8
Syok Hipovolemi Langkah awal dalam mengelola syok pada penderita trauma adalah mengetahui tanda-tanda klinisnya. Tidak ada tes laboratorium yang dapat mendiagnosis syok. Diagnosis awal didasarkan pada gejaladan tanda yang timbul akibat dari perfusi organ dan oksigenasi dari jaringan yang tidak adekuat. Definisi syok sebagai ketidaknormalan dari sistem peredaran darah yang mengakibatkan perfusi organ dan oksigenai jaringan yang tidak adekuat juga menjadi perangkat untuk diagnostik dan terapi. 1 Langkah kedua dalam pengelolaan awal terhadap syok adalah mencari penyebab syok, yang untuk penderita trauma berhubungan dengan mekanisme cedera. Kebanyakan penderita trauma akan mengalami hipovolemik syok, tetapi mungkin mereka akan menderita syok kardiogenik, nuerogenik dan bahkan kadang-kadang syok septik. Syok pada penderita trauma dapat diklasifikasikan sebagai perdarahan atau bukan akibat perdarahan. Penderita yang cedera di atas diafragma dapat memperlihatkan tanda perfusi organ yang tidak adekuat karena kinerja jantung yang tidak baik dari trauma tumpul miokard atau dari tension pneumothorax yang mengakibatkan pengembalian darah yang tidak cukup (preload). 1

Syok hipovolemik

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Kedokteran

Citation preview

Page 1: Syok hipovolemik

Syok Hipovolemi

Langkah awal dalam mengelola syok pada penderita trauma adalah mengetahui

tanda-tanda klinisnya. Tidak ada tes laboratorium yang dapat mendiagnosis syok.

Diagnosis awal didasarkan pada gejaladan tanda yang timbul akibat dari perfusi organ

dan oksigenasi dari jaringan yang tidak adekuat. Definisi syok sebagai ketidaknormalan

dari sistem peredaran darah yang mengakibatkan perfusi organ dan oksigenai jaringan

yang tidak adekuat juga menjadi perangkat untuk diagnostik dan terapi.1

Langkah kedua dalam pengelolaan awal terhadap syok adalah mencari penyebab

syok, yang untuk penderita trauma berhubungan dengan mekanisme cedera. Kebanyakan

penderita trauma akan mengalami hipovolemik syok, tetapi mungkin mereka akan

menderita syok kardiogenik, nuerogenik dan bahkan kadang-kadang syok septik. Syok

pada penderita trauma dapat diklasifikasikan sebagai perdarahan atau bukan akibat

perdarahan. Penderita yang cedera di atas diafragma dapat memperlihatkan tanda perfusi

organ yang tidak adekuat karena kinerja jantung yang tidak baik dari trauma tumpul

miokard atau dari tension pneumothorax yang mengakibatkan pengembalian darah yang

tidak cukup (preload).1

Perdarahan (hemorrhage) adalah penyebab syok yang paling umum setelah trauma

dan hampir semua penderita dengan trauma multiple ada kompenen hipovolemia.

Walaupun syok bukan disebabkan perdarahan, namun akan member respon sedikit atau

singkat terhadap resusitasi cairan . Karena itu, bila terdapat tanda-tanda syok, maka syok

itu dianggap disebabkan oleh hipovolemia.1 Syok hemoragik adalah kondisi bedah atau

medis dimana terdapat kehilangan cairan yang cepat, yang menyebabkan kegagalan pada

organ akibat tidak adekuatnya volume sirkulasi dan perfusi.2 Sedangkan syok

hipovolemik adalah terganggunya sistem sirkulasi akibat dari volume darah dalam

pembuluh darah berkurang. Hal ini bisa terjadi akibat perdarahan massif atau kehilangan

plasma darah.3

A. Fase Syok12

Page 2: Syok hipovolemik

Secara fisiologis, syok hipovolemik dibagi menjadi 4 fase :

1. Fase Inisial

Pada fase ini, gejala dan tanda yang muncul tidak terlalu signifikan karena tubuh

masih mentoleransi jumlah cairan yang hilang. Namun, pasien dapat cepat berpindah

ke fase berikutnya bahkan tidak melewati fase ini apabila jumlah cairan yang hilang

dari tubuh cukup banyak.

Gejala dan tanda :

• Tekanan darah menurun 5-10 mmHg

• Denyut jantung agak meningkat

2. Fase Kompensasi

Pada fase ini tubuh berusaha lebih keras untuk mengkompensasi hilangnya

volume cairan, sehingga akan terjadi perubahan besar pada tanda vital. Pemberian

resusitasi cairan dan pencegahan kehilangan cairan lebih lanjut pada fase ini sangat

penting.

Gejala dan tanda:

• Penurunan tekanan darah 10-15 mmHg

• Takikardi (untuk mencukupi jumlah cardiac output)

• Takipnea (sebagai kompensasi terhadap penurunan perfusi jaringan)

• Peningkatan aliran darah ke organ vital (otak, paru-paru, dan jantung)

• Penurunan jumlah urin

• Vasokontriksi perifer : Akral dingin, peningkatan capillary refill time

3. Fase Progresif

Apabila tubuh tidak dapat mengkompensasi kehilangan cairan yang terjadi, maka

syok akan berlanjut pada fase ini. Pada fase ini akan terjadi hipotensi yang

menyebabkan perfusi pada organ vital menurun yang kemudian dapat berujung pada

kerusakan organ.

Gejala dan tanda :

• Penurunan tekanan darah

• Nadi meningkat dan lemah

• Penurunan vaskularisasi pada kulit, abdomen, dan ginjal :

- Kulit dingin

Page 3: Syok hipovolemik

- Penurunan bising usus akibat motilitas usus yang menurun

- Penurunan jumlah urin

4. Fase Refraktor

Pada fase ini telah terjadi kerusakan organ multipel yang bersifat irreversible.

Gejala dan tanda:

• Hipoksia

• Oligouria

• Disseminated Intravascular Coagulation (DIC)12

B. Etiologi16

Syok hipovolemik disebabkan oleh penurunan volume darah efektif. Kekurangan

volume darah sekitar 15 sampai 25 persen biasanya akan menyebabkan penurunan

tekanan darah sistolik, sedangkan defisit volume darah lebih dari 45 persen umumnya

fatal. Syok hipovolemik disebabkan oleh perdarahan (internal atau eksternal) atau karena

kehilangan cairan ke dalam jaringan kontusio.

Syok hipovolemik yang dapat disebabkan oleh hilangnya cairan intravaskuler,

misalnya terjadi pada :

1. Kehilangan darah atau syok hemoragik karena perdarahan pada organ dalam

seperti hemothoraks, ruptura limpa, dan kehamilan ektopik terganggu.

2. Trauma yang berakibat fraktur tulang besar, dapat menampung kehilangan darah

yang besar. Misalnya fraktur humerus menghasilkan 500-1000 ml perdarahan atau

fraktur femur menampung 1000-1500 ml perdarahan.

3. Kehilangan cairan intravaskular lain yang dapat terjadi karena kehilangan protein

plasma atau cairan ekstraseluler, misalnya pada :

Gastrointestinal : peritonitis,pankreatitis, dan gastroenteritis.

Renal : terapi diuretik, krisis penyakit Addison.

Luka bakar ( kombusio) dan anafilaksis.

Pada syok, konsumsi oksigen dalam jaringan menurun akibat berkurangnya aliran

darah yang mengandung oksigen atau berkurangnya pelepasan oksigen ke dalam

jaringan. Kekurangan oksigen di jaringan menyebabkan sel terpaksa melangsungkan

Page 4: Syok hipovolemik

metabolisme anaerob dan menghasilkan asam laktat. Keasaman jaringan bertambah

dengan adanya asam laktat, asam piruvat, asam lemak, dan keton. Yang penting dalam

klinik adalah fokus perhatian syok hipovolemik yang disertai asidosis adalah saturasi

oksigen yang perlu diperbaiki serta perfusi jaringan yang harus segera dipulihkan dengan

penggantian cairan.16

C. Syok Hipovolemik pada Penderita Trauma1

Perdarahan adalah penyebab syok yang paling sering terjadi pada penderita trauma.

Respon penderita trauma terhadapa kehilanganb darah menjadi lebih rumit karena

pergeseran cairan antara kompartmen cairan di dalam tubuh (khusunya dalam

kompartmen cairan ekstra-seluler). Respon klasik terhadap kehilangan darah harus

dipertimbangkan dalam konteks pergeseran cairan tersebut dalam kaitannya dengan

cedera jaringan lunak. Perdarahan (hemorrhage) adalah kehilangan akut volume

peredaran darah. Walaupun dapat bervariasi, volume darah orang dewasa normal adalah

7% dari berat badan. Volume darah anak-anak dihitung 8%-9% dari berat badan (80-

90ml/kg).1

Klasifikasi perdarahan dibagi berdasarkan persentasi volume darah yang hilang:2

I. Perdarahan kelas I ( kehilangan volume darah sampai 15%)

a. Tidak ada komplikasi, hanya takikardi minimal.

b. Biasanya tidak terjadi perubahan tekanan darah, nadi dan frekuensi

pernapasan.

c. Keterlambatan pengisian kapiler yang lebih dari 3 detik, yang merupakan

tanda kehilangan volume darah kurang lebih 10%.

II. Perdarahan derajat II (kehilangan volume darah 15%-30%)

a. Gejala klinis termasuk takikardi (frekuensi >100denyut/detik), tekipneu, nadi

melemah, kulit yang dingin, keterlambatan pengisian kapiler dan sedikit

gelisah.

Page 5: Syok hipovolemik

b. Penurunan tekanan nadi akibat peningkatan katekolamin, yang menyebabkan

peningkatan resistensi vascular perifer, yang pada akhirnya peningkatan

tekanan darah diastolik.

III. Perdarahan derajat III (kehilangan volume darah 30%-40%)

a. Pasien biasanya mengalami takipnea, takikardi, penurunan tekanan darah

diastolik, oliguria, perubahan signifikan dari status mental seperti

kebingungan dan agitasi.

b. Kebanyakan pasien memerlukan transfuse darah, akan tetapi pemilihan

pemberian darah harus berdasarkan adanya respon terhadap pemberian cairan.

IV. Perdarahan derajat IV (kehilangan volume darah >40%)

a. Gejala termasuk takikardi, penurunan tekanan darah diastolik, penurunan

tekanan darah sistolik, tekanan diastolik yang tidak terukur, penurunan jumlah

urin sampai anuria, kehilangan kesadaran, kulit yang dingin dan pucat.

b. Kehilangan jumlah darah ini sangat mengancam kehidupan.