3
Pemeriksaan Penunjang Dengan persiapan dan pendekatan tim yang terorganisir, pemeriksaan-pemeriksaan fisik dapat dilakukan dengan cepat. Pemeriksaan berikutnya tergantung kepada status hemodinamik dan kecurigaan. Ketika dicurigai adanya trauma intraabdonimal, banyak pemeriksaan yang dapat dilakukan. Namun pemeriksaan ini jangan sampai menunda transfer pasien ke tempat perawatan definitif. 1. Pemeriksaan X-ray untuk trauma abdomen Pemeriksaan thorax anteroposterior dan pelvis dianjurkan untuk pasien dengan trauma tumpul multisistem. Pasien dengan abnormalitas hemodinamik dengan trauma penetrans tidak memerlukan X-ray di unit emergensi. Bila pasien tanpa abnormalitas hemodinamik dan terdapat trauma penetrans diatas umbilikus atau curiga cedera thorakoabdominal, foto x-ray thoraks tegak dapat berguna untuk menyingkirkan hemothorax atau pneumothorax atau untuk melihat adanya udara bebas di intraperitoneal. Dengan marker atau klip yang ditempel pada semua luka masuk dan luka keluar, x-ray abdomen supine dapat dilakukan pada pasien hemodinamik normal untuk menemukan jejak peluru atau udara retroperitoneal 2. Focused Assesment Sonography in Trauma (FAST) FAST adalah salah satu dari dua pemeriksaan paling cepat untuk mengidentifikasi perdarahan atau potensi cedera organ berongga. Pada FAST, teknologi ultrasonografi digunakan oleh dokter yang terlatih untuk mendeteksi adanya hemoperitoneum. Dengan perlengkapan yang spesifik oleh dokter yang terlatih, ultrasonografi memiliki sensitivitas, spesitivitas, dan akurasi deteksi cairan intraabdominal yang sebanding dengan DPL dan CT abdomen. Jadi ultrasonografi merupakan pemeriksaan yang cepat, non-invansif, akurat, dan tidak mahal dalam mendiagnosis hemoperitoneum dan dapat diulang apabila diperlukan. Ultrasonografi dapat dilakukan di ruang resusitasi secara bedside sambil secara simultan melakukan pemeriksaan lain. Faktor yang dapat mempersulit pemeriksaan adalah

Pemeriksaan Penunjang Skenrio 2 - Anthony

Embed Size (px)

DESCRIPTION

asd

Citation preview

Pemeriksaan PenunjangDengan persiapan dan pendekatan tim yang terorganisir, pemeriksaan-pemeriksaan fisik dapat dilakukan dengan cepat. Pemeriksaan berikutnya tergantung kepada status hemodinamik dan kecurigaan. Ketika dicurigai adanya trauma intraabdonimal, banyak pemeriksaan yang dapat dilakukan. Namun pemeriksaan ini jangan sampai menunda transfer pasien ke tempat perawatan definitif.

1. Pemeriksaan X-ray untuk trauma abdomen Pemeriksaan thorax anteroposterior dan pelvis dianjurkan untuk pasien dengan trauma tumpul multisistem. Pasien dengan abnormalitas hemodinamik dengan trauma penetrans tidak memerlukan X-ray di unit emergensi. Bila pasien tanpa abnormalitas hemodinamik dan terdapat trauma penetrans diatas umbilikus atau curiga cedera thorakoabdominal, foto x-ray thoraks tegak dapat berguna untuk menyingkirkan hemothorax atau pneumothorax atau untuk melihat adanya udara bebas di intraperitoneal. Dengan marker atau klip yang ditempel pada semua luka masuk dan luka keluar, x-ray abdomen supine dapat dilakukan pada pasien hemodinamik normal untuk menemukan jejak peluru atau udara retroperitoneal

2. Focused Assesment Sonography in Trauma (FAST)FAST adalah salah satu dari dua pemeriksaan paling cepat untuk mengidentifikasi perdarahan atau potensi cedera organ berongga. Pada FAST, teknologi ultrasonografi digunakan oleh dokter yang terlatih untuk mendeteksi adanya hemoperitoneum. Dengan perlengkapan yang spesifik oleh dokter yang terlatih, ultrasonografi memiliki sensitivitas, spesitivitas, dan akurasi deteksi cairan intraabdominal yang sebanding dengan DPL dan CT abdomen. Jadi ultrasonografi merupakan pemeriksaan yang cepat, non-invansif, akurat, dan tidak mahal dalam mendiagnosis hemoperitoneum dan dapat diulang apabila diperlukan. Ultrasonografi dapat dilakukan di ruang resusitasi secara bedside sambil secara simultan melakukan pemeriksaan lain. Faktor yang dapat mempersulit pemeriksaan adalah obesitas, adanya udara subkutan, dan riwayat operasi abdomen sebelumnya. Ultrasonografi juga dapat mendeteksi penyebab hipotensi nonhipovolemik, yaitu tamponade jantung. Setelah pemeriksaan awal, pemeriksaan kedua atau kontrol dapat dilakukan setelah interval 30 menit. Pemeriksaan kontrol dapat mendeteksi hemoperitoneum yang progresif dengan perdarahan yang lambat dan interval pendek dari cedera sampai pemeriksaan pertama.

3. Diagnostic Peritoneal Lavage (DPL)DPL adalah pemeriksaan kedua tercepat untuk mengidentifikasi perdarahan atau potensi cedera organ berongga. DPL adalah prosedur invansif yang secara bermakna mempengaruhi tindakan selanjutnya dan dianggap 98% sensitif untuk perdarahan intraperitoneal. DPL harus dilakukan oleh tim bedah terhadap pasien dengan abnormalitas hemodinamik dan trauma tumpul multiple, terutama bila terdapat situasi berikut :a. Perubahan sensorium cedera otak, intoksikasi alkohol atau penggunaan narkobab. Perubahan sensasi cedera medulla spinalisc. Cedera struktur sekitar iga bawah, pelvis, vertebra lumbalisd. Pemeriksaan fisik yang meragukane. Hilang kontak dengan pasien dalam waktu lamaf. Lap-belt sign (Kontusio dinding abdomen) dengan kecurigaan cedera ususDPL juga diindikasikan untuk pasien dengan hemodinamik normal namun tidak terdapat FAST atau CT. Kontraindikasi absolut DPL hanyalah bila ada indikasi laparotomy. Kontraindikasi absolut termasuk adanya riwayat operasi abdomen sebelumnya, morbid obesity, cirrhosis lanjut, dan koagulopati. Teknik terbuka atau tertutup (Seldinger) dapat dilakukan di infraumbilikal. Adanya darah, isi usus, serat sayuran, atau empedu yang keluar melalui kateter lavase pada pasien dengan abnormalitas hemodinamik merupakan indikasi untuk laparotomi.

4. Computed Tomography (CT)CT adalah prosedur diagnostik yang memrlukan transport pasien ke tempat pemeriksaan, pemberian kontras, dan pemeriksaan abdomen atas, bawah, dan pelvis. Prosedur ini cukup memakan waktu dan hanya dilakukan pada pasien tanpa abnormalitas hemodinamik dimana tidak ada indikasi yang jelas laparotomi emergensi. CT scan memberi informasi yang spesifik mengenai organ yang terkena dan derajat kerusakannya, juga dapat mendiagnosa cedera pelvis dan retroperitoneal yang sulit dicapai oleh pemeriksaan fisik, FAST, dan DPL. Kontraindikasi CT antara lain adalah penundaan, pasien tidak kooperatif yang tidak dapat disedasi, alergi terhadap bahan kontras, bila kontras nonionik tidak tersedia. Beberapa jenis cedera usus , diafragma, dan cedera pankreas dapat lolos dari pemeriksaan CT. Bila tidak ada cedera liver atau lien, adanya cairan bebas di rongga abdomen kemungkinan disebabkan oleh cedera usus dan/ atau mesenteriumnya, dan banyak spesialis bedah trauma yang menganggap hal ini merupakan indikasi untuk tindakan bedah segera.

Dafpus :American College of Surgeons (2012). Advanced Trauma Life Support Student Course Manual 9th edition. Chicago : American College of Surgeons.