Author
topex-firebender
View
220
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Preview Novel "Sundae Coklat" Sebuah kisah tentang dua murid baru kelas dua SMA yang saling jatuh cinta dan rela melakukan apapun demi melindungi satu sama lain.
Taufik Nur Rahmanda
Sundae Coklat Aku janji, aku akan menyelamatkanmu, hingga hati dan jiwaku
harus rusak sekalipun... Oppai-chan.
Sebuah kisah tentang dua murid baru kelas dua SMA
yang saling jatuh cinta dan rela melakukan apapun
demi melindungi satu sama lain.
Untuk keluarga, teman-teman,
dan semua orang.
1
1
Murid Pindahan
Suasana kelas seketika berubah menjadi ramai saat gadis berumur 16 tahun itu
berjalan memasuki ruangan kelas. Dia berhenti, berdiri di depan kelas, lalu mulai
memperkenalkan dirinya.
Namaku Nina Claresta, nama panggilan Nina... aku suka menyanyi,dia
segera menundukkan badannya, rambutnya yang sangat panjang itu langsung
berjatuhan dari atas punggungnya, hingga ujungnya hampir menyentuh lantai
salam kenal....
Dia kembali menegakkan badannya sambil membetulkan rambutnya.
Nina adalah siswi pindahan baru di SMA Yuruzasekolah termewah dan
terfavorit di negara ini. Dia masuk di kelas dua C.
Nina sangat cantik, berkulit putih lembut. Wajahnya halus, bersih, bagaikan
bidadari dalam setiap mimpi lelaki. Matanya indah, berwarna hitam kebiruan,
sedangkan putih matanya masih benar-benar putih. Rambutnya hitam, begitu
halus, indah dan panjang sampai ke pantat, diikat twintail di kiri dan kanan atas
dengan pita putih. Poni depannya menutupi sebagian mata kirinya. Tubuhnya
begitu ideal. Ukuran buah dadanya yang tidak besar membuatnya sangat cocok
disebut moe1dia benar-benar sempurna.
Selain itu, dari ekspresi wajah dan gayanya berbicara terlihat jelas bahwa
dia adalah perempuan yang santun.
Semua murid terpukau dengannya, tidak hanya laki-laki, tetapi semuanya.
Pak guru lalu mempersilakannya untuk memilih satu bangku yang masih kosong.
1 Istilah slang Jepang, dalam bahasa inggris bisa berarti cute, huggable, atau endearing.
Menunjukkan karakteristikumumnya perempuan usia belasanyang membuat orang lainterutama laki-lakiingin memanjakannya, memeluknya dan menyayanginya.
2
Nina mengucapkan terima kasih, lalu berjalan dari depan kelas menuju bangku
kosong yang ada di belakang.
Nina berjalan dengan santainya, dan wajahnya, seolah tak tahu kalau
semua mata sedang tertuju padanya... seharusnya dia tahu.
Ada tiga bangku kosong di belakang. Dia memilih bangku kosong yang
paling pinggir, dekat jendela.
Nina adalah perempuan yang pendiam dan kurang pandai bergaul.
Walaupun begitu, dia memiliki IQ 140.
Saat istirahat tiba, banyak yang berdatangan ke Nina. Pertama-tama
kerumunannya adalah para perempuan. Ada yang bertanya-tanya, mengajak
gabung klub, dan lain-lain. Lama-lama kerumunan diambil alih oleh para laki-laki,
dan lama-lama nyasar ke PDKT, nggombal, bla bla bla.
Akhirnya sang romeo pun datang untuk membubarkan kerumuman itu.
Sang romeo-nya tak lain adalah Reisi ketua kelas/ketua klub piano/si selalu
ranking satu.
Di atas itu semua, Rei adalah cowok yang paling diidamkan di sekolah ini.
Rambutnya hitam lurus, kulitnya putih, badan dan lengannya berbentuk karena
rutin fitness. Dia adalah sosok cowok ideal yang populer di sekolah ini dan disukai
banyak siswiterutama kelas satu dan dua.
Nina mengucapkan terima kasih pada Rei dengan santun. Dan mereka pun
saling bertatapan matatetapi itu hanya beberapa detik, hingga Rei diseret oleh
kedua temannya, Tama dan Alvin.
Ayo ke kantin, woy.
Keburu selesai istirahatnya.
Weeeii.... Iya, sabar.
Sebenarnya belum ada yang tahu pasti alasan Nina pindah ke kota ini. Saat
perkenalan tadi pak guru dan dia sendiri tidak bercerita. Saat ditanya, dia hanya
bilang bahwa keluarganya pindah rumah di kota ini. Tetapi sepertinya ada alasan
lain yang tidak ingin dia katakan.
3
***
Hari telah berganti. Hari ini adalah hari rabu, tanggal 1 Mei 2013. Ternyata di
pagi yang cerah ini ada satu murid baru lagi, di kelas yang sama pula. Namun
sayangnya, kali ini murid barunya laki-laki.
Aku Vian. Salam kenal.
Begitulah murid pindahan baru itu memperkenalkan dirinya. Singkat dan
garing sekali. Vian berambut hitam, agak bergelombang. Warna kulitnya agak
gelap. Wajahnya begitu dingintanpa ekspresi. Tatapan matanya seolah ingin
membunuh orang.
Untuk beberapa detik, mata itu melihat ke Ninaentah apa alasannya.
Nina juga tampaknya terkejut, tetapi dia berusaha tetap tenang.
Vian adalah murid pindahan dari SMA
Vian langsung berjalan menuju belakang ruangan kelas begitu saja, padahal
pak guru belum selesai berbicara. Dia langsung duduk di bangku kosong yang
pertama kali dia datangi. Kebetulan bangku kosong itu bersebelahan dengan
bangku Nina.
Huuft..., gumam Pak Aswan, guru fisika yang mengajar sekarang.
Ya sudah, kita langsung mulai pelajaran, lanjutnya.
Pelajaran pertama pun dimulai.
Vian sangat misterus. Seperti ada hubungan misterius antara dia dan Nina.
Di jari tangan kirinya terlihat dia menggunakan cincin logam anehberbentuk
lingkaran besar, berkilau. Sifat Vian yang tidak banyak bicara membuat teman-
temannya tidak bisa tahu banyak tentang dirinya. Apalagi saat perkenalan tadi
pak guru juga malas untuk lanjut bercerita.
Saat istirahat, Nina diajak makan di kantin berempat sama teman-teman
perempuanLeli, Rosa dan Felin.
Dan saat makan....
Nin, kamu lagi mikir apa sih? tanya Leli.
4
Enggak... nggak mikir apa-apa kok, jawab Nina seraya menggelengkan
kepalanya, lalu langsung menyendok makanannya.
Kamu kenal Vian? Dia kayaknya lihat kamu sebentar waktu perkenalan
tadi, ujar Rosa.
Iya, Nin, apa hubunganmu sama Vian? tanya Leli.
Nina terdiam sejenak, berpikir.
Entahlah, aku belum kenal dia, tapi aku melihatnya di mimpiku, jawab
Nina sambil sedikit murung.
Udah, nggak papa, mungkin tadi itu cuma kebetulan aja, kata Rosa
sembari mengelus-elus rambut Nina di punggung.
Gimana mimpinya? Cerita dong, pinta Felin.
Makanya itu... aku nggak gitu ingat... maaf ya....
Ya udah, kalo ingat cerita ya.
Dari raut wajah Nina, sepertinya mimpi itu bukan mimpi indah.
***
Saat pulang sekolah, Nina berjalan sendirian sambil HP-an. Tanpa diduga, tiba-
tiba Vian memegang pundak Nina dari belakang dan memanggilnya.
Nina.
Sontak jantung Nina berdegup. Nina pun menoleh pada Vian yang sepuluh
senti lebih tinggi darinya. Dia berusaha tenang dan melakukan keahliannya
(wajah innocent mode : ON). Sekarang mereka berdua sama-sama berwajah
tanpa ekspresi, walaupun nyatanya berbeda jauh banget. Yang satu berwajah
ingin membunuh, dan satunya berwajah cantik innocent.
Kontak mata terjadi selama beberapa detik antara mereka. Suasana
menjadi hening untuk sejenak. Vian sepertinya tidak tertarik melihat mata dan
wajah bening milik seorang perempuan cantik. Ia pun segera memalingkan
wajahnya dan melepas tangannya dari pundak Nina.
Jangan ikuti klub piano, kata Vian.
Vian pun segera berjalan pergi meninggalkan Nina.
5
Hah? Dia hanya ingin bilang itu...? Nina heran, terdiam, dan berpikir, tapi
bagaimana... dia bisa tahu?
Nina segera berlari mencari Vian, menuruni tangga dari lantai dua ke lantai
satu. Setelah sampai di bawah, dengan nafas terengah-engah, dia menoleh
mencari ke kiri dan ke kanan, tetapi dia tidak melihatnya.
Di mana dia? gumamnya.
Nina sedikit kecewa.
Memang benar, Nina berniat akan bergabung ke klub piano, tetapi dia
sama sekali belum menceritakannya ke siapa pun.
Nina terus bertanya-tanya dalam hati, kenapa dia tahu? Rei bilang tidak
ada satu pun di kelas yang tahuselain Rosa dan Felin.
***
Keesokan harinya....
Nina, coba kamu maju, kerjakan soal nomor satu, kata Pak Amta, guru
matematika yang sedang mengajar sekarang.
Soal itu sangat sulit, tetapi Nina maju ke depan kelas dengan santainya.
Sekarang dia sudah berada di depan whiteboard. Dia mengambil spidol yang ada
di sana, membuka tutupnya, dan mulai mengerjakan. Dia mengerjakan soal itu
dengan cepat, membuat semua murid terkesima.
Sudah kuduga, hanya Nina yang bisa melampauiku, gumam Rei dalam hati
sembari tersenyum.
Pak Amta pun tersenyum bangga pada Nina.
Ayo, nomor dua, siapa yang ingin menemani Nina di depan, silakan maju,
ujar Pak Amta sembari tersenyum menggoda.
Soal nomor dua sama sulitnya dengan soal nomor satu yang dikerjakan
Nina. Tetapi tiba-tiba suasana kelas menjadi hening, dan hanya terdengar suara
pelan langkah sepatuada yang sedang maju.
Nina penasaran, siapa dia? Perempuan atau laki?
6
Dan dia terkejut ketika mengetahui bahwa Vian-lah yang datang berdiri di
sebelah kanannya. Dengan wajah tanpa ekspresinya, Vian mengambil spidol dan
membuka tutupnya. Saat itu Nina sedikit heran karena tidak melihat ada cincin di
jari tangan kiri Vian seperti kemarin.
Di luar dugaan siapa pun, Vian berhasil menyelesaikan soal itu hanya dalam
dua puluh detik. Dia menulis jawaban, rumus-rumus, dan semua perhitungan
rumit dengan super cepat, tanpa mikir, tanpa melambat, dan tanpa perlu
menghapusmeskipun tulisannya setengah tulisan dokter.
Vian kembali menutup spidol, meletakkannya, dan kembali menuju
bangkunyameninggalkan Nina yang masih belum selesai mengerjakan soal.
Nina, Rei, Pak Amta, dan semua yang ada di dalam kelas tercengang. Pak Amta
segera menuju ke belakang Nina sembari melepaskan kacamatanya, seakan tidak
percaya dengan matanya sendiri.
Nina baru selesai mengerjakan soalnya sepuluh detik setelahnya. Pak Amta
pun segera mengoreksi jawaban Nina dan Vian. Jawaban mereka berdua seratus
persen benardan semuanya syok.
***
Sekolah telah usai. Vian berjalan sendirian, dan ketika itu Nina melihatnya. Vian
tampak lesu. Nina diam-diam mengikutinya dari belakang sambil masih ragu
apakah dia harus memanggilnya atau tidak.
Sambil mengikuti di belakang Vian, Nina terus-menerus bersuara dalam
hati. Dia jenius kah? Apa benar dia sepintar itu? Tidak mungkin, tadi dia
mengerjakan soal itu seperti tanpa perlu berpikiritu khayal. Memangnya dia
kalkulator berjalan?
Dan entah kenapa tiba-tiba Vian berhenti.
Ada yang ingin kamu tanyakan atau bicarakan? tanya Vian.
Nina kaget karena Vian bisa tahu kalau dirinya mengikutinya di belakang.
Nina mundur satu langkah dan segera menundukkan kepalanya. Dia sebenarnya
7
takut, tetapi seperti biasa, Nina selalu pintar dalam menyembunyikan
ekspresinya.
Vian segera berbalik menghadap ke Nina.
Nggak papa, silakan, aku akan mendengar dan menjawab semampuku,
lanjut Vian.
Vian berkata dengan ramah dan tersenyum. Dia begitu berbeda dari dirinya
yang seharusnya. Nina kembali dibuat syok olehnya.
Siapa sebenarnya kamu?
Aku Vian, laki-laki, seorang murid baru yang berada di sekolah ini sehari
yang lalu. Berdasarkan tanggal lahir, umurku 16 tah
Kenapa kemarin kamu melarangku bergabung di klub piano...? Apa
alasannya? tanya Nina secara tiba-tiba.
Untuk menyelamatkanmu, jawab Vian serius.
Nina segera melihat ke wajah Vian, kemudian bertanya, Apa maksudmu?
Itu adalah kontak mata mereka yang kedua. Mereka terdiam selama lima
detik, lalu Vian menjawab, Karena kau adalah pacarku. Kapan pun, di garis dunia
manapun aku berada, aku akan selalu melindungimu. Aku janji.
Nina bingung, dia segera memalingkan arah pandangan matanya. Kau ini
sedang menembakku atau apa? Aku bener-bener nggak paham, kata Nina
dengan suara agak pelan.
Nina pun segera pergi berlari kecil meninggalkan Vian. Vian masih tetap
berdiri di tempatnya.
Aku janji, aku akan menyelamatkanmu, hingga hati dan jiwaku harus rusak
sekalipun... Oppai-chan, gumam Vian dalam hati.
8
2
Berduaan
Malamnya, Vian dan Nina sms-an:
Vian: nina, apa kmu tetap akan gabung klub piano? (vian)
Nina: Iya, aq harus. Btw, dari mna km tau no q?
Vian: jangan nin, aku mohon...
Nina tidak menjawab, dan sms antara mereka berhenti di situ.
***
Ada sembilan belas macam klub bakat dan minat di SMA Yuruza, salah satunya
adalah piano. Jika dipikir-pikir, mungkin hanya SMA Yuruza-lah satu-satunya
sekolah yang memiliki klub seperti itu di negara ini.
Vian tak berminat bergabung di klub manapun, tetapi entah bagaimana dia
sangat tahu seluk-beluk klub piano yang diketuai oleh Rei itu. Sekarang ada tujuh
anggota di dalam klub itu, salah satunya seperti yang telah disebutkan, ketuanya,
Rei. Lalu wakilnya adalah Elena. Lima anggota lainnya adalah Dedi, Silviana, Ardi,
Rosa dan Felin.
Rosa dan Felin juga dari kelas dua Cyang biasa bersama Leli dan selalu
mengajak Nina ke kantin saat istirahat.
Sebenarnya ada satu anggota lagi, Falina, tetapi dia telah meninggal satu
minggu yang lalu.
***
Hari telah berganti. Hari ini adalah hari jumat tanggal 3 Mei 2013. Sejak pagi ini
Vian dan Nina tidak saling berbicara, dan entah kenapa itu membuat Nina jadi
merasa galau.
9
Sore ini Nina sedang termenung. Dia sedang duduk sendirian di bangku
taman sekolah. Suasana di sana sepi, semua teman-temannya termasuk Vian
seharusnya sudah pulang ke rumahnya.
Siapa sebenarnya Vian itu?
Kenapa dia muncul di mimpiku bahkan sebelum aku melihatnya untuk
pertama kalinya?
Apa yang sebenarnya ingin ia sampaikan padaku?
...
Tetapi... bagaimanapun juga... aku harus tetap bergabung di sana, karena
itulah satu-satunya yang bisa dan harus kulakukan, pikir Nina.
Nina segera beranjak pergi menuju ruang pendaftaran klub. Akhirnya dia
pun sampai di gedung klub. Dia tak menyangka bertemu dengan Vian yang
sedang duduk di dekat pintu masuk.
Kenapa dia ada di situ? gumam Nina dalam hati, keheranan.
Nina berhenti ketika berada di dekatnya.
Vian...?
Vian sama sekali tidak mendongak menghadap wajah Nina, tetapi dia
segera memegang pergelangan tangan Nina.
Nina, asal kamu tau, ini bukanlah satu-satunya yang bisa kamu lakukan,
kata Vian.
Aku mohon, jangan hentikan aku. Nina menarik tangannya dari
cengkeraman tangan Vian, lalu lanjut berjalan memasuki gedung.
Air mata mengalir di pipi Vian. Dia menangis tanpa suara, sembari terus-
menerus bertanya dalam hati.
Apa yang harus kulakukan?
...
Tiba-tiba dia sedikit tertawa walau pipinya masih berlinang air mata.
...
10
Lima belas menit kemudian, Nina keluar dari gedung klub. Vian masih tetap
ada di bangku dekat pintu masuk.
Udah selesai daftarnya? tanya Vian, kali ini dengan memandang wajah
Nina.
Dia berubah lagi? gumam Nina dalam hati.
Udah, jawab Nina singkat.
Ayo aku traktir...
Hah? Nina terkejut.
Aku traktir sundae coklat. Mau gak?
Hmm... terserah, jawab Nina pelan seraya memalingkan matanya.
Ayo. Vian segera berdiri dan menarik tangan Nina.
Mereka pun sampai di kantin sekolah. Di sana tidak terlalu ramai, dan
sekarang mereka sedang menikmati sundae coklatnya masing-masing.
Terima kasih, kata Nina pelan secara tiba-tiba.
Sama-sama, jawab Vian.
Sementara itu, di luar kantin ada dua laki-laki teman sekelas Vian dan Nina.
Mereka sangat kaget dan tidak menyangka ketika melihat Nina sedang berduaan
dengan Vian.
Itu... Nina pacaran sama Vian?
What the pak! Serius?
Selain mereka, ada satu lagi teman sekelas yang melihat Vian dan Nina.
Sebenarnya dia ada di dalam kantin, tetapi Vian dan Nina tidak menyadarinya.
Maklum, kantinnya terlalu luas, dan jarak mereka lumayan jauh. Orang itu adalah
Rei. Rei melihat mereka berdua dengan tatapan mata yang begitu tajam. Selang
beberapa lama, dia pun segera beranjak pergi.
Mana cincin itu? tanya Nina.
Hmm?
Cincin yang kamu pakai sewaktu perkenalan.
11
Oh, itu... itu cincin yang sangat penting bagiku, jadi nggak aku pakai. Aku
nggak ingin cincin itu sampai rusak.
Oh....
Apa itu semacam jimatnya? Tetapi cincin itu keren, aku suka warna putih
perak seperti itu..., gumam Nina dalam hati.
Aku ingin punya juga....
12
3
Semakin Jauh
Hari berganti lagi. Sekarang adalah hari sabtu tanggal 4 Mei 2013. Lagi-lagi Vian
mengajak Nina berjalan-jalan sepulang dari sekolah. Tetapi hanya sampai sore,
karena Nina bilang dia tidak boleh main sampai malam.
Lalu hari minggu juga. Cuaca begitu cerah seperti biasanya. Mereka berdua
berboncengan keliling kota dengan motor matic hitam milik Vian. Banyak tempat
indah di kota yang besar inimall, sungai, alun-alun, taman kota. Di taman kota
burung-burung, kucing dan kelinci berkeliaran bebas. Tidak akan ada orang yang
mengganggu binatang-binatang itu, apalagi menyakitinya.
Sekarang mereka berdua sedang duduk di kursi panjang taman, sambil
memakan es krim.
Nina sesekali melirik ke Vian yang duduk di sebelah kirinya.
Vian, terima kasih ya....
Iya, Nina, sama-sama.
Nina tersenyum senang sambil memandang rumput di sebelah kanan
bawahnya. Tanpa diduga tiba-tiba Vian mengusap pipi dan sudut bibir Nina,
membersihkan sisa es krim vanilla yang ada di sana.
Mereka saling diam beberapa lama.
Kamu nggak pernah pakai cincin itu lagi? tanya Nina.
Enggak... sebenarnya aku berharap agar tidak memerlukannya lagi.
Kenapa gitu?
Kan itu cincinku, jadi terserah aku.
Mereka pun saling diam lagi, lama sekali. Tak terasa sudah hampir sore.
Vian pun mengantar Nina pulang. Dalam lima belas menit akhirnya Vian berhasil
mengantar Nina sampai di depan pagar rumahnya.
13
Kamu kok sepertinya udah tau jalan ke rumahku?
Perasaanmu aja kali... kan tadi kamu yang kasih tau jalannya.
Iya, tapi
Ok deh, sampai ketemu besok... Oppai-chan.
Nina segera menundukkan kepalanya, pipinya memerah. Jangan panggil
aku seperti itu, ucap Nina pelan.
Ja ne....2
Nina dan Vian saling melambaikan tangan. Dan Vian juga segera pulang ke
rumahnya.
Semakin hari, Nina semakin dekat dan terikat dengan Vian. Gosip tersebar.
Semua teman laki-laki sekelasnya cemburu dengan Vian, meskipun sebagian
besar masih belum bisa percaya begitu saja.
Mana mungkin? Dua murid baru, laki-laki dan perempuan, baru saling
kenal belum ada seminggu tetapi sudah berpacaran?
WHAT THE F*CK?!
Vian pasti senang banget bisa memilikinya.
Iya... pasti.
Kalau Nina sampai nangis gara-gara dia, ayo kita hajar dia! Sehabis-
habisnya! Demi Tu-haaaaan!
Haha, kan cuma gosip, belum tentu benar.
Wanjeng!
Nina... apa benar kamu berpacaran dengannya...?
Gak mungkin!
Jancuook!
Siswi baru kelas dua C yang cantik itu sudah berpacaran?! Aaagh... sial!
Iya, benar, katanya sih sama murid baru juga.
Nina, semoga kamu bahagia....
2 Bahasa jepang, artinya sampai ketemu lagi.
14
Itulah suara-suara yang bermunculan di SMA Yuruza dan di situs-situs
jejaring sosial sejak hari senin.
Vian, maaf ya..., kata Nina.
Seharusnya aku yang bilang gitu.
Entah kenapa Rei jadi semakin jauh dari Nina dan Vian. Nina dan Vian
sama-sama menyadarinya.
***
Hari Selasa, 7 Mei 2013, saat istirahat di kantin sekolah....
Nina, kamu beneran pacaran sama si misterius itu? tanya Rosa.
Nggak kok.
Tuh, kan, itu cuma gosip gak bener... sabar ya, Nin..., ujar Leli.
Tapi kamu suka dia kan? Ayo ngaku..., tanya Rosa lagi.
Nina hanya mengangguk. Dan semua yang satu meja dengan NinaLeli,
Rosa dan Felinkaget. Felin yang sedang minum pun langsung keselek dan
mengembalikan es jeruk dari mulutnya ke dalam gelas.
Vian sangat baik. Dia selalu tahu apa yang kuinginkan. Dia selalu
menungguku, mengajakku... itu semua membuatku senang....
Aku
Kalau gitu, kamu harus segera menembaknya, ujar Leli.
Iya... Nin... good luck, kata Felin terbata-bata karena habis keselek.
Nina tidak menjawab apa-apa. Dia hanya tersenyum malu.
Namun sejak hari itu, Nina tidak bisa meluangkan waktu bersama Vian
karena aktivitas klubnya yang semakin padat. Vian memakluminya.
Karena itu, siang ini saat pulang sekolah, Vian berjalan sendirian. Vian
sedang menuju parkiran, dan tiba-tiba dicegat empat teman sekelasnya.
Kamu apain Nina? Kamu pelet ya? Heh?
Vian tersenyum mengejek, lalu berkata, Kalian cemburu?
Salah satu dari mereka mendorong Vian hingga terhuyung, tetapi Vian
bertahan sehingga tidak sampai jatuh.
15
Berani-beraninya kamu bilang gitu!
Nina cinta aku, bukan kalian....
Keempat berandalan kelas itu pun mengepalkan tangannya hingga
bergetar, siap mendaratkan pukulan ke wajah Vian.
Hyaaa!
Lima menit kemudian, keempat berandalan kelas yang hendak menghajar
Vian tadi kini, entah bagaimana, terkapar lemas tak berdaya. Vian pun segera
pergi meninggalkan mereka.
***
Hari-hari berikutnya, Nina dan Vian sudah semakin jarang berduaan lagi.
Maaf ya..., kata Nina.
Kenapa minta maaf segala? Nggak papa kok, jawab Vian. Lagian
memangnya kita udah jadian?
Ung....
***
Hari sabtu tanggal 11 Mei 2013, jam tiga sore, Vian mengirim sms ke Nina. Pesan
singkat itu berisi: I love you
Dua menit kemudian, ada sms balasan dari Nina yang berisi: Love u too...
Aq terharu. Kuharap kmu sungguh2
Vian: iya, aku sungguh2 kok
Nina: Aq senang bisa jd milikmu...
Vian duduk termenung di pinggir ranjangnya. Dia memegang handphone
QWERTY hitamnya, dan tidak membalas sms lagi.
Dia seharusnya meninggal jam 18:19 nanti..., kata Vian dalam hati.
...
Pada jam 18:40, Nina dikabarkan telah meninggal dunia karena kecelakaan.
Nina tertabrak mobil hingga terjadi pendarahan di kepala. Dan dia meninggal
sekitar pukul 18:20 saat tengah perjalanan menuju rumah sakittepat seperti
yang dikatakan Vian dalam hati.
16
Let the girl die mission, accomplished! Hwahahahahah...! Vian tertawa
terbahak-bahak di dalam kamarnya. Dia berdiri mengangkang, dengan kedua
tangannya berada di depan badannya.
Bab selanjutnya: #4 Misi Pertama