6
Pemeriksaan Penunjang A. Pemeriksaan Penala - Tes Weber Tujuan tes ini adalah membandingkan hantaran tulang antara ke dua telinga pasien. Cara : Menggetarkan garpu tala 512 Hz, lalu taruh tangkainya pada garis tengah kepala (vertex, dahi, pangkal hidung, ditengah-tengah gigi seri atau di dagu. Tanyakan kepada pasien telinga mana yang mendengar lebih keras. Interpretasi : Normal (tidak ada lateralisasi) : pasien tidak dapat membedakan ke arah mana bunyi terdengar lebih keras Tuli konduktif : pasien mendengar bunyi lebih keras pada telinga yang sakit Tuli sesorineural : pasien mendengar bunyi lebih keras pada telinga yang sehat - Tes Rinne Tujuan tes ini adalah membandingkan hantaran tulang dengan hantaran udara pada satu telinga. Cara : Menggetarkan garpu tala 512 Hz, lalu taruh tangkainya pada processus mastoideus pasien, minta pasien member tanda bila sudah tidak mendengar dengungannya. Setelah itu dengan segera, pindahkan garpu tala di depan meatus akustikus eksternus pasien. Dikatakan Rinne (+) bila pasien masih dapat mendengar dengungan saat garpu tala ditaruh di depan meatus akustikus eksternus. Dan

Pemeriksaan Penunjang

Embed Size (px)

DESCRIPTION

serumen

Citation preview

Page 1: Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Penunjang

A. Pemeriksaan Penala

- Tes Weber

Tujuan tes ini adalah membandingkan hantaran tulang antara ke dua telinga pasien.

Cara :

Menggetarkan garpu tala 512 Hz, lalu taruh tangkainya pada garis tengah kepala (vertex, dahi,

pangkal hidung, ditengah-tengah gigi seri atau di dagu. Tanyakan kepada pasien telinga mana

yang mendengar lebih keras.

Interpretasi :

Normal (tidak ada lateralisasi) : pasien tidak dapat membedakan ke arah mana bunyi

terdengar lebih keras

Tuli konduktif : pasien mendengar bunyi lebih keras pada telinga yang sakit

Tuli sesorineural : pasien mendengar bunyi lebih keras pada telinga yang sehat

- Tes Rinne

Tujuan tes ini adalah membandingkan hantaran tulang dengan hantaran udara pada satu

telinga.

Cara :

Menggetarkan garpu tala 512 Hz, lalu taruh tangkainya pada processus mastoideus pasien,

minta pasien member tanda bila sudah tidak mendengar dengungannya. Setelah itu dengan

segera, pindahkan garpu tala di depan meatus akustikus eksternus pasien.

Dikatakan Rinne (+) bila pasien masih dapat mendengar dengungan saat garpu tala ditaruh di

depan meatus akustikus eksternus. Dan Rinne – bila pasien sudah tidak dapat mendengar

dengungan saat garpu tala ditaruh di depan meatus akustikus eksternus.

Interpretasi :

Rinne (+) : Normal atau Tuli senosrineural

Rinne (-) : Tuli Konduktif

- Tes Scwabach

Tujuan tes ini adalah membandingkan hantaran tulang antara pasien dan pemeriksa.

Cara :

Page 2: Pemeriksaan Penunjang

Menggetarkan garpu tala 512 Hz, kemudian letakkan pada processus mastoideus pasien hingga

tidak terdengar bunyi atau dengungan. Dengan segera pindahkan ke processus mastoideus

pemeriksa.

Bila pemeriksa masih dapat mendengar dengungan maka scwabach memanjang. Namun bila

pemeriksa tidak dapat mendengar dengungan makan dikatakan scwabach normal atau

scwabach memendek. Untuk membedakan scwabach normal atau memendek, kita lakukan

pemeriksaan kembali secara terbalik :

Menggetarkan garpu tala 512 Hz, kemudian letakkan pada processus mastoideus pemeriksa

hingga tidak terdengar bunyi atau dengungan. Dengan segera pindahkan ke processus

mastoideus pasien. Bila pasien masih dapat mendengar dengungan, maka kita sebut scwabach

memanjang, namun bila pasien sudah tidak dapat mendengar dengungan maka kita sebut

scwabach normal.

Interpretasi :

Normal : scwabach normal

Tuli konduktif : scwabach memanjang

Tuli sensorineural : scwabach memendek

B. Audiometri

Pemerikasaan ketajaman pendengaran, menggunakan alat yang disebut audiometer.

Dimana bagian dari audiometer terdapat tombol pengatur intensitas bunyi, frekuensi,

headphone untuk memeriksa AC (hantaran udara) dan BC ( hantaran tulang). Dengan syarat

ruangan harus kedap suara.

Prinsip pemeriksaan ini adalah pasien diberi stimulus bunyi (nada murni) dengan

intensitas dan frekuensi yang berbeda-beda melalui headphone. Dari audiogram dapat dilihat

apakah pendengaran normal atau tuli. Pada interpretasi audiogram dapat dilihat telinga yang

mana, jenis ketulian, dan derajat ketulian. Ambang dengar dapat dihitung, yaitu :

Ambang Dengar (AD) = AD 500 Hz + AD 1000 Hz + AD 2000 Hz + AD 4000 Hz

4

Dapat dihitung ambang dengar hantaran udara (AC) atau hantaran tulang (BC). Namun dalam

menentukan derajat ketulian, yang dihitung hanya ambang dengar hantaran udara (AC) saja.

Derajat ketulian ISO :

0-25 dB : normal

Page 3: Pemeriksaan Penunjang

>25-40 dB : tuli ringan

>40-55 dB : tuli sedang

>55-70 dB : tuli sedang berat

>70-90 db : tuli berat

>90 dB : tuli sangat berat

Audiogram Telinga :

Perlu diingat baik-baik: Gunakan tinta merah untuk telinga kanan, dan tinta biru untuk telinga kiri

Hantaran udara (Air Conduction = AC). Kanan = O ; Kiri = X

Hantaran tulang (Bone Conduction = BC). Kanan = C ; Kiri = כ

Hantaran udara (AC) dihubungkan dengan garis lurus ( ) dengan

menggunakan tinta merah untuk telinga kanan dan biru untuk telinga kiri

Hantaran tulang (BC) dihubungkan dengan garis putus-putus ( - - - - - - - - ) dengan

menggunakan tinta merah untuk telinga kanan dan biru untuk telinga kiri

Pendengaran normal ; AC dan BC sama atau kurang dari 25 dB. AC dan BC berimpit, tidak ada gap

Page 4: Pemeriksaan Penunjang

Tuli sensorineural ; AC dan BC lebih dari 25 dB. AC dan BC berimpit, tidak ada gap

Tuli konduktif ; BC normal atua kurang dari 25 dB, AC lebih dari 25 dB. Antara AC dan BC terdapat gap.

Tuli campuran ; BC lebih dari 25 dB. AC lebih besar dari BC, terdapat gap.