga isu moral telah menjadi pusat

perhatian ahli-ahli ekonomi syariah.

Moral hazard terjadi karena regulasi yang lemah, penjaminan simpanan,

penjaminan kredit, struktur kepemilikan yang terkonsentrasi, dan lemahnya disiplin

pasar.

b. Peran Spiritual Petani Dalam Mengatasi Praktek Moral Hazard

Page 67: PRAKTEK MORAL HAZARD DALAM JUAL BELI KELAPA SAWIT …

67

Kebutuhan adalah sesuatu yang universal, namun keadaan genting dan

mendesak mampu mempengaruhi seseorang untuk melakukan hal tidak benar.

Menurut bapak jamil selaku toke sawit mengatakan,

“peran spirirtual petani khususnya sangat penting guna mengatasi praktek

moral hazard, terutama pada tengkulak sawit agar tidak berlebihan dalam

menekan harga kepada petani, peran spiritual ini dalam hal keagamaan setiap

petani dan tengkulak semakin taat kepada agama maka akan menghilangkan sifat

keserakahan”32

Begitu juga dengan keserakahan (greed) dalam bentuk moral hazard

adalah sesuatu yang berlaku universal, namun pada sebagian orang hal ini dapat

dikendalikan. Faktor utama yang mengendalikan kedua hal ini adalah etika dan

nilai-nilai moral yang dianut oleh seseorang. Etika moral seseorang dapat

dibangun dengan menanamkan nilai-nilai kebenaran agama dan ketauhitan.

Kepercayaan seseorang kepada hari pembalasan dimana semua yang dilakukan

akan mendapatkan balasan, mampu mengendalikan keinginan tidak baik yang

ada dalam dirinya.

Menurut bapak Fi’i selaku petani sawit mengatakan,

“Setiap petani yang menjual hasil panennya kepada tengkulak yang

kurang taat beribadah, petani selalu dicurangi baik dalam timbangan maupun

dalam penetapan harga sawit”33

Hasil penelitian menunjukkan bahwa peran spiritual ini sangat penting

dalam upaya pencegahan prilaku moral hazard ini, semakin taat seseorang dalam

32 Wawancara dengan bapak H.Jamil selaku toke sawit pada tanggal 11 Oktober 2019 33 Wawancara dengan bapak Fi’I selaku petani sawit pada tanggal 12 Oktober 2019

Page 68: PRAKTEK MORAL HAZARD DALAM JUAL BELI KELAPA SAWIT …

68

beribadah maka orang tersebut tidak akan melakukan kecurangan yang

menyebabkan kemudhratan bagi dirinya.

c. Upaya Pencegahan Dan Penanganan Moral Hazard Yang Dilakukan

Pemerintah

Untuk mengendalikan moral hazard, Dunham L. Cobb (2004) membuat

sebuah permodelan. Model tersebut menjelaskan bahwa semakin tinggi

rintangan/penghalang untuk melakukan moral hazard, maka semakin rendah

frekuensi moral hazard khususnya dibidang pemasaran Kelapa Sawit. .

Wawancara dengan bapak kepala Desa Selat Kecamatan Pemayung

mengatakan,

“Menanggapi permasalahan tersebut maka salah satu kajian penting yangperlu

dilakukan adalah mengenai aspek pemasaran kelapa sawit rakyat agar tidak terjadi

lagi kecurangan atau disebut dengan moral hazard. Aspek pemasaran sangat penting

karena merupakan media yang menyebabkan komoditi dapat sampai pada konsumen.

Hal-hal penting mengenai pemasaran kelapa sawit perkebunan rakyat adalah fungsi

dan saluran pemasaran, keuntungan dan margin pemasaran.”34

“Untuk mencegah terjadiny perilaku moral hazard, pemerintah menangani

dengan dua cara pada saluran pemasaran. Saluran pemasaran merupakan saluran

yang menghubungkan pembeli dengan penjual. Terdapat dua jenis saluran, yaitu

saluran komunikasi dan saluran distribusi. Saluran komunikasi mengirimkan ke

pembeli dan menerima pesan dari pembeli sasaran. Saluran distribusi menujukkan,

menjual, dan mengirimkan fisik produk atau layanan kepada pembeli atau pemakai.”

“Adapun penanganan dan pencegahan dari pihak pemerintahan desa, pihak

dari desa tidak dapat melakukan banyak hal dikarenakan sudah menjadi sistem jual

beli atau kebiasaan antara pedagang dengan petani itu sendiri dengan cara

memberikan suatu tindakan jasa budi yang dilakukan oleh pihak pedagang.”

Adapun jenis saluran distribusi dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

34

Wawancara dengan bapak kepala Desa Selat pada tanggal 28 September 2019

Page 69: PRAKTEK MORAL HAZARD DALAM JUAL BELI KELAPA SAWIT …

69

a. Saluran distribusi langsung, Saluran ini merupakan saluran distribusi yang

paling sederhana dan paling rendah yakni saluran distribusi dari produsen ke

konsumen tanpa meng gunakan perantara. Disini produsen dapat menjual barangnya

melalui pos atau mendatangi langsung rumah konsumen, saluran ini bisa juga diberi

istilah saluran nol tingkat (zero stage chanel).

b. Saluran disrtibusi yang menggunakan satu perantara yakni melibatkan

produsen dan pengecer. Disini pengecer besar langsung membeli barang kepada

produsen, kemudian menjualnya langsung kepada konsumen. Saluran ini biasa

disebut dengan saluran satu tingkat (one stage chanel).

c. Saluran distribusi yang menggunakan dua kelompok pedagang besar dan

pengecer, saluran distrinusi ini merupakan saluran yang banyak dipakai oleh

produsen. Disini produsen hanya melayani penjualan dalam jumlah besar kepada

pedagang besar saja, tidak menjual kepada pengecer pembelian oleh pengecer

dilayani oleh pedagang besar dan pembelian oleh konsumen hanya dilayani oleh

pengecer saja. Saluran distribusi semacam ini disebut juga saluran distribusi dua

tingkat (two stage chanel).

. Saluran distribusi yang menggunakan tiga pedagang perantara. Dalam hal ini

produsen memilih agen sebagai perantara untuk menyalurkan barangnya kepada

pedagang besar yang kemudian menjualnya kepada toko-toko kecil. Saluran

distribusi seperti ini dikenal juga dengan istilah saluran distribusi tiga tingkat

(three stage chanel).

Adapun pelaku pemasaran adalah sebagai berikut

Page 70: PRAKTEK MORAL HAZARD DALAM JUAL BELI KELAPA SAWIT …

70

a.Pedagang Besar Pedagang besar adalah rantai tataniaga atau lembaga akan

melakukan penyortiran dan membeli tandan buah segar (TBS) kelapa sawit yang

akan di jual ke pabrik kelapa sawit.35

b.Pedagang PengumpulPedagang pengumpul adalah lembaga atau orang yang

menyelenggarakan kegiatan tataniaga hasil produksi tanaman kelapa sawit dari

petani.

c.Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit ( PKS)Pabrik pengolahan kelapa sawit

adalah tempat penampung produksi kelapa sawit dari distributor dan agen untuk

diolah menjadi CPO, atau produk turunan lainnya.

35 Sujarweni, V Wiratna. 2016. “Pengantar Akuntansi”. Yogyakarta: Pustaka Baru

Press.hlm.30.

Page 71: PRAKTEK MORAL HAZARD DALAM JUAL BELI KELAPA SAWIT …

71

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpulan dari hasil penelitian praktek-praktek moral hazard dalam jual beli

buah kelapa sawit di desa Selat Kecamatan Pemayung Kabupaten Batanghari sebagai

berikut :

a. moral hazard adalah tindakan ekonomi yang bertujuan mencari keuntungan

yang sebesar-besarnya pada saat yang sama telah merugikan pihak lain. Dalam

konteks ini moral ekonomi tidak mampu menjadi pengendali tindakan ekonomi yang

merugikan pihak lain yang terkait. Secara umum tindakan ekonomi bisa dipandang

sebagai cerminan langsung dari moral ekonomi. Berdasarkan hasil wawancara

dengan petani dan tengkulak, alasan terjadinya praktek moral hazard yaitu, karena

para petani seringkali melakukan pinjaman terhadap tengkulak, sehinggga terjadi

perjanjian antara petani dan tengkulak, setiap petani yang meminjam harus menjual

hasil panennya kepada tengkulak yang memberi pinjaman, itulah sebabnya terjadi

moral hazard dalam jual beli kelapa sawit di desa Selat.

b. Peran spirirtual petani khususnya sangat penting guna mengatasi

praktek moral hazard, terutama pada tengkulak sawit agar tidak berlebihan dalam

menekan harga kepada petani, peran spiritual ini dalam hal keagamaan setiap

Page 72: PRAKTEK MORAL HAZARD DALAM JUAL BELI KELAPA SAWIT …

72

petani dan tengkulak semakin taat kepada agama maka akan menghilangkan sifat

keserakahan.

c. Adapun penanganan dan pencegahan dari pihak pemerintahan desa, pihak

dari desa tidak dapat melakukan banyak hal dikarenakan sudah menjadi sistem jual

beli atau kebiasaan antara pedagang dengan petani itu sendiri dengan cara

memberikan suatu tindakan jasa budi yang dilakukan oleh pihak pedagang.

Menanggapi permasalahan tersebut maka salah satu kajian penting yangperlu

dilakukan adalah mengenai aspek pemasaran kelapa sawit rakyat agar tidak terjadi

lagi kecurangan atau disebut dengan moral hazard. Aspek pemasaran sangat penting

karena merupakan media yang menyebabkan komoditi dapat sampai pada konsumen.

Hal-hal penting mengenai pemasaran kelapa sawit perkebunan rakyat adalah fungsi

dan saluran pemasaran, keuntungan dan margin pemasaran

B. Saran

Implikasi penelitian yang diajukan oleh peneliti berupa saran-saran atas

keterbatasan yang ada untuk perbaikan pada masa mendatang, diantaranya:

(1) Informan hanya dari pihak petani dan pedagang sawit yang ada di desa

Selat. Selanjutnya lebih baik jika langsung ke pabrik sawit juga dijadikan sebagai

informan.

(2) Peneliti hanya melakukan di satu penelitian di desa itu saja, untuk

selanjutnya jika ingin memperluas penelitian ini maka diperluas dengan

membandingkan dengan Desa yang lain sehingga bisa mengetahui perilaku perilaku

moral hazard yang lebih beragam yang ada di Kecamatan Pemayung Tersebut.

Page 73: PRAKTEK MORAL HAZARD DALAM JUAL BELI KELAPA SAWIT …

73

DAFTAR PUSTAKA

a. Literatur

Departemen Agama Ri. 2006. “Al-Qur’an Dan Terjemahan”

Yusuf Qordhawi. 1997. “Norma dan Etika Ekonomi Islam”, Penerjemah Zainal

Arifin dan Dahlia Husin, Jakarta: Gema Insani Prees.

Abdullah Zakiy al-Kaaf. 2002. “Ekonomi Dalam Perspektif Islam”, Bandung:

Pustaka Setia.

Sabani, Beni Ahmad. 2008. “Metode Penelitian”. Bandung: Pustaka Setia

Sujarweni, V Wiratna. 2016. “Pengantar Akuntansi”. Yogyakarta: Pustaka Baru

Press.

Hasanah, Erni Umi dan Sunyoto Danang. 2014.”Pengantar Ilmu Ekonomi Makro”.

Yogyakarta: CAPS (Center For Academic Publishing Service).

Mumtaz Fairuz. 2017. ”Kupas Tuntas Metode Penelitian”. Penerbit Pustaka Diantara.

Wijaya, David. 2018. “ Akuntansi UMKM”. Yogyakarta: Penerbit Gova Media

Mursyidi. 2010.”Akuntansi Biaya”. Bandung: PT. Refika Aditama.

Sujarweni, V Wiratna. 2014. “Metodologi Penelitian”. Yogyakarta: Pustaka Baru

Press.

Una, Sayuti. 2014.”Pedoman Penulisan Skripsi”. Jambi: Syariah Press.

Page 74: PRAKTEK MORAL HAZARD DALAM JUAL BELI KELAPA SAWIT …

74

Ibrahim. 2018. “Metodologi Penelitian Kualitatif”. Bandung: Alfabeta.

b. Lainnya

Fadhilah Miftahul. 2018. “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Jual Beli Kelapa Sawit

Sistem Kebersamaan”, Skripsi IAIN Purwokerto.

Nur’aini. 2017. “Mekanisme Jual Beli Kelapa Sawit Dalam Tinjauan Fiqh Muamalah

di Desa Karang Manunggal Kecamatan Pulau Rimau Kabupaten Banyuasin”,

Skripsi Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang.

Ahmadi Azis. 2017. “Pola Hubungan Antara Petani Kelapa Sawit dengan Tauke

Sawit di Desa Buana Makmur Kecamatan Dayun Kabupaten Siak”, Jurnal JO

FISIP Vol.4, No.1

Hartono Rudi. 2012. “pelaksanaan Jual Beli Kelapa Antara Toke Dengan Petani di

Desa Pebenaan Kecamatan Keritang Menurut Perspektif Ekonomi Islam”,

skripsi Universitas Islam Negeri Syarif kasim Riau.

Asmirawati.2017.” Analisis Perilaku Moral Hazard Nasabah Terhadap Pembiayaan

Berbasis Bagi Hasil” skripsi Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam Universitas

Islam Negeri Alauddin Makassar.

Khaikal Muhkti. 2011. “Analisis Pengaruh Moral Hazard Terhadap Pembiayaan

Bank Syariah Di Indonesia”, skripsi Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Page 75: PRAKTEK MORAL HAZARD DALAM JUAL BELI KELAPA SAWIT …

75

LAMPIRAN – LAMPIRAN

Lampiran 3. Wawancara di Desa Selat

Lampiran 4.

Page 76: PRAKTEK MORAL HAZARD DALAM JUAL BELI KELAPA SAWIT …

76

Page 77: PRAKTEK MORAL HAZARD DALAM JUAL BELI KELAPA SAWIT …

77

Lampiran 5.

Page 78: PRAKTEK MORAL HAZARD DALAM JUAL BELI KELAPA SAWIT …

78

Lampiran 6